• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA

PERAWAT DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

TESIS

Oleh

RINA AMELIA

067013030/AKK

SE

K O L A H

P A

S C

A S A R JA NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH

MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA

PERAWAT DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

RINA AMELIA

067013030/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN Nama Mahasiswa : Rina Amelia

Nomor Pokok : 067013030

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Kosentrasi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr.H.M.Joesoef Simbolon, Sp.KJ(K)) (dr. Murniati Manik, MSc, Sp.KK) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 18 Desember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, SpKJ(K)

Anggota : 1. dr. Murniati Manik, MSc, Sp.KK

2. Dr. Endang Sulistya Rini, SE, Msi

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH

MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP

KINERJA PERAWAT DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, November 2008

(6)

ABSTRAK

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan satu-satunya rumah sakit jiwa pemerintah yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Untuk memenuhi standar pelayanan yang baik RS Jiwa telah terakreditasi dengan kategori Baik untuk 5 pelayanan. Dari hasil laporan kinerja rumah sakit didapati lamanya hari rawatan rata-rata (LOS) dari tahun 2002 sampai 2006 berkisar 84.6 hari, yang jauh melebihi standar Depkes yaitu 14 hari. Diperkirakan masalah ini tidak terlepas masih rendahnya kinerja perawat dalam asuhan keperawatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja perawat dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Jenis penelitian survei eksplanatori, dengan populasi seluruh perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, berjumlah 59 orang. Pada penelitian ini seluruh populasi menjadi sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner. Metode analisis dilakukan dengan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian berdasarkan uji regresi linear berganda menunjukkan, dari lima sub variabel motivasi berprestasi ada empat variabel yang berpengaruh terhadap kinerja perawat yaitu promosi, tantangan, imbalan dan pengakuan, sedangkan variabel prestasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat.

Diharapkan dengan memahami variabel motivasi berprestasi, dapat membantu pihak manajemen Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menentukan dan mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan untuk meningkatkan motivasi berprestasi perawat, yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawat dalam upaya peningkatan pelayanan di RS Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

(7)

ABSTRACT

The Mental Hospital of Province of Sumatera Utara is the only government mental hospital which is located in Sumatera Utara Province. To fulfill the standard of good servicing, the mental hospital has accreditation with good category for 5 servicing. From the result of the hospital performance it was found that the average of length of stay (LOS) from 2002 to 2006 is about 84,6 days, which is extremely exceed with the Indonesian Ministry of Health standard, that is 14 days. It is predicted that this problem related to the performance of nurse.

The purpose of this study is to analysis the influence of achievement motivation on the ward nurses’ performance in nursing care in Mental Hospital of Province of Sumatera Utara. This research is an explanatory survey, the population of the study is all 59 nurses who implements the nursing care and worked in patient wards at Mental Hospital of Province of Sumatera Utara. All the population in the study was selected as sample. The data were collected through questionnaire-based interviews. The analysis method was used multiple regression test.

The result showed that from the five sub-variables of achievement motivation, there are four variables which have influence on the performance of the nurse. They are promotion, challenge, repayment and confession, whereas the variable of work achievement is not.

It is expected by understanding the achievement motivation variables can help the management of Mental Hospital of Province of Sumatera Utara to develop and to apply these activities forms to increase the achievement motivation of the nurses and finally will improve the nurse performance in the effort to increase the services in Mental Hospital of Province of Sumatera Utara.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya dan atas izinNya pula sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini merupakan salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan guna memperoleh gelar Magister Kesehatan

pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Konsentrasi

Administrasi Rumah Sakit, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi manajemen

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara guna lebih meningkatkan kinerja

perawat terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien gangguan

jiwa. Banyak sekali bantuan dari berbagai pihak yang telah penulis dapatkan selama

menjalani pendidikan, melaksanakan penelitian serta menyusun tesis ini. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara : Prof. Dr. Ir. T.

Chairun Nisa B, MSc

2. Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan : Dr. Drs. Surya

Utama, MS

3. Komisi Pembimbing : Prof. Dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ(K) dan dr.

Murniati Manik, MSc, SpKK yang telah memberikan bimbingan, arahan,

(9)

4. Komisi penguji : Dr. Endang Sulistya Rina, SE, Msi dan Dr. Khaira Amalia

F., SE, Ak, MBA, MAPPI(Cert) yang telah memberi masukan dan saran

untuk perbaikan tesis ini.

5. Direktur Rumah sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara : dr. Donald F

Sitompul, SpKJ yang telah memberi izin dan fasilitas sehingga penelitian ini

dapat berjalan dengan baik.

6. Ayahanda tercinta : Alm. Drs. Agustaman, yang selalu dengan sabar

mendidik, memberi semangat dan menanamkan nilai-nilai luhur yang tidak

pernah terlupakan.

7. Ibunda Hj. Maryati Kahar, BA yang tidak pernah berhenti memberikan

semangat, doa dan kasih sayang, semoga Bunda panjang umur dan sehat

selalu.

8. Kedua Mertua penulis : Alm. Sarjio dan Hj. Sardjilah, terima kasih atas doa,

kasih sayang dan perhatiannya.

9. Suami tercinta, orang yang paling istimewa : dr. Hendri Wijaya, terima kasih

atas cintanya, kesabarannya dan perhatiannya, semoga kita berdua dapat

mencapai cita-cita kita.

10.Sumber kekuatan dan inspirasi, kedua buah hatiku : M.Faiz Lutfi Wijaya dan

M. Attar Fadhil Wijaya. Kalian adalah penyemangat Bunda, apa yang Bunda

peroleh sekarang mudah-mudahan menjadi penyemangat kalian untuk

(10)

11.Saudara-saudaraku : Aries Tanno, SE, Ak, Msi, Trisna Dewi, SIP, Anne Putri,

SE, Ak, MBA, MSc, terima kasih abang dan uni, berkat semangat dari kalian

sehingga adikmu dapat melewati semua ini.

12.Sahabat dan kakak yang baik : dr. Nina Zuliani, terima kasih untuk jadi teman

yang selalu membantu di kala suka dan duka, selalu mendengarkan keluh

kesah, selalu menyampaikan kebaikan, semoga persahabatan kita terus

berlanjut selamanya.

