• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MATERI KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI REPRESENTASI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA SISWA SMA KELAS XI IPA TAHUN 2011-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MATERI KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI REPRESENTASI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA SISWA SMA KELAS XI IPA TAHUN 2011-2012"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN MATERI KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI REPRESENTASI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA

SISWA SMA KELASXI IPA TAHUN 2011-2012

Skripsi

Oleh

M. MAHFUDZ FAUZI S.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau

pen-dapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam

pernyataan Saya di atas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Januari 2012

(3)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN MATERI KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI REPRESENTASI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS

PADA SISWA SMA KELAS XI IPA TAHUN 2011-2012

Oleh

M. MAHFUDZ FAUZI S.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penguasaan kompetensi dan

ke-mampuan merepresentasi siswa SMA kelas XI IPA pada materi kesetimbangan

kimia yang dibelajarkan dengan pembelajaran melalui representasi makroskopis

dan mikroskopis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA

SMA Negeri 1 Seputih Raman semester ganjil Tahun 2011-2012 dengan kelas XI

IPA 1 dan XI IPA 2 sebagai sampel. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen

dengan Non Equivalent (Pretest-Postest) Control Group Design. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata N-gain penguasaan kompetensi untuk kelas kontrol dan

eksperimen masing-masing 0,2020 dan 0,4326 dan rerata N-gain kemampuan

merepresentasi untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing -0,0622 dan

0,5275. Berdasarkan pengujian hipotesis, disimpulkan bahwa kelas dengan

pem-belajaran materi kesetimbangan kimia melalui representasi makroskopis dan

mikroskopis memiliki penguasaan kompetensi dan kemampuan merepresentasi

(4)

M. Mahfudz Fauzi S. Kata kunci : pembelajaran melalui representasi makoskopis dan mikroskopis,

(5)

PEMBELAJARAN MATERI KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI REPRESENTASI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS

PADA SISWA SMA KELASXI IPA TAHUN 2011-2012

Oleh

M. MAHFUDZ FAUZI S.

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

Judul Skripsi : PEMBELAJARAN MATERI KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI REPRESENTASI

MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA SISWA SMA KELAS XI IPA TAHUN 2011-2012

Nama Mahasiswa : M. Mahfudz Fauzi S.

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813023035

Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Noor Fadiawati, M.Si.

NIP 196608241991112001

Dra. Nina Kadaritna, M.Si.

NIP 196004071985032003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Arwin Achmad, M.Si.

(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. ...

Sekretaris : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ngesti Karya pada tanggal 2 Juli 1990 sebagai putra kedua

dari tiga bersaudara buah hati Abah Drs. Syamsuri dan Ibu Waginah. Penulis

mengawali pendidikan formalnya di TK PKK Tejosari diselesaikan tahun 1996,

SD Negeri 08 Metro Timur tahun 2002, SMP Negeri 4 Metro tahun 2005, SMA

Negeri 1 Metro tahun 2008.

Tahun 2008 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur Tes

SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi Asisten

Prakti-kum Kimia Dasar, Kimia Larutan, Kimia Fisik I, dan Kimia Fisik II, juga sebagai

Tutor Mata Kuliah Dasar-dasar Kimia Analitik dan Dasar-dasar Pemisahan

Ana-litik. Penulis juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKM-F)

Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) dan Himpunan Mahasiswa

Pendi-dikan Eksakta (Himasakta) FKIP Unila. Selama kuliah penulis mendapat

Bea-siswa Peningkatan Prestasi dan Bakat (PPB) serta BeaBea-siswa Peningkatan Prestasi

Akademik (PPA). Penulis pernah menjadi juara 1 pada Pemilihan Mahasiswa

Muslim Berprestasi Se-Lampung tahun 2011. Tahun 2011 penulis mengikuti

Pro-gram Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata

(9)

PERSEMBAHAN

Mengiring butiran syukurku kehadirat-Mu Ya Rabb, Alhamdulillahirabbil

‘alamin, kudedikasikan rangkaian mozaik-mozaik ini untuk Ibu dan Abah yang tak pernah henti mencintaiku :

kau mencintaiku seperti bunga mencintai titah Tuhannya tak pernah lelah menebar mekar aroma bahagia tak pernah lelah meneduhkan gelisah nyala

kau mencintaiku seperti matahari mencintai titah Tuhannya tak pernah lelah membagi cerah cahaya tak pernah lelah menghangatkan jiwa1

kakakku, adikku, dan keponakanku yang tak pernah lelah membagi cerita, cinta, canda, suka, duka, tangis, dan tawa.

keluargaku, sahabatku, rekanku, dan almamaterku.

1

(10)

MOTTO

bercita-citalah yang tinggi/bermimpilah yang besar/rengkuh madu ilmu sebanyakbanyaknya/belajarlah dari alam sekitar/dan resapi kehidupan//

maka

bermimpilah/Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu//

camkanlah

yang penting adalah bukan seberapa besar mimpi kita/tetapi/seberapa besar kita untuk mimpi itu//

(andrea hirata)

dan

jika kita mampu untuk memimpikannya/yakinlah kita pasti sanggup untuk mewujudkannya//

(walt disney)

sehingga

aku yakin/Allah tidak akan memberi mimpi/tanpa menyertai kekuatan untuk mewujudkannya//

dalam bisu/doamu tak terperi// bunda/abah//

mimpimimpi itu/pasti terengkuh//

(m. mahfudz fauzi s)

sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "jadilah!" maka terjadilah ia.

(11)

iii

SANWACANA

Puji syukur hanyalah untuk-Mu Allah, Rabb semesta alam, yang senantiasa

men-cucurkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi

“Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia Melalui Representasi Makroskopis

Dan Mikroskopis Pada Siswa SMA Kelas XI IPA Tahun 2011-2012” sebagai

salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk qudwah, uswatun hasanah,

nabiyallah, Muhammad SAW, seorang yang biasa namun luar biasa karena

kebiasaannya yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi penulis.

Ucapan terima kasih pun tak lupa penulis haturkan kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia serta Pembimbing II dan Dosen Pembimbing Akademik penulis,

terima kasih atas kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi di sela-sela

kesibukan, meminjami segala fasilitas, sudi menjadi tempat mencurahkan

(12)

iv 4. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Pembimbing I, terima kasih atas

kese-diaannya memberi bimbingan dan motivasi, meminjami segala fasilitas, sudi

menjadi tempat berbagi.

5. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. selaku Pembahas, terima kasih atas

kritik dan saran untuk perbaikan skripsi, kesediaannya memberi bimbingan

dan motivasi, meminjami segala fasilitas, sudi menjadi tempat berbagi.

6. Ibu Dra. M. Setyorini, M.Si., terima kasih atas bimbingan motivasi dan

nase-hatnya, Bapak Drs. Sunyono, M.Si., terima kasih atas jurnal-jurnal ilmiahnya,

serta dosen-dosen Program Studi Pendidikan Kimia lainnya, terima kasih atas

ilmu yang telah kau bagi.

7. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S. serta Tohir dan Ari, terima kasih atas fasilitas

laboratorium yang banyak membantu.

