HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Studi Tumbuhan Sumber Pakan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung Nama : Bona Quinda
NPM : 0817021023
Jurusan : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Tempat Penelitian : Kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung
Waktu Penelitian : Agustus – September 2012
Bandar Lampung, 23 Januari 2013 Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. M. Kanedi, M.Si. Ronald HP Panjaitan, S.Hut. NIP.196101121991031002 NIP. 197206261999031007
Mengetahui, Kepala Jurusan Biologi
FMIPA Unila
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus sampai dengan September 2012 di kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman Provinsi Lampung. Luas hutan alami yang berada di kawasan ini mencapai ± 10 ha., dimana kawasan ini dikelilingi oleh areal perkebunan masyarakat. Berikut ini merupakan peta lokasi dilaksanakannya penelitian (Gambar 1).
13
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Binokuler Prismatic 8 x 40 Groosfeld 122m/1000m untuk pengamatan, kamera handycam Sony DCR-DVD605 Carl Zeiss Optical dan JVC GZ-MG330HAS Hard disk Camcorder Everio untuk pengambilan gambar. Jam tangan dgunakan untuk mengetahui lama waktu pengamatan. GPS (Global Positioning System) Trimble Juno SB untuk membuat jalur tracking yang dilalui. Lembar data dan alat tulis digunakan untuk mencatat data saat pengamatan.
C. Prosedur Kerja
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa Metode Observasi, yaitu dengan cara mengamati langsung aktivitas makan monyet ekor panjang. Aktivitas makan (feeding), yaitu aktivitas yang dimulai ketika monyet ekor panjang menemukan makanan, cara mengidentifikasi makanan, mencium, mencicipi dan menelan makanannya sampai berhenti makan.
Pengamatan yang dilakukan antara lain:
1. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan pada bulan Agustus 2012. Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui keberadaan monyet ekor panjang serta rute daerah jelajahnya. Terdapat satu kelompok monyet ekor panjang dengan jumlah ±20 ekor dengan daerah jelajah di sepanjang aliran air terjun siamang dan tebing batu dekat perkebunan penduduk.
2. Pengambilan Data di Lapangan
Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan metode observasi dengan mengamati aktivitas makan dari monyet ekor panjang. Data yang dikumpulkan berupa jenis tumbuhan sumber pakan, bagian tumbuhan yang dimakan
(daun/bunga/buah/batang) dan lokasi tumbuhan pakan (hutan/perkebunan). Pengamatan dilakukan setiap satu jam selama 15 menit.
3. Identifikasi Jenis Tumbuhan
15
4. Analisis Data
STUDI TUMBUHAN SUMBER PAKAN MONYET EKOR PANJANG
(Macaca fascicularis) DI KAWASAN YOUTH CAMP TAMAN HUTAN
RAYA WAN ABDUL RACHMAN PROVINSI LAMPUNG
SKRIPSI
Oleh Bona Quinda
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia mempunyai keanekaragaman satwa liar yang tinggi dan tersebar di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan untuk banyak kepentingan manusia. Primata merupakan hewan pertama yang berharga bagi manusia sebagai hewan kesayangan dan juga tercatat sebagai hewan tertua yang digunakan untuk subyek penelitian ilmiah. Salah satu diantaranya yang sering digunakan dalam penelitian ilmiah adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), yang sehari-hari biasa disebut monyet dari genus Macaca (Bennet, 1995).
Monyet termasuk satwa liar yang statusnya diatur berdasarkan undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam hayati dan Ekosistemnya, dan PP No. 7 Tahun 1999. Monyet ekor panjang
merupakan jenis satwa yang tidak dilindungi, serta masuk kategori satwa dalam Apendiks II CITES (Convention on International Trade in
Populasi monyet banyak terdapat di kawasan Asia Tenggara, mulai dari Myanmar, Indocina, Malaysia dan Indonesia. Bahkan juga ditemukan di pulau Timor. Penyebarannya di Indonesia mencakup sebagian besar wilayah Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara sampai Flores. Sebagai golongan omnivora yang memakan daging dan tumbuhan.
Makanannya bervariasi dari buah-buahan, daun, bunga, jamur, serangga, siput, rumput muda, dan lain sebagainya. Bahkan monyet ini kerap pula memakan kepiting. Tetapi, 96 % konsumsi makanan mereka adalah buah-buahan (Supriatna dan Hendra, 2000).
