• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Caring Perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Caring Perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan

Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa

di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

SKRIPSI

Oleh

ANDI IRAWAN SIMARMATA NIM : 061101075

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)

Judul Perilaku Caring Perawat dalam memberikan Asuhan

Keperawatan pada Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Peneliti Andi Irawan Simarmata

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

NIM 061101075

Tanggal Lulus: 03 Juli 2010

Pembimbing Penguji 1

………... .………... (Jenny M. Purba, S.Kp,MNS) (Iwan Rusdi, S.Kp, MNS) NIP. 19740108 200003 2 001 NIP. 19730909 200003 1 001

Penguji 2

………. (Anna Kasfi, S.Kep, NS)

Fakultas Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan sarjana Keperawatan.

Medan, 10 Juli 2010

…...………. (Erniyati, S.Kp, MNS) NIP. 1967208 199903 2 001 Pembantu Dekan 1

(3)

Departemen Pendidikan Nasional Universitas Sumatera Utara

Fakultas Keperawatan

Jl. Prof. Ma’as No.3 Medan – 20155 Telp. (061) 8213318

Nama : Andi Irawan Simarmata

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SIDANG SKRIPSI

NIM : 061101075

Judul Penelitian : Perilaku Caring Perawat dalam

memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Telah memenuhi persyaratan penulisan skripsi sesuai Pedoman Penulisan Proposal Skripsi Mahasiswa S1 Keperawatan USU tahun 2009 dan dapat

melaksanakan ujian siding skripsi.

Medan, Juli 2010

Pembimbing Penelitian,

(4)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi dengan judul “Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu

Medan“ Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir – butir pemikiran

yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Jenny M. Purba, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu

yang bermanfaat dalam penyusunan proposal ini.

4. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen penguji I dan dosen yang

(5)

5. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf

non-akademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

6. Ibu Lince Herawati, S.Pd, S.Kep, Ns sebagai koordinator keperawatan di Rumah Sakit Jiwa yang telah membantu peneliti dalam proses penelitian.

7. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Bapak A.M. Simarmata dan Ibu S. br. Sibarani atas doa, semangat, dukungan, dan kasih sayangnya yang begitu berarti

kepada saya. Terima kasih untuk doa dari abang-abangku dan kakak-kakakku (Era Henny F. br. Simarmata, Harry S. Simarmata, Anita J. br. Simarmata, Daniel P. Simarmata) dan untuk setiap dukungan yang kalian berikan buatku,

juga terima kasihku buat lae Edu R. Sitepu untuk bantuan materi yang ia berikan kepada penulis sehingga penulis dapat melanjutkan penulisan skripsi ini dengan

lancar. Serta buat keluarga besarku yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih buat doa dan dukungan yang kalian berikan selama ini. 8. Terima kasih juga untuk teman-teman apartemen – 08 (bang Agung, bang Jalich,

bang Taufik, bang Alfa, Jefry, dan Alfi) Terima kasih untuk doa, dukungan, dan semangat yang kalian beri untukku terkhusus dalam pembuatan skripsi ini.

9. Terima kasih juga untuk teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2006 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini dan menemani penulis saat

(6)

hari-hariku dengan indah, Theodora Irena br. Panjaitan yang senantiasa memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi, dan penghiburannya kepada penulis.

10.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah membantu penulis..

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan baik dalam penulisan, pengetikan maupun percetakan. Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2010

(7)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul

Lembar Persetujuan ... i

Prakata ... ii

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku ... 6

2.2 Konsep Caring ... 7

2.2.1 Pengertian Caring dan Konsep Dasar Caring ... 7

2.2.2 Faktor-faktor Pembentuk Caring ... 12

2.3 Asuhan Keperawatan kesehatan Jiwa... 17

2.3.1 Pengkajian ... 18

2.3.2 Diagnosis ... 19

2.3.3 Perencanaan... 19

2.3.4 Implementasi...19

2.3.5 Evaluasi...20

Bab 3 Kerangka Penelitian ... 22

3.1 Kerangka Konseptual ... 22

3.2 Defenisi Operasional ... 24

Bab 4 Metodologi Penelitian ... 25

4.1 Desain Penelitian ... 25

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

4.2.1 Populasi ... 25

4.2.2 Sampel ... 25

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 26

(8)

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 28

4.7 Pengumpulan Data ... 30

4.8 Analisa Data ... 30

Bab 5 Hasil dan Pembahasan ... 32

5.1 Hasil Penelitian ... 32

5.1.1 Deskripsi karakteristik Responden ... 32

5.1.2 Perilaku caring perawat ... 33

5.2 Pembahasan ... 36

Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi ... 42

6.1 Kesimpulan ... 42

6.2 Rekomendasi... 43

6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan ... 43

6.2.2 Bagi Praktek Keperawatan ... 43

6.2.3 Bagi Penelitian Keperawatan ... 43

Daftar Pustaka ... 44

Lampiran-lampiran ... 63

1.Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ... 63

2.Instrumen Penelitian 3.Jadwal Penelitian ... 64

4.Taksasi Dana ... 65

5.Lembar Konsultasi ... 66

6.Hasil Penelitian ... 67

7.Surat Izin Penelitian ... 72

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defenisi operasional variabel penelitian... 24 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Presentase berdasarkan karakteristik responden

di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan... 33 Tabel 3. Distribusi presentase perilaku caring perawat dalam memberikan

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

Judul : Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Nama : Andi Irawan Simarmata

NIM : 061101075

Program Studi : S1 Keperawatan

Tahun : 2010

ABSTRAK

Pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang strategis dan merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Untuk mewujudkan asuhan keperawatan yang bermutu diperlukan beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh perawat, diantaranya adalah dengan memperlihatkan sikap caring ketika memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.

Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Dengan menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 36 responden sampel diambil dari perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Instrumen penelitian ini terdiri dari kuesioner karakteristik responden dan kuesioner perilaku caring perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,3% responden menunjukkan perilaku caring yang cukup, dan 41,7% responden memperlihatkan perilaku caring yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan harus lebih memperhatikan pentingnya perilaku caring yang mengindikasikan kesepuluh faktor karatif dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu.

(12)

Judul : Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Nama : Andi Irawan Simarmata

NIM : 061101075

Program Studi : S1 Keperawatan

Tahun : 2010

ABSTRAK

Pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang strategis dan merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Untuk mewujudkan asuhan keperawatan yang bermutu diperlukan beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh perawat, diantaranya adalah dengan memperlihatkan sikap caring ketika memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.

Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Dengan menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 36 responden sampel diambil dari perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Instrumen penelitian ini terdiri dari kuesioner karakteristik responden dan kuesioner perilaku caring perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,3% responden menunjukkan perilaku caring yang cukup, dan 41,7% responden memperlihatkan perilaku caring yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan harus lebih memperhatikan pentingnya perilaku caring yang mengindikasikan kesepuluh faktor karatif dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat sebagai suatu profesi, memberikan pelayanan kesehatan yang

optimal dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu. Asuhan keperawatan yang bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada

pasien, memenuhi standar dan kriteria profesi keperawatan, sesuai dengan standar biaya dan kualitas yang diharapkan rumah sakit serta mampu mencapai tingkat kepuasan dan memenuhi harapan pasien. Kualitas asuhan keperawatan

sangat ditentukan oleh berbagai faktor antara lain: kondisi pasien, pelayanan keperawatan termasuk tenaga keperawatan di dalamnya, sistem manajerial dan

kemampuan rumah sakit dalam melengkapi sarana prasarana, serta harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan/keperawatan yang diberikan di rumah sakit tersebut (Nurachmah, 2001).

Perawat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan tersebut merupakan faktor yang paling menentukan untuk

tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Untuk dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik seorang perawat perlu memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan klien dan

keluarga, serta berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lain, mengkaji kondisi kesehatan klien baik melalui wawancara, pemeriksaan fisik maupun

(14)

keperawatan dan memberikan tindakan yang dibutuhkan klien, mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan serta menyesuaikan kembali

perencanaan yang telah dibuat, dan sebagainya (Copel, L.C. 2007). Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dlam memberikan asuhan,

perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada di samping klien, dan bersikap caring

sebagai media pemberi asuhan (Curruth, dkk, 1999). Perilaku yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan ini akan lebih dituntut lagi apabila seorang perawat tersebut berhadapan dengan seorang yang sedang mengalami gangguan

jiwa.

Perilaku caring perawat adalah perilaku perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan yang langsung (maupun tidak langsung) dan aktifitas yang memerlukan keterampilan penuh, proses, dan keputusan dalam mendampingi seseorang dengan cara yang merefleksikan atribut-atribut perilaku seperti empati,

suportif, perasaan haru, melindungi, memberi pertolongan, edukasi dan lainnya tergantung pada kebutuhan, masalah, nilai dan tujuan dari orang atau kelompok

yang didampingi tersebut (Leininger (1984), dikutip dari Kozier & Erb, 1985). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap beberapa perawat di Rumah Sakit Jiwa, didapatkan data bahwa mereka masih

sering mengabaikan standar pemberian di dalam asuhan keperawatan yang ada yang tidak sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ada. Perawat pada

(15)

jauh dari apa yang diharapkan. Hal itu didukung dengan pernyataan dari beberapa perawat yang mengatakan bahwa ketika mengobservasi kondisi pasien

terkadang mereka melakukannya tanpa berkomunikasi ataupun mendekati pasien tersebut, bahkan terkadang melatih pasien untuk berinteraksi tidak dilakukan, pada saat strategi pertemuan selanjutnya, mereka juga terkadang tidak berada di

tempat, dan hal-hal lainnya yang menyebabkan hilangnya rasa percaya pasien kepada perawat tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu

Medan.

1.2Tujuan Penelitian

1.2.1 Mengidentifikasi karakteristik perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan?

1.2.2 Mendapatkan gambaran tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provsu Medan.

1.3Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Bagaimana karakteristik perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan?

1.3.2 Bagaimana perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan

(16)

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan gambaran kepada perawat mengenai bagaimana perilaku caring yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di

Rumah Sakit Jiwa.

1.4.2 Bagi Praktik Keperawatan

Manfaat dari penelitian ini bagi praktik keperawatan diharapkan agar perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan tersebut dapat memenuhi standar asuhan keperawatan yang sesuai kepada

pasien.

1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan terhadap penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku caring yang baikm dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai pendukung dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu:

2.1 Konsep Perilaku

2.1.1 Definisi Perilaku

Perilaku menurut Skinner (1938) adalah responb atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus-Organisme-Respon (Skinner, 1938, dalam Notoadmodjo, 2003).

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang

mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum, 1974 dalam Notoadmodjo, 2003). Oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka intervensi atau upaya yang ditujukan

kepada faktor perilaku ini sangat strategis.

Skinner membedakan adanya dua jenis respon yaitu respondent respons

dan operant respons. Respondent respons adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu yang menimbulkan respon yang bersifat relatif tetap misalnya makanan yang lezat dan beraroma akan merangsang keluarnya air liur.

(18)

rangsangan tertentu karena bersifat memperkuat respon. Operant respons tersebut merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia, serta kemampuan

untuk dimodifikasi sangat besar dan tak terbatas (Suliha, 2001).

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku manusia ditinjau dari tingkat kesehatan seseorang

atau masdyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes)

(Notoadmodjo, 2003). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan oleh 3 faktor, yaitu :

a) Faktor-faktor predisposisi (predisposing faktors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. b) Faktor-faktor pendukung (enabling faktors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

c) Faktor-faktor pendorong (reinforcing faktors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Beberapa penelitian telah

(19)

terjadi sebaliknya. Artinya, seseorang dapat berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif.

2.2 Konsep Caring

2.2.1 Pengertian Caring dan Konsep Dasar Caring

Caring adalah esensi dari keperawatan yang berarti juga

pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien, dimana perawat membantu

berpartisipasi, membantu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan. Caring adalah esensi dari keperawatan yang merupakan fokus dan sentral dari praktik keperawatan (Barnum, 1998). Caring dalam keperawatan

adalah hal yang sangat mendasar. Caring merupakan “heart” profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental dari fokus sentral serta unik dari

keperawatan (Barnum, 1994). Meskipun perkataan caring telah digunakan secara umum, tetapi tidak terdapat definisi dan konseptualisasi yang universal mengenai caring itu sendiri (Swanson, 1991, dalam Leddy, 1998). Setidaknya terdapat

lima perspektif atau kategori mengenai caring, yaitu caring sabagai sifat manusia (Benner & Wrubel, Leininger), caring sebagai intervensi terapeutik

(Orem), dan caring sebagai bentuk kasih sayang (Morse et al., 1990, dalam Leddy, 1998).

Caring sulit untuk didefinisikan karena memilki makna banyak : sebagai

kata benda atau kata kerja, sebagai sesuatu yang dapat dirasakan, sebagai sikap atau perilaku (Berger & Williams, 1992). Meskipun demikian, pakar-pakar

(20)

mendefinisikan dan menjabarkan perilaku caring. Sedangkan perilaku caring perawat adalah suatu perilaku yang meliputi seperti : mendengarkan penuh

perhatian, hiburan, kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, menyediakan informasi sehingga pasien dapat membuat keputusan (Watson, 2007).

