Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan
Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa
di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.
SKRIPSI
Oleh
ANDI IRAWAN SIMARMATA NIM : 061101075
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Judul Perilaku Caring Perawat dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan
Peneliti Andi Irawan Simarmata
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
NIM 061101075
Tanggal Lulus: 03 Juli 2010
Pembimbing Penguji 1
………... .………... (Jenny M. Purba, S.Kp,MNS) (Iwan Rusdi, S.Kp, MNS) NIP. 19740108 200003 2 001 NIP. 19730909 200003 1 001
Penguji 2
………. (Anna Kasfi, S.Kep, NS)
Fakultas Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan sarjana Keperawatan.
Medan, 10 Juli 2010
…...………. (Erniyati, S.Kp, MNS) NIP. 1967208 199903 2 001 Pembantu Dekan 1
Departemen Pendidikan Nasional Universitas Sumatera Utara
Fakultas Keperawatan
Jl. Prof. Ma’as No.3 Medan – 20155 Telp. (061) 8213318
Nama : Andi Irawan Simarmata
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SIDANG SKRIPSI
NIM : 061101075
Judul Penelitian : Perilaku Caring Perawat dalam
memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan
Telah memenuhi persyaratan penulisan skripsi sesuai Pedoman Penulisan Proposal Skripsi Mahasiswa S1 Keperawatan USU tahun 2009 dan dapat
melaksanakan ujian siding skripsi.
Medan, Juli 2010
Pembimbing Penelitian,
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi dengan judul “Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu
Medan“ Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir – butir pemikiran
yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Jenny M. Purba, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu
yang bermanfaat dalam penyusunan proposal ini.
4. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen penguji I dan dosen yang
5. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf
non-akademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.
6. Ibu Lince Herawati, S.Pd, S.Kep, Ns sebagai koordinator keperawatan di Rumah Sakit Jiwa yang telah membantu peneliti dalam proses penelitian.
7. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Bapak A.M. Simarmata dan Ibu S. br. Sibarani atas doa, semangat, dukungan, dan kasih sayangnya yang begitu berarti
kepada saya. Terima kasih untuk doa dari abang-abangku dan kakak-kakakku (Era Henny F. br. Simarmata, Harry S. Simarmata, Anita J. br. Simarmata, Daniel P. Simarmata) dan untuk setiap dukungan yang kalian berikan buatku,
juga terima kasihku buat lae Edu R. Sitepu untuk bantuan materi yang ia berikan kepada penulis sehingga penulis dapat melanjutkan penulisan skripsi ini dengan
lancar. Serta buat keluarga besarku yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih buat doa dan dukungan yang kalian berikan selama ini. 8. Terima kasih juga untuk teman-teman apartemen – 08 (bang Agung, bang Jalich,
bang Taufik, bang Alfa, Jefry, dan Alfi) Terima kasih untuk doa, dukungan, dan semangat yang kalian beri untukku terkhusus dalam pembuatan skripsi ini.
9. Terima kasih juga untuk teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2006 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini dan menemani penulis saat
hari-hariku dengan indah, Theodora Irena br. Panjaitan yang senantiasa memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi, dan penghiburannya kepada penulis.
10.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah membantu penulis..
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan baik dalam penulisan, pengetikan maupun percetakan. Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Juli 2010
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul
Lembar Persetujuan ... i
Prakata ... ii
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku ... 6
2.2 Konsep Caring ... 7
2.2.1 Pengertian Caring dan Konsep Dasar Caring ... 7
2.2.2 Faktor-faktor Pembentuk Caring ... 12
2.3 Asuhan Keperawatan kesehatan Jiwa... 17
2.3.1 Pengkajian ... 18
2.3.2 Diagnosis ... 19
2.3.3 Perencanaan... 19
2.3.4 Implementasi...19
2.3.5 Evaluasi...20
Bab 3 Kerangka Penelitian ... 22
3.1 Kerangka Konseptual ... 22
3.2 Defenisi Operasional ... 24
Bab 4 Metodologi Penelitian ... 25
4.1 Desain Penelitian ... 25
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
4.2.1 Populasi ... 25
4.2.2 Sampel ... 25
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 26
4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 28
4.7 Pengumpulan Data ... 30
4.8 Analisa Data ... 30
Bab 5 Hasil dan Pembahasan ... 32
5.1 Hasil Penelitian ... 32
5.1.1 Deskripsi karakteristik Responden ... 32
5.1.2 Perilaku caring perawat ... 33
5.2 Pembahasan ... 36
Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi ... 42
6.1 Kesimpulan ... 42
6.2 Rekomendasi... 43
6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan ... 43
6.2.2 Bagi Praktek Keperawatan ... 43
6.2.3 Bagi Penelitian Keperawatan ... 43
Daftar Pustaka ... 44
Lampiran-lampiran ... 63
1.Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ... 63
2.Instrumen Penelitian 3.Jadwal Penelitian ... 64
4.Taksasi Dana ... 65
5.Lembar Konsultasi ... 66
6.Hasil Penelitian ... 67
7.Surat Izin Penelitian ... 72
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Defenisi operasional variabel penelitian... 24 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Presentase berdasarkan karakteristik responden
di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan... 33 Tabel 3. Distribusi presentase perilaku caring perawat dalam memberikan
DAFTAR SKEMA
Judul : Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan
Nama : Andi Irawan Simarmata
NIM : 061101075
Program Studi : S1 Keperawatan
Tahun : 2010
ABSTRAK
Pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang strategis dan merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Untuk mewujudkan asuhan keperawatan yang bermutu diperlukan beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh perawat, diantaranya adalah dengan memperlihatkan sikap caring ketika memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Dengan menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 36 responden sampel diambil dari perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Instrumen penelitian ini terdiri dari kuesioner karakteristik responden dan kuesioner perilaku caring perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,3% responden menunjukkan perilaku caring yang cukup, dan 41,7% responden memperlihatkan perilaku caring yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan harus lebih memperhatikan pentingnya perilaku caring yang mengindikasikan kesepuluh faktor karatif dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu.
