• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencatatan Kelahiran Di Kabupaten Dairi Dalam Rangka Pelaksanaan Administrasi Kependudukan Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pencatatan Kelahiran Di Kabupaten Dairi Dalam Rangka Pelaksanaan Administrasi Kependudukan Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENCATATAN KELAHIRAN DI KABUPATEN DAIRI

DALAM RANGKA PELAKSANAAN ADMINISTRASI

KEPENDUDUKAN MENURUT UNDANG – UNDANG

NOMOR 23 TAHUN 2006 DITINJAU DARI HUKUM

ADMINISTRASI NEGARA

NAMA: IGNASIA TINAMBUNAN

NIM : 100 200 203

FAKULTAS HUKUM

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan karena atas rahmat dan

karunia bagi masa, kesehatan, dan pikiran yang Tuhan berikan kepada penulis-lah sehingga

penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun penulisan skripsi yang berjudul

PENCATATAN KELAHIRAN DI KABUPATEN DAIRI DALAM RANGKA

PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN MENURUT UNDANG – UNDANG

NOMOR 23 TAHUN 2006 DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

adalah karya tulis yang diajukan sebagai pemenuhan syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara atas kepemimpinan serta dukungan yang besar terhadap

seluruh mahasiswa/i di dalam lingkungan Kampus Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.H., DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

(3)

5. Ibu Suria Ningsih S.H, M. Hum selaku Ketua dan Ibu Mariati Zendrato, SH, M. Kn

selaku Sekretaris Departemen Hukum Administrasi Negara. Terima kasih atas waktu dan

kesempatan yang telah Ibu berikan hingga skripsi ini dapat selesai sebagaimana mestinya.

6. Ibu Suria Ningsih, SH, M. Hum selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Dosen mata

kuliah Kependudukan yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih atas ilmu dan nasihat-nasihatnya di sela-sela perkuliahan, semoga banyak

hal yang Ibu ajarkan dapat saya amalkan dengan baik.

7. Ibu Dr. Agusmidah, SH, M. Hum selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih telah

meringankan kesulitan saya dalam penyelesaian skripsi ini dan selalu menyambut baik

setiap pertemuan dengan penulis.

8. Ibu Dr. Utary Maharany Barus selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing persoalan akademik penulis selama berada di Fakultas Hukum USU, yang

telah menjadi “Ibu” bagi kami para mahasiswa bimbingannya. Penulis mengucapkan

terima kasih sebesar-besarnya juga atas pengetahuan dan segala bantuannya yang sangat

bermanfaat bagi Penulis.

9. Terima kasih kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Dairi, terutama

kepada Bapak R. Situmorang, SH dan Ibu Marlina Saragih yang bersedia memberikan

data- data yang dibutuhkan dan juga atas kesediaannya untuk diwawancarai oleh penulis.

10.Secara khusus Penulis menempatkan ucapan terimakasih teristimewa kepada Ayahanda

S. Tinambunan, SH, M.Pd, Ibunda dr. N. S br Sianturi, MHA, dan Abanganda dr. Paulus

Mario Tinambunan yang dengan kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan kasih

sayang, perhatian, ilmu, dan bekal keimanan yang menjadi bekal dan inspirasi Penulis

(4)

11.Kepada Nicyla Stevia Susan, S. Ked, terima kasih untuk semangat dan dukungan yang

diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Kepada Ika Pratiwi Simbolon, SE, MM, Mayasari Sianturi, S.Psi, Elisabeth Sianturi,

semua sepupu- sepupu saya dan kepada seluruh keluarga besar SPC, terima kasih banyak

atas dukungan, nasihat yang diberikan kepada penulis.

13.Kepada Syaravina Lubis, Puput Astria, Derry Chandra yang dariawal kuliahselalu ada

menjadi sahabat terbaik penulis, penulis ucapkan banyak terima kasih sudah memberi

dukungan saat penulis merasa jenuh saat kuliah dan saat penulisan skripsi ini, sangat

senang bisa bertemu kalian semua.

14. Kepada semua teman serta sahabat yang ada di dalam maupun di luar Fakultas Hukum

USU, terima kasih .

