PERILAKU CARING PERAWAT DAN
KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP
TESIS
Oleh
RAHMAD GURUSINGA
117046008/ADMINISTRASI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERILAKU CARING PERAWAT DAN
KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Oleh
RAHMAD GURUSINGA
117046008/ADMINISTRASI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Telah Diuji
Pada Tanggal: 27 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr.Wiwik Sulistyaningsih,M.Si.,Psikolog
Anggota : 1. Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes
2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D
Judul Tesis :Perilaku Caring Perawat dan Kepuasan Pasien
Rawat Inap
Nama Mahasiswa : Rahmad Gurusinga
Nomor Induk Mahasiswa : 117046008
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Administrasi Keperawatan
ABSTRAK
Perilaku Caring perawat sangat penting dalam memenuhi kepuasan
pasien, hal ini menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan di sebuah rumah
sakit.Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji korelasi antara perilaku caring
perawat dengan kepuasan pasien rawat inap, untuk mendapatkan gambaran
tentang perilaku caring perawat, dan untuk mendapatkan gambaran tentang
kepuasan pasien rawat inap. Sampel penelitian adalah 136 orang pasien rawat inap
yang diambil dengan cara purposive sampling. Instrumen yang digunakan
kuisioner data demografi, perilaku caring perawat menggunakan caring behaviour
inventory(CBI), dan kepuasan pasien rawat inap menggunakan patient satisfaction
questionnaire (PSQ) . Uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi Spearman.
Berdasarkan analisa data, diperoleh nilai r=0.615 (p<0,05), hal ini menunjukkan
bahwa ada korelasi antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien rawat
inap. Hasil tambahan penelitian menunjukkan bahwa perilaku caring perawat
dapat digolongkan menjadi empat kategori yakni kategori baik (52,9%), cukup
(65,5%), sangat puas (13,2%), tidak puas (20,6%), dan tidak puas (0,7%).
Semakin baik perilaku caring perawat maka akan semakin tinggi pula tingkat
kepuasan pasien.
Thesis Title : Nurses’ Caring Behavior and Inpatients’
Satisfaction
Name : Rahmad Gurusinga
Std. ID Number : 117046008
Study Program : Master of Nursing
Field of Specialization : Nursing Administration
ABSTRACT
Nurses’ caring behavior is very important in fulfilling patients’ satisfaction
which can become one of the indicators for the quality of service in a hospital.
The objective of the research was to evaluate the correlation between nurses’
caring behavior and inpatients’ satisfaction, to obtain the picture about nurses’
caring behavior, and to obtain the picture about inpatients’ satisfaction. The
samples consisted of 136 inpatients, using purposive sampling technique. The
instruments used in the research were questionnaires for demographic data, caring
behavior inventory (CBI) was used for nurses’ caring behavior, and patient
satisfaction questionnaires (PSQ) were used for inpatients’ satisfaction. The
hypothesis was tested by using Spearman correlation test. Based on the data
analysis, it was found that the r value = 0.615 (p=0.05) which indicated that there
was the correlation between nurses’ caring behavior and inpatients’ satisfaction.
The result of the supplementary research showed that nurses’ caring behavior
could be classified to be four categories: good category (52.9%), moderate
Patients’ satisfaction could be classified as the category of satisfied (65.5%), very
satisfied (13.2%), dissatisfied (20.6%), and very dissatisfied (0.7%). The better
the nurses’ caring behavior, the higher the patients’ satisfaction.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tesis
dengan judul “Perilaku Caring Perawat dan Kepuasan Pasien Rawat Inap”.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) beserta jajarannya yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas untuk melanjutkan Studi ke jenjang
Magister Keperawatan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Setiawan, S.Kp.,
MNS., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan USU yang telah membuat dan menjalankan program pendidikan
magister keperawatan yang sangat baik sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan dengan tepat waktu, dan Bapak Achmad Fathi, S.Kep., Ns., MNS
selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan USU yang senantiasa menjalankan program pendidikan yang telah
dibuat serta memfasilitasi penulis selama menjalani pendidikan. Terima kasih
atas program pendidikan yang telah Bapak buat dan jalankan sehingga penulis
dapat memperoleh ilmu, wawasan, pengalaman serta dapat menyelesaikan
pendidikan tepat waktu.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Wiwik
Sulistyaningsih, M.Si.,Psikolog sebagai Pembimbing I, dan Bapak Mula Tarigan,
luangkan untuk membimbing saya dalam penulisan laporan tesis, sehingga dapat
selesai dengan baik. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Setiawan, S.Kp.,MNS.,Ph.D dan Ibu Roxsana Devi Tumanggor, S.Kep, Ns,
M.Nurs selaku Komisi Penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi
selesainya laporan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada RS Grand Medistra Lubuk
Pakam yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
Kepada Kepala Ruang dan seluruh staff perawat Ruang, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi anda dalam penelitian ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Pengelola STIKes Medistra
Lubuk Pakam dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan studi lanjut ke jenjang pascasarjana.
Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak, Ibu, dan
Keluarga penulis yang telah banyak memberikan dorongan dana dan moril dalam
penyelesaian tesis ini. Kepada Istri dan Anakku tercinta, penulis juga
mengucapkan terima kasih karena telah memberikan dukungan moral, dana, dan
selalu menyiapkan segala keperluan untuk mendukung penyelesaian laporan tesis
ini. Terima kasih karena senyum kalian telah mengobati kepenatan ayah.
Akhirnya tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Angkatan I 2011/2012 dan semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberi
Penulis menyadari laporan Tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini
dan harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat demi kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya profesi keperawatan.
Medan, 27 Agustus 2013 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Nama : Rahmad Gurusinga, S.Kep.Ns
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 11 Oktober 1985
Alamat : Jl.Jenderal Sudirman No.38 Lubuk Pakam
Kab. Deli Serdang
No. Hp : 081362104623
Riwayat Pendidikan :
Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus
SD SD Inpres 060422 Medan-Sumatera Utara 1998
SLTP SLTP Negeri 21 Medan-Sumatera Utara 2001
SMU SMU St.Petrus Medan-Sumatera Utara 2004
Diploma III Akper Deli Husada Medan-Sumatera Utara 2007
Ners STIKes Deli Husada Medan-Sumatera Utara 2010
Magister Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2013
Riwayat Pekerjaan:
Staf Dosen di Akper Deli Husada Medan-Sumatera Utara mulai 17 Juli
2007 s.d 18 Maret 2011.
Staf Dosen di STIKes Medistra Lubuk Pakam mulai 20 Maret 2011 s.d
sekarang.
Sekretaris Program Studi Ners STIKes Medistra Lubuk Pakam mulai 2011
Kegiatan akademik selama studi:
Workshop Analisis data dengan Kontents Analysis & WEFT-QDA di
Medan tanggal 31 Januari 2012 sebagai Peserta
Seminar Penelitian Kualitatif sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan
Disiplin Ilmu Kesehatan di Medan tanggal 31 Januari 2012 sebagai
Peserta
Optimalisasi Kolaborasi Perawat –Dokter dalam Upaya Peningkatan Mutu
Pelayanan Kesehatan di Medan tanggal 20 Juli 2012 sebagai Peserta
Oversea study visit “Nursing Administration in Hospital and Healthcare
System in Thailand” di Thailandtanggal 18 – 20 Februari 2013 sebagai
Peserta
Publikasi:
Gurusinga, R., Sulistyaningsih, W., Tarigan, M. (2013). Perilaku Caring Perawat
dan Kepuasan Pasien Rawat Inap. Jurnal Riset Keperawatan Indonesia, 1
(2).