Judul : Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan
Nama : Andi Irawan Simarmata
NIM : 061101075
Program Studi : S1 Keperawatan
Tahun : 2010
ABSTRAK
Pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang strategis dan merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Untuk mewujudkan asuhan keperawatan yang bermutu diperlukan beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh perawat, diantaranya adalah dengan memperlihatkan sikap caring ketika memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Dengan menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 36 responden sampel diambil dari perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Instrumen penelitian ini terdiri dari kuesioner karakteristik responden dan kuesioner perilaku caring perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,3% responden menunjukkan perilaku caring yang cukup, dan 41,7% responden memperlihatkan perilaku caring yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan harus lebih memperhatikan pentingnya perilaku caring yang mengindikasikan kesepuluh faktor karatif dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat sebagai suatu profesi, memberikan pelayanan kesehatan yang
optimal dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu. Asuhan keperawatan yang bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada
pasien, memenuhi standar dan kriteria profesi keperawatan, sesuai dengan standar biaya dan kualitas yang diharapkan rumah sakit serta mampu mencapai tingkat kepuasan dan memenuhi harapan pasien. Kualitas asuhan keperawatan
sangat ditentukan oleh berbagai faktor antara lain: kondisi pasien, pelayanan keperawatan termasuk tenaga keperawatan di dalamnya, sistem manajerial dan
kemampuan rumah sakit dalam melengkapi sarana prasarana, serta harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan/keperawatan yang diberikan di rumah sakit tersebut (Nurachmah, 2001).
Perawat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan tersebut merupakan faktor yang paling menentukan untuk
tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Untuk dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik seorang perawat perlu memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan klien dan
keluarga, serta berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lain, mengkaji kondisi kesehatan klien baik melalui wawancara, pemeriksaan fisik maupun
keperawatan dan memberikan tindakan yang dibutuhkan klien, mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan serta menyesuaikan kembali
perencanaan yang telah dibuat, dan sebagainya (Copel, L.C. 2007). Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dlam memberikan asuhan,
perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada di samping klien, dan bersikap caring
sebagai media pemberi asuhan (Curruth, dkk, 1999). Perilaku yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan ini akan lebih dituntut lagi apabila seorang perawat tersebut berhadapan dengan seorang yang sedang mengalami gangguan
jiwa.
Perilaku caring perawat adalah perilaku perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan yang langsung (maupun tidak langsung) dan aktifitas yang memerlukan keterampilan penuh, proses, dan keputusan dalam mendampingi seseorang dengan cara yang merefleksikan atribut-atribut perilaku seperti empati,
suportif, perasaan haru, melindungi, memberi pertolongan, edukasi dan lainnya tergantung pada kebutuhan, masalah, nilai dan tujuan dari orang atau kelompok
yang didampingi tersebut (Leininger (1984), dikutip dari Kozier & Erb, 1985). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap beberapa perawat di Rumah Sakit Jiwa, didapatkan data bahwa mereka masih
sering mengabaikan standar pemberian di dalam asuhan keperawatan yang ada yang tidak sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ada. Perawat pada
jauh dari apa yang diharapkan. Hal itu didukung dengan pernyataan dari beberapa perawat yang mengatakan bahwa ketika mengobservasi kondisi pasien
terkadang mereka melakukannya tanpa berkomunikasi ataupun mendekati pasien tersebut, bahkan terkadang melatih pasien untuk berinteraksi tidak dilakukan, pada saat strategi pertemuan selanjutnya, mereka juga terkadang tidak berada di
tempat, dan hal-hal lainnya yang menyebabkan hilangnya rasa percaya pasien kepada perawat tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu
Medan.
1.2Tujuan Penelitian
1.2.1 Mengidentifikasi karakteristik perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan?
1.2.2 Mendapatkan gambaran tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provsu Medan.
1.3Pertanyaan Penelitian
1.3.1 Bagaimana karakteristik perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan?
1.3.2 Bagaimana perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan gambaran kepada perawat mengenai bagaimana perilaku caring yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di
Rumah Sakit Jiwa.
1.4.2 Bagi Praktik Keperawatan
Manfaat dari penelitian ini bagi praktik keperawatan diharapkan agar perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan tersebut dapat memenuhi standar asuhan keperawatan yang sesuai kepada
pasien.
1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan terhadap penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku caring yang baikm dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai pendukung dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu:
2.1 Konsep Perilaku
2.1.1 Definisi Perilaku
Perilaku menurut Skinner (1938) adalah responb atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus-Organisme-Respon (Skinner, 1938, dalam Notoadmodjo, 2003).
Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum, 1974 dalam Notoadmodjo, 2003). Oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka intervensi atau upaya yang ditujukan
kepada faktor perilaku ini sangat strategis.
Skinner membedakan adanya dua jenis respon yaitu respondent respons
dan operant respons. Respondent respons adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu yang menimbulkan respon yang bersifat relatif tetap misalnya makanan yang lezat dan beraroma akan merangsang keluarnya air liur.
rangsangan tertentu karena bersifat memperkuat respon. Operant respons tersebut merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia, serta kemampuan
untuk dimodifikasi sangat besar dan tak terbatas (Suliha, 2001).
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku manusia ditinjau dari tingkat kesehatan seseorang
atau masdyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes)
(Notoadmodjo, 2003). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan oleh 3 faktor, yaitu :
a) Faktor-faktor predisposisi (predisposing faktors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. b) Faktor-faktor pendukung (enabling faktors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c) Faktor-faktor pendorong (reinforcing faktors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Beberapa penelitian telah
terjadi sebaliknya. Artinya, seseorang dapat berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif.
2.2 Konsep Caring
2.2.1 Pengertian Caring dan Konsep Dasar Caring
Caring adalah esensi dari keperawatan yang berarti juga
pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien, dimana perawat membantu
berpartisipasi, membantu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan. Caring adalah esensi dari keperawatan yang merupakan fokus dan sentral dari praktik keperawatan (Barnum, 1998). Caring dalam keperawatan
adalah hal yang sangat mendasar. Caring merupakan “heart” profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental dari fokus sentral serta unik dari
keperawatan (Barnum, 1994). Meskipun perkataan caring telah digunakan secara umum, tetapi tidak terdapat definisi dan konseptualisasi yang universal mengenai caring itu sendiri (Swanson, 1991, dalam Leddy, 1998). Setidaknya terdapat
lima perspektif atau kategori mengenai caring, yaitu caring sabagai sifat manusia (Benner & Wrubel, Leininger), caring sebagai intervensi terapeutik
(Orem), dan caring sebagai bentuk kasih sayang (Morse et al., 1990, dalam Leddy, 1998).
