• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK VIRUS (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Persada Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK VIRUS (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Persada Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)DENGAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP

AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK VIRUS

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Persada Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh ENJELINA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP

AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK VIRUS

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Persada Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh ENJELINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

(TGT) DENGAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TEHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK VIRUS

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Persada Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh ENJELINA

Aktivitas belajar adalah hal yang esensial dalam membentuk penguasaan materi siswa. Namun, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi kelas X SMA Persada Bandar Lampung, diketahui bahwa dalam proses

pembelajarannya siswa lebih banyak menerima informasi dari guru (teacher centered), sehingga berpengaruh terhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa yang belum optimal. Salah satu upaya untuk memaksimalkan aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar terhadap aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi pokok Virus. Desain penelitian ini adalah pretest-posttest non equivalen dengan sampel siswa kelas X3 (27 siswa) sebagai kelas

eksperimen dan X1 (30 siswa) sebagai kelas kontrol yang terpilih melalui teknik

(4)

Enjelina

xvi

Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretest, posttest dan N-Gain, sedangkan data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 77,62; kontrol = 62,78), dengan rata-rata N-Gain

penguasaan materi siswa 65,89 pada kelas eksperimen dan 38,65 pada kelas kontrol. Selain itu, 27 siswa senang mempelajari materi pokok Virus dengan menggunakan media Kartu Bergambar. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model TGT dan media Kartu Bergambar berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi pokok Virus.

(5)

TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK VIRUS

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Persada Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Nama Mahasiswa : Enjelina Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024018 Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. NIP. 19571107 198603 1 002 NIP. 19770715 200801 2 020

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed. ...

Sekretaris : Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Arwin Achmad, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(7)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Enjelina

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024018 Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, Maret 2013 Yang menyatakan

Enjelina

(8)

PERSEMBAHAN

Grow in the grace and knowledge of Lord and Savior Jesus Christ,

to Him be glory both now and forever!

Amen.

Appreciate with greatfull hearth for :

Greatest Dad,

S

. Hutasoit and Awesome Mom,

S

. Nababan

Borsak Bimbingan (Hutasoit) Nomor 17 from Toga Sihombing:

E

vie Saputri

H

utasoit, AMd.kep.

E

benejer Dodi

H

utasoit, AMd.

E

lisabeth Denta

H

utasoit, S.Pi.

E

di Parlindungan

H

utasoit, S.Si.

E

lisha Dewi

H

utasoit

(9)

MOTTO

You did not choose Me, but I chose you

…”

(John 15:16a)

Bukan karna kuatmu

(St. S. Hutasoit dan S. Nababan)

(10)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah Bapa, atas kasih setia dan penyertaan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAAN

TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA KARTU

BERGAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK VIRUS (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Persada Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed. selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, motivasi dan bantuan hingga skripsi ini dapat selesai; 5. Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, motivasi dan bantuan hingga skripsi dapat selesai; 6. Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan

(11)

8. Dra. Sutirah selaku Kepala SMA Persada dan Ariansyah, S.Pd. selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;

9. Seluruh dewan guru, staf dan siswa-siswi kelas X1 dan X3 SMA Persada

Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung; 10.Orangtuaku yang tak pernah berhenti mendoakan dan menyayangiku; serta kakak, abang dan adikku atas kasih sayang dan dukungan yang diberikan; 11.Ana Septiana,S.Pd., Heni Liana, Nurhidayati, S.Pd., Riza Tresya, S.Pd.,

Triyana Retno, makcek Ayu Amalia dan makcek Megasari atas motivasi, semangat, kerjasama, keceriaan dan persahabatan;

12.Team Kartu Bergambar; Aditya Prayoga, S.Pd., Gede Suliwan,S.Pd., dan Komang Sutha,S.Pd. atas kebersamaan dalam menggarap skripsi kita;

13.Ade Irawan, S.Pd., Devia, Amd, Hutriazka, Jelita Siahaan, Nofita Rosti, S.Pd., dan Rischa, S.Pi. atas motivasi dan keceriaan bersama Nensi Butu.

14.Mahasiswa Pendidikan Biologi 2007, kakak dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA;

15.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Bandar Lampung, Maret 2013 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gaya Baru II, Lampung Tengah pada tanggal 30 Juli 1989, yang merupakan anak keempat dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak S. Hutasoit dan Ibu S. Nababan.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Gaya Baru II diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Seputih Surabaya pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kota Gajah pada tahun 2007.

(13)

x DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 13

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data 1.Jenis Data ... 41

2.Teknik Pengambilan Data ... 41

F. Teknik Analisis data 1.Uji Normalitas Data.. ... 46

2.Uji Homogenitas Data ... 46

3.Pengujian Hipotesis ... 47

G. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa ... 48

(14)

xi

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... ... 51 B. Pembahasan ... ... 57

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... ... 69 B. Saran ... ... 70

(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif ... 14

2. Lembar observasi aktivitas siswa ... 42

3. Item pernyataan pada angket siswa ... 43

4. Kriteria N-Gain ... 44

5. Lembar penilaian penguasaan materi siswa ... 45

6. Kriteria penguasaan materi ... 45

7. Klasifikasi persentase aktivitas belajar siswa ... 48

8. Skor per jawaban angket ... 49

9. Tabulasi data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar ... 50

10.Kriteria persentase angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar ... 50

11.Data aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 51

12.Hasil uji normalitas dan homogenitas siswa pada materi pokok Virus 52

13.Hasil uji t terhadap pretest, posttest dan N-Gain pada kelas eksperimen dan kontrol ... 53

(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat ... 11 2. Mekanisme turnamen ... 18 3. Desain penelitian pretest-posttest kelompok tak ekuivalen ... 34 4. Kriteria tingkat kemenarikan model TGT dengan media Kartu

Bergambar (n=27) ... 56 5. Grafik peningkatan indikator penguasaan materi ... 63 6. Contoh jawaban siswa pada soal indikator C1

(LKS Pertemuan 1 Kelas Eksperimen) ... 64 7. Contoh jawaban siswa pada soal indikator C2

(LKSPertemuan 2 Kelas Eksperimen) ... 65 8. Contoh jawaban siswa pada soal indikator C4

(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus ... ... 74

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... ... 76

3. Lembar Kerja Siswa ... ... 83

4. Kisi-kisi ... ... 85

5. Soal pretest dan posttest ... ... 90

6. Angket ... ... 93

7. Data hasil lembar observasi aktivitas siswa ... ... 94

8. Data nilai pretest, posttest dan N-Gain siswa ... ... 96

9. Data nilai pretest, posttest dan N-Gain per indiator ... ... 98

10.Analisis data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model TGT dengan media Kartu Bergambar ... 108

11.Data nilai LKS pertemuan I-II ... 109

12.Hasil Uji Normalitas Pretest, Posttest dan N-Gain ... 111

13.Hasil Uji Kesamaan dan Perbedaan Dua Rata-Rata ... 113

14.Analisis N-Gain per indikator ... 118

15.Soal turnamen... 122

16.Hasil turnamen kelas eksperimen pertemuan pertama ... 127

17.Media Kartu Bergambar ... 129

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, standar proses dalam pencapaian kompetensi lulusan merupakan salah satu standar yang harus dikembangkan. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikaan keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan potensi serta kreativitas peserta didik.

Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Proses pembelajaran dituntut interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif (BSNP, 2007: 6).

(19)

Untuk itu dibutuhkan cara pembelajaran yang mengutamakan kepada aktivitas belajar siswa, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Montessori

menyatakan bahwa siswa memiliki kemampuan untuk berkembang sendiri, sedangkan guru memberikan bimbingan dan merencanakan kegiatan yang akan diperbuat siswa. Hal ini sesuai dengan hakikat siswa sebagai manusia yang penuh dengan potensi yang dapat berkembang optimal pada kondisi yang kondusif. Piaget menegaskan bahwa siswa berpikir sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan maka siswa tidak berpikir. Jadi, agar siswa berpikir maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Siswa harus aktif untuk mendapatkan suatu pengetahuan atau nilai (Sardiman, 2007:96,97,100).

Dale (dalam Daryanto, 2010: 14) menyatakan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata atau aktif dalam pembelajaran memiliki kemampuan daya serap lebih tinggi dibanding siswa yang hanya sebagai pengamat.

(20)

3

Kenyataannya, hal tersebut nampak masih belum sesuai dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Aktivitas siswa yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung kurang relevan dengan kegiatan belajar. Misalnya, respon rendah terhadap pertanyaan dan penjelasan guru, siswa kurang antusias ketika belajar, serta minim interaksi antar siswa yang menyebabkan siswa cenderung individualis saat belajar. Kondisi ini

mengakibatkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi.

Hal tersebut dilihat dari hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi di SMA Persada Bandar Lampung, diketahui bahwa perolehan rata-rata nilai ulangan harian Kelas X pada materi pokok Virus tahun pelajaran 2011/2012 adalah 65, dengan ketuntasan 70%. Hasil ini tergolong rendah, karena belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 100% siswa memperoleh nilai ≥70.

Salah satu asumsi penyebab rendahnya hasil belajar siswa tersebut adalah kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran. Hal ini diduga karena metode yang dipilih dan diterapkan guru kurang tepat serta pemanfaatan media pembelajaran yang minim. Selama ini guru masih menggunakan metode ceramah tanpa media pembelajaran dalam menyampaikan materi pokok Virus. Metode tersebut pada dasarnya mentransfer pengetahuan secara utuh pada siswa. Meskipun dianggap baik, tetapi pada kenyataannya sering membuat siswa sulit berkembang karena pembelajaran hanya terfokus pada guru (teacher centered) dan siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam

(21)

siswa sehingga pengalaman belajarnya terbatas, serta pengkodisian kelas yang kurang optimal menyebabkan siswa terkesan bosan dan tidak memperhatikan penjelasan guru.

Jika ditinjau dari karakteristik materi pokok Virus mengandung materi dan teori yang kompleks. Siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengenal ciri-ciri virus, mengklasifikasikan virus berdasarkan jenis asam nukleatnya, menjelaskan cara hidup virus dan perkembangbiakannya, serta

mengidentifikasikan peran virus dalam kehidupan. Dengan demikian metode ceramah dirasa kurang tepat diterapkan untuk menggali penguasaan materi tersebut. Selain itu diperlukan penggunaan media untuk memudahkan penyampaian meteri pokok Virus yang abstrak dan sulit dipelajari langsung.

Berdasarkan masalah di atas, dirasa perlu upaya mengoptimalkan aktivitas belajar dan penguasaan materi dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang sesuai. Inovasi yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran, khususnya materi pokok Virus adalah menerapkan pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Slavin (dalam Parendrarti. 2009: 29), pembelajaran kooperatif menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda untuk meningkatkan hubungan antar kelompok.

Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran

(22)

5

keaktifan siswa lebih optimal (Nuryanti, 2009: 5). TGT menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan ras berbeda. Menurut Slavin (dalam Handayani, 2009: 169), model TGT terdiri dari lima tahapan, yaitu penyajian kelas (class precentation), belajar kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament) dan penghargaan kelompok (team recognition).

Hal yang menarik dari TGT dan membedakannya dengan tipe pembelajaran kooperatif lainnya adalah adanya pertandingan. Guru diberi kesempatan untuk menggunakan pertandingan dalam suasana yang positif atau konstruktif. Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu yang akan dijawab oleh tiap siswa; baik yang berkemampuan akademik tinggi, sedang atau rendah; agar semua siswa memiliki kesempatan untuk memberi skor bagi kelompoknya. Dengan demikian, siswa akan menerima informasi dan materi secara aktif dalam turnamen tersebut, serta memiliki peluang yang besar dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal dan tercipta suasana yang menyenangkan. Selain itu, dengan adanya penghargaan (team recognition) pada akhir turnamen, siswa menjadi termotivasi untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran (Rusman, 2010: 224-225).

(23)

Dalam kartu terdapat gambar yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan mendapatkan dan menampilkan benda asli seperti Virus dalam kelas. Gambar memiliki sifat universal, mudah dimengerti dan tidak terikat oleh keterbatasan bahasa (Rahadi dalam Tang, 2008: 177). Kartu Bergambar ini terbuat dari kertas tebal berbentuk persegi panjang, berukuran 17x22 cm yang berisi gambar yang sesuai dengan materi pokok Virus (Prapita, 2009: 6).

Model TGT dengan kombinasi Kartu Bergambar diduga dapat berpengaruh signifikan terhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa. Dari kelebihan dan kekurangan yang ada, diharapkan melalui model dan media ini siswa menjadi tidak bosan, dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas siswa untuk berfikir, berbicara dan berani berargumen, serta penguasaan materi siswa menjadi lebih optimal.

