• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI PENERBITAN SUKUK DAERAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH JAWA BARAT (Studi Pada Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS POTENSI PENERBITAN SUKUK DAERAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH JAWA BARAT (Studi Pada Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2015)"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYSIS OF POTENTIAL REGIONAL SUKUK ISSUANCE AND THE IMPACT OF FINANCIAL INDEPENDENCE OF WEST JAVA

(Study on Regencies/City of West Java 2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekomi dan Studi Pembangunan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

CLARA MUTIA MUTMAINAH 20130430165

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i

ANALYSIS OF POTENTIAL REGIONAL SUKUK ISSUANCE AND THE IMPACT OF FINANCIAL INDEPENDENCE OF WEST JAVA

(Study on Regencies/City of West Java 2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekomi dan Studi Pembangunan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

CLARA MUTIA MUTMAINAH 20130430165

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)

ii Dengan ini saya,

Nama : Clara Mutia Mutmainah Nomor mahasiswa : 20130430165

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “ANALISIS POTENSI PENERBITAN SUKUK DAERAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH JAWA BARAT (Studi Kasus pada Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 03 Februari 2017

(4)

iii –Unknown

“A rose can never be a sunflower, and a sunflower can never be a rose. All flowers are beautiful in their own way, and that’s like woman too.”

(5)

iv

Skripsi ini kupersembahkan untuk….

(6)

v

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II ... 6

KERANGKA TEORI ... 6

A.OBLIGASI SYARIAH ( SUKUK ) ... 6

1. Pengertian Sukuk ... 6

2. Karakteristik Sukuk ... 8

3. Bentuk-Bentuk Sukuk ... 9

(7)

vi

G. PEMBIAYAAN DAERAH... 18

BAB III ... 21

METODE PENELITIAN ... 21

A. OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN ... 21

B. Jenis Data ... 21

C. Teknik Pengumpulan Data ... 21

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 21

E. Metode Analisis Data ... 22

BAB IV ... 25

GAMBARAN UMUM ... 25

A. Deskripsi Ekonomi Wilayah Jawa Barat ... 25

1. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Bogor ... 25

2. Deskripsi Ekonomi Kota Bogor ... 26

3. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Bekasi... 28

4. Deskripsi Ekonomi Kota Bekasi ... 30

5. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Cianjur ... 31

6. Deskripsi Ekonomi Kota Bandung ... 32

7. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Bandung ... 33

8. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Bandung Barat ... 34

9. Deskripsi Ekonomi Kota Depok ... 34

10. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Sukabumi ... 35

(8)

vii

15. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Cirebon... 39

16. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Kuningan ... 39

17. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Karawang ... 40

18. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Majalengka ... 41

19. Deksripsi Ekonomi Kabupaten Sumedang ... 42

20. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Indramayu ... 42

21. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Subang ... 43

22. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Purwakarta ... 44

23. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Garut ... 44

24. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Ciamis ... 45

25. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Pangandaran ... 45

26. Deskripsi Ekonomi Kota Banjar ... 46

27. Deskripsi Ekonomi Kota Cimahi ... 47

BAB V ... 48

HASIL PENELITIAN ... 48

A. Indeks Kemampuan Keuangan... 48

B. Indeks Pinjaman Daerah (IPD) ... 50

C. Indeks Kemampuan Penerbitan Sukuk Daerah... 51

D. Metode Indeks ... 52

E. Indeks Kemampuan dan Potensi Penerbitan Sukuk ... 55

BAB VI ... 60

(9)

viii

(10)

ix

5.1 Indeks Kemampuan Keuangan Daerah 27 Kabupaten/Kota di Jawa Barat ... 49

5.6 Indeks Pinjaman Daerah di Jawa Barat Tahun 2014 ... 50

5.7 Indeks Kemampuan Penerbitan Sukuk Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2015 ... 52

5.8 Perhitungan Indeks Potensi Populasi Muslim, Indeks Komposisi Keluarga, dan Indeks Komposisi Dana Likuid ... 53

5.9 Indeks Potensi Penerbitan (IPP) Sukuk Daerah ... 54

(11)
(12)
(13)

i

Sukuk Terhadap Keuangan Wilayah Jawa Barat. Subjek dalam penelitian ini adalah 27 Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadran dan metode indeks untuk mengetahui pemetaan dan kemampuan keuangan daerah dalam menerbitkan investasi sukuk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kabupaten Bogor adalah wilayah yang paling potensial dalam menerbitkan sukuk di Jawa Barat dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Hal tersebut didukung dengan tingginya angka Indeks Pinjaman Daerah (IPD), angka potensi populasi muslim, dan angka keluarga sejahtera yang terdapat di wilayah tersebut. Serta didukung pula dengan kemampuan keuangan daerah yang tergolong baik sehingga menjadikan kabupaten Bogor potensial menerbitkan investasi sukuk tersebut.

(14)

ii

Java’s. Research subjects of this study are 27 regencies/cities in West Java. The analytical tools used in this research is the quadrant method and the index method to determine the index mapping and local financial capacity for issuing sukuk investments.

The results shows that Bogor district is the area with the most potential in issuing sukuk in West Java as compared to other district/cities. This is supported by the high number of Regional Loan Index (IPD), the potential number of Muslim population and family welfare figures contained in the region and also supported by the financial capacity of areas classified as either making Bogor district potential issue the sukuk investments.

(15)

iii

kelancaran, karunia, serta rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS POTENSI PENERBITAN SUKUK DAERAH DAN

DAMPAKNYA TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH JAWA BARAT (Studi Kasus pada Wilayah Jawa Barat Tahun 2015)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dan masyarakat Jawa Barat dalam mengatasi masalah keuangan daerah dan memberi ide pengembangan bagi peneliti selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya terhadap:

1. Allah S.W.T atas segala nikmat sehat, kelancaran, dan kemudahan dari segala urusan dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta penulis haturkan shalawat serta salam kepada baginda besar Nabi Muhammad S.A.W dan para keluarga serta para sahabatnya yang dirahmati Allah.

(16)

iv

4. Dosen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang dengan sabar memberikan ilmu bagi kami semua selama masa perkuliahan.

5. Ayah Tito Wasito (Alm) dan Ibu Reni Ambarwati selaku orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan motivasi baik berupa jasmani, rohani, maupun materi.

6. Kakak tercinta Gitta Puspitasari dan adik-adikku tersayang Rizky Ilail Huda, Amalia Hajarani, Musa Ashari, Naufal Danindro, Taufik Ismail, dan Putri Auliana yang selalu menghibur dan memberikan semangat tanpa batas.

7. Tante ku tersayang Ai Lina, Yeni Ginawati, Bina Retina, dan Rini Ambarini yang selalu mendukung dan menyemangati setiap saat.

8. Nenek dan Kakek ku di Yogyakarta Yangti Eti, Yangkung Subroto, Enin Tutiek, Aki Ujang, Om Danis dan Om Ruli yang telah banyak membantu dan memberi dukungan.

9. Ibu Widita dan Bapak Zakik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan kepada penulis dan dengan sabar memberikan tambahan ilmu.

10.Ustad Mahmud Farid, dan jajaran Ustad Pondok Pesantren Terpadu Riyadlul Ulum Wadda’wah Condong Tasikmalaya yang senantiasa membimbing dalam

(17)

v memberikan dorongan terbaik sejak dulu.

12.Keluarga Sevation rayon Yogyakarta Fauzy Syukran Shiddiq, Silma Rahma Alfafa Iskandar, Ade Riyan, Ilya Ainur, M Nurussalam, Fitria W, dan Rizal Sidiq yang telah berjuang sejak awal datang di kota istimewa Yogyakarta. Juga untuk keluarga Sevation dimanapun kalian berada yang telah menemani dan banyak memberikan motivasi sejak SMP hingga sekarang.

13.Keluarga Spongkeng Squad ku yang tercinta Rachman Edytia Alfian, M. Al Farra, Meuthia Nabila, Fernanda Ayu Arimbi, Mahardika Radliyatul Khalis, Sukmawati Yuliasari, Nurhayati, Arif Hidayat, Bayu Prasetya W, Bayu Adhy S, Alvian Bayu, Rizky D Ningrum, Wira Primaldi, dan Erfan Nursadewo yang selalu saling menyemangati dan menghibur dikala lelah.

14.Sahabat Unires ku lorong SBZ Baiq Riyan, Siti Maulida, Cintaning Prasmi Nabila, Amarilia Indayati, Nazovah Ummudiyah, Aisyah Sisnita, Anita Sari, Eny Rahmawati, dan Enola A Qamal yang selalu mengerti dan memberikan keceriaan serta pelajaran hidup.