Caring sulit untuk didefinisikan karena memilki makna banyak : sebagai
kata benda atau kata kerja, sebagai sesuatu yang dapat dirasakan, sebagai sikap atau perilaku (Berger & Williams, 1992). Meskipun demikian, pakar-pakar
mendefinisikan dan menjabarkan perilaku caring. Sedangkan perilaku caring perawat adalah suatu perilaku yang meliputi seperti : mendengarkan penuh
perhatian, hiburan, kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, menyediakan informasi sehingga pasien dapat membuat keputusan (Watson, 2007).
Pada tahun 1970 Wiedenbach menyatakan bahwa tujuan dari seseorang
pereawat adalah bagian dari efektifitasnya, dimana pekerjaan yang sama akan memiliki hasil yang berbeda apabila dilakukan dengan atau tanpa caring. Seni
dari keperawatan terletak pada pemikiran dan perasaan yang digunakan perawat dalam mengobservasi pasiennya, mengidentifikasi dan melayani kebutuhannya, dan memvalidasi bahwa pertolongan yang diberikannya bermanfaat bagi pasien
(Wiedenbach, 1963, dalam Barnum, 1994).
Leininger pada tahun 1981 berpendapat bahwa caring adalah komponen
umum dalam keseluruhan pelayanan keperawatan, dan tanpa perilaku ekspresi, dan aktifitas terapeutik caring, pelayanan keperawatan menjadi tidak lengkap, tidak adekuat dan dapat dipertanyakan (Leininger, 1981, dalam Berger &
Williams, 1992). Pada tahun 1984 Leininger kembali mendefinisikan caring yaitu merujuk kepada pemberian asuhan yang langsung (maupun tidak langsung)
dan aktifitas yang memerlukan keterampilan penuh, proses, dan keputusan dalam mendampingi seseorang dengan cara yang merefleksikan atribut-atribut perilaku seperti empati, suportif, perasaan haru, melindungi, memberi pertolongan,
edukasi dan lainnya tergantung pada kebutuhan, masalah, nilai dan tujuan dari orang atau kelompok yang didampingi tersebut (Leininger, 1984, dalam Kozier
Pakar keperawatan yang dianggap telah membawa paradigma baru mengenai caring adalah Jean Watson yang pada tahun 1988 mengemukakan
asumsi-asumsi mendasar mengenai caring di dalam bukunya yang pertama, Nursing : The Philosophy and Science of Caring, yaitu :
1. Human care hanya dapat diterapkan secara efektif melalui hubungan
interpersonal.
2. Caring terdiri dari faktor-faktor carative yang menghasilkan kepuasan di
dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
3. Caring yang efektif akan meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan
individu maupun keluarga.
4. Respon-respon caring tidak hanya menerima keadaan seseorang saat itu, tetapi juga keadaan selanjutnya.
5. Lingkungan perawatan adalah lingkungan yang memacu pengembangan potensi dan kemungkinan seseorang untuk memilih kegiatan yang terbaik bagi dirinya.
6. Caring bersifat lebih “healthogenic” daripada “curing”. Artinya bahwa caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada
pengobatan. Di dalam praktiknya caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
7. Caring merupakan sentral bagi keperawatan (Watson, 1988, dalam
Pada tahun 1988 di dalam bukunya yang kedua, Nursing Human Science and Human care: A Theory of Nursing. Watson mengemukakan 11 asumsi yang
berhubungan dengan caring :
1. Perhatian dan kasih sayang merupakan kekuatan batin yang utama dan universal.
2. Kasih sayang yang bermutu dan caring adalah penting bagi kemanusiaan, tetapi sering diabaikan dalam hubungan antar sesama.
3. Kemampuan untuk menyokong ideologi dan ideal caring di dalam praktik keperawatan akan mempengaruhi perkembangan dari peradaban dan menentukan kontribusi keperawatan pada masyarakat.
4. Caring terhadap diri sendiri adalah prasyarat bagi caring terhadap orang lain.
5. Keperawatan selalu memegang konsep caring di dalam berhubungan dengan orang lain dalam rentang sehat-sakit.
6. Caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus utama
dalam praktik keperawatan.
7. Praktik keperawatan secara signifikan telah menekankan pada Human
care.
8. Fondasi caring keperawatan dipengaruhi oleh teknologi medis dan birokrasi institusi.
10.Human care hanya dapat diterapkan secara efektif melalui hubungan interpersonal.
11.Kontribusi keperawatan kepada masyarakat terletak pada komitmen pada Human care. (dikutip dari Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey,
1994; Boyd & Mast, 1989 dalam Fitzpatrick & Whall, 1989).
Berbagai penelitian telah menyatakan tentang caring sebagai fokus sentral keperawatan (Wolf, et al., 2003). Stanizewska & Ahmed (1998)
menyatakan di dalam penelitiannya bahwa harapan pasien akan asuhan keperawatan adalah asuhan keperawatan yang mencakup perilaku caring perawat di dalamnya (Stanizewska & Ahmed, 1998, dalam Wolf, et al., 2003; Redman &
Lynn, 2005).
Valentine (1997) menyatakan bahwa perilaku caring perawat adalah
bagian dari praktik keperawatan profesional yang holistik / menyeluruh. Di dalam penelitiannya ia mengemukakan bahwa pilihan pasien dalam mencari pusat pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh pengalaman positif terhadap
perilaku caring perawat (Valentine, 1997, dalam Wolf, Miller, & Devine, 2003). Felgen (2003) juga menyatakan bahwa pasien / konsumen dari pusat pelayanan
2.2.2 Faktor-faktor Pembentuk Caring
Menurut Watson (2007), fokus utama dari keperawatan adalah
faktor-faktor carative yang bersumber dari perspektif humanistik yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah. Watson kemudian mengembangkan sepuluh faktor carative tersebut untuk membantu kebutuhan tertentu dari pasien dengan
tujuan terwujudnya integritas fungsional secara utuh dengan terpenuhinya kebutuhan biofisik, psikososial dan kebutuhan interpersonal (dikutip dari
Dwidiyanti, 1998).
Kesepuluh faktor carative tersebut adalah :
1. Pendekatan humanistik dan altruistik.
Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik mulai berkembang di usia dini dengan nilai-nilai yang berasal dari orang tuanya. Sistem nilai ini
menjembatani pengalaman hidup seseorang dan mengantarkan ke arah kemanusiaan. Perawatan yang berdasarkan nilai-nilai humanistik dan altruistik dapat dikembangkan melalui penilaian terhadap pandangan diri seseorang,
kepercayaan, interaksi dengan berbagai kebudayaan dari pengalaman pribadi. Hal ini dianggap penting untuk pendewasaan diri perawat yang kemudian akan
meningkatkan sikap altruistik (Dwidiyanti, 1998).
