PENGGUNAAN TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
LINGKUNGAN HIDUP KELAS XI IPS2 SMA NEGERI 1 WAY TENONG LAMPUNG BARAT
TAHUN PELAJARAN 2012-2013 (Skripsi)
Oleh SEPTIANA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGGUNAAN TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
LINGKUNGAN HIDUP KELAS XI IPS2 SMA NEGERI 1 WAY TENONG LAMPUNG BARAT
TAHUN PELAJARAN 2012-2013
Oleh Septiana
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe take and give untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa siswa kelas XI IPS2 SMA Negeri 1 Way Tenong. Metode penelitian yang
dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus.
Penelitian ini meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Cara pengumpulan data yang diambil adalah tes, observasi, dan kuesioner.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give, aktivitas belajar siswa setiap siklusnya mengalami peningkatan yaitu 52,92% menjadi 73,53%. Sedangkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu 55,88% menjadi 82,35%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe take and give dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
PENGGUNAAN TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
LINGKUNGAN HIDUP KELAS XI IPS2 SMA NEGERI 1 WAY TENONG LAMPUNG BARAT
TAHUN PELAJARAN 2012-2013
Oleh
SEPTIANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat penelitian ... 7
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 10
1. Belajar ... 10
2. Pembelajaran ... 11
3. Teori Konstruktivisme ... 13
4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 14
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give ... 20
6. Aktivitas Belajar ... 22
7. Hasil Belajar ... 24
B. Kerangka Pikir ... 25
C. Hipotesis Tindakan... 28
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 29
B. Lokasi, Subyek dan Obyek Penelitian ... 29
C. Definisi Operasional Tindakan ... 30
D. Prosedur Penelitian... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ... 44
F. Teknik Analisis Data ... 45
1. Lokasi Penelitian ... 46
2. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Way Tenong ... 49
3. Keadaan Peserta Didik SMA Negeri 1 Way Tenong ... 52
4. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Way Tenong ... 52
5. Keadaan Guru dan Tata Usaha SMA Negeri 1 Way Tenong... 54
B. Pelaksanaan Penelitian ... 57
C. Hasil Deskripsi Tindakan Penelitian ... 57
D. Pembahasan ... 85
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 99
B. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 101
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah proses belajar
mengajar di sekolah. Pada kegiatan belajar dan mengajar di sekolah ditemukan
dua subjek yaitu guru dan siswa. Mengajar bagi seorang guru bukanlah sekedar
menyampaikan pengetahuan kepada siswa tetapi guru dapat memotivasi kepada
siswa agar suasana pembelajaran tetap menyenangkan. Hal ini akan berhasil
apabila antara guru dan siswa dapat bekerja sama. Menurut Asep Mahpudz
(2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan
siswa dalam pembelajaran dan siswapun dapat mengembangkan pemahaman
pengetahuan dan keterampilan sehingga siswa mampu belajar mandiri.
Pembelajaran yang aktif dan interaktif adalah hal yang ingin dicapai dalam proses
pembelajaran. Hal ini guru adalah sebagai fasilitator dalam pembelajaran, sehingga dapat terjalin komunikasi yang efektif antara guru dan siswa dan antara
siswa dan siswa, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif. Dalam
suasana pembelajaran yang menyenangkan siswa tersebut tidak merasa terbebani
secara perseorangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran, tetapi mereka saling bertanya dan berdiskusi dalam memecahkan
diharapkan akan tumbuh dan berkembang potensi siswa sehingga pada akhirnya
dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa hasil belajar
geografi siswa masih rendah, seperti yang terlihat pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Hasil Mid Semester Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS2 Semester
Ganjil SMAN 1 Way Tenong Lampung Barat Tahun Pembelajaran 2012-2013
No Kriteria Ketuntasan Frekuensi Persentase (%)
1 ≥75 (tuntas) 13 38,24%
2 <75 (tidak tuntas) 21 61,76%
Jumlah 34 100%
Sumber: Dokumentasi Nilai MID Semester Geografi Siswa Kelas XI IPS2 SMAN 1 Way Tenong Lampung Barat Tahun Pelajaran 2012-2013
Berdasarkan hasil observasi, ketika kegiatan pembelajaran aktivitas siswa masih
rendah. Ketika guru menjelaskan masih siswa masih banyak yang terdiam ketika
guru menjelaskan atau bertanya. Aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada Tabel
2 di bawah ini:
Tabel 2. Aktivitas Belajar Siswa Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS2 SMAN
1Way Tenong
No Kriteria Aktivitas Frekuensi Persentase (%)
1. Aktif 11 32,35%
2. Tidak Aktif 23 67,65%
Jumlah 34 100%
Sumber: Obervasi pendahuluan Siswa Kelas XI IPS2 SMAN 1 Way Tenong Lampung Barat Tahun Pelajaran 2012-2013
Dari Tabel 1 diketahui bahwa terdapat 61,76% siswa atau 21 siswa yang belum
mencapai nilai ketuntasan, dimana nilai ketuntasan siswa yaitu ≥75. Berdasarkan
November 2012, dalam proses belajar mengajar guru masih menggunakan
metode konvensional atau ceramah. Pada metode pembelajaran konvensional ini
kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru (teacher center) sehingga potensi
siswa dalam kegiatan belajar mengajar kurang efektif sehingga siswa cenderung
pasif. Penyampaian materi oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional terlalu monoton dan tidak bervariasi. Hal ini membuat siswa merasa
bosan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan metode pembelajaran
konvensional ini diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar
siswa.
Berdasarkan Tabel 2 hasil observasi di kelas XI IPS2 SMAN 1 Way Tenong,
belum mencapai sesuai dengan kriteria keaktifan kelas yang sudah ditentukan
yaitu 70%. Aktivitas belajar yang dilakukan masih tergolong rendah, dapat
diketahui pada kegiatan berlangsung siswa kurang memperhatikan apa yang
disampaikan guru. Ketika diskusi siswa cenderung diam karena
siswa takut untuk mengungkapkan pendapat dan siswa hanya mendengarkan
temannya yang aktif. Sehingga kegiatan pembelajaran belum berjalan dengan
baik, baik antara siswa dan siswa maupun siswa dengan guru. Adapun yang
terlihat dari aktivitas di luar kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa adalah
mengobrol dengan rekan sebangku, bermain handphone, dan terlihat mengantuk.
