• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN

CARING PROCESS

DENGAN KEPUASAN

KERJA PERAWAT DAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG

RAWAT INAP RUMAH SAKIT GRAND MEDISTRA

LUBUK PAKAM

TESIS

Oleh

TATI MURNI KAROKARO

127046018/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN

CARING PROCESS

DENGAN KEPUASAN

KERJA PERAWAT DAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG

RAWAT INAP RUMAH SAKIT GRAND MEDISTRA

LUBUK PAKAM

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

TATI MURNI KAROKARO

127046018 / ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

Telah di uji

Pada tanggal: 3 Pebruari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi.,M.K.M Anggota : 1. Achmad Fathi, S.Kep., Ns., MNS

2. Ir. Etti Sudaryati., M.K.M, Ph.D

(5)
(6)

Judul Tesis : Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah

Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

Nama Mahasiswa : Tati Murni Karokaro

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Tahun :

Administrasi Keperawatan

2015

ABSTRAK

Pelaksanaan caring process, terdiri dari beberapa tahap yaitu knowing

(berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam kehidupan seseorang), being with

(hadir secara emosional kepada/terhadap orang lain), doing for (sedapat mungkin

melakukannya kepada orang lain seperti halnya melakukan terhadap diri sendiri),

enabling (memfasilitasi seseorang atau orang lain dalam merawat diri mereka

sendiri dan anggota keluarga, dan maintaining belief (menaruh kepercayaan

terhadap kemampuan seseorang dalam menjalani hidup atau transisi dan

menghadapi masa depan). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan

caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien di Rumah

Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam, dengan tehnik purposive sampling dengan

pertimbangan atau kriteria – kriteria tertentu dan sampel 89 orang perawat dan

102 pasien rawat inap dengan menggunakan kuesioner. Analisa data

(7)

Pearson Product moment. Hasil penelitian di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk

Pakam menunjukkan bahwa caring process mayoritaspada kategori baik (84,3%).

Hasil penelitian berdasarkan kepuasan kerja perawat mayoritas pada kategori puas

(80,4%). Hasil penelitian berdasarkan kepuasan pasien mayoritas pada kategori

puas (72,5%). Analisis Bivariat dengan uji korelasi Pearson Product moment di

dapatkan nilai r=0,658 (p<0,05), yang artinya hipotesa nol ditolak atau dengan kata lain terdapat hubungan yang signifikan antara caring process dengan

kepuasan kerja perawat dan kekuatan hubungan antara caring process dengan

kepuasan kerja perawat berada dalam kategori sangat tingg. Uji korelasi untuk

kepuasan pasien di dapat nilai r=0,088 (p>0,05), yang artinya hipotesa nol

diterima atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

caring process dengan kepuasan pasien.

(8)

Thesis Title : The Relationship between Caring Process and the Work Satisfaction of Nurses and Patient satisfaction

at Grand Medistra Hospital Lubuk Pakam

Name : Tati Murni Karo karo

Study Program : Master of Nursing

Field of specialization : Nursing Administration

Year : 2015

ABSTRACT

The implementation of caring process consists of several stages such as

knowing (doing our best to understand a meaningful event occured in the life of

somebody else), being with (being emotionally present in somebody else), doing

for (doing something for somebody else as wellas doing something for own self),

enabling (facilitating somebody or somebody else in taking care of own self and

family members), and maintaining belief (putting a trust on somebody’s skill in

living his/her life or transition and facing the future). The purpose of this study

was to find out the relationship between caring process and work satisfaction of

nurses and patient satisfaction at Grand Medistra Hospital Lubuk Pakam. The

samples for this study were 89 nurses and 102 in-patient patients selected through

purposive sampling techniques based on the consideration of certain criteria. The

data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data

(9)

Pearson Moment Product correlation test. The result of the study conducted at

Grand Medistra Hospital Lubuk Pakam showed that the majority of the caring

process (84.3%) was in good category, majority of the nurses (80.4%) were

satisfied with the work, and 72.5% of the patients were satisfied. The result of bivariate analysis using Pearson Product Moment showed that г = 0.658 (p <

0.05) which means that Ho was rejected or in other words there was a significant relationship between caring priocess and nurses’ work satisfaction and the

strength of the relationship between caring process and nurses’ work satisfaction

was very high. The result of correlation test in relation to patient satisfaction showed that г = 0.088 (p < 0.05) which means that Ho was accepted that there

was no significant relationship between caring process and patient satisfaction.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: “Hubungan

caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam”.

Selama menyusun tesis ini, penulis mengalami banyak pengalaman yang

berharga dari berbagai pihak. Sehingga, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas untuk melanjutkan studi ke jenjang Magister Keperawatan.

2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Terima

kasih telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam

mengerjakan tesis ini hingga selesai.

3. Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS selaku Sekretaris Program Studi Magister

Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

sekaligus sebagai dosen pembimbing II. Terima kasih telah memberikan

bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan tesis ini hingga

selesai. Terima kasih juga atas kesempatan yang telah beliau berikan kepada

(11)

4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi., M.K.M selaku dosen pembimbing I. Terima

kasih telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam

mengerjakan tesis ini hingga selesai.

5. Ir. Etti Sudaryati., M.K.M, Ph.D dan Roxsana Devi Tumanggor, S.Kep, Ns,

M.Nurs selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk

kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. dr. Arif Sujatmiko selaku Direktur Utama Rumah Sakit Grand Medistra

Lubuk Pakam yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian di rumah sakit tersebut.

7. Yayasan MEDISTRA Lubuk Pakam atas kesempatan dan dukungan yang

diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan

baik.

8. Suami tercinta Aswin Syahputra Sembiring, SP dan anak kami Neil

Ebinezer Winanta Sembiring serta keluarga yang selalu memberikan

semangat, motivasi dan dukungan yang begitu besar sehingga penulis bisa

menyelesaikan penelitian ini khususnya kepada ayahanda St. A Karokaro

(Almh) dan ibunda St.Rosminta Damanik.

9. Rekan-rekan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan terkhusus untuk

teman-teman Magister Keperawatan Konsentrasi Administrasi Keperawatan

angkatan kedua yang telah saling mengingatkan dan mendukung selama

(12)

Penulis menyadari bahwa hasil tesis ini masih ada kekurangan, baik dari

aspek bahasa maupun isinya. Oleh karena penulis mengharapkan kritik dan saran

yang sifatnya memperbaiki hasil tesis ini demi kesempurnaan tesis dan harapan

penulis semoga tesis ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya

bagi profesi keperawatan.

Medan, 3 Pebruari 2015 Penulis

(13)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tati Murni Karokaro

Tempat Tanggal Lahir : Gambiri, 28 februari 1980

Alamat : Jln. Sudirman No. 38 Lubuk Pakam, Kab. Deli

Serdang

Email : tatikarokaro612sp@gmail.com

N0.Telp./Hp : 081370367228

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun lulus

SD Inpres Sinaman Labah 1992

SMP RK CINTA RAKYAT 3 1995

SPK SEMBIRING Delitua 1998

D III Keperawatan Medistra Lubuk Pakam 2002

D IV Perawat Pendidik USU 2003

S1 Keperawatan USU 2005

S2 Keperawatn Magister Keperawatan USU 2014

Riwayat Pekerjaan:

Tahun 2009 – Sekarang Staf Dosen di STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

Tahun 2010 - 2011 Sekretaris Prodi Ilmu Keperawatan STIKes MEDISTRA

Lubuk Pakam

November 2011 s.d

Sekarang

Sekretaris Program Studi Akademi Keperawatan

(14)

Kegiatan Akademik Selama Studi :

Peserta pada acara “Seminar Penelitian Kualitatif Sebagai Landasan

Pengembangan Pengetahuan Disiplin Ilmu Kesehatan & Workshop

Analisis Data dengan Content Analysis & Weft-QDA”, 31 Januari

2012, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Peserta Seminar Keperawatan Nursing Leadership menyongsong Asean

Community 2015, 30 Januari 2013 Fakultas Keperawatan, USU.