Melalui sistem nilai humanistik dan altruistik ini perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien (Nurachmah, 2001;
2. Menanamkan sikap penuh harapan.
Perawat memberikan kepercayaan dengan cara memfasilitasi dan
meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Dalam hubungan perawat-klien yang efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimis, harapan, dan kepercayaan. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan
kesehatan (Nurachmah, 2001; Barnhart, et al., 1994, dalam Marimer-Tomey. 1994; Kozier & Erb, 1985).
Kepercayaan dan pengharapan sangat penting bagi proses karatif maupun kuratif. Perawat perlu memberikan alternatif-alternatif bagi pasien jika pengobatan modern tidak berhasil; berupa meditasi, penyembuhan sendiri, dan
spiritual. Dengan menggunakan faktor karatif iniakan tercipta perasaan lebih baik melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang
secara individu (Dwidiyanti, 1998).
3. Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
Pengembangan perasaan iniakan membawa pada aktualisasi diri melaluio
penerimaan diri antara perawat dan klien (Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb, 1985). Perawat belajar menghargai kesensitifan dan
perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif dan , murni dan bersikap wajar pada orang lain (Nurachmah, 2001). Perawat yang mampu untuk mengenali dan mengekspresikan perasaannya akan lebih mampu untuk membuat
orang lain mengekspresikan perasaan mereka (Kozier & Erb, 1985). Pengembangan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengeksplorasi
sendirinya. Hal itu hanya dapat berkembang melalui perasaan diri seseorang yang peka dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika perawat berusaha
meningkatkan kepekaan dirinya, maka ia akan lebih autentik (tampil apa adanya). Autentik akan menambah pertumbuhan diri dan aktualisasi diri baik bagi perawat sendiri maupun bagi orang-orang yang berinteraksi dengan perawat
itu (Dwidiyanti, 1998).
4. Hubungan saling percaya dan saling membantu.
Pengembangan hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah sangat krusial bagi transportal caring. Hubungan saling percaya akan meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.
Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Karakteristik faktor ini adalah kongruen,
empati, dan ramah. Kongruen berarti menyatakan apa adanya dalam berrinteraksi dan tidak menyembunyikan kesalahan. Perawat bertindak dengan cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien.
Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah dan
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.
Perawat menyediakan dan mendengarkan semua keluhan dan perasaan
klien (Nurachmah, 2001). Berbagi perasaan merupakan pengalaman yang cukup beresiko baik bagi perawat maupun klien. Perawat harus siap untuk ekspresi perasaan positif maupun negatif bagi klien. Perawat harus menggunakan
pemahaman intelektual maupun emosional pada keadaan yang berbeda (Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; kozier & Erb, 1985).
6. Menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan.
Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien, sehingga akan mengubah gambaran tradisional
perawat sebagai “pembantu” dokter. Proses keperawatan adalah proses yang sistematis dan terstruktur, seperti halnya proses penelitian (Nurachmah, 2001;
Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb, 1985).
7. Peningkatan belajar mengajar interpersonal.
Faktor ini adalah konsep yang penting dalam keperawatan, yang membedakan antara caring dan curing. Perawat memberikan informasi kepada
klien. Perawat bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien. Perawat memfasilitasi proses belajar mengajar yang didesain untuk memampukan klien memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang
mendukung.
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Konsep yang relevan terhadap lingkungan internal yang mencakup kesejahteraan mental dan spiritual,
dan kepercayaan sosiokultural bagi seorang individu. Sedangkan lingkungan eksternal mencakup variabel epidemiologi, kenyamanan, privasi, keselamatan,
kebersihan dan lingkungan yang astetik. Karena klien bisa saja mengalami perubahan baik dari lingkungan internal maupun eksternal, maka perawat harus mengkaji dan memfasilitasi kemampuan klien untuk beradaptasi dengan
perubahan fisik, mental, dan emosional (Nurachmah, 2001; Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994;Kozier & Erb, 1985).
9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan
yangh paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan
biofisik yang paling rendah. Pencapaian dan hubungan merupakan kebutuhan psikososial yang tinggi, dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan interpersonal yang paling tinggi (Nurachmah, 2001; Barnhart, et al., 1994, dalam
10.Terbuka pada eksistensial fenomenologikal dan dimensi spiritual
penyembuhan.
Faktor ini bertujuan agar penyembuhan diri dan kematangaan diri dan jiwa klien dapat dicapai. Terkadang klien perlu dihadapkan pada pengalaman / pemikiran yang bersifat proaktif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan
pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri (Nurachmah, 2001; Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb, 1985). Diakuinya faktor
karatif ini dalam ilmu keperawatan membantu perawat untuk memahami jalan hidup seseorang dalam menemukan arti kesulitan hidup. Karena adanya dasar yang irrasional tentang kehidupan, penyakit dan kematian, perawat
menggunakan faktor karatif ini untuk membantu memperoleh kekuatan atau daya untuk menghadapi kehidupan atau kematian ( Dwidiyanti, 1998). Watson
menyadari bahwa faktor ini sedikit sulit untuk dipahami, tetapi hal ini akan membawa perawat kepada pemahaman yang lebih baik mengenai diri sendiri dan orang lain (Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb,
1985).
2.3 Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Perawat menggunakan teori yang tepat sebagai dasar pengambilan keputusan dalam praktik keperawatan.
Kriteria Struktur:
2. Program pendidikan berkelanjutan tentang teori perilaku manusia diselenggarakan dan dapat diperoleh.
3. Teori dasar tindakan keperawatan diakui di sarana praktik keperawatan dan sesuai dengan filosofi institusi.
Kriteria Proses:
1. Perawat menilai asumsi (landasan berpikir) tentang sifat manusia. 2. Perawat memperbaiki keyakinan yang salah.
3. Perawat menggunakan teori dan pemikiran kritis untuk merumuskan: a. Pendapat, anggapan dan asumsi.
b. Menguji hipotesa.
4. Perawat menggunakan kesimpulan, prinsip, dan secara operasional. 5. Perawat menerapkan teori yang tepat.
Kriteria hasil:
Tujuan yang dapat diukur dari tindakan yang relevan untuk pasien berdasarkan teori (Soeroyo, 2009).
2.3.1 Pengkajian
Pada tahapan ini tugas perawat adalah mengumpulkan data yang
menyeluruh, akurat, dan sistematis secara berkesinambungan. Untuk melakukan pengkajian, perawat diharapkan dapat membina hubungan saling percaya dengan pasien.
