• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP PENDAPATAN RETRIBUSI DI 5 KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (2001-2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP PENDAPATAN RETRIBUSI DI 5 KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (2001-2014)"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH

WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP PENDAPATAN

RETRIBUSI DI 5 KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

(2001-2014)

THE INFLUENCE OF TOURISM OBJECT, NUMBER OF

TOURIST, AND PDRB TO INCOME OF LEVY IN 5 DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA DISTRIC

(2001-2014)

Oleh:

AGUNG HAFIIDH IKHSAN

20120430035

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

ii

(2001-2014)

THE INFLUENCE OF TOURISM OBJECT, NUMBER OF

TOURIST, AND PDRB TO INCOME OF LEVY IN 5 DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA DISTRIC

(2001-2014)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

AGUNG HAFIIDH IKHSAN 20120430035

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)

iii

YOGYAKARTA

(2001-2014)

THE INFLUENCE OF TOURISM OBJECT, NUMBER OF

TOURIST, AND PDRB TO INCOME OF LEVY IN 5 DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA DISTRIC

(2001-2014)

Diajukan oleh

AGUNG HAFIIDH IKHSAN 20120430035

Telah Disetujui oleh:

Pembimbing

(4)

iv

THE INFLUENCE OF TOURISM OBJECT, NUMBER OF TOURIST, AND PDRB TO INCOME OF LEVY IN 5 DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA DISTRIC (2001-2014)

Diajukan Oleh Agung Hafiidh Ikhsan

20120430035

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan didepan

Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 17 Desember 2016 Yang terdiri dari

Imamuddin Yuliadi,Dr., SE., M.si Ketua Tim Penguji

Agus Tri Basuki, S.E., M.Si. Anggota Tim Penguji

Ahmad Maruf, SE., M.Sc.

Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

v Nama : Agung Hafiidh Ikhsan Nomor Mahasiswa : 20120430035

Program Studi : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS PENGARUH JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP PENDAPATAN RETRIBUSI DI 5 KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (2001-2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 28 November 2016

(6)

vi

Mulai dari diri kita untuk membuat langkah revolusi dan merobohkan ketidakadilan. Dan jangan sedikitpun ijinkan diri ini terbiasa dengan kemunafikan

(Hafiidh)

Jangan bangga lahir dengan tangisan bahagia dan mati dengan tangisan kehilangan. Karna kesiapan generasi sesudahku bukanlah karna jasadku tapi karna

semangat perjuang dan pemikiranku (Hafiidh)

Kelahiran suatu pikiran sering menyamai kelahiran seorang anak. Ia didahului dengan Penderitaan-penderitaan pembawaan kelahirannya

(Tan Malaka)

Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.

Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu.

(Ali bin Abi Thalib)

Allah menganugerahkan al-hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Hanya

(7)

vii

Allah, karena dengan bimbingan dan kasih sayang serta keridhoan-Mu karya terbesar dalam perjalanan hidupku akhirnya bisa selesai dengan baik. Ku persembahkan karya sederhana dan bersejarah ini buat :

1. Kepada kedua orang tuaku, ayahku Wasijan dan ibuku Murni Kasiyaningsih yang selalu mendukungku dalam segala arah dan menasehatiku dari segala benar dan salah. Tak ada habisnya rasa terima kasihku dan rasa syukurku dilahirkan di keluarga seperti ini. Segala perjuangan dan jerih payah yang tiada henti aku rasakan.

2. Kepada adik-adiku yang terus memberi warna dalam masalah, senang, dan segala hal dalam perjalanku. Tangis canda dan tawa yang mengiringi. saudaraku IMM 2012 (isom, aik, Sandra, sandi, aran, gifari, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan). Juga kepada seluruh kawan-kawan umy, Superteam JNE Vibro Mandiri dan lainya yang turut mendukung dan menjadi semangat.

4. Kepada dosen pembimbing Agus Tri Basuki, S.E., M.Si. yang akhirnya menyetujui skripsi saya untuk diujikan.

5. Kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi

(8)

viii

Penelitian ini bertujuan untuk (i)Mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh jumlah objek wisata terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (ii)Mendiskripsikan dan menganalisis Pengaruh jumlah wisatawan terhadap pendapaatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. (iii)Mendiskripsikan dan menganalisis Pengaruh PDRB terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini dicapai dengan metode Model analisis yang digunakan adalah panel data dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM), dengan menggunakan data time series selama empat belas tahun (2001-2014) dan data cross section sebanyak 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dari hasil analisis diketahui bahwa variabel jumlah obyek pariwisata tidak berpengaruh terhadap pendapatan retrbusi daerah, jumlah wisatawan berpengaruh negatif, dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan retribusi daerah di 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

(9)

ix

tourism object to retribution Daerah Istimewa Yogyakarta area (ii)describe and analyze the impact number of tourist to retribution Daerah Istimewa yogyakarta area (iii)describe and analyze the impact of PDRB to retribution Daerah Istimewa yogyakarta area.

The purpose of this research is accomplished by a method of Analysis Models used are data with Fixed approaches penel Effect Model (FEM), using data time series for fourteen (2001-2014) and data cross section as much as 5 country/city of Daerah Istimewa Yogyakarta.

From analysis known that variable number of tourism object has no effect to retribution area, the number of tourist impact negatiffely to retribution area, and PDRB impact positifely and significant to retribution area in Daerah Istimewa Yogyakarta.

(10)

x

JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP

PENDAPATAN RETRIBUSI DI 5 KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (2001-2014)” dapat terselesaikan. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis tujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang membawa umat

muslim kepada fitrah yang benar dan jalan yang di ridhoi-Nya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana

pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dengan terselesaikanya

skripsi ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada semua

pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, waktu dan tenaga serta bantuan moril

maupun materiil khususnya kepada:

1. Drs. Agus Tri Basuki, SE,. M.Si, selaku Pembimbing Skripsi yang senantiasa

meluangkan waktunya dan memberikan saran kepada penulis hingga terselesaikanya

skripsi ini.

2. Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si, selaku Ketua Prodi Ekoonomi Keuangan dan

Perbankan Islam atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan kepada penulis

selama menempuh studi.

3. Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Muhammadiyah

Yogyakarta

4. Semua dosen jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

dari awal kuliah hingga terselesaikanya skripsi ini.

5. Kedua orang tuaku ayahku Wasijan dan ibuku Murni Kasiyaningsih yang selalu ada

telah memberikan segalanya kepada penulis.