Peserta pada 2013 MEDAN INTERNATIONAL NURSING CONFERENCE “The Application of Nursing Education Advanced Research and Clinical Practice”, 1 – 2 April 2013, Hotel Garuda Plaza, Medan,

Sumatera Utara.

Oral presentasi pada Seminar Internasional “the 1st International Conference in

Education and Nursing Research 2014 Transforming in Nursing

Education and Research”, 22-23 Agustus 2014, Fakultas

(15)

DAFTAR ISI

2.6 Kerangka Teori Penelitian ... 33

2.7 Kerangka Konsep Penelitian ... 34

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 39

(16)

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 49

4.1 Deskripsi lokasi penelitian ... 49

4.2 Karakteristik individu ... 53

4.3 Analisa univariat . ... 54

4.4 Analisa bivariat ... 58

BAB V. PEMBAHASAN PENELITIAN ... 60

5.1 Caring proces.s ... 60

5.2 Kepuasan kerja perawat ... 66

5.3 Kepuasan pasien rawat inap ... 71

5.4 Analisa bivariat ... 74

5.5 Hubungan caring process dengan kepuasan kerja perawat ... 74

5.6 Hubungan caring process dengan kepuasan pasien rawat inap ... 76

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1 Kesimpulan ... ... 78

6.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ....... 81

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Alat Ukur, Skala Ukur, dan Hasil Ukur Variabel Penelitian ……... 43

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden

berdasarkan data demografi perawat ………... 53

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden

berdasarkan data demografi pasien ...………... 54

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi dimensi caring process di Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam ………... 55

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit

Grand Medistra Lubuk Pakam ……… 56

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi kepuasan pasien rawat inap praktek

professional di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam …… 57

Tabel 4.6 Hasil uji korelasi bivariat caring process dengan kepuasan kerja

perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam …………. 58

Tabel 4.7 Hasil uji korelasi bivariat caring process dengan kepuasan pasien

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian ……… 33

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ……… 86

a. Lembar penjelasan tentang penelitian ……….... 87

b. Lembar Persetujuan menjadi responden………... 88

c. Instrumen Penelitian Caring Process……….... 89

d. Instrumen Penelitian Kepuasan Kerja Perawat……….. 92

e. Instrumen Penelitian Kepuasan Pasien Rawat Inap………… 96

Lampiran 2 Biodata Expert……… 99

Lampiran 3 Izin Penelitian……….. 105

a. Surat pengambilan data dari Dekan Fakultas Keperawatan… 106 b. Surat Persetujuan Etik Penelitian……… 107

(20)

Judul Tesis : Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah

Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

Nama Mahasiswa : Tati Murni Karokaro

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Tahun :

Administrasi Keperawatan

2015

ABSTRAK

Pelaksanaan caring process, terdiri dari beberapa tahap yaitu knowing

(berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam kehidupan seseorang), being with

(hadir secara emosional kepada/terhadap orang lain), doing for (sedapat mungkin

melakukannya kepada orang lain seperti halnya melakukan terhadap diri sendiri),

enabling (memfasilitasi seseorang atau orang lain dalam merawat diri mereka

sendiri dan anggota keluarga, dan maintaining belief (menaruh kepercayaan

terhadap kemampuan seseorang dalam menjalani hidup atau transisi dan

menghadapi masa depan). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan

caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien di Rumah

Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam, dengan tehnik purposive sampling dengan

pertimbangan atau kriteria – kriteria tertentu dan sampel 89 orang perawat dan

102 pasien rawat inap dengan menggunakan kuesioner. Analisa data

(21)

Pearson Product moment. Hasil penelitian di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk

Pakam menunjukkan bahwa caring process mayoritaspada kategori baik (84,3%).

Hasil penelitian berdasarkan kepuasan kerja perawat mayoritas pada kategori puas

(80,4%). Hasil penelitian berdasarkan kepuasan pasien mayoritas pada kategori

puas (72,5%). Analisis Bivariat dengan uji korelasi Pearson Product moment di

dapatkan nilai r=0,658 (p<0,05), yang artinya hipotesa nol ditolak atau dengan kata lain terdapat hubungan yang signifikan antara caring process dengan

kepuasan kerja perawat dan kekuatan hubungan antara caring process dengan

kepuasan kerja perawat berada dalam kategori sangat tingg. Uji korelasi untuk

kepuasan pasien di dapat nilai r=0,088 (p>0,05), yang artinya hipotesa nol

diterima atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

caring process dengan kepuasan pasien.

(22)

Thesis Title : The Relationship between Caring Process and the Work Satisfaction of Nurses and Patient satisfaction

at Grand Medistra Hospital Lubuk Pakam

Name : Tati Murni Karo karo

Study Program : Master of Nursing

Field of specialization : Nursing Administration

Year : 2015

ABSTRACT

The implementation of caring process consists of several stages such as

knowing (doing our best to understand a meaningful event occured in the life of

somebody else), being with (being emotionally present in somebody else), doing

for (doing something for somebody else as wellas doing something for own self),

enabling (facilitating somebody or somebody else in taking care of own self and

family members), and maintaining belief (putting a trust on somebody’s skill in

living his/her life or transition and facing the future). The purpose of this study

was to find out the relationship between caring process and work satisfaction of

nurses and patient satisfaction at Grand Medistra Hospital Lubuk Pakam. The

samples for this study were 89 nurses and 102 in-patient patients selected through

purposive sampling techniques based on the consideration of certain criteria. The

data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data

(23)

Pearson Moment Product correlation test. The result of the study conducted at

Grand Medistra Hospital Lubuk Pakam showed that the majority of the caring

process (84.3%) was in good category, majority of the nurses (80.4%) were

satisfied with the work, and 72.5% of the patients were satisfied. The result of bivariate analysis using Pearson Product Moment showed that г = 0.658 (p <

0.05) which means that Ho was rejected or in other words there was a significant relationship between caring priocess and nurses’ work satisfaction and the

strength of the relationship between caring process and nurses’ work satisfaction

was very high. The result of correlation test in relation to patient satisfaction showed that г = 0.088 (p < 0.05) which means that Ho was accepted that there

was no significant relationship between caring process and patient satisfaction.

(24)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

The theory of transpersonal caring merupakan teori keperawatan yang di

kemukakan oleh Watson (1979), yang menyatakan bahwa caring merupakan

suatu karakteristik interpersonal yang tidak diturunkan melalui genetika, tetapi

dapat di pelajari melalui pendidikan sebagai budaya profesi. Dalam konteks

keperawatan, caring bukan merupakan suatu hal yang unik akan tetapi caring

merupakan suatu bentuk pendekatan seni dan ilmu dalam merawat klien yang

merupakan kerangka penting dari kerangka kerja perawat dalam praktik

keperawatan dan bagaimana perawat menghargai orang lain, cinta dan memiliki

serta bertanggung jawab yang merupakan inti dari keperawatan (Heidegger,

(2001) dalam Waldow, 2009; Swanson, (1991) dalam Perry & Potter, 2009;

Watson 1979).