Pada tahun 1970 Wiedenbach menyatakan bahwa tujuan dari seseorang

pereawat adalah bagian dari efektifitasnya, dimana pekerjaan yang sama akan memiliki hasil yang berbeda apabila dilakukan dengan atau tanpa caring. Seni

dari keperawatan terletak pada pemikiran dan perasaan yang digunakan perawat dalam mengobservasi pasiennya, mengidentifikasi dan melayani kebutuhannya, dan memvalidasi bahwa pertolongan yang diberikannya bermanfaat bagi pasien

(Wiedenbach, 1963, dalam Barnum, 1994).

Leininger pada tahun 1981 berpendapat bahwa caring adalah komponen

umum dalam keseluruhan pelayanan keperawatan, dan tanpa perilaku ekspresi, dan aktifitas terapeutik caring, pelayanan keperawatan menjadi tidak lengkap, tidak adekuat dan dapat dipertanyakan (Leininger, 1981, dalam Berger &

Williams, 1992). Pada tahun 1984 Leininger kembali mendefinisikan caring yaitu merujuk kepada pemberian asuhan yang langsung (maupun tidak langsung)

dan aktifitas yang memerlukan keterampilan penuh, proses, dan keputusan dalam mendampingi seseorang dengan cara yang merefleksikan atribut-atribut perilaku seperti empati, suportif, perasaan haru, melindungi, memberi pertolongan,

edukasi dan lainnya tergantung pada kebutuhan, masalah, nilai dan tujuan dari orang atau kelompok yang didampingi tersebut (Leininger, 1984, dalam Kozier

(21)

Pakar keperawatan yang dianggap telah membawa paradigma baru mengenai caring adalah Jean Watson yang pada tahun 1988 mengemukakan

asumsi-asumsi mendasar mengenai caring di dalam bukunya yang pertama, Nursing : The Philosophy and Science of Caring, yaitu :

1. Human care hanya dapat diterapkan secara efektif melalui hubungan

interpersonal.

2. Caring terdiri dari faktor-faktor carative yang menghasilkan kepuasan di

dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

3. Caring yang efektif akan meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan

individu maupun keluarga.

4. Respon-respon caring tidak hanya menerima keadaan seseorang saat itu, tetapi juga keadaan selanjutnya.

5. Lingkungan perawatan adalah lingkungan yang memacu pengembangan potensi dan kemungkinan seseorang untuk memilih kegiatan yang terbaik bagi dirinya.

6. Caring bersifat lebih “healthogenic” daripada “curing”. Artinya bahwa caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada

pengobatan. Di dalam praktiknya caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.

7. Caring merupakan sentral bagi keperawatan (Watson, 1988, dalam

(22)

Pada tahun 1988 di dalam bukunya yang kedua, Nursing Human Science and Human care: A Theory of Nursing. Watson mengemukakan 11 asumsi yang

berhubungan dengan caring :

1. Perhatian dan kasih sayang merupakan kekuatan batin yang utama dan universal.

2. Kasih sayang yang bermutu dan caring adalah penting bagi kemanusiaan, tetapi sering diabaikan dalam hubungan antar sesama.

3. Kemampuan untuk menyokong ideologi dan ideal caring di dalam praktik keperawatan akan mempengaruhi perkembangan dari peradaban dan menentukan kontribusi keperawatan pada masyarakat.

4. Caring terhadap diri sendiri adalah prasyarat bagi caring terhadap orang lain.

5. Keperawatan selalu memegang konsep caring di dalam berhubungan dengan orang lain dalam rentang sehat-sakit.

6. Caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus utama

dalam praktik keperawatan.

7. Praktik keperawatan secara signifikan telah menekankan pada Human

care.

8. Fondasi caring keperawatan dipengaruhi oleh teknologi medis dan birokrasi institusi.

(23)

10.Human care hanya dapat diterapkan secara efektif melalui hubungan interpersonal.

11.Kontribusi keperawatan kepada masyarakat terletak pada komitmen pada Human care. (dikutip dari Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey,

1994; Boyd & Mast, 1989 dalam Fitzpatrick & Whall, 1989).

Berbagai penelitian telah menyatakan tentang caring sebagai fokus sentral keperawatan (Wolf, et al., 2003). Stanizewska & Ahmed (1998)

menyatakan di dalam penelitiannya bahwa harapan pasien akan asuhan keperawatan adalah asuhan keperawatan yang mencakup perilaku caring perawat di dalamnya (Stanizewska & Ahmed, 1998, dalam Wolf, et al., 2003; Redman &

Lynn, 2005).

Valentine (1997) menyatakan bahwa perilaku caring perawat adalah

bagian dari praktik keperawatan profesional yang holistik / menyeluruh. Di dalam penelitiannya ia mengemukakan bahwa pilihan pasien dalam mencari pusat pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh pengalaman positif terhadap

perilaku caring perawat (Valentine, 1997, dalam Wolf, Miller, & Devine, 2003). Felgen (2003) juga menyatakan bahwa pasien / konsumen dari pusat pelayanan

(24)

2.2.2 Faktor-faktor Pembentuk Caring

Menurut Watson (2007), fokus utama dari keperawatan adalah

faktor-faktor carative yang bersumber dari perspektif humanistik yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah. Watson kemudian mengembangkan sepuluh faktor carative tersebut untuk membantu kebutuhan tertentu dari pasien dengan

tujuan terwujudnya integritas fungsional secara utuh dengan terpenuhinya kebutuhan biofisik, psikososial dan kebutuhan interpersonal (dikutip dari

Dwidiyanti, 1998).

Kesepuluh faktor carative tersebut adalah :

1. Pendekatan humanistik dan altruistik.

Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik mulai berkembang di usia dini dengan nilai-nilai yang berasal dari orang tuanya. Sistem nilai ini

menjembatani pengalaman hidup seseorang dan mengantarkan ke arah kemanusiaan. Perawatan yang berdasarkan nilai-nilai humanistik dan altruistik dapat dikembangkan melalui penilaian terhadap pandangan diri seseorang,

kepercayaan, interaksi dengan berbagai kebudayaan dari pengalaman pribadi. Hal ini dianggap penting untuk pendewasaan diri perawat yang kemudian akan

meningkatkan sikap altruistik (Dwidiyanti, 1998).

Melalui sistem nilai humanistik dan altruistik ini perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien (Nurachmah, 2001;

(25)

2. Menanamkan sikap penuh harapan.

Perawat memberikan kepercayaan dengan cara memfasilitasi dan

meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Dalam hubungan perawat-klien yang efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimis, harapan, dan kepercayaan. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan

kesehatan (Nurachmah, 2001; Barnhart, et al., 1994, dalam Marimer-Tomey. 1994; Kozier & Erb, 1985).