15.Teman kos ku yang perhatian Virginia Khairunnisa.

16.Ikatan Keluarga Pesantren Condong (IKPC Yogyakarta) yang selalu saling mengingatkan.

(18)

vi sebutkan satu persatu

Semoga Allah S.W.T membalas budi baik semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis topik ini.

Yogyakarta, 03 Februari 2016

(19)

1

Provinsi Jawa Barat termasuk ke dalam provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia yaitu sebanyak 43.053.732 jiwa. Namun menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) wilayah Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki karakterisktik pegunungan dan curah hujan yang tinggi sehingga wilayah tersebut menjadi rawan bencana alam. Pada tahun 2015 dilaporkan melalui surat kabar republika bahwa wilayah Jawa Barat mengalami 209 kejadian bencana alam yang terjadi di beberapa wilayah kota dan kabupaten.

Dampak dari bencana alam yang terjadi tentu saja menyebabkan wilayah Jawa Barat mengalami kerugian besar.Terhitung sejak Januari hingga Desember 2015, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memperkirakan kerugian yang dialami akibat bencana alam tersebut adalah sebesar Rp 20 Milyar. Hal ini membuat pemerintah provinsi Jawa Barat membutuhkan pengembangan sumber pembiyaan untuk memenuhi jumlah dana yang dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada infrastruktur dan sarana publik.

(20)

Banyaknya dana yang diperlukan oleh pemerintah untuk membangun dan merenovasi saran publik tersebut tentu saja membuat pemerintah membutuhkan sumber pembiayaan. Sumber pembiayaan untuk publik tersebut dapat diperoleh melalui berbagai cara,salah satunya adalah melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Berdasarkan data yang didapatkan melalui Badan Pusat Statistik Jawa Barat, wilayah Jawa Barat memiliki jumlah Pendapatan Asli Daerah yang cukup tinggi pada tahun 2015 yakni Rp 16.053.210.651.000 Triliun.

Menurut pernyataan diatas,dapat kita lihat bahwa jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jawa Barat tidak mampu untuk menangani pembiayaan yang dibutuhkan pemerintah untuk melakukan perbaikan infrastruktur atau renovasi sarana publik dan pembangunan baru yang yang akan dilakukan. Oleh karena itu,pemerintah tentu saja membutuhkan sumber pembiayaan dari aspek lain selain Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satu solusi untuk mendapatkan sumber pembiayaan itu adalah melalui investasi masyarakat kepada pemerintah yaitu investasi obligasi syariah yang dikenal dengan sebutan sukuk (Afiani,2013)

(21)

Menurut Manan (2007) kelebihan sukuk adalah Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap,melainkan merupakan penyerta dana yang didasarkan pada prinsip bagi hasil. Dana yang terhimpun pada sukuk digunakan untuk mengembangkan usaha lama atau pembangunan suatu unit baru. Bentuk alokasi dana tersebut dalam islam dikenal dengan sebutan mudharabah muqoyyadah. Kemudian sukuk merupakan investasi yang aman karena sukuk digunakan untuk mendanai proyek prospektif. Dan dalam investasi sukuk, bila terjadi kerugian maka investor tetap akan memperoleh aktiva. Sehingga sukuk merupakan terobosan paradigma baru pada investasi karena bukan lagi surat utang melainkan surat investasi.

Menurut Zakik dan Kurniasari (2016) selain kelebihan diatas, hal yang menjadi alasan sukuk layak untuk dipilih menjadi salah satu sumber pembiayaan adalah penerbitan sukuk negara saat ini sudah mulai diarahkan untuk pembiayaan proyek infrastruktur. Hal ini sejalan dengan tujuan keuangan islam yaitu menjadi pemegang kendali pengembangan sektor riil dan memberikan multiplier efek bagi pertumbuhan ekonomi. Selain itu melihat perkembangan keuangan islam di Jawa Barat, industri didalam wilayah pun membutuhkan instrumen investasi sesuai prinsip syariat islam untuk menyimpan kelebihan likuiditas baik berjangka pendek, berjangka menengah, ataupun berjangka panjang. Oleh karena itu, sukuk menjadi jawaban investasi syariah yang diterbitkan dalam berbagai tenor.

(22)

tersebut dibuktikan melalui Laporan Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2015 yang menyatakan bahwa pasar perbankan syariah di wilayah Jawa Barat masih cukup besar serta selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 aset terbesar perbankan syariah di jawa barat pun dimiliki oleh Bank Jabar Banten (BJB) Syariah yaitu dengan aset Rp 95,9 Triliun. (republika.co.id)

Hal tersebut tentu saja menjadi salah satu bukti bahwa instrumen syariah diterima dengan baik di Jawa Barat. Dengan demikian sukuk memiliki peluang yang tinggi apabila diperkenalkan kepada masyarkat sehingga bisa menjadi sumber pendapatan daerah untuk memperbaiki atau membangun baru sarana publik yang dibutuhkan masyarakat. Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian berdasarkan tema “Analisis Potensi Penerbitan Sukuk Daerah dan Dampaknya

Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Jawa Barat Tahun 2015” B. Rumusan Masalah

Dari uaraian latar belakang diatas, dapat diambil beberapa perumusan masalah yang akan dibahas didalam penelitian ini yaitu bagaimana resiko diterbitkannya sukuk di wilayah Jawa Barat dan seberapa besar pengaruh sukuk dalam membatu pembiyaan pemerintah untuk renovasi ataupun pembangunan baru infrastruktur dan sarana publik.

C. Tujuan Penelitian

(23)

yang akan datang masyarakat dan pemerintah tidak akan ragu lagi dalam menggunakan sukuk sebagai salah satu alternatif investasi berbasis syariat islam yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber pembiayaan daerah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis bagi penulis yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta mengimplikasikan dan mensosialisasikan teori yang diperoleh selama masa perkuliahan. Dan dapat menambah pemahaman mengenai alternatif investasi yang berjalan sesuai dengan syariat islam yaitu sukuk. Sehingga dapat memberikan saran kepada masyarakat dan pemerintah mengenai investasi sukuk tersebut. Dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi dalam mengetahui pengaruh sukuk pada keuangan daerah Jawa Barat.

(24)

6 1. Pengertian Sukuk

Obligasi berbasis sistem syariah yang sesuai dengan syariat islam atau dikenal dengan sebutan sukuk pengertian nya tidak jauh berbeda dengan obligasi biasa atau yang disebut dengan obligasi berbasis sistem konvensional.

Menurut Dewan Standar Syariah Majelis Ulama Indonesia fatwa No.32/DSN-MUI/IX/2002 definisi sukuk adalah surat berharga jangka panjang yang dikeluarkan emiten berbasis prinsip syariah islam kepada investor pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada investor berupa bagi hasil,margin/fee,dan membayar kembali dana obligasi saat jatuh tempo.

Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) mengatakan bahwa sukuk adalah surat berharga yang diterbitakan berdasarkan syariah islam sebagai bukti penyertaan atas aset SBSN baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun mata uang asing.

Menurut Gusliana dan Dahlifah (2016) sukuk merupakan jamak dari kata “sakk” yang dalam bahasa Arab berarti kertas,catatan,atau

(25)

namun sukuk merupakan penyerta dana yang didasarkan kepada prinsip bagi hasil dan transaksi yang terdapat pada sukuk bukan merupakan utang piutang melainkan penyertaan.

Menurut Selvianty (2015) sukuk merupakan surat pengakuan kerja sama yang memiliki ruang lingkup lebih luas atau lebih beragam dari sekedar surat hutang. Keberagaman dalam sukuk tersebut dipengaruhi oleh akad-akad yang digunakan, diantaranya mudharabah, ijarah, istisna, salam, dan murabahah. Dalam hukum fiqh muamalah, akad-akad yang terdapat pada instrument sukuk termasuk kedalam kategori tijarah yang diartikan menghendaki adanya kompensasi. Kompensasi tersebut dapat diwujudkan dengan bentuk bagi hasil pendapatan yang berasal dari akad pertukaran, atau dapat juga diwujudkan dengan bentuk bagi hasil keuntungan yang berasal dari akad persekutuan. Sedangkan akad yang menjadi dasar pengakuan hutang yang disebut dengan qardh tidak digunakan dalam akad instrument sukuk tersebut. Hal ini dikarenakan hutang termasuk kedalam kategori tabarru dimana dalam kategori tersebut tidak diperbolehkan adanya kompensasi.