6. Seluruh kerabat mahasiswa Fakultas Ekonomi Khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang secara langsung maupun

tidak langsung terlibat selama penulis menyelesaikan studi dan menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh

karena itu, kritik, saran dan pengembangan penelitian sangat diperlukan. Dan semoga

(11)

xi

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Penelitian ... 9

D. TujuanPenelitian ... …. ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Pendapatan Rertibusi ... 12

(12)

xii

D. Kerangka Penelitian ... 32

E. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Subyek/obyek Penelitian ... 34

B. Jenis Data ... 34

C. Teknik Pengumpul Data ... 34

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35

E. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 36

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 45

A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta ... 45

B. Geografi ... 45

C. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 46

1. Kulonprogo ... 48

2. Bantul ... 51

3. GunungKidul ... 54

4. Kota Yogyakarta ... 56

5. Sleman ... 58

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Uji Asumsi Klasik ... 60

(13)

xiii

2. Pemilihan Model EstimasiRegresi Data Panel ... 66

3. Uji Hipotesis ... 68

a. Uji Signifikansi Parameter Individual (UjiStatistik t) .... 68

C. Uji Statistik ... 72

1. Koefisien Determinasi ... 72

2. Uji Simultan (Uji F)... 72

3. Uji Parsial (Uji t) ... 73

D. Pembahasan ... 74

1. Jumlah Obyek Wisata terhadap Retribusi Daerah di DIY .. 75

2. Jumlah Wisatawan terhadap Retribusi Daerah di DIY ... 78

3. PDRB terhadap Retribusi Daerah di DIY ... 81

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN .... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 84

C. Keterbatasan Penelitian ... 85

DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

1.2 Jumlah Wisatawan Di Yogyakarta ... 4

1.3 PDRB ADHK 2010 ... 5

1.4 Pendapatan Retribusi di D.I Yogyakarta ... 6

1.5 Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Retribusi, Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, PDRB ... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ... 26

2.1 Lanjutan Tabel Penelitian Terdahulu ... 27

2.1 Lanjutan Tabel Penelitian Terdahulu ... 28

2.1 Lanjutan Tabel Penelitian Terdahulu ... 29

4.1 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Kulon Progo... 48

4.2 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Bantul ... 51

4.3 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Gunungkidul ... 54

4.4 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Kota Yogyakarta ... 57

4.5 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Sleman ... 59

(15)

xv

5.5 Hasil Uji Random Effect ... 66

5.6 Uji Chow ... 67

5.7 Uji Hausman ... 68

5.8 Uji t ... 69

5.9 Uji-T Statistik ... 74

(16)

xvi

(17)

Penelitian ini bertujuan untuk (i)Mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh jumlah objek wisata terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (ii)Mendiskripsikan dan menganalisis Pengaruh jumlah wisatawan terhadap pendapaatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. (iii)Mendiskripsikan dan menganalisis Pengaruh PDRB terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini dicapai dengan metode Model analisis yang digunakan adalah panel data dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM), dengan menggunakan data time series selama empat belas tahun (2001-2014) dan data cross section sebanyak 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dari hasil analisis diketahui bahwa variabel jumlah obyek pariwisata tidak berpengaruh terhadap pendapatan retrbusi daerah, jumlah wisatawan berpengaruh negatif, dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan retribusi daerah di 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

(18)

This research aims to (i)describe and analyze the impact number of tourism object to retribution Daerah Istimewa Yogyakarta area (ii)describe and analyze the impact number of tourist to retribution Daerah Istimewa yogyakarta area (iii)describe and analyze the impact of PDRB to retribution Daerah Istimewa yogyakarta area.

The purpose of this research is accomplished by a method of Analysis Models used are data with Fixed approaches penel Effect Model (FEM), using data time series for fourteen (2001-2014) and data cross section as much as 5 country/city of Daerah Istimewa Yogyakarta.

From analysis known that variable number of tourism object has no effect to retribution area, the number of tourist impact negatiffely to retribution area, and PDRB impact positifely and significant to retribution area in Daerah Istimewa Yogyakarta.

(19)

1 A.Latar Belakang Penelitian

Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi

suatu negara. Dengan adanya pariwisata, maka suatu negara akan mendapatkan

pemasukan dari pendapatan setiap obyek wisata tersebut. Pariwisata juga

merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu, karena berwisata

bisa menghilangkan kejenuhan, mengetahui peninggalan sejarah dan budaya,

bisa berbelanja dan bisnis, (Austriana,2005).

Selain itu, Pariwisata merupakan hal yang kompleks dan bersifat unik,

karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial, ekonomi, politik dan

budaya. Pariwisata juga menawarkan beragam jenis wisata, mulai dari wisata

alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata buatan, hingga beragam jenis

wisata yang diminati oleh masyarakat. Menurut Salah Wahab dalam bukunya “Tourism Management” pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang

mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat. Karena dalam

proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

produktivitas sangat diminati oleh masyarakat dan sebagai sektor yang

kompleks, pariwisata juga menyediakan industri-industri klasik yang meliputi

industri kerajinan tangan dan cinderamata, Penginapan dan transportasi yang

(20)

Para pakar ekonomi memperkirakan sektor pariwisata akan menjadi

salah satu kegiatan ekonomi yang penting pada abad ke-21. Dalam

perekonomian suatu negara, bila dikembangkan secara berencana dan terpadu,

peran sektor pariwisata akan melebihi sektor migas (minyak bumi dan gas

alam) serta industri lainnya. Keberhasilan pengembangan sektor

kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan

daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utamanya dengan

memperhatikan juga faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek

wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik domestik

maupun internasional, dan PDRB.

Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dengan esensi kebijakan otonomi daerah yang bergulir

dewasa ini merupakan wujud dari kewenangan dalam bidang keuangan daerah.

Dengan adanya kebijakan tersebut maka daerah mempunyai otoritas penuh

bagi daerahnya untuk memberdayakan potensi daerah yang ada. Salah satunya

adalah kebijakan pariwisata yang di dalamnya terdapat sektor-sektor pariwisata

sebagai pendapatan daerah. Semua itu dicapai melalui penarikan pajak dan

retribusi, dan tentunya didukung dengan pelayanan publik yang baik dari

pemerintah daerah.

Dengan adanya pariwisata, tentu akan mendatangkan berbagai segi

dampak positif antara lain dampak lingkungan, sosial, budaya dan dampak

ekonomi. Dari segi ekonomi adanya pariwisata membawa berbagai macam

(21)

langsungnya bagi pekerja di kawasan wisata tersebut termasuk pemerintah

daerah. Dampak tidak langsung salah satunya bisa berupa meningkatnya

permintaan akan transportasi umum publik, dan dampak berkelanjutannya

tentu berhubungan dengan pemerintah dan masyarakat yang bekerja dibidang

pariwisata atau pun tidak secara langsung tapi mendapatkan dampak positifnya.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah wisata yang

banyak diminati wisatawan lokal maupun mancanegara. D.I Yogyakarta

memiliki beragam jenis bentuk kepariwisataan, baik itu wisata budaya, wisata

alam, wisata kuliner, maupun wisata jenis lainnya.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki berbagai macam objek wisata,

diantaranya wisata budaya ada Candi Boko, Candi Sambisari, Museum

Keraton, Museum Vredeburg, Alun-alun Kidul, Alun-alun Lor, Museum

Monjali. Dalam wisata alam diantaranya ada Pantai Parangtritis, Pantai Depok,

Pantai Baron, Pantai Sandranan, Wisata Kaliurang, Gunung Merapi, Waduk

Sermo dan Kalibiru. Adapun wisata kuliner dan oleh-oleh khas jogja, Gudeg

Wijilan, sepanjang jalan Malioboro, dan pusat perbelanjaan di daerah

Malioboro, Bakpia Pathuk, kaos khas Jogja dagadu. Semua itu tersebar di

setiap kabupaten di DIY, dan hal-hal yang disebutkan masih dari sebagian kecil

dari seluruh jumlah objek wisata.

