ANALISIS PENGARUH JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH
WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP PENDAPATAN
RETRIBUSI DI 5 KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
(2001-2014)
THE INFLUENCE OF TOURISM OBJECT, NUMBER OF
TOURIST, AND PDRB TO INCOME OF LEVY IN 5 DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA DISTRIC
(2001-2014)
Oleh:
AGUNG HAFIIDH IKHSAN
20120430035
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ii
(2001-2014)
THE INFLUENCE OF TOURISM OBJECT, NUMBER OF
TOURIST, AND PDRB TO INCOME OF LEVY IN 5 DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA DISTRIC
(2001-2014)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
AGUNG HAFIIDH IKHSAN 20120430035
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iii
YOGYAKARTA
(2001-2014)
THE INFLUENCE OF TOURISM OBJECT, NUMBER OF
TOURIST, AND PDRB TO INCOME OF LEVY IN 5 DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA DISTRIC
(2001-2014)
Diajukan oleh
AGUNG HAFIIDH IKHSAN 20120430035
Telah Disetujui oleh:
Pembimbing
iv
THE INFLUENCE OF TOURISM OBJECT, NUMBER OF TOURIST, AND PDRB TO INCOME OF LEVY IN 5 DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA DISTRIC (2001-2014)
Diajukan Oleh Agung Hafiidh Ikhsan
20120430035
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan didepan
Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tanggal 17 Desember 2016 Yang terdiri dari
Imamuddin Yuliadi,Dr., SE., M.si Ketua Tim Penguji
Agus Tri Basuki, S.E., M.Si. Anggota Tim Penguji
Ahmad Maruf, SE., M.Sc.
Anggota Tim Penguji
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
v Nama : Agung Hafiidh Ikhsan Nomor Mahasiswa : 20120430035
Program Studi : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS PENGARUH JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP PENDAPATAN RETRIBUSI DI 5 KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (2001-2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 28 November 2016
vi
Mulai dari diri kita untuk membuat langkah revolusi dan merobohkan ketidakadilan. Dan jangan sedikitpun ijinkan diri ini terbiasa dengan kemunafikan
(Hafiidh)
Jangan bangga lahir dengan tangisan bahagia dan mati dengan tangisan kehilangan. Karna kesiapan generasi sesudahku bukanlah karna jasadku tapi karna
semangat perjuang dan pemikiranku (Hafiidh)
Kelahiran suatu pikiran sering menyamai kelahiran seorang anak. Ia didahului dengan Penderitaan-penderitaan pembawaan kelahirannya
(Tan Malaka)
Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.
Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu.
(Ali bin Abi Thalib)
Allah menganugerahkan al-hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Hanya
vii
Allah, karena dengan bimbingan dan kasih sayang serta keridhoan-Mu karya terbesar dalam perjalanan hidupku akhirnya bisa selesai dengan baik. Ku persembahkan karya sederhana dan bersejarah ini buat :
1. Kepada kedua orang tuaku, ayahku Wasijan dan ibuku Murni Kasiyaningsih yang selalu mendukungku dalam segala arah dan menasehatiku dari segala benar dan salah. Tak ada habisnya rasa terima kasihku dan rasa syukurku dilahirkan di keluarga seperti ini. Segala perjuangan dan jerih payah yang tiada henti aku rasakan.
2. Kepada adik-adiku yang terus memberi warna dalam masalah, senang, dan segala hal dalam perjalanku. Tangis canda dan tawa yang mengiringi. saudaraku IMM 2012 (isom, aik, Sandra, sandi, aran, gifari, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan). Juga kepada seluruh kawan-kawan umy, Superteam JNE Vibro Mandiri dan lainya yang turut mendukung dan menjadi semangat.
4. Kepada dosen pembimbing Agus Tri Basuki, S.E., M.Si. yang akhirnya menyetujui skripsi saya untuk diujikan.
5. Kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi
viii
Penelitian ini bertujuan untuk (i)Mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh jumlah objek wisata terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (ii)Mendiskripsikan dan menganalisis Pengaruh jumlah wisatawan terhadap pendapaatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. (iii)Mendiskripsikan dan menganalisis Pengaruh PDRB terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini dicapai dengan metode Model analisis yang digunakan adalah panel data dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM), dengan menggunakan data time series selama empat belas tahun (2001-2014) dan data cross section sebanyak 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari hasil analisis diketahui bahwa variabel jumlah obyek pariwisata tidak berpengaruh terhadap pendapatan retrbusi daerah, jumlah wisatawan berpengaruh negatif, dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan retribusi daerah di 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
ix
tourism object to retribution Daerah Istimewa Yogyakarta area (ii)describe and analyze the impact number of tourist to retribution Daerah Istimewa yogyakarta area (iii)describe and analyze the impact of PDRB to retribution Daerah Istimewa yogyakarta area.
The purpose of this research is accomplished by a method of Analysis Models used are data with Fixed approaches penel Effect Model (FEM), using data time series for fourteen (2001-2014) and data cross section as much as 5 country/city of Daerah Istimewa Yogyakarta.
From analysis known that variable number of tourism object has no effect to retribution area, the number of tourist impact negatiffely to retribution area, and PDRB impact positifely and significant to retribution area in Daerah Istimewa Yogyakarta.
x
JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP
PENDAPATAN RETRIBUSI DI 5 KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (2001-2014)” dapat terselesaikan. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis tujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang membawa umat
muslim kepada fitrah yang benar dan jalan yang di ridhoi-Nya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dengan terselesaikanya
skripsi ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada semua
pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, waktu dan tenaga serta bantuan moril
maupun materiil khususnya kepada:
1. Drs. Agus Tri Basuki, SE,. M.Si, selaku Pembimbing Skripsi yang senantiasa
meluangkan waktunya dan memberikan saran kepada penulis hingga terselesaikanya
skripsi ini.
2. Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si, selaku Ketua Prodi Ekoonomi Keuangan dan
Perbankan Islam atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan kepada penulis
selama menempuh studi.
3. Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Muhammadiyah
Yogyakarta
4. Semua dosen jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
dari awal kuliah hingga terselesaikanya skripsi ini.
5. Kedua orang tuaku ayahku Wasijan dan ibuku Murni Kasiyaningsih yang selalu ada
telah memberikan segalanya kepada penulis.