Latar belakang hadirnya sukuk sebagai salah satu instrument investasi dalam sistem keuangan yakni adanya ketentuan didalam Al-Quran dan As-Sunah mengenai larangan bertransaksi menggunakan riba

(26)

Yang artinya “Wahai orang-orang beriman janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu denga jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela

diantaramu”

2. Karakteristik Sukuk

Purnamawati (2013) mengatakan sukuk memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan obligasi konvensional. Beberapa karakteristik pada sukuk antara lain :

1. Hasil investasi yang diberikan oleh penerima dana atau emiten terhadap pemegang obligasi syariah harus bebas dari unsur haram. 2. Hasil yang didapatkan oleh pemegang obligasi syariah harus sesuai

dengan akad yang digunakan di awal.

3. Pemindahan kepemilikan sukuk harus sesuai dengan akad – akad yang digunakan.

Kemudian menurut Maryani (2016) sukuk memiliki karakteristik-karakteristik berikut ini:

1. Bukan merupakan surat hutang melainkan surat kepemilikan bersama atas suatu aset atau proyek tertentu.

2. Adanya underlying asset dalam setiap penerbitan sukuk. Yang dimaksud dengan underlying asset tersebut adalah aset yang dijadikan dasar penerbitan sukuk tersebut.

(27)

Selain itu Sudaryanti dkk (2014) berpendapat bahwa sukuk memiliki karakteristik khusus yakni terdapat pada sistem pengawasannya. Dalam sistem pengawasannya, sukuk tidak hanya diawasi oleh Wali amanat melainkan juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah yang berada dibawah naungan Majelis Ulama Indonesia.Pengawasan tersebut dilakukan sejak awal penerbitan hingga akhir masa penerbitan. Dengan diterapkan sistem pengawasan tersebut, maka prinsip kehati-hatian dan prinsip perlindungan kepada investor sukuk akan lebih terjamin.

3. Bentuk-Bentuk Sukuk

Afif (2014) menyatakan bahwa sukuk memiliki beberapa macam bentuk yaitu:

a. Sukuk Mudharabah

(28)

b. Sukuk Istisna

Dalam sukuk jenis istisna harga, waku penyerahan, dan sertifikasi aset ditentukan di awal karena para pihak sepakat bahwa jual beli ditujukan untuk pembiayaan proyek atau aset.

c. Sukuk Musyarakah

Sukuk dengan akad musyarakah ini mempertemukan dua pihak atau lebih dalam menyatukan modal untuk membiayai kegiatan usaha atau suatu proyek. Dalam sukuk jenis ini, keuntungan maupun kerugian para investor ditentukan dengan seberapa banyak partisipasi modal yang diikutsertakan dalam investasi sukuk.

d. Sukuk Ijarah

Dalam sukuk yang berlandaskan akad ijarah ini, terjadi keadaan dimana satu pihak dapat bertindak sendiri atau melalui wakil untuk menjual atau menyewakan aset kepada pihak lain dengan kesepakatan yang dibuat tanpa memidahkan kepemilikan aset itu sendiri.

e. Sukuk Salam

Sukuk yang berlandaskan akad salam tersebut, terjadi keadaan dimana jumlah dan kriteria nya telah ditentukan sehingga pembayaran dilakukan di awal kemudian akan diserahkan sesuai dengan waktu yang telah disepakati.

(29)

a. Sukuk Milkiyyah Al Maujudaat Al Mu’ajjarah

Sukuk jenis ini merupakan sertifikat kepemilikan dari aset yang disewakan atau berwujud aktiva yang disewakan sesuai dengan akad yang dilakukan para investor oleh agen keuangan.

b. Sukuk Al Musaqaah.

Sukuk jenis ini adalah sertifikat yang mewakili nilai yang sama yang dikeluarkan atas dasar kontrak irigasi untuk tujuan menggunakan dana yang dimobilisasi. Sertifikat yang dimiliki mencangkup saham sesuai dengan kesepakatan yang terjadi di awal. c. Sukuk Al Sharikah

Sertifikat sukuk Al Sharikah ini mewakili proyek atau aktifitas yang dikelola atas dasar prinsip musyarakah dengan menunjuk satu pihak atau beberapa pihak lain nya untuk mengelola pengoprasian sukuk tersebut.

Menurut Salim (2011) terdapat beberapa negara yang juga menerbitkan jenis-jenis sukuk diantaranya adalah:

1. Negara Malaysia.

(30)

Inc yang kini telah membuat negara Malaysia tersebut sebagai negara penerbit sukuk terbesar di dunia bersama dengan UAE. 2. Qatar.

Qatar merupakan negara yang memiliki perekonomian yang kuat dimana Qatar adalah pengekspor minyak dan gas ke berbagai negara. Dalam penerbitan sukuk, Qatar menggunakan tenor selama tujuh tahun yang dimulai pada tahun 2003 dan jatuh tempo hingga 2010. Sukuk yang diterbitkan yaitu jenis sukuk ijarah dengan spesifik proyek yang digunakan untuk pembiayaan membangun infrastruktur. Selain itu, di negara ini penerbitan sukuk dangat diminati oleh korporasi sehingga di negara ini sukuk pemerintah maupun korporasi tumbuh dengan baik.

3. Negara Bahrain.

Pemerintah kerajaan Bahrain menerbitkan sukuk pertama kali pada tahun 2004 dengan tenor lima tahun dan jatuh tempo pada tahun 2009. Jenis sukuk yang diterbitkan yaitu sukuk ijarah (headlease dan sublease) yang bertujuan untuk menyediakan instrument management likuiditas bagi lembaga keuangan syariah. 4. Uni Emiret Arab (UAE).

(31)

dunia yang pada akhirnya menyebabkan negara Timur Tengah mengalami kelebihan dana investasi. Kemudian dana pada investasi sukuk digunakan untuk menambah pembiayaan negara yang setiap jenisnya sudah tertuang dalam APBN.

Selanjutnya di negara Indonesia sendiri, jenis sukuk yang lebih dikenal oleh para investor adalah sukuk ijarah dan sukuk mudharabah yang mulai diterbitkan pada tahun 2002 dengan tenor selama lima tahun.

4. Metode Pengeluaran Sukuk

Wahid dan Solihin pada Afif (2014) mengatakan bahwa metode pengeluaran sukuk di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Dalam pembentukan sukuk diharuskan ada beberapa pihak yang terlibat yaitu originator atau ahli waris pemilik sah aset, Special Purpose Vehicle (SPV) yaitu lembaga yang dipercaya untuk mengeluarkan sukuk, sukuk holder atau investor.

b. Dalam tahap selanjutnya, originator memilih aset untuk dijual kepada SPV dengan nilai yang sudah disepakati dan dalam jangka waktu yang sudah di tentukan.

(32)

d. Hasil dari penyewaan tersebut akan dibagikan kepada investor. Jumlah pembagiannnya yaitu sesuai dengan jumlah modal yang ditanam investor di awal investasi.

e. Pada masa ketika sukuk telah matang, flow of rents dihentikan. Setelah itu aset bersama yang dimilik investor dijual kembali oleh SPV kepada originator.

Sedangkan menurut Anggadini (2016) tidak semua emiten dapat menerbitkan sukuk. Diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh emiten jika ingin menerbitkan sukuk yakni:

a. Aktivitas utama perusahaan yang halal. Fatwa No: 20/DSN-MUI/IV/2001 menjelaskan beberapa jenis usaha yang bertentangan dengan syariat islam diantaranya adalah usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan barang dan jasa yang dilarang, usaha lembaga keuangan konvensional (mengandung unsur ribawi) termasuk perbankan konvensional dan asuransi konvensional, usaha yang dari awal produksi hingga penjualan memperdagangkan makanan dan minuman haram, usaha yang menyediakan barang atau jasa yang menimbulkan mudarat dan merusak moral.

(33)

investment gradeadalah sebuah peringkat yang menunjukkan bahwa suatu perusahaan atau pemerintah tersebut memiliki resiko yang relative rendah dari peluang gagal bayar. Sehingga perusahaan atau pemerintah tersebut memiliki tingkat kepercayaan yang dapat berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang.

c. Perusahaan memiliki keuntungan tambahan apabila perusahaan tersebut termasuk kedalam Jakarta Islamic Index (JII). Karena indeks tersebut menjadi tolak ukur saham-saham berbasis syariah.

B. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 adalah pendapatan yang diperoleh suatu daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dan menurut Mardiasmo dalam Sularno (2013) mengatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi daerah.Sumber tersebut dapat berasal dari pajak daerah, retribusi hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolan kekayaan daerah, dan pendapatan asli daerah yang sah lainnya.