Perkembangan kepariwisataan memegang peranan penting sebagai

pusat pengembangan dan pertumbuhan ekonomi di dalam mencipakan iklim

(22)

di daerah. Berikut merupakan data jumlah obyek wisata di D.I Yogyakarta

tahun 2010-2014

Tabel 1.1

Jumlah Obyek Wisata di D.I Yogyakarta Tahun Jumlah Obyek

Yogyakarta fluktuatif dimana peningkatan terus terjadi tetapi tidak seimbang.

Peningkatan sangat tinggi terjadi di tahun 2012 dimana pertumbuhannya

mencapai 41,30%, tetapi ditahun berikutnya 2013 terjadi peningkatan tetapi

pertumbuhan yang tidak signifikan di banding tahun sebelumnya. Hal ini

tentu akan berdampak positif bagi perkembangan kunjungan wisatawan

yang berkunjung ke DIY sebagai alternatif daerah kunjungan wisata.

Berikut ini merupakan jumlah kunjungan wisatawan domestik

maupun mancanegara yang telah berkunjung ke D.I Yogyakarta

Tabel 1.2

Jumlah Wisatawan di D.I Yogyakarta Tahun Jumlah Wisatawan Pertumbuhan

(23)

Dari data di atas dapat pula di simpulkan bahwa pertumbuhan

kunjungan wisatwan baik domestik maupun macanegara cukup positif dilihat

dari tahun ke tahun walau terjadi pertumbuhan yang fluktuatif. Dimana

terjadi pertumbuhan yang sangat tinggi di tahun 2012 yaitu sebesar

23,17%. Hal ini tentu menggambarkan situasi perekonomian yang bagus

dimana setiap perjalanan ke obyek pariwisata tentu akan menguntukan bagi

sisi perekonomian dari suatu daerah yang di kunjungi. Dari hal ini di katakan

bahwa kondisi perekonomian di DIY cukup baik.

Selain itu diperlukan juga faktor pendukung lainnya seperti PDRB,

dimana hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah

tersebut dan berdampak bagi setiap calon wisatawan untuk melakukan

kegiatan berwisata, berikut datanya:

Tabel 1.3 PDRB ADHK 2010

di D.I Yogyakarta

Tahun PDRB Pertumbuhan

2010 64.678.968.2 - 2011 68.049.874.4 5.21 % 2012 71.702.449.2 5.36 % 2013 75.637.007.5 5.48 % 2014 79.557.248.0 5.18 %

Sumber : BPS D.I Yogyakarta (Data diolah)

Dari tahun 2010-2014 kondisi PDRB perkapita di DIY selalu

mengalami peningkatan tetapi dari sisi pertumbuhan selalu naik turun dan tidak

dapat konsisten hal ini tentunya dampak dari peningkatan perekonomian

(24)

Tabel 1.4 Pendapatan Retribusi

di D.I Yogyakarta

Tahun Pendapatan Retribusi (ribu Rp) Pertumbuhan

2010 35.839.076 -

2011 37.709.418 5,22 %

2012 36.228.288 -3,93%

2013 41.436.703 14,38%

2014 36.670.322 -11,50%

Sumber : BPS D.I Yogyakarta (Data diolah)

Telah diketahui laju pertumbuhan dari data diatas bahwa retribusi

obyek pariwisata di DIY pada periode tahun 2010-2014 mengalami

pertumbuhan yang kurang stabil. Hal ini dapat dilihat dari perubahan yang

terjadi pada tahun 2010 meningkat ditahun 2011 berkisar 5,22%. Akan tetapi

penurunan terjadi ditahun berikutnya yaitu sebesar -3,93%, dan pada tahun

2013 kembali meningkat kemudian menurun kembali di tahun 2014. Dapat

disimpulkan dari tabel tersebut, bahwa pendapatan retribusi di D.I Yogyakarta

mengalami perkembangan yang lambat. Oleh karena itu sangat penting

untuk menelaah apakah perkembangan cukup tinggi atau sebaliknya dan

(25)

Tabel 1.5

Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Retribusi, Jumlah Obyek Pariwisata, Jumlah Wisatawan, PDRB Tahun Pendapatan

Retribusi

Pertumbuhan (Pendapatan Retribusi)

Jumlah obyek wisata

Pertumbuhan (Jumlah obyek wisata)

Jumlah wisatawan

Pertumbuhan

(jumlah wisatawan) PDRB

Pertumbuhan (PDRB perkapita)

2010 35.839.076 - 82 - 8.157.393 - 64.678.968.2 -

2011 37.709.418 5,22 % 92 12,19 % 9.342.243 14,52 % 68.049.874.4 5.21 %

2012 36.228.288 -3,93% 130 41,30 % 11.507.556 23,17 % 71.702.449.2 5.36 %

2013 41.436.703 14,38% 132 1,53 % 11.666.232 1,37 % 75.637.007.5 5.48 %

2014 36.670.322 -11,50% 132 0 % 13.943387 19,51 % 79.557.248.0 5.18 %

(26)

Berdasarkan data diatas bahwa pertumbuhan pendapatan retribusi

obyek wisata mengalami pasang surut antara tahun kisaran 2010-2014 dan

secara umum telah diketahui bersama belum ada penelitian terhadap

pertumbuhan ekonomi yang dapat menginterpretasikan secara tepat di

setiap wilayah. Hal ini menunjukkan signifikansi antara variabel dengan

variabel lainnya terhadap variabel independen bahwa tidak semua

berpengaruh secara real. Pasang surut itu terjadi secara berkesinambungan

dengan menggunakan perbandingan berbagai tahun kisaran tahun 2010-2014.

Dari data-data tersebut yang disajikan, kondisi jumlah obyek

pariwisata, jumlah wisatawan maupum PDRB DIY memang selalu mengalami

peningkatan tetapi dari sisi pertumbuhan tidak terjadi konsistensi dimana

selalu terjadi fluktuatif dari tahun 2010-2014. Hal ini tentu akan

mempengaruhi pendapatan retribusi obyek pariwisata. Dimana kemungkinan

juga akan terjadi fluktuatif pendapatan retribusi di DIY.