8. Segenap civitas akademik Jurusan Pendidikan MIPA.

9. Bapak Drs. Maksum Yusup selaku Kepala SMAN 1 Seputih Raman.

10. Ibu Charisma Ganda Megasari,S.Si. sebagai Guru Mitra atas waktu yang

ter-luangkan yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

11. Ibu dan Abah. Terima kasih atas restu dan doa yang tak hentinya kau titipkan

untuk kelancaran penelitian anakmu dan keberhasilan mengenyam studi ini.

12. Mbak Umi, Dek Eva, Mas Wandi, dan Ponakan penulis, Dimas, atas doa,

senyum, dan sapa kalian.

13. Keluargaku, Mbah, Pakde, Bude, Paklek, Bulek, Mamas, Mbak, Adik, dan

Keponakanku.

14. Saudaraku, Master Lee, Aa’ Opang, Hanif, Fajar, Erma, Ensya, Chandra,

(13)

v 15. Sahabatku, Andrian, Iyeng, Diky, Anggi, Pepin, Lya, terima kasih atas

kesediaan kalian membantuku.

16. Rekan-rekanku di Kurnia Ilahi, Mas Wahyu, Mas Rais, Bang Andre, Agis,

Iyan, Adi, Thomas, Agus, Febri, Hari, Amin, Rudi, Rangga, Agam, Yogi.

17. Rekan seperjuanganku Devi, Vera, Susi, Usep, Titin, Ayuk Agita, Sulas, Dita,

Rina, Anggun, Ria, Ika, Hia, Esty, Elsa, Dela, Ena, Qiqi, Indah, Khusus,

Dena, Alan, Obed, Irma, Eti, Reli, Pipit, dan Joni, semoga kita tetap solid.

18. Rekan-rekan Kimia Mandiri 2008 Ulin, Nunik, Fenti, Yuri, Cahya, dan yang

tak dapat kusebut satu-satu mengingat jariku kehabisan bilangan.

19. Rekan-rekan PPL, Teh Beti, Tante Cindi, Nia “nyo”, Eda, Toro, Dirman,

Andre, dan Elia. Semoga jalinan ukhuwah ini tetap tersimpul erat.

20. Rekanku dan temanku di Himasakta, FPPI, dan dimana pun kalian berada.

21. Murid-muridku pasukan XI IPA 1 dan IPA 2 SMAN 1 Seputih Raman,

“Kobarkan semangat belajarmu, Nak. Jangan berhenti mengeja dunia.”

22. Kakak dan adik tingkatku angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2009, 2010, dan

2011.

Akhirnya, penulis meminang maaf atas segala ego yang meninggi, tutur yang

melukai nurani, polah yang menyakiti, dan syak yang sekira menduga.

Harapan-nya, semoga skripsi ini menyisa kenangan dan menjadi bahan rujukan penelitian

selanjutnya. Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan,

sumbang-sih dan masukan pembaca menjadi permintaan penulis untuk karya selanjutnya.

Bandarlampung, Januari 2012 Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Teori Belajar Konstruktivisme ... 9

B. Representasi Ilmu Kimia ... 12

C. Kompetensi ... 16

D. Konsep ... 17

E. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 22

F. Kerangka Pemikiran ... 23

G. Anggapan Dasar ... 25

H. Hipotesis ... 25

III. METODE PENELITIAN ... 26

(15)

vii

B. Populasi dan Sampel ... 26

C. Jenis dan Sumber Data ... 27

D. Metode dan Desain Penelitian ... 27

E. Variabel Penelitian ... 28

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 30

H. Hipotesis Kerja ... 32

I. Hipotesis Statistik ... 32

J. Teknik Analisis Data ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 40

B. Pembahasan ... 47

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Simpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN ... 60

1. Silabus Eksperimen ... 60

2. Silabus Kontrol ... 69

3. RPP Eksperimen ... 72

4. RPP Kontrol ... 84

5. LKS ... 96

(16)

viii

7. Rubrik Penilaian Soal Pretes ... 108

8. Soal Postes ... 116

9. Rubrik Penilaian Soal Postes ... 122

10. Perhitungan ... 130

11. Hasil Kemampuan Merepresentasi Siswa ... 135

12. Surat Izin Melaksanakan Penelitian ... 140

13. Daftar Hadir Seminar Proposal ... 141

14. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 142

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian yang telah dilakukan ... 15

2. Analisis konsep kesetimbangan kimia ... 18

3. Desain penelitian ... 27

4. Perolehan nilai pretes, postes, dan N-gain penguasaan kompetensi siswa

di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 40

5. Perolehan nilai pretes, postes, dan N-gain kemampuan merepresentasi

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tiga dimensi pemahaman kimia ... 13

2. Prosedur pelaksanaan penelitian ... 31

3. Rerata perolehan nilai pretes dan postes penguasaan kompetensi siswa

di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 43

4. Rerata perolehan nilai pretes dan postes kemampuan merepresentasi

Siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 44

5. Rerata N-gain pada penilaian penguasaan kompetensi dan kemam-

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Concise Dictionary of Science & Computers (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007) mendefinisikan kimia sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam

(sains), yang berkenaan dengan kajian-kajian tentang struktur dan komposisi

materi, perubahan yang dapat dialami materi, dan fenomena-fenomena lain yang

menyertai perubahan materi. Konten ilmu kimia yang berupa konsep, hukum,

teori, pada dasarnya merupakan produk dari rangkaian proses menggunakan sikap

ilmiah. Ketiga aspek kimia ini perlu dipandang sama pentingnya, sebab tidak ada

pengetahuan kimia tanpa proses yang menggunakan pikiran dan sikap ilmiah yang

dilakukan kimiawan.

Pada dua dekade terakhir ini, fokus studi pengembangan pembelajaran kimia lebih

ditekankan pada tiga dimensi representasi yaitu: makroskopis, mikroskopis, dan

simbolis. Menurut Bucat dan Fensham (1995) serta Johnstone (2000), berpikir

dalam tiga dimensi tersebut, merupakan tuntutan disiplin ilmu kimia, yang

mem-bedakan dengan disiplin ilmu lain. Lebih lama dari itu, sejak abad ke-18 kajian

kimia sebenarnya telah memasuki dimensi mikroskopis di samping

fenomena-fenomena makroskopis (berkaitan dengan apa yang terobservasi). Perkembangan

selanjutnya terjadi pada saat sistem lambang (simbol) unsur diciptakan, yang

(20)

2

notasi-notasi yang disepakati, sehingga fenomena kimia menjadi lebih mudah

dikomunikasikan (Marks, 1985).

Selain hal tersebut juga paradigma baru dalam pembelajaran sains, termasuk

kimia, adalah pembelajaran di mana siswa tidak hanya dituntut untuk mempelajari

konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains, pengenalan rumus-rumus, dan

penge-nalan istilah-istilah melalui latihan secara verbal. Dalam pembelajarannya, guru

dituntut untuk lebih banyak memberikan pengalaman kepada siswa serta

mem-bimbing siswa agar dapat menggunakan pengetahuan kimianya tersebut dalam

kehidupannya sehari-hari (Gallagher, 2007).

Dari uraian tersebut secara jelas tujuan pembelajaran kimia bukan hanya terfokus

pada penanaman pengetahuan kimia saja, melainkan jauh lebih luas dari itu.