(34)

membiayai pembangunan sarana publik dan usaha-usaha di daerah tersebut. Hal itu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap dana dari pemerintah pusat. Rumus Pendapatan Asli Daerah adalah:

PAD = Pajak daerah+Retribusi daerah+Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan+Lain-lain PAD yang sah

2. Jenis-Jenis Kelompok Pendapatan Daerah a. Pajak Daerah.

Menurut UU 28 Tahun 2009 yang dinamakan pajak daerah adalah iuran yang dilakukan oleh perorangan atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang dan iuran tersebut dapar dipaksakan berdasarkan dengan peraturan UU yang berlaku.

Jenis-jenis pajak daerah meliputi: 1. Pajak Hotel.

Pajak hotel merupakan pajak yang dikenakan atas pelayanan suatu hotel.

2. Pajak Restoran dan Rumah Makan.

Pajak restoran dan rumah makan adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan restoran, tidak termasuk catering atau jasa boga. 3. Pajak Hiburan.

(35)

penyelenggaraan acara apapun baik jenis pertunjukan atau permainan yang dinikmati banyak orang dan dipungut biaya. 4. Pajak Reklame.

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggara reklame yaitu barang atau media yang memiliki tujuan komersil.

5. Pajak Penerangan Jalan.

Pajak penerangan jalan adalah pajak yang dikenakan atas listrik yang terdapat dijalanan disuatu daerah dan dibayarkan oleh pemerintah.

6. Pajak Bahan Galian Golongan C.

Pajak bahan galian golongan C adalah pajak atas pengambilan bahan galian golongan C. Yang termasuk bahan galian golongan C adalah asbes,batu tulis,batu kapur,batu setengah permata,gips dan lain-lain.

7. Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Pemukiman. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air pemukiman merupakan pajak yang dikenakan atas pengambilan ari baik berasal dari bawah tanah maupun air permukaan untuk digunakan pribadi atau suatu badan kecuali untuk keperluan rumah tangga dan pertanian rakyat.

(36)

Menurut UU No 28 Tahun2009, retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau izin yang telah diberikan untuk kepentingann pribadi atau suatu badan tertentu. c. Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan

Salah satu alasan diberlakukan nya sistem otonomi daerah adalah tingginya campur tangan pemerintah pusat dalam mengelola kepemerintahan daerah, termasuk mengelola kekayaan daerah, mengelola segala sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, serta industri. Pemerintah pun mengizinkan adanya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) agar setiap daerah dapat memanfaatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.

d. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah.

Menurut Sularno (2013) lain-lain pendapatan yang sah dapat diupayakan oleh setiap daerah dengan cara yang baik dan wajar. Alternatif memiliki pendapatan ini dapat melalui pinjaman bank atau non bank, melalui pinjaman ke daerah lain, dan melalui investasi masyarakat pada daerah tersebut.

C. PEMBIAYAAN DAERAH

1. Pengertian Pembiayaan Daerah

(37)

kembali yang memiliki tujuan untuk memanfaatkan surplus anggaran dan menutup defisit anggaran. Defisit dan surplus anggaran tersebut terjadi apabila terdapat selisih diantara belanja daerah dan anggaran pendapatan daerah.

Pengertian pembiayaan daerah menurut Malik (2016) adalah anggaran daerah meliputi semua pengeluaran dan penerimaan daerah yang akan keluar dan kembali lagi ke daerah tersebut atau sebaliknya pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun anggaran berikutnya. Komponen dalam pembiayaan daerah tersebut terbagi menjadi dua bagian. Bagian tersebut adalah:

1. Penerimaan pembiayaan mencangkup:

a. Silpa tahun anggaran sebelumnya. Silpa merupakan penerimaan daerah yang berasal dari sisa kas daerah pada penerimaan tahun lalu untuk menutupi defisit anggaran jika realisasi pendapatan daerah lebih kecil daripada realisasi belanja daerah.

b. Pencairan dana cadangan.

c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. Penerimaan pinjaman.

e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman. 2. Pengeluaran pembiayaan mencangkup:

a. Pembentukan dana cadangan.

(38)

d. Pembayaran pokok utang daerah.

(39)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian adalah hal yang menjadi titik perhatian suatu penelitian sedangkan subjek penelitian adalah tempat dimana variabel penelitian berada.

Sehingga objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah peluang penerapan jenis sukuk ijarah sebagai sumber pembiayaan. Kemudian subjek dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota di wilayah Jawa Barat.

B. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia yang kemudian diolah menggunakan rumus yang tercantum.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu keterangan yang digunakan dalam penelitian baik secara lisan maupun tulisan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, dimana pengumpulan data dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui perantara dan diambil melalui Badan Pusat Statistik Jawa Barat (BPS JABAR), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Jawa Barat (BAPPEDA JABAR), Bank Indonesia (BI) serta surat kabar.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

(40)

Sukuk adalah obligasi berbasis sistem syariat islam yang berupa surat berharga jangka panjang yang dikeluarkan emiten kepada investor pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada investor berupa bagi hasil, margin/fee, dan membayar kembali dana obligasi saat jatuh tempo.

b. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD merupakan pendapatan yang diperoleh suatu daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah adalah setiap pengeluaran daerah yang akan diterima kembali oleh daerah tersebut dan setiap pendapatan atau penerimaan daerah yang harus dibayarkan kembali yang memiliki tujuan untuk memanfaatkan surplus anggaran dan menutup defisit anggaran. E. Metode Analisis Data

Dalam analisis ini digunakan parameter Perhitungan dan Analisis Statistik Deskriptif untuk mengetahui jumlah permintaan dan penawaran akan investasi sukuk daerah tersebut.

(41)

Selanjutnya Indeks Kemampuan Keuangan (IKK) adalah hasil dari hitungan rata-rata indeks growth, indeks elastisity dan indeks share. Nilai maksimum dan minimun dalam indeks ini ditetapkan sesuai dengan hasil perhitungan yang digunakan. Dan untuk menyusun ketiga komponen indeks tersebut digunakan persamaan umum seperti berikut:

Sehingga Indeks Kemampuan Keuangan (IKK) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana XG merupakan indeks pertumbuhan (PAD), XE merupakan indeks elastistas(PAD terhadap belanja pembangunan daerah), dan XS merupakan indeks share( PAD terhadap APBD)

Selanjutnya setelah menghitung IKK maka kita dapat menggolongkan kabupaten/kota dengan ukuran skala interval kemampuan keuangan daerah yang dapat dilihat seperti berikut:

TABEL 3.1

SKALA INTERVAL KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH Presentase PAD Kemampuan Keuangan Daerah

0,00 – 10,00 Sangat Kurang

(42)
(43)

25

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Deskripsi Ekonomi Kabupaten/Kota wilayah Jawa Barat 1. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor merupakan daerah yang memiliki jumlah kecamatan yang cukup banyak yakni berjumlah 40 kecamatan. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah kabupaten Bogor (BAPPEDA BOGORKAB), semenjak tahun 2015 kabupaten Bogor mulai melakukan penguatan aspek mencangkup infrastruktur, pelayanan publik, dan penguatan infastruktur Situ front city.

Menurut Mujani (2015) yang dimaksud dengan situ front city

(44)

Kemudian menurut Sofiah (2015) semenjak tahun 2015 pula, kabupaten Bogor baru mulai menerapkan sistem Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) secara online dengan tujuan untuk membantu kelancaran proses dan penyusunan RKPD untuk tahun 2017 dikarenakan sistem tersebut membuat seluruh usulan tentang program dan kegiatan terangkum dalam sistem yang dikelompokkan sesuai prioritas dan fokus pembangunannya. Fokus pembangunan tersebut meliputi peningkatan aksebilitas sarana dan prasarana wilayah, peningkatan daya saing perekonomian, serta peningkatan terhadap kualitas dan kuantitas aspek pelayanan pendidikan dan kesehatan.

Menurut laporan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor (BAPPEDA BOGORKAB), untuk meningkatkan perekonomian daerah, pemerintah pun sudah mulai menggali potensi daerah tersebut melalui sektor pariwisata. Sektor pariwisata tersebut dibuat dengan lima destinasi yakni wisata perkotaan, wisata ekowisata, wisata warisan budaya dan pendidikan, destinasi wisata kreatif, dan destinasi MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) dan rekreasi.

2. Deskripsi Ekonomi Kota Bogor

(45)

sebagai penyangga Ibu Kota karena memiliki wisata ilmiah yang bersifat internasional yakni Kebun Raya Bogor. Letak topografis kota Bogor yang berada di tengah-tengah kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibu Kota Negara merupakan letak yang sangat strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang sedang digali oleh pemerintah kota Bogor berasal dari bisnis perhotelan dan sejenisnya yang hingga saat ini terus berkembang sehingga banyak mengundang perhatian para investor untuk menanamkan investasi dengan jumlah resapan tenaga kerja yang tidak sedikit (jabarprov.go.id).