Sektor industri pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan

bagi penerimaan daerah maka Pemerintah Provinsi DIY dituntut untuk dapat

menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha

untuk mendapatkan sumber dana melalui terobosan-terobosan baru dalam

upaya membiayai pengeluaran daerah melalui retribusi yang didapatkan

dari masing-masing obyek pariwisata di tiap daerah. Terobosan dimaksud

salah satunya adalah dengan peningkatan kualitas dan obyek-obyek

kepariwisataan yang baru di DIY. Hal ini akan mendorong meningkatnya

(27)

sehingga akan meningkatkan penerimaan daerah terutama retribusi obyek

wisata dan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat

sekitarnya, sehingga nantinya dapat membiayai penyelenggaraan

pembangunan daerah.

Berdasarkan penjelasan latar belakang ini, maka judul dalam

penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan dan PDRB terhadap Pendapatan Retribusi di 5 kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (2001-2014)”.

B.Batasan Masalah

Sehubungan dengan faktor keterbatasan yang ada dan mengingat

banyaknya faktor yang mempengaruhi retribusi daerah maka peneliti disini

membatasi penelitian hanya dengan membahas pengaruh jumlah obyek wisata,

jumlah wisatawan, PDRB terhadap pendapatan retribusi. Penelitian dilakukan

di 5 Kabupaten/kota di DIY, yaitu Kabupaten Sleman, kota Yogyakarta, Kulon

Progo, Bantul, dan Gunung Kidul pada tahun 2001-2014.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh

penulis, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah jumlah objek wisata berpengaruh signifikan terhadap pendapatan

retribusi Kabupaten / Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

2. Apakah jumlah wisatawan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan

(28)

3. Apakah PDRB berpengaruh signifikan terhadap pendapatan retribusi

Kabupaten / Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

D.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan dan menganalisis:

1. Pengaruh jumlah objek wisata terhadap pendapatan retribusi

kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Pengaruh jumlah wisatawan terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota

di Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Pengaruh PDRB terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah

Istimewa Yogyakarta.

E.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitiaan ini:

1. Kepada pemerintah daerah

Kiranya bisa ikut menyumbangkan pikiran dari penelitian tersebut

kepada kebijakan-kebijakan yang dibuat dan menjadi terobosan baru

dalam upaya menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah, kesenian dan

keindahan alamnya serta dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi

kabupaten/kota di provinsi DIY.

2. Kepada instansi pendidikan khususnya UMY

Menjadi perhatian bersama bahwa penelitian ini kiranya bisa menjadi

(29)

menjaga keaslian budaya dan melestarikan alam di daerah

masing-masing. Dan menjadi pendidikan bagi anak bangsa.

3. Kepada peneliti dan pembaca

Bisa menjadi referensi bagi pembaca dalam penelitian selanjutnya.

Serta menjadi motivasi tersendiri bagi peneliti bahwa untuk terus

(30)

12 A.Landasan Teori

1. Pendapatan Retribusi

Retribusi menurut UU Nomor 28 tahun 2009 adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan pribadi atau badan. Sedangkan Jenis pos retribusi daerah dapat

dikelompokkan menjadi:

a. Retribusi Jasa Umum.

1) Retribusi Pelayanan Kesehatan;

2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan

Akta Catatan Sipil;

4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

6) Retribusi Pelayanan Pasar;

7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

(31)

11) Retribusi Pengolahan Limbah Cair;

12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;

13) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan

14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

b. Retribusi Jasa Usaha:

1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;

3) Retribusi Tempat Pelelangan;

4) Retribusi Terminal;

5) Retribusi Tempat Khusus Parkir;

6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;

7) Retribusi Rumah Potong Hewan;

8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;

9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;

10) Retribusi Penyeberangan di Air; dan

11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

c. Retribusi Perizinan:

1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

3) Retribusi Izin Gangguan;

4) Retribusi Izin Trayek; dan

(32)

Menurut Munawir (1997, dalam Sutrisno 2013) Retribusi merupakan

iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung

dapat ditunjuk. Paksaan ini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak

merasakan jasa balik dari pemerintah tidak akan dikenakan iuran. Definisi

retribusi daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang

retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Kebijaksanaan

memungut bayaran untuk barang dan layanan disediakan pemerintah pada

masyarakat berpangkal pada efisiensi ekonomis. Teori ekonomi mengatakan,

harga barang atau layanan jasa yang diberikan pada masyarakat hendaknya

didasarkan pada biaya (marginal cost), yakni biaya untuk melayani konsumen

yang terakhir (Devas,dkk 1989:95 dalam Handayani 2012).

Lebih lanjut dikatakan bahwa restribusi lebih tepat dianggap pajak

konsumsi dari pada biaya layanan; bahwa retribusi hanya menutupi biaya

operasional saja, Menurut McQueen (1998 : 2) menerangkan bahwa: “Suatu

tanggapan menekankan memperjelas kenyataan bahwa masyarakat memandang

retribusi sebagai bagian dari program bukan sebagai pendapatan daerah dan

bersedia membayar hanya bila tingkat layanan dirawat dan ditingkatkan.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bagian yang mudah dalam

menyusun retribusi yaitu menghitung dan menetapkan tarif. Bagian tersulitnya

(33)

tetap harus diberlakukan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dilihat

sifat-sifat retribusi menurut Haritz (1995 : 84) adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan bersifat ekonomis;

b. Ada imbalan langsung kepada membayar;

c. Iurannya memenuhi persyaratan formal dan material tetapi tetap ada

alternatif untuk membayar;

d. Retribusi merupakan pungutan yang umumnya budgetairnya tidak

menonjol;

e. Dalam hal-hal tertentu retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan

tertentu, tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengembalian biaya yang

telah dibukukan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan

masyarakat.

Beberapa atau sebagian besar pemerintah daerah belum

mengoptimalkan penerimaan retribusi karena masih mendapat dana dari

pemerintah pusat. Upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah perlu

dikaji pengelolaannya untuk mengetahui berapa besar potensi yang riil atau

wajar, tingkat keefektifan dan efisiensi. Peningkatan retibusi yang memiliki

potensi yang baik akan meningkatkan pula Pendapatan Asli Daerah. Seperti

yang ungkapkan oleh Devas, dkk (1989 : 46) bahwa pemerintah daerah sangat

tergantung dari pemerintah pusat. Dalam garis besarnya penerimaan daerah

(termasuk pajak yang diserahkan) hanya menutup seperlima dari pengeluaran

pemerintah daerah. Pemerintah daerah tidak harus berdiri sendiri dari segi

(34)

adalah “wewenang di tepi” artinya memiliki penerimaan daerah sendiri yang

cukup sehingga dapat mengadakan perubahan di sana-sini. Perbedaan

mendasar antara pajak dan retribusi adalah terletak pada timbal balik langsung.

Pada pajak tidak ada timbal balik langsung kepada para pembayar pajak,

sedangkan untuk retribusi ada timbal balik langsung dari penerima retribusi

kepada penerima retribusi.