13.Kawan-kawan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Program

Studi Administrasi kebijakan kesehatan, Konsentrasi Administrasi Rumah

Sakit angkatan 2006

14.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari, tesis ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi

isi maupun penulisan. Penulis mengharapkan saran dan masukan yang

bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Ahirnya penulis

mengharapkan agar tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2008

Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rina Amelia

Tempat/Tgl Lahir : Padang, 20 April 1976

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan :

1982 – 1988 : SD Negeri 81 Padang

1988 – 1991 : SMP Negeri 7 Padang

1991 - 1994 : SMA Negeri 2 Padang

1994 – 2000 : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan

2006 – 2008 : Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan :

2000 – 2001 : Dokter Umum Klinik Ulak Karang Padang

2001 – 2003 : Dokter PTT/ Kepala Puskesmas di Puskesmas Simonis, Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………. v

ABSTRACT………... vi

KATA PENGANTAR... vii

RIWAYAT HIDUP... x

DAFTAR ISI………... xi

DAFTAR TABEL………... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Permasalahan ... 8

1.3.Tujuan Penelitian ... 9

1.4.Hipotesis Penelitian... 9

1.5.Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 11

2.1. Motivasi Berprestasi ... 11

2.1.1 Kebutuhan akan Prestasi ( Need for Achievement ) ... 14

2.1.2 Kebutuhan akan Afiliasi (Need for Affiliation) ... 15

2.1.3 Kebutuhan akan Kekuatan (Need for Power) ... 16

2.2. Kinerja... 18

2.3. Asuhan Keperawatan ... 24

2.3.1. Asuhan Keperawatan Jiwa... 26

2.4. Uraian Tugas Perawat Pelaksana ... 30

2.5. Pasien Gangguan Jiwa... 31

2.6. Rumah Sakit Jiwa... 33

2.7. Landasan Teori... 33

2.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 35

BAB 3 METODE PENELITIAN……….... 36

3.1. Rancangan Penelitian ... 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 38

(13)

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ... 42

3.6. Metode Pengukuran ... 43

3.7. Metode Analisis Data... 45

3.7.1. Uji Asumsi Klasik ... 46

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 51

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………... 51

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 53

4.3. Motivasi Berprestasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara... 55

4.4. Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara... 66

4.5. Hasil Analisis Statistik... 68

BAB 5 PEMBAHASAN... 71

5.1. Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara .... 71

5.2. Pengaruh Motivasi Berprestasi Prestasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara... 72

5.3. Pengaruh Motivasi Berprestasi Promosi Terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara... 73

5.4. Pengaruh Motivasi Berprestasi Tantangan Terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. ... 75

5.5. Pengaruh Motivasi Berprestasi Imbalan Terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara... 77

5.6. Pengaruh Motivasi Berprestasi Pengakuan Terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara... 78

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... ..80

6.1. Kesimpulan... 80

6.2. Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA... 83

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Jumlah Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008... 37

3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Motivasi Berprestasi... 40

3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Kinerja... 41

3.4. Hasil Hasil Uji Multicollinearity Antar Variabel Dependen... 47

3.5 Hasil Uji Durbin-Watson... 49

3.6 Hasil Tabel Uji Multikolinearitas dan Heteroskedasitas... 50

4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008... 55

4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Motivasi Berprestasi Prestasi Kerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008... 56

4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi Berprestasi Prestasi Kerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 ... 58

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Motivasi Berprestasi Promosi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008... 59

4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi Berprestasi Promosi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 ... 60

(15)

4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi Berprestasi Tantangan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 ... 62

4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Motivasi Berprestasi Imbalan di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 ... 63

4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi Berprestasi Imbalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 ... 64

4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Motivasi Berprestasi Pengakuan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 ... 65

4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi Berprestasi Pengakuan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008... 66

4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 ... 67

4.13. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 ... 68

4.14. Hasil Analisis Koefisien Korelasi (R) dan Analisis determinasi (R2)... 69

4.15. Hasil Uji Regresi Linier Berganda antara Variabel Independen (prestasi kerja, promosi, tantangan, imbalan dan pengakuan) terhadap Tingkat.Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Variabel Yang Mempengaruhi Perilaku Dan Prestasi

Menurut Gibson...

21

2. Kerangka Konsep Penelitian ... 35

3. Durbin Watson d Test... 49

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

(Kriteria Motivasi Berprestasi )... 87

2. Kuisioner Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

(Kriteria Kinerja)... 91

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas………. 92

4. Raw Data Jawaban Responden……… 99

5. Output SPSS Distribuís Frekuensi Motivasi Berprestasi

dan kinerja ………... 102

(18)

ABSTRAK

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan satu-satunya rumah sakit jiwa pemerintah yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Untuk memenuhi standar pelayanan yang baik RS Jiwa telah terakreditasi dengan kategori Baik untuk 5 pelayanan. Dari hasil laporan kinerja rumah sakit didapati lamanya hari rawatan rata-rata (LOS) dari tahun 2002 sampai 2006 berkisar 84.6 hari, yang jauh melebihi standar Depkes yaitu 14 hari. Diperkirakan masalah ini tidak terlepas masih rendahnya kinerja perawat dalam asuhan keperawatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja perawat dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Jenis penelitian survei eksplanatori, dengan populasi seluruh perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, berjumlah 59 orang. Pada penelitian ini seluruh populasi menjadi sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner. Metode analisis dilakukan dengan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian berdasarkan uji regresi linear berganda menunjukkan, dari lima sub variabel motivasi berprestasi ada empat variabel yang berpengaruh terhadap kinerja perawat yaitu promosi, tantangan, imbalan dan pengakuan, sedangkan variabel prestasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat.

Diharapkan dengan memahami variabel motivasi berprestasi, dapat membantu pihak manajemen Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menentukan dan mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan untuk meningkatkan motivasi berprestasi perawat, yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawat dalam upaya peningkatan pelayanan di RS Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

(19)

ABSTRACT

The Mental Hospital of Province of Sumatera Utara is the only government mental hospital which is located in Sumatera Utara Province. To fulfill the standard of good servicing, the mental hospital has accreditation with good category for 5 servicing. From the result of the hospital performance it was found that the average of length of stay (LOS) from 2002 to 2006 is about 84,6 days, which is extremely exceed with the Indonesian Ministry of Health standard, that is 14 days. It is predicted that this problem related to the performance of nurse.

The purpose of this study is to analysis the influence of achievement motivation on the ward nurses’ performance in nursing care in Mental Hospital of Province of Sumatera Utara. This research is an explanatory survey, the population of the study is all 59 nurses who implements the nursing care and worked in patient wards at Mental Hospital of Province of Sumatera Utara. All the population in the study was selected as sample. The data were collected through questionnaire-based interviews. The analysis method was used multiple regression test.

The result showed that from the five sub-variables of achievement motivation, there are four variables which have influence on the performance of the nurse. They are promotion, challenge, repayment and confession, whereas the variable of work achievement is not.

It is expected by understanding the achievement motivation variables can help the management of Mental Hospital of Province of Sumatera Utara to develop and to apply these activities forms to increase the achievement motivation of the nurses and finally will improve the nurse performance in the effort to increase the services in Mental Hospital of Province of Sumatera Utara.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting,

sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan kepadanya.

Perkembangan jumlah rumah sakit di Indonesia, yang diikuti pula dengan

perkembangan pola penyakit, perkembangan teknologi kedokteran dan kesehatan

serta perkembangan harapan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit sehingga

dibutuhkannya suatu sistem yang baik yang dapat mengatur dan mengelola segala

sumber rumah sakit dengan sebaik-baiknya (Aditama, 2003).

Dalam pengorganisasian suatu sistem, seperti rumah sakit tidak akan terlepas

dari sumber daya manusia (SDM) yang ada dalam organisasi rumah sakit tersebut.