Kemudian menurut pemerintah kota Bogor pada tahun sebelumnya, sektor lapangan usaha yang memberikan kontribusi terhadap Pertumbuhan Domestik Regional Bruto kota Bogor yang dijelaskan dalam bentuk persen adalah sektor keuangan,persewaan dan jasa perusahaan sebesar 12.35 persen, sektor pertanian menyumbang sebesar 0.40 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10.62 persen, sektor industri pengolahan sebesar 26.44 persen, sektor listrik, gas, dan air bersih menyumbang sebesar 3.06 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 31.27 persen, sektor jasa-jasa sebesar 7.37 persen, dan terakhir sektor bangunan sebesar 8.5 persen.

(46)

kebutuhan daerah yang dibiayai oleh PAD, sedangkan pertumbuhan PAD di tahun 2015 dinyatakan kurang maksimal karena pemerintah kota kurang melakukan optimalisasi mengenai pajak dan retribusi daerah. Sehingga untuk menangani masalah tersebut kota Bogor akan melakukan beberapa langkah yakni:

a. Memperluas basis penerimaan. b. Memperluas proses pemungutan. c. Meningkatkan pengawasan.

d. Meningkatkan efisiensi administrasi. e. Menekankan biaya pemungutan.

f. Melakukan perencanaan yang lebih baik untuk meningkatkan kapasistas penerimaan.

g. Menggali pajak hotel dan restoran.

3. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Bekasi

Menurut Badan Pusat Statistik kabupaten Bekasi, letak wilayah kabupaten bekasi berada di sebelah timur Ibu Kota dan berbatasan dengan kota bekasi yang memiliki 23 kecamatan didalamnya.

(47)

Menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah kabupaten Bekasi (BAPPEDA BekasiKab), kabupaten Bekasi pun adalah salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki banyak sektor industri di dalam wilayah tersebut.Luas industri yang terdapat di kabupaten Bekasi adalah 23,000 ha. Sedangkan potensi perekonomian yang masih bisa digali lebih jauh oleh pemerintah yang terdapat di kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut:

a. Potensi perekonomian bekasi yang pertama yakni terdapat pada sektor Sumber Daya Alam. Wilayah bekasi yang sebagian besar adalah dataran rendah dengan bagian selatan berbukit telah beruntung karena memiliki salah satu potensi daerah terbesar berupa Sumber Daya Alam untuk pertambangan, dua diantaranya adalah minyak dan gas bumi.

b. Potensi yang kedua adalah potensi menyangkut ketenagakerjaan. Menurut sensus penduduk di kabupaten Bekasi terdapat sekitar tujuh puluh dua persen penduduk dengan usia produktif. Hal tersebut tentu saja menjadi peluang bagi para pengusaha untuk membuka usahanya di kabupaten Bekasi melihat begitu banyak tenaga kerja di wilayah tersebut dengan tingkat pendidikan terbesar adalah lulusan SMU. Dan berdasarkan hasil survey sementara, penyerapan tenaga kerja tertinggi berada pada industri pengolahan dan industri pertanian. c. Potensi yang ketiga yaitu mengenai sektor pengolahan. Potensi ini

(48)

diatas. Hal tersebut dikarenakan kemajuan sektor pengolahan yang begitu pesat sehingga menempatkan nya sebagai salah satu wilayah industri terbesar di Indonesia.

d. Potensi lain yang tengah dikembangkan oleh pemerintah kabupaten Bekasi adalah sektor pertanian, industri pemukiman/properti, dan sektor perdagangan barang dan jasa.

4. Deskripsi Ekonomi Kota Bekasi

Berdasarkan laporan pemerintah kota Bekasi, kota tersebut berada di sebelah barat Ibu Kota Jakarta dan sebelah utara dan timur adalah kabupaten Bekasi dengan 12 keluarahan dan 26 desa.

(49)

Selain itu, potensi kota Bekasi terdapat juga pada sektor hiburan. Di kota Bekasi tersebut terdapat banyak hiburan yang tersedia yang terbesar diantaranya adalah Taman Budaya Indonesia Jaya dan Lippo Waterboom yang dibangun oleh Lippo Group. Kemudian Transcorp pun akan berinvestasi di sektor hiburan tersebut dengan membangun Trans Studio terbesar (bekasikota.go.id).

5. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Cianjur

Menurut Badan Pusat Statistik Jawa Barat, kabupaten Cianjur terdapat di tengah provinsi Jawa Barat dengan batas sebelah barat adalah kabupaten Sukabumi. Terdapat 32 kecamatan dan 348 desa/keluarahan di kabupaten Cianjur tersebut. Secara geografis, wilayah kabupaten Cianjur dibagi menjadi tiga bagian yakni wilayah Cianjur utara, wilayah Cianjur tengah, dan wilayah Cianjur selatan.Cianjur utara terdapat di dataran tinggi dan meliputi kawasan puncak.Wilayah Ciajur tengah merupakan wilayah perbukitan namun terdapat juga beberapa wilayah dataran rendah persawahan, perkebunan, dll. Wilayah Cianjur selatan berada di dataran rendah dengan dikelilingi bukit-bukit kecil dan juga pesawahan.

(50)

wilayah yang terdapat di kabupaten Cianjur, wilayah utara berkembang dengan cepat dan letaknya sangat strategis karena berada di jalur wisata puncak dan dilewati oleh jalur regional antara Bandung dan Jakarta. Hal tersebut telah menciptakan efek perekonomian yang baik bagi masyarakat kabupaten Cianjur yang ditunjukkan dengan munculnya mata pencaharian bagi masyarakat sekitar. Keadaan tersebut membuat perekonomian Cianjur menjadi tumbuh dengan baik. Kemudian di jalur regional terdapat sektor perdagangan, perhotelan dan jasa yang membantu meningkatkan struktur perekonomian secara keseluruhan.

6. Deksripsi Ekonomi Kota Bandung

Menurut Badan Pusat Statistik, kota Bandung merupakan ibukota Jawa Barat yang memiliki 31 kecamatan dan 151 kelurahan dan secara administratif berbatasan dengan:

a. Sebelah utara, timur, dan selatan berbatasan dengan kabupaten Bandung .

b. Sebelah barat berbatasan dengan kota Cimahi dan kabupaten Bandung Barat.

(51)

tertinggi ke dua di Jawa Barat di tahun 2015. Hal tersebut paling banyak didapatkan melalui pajak daerah kota tersebut.

Ibukota Jawa Barat tersebut tidak memiliki Sumber Daya Alam dan Energi melainkan hanya memiliki Sumber Daya Manusia sehingga potensi perekonomian pada kota tersebut bersifat ekonomi kreatif seperti fashion, kuliner, dan desain dengan skala menengah (redaksi swa.co.id).

7. Deskripsi ekonomi Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung terletak di antara kota Bandung, kabupaten Bandung Barat, kabupaten Cianjur, kabupaten Sumedang, dan kabupaten Garut yang memiliki 31 kecamatan, 270 desa, dan 10 kelurahan (BPS, 2016).

(52)

8. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Bandung Barat

Kabupaten Bandung Barat berbatasan dengan wilayah Cianjur dari sebelah barat, berbatasan dengan kabupaten Purwkarta dan kabupaten Subang dari sebelah utara, berbatasan dengan kabupaten Bandung dan kota Cimahi dari sebelah timur, dan dari sebelah selatan berbatasan dengan selatan kabupaten Bandung dan kabupaten Cianjur. Kabupaten Bandung Barat hanya memiliki 15 kecamatan (BPS, 2016).

Menurut Pemda kabupaten Bandung Barat, potensi perekonomian yang ada dan diunggulkan di kabupaten Bandung Barat tersebut adalah potensi industri. Diantara industri yang termasuk kedalam potensi kabupaten Bandung Barat adalah industri kecil yang terdapat di kecamatan Padalarang yaitu anyaman dan makanan, kemudian industri pengembangan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) terpadu, kemudian potensi industri daur ulang (pengelolaan sampah), dan yang terakhir adalah pengembangan industri pengolahan BIOETHNOL sinking.

9. Deskripsi Ekonomi Kota Depok

(53)

Potensi yang terdapat pada wilayah kota Depok menurut Portal Resmi Pemerintah Depok adalah subsektor perdagangan dan jasa sekaligus sektor tersebut telah memberikan kontribusi dominan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Depok. Apabila potensi tersebut terus digali oleh pemerintah maka akan sanngat berdampak baik terhadap pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Depok dan akan berdampak pula terhadap ketenagakerjaan yakni menyerap tenaga kerja.

10. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Sukabumi

Menurut Badan Pusat Statistik, kabupaten Sukabumi berada di Jawa Barat dengan jarak 96 km dari dari Ibukota Provinsi Jawa Barat dan 119 km dari Ibukota Jakarta yang memiliki 47 kecamatan, 5 desa, dan 381 desa. Kondisi wilayah kabupaetn terbagi menjadi dua bagian yakni zona selatan dan zona utara. Di zona utara merupakan wilayah yang dipengaruhi oleh vulkan dan sebagian besar daerah nya subur dimana terdapat beberapa kegiatan pertanian. Sedangkan di zona selatan adalah kawasan berbukit dimana terdapat pertanian kering, perkebunan dan kehutanan.

Potensi kabupaten Sukabumi yang dijelaskan dalam dokumen Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah kabupaten Sukabumi (BAPPEDA Sukabumi Kab) terbagi menjadi tiga macam potensi yakni: 1. Potensi yang sangat besar yakni sumber pertanian, perkebunan, dan

(54)

dukungan iklim dan dukungan tata air yang sangat baik. Perkebunan yang terdapat di kabupaten Sukabumi sempat menjadi peranan penting dalam perekonomian negara di masa lampau yaitu dalam sektor perkebunan karet dan teh.

2. Potensi pertambangan yang teridentifikasi dan potensi sektor energi di kabupaten Sukabumi yang cukup baik.

3. Potensi Sumber Daya pesisir dan kelautan yang terdapat di kabupaten Sukabumi yang berjenis perikanan, rumput laut, hutan mangrove, bahan tambang, terumbu karang, mineral serta sektor pariwisata nya.

11. Deskripsi Ekonomi Kota Sukabumi

Kota Sukabumi merupakan wilayah yang terletak di bagian selatan Jawa Barat dengan jarak ke Ibukota Negara adalah 120 km dan jarak ke Ibukota Jawa Barat adalah 96 km yang didalamnya terdapat 7 kecamatan.

(55)

dan radio, fashion, perikanan, teknologi informasi, desain, kuliner, kerajinan, arsitektur, dan penerbitan.

12. Deskripsi Ekonomi Kota Tasikmalaya

Kota Tasikmalaya merupakan kota yang hanya memiliki 8 kecamatan dengan batasan sebelah barat, utara, selatan, dan timur adalah kabupaten Tasikmalaya (BPS, 2016).

Menurut publikasi Pemerintah Kota Tasikmalaya, sejak tahun 2000 pertumbuhan ekonomi kota Tasikmalaya didorong oleh 4 sektor yakni sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa pemerintahan, dan terakhir adalah sektor pertanian. Tiga dari ke empat sektor tersebut yakni perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa pemerintahan, dan sektor pertanian memiliki kecenderungan penurunan share terhadap perekonomian sehingga ketiga sektor tersebut harus lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah.

13. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya

Wilayah kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki 39 kecamatan dan 351 desa yang berbatasan dengan kota Tasikmalaya dan kabupaten Ciamis di sebelah utara, berbatasan dengan samudra hindia di sebelah selatan, berbatasan dengan kabupaten Garut di sebelah barat dan berbatasan dengan kabupaten Ciamis di sebelah timur.

(56)

agribisnis, pertambangan, industri kecil dan menengah, dan kelautan. Wilayah kabupaten Tasikmalaya pun terbilang wilayah yang stategis karena berada pada jalur transportasi utama pulau jawa bagian selatan yang terhubung dengan Ibukota Jawa Barat, jalur Cilacap, dan jalur Yogyakarta. Hal tersebut tentu saja dapat menjadi peluang besar dalam membuka peluang investasi bagi dunia usaha. Namun hingga saat ini, kondisi investasi di kabupaten Tasikmalaya masih rendah sehingga pemerintah kesulitan dalam mengembangkan sumber daya alam yang ada.

14. Deskripsi Ekonomi Kota Cirebon

Menurut Badan Pusat Statistik (2016), kota Cirebon terletak di pantai utara bagian timur Jawa Barat dengan 5 kecamatan dan 22 kelurahan. Kota Cirebon pun merupakan wilayah yang terlewati oleh jalur utama transportasi dari Jakarta menuju Jawa Barat, dan menuju Jawa Tengah melalui jalur pantai utara.

(57)

Hanya saja potensi tersebut hingga saat ini kurang dimaksimalkan oleh pemerintah sehingga kontribusi sektor tersebut terdahap pertumbuhan ekonomi kota Cirebon masih rendah jika dibandingkan dengan sektor perdagangan dan jasa.

15. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Cirebon

Badan Pusat Statistik (2016) melaporkan bahwa kabupaten Cirebon berada di sebelah timur provinsi Jawa Barat yang merupakan wilayah perbatasan dengan provinsi Jawa Tengah yang memiliki 40 kecamatan didalam nya. Kabupaten Cirebon pun menjadi salah satu wilayah dalam sektor pertanian yang berada di jalur pantura (pantai utara).

Potensi ekonomi terbesar yang berada di kabupaten Cirebon menurut Bappeda setempat adalah sektor pertanian, sektor perkebunan, dan sektor industri. Apabila dikelola dengan baik, sektor tersebut akanmampu menyumbang pendapatan daerah kabupaten Cirebon secara maksimal. Selain itu, kabupaten Cirebon bagian timur pun memiliki potensi lain yakni lumbung garam. Bahkan garam yang dihasilkan di wilayah tersebut menurut laporan pemerintah kabupaten Cirebon dikatakan sebagai penghasil garam se Provinsi Jawa Barat.

16. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Kuningan

(58)

Cirebon dan kabupaten Majalengka yang memiliki 32 kecamatan dan 15 kelurahan (BPS, 2016).

Potensi andalan kabupaten Kuningan menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA Kuningan) adalah pertanian dan perdagangan. Dua sektor tersebut adalah sektor yang dominan berkontribusi dalam pendapatan daerah. Selain itu, sektor tersebut paling banyak menyerap tenaga kerja setempat sehingga mengurangi angka pengangguran daerah.

17. Dekskripsi Ekonomi Kabupaten Karawang

Menurut Badan Pusat Statistik, kabupaten Karawang terletak di daerah daratan yang relatif rendah dan sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.Kabupaten Karawang pun memiliki 38 kecamatan dan 12 kelurahan.

Kemudian menurut pemerintah daerah, kabupaten Kawarang termasuk kedalam kawasan subur di Jawa Barat sehingga sebagian besar lahan nya digunakan untuk pertanian.Sehingga potensi pertanian di kawasan tersebut sangat baik. Hal tersebut dibuktikan dengan memberikan kontribusi kebutuhan beras nasional yang setiap tahun nya mencapai 799.128 ton/tahun.

(59)

kabupaten karawang terbagi menjadi beberapa karakter yakni wisata pegunungan, wisata bahari, wisata sejarah, wisata religi, wisata purbakala dan wisata buatan (bendunga, jembatan, danau buatan, dan kuliner).

18. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Majalengka

Menurut Badan Pusat Statistik, kabupaten Majalengka berbatasan dengan wilayah Indramayu di sebelah utara, kabupaten Cirebon dan kabupaten Kuningan di sebelah timur, dan kabupaten Ciamis di sebelah barat. Kabupaten Majalengka memiliki 26 kecamatan didalamnya. Kabupaten Majalengka terbagi menjadi tiga zona yaitu zona daerah pegunungan, zona daerah perbukitan, dan zona daratan rendah. Kondisi ini tentu saja memungkinkan tumbuhnya potensi Sumber Daya Alam yang melimpah seperti sayuran, buah-buahan, bahan pangan, dan juga sektor pariwisata alam.

(60)

percepatan pembangunan termasuk pembangunan proyek Bandara Internasional Jawa Barat (BAPPEDA Majalengka).

19. Deksripsi Ekonomi Kabupaten Sumedang

Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa kabupaten Sumedang terletak di Provinsi Jawa Barat dan berbatasan langsung dengan kabupaten Indramayu sebelah utara, kabupaten Majalengka sebelah timur, kabupaten Garut sebelah selatan dan kabupaten Bandung sebelah barat dan memiliki 26 kecamatan.

Menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumedang ( BAPPEDA Kabupaten Sumedang), potensi perekonomian yang terdapat di kabupaten tersebut adalah sektor industri rumah tangga. Berdasarkan data yang didapatkan, sektor industri rumah tangga yang berada di kabupaten Sumedang adalah sektor industri rumah tangga yang terbanyak dibandingkan dengan sektor industri rumah tangga lainya. Diantara produk-produk yang dihasilkan dari sektor industri rumah tangga yang merupakan andalah daerah tersebut adalah tahu sebagai komoditi utama berjumlah 232 unit, opak ketan 178 unit, senapan angina 147 unit, meubeul 139 unit, wayang golek 46 unit, kerajinan kayu 40 unit, dan ubi cilembu 30 unit.

20. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Indramayu

(61)

jalur regional yaitu jalur yang menghubungkan Ibukota Jawa Barat dengan Ibukota Negara atau Jakarta. Kabupaten Indramayu sendiri memiliki 31 kecamatan dan 8 kelurahan.

Potensi perekonomian kabupaten Indramayu berada pada sektor pertanian. Wilayah Indramayu pun termasuk kedalam salah satu daerah yang menjadi pemasok beras nasional meskipun bukan penghasil padi terbanyak. Mayoritas masyarakat setempat pun bermata pencaharian sebagai petani.Bahkan sebagian besar lahan yang berada di daerah kabupaten Indramayu digunakan untuk lahan pertanian. Namun tidak hanya padi yang menjadi komoditas unggulan dalam pertanian, ada pula beberapa tanaman yang termasuk kedalam sektor unggulan yakni manga, tebu, kopi, dan jambu mete (BAPPEDA Indramayu).

21. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Subang

Menurut Badan Pusat Statistik (2016), kabupaten Subang merupakan daerah di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan laut jawa di sebelah utara dan memiliki 30 kecamatan dan 8 kelurahan.

(62)

22. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Purwakarta

Kabupaten Purwakarta merupakan daerah di Jawa Barat yang berbatasan dengan kabupaten Karawang, kabupaten Subang, dan kabupaten Bandung Barat yang memiliki 17 kecamatan didalamnya. Potensi perekonomian kabupaten Purwakarta yang telah berhasil digali oleh pemerintah yakni sektor agribisnis seperti peternakan sapi potong, usaha perikanan, dan perkebunan. Selain itu potensi yang hingga saat ini masih digali oleh pemerintah setempat adalah sektor industri. Terdapat 30 persen kawasan yang sudah ditujukan untuk pengembangan sektor industri di wilayah tersebut namun belum digunakan. Selain itu, pemerintah setempat pun sedang mengembangkan peluang bisnis berupa investasi terhadap sektor industri manufaktur dan sektor garmen (BAPPEDA Purwakarta ).

23. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Garut

(63)

Menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Garut, wilayah kabupaten tersebut memiliki berbagai potensi komoditas pertanian dan agribisnis yang dapat tumbuh dengan baik apabila disertai dengan penerapan teknologi. Namun terdapat beberapa kendala yang dihadapi untuk meningkatkan perekonomian daerah kabupaten Garut tersebut, diantaranya adalah kurang nya kualitas Sumber Daya Manusia local, dan minimnya sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan perekonomian daerah tersebut.

24. Deksripsi Ekonomi Kabupaten Ciamis

Menurut Badan Pusat Statistik, kabupaten Ciamis mengalami pemekaran dalam jumlah kecamatan pada tahun 2009 sehingga kabupaten tersebut hingga saat ini memiliki 36 kecamatan. Kabupaten Ciamis berbatasan langsung dengan kota Tasikmalaya dan kota Banjar.

Potensi perekonomian yang dimiliki oleh kabupaten ciamis adalah sektor agrobisnis dan sektor pariwisata.Kedua sektor tersebut terus digali potensi nya hingga kini karena kedua potensi tersebut menjadi ujung tombak untuk meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat sekitar (BAPPEDA Ciamis).

25. Deskripsi Ekonomi Kabupaten Pangandaran

(64)

Diantara yang terbesar adalah sektor pariwisata baik wisata pantai maupun wisata sungai. Beberapa wisata pantai yang terkenal adalah wisata pantai pangandaran, taman wisata alam cagar alam, pantai batu hiu dll. Dan wisata sungai yang terkenal adalah wisata cukang taneuh atau biasa disebut dengan green canyon.Selain itu, potensi daerah yang dimiliki oleh kabupaten Pangandaran terdapat pula di sektor pertanian (sawah dan lading), sektor peternakan, sektor kehutanan dan sektor perikanan.Namun keempat sektor tersebut kontribusi nya tidak terlalu besar terhadap pendapatan daerah jika dibandingkan dengan sektor pariwisata (situs resmi pangandaran.go.id).

26. Deksripsi Ekonomi Kota Banjar

Menurut Badan Pusat Statistik, kota Banjar merupakan wilayah di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan wilayah provinsi Jawa Tengah yang memiliki 4 kecamatan dan 23 kelurahan.

(65)

pertanian sebagai mata pencaharian. Selain itu, lahan pertanian di kota Banjar pun terbilang luas dan didukung oleh fasilitas irigasi sehingga turut memajukan sektor tersebut (situs resmi www.banjar-jabar.go.id).

27. Deskripsi Ekonomi Kota Cimahi

(66)

48 A. Indeks Kemampuan Keuangan (IKK)

(67)

TABEL 5.1

INDEKS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH 27 KABUPATEN/ KOTA DI JAWA BARAT

NO Kabupaten/Kota IKK Status IKK

1 Kabupaten Bekasi 0.71 Sangat Baik

2 Kota Bekasi 0.64 Sangat Baik

3 Kota Depok 0.63 Sangat Baik

4 Kota Bogor 0.61 Sangat Baik

5 Kota Bandung 0.61 Sangat Baik

6 Kabupaten Pangandaran 0.59 Sangat Baik

7 Kabupaten Karawang 0.51 Sangat Baik

8 Kota Cimahi 0.45 Baik

9 Kota Sukabumi 0.44 Baik

10 Kabupaten Bogor 0.41 Baik

11 Kabupaten Garut 0.39 Cukup Baik

12 Kota Cirebon 0.39 Cukup Baik

13 Kabupaten Purwakarta 0.36 Cukup Baik

14 Kabupaten Cirebon 0.31 Cukup Baik

15 Kabupaten Sukabumi 0.28 Sedang

16 Kota Banjar 0.27 Sedang

17 Kabupaten Subang 0.26 Sedang

18 Kabupaten Sumedang 0.24 Sedang

19 Kabupaten Majalengka 0.21 Sedang

20 Kabupaten Cianjur 0.21 Sedang

21 Kabupaten Indramayu 0.19 Kurang Baik

22 Kabupaten Kuningan 0.17 Kurang Baik

23 Kabupaten Tasikmalaya 0.14 Kurang Baik 24 Kabupaten Bandung Barat 0.13 Kurang Baik

25 Kabupaten Ciamis 0.12 Kurang Baik

26 Kabupaten Bandung 0.11 Kurang Baik

27 Kota Tasikmalaya 0.10 Tidak Baik

Sumber : Hasil Olah Data, 2016

(68)

satu fakta nya, kota Tasikmalaya memiliki beragam sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi sektor wisata namun terbengkalai sehingga pendapatan dari sektor pariwisata rendah.

B. Indeks Pinjaman Daerah (IPD)

Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap Penerimaan Umum (PU) daerah untuk mengetahui Indeks Pinjaman Daerah di Jawa Barat. Pada perhitungan ini,digunakan data Penerimaan Umum tahun 2014 dikalikan dengan 75% agar dapat mengetahui batas maksimum suatu daerah dapat melakukan pinjaman untuk tahun 2015. Dimana angka yang dikalikan yakni 75% berasal dari jumlah kumulatif pokok pinjaman yang wajib dibayar dari penerimaan umum APBD tahun sebelumnya merujuk pada PP 54 Tahun 2005. (Walidi, 2009)

Berdasarkan hasil hitungan berikut, kabupaten Bogor memiliki Indeks Pinjaman Daerah tertinggi dengan angka indeks sebesar 1.00. Hal tersebut dikarenakan kabupaten Bogor memiliki penerimaan daerah yang paling tinggi diantara wilayah lainnya. Kemudian kota Banjar memiliki Indeks Pinjaman Daerah terendah dengan angka indeks sebesar 0.00.