6. Seluruh kerabat mahasiswa Fakultas Ekonomi Khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang secara langsung maupun
tidak langsung terlibat selama penulis menyelesaikan studi dan menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh
karena itu, kritik, saran dan pengembangan penelitian sangat diperlukan. Dan semoga
xi
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah ... 9
C. Rumusan Penelitian ... 9
D. TujuanPenelitian ... …. ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Landasan Teori ... 12
1. Pendapatan Rertibusi ... 12
xii
D. Kerangka Penelitian ... 32
E. Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN... 34
A. Subyek/obyek Penelitian ... 34
B. Jenis Data ... 34
C. Teknik Pengumpul Data ... 34
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35
E. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 36
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 45
A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta ... 45
B. Geografi ... 45
C. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 46
1. Kulonprogo ... 48
2. Bantul ... 51
3. GunungKidul ... 54
4. Kota Yogyakarta ... 56
5. Sleman ... 58
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Uji Asumsi Klasik ... 60
xiii
2. Pemilihan Model EstimasiRegresi Data Panel ... 66
3. Uji Hipotesis ... 68
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (UjiStatistik t) .... 68
C. Uji Statistik ... 72
1. Koefisien Determinasi ... 72
2. Uji Simultan (Uji F)... 72
3. Uji Parsial (Uji t) ... 73
D. Pembahasan ... 74
1. Jumlah Obyek Wisata terhadap Retribusi Daerah di DIY .. 75
2. Jumlah Wisatawan terhadap Retribusi Daerah di DIY ... 78
3. PDRB terhadap Retribusi Daerah di DIY ... 81
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN .... 84
A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 84
C. Keterbatasan Penelitian ... 85
DAFTAR PUSTAKA
xiv
1.2 Jumlah Wisatawan Di Yogyakarta ... 4
1.3 PDRB ADHK 2010 ... 5
1.4 Pendapatan Retribusi di D.I Yogyakarta ... 6
1.5 Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Retribusi, Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, PDRB ... 7
2.1 Penelitian Terdahulu ... 26
2.1 Lanjutan Tabel Penelitian Terdahulu ... 27
2.1 Lanjutan Tabel Penelitian Terdahulu ... 28
2.1 Lanjutan Tabel Penelitian Terdahulu ... 29
4.1 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Kulon Progo... 48
4.2 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Bantul ... 51
4.3 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Gunungkidul ... 54
4.4 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Kota Yogyakarta ... 57
4.5 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Sleman ... 59
xv
5.5 Hasil Uji Random Effect ... 66
5.6 Uji Chow ... 67
5.7 Uji Hausman ... 68
5.8 Uji t ... 69
5.9 Uji-T Statistik ... 74
xvi
Penelitian ini bertujuan untuk (i)Mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh jumlah objek wisata terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (ii)Mendiskripsikan dan menganalisis Pengaruh jumlah wisatawan terhadap pendapaatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. (iii)Mendiskripsikan dan menganalisis Pengaruh PDRB terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini dicapai dengan metode Model analisis yang digunakan adalah panel data dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM), dengan menggunakan data time series selama empat belas tahun (2001-2014) dan data cross section sebanyak 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari hasil analisis diketahui bahwa variabel jumlah obyek pariwisata tidak berpengaruh terhadap pendapatan retrbusi daerah, jumlah wisatawan berpengaruh negatif, dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan retribusi daerah di 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
This research aims to (i)describe and analyze the impact number of tourism object to retribution Daerah Istimewa Yogyakarta area (ii)describe and analyze the impact number of tourist to retribution Daerah Istimewa yogyakarta area (iii)describe and analyze the impact of PDRB to retribution Daerah Istimewa yogyakarta area.
The purpose of this research is accomplished by a method of Analysis Models used are data with Fixed approaches penel Effect Model (FEM), using data time series for fourteen (2001-2014) and data cross section as much as 5 country/city of Daerah Istimewa Yogyakarta.
From analysis known that variable number of tourism object has no effect to retribution area, the number of tourist impact negatiffely to retribution area, and PDRB impact positifely and significant to retribution area in Daerah Istimewa Yogyakarta.
1 A.Latar Belakang Penelitian
Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi
suatu negara. Dengan adanya pariwisata, maka suatu negara akan mendapatkan
pemasukan dari pendapatan setiap obyek wisata tersebut. Pariwisata juga
merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu, karena berwisata
bisa menghilangkan kejenuhan, mengetahui peninggalan sejarah dan budaya,
bisa berbelanja dan bisnis, (Austriana,2005).
Selain itu, Pariwisata merupakan hal yang kompleks dan bersifat unik,
karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial, ekonomi, politik dan
budaya. Pariwisata juga menawarkan beragam jenis wisata, mulai dari wisata
alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata buatan, hingga beragam jenis
wisata yang diminati oleh masyarakat. Menurut Salah Wahab dalam bukunya “Tourism Management” pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang
mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat. Karena dalam
proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor
produktivitas sangat diminati oleh masyarakat dan sebagai sektor yang
kompleks, pariwisata juga menyediakan industri-industri klasik yang meliputi
industri kerajinan tangan dan cinderamata, Penginapan dan transportasi yang
Para pakar ekonomi memperkirakan sektor pariwisata akan menjadi
salah satu kegiatan ekonomi yang penting pada abad ke-21. Dalam
perekonomian suatu negara, bila dikembangkan secara berencana dan terpadu,
peran sektor pariwisata akan melebihi sektor migas (minyak bumi dan gas
alam) serta industri lainnya. Keberhasilan pengembangan sektor
kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan
daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utamanya dengan
memperhatikan juga faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek
wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik domestik
maupun internasional, dan PDRB.
Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dengan esensi kebijakan otonomi daerah yang bergulir
dewasa ini merupakan wujud dari kewenangan dalam bidang keuangan daerah.
Dengan adanya kebijakan tersebut maka daerah mempunyai otoritas penuh
bagi daerahnya untuk memberdayakan potensi daerah yang ada. Salah satunya
adalah kebijakan pariwisata yang di dalamnya terdapat sektor-sektor pariwisata
sebagai pendapatan daerah. Semua itu dicapai melalui penarikan pajak dan
retribusi, dan tentunya didukung dengan pelayanan publik yang baik dari
pemerintah daerah.
Dengan adanya pariwisata, tentu akan mendatangkan berbagai segi
dampak positif antara lain dampak lingkungan, sosial, budaya dan dampak
ekonomi. Dari segi ekonomi adanya pariwisata membawa berbagai macam
langsungnya bagi pekerja di kawasan wisata tersebut termasuk pemerintah
daerah. Dampak tidak langsung salah satunya bisa berupa meningkatnya
permintaan akan transportasi umum publik, dan dampak berkelanjutannya
tentu berhubungan dengan pemerintah dan masyarakat yang bekerja dibidang
pariwisata atau pun tidak secara langsung tapi mendapatkan dampak positifnya.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah wisata yang
banyak diminati wisatawan lokal maupun mancanegara. D.I Yogyakarta
memiliki beragam jenis bentuk kepariwisataan, baik itu wisata budaya, wisata
alam, wisata kuliner, maupun wisata jenis lainnya.