Manajemen sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan bagian integral dari

keseluruhan manajemen rumah sakit (Soeroso, 2003). Dengan pemahaman bahwa

sumber daya manusia adalah merupakan modal dan kekayaan yang terpenting dari

seluruh kegiatan yang dilaksanakan di rumah sakit. Manusia sebagai unsur terpenting

mutlak dianalisis dan dikembangkan sehingga waktu, tenaga dan kemampuannya

benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan organisasi rumah

sakit maupun kepentingan individu (Fathoni, 2006).

Saat ini keberhasilan sebuah rumah sakit sangat ditentukan oleh pengetahuan,

(21)

tenaga-tenaga terampil di dalam berbagai bidang dalam sebuah rumah sakit sudah

merupakan tuntutan dunia global yang tidak bisa ditunda. Kehadiran teknologi dan

sumber daya lain hanyalah alat atau bahan pendukung, karena pada akhirnya

SDM-lah yang paling menentukan (Danim, 2004).

Rumah sakit merupakan industri jasa yang memiliki ciri bentuk produknya

tidak dapat disimpan dan diberikan dalam bentuk individual, serta pemasaran yang

menyatu dengan pemberi pelayanan, sehingga diperlukan sikap dan perilaku khusus

dalam menghadapi konsumen. Tenaga perawat yang merupakan “the caring

profession” mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas

pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan

pendekatan bio-psiko-sosial-spritual. Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan

yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan

tersendiri dibanding pelayanan lainnya (Djojodibroto, 1997).

Pelayanan keperawatan adalah bantuan yang diberikan kepada individu yang

sedang sakit untuk dapat memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk hidup dan

beradaptasi terhadap stress dengan menggunakan potensi yang tersedia pada individu

itu sendiri (Djojodibroto, 1997).

Pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien merupakan

bentuk pelayanan profesional, yang bertujuan untuk membantu pasien dalam

pemulihan dan peningkatan kemampuan dirinya, melalui tindakan pemenuhan

kebutuhan pasien secara komprehensif dan berkesinambungan sampai pasien mampu

(22)

seyogyanya diberikan oleh perawat yang memiliki kemampuan serta sikap dan

kepribadian yang sesuai dengan tuntutan profesi keperawatan dan untuk itu tenaga

keperawatan ini harus dipersiapkan dan ditingkatkan secara teratur, terencana, dan

kontinyu (Dramawan, 2008).

Pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit merupakan sistem

pengelolaan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien agar menjadi berdaya

guna dan berhasil guna. Sistem pengelolaan ini akan berhasil apabila seseorang

perawat yang memiliki tanggung jawab mengelola mempunyai pengetahuan tentang

manajemen keperawatan dan kemampuan memimpin orang lain di samping

pengetahuan dan keterampilan klinis yang harus dikuasainya pula (Nurachmah, 2001)

Asuhan keperawatan yang bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan

kepada pasien, memenuhi standar dan kriteria profesi keperawatan, sesuai dengan

standar biaya dan kualitas yang diharapkan rumah sakit, serta mampu mencapai

tingkat kepuasan dan memenuhi harapan pasien. Asuhan keperawatan yang bermutu

dan dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan keperawatan dipersepsikan sebagai suatu

kehormatan yang dimiliki oleh perawat dalam memperlihatkan haknya untuk

memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan etika

profesi keperawatan yang berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian,

perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan keperawatan yang telah

diberikan (Nurachmah, 2001).

Mengingat begitu pentingnya pelayanan keperawatan di rumah sakit, sehingga

(23)

melaksanakan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan. Motivasi dan

kemampuan untuk menghasilkan memang merupakan syarat pokok yang istimewa

bagi manusia yang langsung berpengaruh terhadap tingkat dan mutu kinerja (Zainun,

1989).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dramawan (2004) menunjukkan bahwa

faktor motivasi kebutuhan akan prestasi dan kebutuhan akan kekuasaan mempunyai

hubungan yang signifikan terhadap upaya peningkatan kinerja perawat di RSUD

Kabupaten Bima, Jawa Timur.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sochib (2005) tentang pengaruh

Motivation of Achievement dan Customer Value Mindset menunjukkan adanya

pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan standar asuhan keperawatan dan tentu

berpengaruh terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah, Lamongan.

Hasil penelitian yang dilakukan Naswati (2001) tentang hubungan perilaku

pemimpin, komitmen organisasi dan motivasi perawat dengan kinerja perawat di

ruang rawat inap RSUD Kendari Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara perilaku pemimpin, komitmen organisasi dan

motivasi perawat dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kendari

Sulawesi Tenggara.

Hasil penelitian Pitoyo (2000) menunjukkkan penampilan perawat, kemampuan

perawat, motivasi perawat dan gaya kepemimpinan berhubungan dengan kinerja

perawat dalam melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas,

(24)

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa motivasi

sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil kerja atau sering disebut dengan

kinerja.

Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang

diberikan pada pasien. Pada dasarnya yang dijadikan acuan dalam menilai kualitas

pelayanan keperawatan adalah dengan menggunakan standar praktik keperawatan.

Standar praktik ini menjadi pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan

keperawatan (Kuntjoro, 2005).

Demikian halnya dengan pelayanan di rumah sakit jiwa, hal ini juga menjadi

satu pemikiran yang serius, karena masalah kesehatan jiwa telah menjadi perhatian

dunia terutama masalah kesehatan jiwa merupakan penyebab terbesar hilangnya

sejumlah tahun kualitas kehidupan manusia. Ratusan jiwa wanita, pria dan anak-anak

menderita gangguan jiwa, sementara sejumlah besar lainnya mengalami stress karena

korban tindak kekerasan, kemiskinan dan eksploitasi, penyalahgunaan zat dan

masalah perilaku lain mempengaruhi kehidupan remaja, dewasa muda dan lansia

(Asep, 2007).

Pada pasien dengan gangguan jiwa, perawat memegang peranan yang sangat

penting, proses keperawatan pada pasien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan

tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat

langsung seperti pada masalah kesehatan fisik dan memperlihatkan gejala yang

(25)

kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan

hal yang berbeda dan kontradiksi (Keliat dkk, 1999).

Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien merupakan dasar utama

dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa. Karena peran

perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu pasien untuk dapat

menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Keliat dkk, 1999)

Pelayanan keperawatan di rumah sakit jiwa seharusnya diberikan secara

profesional dalam bentuk pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada tingkat

individu dan keluarga (Rasmun, 2001). Untuk dapat memberikan keperawatan

kesehatan jiwa yang holistik/komprehensif dan berkesinambungan sangat diperlukan

perawat dengan pengetahuan dan ketrampilan khusus tentang keperawatan kesehatan

jiwa sehingga memungkinkan mereka untuk dapat bekerja pada tiap tatanan

pelayanan kesehatan (Keliat, 1995).

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan satu-satunya

Rumah Sakit Jiwa pemerintah yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang berada di

kota Medan. Selain melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa, Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara juga menyelenggarakan upaya pendidikan.