Menurut Hamid (2009), penggunaan diri secara terapeutik sangat penting dalam menciptakan lingkungan ketika melakukan pengkajian. Ketepatan
lingkungan yang mendukung wawancara. Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data mengenai pasien gangguan jiwa meliputi: (1)
menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari bahwa pasien sedang mempunyai masalah, (2) mempertahankan kontak mata dan duduk dekat pasien, (3) memberi waktu yang memadai untuk membahas masalah
pasien dan jangan terburu-buru, dan (4) menggunakan pertanyaan terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan informasi tentang pasien.
Beberapa hal yang perlu dikaji oleh perawat antara lain: identitas demografi pasien, alasan masuk, faktor predisposisi, konsep diri, hubungan sosial, spiritual, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping,
aspek medik (Keliat, 2008; Soeroyo, 2009).
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Perawat merumuskan diagnosa keperawatan untuk menarik kesimpulan yang didukung oleh data pada pengkajian. Pada tahap ini, perawat menganalisa data yang ada sesuai dengan kerangka teori yang dapat diterima, mengumpulkan
data tambahan atau penunjang jika diperlukan, perawat mengidentifikasi masalah kesehatan aktual dan risiko, dan merumuskan diagnosa keperawatan dengan
single statement diagnosis (Soeroyo, 2009).
2.3.3 Perencanaan
Perawat membuat rencana asuhan keperawatan dengan tujuan yang spesifik untuk mengatasi diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan ini
menetapkan tujuan yang realistis dan dapat diukur, menentukan tindakan sesuai standar yang ada yang terdiri dari terapi modalitas keperawatan dan tindakan
kolaborasi, menentukan prioritas tindakan, dan memodifikasi rencana sesuai dengan respon pasien (Soeroyo, 2009).
2.3.4 Implementasi
Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana sehingga pasien memiliki kemampuan (1) kognitif seperti mengetahui,
memahami, dan menyadari; (2) afektif seperti mau dan bersedia; dan (3) psikomotor yaitu memperagakan, melakukan, dan melaksanakan.
Kegiatan yang dilakukan oleh perawat pada tahap ini ialah: perawat
memastikan kebutuhan pasien terpenuhi melalui tindakan keperawatan mandiri atau kolaborasi, perawat berperan sebagai advokat pasien jika diperlukan untuk
memfasilitasi pencapaian kesehatan, meninjau dan memodifikasi tindakan berdasarkan perkembangan pasien, mendokumentasikan setiap tindakan keperawatan yang bersifat nursing order (perintah keperawatan), dan tidak
mendokumentasikan standart approach (Soeroyo, 2009).
2.3.5 Evaluasi
Perawat mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan untuk meninjau kembali data, diagnosis dan rencana keperawatan.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat pada tahap ini ialah: mengidentifikasi respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan, baik
pasien setelah tindakan dengan kriteria evaluasi pada tujuan, membuat rencana tindak lanjut atau rencana tindakan berikutnya sesuai analisis terhadap
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa tersebut sangat berperan dalam mempengaruhi tingkat
kesembuhannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring itu sendiri dibagi ke dalam sepuluh faktor yaitu, pendekatan humanistik dan altruistik,
menanamkan sikap penuh harapan, kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain, hubungan saling percaya dan saling membantu, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan problem solving dalam
mengambil keputusan, peningkatan belajar mengajar interpersonal, menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung, memberi
bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia, dan terbuka pada eksistensial fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan (Watson, 1998, dikutip dari Dwidiyanti, 1998). Dimana apabila salah satu dari ketiganya tidak berjalan
dengan baik, maka begitu juga dengan asuhan keperawatan yang diberikan, maka asuhan keperawatan yang bermutu akan sulit untuk dicapai.
Dari uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat dan mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di Rumah Sakit jiwa Daerah provsu Medan. Untuk itu
Skema 1. Perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien gangguan jiwa. Perilaku caring perawat :
1. Pendekatan humanistik dan altruistik. 2. Menanamkan sikap penuh harapan.
3. Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain. 4. Hubungan saling percaya dan saling membantu.
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.
6. Menggunakan problem solving dalam mengambil
keputusan.
7. Peningkatan belajar mengajar interpersonal.
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung.
9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia.
10.Terbuka pada eksistensial fenomenologikal dan dimensi
spiritual penyembuhan.
3.2 Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Alat
Ukur
Sikap perawat di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provsu Medan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa di
Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan seperti mendengarkan dengan penuh
perhatian keluhan yang dirasakan oleh pasien, membantu pasien dalam
menyelesaikan masalahnya,
membantu pasien untuk melakukan suatu tindakan dengan cara
mempraktekkannya, dan merefleksikan atribut - atribut
perilaku seperti empati, suportif, melindungi, memberi pertolongan
dan pendidikan kesehatan yang terwujud dalam kesepuluh faktor
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang
bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang terlibat
langsung dalam perawatan pasien jumlah 143 orang perawat dan data tersebut didapat dari kepala perawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan pada tahun 2010.
4.2.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah staf perawat yang sedang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Penentuan jumlah
sampel berdasarkan pada panduan umum penentuan jumlah sampel untuk penelitian deskriptif menurut Arikunto (2002), yaitu jika jumlah subjek lebih dari
adalah dengan menggunakan teknik simple random sampling. Kriteria sampel adalah seluruh perawat yang sedang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara Medan. Sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. Perawat dengan latar belakang pendidikan minimal D3 keperawatan.
b. Telah bekerja selama lebih dari 1 tahun. c. Terlibat langsung dalam perawatan pasien.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. pemilihan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara Medan ini sebagai lokasi penelitian karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan bagi pasien gangguan jiwa di
wilayah NAD dan Sumatera Utara. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret sampai April 2010.
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian
Etika dalam penelitian ditujukan untuk melindungi hak-hak subjektif
untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadi ancaman terhadap responden. Sebelum penelitian tersebut dilaksanakan, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud dan tujuan
kepada responden kemudian menyerahkan lembar persetujuan penelitian kepada responden. Jika responden bersedia, maka responden akan menandatangani
Responden berhak untuk menolak ataupun mengundurkan diri selama proses penelitian tanpa adanya tekanan. Peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati hak-hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama-nama responden pada lembar pengumpulan data yang telah diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi
kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai
hasil penelitian (Nursalam, 2008).