Monyet ekor panjang mampu hidup dalam berbagai kondisi dari hutan bakau di pantai, dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 mdpl. Monyet ini dapat ditemukan di mana-mana, menjadi hama bagi penduduk, merusak padi, jagung dan tanaman buah-buahan. Satwa liar membutuhkan persyaratan untuk hidup, yaitu adanya tempat untuk berlindung dan
berkembang biak, tersedianya makanan dan air serta dapat bergerak bebas (Alikodra, 1990).
Pada awalnya Tahura WAR merupakan kawasan hutan lindung register 19 Gunung Betung, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 408/Kpts-II/1993 ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya. Secara geografis kawasan seluas 22.249 ha ini berada pada posisi 5°18’47” - 5°29’34” LS dan 105°02’42” - 105°14’42” BT, secara administrasi kawasan Tahura WAR
3
sebagian lagi terletak dalam wilayah administrasi kota Bandarlampung yang meliputi 7 Kecamatan yaitu: Kecamatan Padang Cermin, Kedondong, Way Lima, Gedong Tataan, Kemiling, Teluk Betung Barat dan Teluk Betung Utara, dan terdapat 36 desa di sekitar kawasan Tahura WAR (UPTD Tahura, 2012).
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui jenis-jenis tumbuhan dan bagian tumbuhan yang digunakan sebagai sumber pakan monyet ekor panjang
2. Mengetahui jenis tumbuhan sumber pakan yang lebih banyak dikunjungi monyet ekor panjang
3. Mengetahui bagian tumbuhan sumber pakan yang lebih banyak dimakan monyet ekor panjang
C. Kerangka Pikir
Populasi monyet secara umum masih dianggap aman sehingga IUCN Redlist mengkategorikannya dalam status Least Concern, dan oleh CITES didaftar sebagai Apendiks II. Bahkan di Indonesia, primata ini juga bukan termasuk salah satu binatang yang dilindungi.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 26/Kpts-II/94 tanggal 20 Januari 1994 tentang Pemanfaatan Jenis Kera Ekor Panjang (Macaca Fascicularis), Beruk (Macaca Nemestrina) dan Ikan Arwana (Scleropagus Formosus) untuk Keperluan Ekspor. Dalam peraturan ini pemanfaatan monyet ekor panjang untuk keperluan ekspor harus berasal dari hasil penangkaran.
Habitat monyet yang masih alami di Provinsi Lampung salah satunya adalah Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Areal seluas 22.249,31 ha. tersebut merupakan salah satu kawasan konservasi yang masih memiliki populasi monyet ekor panjang cukup banyak. Salah satu kawasan dari Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman yang masih terdapat populasi monyet ekor panjang adalah Youth Camp. Namun, kondisi kawasan tersebut saat ini telah banyak berubah fungsi menjadi area perkebunan. Keadaan tersebut
menyebabkan menyempitnya habitat alami, sehingga secara tidak langsung mengurangi jumlah pakan alami dari monyet ekor panjang tersebut.
Penelitian ini mengamati aktivitas makan dari satu kelompok monyet ekor panjang di area Youth Camp. Penelitian ini dilakukan dengan cara
Alhamdulillahi Rabbil Alamin
Bersama Doa Dan Rasa Syukur Kehadirat Allah
SWT. Kupersembahkan Karya Kecilku Ini Kepada
Orang
–
Orang Yang Aku Sayangi dan
Menyayangiku
Papah Dan Mama Yang Telah Mendukung Dan
Membimbingku Dengan Kasih Sayang
Kakak
–
Kakakku, Adikku, Sahabat-Sahabatku
Tanpa Mereka Karya Kecilku Tiada Berarti
STUDI TUMBUHAN SUMBER PAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca
fascicularis) DI KAWASAN YOUTH CAMP TAMAN HUTAN RAYA WAN
ABDUL RACHMAN PROVINSI LAMPUNG
Oleh Bona Quinda
Abstrak
Monyet ekor panjang termasuk satwa liar yang statusnya diatur berdasarkan undang-undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam hayati dan
Ekosistemnya. Jenis pakan monyet ekor panjang dapat berupa daun, buah, biji, bunga, serangga dan telur burung. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan salah satu kawasan konservasi yang masih memiliki populasi monyet ekor panjang cukup banyak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan dan bagian tumbuhan yang digunakan sebagai sumber pakan monyet ekor panjang serta lokasi tempat mencari makan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2012 di kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung.