Dengan kemampuan pelayanan yang dimilikinya, saat ini Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara merupakan rumah sakit jiwa rujukan bagi rumah sakit jiwa

lain yang berada di Sumatera Utara dan di Pulau Sumatera (Renstra RS Jiwa Provinsi

(26)

Dengan tugas dan tanggung jawab yang cukup besar, maka dari itu Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara terus menata diri dan meningkatkan mutu

pelayanan pada masyarakat, untuk mewujudkannya pada tahun 2000-2001 Rumah

Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara telah terakreditasi dengan kategori baik

untuk lima pelayanan, yaitu : (1) Pelayanan UGD, (2) Pelayanan Medik (jiwa), (3)

Pelayanan Perawatan (4) Rekam Medis dan (5) Pelayanan Administrasi, dan

direncanakan akreditasi selanjutnya akan mencakup 10 pelayanan (lima pelayanan

yang sudah terakreditasi + (6) Laboratorium, (7) Radiologi, (8) Pengendalian Infeksi

Nosokomial, (9) Farmasi, (10) Kesehatan Keselamatan Kerja/K3. Kenyataan ini

menjadikan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menjadi alat yang

strategis bagi pemerintah dalam menangani masalah kesehatan jiwa di Sumatera

Utara khususnya dan di Pulau Sumatera pada umumnya.

Dari survei pendahuluan yang penulis lakukan ke Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara penulis memperoleh data tentang jumlah paramedis yang

bertugas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara dan data hasil kinerja

rumah sakit. Dari data kepegawaian tersebut dapat kita ketahui bahwa jumlah

perawat dengan latar belakang pendidikan perawat khusus jiwa (SPKSJ = Sekolah

Pendidikan Kesehatan Spesialis Jiwa) yang bertugas di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara hanya 15 orang, kalau dibandingkan dari seluruh jumlah

paramedis maka hanya 1/7 perawat adalah perawat khusus jiwa, lulusan DIII Akper

(27)

perawat jiwa yang 15 orang ini tentu tidak sebanding dengan jumlah rata-rata pasien

rawat inap setiap hari yang berjumlah lebih kurang 450 orang.

Untuk data hasil kinerja rumah sakit dapat kita lihat semakin panjangnya lama

hari rawatan setiap tahunnya, dari tahun 2002 sampai 2006 rata-rata lama hari

rawatan berkisar 84.6 hari, hal ini tidak bersesuaian dengan standar Depkes tentang

lamanya hari rawatan pada pasien gangguan jiwa berkisar 14 hari.

Terdapat beberapa hal yang menentukan kesembuhan pasien gangguan jiwa,

salah satunya adalah obat-obatan anti psikotik, dengan keteraturan makan obat sesuai

dengan dosis berpengaruh kepada kemajuan pengobatan kejiwaannya. Peranan

perawat sangat penting dalam melaksanakan asuhan keperawatan salah satunya

adalah memastikan pasien makan obat sesuai dengan dosis dan cara makannya.

Ketidak teraturan makan obat dianggap menjadi salah satu faktor rendahnya

tingkat kesembuhan yang berakibat kepada bertambah panjangnya hari rawatan.

Lamanya hari rawatan diasumsikan karena masih rendahnya motivasi perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan yang berpengaruh terhadap tingkat kesembuhan

pasien dan mengakibatkan bertambah panjangnya hari rawatan pasien gangguan

jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan

penelitian : Apakah Motivasi Berprestasi yang terdiri atas : prestasi kerja, promosi,

(28)

jawab, disiplin, dokumentasi) dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh motivasi berprestasi yang terdiri atas : prestasi

kerja, promosi, pengakuan, tantangan, imbalan terhadap kinerja perawat (tanggung

jawab, disiplin, dokumentasi) dalam asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah : Terdapat pengaruh motivasi berprestasi yang

terdiri atas : prestasi kerja, promosi, tantangan, imbalan dan pengakuan terhadap

kinerja perawat (tanggung jawab, disiplin, dokumentasi) dalam asuhan keperawatan

pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1.5.1. Bagi Rumah Sakit

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam meningkatkan

implementasi motivasi berprestasi dalam mendukung dan meningkatkan

kinerja perawat terutama pada asuhan keperawatan terhadap pasien di

(29)

2. Menjadi dasar pertimbangan bagi rumah sakit dalam rekrutmen perawat

profesional rumah sakit jiwa.

3. Menjadi masukan bagi pimpinan tentang pentingnya motivasi bagi

perawat dalam melaksanakan tugas, sehingga pimpinan mampu

menemukan cara yang terbaik untuk menumbuhkan motivasi kerja di

lingkungan rumah sakit.

1.5.2. Petugas Kesehatan

Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan, pemahaman

serta wawasan tentang motivasi berprestasi dalam meningkatkan kinerja

perawat.

1.5.3. Bagi Akademisi

Sebagai bahan perbandingan atau referensi pada studi atau penelitian di

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Motivasi Berprestasi

Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin yaitu : movere yang berarti

menggerakkan (to move). Berdasarkan pendapat Mitchell (1981) yang dikutip oleh

Winardi (2001) bahwa motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang

menyebabkan timbulnya pengarahan dan persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang

ditujukan ke arah pencapaian tujuan. Motivasi dapat diartikan sebagai faktor

pendorong yang berasal dalam diri manusia, yang akan mempengaruhi cara bertindak

seseorang. Dengan demikian, motivasi kerja akan berpengaruh terhadap performansi

pekerja (Hasibuan, 2005).

Rumusan lain motivasi sesuai dengan pendapat Robbins (2002) tentang motivasi

karyawan adalah kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi, untuk mencapai

tujuan-tujuan keorganisasian, yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian, untuk

memenuhi kebutuhan individual tertentu.

Defenisi lain dari motivasi pendapat dari Gray et al. (1984) bahwa motivasi

merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seseorang

individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal

(31)

Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya

substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan

organisasi di tempat dia bekerja, seseorang yang tidak termotivasi hanya memberikan

upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi merupakan sebuah konsep

penting tentang studi tentang kinerja kerja individual. Motivasi merupakan sebuah

determinan penting bagi kinerja individual. Jelas kiranya bahwa ia bukan

satu-satunya determinan, karena masih ada variabel-variabel lain yang turut

mempengaruhinya seperti : upaya (kerja) yang dikerahkan, kemampuan orang yang

bersangkutan dan pengalaman kerja sebelumnya (Winardi, 2001).

Menurut Danim (2004) motivasi (motivation) diartikan sebagai kekuatan,

dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologi yang mendorong

seseorang atau kelompok orang utuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa

yang dikehendakinya. Dalam arti kognitif, motivasi dapat diasumsikan sebagai

aktivitas individu untuk menentukan kerangka dasar tujuanan penentuan perilaku

untuk mencapai tujuan itu. Dalam arti afeksi, motivasi bermakna sikap dan nilai

dasar yang dianut oleh seorang atau sekelompok orang untuk bertindak atau tidak

bertindak.

Kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologi

yang dimaksudkan di atas merupakan akumulasi faktor-faktor internal dan eksternal

(internal and external factors). Faktor internal (internal factors) bersumber dari alam

diri individu itu sendiri, sedangkan faktor eksternal (external factors) bersumber dari

(32)

intenal individu, seperti kepribadian, inteligensi, ciri-ciri fisik, kebiasaan, kesadaran,

minat, bakat, dan kemauan, spirit, antusiasme dan sebagainya. Faktor eksternal

bersumber dari lingkungan, apakah itu lingkungan fisik, sosial, tekanan, dan regulasi

keorganisasian. Faktor internal dan eksternal itu berinteraksi dan diaktualisasikan

oleh individu dalam bentuk kapasitas untuk kerja (working performance) atau

kapasitas produksi, baik yang dapat dikuantifikasi secara hampir pasti maupun yang

bersifat variabilitas (Danim, 2004)

Secara sederhana dapat diformulasikan bahwa motivasi (M) merupakan fungsi (f)

produktivitas (P) atau M= (f.P). Untuk menjadi manusia yang produktif seorang

karyawan harus mampu membangkitkan motifasi berprestasi yang ada pada dirinya

(Danim, 2004)

David C McClelland bersama kolega dari Harvard University di Amerika Serikat

melakukan penelitian mengenai dorongan berprestasi karyawan selama 20 tahun.

McClelland menekankan pentingnya kebutuhan akan prestasi, karena kebutuhan akan

prestasi merupakan cadangan energi potensial yang sangat besar dan orang yang

berhasil dalam bisnis dan industri adalah orang yang berhasil menyelesaikan sesuatu.

David C McClelland mengelompokkan tiga kebutuhan manusia yang dapat

memotivasi gairah bekerja, yaitu : kebutuhan akan prestasi (need for achievement),

kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (need for

power) (Danim, 2004).

(33)

2.1.1. Kebutuhan akan Prestasi ( Need for Achievement )

Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi

semangat kerja seseorang, karena need for achievement akan mendorong

seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua

kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang

optimal (Hasibuan, 2005).

Need for achievement menunjukkan keinginan individu untuk secara

signifikan berprestasi, menguasai skil, pengendalian atau standar tinggi.

Seseorang yang menyadari bahwa hanya dengan mencapai prestasi kerja yang

tinggi akan memperoleh pendapatan yang besar. Dengan pendapatan yang besar

akhirnya ia akan dapat memiliki serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya

(Hasibuan, 2005).

Need for achievemant berhubungan dengan pemilihan pekerjaan, bagi orang

yang mempunyai need for achievemant rendah mungkin akan memilih tugas yang

mudah, untuk meminimalisasi risiko kegagalan, atau tugas dengan kesulitan tinggi,

sehingga bila gagal tidak akan memalukan, tapi sebaliknya bagi yang memiliki need

for achievemant tinggi cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan moderat,

mereka akan merasa tertantang tetapi masih dapat dicapai dan memiliki karakteristik

dengan kecenderungan untuk mencari tantangan dan tingkat kemandirian tinggi

(Hasibuan, 2005).

Orang-orang yang berprestasi tinggi (achievers) menghindari situasi dengan

(34)

yang sungguh-sungguh. Dalam proyek dengan risiko tinggi, achievers melihat

hasilnya sebagai suatu kesempatan yang melampaui kemampuan seseorang sehingga

cenderung bekerja pada situasi dengan tingkat kesuksesan yang moderat, idealnya

peluang 50%. Achievers membutuhkan umpan balik yang berkesinambungan untuk

memonitor kemajuan dari pencapaiannya. Mereka lebih suka bekerja sendiri atau

dengan orang lain dengan tipe achievers tinggi.

Sumber need for achievement meliputi (Uno, 2007) :

1. Orang tua yang mendorong kemandirian dimasa kanak-kanak

2. Menghargai dan memberi hadiah atas kesuksesan

3. Asosiasi prestasi dengan perasaan positif

4. Asosiasi prestasi dengan orang-orang yang memiliki kompetensi dan usaha

...sendiri bukan karena keberuntungan.

5. Suatu keinginan untuk menjadi efektif atau tertantang

6. Kekuatan pribadi

2.1.2. Kebutuhan akan Afiliasi (Need for Affiliation)

Mereka yang memiliki kebutuhan affiliasi (need for affiliation) tinggi

membutuhkan hubungan kemanusiaan dengan orang lain dan membutuhkan rasa

diterima dari orang lain. Mereka cenderung memperkuat norma-norma dalam

kelompok kerja mereka. Orang dengan need for affiliation tinggi cenderung bekerja

pada tempat yang memungkinkan interaksi personal. Mereka bekerja dengan baik

(35)

Kebutuhan akan Afiliasi menjadi daya penggerak yang akan memotivasi

semangat bekerja seseorang (Hasibuan, 2005). Karena itu need for affiliation ini

yang akan merangsang gairah kerja seseorang karyawan, sebab setiap orang

menginginkan :

a. Kebutuhan akan perasaan diterima orang lain di lingkungan dia hidup dan

bekerja (sense of bilonging)

b. Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya

penting (sense of importance)

c. Perasaan akan kebutuhan akan maju dan tidak gagal (sense of achievement)

d. Kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation)

Seseorang karena kebutuhan need for affiliation akan memotivasi dan

mengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan

tugas-tugasnya.

2.1.3. Kebutuhan akan Kekuatan (Need for Power)

Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi

semangat kerja seorang karyawan serta mengarahkan semua kemampuan demi

mencapai kekuasaan atau kedudukan terbaik dalam organisasi.

Ego manusia yang lebih berkuasa dari manusia yang lainnya sehingga

menimbulkan persaingan. Persaingan ini oleh manajer ditumbuhkan secara sehat

dalam memotivasi bawahannya, supaya mereka mereka termotivasi untuk bekerja

giat. Manajer harus mampu menciptakan suasana persaingan yang sehat dan

(36)

bawahannya untuk mencapai need for affiliation, need for affiliation dan need for

power yang diinginkannya.

Kebutuhan berprestasi merupakan suatu motif yang secara kontras dapat

dibedakan dengan kebutuhan yang lainnya (Danim, 2004). Kebutuhan prestasi

merupakan keinginan atau kehendak untuk menyelesaikan suatu tugas secara

sempurna, atau sukses didalam situasi persaingan (Hasibuan, 2005). Teori-teori

prestasi menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan

kebutuhan seseorang akan prestasi (Winardi, 2001). Sekalipun semua orang

mempunyai kebutuhan dan motif ini namun kekuatan pengaruh kebutuhan itu tidak

sama bagi semua orang, bahkan untuk satu orang yang sama tidak sama kuatnya pada

setiap saat atau pada saat yang berbeda.

Menurut Mc Clelland, kebanyakan orang memiliki dan menunjukkan satu

kombinasi karakteristik dari ketiga kebutuhan tersebut. Sebagian orang cenderung

menunjukkan dominasi dari salah satu kebutuhan, sementara sebagian yang lain

menunjukkan campuran ketiga kebutuhan secara imbang, namun demikian

McClelland dan Atkinson sudah menggunakan teori mereka ini untuk meningkatkan

kinerja suatu pekerjaan dengan jalan menyesuaikan kondisi sedemikian rupa sehingga

dapat menggerakkan orang kearah pencapaian hasil yang diinginkannya (Zainun,

1989).

