Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan
pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur
Tanjungbalai
Skripsi
Oleh
Rika
NIM : 111121026
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan
PRAKATA
Segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Perilaku
Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penyusunan skripsi ini banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan II, Ikhsanudin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Hj. Diah Retno W, selaku Direktur RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
4. Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes sebagai pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan dan saran kepada penulis selama mengikuti perkulihan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I, yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.
7. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku dosen penguji II, yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.
9. Kepala Bidang Program beserta staf RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai, yang telah membantu dalam proses penelitian.
10.Kepala ruangan dan perawat pelaksana di instalansi rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai, yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.
11.Orang tua tercinta bapak Kusmin dan ibu Rohani yang senantiasa mendoakan, meridhoi setiap langkah dan hidup penulis serta memberikan motivasi bagi penulis untuk terus maju.
12.Teristimewa kepada suami tercinta Efri Adhar dan my little angel Hani Khalilah Adhar yang merupakan spirit dan kekuatan bagi penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam kondisi apapun.
13.Teman-teman mahasiswa S1 Keperawatan Ekstensi Pagi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara khususnya stambuk 2011 yang telah memberikan bantuan, motivasi dan perhatiannya dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis, oleh karena itu kritikan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam pengembangan ilmu keperawatan.
Medan, Januari 2013 Penulis,
DAFTAR ISI
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 9
2.2. Caring Parawat ... 10
2.2.1. Pengertian Caring dan Konsep Dasar Caring ... 10
2.2.2. Elemem-elemen Utama Caring ... 13
2.2.3. Tahap-tahap dalam Caring ... 19
2.3. Asuhan Keperawatan ... 21
2.3.1. Defenisi Asuhan Keperawatan ... 21
2.3.2. Standar Praktik Keperawatan ... 22
2.3.3. Tujuan Standar Keperawatan ... 22
Bab 3 Kerangka Penelitian ... 24
3.1. Kerangka Penelitian ... 24
3.2. Definisi Operasional ... 25
Bab 4 Metodologi Penelitian ... 26
4.1. Desain Penelitian ... 26
4.2. Populasi dan Sampel ... 26
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
4.4. Pertimbangan Etik ... 27
4.5. Instrumen Penelitian ... 28
4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29
4.7. Teknik Pengumpulan Data ... 31
4.8. Analisa Data ... 31
Bab 5 Hasil Dan Pembahasan ... 33
5.1. Hasil Penelitian ... 33
Bab 6 Simpulan dan Saran ... 44 6.1. Simpulan ... 44 6.2. Saran ... 44
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
1. Informed Consent
2. Kuesioner Penelitian 3. Lembar Bukti Validitas 4. Jadwal Penelitian 5. Taksasi Dana
6. Lembar Bukti Bimbingan 7. Hasil Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 25
Tabel 2. Tendensi Sentral Data Demografi Umur Responden di RSUD
Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai (n=55) ... 34
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Data Demografi Responden di RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai (n=55) ... 34
Tabel 4. Distribusi Persentase Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien Berdasarkan Sepuluh Faktor
Caratif ... 36
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Caring Perawat Dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang
Judul : Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai
Nama : Rika Nim : 111121026 Fakultas : Keperawatan Tahun : 2013
ABSTRAK
Caring merupakan sentral praktik keperawatan. Perilaku caring perawat sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Pentingnya perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dan asuhan keperawatan yang bermutu sehingga kepuasan akan dirasakan pasien dan mendorong untuk mempercepat kesembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai. Dengan menggunakan desain deskriptif, pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 55 orang diambil dari seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap dan sudah menjadi pegawai negeri sipil. Instrument penelitian ini terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner perilaku caring perawat yang dikembangkan menurut kesepuluh faktor caratif Watson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,7% responden menunjukkan perilaku caring baik dan 47,3% responden menunjukkan perilaku caring cukup. Perilaku caring yang baik dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal.
Judul : Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai
Nama : Rika Nim : 111121026 Fakultas : Keperawatan Tahun : 2013
ABSTRAK
Caring merupakan sentral praktik keperawatan. Perilaku caring perawat sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Pentingnya perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dan asuhan keperawatan yang bermutu sehingga kepuasan akan dirasakan pasien dan mendorong untuk mempercepat kesembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai. Dengan menggunakan desain deskriptif, pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 55 orang diambil dari seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap dan sudah menjadi pegawai negeri sipil. Instrument penelitian ini terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner perilaku caring perawat yang dikembangkan menurut kesepuluh faktor caratif Watson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,7% responden menunjukkan perilaku caring baik dan 47,3% responden menunjukkan perilaku caring cukup. Perilaku caring yang baik dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut
perawat sebagai suatu profesi, memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu. Asuhan keperawatan yang
bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi
standar dan kriteria profesi keperawatan sesuai dengan standar biaya dan kualitas
yang diharapkan rumah sakit serta mampu mencapai tingkat kepuasan dan
memenuhi harapan pasien. Kualitas asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh
berbagai faktor antara lain: kondisi pasien, pelayanan keperawatan termasuk
tenaga keperawatan di dalamnya, sistem manajerial dan kemampuan rumah sakit
dalam melengkapi sarana prasarana, serta harapan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan atau keperawatan yang diberikan di rumah sakit tersebut (Nurachmah,
2001).
Tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner
(1989), menempatkan caring sebagai dasar dalam praktik keperawatan.
Diperkirakan bahwa ¾ pelayanan kesehatan adalah caring sedangkan ¼ adalah
curing. Jika perawat sebagai suatu kelompok profesi yang bekerja selama 24 jam
di rumah sakit lebih menekankan caring sebagai pusat dan aspek yang dominan
dalam pelayanannya maka tidak dapat disangkal lagi bahwa perawat akan
Persepsi pasien terhadap pelayanan kesehatan perlu diperhatikan oleh
pemberi pelayanan kesehatan karena masyarakat yang menilai baik buruknya
pelayanan di Rumah Sakit, misalnya instalasi rawat inap. Dalam hal ini perawat
perlu memperhatikan tingkat kepuasan pasien, meminimalkan biaya atau waktu
serta memaksimalkan dampak pelayanan terhadap sasaran. Umpan balik atau
informasi merupakan elemen yang penting dalam membangun sistem pemberian
pelayanan yang efektif, termasuk terhadap kepuasan pelanggan dan kualitas
pelayanan (Kotler, 2005).