Proceeding:
Gurusinga, R., Tarigan, M. (2013, 1-2 April). Nurses’ Caring Behavior:
Systematic review.Oral presentation at 2013 Medan International Nursing
Conference on The Application of Caring Sciences on Nursing Education
DAFTAR ISI
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 32
5.3. Kepuasan Pasien Rawat Inap ... 66
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
6.1. Kesimpulan ... 71
6.2. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue-print Alat Ukur Perilaku Caring Perawat ... 36
Tabel 3.2 Blue-print Alat Ukur Kepuasan Pasien ... 37
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Data Demografi ... 48
Tabel 4.2 Korelasi Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap ... 49
Tabel 4.3 Kategori Skor Mengakui Keberadaan Manusia ... 50
Tabel 4.4 Kategori Skor Menanggapi Dengan Rasa Hormat ... 51
Tabel 4.5 Kategori Skor Pengetahuan Dan Keterampilan Profesional ... 51
Tabel 4.6 Kategori Skor Menciptakan Hubungan yang Positif ... 52
Tabel 4.7 Kategori Skor Perhatian Terhadap yang Dialami Orang Lain ... 53
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Caring Perawat ... 53
Tabel 4.9 Kategori Skor Praktik Profesional ... 55
Tabel 4.10 Kategori Skor Hubungan Saling Percaya ... 55
Tabel 4.11 Kategori Skor Hubungan Pendidikan ... 56
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1
Skema 4.1 Skema 4.2
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 76
Lampiran 2. Izin Penggunaan Instrumen... 82
Lampiran 3. Izin Penelitian Surat Izin Dekan ... 85
Surat Ethical Clearance ... 86
Surat Izin Pengambilan Data dari Institusi ... 87
Judul Tesis :Perilaku Caring Perawat dan Kepuasan Pasien
Rawat Inap
Nama Mahasiswa : Rahmad Gurusinga
Nomor Induk Mahasiswa : 117046008
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Administrasi Keperawatan
ABSTRAK
Perilaku Caring perawat sangat penting dalam memenuhi kepuasan
pasien, hal ini menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan di sebuah rumah
sakit.Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji korelasi antara perilaku caring
perawat dengan kepuasan pasien rawat inap, untuk mendapatkan gambaran
tentang perilaku caring perawat, dan untuk mendapatkan gambaran tentang
kepuasan pasien rawat inap. Sampel penelitian adalah 136 orang pasien rawat inap
yang diambil dengan cara purposive sampling. Instrumen yang digunakan
kuisioner data demografi, perilaku caring perawat menggunakan caring behaviour
inventory(CBI), dan kepuasan pasien rawat inap menggunakan patient satisfaction
questionnaire (PSQ) . Uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi Spearman.
Berdasarkan analisa data, diperoleh nilai r=0.615 (p<0,05), hal ini menunjukkan
bahwa ada korelasi antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien rawat
inap. Hasil tambahan penelitian menunjukkan bahwa perilaku caring perawat
dapat digolongkan menjadi empat kategori yakni kategori baik (52,9%), cukup
(65,5%), sangat puas (13,2%), tidak puas (20,6%), dan tidak puas (0,7%).
Semakin baik perilaku caring perawat maka akan semakin tinggi pula tingkat
kepuasan pasien.
Thesis Title : Nurses’ Caring Behavior and Inpatients’
Satisfaction
Name : Rahmad Gurusinga
Std. ID Number : 117046008
Study Program : Master of Nursing
Field of Specialization : Nursing Administration
ABSTRACT
Nurses’ caring behavior is very important in fulfilling patients’ satisfaction
which can become one of the indicators for the quality of service in a hospital.
The objective of the research was to evaluate the correlation between nurses’
caring behavior and inpatients’ satisfaction, to obtain the picture about nurses’
caring behavior, and to obtain the picture about inpatients’ satisfaction. The
samples consisted of 136 inpatients, using purposive sampling technique. The
instruments used in the research were questionnaires for demographic data, caring
behavior inventory (CBI) was used for nurses’ caring behavior, and patient
satisfaction questionnaires (PSQ) were used for inpatients’ satisfaction. The
hypothesis was tested by using Spearman correlation test. Based on the data
analysis, it was found that the r value = 0.615 (p=0.05) which indicated that there
was the correlation between nurses’ caring behavior and inpatients’ satisfaction.
The result of the supplementary research showed that nurses’ caring behavior
could be classified to be four categories: good category (52.9%), moderate
Patients’ satisfaction could be classified as the category of satisfied (65.5%), very
satisfied (13.2%), dissatisfied (20.6%), and very dissatisfied (0.7%). The better
the nurses’ caring behavior, the higher the patients’ satisfaction.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah merupakan hak setiap pasien.
Hal ini memacu para penyelenggara pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit
untuk secara serius berupaya meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan.
Sekarang adalah zaman bahwa semboyan pasien atau konsumen adalah raja, ini
sudah benar-benar harus diwujudkan. Saat ini merupakan masa keunggulan
konsumen termasuk kesehatan harus berorientasi pada kepuasan pasien atau
konsumen. Aspek-aspek kepuasan pasien terdiri dari pelayanan medis, informasi,
makanan, fasilitas akomodasi, lingkungan, pelayanan keperawatan,dan jadwal
visit ke pasien (Gadalean, Chepte, & Constantin, 2011).
Era globalisasi yang sedang dan akan kita hadapi di bidang kesehatan
menimbulkan harapan akan peluang meningkatnya pelayanan kesehatan.
Terbukanya pasar bebas memberikan pengaruh yang penting dalam meningkatkan
kompetisi di sektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit memberikan
pengaruh dalam manajemen rumah sakit baik milik pemerintah, swasta dan asing
dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan pelayanan. Tuntutan masyarakat
akan pelayanan kesehatan yang memadai semakin meningkat turut memberikan
warna di era globalisasi dan memacu rumah sakit untuk memberikan layanan
terbaiknya agar tidak dimarginalkan oleh masyarakat. Setelah pasien pulang dari
rumah sakit mereka akan mengingat kembali pengalaman mereka selama dirawat
mereka akan kembali berobat ke rumah sakit tersebut ketika mereka
membutuhkan perawatan (Otani, Kurz, Barney, & Steven, 2004).
Mutu pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan
kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan
penderitaan orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah
satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan yaitu apakah pelayanan
keperawatan yang diberikan memuaskan pasien atau tidak (Nursalam, 2011).
Keberhasilan sebuah rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pelayanan keperawatan,
yang memberikan pelayanan secara terus-menerus selama 24 jam. Dengan
demikian pelayanan keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di
rumah sakit yang dapat menjadi salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan
serta berperan dalam menentukan kepuasan pasien, sebagai tolok ukur mutu
pelayanan. Salah satu bentuk pelayanan keperawatan yang perlu mendapat
perhatian adalah perilaku caring perawat yang merupakan inti atau fokus dalam
keperawatan sebagai bentuk praktik keperawatan profesional (Anjaswarni, 2002).
