• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Implementasi Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap IGD RSUP Sanglah Denpasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Implementasi Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap IGD RSUP Sanglah Denpasar."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERILAKU CARING PERAWAT

DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN

DI RUANG RAWAT INAP IGD

RSUP SANGLAH DENPASAR

OLEH:

I WAYAN SWANTIYASA

NIM. 1302115023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERILAKU CARING PERAWAT

DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN

DI RUANG RAWAT INAP IGD

RSUP SANGLAH DENPASAR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH:

I WAYAN SWANTIYASA

NIM. 1302115023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : I Wayan Swantiyasa

NIM : 1302115023

Fakultas : Kedokteran Universitas Udayana

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang

saya aku sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan

bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Denpasar, Pebruari 2015

Yang membuat pernyataan,

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERILAKU CARING PERAWAT

DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN

DI RUANG RAWAT INAP IGD

RSUP SANGLAH DENPASAR

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH :

I WAYAN SWANTIYASA NIM. 1302115023

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN UNTUK DIUJI

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(5)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERILAKU CARING PERAWAT

DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN

DI RUANG RAWAT INAP IGD

RSUP SANGLAH DENPASAR

OLEH :

I WAYAN SWANTIYASA NIM. 1302115023

TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI PADA HARI : Rabu

TANGGAL : 25 Pebruari 2015

TIM PENGUJI :

1. Ns. Ni Made Dian Sulistiowati, S. Kep.,M. Kep., Sp. Kep J. (Ketua) ………

2. Ns. Made Pande Lilik Lestari, S.Kep. (Anggota) ………

3. Ns. A. A. Istri Putra Kusumawati, S.Kep., MNg. (Pembahas) ………

MENGETAHUI :

DEKAN KETUA

FK UNIVERSITAS UDAYANA PSIK FK UNIVERSITAS UDAYANA

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Hubungan Implementasi

Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap IGD RSUP Sanglah Denpasar.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, SpOT(K)., M. Kes., sebagai Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana.

2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS., AIF., sebagai Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

3. Ns. Ni Made Dian Sulistyowati, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. J., sebagai pembimbing utama

yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi

tepat waktu.

4. Ns. Made Pande Lilik Lestari, S.Kep., sebagai pembimbing pendamping yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu.

5. Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar yang telah memberikan izin dan kesempatan

kepada penulis untuk melakukan studi pendahuluan dan melakukan penelitian di ruang

rawat inap IGD RSUP Sanglah Denpasar.

6. Ns. I. G. A. A. Putri Mastini, S.Kep., M. Kes., sebagai Kepala Ruangan Medical Surgical

RSUP Sanglah Denpasar yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk

melakukan studi pendahuluan dan penelitian.

7. Ns. Herlina Mandiangan, S. Kep., sebagai Kepala Ruangan Ratna RSUP Sanglah

(7)

8. Rekan-rekan seperjuangan di Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun Angkatan 2013

yang telah memberikan saran, bantuan, dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan masukan yang membangun.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Denpasar, Pebruari 2015

Penulis

(8)

Swantiyasa, I Wayan. 2015. Hubungan Implementasi Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap IGD RSUP Sanglah Denpasar. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Pembimbing (1) Ns. Ni Made Dian Sulistyowati, S. Kep., M. Kep., Sp. Kep. J. (2) Ns. Made Pande Lilik Lestari., S.Kep.

Perilaku caring perawat merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan dan kepuasan pasien. Perilaku caring sangat penting dalam pemberian asuhan keperawatan yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan dan kepuasan pasien di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap IGD RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 49 responden, yang ditentukan dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel perilaku caring perawat, mayoritas responden yaitu 51,5% menyatakan perilaku caring perawat dalam kategori baik dan pada variabel tingkat kepuasan pasien, mayoritas responden yaitu 55,1% menyatakan puas dengan pelayanan keperawatan. Hasil uji Korelasi Spearman Rank dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,000 (p < α) dan nilai r = 0,593. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap IGD RSUP Sanglah Denpasar. Kedua variabel tersebut juga memiliki hubungan/korelasi yang sedang/cukup kuat dan berbanding lurus antara satu sama lain. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan kepada perawat untuk selalu melaksanakan perilaku caring secara optimal.