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki berbagai macam objek wisata,
diantaranya wisata budaya ada Candi Boko, Candi Sambisari, Museum
Keraton, Museum Vredeburg, Alun-alun Kidul, Alun-alun Lor, Museum
Monjali. Dalam wisata alam diantaranya ada Pantai Parangtritis, Pantai Depok,
Pantai Baron, Pantai Sandranan, Wisata Kaliurang, Gunung Merapi, Waduk
Sermo dan Kalibiru. Adapun wisata kuliner dan oleh-oleh khas jogja, Gudeg
Wijilan, sepanjang jalan Malioboro, dan pusat perbelanjaan di daerah
Malioboro, Bakpia Pathuk, kaos khas Jogja dagadu. Semua itu tersebar di
setiap kabupaten di DIY, dan hal-hal yang disebutkan masih dari sebagian kecil
dari seluruh jumlah objek wisata.
Perkembangan kepariwisataan memegang peranan penting sebagai
pusat pengembangan dan pertumbuhan ekonomi di dalam mencipakan iklim
di daerah. Berikut merupakan data jumlah obyek wisata di D.I Yogyakarta
tahun 2010-2014
Tabel 1.1
Jumlah Obyek Wisata di D.I Yogyakarta Tahun Jumlah Obyek
Yogyakarta fluktuatif dimana peningkatan terus terjadi tetapi tidak seimbang.
Peningkatan sangat tinggi terjadi di tahun 2012 dimana pertumbuhannya
mencapai 41,30%, tetapi ditahun berikutnya 2013 terjadi peningkatan tetapi
pertumbuhan yang tidak signifikan di banding tahun sebelumnya. Hal ini
tentu akan berdampak positif bagi perkembangan kunjungan wisatawan
yang berkunjung ke DIY sebagai alternatif daerah kunjungan wisata.
Berikut ini merupakan jumlah kunjungan wisatawan domestik
maupun mancanegara yang telah berkunjung ke D.I Yogyakarta
Tabel 1.2
Jumlah Wisatawan di D.I Yogyakarta Tahun Jumlah Wisatawan Pertumbuhan
Dari data di atas dapat pula di simpulkan bahwa pertumbuhan
kunjungan wisatwan baik domestik maupun macanegara cukup positif dilihat
dari tahun ke tahun walau terjadi pertumbuhan yang fluktuatif. Dimana
terjadi pertumbuhan yang sangat tinggi di tahun 2012 yaitu sebesar
23,17%. Hal ini tentu menggambarkan situasi perekonomian yang bagus
dimana setiap perjalanan ke obyek pariwisata tentu akan menguntukan bagi
sisi perekonomian dari suatu daerah yang di kunjungi. Dari hal ini di katakan
bahwa kondisi perekonomian di DIY cukup baik.
Selain itu diperlukan juga faktor pendukung lainnya seperti PDRB,
dimana hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah
tersebut dan berdampak bagi setiap calon wisatawan untuk melakukan
kegiatan berwisata, berikut datanya:
Tabel 1.3 PDRB ADHK 2010
di D.I Yogyakarta
Tahun PDRB Pertumbuhan
2010 64.678.968.2 - 2011 68.049.874.4 5.21 % 2012 71.702.449.2 5.36 % 2013 75.637.007.5 5.48 % 2014 79.557.248.0 5.18 %
Sumber : BPS D.I Yogyakarta (Data diolah)
Dari tahun 2010-2014 kondisi PDRB perkapita di DIY selalu
mengalami peningkatan tetapi dari sisi pertumbuhan selalu naik turun dan tidak
dapat konsisten hal ini tentunya dampak dari peningkatan perekonomian
Tabel 1.4 Pendapatan Retribusi
di D.I Yogyakarta
Tahun Pendapatan Retribusi (ribu Rp) Pertumbuhan
2010 35.839.076 -
2011 37.709.418 5,22 %
2012 36.228.288 -3,93%
2013 41.436.703 14,38%
2014 36.670.322 -11,50%
Sumber : BPS D.I Yogyakarta (Data diolah)
Telah diketahui laju pertumbuhan dari data diatas bahwa retribusi
obyek pariwisata di DIY pada periode tahun 2010-2014 mengalami
pertumbuhan yang kurang stabil. Hal ini dapat dilihat dari perubahan yang
terjadi pada tahun 2010 meningkat ditahun 2011 berkisar 5,22%. Akan tetapi
penurunan terjadi ditahun berikutnya yaitu sebesar -3,93%, dan pada tahun
2013 kembali meningkat kemudian menurun kembali di tahun 2014. Dapat
disimpulkan dari tabel tersebut, bahwa pendapatan retribusi di D.I Yogyakarta
mengalami perkembangan yang lambat. Oleh karena itu sangat penting
untuk menelaah apakah perkembangan cukup tinggi atau sebaliknya dan
Tabel 1.5
Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Retribusi, Jumlah Obyek Pariwisata, Jumlah Wisatawan, PDRB Tahun Pendapatan
Retribusi
Pertumbuhan (Pendapatan Retribusi)
Jumlah obyek wisata
Pertumbuhan (Jumlah obyek wisata)
Jumlah wisatawan
Pertumbuhan
(jumlah wisatawan) PDRB
Pertumbuhan (PDRB perkapita)
2010 35.839.076 - 82 - 8.157.393 - 64.678.968.2 -
2011 37.709.418 5,22 % 92 12,19 % 9.342.243 14,52 % 68.049.874.4 5.21 %
2012 36.228.288 -3,93% 130 41,30 % 11.507.556 23,17 % 71.702.449.2 5.36 %
2013 41.436.703 14,38% 132 1,53 % 11.666.232 1,37 % 75.637.007.5 5.48 %
2014 36.670.322 -11,50% 132 0 % 13.943387 19,51 % 79.557.248.0 5.18 %
Berdasarkan data diatas bahwa pertumbuhan pendapatan retribusi
obyek wisata mengalami pasang surut antara tahun kisaran 2010-2014 dan
secara umum telah diketahui bersama belum ada penelitian terhadap
pertumbuhan ekonomi yang dapat menginterpretasikan secara tepat di
setiap wilayah. Hal ini menunjukkan signifikansi antara variabel dengan
variabel lainnya terhadap variabel independen bahwa tidak semua
berpengaruh secara real. Pasang surut itu terjadi secara berkesinambungan
dengan menggunakan perbandingan berbagai tahun kisaran tahun 2010-2014.