Perilaku Caring perawat sangat penting dalam memenuhi kepuasan
pasien, hal ini menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan di sebuah rumah
sakit. Hal ini merupakan sentral praktik keperawatan, juga merupakan suatu
kepeduliannya terhadap pasien. Perawat adalah orang yang menjadi salah satu
kunci dalam memenuhi kepuasan pasien. Oleh karena itu, perilaku caring
perawat dapat memberikan pengaruh dalam pelayanan yang berkualitas kepada
pasien (Prompahakul, Nilmanat, & Kongsuwan, 2011).
Perawat harus melayani dan berperilaku caring kepada pasien, karena hal
tersebut menjadi dasar pada saat memberikan perawatan kepada pasien. Perilaku
caring perawat dapat secara otomatis memberikan pelayanan keperawatan yang
berkualitas kepada pasien. Akan tetapi standar keperawatan saat ini dan kualitas
pelayanan berhubungan dengan kepuasan pasien dan keluarganya. Oleh karena
itu, perilaku caring perawat perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan saat ini
(Prompahakul, et al., 2011).
Terdapat lima tipe tuntutan dan harapan pasien kepada perawat sebagai
pemberi pelayanan yaitu, responsif (mereka harus bersedia dan siap untuk
melayani), kompeten (mereka harus mengetahui tugas mereka), sopan (ramah,
tamah, hormat, beretika baik, dan fleksibel), kredibilitas (mereka dapat dipercaya
dan jujur), dan sensitif (mereka mengerti akan kebutuhan pasien) memberikan
perhatian kepada pasien, dan peka terhadap lingkungan (Kotler, 2007).
Berdasarkan penelitian Wolf, Colahan, Costello, Warwick, Ambrose, &
Giardino (1998) didapatkan data bahwa rata-rata kepuasan pasien 94,86 (SD =
12,91), dengan ketentuan rentang skor 25 - 125. Penelitian ini menggunakan
positif antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien. Adapun yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap (n=335).
Sebuah penelitian Rafii, Hajinezhad, & Haghani (2007) didapatkan data
bahwa rata-rata kepuasan pasien 84,76 (SD=15,65), dengan ketentuan rentang
skor 25 - 125. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah patient
satisfaction instrument (PSI). Pada penelitian ini juga didapatkan korelasi yang
positif antara caring perawat dengan kepuasan pasien (r=0.72, p<0.001). Adapun
yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap (n=250).
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Wolf, Miller, & Devine (2003)
mendapatkan data bahwa rata-rata kepuasan pasien 105,67 (SD=2,26), dengan
ketentuan rentang skor 25 - 125. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah patient satisfaction instrument (PSI). Pada penelitian ini juga didapatkan
korelasi yang positif antara caring perawat dengan kepuasan pasien. Adapun yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap (n=73).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Palese, Tomietto, Suhonen,
Efstathiou, Tsangari, Merkouris, Jarosova, et al (2011) didapatkan data bahwa
rata-rata kepuasan pasien 3,3 (SD=0.58), dengan ketentuan rentang skor 1 – 4.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah patient satisfaction scale
(PSS). Pada penelitian ini juga didapatkan korelasi yang positif antara caring
perawat dengan kepuasan pasien di enam negara di Eropa (Czech Republic
r=0.27, Cyprus r=0.76, Finland r=0.71, Greece r=0.85, Hungary r=0.63, dan Italy
r=0.45 (p<0.01) ). Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
Sesuai dengan tuntutan pasien saat ini, maka perilaku caring adalah cara
yang tepat untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas
sesuai dengan keyakinan profesi dan standar yang telah di tetapkan. Perilaku
caring mencakup enam dimensi caring. Yaitu compassion (kepedulian),
competence (ketrampilan), confidense (kepercayaan), conscience (hati nurani/
ketulusan hati), commitment (tanggung jawab), dan comportment (tingkah laku)
(Roach, 2002). Perawat yang caring akan mampu memberikan rasa yang puas dan
nyaman bagi pasien. Untuk menjadi seseorang yang caring berarti mengabdikan
hidupnya untuk memahami dan peduli kepada orang lain (Boykin, 2001).
Perilaku Caring yang diharapkan dalam keperawatan merupakan perilaku
yang didasari oleh beberapa aspek diantaranya : (1) human altruistic
(mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan), (2) faith-hope (menanamkan
kepercayaan-harapan), (3) sensitivity (mengembangkan kepekaan diri sendiri dan
orang lain), (4) helping-trust (hubungan saling percaya dan saling membantu), (5)
ekspresi perasaan yang positif dan negatif, (6) pemecahan masalah yang
sistematis (7) proses belajar mengajar interpersonal, (8) lingkungan yang
mendukung (9) pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dan (10)
exsistential-phenomenological. (Watson, 1979).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui hubungan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien
1.2.Permasalahan
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka masalah penelitian yang akan
diteliti adalah apakah ada korelasi antara perilaku caring perawat dengan
kepuasan pasien rawat inap.
1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji korelasi antara perilaku caring perawat dengan kepuasan
pasien rawat inap
2. Untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku caring perawat.
3. Untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan pasien rawat inap.
1.4.Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada korelasi positif
antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien rawat inap” Semakin
tinggi perilaku caring perawat maka pasien akan semakin puas dan sebaliknya
semakin rendah perilaku caring perawat maka kepuasan pasien semakin
1.5.Manfaat Penelitian
1. Aspek teoritis
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan kajian di pendidikan untuk
pengembangan ilmu perilaku caring perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan di rumah sakit. Dapat memberikan kontribusi dan
pemahaman yang lebih luas tentang perilaku caring perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan, serta kepuasan pasien rawat inap di
rumah sakit.
2. Aspek praktis
a. Sebagai masukan dan informasi bagi perawat dalam menjalankan
perannya sebagai pelaksana tindakan keperawatan, sehingga dapat
terbinanya hubungan yang terapeutik antara perawat dengan pasien.
b. Sedangkan bagi rumah sakit, sebagai masukan dalam membuat suatu
kebijakan terkait dengan upaya peningkatkan mutu pelayanan
keperawatan terutama pada hubungan antara perawat dengan pasien di
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Caring
Teori keperawatan yang diterbitkan oleh Watson (1979), The Phylosophy and
Science of Caring, menyatakan caring adalah suatu karakteristik interpersonal
yang tidak diturunkan melalui genetika, tetapi dipelajari melalui pendidikan
sebagai budaya profesi. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam konteks keperawatan
caring bukan merupakan suatu hal yang unik tetapi caring merupakan suatu
bentuk pendekatan seni dan ilmu dalam merawat klien yang merupakan sentral
praktik perawat (Watson, 1979).