Kata Kunci : Perilaku Caring, Tingkat Kepuasan Pasien, Ruang Rawat Inap

ABSTRACT

(9)

Nurses caring behavior is one of the aspects that can affect the quality of nursing care and patient satisfaction. Caring behavior is very important in the provision of nursing care that may affect the quality of health care and patient satisfaction in hospital. This study aimed to determine the relationship of the nurse caring behavior and the patient satisfaction level in ED ward RSUP Sanglah Denpasar. This study is an observational analytic study, with cross sectional approach. The number of samples in this study were 49 respondents, which is determined by consecutive sampling technique. The results showed that the nurses caring behavior variables, the majority of respondents, 51.5% said the nurse caring behaviors in good categories and at a variable rate of patient satisfaction, the majority of respondents, 55.1% expressed satisfaction with nursing care. Results of Spearman Rank Correlation test

with significance level α = 0.05 was obtained value of p = 0.000 (p <α) and the value of r =

0.593. It shows that there is a significant relationship between nurse caring behaviors with patients' satisfaction in ED ward RSUP Sanglah Denpasar. Both of these variables also have a moderate correlation and is directly proportional to each other. Based on these results, it is suggested to the nurse to always perform optimally caring behavior.

(10)

RINGKASAN PENELITIAN

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERILAKU CARING PERAWAT

DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP IGD

RSUP SANGLAH DENPASAR

Oleh : I Wayan Swantiyasa

Mahasiswa PSIK B 2013 Universitas Udayana

Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah perilaku caring perawat

dalam memberikan pelayanan kesehatan. Perilaku caring sangat penting karena akan

memberikan kepuasan pada klien sehingga diharapkan setiap perawat memahami konsep

caring dan mengaplikasikan dalam pemberian asuhan keperawatan. Perilaku caring juga

dikatakan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan dan kepuasan pasien di rumah

sakit, dan menjadi penentu citra institusi pelayanan kesehatan (Saputri, 2010).RSUP Sanglah

merupakan salah satu rumah sakit rujukan terbesar di Bali dan Nusa Tenggara telah

menerapkan perilaku caring sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan. Caring merupakan inti atau fokus dalam keperawatan sebagai bentuk praktik

keperawatan profesional. Caring menurut Potter & Perry (2005) adalah memberikan

perhatian penuh pada klien saat memberikan asuhan keperawatan, sedangkan menurut Kozier

(1995) caring menekankan pada keteguhan hati, kemurahan hati, janji, tanggung jawab, yang

mempunyai kekuatan atau motivasi untuk melakukan upaya memberi perlindungan dan

meningkatkan martabat klien (Sukesi, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan di Ruang Medical Surgical RSUP Sanglah pada tanggal 1 Oktober 2014, tentang

perilaku caring perawat yang bertugas di ruangan tersebut didapatkan data dari sepuluh orang

pasien yang diinterview tentang pelayanan keperawatan di Ruang Medical Surgical, lima

(11)

komunikasi antara perawat dengan pasien dan keluarga pasien. Tiga orang pasien

mengatakan perawat terkadang kurang bersahabat dalam memberikan pelayanan pada pasien,

dan dua orang pasien mengatakan bahwa perawat sering terlambat dalam menanggapi

panggilan pasien. Kondisi tersebut melatarbelakangi peneliti tertarik melakukan penelitian.

Tujuan umum untuk mengetahui hubungan antara implementasi perilaku caring perawat

dengan tingkat kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap IGD RSUP Sanglah Denpasar. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk diterapkan

dalam pelaksanaan perawatan pasien secara optimal sehingga pasien merasa puas dengan

pelayanan kesehatan yang diperolehnya. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian

non-eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan yaitu observasional analitik.

Sesuai dengan rancangan penelitian tersebut, maka pendekatan penelitian yang digunakan

adalah pendekatan cross sectional (Setiadi, 2013). Penelitian dilaksanakan di Ruang Rawat

Inap IGD RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini telah dilaksanakan selama empat hari.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di ruang Rawat Inap IGD

RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015. Teknik analisa adalah univariat dan bivariat. Analisa

univariat antara lain Data karakteristik responden berupa jenis kelamin, umur, tingkat

pendidikan, perilaku caring perawat dan tingkat kepuasan pasien.Sedangkan analisa bivariat

dalam penelitian ini dikorelasikan dua variabel yang sama jenis datanya yaitu perilaku caring

perawat (data ordinal) dengan tingkat kepuasan pasien (data ordinal). Oleh karena itu, analisis

statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi spearman rank dengan

tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) yang dilakukan dengan bantuan program komputer.

Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai p (probability/ probabilitas). Selain dengan

nilai p, juga ditentukan kekuatan korelasi dan arah korelasi berdasarkan nilai koefisien

korelasi (r). Hasil data karakteristik pendidikan responden yang didapatkan adalah paling

(12)

16,3% atau 8 responden, dan Perguruan Tinggi 8,2% atau 4 responden. Hasil identifikasi

terhadap perilaku caring perawat diperoleh data sebanyak 25 responden atau 51% responden

menyatakan perilaku caring perawat dalam kategori baik, sedangkan sisanya yaitu sebanyak

24 responden atau 49% responden menyatakan perilaku caring perawat dalam kategori cukup

baik. Hasil identifikasi terhadap tingkat kepuasan pasien didapatkan sebanyak 27 responden

atau 55,1% responden menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan, sedangkan sisanya

yaitu sebanyak 22 responden atau 44,9% responden menyatakan cukup puas terhadap

pelayanan keperawatan.

(13)

Halaman

2.4 Konsep Implementasi Perilaku Caring Perawat...11

2.5 Pengertian Kepuasan Pasien...……..…...12

2.6 Prinsip-prinsip Kepuasan Pasien ………..………...13

2.7 Dimensi Penilaian Kepuasan Pasien...………....14

2.8 Pengukuran Kepuasan Pasien ……….………...15

2.9 Manfaat Pengukuran Kepuasan Pasien………..………..17

2.10 Hubungan CaringDengan Tingkat Kepuasan Pasien…....………..19

(14)

3.2 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel ...…...23

3.3 Hipotesis ...…...25

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ...…...26

4.2 Kerangka Kerja ...…...28

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ...…...29

4.4 Populasi, Teknik Sampling dan Sampel ...…...29

4.5 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data ...…...31

4.6 Pengolahan Dan Analisa Data ...…...40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ...45

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ...55

5.3 Keterbatasan Penelitian ...63

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan ...64

6.2 Saran ...65

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Perilaku Caring Perawat dan

Tingkat Kepuasan Pasien ………...24

Tabel 4.1 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Caring Perawat...34

Tabel 4.2 Skor Kategori Perilaku Caring Perawat... 35

Tabel 4.3 Kisi-kisi Instrumen Tingkat Kepuasan Pasien...37

Tabel 4.4 Skor Kategori Tingkat Kepuasan Pasien ……….………...…...38

Tabel 4.5 Interpretasi Hasil Korelasi Berdasarkan Kekuatan dan Arah Korelasi ………...44

Tabel 5.1 Tabulasi Silang Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien ...53

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Implementasi Perilaku Caring Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap IGD RSUP Sanglah Denpasar ……… 22

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Rawat Inap IGD RSUP Sanglah Denpasar ………...27

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Implementasi Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap IGDRSUP Sanglah Denpasar ………... 28

Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ...48

Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Umur ...49

Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...50

Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat ...51

(17)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Data Demografi

Lampiran 2 : Kuisioner Perilaku Caring Perawat

Lampiran 3 : Kuisioner Kepuasan Pasien

Lampiran 4 : Realisasi Jadwal Penelitian

Lampiran 5 : Rancangan Biaya Penelitian

Lampiran 6 : Penjelasan Penelitian

Lampiran 7 : Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 8 : Master Tabel

Lampiran 9 : Hasil Analisis Univariat

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan

keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah perilaku caring perawat dalam memberikan pelayanan

kesehatan.

Perilaku caring merupakan proses interpersonal yang terjadi antara

perawat dengan klien merupakan bagian dari intervensi dalam pemenuhan

kebutuhan manusia dalam meningkatkan kesehatan, mengembalikan klien pada

kondisi sehat dan mencegah kesakitan (Watson 1979, dikutip dari Potter &Perry,

2005). Perilaku caring sangat penting karena akan memberikan kepuasan pada

klien sehingga diharapkan setiap perawat memahami konsep caring dan

mengaplikasikan dalam pemberian asuhan keperawatan. Perilaku caring juga

dikatakan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan dan kepuasan

pasien di rumah sakit, dan menjadi penentu citra institusi pelayanan kesehatan

(Saputri, 2010).

Henderson (2007) dalam penelitiannya tentang perilaku caring di Princess

Alexandra Hospital, Queensland, Australia menemukan bahwa pasien yang

diberikan asuhan keperawatan dengan didasari oleh perilaku caring akan

menganggap bahwa perawat tersebut sangat perhatian terhadap mereka. Sebuah

(19)

2

Eropa yaitu Siprus, Italia, Hungaria, Republik Ceko, Yunani dan Finlandia,

mendapatkan bahwa dampak positif yang dirasakan oleh pasien terhadap perilaku

caring yang dilakukan oleh perawat sangatlah besar.