Waldow (2006) dalam Waldow (2009) mengemukakan bahwa dalam

melakukan caring ada proses yang harus dilalui yang disebut dengan istilah

caring process. Caring process dikembangkan oleh perawat berdasarkan:

pengetahuan ilmiah, keterampilan, intuisi, pemikiran kritis, dan kreativitas.

Karakteristik ini diwujudkan dalam perilaku dan sikap peduli dengan tujuan

mempromosikan, memelihara, dan atau memulihkan martabat dan keutuhan

manusia yang sedang di rawat. Pendapat diatas senada dengan Waldow (1998,

dalam Waldow, 2009) yang menyatakan lebih lanjut bahwa caring process

(25)

perawatan. Pelaksanaan caring process, terdiri dari beberapa tahap yaitu

maintaining belief (menaruh kepercayaan terhadap kemampuan seseorang dalam

menjalani hidup atau transisi dan menghadapi masa depan), knowing (berusaha

mengerti kejadian yang berarti dalam kehidupan seseorang), being with (hadir

secara emosional kepada/terhadap orang lain), doing for (sedapat mungkin

melakukannya kepada orang lain seperti halnya melakukan terhadap diri sendiri),

dan enabling (memfasilitasi seseorang atau orang lain dalam merawat diri mereka

sendiri dan anggota keluarga (Swanson, 1993 dalam Tonges & Ray, 2011;

Swanson, 1991 dalam Potter & Perry 2009; Swanson, 2001 dalam Watson 2002).

Hasil penelitian yang dilakukan Caroline Hospital di Chapel Hill dapat

disimpulkan bahwa kepuasan pasien meningkat secara pesat dan berkelanjutan

selama 6 tahun, hal ini terjadi karena adanya penerapan caring process terhadap

pasien melalui penerapan komunikasi theraupetik yang baik antara perawat

dengan pasien, sehingga terpenuhinya kebutuhan secara emosional, pribadi yang

positif dan meningkatnya kepedulian perawat terhadap privasi pasien (Tonges &

Ray, 2011).

Kepuasan kerja adalah perasaan yang dimiliki seseorang terhadap

pekerjaannya, akan tetapi ada beberapa orang beranggapan bahwa kepuasan kerja

merupakan tingkat yang paling tinggi dari kepuasan kerja yang memiliki perasaan

positif dan menikmati pekerjaannya dan menganggap bahwa kepuasan kerja

merupakan bagian dari pusat kehidupan seseorang, (Spector, 1997 & Robbin,

2005 dalam Rao & Malik 2012). Kepuasan kerja adalah sebuah multidimensional,

(26)

organisasional, yang terdiri dari faktor instrinsik meliputi tugas pekerjaan, konten

pekerjaaan (keberagaman, kemandirian, keterampilan, pemenuhan diri, dan

pertumbuhan diri, dan motivasi, sedangkan faktor ekstrinsik adalah upah/gaji,

rekan kerja, dan kondisi kerja. Jika faktor seperti kondisi kerja dan supervisor

yang baik, mereka menganggap itu sebagai kepuasan kerja, dan sebaliknya

(Pietersen, 2005).

Hasil penelitian yang dilakukan pada tiga rumah sakit di Taiwan

didapatkan bahwa 786 perawat ingin berhenti dari pekerjaan mereka, hal ini

sangat dipengaruhi oleh tingginya tingkat keluar – masuk atau pergantian perawat

dan pemahaman akan promosi keperawatan, selain itu juga akan dipengaruhi

faktor menejerial yang kurang baik yang dapat menyebabkan ketidakpuasan

perawat dalam bekerja. Dari hal – hal diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan

kerja perawat akan tercapai apabila adanya pemahaman akan promosi

keperawatan, faktor manajerial yang baik dilingkungan kerja agar tidak terjadi

keluar – masuknya perawat dalam satu rumah sakit (Hayes, 2006 & Brewer, 2006

dalam Kalisch., Lee., Rochman, 2010; Smith,1996, Lee,1999 & Tzeng, 1997

dalam Tzeng, 2002). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Pietersen pada

Government Hospital di South Afrika didapatkan bahwa 109 staf perawat

memberikan alasan yang mempengaruhi kepuasan kerja mereka yaitu a)

berdasarkan usia dan peringkat perawat merasa tidak puas dengan kondisi kerja

mereka dan menganggap kondisi kerja di rumah sakit yang kotor dan jauh dari

tempat kerja, b) staf perawat merasa tidak puas dengan supervisor mereka, karena

(27)

mereka, c) Mayoritas staf perawat merasa tidak senang dengan upah yang

diterima, karena upah yang mereka terima tidak cukup/tidak sesuai dengan apa

yang dikerjakan bahkan upah lebih kecil dari yang sudah di tentukan. Dari hasil

penelitian diatas maka pihak menejerial sebaiknya memperhatikan usia perawat

yang bekerja dirumah sakit agar mendapatkan hasil kerja yang optimal,

menempatkan supervisor sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya terutama

dalam hal memberikan dukungan maupun motivasi kepada perawat yang sedang

bekerja, penghargaan yang diterima oleh perawat yang bekerja dirumah sakit baik

secara upah/gaji atau penghargaan yang lainnya. Upah/gaji sebaiknya diberikan

sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan penghargaan yang lainnya seperti

mengikuti pelatihan maupun melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi

(Pietersen, 2005).

Dimensi dari kualitas pelayanan di rumah sakit adalah: aspek teknis

(perawatan, hasil dan perawatan dokter) dan aspek akomodasi (makanan,

kebisingan, suhu kamar, kebersihan, privasi dan parkir). Hal ini di perlukan bagi

petugas rumah sakit untuk mencoba sesuai dengan kebutuhan di lingkungan sosial

pasien. Ketika perawat ramah dan penuh harapan, minat dan usaha, ketakutan dan

kecemasan penyakit (tidak diketahui bagi pasien) dapat hilang (Carman, 2000

dalam Lekidou; Trivelas & Ipsilandis, 2007).

Kepuasan pasien adalah merupakan salah satu bentuk hasil (outcomes) dari

pelayanan kesehatan, kepuasan pasien dapat dikategorikan sebagai suatu sistem

pengukuran kerja yang merupakan tujuan dari peningkatan mutu layanan

(28)

sebagai ukuran bagi penyedia perawatan kesehatan yang telah mencapai

berkorespondensi untuk kebutuhan pasien dan harapan-harapan. Kepuasan pasien

telah ditetapkan sebagai variabel yang mempengaruhi efektivitas pelayanan

perawatan (Kyriopoulos, 2003 dalam Lekidou; Trivelas & Ipsilandis, 2007).

Pasien akan mempercayakan hidup dan kesejahteraan mereka untuk pemberi

pelayanan keperawatan. Untuk itu pemantauan kepuasan pada pasien merupakan

hal yang penting efektivitasnya dan menjadi bagian dari inisiatif dalam perbaikan

kualitas (Torres & Guo, 2004 dalam Lekidou; Trivelas & Ipsilandis, 2007).

Tingkat kepuasan pasien tergantung pada beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan selama penilaiannya yaitu: umur pasien, posisi sosial ekonomi

dan harapan, waktu pengukuran kepuasan, aspek penyedia layanan, dan variabel

penting lain yang mempengaruhi kepuasan (Mastaki, 2010).