Hasil penelitian menyebutkan tentang perilaku caring perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Hasil penelitian Sobirin (2002), didapatkan
bahwa penerapan perilaku caring lebih dari separuh perawat pelaksana (52,5%) di
RSUD Unit Swadana Kabupaten Subang termasuk kategori rendah. Hasil
penelitian Agustin (2002) di RS Dr. Mohammad Hoesin Palembang menyebutkan
bahwa hampir separuh perawat dinilai tidak caring (48,5%).
Hasil penelitian yang telah dilakukan Anjaswarni, Keliat, dan Sabri (2002)
mengenai analisis tingkat kepuasan klien terhadap perilaku caring perawat di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang menunjukan bahwa rata-rata tingkat kepuasan
klien terhadap perilaku caring adalah 82,25%. Hal ini menunjukkan bahwa
pencapaian tingkat kepuasan pasien mendekati 100% yang berarti cenderung
merasa puas dengan perilaku caring perawat. Sedangkan hasil penelitian oleh
Sumarwati (2006) di sebuah rumah sakit di Yogyakarta, tentang gambaran
perilaku caring perawat pada pasien penderita kanker. Hasil penelitian
perawat kurang baik karena mereka kurang mengerti akan kebutuhan dasar yang
diperlukan pasien. Hal ini menunjukan bahwa perilaku caring perawat sangat
dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Menurut penelitian Hartati (2007) di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta
manyatakan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan masih
kurang terutama dalam dimensi keperdulian (caring). Penelitian mengukur tingkat
kepuasan pasien yang menyatakan 15 aspek kepuasan yang harus diperhatikan
perawat untuk memuaskan pasien, namun hanya 8 yang akan digunakan yaitu:
nursing is caring, nursing is sharing, nursing is helping, nursing is respecting,
nursing is doing, nursing is feeling, nursing is accepting, nursing is beleaving, hal
itu didukung hasil penelitian sebelumnya oleh Ryan (2009) tentang aspek-aspek
kepuasan pasien rawat inap di sebuah rumah sakit di Jakarta, pada 92 responden
yang berpendapat sangat setuju bahwa aspek-aspek pelayanan perawat yang
mempengaruhi kepuasan mereka sebagai pasien adalah; aspek perhatian (caring)
98,74%, pertolongan (helpness) 97,08%, penghargaan (respection) 95,60%,
penerimaan (accepten) 95%, kerjasama (sharing) 93,25%, percaya diri (beleaving
in self) 92,80%. Maka pelayanan perawat yang dapat memuaskan pasien lebih
tinggi pada aspek perhatian (caring) dari aspek-aspek lainnya.
Hasil penelitian Malini (2009) yang mengidentifikasi perilaku caring
perawat di RS Dr. M. Djamil Padang didapati perawat masih kurang ramah dalam
melayani pertanyaan pasien, berperilaku tidak bersahabat dan jarang tersenyum.
perawat yang cenderung emosi saat menerima keluhan dari pasien, perawat yang
hanya duduk-duduk di ruang perawat, perawat yang cenderung tidak tahu
mengenai kondisi pasien, program pengobatan yang sudah diberikan dan yang
akan diberikan, serta perawat yang kurang memahami keluhan yang dirasakan
pasien. Ini menunjukkan bahwa perilaku caring masih kurang ditunjukkan oleh
perawat yang bekerja di rumah sakit.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Simarmata (2011), tentang prilaku
caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan
jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Medan menunjukkan bahwa 58,3%
responden menunjukkan perilaku caring yang cukup, dan 41,7% responden
memperlihatkan perilaku caring yang baik dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Medan. Perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Medan harus lebih
memperhatikan pentingnya perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan
asuhan keperawatan yang bermutu.
Visi RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai yaitu mewujudkan Rumah
Sakit yang berkualitas dalam pelayanan, sarana, dan prasarana menuju Kota
Tanjungbalai sehat 2020. Misinya yaitu melaksanakan pelayanan medis yang
bermutu tinggi, cepat, tepat, ramah dan meningkatkan profesionalisme pelayanan
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna serta terjangkau masyarakat.
Keperawatan sangat berperan penting dalam tercapainya visi misi ini.
komunikasi yang menyenangkan terhadap pasien merupakan salah satu faktor
penyebab kepuasan yang akan dirasakan oleh pasien dan mendorong untuk
mempercepat kesembuhan. Kepuasan pasien ini dapat tercipta dengan caring
perawat yang baik, yang penuh perhatian, persahabatan, empati dan simpati dalam
melakukan asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2006).
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang perilaku caring perawatdalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien khususnya di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur
Tanjungbalai.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka didapatkan rumusan
masalah yaitu bagaimanakah perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur
Tanjungbalai?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perilaku
caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruangan
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan agar manajemen rumah sakit dapat memberikan
himbauan kepada para perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien selalu dilandasi dengan sikap caring dengan cara berempati,
komunikatif sehingga meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pasien.
1.4.2. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan untuk melakukan
pendekatan yang mendalam kepada pasien dalam tindakan asuhan
keperawatan yang tidak hanya rutinitas asuhan keperawatan tetapi lebih
mengedepankan aspek-aspek psikologis pasien.
1.4.3. Bagi Penelitian Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan terhadap penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku caring perawat yang baik
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai
pendukung dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti
yaitu:
2.1. Perilaku
2.1.1. Defenisi Perilaku
Perilaku menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010) adalah
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh
karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan
kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori
“S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon. Skinner membedakan adanya dua jenis
respon yaitu respondent respons dan operant respons. Respondent respons adalah
respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu yang menimbulkan respon
yang bersifat relatif tetap misalnya makanan yang lezat dan beraroma akan
menimbulakn nafsu makan. Sedangkan Operant respons adalah respon yang
timbul dan berkembang diikuti oleh rangsangan tertentu karena bersifat
memperkuat respon. Operant respons tersebut merupakan bagian terbesar dari
perilaku manusia, serta kemampuan untuk dimodifikasi sangat besar dan tak
terbatas misalnya apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan
Kemudian karena kerja baik tersebut menjadi stimulus untuk memperoleh
promosi pekerjaan.
Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan
mengacu kepada teori Bloom (1956), bahwa lingkungan mempunyai andil yang
paling besar terhadap kesehatan. Kemudian berturut-turut disusul oleh semua ahli
kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan yang mempunyai andil yang paling kecil
terhadap status kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan, baik yang dapat diamati secara langsung maupun
tidak langsung. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari
manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan sangat luas mencakup : berjalan,
berbicara, bereaksi, berpakaian, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku dan gejala
perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor
keturunan (genetik) dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk
hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan merupakan
konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk
selanjutnya. Sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk
perkembangan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2007).
Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku
a. Perubahan Alamiah (Natural Change), adalah perubahan yang dikarenakan
perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi, dimana dia
hidup dan beraktivitas.
b. Perubahan Rencana (Planned Change), adalah perubahan ini terjadi karena
memang direncanakan sendari oleh subjek.
c. Kesediaan untuk Berubah (Readiness to Change), adalah perubahan yang
terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang
terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan
sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan
untuk berubah yang berbeda-beda.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku
Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010), perilaku dipengaruhi
oleh 3 (tiga) faktor utama, yakni :
a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
yaitu faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku seperti
pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, keyakinan, dan sebagainya.
b. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
yaitu faktor yang mendukung atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas yang
mendukung. Ketersediaan sumber daya kesehatan, yang terwujud dalam
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung, atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas.
c. Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)
yaitu faktor yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
2.2. Caring Perawat
2.2.1. Pengertian Caring dan Konsep Dasar Caring
Menurut Carruth, et all 1999, dalam Nurachmah (2001) asuhan
keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila
perawat dapat memperlihatkan sikap caring kepada pasien. Dalam memberikan
asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lembut,
sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping pasien, dan bersikap
caring sebagai media pemberi asuhan. Para perawat dapat diminta untuk merawat,
namun mereka tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan
menggunakan perilaku caring. Perilaku caring seyogyanya harus tumbuh dari
dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat yang terdalam. Spirit caring
bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan
fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya setiap perawat dapat
Caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktek
keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata
perilaku tetapi caring adalah cara memiliki makna dan memotivasi tindakan
(Marriner, 1998). Caring juga didefenisikan sebagai tindakan yang bertujuan
memberikan asuhan fisik dan perhatian emosi sambil meningkatkan rasa aman
dan keselamatan pasien. Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan
niat baik. Perilaku caring menolong pasien meningkatkan perubahan positif dalam
aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Diyakini bersifat caring untuk pasien
dan bekerja sama dengan pasien dari berbagai lingkungan merupakan esensi
keperawatan (Nurachmah, 2001).
Leininger pada tahun 1981 berpendapat bahwa caring adalah komponen
umum dalam keseluruhan pelayanan keperawatan, dan tanpa perilaku ekspresi,
dan aktifitas terapeutik caring, pelayanan keperawatan menjadi tidak lengkap,
tidak adekuat dan dapat dipertanyakan (Leininger, 1981, dalam Berger &
Williams, 1992). Pada tahun 1984 Leininger kembali mendefinisikan caring yaitu
merujuk kepada pemberian asuhan yang langsung (maupun tidak langsung) dan
aktifitas yang memerlukan keterampilan penuh, proses, dan keputusan dalam
mendampingi seseorang dengan cara yang merefleksikan atribut-atribut perilaku
seperti empati, suportif, perasaan haru, melindungi, memberi pertolongan, edukasi
dan lainnya tergantung pada kebutuhan, masalah, nilai dan tujuan dari orang atau
kelompok yang didampingi tersebut (Leininger, 1984, dalam Kozier & Erb,
Caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar. Caring
merupakan “heart” profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental dan
fokus sentral dari keperawatan (Barnum, 1994). Menurut Watson (1988) dalam
Rothrock (1999) mengatakan bahwa caring adalah teladan moral yang
membimbing perawat melalui proses pemberian asuhan dan kepedulian yang
diketahui.
Wiedenbach (1963) dalam Barnum (1994) menyatakan bahwa tujuan dari
seseorang perawat adalah bagian dari efektifitasnya, dimana pekerjaan yang sama
akan memiliki hasil yang berbeda apabila dilakukan dengan atau tanpa caring.
Seni dari keperawatan terletak pada pemikiran dan perasaan yang digunakan
perawat dalam mengobservasi pasiennya, mengidentifikasi dan melayani
kebutuhannya, dan memvalidasi bahwa pertolongan yang diberikannya
bermanfaat bagi pasien.
Caring merupakan sentral praktik keperawatan. Potter & perry (2006)
menjelaskan bahwa caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara
manusia berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Klien dan
keluarga mengharapkan kualitas hubungan individu yang baik dari perawat.
Percakapan yang terjadi antara klien dan perawat pada umumnya sangat singkat
dan tidak menggambarkan adanya suatu hubungan.
Teori yang mendukung pernyataan caring merupakan sentral praktik
keperawatan dan bukan sesuatu yang unik dalam praktik keperawatan adalah teori
yang dikemukakan oleh Swanson. Swanson (1991, dalam Potter & Perry, 2006)
menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki, dan tanggung jawab. Teori
Swanson berguna dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi
caring yang berguna dan efektif.
2.2.2. Elemen-elemen Utama Caring
Menurut Watson (1987) dalam Dwidiyanti (1998) fokus utama dari
keperawatan adalah (1) faktor-faktor carative yang bersumber dari perspektif
humanistik yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah, (2) hubungan
perawatan transpersonal, dan (3) kesempatan perawatan/momen perawatan.
1. Faktor-faktor carative
Watson mengembangkan sepuluh faktor carative untuk membantu
kebutuhan tertentu dari pasien dengan tujuan terwujudnya integritas fungsional
secara utuh dengan terpenuhinya kebutuhan biofisik, psikososial dan kebutuhan
interpersonal. Kesepuluh faktor carative tersebut adalah :
a. Pendekatan humanistik dan altruistik.
Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik mulai berkembang di
usia dini dengan nilai-nilai yang berasal dari orang tuanya. Selain itu perawat juga
memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien. Sistem nilai ini menjembatani pengalaman hidup seseorang dan
mengantarkan ke arah kemanusiaan. Perawatan yang berdasarkan nilai-nilai
humanistik dan altruistik dapat dikembangkan melalui penilaian terhadap
pandangan diri seseorang, kepercayaan, interaksi dengan berbagai kebudayaan
perawat yang kemudian akan meningkatkan sikap altruistik. Melalui sistem nilai
humanistik dan altruistik ini perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu
memberikan sesuatu kepada pasien.
b. Menanamkan sikap penuh harapan.