Aktivitas di luar belajar tersebut tentu dapat mengganggu siswa yang lain
sehingga pembelajaran kurang efektif.
Rendahnya aktivitas yang dilakukan siswa mempengaruhi hasil yang diperoleh.
guna meningkatkan aktivitas belajar siswa dan berpengaruh pada peningkatan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan masalah di atas, yaitu rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa
karena penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi, maka akan
dicoba menggunakan model pembelajaran lain yang lebih mengacu pada
pembelajaran masa kini yang berpatokan pada PAIKEM dimana salah satunya
adalah model pembelajaran kooperatif tipe take and give yang akan digunakan
dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMAN 1 Way Tenong.
Salah satu alternatif dapat diterapkan adalah model pembelajaran yang menarik.
Model pembelajaran kooperatif yang merupakan sebuah strategi pembelajaran
yang melibatkan peserta didik untuk bekerja secara berkolaborasi dalam mencapai
tujuan bersama (Eggen dan Kauchak dalam Trianto, 2009:58). Pembelajaran
kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi peserta
didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan, dan
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan latar belakang
yang berbeda-beda. Dalam hal ini, siswa dapat meningkatkan kerja sama dan
saling memotivasi serta memecahkan masalah dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe yaitu: Tim Ahli (Jigsaw),
Investigasi Kelompok (Group Investigation), Student Teams Achievement
Division (STAD), Think Pair Share (TPS), Numbered Head Together (NHT),
Model pembelajaran kooperatif tipe take and give menurut Prawindya. D (2011)
model ini menciptakan agar siswa dapat aktif dan mampu bersosialisasi dengan
siswa lainnya sehingga siswa yang tidak aktif dapat ikut termotivasi dalam
kegiatan pembelajaran. Mengajar teman sebaya, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi
nara sumber bagi yang lain. Jadi dalam model ini siswa dituntut lebih mandiri
dalam proses pembelajaran dan tidak tergantung pada guru. Dengan demikian
komponen yang berperan penting dalam model pembelajaran kooperatif tipe take
and give ini adalah penguasaan materi melalui kartu, berpasangan dengan saling
bertukar informasi dan adanya evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan atau penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan di dalam
kartu dan pasangannya (Indien, 2012).
Alasan dipilihnya model pembelajaran kooperatif tipe take and give karena dalam
melihat kondisi siswa yang kurangnya motivasi dalam pembelajaran, siswa tidak
percaya diri dalam mengungkapkan pendapat dan rendahnya hasil belajar siswa.
Dengan permasalahan tersebut maka siswa harus diberi perlakuan salah satunya
dengan mencoba menerapkan model pembelajaran take and give. Pembelajaran
yang dilakukan harapanya tidak jenuh, tidak membosankan, dan dapat membantu
meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, dalam pembelajaran ini siswa dapat belajar dengan teman sebayanya sehingga akan mempermudah proses
pembelajaran.
Selain itu, melalui penelitian yang dilakukan Anda Juanda (2010) yang berjudul
Metode Tutor Sebaya Take And Give dan Pada Materi Bioteknologi (Penelitian Di
Kelas IX A SMPN 3 Cilimus Tahun Pelajaran 2009-2010) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa yang sebelumnya rendah.
Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Lingkungan Hidup”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan guru metode ceramah.
2. Aktivitas belajar siswa rendah
3. Hasil belajar siswa rendah.
4. Guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give.
5. Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada dalam penelitian, maka peneliti
membatasi masalah sesuai dengan tujuan dan kemampuan peneliti dengan
penelitian tindakan kelas. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
Belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give untuk
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe take and give dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi lingkungan hidup
kelas XI IPS2 SMA Negeri 1 Way Tenong tahun pelajaran 2012-2013?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe take and give dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada materi lingkungan hidup kelas XI IPS2 SMA Negeri 1
Way Tenong Lampung Barat Tahun Pelajaran 2012-2013.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah:
1. Manfaat bagi siswa
Penelitian ini bagi peserta didik berguna untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa pada pelajaran geografi.
2. Manfaat bagi guru
Penelitian ini bagi guru berguna untuk memperbaiki model pembelajaran
yang telah digunakan.
3. Manfaat bagi peneliti
a. Sebagai syarat untuk menempuh gelar Sarjana Pendidikan Geografi Fakultas
b. Melatih, mengembangkan kemampuan dan pengetahuan peneliti dalam
pengaplikasian di lapangan.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah:
1. Ruang lingkup subjek dalam penelitian adalah siswa kelas XI IPS2 SMAN 1
Way Tenong Lampung Barat.
2. Ruang lingkup objek dalam penelitian adalah model pembelajaran kooperatif
tipe take and give dan hasil belajar siswa.
3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah SMAN 1 Way Tenong Lampung
Barat.
4. Ruang lingkup waktu penelitian dalah semester genap tahun pelajaran
2012-2013.
5. Ruang Lingkup Ilmu: Ilmu Pendidikan, dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan maka model pembelajaran menjadi salah satu tolak ukur dalam
proses pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2011:21).
Dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe take and give pada mata pelajaran geografi materi lingkungan
Pembelajaran geografi hakikatnya adalah pembelajaran tentang aspek-aspek
keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan
kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2001:12) dapat dikatakan bahwa pembelajaran
geografi merupakan pembelajaran tentang hakikat geografi yang diajarkan di
sekolah dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak pada
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka pada penelitian ini akan dibahas beberapa hal diantaranya:
Belajar, Pembelajaran, Model Pembelajaran Kooparatif, Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Take and Give dan Hasil Belajar adapun penjelasannya sebagai
berikut:
1. Belajar
Belajar merupakan suatu proses seseorang dari keadaan tidak tahu menjadi tahu.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dengan sumber belajar
Menurut Suryabrata dalam Hamzah B. Uno (2012:138) belajar adalah suatu
proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja
untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman baru ke arah yang
lebih baik. Menurut Dimyati (2006:2) belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja oleh individu yang ditandai
nilai sikap pada diri individu tersebut. Menurut Oemar Hamalik (2011:27-28)
belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman
(learning is defined as the modification or srengthening of behavior through
experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan
tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu pengusaan
hasil melainkan pengubahan kelakuan.
Menurut Rusman (2012:134) belajar adalah perubahan tingkah laku individu
sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seorang baik sengaja maupun tidak sengaja oleh
seseorang sebagai hasil pengalamannya, untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang baru baik secara keseluruhan, sehingga terdapat perubahan dalam hal
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap pada diri individu
tersebut.
2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegitan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa,
sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2000:24).
Sementara itu, pengertian pembelajaran menurut Trianto (2009:17) pada
hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan
pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar.
Menurut Rusman (2012:134) pembelajaran merupakan suatu proses interaksi
antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap
muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media
pembelajaran. Menurut Muhaimin dalam Yatim Riyanto (2010:131) menjelaskan
bahwa pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan
pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan
efisien.
Menurut Darsono (2002:24) mengemukakan ciri–ciri pembelajaran sebagai
berikut:
a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam
belajar.
c. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. d. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
e. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang dan menyebabkan adanya
hubungan timbal balik atau interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Keberhasilan proses pembelajaran ini juga dipengaruhi oleh
penggunaan model pembelajaran pada saat kegiatan pembelajaran tersebut
3. Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme dalam Trianto (2011:28) menyatakan satu prinsip yang
paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya
sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk
proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara
sadar menggunakan strategi mereka untuk belajar.
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Von Glaserfeld dalam
Sardiman (2003:37) menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari
kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada tetapi
pengetahuan selalu merupakan akibat sari suatu konstruksi kognitif kenyataan
melalui kegiatan seseorang.
Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, maka proses mengajar bukanlah kegiatan
memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa saja tetapi terdapat komunikasi
yang efektif antara guru dan siswa dan antara sisiwa dan siswa. Dalam hal ini,
guru berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu optimalisasi
belajar peserta didik. Memungkinkan siswa untuk belajar memahami,
memecahkan masalah dan mengembangkan ide-ide yang mereka miliki.
Berdasarkan hasil observasi bahwa guru yang bersangkutan masih menggunakan
model dan metode pembelajaran yang monoton sehingga proses pembelajaran
hanya terpusat pada guru, sehingga siswa kurang termotivasi untuk interaksi dan
aktif dalam pembelajaran. Untuk itu peneliti mengambil model pembelajaran
agar siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran
ada timbal balik antara siswa dan guru serta siswa dan siswa berani
mengungkapkan dan memecahkan masalah-masalah dalam kegiatan
pembelajaran.
Sebelum mengetahui model pembelajaran lebih lanjut maka peneliti perlu
membedakan antara srategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode
pembelajaran, dan model pemebelajaran. Dimana penjelasannya sebagai berikut:
1. Strategi pembelajaran menurut Kemp dalam Rusman (2012:132) adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai tolak ukur atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran.
3. Menurut Hamzah B. Uno (2010:20) metode pembelajaran didefinisikan
sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran
lebih prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu. Metode dalam pembelajaran
tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, sebab
sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai tugas cakupan yang
untuk mengelola kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat belajar untuk
mencapai tujuan belajar secara tepat.
Sedangkan model pembelajaran menurut Joyce dan Weil (dalam Rusman,
2012:133) model pembelajaran adalah suatu pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Menurut
Arends dalam Trianto (2009:21) model pembelajaran adalah suatu perencanaan
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran didefinisikan oleh Hamzah
Uno (2008:2) sebagai suatu cara yang digunakan guru dalam melaksanakan
fungsinya dan merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan adanya model-model pembelajaran
guru dapat mengembangkan dan memilih cara-cara pembelajaran pembelajaran
yang efektif dan efisien sehingga guru sebagai fasilitator.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan suatu perencanaan yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas guna untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai
tujuan.
Tidak semua model pembelajaran akan cocok dengan jenis materi pelajaran yang
disajikan kepada siswa saat proses pembelajaran di kelas berlangsung. Oleh
karena itu, setiap guru hendaknya dapat memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan mata pelajaran yang biasa digunakan pada materi pelajaran yang akan
diajarkan. Adapun model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran
Geografi ini adalah model pembelajaran kooperatif.
Menurut Wina Sanjaya (2010:242) Model pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sedangkan
Menurut Slavin dalam Hamzah B. Uno (2012:201) pembelajaran kooperatif
menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.
Menurut Smith dalam Barkley dkk (2012:7) pembelajaran kooperatif secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai pembentukkan kelompok kecil agar para
pelajar dapat bekerja sama untuk memaksimalkan proses pembelajaran masing–
masing dan pembelajaran satu sama lainnya.
Selain itu, Art dan Newman dalam Trianto (2009:56) mengemukakan bahwa
dalam belajar kooperatif, siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama. Hal tersebut
kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok–kelompok yang terdiri dari 4 atau 5
orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan oleh guru.
Sementara itu, pengertian pembelajaran kooperatif menurut Riyanto (2010:267)
adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan
akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk
interpersonal skill.