Hasil penelitian Sulaseh (2012: 70) membuktikan penggunaan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi pokok Ekosistem kelas VIIE MTS

Negeri Surakarta II. Tang (2008: 185) juga membuktikan adanya peningkatan hasil belajar IPA melalui penggunaan media Kartu Bergambar pada siswa kelas V SDN 274 Mattirowalie Wajo.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran TGT dengan media Kartu

(24)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, timbul beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini, yaitu:

1. Adakah pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar terhadap penguasaan materi pokok Virus ?

2. Apakah penguasaan materi pokok Virus dengan menggunakan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran TGT tanpa media Kartu Bergambar ?

3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok Virus? 4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran

TGT dengan media Kartu Bergambar pada materi pokok Virus?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar terhadap penguasaan materi pokok Virus.

(25)

3. Aktivitas belajar siswa yang diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar pada materi pokok Virus.

4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar pada materi pokok Virus.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman baru, wawasan dan bahan masukan mengajar sebagai calon guru dalam mengoptimalkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi pokok Virus melalui model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar.

2. Bagi Siswa

Memberikan model pembelajaran biologi yang memungkinkan siswa belajar lebih rileks dan menyenangkan dalam sebuah pembelajaran,

sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3. Bagi Guru Mitra

(26)

9

4. Bagi Sekolah

Memberikan informasi untuk menyelenggarakan pembelajaran aktif dalam pengembangan dan peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Kartu Bergambar dalam penelitian ini adalah satu set Kartu Bergambar terdiri dari 52 kartu yang dicetak menggunakan Glossy Photo Paper Double Side berukuran 7x10 cm berisi gambar dan penjelasan materi pokok Virus.

2. Model TGT yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahapan penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament) dan penghargaan kelompok (team recognition).

3. Penguasaan Materi yang diukur dalam penelitian ini diperoleh dari rata-rata hasil pretest dan posttest siswa pada materi pokok Virus.

(27)

F. Kerangka Pikir

Karakteristik materi pokok Virus mengandung konsep dan teori yang kompleks, sehingga siswa perlu dibantu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang mengutamakan kepada aktivitas belajar, supaya mereka mampu menjelahi dan memahami alam sekitar. Aktivitas belajar siswa adalah hal yang esensial untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan guna terbentuknya pikiran operasi formal, gagasan baru dan kemampuan kognitif. Siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata atau aktif dalam

pembelajaran, memiliki kemampuan daya serap lebih tinggi dibanding siswa yang hanya sebagai pengamat. Makin banyak indra yang terstimulus, maka makin tinggi kemampuan daya serap siswa, sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan berpengaruh signifikan terhadap penguasaan materi.

Penerapan Model TGT dengan kombinasi Kartu Bergambar diduga lebih efektif untuk mengoptimalkan aktivitas belajar, karena dengan model dan media yang baru siswa menjadi tidak bosan serta dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas untuk berfikir, berbicara serta berani berargumen. Dalam TGT, siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan disusun dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pokok Virus. Kartu Bergambar digunakan sebagai media untuk menampilkan obyek biologi yang beragam dan sulit ditemui langsung serta untuk menarik perhatian siswa. Dua unsur diatas diharapkan dapat

(28)

11

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukan pada bagan berikut:

Keterangan : X = Penggunaan model TGT dengan media Kartu Bergambar Y1= Aktivitas belajar siswa

Y2= Penguasaan materi pokok Virus(Margono, 2005: 139). Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat

G.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan Model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar terhadap penguasaan materi siswa pada materi pokok Virus. H1 = Ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan

Model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar terhadap penguasaan materi siswa pada materi pokok Virus. 2. H0 = Rata-rata penguasaan materi siswa pada materi pokok Virus

yang menggunakan Model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar sama dengan siswa yang menggunakan model

pembelajaran TGT tanpa media Kartu Bergambar.

H1= Rata-rata penguasaan materi siswa pada materi pokok Virus yang menggunakan Model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar lebih tinggi dibanding siswa yang menggunakan model pembelajaran TGT tanpa media Kartu Bergambar.

Y2

X

(29)

3. Penggunaan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa.

(30)

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)

Menurut Slavin (dalam Trianto, 2010: 57), model pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa sebagai anggota kelompok kecil dengan tingkat kemampuannya berbeda, untuk bekerjasama dan saling membantu sesama siswa dalam tugas terstruktur untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Ibrahim (dalam Parendrarti, 2009: 13), prinsip dasar pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Siswa dalam kelompok harus beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya. 3. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama.

4. Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

(31)

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual, materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar

Fase 2

Menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau teks Fase 3

Mengorganisasikan siswa terhadap kelompok-kelopok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien

Fase 4

Membantu kerja kelompok dalam belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

Fase 5 Memberi tes

Guru memberi tes materi pokok atau kelompok menyajikan hasil pekerjaan mereka

Fase 6 Memberi penghargaan

Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Sumber: Arends (dalam Trianto, 2010: 63)

Sebagai model pembelajaran tentunya pembelajaran koperatif juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa Slavin (dalam Rusman, 2010: 205) menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan, yaitu: 1. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sekaligus meningkatkan

hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain

(32)

15

Sedangkan menurut Slavin (dalam Parendrarti, 2009: 15) beberapa kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Memerlukan persiapan yang rumit untuk pelaksaannya

2. Apabila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk 3. Apabila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompoknya akan menyebabkan usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya

4. Apabila ada siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar kelompok.

Model TGT atau Pertandingan Permainan Kelompok merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang mengijinkan siswa memainkan permainan dengan anggota tim lain dalam bentuk turnamen, untuk memperoleh skor sebanyak-banyaknya bagi tim mereka. TGT sangat cocok untuk tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam pada satu jawaban benar (Trianto, 2010: 83).

TGT dikembangkan oleh Devries dan Edwards yang merupakan model pembelajaran pertama dari Hopskin. Dalam model ini, siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas 5-6 siswa yang berbeda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan materi pokok, kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen,yaitu siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk

(33)

yang diperoleh dari penerapan permainan. Teman satu tim akan membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan, dengan mempelajari LKS dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain untuk memastikan telah terjadi tanggung jawab individual (Slavin dalam Parendarti, 2009: 16).