Penelitian ini menggunakan metode observasi yaitu metode pengambilan data dengan cara mengamati langsung aktivitas makan monyet ekor panjang. Satu kali pengamatan dilakukan selama tiga hari dan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Pengamatan dilakukan setiap satu jam sekali dengan lama pengamatan 15 menit. Data yang diamati yaitu jenis tumbuhan, bagian tumbuhan yang dimakan, dan lokasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil analisis data ditampilkan dalam bentuk tabel.
Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 10 jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan monyet ekor panjang dengan bagian yang dimakan berupa daun muda, buah, dan bunga. Vegetasi yang menjadi sumber pakan dengan frekuensi pertemuan yaitu Dahu
(Dracontomelon dao Merr. Et Rolfe.), hampelas (Ficus tinctoria), bayur (Pterospermun javanicum), waluhan (Cucurbitaceae), waru (Hibiscus tiliaceus), keranji (Dalium plattysepalum), bambu (Bambusa sp.), matoa (Pometia pinnata J.R.& G.Forst.), nangka (Arthocarpus integra), dan melinjo (Gnetum gnemon).
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gedong Tataan pada tanggal 24 September 1990, anak ke 4 dari 5 bersaudara pasangan Bapak Haidirsyah,SP.,MM. dan Ibu Maryati. Penulis memulai pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Tanjung Senang pada tahun 1996, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Bandar Lampung pada tahun 2002, dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Azhar 3 Bandar Lampung pada tahun 2008. Pada Tahun 2008 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung pada Jurusan Biologi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Pada tahum 2009 hingga 2010 penulis aktif menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO). Selama menjadi mahasiswa penulis dipercaya menjadi asisten pada beberapa mata kuliah, seperti Biologi Umum, Taksonomi Tumbuhan I, dan Perilaku Hewan.
Mulya Rayon Bandar Lampung Tahura Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung “ .
SANWACANA
Alhamdulillahirobil’alamin penulis ungkapkan rasa puji dan syukur kepada Allah
SWT yang telah memberikan kelancaran, kekuatan, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Skripsi dengan judul “Studi Tumbuhan Sumber Pakan Moyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) di Kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman Provinsi Lampung” adalah syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains di Universitas Lampung.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya penulis tunjukan kepada semua yang telah membantu sejak memulai kegiatan sampai
terselesaikannnya skripsi ini, ucapan tulus penulis sampaikan kepada:
1. Papah dan mama yang telah memberi dukungan, doa, sabar yang tak terbatas dan harapan kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmmat dan ridho-Nya untuk papah dan mama.
bimbingan, arahan, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc selaku pembahas atas saran, dukungan,
dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Dr. Rochmah Agustrina, Ph.D selaku pembimbing akademik atas dukungan dan bimbingan selama perkuliahan.
6. Prof. Suharso, Ph.D selaku dekan FMIPA Unila.
7. Keluarga besarku: ajeng Chalis, tuan Chevin, ses Tisha, adikku Yota dan Desi untuk segala doa, nasehat dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
8. Teristimewa : Destia Putri Ariyani dan Eka Sulpin Ariyanti untuk kebersamaan, motivasi, dukungan dan bantuannya kepada penulis. 9. Aji Setiawan untuk perhatian, bimbingan, bantuan dan kesabarannya
kepada penulis selama penelitian.
10.Bapak Ir Wiyogo Supriyanto, selaku Kepala Bidang UPTD Tahura Wan Abdul Rachman Dinas Kehutanan Provinsi Lampung
11.Bapak Ir. Warsito, selaku Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 12.Seluruh staf UPTD Tahura, yang telah memberikan bantuan, bimbingan,
dan dorongan semangat sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik
14.Keluarga besar masyarakat Dusun Damar Kaca, atas segala
keramahtamahan dan kerjasamanya selama penulis berada di lokasi penelitian.
15.Keluarga besar Biologi 2008, keceriaan dan kebersamaannya dalam setiap kegiatan.
16.Kak’ Iduy atas arahan dan dukungannya.