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu data demografi responden dan perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien gangguan jiwa yang disusun penulis sesuai dengan tinjauan pustaka. Bagian pertama instrumen penelitian tentang pengumpulan data demografi calon responden yang meliputi kode responden, tanggal, umur, jenis
kelamin, pendidikan terakhir, lama praktik, agama.
Sedangkan untuk menjelaskan variabel gambaran perilaku caring
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk tiap item pertanyaan. Sedangkan untuk menjelaskan gambaran perilaku caring
perawat sesuai tingkatan dengan menggunakan rumus (Sudjana, 1992), yaitu: rentang
Panjang kelas =
Dengan jumlah 48 pertanyaan didapat nilai terendah 48, nilai tertinggi
160, dan banyak kelas ada tiga, yaitu : perilaku caring baik, cukup, dan kurang. Sehingga didapatpanjang kelas sebesar 48. hasil yang didapat perilaku caring kurang berada dalam interval 48-96, perilaku caring cukup berada dalam interval
97-144, dan perilaku caring baik berada dalam interval 145-192. Akan disajikan sesuai dengan ketentuan pada instrumen penelitian.
Bagian kedua ini berisi 48 item pertanyaan yang berisi tentang macam-macam perilaku caring yang dapat menggambarkan perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa yang
dimodifikasi dari tinjauan pustaka. Yang mana jawaban untuk setiap pertanyaan emosi yang dibuat dalam skala likert yaitu : tidak pernah (skor 1),
kadang-kadang (skor 2), sering (skor 3), selalu (skor 4).
4.6 Validitas dan Reabilitas Instrumen
Instrumen penelitian dibuat oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan
alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Uji validitas kuesioner penelitian ini dilakukan dengan validitas isi. Validitas isi sebuah instrumen adalah validitas yang merujuk sejauh mana instrumen
penelitian tersebut memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2007).
mengacu pada isi yang dikehendaki. Kuesioner akan divalidasi oleh pakar dari bagian manajemen keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara. Uji reliabilitas terhadap instrumen akan dilakukan kepada beberapa orang yang memenuhi persyaratan sebagai kriteria calon responden. Responden yang diambil untuk uji reliabilitas tersebut tidak akan diikutkan lagi sebagai responden
penelitian.
Reliabilitas sebuah instrumen adalah suatu kesamaan hasil apabila
pengukuran dilakukan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Uji reliabilitas instrumen adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.
Instrumen yang reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat
dipercaya atau benar sesuai kenyataannya (Polit & Hungler, 1999). Test reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan
diukur.
Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan formula cronbach
alpha dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17.00 terhadap
kuesioner perilaku caring perawat. Instrumen ini akan dinyatakan layak (reliabel) jika hasil pengukuran menunjukkan angka lebih dari 0.70 (Polit &
4.7 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti terlebih dahulu menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin penelitian yang
diperoleh dari lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Peneliti menentukan responden berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tersebut tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia berpartisipasi diminta untuk
menandatangani surat persetujuan (informed consent). Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk
bertanya bila ada cara pengisian yang tidak dimengerti. Peneliti juga harus mendampingi responden saat mengisi kuesioner tersebut. Sertelah semua responden mengisi kuesioner tersebut, maka seluruh data dikumpulkan dan
diperiksa kelengakapannya. Apabila ada yang belum lengkap maka kuesioner tersebut dilengkapi pada saat itu juga.
4.8 Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dari editing untuk memeriksa kelengkapan
Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan.
Data dianalisa dengan menggunakan statistik deskripsi kemudian selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase untuk mendeskripsikan perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian mengenai perilaku caring
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa melalui proses pengumpulan data dari tanggal 22 Maret 2010 sampai 06 April 2010 terhadap 36 orang responden di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.
Penyajian data hasil penelitian meliputi karakteristik responden dan perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan
jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden (66,7%) berada pada rentang usia 35-60 tahun, jenis kelamin perempuan (69,4%), pendidikan D III
Karakteristik responden ini dapat dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Presentase berdasarkan karakteristik responden
di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan (n=36)
No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
1. Umur
3. Pendidikan Terakhir
D III keperawatan
4. Status Pernikahan
Menikah
5.1.2 Perilaku Caring perawat
Tabel 3 memperlihatkan bahwa perilaku caring perawat berdasarkan faktor-faktor karatif dengan persentase yang tertinggi yaitu (1) kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain (79,1%), diikuti oleh (2) menanamkan sikap
terbuka pada eksistensial dan dimensi spiritual penyembuhan (72%), dan (3) hubungan saling percaya dan saling membantu (72,2%).
Tabel 3. Distribusi presentase perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan berdasarkan komponen-komponen faktor karatif.
Faktor-faktor karatif Persentase
1. Pendekatan humanistik dan altruistik. 76,8
2. Menanamkan sikap penuh harapan. 78,5
3. Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain. 79,1
4. Hubungan saling percaya dan saling membantu. 72,2
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan
negatif klien.
78,2
6. Menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan. 76,4
7. Meningkatkan belajar mengajar interpersonal. 71,7
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung.
75,8
9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan kebutuhan
manusia.
75,6
10.Terbuka pada eksistensial fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan.
Berdasarkan tabel 4, sebanyak 21 responden (58,3%) menunjukkan perilaku caring dalam kategori baik, dan 15 responden (41,7%) memperlihatkan
perilaku caring dengan kategori cukup dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa. Sementara itu, tidak ada seorangpun responden yang memberikan perilaku caring dengan kategori kurang.
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan presentase perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provsu Medan (n=36)
Perilaku Caring Frekuensi Presentase
Baik 15 41,7
Cukup 21 58,3
Kurang 0 0
5.2 Pembahasan
Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan
untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.
5.2.1 Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini ialah perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang usia 35-60 tahun (66,7%), jenis kelamin
perempuan (69,4%), pendidikan D III keperawatan (86,1%). Mayoritas responden telah menikah (83,3%). Presentase agama terbesar ialah agama Islam
(58,3%).
Bila dilihat dari data demografi keseluruhan didapatkan bahwa responden dalam penelitian ini umumnya berada pada rentang usia 35-60 tahun (66,7%).