Menurut Devas, dkk. (1989 : 61-62), untuk mendukung keuangan

daerah, berbagai pajak dan retribusi harus dinilai agar dapat dipungut secara

berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan

keadilan. Prinsip prinsip atau indikator yang digunakan dalam penilaian pajak

dan retribusi daerah.

a. Hasil (yield) : yaitu memadai tidaknya hasil suatu pajak atau retribusi

dalam kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya.

b. Keadilan (equity) : dasar pajak atau retribusi dan kewajiban membayarnya

harus jelas dan tidak sewenang-wenang.

c. Efisiensi ekonomi : Pajak atau rertribusi hendaknya mendorong (atau

setidaknya tidak menghambat) penggunaan sumber daya secara efisien dan

efektif dalam kehidupan ekonomi.

d. Kemampuan untuk melaksanakan (ability to implement) : suatu pajak atau

retribusi haruslah dapat dilaksanakan, baik dari aspek politik maupun

administratif.

e. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as local

(35)

pajak/retribusi harus dibayarkan dan tempat memungut sedapat mungkin

sama dengan tempat akhir beban pajak/retribusi.

2. Pariwisata

a. Pengertian pariwisata

Pengertian Pariwisata Menurut Instruksi Presiden No. 19 Tahun

1969, Kepariwisataan adalah merupakan suatu kegiatan jasa yang

memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup yang khas, seperti

hasil budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam yang indah, dan

iklim yang nyaman.

Pengertian pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun

1990 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait

di bidang tersebut.

Pengertian pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 10

tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Menurut Heriawan (2004), pariwisata adalah serangkaian

kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau

kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan

tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau

mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud

(36)

semula. Hal tersebut memiliki dua elemen yang penting, yaitu:

perjalanan itu sendiri dan tinggal sementara di tempat tujuan dengan

berbagai aktivitas wisatanya.

Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang

kepariwisataan menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan

atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela

serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

Jadi pengertian wisata mengandung unsur sementara dan perjalanan itu

seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek atau daya

tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan wisata adalah tidak

bertujuan mencari nafkah, tetapi apabila di sela-sela kegiatan mencari

nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari

kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata.

Berdasarkan pengertian beberapa teori diatas dapat disimpulkan

bahwa pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan orang untuk

sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat

lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan

dengan maksud bukan untuk berusaha dan mencari nafkah di tempat

yang dikunjungi.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan daerah dalam hal ini

adalah retribusi dari sektor pariwisata

Mata rantai industri pariwisata yang berupa hotel atau

(37)

souvenir,dan hiburan), dan usaha perjalan wisata (travel agent atau

pemandu wisata) dapat menjadi sumber penerimaan daerah bagi

provinsi DIY yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD,

pajak dan bukan pajak. Berikut beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi penerimaan daerah 5 Kabupaten/Kota di Provinsi DIY

dari sektor pariwisata :

1) Jumlah obyek wisata.

Obyek Wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan

wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang

berkunjung ke tempat tersebut. Menurut SK. MENPARPOSTEL

No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87, Obyek Wisata adalah semua

tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang

dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan

diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

Obyek wisata dapat berupa wisata alam seperti gunung, danau,

sungai, pantai, laut, atau berupa objek bangunan seperti museum,

benteng, situs peninggalan sejarah, dan lain-lain. Suatu

tempat/daerah agar dapat dikatakan sebagai objek wisata harus

memenuhi hal pokok berikut:

a) Adanya something to see. Maksudnya adalah sesuatu untuk

dilihat.

b) Adanya something to buy. Maksudnya adalah sesuatu yang

(38)

c) Adanya something to do. Maksudnya adalah seuatu aktifitas

yang dapat dilakukan di tempat itu.

Umumnya di beberapa daerah atau negara, untuk memasuki

suatu Objek Wisata para wisatawan diwajibkan untuk membayar

biaya masuk atau karcis masuk yang merupakan biaya retribusi

untuk pengemabangan dan peningkatan kualitas Objek Wisata

tersebut. Beberapa Objek Wisata ada yang dikelola oleh

Pemerintah dan ada pula yang dikelola oleh pihak swasta. Objek

Wisata yang dikelola oleh pihak swasta dapat berupa Objek Wisata

alami maupun buatan. (Sumber: Wikipedia.org)

Begitu juga dengan provinsi DIY yang dibagi dalam 5

Kabupatem/Kota dimana memiliki Daerah Tujuan Wisata (DTW)

yang memiliki masing-masing potensi yang cukup besar dan bisa di

andalkan, khusunya wisata alam maupun budaya bahkan wisata

buatan. Dengan demikian banyaknya jumlah onjek wisata yang ada

maka diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah dari

sektor pariwisata di DIY, baik melalui pajak daerah maupun

retribusi daerah.

2) Jumlah wisatawan

Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan

atau tourist. Batasan terhadap wisatawan juga sangat bervariasi,

mulai yang umum sampai dengan yang khusus. Menurut Soekadijo

(39)

tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya,

atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang

didatanginya.

Maka wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan

sementara tanpa menetap untuk menikmati obyek wisata dan

bersenang-senang semata-mata untuk menikmati kegiatan

pertamasyaan dan rekreasi (pemanfaatan waktu luang untuk

istirahat, santai dan bersenang-senang guna mengembalikan dan

meningkatkan kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani sebagai

akibat dan aktivitas pekerjaan sehari-hari) atau untuk memenuhi

keinginan yang beraneka ragam.

3) PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah

satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu

daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku

maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan

jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam

suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa

akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah

barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun

berjalan, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai

(40)

yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB

menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan

sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu

daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau

pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.

PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga

dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit).

Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga

berlaku dan PDRB menurut harga konstan.

Menurut Agus Tri Basuki dan Nano Prawoto dalam buku

Pengantar Ekonomi, semakin tinggi nilai barang/jasa akhir yang

dihasilkan perusahaan-perusahaan yangada di daerah-daerah

propinsi atau kabupaten maka akan semakin tinggi pula perolehan

PDRBnya dan nantinya pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga

akan mengalami peningkatan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi

daerah melalui peningkatan PDRB akan memacu peningkatan

pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian, PDRB dapat

diartikan sebagai jumlah produk berupa barang dan jasa yang

dihasilkan oleh unit-unit produksi yang ada di daerah selama 1

(satu) tahun.

PDRB disebut juga sebagai suatu neraca regional di mana

(41)

dan PDRB menurut penggunaan pada sisi kanan. Manfaat PDRB

antara lain digunakan sebagai dasar penghitungan laju

pertumbuhan ekonomi, untuk melihat struktur ekonomi suatu

wilayah, sebagai proksi pendapatan per kapita, dan sebagai

indikator disparitas regional. Kemampuan pengelolaan unit

ekonomi yang tinggi di suatu daerah/wilayah akan berdampak pada

kemakmuran masyarakatnya, oleh karena itu angka PDRB juga

digunakan sebagai alat pembanding tingkat kemakmuran antar

daerah/ wilayah.