Kepercayaan dan pengharapan sangat penting bagi proses karatif maupun kuratif. Perawat perlu memberikan alternatif-alternatif bagi pasien jika pengobatan modern tidak berhasil; berupa meditasi, penyembuhan sendiri, dan

spiritual. Dengan menggunakan faktor karatif iniakan tercipta perasaan lebih baik melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang

secara individu (Dwidiyanti, 1998).

3. Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

Pengembangan perasaan iniakan membawa pada aktualisasi diri melaluio

penerimaan diri antara perawat dan klien (Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb, 1985). Perawat belajar menghargai kesensitifan dan

perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif dan , murni dan bersikap wajar pada orang lain (Nurachmah, 2001). Perawat yang mampu untuk mengenali dan mengekspresikan perasaannya akan lebih mampu untuk membuat

orang lain mengekspresikan perasaan mereka (Kozier & Erb, 1985). Pengembangan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengeksplorasi

(26)

sendirinya. Hal itu hanya dapat berkembang melalui perasaan diri seseorang yang peka dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika perawat berusaha

meningkatkan kepekaan dirinya, maka ia akan lebih autentik (tampil apa adanya). Autentik akan menambah pertumbuhan diri dan aktualisasi diri baik bagi perawat sendiri maupun bagi orang-orang yang berinteraksi dengan perawat

itu (Dwidiyanti, 1998).

4. Hubungan saling percaya dan saling membantu.

Pengembangan hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah sangat krusial bagi transportal caring. Hubungan saling percaya akan meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.

Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Karakteristik faktor ini adalah kongruen,

empati, dan ramah. Kongruen berarti menyatakan apa adanya dalam berrinteraksi dan tidak menyembunyikan kesalahan. Perawat bertindak dengan cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien.

Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah dan

(27)

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.

Perawat menyediakan dan mendengarkan semua keluhan dan perasaan

klien (Nurachmah, 2001). Berbagi perasaan merupakan pengalaman yang cukup beresiko baik bagi perawat maupun klien. Perawat harus siap untuk ekspresi perasaan positif maupun negatif bagi klien. Perawat harus menggunakan

pemahaman intelektual maupun emosional pada keadaan yang berbeda (Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; kozier & Erb, 1985).

6. Menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan.

Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien, sehingga akan mengubah gambaran tradisional

perawat sebagai “pembantu” dokter. Proses keperawatan adalah proses yang sistematis dan terstruktur, seperti halnya proses penelitian (Nurachmah, 2001;

Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb, 1985).

7. Peningkatan belajar mengajar interpersonal.

Faktor ini adalah konsep yang penting dalam keperawatan, yang membedakan antara caring dan curing. Perawat memberikan informasi kepada

klien. Perawat bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien. Perawat memfasilitasi proses belajar mengajar yang didesain untuk memampukan klien memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan

(28)

8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang

mendukung.

Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Konsep yang relevan terhadap lingkungan internal yang mencakup kesejahteraan mental dan spiritual,

dan kepercayaan sosiokultural bagi seorang individu. Sedangkan lingkungan eksternal mencakup variabel epidemiologi, kenyamanan, privasi, keselamatan,

kebersihan dan lingkungan yang astetik. Karena klien bisa saja mengalami perubahan baik dari lingkungan internal maupun eksternal, maka perawat harus mengkaji dan memfasilitasi kemampuan klien untuk beradaptasi dengan

perubahan fisik, mental, dan emosional (Nurachmah, 2001; Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994;Kozier & Erb, 1985).

9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan

yangh paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan

biofisik yang paling rendah. Pencapaian dan hubungan merupakan kebutuhan psikososial yang tinggi, dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan interpersonal yang paling tinggi (Nurachmah, 2001; Barnhart, et al., 1994, dalam

(29)

10.Terbuka pada eksistensial fenomenologikal dan dimensi spiritual

penyembuhan.

Faktor ini bertujuan agar penyembuhan diri dan kematangaan diri dan jiwa klien dapat dicapai. Terkadang klien perlu dihadapkan pada pengalaman / pemikiran yang bersifat proaktif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan

pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri (Nurachmah, 2001; Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb, 1985). Diakuinya faktor

karatif ini dalam ilmu keperawatan membantu perawat untuk memahami jalan hidup seseorang dalam menemukan arti kesulitan hidup. Karena adanya dasar yang irrasional tentang kehidupan, penyakit dan kematian, perawat

menggunakan faktor karatif ini untuk membantu memperoleh kekuatan atau daya untuk menghadapi kehidupan atau kematian ( Dwidiyanti, 1998). Watson

menyadari bahwa faktor ini sedikit sulit untuk dipahami, tetapi hal ini akan membawa perawat kepada pemahaman yang lebih baik mengenai diri sendiri dan orang lain (Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb,

1985).

2.3 Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa

Perawat menggunakan teori yang tepat sebagai dasar pengambilan keputusan dalam praktik keperawatan.

Kriteria Struktur:

(30)

2. Program pendidikan berkelanjutan tentang teori perilaku manusia diselenggarakan dan dapat diperoleh.

3. Teori dasar tindakan keperawatan diakui di sarana praktik keperawatan dan sesuai dengan filosofi institusi.

Kriteria Proses:

1. Perawat menilai asumsi (landasan berpikir) tentang sifat manusia. 2. Perawat memperbaiki keyakinan yang salah.

3. Perawat menggunakan teori dan pemikiran kritis untuk merumuskan: a. Pendapat, anggapan dan asumsi.

b. Menguji hipotesa.

4. Perawat menggunakan kesimpulan, prinsip, dan secara operasional. 5. Perawat menerapkan teori yang tepat.

Kriteria hasil:

Tujuan yang dapat diukur dari tindakan yang relevan untuk pasien berdasarkan teori (Soeroyo, 2009).

2.3.1 Pengkajian

Pada tahapan ini tugas perawat adalah mengumpulkan data yang

menyeluruh, akurat, dan sistematis secara berkesinambungan. Untuk melakukan pengkajian, perawat diharapkan dapat membina hubungan saling percaya dengan pasien.

Menurut Hamid (2009), penggunaan diri secara terapeutik sangat penting dalam menciptakan lingkungan ketika melakukan pengkajian. Ketepatan

(31)

lingkungan yang mendukung wawancara. Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data mengenai pasien gangguan jiwa meliputi: (1)

menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari bahwa pasien sedang mempunyai masalah, (2) mempertahankan kontak mata dan duduk dekat pasien, (3) memberi waktu yang memadai untuk membahas masalah

pasien dan jangan terburu-buru, dan (4) menggunakan pertanyaan terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan informasi tentang pasien.