Secara runut implementasi TGT sebagai berikut: 1. Presentasi Kelas (Class Precentation)

Materi dalam TGT disampaikan dalam kelas presentasi yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini siswa menyadari harus memberi perhatian lebih selama kelas presentasi untuk membantu mereka dalam menyelesaikan kuis dan nilai kuis siswa ditentukan oleh nilai tim. Presentasi mencangkup pembukaan, pengembangan dan arahan yang jelas tentang materi pokok, aktivitas belajar tim, turnamen dan penilaian. Selama proses pembelajaran, setiap anggota tim bertanggung jawab untuk memahami materi. Agar siswa lebih memahami materi yang dipresentasikan, guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan mengintruksikan kepada setiap anggota tim menjawab LKS serta mendiskusikan bersama dalam satu tim. Setelah siswa yakin semua anggota tim telah memahami materi, guru

mengintruksikan kepada siswa untuk menjelaskan jawaban kepada tim lain.

2. Kelompok Belajar (Team)

(34)

17

kelompok belajar adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat turnamen. Setelah guru memberikan materi dan tiap kelompok belajar memahami materi yang juga bisa diambil dari sumber lain. Lebih umum, siswa belajar untuk mendiskusikan masalah bersama, membandingkan jawaban dan

memeriksa perbedaan jawaban yang mungkin belum tepat menurut setiap anggota tim tersebut.

Kelompok adalah sebuah ciri dari TGT. Setiap anggota kelompok dituntut harus memberikan yang terbaik untuk kelompoknya. Tim mempunyai pengaruh yang kuat terhadap hasil belajar yang penting untuk proses pembelajaran, serta memiliki hubungan yang menguntungkan dan sangat memperhatikan hasil dari kelompok, baik dari hubungan sesama

kelompok, penghargaan diri, maupun penghargaan terhadap kemampuan siswa lain. Dalam pembentukan kelompok, Guru dapat menggunakan daftar siswa yang diberi kode huruf berdasarkan peringkat, sehingga kelompok yang dibentuk bersifat heterogen dan seimbang. Dihari pertama penggunaan model TGT, guru harus menjelaskan pada siswa tentang arti kerjasama dalam kelompok.

3. Turnamen (Tournament)

Turnamen biasanya dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas, serta kelompok telah

(35)

ke dalam 4 meja turnamen. Siswa dengan prestasi belajar tinggi dikelompokkan pada meja 1, siswa dengan prestasi belajar sedang dikelompokkan pada meja 2 dan 3 dan siswa dengan prestasi belajar rendah dikelompokkan pada meja 4.

Berikut ini adalah gambar ilustrasi turnamen yang akan dilaksanakan:

Gambar 2. Mekanisme Turnamen

Untuk memulai turnamen, masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapat nomor terbesar berperan sebagai reader,

terbesar kedua sebagai challenger 1, terbesar ketiga sebagai challenger 2,

dan terkecil sebagai challenger 3. Reader 1 bertugas membaca soal dan kunci jawaban. Challenger 1 bertugas menjawab soal yang dibacakan oleh

reader. Chalenger 2 bertugas menjawab soal apabila jawaban challenger 1 salah. Challenger 3 bertugas menjawab soal apabila jawaban challenger 1 dan challenger 2 salah. Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah dengan bergeser searah jarum jam. Siswa yang

C1 C2 C3 C4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

D1 D2 D3 D4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

Meja 4 Meja 3

Meja 2 Meja 1

A1 A2 A3 A4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

(36)

19

sebelumnya menjadi challenger 1 selanjutnya menjadi reader 1;

challenger 2 menjadi challenger 1; challenger 3 menjadi challenger 2; dan

reader 1 menjadi challenger 3. Turnamen terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.

4. Penghargaan kelompok (Team Recognition)

Nilai kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai yang diperoleh setiap anggota kelompok heterogen semula. Kelompok yang memperoleh nilai tertinggi berhak memperoleh penghargaan. Untuk menentukan poin kelompok digunakan rumus:

Nk =

Keterangan :

Nk = Poin Peningkatan Kelompok (Slavin, 2008:175)

Menurut Sudjana (dalam Sulaseh. 2012: 12) TGT memiliki kelemahan dan kekurangan. Beberapa kelebihan TGT adalah:

1. Lebih meningkatkan penggunaan waktu untuk tugas 2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu 3. Membentuk persaingan sportif dan menumbuhkan keberanian 4. Proses pembelajaran berlangsung dengan keaktifan siswa 5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain 6. Motivasi belajar tinggi dan hasil belajar lebih baik

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Jumlah poin setiap anggota kelompok

(37)

Beberapa kelemahan TGT adalah: 1. Bagi guru

a. Sulit untuk mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan heterogen dari segi akademik. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam

menentukan pembagian kelompok.

b. Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak, sehingga melewati batas waktu yang telah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu mengkondusifkan kelas.

c. Jika kemampuan guru sebagai motivator dan fasilitator kurang memadai atau sarana tidak cukup tersedia, maka pembelajaran model TGT sulit dilakukan.

2. Bagi siswa

Masih adanya siswa berkemampuan akademik tinggi yang kurang terbiasa dan sulit menjelaskan kepada siswa lainnya.

B. Media Kartu Bergambar

Gagne dan Briggs (dalam Sadiman, dkk, 2008: 6) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis teknologi pembawa pesan dalam

(38)

21

Menurut Sanjaya (2009: 204), peranan media sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, karena:

1. Menangkap suatu obyek atau peristiwa tertentu 2. Memanipulasi keadaan, peristiwa atau obyek tertentu 3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa

4. Memiliki nilai praktis, sebagai berikut:

a. Media mengatasi keterbatasan pengamatan yang dimiliki siswa b. Media dapat mengatasi batas ruang kelas

c. Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antar siswa dan lingkungan

d. Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat f. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk

belajar dengan baik

g. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru h. Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa

i. Media dapat memberikan pengetahuan yang menyeluruh dari hal konkret sampai ke abstrak.

Kemp dan Dayton (dalam Sanjaya, 2009: 2010), menyatakan bahwa media memiliki kontribusi yang penting terhadap proses pembelajaran, yaitu: 1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar

2. Pembelajaran lebih menarik

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif

(39)

5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan

6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan dan dimanapun diperlukan

7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan

8. Peran guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar.

Menurut Sadiman, dkk (2008: 28-55), karakteristik beberapa media yang lazim dipakai dalam kegiatan pembelajaran adalah:

1. Media Grafis

Media grafis termasuk media visual yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan melalui indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Bebeapa jenis media grafis adalah gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan atau chart, grafik, kartun, poster, peta dan papan buletin. 2. Media Audio

Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam auditif, baik verbal maupun non verbal. Beberapa jenis media yang dikelompokkan dalam media audio yaitu radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam dan laboratorium bahasa.