15.Kepada seluruh teman-teman stambuk 2010, terima kasih atas tahun-tahun yang penuh

kenangan dan kebersamaan dalam menimba ilmu di Fakultas Hukum USU. Terima kasih

atas persahabatan dan bantuannya selama ini.

16.Kepada seluruh senioren dan adik-adik junioren Fakultas Hukum USU, terima kasih atas

bimbingan, pengalaman, dan persahabatan yang terjalin selama ini, semoga tetap

membekas di hati kita masing-masing.

17.Kepada semua pihak baik keluarga, teman, pegawai Fakultas Hukum USU, dan siapa

saja yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima

kasih atas nasihat, kepedulian dan dukungannya.

(5)

Penulis menyadari bahwa tulisan yang ada dihadapan pembaca saat ini masih sangat jauh

dari sempurna, maka itu penulis sangat mengharapkan kerendahan hati para pembaca untuk

memberi kritik agar tulisan ini sempurna.

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI C. 1 TujuanPenelitan ……… 6

C. 2 ManfaatPenelitian ………7

D. KeaslianPenulisan ……… 7

E. TinjauanKepustakaan E.1 HakekatPencatatanKelahiran ………... 8

E.2 FungsiAktaKelahiran ………. 9

E.3 PelayananPublik ………. 14

F. MetodePenelitian……….. 16

G. SistematikaPenulisan ………... 19

BAB II. KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH DALAM PENCATATAN KELAHIRAN A. PengertianUmum ……… 22

B. SejarahPencatatanSipil Di Indonesia ……….. 23

(7)

B. 2 PencatatanKelahiranPadaMasaOrdeBaruHinggaSekarang ……….. 30

C. HakIdentitasBerdasarkanKonvensiHakAnakDalamUndang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 VersiKomisiPerlindunganAnak ……….. 31

D. PencatatanKelahiran Di Indonesia ……….. 32

E. SyaratPencatatanKelahiran Di Indonesia E.1 PencatatanKelahiran Yang Terjadi Di Indonesia ………... 33

E. 2 PencatatanKelahiran Yang Tejadi Di Luar Indonesia ……… 33

E. 3 PencatatanKelahiran Yang Terjadi Di KapalLautAtau Di PesawatTerbang …… 35

E.4 PencatatanKelahiran Yang Melampaui Batas Waktu ………... 36

F. PutusanMahkamahKonstitusiTentangPendaftaranKelahiran Yang Melampaui Batas Waktu ………38

BAB III. PERATURAN SERTA MEKANISME PENCATATAN KELAHIRAN DI KABUPATEN DAIRI A. PengertianUmum ……… 42

B. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom ……… 42

C. GambaranUmumKabupatenDairi ………. 46

D. GambaranPelayananPencatatanKelahiran Di KabupatenDairi ……… 47

(8)

F .2 PencatatanKelahiran Di Luar Wilayah Indonesia ………... 51

F. 3 PencatatanKelahiran Yang Melampaui Batas Waktu ……….. 53

F. 4 PencatatanLahirMati ………... 54

F. PencatatanKelahiran Dan Retribusi Daerah ………... 55

BAB IV.UPAYA HUKUM PEMERINTAH DAIRI DALAM PENCATATAN KELAHIRAN A. KewenanganPemerintahSebagaiPenyelenggaraPelayananPublik ………. 61

B. FaktorPenghambatDalamPencatatanKelahiran Di KabupatenDairi ……….. 63

C. UpayaHukumPemerintahKabupatenDairiDalamPencatatanKelahiran ………. 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 69

B. Saran ……….. . 70

Lampiran – Lampiran……….. 71

DaftarPustaka………... 75

(9)

ABSTRAK

Pencatatan Kelahiran Di Kabupaten Dairi Dalam Rangka Pelaksanaan Administrasi Kependudukan Menurut Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 Ditinjau Dari Hukum