Pem-belajaran kimia juga bertujuan mengembangkan kemampuan memecah masalah

dengan metode ilmiah, menumbuhkan sikap ilmiah, membentuk sikap positif

terhadap kimia, serta memahami dampak lingkungan dan sosial dari aplikasi

kimia serta bertujuan memberikan bimbingan kepada siswa untuk menggunakan

multipel representasi, baik secara verbal maupun visual agar dapat

mengembang-kan kemampuan representasionalnya.

Namun pada umumnya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya

mengha-dirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori secara verbal tanpa

menyu-guhkan pengalaman bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori

tersebut sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Dalam hasil

pene-litian Liliasari (2007) dikemukakan bahwa pembelajaran sains (khususnya kimia)

(21)

3

dituntut lebih banyak untuk memelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains

secara verbalistis.

Selain itu, pembelajaran kimia yang berlangsung selama ini umumnya hanya

membatasi pada dua dimensi representasi, yaitu makroskopis dan simbolis,

sedangkan dimensi mikroskopis seringkali diabaikan. Kalaupun dipelajari,

dimensi ini dipelajari secara terpisah pada materi-materi tertentu, seperti pada

materi hidrokarbon dan bentuk-bentuk molekul saja. Hasil penelitian di beberapa

SMA di Propinsi Lampung (Sunyono dkk, 2009) menunjukkan bahwa dalam

penyampaian materi kimia SMA umumya guru kurang memberikan contoh

konkrit baik langsung maupun visual tentang reaksi kimia, siswa hanya dijejali

informasi yang bersifat teoritis dan verbalistis. Pembelajaran kimia yang

berlang-sung pun lebih banyak direpresentasikan dengan hanya dua representasi, yaitu

makroskopis dan simbolis atau matematis. Dimensi mikroskopis atau dimensi

molekuler kurang mendapatkan apresiasi dan hanya direpresensikan secara verbal,

padahal model-model molekul tersebut dapat menjembatani pembelajaran kimia

antara ketiga dimensi tersebut. Oleh sebab itu, menurut Chittleborough &

Treagust (2007) dalam Farida dkk (2010) tidak diapresiasikannya dimensi

mikros-kopis dalam pembelajaran merupakan salah satu penyebab siswa terhambat dalam

upayanya meningkatkan kemampuan representasional.

Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 1 Seputih Raman, penulis melihat

bahwa dalam membelajarkan materi-materi kimia guru melakukannya dengan

menanamkan konsep secara verbal, latihan-latihan mengerjakan soal, dan

(22)

4

seperti laju reaksi, asam-basa, dan hidrolisis. Pembelajaran yang berlangsung pun

lebih banyak direpresensikan dengan dua representasi, yaitu makroskopis dan

simbolis atau matematis. Selain hal tersebut, menurut guru yang mengampu mata

pelajaran kimia di SMA tersebut, keberhasilan siswa dalam memecahkan soal

matematis dianggap bahwa siswa telah memahami konsep kimia. Padahal,

banyak siswa yang berhasil memecahkan soal matematis tetapi tidak memahami

konsep kimianya.

Sebagaimana telah diuraikan bahwa pembelajaran kimia yang berlangsung selama

ini cenderung memprioritaskan pada representasi makroskopis dan simbolis.

Ber-dasarkan hal tersebut, pembelajaran kimia seyogyanya dilakukan sesuai dengan

karakteristiknya. Untuk maksud tersebut dan mengembalikan lumrah disiplin

ilmu kimia ke dalam bidang kajiannya yang melibatkan dimensi makroskopis,

simbolik, dan mikroskopis, pembelajaran melalui representasi makroskopis dan

mikroskopis diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran yang dapat diterapkan

pada model atau metode pembelajaran apa saja tanpa merubah sintaks-sintaksnya.

Pembelajarannya yang banyak menggunakan representasi gambar molekular dan

animasi yang diharapkan dapat mempermudah siswa untuk menemukan konsep

materi yang disampaikan karena menurut Tasker dan Dalton (2006), penggunaan

model konkrit, representasi gambar, animasi dan simulasi telah terbukti

mengun-tungkan bagi proses pemahaman konsep kimia oleh siswa.

Model yang sangat baik untuk merepresentasikan dimensi mikroskopis adalah

dengan memanfaatkan teknologi komputer, yaitu dengan mendesain model-model

(23)

5

atau simulasi untuk merepresentasikan konsep kimia pada level molekuler. Selain

itu, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kimia yang sangat bergantung

pada bagaimana merepresentasikan konsep-konsep kimia berdasarkan

karakteris-tiknya dengan keterampilan berpikir dan bertindak berdasarkan konsep-konsep

sains, menggunakan fakta-fakta yang ditemukan untuk menyelesaikan suatu

masalah, serta menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupannya

sehari-hari sehingga melalui pembelajaran ini siswa diharapkan dapat membangun

pengertian dan pemahaman konsep kimia secara lebih bermakna, karena siswa

dapat membentuk sendiri struktur pengetahuan konsep kimia melalui bantuan atau

bimbingan guru. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian

dengan judul: “Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia Melalui Repre-sentasi Makroskopis Dan Mikroskopis Pada Siswa SMA Kelas XI IPA Tahun 2011-2012.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana penguasaan kompetensi siswa kelas XI IPA SMAN 1 Seputih

Raman Tahun 2011-2012 antara siswa yang dibelajarkan melalui representasi

makroskopis dan mikroskopis dengan siswa yang dibelajarkan melalui

pembelajaran konvensional pada materi kesetimbangan kimia?

2. Bagaimana kemampuan merepresentasi siswa kelas XI IPA SMAN 1 Seputih

(24)

6

makroskopis dan mikroskopis dengan siswa yang dibelajarkan melalui

pembelajaran konvensional pada materi kesetimbangan kimia?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan

tujuan mendeskripsikan penguasaan kompetensi dan kemampuan merepresentasi

siswa SMA kelas XI IPA pada materi kesetimbangan kimia yang dibelajarkan

dengan pembelajaran melalui representasi makroskopis dan mikroskopis.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Mempermudah siswa dalam mencapai kompetensi dasar pada pembelajaran

kimia, khususnya materi Kesetimbangan Kimia.

2. Mengembalikan disiplin ilmu kimia ke bidang kajiannya sehingga dapat

dite-rapkan dalam pembelajaran untuk mencapai keberhasilan mengajar kimia di

sekolah.

3. Sebagai sumber referensi mengenai representasi makroskopis dan

mikros-kopis dalam pembelajaran kimia, khususnya materi Kesetimbangan Kimia.

4. Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan

pembel-ajaran berbasis multipel representasi dalam pembelpembel-ajaran kimia di SMA

mau-pun tingkat satuan pendidikan lainnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

(25)

7

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian

ini adalah:

1. Kompetensi dasar pada materi yang dibahas dalam penelitian ini meliputi (1)

menjelaskan kesetimbangan dan menentukan hubungan kuantitatif antara

pereaksi dan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan, (2) menjelaskan

faktor-faktor yang memengaruhi pergeseran arah reaksi kesetimbangan

dengan melakukan percobaan, dan (3) menjelaskan penerapan prinsip

kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

2. Penguasaan kompetensi dan kemampuan merepresentasi siswa ditunjukkan

oleh hasil tes penguasaan kompetensi dan kemampuan merepresentasi siswa

yang diperoleh melalui pretes dan postes.

3. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang umumnya

diterap-kan di SMAN 1 Seputih Raman. Pembelajaran ini diterapditerap-kan dengan

mena-namkan konsep secara verbal, latihan-latihan mengerjakan soal, dan

demons-trasi atau eksperimen yang hanya sesekali saja pada materi-materi tertentu,

seperti laju reaksi, asam-basa, dan hidrolisis, serta lebih banyak

direpresensi-kan dengan dua representasi, yaitu makroskopis dan simbolis atau matematis.

4. Pembelajaran melalui representasi makroskopis dan mikroskopis dalam

pene-litian ini diterapkan pada model pembelajaran Learning Cycle 3 Phase

selanjutnya disebut LC-3E. Pembelajarannya menggunakan representasi

gambar molekular dan animasi dan media LKS berbasis eksperimen dan non

eksperimen yang disusun untuk melatih keterampilan sains siswa.

5. Representasi makroskopis adalah representasi kimia yang diperoleh

(26)

8

dipersepsi oleh indera atau dapat berupa pengalaman sehari-hari

(Chittle-borough & Treagust (2007) dan Chandrasegaran dkk (2007) dalam Farida

dkk, 2010).

6. Representasi mikroskopis (molekular) adalah representasi kimia yang

menje-laskan pada level partikel terhadap fenomena makroskopis. Representasi ini

sangat erat kaitannya dengan model teoritis dimensi partikel (atom, molekul,

atau ion). Representasi ini disajikan mulai dari yang sederhana hingga

meng-gunakan teknologi komputer, yaitu dengan kata-kata, gambar dua dimensi,

gambar tiga dimensi baik diam maupun bergerak (animasi) atau simulasi

(Chittleborough & Treagust (2007) dan Chandrasegaran dkk (2007) dalam

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar Konstruktivisme

Dalam perjalanan proses pendidikan, belajar merupakan hal yang utama. Hal ini

menunjukkan bahwa berhasiltidaknya pencapaian tujuan pendidikan besar

kaitan-nya dengan pertakaitan-nyaan bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak

didik dan bagaimana guru memandang arti belajar itu sendiri, karena pandangan

seseorang tentang belajar akan memengaruhi tindakan-tindakannya dalam

kegi-atan pembelajaran. Seorang guru yang mengartikan belajar sebagai kegikegi-atan

menghafalkan fakta, akan lain cara mengajarnya dengan guru lain yang

mengar-tikan bahwa belajar sebagai suatu proses penerapan prinsip.

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi, termasuk

ahli psikologi pendidikan. Secara sederhana Anthony Robbins (Trianto, 2007)

mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu

(pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari

definisi ini, dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan

hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu

(pengetahuan) yang baru. Dalam makna belajar, di sini bukan berangkat dari

sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari

(28)

10

Lebih lanjut Slavin (Trianto, 2007) mengemukakan:

Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience. Change caused by development (such as growing taller) are not instances of learning. Neither are characteristics of individuals that are present at birth (such as reflexes and respons to hunger or pain). However, humans do so much learning from the day of their birth (and some say earlier) that learning and development are inseparably linked.

Artinya, belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang

terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan

tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Bahwa antara belajar dan

per-kembangan sangat erat kaitannya.

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana

terjadi-nya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu.

Berda-sarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih

meningkat-kan perolehan siswa sebagai hasil belajar.

Lebih lanjut lagi Slavin (Nurhadi dan Senduk, 2002) mengemukakan, teori-teori

baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran

kons-truktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya

apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar

mema-hami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecah-kan

masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah

dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori

(29)

11

Satu prinsip yang penting dalam psikologi pendidikan menurut teori ini adalah

bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Menurut

Nur (Trianto, 2007) siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam

benak-nya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi

kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan

mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka

sen-diri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa

ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus

meman-jat anak tangga tersebut.

Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut:

1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami,

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus,

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri,

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya,

Menurut Bloom, dkk (Dimyati dan Mudjiono, 2002) ada tiga taksonomi yang

dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar

yaitu:

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya

kemampuanmengingat, mengerti, menerapkan, menguraikan, menilai dan

men-cipta. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan

(30)

12

masyarakat. Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan

kogni-tif, karena di dalamnya diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya.

Ranah kognitif merupakan salah satu aspek yang akan dinilai setelah proses

pem-belajaran berlangsung.

2. Ranah afektif

Afektif merupakan sifat-sifat psikologis yang tidak dapat diamati secara langsung

seperti minat, motivasi, apresiasi, sikap, emosi, nilai dan sebagainya, namun dapat

dilihat melalui aktivitas atau perilaku wujud, baik perkataan maupun perbuatan.

Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak

memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi

secara optimal, sedangkan seseorang yang berminat terhadap suatu mata pelajaran

diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

3. Ranah psikomotor

Singer (Anonim, 2004) berpendapat bahwa:

Pelajaran yang termasuk kelompok psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik. Mata pelajaran yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, pendidikan seni serta pelajaran lain yang memerlukan praktik.

B. Representasi Ilmu Kimia

McKendree dkk. (Nakhleh, 2008) mendefinisikan, “representasi sebagai struktur

yang berarti dari sesuatu: suatu kata untuk suatu benda, suatu kalimat untuk suatu

keadaan hal, suatu diagram untuk suatu susunan hal-hal, suatu gambar untuk suatu

(31)

13

Representasi dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu representasi internal

dan eksternal. Representasi internal diartikan sebagai konfigurasi kognitif

indi-vidu yang diduga berasal dari perilaku yang menggambarkan beberapa aspek dari

proses fisik dan pemecahan masalah, sedangkan representasi eksternal dapat

digambarkan sebagai situasi fisik yang terstruktur yang dapat dilihat sebagai

mewujudkan ide-ide fisik (Haveleun & Zou, 2001). Menurut pandangan contruc-tivist, representasi internal ada di dalam kepala siswa dan representasi eksternal disituasikan oleh lingkungan siswa (Meltzer, 2005).

Ainsworth (1999) membuktikan bahwa banyak representasi dapat memainkan tiga

peranan utama. Pertama, mereka dapat saling melengkapi; kedua, suatu

represen-tasi yang lazim dapat menjelaskan tafsiran tentang suatu represenrepresen-tasi yang lebih

tidak lazim; dan ketiga, suatu kombinasi representasi dapat bekerja bersama

mem-bantu siswa menyusun suatu pemahaman yang lebih dalam tentang suatu topik

yang dipelajari. Konsep representasi adalah salah satu pondasi praktik ilmiah,

karena para ahli menggunakan representasi sebagai cara utama berkomunikasi dan

memecahkan masalah.

(32)

14

Johnstone (1982) membedakan representasi kimia ke dalam tiga tingkatan

(dimensi) seperti yang terlihat pada gambar 1. Dimensi pertama adalah

makros-kopis yang bersifat nyata dan kasat mata. Dimensi ini menunjukkan

fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun yang dipelajari di

laboratorium menjadi bentuk makro yang dapat diamati.