Penelitian yang dilakukan pada 220 pasien pada Greek Central Hospital di

Yunani terhadap pasien sebanyak adalah 220 orang, didapat pasien menganggap

kesehatan mereka adalah hal yang sangat penting dan merasa lebih baik dan

sehat, berkaitan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengakses rumah sakit

didapatkan pasien puas walaupun rumah sakit jauh dari rumah mereka. Pasien

tampaknya tidak puas dengan faktor-faktor tertentu yang menentukan kualitas

perawatan seperti proses penerimaan pasien, kesehatan pasien tidak membaik

setelah mereka rawat inap, kepuasan pasien dari dokter yang negatif, pasien

kecewa ketika mereka membutuhkan mereka tidak menemukan dokter. Dari hasil

penelitian tersebut dapat diartikan bahwa jarak dalam menempuh rumah sakit

(29)

merasa puas apabila pasien diterima dengan baik oleh perawat di rumah sakit,

keadaaan pasien yang semakin membaik dan tenaga medis yang selalu ada buat

pasien disaat pasien membutuhkannya (Lekidou., Trivelas., & Ipsilandis, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya di Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam oleh Gurusinga tahun 2013 tentang perilaku caring

perawat terhadap kepuasan pasien, dari 136 sampel pasien rawat inap didapatkan

hasil yaitu adanya hubungan antara perilaku caring dengan kepuasan pasien rawat

inap, dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku caring

sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam memenuhi

kebutuhan pasien. Hasil penelitian tersebut mayoritas dalam kategori baik dimana

perawat selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan instruksi atau

mengajari pasien, selalu tegur sapa, selalu memberikan informasi kepada pasien

maupun keluarga sehingga pasien dapat memberikan keputusan terhadap

pelayanan yang akan dilakukan terhadap dirinya, menunjukkan rasa hormat,

memberikan dukungan, memanggil pasien dengan nama yang tepat, bersikap

jujur, membuat pasien merasa nyaman secara fisik dan emosional, dan yang

paling penting adalah perawat selalu memperlakukan pasien sebagai satu individu

yang utuh.

Sedangkan hasil penelitian kepuasan pasien dapat disimpulkan bahwa

mayoritas responden merasa puas walaupun masih ada pasien belum puas dengan

pelayanan keperawatan yang didapatkan oleh pasien. Alasan yang didapat dari

pasien tentang kepuasan tersebut adalah perawat selalu mengarahkan pasien

(30)

keperawatan, cekatan dan tidak terlambat dalam melakukan tindakan

keperawatan, terampil dan selalu menguasai tentang hal yang dijelaskan kepada

pasien. Sebagai hasil dari penelitian tersebut diatas maka perawat yang bekerja di

Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam telah menerapkan perilaku caring

pada pasien.

Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Maret ditemukan

bahwa banyaknya jumlah pegawai baru di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk

Pakam dikarenakan adanya pengembangan rumah sakit dengan penambahan

ruang rawat inap sejumlah 4 ruangan. Penambahan perawat di Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam dengan tingkat pendidikan Diploma III dan S1

keperawatan ditempatkan seluruhnya di ruang rawat inap. Peneliti melihat bahwa

perawat yang baru tanpa ada pengalaman kerja masih kurang menerapkan caring

process hal ini disebabkan karena pengalaman kerja yang belum ada, cara

berkomunikasi dengan pasien yang masih ragu ragu, masih ada rasa takut jika

berhubungan dengan pasien dalam waktu yang lama, perawat berkomunikasi

dengan pasien seadanya dalam memberikan informasi kesehatan, kurang menggali

masalah yang sedang dialami oleh pasien sedangkan perawat yang sudah memiliki

pengalaman kerja di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam caring process

dilakukan tetapi hanya sekedarnya tanpa melihat adanya tahapan yang harus di

lakukan dengan baik berdasarkan bagian bagian yang ada didalam caring process.

Dari hasil survei tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian apakah

(31)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan dalam latar belakang, maka masalah penelitian yang akan di

teliti adalah apakah ada hubungan antara caring process dengan kepuasan kerja

perawat dan kepuasan pasien rawat inap.

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka tujuan

dari penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Menganalisa caring process perawat berdasarkan lima dimensi di Rumah

Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

2. Menganalisa kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk

Pakam

3. Menganalisa kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra

Lubuk Pakam

4. Menguji hubungan antara caring process dengan kepuasan kerja perawat di

Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

5. Menguji hubungan antara caring process dengan kepuasan pasien rawat inap

di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

1.4Hipotesis

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

1) Ada hubungan positif antara caring process dengan kepuasan kerja perawat

(32)

2) Ada hubungan positif antara caring process dengan kepuasan pasien rawat

inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

1.5Manfaat Penelittian 1). Aspek teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat mengkaji bahan kajian di pendidikan dalam

pengembangan ilmu tentang caring process perawat dalam memberikan

pelayanan keperawatan di rumah sakit. Penelitian ini juga dapat memberikan

kontribusi dan pemahaman yang lebih luas tentang caring process dalam

memberikan pelayanan keperawatan, kepuasan kerja perawat, serta kepuasan

pasien rawat inap di rumah sakit.

2). Aspek praktis

a. Sebagai bahan masukan ataupun memberikan gambaran kepada rumah sakit

tentang caring process dalam memberikan pelayanan keperawatan serta

menjadi bahan pertimbangan untuk rumah sakit untuk mendukung,

bekerjasama dalam meningkatkan kinerja perawat dalam program – program

latihan dan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang selalu

dilandasi dengan caring process, maka perawat dapat bersikap caring, lebih

bersahabat, komunikatif, dan dapat membantu menumbuhkan motivasi untuk

kesembuhan pasien.

b. Sebagai bahan masukan dan pandangan bagi perawat untuk melakukan

pendekatan kepada pasien dalam memberikan tindakan asuhan keperawatan

(33)

rutinitas harian tetapi lebih mengedepankan aspek – aspek psikologis pada

pasien sehingga mutu pelayanan keperawatan semakin meningkat

c. Dapat menerapkan metodologi penelitian secara nyata serta dapat menambah

pengetahuan penelitian terutama dalam pemberian metode asuhan

(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Caring

Konseptual caring telah di deskripsikan dalam literatur baik sebagai model

dan sebagai teori. Caring merupakan suatu tindakan yang dapat menggerakkan

kita untuk melakukan sesuatu terhadap kepentingan dan kebutuhannya, yang

mana hal ini berhubungan dengan kebutuhan seseorang (Waldow, 2009). Caring

merupakan suatu cara atau pemeliharaan yang berhubungan dengan bagaimana

kita menghargai orang lain, cinta dan memiliki serta bertanggung jawab dan juga

merupakan inti dari keperawatan, tetapi tidak merupakan sesuatu yang unik atau

yang berbeda di dalam praktik keperawatan (Swanson, 1999).

Swanson, (1991 dalam Tonges & Ray, 2011) menyatakan bahwa ada lima

tingkatan dalam caring keperawatan, yaitu kapasitas dari caring perawat

(sejauhmana perawat dalam memberikan caring kepada pasien), komitmen

(komitmen pasien dalam menerima caring), situasi dan kondisi (dukungan

lingkungan yang tepat dan komitmen dalam memberikan praktik keperawatan),

tindakan caring (konsistensi dari tindakan keperawatan merupakan dasar dari

pengetahuan, bersama dengan, melakukan untuk, memfasilitasi dan

mempertahankan kepercayaan), dan konsekuensi caring (hasil dari tindakan yang

(35)

1. Caring Process

Caring process merupakan bagaimana cara seorang perawat dalam

mengambil maupun memberi perawatan (Waldow, 1998 dalam Waldow, 2009).