Administrasi Negara * Ignasia Tinambunan

** Suria Ningsih *** Agusmidah

Masalah kependudukan tidak pernah terlepas dengan peristiwa kelahiran karena peristiwa kelahiran merupakan faktor terbesar yang menyebabkan pertambahan penduduk yang sangat pesat, namun sayangnya kelahiran yang terjadi banyak yang tidak dicatatkan oleh orangtuanya ke kantor pencatatan sipil sehingga banyak anak yang tidak mendapatkan haknya sebagai manusia, hak untuk mendapat pengakuan kewarganegaraan dan perlindungan dari Negara sebagai warga Negara tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa hambatan yang membuat masyarakat tidak mencatatkan kelahirannya adalah sebagai berikut: karena biaya yang mahal, jauhnya perjalanan untuk mengurus, tidak tahu bahwa kelahiran harus dicatatkan, tidak tahu cara mengurusnya, masyarakat merasa bahwa pencatatan kelahiran itu tidak perlu. Disamping itu pencatatan kelahiran kurang mendapat prioritas pemerintah atau masyarakat secara umum,birokrasinya berkelit-kelit dan sistem yang tersentralisir serta banyaknya oknum yang mengambil keuntungan dalam pengurusan pembuatan akta kelahiran. Adapun usaha yang dapat dilakukan oleh lembaga pencatatan sipil adalah dengan melakukan pendekatan,diantaranya yaitu: dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang pentingnya pencatatan kelahiran, mengadakan kunjungan kerja ke desa-desa, menetapkan sistem jemput bola, menganjurkan ke semua lembaga pendidikan dan lembaga pengurusan surat berharga lainnya agar mengutamakan adanya akta kelahiran apabila berurusan dengan lembaga-lembaga tersebut.

Menurut penulis, agar pencatatan penduduk terutama pencatatan kelahiran semakin mudah bagi masyarakat maka hendaknya isi dari pasal 27 dan pasal 32 Undang- undang 2006 tentang administrasi kependudukan hendaknya direvisi dan hendaknya pemerintah Kabupaten Dairi tetap melakukan kunjungan kerja ke desa-desa.

Kata Kunci: Pencatatan Kelahiran ;

Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 ; Hukum Administrasi Negara.

*Mahasiswa Fakultas Hukum USU ( NIM: 100 200 203 )

**Dosen Pembimbing I, Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara USU *** Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU

(10)

ABSTRAK

Pencatatan Kelahiran Di Kabupaten Dairi Dalam Rangka Pelaksanaan Administrasi Kependudukan Menurut Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 Ditinjau Dari Hukum

Administrasi Negara * Ignasia Tinambunan

** Suria Ningsih *** Agusmidah

Masalah kependudukan tidak pernah terlepas dengan peristiwa kelahiran karena peristiwa kelahiran merupakan faktor terbesar yang menyebabkan pertambahan penduduk yang sangat pesat, namun sayangnya kelahiran yang terjadi banyak yang tidak dicatatkan oleh orangtuanya ke kantor pencatatan sipil sehingga banyak anak yang tidak mendapatkan haknya sebagai manusia, hak untuk mendapat pengakuan kewarganegaraan dan perlindungan dari Negara sebagai warga Negara tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa hambatan yang membuat masyarakat tidak mencatatkan kelahirannya adalah sebagai berikut: karena biaya yang mahal, jauhnya perjalanan untuk mengurus, tidak tahu bahwa kelahiran harus dicatatkan, tidak tahu cara mengurusnya, masyarakat merasa bahwa pencatatan kelahiran itu tidak perlu. Disamping itu pencatatan kelahiran kurang mendapat prioritas pemerintah atau masyarakat secara umum,birokrasinya berkelit-kelit dan sistem yang tersentralisir serta banyaknya oknum yang mengambil keuntungan dalam pengurusan pembuatan akta kelahiran. Adapun usaha yang dapat dilakukan oleh lembaga pencatatan sipil adalah dengan melakukan pendekatan,diantaranya yaitu: dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang pentingnya pencatatan kelahiran, mengadakan kunjungan kerja ke desa-desa, menetapkan sistem jemput bola, menganjurkan ke semua lembaga pendidikan dan lembaga pengurusan surat berharga lainnya agar mengutamakan adanya akta kelahiran apabila berurusan dengan lembaga-lembaga tersebut.