Dalam pengertian lain, data PDRB menggambarkan

kemampuan suatu daerah/wilayah dalam mengelola sumber daya

yang dimilikinya. Oleh karena itu, nilai PDRB yang dihasilkan oleh

masing-masing daerah/wilayah sangat tergantung pada potensi

sumber daya alam, sumberdaya manusia dan teknologi (faktor

produksi) di daerah/ wilayah tersebut. Kondisi terbatasnya sumber

daya alam dan penyediaan faktor-faktor produksi serta kemampuan

dalam pengelolaannya tersebut menyebabkan besaran PDRB

bervariasi antar daerah/wilayah.

Perspektif tinjauan secara spasial PDRB melalui analisis

antarregion menurut kabupaten/kota akan memberikan gambaran

perbedaan pola tentang hasil–hasil pembangunan ekonomi antar

kabupaten/kota. Perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh

(42)

dan faktor produksi yang tersedia beserta kemampuan manajemen

pengelolaannya. Alhasil dari adanya perbedaan tersebut dapat

menyebabkan kesenjangan ekonomi antar kabupaten/ kota.

Kebijakan ekonomi disusun antara lain mengutamakan

landasan berbagai macam indikator makro seperti: PDRB, inflasi,

investasi, ekspor–impor, dan lain–lain, sesuai dengan sifatnya yang ditujukan untuk memberikan “warning”. Penggunaan indikator

makro ke dalam bentuk perencanaan program yang lebih spesifik

memerlukan kajian empiris sehingga dapat diidentifikasi aspek

pertumbuhan, keterbandingan antarwilayah, dan pemerataan

pembangunan. Aspek pertumbuhan ekonomi terkait erat dengan

masalah ketenagakerjaan dan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi

seyogyanya dapat menyerap angkatan kerja yang secara alamiah

terus bertambah. Meningkatnya serapan tenaga kerja diharapkan

berdampak terjadinya pengurangan tingkat pengangguran dan

kemiskinan. Oleh karena itu, analisis PDRB dengan menggunakan

data pada level provinsi dan kabupaten/kota ini disusun dalam

rangka memfasilitasi kebutuhan para penentu kebijakan (decision

maker) dalam merumuskan strategi dan arah kebijakan

pembangunan bidang ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta

(43)

B.Penelitian Terdahulu

Dalam hal ini penelitian terdahulu berguna sebagai rujukan atau

referensi,bahkan sebagai bahan untuk membantu penulis dalam proses

penyusunan penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan

(44)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Penulis Judul Variabel Model Hasil Penelitian

Denny

(45)
(46)
(47)
(48)

C.Hubungan Antar Variabel

1. Jumlah obyek wisata terhadap pendapatan retribusi

Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari

satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan

maupun kelompok, dilakukan ketika sudah seminggu atau sebulan penuh

melakukan pekerjaan atau kegiaan yang padat maka seseorang butuh pergi

wisata , sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan

kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya,

alam, dan ilmu.

Menurut Murti Handayani (2012) Pariwisata dapat mempengaruhi

adanya kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan budaya. Dari sudut sosial

bahwa kegiatan pariwisata akan memperluas kesempatan tenaga kerja baik

dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari berbagai

sektor usaha yang langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan

kepariwisataan. Segi ekonomi bahwa kegiatan pariwisata dapat memberikan

sumbangan terhadap penerimaan daerah yang bersumber dari pajak,

retribusi parkir dan karcis atau dapat mendatangkan devisa dari

parawisatawan mancanegara yang berkunjung.

Sehingga, semakin banyak jumlah Obyek Pariwisata maka semakin

banyak pula sumbangan dari pendapatan retribusi yang diperoleh dari

masing-masing obyek wisata tersebut. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang

(49)

jumlah obyek wisata memiliki pengaruh positif signifikan terhadap

pendapatan retribusi pariwisata.

2. Jumlah wisatawan terhadap pendapatan retribusi

Jumlah Wisatawan yang berkunjung di DIY selalu mengalami

peningkatan karena para pengunjung tidak hanya berasal dari DIY

melainkan dari berbagai daerah maupun mancanegara. Setiap wisatawan

yang berkunjung ke tempat pariwisata dapat menikmati keindahan dan

panorama yang ada di DIY, tentunya dengan membayar biaya retribusi yang

telah ditetapkan di masing-masing obyek wisata yang mereka pilih.

Oleh karena itu, semakin banyak wisatawan yang berkunjung maka

akan semakin banyak pula retribusi obyek wisata yang didapatkan. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murti Handayani (2012) yang

menyatakan bahwa jumlah wisatawan berpengaruh terhadap retribusi obyek

wisata, karena dengan jumlah wisatawan yang tinggi maka dapat menambah

pendapatan retribusi.

3. Jumlah PDRB terhadap pendapatan retribusi

PDRB di definisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan

oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah nilai

barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi disuatu

wilayah. Pada umumnya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata

mempunyai tingkat sosial ekonomi yang tinggi. Mereka memiliki trend

(50)

Artinya kebutuhan hidup minimum mereka sudah terpenuhi. Mereka

mempunyai cukup uang untuk membiayai perjalan wisata.

Sehingga semakin besar kemampuan masyarakat untuk melakukan

perjalanan wisata, maka pada akhirnya berpengaruh positif dalam

meningkatkan retribusi obyek wisata, karena mereka harus membayarkan

biaya retribusi di setiap obyek wisata yang mereka kunjungi.

D.Kerangka penelitian

Skema hubungan Retribusi Daerah dengan Variabel yang mempengaruhinya.

Gambar 1.1 Kerangka Penelitian Jumlah Obyek

Wisata

PDRB Jumlah Wisatawan

(51)

E.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah Obyek Wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Pendapatan Retribusi di 5 kota/kabupaten di DIY

2. Jumlah Wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan

Retribusi di 5 kota/kabupaten di DIY

3. Jumlah PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan

(52)

34 A.Subyek/Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kota/kabupaten yang termasuk dalam

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

B.Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain, baik dari

literatur, studi pustaka, atau penelitian-penelitian sejenis sebelumnya yang

berkaitan dalam penelitian ini.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi DIY dan literatur-literatur lainnya seperti

buku-buku, dan jurnal-jurnal ekonomi. Data yang digunakan antara lain

adalah jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan, PDRB perkapita, dan

pendapatan retribusi kabupaten/kota di DIY. Selain itu data yang digunakan

adalah data kurun waktu (time series) dari tahun 2001-2015 dan data deret

lintang(cross section) sebanyak 5 kabupaten/kota di DIY yang menghasilkan

70 observasi.

C.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk

memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan realistis. Metode yang

(53)

pustaka, yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, buku referensi, maupun

jurnal-jurnal ekonomi.