3. Media proyeksi diam

Berbeda dengan media grafis, pesan yang akan disampaikan harus diproyeksikan agar dapat dilihat. Beberapa jenis media yang

(40)

23

Media berbasis visual memegang peranan sangat penting dalam proses

pembelajaran, salah satunya adalah gambar yang merupakan media visual dua dimensi. Sadiman, dkk (2008: 91) menyatakan bahwa media visual dapat menumbuhkan minat siswa serta menghubungkan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Menurut KBBI (dalam Prapita, 2009: 6), Kartu

merupakan salah satu contoh media visual berbahan kertas tebal yang berbentuk persegi panjang. Kartu Bergambar sebagai alat atau media pembelajaran, dirancang untuk membantu mempermudah dalam proses pembelajaran. Media Kartu Bergambar ini terbuat dari kertas tebal berukuran 7×10 cm yang berisi gambar dan materi yang sesuai dengan materi pokok.

Karakteristik Kartu Bergambar menurut Hutomo (dalam Yani, 2011: 43) adalah:

a. Berisi gambar dan kata-kata

Pesan dituangkan dalam bentuk tulisan dan gambar. b. Media visual diam

Gambar yang ditampilkan tidak berupa gambar bergerak, melainkan gambar diam tanpa animasi.

c. Bahan ajar cetak

Kartu Bergambar ini merupakan bahan ajar cetak yang dalam pembuatannya melalui proses pencetakan atau printing. d. Menekankan pada persepsi indera penglihatan

(41)

Menurut Sadiman, dkk (2008: 31-32), gambar yang baik sebagai media pendidikan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Terdapat 6 syarat yang perlu dipenuhi agar gambar dapat dijadikan media pembelajaran yang baik: 1. Autentik

Gambar harus secara jujur melukiskan situasi seperti benda sebenarnya 2. Sederhana

Komposisi gambar hendaklah cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar

3. Ukuran relatif

Gambar dapat membesarkan atau memperkecil obyek sebenarnya. Jika gambar tersebut tentang obyek yang belum dikenal, maka dalam gambar tersebut harus terdapat sesuatu yang dikenal siswa sehingga dapat membantunya membayangkan gambar

4. Gambar sebaiknya mengandung perbuatan atau aktivitas tertentu 5. Gambar yang indah bukan berarti baik untuk tujuan pembelajaran 6. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Media bergambar memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan media bergambar menurut Sadiman (2008: 28), adalah:

1. Secara khusus grafis berfungsi untuk menarik perhatian 2. Memperjelas sajian ide

(42)

25

Kelemahan media gambar adalah :

1. Gambar hanya menekankan persepsi indera penglihatan

2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran

3. Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar (Sadiman, dkk, 2008: 31).

C. Aktivitas Belajar Siswa

Pada dasarnya belajar adalah melakukan perbuatan untuk merubah tingkah laku dan tindakan yang dialami oleh seseorang. Seperti yang diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006: 7), bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, maka belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan

kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2004: 171). Sardiman (2007: 100) mengungkapkan bahwa dalam proses

(43)

Douglass (dalam Hamalik, 2004: 172) juga menambahkan bahwa asas

aktivitas harus lebih ditonjolkan sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.

Menurut Diedrich (dalam Hamalik, 2004: 172-173), aktivitas belajar siswa

digolongkan ke dalam delapan jenis kegiatan, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan visual, meliputi kegiatan: membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, pameran dan mengamati orang lain atau bermain. 2. Kegiatan-kegiatan lisan, meliputi: menyatakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, meliputi kegiatan: mendengarkan

penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok dan mendengarkan suatu permainan.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, meliputi kegiatan: menulis laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, mengerjakan lembar kerja, menulis cerita dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, meliputi kegiatan: menggambar, membuat grafik, diagram peta dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, meliputi kegiatan: melakukan percobaan, melaksanakan pameran, menyelenggarakan permainan dan membuat model.

(44)

27

8. Kegiatan-kegiatan emosional, meliputi kegiatan: minat, membedakan, berani dan tenang.

Berdasarkan klasifikasi aktivitas di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan memperlancar peranannya sebagai pusat dan transformasi kebudayaan (Sadiman, 2007: 101-102).

Menurut Hamalik (2004: 175-176), manfaat aktivitas besar nilainya dalam pembelajaran, yaitu :

1. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri dan akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa. 3. Secara integral memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para

siswa.

4. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri. 5. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar demokratis.

6. Membina dan mempererat hubungan antara sekolah dengan masyarakat dan hubungan guru antara dengan orangtua siswa.

7. Pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkret, sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis, serta menghindari verbalistik.

(45)

Dalam setiap pembelajaran selalu ada aktivitas yang dilakukan, hanya kadar keaktifannya yang berbeda. Dimyati dan Mujiono (2002: 236-254)

menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor Intern

Aktivitas belajar dialami siswa sebagai suatu proses. Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa terhadap bahan belajar. Proses belajar dialami oleh siswa dan aktivitas belajar dapat diamati guru. Dalam belajar siswa dapat mengalami masalah-masalah intern, seperti:

a. Sikap terhadap pelajaran b. Motivasi belajar

c. Konsentrasi belajar d. Mengolah bahan belajar

e. Menyimpan perolehan hasil belajar

f. Menggali hasil belajar yang telah tersimpan g. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar h. Rasa percaya diri siswa

i. Intelegensi dan keberhasilan belajar j. Kebiasaan belajar

k. Cita-cita siswa

2. Faktor ekstern

(46)

29

lingkungan siswa. Beberapa faktor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas belajar siswa, yaitu:

1. Guru sebagai pembina siswa belajar 2. Prasarana dan sarana pembelajaran 3. Kebijakan penilaian

4. Lingkungan sosial siswa di sekolah 5. Kurikulum sekolah

D. Penguasaan Materi Pembelajaran Biologi

Arikunto (2008: 117) menyatakan bahwa dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan; baik tujuan kurikuler maupun tujuan

instruksional; menggunakan klasifikasi hasil belajar yang terdiri dari 3 ranah atau domain besar, yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affektive domain) dan ranah psikomotor (psycomotor domain). Penguasaan materi merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif dari tujuan

pembelajaran.