Beberapa hal yang perlu dikaji oleh perawat antara lain: identitas demografi pasien, alasan masuk, faktor predisposisi, konsep diri, hubungan sosial, spiritual, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping,

aspek medik (Keliat, 2008; Soeroyo, 2009).

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Perawat merumuskan diagnosa keperawatan untuk menarik kesimpulan yang didukung oleh data pada pengkajian. Pada tahap ini, perawat menganalisa data yang ada sesuai dengan kerangka teori yang dapat diterima, mengumpulkan

data tambahan atau penunjang jika diperlukan, perawat mengidentifikasi masalah kesehatan aktual dan risiko, dan merumuskan diagnosa keperawatan dengan

single statement diagnosis (Soeroyo, 2009).

2.3.3 Perencanaan

Perawat membuat rencana asuhan keperawatan dengan tujuan yang spesifik untuk mengatasi diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan ini

(32)

menetapkan tujuan yang realistis dan dapat diukur, menentukan tindakan sesuai standar yang ada yang terdiri dari terapi modalitas keperawatan dan tindakan

kolaborasi, menentukan prioritas tindakan, dan memodifikasi rencana sesuai dengan respon pasien (Soeroyo, 2009).

2.3.4 Implementasi

Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana sehingga pasien memiliki kemampuan (1) kognitif seperti mengetahui,

memahami, dan menyadari; (2) afektif seperti mau dan bersedia; dan (3) psikomotor yaitu memperagakan, melakukan, dan melaksanakan.

Kegiatan yang dilakukan oleh perawat pada tahap ini ialah: perawat

memastikan kebutuhan pasien terpenuhi melalui tindakan keperawatan mandiri atau kolaborasi, perawat berperan sebagai advokat pasien jika diperlukan untuk

memfasilitasi pencapaian kesehatan, meninjau dan memodifikasi tindakan berdasarkan perkembangan pasien, mendokumentasikan setiap tindakan keperawatan yang bersifat nursing order (perintah keperawatan), dan tidak

mendokumentasikan standart approach (Soeroyo, 2009).

2.3.5 Evaluasi

Perawat mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan untuk meninjau kembali data, diagnosis dan rencana keperawatan.

Tindakan yang dilakukan oleh perawat pada tahap ini ialah: mengidentifikasi respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan, baik

(33)

pasien setelah tindakan dengan kriteria evaluasi pada tujuan, membuat rencana tindak lanjut atau rencana tindakan berikutnya sesuai analisis terhadap

(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa tersebut sangat berperan dalam mempengaruhi tingkat

kesembuhannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring itu sendiri dibagi ke dalam sepuluh faktor yaitu, pendekatan humanistik dan altruistik,

menanamkan sikap penuh harapan, kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain, hubungan saling percaya dan saling membantu, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan problem solving dalam

mengambil keputusan, peningkatan belajar mengajar interpersonal, menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung, memberi

bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia, dan terbuka pada eksistensial fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan (Watson, 1998, dikutip dari Dwidiyanti, 1998). Dimana apabila salah satu dari ketiganya tidak berjalan

dengan baik, maka begitu juga dengan asuhan keperawatan yang diberikan, maka asuhan keperawatan yang bermutu akan sulit untuk dicapai.

Dari uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat dan mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di Rumah Sakit jiwa Daerah provsu Medan. Untuk itu

(35)

Skema 1. Perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien gangguan jiwa. Perilaku caring perawat :

1. Pendekatan humanistik dan altruistik. 2. Menanamkan sikap penuh harapan.

3. Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain. 4. Hubungan saling percaya dan saling membantu.

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.

6. Menggunakan problem solving dalam mengambil

keputusan.

7. Peningkatan belajar mengajar interpersonal.

8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung.

9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan

manusia.

10.Terbuka pada eksistensial fenomenologikal dan dimensi

spiritual penyembuhan.

(36)

3.2 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Alat

Ukur

Sikap perawat di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provsu Medan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa di

Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan seperti mendengarkan dengan penuh

perhatian keluhan yang dirasakan oleh pasien, membantu pasien dalam

menyelesaikan masalahnya,

membantu pasien untuk melakukan suatu tindakan dengan cara

mempraktekkannya, dan merefleksikan atribut - atribut

perilaku seperti empati, suportif, melindungi, memberi pertolongan

dan pendidikan kesehatan yang terwujud dalam kesepuluh faktor

(37)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang

bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang terlibat

langsung dalam perawatan pasien jumlah 143 orang perawat dan data tersebut didapat dari kepala perawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan pada tahun 2010.

4.2.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah staf perawat yang sedang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Penentuan jumlah

sampel berdasarkan pada panduan umum penentuan jumlah sampel untuk penelitian deskriptif menurut Arikunto (2002), yaitu jika jumlah subjek lebih dari

(38)

adalah dengan menggunakan teknik simple random sampling. Kriteria sampel adalah seluruh perawat yang sedang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Medan. Sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini mempunyai kriteria sebagai berikut:

a. Perawat dengan latar belakang pendidikan minimal D3 keperawatan.

b. Telah bekerja selama lebih dari 1 tahun. c. Terlibat langsung dalam perawatan pasien.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. pemilihan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera

Utara Medan ini sebagai lokasi penelitian karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan bagi pasien gangguan jiwa di

wilayah NAD dan Sumatera Utara. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret sampai April 2010.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Etika dalam penelitian ditujukan untuk melindungi hak-hak subjektif

untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadi ancaman terhadap responden. Sebelum penelitian tersebut dilaksanakan, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud dan tujuan

kepada responden kemudian menyerahkan lembar persetujuan penelitian kepada responden. Jika responden bersedia, maka responden akan menandatangani

(39)

Responden berhak untuk menolak ataupun mengundurkan diri selama proses penelitian tanpa adanya tekanan. Peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghormati hak-hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama-nama responden pada lembar pengumpulan data yang telah diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi

kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai

hasil penelitian (Nursalam, 2008).

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu data demografi responden dan perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien gangguan jiwa yang disusun penulis sesuai dengan tinjauan pustaka. Bagian pertama instrumen penelitian tentang pengumpulan data demografi calon responden yang meliputi kode responden, tanggal, umur, jenis

kelamin, pendidikan terakhir, lama praktik, agama.