Dari data-data tersebut yang disajikan, kondisi jumlah obyek
pariwisata, jumlah wisatawan maupum PDRB DIY memang selalu mengalami
peningkatan tetapi dari sisi pertumbuhan tidak terjadi konsistensi dimana
selalu terjadi fluktuatif dari tahun 2010-2014. Hal ini tentu akan
mempengaruhi pendapatan retribusi obyek pariwisata. Dimana kemungkinan
juga akan terjadi fluktuatif pendapatan retribusi di DIY.
Sektor industri pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan
bagi penerimaan daerah maka Pemerintah Provinsi DIY dituntut untuk dapat
menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha
untuk mendapatkan sumber dana melalui terobosan-terobosan baru dalam
upaya membiayai pengeluaran daerah melalui retribusi yang didapatkan
dari masing-masing obyek pariwisata di tiap daerah. Terobosan dimaksud
salah satunya adalah dengan peningkatan kualitas dan obyek-obyek
kepariwisataan yang baru di DIY. Hal ini akan mendorong meningkatnya
sehingga akan meningkatkan penerimaan daerah terutama retribusi obyek
wisata dan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat
sekitarnya, sehingga nantinya dapat membiayai penyelenggaraan
pembangunan daerah.
Berdasarkan penjelasan latar belakang ini, maka judul dalam
penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan dan PDRB terhadap Pendapatan Retribusi di 5 kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (2001-2014)”.
B.Batasan Masalah
Sehubungan dengan faktor keterbatasan yang ada dan mengingat
banyaknya faktor yang mempengaruhi retribusi daerah maka peneliti disini
membatasi penelitian hanya dengan membahas pengaruh jumlah obyek wisata,
jumlah wisatawan, PDRB terhadap pendapatan retribusi. Penelitian dilakukan
di 5 Kabupaten/kota di DIY, yaitu Kabupaten Sleman, kota Yogyakarta, Kulon
Progo, Bantul, dan Gunung Kidul pada tahun 2001-2014.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh
penulis, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah jumlah objek wisata berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
retribusi Kabupaten / Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Apakah jumlah wisatawan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
3. Apakah PDRB berpengaruh signifikan terhadap pendapatan retribusi
Kabupaten / Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?
D.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan dan menganalisis:
1. Pengaruh jumlah objek wisata terhadap pendapatan retribusi
kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Pengaruh jumlah wisatawan terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota
di Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Pengaruh PDRB terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
E.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitiaan ini:
1. Kepada pemerintah daerah
Kiranya bisa ikut menyumbangkan pikiran dari penelitian tersebut
kepada kebijakan-kebijakan yang dibuat dan menjadi terobosan baru
dalam upaya menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah, kesenian dan
keindahan alamnya serta dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi
kabupaten/kota di provinsi DIY.
2. Kepada instansi pendidikan khususnya UMY
Menjadi perhatian bersama bahwa penelitian ini kiranya bisa menjadi
menjaga keaslian budaya dan melestarikan alam di daerah
masing-masing. Dan menjadi pendidikan bagi anak bangsa.
3. Kepada peneliti dan pembaca
Bisa menjadi referensi bagi pembaca dalam penelitian selanjutnya.
Serta menjadi motivasi tersendiri bagi peneliti bahwa untuk terus
12 A.Landasan Teori
1. Pendapatan Retribusi
Retribusi menurut UU Nomor 28 tahun 2009 adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan pribadi atau badan. Sedangkan Jenis pos retribusi daerah dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Retribusi Jasa Umum.
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan;
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akta Catatan Sipil;
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
6) Retribusi Pelayanan Pasar;
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
11) Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
13) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
b. Retribusi Jasa Usaha:
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
3) Retribusi Tempat Pelelangan;
4) Retribusi Terminal;
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir;
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
7) Retribusi Rumah Potong Hewan;
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
10) Retribusi Penyeberangan di Air; dan
11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
c. Retribusi Perizinan:
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
3) Retribusi Izin Gangguan;
4) Retribusi Izin Trayek; dan
Menurut Munawir (1997, dalam Sutrisno 2013) Retribusi merupakan
iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung
dapat ditunjuk. Paksaan ini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak
merasakan jasa balik dari pemerintah tidak akan dikenakan iuran. Definisi
retribusi daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang
retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Kebijaksanaan
memungut bayaran untuk barang dan layanan disediakan pemerintah pada
masyarakat berpangkal pada efisiensi ekonomis. Teori ekonomi mengatakan,
harga barang atau layanan jasa yang diberikan pada masyarakat hendaknya
didasarkan pada biaya (marginal cost), yakni biaya untuk melayani konsumen
yang terakhir (Devas,dkk 1989:95 dalam Handayani 2012).
Lebih lanjut dikatakan bahwa restribusi lebih tepat dianggap pajak
konsumsi dari pada biaya layanan; bahwa retribusi hanya menutupi biaya
operasional saja, Menurut McQueen (1998 : 2) menerangkan bahwa: “Suatu
tanggapan menekankan memperjelas kenyataan bahwa masyarakat memandang
retribusi sebagai bagian dari program bukan sebagai pendapatan daerah dan
bersedia membayar hanya bila tingkat layanan dirawat dan ditingkatkan.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bagian yang mudah dalam
menyusun retribusi yaitu menghitung dan menetapkan tarif. Bagian tersulitnya
tetap harus diberlakukan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dilihat
sifat-sifat retribusi menurut Haritz (1995 : 84) adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan bersifat ekonomis;
b. Ada imbalan langsung kepada membayar;
c. Iurannya memenuhi persyaratan formal dan material tetapi tetap ada
alternatif untuk membayar;
d. Retribusi merupakan pungutan yang umumnya budgetairnya tidak
menonjol;
e. Dalam hal-hal tertentu retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan
tertentu, tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengembalian biaya yang
telah dibukukan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan
masyarakat.