Caring process dalam keperawatan meliputi perilaku dan sikap yang ditunjukkan

dalam tindakan yang dilakukan, dilindungi oleh hukum, dan dikembangkan

dengan kompetensi untuk mempromosikan potensi-potensi orang yang bertujuan

untuk melestarikan atau memperbaiki kondisi manusia dalam proses kehidupan

dan kematian (Waldow, 2006 dalam Waldow, 2009).

2. Dimensi Caring Process

Teori caring process Swanson (1991) dibagi menjadi 5 dimensi, yaitu:

knowing, being with, doing for, enabling, dan maintaining belief. Dimensi

pertama, knowing adalah berusaha untuk memahami peristiwa yang memiliki

makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari

caring keperawatan, knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan

mengesampingkan asumsi perawat, mengetahui kebutuhan klien,

menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitif terhadap petunjuk

verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan

orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan

persepsi antara perawat dan klien. knowing adalah penghubung dari keyakinan

dalam keperawatan terhadap realita kehidupan.

Dimensi kedua adalah being with, dimana perawat tidak hanya hadir

(36)

emosional bersama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan,

kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak

diinginkan. Dengan being with perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak

mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan

bersemangat yang dilakukan perawat, akan membentuk suatu suasana keterbukaan

dan saling mengerti.

Dimensi ketiga adalah doing for, yang berarti bersama – sama melakukan

suatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan,

kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien. Dimensi keempat, enabling

adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk

melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam

hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberikan informasi, kejelasan,

mendukung dengan fokus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan

menghasilkan alternatif pemecahan sehingga meningkatkan penyembuhan klien

atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara

memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik.

Dimensi kelima, maintaining belief, yaitu menumbuhkan keyakinan

seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa – masa transisi dalam

hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini

kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti

atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang dalam

situasi apa pun (Bailey, 2009; Eide & Kahn, 2008; Jansson & Adolfsson, 2011;

(37)

3. Sub dimensi Caring Process

Dalam melaksanakan lima dimensi caring process, dimana setiap dimensi

terdiri dari beberapa subdimensi, yaitu knowing adalah penghubung dari

keyakinan dalam keperawatan terhadap realita kehidupan, subdimensinya yaitu a)

avoiding assumption (menghindari asumsi – asumsi), b) assessing thoroughly

(melakukan pengkajian menyeluruh), c) seeking clues (perawat menggali

informasi secara mendalam), d) centering on the cared for (melibatkan diri

sebagai perawat yang utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan

asuhan keperawatan yang efektif).

Being with adalah tidak hanya hadir secara fisik, namun juga komunikasi,

subdimensinya yaitu a) non-burdening (perawat bekerjasama dengan klien tanpa

memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan), b)

convering availabily (menunjukkan kesediaan perawat dalam membantu klien dan

menfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan), c) enduring with

(bersama – sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan

kesehatan klien, d) sharing feeling (berbagi pengalaman bersama klien yang

berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien).

Doing for yang berarti bersama – sama melakukan suatu tindakan,

subdimensinya adalah comforting (memberikan kenyamanan), performing

competently (menunjukkan ketrampilan), preserving dignity (menjaga martabat

klien), anticipating (mengantisipasi), dan protecting (melindungi) hak – hak

(38)

Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, subdimensinya

yaitu a) validating (menvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan, b)

informing (memberikan infomasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan

klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien), c) supporting

(memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan sesuai

kapasitas sebagai perawat), d) feedback (memberikan umpan balik terhadap apa

yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan), e) helping

patients to focus and generative alternative (menolong pasien untuk selalu fokus

dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan

maupun tindakan medis).

Maintaining belief, yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang, sub

dimensinya yaitu a) believing in (perawat menanggapi apa yang ia rasakan dan

percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada

siapapun yang sedang dalam masa transisi), b) offering a hope-filled attitude

(menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya perduli terhadap masalah yang

dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat), c)

maintaining realistic optimism (menjaga dan menunjukkan optimisme perawat

dan harapan apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi

agar klien mempunyai optimis dan harapan yang sama), d) helping for find

meaning (membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga

klien perlahan – lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang

dialami klien), e) going the distance (tetap menjaga hubungan sebagai perawat –

(39)

terhadap perawat dan kemampuan berespon serta caring secara total oleh perawat

kepada klien) (Swanson, 1991).

4. Sub kategori Caring Process

Caring Process terdiri dari lima dimensi, akan tetapi dari lima dimensi

dibagi menjadi sepuluh sub kategori yaitu, 1) mengingat perasaan pasien (perawat

menjelaskan bahwa perawat mencoba untuk menempatkan diri menjadi seorang

pasien dan berpikir tentang apa yang di khawatirnya), 2) memiliki pengetahuan

dan keterampilan keperawatan (perawat menekankan bahwa sangat penting

memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan perawatan kepada

pasien, jika perawat mengamati pasien sebagai seorang individu yang utuh, maka

perawat mengerti apa jenis perawatan yang di berikan dan bagaimana hal itu harus

diberikan. Perawat juga dinilai memiliki kemampuan untuk menemukan dan

memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien mereka), 3) advokasi untuk

pasien (upaya untuk mempertimbangkan permintaan pasien), 4) memiliki

hubungan sebagai manusia, pengalaman kebahagiaan dan kesedihan sebagai

pasien.

Perawat memiliki hubungan yang dekat dengan pasien karena perawat

dapat lebih dekat dan menggali pengalaman pasien akan penyakitnya tersebut), 5)

bersama pasien/menyentuh pasien/mendengarkan pasien (bersama pasien,

menyentuh pasien, dan mendengarkan pasien penting dalam hal praktik

keperawatan. perawat terlihat duduk di dekat pasien, memegang tangan,

(40)

diandalkan oleh pasien dan keluarga, mampu mengantisipasi perbedaan dan

percaya bahwa perawatan yang perawat berikan adalah yang terbaik untuk

pasien), 7) saling membantu (perawat saling membantu untuk melaksanakan tugas

keperawatan, ketika bekerja shift yang sama, perawat saling bertanya apakah

membutuhkan bantuan untuk menjaga pasien mereka), 8) hubungan dengan

pasien (banyak perawat menyatakan terbinanya hubungan yang baik ke pasien

karena perawat telah menghabiskan begitu banyak waktu dengan pasien), 9)

menunjukkan makna hidup seseorang (bekerja sebagai perawat adalah mereka

memberikan arti hidup seseorang), 10) menyadari keperawatan sebagai sarana

aktualisasi diri (perawat ingin diakui, karena bekerja sebagai perawat adalah cara

yang perawat lakukan untuk mendapatkan pengakuan) (Gregg & Magilvy, 2004).

2.2. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaan mereka yang

memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau

tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya. Hal

tersebut dihasilkan dari persepsi mereka mengenai pekerjaan mereka dan tingkat

kesesuaian antara individu dan organisasi (Ivancevich, Konopaske, Matteson,

2006; Howell dan Dispboye (1986) dalam Munandar (2008).