Dimensi kedua adalah mikroskopis juga nyata tetapi tidak kasat mata. Dimensi

makroskopis menjelaskan dan menerangkan fenomena yang dapat diamati

sehingga menjadi sesuatu yang dapat dipahami. Dimensi ini terdiri dari tingkat

partikulat yang dapat digunakan untuk menjelaskan pergerakan elektron, molekul,

partikel atau atom. Dimensi makroskopis dan mikroskopis memiliki keterkaitan

satu sama lain.

Dimensi yang terakhir adalah simbolik yang menggambarkan tanda atau bahasa

serta bentuk-bentuk lainnya yang digunakan untuk mengomunikasikan hasil

peng-amatan. Dimensi ini terdiri dari berbagai jenis representasi gambar, aljabar dan

bentuk komputasi representasi mikroskopis.

Ketiga dimensi tersebut saling berhubungan dan berkontribusi pada siswa untuk

dapat paham dan mengerti materi kimia yang abstrak. Hal ini didukung oleh

per-nyataan Tasker dan Dalton (2006), bahwa kimia melibatkan proses-proses

peru-bahan yang dapat diamati dalam hal (misalnya peruperu-bahan warna, bau, gelembung)

pada dimensi makroskopis atau laboratorium, namun dalam hal perubahan yang

tidak dapat diamati dengan indera mata, seperti perubahan struktur atau proses di

tingkat mikro atau molekul imajiner hanya bisa dilakukan melalui pemodelan.

(33)

15

simbolik yang abstrak dalam dua cara, yaitu secara kualitatif menggunakan notasi

khusus, bahasa, diagram, dan simbolis, dan secara kuantitatif dengan

mengguna-kan matematika (persamaan dan grafik).

Representasi konsep-konsep kimia yang memang merupakan konsep ilmiah,

secara inheren melibatkan multimodal, yaitu melibatkan kombinasi lebih dari satu

modus representasi. Dengan demikian, keberhasilan pembelajaran kimia meliputi

konstruksi asosiasi mental diantara dimensi makroskopis, mikroskopis, dan

sim-bolik dari representasi fenomena kimia dengan menggunakan modus representasi

yang berbeda (Cheng & Gilbert, 2009).

Pembelajaran kimia yang utuh dengan menggabungkan ketiga dimensi tersebut

dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep kimia yang abstrak dan

menghadirkan miskonsepsi yang muncul dari pemikiran siswa itu sendiri.

Per-nyataan ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang terangkum dalam tabel 1

berikut.

Tabel 1. Penelitian yang telah dilakukan.

Peneliti dan Tahun Topik Representasi Temuan

1. Sanger,

Brecheisen dan Hynek (2001)

Osmosis & difusi Animasi molekuler

Pemahaman konseptual yang bertambah baik tentang sifat partikel zat

2. Williamson dan Abraham (1995)

Gas, perubahan fase, kesetimbangan, dan gaya antar molekul

Animasi dari tugas non verbal 4. Russell, (1997) Modul pada topik

(34)

16

Tabel 1. (Lanjutan)

Peneliti dan Tahun Topik Representasi Temuan

5. Wu, Krajcik dan antara model 2-D dan 3-D

6. Hakerem, Dobrynina dan Shore (2000)

Jaringan air dan jaringan molekuler

Simulasi Program

meningkatkan

perubahan konseptual 7. Kozma dan Rusell

(2005)

Kinematika Animasi 3-D

dengan pembelajaran dapat digunakan untuk membangun konsep, memvisualisasikan, dan mensimulasikan sistem dan proses pada level molekular. 8. Chandrasegaran,

David F.Treagust, dan

MauroMocerino (2007)

Reaksi Kimia Alat

diagnostik diamati tentang atom, molekul, dan ion yang terlibat dalam reaksi menggunakan simbol, rumus & persamaan kimia dan ionik. 9. Konrad J.

Schönborn dan Trevor R. Anderson (2009)

Biokimia Model Penentu

Faktor

keabsahan dari model yang diekspresikan

(Nakhleh dan Postek dalam Sunyono, 2010)

C. Kompetensi

Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (2006) mendefinisikan, “kompetensi

(35)

17

mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.”

Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa pada materi kesetimbangan kimia

adalah (1) menjelaskan kesetimbangan dan menentukan hubungan kuantitatif

antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan kimia, (2)

menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pergeseran arah kesetimbangan

dengan melakukan percobaan, dan (3) menjelaskan penerapan prinsip

kesetim-bangan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

D. Konsep

Herron et al. (1977) dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada defi-nisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep

disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011)

mendefinisi-kan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada

satu-pun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan

suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep,

sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Lebih lanjut lagi, Herron et al. (1977) dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk

menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian

konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta

Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu

menen-tukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut

(36)
(37)

18

Tabel 2. Analisis konsep materi kesetimbangan kimia.

No Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1. Kesetimbangan kimia

Keadaan yang ter-jadi saat reaksi maju sama dengan reaksi balik, dapat berupa reaksi homogen dan hete-rogen yang memi-liki suatu tetapan (harga K) dan dapat

2. Kesetimbangan dinamis

Kesetimbangan kimia yang secara makroskopis tidak terjadi reaksi, tetapi secara mikroskopis reaksi berlangsung terus menerus.

(38)

didingin-19

No Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 3. Kesetimbangan

homogen

Reaksi kesetim-bangan yang terdiri atas satu fase baik reaktan maupun 4. Kesetimbangan

heterogen

Reaksi kesetim-bangan yang terdiri atas dua fase atau lebih baik reaktan maupun produk reaksinya yang

(39)

20

No Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

menghasilkan harga konstan pada suhu dan volum tetap.

sentrasi reak-zat yang bereaksi

(40)

21

No Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

8. Pergeseran kesetimbangan

(41)
(42)

22

E. Lembar Kerja Siswa

Media pembelajaran adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa

yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan

media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dalaam pembelajaran ini

adalah media berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Pada proses belajar mengajar,

LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami

materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah

atau sedang dijalankan.

Menurut Sriyono (1992), Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah :

salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus disele-saikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan kete-rampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Sudjana (Djamarah dan Zain, 2000) fungsi LKS adalah :

a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru. d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran. e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada

siswa.

f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

Menurut Prianto dan Harnoko (1997) manfaat dan tujuan LKS antara lain:

(43)

23

b) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.

d) Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

e) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

f) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.

g) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Pada proses pembelajaran, LKS digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran dan melatih kemampuan merepresentasi siswa.

Dengan adanya LKS siswa dituntut untuk mampu mengemukakan pendapat dan

menggambar bentuk molekular dalam bentuk dua dimensi.

F. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran melalui representasi makroskopis dan mikroskopis, terutama dalam

membelajarkan materi kesetimbangan kimia, merupakan pembelajaran yang utuh

menggabungkan dimensi yang menjadi kajian ilmu kimia, makroskopis,

mikros-kopis, dan simbolik. Pembelajaran kimia yang utuh dengan menggabungkan

ketiga dimensi tersebut merupakan hal yang sangat mendasar karena dapat

mem-bantu siswa dalam memahami konsep-konsep kimia yang abstrak dan

menghadir-kan miskonsepsi yang muncul dari pemikiran siswa itu sendiri.