Beberapa atau sebagian besar pemerintah daerah belum
mengoptimalkan penerimaan retribusi karena masih mendapat dana dari
pemerintah pusat. Upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah perlu
dikaji pengelolaannya untuk mengetahui berapa besar potensi yang riil atau
wajar, tingkat keefektifan dan efisiensi. Peningkatan retibusi yang memiliki
potensi yang baik akan meningkatkan pula Pendapatan Asli Daerah. Seperti
yang ungkapkan oleh Devas, dkk (1989 : 46) bahwa pemerintah daerah sangat
tergantung dari pemerintah pusat. Dalam garis besarnya penerimaan daerah
(termasuk pajak yang diserahkan) hanya menutup seperlima dari pengeluaran
pemerintah daerah. Pemerintah daerah tidak harus berdiri sendiri dari segi
adalah “wewenang di tepi” artinya memiliki penerimaan daerah sendiri yang
cukup sehingga dapat mengadakan perubahan di sana-sini. Perbedaan
mendasar antara pajak dan retribusi adalah terletak pada timbal balik langsung.
Pada pajak tidak ada timbal balik langsung kepada para pembayar pajak,
sedangkan untuk retribusi ada timbal balik langsung dari penerima retribusi
kepada penerima retribusi.
Menurut Devas, dkk. (1989 : 61-62), untuk mendukung keuangan
daerah, berbagai pajak dan retribusi harus dinilai agar dapat dipungut secara
berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan
keadilan. Prinsip prinsip atau indikator yang digunakan dalam penilaian pajak
dan retribusi daerah.
a. Hasil (yield) : yaitu memadai tidaknya hasil suatu pajak atau retribusi
dalam kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya.
b. Keadilan (equity) : dasar pajak atau retribusi dan kewajiban membayarnya
harus jelas dan tidak sewenang-wenang.
c. Efisiensi ekonomi : Pajak atau rertribusi hendaknya mendorong (atau
setidaknya tidak menghambat) penggunaan sumber daya secara efisien dan
efektif dalam kehidupan ekonomi.
d. Kemampuan untuk melaksanakan (ability to implement) : suatu pajak atau
retribusi haruslah dapat dilaksanakan, baik dari aspek politik maupun
administratif.
e. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as local
pajak/retribusi harus dibayarkan dan tempat memungut sedapat mungkin
sama dengan tempat akhir beban pajak/retribusi.
2. Pariwisata
a. Pengertian pariwisata
Pengertian Pariwisata Menurut Instruksi Presiden No. 19 Tahun
1969, Kepariwisataan adalah merupakan suatu kegiatan jasa yang
memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup yang khas, seperti
hasil budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam yang indah, dan
iklim yang nyaman.
Pengertian pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun
1990 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait
di bidang tersebut.
Pengertian pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 10
tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
Menurut Heriawan (2004), pariwisata adalah serangkaian
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau
kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan
tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau
mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud
semula. Hal tersebut memiliki dua elemen yang penting, yaitu:
perjalanan itu sendiri dan tinggal sementara di tempat tujuan dengan
berbagai aktivitas wisatanya.
Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan
atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela
serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Jadi pengertian wisata mengandung unsur sementara dan perjalanan itu
seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek atau daya
tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan wisata adalah tidak
bertujuan mencari nafkah, tetapi apabila di sela-sela kegiatan mencari
nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari
kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata.
Berdasarkan pengertian beberapa teori diatas dapat disimpulkan
bahwa pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan orang untuk
sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat
lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan
dengan maksud bukan untuk berusaha dan mencari nafkah di tempat
yang dikunjungi.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan daerah dalam hal ini
adalah retribusi dari sektor pariwisata
Mata rantai industri pariwisata yang berupa hotel atau
souvenir,dan hiburan), dan usaha perjalan wisata (travel agent atau
pemandu wisata) dapat menjadi sumber penerimaan daerah bagi
provinsi DIY yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD,
pajak dan bukan pajak. Berikut beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penerimaan daerah 5 Kabupaten/Kota di Provinsi DIY
dari sektor pariwisata :
1) Jumlah obyek wisata.
Obyek Wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan
wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang
berkunjung ke tempat tersebut. Menurut SK. MENPARPOSTEL
No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87, Obyek Wisata adalah semua
tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang
dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan
diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.
Obyek wisata dapat berupa wisata alam seperti gunung, danau,
sungai, pantai, laut, atau berupa objek bangunan seperti museum,
benteng, situs peninggalan sejarah, dan lain-lain. Suatu
tempat/daerah agar dapat dikatakan sebagai objek wisata harus
memenuhi hal pokok berikut:
a) Adanya something to see. Maksudnya adalah sesuatu untuk
dilihat.
b) Adanya something to buy. Maksudnya adalah sesuatu yang
c) Adanya something to do. Maksudnya adalah seuatu aktifitas
yang dapat dilakukan di tempat itu.
Umumnya di beberapa daerah atau negara, untuk memasuki
suatu Objek Wisata para wisatawan diwajibkan untuk membayar
biaya masuk atau karcis masuk yang merupakan biaya retribusi
untuk pengemabangan dan peningkatan kualitas Objek Wisata
tersebut. Beberapa Objek Wisata ada yang dikelola oleh
Pemerintah dan ada pula yang dikelola oleh pihak swasta. Objek
Wisata yang dikelola oleh pihak swasta dapat berupa Objek Wisata
alami maupun buatan. (Sumber: Wikipedia.org)
Begitu juga dengan provinsi DIY yang dibagi dalam 5
Kabupatem/Kota dimana memiliki Daerah Tujuan Wisata (DTW)
yang memiliki masing-masing potensi yang cukup besar dan bisa di
andalkan, khusunya wisata alam maupun budaya bahkan wisata
buatan. Dengan demikian banyaknya jumlah onjek wisata yang ada
maka diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah dari
sektor pariwisata di DIY, baik melalui pajak daerah maupun
retribusi daerah.
2) Jumlah wisatawan
Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan
atau tourist. Batasan terhadap wisatawan juga sangat bervariasi,
mulai yang umum sampai dengan yang khusus. Menurut Soekadijo
tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya,
atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang
didatanginya.
Maka wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan
sementara tanpa menetap untuk menikmati obyek wisata dan
bersenang-senang semata-mata untuk menikmati kegiatan
pertamasyaan dan rekreasi (pemanfaatan waktu luang untuk
istirahat, santai dan bersenang-senang guna mengembalikan dan
meningkatkan kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani sebagai
akibat dan aktivitas pekerjaan sehari-hari) atau untuk memenuhi
keinginan yang beraneka ragam.
3) PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah
satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun
berjalan, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai
yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB
menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan
sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu
daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau
pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.
PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga
dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit).
Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga
berlaku dan PDRB menurut harga konstan.