Karakteristik dari mereka yang tinggi motivasi berprestasinya ini adalah

(37)

mendapatkan umpan balik yang segera dan ingin selalu merasa telah melakukan

sesuatu yang bermakna secara tuntas (Uno, 2007)

Seseorang yang dianggap mempunyai motivasi berprestasi, jika dia ingin

mengungguli yang lain. Ada 6 karakteristik orang yang berprestasi tinggi, yaitu :

1. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi

2. Berani mengambil dan memikul tanggung jawab

3. Memiliki tujuan yang realistik

4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi

tujuan

5. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang

dilakukan

6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan

2.2. Kinerja

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan

selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai

kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah

ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005).

Menurut Ilyas (1998) kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik

kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi dan merupakan penampilan

(38)

Menurut pendapat Otley (1999), kinerja mengacu pada sesuatu yang terkait

dengan kegiatan melakukan pekerjaan, dalam hal ini meliputi hasil yang dicapai kerja

tersebut (Mahmudi, 2005).

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah kesediaan

seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang sesuai

dengan tanggung jawabnya, dengan hasil seperti yang diharapkan sehingga

merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau

pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu.

Campbell (1990) menyatakan bahwa hubungan fungsional antara kinerja dengan

atribut kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor knowledge, skill dan

motivation. Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut : f (knowledge, skill dan

motivation) (Mahmudi, 2005).

Knowledge mengacu pada pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai (knowing

what to do), skill mengacu pada kemampuan untuk melakukan pekerjaan (the ability

to do well), motivasi adalah dorongan dan semangat untuk melakukan pekerjaan.

Hilangnya salah satu faktor tersebut akan mempengaruhi kinerja. Pengukuran

motivasi dalam pengukuran kinerja sangat penting karena motivasi berperan untuk

mengubah perilaku pekerja (Mahmudi, 2005).

Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kinerja

individu. Ada tiga kriteria dalam melakukan penilaian kinerja individu, yakni : (a)

tugas individu; (b) perilaku individu; dan (c) ciri individu (Robin, 2002). Penentuan

(39)

kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya

perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel (Ilyas, 1998)

Dalam organisasi pelayanan kesehatan, sangatlah penting untuk memiliki

instrument penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga kerja profesional. Proses

evaluasi kinerja bagi profesional menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen

untuk meningkatkan kinerja.

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi (determinan) kinerja personel,

dilakukanlah pengkajian terhadap variabel apa saja yang berpengaruh terhadap

kinerja. Gibson (1997) menyampaikan model teori kinerja dan melakukan analisis

terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Secara

teoritis ada 3 kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja,

yaitu:

1. Variabel individu (kemampuan dan keterampilan, latar belakang, demografis)

2. Variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, disain

pekerjaan)

(40)

PERILAKU INDIVIDU (Apa yang dikerjakan )

Kinerja

(Hasil yang diharapkan)

VARIABEL ORGANISASI

• Sumber daya

• Kepemimpinan

• Imbalan

• Struktur

• Disain pekerjaan

PSIKOLOGIS

• Kemampuan dan keterampilan - Mental - Fisik

• Latar belakang - Keluarga

- Jenis kelamin Sumber : Gibson (1997)

Gambar 1 : Variabel Yang Mempengaruhi Perilaku dan Prestasi menurut Gibson

Menurut model partner-lawyer, kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi

oleh faktor-faktor : (a) harapan mengenai imbalan; (b) dorongan; (c) kemampuan;

kebutuhan dan sifat (d) persepsi terhadap tugas; (e) imbalan eksternal dan internal;

(f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja

Dengan demikian kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu : (1)

kemampuan, (2) keinginan (3) lingkungan. Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja

yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan

serta mengetahui pekerjaannya.

2.2.1. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu

(41)

penilaian kinerja. Pada hakekatnya penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi

terhadap penampilan kerja personel dengan membandingkan dengan standar baku

penampilan. Kegiatan penilaian kinerja ini membantu pengambilan keputusan bagian

personalia dan memberikan umpan balik kepada para personel tentang pelaksanaan

kerja mereka (Ilyas, 1999).

Evaluasi kinerja (performance evaluation) yang dikenal juga dengan istilah

penilaian kinerja (performance appraisal), performance rating, performance

assessment, employee evaluation, merit rating, service rating, pada dasarnya

merupakan proses yang digunakan perusahaan atau unit organisasi tertentu untuk

mengevaluasi job performance. Jika dikerjakan dengan benar, hal ini akan

memberikan manfaat yang penting bagi karyawan, supervisor, departemen, SDM

maupun perusahaan (Rivai dan Basri, 2005).

Pada sistem penilaian kinerja tradisional, kinerja hanya dikaitkan hanya

dengan faktor personal, namun dalam kenyataanya, kinerja sering disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor personal, seperti sistem, situasi, kepemimpinan, atau

tim, karena yang dilakukan individu merupakan refleksi perilaku anggota grup dan

pimpinan (Mahmudi, 2005).

Secara umum, penilaian kinerja bertujuan untuk :

1. Kriteria studi validasi

2. Menentukan kebutuhan-kebutuhan pelatihan organisasi

3. Menekankan kembali struktur kekuasaan

(42)

Yang menjadi tolak ukur penilaian kinerja adalah :

1. Hasil kerja perorangan. Jika mengutamakan hasil akhir, lebih dari sekedar

alat, maka pihak manajemen harus mengevaluasi hasil kerja dari seseorang

pekerja.

2. Perilaku. Hal ini mengacu kepada hasil langsung dari kegiatan seorang

pekerja yang dapat dimati dan diukur.

3. Sifat. Sifat-sifat seperti : sikap yang baik, memperlihatkan percaya diri, atau

mampu bekerja sama, dapat dijadikan penilaian kinerja meskipun kriteria

yang paling lemah dalam penilaian kinerja (Robin, 2002).

Metode penilaian yang digunakan dalam penilaian kinerja tidak ada

kesepakatan para ahli, tetapi untuk pegawai negeri ataupun pegawai pada lembaga

pemerintah mempunyai metode penilaian kinerja yang sudah baku dan berlaku secara

general di Indonesia yang dikenal dengan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan

(DP3). DP3 adalah suatu daftar yang memuat hasil penilaian pelaksanaan hasil

pekerjaan calon/pegawai yang dilaksanakan sebagai usaha untuk menjamin

objektivitas dalam pembinaan pegawai atau personel berdasarkan sistem karir dan

prestasi kerja.

Unsur-unsur penilaian kinerja yang terdapat dalam DP3 adalah :

1. Kesetiaan

2. Prestasi kerja

3. Tanggung jawab

(43)

5. Kejujuran

6. Kerjasama

7. Prakarsa

8. Kepemimpinan (Ilyas, 1999).

2.3. Asuhan Keperawatan

Menurut hasil Lokakarya Keperawatan (1986) pelayanan keperawatan adalah

suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan dalam bentuk pelayanan biologis,

psikologis, sosiologis spiritual yang komprehensif/holistik yang ditujukan kepada

individu (Soeroso, 2002)

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan

hubungan kerjasama antara perawat dan pasien, keluarga dan atau masyarakat untuk

mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Keliat et al., 1999). Proses keperawatan

bertujuan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah

pasien sehingga mutu pelayanan keperawatan optimal.

Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik dan saling tergantung,

luwes dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan pasien berubah.

Tahap demi tahap merupakan siklus dan adanya saling ketergantungan.

Berdasarkan pendapat Ismani (2001), sebagai profesional, seorang perawat harus

mampu menerima responsibilitas dan akuntabilitas atas asuhan keperawatan yang

(44)

Responsibilitas adalah tanggung jawab, misalnya pada saat memberikan obat

atau tindakan keperawatan, perawat bertanggung jawab terhadap kebutuhan pasien,

memberikan secara aman dan benar serta mengevaluasi respon pasien terhadap setiap

pemberian obat atau tindakan tersebut.

Akuntabilitas atau tanggung gugat berarti perawat dapat digugat terhadap

segala hal yang dilakukannya kepada pasien. Perawat bertanggung gugat kepada

pasien, dokter sebagai mitra kerjanya, dan masyarakat. Agar dapat bertanggung

gugat, seorang perawat harus senantiasa bertindak sesuai standar profesi dan etika

profesinya. Akuntabilitas memerlukan evaluasi kinerja berdasarkan mutu yang telah

ditetapkan. Oleh karena itu, masih perlu didefinisikan terlebih dahulu kriteria mutu

keperawatan kepada setiap tindakan dalam asuhan keperawatan

Sebagaimana profesi keperawatan lainnya, praktek keperawatan juga memiliki

karakteristik. Karakteristik keperawatan itu adalah :

1. Otonomi profesi

2. Tanggung gugat

3. Kemandirian dalam pengambilan keputusan

4. Kolaborasi

5. Advokasi

6. Fasilitasi

(45)

2.3.1. Asuhan Keperawatan Jiwa

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkontribusi pada fungsi yang

terintegrasi (Stuart, 1995). Pasien atau sistem pasien dapat berupa individu, keluarga,

kelompok, organisasi atau komunitas.

Berdasarkan American Nurses Association (ANA), keperawatan kesehatan

mental dan psikiatrik adalah : suatu bidang spesialisasi praktek keperawatan yang

menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri

secara terapeutik sebagai kiatnya. Praktek kontemporer keperawatan jiwa terjadi di

dalam konteks sosial dan lingkungan. Peran keperawatan psikiatri professional telah

berkembang dan sampai sekarang telah mencakup parameter kompetensi klinik,

advokasi pasien, tanggung jawab fiskal, kolaborasi professional, akuntabilitas, sosial

dan tanggung jawab etik dan legal.

Keperawatan jiwa sebagai bagian dari kesehatan jiwa merupakan suatu bidang

spesialisasi praktek keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai

ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara tepeutik sebagai kiatnya (Buku Pedoman

Asuhan Keperawatan Jiwa, 2000)

Pusat Kesehatan Mental (PKM) secara resmi mengakui keperawatan

kesehatan mental dan psikiatri sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan

mental. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik,

teori-teori kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja

(46)

Keperawatan jiwa sebagai mata rantai asuhan keperawatan yang holistik

membuat perubahan mendasar pada rumusan diagnosa keperawatan jiwa.

Sebelumnya kita mengenal rumusan diagnosa problem related to etiology, namun

sejak Konas III tahun 1998 di Semarang disepakati rumusan diagnosa keperawatan

jiwa adalah menyebutkan problem tanpa perlu dituliskan etiologi. Tentu saja hal ini

memberi dampak pada rencana asuhan keperawatan jiwa (Keliat, 1999)

Empat faktor utama yang membantu untuk menentukan tingkat, fungsi dan

jenis aktivitas yang melibatkan perawat jiwa, yaitu :

1. Legislasi praktek perawat

2. Kualifikasi perawat, termasuk pendidikan, pengalaman kerja, dan status

sertifikasi

3. Tatanan praktek perawat

4. Tingkat kompetensi personal dan inisiatif perawat.

Tatanan tradisional dari perawat jiwa mencakup fasilitas psikiatrik, pusat

kesehatan mental masyarakat, unit psikiatri di rumah sakit umum, fasilitas-fasilitas

tempat tinggal, dan praktek pribadi.

Praktek keperawatan pada dasarnya adalah memberikan asuhan keperawatan

demikian juga halnya asuhan keperawatan jiwa. Spektrumnya luas mulai dari

melaksanakan pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosis keperawatan,

menyusun perencanaan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan

(47)

terhadap hasil tindakan keperawatan dan akhirnya mendokumentasikan. Hal itu

dikenal sebagai standar praktek profesional keperawatan (Soeroso, 2002).

Standar Praktek Profesional Keperawatan (Depkes RI : Buku Pedoman Asuhan

Keperawatan Jiwa, 2000)

1. Pengkajian keperawatan.

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas : pengumpulan data dan perumusan

kebutuhan atau masalah pasien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,

psikologis, sosial dan spritual.

2. Merumuskan diagnosis keperawatan.

Menurut Stuart dan Sundee (1998) Diagnosa keperawatan merupakan suatu

pernyataan masalah keperawatan pasien yang mencakup baik respon sehat adaptif

atau maladaptif serta stressor yang menunjang. Dalam hal perumusan diagnosa

akan berhubungan dengan permasalahan (P) dan etiologi ( E ) dan keduanya ada

hubungan sebab akibat secara ilmiah san juga ditambah dengan simptom (S)

sehingga dapat dirumuskan apa sebenarnya diagnosis keperawatan jiwanya.

3. Rencana Tindakan Keperawatan.

Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaiyu tujuan umum, tujuan

khusus dan rencana tindakan keperawatan. Rencana tindakan keperawatan

disusun berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Indonesia. Berdasarkan

(48)

konseling/psikoterapeutik, pendidikan kesehatan, perawatan mandiri (self care)

atau aktivitas hidup sehari-hari, tindakan kolaborasi (somatik dan psikofarmaka).

4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah

direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan

masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi pasien saat ini. Selain itu perawat

juga harus menilai kondisi dirinya, apakah sudah mempunyai kemampuan

interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan

dilaksanakan. Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien merupakan

dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

5. Evaluasi Tindakan Keperawatan.

Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan dan dilakukan terus menerus

untuk menilai efek dan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Stuart dan

Sundeen (1998) menyebutkan beberapa kondisi dan perilaku perawat yang

diperlukan pada saat melakukan evaluasi dalam proses keperawatan, yaitu:

kondisi perawat (supervisi, analisis diri, peer review, partisipasi pasien dan

keluarga), perilaku perawat (membandingkan respon pasien dan hasil yang

diharapkan, mereview proses keperawatan, memodifikasi proses keperawatan

sesuai yang dibutuhkan, berpartisipasi dalam peningkatan kualitas dari aktifitas

(49)

6. Mendokumentasikan.

Pencatatan proses keperawatan ini harus dilaksanakan secara lengkap, ditulis

dengan jelas, ringkas dengan istilah baku dan luas dilakukan selama pasien di

rawat inap, rawat jalan, dan kamar tindakan, dilakukan segera setelah melakukan

tindakan, catatan menggunakan formulir yang baku, disimpan sesuai peraturan

yang berlaku, dan setiap melakukan tindakan keperawatan mencantum

paraf/nama jelas dan tanggal, jam, dan dilasanakannya tindakan tersebut.