Havighurst (1998, dalam Astuti & Lubis, 2010) menyatakan bahwa pada rentang umur 35-60 tahun, seseorang sudah mulai mengalami penurunan fisik, mengatur
rumah tangga dan membantu anak remaja yang akan memasuki tahap dewasa agar menjadi anak yang bertanggung jawab dan berbahagia, merawat orang tua yang sudah tua, dan lain sebagainya yang menyebabkan seseorang yang berada
pada rentang tersebut mempunyai kesibukan tersendiri yang kemungkinan akan membuat ia menjadi stres yang kemudian akan menurunkan sikap dan perilaku
Melalui penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (69,4%). Menurut sebuah penelitian perempuan tidak hanya
memiliki emosi yang lebih kuat, tetapi juga memiliki rasa bersalah yang lebih tinggi jika dibandingkan laki-laki, ketika mereka berperilaku buruk. Perempuan paruh baya cenderung merasa paling bersalah mengenai tindakan mereka
Extebarria (2010). Oleh karena itu perempuan pada umumnya lebih berhati-hati dalam bersikap kepada orang lain dengan menunjukkan sikap yang lembut,
perhatian dan penuh kasih sayang yang mana sikap tersebut bisa membuat orang lain merasa aman dan merasa dihargai dan diterima sebagai mana adanya oleh sosok perempuan tersebut. Sehingga perawat perempuan cenderung memiliki
perilaku caring yang lebih baik dibandingkan perawat laki-laki.
Dalam penelitian ini mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan
Diploma III keperawatan (86,1%). Pada hakikatnya pendidikan akan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk berpikir rasional dan objektif dalam menghadapi masalah. Pendidikan akan mempengaruhi seseorang yang
belum dewasa untuk secara berangsur-angsur dibawa ke arah kedewasaan. Kedewasaan pada dasarnya adalah kemampuan untuk mandiri. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang diharapkan diikuti oleh semakin tingginya kebijakan seseorang dalam menentukan sikap dan perilakunya. Seperti halnya bagi seorang perawat, pengetahuan tersebut sangatlah berperan dalam
mengambil sikap dan perilaku dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seorang perawat maka akan semakin bijak pula seorang perawat dalam mengambil suatu
unsur modernisasi yang menuju kepada terciptanya suatu pola pikir rasional. Perawat yang pendidikan lebih tinggi diharapkan akan lebih tepat dalam
mengambil keputusan tentang apa yang harus mereka lakukan, dengan demikian pendidikan yang tinggi mempengaruhi secara positif terhadap kemampuan mereka untuk memcahkan masalah yang sedang mereka hadapi (Sukamdi, 1990;
Tarmizi, 1991).
Bila dilihat dari data pada penelitian ini mayoritas responden telah
menikah (83,3%). Vaus (2010) melakukan penelitian mengenai perbandingan bagaimana cara individu yang sudah menikah dan yang belum dalam menangani stres dan hasilnya menunjukan bahwa individu yang menikah mampu menangani
stres dengan baik dan mengontrol perilakunya . Sebaliknya, individu yang belum menikah lebih rentan dan kesulitan menangani stres. Pernikahan dapat menjadi
terapi efektif meminimalkan stres. Sebab, dengan pernikahan, segala persoalan tidak lagi dihadapi sendiri dan dipecahkan secara bersama-sama.
Masyarakat Indonesia umumnya kuat dalam hal keimanan. Bila dilihat
berdasarkan presentase agama dari responden menunjukkan bahwa responden secara keseluruhan beragama Islam dan Kristen. Potter & Perry (2006)
menyatakan bahwa setiap orang mempunyai dimensi spiritual yang dapat berupa kepercayaan akan sesuatu yang maha besar, perasaan menyatu dengan alam dan dunia sebagai suatu kesatuan serta perasaan positif akan tujuan dan makna
kehidupan, dimana kepercayaan-kepercayaan atau juga sikap tersebut dapat menjadi sumber kekuatan untuk beradaptasi dengan stres sehingga seseorang
Berdasarkan penelusuran terhadap faktor-faktor tersebut di atas dapat diasumsikan bahwa faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi perilaku caring
seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa.
5.2.2 Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Gangguan Jiwa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 21 responden (58,3%) yang menunjukkan perilaku caring dengan kategori cukup dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Hal ini menunjukkan
bahwa perawat di Rumah Sakit Jiwa tersebut belum memperlihatkan perilaku caring dalam memberikan asuhan keperawatan.
Pada kenyataannya masih ditemukan perawat yang hanya memberikan asuhan keperawatan berdasarkan rutinitas sehari-hari seperti memberikan obat, membersihkan tempat tidur, dan meminta pasien untuk mempersiapkan makan.
Selain itu, sering ditemukan perawat yang berbicara dengan nada yang tinggi kepada pasien ketika meminta pasien untuk membersihkan ruangan, memaksa
pasien untuk minum obat, dan melakukan pengekangan fisik pada pasien dengan perilaku kekerasan dan jarang memberikan asuhan yang berfokus pada kebutuhan psikososial pasien.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Watson (2007), mengenai penempatan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan.
curing. Jika perawat sebagai suatu kelompok profesi yang bekerja selama 24 jam
di rumah sakit lebih menekankan caring sebagai pusat dan aspek yang dominan
dalam pelayanannya maka akan tercipta hubungan yang baik antara perawat-pasien. Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah bahwa kebanyakan perawat terlibat secara aktif dan memusatkan diri pada fenomena medik seperti cara
diagnostik dan cara pengobatan dan mengabaikan posisi dari perilaku caring tersebut.
Sementara itu, 15 responden (41,7%) menunjukkan perilaku caring dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil perawat masih menunjukkan perilaku caring yang sesuai dengan kesepuluh faktor karatif yang
merupakan faktor-faktor pembentuk caring sehingga kebutuhan biofisik, psikososial, spiritual, dan interpersonal pada pasien gangguan jiwa tersebut dapat
terpenuhi.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa perawat peka terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini berarti bahwa perawat mampu mengidentifikasi
kebutuhan pasien dan membantu pasien untuk mengatasi masalahnya. Pearwat juga menanamkan sikap penuh harapan kepada pasien. Meskipun hal ini belum
lakukan oleh semua perawat. Pada kenyataannya masih ditemukan perawat yang memberi harapan pada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan apabila pasien teratur minum obat dan mematuhi semua program pengobatan dan
perawatan.
Hasil studi ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Curruth, et
keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap “caring” kepada pasien. Dalam memberikan asuhan
keperawatan, perawat harus merefleksikan atribut-atribut dari perilaku caring tersebut seperti empati, suportif, perasaan haru, melindungi, memberi pertolongan, edukasi dan lainnya sesuai dengan kebutuhan, masalah, nilai dan
tujuan dari orang ataupun kelompok yang didampingi tersebut (Leininger, 1984, dikutip dari Kozier & Erb, 1985).
Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh Mayehoff (dalam Dwidiyanti, 1998) yang memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan
mengaktualisasikan diri. caring merupakan suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang
mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien. Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat
dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap “caring” kepada klien. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang
lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan keperawatan (Curruth, et al., 1999, dalam Nurachmah, 2001).
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.
6.1 Kesimpulan
Dengan Jumlah 36 responden, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada rentang usia 31-40 tahun (41,7%), jenis
kelamin perempuan (69,4%), pendidikan D III keperawatan (86,1%). Mayoritas responden telah menikah (83,3%). Presentase agama terbesar ialah agama Islam (58,3%).
Mayoritas responden yaitu sebanyak 21 responden (58,3%) memberikan perilaku caring yang baik, sisanya 15 responden (41,7%) memberikan perilaku
caring cukup, dan tidak ada responden yang memberikan perilaku caring yang
kurang.
6.2Rekomendasi
6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan gambaran kepada perawat mengenai bagaimana perilaku caring
6.2.2 Bagi Praktik Keperawatan
Disarankan agar perawat lebih peduli dan sensitif dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa khususnya dan kepada keluarga. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang dialami oleh pasien, mengikutsertakan pasien dalam kegiatan
kelompok.
6.2.3 Bagi Penelitian Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, I, (2002). Perilaku Caring Perawat dan hubungannya dengan kepuasan klien di instalasi Rawat inap Bedah Dewasa di RS Dr. Muhammad
Hoesin Palembang Tahun 2002. Jakarta: tesis FK UI. Dibuka pada situs:
Anjaswarni, T., dkk. (2002). Analisa Tingkat Kepuasan Klien Terhadap Perilaku Caring Perawat di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal keperawatan
Indonesia, vol. 6, no. 2, 41-49, Jakarta: Penerbit FIK UI.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan praktek. Jakarta: P.T. Rhineka Cipta.
Astuti, I. & Lubis, N.R. (2010). Tugas Perkembangan: Pekerjaan Rumah Seumur Hidup. Dibuka pada situs : Juni 2010
Barnum, B.J.S. (1994). Nursing Theory : Analysis, Application, Evaluation (4th ed.). Philadelphia : J.B. Lippincott.
Berger, K.J. & Williams, M.B. (1992). Fundamental of Nursing : Collaborating for Optimal Health. California : Appleton & Lange.
Copel, L.C. (2007). Kesehatan jiwa & Psikiatri. Jakarta : EGC.
Etxebarria, I. (2010). Wanita Lebih Merasa Bersalah Dibanding Pria. Dibuka pada situs: http://javaindoland.com. Pada tanggal 20 Juni 2010
Fitzpatrick, J.F. & Whall, A.L. (1989). Conceptual Models of Nursing : Analysis and Application. Connecticut : Apple & lange.
Hamid, A., Y. (2009). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Widia Medika.
Keliat, B.A., dkk. (2008). Proses keperawatan Kesehatan Jiwa (edisi 1). Jakarta : EGC.
Kozier, B. & Erb, G. (1985). Fundamental of Nursing : Concepts and Procedures. California : Addison-Wesley Publishing Company.
Leddy, S. (1998). Conceptual Bases for Profesional Nursing (4th ed.). Philadelphia : Lippincott.
Mariner, T. (1998). Nursing Theorist and Their Work (3rd ed.). Misouri : Mosby.
Nurachmah, E. (2001). Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit. Disajikan pada Seminar keperawatan RS Islam Cempaka Putih Jakarta. Jakarta, 2 Juni 2001. Dibuka pada situs : Oktober 2009
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (edisi 4). Jakarta: EGC (terjemahan).
Redman, R.W. Lynn, M.I. (2005). Assesment of Patient Expectations for Care. Research and Theory for Nursing Practice. New York : 2005. Dibuka
pada situs
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Soeroyo. (2009). Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Dibuka pada situs :
. pada tanggal 22 Oktober 2009
Smart, G.W. & Sundeen, S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (edisi 3). Jakarta: EGC (terjemahan).
Vaus, D. (2010). Waspadai ‘Bahaya Laten’ Status Belum Menikah. Dibuka pada Situ : bahaya-laten-status-belum-menikah pada tanggal 22 Juli 2010
Watson, Jean. (2007). Caring Theory Defined. Colorado. Dibuka pada situs: 30 Oktober 2009
Wolf, Z.R., Miller, P.A., Devine, M. (2003). Relationship Between Nurse Caring and Patient Satisfaction in Patients undergoing invasive cardiac
Procedures. Medsurg Nursing. Piman : 2003. Iss.6:pg.391. Dibuka pada
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Judul Penelitian : Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan
Asuhan
Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa di
Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.
Peneliti : Andi Irawan Simarmata
NIM : 061101075
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Jalur A Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. Apabila saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian ini maka saudara akan diberi formulir persetujuan menjadi responden untuk ditandatangani sebagai lembar persetujuan.
Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan data yang responden berikan. Informasi yang responden berikan akan saya simpan seaman mungkin dan apabila dalam pemberian informasi ada yang kurang mengerti maka responden dapat menanyakannya kepada peneliti.
Terima kasih atas partisipasi saudara/i dalam penelitian ini.
Medan, April 2010 Peneliti Responden
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada
Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan
No. Responden :
Hari/ Tanggal :
I. Kuesioner Data demografi (KDD)
Petunjuk Pengisian :
Bapak/ Ibu/ saudara/i diharapkan :
1. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√ ) pada tempat yang tersedia.
2. Semua pernyataan harus dijawab.
3. Tiap satu pernyataan ini diisi dengan satu jawaban.
4. Bila data yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
1. Umur : Tahun 2. Jenis Kelamin :
Laki-laki
Perempuan 3. Pendidikan Terakhir :
D III/Akper
S1 4. Status :
Menikah Janda/Duda
5. Agama :
Islam Hindu
II. Kuesioner Perilaku Caring Perawat
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah pernyataan ini dengan baik, kemudian berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman anda dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa.
No
kadang Sering Selalu 1 Memperkenalkan diri dengan
menyebutkan nama kepada pasien
atau keluarga.
2 Bicara dengan sopan dan suara
yang lembut.
3 Memberikan perhatian penuh dan minat yang tulus bagi pasien atau
keluarga.
4 Menemani keluarga pasien ketika
mereka mengunjungi pasien.
5 Merasa puas jika dapat
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan baik.