Menurut penulis, agar pencatatan penduduk terutama pencatatan kelahiran semakin mudah bagi masyarakat maka hendaknya isi dari pasal 27 dan pasal 32 Undang- undang 2006 tentang administrasi kependudukan hendaknya direvisi dan hendaknya pemerintah Kabupaten Dairi tetap melakukan kunjungan kerja ke desa-desa.

Kata Kunci: Pencatatan Kelahiran ;

Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 ; Hukum Administrasi Negara.

*Mahasiswa Fakultas Hukum USU ( NIM: 100 200 203 )

**Dosen Pembimbing I, Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara USU *** Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penduduk adalah orang-orang yang berdiam atau tinggal pada suatu tempat tertentu.1

Indonesia adalah Negara yang mempunyai penduduk terbanyak ke- 4 setelah Amerika Serikat.

Pada tahun 2010 jumlah Penduduk Indonesia meningkat menjadi 242.968.342 jiwa. Pertambahan

penduduk tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya.2

Pertama, Faktor Religius yaitu adanya sebahagian agama yang meyakini bahwa Tuhan

telah berfirman bahwa seluruh umatnya berketurunan sebanyak-banyaknya dan Tuhan sudah

menentukan rejeki bagi setiap anak yang dilahirkan. Kedua, Faktor Ekonomi yaitu adanya

beberapa orangtua yang menjadikan anak mereka sebagai tenaga kerja untuk menambah

pendapatan keluarga. Ketiga, Faktor Tradisional yaitu adanya sebagian suku yang menganggap Salah satu penyebab terbesar pertambahan penduduk adalah peristiwa kelahiran yang

meningkat setiap tahunnya karena setiap keluarga yang baru menikah pasti ingin memiliki

keturunan yang banyak. Kurangnya keinginan masyarakat untuk membatasi jumlah anak dalam

keluarga disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah:

1

Undang- Undang Dasar Republik Indonesia pasal 26 Bab X tentang Warga Negara dan Penduduk.

(12)

bahwa banyak anak banyak rejeki karena setiap anak akan mendapatkan bagiannya

masing-masing. Keempat, Faktor Psikologis yaitu adanya perasaan aman dihari tua jika memiliki banyak

anak.3

Dalam pasal 27 Undang- Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Tertib Administrasi

Kependudukan, bahwa peristiwa kelahiran anak wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi

Penyelenggara Pelayanan Publik ditempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam Kelahiran adalah suatu peristiwa hadirnya seorang anak ke dunia dari hasil perkawinan.

Kelahiran ini merupakan suatu peristiwa hukum dimana pada dasarnya kedudukan hukum

seseorang itu dimulai sejak dia dilahirkan dan berakhir pada saat dia meninggal maka sangatlah

penting bagi pemerintah untuk membuat suatu peraturan yang tegas, jelas dan tertulis mengenai

kelahiran sehingga masyarakat dapat memperoleh suatu tanda bukti diri dalam kedudukan

hukumnya supaya mudah mendapat kepastian-kepastian hukumnya.

Pencatatan kelahiran merupakan hal yang sangat penting bagi orang yang bersangkutan

maupun negara, karena dengan adanya pencatatan kelahiran yang teratur maka berbagai

persoalan dapat diselesaikan yaitu misalnya dapat diketahui jumlah pertambahan penduduk. Hal

ini dapat membantu pemerintah dalam menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan masalah

kependudukan.

3

(13)

puluh) hari sejak peristiwa kelahiran terjadi dimana yang dimaksud disini adalah pencatatan

dilakukan langsung oleh orangtua dari si anak yang baru lahir di tempat dimana anak tersebut

dilahirkan. Pencatatan kelahiran langsung pada saat terjadinya ternyata menimbulkan kendala di

masyarakat terutama bagi anak yang tidak diketahui asal-usul keluarganya. Maka berdasarkan

pasal 28 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 yang menyatakan bahwa anak yang lahir dan

tidak diketahui asal-usulnya atau keberadaan orangtuanya, pencatatan kelahirannya dilakukan

berdasarkan pada laporan orang yang menemukan dilengkapi dengan berita acara pemeriksaan

dan kepolisian.