Perawat memberikan kepercayaan dengan cara memfasilitasi dan
meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Dalam hubungan perawat-klien
yang efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimis, harapan, dan kepercayaan.
Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan
kesehatan. Kepercayaan dan pengharapan sangat penting bagi proses caratif
maupun curatif. Perawat perlu memberikan alternatif-alternatif bagi pasien jika
pengobatan modern tidak berhasil; berupa meditasi, penyembuhan sendiri, dan
spiritual. Dengan menggunakan faktor caratif ini akan tercipta perasaan lebih baik
melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang secara
individu.
c. Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
Pengembangan perasaan ini akan membawa pada aktualisasi diri melalui
penerimaan diri antara perawat dan klien. Perawat belajar menghargai kesensitifan
dan perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni dan
bersikap wajar pada orang lain. Perawat yang mampu untuk mengenali dan
mengekspresikan perasaannya akan lebih mampu untuk membuat orang lain
mengekspresikan perasaan mereka. Pengembangan kepekaan terhadap diri dan
orang lain, mengeksplorasi kebutuhan perawat untuk mulai merasakan suatu
perasaan diri seseorang yang peka dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika
perawat berusaha meningkatkan kepekaan dirinya, maka ia akan lebih autentik
(tampil apa adanya). Autentik akan menambah pertumbuhan diri dan aktualisasi
diri baik bagi perawat sendiri maupun bagi orang-orang yang berinteraksi dengan
perawat itu.
d. Hubungan saling percaya dan saling membantu.
Pengembangan hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah
sangat krusial bagi transpersonal caring. Hubungan saling percaya akan
meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Pengembangan
hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk menjalin
hubungan dalam keperawatan. Karakteristik faktor ini adalah kongruen, empati,
dan ramah. Kongruen berarti menyatakan apa adanya dalam berinteraksi dan tidak
menyembunyikan kesalahan. Perawat bertindak dengan cara yang terbuka dan
jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah berarti
penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa
tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah dan lain-lain.
e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.
Perawat menyediakan waktu dan mendengarkan semua keluhan dan
perasaan klien. Berbagi perasaan merupakan pengalaman yang cukup beresiko
baik bagi perawat maupun klien. Perawat harus siap untuk ekspresi perasaan
positif maupun negatif bagi klien. Perawat harus menggunakan pemahaman
f. Menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan.
Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan
pendekatan asuhan kepada klien, sehingga akan mengubah gambaran tradisional
perawat sebagai “pembantu” dokter. Proses keperawatan adalah proses yang
sistematis dan terstruktur, seperti halnya proses penelitian.
g. Peningkatan belajar mengajar interpersonal.
Faktor ini adalah konsep yang penting dalam keperawatan, yang
membedakan antara caring dan curing. Perawat memberikan informasi kepada
klien. Perawat bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien. Perawat
memfasilitasi proses belajar mengajar yang didesain untuk memampukan klien
memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan mandiri, menetapkan
kebutuhan personal klien.
h. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang
mendukung.
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien
terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Konsep yang relevan terhadap
lingkungan internal yang mencakup kesejahteraan mental dan spiritual, dan
kepercayaan sosiokultural bagi seorang individu. Sedangkan lingkungan eksternal
mencakup variabel epidemiologi, kenyamanan, privasi, keselamatan, kebersihan
dan lingkungan yang estetik. Karena klien bisa saja mengalami perubahan baik
dari lingkungan internal maupun eksternal, maka perawat harus mengkaji dan
memfasilitasi kemampuan klien untuk beradaptasi dengan perubahan fisik,
i. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan
biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan
yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.
Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik yang paling
rendah. Pencapaian dan hubungan merupakan kebutuhan psikososial yang tinggi,
dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan interpersonal yang paling tinggi.
j. Terbuka pada eksistensial fenomenologikal dan dimensi spiritual
penyembuhan.
Faktor ini bertujuan agar penyembuhan diri dan kematangaan diri dan jiwa
klien dapat dicapai. Terkadang klien perlu dihadapkan pada
pengalaman/pemikiran yang bersifat proaktif. Tujuannya adalah agar dapat
meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri. Diakuinya faktor
caratif ini dalam ilmu keperawatan membantu perawat untuk memahami jalan
hidup seseorang dalam menemukan arti kesulitan hidup. Karena adanya dasar
yang irrasional tentang kehidupan, penyakit dan kematian, perawat menggunakan
faktor karatif ini untuk membantu memperoleh kekuatan atau daya untuk
menghadapi kehidupan atau kematian. Watson menyadari bahwa faktor ini sedikit
sulit untuk dipahami, tetapi hal ini akan membawa perawat kepada pemahaman
yang lebih baik mengenai diri sendiri dan orang lain.
2. Hubungan perawatan transpersonal
Istilah “Transpersonal” memiliki arti hubungan yang mendalam didalam
transpersonal berkaitan dengan perlindungan, peningkatan, dan pemeliharaan
martabat, kemanusiaan, kesatuan, dan keselarasan didalam orang tersebut.
Nurachmah (2001), hubungan perawat dan pasien adalah suatu bentuk
hubungan terapeutik/professional dan timbal balik yang bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas hasil intervensi keperawatan melalui suatu proses
pembinaan pemahaman tentang dua pihak yang sedang berhubungan. Hubungan
profesional ini diprakasai oleh perawat melalui sikap empati dan keinginan
berespon (sense of responsivenessi) serta keinginan menolong pasien (sense of
caring).
Hubungan perawatan transpersonal tergantung pada komitmen moral
perawat dalam melindungi dan meningkatkan martabat serta dirinya sendiri yang
lebih dalam, kesadaran perawat dalam memelihara komunikasi dan menghargai
jiwanya serta kesadaran perawat akan potensi untuk penyembuhan karena
pengalaman. Hubungan ini menjelaskan bagaimana perawat dalam penilaian yang
objektif serta menunjukkan perhatian terhadap subjek, perawat menjadi
penghubung dalam pandangan unik dalam proses perawatan. Dengan demikian
seorang yang merawat, keduanya terhubung dalam pencapai suatu persepsi atau
pemahaman yang sama tentang perawatan.
