• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Caring Perawat dalam Merawat Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Caring Perawat dalam Merawat Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Skizofrenia 2.1.1. PengertianSkizofrenia

Menurut Faisal (2008), penyakit skizofreniaartinya kepribadian yang terpecah antara pikiran, perasaan, dan perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan perasaannya. Secara spesifik skizofrenia adalah orang yang mengalami gangguan emosi, pikiran, dan perilaku.

Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti menurunnya minat dan dorongan, berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar, sreta terganggunya relasi personal (Strauss et al, dalam Gabbard, 1994 dalam Arif, 2006).

2.1.2. Penyebab Skizofrenia

(2)

a. Faktor Biologi

Bayi laki-laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.

1) Infeksi

Perubahan anatomi pada susunan saraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan pada orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.

2) Hipotesis Dopamin

Dopamin merupakan neutransmiter pertama berkontribusi terhadap gejala skizofrenia.Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal menyekat dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di system dopaminergik maka gejala psikotik diredakan.Berdasarkan gejala diatas dikemukakan bahwa gejala-gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas system dopaminergik.

3) Struktur Otak

(3)

otak di temukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.

b. Faktor Genetika

Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki-laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman, bibi, kakek/nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum.Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar dizigotik 12%.Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%.

Penyebab dasar pastinya skizofrenia sampai sekarang belum diketahui.Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh/ faktor yang mempercepat yang menjadikan manifestasi/ faktor pencetus seperti penyakit badaniah/ stress psikologis.

2.2.Konsep Perilaku 2.2.1. Pengertian Perilaku

(4)

berhubungan satu dengan lainnya.Apabila salah satu dari aspek perilaku mengalami hambatan, maka aspek perilaku lainnya juga terganggu.

Perilaku merupakan totalitas dari penghayatan dan aktivitas yang memengaruhi perhatian, pengamatan, pikiran, daya ingat dan daya fantasi seseorang. Meskipun perilaku adalah totalitas respons, namun pada kenyataannya tidak semua stimulus akan menghasilkan respons, tetapi juga tergantung karakter kepribadian seseorang (Notoatmodjo, 2007 dalam Pieter, 2011).

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah totalitas penghayatan dan reaksi seseorang reaksi seseorang yang langsung terlihat atau yang tidak tampak. Timbulnya perilaku akibat interelasi dari stimulus internal dan eksternal yang diproses melalui proses pembelajaran dan penguatan yang melibatkan komponen kognitif, afektif, dan motorik.

2.2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku manusia ditinjau dari tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior causes) ( Notoatmodjo, 2003). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan oleh 3 faktor, yaitu: (a) Faktor- faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. (b) Faktor- faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya

(5)

factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas

yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu disebabkan oleh faktor-faktor tersebut.Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu. Namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas, bahkan di dalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya. Artinya, seseorang dapat berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif.

2.3. Konsep Caring 2.3.1. PengertianCaring

(6)

berkomunikasi dengan sesame dan perhatian terhadap sesame, serta mau memberi dan menerima bantuan (Chinn & Kramer, 2004 dalam Potter & Perry, 2009). Perawat perlu mengetahui kebutuhan individu, bagaimana responnya terhadap sesamanya, kekuatan serta keterbatasan pasien dan keluarganya.Selain itu, perawat membantu serta memberikan perhatian serta empati kepada pasien dan keluarganya.Caring mewakili semua faktor yang digunakan perawat untuk memberikan pelayanan kepada pasien (Watson, 1987 dalam Potter & Perry, 2009).

Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berfikir,

merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring memfalitasi kemampuan perawat untuk mengenali klien, membuat perawat mengetahui masalah klien dan mencari serta melaksanakan solusinya, juga sebagai bentuk dasar dari praktek keperawatan dan juga sebagai struktur mempunyai implikasi praktis untuk mengubah praktek keperawatan (Potter & Perry, 2009).Selain itu Watson (1979) juga mengungkapkan caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesaggupan pasien untuk sembuh.Caring melibatkan keterbukaan, komitmen, dan hubungan perawat dengan pasien (Potter & Perry, 2009).