Identitas anak yang diperoleh melalui akta kelahiran merupakan salah satu hak sipil anak

menurut Konvensi Hak-Hak Anak. Hak anak ini semakin dikuatkan dengan pembuatan akta

kelahiran yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dan untuk mendapatkan akta kelahiran

atau surat-surat lainnya mengenai pertambahan penduduk, maka penduduk tersebut harus

melaporkan peristiwa kelahiran atau perpindahannya ke Lembaga Pencatatan Sipil.

Selain pencatatan kelahiran, peristiwa kependudukan yang harus dicatatkan di

Kependudukan dan Catatan Sipil antara lain adalah: pencatatan perkawinan, pencatatan

pembatalan perkawinan, pencatatan perceraian, pencatatan pembatalan perceraian, pencatatan

kematian, pencatatan pengangkatan anak, pengakuan anak dan pengesahan anak, pencatatan

(14)

kependudukan lainnya. Dengan mencatatkan peristiwa-peristiwa kependudukan diatas maka

Lembaga Pencatatan Sipil akan mengeluarkan suatu surat resmi sebagai bukti bahwa seseorang

tersebut adalah penduduk dari daerah tersebut.

Dalam hal pencatatan kelahiran, akta sangat diperlukan karena peristiwa kelahiran juga

peristiwa hukum dan agar anak yang baru dilahirkan mendapatkan identitas yang pasti dan sah.

Ketentuan dalam pasal 55 ayat 1 Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974 dijelaskan bahwa

asal-usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan akta kelahiran yang autentik, yang dikeluarkan

oleh Instansi yang berwenang. Dalam pasal 261 ayat 1 KUHPerdata dikatakan bahwa keturunan

anak-anak yang sah dapat dibuktikan dengan akta kelahiran mereka, sekadar telah dibukukan

dalam Register Catatan Sipil. Terdapat sejumlah manfaat atau arti penting dari kepemilikan akta

kelahiran, yakni: Pertama, menjadi bukti bahwa negara mengakui atas identitas seseorang yang

menjadi warganya. Kedua, sebagai alat dan data dasar bagi pemerintah untuk menyusun

anggaran nasional dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan perlindungan anak. Ketiga,

merupakan bukti awal kewarganegaraan dan identitas diri pertama yang dimiliki anak. Keempat,

menjadi bukti yang sangat kuat bagi anak untuk mendapatkan hak waris dari orangtuanya.

Kelima, mencegah pemalsuan umur, perkawinan di bawah umur, tindak kekerasan terhadap

anak, perdagangan anak, adopsi ilegal dan eksploitasi seksual, anak secara yuridis berhak untuk

(15)

warga negara. Keenam, masuk sekolah dari taman kanak – kanak (TK) sampai ke perguruan

tinggi. Ketujuh, pengurusan surat - surat penting.

Dairi adalah salah satu kabupaten yang terdapat dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara.

Dairi memiliki 15 (lima belas) kecamatan dan lebih dari 30 (tiga puluh) desa atau kelurahan.

Banyak potensi yang dihasilkan di Kabupaten Dairi yang juga merupakan mata pencaharian oleh

sebahagian besar penduduknya. Kabupaten Dairi terkenal dengan penghasil kopi.4

Masalah yang menjadi penyebab masyarakat tidak mencatatkan kelahiran anaknya adalah

karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga pelayanan publik di bidang

kependudukan dan pencatatan sipil kepada masyarakat dan jauhnya tempat untuk mengurus

pencatatan tersebut bagi masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan sehingga masyarakat Kelahiran banyak terjadi juga di Kabupaten Dairi, namun banyak anak yang kelahirannya

tidak dicatatkan oleh orang tua mereka namun kondisi ini semakin lama semakin berubah karena

setiap tahun pencatatan kelahiran sudah semakin sering dilakukan di Kabupaten Dairi. Hal ini

dapat dilihat dari data bahwa pada tahun 2009 pencatatan kelahiran di Kabupaten Dairi adalah

sebanyak 3.661 jiwa , pada tahun 2010 sebanyak 3.698 jiwa, pada tahun 2011 sebanyak 5.378

jiwa, pada tahun 2012 sebanyak 15.084 jiwa, pada tahun 2013 sebanyak17.950 jiwa.