Pada dimensi makroskopis dalam pembelajaran ini siswa diminta untuk

melaku-kan praktikum sehingga panca indera yang dimiliki dapat dimanfaatmelaku-kan secara

maksimal untuk mengamati fenomena-fenomena yang terjadi. Kemudian siswa

juga dituntut untuk melatih kemampuan merepresentasi mikroskopisnya agar

(44)

24

gabungan visualisasi model molekular berupa animasi, gambar dua dimensi, dan

tiga dimensi, yang diharapkan sangat berguna dalam mengembangkan

keteram-pilan berfikir sains. Dengan demikian diharapkan mempermudah siswa untuk

menemukan konsep dari materi yang disampaikan karena konsep-konsep

kesetim-bangan kimia lebih banyak dijelaskan melalui simbol-simbol, grafik, persamaan

matematik, gambar-gambar visualisasi, dan tidak hanya sekedar hafalan yang

bersifat verbal.

Pembelajaran kimia yang demikian memberikan pengalaman belajar pada siswa

sebagai proses dengan menggunakan sikap ilmiah agar mampu memiliki

pema-haman makroskopis, mikroskopis, dan simbol kimia, sehingga dapat menemukan

produk kimia, yang berupa konsep, hukum, dan teori, serta mengkaitkan dan

menerapkannya pada konteks kehidupan nyata dan tidak mengarahkan siswa pada

penguasaan terhadap mata pelajaran kimia yang cenderung bersifat akumulatif

dan menghafal

Dengan berpikir apabila pembelajaran seperti ini diterapkan pada pembelajaran

kimia di kelas diharapkan siswa dapat mengembangkan kompetensi yang harus

dikuasainya juga kemampuan merepresentasinya sehingga penguasaan

kompe-tensi dan kemampuan merepresentasi siswa menggunakan pembelajaran ini akan

lebih baik bila dibandingkan dengan penguasaan kompetensi dan kemampuan

(45)

25

G. Anggapan Dasar

Beberapa hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Siswa kelas XI IPA SMAN 1 Seputih Raman Tahun 2011-2012 yang menjadi

subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan

kompetensi kimia dan kemampuan merepresentasi;

2. Perbedaan penguasaan kompetensi dan kemampuan merepresentasi materi

kesetimbangan kimia semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses

pembelajaran; dan

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan penguasaan kompetensi

dan kemampuan merepresentasi materi kesetimbangan kimia siswa kelas XI

IPA SMAN 1 Seputih Raman Tahun 2011-2012 diabaikan.

H. Hipotesis

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah pembelajaran materi kesetimbangan

kimia melalui representasi makroskopis dan mikroskopis akan menghasilkan

tingkat penguasaan kompetensi dan kemampuan merepresentasi yang lebih baik

(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Seputih Raman Kabupaten Lampung

Tengah.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 1 Seputih

Raman Tahun Ajaran 2011-2012 yang berjumlah 111 siswa dan tersebar dalam

tiga kelas yang masing-masing kelas terdiri atas 37 siswa. Selanjutnya dari

popu-lasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Satu

kelas sebagai kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan dan satu kelas lagi

sebagai kelas kontrol.

Oleh karena peneliti ingin mendapatkan kelas dengan tingkat kemampuan kognitif

dan kemampuan merepresentasi yang sama, peneliti memilih teknik purposive sampling dalam pengambilan sampel. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

(47)

27

Dalam pelaksanaannya peneliti meminta bantuan pihak sekolah, yaitu guru bidang

studi kimia yang memahami karakteristik siswa di sekolah tersebut untuk

menen-tukan dua kelas dengan tingkat kemampuan yang sama dan peneliti mendapatkan

kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 sebagai sampel penelitian. Kelas XI IPA 1 sebagai

kelas eksperimen yang mengalami pembelajaran melalui representasi

makros-kopis dan mikrosmakros-kopis, sedangkan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol yang

mengalami pembelajaran konvensional.

C. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa

data hasil tes penguasaan kompetensi dan kemampuan merepresentasi sebelum

penerapan pembelajaran (pretes) dan hasil tes penguasaan kompetensi dan

kemampuan merepresentasi setelah penerapan pembelajaran (postes). Data ini

bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.

D. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan Non Eqiuvalent (Pretest-Posttest) Control Group Design (Creswell, 1997) dengan urutan kegiatan seperti yang terlihat pada tabel 2.

Tabel 3. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen O1 X1 O2

(48)

28

Dengan keterangan O1 adalah pretes yang diberikan sebelum diberikan perlakuan,

O2 adalah postes yang diberikan setelah diberikan perlakuan, X1 adalah

pembel-ajaran melalui representasi makroskopis dan mikroskopis, dan X2 adalah

perla-kuan berupa penerapan pembelajaran konvensional.

E. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Sebagai

variabel bebas adalah kegiatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran

melalui representasi makroskopis dan mikroskopis dan pembelajaran

konven-sional. Sebagai variabel terikat adalah penguasaan kompetensi dan kemampuan

merepresentasi pada materi pokok kesetimbangan kimia siswa kelas XI IPA

SMAN 1 Seputih Raman Tahun 2011-2012.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu.

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul

data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997).

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa soal pretes dan postes

yang masing-masing terdiri atas soal penguasaan kompetensi yang berupa pilihan

jamak dan soal kemampuan merepresentasi dalam bentuk uraian.

Dalam pelaksanaannya, kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang

sama. Soal pretes adalah materi sebelumnya (laju reaksi) yang terdiri dari 10

(49)

29

kompetensi dan kemampuan merepresentasi siswa sebelum penerapan

pembel-ajaran, sedangkan soal postes adalah materi kesetimbangan kimia yang terdiri dari

10 butir soal pilihan jamak 10 butir soal pilihan jamak dan 2 butir soal uraian

untuk mengukur penguasaan kompetensi dan kemampuan merepresentasi siswa

setelah penerapan pembelajaran.

Agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang

digu-nakan harus valid, bersifat reliabel atau ajeg, dapat membedakan kelompok atas

dan kelompok bawah, serta memiliki taraf kesukaran yang tidak terlalu mudah

dan juga tidak terlalu sulit. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap

instru-men yang akan digunakan. Dalam konteks pengujian instruinstru-men dapat dilakukan

dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik.

Karena berbagai hal dan keterbatasan peneliti, tim ahli, dalam hal ini pembimbing

utama, merekomendasikan pengukuran validitas instrumen saja. Validitas adalah

suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat

meng-ungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Penelitian ini menggunakan kevalidan isi. Kevalidan isi adalah kesesuaian antara

instrumen dengan ranah atau domain yang diukur. Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan

pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu

(50)

30

digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang

ber-sangkutan.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:

1. Observasi Pendahuluan

Tujuan observasi pendahuluan:

a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMAN 1 Seputih Raman untuk

melaksanakan penelitian.

b. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan

karak-teristik materi yang cocok untuk diterapkan pembelajaran melalui representasi

makroskopis dan mikroskopis.

c. Peneliti menentukan populasi dan sampel penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan, peneliti menyusun analisis konsep, silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan instrumen

penelitian.

b. Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah

(1) melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol; (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi

kesetim-bangan kimia sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di

masing-masing kelas, pembelajaran melalui representasi makroskopis dan mikroskopis

(51)

31

kelas kontrol; (3) melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol; dan (4) melakukan tabulasi dan analisis data.