Pada setiap pertemuan dalam proses pembelajaran, diharapkan bagi siswa untuk mampu menguasai materi pelajaran. Menurut Froeman, penguasaan adalah kesanggupan untuk mengintegrasikan pengalaman seperti kesanggupan yang berhubungan dengan intelektual. Penguasaan materi merupakan

(47)

Meril, dkk (dalam Slameto, 1991: 146-147) mengkaitkan materi pelajaran dengan tugas-tugas belajar siswa pada kawasan kognitif. Materi tersebut diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Fakta

Fakta merupakan satuan informasi yang dapat berupa nama seseorang, waktu terjadinya peristiwa tertentu, nama tempat atau simbol yang dipergunakan sebagai nama obyek atau peristiwa tertentu

2. Sekelompok obyek, kejadian atau simbol yang memiliki ciri-ciri umum yang sama, dapat dikenali dengan pemberian nama yang sama

3. Prosedur

Prosedur merupakan urutan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, memecahkan suatu masalah atau menghasilkan suatu produk

4. Pernyataan penjelasan atau ramalan tentang hubungan dia antara beberapa gejala, peristiwa atau variabel di dalam kenyataan ilmiah, sosial,

konseptual atau simbolik.

Berdasarkan penjelasan di atas, Slameto (1991: 147) mengkategorikan tugas-tugas belajar siswa menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Mengingat, merupakan kemampuan untuk mencari kembali dan memproduksi informasi yang telah disimpan dalam ingatan seseorang. 2. Menerapkan, merupakan kemampuan untuk menghubungkan informasi

(48)

31

3. Menemukan, merupakan kemampuan untuk mengolah sejumlah informasi tentang beberapa kasus atau situasi yang telah dipelajari untuk mencari atau menciptakan hubungan yang baru diantaranya.

Menurut Anderson, dkk (2000: 67,68), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku, yaitu:

1. Remember

Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Penguasaan itu meliputi fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip dan metode.

2. Understand

Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.

3. Apply

Apply mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analyze

Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya, mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil. 5. Evaluate

mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

6. Create

(49)

Pencapaian keenam standar perilaku tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal (Arikunto, 1993: 21), sebagai berikut:

1. Faktor internal terbagi menjadi 3 yaitu:

a. Faktor biologis, tediri dari usia, kematangan dan kesehatan. b. Faktor psikologis, terdiri dari kelelahan, suasana hati, intelegensi,

minat, motivasi dan kebiasaan belajar. 2. Faktor Eksternal

a. Faktor human

1) Keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan perhatian orang tua.

2) Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, alat pembelajaran dan waktu sekolah.

3) Masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

(50)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 di SMA Persada Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X3 berjumlah 27 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas X1 berjumlah 30 siwa sebagai kelas kontrol, yang terpilih melalui teknik

cluster random sampling.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen (quasi eksperimental) dengan desain pretest-posttest kelompok tak ekuivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media Kartu Bergambar, sementara kelas kontrol diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tanpa media Kartu Bergambar. Kedua kelas diberi pretest

(51)

Struktur desain penelitian ini sebagai berikut:

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan:

I = Kelas eksperimen (kelas X3) II = Kelas kontrol (kelas X1)

X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan model TGT dan Kartu Bergambar C = Perlakuan di kelas kontrol dengan model TGT tanpa Kartu Bergambar O1 = Pretest

O2 = Posttest

Gambar 3. Desain penelitian pretest-posttest kelompok tak ekuivalen Sumber: Riyanto (2001: 43)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:

1. Pra penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian adalah:

a. Membuat dan menyampaikan surat izin penelitian ke sekolah. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah dan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(52)

35

e. Membuat media pembelajaran Kartu Bergambar. Cara membuat media Kartu Bergambar adalah:

1) Membagi materi pokok Virus ke dalam 4 submateri yaitu Ciri-Ciri, Klasifikasi, Replikasi dan Peranan Virus dalam Kehidupan.

2) Menentukan gambar dan keterangan yang akan disajikan dalam kartu untuk tiap submateri.

3) Mendesain kartu dan logo belakang kartu dengan menggunakan program Microsoft Word 2007.

4) Mencetak kartu dengan menggunakan printer di atas Glossy Photo Paper Double Side.

5) Menggunting kartu dengan rapi.

f. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk setiap pertemuan.

g. Membuat instrumen evaluasi berupa soal pretest-posttest untuk mengukur penguasaan materi siswa.

h. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa.

i. Membuat angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang

menggunakan model TGT dengan media Kartu Bergambar pada materi pokok Virus.

(53)

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar untuk kelas

eksperimen dan model pembelajaran TGT tanpa media Kartu Bergambar untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama tentang materi Ciri-Ciri dan Klasifikasi Virus, sedangkan pertemuan kedua tentang Replikasi dan Peranan Virus dalam Kehidupan.

a. Kelas Eksperimen (Pembelajaran melalui Model TGT dengan Media Kartu Bergambar)

1) Pendahuluan

a) Siswa mengerjakan soal pretest pada pertemuan pertama sebagai penilaian awal penguasaan materi pokok Virus. b) Siswa menyimak tujuan pembelajaran dan penjelasan tentang

proses pembelajaran menggunakan model TGT dengan media Kartu Bergambar.

c) Siswa menerima apersepsi dan menjawab pertanyaan: Pertemuan I: ”Apa yang kamu ketahui tentang virus?

Jika virus dikatakan benda mati, lalu mengapa virus dipelajari dalam biologi?”

(54)

37

d) Siswa memperhatikan motivasi yang disampaikan guru: Pertemuan I: “Di media massa kita sering mendengar virus

baru yang menyerang manusia dan hewan seperti H1N1 (Flu Spanyol tahun 1918 dan Flu Babi tahun 2009), H2N2 (Flu Asia pada 1957), H3N2 (Flu Hongkong tahun 1968) dan H5N1 (Flu Burung tahun 2004). Untuk mengetahui bagaimana sifat, bentuk dan Replikasinya maka kita perlu mempelajari tentang Virus.” Pertemuan II: “Sampai saat ini, masih belum ditemukan obat

untuk penyakit AIDS yang disebabkan oleh HIV. Namun dengan mempelajari materi pokok Virus, kita dapat mencegah terserang

dari HIV dan virus lain”.