Caring adalah sentral praktik keperawatan, yang merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meingkatkan
kepeduliannya terhadap pasien. Hal ini adalah esensi dari keperawatan yang
berarti juga pertanggungjawaban hubungan antara perawat-pasien, dimana
perawat harus mampu mengetahui dan memahami tentang kebiasaan manusia dan
respon manusia terhadap masalah kesehatan yang sudah ada atau bepotensi akan
timbul (Watson, 1979). Caring didefenisikan sebagai suatu cara pemeliharaan
yang berhubungan dengan menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki
tanggung jawab (Potter & Perry, 2009).
Caring memberikan sebuah hubungan dan mewakili sekelompok partisipan
misalnya caring terhadap hubungan keluarga, hubungan pertemanan, hubungan
dengan pasien (Benner dan Wrubel, 1989 dalam Potter & Perry, 2009). Hal ini
kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesama dan perhatian terhadap sesama,
serta mau memberi dan menerima bantuan (Chinn & Kramer, 2004 dalam Potter
& Perry, 2009). Perawat perlu mengetahui kebutuhan individu, bagaimana
responnya terhadap sesamanya, kekuatan serta keterbatasan pasien dan
keluarganya. Selain itu, perawat membantu serta memberikan perhatian serta
empati kepada pasien dan keluarganya. Caring mewakili semua faktor yang
digunakan perawat untuk memberikan pelayanan kepada pasien (Watson, 1987,
dalam Potter & Perry, 2009).
Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berfikir,
merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring memfasilitasi
kemampuan perawat untuk mengenali klien, membuat perawat mengetahui
masalah klien dan mencari serta melaksanakan solusinya, juga sebagai bentuk
dasar dari praktek keperawatan dan juga sebagai struktur mempunyai implikasi
praktis untuk mengubah praktek keperawatan (Potter & Perry, 2009). Selain itu
Watson (1979) juga mengungkapkan caring sebagai jenis hubungan dan transaksi
yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi
kesanggupan pasien untuk sembuh. Caring melibatkan keterbukaan, komitmen,
dan hubunan perawat dengan pasien (Potter & perry, 2009).
2.2. Perilaku Caring
Perilaku caring adalah suatu tindakan yang didasari oleh kepedulian, kasih
sayang, keterampilan, empati, tanggung jawab, sensitive, dan dukungan. Perilaku
manusia yang menekankan pada aktivitas yang sehat dan memampukan individu
serta kelompok berdasarkan budaya (Watson, 1979). Perilaku Caring yang
diharapkan dalam keperawatan adalah perilaku yang didasari oleh 10 faktor yaitu :
1. Pembentukan sistem nilai humanistic - altruistic.
Pembentukan sistem nilai humanistic - altruistic mulai berkembang di usia
dini dengan nilai-nilai yang berasal dari orang tuanya. Sistem nilai ini
menjembatani pengalaman hidup seseorang dan mengantarkan ke arah
kemanusiaan. Perawatan yang berdasarkan nilai-nilai humanistik dan altruistik
dapat dikembangkan melalui penilaian terhadap pandangan diri seseorang,
kepercayaan, interaksi dengan berbagai kebudayaan dari pengalaman pribadi. Hal
ini dianggap penting untuk pendewasaan diri perawat yang kemudian akan
meningkatkan sikap altruistik. Melalui sistem nilai humanistik dan altruistik ini
perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada
klien (Watson, 1979).
2. Menanamkan sikap kepercayaan dan penuh harapan.
Kepercayaan dan pengharapan sangat penting bagi proses karatif maupun
kuratif. Perawat perlu memberikan alternatif-alternatif bagi pasien jika
pengobatan modern tidak berhasil; berupa meditasi, penyembuhan sendiri, dan
spiritual. Dengan menggunakan faktor karatif ini akan tercipta perasaan lebih baik
melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang secara
individu (Watson, 1979). Perawat memberikan kepercayaan dengan cara
memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Dalam
harapan, dan kepercayaan. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien
dalam mencari pertolongan kesehatan (Kozier & Erb, 1985).
3. Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia
sendiri dapat menjadi lebih sensitif dan , murni dan bersikap wajar pada orang
lain. Pengembangan perasaan ini akan membawa pada aktualisasi diri melalui
penerimaan diri antara perawat dan klien. Perawat yang mampu untuk mengenali
dan mengekspresikan perasaannya akan lebih mampu untuk membuat orang lain
mengekspresikan perasaan mereka (Watson, 1979).
Pengembangan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengeksplorasi
kebutuhan perawat untuk mulai merasakan suatu emosi yang muncul dengan
sendirinya. Hal itu hanya dapat berkembang melalui perasaan diri seseorang yang
peka dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika perawat berusaha meningkatkan
kepekaan dirinya, maka ia akan lebih autentik (tampil apa adanya). Autentik akan
menambah pertumbuhan diri dan aktualisasi diri baik bagi perawat sendiri
maupun bagi orang-orang yang berinteraksi dengan perawat itu (Watson, 1979).
4. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu.
Pengembangan hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah
sangat krusial bagi transportal caring. Hubungan saling percaya akan
meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Pengembangan
hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk menjalin
hubungan dalam keperawatan. Karakteristik faktor ini adalah kongruen, empati,
tidak menyembunyikan kesalahan. Perawat bertindak dengan cara yang terbuka
dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah
berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui
bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah dan lain-lain
(Watson, 1979).
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.
Perawat menyediakan dan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.
Berbagi perasaan merupakan pengalaman yang cukup beresiko baik bagi perawat
maupun klien. Perawat harus siap untuk ekspresi perasaan positif maupun negatif
bagi klien. Perawat harus menggunakan pemahaman intelektual maupun
emosional pada keadaan yang berbeda (Watson, 1979).
6. Menggunakan problem-solving yang sistematik dalam mengambil keputusan.
Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan
pendekatan asuhan kepada klien, sehingga akan mengubah gambaran tradisional
perawat sebagai “pembantu” dokter. Proses keperawatan adalah proses yang
sistemati, dan terstruktur seperti halnya proses penelitian (Watson, 1979).
7. Meningkatan belajar-mengajar secara interpersonal.
Faktor ini adalah konsep yang penting dalam keperawatan, yang membedakan
antara caring dan curing. Perawat memberikan informasi kepada klien. Perawat
bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien. Perawat memfasilitasi
proses belajar mengajar yang didesain untuk memampukan klien memenuhi
kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental,sosiokultural, spiritual yang mendukung.
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien
terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Konsep yang relevan terhadap
lingkungan internal yang mencakup kesejahteraan mental dan spiritual, dan
kepercayaan sosiokultural bagi seorang individu. Sedangkan lingkungan eksternal
mencakup variabel epidemiologi, kenyamanan, privasi, keselamatan, kebersihan
dan lingkungan yang astetik. Karena klien bisa saja mengalami perubahan baik
dari lingkungan internal maupun eksternal, maka perawat harus mengkaji dan
memfasilitasi kemampuan klien untuk beradaptasi dengan perubahan fisik,
mental, dan emosional (Watson, 1979).
9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik,
psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang
paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.
Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik yang paling
rendah. Pencapaian dan hubungan merupakan kebutuhan psikososial yang tinggi,
dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan interpersonal yang paling tinggi
(Watson, 1979).