Caring sulit untuk didefinisikan karena memiliki banyak makna : sebagai kata

(7)

menjabarkan perilaku caring. Sedangkan perilaku caring perawat adalah suatu perilaku yang meliputi seperti : mendengarkan penuh perhatian, hiburan, kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, menyediakan informasi sehingga pasien dapat membuat keputusan (Watson, 2007).Caring juga sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu (Griffin, 1983 dalam Meiliya & Widyawati, 2008). Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu, menolong, dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dengan pasien. Emosi menyukai dan kasih sayang ditawarkan secara sementara sebagai respon afektif penting yang diekspresikan melalui hubungan ini.

(8)

2.3.2. Pengertian Perilaku Caring Perawat

Perilaku caring adalah suatu tindakan yang didasari oleh kepedulian, kasih sayang, keterampilan, empati, tanggung jawab, sensitif, dan dukungan.Perilaku caring perawat sangat penting dalam memenuhi kepuasan pasien, hal ini menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan di sebuah rumah sakit.Perawat adalah orang yang menjadi salah satu kunci dalam memenuhi kepuasan pasien.Oleh karena itu, perilaku caring perawat dapat memberikan pengaruh dalam pelayanan yang berkualitas kepada pasien (Prompahakul, Nilmanat, & Kongsuwan, 2011).

2.3.3. Faktor-faktor Pembentuk Caring

Menurut Watson (2007), fokus utama dari keperawatan adalah faktor-faktor caratif yang bersumber dari perspektif humanistik yang dikombinasikan dengan dasar penegetahuan ilmiah. Watson kemudian mengembangkan sepuluh faktor caratif tersebut untuk membantu kebutuhan tersebut dari pasien dengan tujuan terwujudnya integritas fungsional secara utuh dengan terpenuhinya kebutuhan biofisik, psikososial dan kebutuhan interpersonal (dikutip dari Dwidiyanti, 1998).

Kesepuluh faktor caratif tersebut adalah : 1. Pembentukan system nilai humanistik – altruistik.

(9)

kebudayaan dari pengalaman pribadi. Hal ini dianggap penting untuk pendewasaan diri perawat yang kemudian akan meningkatkan sikap altruistik. Melalui sistem nilai humanistik dan altruistik ini perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien (Watson, 2007).

2. Menanamkan sikap kepercayaan dan penuh harapan.

Kepercayaan dan pengharapan sangat penting bagi psoses karatif maupun kuratif.Perawat perlu memberikan alternatif-alternatif bagi pasien jika pengobatan modern tidak berhasil; berupa meditasi, penyembuhan sendiri, dan spiritual. Dengan menggunakan faktor karatif ini akan tercipta perasaan lebih baik melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang secara individu (Watson, 1979). Perawat memberikan kepercayaan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Dalam hubungan perawat-klien yang efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimis, harapan, dan kepercayaan.Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan kesehatan (Kozier & Erb, 1985).

3. Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain.

(10)

Pengembangan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengeksplorasi kebutuhan perawat untuk mulai merasakan suatu emosi yang muncul dengan sendirinya. Hal itu hanya dapat berkembang melalui perasaan diri seseorang yang peka dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika perawat berusaha meningkatkan kepekaan dirinya, maka ia akan lebih autentik (tampil apa adanya). Autentik akan menambah pertumbuhan diri dan aktualisasi diri baik bagi perawat sendiri maupun bagi orang-orang yang berinteraksi dengan perawat itu (Watson, 1979).

4. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu

Pengembangan hubungan saling percaya antara perawat danklien adalah sangat krusial bagi transportal caring. Hubungan saling percaya akan meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk menjalin hubungan dalam keperawatan.Karakteristik faktor ini adalah kongruen, empati, dan ramah. Kongruen berarti menyatakan apa adanya dalam berinteraksi dan tidak menyembunyikan kesalahan. Perawat bertindak dengan cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekpresi wajah dan lain-lain.

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.

(11)

negatif bagi klien.Perawat harus menggunakan pemahaman intelektual maupun emosional pada keadaan yang berbeda (Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; kozier & Erb, 1985).