Abdul (2013) melakukan penelitian tentang hubungan perilaku caring

perawat dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Kota Baubau,

menunjukkan bahwa 81,3% responden mempunyai persepsi bahwa perawat

mempunyai perilaku caring yang baik dan menunjukkan kepuasan terhadap

pelayanan keperawatan, walaupun masih terdapat responden yang kurang puas

dengan perilaku caring perawat yaitu sebesar 6,2%. Menurut Abdul, besarnya

manfaat caring seharusnya dapat tercermin dalam setiap interaksi perawat dan

klien karena caring terhadap pasien adalah esensi keperawatan. Pelaksanaan

caring akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan, memperbaiki image

perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan memiliki tempat khusus

di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan.

RSUP Sanglah merupakan salah satu rumah sakit rujukan terbesar di Bali

dan Nusa Tenggara telah menerapkan perilaku caring sebagai upaya untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Caring merupakan inti atau fokus

dalam keperawatan sebagai bentuk praktik keperawatan profesional. Caring

menurut Potter & Perry (2005) adalah memberikan perhatian penuh pada klien

saat memberikan asuhan keperawatan, sedangkan menurut Kozier (1995) caring

menekankan pada keteguhan hati, kemurahan hati, janji, tanggung jawab, yang

mempunyai kekuatan atau motivasi untuk melakukan upaya memberi

(20)

3

Berdasarkan data tentang gambaran implementasi perilaku caring perawat

di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2013, didapatkan nilai rata-rata caring

perawat di IRNA A sebesar 88,6%, IRNA B 86,1%, IRNA C 85,7%, IRNA D

88,4%, IGD 86,2%, Intensif 87,1%, dan Wing Amerta 94,7%. Jika dilihat dari

standar pelaksanaan caring, nilai rata-rata prosentase pelaksanaan caring lebih

dari 80% yang berarti perilaku caring perawat RSUP Sanglah dalam kategori

baik. Gambaran tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan di

RSUP Sanglah pada tahun 2013 diperoleh nilai rata-rata mutu asuhan

keperawatan di IRNA A sebesar 90,8%, IRNA B 89,2%, IRNA C 90,2%, IRNA

D 90,3%, IGD 87,2%, Intensif 91,3%, dan Wing Amerta 90,9%. Jika dilihat dari

standar mutu asuhan keperawatan, nilai rata-rata prosentase persepsi mutu asuhan

keperawatan lebih dari 80% yang berarti mutu asuhan keperawatan yang

dilaksanakan di RSUP Sanglah Denpasar dalam kategori baik, namun belum ada

gambaran implentasi perilaku caring perawat terhadap tingkat kepuasan pasien di

Ruang Rawat Inap IGD RSUP Sanglah Denpasar.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Medical

Surgical RSUP Sanglah pada tanggal 1 Oktober 2014, tentang perilaku caring

perawat yang bertugas di ruangan tersebut didapatkan data dari sepuluh orang

pasien yang diinterview tentang pelayanan keperawatan di Ruang Medical

Surgical, lima orang pasien mengatakan pelayanan sudah baik tetapi masih

kurangnya keterbukaan komunikasi antara perawat dengan pasien dan keluarga

(21)

4

dalam memberikan pelayanan pada pasien, dan dua orang pasien mengatakan

bahwa perawat sering terlambat dalam menanggapi panggilan pasien.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

hubungan antara implementasi perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan

pasien di Ruang Rawat Inap IGD RSUP Sanglah Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana hubungan antara

implementasi perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien di Ruang

Rawat Inap IGD RSUP Sanglah Denpasar?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara implementasi perilaku caring perawat

dengan tingkat kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap IGD RSUP Sanglah

Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden di Ruang Rawat Inap IGD RSUP

Sanglah Denpasar

2. Mengidentifikasi perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap IGD RSUP

(22)

5

3. Mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap IGD RSUP

Sanglah Denpasar.