4

(16)

mengkhawatirkan banyaknya biaya yang akan dikeluarkan hanya untuk pengurusan pencatatan

kelahiran tersebut.

Dalam tulisan ini, penulis memfokuskan untuk membahas tentang Pencatatan Kelahiran

di Kabupaten Dairi Dalam Rangka Pelaksanaan Administrasi Kependudukan Menurut UU

Nomor 23 tahun 2006.

B.PERMASALAHAN

Bertitik tolak dari pemikiran sebagaimana diuraikan dalam latar belakang, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Kebijakan Hukum Pemerintah Indonesia dalam Pencatatan Kelahiran?

2. Bagaimana Pengaturan dan Mekanisme Pencatatan Kelahiran di Kabupaten Dairi?

3. Apa Upaya Hukum yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Dairi agar masyarakat

Kabupaten Dairi mencatatkan Peristiwa Kelahiran?

C.TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

1. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah untuk

dapat menemukan, mengembangkan serta menguji kebenaran ilmu pengetahuan. Oleh

(17)

a. Mengetahui dan memahami kebijakan hukum di Negara Indonesia dalam hal pencatatan

kelahiran sejak orde lama sampai orde baru.

b. Mengetahui bagaimana pengaturan dan mekanisme pencatatan kelahiran di Kabupaten

Dairi.

c. Mengetahui apa saja usaha yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Dairi agar

masyarakatnya mau mencatatkan peristiwa kelahiran.

2. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat daalam penelitian ini adalah :

a. Secara teoritis

Diharapkan agar hasil penelitian nantinya dapat memberikan ataupun menambah

pengetahuan terutama dalam Hukum Administrasi Negara mengenai masalah-masalah

yang berkaitan dengan Kependuduk an terutama dalam hal Pencatatan Kelahiran.

b. Secara Praktis

Bagi masyarakat Kabupaten Dairi diharapkan agar penelitian ini dapat menambah

pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pencatatan kelahiran dan bagi pemerintah

supaya dapat dengan mudah mendapat data berapa jumlah penduduk yang terdapat di

(18)

D. KEASLIAN PENULISAN

Berdasarkan penelusuran penulis di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan di

perpustakaan Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara, penulis tidak menemukan adanya

judul skripsi mengenai “Pencatatan Kelahiran di Kabupaten Dairi Dalam Rangka Pelaksanaan

Administrasi Kependudukan Menurut Undang - Undang Nomor 23 tahun 2006” Sehingga

penulis dapat menjamin keaslian penulisan yang dilakukan oleh penulis.

E.TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Hakekat Pencatatan Kelahiran terhadap Administrasi Kependudukan

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan

perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status hukum setiap peristiwa kependudukan

dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk yang berada di dalam dan/ atau di Luar

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peristiwa kependudukan yang antara lain adalah

perubahan alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang

asing tinggal terbatas menjadi tinggal tetap dan peristiwa kependudukan lainnya harus

dilaporkan karena membawa implikasi perubahan data identitas atau surat keterangan

kependudukan. Untuk itu, setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting memerlukan

(19)

undang. Administrasi kependudukan diarahkan untuk: Pertama, memenuhi hak asasi setiap orang

di bidang administrasi kependudukan tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik yang

professional. Kedua, meningkatkan kesadaran penduduk akan kewajibannya untuk berperan serta

dalam pelaksanaan administrasi kependudukan. Ketiga, memenuhi data statistik secara nasional

mengenai peristiwa penting kependudukan dan peristiwa penting lainnya. Keempat, mendukung

perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara nasional, regional serta lokal.

Kelima, mendukung pembangunan sistem administrasi kependudukan.5

2. Fungsi Akta Kelahiran

Istilah / perkataan “ akta” yang dalam bahasa belanda disebut “ acte” / “akte” dan yang

dalam Bahasa Inggris disebut “ act”/ “deed”, pada umumnya (menurut pandangan umum)

mempunyai dua arti yaitu :

1. Perbuatan (handeling)/ perbuatan hukum (rechtsandeling);

2. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai/digunakan sebagai bukti perbuatan hukum

tersebut, yaitu berupa tulisan yang ditujukan kepada pembuktian sesuatu.