3. Kesempatan perawatan/momen perawatan
Kesempatan perawatan/momen perawat adalah momen ketika perawat dan
pasien bersatu dalam suatu cara dimana kesempatan untuk perawatan manusia
tercipta. Keduanya dengan perbedaan dan keunikan masing-masing yang memiliki
berikatan dengan pengalaman orang lain tentang perasaan, sensasi tubuh,
pemikiran, kepercayaan, tujuan dan harapan serta pengaruh lingkungan yang
dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Kesemuanya didasarkan pada
pengalaman hidup masa lalu, keadaan sekarang dan masa depan yang
dibayangkan dari orang tersebut.
Perilaku caring adalah kegiatan atau tindakan memberikan asuhan
keperawatan dengan mengutamakan faktor-faktor carative yang bersumber pada
perspektif humanistik dan hubungan sesama manusia yang dikombinasikan
dengan dasar pengetahuan ilmiah.
2.2.3 Tahap-tahap dalam Caring
Murray dan Bevis (1982) dalam Rothrock (1999) membagi tahap
perkembangan hubungan kepedulian menjadi empat tingkat yang progresif dan
serial yaitu:
a. Tahap Attachman (pertalian); terjadi empat tugas yang menandai pertalian
yaitu: Rekognisi (menyadari kehadiran orang lain dan menerima orang lain
dapat mempunyai arti), membuka diri (membagi informasi yang beresiko
rendah atau tidak mengancam), validasi (memberikan persetujuan pada
informasi yang dibagikan atau perilaku yang diperhatikan), potensi
(kehendak dan kekuatan untuk memajukan hubungan).
b. Tahap Assiduity (sikap selalu penuh perhatian); selama tahap ini, perhatian
yang diteliti diberikan pada kerja menjalin hubungan kepedulian. Perilaku
menerima keinginan, kebutuhan, kesukaan, perbedaan, dan permintaan orang
lain. Potentiality, dimana rekognisi diberikan pada kemungkinan saling
meningkatkan hubungan yang tidak terjadi dengan mengorbankan
individualitas orang lain. Memperhatikan, melibatkan mendengar dan
menemani orang lain. Kejujuran, diperlukan agar hubungan menjadi terbuka,
kejujuran dapat berupa mengatakan kebenaran atau keinginan. Membuka diri,
tahap dua lebih dalam pengertiannya dari tahap satu. Tanggung jawab,
diperlukan untuk hubungan memperlihatkan yang meliputi rasa tanggung
jawab diri sendiri dan tanggung jawab untuk menerima orang lain.
Kepercayaan, terbangunnya percaya diri mengakui kemampuan setiap orang
untuk meminta bantuan dan pertolongan. Dan yang terakhir pada tahap ini
adalah keberanian, keberanian mendorong hubungan memperhatikan siap
untuk maju ke tahap berikutnya.
c. Tahap Intimasi; tugas dalam tahap ini memerlukan ketulusan (integritas,
kepercayaan), membuka diri (mempunyai arti menempatkan seseorang dalam
posisi yang terbuka), wawasan (memilki pandangan yang tepat terhadap
orang lain), dan pelibatan (orang lain dapat dilibatkan dalam hubungan tanpa
terancam).
d. Tahap Konfirmasi; meliputi validasi personal yang menghasilkan perasaan
positif tentang kesadaran dan pertumbuhan diri. Augmentasi memungkinkan
untuk memperbesar, memperkuat, dan mempermudah hubungan
memperhatikan. Daya tahan karena kemampuan untuk peduli dengan dasar
2.3. Asuhan Keperawatan
2.3.1. Defenisi Asuhan Keperawatan
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual
komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
baik dalam keadaan sehat ataupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia (Asmadi, 2008).
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau kegiatan praktik
keperawatan yang diberikan oleh perawat pada pasien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(Hamid, 2001).
Menurut Ali (2001) defenisi asuhan keperawatan yaitu:
a. Proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikan
secara langsung kepada pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
b. Dilaksanakan berdasarkan kaedah-kaedah keperawatan sebagai profesi yang
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistik, dan didasarkan
pada kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi masalah yang dihadapi
pasien.
c. Merupakan inti pelayanan yang berupaya untuk membantu mencapai
kebutuhan dasar melalui bentuk-bentuk tindakan, memanfaatkan potensi dari
2.3.2. Standar Praktik Keperawatan
Standar merupakan pernyataan yang absah, model yang disusun
berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang memadai
dan sesuai, dapat diterima, serta layak dalam praktik keperawatan. Standar praktik
menguraikan apa yang harus dilakukan, mengidentifikasi tanggung jawab dan
pelaksanaan tanggung jawab tersebut (Nursalam, 2009).
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkungan wewenang dan
tanggung jawabnya. Menurut CHS (1983) dalam Nursalam (2009), praktik
keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional haruslah menggunakan
pengetahuan teoritis yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar dan ilmu
keperawatan dasar, klinik dan komunitas sebagai landasan untuk melakukan
asuhan keperawatan.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekaryaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan
sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan tolak ukur
dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2009).
2.3.3. Tujuan Standar Keperawatan
Menurut Gillies (1989) dalam Nursalam (2009), tujuan standar
keperawatan adalah sebagai berikut:
Perawat berusaha mencapai standar yang telah ditetapkan, dan termotivasi
untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
b. Mengurangi biaya asuhan keperawatan
Apabila perawat melakukan kegiatan yang telah ditetapkan dalam standar,
maka beberapa kegiatan keperawatan yang tidak perlu dapat dihindarkan.
c. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi
pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.
Standar keperawatan harus dapat menguraikan prosedur yang wajib dilakukan
dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga perawat akan dapat
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Kerangka dalam penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi perilaku
caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di RSUD Dr.
Tengku Mansyur Tanjungbalai. Perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien sangat berperan dalam mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien. Perilaku caring ini dibagi dalam sepuluh faktor caratif berdasarkan Watson (1987) dalam Dwidiyanti (1998) yaitu pendekatan humanistik dan altruistic, menanamkan sikap penuh harapan, kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain, hubungan saling percaya dan saling membantu, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan
problem solving dalam mengambil keputusan, peningkatan belajar mengajar
interpersonal, menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang mendukung, memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia, terbuka pada eksistensial fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diuraikan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Perilaku caring perawat
3.2. Definisi Operasional
Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1. Perilaku caring
perawat
Sikap perawat di RSUD Dr.