4. Menganalisis hubungan antara implementasi perilaku caring perawat dengan

tingkat kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap IGD RSUP Sanglah Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk diterapkan dalam pelaksanaan perawatan pasien secara

optimal sehingga pasien merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang

diperolehnya.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran implementasi

perilaku caring di rumah sakit, sehingga pendidikan dan pemahaman konsep

mengenai hal ini dapat lebih di tekankan lagi pada seluruh mahasiswa

keperawatan di institusi pendidikan kesehatan terkait.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi tenaga keperawatan

sehingga dapat meningkatkan kinerjanya dalam usaha mempertahankan mutu

(23)

6 3. Bagi Acuan Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi/sumber

kepustakaan serta sebagai bahan masukan untuk peneliti selanjutnya dalam

melakukan penelitian yang berkaitan dengan manajemen keperawatan, khususnya

yang berhubungan dengan implementasi perilaku caring dan tingkat kepuasan

(24)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Caring

Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan,

atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

kebutuhan untuk meningkatkan kondisi manusia atau kehidupan (George, 1990

dalam Anjaswarni, 2005). Marriner-Tomey, 1994 dalam Anjaswarni, 2005

menjelaskan caring adalah esensi dari keperawatan yang berarti juga

pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien, dimana perawat membantu

partisipasi klien, membantu klien memperoleh pengetahuan, dan meningkatkan

kesehatan.

Sedangkan Chitty, 1997 dalam Anjaswarni, 2005 menguraikan bahwa

profesional caring adalah seseorang yang memperhatikan, mengurus, dan

menyediakan atau memberikan bantuan kepada orang lain. Dia menjelaskan

bahwa penekanan keperawatan adalah asuhan keperawatan yang bersifat

humanistik, yang didasarkan pada pandangan hubungan profesional manusia

kepada manusia daripada perawat kepada pasien, dan pengalaman pasien adalah

aspek penting dalam keperawatan humanistik.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku caring

perawat adalah sifat dasar perawat sebagai manusia untuk membantu,

memperhatikan, mengurus, dan menyediakan bantuan, serta memberi dukungan

(25)

8

merupakan intervensi keperawatan dalam rangka mencapai derajat kesejahteraan

yang lebih tinggi dengan penuh perasaan berdasarkan kemanusiaan dan aspek

moral. Dengan caring ini memungkinkan terjalinnya hubungan dan intervensi

terapeutik antara perawat-klien. Caring merupakan dasar dalam melaksanakan

praktik keperawatan profesional untuk meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan dan memberikan kepuasan kepada klien (Anjaswarni, 2005).

2.2 Asumsi Yang Mendasari Konsep Caring

Rawin, 2005 menjelaskan bahwa ada tujuh asumsi menurut Watson yang

mendasari konsep caring tersebut. Adapun ketujuh asumsi itu dapat dijabarkan

sebagai berikut :

1. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara

interpersonal.

2. Caring terdiri dari faktor carative yang berasal dari kepuasan dalam membantu

memenuhi kebutuhan manusia atau klien.

3. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga.

4. Caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat itu

saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut

nantinya.

5. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung

perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih

(26)

9

6. Caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara

pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang

berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit.

7. Caring merupakan inti dari keperawatan.

Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh

faktor carative yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu

pengetahuan dasar. Faktor carative membantu perawat untuk menghargai manusia

dari dimensi pekerjaan perawat, kehidupan, dan dari pengalaman nyata

berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai kepuasan dalam melayani dan

membantu klien.

2.3 Faktor Carative Utama Dalam Caring

Watson, dalam Nurachmah, 2006, menguraikan bahwa struktur untuk ilmu

caring dibangun dari sepuluh faktor carative utama sebagai fokus dalam

keperawatan. Watson memberikan rekomendasi agar perawat memberikan asuhan

keperawatan kepada klien melalui sepuluh faktor carative yaitu yang

berhubungan dengan sifat dan karakter perawat yang menjelaskan bagaimana

perilaku caring dimanifestasikan. Sepuluh faktor carative dan bagaimana perilaku

caring dimanifestasikan perawat dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistic.

Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada

klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemampuan diri dengan

(27)

10

2. Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan

meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat

meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan kesehatan.

3. Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain.

Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia

sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.

4. Mengembangkan hubungan saling percaya.

Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati

yaitu turut merasakan apa yang dialami klien. Sehingga karakter yang

diperlukan dalam faktor ini antara lain adalah kongruen, empati, dan

kehangatan.

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien.

Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan

perasaan klien.

6. Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan

keputusan.

Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan

pendekatan asuhan kepada klien.

7. Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan

mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk

pertumbuhan personal klien.

8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang

(28)

11

Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien

terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien.

9. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi.

Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien. Pemenuhan

kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.