10. Terbuka pada eksistensial fenomenologikal
Faktor ini bertujuan agar penyembuhan diri dan kematangaan diri dan jiwa
klien dapat dicapai. Terkadang klien perlu dihadapkan pada pengalaman /
pemikiran yang bersifat proaktif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan
keperawatan membantu perawat untuk memahami jalan hidup seseorang dalam
menemukan arti kesulitan hidup. Karena adanya dasar yang irrasional tentang
kehidupan, penyakit dan kematian, perawat menggunakan faktor karatif ini untuk
membantu memperoleh kekuatan atau daya untuk menghadapi kehidupan atau
kematian (Watson, 1979).
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Wolf, et al (1994) membuat konsep 5
faktor caring yang didasari dari 10 faktor caring Watson (1979). Konsep tersebut
menggambarkan dimensi perilaku caring dalam studi pengembangan
instrumennya. Pengembangan instrument tersebut menggunakan skala likert. Tes reliabilitas terhadap sampel diperoleh koefisien α kuesioner 0.83 dengan jumlah
pasien 263 orang dilengkapi dengan Caring Behaviour Inventory (CBI). Mereka
membuat konsep 5 faktor dalam perilaku caring tersebut tergambar sebagai
berikut: 5 faktor caring Wolf, et al (1994) yang didasari dari 10 faktor caring
Watson (1979).
1. Pembentukan sistem nilai humanistic - altruistic.
2. Menanamkan sikap kepercayaan dan penuh harapan.
3. Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain.
4. Mengembangkan hubungan saling
percaya dan saling membantu.
III
ekspresi perasaan positif dan negatif.
6. Menggunakan problem-solving yang
sistematik dalam mengambil
9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
10.Terbuka pada eksistensial
fenomenologikal.
Faktor 1) mengakui keberadaan manusia, kategori ini merupakan kombinasi
dari tiga faktor karatif yaitu : pembentukan sistem nilai humanistic - altruistik,
menanamkan sikap kepercayaan dan penuh harapan, serta menumbuhkan
sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain. Kategori ini terdiri dari aktivitas
caring seperti mendengarkan klien, mengajari atau memberikan informasi kepada
klien, berbicara dengan klien, menghargai klien sebagai manusia, memberikan
dukungan kepada klien, memanggil nama klien dengan tepat, jujur, dan
memberikan kenyamanan.
Faktor 2) menanggapi dengan rasa hormat, kategori ini merupakan kombinasi
dari dua faktor karatif yaitu: mengembangkan hubungan saling percaya dan saling
negatif klien. Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti bersikap peka
terhadap klien, membantu klien, berbicara dengan klien, memenuhi kebutuhan
klien, menanggapi secara cepat panggilan klien, menghargai, dan peduli kepada
klien.
Faktor 3) pengetahuan dan ketrampilan profesional, kategori ini merupakan
kombinasi dari dua faktor karatif yaitu, Menggunakan problem-solving yang
sistematik dalam mengambil keputusan. dan meningkatkan belajar - mengajar
interpersonal. Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti melakukan tindakan
keperawatan dengan baik kepada klien, bersikap percaya diri, menggunakan gaya
bahasa yang lembut kepada klien, memperhatikan klien, menunjukkan sikap ceria
kepada klien, memberikan obat klien tepat waktu, mempercayai klien dan
memberikan perhatian khusus pada saat kunjungan klien pertama kali.
Faktor 4) menciptakan hubungan yang positif , kategori ini hanya terdiri dari
satu faktor karatif yaitu Menciptakan lingkungan fisik, mental,sosiokultural,
spiritual yang mendukung. Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti
meluangkan waktu dengan klien, memberi harapan kepada klien,mempercayai
klien, memiliki sikap empati terhadap klien, sabar, mengelola peralatan secara
terampil, dan membiarkan klien mengekspresikan perasaannya.
Faktor 5) adalah perhatian terhadap yang dialami orang lain, kategori ini
mencakup dua faktor karatif yaitu memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas membebaskan klien dari gejala-gejala, mengutamakan kepentingan klien,
dan melakukan perawatan klien dengan baik.
Swanson (1991) mempelajari tentang klien dan profesi pemberi layanan dalam
usahanya untuk membuat teori tentang caring dalam praktik keperawatan yang
bermanfaat dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi caring
yang berguna dan efektif. Pandangannya tentang keperawatan adalah siapa yang
kita layani, bagaimana kita memberikan pelayanan dan kenapa kita terus untuk
melayani merupakan keharusan bagi perawat untuk dapat mengintegrasikan ilmu
pengetahuan, diri sendiri, fokus pada kemanusian dan caring. Yang kemudian
disempurnakan dengan adanya transaksi antara keperawatan, setiap perawat dan
klien bahwa perawat adalah profesi yang memiliki komitmen caring, pemeliharan
akan martabat manusia dan meningkatkan kesehatan.
Teori caring Swanson (1991) ini juga menyajikan permulaan yang baik untuk
memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan yang berisi lima kategori
atau proses. Menurut Swanson (1991) ada lima dimensi yang mendasari konsep
caring yaitu; Knowing, Being With, Doing For, Enablings, Maintaining Belief.
Dimensi pertama, Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang
memiliki makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah
dasar dari caring keperawatan, knowing adalah memahami pengalaman hidup
klien dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien,
menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk
verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan
persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan
keperawatan terhadap realita kehidupan. Subdimensinya yaitu; a) Avoiding
assumptions (menghindari asumsi-asumsi), b) Assessing thoroughly (melakukan
pengkajian menyeluruh), c) Seeking clues (perawat menggali informasi-informasi
secara mendalam), d) Centering on the cared for (perawat befokus pada klien
dalam melakukan asuhan keperawatan), e) Engaging the self of both (melibatkan
diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan
asuhan keperawatan yang efektif).
Dimensi kedua, Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi
juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama –
sama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan,
pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan.
Subdimensinya yaitu; a) Non-burdening (perawat bekerjasama dengan klien tanpa
memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan), b)
Convering availability (menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien
dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being), c)
Enduring with (bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam
meningkatkan kesehatan klien), d) Sharing feelings (berbagi pengalaman bersama
klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien). Dengan being
with perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada
suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan
Dimensi ketiga, Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan
yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan,
menjaga privasi dan martabat klien. Subdimensinya yaitu; a) Comforting (
memberikan kenyamanan), dalam melakukan tindakan keperawatan dilakukan
dengan memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien, b)
Performing competently ( menunjukkan ketrampilan), tidak hanya berkomunikasi
dan memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat juga menunjukkan
kompetensi atau skill sebagai perawat professional, c) Preserving dignity
(menjaga martabat klien), menjaga martabat klien sebagai individu atau
memanusiakan manusia, d) Anticipating ( mengatisipasi ), perawat dalam
melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga, e) Protecting
(melindungi), melindungi hak-hak pasien dalam memberikan asuhan
keperawatan dan tindakan medis.