Menurut Slavin (2005:19), ada dua aspek penting yang melandasi keberhasilan
pembelajaran kooperatif yaitu:
[
a. Aspek Motivasi
Pada dasarnya aspek motivasi ada dalam konteks pemberian penghargaan
kepada kelompok. Dimana pemberian penghargaannya didasarkan atas
keberhasilan setiap kelompok yang mampu mencapai tujuan pembelajaran
lebih dulu. Hal ini dapat memicu setiap anggota kelompok terdorong untuk
mengajak, mendukung dan membantu agar berhasil menyelesaikan tugas
yang diemban dengan baik.
b. Aspek Kognitif
Asumsi dasar dari teori perkembangan kognitif adalah interaksi agar siswa
disekitar tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan ketuntasan siswa
tentang konsep-konsep penting.
Sedangkan menurut Ibrahim, dkk (2000:7), pembelajaran yang menggunakan
model kooperatif memiliki ciri–ciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi,
sedang, dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin berbeda–beda.
4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Esensi dari pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individu sekaligus
kelompok sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap saling ketergantungan yang
positif yang pada akhirnya pembelajaran tersebut dapat berjalan optimal. Oleh
sebab itu, siswa yang ada dalam satu kelompok tidak ada yang bersikap acuh tak
acuh dengan tugas yang dibebankannya karena tanggung jawab kelompok adalah
bagian dari tanggung jawab individu (menyangkut baik buruk ataupun
keberhasilan/kekurangberhasilan atau hasil keseluruhan) (Sumarmi, 2012:39).
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari peroses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian pengusaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk pengusaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif (Wina Sanjaya, 2012:244)
Sedangkan menurut Stahl dalam Etin (2009:5) menyatakan bahwa model
kooperatif menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam
mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Berdasarkan pendapat tersebut,
bahwa model kooperatif dengan kerja sama dapat mengarahkan siswa untuk
memahami atau mengusai materi belajar, mengahargai satu sama lain, sehingga
Tabel 3. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2012:211).
Tahap Tingkah Laku Guru
1. Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa.
2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 3. Mengorganisasi siswa
ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. 4. Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari kelompok atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik hasil belajar individu atau kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan sebuah model pembelajaran yang membentuk siswa
kedalam kelompok–kelompok kecil guna untuk meningkatan keaktifan siswa,
membangun jiwa kepemimpinan, meningkatkan intensitas interaksi siswa, dan
kerja sama siswa dengan sesama anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif juga
merupakan bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja
secara kooperatif antara sesama anggota masing-masing kelompok untuk
mencapai tujuan bersama.
Dari beberapa model pembelajaran yang termasuk dalam tipe pembelajaran
kooperatif, maka model yang digunakan penelitian ini adalah model pembelajaran
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give
a. Pengetian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give
Model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada dasarnya mengacu pada
konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membuat siswa itu sendiri yang
aktif dan membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya (Slavin,
1997:269). Dalam proses itu siswa mengecek dan menyesuaikan pengetahuan
baru yang dipelajari dengan kerangka berpikir yang telah mereka miliki.
Menurut suyatno (2009:58) Take and give mempunyai arti menerima dan memberi, maksud take and give dalam model pembelajaran ini adalah dimana siswa menerima dan memberi pelajaran pada siswa yang lainnya. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi narasumber bagi yang lain.
Menurut Suparno (2001:10-11) dalam Bilal A. Toduho mengajar bukan merupakan kegiatan memindah atau mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Peran guru dalam proses pembelajaran Take and Give lebih mengarah sebagai mediator dan fasilitator. Pembelajaran Take and Give merupakan proses pembelajaran yang berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Take and Give bertujuan agar peserta didik saling berbagi informasi pada saat
yang bersamaan dengan pasangannya dalam waktu singkat dalam Hanafiah dan
Suhana (2012:56).
Jadi dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran take
and give adalah suatu proses pembelajaran memberi dan menerima yang
memberikan kesempatan kepada siswa sehingga siswa dapat berusaha mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, dengan tujuan
b. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give
Model pembelajaran kooperatif tipe take and give mempunyai kelebihan dan
kelemahan adalah sebagai berikut:
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah:
1. Model pembelajaran ini tidak kaku, karena seorang guru boleh memodifikasi lagi penggunaan model pembelajaran ini sesuai dengan keinginan dan kebutuhan serta situasi pembelajaran.
2. Materi akan terarah, karena guru terlabih dahulu menjabarkan uraian materi sebelum dibagikan kartu.
3. Melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain. 4. Melatih siswa untuk berinteraksi secara baik dengan teman sekelasnya.
5. Akan dapat memperdalam dan mempertajam pengetahuan siswa melalui kartu yang bagikan kepadanya sebab mau tidak mau harus menghafal dan paling tidak membaca materi yang diberikan kepada siswa.
6. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab masing-masing siswa diminta pertanggungjawaban atas kartu yang diberikan kepadanya.
7. Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan siswa yang lain.
8. Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan informasi.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah:
1. Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang diterima siswa lain pun akan kurang.
2. Pada saat mencari pasangan akan terjadi ketidak teraturan karena ada siswa yang lari sana dan lari sini.
3. Kemampuan siswa untuk menyampaikan materinya pada temanya kurang sesuai dengan apa yang diharapkan.
4. Adanya siswa yang bertemu dengan pasanganya, bukanya membahas materi pelajaran tetapi bercerita tentang masalah lain.
c. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give
Menurut Bilal A. Toduho (2012:17) pembelajaran dengan model Take and Give
akan memberikan manfaat bagi siswa dalam:
1. Meningkatkan kemampuannya untuk bekerjasama dan bersosialisasi.
2. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap selama bekerjasama.
3. Upaya mengurangi kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri
4. Meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat), harga diri dan sikap yang positif.
5. Meningkatkan prestasi belajarnya.
d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give
Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad (2012:95) langkah-langkah dari
model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah sebagai berikut:
1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya.
2. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
3. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari lebih kurang 15 menit.
4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu. 5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima
materi masing-masing (take and give).
6. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
7. Strategi ini dapat dimodifikasi guru sesuai keadaan.
8. Guru bersama siswa bertanyajawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan
9. Kesimpulan.
5. Aktivitas Belajar
Belajar merupakan berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi tidak ada belajar
jika tidak ada aktivitas. Oleh karena itu, aktivitas merupakan prinsip yang sangat
Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Melalui aktivitas, siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya (Hamalik, 2011:171).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses dalam rangka mencapai
tujuan belajar.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Menurut Diedrick dalam Hamalik
(2011:172), aktivitas belajar dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu:
a. Kegiatan-Kegiatan Visual
Membaca, melihat, gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-Kegiatan Lisan (Oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
c. Kegiatan-Kegiatan Mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.
d. Kegiatan-Kegiatan Menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
e. Kegiatan-Kegiatan Menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. f. Kegiatan-Kegiatan Metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
g. Kegiatan-Kegiatan Mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-Kegiatan Emosional
Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi aktivitas belajar yang
dilakukan peserta didik disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan
seperti aktivitas visual yaitu berupa membaca dan mengamati, lisan (oral) yaitu
berupa mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat dan
berdiskusi, serta aktivitas mendengarkan berupa mendengarkan penyajian bahan
dan diskusi.
6. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa
dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil belajar
siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3) Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2011: 30-31) Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan
keterampilan. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan
tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil
belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang
dicerminkan melalui angka atau skor setelah melakukan tes maupun non tes. Dari
belajar itu sendiri adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan siswa
kemudian diukur melalui tes. Menurut Abu Ahmadi (2002:33), prestasi belajar
adalah hal yang menyangkut hasil pembelajaran atau hasil yang dicapai anak didik
yang diukur melalui aktivitas belajar. Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono
(2009:3) prestasi belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran. Hasil belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu
kegiatan pengajaran yang dicerminkan dalam bentuk skor atau angka setelah
mengikuti tes.
Berdasarkan pendapat di atas, prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan
siswa yang telah dicapai setelah mengikuti proses pembelajaran yang dapat
dilihat setelah mengikuti tes dan kemudian akan diukur dan dinilai serta
diwujudkan dalam angka atau pernyataan dalam nilai rapor.
B. Kerangka Pikir
Keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran dipengaruhi kemampuan guru
dalam menyampaikan materi pelajaran, termasuk dalam hal pemilihan model
pembelajaran. Dalam pemilihan model pembelajaran, guru hendaknya lebih
selektif. Karena pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat justru dapat
menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Pembelajaran geografi yang terjadi
di kelas XI IPS2 SMA Negeri 1 Way Tenong masih sangat konvensional artinya
pembelajaran masih terpusat pada guru.
Pembelajaran yang terjadi masih sangat monoton menjadikan siswa sebagai
mengakibatkan aktivitas belajar siswa rendah dan membuat mereka mengalami
kebosanan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan kondisi yang demikian maka
akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, diperlukan suatu
model pembelajaran agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran. Model pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil
yang terdiri 5-6 orang dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok
sebagai wadah peserta didik bekerja sama dan memecahkan suatu masalah
melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan
menjadi narasumber bagi teman yang lain.
Penelitian ini melihat aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe take and give. Dimana hasil belajar siswa dapat
dilihat dari postes yang dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran. Model
pembelajaran kooperatif tipe take and give ini menekankan agar siswa dapat
saling memotivasi, bekerja sama dan bersosialisasi dengan siswa lain. Karena
pada model ini siswa dapat berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Sehingga siswa berusaha terdapat sesuai
kemampuan yang mereka miliki. Peran guru dalam proses pembelajaran take and
give lebih mengarah sebagai mediator dan fasilitator.
Model pembelajaran kooperatif tipe take and give ini penerapannya
pembelajaran take and give guru memberikan penjelasan materi kepada siswa,
kemudian guru menyiapkan kartu. Kartu tersebut diberikan kepada setiap
kelompok, dimana sub materi pada setiap kelompok siswa berbeda-beda.
Masing-masing siswa pada kelompok diberikan kesempatan untuk berdiskusi beberapa
menit. Kemudian Siswa menjelaskan tentang sub materi yang siswa dapat dalam
kartu kepada teman-teman sekelompoknya dan juga teman-teman kelompok lain
dengan berdiri kedepan atau cukup di tempat, bila semua siswa sudah
menceritakan kembali materi pelajaran, maka guru dapat melakukan evaluasi
akhir pada para siswa dan memberikan pertanyaan mengenai materi yang
disampaikan dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diasumsikan bahwa dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe take and give dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran geografi. Dari kerangka pikir di atas maka
secara sederhana dapat disajikan dalam kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir. Penggunaan Tipe Take and
Give
[image:35.595.188.442.519.662.2]C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis
yang dirumuskan dari penelitian ini adalah penggunaan tipe take and give dapat
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan
kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2009:3). Penelitian ini
digunakan untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
take and give untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi
lingkungan hidup kelas XI IPS2 SMA Negeri 1 Way Tenong Tahun Pelajaran
2012-2013. Tindakan akan dilakukan di dalam kelas observer bersama guru mata
pelajaran geografi sebagai guru mitra, yaitu Ibu Yustina.
B. Lokasi, subjek, objek penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMAN 1 Way Tenong Lampung
barat.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada bulan November Tahun 2012
Subjek yang diambil pada penelitian ini adalah siswa kelas XI2 SMAN 1 Way
Tenong Lampung Barat sebanyak 34 orang. Dilihat dari aktivitas dan hasil
belajar siswa yang telah dilakukan oleh guru, hasil belajar siswa masih rendah.
Dalam proses belajar mengajar guru masih menggunakan metode
konvensional atau ceramah. Pada metode pembelajaran konvensional ini
kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru (teacher center). Penyampaian
materi oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional
terlalu monoton dan tidak bervariasi. Hal ini membuat siswa merasa bosan
dalam proses belajar mengajar. Penggunaan metode pembelajaran
konvensional ini diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya aktivitas dan
hasil belajar siswa.
3. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah penggunaan model pembelajaran take and give pada
semester genap tahun pelajaran 2012-2013 di SMAN 1 Way Tenong Lampung
barat.
C. Definisi Operasional Variabel (DOV)
Definisi operasional variabel adalah definisi yang akan dioperasionalkan dan
dapat diukur, setiap variabel akan dirumuskan dalam bentuk rumusan tertentu.
Hal ini berguna untuk membatasi ruang lingkup yang dimaksud dan
diukur atau diamati, maka perumusan definisi operasional variabel tersebut
sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give
Take and give dalam model pembelajaran ini adalah dimana siswa menerima dan
memberi pelajaran pada siswa yang lainnya. Mengajar teman sebaya memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baik pada
waktu yang sama ketika siswa menjadi nara sumber bagi yang lain dengan tujuan
agar siswa tersebut saling mendapat informasi. Model pembelajaran kooperatif
tipe take and give, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran, dengan cara
siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan menyampaikan
bagian-bagian materi yang dipelajarinya. Dengan adanya interaksi dalam pembelajaran
tersebut maka diharapkan keaktifan belajar peserta didik akan meningkat.
Pada akhir pembelajaran dengan mengggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe take and give maka akan diadakan tes secara individu yang berisi soal yang
harus dijawab siswa, sehingga akan diperoleh hasil belajar siswa dalam kegiatan
pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe take and give.
2. Aktivitas Belajar
Pelaksanaan tindakan ini terdapat aktivitas yang diamati yaitu aktivitas guru dan
aktivitas belajar siswa, kadua aktivitas ini dilakukan melalui observasi. Aktivitas
guru diukur dengan menggunakan Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG), yang
pelaksanakan pembelajaran. Sedangkan untuk aktivitas belajar siswa dalam
pelaksanaanya, setiap siswa diamati aktivitasnya dalam setiap pertemuan. Dalam
penelitian ini yang menjadi indikator keaktifan siswa sebagai berikut:
a. Memperhatikan apa yang disampaikan guru
b. Diskusi antara peserta didik dan guru
c. Diskusi antar peserta didik dalam kelompok
d. Bertanya/ menanggapi pertanyaan dalam diskusi
e. Mengerjakan latihan yang diberikan
Setelah selesai observasi maka dilakukan penghitungan guna mengetahui jumlah
aktivitas yang dilakukan peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk persen
dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2002:69) :
% 100
% x
N Na Ai
Keterangan:
%Ai = Persentase aktivitas peserta didik
Na = Banyaknya aktivitas yang terkategori aktif
N = Banyaknya aktivitas yang diamati
Sedangkan untuk keaktifan siswa belajar di kelas yaitu tergolong aktif jika sudah
mencapai 70% atau lebih. Selanjutnya, untuk menentukan persentase peserta didik
aktif digunakan rumus:
N As As
Keterangan:
As
% = Persentase peserta didik aktif.
As
= Banyaknya peserta didik yang aktif.
N = Banyaknya peserta didik yang hadir.
3. Hasil Belajar
Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe take and give diambil dari persentase ketuntasan
belajar siswa setelah diadakan tes pada setiap akhir siklus. Siswa dikatakan tuntas
jika nilai siswa sesuai kriteria KKM yaitu ≥ 75 dinyatakan tuntas dan <75 tidak
tuntas. Untuk menentukan persentase peserta didik tuntas setiap siklusnya
digunakan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2001:69):
N At At
% x 100%
Keterangan :
At
% = Persentase peserta didik tuntas belajar
At
= Banyaknya peserta didik yang tuntas belajar
N = Banyaknya peserta didik yang hadir
Selanjutnya, rata-rata kelas dikatakan tuntas apabila sudah mencapai 70% atau
lebih. Untuk menentukan rata-rata kelas digunakan rumus:
Keterangan:
x = Nilai rata-rata kelas
Ns = Jumlah nilai tes seluruh peserta didik N = Banyaknya peserta didik yang hadir
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini rencananya akan dibuat dalam 2 siklus. Prosedur penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan kelas yang langkah-langkahnya dari
rancangan Penelitian Tindakan Kelas oleh Suharsimi Arikunto dkk (2009:16)
sebagai berikut:
Perencanaan
[image:42.595.181.507.373.636.2]Pengamatan
Gambar 2. Siklus Tindakan Kelas Sumber: Suharsimi Arikunto dkk (2009:16)
Setiap siklus dalam penelitian ini yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan dan refleksi dan setiap silus dapat dijabarkan sebagai berikut: SIKLUS 1
perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan 1
Pelaksanaan II Refleksi II
Refleksi I
1. Perencanaan (Planing)
Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan penelitian ini.
Adapun persiapan yang dilaksanakan dalam penelitian dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe take and give dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menentukan kompetensi dasar dan materi pembelajaran yang akan
disampaikan.
b. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu pada Standar
Kompetensi menganalisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup,
pada kompetensi dasar mendeskripsikan pemanfaatan lingkungan hidup dalam
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan dan menganalisis pelestarian
lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.
c. Membentuk peserta didik ke dalam beberapa kelompok yang heterogen.
d. Mempersiapkan lembar latihan yang diberikan kepada peserta didik saat
pembelajaran.
e. Membuat lembar pengamatan dan catatan lapangan untuk melihat tindakan
pada saat pembelajaran berlangsung.
f. Mempersiapkan tes akhir pada tiap siklus yang berupa soal yang diberikan
2. Pelaksanaan tindakan (acting)
Tindakan, yaitu deskripsi kegiatan perlakuan yang akan digelar, skenario kerja
perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. Adapun langkah-langkah
dalam penerapan model pembelajaran takeand give adalah sebagai berikut:
a. Penyampaian Tujuan dan Memotivasi Pembelajaran
Sebelum pembelajaran dimulai, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dilaksanakan, agar siswa mengetahui tujuan dari pembelajaran tersebut.