Berdasarkan definisi diatas, kepuasan kerja mengacu pada sikap yang

lazim ditunjukan seseorang terhadap pekerjaanya. Kepuasan kerja yang tinggi

memiliki sikap positif terhadap pekerjaanya sedangkan yang tidak puas memiliki

(41)

merujuk pada kepuasan kerja seperti: 1) sepuas apakah karyawan saat pendapatan

(gaji) meningkat, 2) kepuasan dan produktivitas tidak mudah menetukan apakah

kepuasan kerja menghasilkan produktivitas kerja atau sebaliknya, 3) kepuasan dan

ketidakhadiran kerja menunjukan bahwa karyawan yang puas selalu hadir bekerja

sedangkan karyawan yang tidak puas jarang hadir untuk bekerja, 4) kepuasan

kerja dan kepuasan konsumen ada hubunganya dengan dampak positif terhadap

konsumen, 5) kepuasan kerja akan mengutarakan hal positif tentang tempat dia

bekerja, membantu rekan lain, dan melampaui ekspetasi kerja normal, 6) kepuasan

kerja dan prilaku buruk ditempat kerja, kurang puas dengan pekerjaan, mereka

akan bereaksi dengan beragam cara. Tetapi tidaklah mudah untuk memprediksi

bagaimana mereka akan merespon. Mungkin ada yang mengundurkan diri,

sedangkan yang lain mungkin merespon dengan menggunakan waktu kerja untuk

bermain dikomputer (Robbins & Coulter, 2010).

1. Teori-teori Kepuasan Kerja

Teori – teori kepuasan kerja terdiri dari tiga yaitu 1) teori pertentangan

(Discrepancy Theory) yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan dan apa

yang diterima bagi individu, 2) model dari kepuasan bidang/ bagian (Facet

Satisfication), seseorang akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka

jika melaksanakan kerja mereka sama dengan mempersepsikan masukan

pekerjaan, ciri-ciri pekerjaan,dan bagaimana mereka mempersepsikan masukan

dan keluaran dari orang lain yang dijadikan pembanding, 3) teori

(42)

mempertahankan suatu keseimbangan emosional (emotional equilibrium),

berdasarkan asumsi bahwa kepuasan kerja yang bervariasi secara mendasar dari

waktu ke waktu akibatnya ialah bahwa pengukuran kepuasan kerja perlu

dilakukan secara periodik dengan interval waktu yang sesuai (Munandar, 2008 &

Warta 2009).

Teori lain mengatakan bahwa kepuasan kerja pegawai tergantung kepada

terpenuhi atau tidaknya kebutuhan dari pegawai tersebut, rasa puas akan muncul

apabila pegawai tersebut mendapatkan apa yang diinginkan sesuai dengan

kebutuhannya. Begitu pula sebaliknya apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi

sesuai dengan kebutuhannya makan pegawai tersebut tidak akan merasa puas.

Maslow (1943) dalam Siagian (2002) menyakakan bahwa manusia memiliki lima

macam kebutuhan dasar mulai dari yang paling dasar hingga yang paling tinggi,

yaitu: 1) kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan yang paling dasar untuk

kelangsungan hidup seperti: kebutuhan makan, minum, bernafas, dan istirahat, 2)

kebutuhan rasa aman dan nyaman yaitu suatu rasa yang sangat di inginkan oleh

setiap individu dalam menjalani hidup seperti: lingkungan yang aman dan nyaman

untuk di tempati, 3) Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki yaitu kebutuhan

internal seseorang untuk menciptakan suatu hubungan dengan orang lain baik

lingkungan internal maupun lingkungan sosial, 4) harga diri yaitu suatu

pengakuan terhadap kemampuan seseorang, apabila seseorang mengalami

kegagalan maka akan mengalami harga diri yang rendah, 5) aktualisasi diri yaitu

(43)

bisa juga tidak, seperti kebutuhan akan barang barang mahal atau pun kebutuhan

yang sudah dianggap melampaui kebutuhan dasar.

2. Faktor – Faktor Kepuasan Kerja

Faktor-faktor tertentu yang diasosiasikan dengan kepuasan kerja dan

ketidakpuasan kerja yaitu 1) keragaman ketrampilan yang diperlukan untuk

melakukan pekerjaan, semakin terampil maka semakin berkurang kebosanan

dalam bekerja, 2) Jati diri tugas (task identity) memberikan suatu kegiatan yang

berarti, tugas yang dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan lebih besar dan yang

dirasakan tidak merupakan suatu kelengkapan tersendiri akan menimbulkan rasa

tidak puas, 3) tugas yang penting (task significance), jika tugas dilakukan penting

dan berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung akan mengalami kepuasan kerja,

4) otonomi, pekerjaan yang memberikan kebebasan, mengambil keputusan yang

lebih cepat akan menimbulkan kepuasan kerja, 5) pemberian pekerjaan pada

pekerja akan membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja, 6) gaji penghasilan,

gaji yang dirasakan akan dapat meningkatkan kepuasan kerja apabila gaji yang

diterima seseorang dapat memenuhi kebutuhan, memenuhi kebutuhan internal dan

eksternal, 7) rekan sekerja yang menyenangkan yang dapat memberikan dorongan

dalam bekerja, 8) promosi dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang,

9) atasan yang senantiasa memberikan perintah atau petunjuk dalam pelaksanaan

kerja dapat menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi seseorang, 10)

kenyamanan lingkungan kerja dapat berkaitan dengan penerangan yang cukup,

(44)

12) pangkat atau jabatan, 13) umur, 14) jaminan finansial dan jaminan sosial, 15)

mutu pengawasan (Badeni, 2013; Chiselli dan Brown dalam Anoraga (2006);

Ivancevich, Konopaske, Matteson, 2006; Munandar, 2008).

3. Dampak dari Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja

Dampak dari kepuasan dan ketidakpuasan kerja telah banyak diteliti dan

dikaji, berikut beberapa dampak kepuasan kerja yakni 1) dampak terhadap

produktivitas, produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan kepuasan kerja

hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa ganjaran instrinsik dan ganjaran

ekstrinsik yang diterima keduanya adil dan wajar dan disosialisasikan dengan

unjuk kerja yang unggul, 2) dampak terhadap ketidakhadiran dan keluarnya

tenaga kerja, ketidakhadiran dan berhenti bekerja merupakan jenis jawaban –

jawaban yang secara kualitatif berbeda. Lain halnya dengan berhenti atau keluar

dari pekerjaan, 3) dampak terhadap kesehatan, ukuran – ukuran dari kepuasan

kerja merupakan hal yang baik bagi longevity atau panjang umur atau rentang

kehidupan. Kepuasan kerja menunjang fungsi fisik, mental dan kepuasan sendiri.

Tingkat dari kepuasan kerja dan kesehatan mungkin saling berkaitan sehingga

peningkatan dari yang satu dapat meningkatkan yang lain dan sebaliknya

penurunan yang satu mempunyai akibat negatif pada yang lain (Munandar, 2008).

4. Reaksi Pegawai terhadap Ketidakpuasan Kerja

Ketidakpuasan kerja pada karyawan dapat dilihat dari beberapa

(45)

perilaku ketidakpuasan yang diungkapkan dengan keluar meninggalkan

pekerjaannya dan mencari pekerjaan lain, 2) menyuarakan (voice) yaitu

ketidakpuasan yang diungkapkan melalui usaha aktif untuk mencoba

memperbaiki situasi dengan cara membicarakannya dengan pihak organisasi, 3)

Mengabaikan (neglect) yaitu ketidakpuasan yang diungkapkan dengan sikap

membiarkan keadaan menjadi lebih buruk, menentang dengan cara melakukan

perilaku yang destruktif, 4) Kesetiaan (loyalty) yaitu membela perusahaan

terhadap kritik baik dari luar maupun dari dalam perusahaan dan menerima apa

adanya keadaan dan percaya bahwa organisasi akan melakukan yang terbaik

baginya, Robbin (1998) dalam Badeni (2013 & Robbin (1998) dalam Munandar

2008).