Menurut Agus Tri Basuki dan Nano Prawoto dalam buku
Pengantar Ekonomi, semakin tinggi nilai barang/jasa akhir yang
dihasilkan perusahaan-perusahaan yangada di daerah-daerah
propinsi atau kabupaten maka akan semakin tinggi pula perolehan
PDRBnya dan nantinya pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga
akan mengalami peningkatan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi
daerah melalui peningkatan PDRB akan memacu peningkatan
pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian, PDRB dapat
diartikan sebagai jumlah produk berupa barang dan jasa yang
dihasilkan oleh unit-unit produksi yang ada di daerah selama 1
(satu) tahun.
PDRB disebut juga sebagai suatu neraca regional di mana
dan PDRB menurut penggunaan pada sisi kanan. Manfaat PDRB
antara lain digunakan sebagai dasar penghitungan laju
pertumbuhan ekonomi, untuk melihat struktur ekonomi suatu
wilayah, sebagai proksi pendapatan per kapita, dan sebagai
indikator disparitas regional. Kemampuan pengelolaan unit
ekonomi yang tinggi di suatu daerah/wilayah akan berdampak pada
kemakmuran masyarakatnya, oleh karena itu angka PDRB juga
digunakan sebagai alat pembanding tingkat kemakmuran antar
daerah/ wilayah.
Dalam pengertian lain, data PDRB menggambarkan
kemampuan suatu daerah/wilayah dalam mengelola sumber daya
yang dimilikinya. Oleh karena itu, nilai PDRB yang dihasilkan oleh
masing-masing daerah/wilayah sangat tergantung pada potensi
sumber daya alam, sumberdaya manusia dan teknologi (faktor
produksi) di daerah/ wilayah tersebut. Kondisi terbatasnya sumber
daya alam dan penyediaan faktor-faktor produksi serta kemampuan
dalam pengelolaannya tersebut menyebabkan besaran PDRB
bervariasi antar daerah/wilayah.
Perspektif tinjauan secara spasial PDRB melalui analisis
antarregion menurut kabupaten/kota akan memberikan gambaran
perbedaan pola tentang hasil–hasil pembangunan ekonomi antar
kabupaten/kota. Perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh
dan faktor produksi yang tersedia beserta kemampuan manajemen
pengelolaannya. Alhasil dari adanya perbedaan tersebut dapat
menyebabkan kesenjangan ekonomi antar kabupaten/ kota.
Kebijakan ekonomi disusun antara lain mengutamakan
landasan berbagai macam indikator makro seperti: PDRB, inflasi,
investasi, ekspor–impor, dan lain–lain, sesuai dengan sifatnya yang ditujukan untuk memberikan “warning”. Penggunaan indikator
makro ke dalam bentuk perencanaan program yang lebih spesifik
memerlukan kajian empiris sehingga dapat diidentifikasi aspek
pertumbuhan, keterbandingan antarwilayah, dan pemerataan
pembangunan. Aspek pertumbuhan ekonomi terkait erat dengan
masalah ketenagakerjaan dan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi
seyogyanya dapat menyerap angkatan kerja yang secara alamiah
terus bertambah. Meningkatnya serapan tenaga kerja diharapkan
berdampak terjadinya pengurangan tingkat pengangguran dan
kemiskinan. Oleh karena itu, analisis PDRB dengan menggunakan
data pada level provinsi dan kabupaten/kota ini disusun dalam
rangka memfasilitasi kebutuhan para penentu kebijakan (decision
maker) dalam merumuskan strategi dan arah kebijakan
pembangunan bidang ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta
B.Penelitian Terdahulu
Dalam hal ini penelitian terdahulu berguna sebagai rujukan atau
referensi,bahkan sebagai bahan untuk membantu penulis dalam proses
penyusunan penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Penulis Judul Variabel Model Hasil Penelitian
Denny
C.Hubungan Antar Variabel
1. Jumlah obyek wisata terhadap pendapatan retribusi
Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari
satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan
maupun kelompok, dilakukan ketika sudah seminggu atau sebulan penuh
melakukan pekerjaan atau kegiaan yang padat maka seseorang butuh pergi
wisata , sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan
kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya,
alam, dan ilmu.
Menurut Murti Handayani (2012) Pariwisata dapat mempengaruhi
adanya kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan budaya. Dari sudut sosial
bahwa kegiatan pariwisata akan memperluas kesempatan tenaga kerja baik
dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari berbagai
sektor usaha yang langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan
kepariwisataan. Segi ekonomi bahwa kegiatan pariwisata dapat memberikan
sumbangan terhadap penerimaan daerah yang bersumber dari pajak,
retribusi parkir dan karcis atau dapat mendatangkan devisa dari
parawisatawan mancanegara yang berkunjung.
Sehingga, semakin banyak jumlah Obyek Pariwisata maka semakin
banyak pula sumbangan dari pendapatan retribusi yang diperoleh dari
masing-masing obyek wisata tersebut. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang
jumlah obyek wisata memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
pendapatan retribusi pariwisata.
2. Jumlah wisatawan terhadap pendapatan retribusi
Jumlah Wisatawan yang berkunjung di DIY selalu mengalami
peningkatan karena para pengunjung tidak hanya berasal dari DIY
melainkan dari berbagai daerah maupun mancanegara. Setiap wisatawan
yang berkunjung ke tempat pariwisata dapat menikmati keindahan dan
panorama yang ada di DIY, tentunya dengan membayar biaya retribusi yang
telah ditetapkan di masing-masing obyek wisata yang mereka pilih.
Oleh karena itu, semakin banyak wisatawan yang berkunjung maka
akan semakin banyak pula retribusi obyek wisata yang didapatkan. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murti Handayani (2012) yang
menyatakan bahwa jumlah wisatawan berpengaruh terhadap retribusi obyek
wisata, karena dengan jumlah wisatawan yang tinggi maka dapat menambah
pendapatan retribusi.
3. Jumlah PDRB terhadap pendapatan retribusi
PDRB di definisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi disuatu
wilayah. Pada umumnya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata
mempunyai tingkat sosial ekonomi yang tinggi. Mereka memiliki trend
Artinya kebutuhan hidup minimum mereka sudah terpenuhi. Mereka
mempunyai cukup uang untuk membiayai perjalan wisata.
Sehingga semakin besar kemampuan masyarakat untuk melakukan
perjalanan wisata, maka pada akhirnya berpengaruh positif dalam
meningkatkan retribusi obyek wisata, karena mereka harus membayarkan
biaya retribusi di setiap obyek wisata yang mereka kunjungi.
D.Kerangka penelitian
Skema hubungan Retribusi Daerah dengan Variabel yang mempengaruhinya.