10.Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar

pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang

seorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/pemikiran yang bersifat

profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih

mendalam tentang diri sendiri.

Kesepuluh faktor carative di atas perlu selalu dilakukan oleh perawat agar

semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan

profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor

carative ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum

memahami orang lain (Nurachmah, 2006).

2.4 Konsep Implementasi Perilaku Caring Perawat

Implementasi perilaku caring perawat digambarkan dalam sepuluh

perilaku caring perawat yang terdiri dari :

1. Mendengar dengan perhatian

2. Memberi rasa nyaman

3. Berkata jujur

(29)

12

5. Bertanggung jawab

6. Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan

7. Memberi sentuhan

8. Memajukan sensitifitas

9. Menunjukkan rasa hormat pada klien

10.Memanggil klien dengan namanya

(Bidang Keperawatan RSUP Sanglah Denpasar, 2011)

2.5 Pengertian Kepuasan Pasien

Kepuasan merupakan persepsi terhadap produk atau jasa yang telah

memenuhi harapan dari konsumen/pasien. Karena itu, pasien tidak akan puas

apabila mempunyai persepsi bahwa harapannya belum terpenuhi. Sebaliknya, rasa

puas akan diperoleh jika persepsi pasien sama atau lebih dari yang diharapkan

(Irawan, 2009).

Pohan (2007) menyatakan kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan

pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang

diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya.

Teori yang menjelaskan bagaimana kepuasan atau ketidakpuasan

terbentuk adalah The Expectancy Disconfirmation Model. Teori ini

mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen atau pasien,

merupakan dampak dari perbandingan antara harapan pasien sebelum pembelian

(30)

13

tersebut. Produk atau jasa yang dibeli akan berfungsi sebagai berikut (Sumarwan,

2004):

1. Produk atau jasa berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, hal ini disebut

diskonfirmasi positif (positive disconfirmation). Jika ini terjadi maka

konsumen akan merasa puas.

2. Produk atau jasa berfungsi seperti yang diharapkan, inilah yang disebut

sebagai konfirmasi sederhana (simple confirmation). Produk atau jasa tersebut

tidak memberikan rasa puas, dan produk tersebut pun tidak mengecewakan

konsumen. Konsumen akan memiliki perasaan netral.

3. Produk atau jasa berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, inilah yang

disebut sebagai diskonfirmasi negative (negative disconfirmation). Produk

yang berfungsi buruk, tidak sesuai dengan harapan konsumen akan

menyebabkan kekecewaan, sehingga konsumen merasa tidak puas.

2.6 Prinsip-prinsip Kepuasan Pasien

Bisnis jasa merupakan aktifitas pelayanan kesehatan kepada pasien di

rumah sakit pada dasarnya bertujuan memberikan kepuasan yang seutuhnya pada

pengguna jasa tersebut. Untuk bisa memberikan kepuasan yang optimal kepada

pelanggan yang dalam hal ini adalah pasien di rumah sakit, ada sepuluh prinsip

kepuasan pelanggan yang bisa dijadikan pedoman (Irawan, 2009) yaitu:

1. Memulai dengan percaya kepada pentingnya kepuasan pasien.

(31)

14

3. Memahami harapan pasien merupaka kunci dalam meningkatkan kepuasan

pasien.

4. Mencari faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien.

5. Faktor emosional mempengaruhi kepuasan pasien.

6. Pasien yang mengadu pada perusahaan/instansi pelayanan kesehatan

merupakan pasien yang setia terhadap instansi tersebut.

7. Memberikan garansi akan meningkatkan kepuasan pasien secara cepat.

8. Mendengarkan suara pasien dengan cara melakukan riset kepuasan.

9. Karyawan memiliki peranan besar dalam menentukan kepuasan pasien.

10.Kepemimpinan merupakan teladan dalam kepuasan pasien.

2.7 Dimensi Penilaian Kepuasan Pasien

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen atau

pasien. Salah satu faktor tersebut adalah kualitas pelayanan atau jasa yang

berfokus pada lima dimensi (Rangkuti, 2006).

Parasuraman et al (1990) dalam Waluyo (2010) mengemukakan bahwa

kualitas pelayanan yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien terdiri dari dimensi

reliability (keandalan), dimensi responsiveness (daya tanggap), dimensi assurance

(jaminan), dimensi emphaty (kepedulian) dan dimensi tangibles (bukti langsung).