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan

di bawah ini:

Gambar 2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

analisis konsep-konsep materi kesetimbangan kimia

kelas eksperimen validasi instrumen

 penyusunan kisi-kisi butir soal pretes dan postes

 butir soal pretes dan postes

penyusunan perangkat pembelajaran melalui

representasi makros-kopis dan mikrosmakros-kopis penyusunan perangkat

pembelajaran konvensional

pembelajaran melalui representasi

makroskopis dan mikroskopis

pretes

postes tabulasi dan analisis

data

kesimpulan kelas kontrol

pembelajaran konvensional

pretes

(52)

32

G. Hipotesis Kerja

1. Hipotesis pertama (Penguasaan Kompetensi)

Rata-rata penguasaan kompetensi siswa pada materi kesetimbangan kimia yang

diterapkan pembelajaran melalui representasi makroskopis dan mikroskopis lebih

tinggi daripada rata-rata penguasaan kompetensi siswa dengan pembelajaran

konvensional.

2. Hipotesis kedua (Kemampuan Merepresentasi)

Rata-rata kemampuan merepresentasi siswa pada materi kesetimbangan kimia

yang diterapkan pembelajaran melalui representasi makroskopis dan mikroskopis

lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan merepresentasi siswa dengan

pembelajaran konvensional.

H. Hipotesis Statistik

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji

hipo-tesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 2005). Dalam penelitian ini

digunakan uji-t (t-student).

Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik,

hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis

al-ternatif (H1) sehingga rumusan hipotesis menjadi:

1. Hipotesis pertama (Penguasaan Kompetensi)

H0 : Rata-rata penguasaan kompetensi siswa pada materi kesetimbangan kimia

(53)

33

mikroskopis lebih rendah atau sama dengan rata-rata penguasaan kompetensi

siswa dengan pembelajaran konvensional.

H0 : µ1x≤ µ2x

H1 : Rata-rata penguasaan kompetensi siswa pada materi kesetimbangan kimia

yang diterapkan pembelajaran melalui representasi makroskopis dan

mikros-kopis lebih tinggi dari pada rata-rata penguasaan kompetensi siswa dengan

pembelajaran konvensional.

H1 : µ1x> µ2x

2. Hipotesis kedua (Kemampuan Merepresentasi)

H0 : Rata-rata kemampuan merepresentasi siswa pada materi kesetimbangan kimia

yang diterapkan pembelajaran melalui representasi makroskopis dan

mikros-kopis lebih rendah atau sama dengan rata-rata kemampuan merepresentasi

siswa dengan pembelajaran konvensional.

H0 : µ1y≤ µ2y

H1 :Rata-rata kemampuan merepresentasi siswa pada materi kesetimbangan kimia

yang diterapkan pembelajaran melalui representasi makroskopis dan

mikros-kopis lebih tinggi dari pada rata-rata kemampuan merepresentasi siswa

dengan pembelajaran konvensional.

H1 : µ1y> µ2y

Keterangan:

µ1 : Rata-rata (x,y) pada materi kesetimbangan kimia yang diterapkan pembel-

ajaran melalui representasi makroskopis dan mikroskopis

µ2 : Rata-rata (x,y) pada materi kesetimbangan kimia yang diterapkan pembel-

(54)

34

x : penguasaan kompetensi

y : kemampuan merepresentasi.

I. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan

untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan

hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai pretes dan postes pada penilaian penguasaan kompetensi dan kemampuan

merepresentasi siswa dirumuskan sebagai berikut:

100

Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung N-gain yang

selan-jutnya digunakan uji homogenitas dan uji hipotesis.

1. N-Gain

Untuk mengetahui efektivitas penguasaan kompetensi dan kemampuan

merepre-sentasi pada materi pokok kesetimbangan kimia antara pembelajaran melalui

representasi makroskopis dan mikroskopis, maka dilakukan analisis skor gain

ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai

pretes dan postes dari kedua kelas. Rumus N-gain (g) menurut Hake (1999)

adalah sebagai berikut:

(55)

35

2. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dibandingkan memiliki nilai

rata-rata dan varians identik. Hipotesis untuk uji Homogenitas :

Ho : 2

2 2

1 

  = data penelitian mempunyai variansi yang homogen

H1 : 12 22 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam

Sudjana (2005) :

kecil Varian ter

terbesar Varians

F ... (3)

Keterangan : F = Kesamaan dua varians

Kriteria : Pada taraf 0,05, tolak Ho hanya jika F hitung  F ½ (1,2)

3. Pengujian Hipotesis

Langkah-langkah pengujian hipotesis sebagai berikut:

a. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-’ (t student) dalam taraf nyata 0,05. Hipotesis 1 (Penguasaan Kompetensi)

Ho : µ1x≤ µ2x : Rata-rata penguasaan kompetensi siswa pada materi

kesetim-bangan kimia yang diterapkan pembelajaran melalui representasi

makroskopis dan mikroskopis lebih rendah atau sama dengan

rata-rata penguasaan kompetensi siswa dengan pembelajaran

konven-sional.

H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata penguasaan kompetensi siswa pada materi

(56)

36

makroskopis dan mikroskopis lebih tinggi daripada rata-rata

penguasaan kompetensi siswa dengan pembelajaran konvensional.

Hipotesis 2 (Kemampuan Merepresentasi)

Ho : µ1y≤ µ2y :Rata-rata kemampuan merepresentasi siswa pada materi

kesetim-bangan kimia yang diterapkan pembelajaran melalui repretentasi

makroskopis dan mikroskopis lebih rendah atau sama dengan

rata-rata kemampuan merepresentasi siswa dengan pembelajaran

konvensional.

H1 : µ1y> µ2y : Rata-rata kemampuan merepresentasi siswa pada materi

kesetim-bangan kimia yang diterapkan pembelajaran melalui representasi

makroskopis dan mikroskopis lebih tinggi daripada rata-rata

kemampuan merepresentasi siswa dengan pembelajaran

konvensional.

Keterangan :

µ1 = rata-rata penguasaan kompetensi dan kemampuan merepresentasi kelas

eksperimen

µ2 = rata-rata penguasaan kompetensi dan kemampuan merepresentasi kelas

kontrol

x = penguasaan kompetensi

y = kemampuan merepresentasi.

(57)

37

  , maka statistik yang digunakan ialah statistik t dalam Rumus (3)

yang mengacu pada Sudjana (2005) berikut:

2

x = Mean N-gain penguasaan kompetensi/kemampuan merepresentasi kelas

eksperimen

2

x = Mean N-gain penguasaan kompetensi/kemampuan merepresentasi kelas

(58)

38

d. Jika 2

2 2

1 

  , maka rumus statistik yang digunakan adalah Rumus (6) yang

mengacu pada Sudjana (2005)

2

x = Mean N-gain penguasaan kompetensi/kemampuan merepresentasi kelas

eksperimen

2

x = Mean N-gain penguasaan kompetensi/kemampuan merepresentasi kelas

kontrol

i

x = N-gain kelas kontrol/eksperimen

2

s = Varians kelas eksperimen/kontrol

1

n = Jumlah sampel kelas eksperimen

2

n = Jumlah sampel kelas kontrol

dengan kriteria pengujian tolak Ho jika

(59)

39

e. Mencari harga t tabel pada tabel distribusi t dengan level signifikan 0,05 dan

2

  , sedangkan level signifikan 0,05 dan dk

masing-masing

n1-1

dan

n2-1

untuk 2 2 2

1 

  .