D.Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen (Pendapatan Retribusi Daerah 5 Kabupaten/kota di D.i

Yogyakarta)

Variabel dependen adalah variabel utama yang menjadi faktor yang

berlaku dalam investigasi (Sekaran, 2006). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah Pendapatan Retribusi Daerah 5 Kabupaten/Kota D.I

Yogyakarta. Pengertian Pendapatan Retribusi Obyek Wisata yaitu

pendapatanyang diperoleh suatu tempat wisata yang terdiri dari karcis

masuk, retribusi parkir, sewa lahan dan pendapatan lain yang sah.

2. Variabel Independen (Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, PDRB)

Variabel independen adalah variabel stimulus, prediktor, antecedent.

Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas

adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono,2009).Variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Jumlah Obyek Wisata

Merupakan banyaknya obyek wisata yang ada di 5

kabupaten/kotaprovinsi DIY tahun 2000-2014 (satuan tempat).

(54)

Merupakan besarnya jumlah wisatawan baik macanegara

maupun nusantara yang berkunjung ke selutuh obyek wisata di 5

kabupaten/kota provinsi DIY (satuan orang).

c. PDRB

PDRB di definisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan

oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah

nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di

DIY.

E.Analisis Data dan Uji Hipotesis

Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis kuantitatif, yaitu teknik analisis yang dapat digunakan untuk

menaksir parameter. Analisis data yang dilakukan dengan cara menguji secara

statistik terhadap variabel-variabel yang telah dikumpulkan dengan

menggunakan program EViews 7. Hasil analisis diharapkan dapat digunakan

untuk mengetahui besarnya pengaruh beberapa variabel bebas terhadap

variabel terikat.

Model ekonometrik digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui

hubungan timbal-balik antara formulasi teori, pengujian, dan estimasi empiris.

Dalam teori ekonometri, data panel merupakan gabungan antara data silang

(cross-section) dan data time series deret waktu (time series). Dengan

(55)

observasi time series (t > 1) dengan data observasi cross-section (n > 1). Model

dasar yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = β0 + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + e

Keterangan:

Y = variabel dependen, yaitu Retribusi Obyek Wisata β0, β1, β2, β3 = koefisien

X1 = variabel jumlah obyek wisata

X2 = variabel jumlah wisatawan

X3 = variabel PDRB

i = kabupaten/kota

t = tahun

e = error term

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas atau Kolinearitas Ganda adalah adanya

hubungan linier antara peubah bebas X dalam model regresi ganda. Jika

hubungan linier antara peubah bebas X dalam model regresi ganda

adalah korelasi sempurna maka peubah-peubah tersebut berkolinearitas

ganda sempurna (perfect multicollinearity). Pendeteksian

multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance Inflation Factors

(VIF). Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai VIF < 10 maka tidak

(56)

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari

residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji

Heteroskedastisitas berguna untuk mengetahui adanya penyimpangan

dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi, dimana dalam model

regresi harus dipenuhi syarat tidak adanya heteroskedastisitas.

Homoskedastisitas terjadi bila distribusi probabilitas tetap sama dalam

semua observasi x, dan varians setiap residual adalah sama untuk semua

nilai variabel penjelas.

2. Estimasi Model Regresi Panel

Dalam metode estimasi regresi dengan menggunakan data panel

dapat dibedakan melalui tiga pendekatan, antara lain:

a. Macam-macam Model Regresi Data Panel

1) Metode Common Effect

Estimasi Common Effect merupakan model data panel yang

paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series

dan cross action. Pada model ini tidak diperhatiakan dimensi waktu

maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar individu

sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan

pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil

untuk mengestimasi model data panel. Adapun persamaan regresi

(57)

Yit = α + Xitβ + ɛ it

Dimana : i = menunjukkan cross section (individu)

t = menunjukkan periode waktunya

Dengan asumsi komponen error dalam pengolahan kuadrat

terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross

section dapat dilakukan.

2) MetodeFixed Effect

Estimasi Fixed Effect mengasumsikan bahwa perbedaan antar

individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk

mengestimasi data panel model ini menggunakan teknik variable

dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar objek yang satu

dengan objek yang lainnya. Model estimasi ini sering disebut dengan

teknik Error Component Model Least Squares Dummy Variable

(LSDV). Adapun persamaan regresi dalam model Fixed Effect dapat

ditulis sebagai berikut :

Yit = α + iαit + X’itβ + ɛ it

3) Metode Random Effect

Estimasi Random Effect akan mengestimasi data panel dimana

variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan

individu. Pada model model Random Effect perbedaan intersep

diakomodasikan oleh error terms dari masing-masing objek.

Keuntungan menggunakan dengan metode ini yaitu dapat

(58)

Error Compoenmodel (ECM) Atau teknik Generalized Least Square

(GLS). Dengan demikian persamaan modelnya dapat ditulis sebagai

berikut :

Yit = α + X’itβ + wit

Dimana : wit = ɛ it + u1 ; E(wit) = 0 ; E(wit2) = α2+ αu2 ;

E(wit, wjt-1) = 0; i ǂ j; E(ui, ɛ it) = 0;

E(ɛ i,ɛ is) = E(ɛ it,ɛ jt) = E(ɛ jt,ɛ js)

Meskipun komponen error wt bersifat homoskedastik, nyatanya

terdapat korelasi antara wt dan wit-s (equicorrelation), yakni :

Corr(wit, wi(t-1)) = αu2/( α2 + αu2)

b. Pemilihan Model Estimasi Data Panel

Untuk memilih model estimasi yang dianggap paling tepat

diantara ketiga jenis model, maka perlu dilakukan serangkaian uji,

diantaranya adalah:

1) Uji Chow

Chow testyakni pengujian untuk menentukan model

FixedEffect Model atau Random Effect yang paling tepat digunakan

mengestimasi data panel. Untuk mengetahuinya digunakan rumus

sebagai berikut :

Chow =

(59)

RRS : Restricted Residual Sum Square (Sum of Square

Residual yang diperoleh dari model PLS (Pooled Least

Square))

URSS : Unrestriced Residual Sum Square (Sum of Square

Residual yang diperoleh dari model FEM)

n : jumlah data cross section

T : jumlah data time series

k : jumlah variabel penjelas

Pengujian ini menggunakan distribusi F statistik. Jika nilai F

stat > F tabel maka model yang akan digunakan adalah model FEM.

Sedangkan apabila F stat < F tabel maka model PLS yang akan

digunakan.

2) Uji Hausman

Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah

model FixedEffect atau Random Effect yang paling tepat digunakan.

Uji ini didasarkan bahwa kedua metode OLS dan GLS konsisten tetapi

OLS tidak efisien dalam H0. Mengikuti kriteria Wald, uji Hausman ini

akan mengikuti distribusi chi-squares sebagai berikut.

m = ’ var ( )-1

dimana = [ OLS- GLS]

dan var ( ) = var ( OLS)- var ( 0-GLS)

Statistik ini mengikuti distribusi statistik chi squares dengan df

(60)

nilai stat Hausman> nilai kritisnya maka model yang tepat adalah

model FEM, dan sebaliknya.

3. Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier test digunakan untuk mengetahui apakah model

Random Effect lebih baik daripada metode Common Effect (OLS) digunakan

uji Lagrange Multiplier (LM). Adapun nilai statistik LM dihitung

berdasarkan formula sebagai berikut : eit

Keterangan:

n = jumlah individu

T = jumlah periode waktu

ê = residual metode PLS

Uji LMdidasarkan pada distribusi chi-squares dengan nilai df

(derajat kebebasan) yaitu sebesar jumlah variabel independen. Jika nilai LM

stat > nilai stat chi-squares maka model yang dipilih yaitu model REM, dan

sebaliknya.

4. Uji Statistik (Uji Kesesuaian) a. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai Koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk

mengukur seberapa besar variasi dari variabel terikat (Y) dapat

dijelaskan oleh variabel bebas (X). Bila nilai koefisien determinasi = 0

(61)

oleh variabel X. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari variabel Y

secara keseluruhan dapat dijelaskan oleh variabel X. Dengan kata lain

jika Adjusted R2 mendekati 1, maka variabel independen mampu

menjelaskan perubahan variabel dependen, tetapi jika Adjusted R2

mendekati 0, maka variabel independen tidak mampu menjelaskan

variabel dependen. Dan jika Adjusted R2 = 1, maka semua titik

pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian, baik

atau buruknya persamaan regresi ditentukan oleh Adjusted R2 nya.

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel

bebas (variabel independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel terikat (variabel dependen) pada tingkat signifikansi 0.05 (5%).

Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan

dengan uji-f dengan pengujian, sebagai berikut :

Hipotesis :

1. Fhitung> Ftable : H0 ditolak, H1 diterima

2. Fhitung< Ftable : H0 diterima, H1 ditolak

Atau

3. Bila probabilitas artinya tidak signifikan

Bila probabilitas artinya signifikan

c. Uji Parsial (Uji t)

Uji t-statistik digunakan untuk menguji pengaruh parsial dari

(62)

dalam penelitian ini adalah pengujian dua arah dalam tingkat signifikansi = α dan derajat kebebasan (degree of freedom, df) = n-k,

dimana n menunjukkan jumlah observasi dan k menunjukkan jumlah

parameter termasuk konstanta. Pengujian ini dilakukan dengan

hipotesis (Gujarati, 2013: 129-133) :

1. H0 : = 0, artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari setiap

variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

2. H1 : 0, artinya ada pengaruh yang nyata dari setiap variabel

bebas terhadap variabel tidak bebas.

Dengan kriteria penerimaan hipotesa pada uji-t statistik sebagai berikut:

1. Bila probabilitas i > 0.05 artinya tidak signifikan

(63)

45

Daerah Istimewa Yogyakarta (bahasa Jawa: Dhaérah Istiméwa

Ngayogyakarta) adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang

merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Negara Kadipaten

Paku Alaman, Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau

Jawa, dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia,

Daerah Istimewa yang memiliki luas 3,185,80 km2 ini terdiri atas satu

kotamadya, dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan,

dan 438 desa/kelurahan, Menurut sensus penduduk 2010 memiliki populasi

3.452.390 jiwa dengan proporsi 1,705,404 laki-laki, dan 1.746.986

perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2.

B. Geografi

DIY terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara geografis

terletak pada 8º 30' - 7º 20' Lintang Selatan, dan 109º 40' - 111º 0' Bujur

Timur, Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan

menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi,

satuan fisiografi Pegunungan Sewu atau Pegunungan Seribu, satuan

fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah.

Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS

Progo di barat, dan DAS Opak-Oya di timur, Sungai-sungai yang cukup

(64)

Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai

Opak, dan Sungai Oya.

Secara administratif DIY terbagi dalam 5 wilayah daerah tingkat II, yaitu :

1. Kotamadya Yogyakarta dengan luas 32,5 km2

2. Kabupaten Bantul dengan luas 506,85 km2

3. Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 km2

4. Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 km2

5. Kabupaten Sleman dengan luas 574,82 km2

Gambar 4,1

Peta Wilayah D,I Yogyakarta

Sumber: www.google.com/petayogyakarta

C. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Penelitian ini akan menganalisis pengaruh Obyek Wisata, Jumlah

Wisatawan, PDRB terhadap pendapatan Retribusi di 5 kabupaten/kota yang

(65)

Menurut UU Nomor 10 tahun 2009,Wisata adalah perjalanan yang

dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat

tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya

tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka waktu sementara. Wisatawan

adalah orang yang melakukan wisata. Pariwisata adalah berbagai macam

kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang

disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Daya

tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan

nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam budaya dan hasil buatan

manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah/wilayah dalam

mengelola sumber daya yang dimilikinya. Oleh karena itu, nilai PDRB yang

dihasilkan oleh masing-masing daerah/wilayah sangat tergantung pada potensi

sumber daya alam, sumberdaya manusia dan teknologi (faktor produksi) di

daerah/ wilayah tersebut.

Retribusi menurut UU Nomor 28 tahun 2009 adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk peorangan atau

(66)

Tabel 4.1

Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Pendapatan Retribusi

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Obyek Wisata di D.I Yogyakarta
Tabel 1.3 PDRB ADHK 2010
Tabel 1.4 Pendapatan Retribusi
Tabel 1.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Suatu Opsi untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar pada power plant adalah dengan merecovery panas sisa yang keluar dari siklus turbin gas yang dimanfaatkan

dinarnakan alat SMS Sirkulasi Mixing Sistem, alat ini diarahkan sebagai alat teknologi tepat guna yang diharapkan dapat digunakan bagi petani atau rnasyrakat sebagai

Selama melakukan kerja praktik di PT Asuransi Takaful Keluarga di kantor Cabang Banda Aceh penulis banyak mendapatkan ilmu tentang cara kerja perasuransian

Metode bermain kuartet dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan efektif bagi siswa. Pengucapan secara berulang-ulang konsep Biologi yang

Hasil penelitian Thulber, Shinn dan Smolkowski (2002) juga menunjukkan bahwa dalam penyelesaian permasalahan dalam matematika, paling tidak ada 3 dimensi yang

Tujuan dari penilitian ini adalah merancang Sistem Informasi Lowongan Pekerjaan agar dapat mencari lowongan kerja secara online, mempermudah pihak pencari kerja agar tidak

Berdasarkan hal tersebut perlu diketahui bagaimana keadaan potensi fisik berdasarkan kriteria potensi wisata rekreasi pantai yang terdapat di objek wisata Pulau

Tingkat keberhasilan jaringan untuk pengujian suara untuk 5 data latih yang telah dilatih dengan fungsi aktivasi sigmoid bipolar mencapai 100% dan tingkat keberhasilan