Gambar 1.1 Kerangka Penelitian Jumlah Obyek
Wisata
PDRB Jumlah Wisatawan
E.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Jumlah Obyek Wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pendapatan Retribusi di 5 kota/kabupaten di DIY
2. Jumlah Wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan
Retribusi di 5 kota/kabupaten di DIY
3. Jumlah PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan
34 A.Subyek/Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kota/kabupaten yang termasuk dalam
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
B.Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain, baik dari
literatur, studi pustaka, atau penelitian-penelitian sejenis sebelumnya yang
berkaitan dalam penelitian ini.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi DIY dan literatur-literatur lainnya seperti
buku-buku, dan jurnal-jurnal ekonomi. Data yang digunakan antara lain
adalah jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan, PDRB perkapita, dan
pendapatan retribusi kabupaten/kota di DIY. Selain itu data yang digunakan
adalah data kurun waktu (time series) dari tahun 2001-2015 dan data deret
lintang(cross section) sebanyak 5 kabupaten/kota di DIY yang menghasilkan
70 observasi.
C.Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk
memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan realistis. Metode yang
pustaka, yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, buku referensi, maupun
jurnal-jurnal ekonomi.
D.Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Pendapatan Retribusi Daerah 5 Kabupaten/kota di D.i
Yogyakarta)
Variabel dependen adalah variabel utama yang menjadi faktor yang
berlaku dalam investigasi (Sekaran, 2006). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Pendapatan Retribusi Daerah 5 Kabupaten/Kota D.I
Yogyakarta. Pengertian Pendapatan Retribusi Obyek Wisata yaitu
pendapatanyang diperoleh suatu tempat wisata yang terdiri dari karcis
masuk, retribusi parkir, sewa lahan dan pendapatan lain yang sah.
2. Variabel Independen (Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, PDRB)
Variabel independen adalah variabel stimulus, prediktor, antecedent.
Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas
adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono,2009).Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Jumlah Obyek Wisata
Merupakan banyaknya obyek wisata yang ada di 5
kabupaten/kotaprovinsi DIY tahun 2000-2014 (satuan tempat).
Merupakan besarnya jumlah wisatawan baik macanegara
maupun nusantara yang berkunjung ke selutuh obyek wisata di 5
kabupaten/kota provinsi DIY (satuan orang).
c. PDRB
PDRB di definisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di
DIY.
E.Analisis Data dan Uji Hipotesis
Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis kuantitatif, yaitu teknik analisis yang dapat digunakan untuk
menaksir parameter. Analisis data yang dilakukan dengan cara menguji secara
statistik terhadap variabel-variabel yang telah dikumpulkan dengan
menggunakan program EViews 7. Hasil analisis diharapkan dapat digunakan
untuk mengetahui besarnya pengaruh beberapa variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Model ekonometrik digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui
hubungan timbal-balik antara formulasi teori, pengujian, dan estimasi empiris.
Dalam teori ekonometri, data panel merupakan gabungan antara data silang
(cross-section) dan data time series deret waktu (time series). Dengan
observasi time series (t > 1) dengan data observasi cross-section (n > 1). Model
dasar yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = β0 + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + e
Keterangan:
Y = variabel dependen, yaitu Retribusi Obyek Wisata β0, β1, β2, β3 = koefisien
X1 = variabel jumlah obyek wisata
X2 = variabel jumlah wisatawan
X3 = variabel PDRB
i = kabupaten/kota
t = tahun
e = error term
1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas atau Kolinearitas Ganda adalah adanya
hubungan linier antara peubah bebas X dalam model regresi ganda. Jika
hubungan linier antara peubah bebas X dalam model regresi ganda
adalah korelasi sempurna maka peubah-peubah tersebut berkolinearitas
ganda sempurna (perfect multicollinearity). Pendeteksian
multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance Inflation Factors
(VIF). Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai VIF < 10 maka tidak
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari
residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji
Heteroskedastisitas berguna untuk mengetahui adanya penyimpangan
dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi, dimana dalam model
regresi harus dipenuhi syarat tidak adanya heteroskedastisitas.
Homoskedastisitas terjadi bila distribusi probabilitas tetap sama dalam
semua observasi x, dan varians setiap residual adalah sama untuk semua
nilai variabel penjelas.
2. Estimasi Model Regresi Panel
Dalam metode estimasi regresi dengan menggunakan data panel
dapat dibedakan melalui tiga pendekatan, antara lain:
a. Macam-macam Model Regresi Data Panel
1) Metode Common Effect
Estimasi Common Effect merupakan model data panel yang
paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series
dan cross action. Pada model ini tidak diperhatiakan dimensi waktu
maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar individu
sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan
pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil
untuk mengestimasi model data panel. Adapun persamaan regresi
Yit = α + Xitβ + ɛ it
Dimana : i = menunjukkan cross section (individu)
t = menunjukkan periode waktunya
Dengan asumsi komponen error dalam pengolahan kuadrat
terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross
section dapat dilakukan.
2) MetodeFixed Effect
Estimasi Fixed Effect mengasumsikan bahwa perbedaan antar
individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk
mengestimasi data panel model ini menggunakan teknik variable
dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar objek yang satu
dengan objek yang lainnya. Model estimasi ini sering disebut dengan
teknik Error Component Model Least Squares Dummy Variable
(LSDV). Adapun persamaan regresi dalam model Fixed Effect dapat
ditulis sebagai berikut :
Yit = α + iαit + X’itβ + ɛ it
3) Metode Random Effect
Estimasi Random Effect akan mengestimasi data panel dimana
variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan
individu. Pada model model Random Effect perbedaan intersep
diakomodasikan oleh error terms dari masing-masing objek.
Keuntungan menggunakan dengan metode ini yaitu dapat
Error Compoenmodel (ECM) Atau teknik Generalized Least Square
(GLS). Dengan demikian persamaan modelnya dapat ditulis sebagai
berikut :
Yit = α + X’itβ + wit
Dimana : wit = ɛ it + u1 ; E(wit) = 0 ; E(wit2) = α2+ αu2 ;
E(wit, wjt-1) = 0; i ǂ j; E(ui, ɛ it) = 0;
E(ɛ i,ɛ is) = E(ɛ it,ɛ jt) = E(ɛ jt,ɛ js)
Meskipun komponen error wt bersifat homoskedastik, nyatanya
terdapat korelasi antara wt dan wit-s (equicorrelation), yakni :
Corr(wit, wi(t-1)) = αu2/( α2 + αu2)
b. Pemilihan Model Estimasi Data Panel
Untuk memilih model estimasi yang dianggap paling tepat
diantara ketiga jenis model, maka perlu dilakukan serangkaian uji,
diantaranya adalah:
1) Uji Chow
Chow testyakni pengujian untuk menentukan model
FixedEffect Model atau Random Effect yang paling tepat digunakan
mengestimasi data panel. Untuk mengetahuinya digunakan rumus
sebagai berikut :
Chow =
RRS : Restricted Residual Sum Square (Sum of Square
Residual yang diperoleh dari model PLS (Pooled Least
Square))
URSS : Unrestriced Residual Sum Square (Sum of Square
Residual yang diperoleh dari model FEM)
n : jumlah data cross section
T : jumlah data time series
k : jumlah variabel penjelas
Pengujian ini menggunakan distribusi F statistik. Jika nilai F
stat > F tabel maka model yang akan digunakan adalah model FEM.