Sedangkan untuk menjelaskan variabel gambaran perilaku caring

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk tiap item pertanyaan. Sedangkan untuk menjelaskan gambaran perilaku caring

perawat sesuai tingkatan dengan menggunakan rumus (Sudjana, 1992), yaitu: rentang

Panjang kelas =

(40)

Dengan jumlah 48 pertanyaan didapat nilai terendah 48, nilai tertinggi

160, dan banyak kelas ada tiga, yaitu : perilaku caring baik, cukup, dan kurang. Sehingga didapatpanjang kelas sebesar 48. hasil yang didapat perilaku caring kurang berada dalam interval 48-96, perilaku caring cukup berada dalam interval

97-144, dan perilaku caring baik berada dalam interval 145-192. Akan disajikan sesuai dengan ketentuan pada instrumen penelitian.

Bagian kedua ini berisi 48 item pertanyaan yang berisi tentang macam-macam perilaku caring yang dapat menggambarkan perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa yang

dimodifikasi dari tinjauan pustaka. Yang mana jawaban untuk setiap pertanyaan emosi yang dibuat dalam skala likert yaitu : tidak pernah (skor 1),

kadang-kadang (skor 2), sering (skor 3), selalu (skor 4).

4.6 Validitas dan Reabilitas Instrumen

Instrumen penelitian dibuat oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan

alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Uji validitas kuesioner penelitian ini dilakukan dengan validitas isi. Validitas isi sebuah instrumen adalah validitas yang merujuk sejauh mana instrumen

penelitian tersebut memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2007).

(41)

mengacu pada isi yang dikehendaki. Kuesioner akan divalidasi oleh pakar dari bagian manajemen keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara. Uji reliabilitas terhadap instrumen akan dilakukan kepada beberapa orang yang memenuhi persyaratan sebagai kriteria calon responden. Responden yang diambil untuk uji reliabilitas tersebut tidak akan diikutkan lagi sebagai responden

penelitian.

Reliabilitas sebuah instrumen adalah suatu kesamaan hasil apabila

pengukuran dilakukan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Uji reliabilitas instrumen adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk

penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.

Instrumen yang reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat

dipercaya atau benar sesuai kenyataannya (Polit & Hungler, 1999). Test reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan

diukur.

Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan formula cronbach

alpha dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17.00 terhadap

kuesioner perilaku caring perawat. Instrumen ini akan dinyatakan layak (reliabel) jika hasil pengukuran menunjukkan angka lebih dari 0.70 (Polit &

(42)

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti terlebih dahulu menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin penelitian yang

diperoleh dari lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Peneliti menentukan responden berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tersebut tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia berpartisipasi diminta untuk

menandatangani surat persetujuan (informed consent). Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk

bertanya bila ada cara pengisian yang tidak dimengerti. Peneliti juga harus mendampingi responden saat mengisi kuesioner tersebut. Sertelah semua responden mengisi kuesioner tersebut, maka seluruh data dikumpulkan dan

diperiksa kelengakapannya. Apabila ada yang belum lengkap maka kuesioner tersebut dilengkapi pada saat itu juga.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dari editing untuk memeriksa kelengkapan

(43)

Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan.

Data dianalisa dengan menggunakan statistik deskripsi kemudian selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase untuk mendeskripsikan perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan

(44)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian mengenai perilaku caring

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa melalui proses pengumpulan data dari tanggal 22 Maret 2010 sampai 06 April 2010 terhadap 36 orang responden di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

Penyajian data hasil penelitian meliputi karakteristik responden dan perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan

jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden (66,7%) berada pada rentang usia 35-60 tahun, jenis kelamin perempuan (69,4%), pendidikan D III

(45)

Karakteristik responden ini dapat dilihat seperti tabel di bawah ini:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Presentase berdasarkan karakteristik responden

di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan (n=36)

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

1. Umur

3. Pendidikan Terakhir

D III keperawatan

4. Status Pernikahan

Menikah

5.1.2 Perilaku Caring perawat

Tabel 3 memperlihatkan bahwa perilaku caring perawat berdasarkan faktor-faktor karatif dengan persentase yang tertinggi yaitu (1) kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain (79,1%), diikuti oleh (2) menanamkan sikap

(46)

terbuka pada eksistensial dan dimensi spiritual penyembuhan (72%), dan (3) hubungan saling percaya dan saling membantu (72,2%).

Tabel 3. Distribusi presentase perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan berdasarkan komponen-komponen faktor karatif.

Faktor-faktor karatif Persentase

1. Pendekatan humanistik dan altruistik. 76,8

2. Menanamkan sikap penuh harapan. 78,5

3. Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain. 79,1

4. Hubungan saling percaya dan saling membantu. 72,2

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan

negatif klien.

78,2

6. Menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan. 76,4

7. Meningkatkan belajar mengajar interpersonal. 71,7

8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung.

75,8

9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan kebutuhan

manusia.

75,6

10.Terbuka pada eksistensial fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan.

(47)

Berdasarkan tabel 4, sebanyak 21 responden (58,3%) menunjukkan perilaku caring dalam kategori baik, dan 15 responden (41,7%) memperlihatkan

perilaku caring dengan kategori cukup dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa. Sementara itu, tidak ada seorangpun responden yang memberikan perilaku caring dengan kategori kurang.

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan presentase perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provsu Medan (n=36)

Perilaku Caring Frekuensi Presentase

Baik 15 41,7

Cukup 21 58,3

Kurang 0 0

(48)

5.2 Pembahasan

Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan

untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

5.2.1 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini ialah perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang usia 35-60 tahun (66,7%), jenis kelamin

perempuan (69,4%), pendidikan D III keperawatan (86,1%). Mayoritas responden telah menikah (83,3%). Presentase agama terbesar ialah agama Islam

(58,3%).

Bila dilihat dari data demografi keseluruhan didapatkan bahwa responden dalam penelitian ini umumnya berada pada rentang usia 35-60 tahun (66,7%).

Havighurst (1998, dalam Astuti & Lubis, 2010) menyatakan bahwa pada rentang umur 35-60 tahun, seseorang sudah mulai mengalami penurunan fisik, mengatur

rumah tangga dan membantu anak remaja yang akan memasuki tahap dewasa agar menjadi anak yang bertanggung jawab dan berbahagia, merawat orang tua yang sudah tua, dan lain sebagainya yang menyebabkan seseorang yang berada

pada rentang tersebut mempunyai kesibukan tersendiri yang kemungkinan akan membuat ia menjadi stres yang kemudian akan menurunkan sikap dan perilaku

(49)

Melalui penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (69,4%). Menurut sebuah penelitian perempuan tidak hanya

memiliki emosi yang lebih kuat, tetapi juga memiliki rasa bersalah yang lebih tinggi jika dibandingkan laki-laki, ketika mereka berperilaku buruk. Perempuan paruh baya cenderung merasa paling bersalah mengenai tindakan mereka

Extebarria (2010). Oleh karena itu perempuan pada umumnya lebih berhati-hati dalam bersikap kepada orang lain dengan menunjukkan sikap yang lembut,

perhatian dan penuh kasih sayang yang mana sikap tersebut bisa membuat orang lain merasa aman dan merasa dihargai dan diterima sebagai mana adanya oleh sosok perempuan tersebut. Sehingga perawat perempuan cenderung memiliki

perilaku caring yang lebih baik dibandingkan perawat laki-laki.