Dimensi keempat, Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien,
memfasilitasi klien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati
setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi
informasi, menjelaskan, mendukung dengan focus masalah yang relevan, berfikir
melalui masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga
meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang
tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan
dan memberikan umpan balik / feedback. Subdimensinya yaitu; a) Validating
( memberikan informasi), memberikan informasi yang berkaitan dengan
peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga
klien, c) Supporting (mendukung), memberikan dukungan kepada klien dalam
mencapai kesejahteraan / well being sesuai kapasitas sebagai perawat, d)
Feedback (memberikan umpan balik), memberikan umpan balik terhadap apa
yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan / well being,
e) Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus
dan membuat alternative), menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam
program peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan
medis.
Dimensi kelima, Maintaining Belief, yaitu menumbuhkan keyakinan
seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi dalam
hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini
kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti
atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain
dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu
dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan
mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan mempertahankan
keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek
keperawatan. Subdimensinya ; a) Believing in yaitu perawat menanggapi apa yang
klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan
wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi, b) Offering a
terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi
bicara perawat, c) Maintaining realistic optimism yaitu menjaga dan menunjukan
optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang menimpa klien secara realistis
dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang
sama, d) Helping to find meaning yaitu membantu klien menemukan makna akan
masalah yang terjadi sehingga klien perlahan - lahan menerima bahwa setiap
orang dapat mengalami apa yang dialami klien, e)Going the distance (menjaga
jarak), semakin jauh menjalin/menyelami hubungan dengan tetap menjaga
hubungan sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah
kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring
secara total oleh perawat kepada klien.
Dengan demikian dapat disimpulkan caring bukanlah sesuatu yang baru dan
unik karena sudah ada sejak jaman Florence Nightingale dan tidak diturunkan
melalui genetic tetapi dapat dipelajari melalui budaya profesi. Caring merupakan
perilaku profesional perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
berdasarkan kemampuan intelektual, teknikal yang diberikan kepada klien,
keluarga dan masyarakat dengan penuh perhatian, peduli, ramah, santun,
komunikasi terapeutik serta selalu siap sedia untuk memberikan yang terbaik
untuk klien.
Berdasarkan penelitian Wolf, et al (1998) didapatkan data bahwa rata-rata
perilaku caring perawat 203.92 (SD = 34,35), dengan ketentuan rentang skor 42 -
252. Penelitian ini menggunakan instrumen caring behavior inventory (CBI) dan
perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien (r=0.78, p < 0.001, R2=61.46%).
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap
(n=335).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wolf, et al (2003) mendapatkan data
bahwa rata-rata perilaku caring perawat 237.84 (SD=15.11), dengan ketentuan
rentang skor 42 - 252. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
caring behavior inventory (CBI), dan patient satisfaction instrument (PSI). Pada
penelitian ini juga didapatkan korelasi yang positif antara caring perawat dengan
kepuasan pasien (r=0.53, p=0.01, R2=26.3%). Adapun yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap (n=73).
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Palese, et al (2011) didapatkan
data bahwa rata-rata perilaku caring perawat 4.9 (SD=0.8), dengan ketentuan
rentang skor 1 - 6. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah caring
behavior inventory (CBI), dan patient satisfaction scale (PSS). Pada penelitian ini
juga didapatkan korelasi yang positif antara caring perawat dengan kepuasan
pasien di enam negara di Eropa (Czech Republic r=0.27, Cyprus r=0.76, Finland
r=0.71, Greece r=0.85, Hungary r=0.63, dan Italy r=0.45 (p<0.01) ). Adapun yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap (n=1565).
Berdasarkan penelitian Rafii, et al (2007) didapatkan data bahwa rata-rata
perilaku caring perawat 184.14 (SD=46.90), dengan ketentuan rentang skor 42 -
252. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah caring behavior
inventory (CBI) dan patient satisfaction instrument (PSI). Pada penelitian ini juga
(r=0.72, p<0.001). Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
pasien rawat inap (n=250). Penelitian yang dilakukan oleh Prompahakul, et al
(2011) mendapatkan data bahwa rata-rata perilaku caring perawat 2.12
(SD=0.43), dengan ketentuan rentang skor 1 - 3. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nurse’s caring behavior for dying patient questionnaire
(NCBDPQ Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perawat
(n=360).
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Becker, Blazovich, Schug, Daniels,
Neal, Pearson, Preston, et al (2008) mendapatkan data bahwa rata-rata perilaku
caring perawat 2.36 (SD=0.50), dengan ketentuan rentang skor 1 – 3. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah caring behavior during blood
pressure measurement instrument. Adapun yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah mahasiswa perawat (n=59). Pada penelitian ini juga
dijelaskan bahwa dengan melakukan intervensi pemberian pendidikan tentang
perilaku caring dapat mengembangkan perilaku caring perawat selama
melakukan tindakan keperawatan.
2.3.Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien adalah persepsi, sikap pasien terhadap pelayanan
keperawatan, dan merupakan kriteria hasil evaluasi dari kualitas pelayanan
keperawatan (Risser, 1975).
Risser (1975) menjelaskan tiga dimensi perilaku perawat terhadap kepuasan
pasien yaitu, Praktik profesional (Technical-professional), hubungan saling
a. Praktik profesional (Technical-professional) yaitu perilaku perawat yang
mampu mencapai tujuan sesuai dengan perannya, sebagai contoh pengetahuan
perawat dalam pemeriksaan fisik kepada pasien, dan keahlian dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan.
b. Hubungan saling percaya (Trusting relationship) yaitu kemampuan
berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung dengan baik, misalnya
perhatian kepada pasien, mendengarkan keluhan-keluhan pasien, dan rasa
sensitif kepada pasien.
c. Hubungan pendidikan (Educational relationship) yaitu pertukaran informasi
antara pasien dan perawat, termasuk di dalamnya seperti aktifitas dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan, penjelasan, dan demonstrasi tindakan.
Kepuasan pasien adalah keluaran (outcome) layanan kesehatan, dan
merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan (Pohan,
2007). Hal ini merupakan bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan
pengalaman tehadap kinerja pelayanan yang telah memenuhi harapan (Gerson,
2004). Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau jasa
dan harapan-harapan (Kotler,2007). Hal ini dipengaruhi oleh pelayanan yang
diberikan, juga ditentukan oleh pengalaman dan pemikiran perorangan, dan hal ini
tidak dapat dengan mudah diupayakan untuk diubah, dan digiring kearah keadaan
yang memuaskan (Sabarguna, 2008). Rasa ini adalah perasaan senang seseorang
yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu
Kepuasan pasien adalah tingkat kepuasan pelayanan pasien dari persepsi
pasien/ keluarga terdekat. Keadaan ini akan tercapai, apabila diperoleh hasil yang
optimal bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan memperhatikan kemampuan
pasien atau keluarganya, ada perhatian terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik
dan memprioritaskan kebutuhan pasien, sehingga tercapai keseimbangan yang
sebaik-baiknyaantara tingkat rasa puas atau hasil dan derita-derita serta jerih
payah yang telah dialami guna memperoleh hasil tersebut (Soejadi, 1996).
Dimensi kepuasan yang dirasakan seseorang sangat bervariasi sekali, namun
secara umum dimensi dari kepuasan mencakup hal-hal berikut (Azwar, 1996):
a. Kemampuan yang mengacu hanya pada penerapan standar kode etik profesi.