TABEL 5.2

INDEKS PINJAMAN DAERAH (IPD) DI JAWA BARAT TAHUN 2014 No Kabupaten/Kota Penerimaan

Umum (PU)

75%*PU IPD

(69)

Lanjutan Tabel 5.2

7 Kabupaten Garut 2302787014970 1727090261228 0.47 8 Kabupaten Sukabumi 2136060769010 1602045576758 0.43 9 Kabupaten Cirebon 1984658783330 1488494087498 0.39 10 Kabupaten Cianjur 1970949290520 1478211967890 0.38 11 Kabupaten Indramayu 1826565030640 1369923772980 0.35 12 Kota Depok 1771223744630 1328417808473 0.33 13 Kabupaten Subang 1651528294830 1238646221123 0.30 14 Kabupaten Tasikmalaya 1631008778000 1223256583500 0.29 15 Kabupaten Majalengka 1485249641000 1113937230750 0.26 16 Kabupaten Sumedang 1517606666260 1138204999695 0.26 17 Kabupaten Kuningan 1411705882000 1058779411500 0.24 18 Kota Bogor 1433933925060 1075450443795 0.24 19 Kabupaten Bandung Barat 1405221120630 1053915840473 0.23 20 Kabupaten Ciamis 1394956025130 1046217018848 0.23 21 Kabupaten Purwakarta 1210719727000 908039795250 0.18 22 Kota Cirebon 951308067970 713481050978 0.11 23 Kota Tasikmalaya 912308585120 684231438840 0.10 24 Kota Cimahi 863427095000 647570321250 0.09 25 Kota Sukabumi 812677164350 609507873263 0.08 26 Kabupaten Pangandaran 741239294530 555929470898 0.06 27 Kota Banjar 519579997780 389684998335 0.00 Sumber: Badan Pusat Statistik

C. Indeks Kemampuan Penerbitan Sukuk Daerah

(70)

Kemampuan Keuangan yang tinggi pula. Sedangkan pada urutan terakhir ditempati oleh kota Tasikmalaya dengan nilai Indeks Kemampuan Penerbitan (IKP) sebesar 0.10.

TABEL 5.3

INDEKS KEMAMPUAN PENERBITAN (IKP) SUKUK DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT TAHUN 2015

No Kabupaten/Kota IPD IKK IKP

(71)

Dana Likuid (IKDL) yang siap untuk diinvestasikan, menghitung Indeks Komposisi Keluarga Sejahtera (IKKS) yang menggambarkan tingkat kesejahteraan di masing-masing daerah sehingga diasumsikan akan mempengaruhi tingkat permintaan investasi sukuk pada masing-masing daearah, dan selanjutnya menghitung Indeks Potensi Populasi Muslim (IPPM) untuk mempertimbangkan tingkat permintaan umat islam atas penawaran instrumen investasi yang berbasis syariah.

TABEL 5.4

PERHITUNGAN INDEKS POTENSI POPULASI MUSLIM, INDEKS KOMPOSISI KELUARGA SEJAHTERA DAN INDEKS KOMPOSISI

(72)

Lanjutan Tabel 5.4

26 Kota Tasikmalaya 0.13 0.15 0.03

27 Kota Banjar 0.03 0.02 0.01

Sumber :Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia, 2016

Berdasarkan perhitungan indeks diatas, menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor memiliki keunggulan dalam faktor populasi jumlah umat muslim di daerah dan komposisi keluarga sejahtera. Hal tersebut tentu saja membuat kabupaten bogor berada di urutan pertama dalam hasil perhitungan Indeks Potensi Permintaan (IPP) sukuk daerah. Kemudian kabupaten Bekasi merupakan wilayah yang memiliki populasi muslim terbanyak di Jawa Barat dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga hal tersebut membuat wilayah kabupaten Bekasi berada di urutan ke dua dalam hasil perhitungan Indeks Potensi Permintaan (IPP) sukuk daerah seperti yang dijelaskan dalam tabel 5.9 berikut ini.

TABEL 5.9

INDEKS POTENSI PENERBITAN (IPP) SUKUK DAERAH

NO Kabupaten/Kota Indeks Potensi

Permintaan (IPP)

5 Kabupaten Karawang 0.47

6 Kota Bekasi 0.38

7 Kabupaten Garut 0.37

8 Kabupaten Cianjur 0.35

9 Kabupaten Indramayu 0.35

10 Kabupaten Sukabumi 0.34

11 Kabupaten Cirebon 0.33

12 Kota Depok 0.28

(73)

Lanjutan Tabel 5.5

14 Kabupaten Bandung Barat 0.23

15 Kabupaten Subang 0.22

16 Kabupaten Ciamis 0.21

17 Kabupaten Majalengka 0.18

18 Kabupaten Sumedang 0.18

19 Kabupaten Kuningan 0.17

20 Kabupaten Purwakarta 0.16

21 Kota Tasikmalaya 0.11

22 Kota Bogor 0.10

23 Kota Cimahi 0.08

24 Kota Cirebon 0.05

25 Kota Sukabumi 0.04

26 Kabupaten Pangandaran 0.02

27 Kota Banjar 0.02

Sumber : Hasil Olah Data, 2016

Setelah diketahui angka Indeks Potesi Permintaan (IPP) dan Indeks Kemampuan Penerbitan (IKP) sukuk daerah kabupaten/kota di wilayah Jawa Barat pada tahun 2015, maka selanjutnya dihitung angka Indeks Kemampuan dan Potensi Penerbitan (IKPP) sukuk daerah sebagai hasil akhir untuk mengetahui kabupaten/kota mana yang paling baik dan berpotensi dalam menerbitkan investasi sukuk daerah tersebut.

E. Indeks Kemampuan dan Potensi Penerbitan Sukuk TABEL 5.6

INDEKS KEMAMPUAN DAN POTENSI PENERBITAN SUKUK

(74)
(75)

diatas. Hal tersebut didukung dengan potensi penduduk muslim dan keluarga sejahtera yang tinggi.

Penerapan sukuk yang sesuai dengan keadaan wilayah kabupaten Bogor adalah sukuk ijarah. Karena sukuk ijarah memiliki akad sewa tanpa memindahkan kepemilikan aset. Sehingga potensi sumber daya yang dimiliki daerah tersebut dapat dikembangkan secara maksmimal dengan bantuan investasi syariah dari masyarakat setempat.

Penerapan investasi sukuk pun akan sangat membantu pada perencanaan wilayah kabupaten Bogor di tahun 2015 yakni melakukan penguatan aspek mencangkup infrastruktur, pelayanan publik, dan penguatan infastruktur situ front city. Selain itu, investasi sukuk akan membatu pembiayaan daerah untuk mewujudkan pengembangan sektor pariwisata yang dibuat dengan 5 destinasi yakni wisata perkotaan, wisata ekowisata, wisata warisan budaya dan pendidikan, destinasi wisata kreatif, dan destinasi MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) dan rekreasi.

(76)

pun berada di urutan pertama yang dapat artikan bahwa dana likuid yang dimiliki kabupaten Bekasi lebih besar dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Sukuk dengan akad ijarah baik diterapkan pada wilayah tersebut. Sehingga potensi sumber daya yang dimiliki daerah tersebut dapat dikembangkan secara maksmimal dengan bantuan investasi syariah dari masyarakat setempat. Seiring dengan perkembangan sumber daya alam yang dilakukan, kabupaten Bekasi pun harus memperhatikan infratruktur yang dimiliki wilayah tersebut agar tetap beroperasi dengan baik. Oleh karena itu, penerapan sukuk pun akan membantu wilayah tersebut dalam pembiayaan peningkatan atau pembangunan infrastuktur dan pengembangan potensi sumber daya yang berada di kabupaten Bekasi.

(77)

pengembangan infrastruktur daerah dan pengembangan wisata buatan di daerah tersebut.

Gambar

TABEL 3.1 SKALA INTERVAL KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH
TABEL 5.1 INDEKS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH
TABEL 5.4 PERHITUNGAN INDEKS POTENSI POPULASI MUSLIM, INDEKS
TABEL 5.9 INDEKS POTENSI PENERBITAN (IPP) SUKUK DAERAH

Referensi

Dokumen terkait

Rasio-rasio yang sering digunakan dalam analisis kinerja keuangan pemerintah daerah adalah Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah,

Untuk menganalisis perkembangan kemampuan keuangan daerah di Kota Blitar pada tahun 2008-2012 dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah dilihat dari rasio

Rasio Efektivitas adalah kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian tentang Pengelolaan Keuangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Menjaga Tingkat Rasio Kemandirian Daerah Di Kota Cilegon

Data dalam penelitian ini terdiri dari data realisasi PAD, realisasi Total Pendapatan Daerah, realisasi Total Belanja Daerah, target PAD, realisasi

Untuk melihat ketergantungan fiskal pemerintah daerah terhadap dana bantuan dari pemerintah pusat dapat dilakukan dengan mengukur kinerja atau kemampuan keuangan pemerintah

mengambil peran besar dalam APBD dan daerah ini mempunyai kemampuan mengembangkan potensi lokal. Daerah yang berada di Kuadran II adalah Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten

Sesuai dengan kriteria dalam pengelompokan pertumbuhan keuangan menurut Halim, 2007 maka pada tahun 2017 dikatakan mengalami pertumbuhan perekonomian yang negatif karena rasio