5. Komponen utama Sistem Reward

Setiap individu atau kelompok yang memiliki kinerja yang tinggi perlu

mendapatkan penghargaan, yaitu 1) gaji dan bonus, penghargaan terhadap kinerja

yang tinggi dapat diberikan dalam bentuk kenaikan gaji, pemberian bonus, atau

pemberian saham, dan gaji yang diterima dirasakan adil. Gaji merupakan

komponen reward yang sangat penting bagi pegawai dalam memenuhi

kebutuhannya dan gaji yang lebih tinggi akan meningkatkan kepuasan kerja

karyawan dan mengurangi tingkat perpindahan kerja, 2) kesejahteraan (benefit)

pegawai yang ditawarkan organisasi sebagai bentuk pemberian penghargaan atas

prestasi kerja, seperti a) tunjangan, meliputi tunjangan jabatan, tunjangan

(46)

dan tunjangan hari tua, b) fasilitas kerja, misalnya kendaraan dinas, supir pribadi

dan rumah dinas, c) kesejahteraan rohani, misalnya rekreasi, liburan, paket ibadah

dan sebagainya, 3) pengembangan karir sangat penting diberikan bagi pegawai

yang memiliki prestasi kerja yang memuaskan agar nilai pegawai itu lebih tinggi

sehingga mampu memberikan kinerja yang lebih baik, 4) Penghargaan psikologis

dan sosial seperti memberikan pujian, memberikan kepercayaan, penempatan

lokasi kerja yang lebih baik lagi dan pengakuan (Badeni, 2013; Mahmudi, 2013;

Munandar, 2008).

2.3Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus dari pendidikan perawat, baik

dalam maupun luar negeri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –

undangan yang berlaku dimana secara langsung berhubungan dengan masyarakat

(Asmadi, 2008 & Kepmenkes RI No. 1239, 2001).

Perawat adalah seorang penyedia layanan kesehatan dalam membantu

setiap individu untuk mencapai tingkat kesejahteraan secara maksimum, dalam

memberikan pelayanan keperawatan maka perawat bekerja secara kooperatif

dengan professional untuk memberikan asuhan yang sebaik – baiknya (Rasdahl

dan Kawalski 2014).

Dapat diambil kesimpulan bahwa perawat adalah seseorang yang telah

menamatkan pendidikan minimal Diploma III dan memberikan pelayanan

keperawatan secara kooperatif dengan professional untuk mencapai tingkat

(47)

Hak perawat dalam menjalankan tugas di rumah sakit maupun ditempat

pelayanan yang lainnya adalah 1) setiap orang berhak untuk memperoleh

kesehatan yang optimal, 2) mendapatkan perlindugan hukum dalam melaksanakan

tugas sesuai dengan profesinya, 3) mengembangkan diri melalui kemampuan

sesuai dengan latar belakang pendidikannya, 4) menolak keinginan klien yang

bertentangan dengan peraturan perundang – undangan serta standard dan kode

etik profesi, 5) mendapatkan informasi lengkap dari klien atau keluarganya

tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasan terhadap pelayanan ynag diberikan,

6) mendapatkan ilmu pengetahuan berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus, 7)

diperlakukan sesara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan maupun oleh

klien, 8) mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat

menimbulkan bahaya baik secara fisik maupun stress emosional, 9) diikutsertakan

dalam penyususnan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan pelayanan

kesehatan, 10) privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan

oleh klien dan/atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainnya, 11) menolak

perpindahan ke tempat tugas lain, baik melalui anjuran maupun pengumuman

tertulis karena diperlukan atau melakukan tindakan yang bertentangan dengan

standar profesi atau kode etik keperawatan, 12) mendapatkan penghargaan dan

imbalan yang layak, 13) memperoleh kesempatan untuk pengembangan karir (UU

RI No.23, 1992 & Suhaemi, 2004, Kathleen, Janice, Barbara, & Glenora 2007).

Kewajiban yang harus dilakukan oleh perawat adalah 1) memelihara dan

(48)

mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan, 3) memberikan pelayanan

atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan batas kegunaannya, 4)

menghormati hak klien, 5) merujuk klien kepada perawat atau tenaga kesehatan

lainnya yang mempunyai keahlian dan kemampuan yang lebih baik bila yang

bersangkutan tidak mampu mengatasinya, 6) memberikan kesempatan kepada

klien untuk berhubungan dengan keluarganya, 7) memberikan kesempatan untuk

menjalankan ibadahnya, 8) berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya dalam

memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada klien, 9) memberikan

informasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan keperawatan sesuai batas

kemampuannya, 10) membuat dokumentasi asuhan keperawatan, 11) mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan dan kesehatan. 12)

melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan 13) merahasiakan segala

sesuatu yang diketahui tentang klien, kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak

yang berwenang, 14) memenuhi hal – hal yang telah disepakati atau perjanjian

yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat kerja (UU RI No.23, 1992

& Suhaemi, 2004, Kozier, Erb, Berman, & Snyder 2011).

Perawat memiliki empat peran utama dalam menjalankan tugasnya sesuai

dengan hak dan kewenangan yang ada, seperti 1) pelaksana layanan keperawatan

(perawat memberikan layanan berupa asuhan keperawatan secara langsung baik

individu, kaluarga dan masyarakat sesuai dengan kewenagannya), 2) pengelola

(perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola layanan

keperawatan disemua tatanan layanan kesehatan maupun pendidikan keperawatan

(49)

keperawatan), 3) pendidik dalam keperawatan (sebagai pendidik, perawat

berperan mendidik individu, keluargan dan masyarakat, serta tenaga keperawatan

dan kesehatan lainnya yang berada dibawah tanggung jawabnya), 4) peneliti

(perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan

prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitiannya untuk

meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan kesehatan (Asmadi,

2008; Blais, 2007; Gaffar, 1999; & Kozier, 2011).

2.4 Kepuasan pasien

Kepuasan pasien adalah keluaran (outcomes) layanan kesehatan, dan

merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan

(Pohan,2007)

Pohan (2007) menjelaskan ada 3 indikator kepuasan pasien yaitu,

kepuasan terhadap akses layanan kesehatan, kepuasan terhadap mutu layanan

kesehatan yang dinatakan dengan sikap kompetensi yang berhubungan dengan

pasien bagaimana perubahan yang dirasakan oleh pasien sebagai hasil dari

layanan kesehatan, kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan yang dapat dilihat

dari fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan, sikap mau menolong atau

kepedulian personel, keuntungan dana layanan kesehatan yang ditawarkan

Kepuasan pasien merupakan keluaran (outcomes) hasil suatu pelayanan

kesehatan publik, kepuasan pelanggan dapat dikategorikan sebagai tujuan dari

peningkatan mutu layanan kesehatan dalam suatu sistem pengukuran kinerja. Oleh

(50)

aduan atau komplain dan harapan pasien. Rasa ini adalah perasaan senang

seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenagan aktivitas dan suatu

produk dengan harapannya. Kepuasan pasien sangat bersifat kualitatif, oleh

karena itu untuk mengetahui seberapa besar kepuasan pelanggan perlu dilakukan

survey pelanggan ( Mahmudi, 2013; Muninjaya,2012; Nursalam, 2011).