Tengku Mansyur Tanjungbalai dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di
ruangan rawat inap seperti: mendengarkan penuh
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini mengunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk
mengidentifikasi perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti
(Arikunto, 2002). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana
yang bertugas di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai.
Berdasarkan data yang didapat dari bidang keperawatan, total perawat pelaksana
dari 6 ruang rawat inap adalah sebanyak 55 orang.
4.2.2. Sampel
Pemilihan sampel adalah total sampling, yaitu semua populasi dijadikan
sampel penelitian bila jumlah sampel dibawah 100 (Arikunto, 2006). Sampel dari
seluruh populasi sebanyak 55 orang dengan kriteria perawat pelaksana yang
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku
Mansyur Tanjungbalai. Pertimbangan pemilihan RSUD Dr. Tengku Mansyur
Tanjungbalai yaitu belum pernah dilakukan penelitian tentang perilaku caring
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Waktu penelitian ini dimulai pada
bulan September 2012.
4.4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan izin dari RSUD Dr. Tengku
Mansyur Tanjungbalai. Dalam melakukan penelitian ini, ada pertimbangan etik
yang harus diperhatikan yaitu hak kebebasan dan keberhasilan menjadi responden,
serta bebas dari rasa sakit baik secara fisik ataupun tekanan psikologis.
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti
menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian yang dilakukan. Selanjutnya
peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden. Jika perawat bersedia menjadi
responden, maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
(informed consent). Jika perawat menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya (self
determination). Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak
mencantumkan nama perawat pada lembar pengumpulan data, tapi dengan
informasi perawat dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja
yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (confidentiality) (Nursalam, 2009).
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa instrumen dalam
bentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka.
Kuesioner terdiri dari dua bagian; bagian pertama adalah kuesioner untuk data
demografi, sedangkan bagian kedua adalah kuesioner perilaku caring perawat.
4.5.1. Kuesioner data demografi
Kuesioner ini meliputi data demografi yaitu umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan terakhir, suku, dan lama kerja.
4.5.2. Kuesioner perilaku caring perawat
Kuisioner ini terdiri dari 36 pernyataan yang bertujuan mengidentifikasi
perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang
disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep teori kesepuluh
faktor caratif dalam caring yang dikemukakan oleh Watson (1987) dalam
Dwidiyanti (1998) yang mencakup pernyataan tentang pendekatan humanistik dan
altruistik pada nomor (1-4), menanamkan sikap penuh harapan (5-8), kepekaan
terhadap diri sendiri dan orang lain (9-12), hubungan saling percaya dan saling
membantu (13-16), meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan
(20-24), peningkatan belajar mengajar interpersonal (25-29), menciptakan
lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang mendukung (30-32),
memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia (33-34), terbuka pada
eksistensial fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan (35-36).
Kuesioner ini menggunakan skala likert dengan menggunakan jawaban
pilihan “Tidak Pernah(TP), Kadang-Kadang (KK), Sering (SR), Selalu (SL) jika
jawaban Tidak Pernah (TP) diberi nilai 1, Kadang-Kadang (KK) diberi nilai 2,
Sering (SR) diberi nilai 3, Selalu (SL) diberi nilai 4 (Arikunto, 2006).
Rumus statistik p=rentang/banyak kelas (Sudjana, 2002), dimana p
merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah)
dan banyak kelas 3 (tiga). Dengan jumlah pernyataan 36 didapat nilai terendah 36,
nilai tertinggi 144, maka didapat panjang kelas 36. Hasil yang didapat perilaku
caring baik dalam interval 109-144, perilaku caring cukup dalam interval 73-108,
dan perilaku caring kurang dalam interval 36-72.
4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Prinsip validitas
adalah mengumpulkan dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen
dalam mengumpulkan data. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas
instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari
harus relevan isi dan relevan cara dan sasaran. Relevan isi adalah isi instrumen
harus sesuai dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) agar dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur. Relevan cara dan sasaran adalah instrumen yang disusun
harus dapat memberikan gambaran terhadap perbedaan subjek penelitian
(Nursalam, 2009). Kuesioner telah divalidasi oleh dosen dari bagian manajemen
keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang ahli
dibidangnya.
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
berlainan (Nursalam, 2009). Test reliabilitas merupakan indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan
beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2010).
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit
& Hungler, 1999). Reliabilitas instrumen dilaksanakan uji coba terhadap 20
responden ruangan rawat inap dengan kriteria yang sama di RSUD H. Abdul
Manan Simatupang Kisaran dengan alasan karena memiliki tipe rumah sakit yang
sama, pemberian asuhan keperawatan yang sama dan kemudahan akses.
Responden dalam uji coba kuesioner ini tidak termasuk responden pada penelitian
(Sudrajat, 2000). Kemudian peneliti menggunakan komputer untuk analisis
crobach’s alpha pada semua item. Hasil uji reliabilitas kuesioner pada penelitian
4.7. Teknik Pengumpulan Data
Persiapan awal mulai dilakukan dengan mengajukan permohonan izin
pelaksanaan penelitian pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara). Rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
kemudian diajukan ke RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai sebagai tempat
penelitian. Setelah mendapatkan izin dari RSUD Dr. Tengku Mansyur
Tanjungbalai, peneliti melaksanakan pengumpulan data. Sebelumnya peneliti
malakukan koordinasi dengan kepala bidang keperawatan dan kepala ruangan.
Responden dalam penelitian ini berasal dari 6(enam) ruangan rawat inap
yaitu seluruh perawat pelaksana dan sudah menjadi pegawai negeri sipil. Peneliti
menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat, dan prosedur
pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia diminta untuk
menandatangani informed consent. Responden diminta untuk mengisi sendiri
kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan pada pagi
hari setelah dokter visite dengan terlebih dahulu membuat kontrak dengan
responden, kemudian peneliti bertanya kepada responden terkait dengan isi
kuesioner. Peneliti membagi kuesioner dari satu ruangan rawat inap ke ruangan
rawat inap lainnya. Interaksi antara peneliti dengan responden berlangsung selama
20 menit di setiap ruangan. Peneliti membagi kuesioner Peneliti memberi waktu
2 jam kepada responden untuk mengisi kuesioner. Setelah semua responden
mengisi kuisioner tersebut, maka data dikumpulkan dan diperiksa
4.8. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa
tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data
responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data
yang sesuai diberi kode (koding) untuk memudakan peneliti dalam melakukan
tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam
komputer dan melakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik
komputerisasi (Danim, 2003).