17.Kakak-kakak 2005, 2006, 2007 dan teman-teman 2009-2010 untuk canda tawa dan kebersamaannya.
18.Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu proses penyusunan skripsi.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya. Penulis menyadari skripsi ini masihjauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Bandar Lampung, 23 Januari 2013 Penulis,
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Monyet Ekor Panjang
1. Klasifikasi
Oleh Brandon-Jones (2004), monyet ekor panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata Class : Mamalia Ordo : Primata
Familia : Cercopithecidae Genus : Macaca
Species : Macaca fascicularis (Raffles, 1821)
2. Morfologi
6
dan geraham untuk mengunyah makanan. Tubuhnya tampak kokoh yang tertutup mantel rambut berwarna coklat kemerah-merahan di bagian bawah nampak lebih muda dan muka menonjol dengan wama keputih-putihan. Warna mantel rambut monyet ini yang hidup di pedalaman hutan lebih gelap dari pada yang hidup dipantai. Anak monyet ekor panjang memiliki mantel rambut berwarna hitam dengan rambut muka dan telinga nampak cemerlang, warna rambut ini akan berubah setelah berumur satu tahun (Napier dan Napier, 1985).
B. Sistem Sosial
Monyet ini merupakan jenis satwa yang hidup berkelompok, dimana dalam tiap kelompok bisa mencapai hingga 30 ekor. Biasanya dalam setiap kelompok ada seekor adult male (jantan dewasa) yang menjadi pemimpin dan mendominasi anggota yang lain. Hirarki dalam komunitasnya ditentukan oleh beberapa faktor seperti usia, ukuran tubuh dan keahlian berkelahi. Dalam satu kelompok terdapat 2-5 pejantan dengan jumlah betina 2-5 kali lipatnya dengan salah satu monyet jantan sebagai pemimpin kelompok. Seekor pejantan biasanya melakukan perkawinan dengan beberapa betina sekaligus. Mereka memasuki masa kawin pada umur enam tahun untuk pejantan dan empat tahun untuk betina (Farida, 2008).
C. Perilaku Makan
kurang dari 0,5% untuk aktivitas lainnya. Dalam mencari makan monyet ekor panjang selalu merubah daerah jelajahnya, tergantung pada ketersediaan makanan. Di lingkungan alaminya, monyet ekor panjang bersifat frugivor dengan makanan utamanya berupa buah (Cowlishaw, 2004). Kriteria buah yang dipilih oleh monyet biasanya dilihat berdasarkan warna, bau, berat buah, dan kandungan nutrisi. Selain buah, jenis makanan yang biasa dikonsumsi monyet ekor panjang adalah daun, umbi, bunga biji, dan serangga (Farida, 2008).
Menurut Asnawi (1991), Aktivitas makan atau foraging merupakan aktivitas mencari makan dan memegang makanan. Urutan pada aktivitas makan, dimulai dengan mencium pakan terlebih dahulu, kemudian digigit dengan mulut atau mengambil pakan yang telah digigit dengan satu atau kedua tangannya. Ekornya yang panjang hingga melebihi panjang tubuhnya, dimanfaatkan monyet ekor panjang sebagai alat keseimbangan serta mendukung aktivitas pada saat mencari makan di cabang pohon yang kecil (Farida, 2008).
Menurut Sutardi (1980), penciuman merupakan detektor utama dalam mencari pakan oleh seekor hewan. Saat memilih pakan, seekor hewan dengan nalurinya akan memilih bahan pakan yang tinggi nilai gizinya, tidak membahayakan kesehatannya, juga memiliki bau dan cita rasa yang sesuai dengan seleranya.
8
Banyaknya makanan yang dikumpulkan berhubungan dengan keinginannya untuk dapat menunjukkan kekuatannya terhadap individu lain. Seringkali hal ini yang memicu terjadinya perkelahian. Bila ada makanan yang lebih disukai maka monyet ekor panjang akan meninggalkan makanan sebelumnya (Setyawan, 1996).
Monyet ekor panjang biasanya mengambil makanan dengan kedua tangannya atau langsung menggunakan giginya. Dalam keadaan tergesa-gesa biasanya monyet ekor panjang akan memasukkan makanan ke dalam kantong pipi. Apabila keadaan sudah aman, maka makanan akan dikeluarkan kembali untuk dikunyah dan ditelan (Farida, 2008).