Penilaian kualitas pelayanan dikaitkan dengan kepuasan pasien dengan

berfokus pada aspek fungsi dari proses pelayanan (Supranto, 2001), yaitu (a)

tangibles (wujud nyata) yang meliputi fasilitas fisik yang mencakup kemutahiran

peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM perusahaan dan

keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan, (b) reliability

(keandalan) pelayanan yang disajikan dengan segera dan memuaskan dan

merupakan askpek keandalan sistem pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa

meliputi ketepatan waktu pelayanan sesuai dengan janji yang diberikan

keakuratan penanganan, (c) responsiveness (tanggung jawab) untuk membantu

dan menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen, (d) assurance (jaminan)

bahwa jasa yang ditawarkan memberikan jaminan kemanan yang meliputi rasa

aman selama berurusan dengan karyawan, kemampuan SDM, (d) empaty (empati)

dengan memberikan perhatian penuh kepada konsumen, pemahaman akan

kebutuhan konsumen, perhatian terhadap kepentingan konsumen, kesesuaian

waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen.

Risser (1975 dalam Charalambus & Adamakidou, 2012) menyampaikan

(51)

tehnical-professional (praktik professional, trusting relationship (hubungan saling

percaya), educational relationship ( hubungan pendidikan).

1. Pengukuran Kepuasan Pasien

Mengukur kepuasan atau ketidakpuasan pasien adalah melihat tampilan

dari rumah sakit, bukan untuk membuat perencanaan, mempelajari kebutuhan dan

mengukur mutu pelayanan. Puas atau tidak puas tergantung pada (1) sikap (rasa

senang atau tidak senang), (2) tingkatan dari evaluasi, melebihi atau dibawah

standar. Standar dapat berupa a) penampilan, b) norma atau pengalaman, c)

kewajaran, d) nilai – nilai, e) ideal, f) toleransi minimum, g) kepantasan, h)

keinginan atau janji pemberi pelayanan kesehatan, Pengumpulan data survey

kepuasan pasien dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi umumnya dilakukan

melalui kuesioner ataupun wawancara (Pohan, 2007; Wijono, 1999).

2. Aspek –Aspek Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Pasien dirumah sakit umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori, pasien

rawat inap dan pasien rawat jalan, yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat

jalan, yaitu 1) penampilan gedung, 2) lingkungan bersih, nyaman dan teratur, 3)

pertamanan indah dan dipelihara dengan baik, 4) perparkiran teratur dan aman, 5)

petunjuk arah/nama ruangan yang jelas, 6) Penampilan dokter/ perawat/ petugas

kesehatan lain rapi dan bersih, bersikap mau menolong, 7) kantor rekam medis

buka tepat waktu, 8) Petugas rekam medis melayani dengan sopan, ramah dan

tanggap, 9) pencarian/pengambilan rekam medik cepat dan tepat, 10) jumlah kursi

untuk pasien yang menunggu rekam medik memadai, 11) poliklinik buka tepat

(52)

poliklinik sangat membutuhkan kenyamanan seperti yang dijelaskan di atas

sebelumnya. Sementara itu, yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap yaitu

1) pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya, 2)

empati, 3) biaya, 4) penampilan fisik, kebersihan dan kenyamanan ruangan,

jaminan keamanan yang ditujukan oleh petugas kesehatan, ketepatan jadwal

pemeriksaan dan kunjungan dokter, peraturan, waktu, jenis makanan, waktu tidur

peyimpanan barang berharga, dan bertamu, 5) ketrampilan dalam memberikan

perawatan, dan 6) kecepatan dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan

pasien dan 7) Perawat memperhatikan kebutuhan, dan menjaga privasi pasien

selama rawat inap. Hal tersebut diatas sangatlah penting karena pasien yang

dirawat di rumah sakit sangat memperhatikan sejauh mana pasien mendapatkan

pelayanan sesuai dengan jaminan yang dimilikinya dan yang pasti adalah

kenyamanan yang sangat penting dalam mendapatkan pelayanan, dan ketika

pasien membutuhkan informasi tentang kondisi pasien maka pasien sangat

membutuhkan kehadiran akan tenaga kesehatan seperti perawat, dokter

(Muninjaya, 2004 & 2012; Pohan, 2007).

2.5 Manajemen

Manajemen merupakan ilmu atau seni yang berkaitan dengan kehidupan

organisasi yang mencerminkan kemahiran dan ketrampilan operasional seorang

manajer secara efisien dan efektik dalam proses pemecahan masalah untuk

(53)

manajemen dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk

prinsip yang diwujudkan dalam bentuk teori (Muninjaya, 2004).

Manajemen merupakan koordinasi sumber daya melalui proses

perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan

pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Unsur – unsur

manajemen terdiri dari:

1. Man (orang / manusia)

Manusia atau yang sering disebut dengan sumber daya manusia, termasuk

di dalamnya termasuk sumber daya otak (brain). Di dalam manajemen manusia

merupakan yang paling utama dan yang paling menentukan, dimana manusia

menggerakan dan melakukan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi,

Manusia merupakan mahluk kerja dan sama –sama bekerja untuk mencapai

tujuannya organisasi. Manusia di dalam manajemen mencakup beberapa unsur

yang harus diperhatikan meliputi:a) jumlah harus sesuai dengan kebutuhan, b)

kemampuan, pendidikan, ketrampilan, pengalaman, c) komposisi (Saleha &

Sastrianegara, 2009; Muninjaya 2012; Muninjaya 2004; Simamora, 2013).

2. Money (uang)

Uang adalah faktor yang amat penting dan tidak dapat diabaikan dalam

manajeman karena uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai, bahkan

menentukan didalam setiap proses pencapaian tujuan. Hal ini akan berhubungan

dengan berapa uang yang harus disediakan untuk program pelaksanaan kegiatan,

membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1.  Alat Ukur, Skala Ukur, dan Hasil Ukur Variabel Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden Berdasarkan Data Demografi Perawat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer diperoleh dari angggota Gapoktan penerima pinjaman dana BLM-PUAP dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder diperoleh dari lembaga

Jumlah populasi yang penulis tentukan dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh masyarakat yang terdaftar mengurus perizinan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Surai Izin Usaha

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) profil pasien rawat inap di Rumah Sakit Sekar Kamulyan Cigugur Kuningan, (2) tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap

Dari kesimpulan yang ada selama 5 tahun berturut-turut mulai dari tahun 2000-2004 PT Aneka Tambang Tbk sudah dapat mengelola keuangan perusahaan dengan baik

Setelah menggunakan salah satu penyelesaian dinding di atas, ruang pertunjukan tidak hanya selesai pada dinding tersebut, namun setelah keluar dari ruang pertunjukan, masih

S : Jika Anda SERING melakukan hal seperti yang ada pada pernyataan.. J : Jika Anda JARANG melakukan hal seperti yang ada

Pemanfaatan SIPD untuk PENYUSUNAN RKPD 2022 Penetapan RKPD Rancangan Akhir RKPD Musrenbang RKPD Rancangan RKPD Rancangan Awal RKPD Persiapan RKPD PASAL 274 UU 23/2014

Modul Pembelajaran Daring (Dalam Jejaring) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ini disusun sebagai upaya alternatif dalam membantu pelayanan Pendidikan untuk peserta didik yang