Analisa data menggunakan program komputer dengan menggunakan
statistik deskriptif. Analisa dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian,
umumnya analisa ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
variabel (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini akan dilakukan pada semua sub
variabel penelitian dan membuat distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian perilaku caring perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap mulai
tanggal 26 September sampai 10 Oktober 2012 dengan jumlah responden 55
orang di RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjung balai. Penyajian data hasil
penelitian meliputi data demografi responden dan perilaku caring perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr.
Tengku Mansyur Tanjungbalai.
5.1.1. Deskripsi Data Demografi Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur rata-rata responden adalah
32,04 dengan umur termuda responden adalah 24 tahun dan umur tertua adalah 40
tahun, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan 47 orang (85,5%), agama
islam 45 orang (81,8%), pendidikan D3 sebanyak 49 orang (81,8%), suku Melayu
22 orang (40%), lama kerja <5 tahun dan 5-10 tahun sebanyak 25 orang (45,5%).
Hasil penelitian tendensi sentral data demografi umur responden dapat dilihat
pada tabel 2. Hasil penelitian distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data
Tabel 2: Tendensi Sentral Data Demografi Umur Responden di RSUD Dr.
Tengku Mansyur Tanjungbalai (n=55)
Data Demografi Minimun Maximum Rata-rata
Umur 24 40 32,04
Tabel 3: Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Data Responden
di RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai (n=55)
5.1.2. Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan
pada Pasien
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku caring perawat berdasarkan
sepuluh faktor caratif menurut Watson yaitu pendekatan humanistik dan altruistik
(80%), menanamkan sikap penuh harapan (71,81%), kepekaan terhadap diri
sendiri dan orang lain (76,25%), hubungan saling percaya dan saling membantu
(79%), meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif (72%),
menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan (71,35%),
peningkatan belajar mengajar interpersonal (75,8%), menciptakan lingkungan
fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang mendukung (77,75%), memberi
bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia (78%), terbuka pada eksistensial,
fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan (73,87%). Hasil penelitian
distribusi persentase perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien berdasarkan sepuluh faktor caratif dapat dilihat pada
Tabel 4: Distribusi Persentase Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien Berdasarkan Sepuluh Faktor Caratif
Sepuluh faktor caratif Persentase Min Maks Mean 1. Pendekatan humanistik dan altruistik. 80 1 16 12,80 2. Menanamkan sikap penuh harapan. 71,81 1 16 11,49 3. Kepekaan terhadap diri sendiri dan
orang lain.
76,25 1 16 12,20
4. Hubungan saling percaya dan saling membantu.
79 1 16 12,64
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.
72 1 12 8,64
6. Menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan.
71,35 1 20 14,27
7. Peningkatan belajar mengajar interpersonal.
75,80 1 20 15,16
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang mendukung.
77,75 1 12 9,33
Hasil penelitian menunjukkan perilaku caring dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kategori baik sebanyak 29 responden (52,7%),
26 responden (47,3%) memperlihatkan perilaku caring dengan kategori cukup,
dan tidak ada responden yang menunjukkan perilaku caring dengan kategori
kurang. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5: Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai (n=55)
Perilaku Caring Frekuensi Persentase
Baik
Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan
untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang perilaku caring perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr.
Tengku Mansyur Tanjungbalai.
5.2.1. Data Demografi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana dan
sudah menjadi pegawai negeri sipil yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Dr.
rata-rata responden adalah 32,04 dengan umur termuda responden adalah 24 tahun dan
umur tertua adalah 40 tahun, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan
(85,5%), agama islam (81,8%), pendidikan D3 (89,1%), suku Melayu (40%) dan
dengan lama kerja < 5 tahun dan 5-10 tahun (45,5%).
Data demografi seluruh responden dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa umur rata-rata perawat pelaksana di RSUD Dr. Tengku Mansyur
Tanjungbalai adalah 32,04 dengan umur termuda perawat pelaksana adalah 24
tahun dan tertua adalah 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perawat pelaksana
di RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai berada pada kelompok umur yang
produktif untuk bekerja. Hasil penelitian Zees (2011) menyatakan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku caring perawat.
Berbeda menurut Hasibuan (2005) bahwa umur akan mempengaruhi kondisi fisik,
mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab seseorang. Karyawan yang
umurnya lebih tua kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet dan memiliki
tanggung jawab yang besar.
Penelitian ini di dapatkan mayoritas responden berjenis kelamin
perempuan (85,5%). Perempuan tidak hanya memiliki emosi yang lebih kuat,
tetapi juga memiliki rasa bersalah yang lebih tinggi jika dibandingkan laki-laki,
ketika mereka berperilaku buruk. Oleh karena itu perempuan pada umumnya lebih
berhati-hati dalam bersikap kepada orang lain dengan menunjukkan sikap yang
lembut, perhatian dan penuh kasih sayang yang mana sikap tersebut bisa membuat
orang lain merasa aman dan merasa dihargai dan diterima sebagai mana adanya
perilaku caring yang lebih baik dibandingkan perawat laki-laki karena memiliki
naluri sebagai mother insting (Extebarria, 2010).
Hasil penelitian mayoritas responden beragama islam (81,8%). Agama
sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk kedalam konstruksi suatu kepribadian
seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi dan
berperilaku (Sunaryo, 2004). Ajaran agama juga umumnya mengajarkan
pemeluknya untuk melakukan hal-hal yang baik dan melarang hal-hal yang tidak
baik (Sudarman, 2008). Potter & Perry (2006) menyatakan bahwa setiap orang
mempunyai dimensi spiritual yang dapat berupa kepercayaan akan sesuatu yang
maha besar, perasaan menyatu dengan alam dan dunia sebagai suatu kesatuan
serta perasaan positif akan tujuan dan makna kehidupan, dimana
kepercayaan-kepercayaan atau juga sikap tersebut dapat menjadi sumber kekuatan untuk
beradaptasi dengan stres sehingga seseorang tersebut akan dapat mengontrol
perilakunya ke arah yang baik.