Sedangkan apabila F stat < F tabel maka model PLS yang akan
digunakan.
2) Uji Hausman
Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah
model FixedEffect atau Random Effect yang paling tepat digunakan.
Uji ini didasarkan bahwa kedua metode OLS dan GLS konsisten tetapi
OLS tidak efisien dalam H0. Mengikuti kriteria Wald, uji Hausman ini
akan mengikuti distribusi chi-squares sebagai berikut.
m = ’ var ( )-1
dimana = [ OLS- GLS]
dan var ( ) = var ( OLS)- var ( 0-GLS)
Statistik ini mengikuti distribusi statistik chi squares dengan df
nilai stat Hausman> nilai kritisnya maka model yang tepat adalah
model FEM, dan sebaliknya.
3. Uji Lagrange Multiplier
Lagrange Multiplier test digunakan untuk mengetahui apakah model
Random Effect lebih baik daripada metode Common Effect (OLS) digunakan
uji Lagrange Multiplier (LM). Adapun nilai statistik LM dihitung
berdasarkan formula sebagai berikut : eit
Keterangan:
n = jumlah individu
T = jumlah periode waktu
ê = residual metode PLS
Uji LMdidasarkan pada distribusi chi-squares dengan nilai df
(derajat kebebasan) yaitu sebesar jumlah variabel independen. Jika nilai LM
stat > nilai stat chi-squares maka model yang dipilih yaitu model REM, dan
sebaliknya.
4. Uji Statistik (Uji Kesesuaian) a. Koefisien Determinasi (R2)
Nilai Koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk
mengukur seberapa besar variasi dari variabel terikat (Y) dapat
dijelaskan oleh variabel bebas (X). Bila nilai koefisien determinasi = 0
oleh variabel X. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari variabel Y
secara keseluruhan dapat dijelaskan oleh variabel X. Dengan kata lain
jika Adjusted R2 mendekati 1, maka variabel independen mampu
menjelaskan perubahan variabel dependen, tetapi jika Adjusted R2
mendekati 0, maka variabel independen tidak mampu menjelaskan
variabel dependen. Dan jika Adjusted R2 = 1, maka semua titik
pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian, baik
atau buruknya persamaan regresi ditentukan oleh Adjusted R2 nya.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel
bebas (variabel independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel terikat (variabel dependen) pada tingkat signifikansi 0.05 (5%).
Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan
dengan uji-f dengan pengujian, sebagai berikut :
Hipotesis :
1. Fhitung> Ftable : H0 ditolak, H1 diterima
2. Fhitung< Ftable : H0 diterima, H1 ditolak
Atau
3. Bila probabilitas artinya tidak signifikan
Bila probabilitas artinya signifikan
c. Uji Parsial (Uji t)
Uji t-statistik digunakan untuk menguji pengaruh parsial dari
dalam penelitian ini adalah pengujian dua arah dalam tingkat signifikansi = α dan derajat kebebasan (degree of freedom, df) = n-k,
dimana n menunjukkan jumlah observasi dan k menunjukkan jumlah
parameter termasuk konstanta. Pengujian ini dilakukan dengan
hipotesis (Gujarati, 2013: 129-133) :
1. H0 : = 0, artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari setiap
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
2. H1 : 0, artinya ada pengaruh yang nyata dari setiap variabel
bebas terhadap variabel tidak bebas.
Dengan kriteria penerimaan hipotesa pada uji-t statistik sebagai berikut:
1. Bila probabilitas i > 0.05 artinya tidak signifikan
45
Daerah Istimewa Yogyakarta (bahasa Jawa: Dhaérah Istiméwa
Ngayogyakarta) adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang
merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Negara Kadipaten
Paku Alaman, Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau
Jawa, dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia,
Daerah Istimewa yang memiliki luas 3,185,80 km2 ini terdiri atas satu
kotamadya, dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan,
dan 438 desa/kelurahan, Menurut sensus penduduk 2010 memiliki populasi
3.452.390 jiwa dengan proporsi 1,705,404 laki-laki, dan 1.746.986
perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2.
B. Geografi
DIY terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara geografis
terletak pada 8º 30' - 7º 20' Lintang Selatan, dan 109º 40' - 111º 0' Bujur
Timur, Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan
menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi,
satuan fisiografi Pegunungan Sewu atau Pegunungan Seribu, satuan
fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah.
Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS
Progo di barat, dan DAS Opak-Oya di timur, Sungai-sungai yang cukup
Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai
Opak, dan Sungai Oya.
Secara administratif DIY terbagi dalam 5 wilayah daerah tingkat II, yaitu :
1. Kotamadya Yogyakarta dengan luas 32,5 km2
2. Kabupaten Bantul dengan luas 506,85 km2
3. Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 km2
4. Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 km2
5. Kabupaten Sleman dengan luas 574,82 km2
Gambar 4,1
Peta Wilayah D,I Yogyakarta
Sumber: www.google.com/petayogyakarta
C. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh Obyek Wisata, Jumlah
Wisatawan, PDRB terhadap pendapatan Retribusi di 5 kabupaten/kota yang
Menurut UU Nomor 10 tahun 2009,Wisata adalah perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya
tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka waktu sementara. Wisatawan
adalah orang yang melakukan wisata. Pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Daya
tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam budaya dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah/wilayah dalam
mengelola sumber daya yang dimilikinya. Oleh karena itu, nilai PDRB yang
dihasilkan oleh masing-masing daerah/wilayah sangat tergantung pada potensi
sumber daya alam, sumberdaya manusia dan teknologi (faktor produksi) di
daerah/ wilayah tersebut.
Retribusi menurut UU Nomor 28 tahun 2009 adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk peorangan atau
Tabel 4.1
Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Pendapatan Retribusi