1. Reliability (keandalan)

Reliability (keandalan) adalah kemampuan memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, jujur, aman, tepat waktu, ketersediaan, akurat dan

(32)

15

terhadap pelayanan dalam kaitannya dengan ketepatan waktu pelaksanaan

tindakan.

2. Responsiveness (daya tanggap)

Responsiveness (daya tanggap) yaitu keinginan untuk membantu pasien dan

segera merespon untuk memberikan pelayanan terhadap kebutuhan pasien,

serta dengan cepat memperhatikan dan menyelesaikan masalahnya.

3. Assurance (jaminan)

Assurance (jaminan) adalah mencakup kemampuan, pengetahuan, kesopanan

dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki pada karyawan, bebas dari bahaya,

resiko, keragu-raguan, memiliki kompetensi, percaya diri dan menimbulkan

keyakinan kebenaran (obyektif).

4. Emphaty (kepedulian)

Emphaty (kepedulian) meliputi kemudahan dalam melakukan komunikasi dan

memahami kebutuhan pasien.

5. Tangibles (bukti langsung)

Tangibles (bukti langsung) meliputi fasilitas fisik, ketersediaan peralatan

perawatan dan komunikasi, kebersihan ruangan, ruangan yang teratur rapi,

penampilan kerja perawat yang rapi.

2.8 Pengukuran Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien merupakan keluaran dari layanan kesehatan. Suatu

perubahan dari sistem layanan kesehatan tidak mungkin tepat sasaran dan berhasil

(33)

16

pengukuran kepuasan pasien akan digunakan sebagai dasar untuk mendukung

perubahan sistem layanan kesehatan (Pohan, 2007).

Menurut Kotler (2004), ada beberapa macam metode dalam pengukuran

kepuasan pasien:

1. Sistem Keluhan dan Saran

Organisasi yang berorientasi pada pasien memberikan kesempatan yang luas

kepada pasiennya untuk menyampaikan saran dan keluhan. Misalnya dengan

menyediakan kotak saran, kartu komentar, dan hubungan telepon langsung

dengan pasien.

2. Ghost Shopping

Metode ini dilakukan dengan cara mempekerjakan beberapa orang yang

berperan atau bersikap sebagai pengguna potensial untuk melaporkan

temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk dari perusahaan atau

rumah sakit pesaing berdasarkan pengalaman mereka sehingga dapat dijadikan

sebagai koreksi terhadap kualitas pelayanan rumah sakit itu sendiri.

3. Lost Customers Analysis

Metode ini dilakukan dengan cara pihak rumah sakit menghubungi para

konsumen atau pasien yang telah berhenti menggunakan atau beralih ke rumah

sakit lain, untuk memperoleh informasi penyebab hal tersebut. Informasi ini

dapat dipakai untuk mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan

(34)

17

4. Survei Kepuasan

Survei dapat dilakukan dengan penyebaran kuesioner atau melalui wawancara

langsung pada para konsumen. Konsumen atau pasien juga dapat diminta

untuk mengurutkan berbagai elemen penawaran berdasarkan derajat

pentingnya setiap elemen dan seberapa baik perusahaan dalam masing-masing

elemen (importanse/performance ratings). Melalui survei tersebut, rumah

sakit dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan produk atau jasa yang

dimiliki, sehingga dapat melakukan perbaikan pada hal yang dianggap kurang

oleh para konsumen atau pasien.

Pengumpulan data survei kepuasan pasien dapat dilakukan dengan

berbagai cara tetapi pada umumnya dilakukan melalui kuesioner dan wawancara.

Adapun penggunaan kuesioner adalah cara yang paling sering digunakan karena

mempunyai beberapa keuntungan, seperti proses yang mudah dan murah,

menghasilkan data yang telah terstandarisasikan, dan terhindar dari bias

pewawancara (Pohan, 2007).

2.9 Manfaat Pengukuran Kepuasan Pasien

Menurut Gerson (2004), manfaat utama dari program pengukuran adalah

tersedianya umpan balik yang segera, berarti dan obyektif. Dengan hasil

pengukuran orang bisa melihat bagaimana mereka melakukan pekerjaannya,

membandingkan dengan standar kerja, dan memutuskan apa yang harus dilakukan

untuk melakukan perbaikan berdasarkan pengukuran tersebut. Ada beberapa

(35)

18

1. Pengukuran menyebabkan orang memiliki rasa berhasil dan berprestasi, yang

kemudian diterjemahkan menjadi pelayanan yang prima kepada

konsumen/pasien.