Penelitian ini mayoritas responden pada tingkat pendidikan D3 (89,1%).
Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan
profesional yang mampu mengadakan pembaharuan dan perbaikan mutu
pelayanan atau asuhan keperawatan serta penataan perkembangan kehidupan
Suku adalah kelompok tertentu yang memiliki kesamaan latar belakang
lebih lanjut dijelaskan bahwa pengertian suku bangsa atau kelompok etnik
merupakan orang yang memiliki latar belakang budaya, bahasa, kebiasaan, gaya
hidup, dan ciri-ciri fisik yang sama (Mubarak, 2009). Dalam penelitian ini
mayoritas suku responden adalah suku melayu (40%). Suku melayu adalah salah
satu dari delapan suku asli di provinsi Sumatera Utara. Aspek-aspek dimana adat
istiadat dan kebiasaan berpengaruh dan berperan dalam perwujudan sikap, respon,
karakter, dan perilakunya. Dimana orang melayu mengenal pola saling
menghormati dan memberi. Bagi suku melayu kehalusan dan ketinggian budi
menjadi hal yang utama yaitu dengan perlakuan dan tutur kata yang sopan dan
halus (BKKBN, 1990).
Data demografi mayoritas responden memiliki lama kerja < 5 tahun dan
5-10 tahun (45,5%). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Supratman (2002)
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna kinerja perawat
berdasarkan masa kerja. Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Robins dan Judge (2007) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang di masa lalu
menjadi dasar yang baik untuk perilaku di masa depan. Seorang perawat akan
dapat mengambil keputusan secara etik dan berperilaku secara etik saat
menghadapi maslah etik karena pernah mengalami hal tersebut di masa lalu dan
telah menganalisisnya dengan lebih baik. Hal ini didukung oleh Siagian (2002)
yang menyatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja maka semakin matang
5.2.2. Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan
pada Pasien
Hasil penelitian bahwa perilaku caring perawat berdasarkan sepuluh faktor
caratif dengan persentase tertinggi yaitu pendekatan humanistik dan altruistik
(80%), diikuti oleh hubungan saling percaya dan saling membantu (79%), dan
memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia (78%). Hal ini berarti
bahwa perawat mampu mengidentifikasi kebutuhan pasien dan membantu pasien
untuk mengatasi masalahnya. Perawat juga menanamkan sikap saling percaya dan
saling membantu kepada pasien. Sedangkan faktor caratif dengan persentase
terendah adalah menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan
(71,35%). Dimana faktor ini sangat penting oleh perawat dalam pengambilan
keputusan untuk menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan
pendekatan kepada pasien. Proses keperawatan adalah proses yang sistematis dan
terstruktur seperti halnya penelitian (Nurachman, 2001).
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa 29 responden (52,7%)
menunjukkan perilaku caring dengan kategori baik dalam melakukan asuhan
keperawatan di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat sudah menunjukkan perilaku
caring yang sesuai dengan kesepuluh faktor caratif yang merupakan faktor-faktor
pembentuk caring sehingga kebutuhan biofisik, psikososial, spiritual, dan
Hasil penelitian diperkuat oleh teori yang dikemukakan olehCarruth, et all
1999, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang
diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap
caring kepada pasien. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
menggunakan keahlian, kata-kata yang lembut, sentuhan, memberikan harapan,
selalu berada disamping pasien, dan bersikap caring sebagai media pemberi
asuhan. Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik.
Diyakini bersifat caring untuk pasien dan bekerja sama dengan pasien dari
berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan oleh
Anjaswarni, Keliat, dan Sabri (2002) mengenai analisis tingkat kepuasan klien
terhadap perilaku caring perawat di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang menunjukan
bahwa rata-rata tingkat kepuasan klien terhadap perilaku caring adalah 82,25%.
Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian tingkat kepuasan pasien mendekati 100%
yang berarti cenderung merasa puas dengan perilaku caring perawat.
Hasil penelitian juga memperkuat bahwa caring merupakan sentral praktik
keperawatan. Potter & perry (2009) menjelaskan bahwa caring adalah fenomena
universal yang mempengaruhi cara manusia berfikir, merasa, dan mempunyai
hubungan dengan sesama. Klien dan keluarga mengharapkan kualitas hubungan
individu yang baik dari perawat. Percakapan yang terjadi antara klien dan
perawat pada umumnya sangat singkat dan tidak menggambarkan adanya suatu
Teori yang mendukung pernyataan caring merupakan sentral praktik
keperawatan dan bukan sesuatu yang unik dalam praktik keperawatan adalah teori
yang dikemukakan oleh Swanson. Swanson (1991, dalam Potter & Perry, 2009)
mengatakan caring merupakan suatu cara untuk memeliharaan hubungan dengan
orang lain seperti sikap menghargai, disertai perasaan memiliki, dan bertanggung
jawab. Teori ini berguna dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun
strategi caring yang berguna dan efektif dalam melakukan asuhan keperawatan
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran yang diambil dari hasil
penelitian tentang perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai.
Kesimpulan dibuat berdasarkan tujuan penelitian dan saran didasarkan atas
manfaat penelitian.
6.1 Simpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
menunjukkan perilaku caring baik dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien (52,7%), perilaku caring cukup (47,3%) dan tidak ada responden yang
menunjukkan perilaku caring yang kurang. Perilaku caring yang baik dapat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan tercapainya pelayanan kesehatan
yang optimal.
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Diharapkan bagi instansi rumah sakit khususnya RSUD Dr. Tengku
Mansyur Tanjungblai untuk memberikan dukungan dan kebijakan berupa sistem
reward bagi ruangan yang perawatnya melakukan caring pada pasien melalui
pemilihan perawat caring atas rekomendasi melalui kuesioner kepuasan pasien
perawat agar berperilaku caring kepada semua pasien sehingga meningkatkan
mutu pelayanan dan kepuasan pasien.
6.2.2. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan kepada perawat agar membudayakan dan terus meningkatkan
perilaku caring dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien serta
dengan mengikuti pelatihan-pelatihan tentang caring sehingga mutu asuhan
keperawatan bisa terus dipertahankan.
6.2.3.Bagi Penelitian Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rekomendasi bagi peneliti
selanjutnya untuk meneliti perilaku caring perawat dengan menggunakan metode
penelitian yang berbeda misalnya dengan metode observasi sehingga dapat
diketahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku caring perawat dan