(60)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam

penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata penguasaan kompetensi siswa pada materi pokok kesetimbangan

kimia yang diterapkan pembelajaran melalui representasi makroskopis dan

mikroskopis lebih tinggi daripada rata-rata penguasaan kompetensi siswa

dengan pembelajaran konvensional.

2. Rata-rata kemampuan merepresentasi siswa pada materi pokok

kese-timbangan kimia yang diterapkan pembelajaran melalui representasi

makroskopis dan mikroskopis lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan

merepresentasi siswa dengan pembelajaran konvensional.

3. Penguasaan kompetensi siswa pada materi kesetimbangan kimia yang

dibelajarkan dengan pembelajaran melalui representasi makroskopis dan

mikroskopis lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan

melalui pembelajaran konvensional.

4. Kemampuan merepresentasi siswa pada materi kesetimbangan kimia yang

dibelajarkan dengan pembelajaran melalui representasi makroskopis dan

mikroskopis lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan

(61)

56

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran melalui representasi makroskopis dan mikroskopis hendaknya

digunakan dalam pembelajaran kimia karena melibatkan tiga dimensi,

makroskopis, mikroskopis, dan simbolik, yang merupakan disiplin ilmu kimia

yang membedakan dengan disiplin ilmu lainnya.

2. Pembelajaran melalui representasi makroskopis dan mikroskopis hendaknya

diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi kesetimbangan

kimia, karena terbukti efektif meningkatkan penguasaan kompetensi dan

kemampuan merepresentasi siswa.

3. Agar pembelajaran melalui representasi makroskopis dan mikroskopis

berjalan maksimal, hendaknya guru menyiapkan representasi mikroskopis

berupa model-model molekular seperti molimod, gambar dua dimensi, tiga

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth. 1999. The Functions of Multiple Representations. Computers & Education. 33, p. 131 – 152.

Arend, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arikunto. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta. Anonim. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian

Ranah Psikomotor. Depdiknas. Jakarta.

______. 2011. Format Penulisan Karya Ilmia Universitas Lampung. Penerbit Universitas Lampung. Bandarlampung.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. BSNP. Jakarta.

Bucat, B. & Fensham, P. 1995. Selected Papers on Chemical Education

Research. Implications for Teaching of Chemistry. The IUPAC Committe on Teaching of Chemistry. New Delhi.

Cheng, M., & Gilbert, J. K. 2009. Towards a Better Utilization of Diagram in Research into the Use of Representative Levels in Chemical Education.

Model and Modeling in Science Education, Multipelple Representations in Chemical education. Springer Science+Business Media B.V. p.55–73. Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative

Approaches. Sage Publications. London.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S. B. dan Zain, A. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

(63)

58

Fajaroh dan Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Universitas Negeri Malang. Malang.

Farida, I. dkk. 2010. Representasional Competence’s Profile of Pre-Service Chemistry Teachers in Chemical Problem Solving. Seminar Proceeding of The Fourth International Seminar on Science Education., 30 October 2010. Bandung. C2-1-7.

Gallagher, J.J., 2007. Teaching Science for Understanding: A Practical Guide for School Teachers., Pearson Merril Prentice Hall. New Jersey. Heuvelen, V. and Zou. X.L. 2001. Multiple Representations of Work-energy

Processes. American Journal of Physics. 69, No 2. p 184.

Johnstone, A. H. 1982. Macro- and Micro-Chemistry, School Science Review.,

227, No. 64. p. 377-379.

______. 2000. Chemical Education Research : Where From Here. [online] http://www.rsc.org/pdf.nchemed/papers/2000/. Diakses pukul 10.34am tanggal 10 November 2011.

Liliasari., 2007. Scientific Concepts and Generic Science Skills Relationship In The 21st Century Science Education. Seminar Proceeding of The First International Seminar of Science Education., 27 October 2007. Bandung. 13-18.

Marks, J. 1985. Science and The Making of The Modern World. Heinemann Educational Books. London.

Meier, D. 2004. The Accelerated Learning Handbook. Mizan Pustaka. Bandung. Meltzer, E.D. 2005. Relation Between Students’ Problem-Solving Performance

and Representational Format. American Journal of Physics.73. No.5. p.463.

Nakhleh, M.B. 2008. Learning Chemistry Using Multiple External Represen-tations. Visualization: Theory and Practice in Science Education. Gilbert et al., (eds.), p. 209 – 231.

(64)

59

Sunyono, dkk. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Berorientasi Keterampilan Generik Sains pada Siswa SMA di Propinsi Lampung. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Dikti. Universitas Lampung. Bandarlampung.

______. 2010. Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multipel Representasi dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Kinetika Kimia dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tugas Mata Kuliah Inovasi dan Problematikan Pendidikan Sains. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktuvisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Syaodih, N. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Tasker, R. & Dalton, R. 2006. Research Into Practice: Visualization of The Molecular World Using Animations. Chem. Educ. Res. Prac. 7, 141-159. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan

Bagian III : Pendidikan Disiplin Ilmu. Penerbit Imtima. Bandung. Treagust, D. F. 2008. The Role of Multiple Representations in Learning Science:

Enhancing Students’ Conceptual Understanding and Motivation. In Yew-Jin And Aik-Ling (Eds).Science Education At The Nexus Of Theory And Practice. Sense Publishers. p. 7-23. Rotterdam – Taipei.

Gambar

Gambar 1.  Tiga dimensi pemahaman kimia
Tabel 1.  Penelitian yang telah dilakukan.
Tabel 1.  (Lanjutan)
Tabel 2.  Analisis konsep materi kesetimbangan kimia.
+3

Referensi

Dokumen terkait

artinya perbedaan angka kuat tekan beton K-225 normal dengan kuat tekan beton K-225 dengan kadar batu pecah minimum signifikan... artinya perbedaan angka kuat tekan beton K-225

Pem bukt ian Kualifikasi dilakukan oleh Direkt ur Ut ama/ Pim pinan Perusahaan, at au Penerim a kuasa dari Direkt ur Ut am a/ Pim pinan Perusahaan yang nam anya

Ranai, 09 November 2017 Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.. HOKLI SIMAMORA Tahun

 Strategi peningkatan kompetensi guru berdasarkan indikator yang paling mempunyai sumbangan terhadap prestasi akademis

Kelompok Kerja (POKJA) VII pada Kantor Layanan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin telah membuat Berita Acara Lelang Gagal untuk paket pekerjaan sebagai berikut

Bertolak dari permasalahan tersebut peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui kelayakan buku teks pelajaran Bahasa Indonesia dengan judul buku Saya Ingin

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemandirian remaja di Kota Banda Aceh yang memiliki orangtua utuh dan orangtua tidak utuh serta perbandingan kemandirian di