2) Kegiatan inti

a) Siswa duduk dalam kelompoknya yang terdiri dari 5-6 orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya). b) Siswa mendengarkan penjelasan materi pendahuluan dari

guru.

c) Siswa mengerjakan LKS dengan materi Ciri-Ciri, Klasifikasi, Replikasi dan Peran Virus dalam Kehidupan.

(55)

e) Siswa memperhatikan pengarahan dan membimbing guru untuk melakukan diskusi, menggali informasi melalui media Kartu Bergambar, menyiapkan hasil diskusi dan

mempersiapkan diri untuk turnamen.

f) Tiap kelompok mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan. g) Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi. h) Siswa melakukan tournament (pertandingan) untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kartu soal. i) Kelompok yang memperoleh skor tertinggi memperoleh

penghargaan. 3) Penutup

a) Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan pada setiap pertemuan.

b) Siswa mendapat tugas untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

c) Melakukan evaluasi pada akhir pertemuan ke-II dengan memberikan soal posttest yang sama dengan soal pretest.

b. Kelas Kontrol (Pembelajaran melalui Model TGT tanpa Media Kartu Bergambar)

1) Pendahuluan

a) Siswa mengerjakan soal pretest pada pertemuan pertama sebagai penilaian awal penguasaan materi pokok Virus.

(56)

39

c) Siswa menerima apersepsi dan menjawab pertanyaan: Pertemuan I: ”Apa yang kamu ketahui tentang virus?

Jika virus dikatakan benda mati, lalu mengapa virus dipelajari dalam biologi?”

Pertemuan II: “Mengapa kita hanya terserang campak sekali seumur hidup namun dapat berulang kali terserang influenza, sedangkan keduanya

adalah penyakit yang disebabkan oleh virus?”

d) Siswa memperhatikan motivasi yang disampaikan guru: Pertemuan I: “Di media massa kita sering mendengar virus

baru yang menyerang manusia dan hewan seperti H1N1 (Flu Spanyol tahun 1918 dan Flu Babi tahun 2009), H2N2 (Flu Asia pada 1957), H3N2 (Flu Hongkong tahun 1968) dan H5N1 (Flu Burung tahun 2004). Untuk mengetahui bagaimana sifat, bentuk dan Replikasinya maka kita perlu mempelajari tentang Virus.” Pertemuan II: “Sampai saat ini, masih belum ditemukan obat untuk penyakit AIDS yang disebabkan oleh HIV. Namun dengan mempelajari materi pokok Virus, kita dapat mencegah terserang

(57)

2) Kegiatan inti

a) Siswa duduk dalam kelompoknya yang terdiri dari 5-6 orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya). b) Siswa mendengarkan penjelasan materi pendahuluan dari guru. c) Siswa mengerjakan LKS dengan materi Ciri-Ciri, Klasifikasi,

Replikasi dan Peran Virus dalam Kehidupan. d) Siswa berdiskusi untuk mengerjakan LKS

e) Siswa memperhatikan pengarahan dan membimbing guru untuk melakukan diskusi, menyiapkan hasil diskusi dan mempersiapkan diri untuk turnamen.

f) Tiap kelompok mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan. g) Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi.

h) Siswa melakukan tournament (pertandingan) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kartu soal.

i) Kelompok yang memperoleh skor tertinggi memperoleh penghargaan.

3. Penutup

a) Siswa yang dibimbing guru membuat kesimpulan dalam setiap pertemuan.

b) Siswa mendapat tugas untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

(58)

41

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis Data

a) Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa data penguasaan materi pokok Virus yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Pretest diberikan pada awal pertemuan pertama dan postest pada akhir pertemuan kedua. Kemudian dihitung selisih antara nilai rata-rata pretest dan posttest, sehingga diperoleh N-Gain yang akan dianalisis secara statistik.

b) Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data aktivitas belajar dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model TGT dengan media Kartu Bergambar pada materi pokok Virus.

2. Teknik Pengambilan Data a) Pretest dan Posttest

Data penguasaan materi siswa berupa nilai pretest dan posttest yang diambil dari kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan berupa 20 butir soal pilihan jamak. Teknik penskoran nilai pretest dan posttest yaitu :

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

(59)

b) Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin

kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar

observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Tabel 2. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

No Nama

Skor Aspek Aktivitas Belajar Siswa

A B C D E

Petunjuk: Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai.

Keterangan kriteria penilaian aktivitas belajar siswa: A. Mengemukakan pendapat atau ide

1. Tidak mengemukakan pendapat atau ide (diam saja)

2. Mengemukakan pendapat atau ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Virus

3. Mengemukakan pendapat atau ide sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Virus

B. Bertanya

1. Tidak mengajukan pertanyaan

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok Virus

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok Virus

C. Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok 1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja)

2. Bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok Virus

(60)

43

D. Bertukar informasi

1. Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja)

2. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan materi pokok Virus dalam LKS

3. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok untuk memecahkan permasalahan pada LKS materi pokok Virus

c) Angket Tanggapan Siswa

Angket tanggapan siswa berisi pendapat mengenai penggunaan model TGT dengan media Kartu Bergambar pada materi pokok Virus. Angket berisi tujuh pernyataan dengan empat pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif, serta siswa diberikan dua pilihan jawaban yang terdiri dari setuju dan tidak setuju.

Tabel 3. Item pernyataan pada angket siswa

No Pernyataan-Pernyataan S TS

1. Saya senang mempelajari materi pokok Virus melalui media dan pembelajaran yang diberikan oleh guru.

2.

Pembelajaran dan Kartu Bergambar yang diberikan oleh guru dapat membimbing belajar saya sehingga lebih mudah memahami materi Virus.

3. Gambar dan tulisan dan pada Kartu Bergambar yang diberikan oleh guru terlalu banyak dan membingungkan saya.

4. Kartu Bergambar yang diberikan oleh guru memiliki gambar yang menarik dan berisi materi yang jelas Virus.

5.

Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS melalui media dan pembelajaran yang diberikan oleh guru.

6. Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

7. Media dan pembelajaran yang digunakan menjadikan saya lebih aktif dalam diskusi kelompok.

Keterangan: S = Setuju; TS = Tidak setuju

(61)

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian berupa nilai pretest, posttest dan N-Gain. Untuk mendapatkan

N-Gain menggunakan rumus Hake (1999: 1) yaitu:

N-Gain

=

Keterangan:

N-Gain = average normalized gain = rata-rata N-Gain Spost = postscore class averages = rata-rataskor postes

Spre = prescore class averages = rata-rataskor pretes

Smax = maximum score = skor maksimum

Tabel 4. Kriteria N-Gain

N-Gain Kriteria

g > 0,7 Tinggi

0,7 > g > 0,3 Sedang

g < 0,3 Rendah

Sumber: Loranz (2008: 2)

Penguasaan materi siswa dapat digambarkan melalui indikator C1, C2, C3 dan

C4, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(62)

45

Tabel 5. Lembar penilaian penguasaan materi siswa

Keterangan : C1 = remember, C2 = understand, C3 = apply, C4 = analyze

Sumber: Arief (2009: 9)

2. Menjumlahkan skor setiap siswa.

3. Menentukan nilai (S) pada setiap indikator penguasaan materi.

4. Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka penguasaan materi siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria pada tabel 6.

Tabel 6. Kriteria penguasaan materi

Taraf Nilai Rata-Rata Kriteria

80,1 - 100 Sangat Tinggi

60,1 - 80 Tinggi

40,1 - 60 Sedang

20,1 - 40 Rendah

0 - 20 Sangat Rendah

Sumber: Arikunto (2008: 214)

No Nama Skor pada Aspek Penguasaan Materi

(63)

Nilai pretest, posttest dan N-Gain pada kelas kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS Versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS Versi 17.

a) Hipotesis

H0: Sampel berdistribusi normal

H1: Sampel tidak berdistribusi normal

b) Kriteria Uji

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5)

2. Uji Homogenitas Data

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan program SPSS Versi 17. a) Hipotesis

H0: Kedua sampel mempunyai varians sama

H1: Kedua sampel mempunyai varians berbeda

b) Kriteria Uji

Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05, maka H0 diterima

Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05, maka H0 ditolak

(64)

47

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS Versi 17. 1. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-Gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-Gain kedua sampel tidak sama

b) Kriteria Uji

Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

(Pratisto, 2004: 13)

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen sama dengan

kelas kontrol.

H1 = Rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari

kelas kontrol. b) Kriteria Uji

Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

(65)

G. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas belajar siswa.

Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:

1. Menghitung persentase aktivitas belajar dengan menggunakan rumus:

%

= Rata-rata skor aktivitas belajar siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh

n = Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2002: 69)

2. Menafsirkan atau menentukan kategori indeks aktivitas belajar siswa sesuai klasifikasi pada tabel 7.

Tabel 7. Klasifikasi persentase aktivitas belajar siswa

Kategori Persentase Aktivitas

Belajar Siswa (%) Kategori

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Sumber: Hake (dalam Belina, 2008: 27)

H. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Model TGT dengan Media Kartu Bergambar

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan media Kartu Bergambar dan model pembelajaran TGT yang dikumpulkan melalui

(66)

49

pernyataan, 4 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Setiap pernyataan memiliki skor 1 (satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan positif dan tidak setuju bagi pernyataan negatif. Skor 0 (nol) untuk menyatakan tidak setuju bagi pernyataan positif dan setuju bagi pernyataan negatif.

Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1. Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada tabel 8.

Tabel 8. Skor per jawaban angket

Kategori Skor Per Soal Angket

1 0

Pernyataan positif S TS

Pernyataan negatif TS S

dst. … …

Keterangan: S = setuju TS = tidak setuju

Sumber: Rahayu (2010: 31)

2. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus berikut:

Keterangan:Xin = Persentase jawaban siswa

S = Jumlah skor jawaban

Smaks = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002: 69)

(67)

Tabel 9.Tabulasi data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar

Sumber: Rahayu (2010: 31)

4. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar.

Tabel 10. Kriteria persentase angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar

No Rentang Skor Interval Kriteria

1 16 – 23 76 < % ≤ 100% Tinggi

2 8 – 15 51 < % ≤ 75% Sedang

3 0 – 7 25 < % ≤ 50% Rendah

Sumber: Ali (1992: 46)

No Pernyataan

Angket

Pilihan Jawaban

(68)

69

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajaran TGT dengan media Kartu Bergambar terhadap penguasaan materi pokok Virus siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung semester ganjil T.P

2012/2013.

2. Penguasaan materi pokok Virus pada siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung semester ganjil T.P 2012/2013 yang menggunakan model pembelajaran TGT dan media Kartu Bergambar lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran TGT dengan tanpa media Kartu Bergambar. 3. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media Kartu

Bergambar berpengaruh dalam mengoptimalkan aktivitas belajar siswa materi pokok Virus pada siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung 2012/2013.

(69)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media Kartu Bergambar dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru untuk mengembangkan kemampuan penguasaan materi siswa pada materi pokok Virus.

2. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan media Kartu Bergambar hendaknya lebih ditingkatkan kualitas gambar, kesesuain informasi dengan gambar dan kelengkapan materi, sehingga lebih menarik dan menunjang aktivitas belajar siswa.

3. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan media Kartu Bergambar, hendaknya guru terampil dalam pengelolaan kelas agar kondisi kelas tetap kondusif, terutama pada saat proses pelaksanaan

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Gambar 2. Mekanisme Turnamen
Gambar 3. Desain penelitian pretest-posttest kelompok tak ekuivalen Sumber: Riyanto (2001: 43)
Tabel 2. Lembar observasi aktivitas belajar siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bila lukisan yang menyertakan matahari diamati secara gradual sejak potret diri dan tujuh matahari di India yang diciptakan tahun 1950, sampai pada karya potret

R.I, Departemen Sosial Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof... Besar Rehabilitasi

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dengan tema lingkungan melalui model Pembelajaran Tematik dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa, karena dalam

3. Apakah ada hubungan antara kualitas pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan di ruang rawat inap dan rawat jalan terhadap kepuasan pasien dan

berkah yang senantiasa Allah SWT limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Perilaku Higiene dengan Kejadian Diare pada Siswa SD Negeri

Secara parsial terdapat hubungan yang positif antara sikap terhadap profesi kepe rawatandengan bas il belajar keperawatan Matemitas dan terdapat hubungan yang positif

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan pada pembahasan diatas, tentang hubungan antara minat dan kesiapan belajar dengan

Dengan metode penelitian yang variatif (tidak hanya instrinsik), secara ilmiah, penelitian sastra akan lebih berbobot karena tidak hanya sebagai penelitian sastra untuk sastra,