Dalam penelitian ini mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan

Diploma III keperawatan (86,1%). Pada hakikatnya pendidikan akan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk berpikir rasional dan objektif dalam menghadapi masalah. Pendidikan akan mempengaruhi seseorang yang

belum dewasa untuk secara berangsur-angsur dibawa ke arah kedewasaan. Kedewasaan pada dasarnya adalah kemampuan untuk mandiri. Semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang diharapkan diikuti oleh semakin tingginya kebijakan seseorang dalam menentukan sikap dan perilakunya. Seperti halnya bagi seorang perawat, pengetahuan tersebut sangatlah berperan dalam

mengambil sikap dan perilaku dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seorang perawat maka akan semakin bijak pula seorang perawat dalam mengambil suatu

(50)

unsur modernisasi yang menuju kepada terciptanya suatu pola pikir rasional. Perawat yang pendidikan lebih tinggi diharapkan akan lebih tepat dalam

mengambil keputusan tentang apa yang harus mereka lakukan, dengan demikian pendidikan yang tinggi mempengaruhi secara positif terhadap kemampuan mereka untuk memcahkan masalah yang sedang mereka hadapi (Sukamdi, 1990;

Tarmizi, 1991).

Bila dilihat dari data pada penelitian ini mayoritas responden telah

menikah (83,3%). Vaus (2010) melakukan penelitian mengenai perbandingan bagaimana cara individu yang sudah menikah dan yang belum dalam menangani stres dan hasilnya menunjukan bahwa individu yang menikah mampu menangani

stres dengan baik dan mengontrol perilakunya . Sebaliknya, individu yang belum menikah lebih rentan dan kesulitan menangani stres. Pernikahan dapat menjadi

terapi efektif meminimalkan stres. Sebab, dengan pernikahan, segala persoalan tidak lagi dihadapi sendiri dan dipecahkan secara bersama-sama.

Masyarakat Indonesia umumnya kuat dalam hal keimanan. Bila dilihat

berdasarkan presentase agama dari responden menunjukkan bahwa responden secara keseluruhan beragama Islam dan Kristen. Potter & Perry (2006)

menyatakan bahwa setiap orang mempunyai dimensi spiritual yang dapat berupa kepercayaan akan sesuatu yang maha besar, perasaan menyatu dengan alam dan dunia sebagai suatu kesatuan serta perasaan positif akan tujuan dan makna

kehidupan, dimana kepercayaan-kepercayaan atau juga sikap tersebut dapat menjadi sumber kekuatan untuk beradaptasi dengan stres sehingga seseorang

(51)

Berdasarkan penelusuran terhadap faktor-faktor tersebut di atas dapat diasumsikan bahwa faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi perilaku caring

seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa.

5.2.2 Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan

pada Pasien dengan Gangguan Jiwa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 21 responden (58,3%) yang menunjukkan perilaku caring dengan kategori cukup dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Hal ini menunjukkan

bahwa perawat di Rumah Sakit Jiwa tersebut belum memperlihatkan perilaku caring dalam memberikan asuhan keperawatan.

Pada kenyataannya masih ditemukan perawat yang hanya memberikan asuhan keperawatan berdasarkan rutinitas sehari-hari seperti memberikan obat, membersihkan tempat tidur, dan meminta pasien untuk mempersiapkan makan.

Selain itu, sering ditemukan perawat yang berbicara dengan nada yang tinggi kepada pasien ketika meminta pasien untuk membersihkan ruangan, memaksa

pasien untuk minum obat, dan melakukan pengekangan fisik pada pasien dengan perilaku kekerasan dan jarang memberikan asuhan yang berfokus pada kebutuhan psikososial pasien.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Watson (2007), mengenai penempatan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan.

(52)

curing. Jika perawat sebagai suatu kelompok profesi yang bekerja selama 24 jam

di rumah sakit lebih menekankan caring sebagai pusat dan aspek yang dominan

dalam pelayanannya maka akan tercipta hubungan yang baik antara perawat-pasien. Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah bahwa kebanyakan perawat terlibat secara aktif dan memusatkan diri pada fenomena medik seperti cara

diagnostik dan cara pengobatan dan mengabaikan posisi dari perilaku caring tersebut.

Sementara itu, 15 responden (41,7%) menunjukkan perilaku caring dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil perawat masih menunjukkan perilaku caring yang sesuai dengan kesepuluh faktor karatif yang

merupakan faktor-faktor pembentuk caring sehingga kebutuhan biofisik, psikososial, spiritual, dan interpersonal pada pasien gangguan jiwa tersebut dapat

terpenuhi.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa perawat peka terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini berarti bahwa perawat mampu mengidentifikasi

kebutuhan pasien dan membantu pasien untuk mengatasi masalahnya. Pearwat juga menanamkan sikap penuh harapan kepada pasien. Meskipun hal ini belum

lakukan oleh semua perawat. Pada kenyataannya masih ditemukan perawat yang memberi harapan pada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan apabila pasien teratur minum obat dan mematuhi semua program pengobatan dan

perawatan.

Hasil studi ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Curruth, et

(53)

keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap “caring” kepada pasien. Dalam memberikan asuhan

keperawatan, perawat harus merefleksikan atribut-atribut dari perilaku caring tersebut seperti empati, suportif, perasaan haru, melindungi, memberi pertolongan, edukasi dan lainnya sesuai dengan kebutuhan, masalah, nilai dan

tujuan dari orang ataupun kelompok yang didampingi tersebut (Leininger, 1984, dikutip dari Kozier & Erb, 1985).

Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh Mayehoff (dalam Dwidiyanti, 1998) yang memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan

mengaktualisasikan diri. caring merupakan suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang

mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien. Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat

dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap “caring” kepada klien. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang

lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan keperawatan (Curruth, et al., 1999, dalam Nurachmah, 2001).

(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

6.1 Kesimpulan

Dengan Jumlah 36 responden, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada rentang usia 31-40 tahun (41,7%), jenis

kelamin perempuan (69,4%), pendidikan D III keperawatan (86,1%). Mayoritas responden telah menikah (83,3%). Presentase agama terbesar ialah agama Islam (58,3%).