D. Komunikasi
Bentuk kedua dari metakomunikasi primata adalah ajakan bermain. Cara bermain dari monyet hampir sama dengan kebanyakan mamalia lainnya, mereka saling
mencurahkan kasih sayang, saling mengejar dan mengejek. Cara mengajaknya terdiri dari melompat dan saling menatap dengan teman bermain melalui kedua atau samping dari lengannya dengan menaikan dan menurunkan kepala mereka. Pada permainan berikutnya, mereka bergulat dan saling menggigit satu dan lainnya dengan semangat. Terkadang mereka dapat terluka dengan mudah tetapi itu jarang mereka lakukan (Napier dan Napier 1985).
E. Habitat
Menurut Rowe (1996), monyet ekor panjang tinggal di hutan primer, sekunder, pesisir, mangrove, rawa, dan sungai dengan ketinggian sampai 2000 m dari
permukaan laut (6561 ft.). Mereka lebih memilih daerah hutan yang dekat dengan air dan ditemukan dalam densitas yang lebih tinggi di dekat pinggiran sungai, lakeshores, atau di sepanjang pantai ini. Mereka memanfaatkan hutan sekunder, terutama jika itu berbatasan dengan pemukiman manusia, di mana mereka memiliki akses ke kebun dan menyerang tanaman milik petani (Farida, 2008). Monyet ekor panjang yang ditemukan di hutan hujan tropis ditandai dengan iklim hangat yang lembab dengan curah hujan tinggi (Supriatna et. al., 2000).
10
dan minuman menyebabkan kemungkinan adanya daerah tertentu yang merupakan daerah jelajah dari dua kelompok atau lebih. Perkelahian kelompok sering terjadi untuk memperebutkan wilayah jelajah tersebut.
F. Gambaran Umum Lokasi
Tahura Wan Abdul Rachman secara umum mempunyai topografi bergelombang, berbukit, dan pegunungan yang memiliki tebing-tebing curam. Puncak tertinggi di kawasan ini terdiri dari empat buah gunung yaitu : G. Rantai (1.682 m dpl), G. Pesawar (1.661 m dpl), G. Betung (1.240 m dpl) dan G. Tangkit Ulu Padang Ratu (1.600 m dpl). Menurut klasifikasi iklim Schmid dan Ferguson TAHURA Wan Abdul Rachman termasuk tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 1.820 mm/tahun. Suhu udara berkisar antara 24°C-26°C (UPTD Tahura, 2012).
Vegetasi hutan di TAHURA Wan Abdul Rachman memiliki tipe vegetasi Hutan Hujan Tropis yang didominasi oleh medang (Litsea firmahoa), gondang (Ficus variegate), rasamala (Antingia excelsa), merawan (Hapea mengawan), durian (Durio zibetinus), gintung (Bishofia javanica), bayur (Pterospermum sp.), kenanga
28
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang yang telah dilakukan di kawasan Taman Hutan Wan Abdul Rachman khususnya di daerah Damar kaca dan Sungkai, kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis tumbuhan pakan monyet yaitu bambu (Bambusa sp.), bayur (Pterospermun javanicum), dahu (Dracontomelon dao Merr. Et Rolfe.), hampelas (Ficus
tinctoria), keranji (Dalium plattysepalum), melinjo (Gnetum gnemon), matoa (Pometia pinnata J.R.& G.Forst.), nangka (Arthocarpus integra), waru (Hibiscus tiliaceus), dan waluhan (Cucurbitaceae).
2. Jenis tumbuhan yang lebih banyak dikunjungi adalah dahu (Dracontomelon dao Merr. Et Rolfe.).
3. Bagian tumbuhan yang dimakan oleh monyet ekor panjang yaitu buah, daun dan bunga.
B.Saran
1. Perlu dilaksanakan penelitian sumber pakan monyet ekor panjang di kawasan Youth Camp pada musim hujan.
2. Perlu dilakukannya penyuluhan kepada masyarakat sekitar kawasan Youth Camp tentang manfaat dari keberadaan hutan alami serta makhluk hidup yang terdapat di kawasan tersebut.
3. Perlu adanya ketegasan tentang batasan antara pemukiman, perkebunan dan kawasan alami.