6. Menggunakan problem-solving yang sistematik dalam mengambil keptusan. Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien, sehingga akan mengubah gambaran tradisional perawat sebagai “pembantu” dokter. Proses keperawatan adalah proses yang sistematik, dan terstruktur seperti halnya proses penelitian (Watson, 1979).

7. Meningkatkan belajar-mengajar seacara interpersonal.

Faktor ini adalah konsep yang penting dalam keprerawatan, yang memebedakan antara caring dan curing.Perawat memberikan informasi kepada klien. Perawat bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien. Perawat memfasilitasi proses belajar mengajar yang didesain untuk memampukan klien memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal klien (Barnhart, et al., 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; kozier & Erb, 1985).

8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang mendukung.

(12)

mencakup variabel epidemiologi, kenyamanan, privasi, keselamatan, kebersihan dan lingkungan yang astetik.Karena klien bisa saja mengalami perubahan baik dari lingkungan internal maupun eksternal, maka perawat harus mengkaji dan memfasilitasi kemampuan klien untuk beradaptasi dengan perubahan fisik, mental, dan emosional.

9. Memberikan bantuan dan pemenuhan kebutuhan manusia.

Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial, psikofisikal, dan interpersonal klien.Pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik yang paling rendah.Pencapaian dan hubungan merupakan kebutuhan psikososial yang tinggi, dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan interpersonal yang paling tinggi (Watson, 1979).

10.Terbuka pada eksistensial fenomenologikal

(13)

kematian, perawat menggunakan faktor karatif ini untuk membantu memperoleh kekuatan atau daya untuk menghadapi kehidupan atau kematian (Watson, 1979). 2.4. Studi Fenomenologi

Fenomenologi berfokus pada apa yang dialami oleh manusia pada beberapa fenomena dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman tersebut. Penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu (Polit & Beck, 2012 hal 494).

Didalam studi fenomenologi menurut (Polit & Beck, 2012 hal 496) sumber data utama berasal dari perbincangan yang cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan partisipan dimana peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya tanpa adanya suatu diskusi.Melalui perbincangan yang cukup dalam menggali informasi sebanyak mungkin dari partisipan.

Dalam studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat tidaklah banyak.Jumlah partisipan dari penelitian ini adalah 10 orang atau lebih sedikit. Partisipan yang terlibat dalam penelitian akan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling.Dalam hal ini, partisipan harus memenuhi kriteria-kriteria yang

telah ditentukan oleh peneliti (Polit & Beck, 2012 hal 517).

(14)

makna-makna tersebut kedalam kelompok-kelompok tema; (e) mengintegrasikan hasil kedalam bentuk deskripsi; (f) memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas mungkin; (g) memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir.

Menurut Lincoin & Guba (1985, dalam Polit & Beck, 2012 hal 584-585) untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya (trustworthiness)maka data divalidasi dengan lima kriteria, yaitu:

Transferability adalah kriteria yang digunakan untuk memenuhi bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat ditransfer ke subyek lain yang memiliki topologi yang sama. Transferability termasuk dalam validitas eksternal. Maksudnya adalah dimana hasil suatu penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi lain.

Dependability mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan

data, membentuk dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasiuntuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak.

Confirmability memfokuskan apakah hasil penelitian dapat dibuktikan

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan tiga macam metode pengumpulan data, yaitu: (1) metode observasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah

Untuk mengetahui Efisiensi Perputaran Modal Kerja dilihat dari Rasio Likuiditas pada Koperasi Serba Usaha Maranti Makmur Pangkalbuluh Bangka Selatan.. Untuk mengetahui

merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok

Pulau Sembilan merupakan satu diantara 17 Pulau yang terdapat di wilayah Pantai Timur Sumatera Utara.Hampir sepanjang pantai di Pulau Sembilan di tumbuhi oleh Mangrove.Pulau

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Hutan Mangrove Pulau Sembilan terdapat 12 jenis burung yang terdiri dari 6 famili dengan jumlah individu sebanyak 132 individu dengan

[r]

ajar  Instrumen penilaian pelajaran kewirausa- haan  Laporan kinerja siswa yang dihasilkan dalam SIM kinerja siswa  Buku referensi yang relevan 1.7 Membuat keputusan