Mayoritas responden yaitu sebanyak 21 responden (58,3%) memberikan perilaku caring yang baik, sisanya 15 responden (41,7%) memberikan perilaku

caring cukup, dan tidak ada responden yang memberikan perilaku caring yang

kurang.

6.2Rekomendasi

6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan gambaran kepada perawat mengenai bagaimana perilaku caring

(55)

6.2.2 Bagi Praktik Keperawatan

Disarankan agar perawat lebih peduli dan sensitif dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa khususnya dan kepada keluarga. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang dialami oleh pasien, mengikutsertakan pasien dalam kegiatan

kelompok.

6.2.3 Bagi Penelitian Keperawatan

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, I, (2002). Perilaku Caring Perawat dan hubungannya dengan kepuasan klien di instalasi Rawat inap Bedah Dewasa di RS Dr. Muhammad

Hoesin Palembang Tahun 2002. Jakarta: tesis FK UI. Dibuka pada situs:

Anjaswarni, T., dkk. (2002). Analisa Tingkat Kepuasan Klien Terhadap Perilaku Caring Perawat di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal keperawatan

Indonesia, vol. 6, no. 2, 41-49, Jakarta: Penerbit FIK UI.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan praktek. Jakarta: P.T. Rhineka Cipta.

Astuti, I. & Lubis, N.R. (2010). Tugas Perkembangan: Pekerjaan Rumah Seumur Hidup. Dibuka pada situs : Juni 2010

Barnum, B.J.S. (1994). Nursing Theory : Analysis, Application, Evaluation (4th ed.). Philadelphia : J.B. Lippincott.

Berger, K.J. & Williams, M.B. (1992). Fundamental of Nursing : Collaborating for Optimal Health. California : Appleton & Lange.

Copel, L.C. (2007). Kesehatan jiwa & Psikiatri. Jakarta : EGC.

(57)

Etxebarria, I. (2010). Wanita Lebih Merasa Bersalah Dibanding Pria. Dibuka pada situs: http://javaindoland.com. Pada tanggal 20 Juni 2010

Fitzpatrick, J.F. & Whall, A.L. (1989). Conceptual Models of Nursing : Analysis and Application. Connecticut : Apple & lange.

Hamid, A., Y. (2009). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Widia Medika.

Keliat, B.A., dkk. (2008). Proses keperawatan Kesehatan Jiwa (edisi 1). Jakarta : EGC.

Kozier, B. & Erb, G. (1985). Fundamental of Nursing : Concepts and Procedures. California : Addison-Wesley Publishing Company.

Leddy, S. (1998). Conceptual Bases for Profesional Nursing (4th ed.). Philadelphia : Lippincott.

Mariner, T. (1998). Nursing Theorist and Their Work (3rd ed.). Misouri : Mosby.

Nurachmah, E. (2001). Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit. Disajikan pada Seminar keperawatan RS Islam Cempaka Putih Jakarta. Jakarta, 2 Juni 2001. Dibuka pada situs : Oktober 2009

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

(58)

Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (edisi 4). Jakarta: EGC (terjemahan).

Redman, R.W. Lynn, M.I. (2005). Assesment of Patient Expectations for Care. Research and Theory for Nursing Practice. New York : 2005. Dibuka

pada situs

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Soeroyo. (2009). Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Dibuka pada situs :

. pada tanggal 22 Oktober 2009

Smart, G.W. & Sundeen, S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (edisi 3). Jakarta: EGC (terjemahan).

Vaus, D. (2010). Waspadai ‘Bahaya Laten’ Status Belum Menikah. Dibuka pada Situ : bahaya-laten-status-belum-menikah pada tanggal 22 Juli 2010

Watson, Jean. (2007). Caring Theory Defined. Colorado. Dibuka pada situs: 30 Oktober 2009

Wolf, Z.R., Miller, P.A., Devine, M. (2003). Relationship Between Nurse Caring and Patient Satisfaction in Patients undergoing invasive cardiac

Procedures. Medsurg Nursing. Piman : 2003. Iss.6:pg.391. Dibuka pada

(59)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Judul Penelitian : Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan

Asuhan

Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa di

Rumah

Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

Peneliti : Andi Irawan Simarmata

NIM : 061101075

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Jalur A Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. Apabila saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian ini maka saudara akan diberi formulir persetujuan menjadi responden untuk ditandatangani sebagai lembar persetujuan.

Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan data yang responden berikan. Informasi yang responden berikan akan saya simpan seaman mungkin dan apabila dalam pemberian informasi ada yang kurang mengerti maka responden dapat menanyakannya kepada peneliti.

Terima kasih atas partisipasi saudara/i dalam penelitian ini.

Medan, April 2010 Peneliti Responden

(60)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada

Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

No. Responden :

Hari/ Tanggal :

I. Kuesioner Data demografi (KDD)

Petunjuk Pengisian :

Bapak/ Ibu/ saudara/i diharapkan :

1. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√ ) pada tempat yang tersedia.

2. Semua pernyataan harus dijawab.

3. Tiap satu pernyataan ini diisi dengan satu jawaban.

4. Bila data yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Umur : Tahun 2. Jenis Kelamin :

Laki-laki

Perempuan 3. Pendidikan Terakhir :

D III/Akper

S1 4. Status :

Menikah Janda/Duda

(61)

5. Agama :

Islam Hindu

(62)

II. Kuesioner Perilaku Caring Perawat

Petunjuk pengisian :

1. Bacalah pernyataan ini dengan baik, kemudian berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman anda dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa.

No

kadang Sering Selalu 1 Memperkenalkan diri dengan

menyebutkan nama kepada pasien

atau keluarga.

2 Bicara dengan sopan dan suara

yang lembut.

3 Memberikan perhatian penuh dan minat yang tulus bagi pasien atau

keluarga.

4 Menemani keluarga pasien ketika

mereka mengunjungi pasien.

5 Merasa puas jika dapat

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan baik.

Gambar

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Presentase berdasarkan karakteristik responden
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan presentase perilaku caring perawat dalam
Tabel hasil olah data demografi Frequencies

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap kelima partisipan melalui pengalaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan ada

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan dalam menunjukkan sikap caring terhadap pasien, perawat

2.5.Hubungan Stres Kerja dan Kinerja Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Permata Bunda Medan ... KERANGKA

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Permata Bunda Medan..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit Royal Prima

Menguji pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Royal

Caring memfalitasi kemampuan perawat untuk mengenali klien, membuat perawat mengetahui masalah klien dan mencari serta melaksanakan solusinya, juga sebagai bentuk dasar dari praktek

Perawat merupakan sumber daya terbanyak dirumah sakit, jadi untuk membangun pribadi caring, perawat dituntut harus mengetahui hubungan antara keperawatan dan caring,