2. Pengukuran bisa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan standar

prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkan mereka menuju mutu

yang semakin baik dan kepuasan konsumen/pasien yang meningkat.

3. Pengukuran memberikan umpan balik segera kepada pelaksana, terutama bila

konsumen/pasien sendiri yang mengukur kinerja pelaksana atau yang memberi

pelayanan.

4. Pengukuran memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki mutu

dan kepuasan konsumen/pasien. Informasi bagaimana harus melakukannya

juga bisa datang dari konsumen/pasien.

5. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat

produktivitasnya yang lebih tinggi.

Menurut Azwar (1996) dalam Putra (2012), didalam situasi rumah sakit

yang mengutamakan pihak yang dilayani (client oriented) dimana pasien

merupakan penghuni terbanyak, maka banyak sekali manfaat yang dapat

diperoleh bila mengutamakan kepuasan pasien antara lain sebagai berikut:

1. Rekomendasi medis untuk kesembuhan pasien akan dengan senang hati

diikuti oleh pasien yang merasa puas terhadap pelayanan rumah sakit.

2. Terciptanya citra positif dan nama baik rumah sakit karena pasien yang puas

(36)

19

akumulatif akan menguntungkan rumah sakit karena merupakan pemasaran

rumah sakit secara tidak langsung.

3. Citra rumah sakit akan menguntungkan secara sosial dan ekonomi.

Bertambahnya jumlah orang yang berobat, karena ingin mendapatkan

pelayanan yang memuaskan seperti yang selama ini mereka dengar akan

menguntungkan rumah sakit secara sosial dan ekonomi (meningkatnya

pendapatan rumah sakit).

4. Berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan rumah sakit, seperti

perusahaan asuransi akan lebih menaruh kepercayaan pada rumah sakit yang

mempunyai citra positif.

5. Didalam rumah sakit yang berusaha mewujudkan kepuasan pasien akan lebih

diwarnai dengan situasi pelayanan yang menjunjung hak-hak pasien. Rumah

sakitpun akan berusaha sedemikian rupa sehingga malpraktek tidak terjadi.

2.10 Hubungan Caring Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Dalam upaya memenuhi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan, rumah sakit mulai melakukan pembenahan sistem pelayanan maupun

manajemennya. Kepuasaan pasien sebagai salah satu indikator pelayanan

berkualitas yang harus menjadi perhatian karena berhubungan langsung dengan

pengguna pelayanan kesehatan (Lusa, 2007 dalam Herniyatun dkk, 2009).

Salah satu cara untuk mengevaluasi mutu pelayanan keperawatan yang

dilakukan oleh perawat di rumah sakit adalah melakukan survei kepuasan pasien

(37)

20

memberikan asuhan keperawatan pada pasien di rumah sakit adalah perawat yang

memiliki sikap caring. Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan Potter dkk.,

(2009) bahwa caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap

pasien. Kepedulian, empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang

perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat – klien yang

terapeutik (Abdul, 2013). Hal serupa juga diungkapkan oleh Sukesi (2013) bahwa

terdapat kecenderungan semakin baik perilaku caring perawat, tingkat kepuasan

pasien juga akan semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya bila perilaku caring

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat pada praktek keperawatan di ruang rawat inap RSUP HAM Medan, berarti semakin

Penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) perilaku caring perawat di PKU Muhammadiyah Surakarta adalah cukup, (2) tngkat kecemasan pasien rawat inap di PKU

Sampel penelitian terdiri dari pasien dan perawat pelaksana rawat inap, masing-masing berjumlah 44 orang.Perilaku caring perawat pre aplikasi protokol caring pada

Sampel penelitian terdiri dari pasien dan perawat pelaksana rawat inap, masing-masing berjumlah 44 orang.Perilaku caring perawat pre aplikasi protokol caring pada

Novayanti (2011) menemukan bahwa perilaku Caring perawat akan berpengaruh terhadap kepuasan pasien namun masih diperoleh keluhan pasien yang mengatakan perawat tidak Caring

Hasil penelitian Rawat Inap Rumah Sakit RSUD Baubau menyebutkan terdapat hubungan antara perilaku caring perawat yang baik dan menunjukkan kepuasan terhadap pelayanan

Judul Tesis : Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.. Nama Mahasiswa :

Penilaian yang tinggi dari pasien terhadap perilaku instrumental caring perawat yang ada di ruang rawat inap umum RSMM dapat menunjukan sebagian besar