Pelayanan kesehatan dikatakan memenuhi kebutuhan kepuasan pasien apabila
pelayanan yang diberikan mengikuti standar serta kode etik yang disepakati dalam
suatu profesi, atau dengan kata lain yaitu bila suatu pelayanan kesehatan yang
diberikan telah mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh profesi yang
berkompeten serta tidak menyimpang dari kode etik yang berlaku bagi profesi
tersebut. Ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai pemikiran seseorang
terhadap kepuasan yang diperolehnya mencakup hubungan petugas pasien
(relationship), kenyamanan pelayanan (amenities), kebebasan melakukan pilihan
(choice), pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge and technical
skill), efektifitas pelayanan (effectivess) dan keamanan tindakan (safety).
b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kesehatan. Persyaratan suatu pelayanan kesehatan dinyatakan sebagai pelayanan
pelaksanaan pelayanan yang diajukan atau ditetapkan, yang didalamnya
mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai ketersediaan pelayanan
kesehatan (available), kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate),
kesinambungan pelayanan kesehatan (continue), penerimaan pelayanan kesehatan
(acceptable), ketercapaian pelayanan kesehatan (accessible), keterjangkauan
pelayanan kesehatan (affordable), efisiensi pelayanan kesehatan (efficient) dan
mutu pelayanan kesehatan (quality).
Untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang memenuhi semua
persyaratan pelayanan tidak semudah yang diperkirakan, sehingga untuk
mengatasi hal ini diterapkan prinsip kepuasan yang terkombinasi secara selektif
dan efektif, dalam arti penerapan dimensi kepuasan kelompok pertama dilakukan
secara optimal, sedangkan beberapa dimensi kelompok kedua dilakukan secara
selektif yaitu yang sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan (Azwar, 1996 ).
Kepuasan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dari pihak pemberi pelayanaan
saja, tetapi juga dipengaruhi faktor dari luar maupun dari dalam diri pasien. Faktor
dari dalam mencakup sumber daya, pendidikan, pengetahuan, dan sikap. Faktor
dari luar mencakup budaya, social ekonomi, keluarga dan situasi yang dihadapi
(Gerson, 2004). Penilaian kualitas pelayanan dikaitkan dengan kepuasan pasien
dengan berfokus pada aspek fungsi dari proses pelayanan (Supranto, 2001), yaitu :
a. Tangibles (Wujud nyata) adalah wujud langsung yang meliputi fasilitas fisik,
yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi
SDM perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang
b. Reliability (keandalan) adalah pelayanan yang disajikan dengan segera dan
memuaskan dan merupakan aspek – aspek keandalan system pelayanan yang
diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan pelayanan
dengan rencana, kepedulian perusahaan kepada permasalahan yang dialami
pasien, keandalan penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan sesuai
dengan janji yang diberikan keakuratan penanganan.
c. Responsiveness (tanggung jawab) adalah keinginan untuk membantu dan
menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen. Hal ini meliputi kejelasan
informasi waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan
administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu konsumen, keluangan waktu
pegawai dalam menanggapi permintaan pasien dengan cepat.
d. Assurance (jaminan) adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan
memberikan jaminan keamanan yang meliputi kemampuan SDM, rasa aman
selama berurusan dengan karyawan,
kesabaran karyawan, dukungan pimpinan terhadap staf.
e. Empathy (empati) adalah berkaitan dengan memberikan perhatian penuh
kepada konsumen yang meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staf secara
pribadi kepada konsumen, pemahaman akan kebutuhan konsumen, perhatian
terhadap kepentingan konsumen, kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan
konsumen.
Berdasarkan penelitian Wolf, et al (1998) didapatkan data bahwa rata-rata
kepuasan pasien 94,86 (SD = 12,91), dengan ketentuan rentang skor 25 - 125.
didapatkan korelasi yang positif antara perilaku caring perawat dengan kepuasan
pasien. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat
inap (n=335).
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Wolf, et al (2003) mendapatkan data
bahwa rata-rata kepuasan pasien 105,67 (SD=2,26), dengan ketentuan rentang
skor 25 - 125. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah patient
satisfaction instrument (PSI). Pada penelitian ini juga didapatkan korelasi yang
positif antara caring perawat dengan kepuasan pasien. Adapun yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap (n=73).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Palese, et al (2011) didapatkan data
bahwa rata-rata kepuasan pasien 3,3 (SD=0.58), dengan ketentuan rentang skor 1
– 4. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah patient satisfaction
scale (PSS). Pada penelitian ini juga didapatkan korelasi yang positif antara
caring perawat dengan kepuasan pasien di enam negara di Eropa (Czech Republic
r=0.27, Cyprus r=0.76, Finland r=0.71, Greece r=0.85, Hungary r=0.63, dan Italy
r=0.45 (p<0.01) ). Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
pasien rawat inap (n=1565).
Berdasarkan penelitian Rafii, et al (2007) didapatkan data bahwa rata-rata
kepuasan pasien 84,76 (SD=15,65), dengan ketentuan rentang skor 25 - 125.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah patient satisfaction
instrument (PSI). Pada penelitian ini juga didapatkan korelasi yang positif antara
caring perawat dengan kepuasan pasien (r=0.72, p<0.001). Adapun yang menjadi
2.4. Landasan Teori
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien
merupakan nilai subyektif pasien terhadap pelayanan yang diberikan setelah
membandingkan dari hasil pelayanan yang diberikan dengan harapannya.
Kepuasan pasien pada penelitian ini didasari teori yang dikembangkan oleh
Risser (1975). Perawat merupakan ujung tombak dari pelayanan kesehatan di
rumah sakit, dan merupakan orang yang paling lama berinteraksi dengan pasien,
sehingga dalam menjalankan praktik keperawatan perlu lebih memperhatikan
perilaku caring perawat sebagai salah satu upaya untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang berkualitas yang pada akhirnya akan memberikan kepuasan
kepada pasien. Perilaku Caring yang diharapkan dalam keperawatan adalah
sebuah perilaku yang didasari oleh beberapa aspek diantaranya : pengetahuan,
kepedulian, keterampilan, ketulusan hati, tanggung jawab, kepercayaan,
mendengarkan, jujur, tepat waktu, spiritual. Perilaku caring yang diteliti pada
penelitian ini adalah suatu tindakan yang didasari oleh kepedulian, kasih sayang,
keterampilan, empati, tanggung jawab, sensitive, dan dukungan yang didasari oleh
teori caring yang dikembangkan oleh Watson (1979).
2.5. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep adalah suatu visualisasi hubungan atau kaitan antara variabel
yang satu dengan variabel yang lainnya (Notoadmodjo, 2010). Kerangka konsep
pada penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan korelasi perilaku caring
perawat dengan kepuasan pasien. Konsep kerja dari penelitian ini digambarkan
Skema 2.1. Kerangka konsep korelasi perilaku caring perawat dengan kepuasan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelatif. Jenis
penelitian ini digunakan untuk menguji korelasi antara perilaku caring perawat
dengan kepuasan pasien rawat inap, dan memperoleh gambaran tentang perilaku
caring perawat, serta kepuasan pasien rawat inap.