2.4. Uraian Tugas Perawat Pelaksana

Berikut ini adalah merupakan uraian tugas perawat pelaksana di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, yaitu :

1. Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar.

2. Mengadakan serah terima dengan tim/grup lain (grup petugas pengganti)

mengenai :

a. Kondisi pasien

b. Logistik keperawatan

c. Administrasi rumah sakit

d. Pelayanan penunjang

e. Kolaborasi program pengobatan

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh grup sebelumnya.

4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota grupnya.

(50)

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan

dokter.

7. Membantu melaksanakan rujukan.

8. Melakukan orientasi terhadap pasien/ keluarga baru, mengenai :

a. Tata tertib ruangan/RS

b. Perawat yang bertugas

9. Menyiapkan pasien pulang dan memberi penyuluhan kesehatan.

10.Memelihara kebersihan ruang rawat dengan :

a. Mengatur tugas cleaning service.

b. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta

didik dan pengunjung ruangan.

11. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.

12. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan

serta tenaga keperawatan

13. Menulis laporan tim mengenai kondisi pasien dan lingkungan

14. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga

15. Menjelaskan tata tertib rumah sakit, hak dan kewajiban pasien

2.5. Pasien Gangguan Jiwa

Gangguan Jiwa tidak terbatas pada psikotik atau yang kita kenal sebagai gila.

(51)

dan mengancam nyawa. Biasanya gangguan itu bermanifestasi sebagai gangguan

fisik (Buletin IDI Jakarta Barat, 2007)

Menurut The World Health Report 2001, mengatakan, 25 persen penduduk di

dunia pernah mengalami gangguan jiwa pada suatu masa dalam hidupnya, 40 persen

diantaranya didiagnosis secara tidak tepat (Buletin IDI Jakarta Barat, 2007).

Hasil penelitian Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia di Jawa

Barat (2002) menemukan 36 persen pasien yang berobat ke puskesmas mengalami

gangguan kesehatan jiwa. Hal ini bisa mewakili kondisi masyarakat secara umum.

Gangguan yang umum terjadi pada masyarakat adalah gangguan afektif atau

gangguan mood, yaitu kecemasan, depresi dan mania.

Orang yang tidak sehat jiwanya cenderung hidup dalam dunia yang

diciptakannya sendiri, mengalami kesulitan dalam komunikasi, asosial

atau antisosial, bahkan tidak mampu mengurus dirinya sendiri. Mereka

yang mengalami gangguan seperti ini perlu perawatan yang khusus.

Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan keseimbangan jiwa seseorang,

dimana ia dapat mengatur hidupnya dan menjalankan fungsinya dalam

masyarakat.

Tanda-tanda lain pasien gangguan jiwa berupa kondisi jiwa yang mudah

murung, putus asa, tidak mampu menyatakan isi hatinya pada orang lain. Bila

orang yang sehat mempunyai toleransi yang baik terhadap stres, artinya

tidak mudah mengalami goncangan jiwa atau panik dalam menghadapi

(52)

dan kegagalan yang dialami. Sedangkan yang kurang sehat jiwanya

cenderung mudah tersinggung karena membela keakuannya.

Untuk menegakkan diagnosa pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Sumatera Utara merujuk kepada Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJI III) yang terbit tahun 1993.

2.6. Rumah Sakit Jiwa

Rumah sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan

dan pelayanan administrasi. Rumah sakit jiwa merupakan jenis rumah sakit yang

hanya memberikan pelayanan tertentu saja yaitu pelayanan kesehatan jiwa

(Muninjaya, 2004)

Rumah Sakit Jiwa adalah tempat merawat orang sakit jiwa. Biasanya pasien

diberi obat penenang, dan diberi aktivitas sehari-hari seperti olahraga, membaca dan

rekreasi. Pada masa lalu pasien yang bertingkah laku bahaya sering diberi perawatan

dengan therapi kejang listrik atau lebih dikenal istilah Electro Convulsion Therapy

(ECT) .

2.7 Landasan Teori

Gibson (1997) menyampaikan model teori kinerja dan melakukan analisis

terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Secara

(53)

1. Variabel individu (kemampuan dan keterampilan, latar belakang, demografis).

Sub variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Sedangkan variabel demografis

mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu

2. Variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, disain

pekerjaan). Menurut Gibson (1997) variabel organisasi digolongkan berefek

tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu.

3. Variabel psikologis (persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi). Variabel

ini sangat dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja

sebelumnya dan variabel demografis.

Motivasi merupakan salah satu determinan yang penting dan menentukan

diantara determinan-determinan yang lain (variabel psikologis). Motivasi

berhubungan dengan (1) arah perilaku (2) kekuatan respon yaitu usaha setelah

karyawan memilih mengikuti tindakan tertentu, dan (3) kelangsungan prilaku atau

seberapa lama orang tersebut terus berprilaku menurut cara tertentu (Gibson, 1997).

Motivasi akan memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang mendorong dan

mengarahkan kegiatan seseorang, sehingga aspek motivasi akan mengarah pada

tujuan (goal-directedness aspect of motivation). Dengan adanya motivasi akan

terbentuk perilaku awal (perilaku bermula), dimana perilaku itu diberi tenaga,

disokong, diarahkan, dihentikan, dan reaksi subjektif yang ada dalam organisme

ketika semua itu berlangsung. Motivasi dianggap penting, karena motivasi akan

Gambar

Gambar 1 : Variabel Yang Mempengaruhi Perilaku dan Prestasi menurut Gibson
Gambar 2  :  Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1.  Jumlah Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa
Tabel 3.2.  Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Motivasi Berprestasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen keuangan yang diterbitkan atau komponen dari instrumen keuangan tersebut, yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui

Due to rich information of a full waveform of airborne LiDAR (light detection and ranging) data, the analysis of full waveform has been an active area in LiDAR application. It

[r]

SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015 PROGRAM STUDI : KOMPUTERISASI AKUNTANSI.

Dihasilkan sebuah rancangan dan cetak biru ( blue print ) sistem pengukuran kinerja (SPK) Jurusan Teknik Mesin yang dapat memberikan informasi kepada stakeholder dan pengambil

Pendekatan analisa teknikal belum tentu cocok bagi semua investor, pembaca disarankan untuk melakukan penilaian terhadap diri sendiri mengenai analisa investasi yang cocok dengan

[r]

· Pembuatan tabel distribusi frekuensi dapat dimulai dengan menyusun data mentah ke dalam urutan yang sistematis ( dari nilai terkecil ke nilai yang lebih besar atau