Guru memberikan motivasi sebelum pembelajaran dimulai, hal ini bertujuan agar
siswa termotivasi mengikuti pembelajaran dan fokus selama pembelajaran
berlangsung. Salah satunya dengan memberikan apersepsi sesuai dengan materi
pembelajaran yang akan disampaikan. Sehingga menarik perhatian siswa untuk
mengikuti pembelajaran. Guru memperkenalkan model pembelajaran take and
give. Guru menyampaikan bahwa semua proses saat pembelajaran berlangsung
akan dinilai sehingga siswa akan benar-benar menyimak dan melaksanakan
pembelajaran yang akan disampaikan.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Sesuai dengan Model Pembelajaran yang Digunakan.
Tahap ini guru melakukan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yaitu
take and give. Sebelum pembelajaran dimulai guru dapat menyiapkan kelas
sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kondisi kelas. Kemudian guru
menjelaskan materi yang akan disamapaikan. Disela-sela penjelasan materi guru
dapat melakukan semacam menunjuk siswa yang tidak memperhatikan penjelasan
terfokus pada penjelasan materi yang disampaikan guru. Guru sudah mempunyai
kartu yang akan diberikan kepada siswa-siswanya, di mana dalam kartu tersebut
adalah mengenai materi yang guru sampaikan dalam kelas tersebut. Setelah
penjelasan materi guru cukup, kartu yang telah disiapkan guru diberikan kepada
masing-masing siswa, dimana masing-masing kelompok siswa mendapatkan
submateri yang berbeda-beda. Masing-masing siswa diberikan kesempatan untuk
berpikir sejenak 5-10 menit. Bila kondisi kelas sebelum materi pelajaran dimulai
sudah dibentuk seperti kelas saat diskusi maka setelah itu penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe take and give dimulai.
Siswa menjelaskan tentang sub materi yang siswa dapat dalam kartu kepada
teman-teman sekelompoknya dan juga teman-teman kelompok lain dengan berdiri
ke depan atau cukup di tempat, bila kondisi kelas sebelum materi pelajaran
dimulai belum dibentuk seperti kelas diskusi maka penerapan metode
pembelajaran take and give dapat dilaksanakan dengan cara siswa disuruh maju ke
depan untuk menceritakan kembali materi pelajaran kepada siswa lain sesuai
dengan sub materi yang siswa dapatkan dalam kartu. Jika semua siswa sudah
menceritakan kembali materi pelajaran, maka guru dapat melaukan evaluasi akhir
pada para siswa dngan memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah siswa
sampaikan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Jika model pembelajaran yang
siswa gunakan berhasil, maka guru memberikan pertanyaan akhir kepada siswa
3. Pengamatan (observasi)
Pengamatan atau observasi dalam penelitian yang dilakukan oleh observer. Dalam
hal ini yang dimaksud observer adalah peneliti. Penelitian ini tidak hanya
dilakukan oleh observer tetapi dibantu oleh guru mata pelajaran. Dalam penelitian
yang melakukan tindakan adalah guru, sedangkan yang melakukan pengamatan
berlagsungnya proses tindakan adalah peneliti. Karena penelitian ini dilakakukan
secara kolaborasi antara peneliti dan guru. pengamatan dilakukan dengan cara
bergantian dalam mengamati, ketika guru sedang mengajar peneliti sebagai
pengamat, ketika peneliti sedang mengajar guru yang mangamati. Pengamatan
yang dilakukan adalah ketika kegiatan pembelajaran berlangsung terhadap
aktivitas belajar siswa melalui lembar aktivitas belajar siswa dan lembar kinerja
guru. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan pada saat siklus
tersebut dan dilanjutkan pada siklus selanjutnya serta melakukan evaluasi.
4. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengamati, memahami, menganalisis dan membuat
kesimpulan terhadap tindakan yang telah dilakukan berdasarkan hasil observasi.
Refleksi dilakukan setelah siklus I selesai dengan menganalisis hasil observasi
yang digunakan untuk menentukan perkembangan dan kelemahan serta
kekurangan sebagai dasar untuk memperbaiki siklus berikutnya. Tahap-tahap dari
Siklus I
1. Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan tahap-tahap yang dilakukan adalah:
a) Menentukan kompetensi dasar dan materi pembelajaran yang akan
disampaikan.
b) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu pada Standar
Kompetensi menganalisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup,
pada Kompetensi Dasar mendeskripsikan pemanfaatan lingkungan hidup
dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan dan Menganalisis
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan.
c) Membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok yang berjumlah enam orang
berdasarkan nilai ulangan yang sudah diperoleh sebelumnya.
d) Membuat lembar pengamatan dan catatan lapangan untuk melihat tindakan
pada saat pembelajaran berlangsung.
e) Mempersiapkan tes akhir pada tiap siklus yang berupa soal yang diberikan
kepada seluruh peserta didik.
2. Tahan Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan tahap-tahap yang dilakukan adalah:
a. Guru membuka pelajaran dengan memberikan motivasi dan apersepsi.
b. Guru peneliti menyampikan materi pelajaran yang akan disampikan yaitu
c. Guru peneliti membagi siswa dalam berkelompok dengan jumlah 5-6 orang.
d. Guru memberikan kartu kepada siswa yang berisi sub materi dimana sub
materi tersebut berbeda-beda dengan kelompok lainnya.
e. Masing-masing siswa diberi kesempatan selama 15 menit untuk memikirkan
dan memahami materi yang ada di dalam kartu.
f. Kemudian masing-masing kelompok dapat berdiskusi untuk menyimpulkan
inti sari materi atau soal yang siswa dapat.mengenai materi yang diberikan.
g. Siswa menjelaskan dengan menggunakan model kooperatif tipe take and give,
tentang sub materi yang siswa dapat dalam kartu kepada teman-teman
sekelompoknya dan juga teman-teman kelompok lain dengan berdiri ke depan
atau cukup di tempat dan dilakukan kegiatan tanya jawab.
h. Guru dan siswa dapat menyimpulkan hasil diskusi.
i. Guru peneliti memberikan post test untuk melihat ketecapaian kompotensi
belajar siswa.
3. Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh observer pada saat penelitian
berlangsung sehingga observer mengetahui kekurangan pada saat siklus tersebut
dan untuk dilanjutkan pada siklus selanjutnya dan melakukan evaluasi.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengamati, memahami, menganalisis dan membuat
kesimpulan terhadap tindakan yang telah dilakukan berdasarkan hasil observasi.
yang digunakan untuk menentukan perkembangan dan kelemahan serta
kekurangan sebagai dasar untuk memperbaiki siklus berikutnya.
Siklus II
1. Perencanaan
a. Guru peneliti menyiapkan rencana pembelajaran.
b. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu pada Standar
Kompetensi menganalisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup,
pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan pemanfaatan lingkungan hidup
dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan dan menganalisis
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan.
c. Mempersiapkan lembar latihan yang diberikan kepada siswa saat
pembelajaran.
d. Membuat lembar pengamatan dan catatan lapangan untuk melihat tindakan
pada saat pembelajaran berlangsung.
e. Mempersiapkan tes akhir pada tiap siklus yang berupa soal yang diberikan
kepada seluruh peserta didik.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan tahap-tahap yang dilakukan adalah:
a. Guru membuka pelajaran dengan memberikan motivasi dan apersepsi.
b. Guru peneliti menyampikan materi pelajaran yang akan disampikan yaitu
c. Guru peneliti membagi siswa dalam berkelompok dengan jumlah 5-6 orang
d. Guru memberikan kartu kepada siswa yang berisi sub materi dimana sub
materi tersebut berbeda-beda dengan kelompok lainnya.
e. Mempersiapkan kartu kerja kelompok yang akan digunakan ketika
pembelajaran berlangsung.
f. Guru menyiapkan kartu yang akan diberikan kepada siswa.
g. Guru membagikan penomoran kelompok diskusi yang berbeda.
h. Guru menggantikan ketua tim pada setiap kelompok
i. Kartu yang telah disiapkan guru diberikan kepada masing-masing kelompok
siswa, dimana masing-masing mendapatkan kelompok mendapat sub materi
maupun tugas yang berbeda. Masing-masing siswa diberikan kesempatan
untuk berpikir sekitar 15 menit.
j. Siswa dalam kelompok menjelaskan tentang sub materi maupun tugas yang
siswa dapat dalam kartu kepada teman sekelompoknya dan juga
teman-teman kelompok lain dengan berdiri untuk menceritakan kembali materi dan
hasil diskusi mereka kepada siswa lain sesuai dengan sub materi yang
didapatkan dalam kartu.
k. Guru Memanggil salah satu nomor kelompok siswa dengan nomor yang
dilakukan secara acak.
l. Siswa mempersentasikan hasil diskusi.
m. Siswa saling memberikan dan menerima soal maupun materi pembelajaran.
n. Siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang didiskusikan.
p. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas belajar peserta didik dan alat
penilaian kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
q. Siswa menjelaskan tentang sub materi yang ia dapat dalam kartu kepada
teman-teman sekelompoknya dan juga teman-teman kelompok lain dengan
berdiri ke depan dan melakukan tanya jawab.
r. Guru dan siswa dapat menyimpulkan materi yang dipelajari.
s. Guru peneliti memberikan post test untuk melihat ketecapaian kompotensi
belajar siswa.
3. Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh observer pada saat penelitian
berlangsung sehingga observer mengetahui kekurangan pada saat siklus tersebut
melakukan evaluasi.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengamati, memahami, menganalisis dan membuat
kesimpulan terhadap tindakan yang telah dilakukan berdasarkan hasil observasi.
Refleksi dilakukan setelah siklus II selesai dengan menganalisis hasil observasi
yang digunakan untuk menentukan perkembangan dan kelemahan serta
kekurangan pembelajaran yang dilakukan. Apabila pembelajaran telah mecapai
kompotensi dasar dan model pembelajaran kooperatif tipe take and give telah
mencapai tujuan yang diinginkan, maka penelitian tindakan berhenti disiklus
kedua jika belum mencapai kompotensi dasar maka siklus dilanjutkan kesiklus
D. Teknik Pengumpulan Data
Mengumpulkan data merupakan kegiatan penting dalam sebuah penelitian. Data
yag diperoleh peneliti dianalisis, dibahas dan disimpulkan. Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik observasi
Teknik observasi yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan langsung melalui proses belajar mengajar dengan siswa pada kelas
X1 IPS2 SMAN 1 Way Tenong. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui
perubahan siswa dalam kelas dan ketepatan dalam penggunaan model
pembelajran kooperatif tipe take and give.
2. Teknik Tes
Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data berupa hasil belajar siswa dengan
memberikan tes yang berupa soal setelah pelaksanaan siklus. Tes sebagai salah
satu alat pengumpulan data memegang peranan penting. Dengan tes akan
diperoleh informasi tentang hasil belajar siswa keberhasilan siswa dalam
menyerap pembelajaran yang telah dilakukan. Tes dilakukan pada akhir siklus
setelah proses pembelajaran selesai.
3. Teknik Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mengetahui respon siswa tehadap penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe take and give dan yang mengisi kuesioner adalah
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dalam teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa
deskriptif (Descriptive Analysis) karena penelitiaan tindakan merupakan
penelitian tentang proses (tindakan) atau hasil dari proses tersebut. Analisis
deskriptif yang dimaksud adalah suatu analisis terhadap suatu keadaan atau gejala
yang diuraikan mulai dari awal pada saat penelitian dilakukan hingga akhir
penelitian. Analisis deskriptif kualitatif yang ditujukan untuk mendapatkan
informasi tentang kondisi di lapangan yang bersifat tanggapan dan pandangan
terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil analisis kualitatif berupa perbandingan
kondisi riil di lapangan yang diperoleh dari berbagai pendapat. Data deskriptif
kualitatif sering hanya dianalisis menurut isinya