3 Faktor kepuasan pasien
e. Ekspresi perasaan positif dan negatif
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah sakit Grand Medistra Lubuk Pakam, dengan
pertimbangan bahwa di rumah sakit Grand Medistra Lubuk Pakam terdapat pasien
rawat inap yang sesuai dengan kriteria populasi yang ditetapkan pada penelitian
ini, merupakan rumah sakit tipe B dan sekaligus sebagai rumah sakit tempat
mahasiswa perawat untuk melakukan praktik. Selain itu lokasi rumah sakit mudah
terjangkau oleh peneliti. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2013 sampai
Juni 2013.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap, pasien dewasa yang
telah menjalani perawatan di ruang rawat inap rumah sakit selama 3 hari atau
lebih. Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah 136 pasien. Teknik
sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Peneliti
mengidentifikasi semua pasien dewasa rawat inap di rumah sakit, pasien dewasa
yang sudah mendapatkan perawatan selama 3 hari atau lebih dan dapat
berkomunikasi dengan baik, dijadikan sampel dalam penelitian ini.
3.4.Metode Pengumpulan data
Peneliti melakukan pengumpulan data penelitian setelah mendapat izin dari
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan pimpinan rumah sakit
Grand Medistra Lubuk Pakam. Selanjutnya peneliti mendatangi setiap ruangan
rawat inap dan bertemu dengan kepala ruangan di setiap ruangan untuk memohon
izin melakukan pengumpulan data. Peneliti meminta bantuan kepada kepala
rawat inap, setelah data pasien tersebut didapatkan, selanjutnya peneliti
mendatangi ruangan pasien untuk menemui pasien yang menjadi responden pada
peneltian ini. Setelah menemui responden, selanjutnya peneliti menjelaskan pada
responden tersebut mengenai tujuan dan manfaat penelitian serta proses pengisian
kuisioner, kemudian responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden dan peneliti membagikan kuisioner kepada responden.Selama
proses pengisian kuisioner peneliti mendampingi responden, agar apabila ada
pernyataan yang tidak jelas, peneliti dapat menjelaskan kembali dengan tidak
mengarahkan jawaban responden. Selanjutnya peneliti mengumpulkan seluruh
kuisioner.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel tergantung, dengan
identifikasi sebagai berikut:
1. Variabel bebas : perilaku caring perawat.
2. Variabel tergantung : kepuasan pasien rawat inap.
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Perilaku Caring Perawat
Perilaku caring perawat adalah, 1) caring sebagai human trait (mencirikan
manusia): suatu komponen esensial dari manusia umumnya dan melekat dalam
diri semua orang, 2) caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral) :
menyangkut pemeliharaan martabat dan respek bagi klien sebagai manusia. 3)
caring sebagai suatu affect (emosi-kasihan) : menggambarkan suatu emosi atau
bisa merawat klien. 4) caring sebagai interaksi interpersonal : meliputi
komunikasi perawat-klien, saling percaya penuh hormat dan bertanggung jawab
terhadap satu dan lainnya. 5) caring sebagai suatu intervensi terapeutik : suatu
tindakan yang berlainan yang dilakukan perawat dalam memenuhi kebutuhan
klien (Morse et al, 1993).
Perilaku caring adalah tindakan yang dilakukan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien. Perilaku caring perawat akan diungkap dalam
penelitian ini dengan menggunakan alat ukur berupa skala yang disusun
berdasarkan sepuluh faktor karatif yang dikemukakan oleh Watson (1979), yaitu
membentuk sistem nilai humanistic-altruistic, faith-hope (menanamkan
kepercayaan-harapan), sensitivity (mengembangkan kepekaan diri sendiri dan
orang lain), helping-trust (hubungan saling percaya), ekspresi perasaan positif dan
negatif ,pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan, proses belajar
mengajar interpersonal, lingkungan yang mendukung , pemenuhan kebutuhan
dasar manusia. kekuatan exsistential-phenomenological.
b. Kepuasan Pasien Rawat Inap
Kepuasan pasien adalah ungkapan perasaan senang yang berasal dari pasien setelah
menerima pelayanan keperawatan. Kepuasan pasien rawat inap akan diungkap dalam
penelitian ini dengan menggunakan alat ukur berupa skala yang disusun
berdasarkan tiga faktor perilaku perawat terhadap kepuasan pasien yang
1. Praktik profesional (Technical-professional) yaitu perilaku perawat yang
mampu melakukan tindakan mencapai tujuan sesuai dengan standar dan
perannya.
2. Hubungan saling percaya (Trusting relationship) yaitu kemampuan perawat
untuk berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung dengan baik,
sehingga terjalin hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien.
3. Hubungan pendidikan (Educational relationship) yaitu pertukaran informasi
antara pasien dan perawat ketika interaksi berlangsung selama pasien dirawat.
3.6. Metode Pengukuran
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner
penelitian terdiri dari tiga kuesioner yaitu data demografi, perilaku caring, dan
kepuasan pasien.
1. Kuisioner data demografi
Kuisioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi pasien
rawat inap yang meliputi umur, jenis kelamin, dan pendidikan.
2. Kuisioner Perilaku Caring
Kuisioner perilaku caring digunakan untuk mengidentifikasi perilaku caring
perawat melalui pasien rawat inap. Penelitian ini menggunakan instrumen
Caring Behavior Inventory (CBI) yang dikembangkan oleh Wolf (1986, 1994)
dan sudah mendapat ijin untuk penggunaan instrument tersebut. Instrumen ini
diadobsi dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sesuai dengan adobsi
Ferraz, 2000). Instrumen ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh
Tahan Adrianus Manalu yang merupakan seorang perawat yang memiliki
kemampuan berbahasa inggris dengan baik dan dan Deni Sinaga yang
merupakan seorang dosen bahasa inggris yang memiliki kemampuan
berbahasa inggris dengan baik, lalu hasil terjemahan tersebut diterjemahkan
kembali ke dalam bahasa inggris oleh Louise tourtone yang merupakan
seorang dosen bahasa inggris dari negara Amerika.
Kuisioner perilaku caring perawat terdiri dari 42 butir pernyataan yang
didasari oleh 10 faktor karatif Watson (1979) yang lebih disederhanakan lagi
menjadi 5 faktor karatif oleh Wolf, et al (1994) yaitu Respectful deference
yang terdapat dalam instrument penelitian ini pada nomor, 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9,
10, 11, 15, 28, 29, Assurance of human presence yang terdapat dalam
instrumen penelitian ini pada nomor, 16, 18, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
Professional knowledge and skill yang terdapat dalam instrument penelitian
ini pada nomor, 19, 20, 21, 23, 25, 38, 39, Positive connectedness yang
terdapat dalam instrument penelitian ini pada nomor, 4, 6, 12, 13, 14, 17, 22,
24, 26, dan Attentive to other’s experience yang terdapat dalam instrument
penelitian ini pada nomor, 40, 41, dan 42.
Tabel 3.1 Blue-print Alat Ukur Perilaku Caring Perawat
Faktor Perilaku Perawat No Item Jumlah Item
1 Mengakui keberadaan
2 Menanggapi dengan rasa hormat
16, 18, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37