5

(20)

S. J. Fockema Andreae, dalam bukunya, “ Rechstage Leerd Handwoorddenboek”, kata

akta berasal dari bahasa latin yaitu “acta” yang berarti geschrift atau surat.6

Menurut R. Subekti dan Tjitrosoebidio dalam bukunya Kamus Hukum, bahwa kata “acta”

merupakan bentuk jamak dari kata “atum” yang berasal dari bahasa latin dan berarti

perbuatan-perbuatan.

7

A. Pitlo, mengartikan akta itu sebagai “surat yang ditandatangani, diperbuat untuk dipakai

sebagai bukti, dan untuk dipergunakan oleh orang, untuk keperluan siapa surat itu diperbuat.

8

R. Subekti dalam bukunya Pokok- Pokok Hukum Perdata9

Sehubungan dengan adanya dualisme dalam peraturan perundang- undangan kita, maka

penulis maksudkan dengan akta dalam pembahasan ini adalah akta dalam arti surat yang sengaja

dibuat dan diperuntukkan sebagai alat bukti. Kemudian menurut Sudikno Mertokusumo bahwa

Akta adalah Surat yang diberi tanda tangan yang memuat peristiwa- peristiwa yang menjadi , kata akta dalam pasal 108

KUHPerdata harus diartikan dengan perbuatan hukum, berasal dari kata “acte” yang dalam

bahasa prancis berarti perbuatan.

6

Fockema, S. J Andreae, dalam Eka Subrata Gantara, Studi Kasus tentang Penerbitan Akta Catatan Sipil oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan berdasarkan Undang- Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, skripsi, Fakultas Hukum USU, hlm. 18.

7

R. Subekti dan R. Tjitrosoebidio, Kamus Hukum, (Jakarta, Pradnya Paramita, 1980), hlm. 9.

8

A. Pitlo, dalam Eka Subrata, Op.cit, hlm. 19.

9

(21)

dasar dari pada suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dan sengaja untuk

pembuktian.10

Disamping itu, akta kelahiran merupakan bukti kewarganegaraan dan identitas diri awal

anak dilahirkan dan diakui oleh negara. Dengan adanya akta kelahiran ini, anak secara yuridis

berhak mendapatkan perlindungan hak-hak kewarganegaraannya seperti hak atas pendidikan,

hak atas kesehatan, hak atas pemukiman, dan hak atas sistem perlindungan sosial dan Diketahui bahwa Surat Kelahiran adalah suatu syarat untuk mendapatkan akta kelahiran

yang dikeluarkan oleh Dinas Pencatatan Sipil, dengan demikian akta kelahiran menjadi sangat

penting sebagai sebuah identitas awal yang wajib dimiliki oleh setiap Warga Negara Indonesia

(WNI). Pembuatan akta kelahiran menjadi salah satu kewajiban negara untuk melindungi dan

menyejahterakan seluruh penduduknya.

Akta kelahiran merupakan suatu bentuk akta yang wujudnya berupa selembar kertas yang

diterbitkan oleh Catatan Sipil yang berisi informasi mengenai identitas anak yang dilahirkan

yaitu nama, tanggal lahir, nama orangtua, dan tanda tangan pejabat yang berwenang. Dengan

memiliki akta kelahiran ini, setiap orang dapat menunjukkan hubungan hukum dengan kedua

orangtuanya. Meskipun si anak lahir diluar perkawinan, akta kelahiran tetap harus diurus

walaupun secara hukum si anak hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya.

10

(22)

sebagainya. Sebelum berlakunya Undang- undang nomor 23 tahun 2006, dikenal tiga jenis akta

kelahiran yaitu:

1. Akta Kelahiran Umum yaitu akta yang dibuat berdasarkan laporan kelahiran yang

diperoleh sebelum lewat batas waktu pelaporan peristiwa kelahiran. Batas waktu

pelaporan adalah 60 hari kerja sejak peristiwa kelahiran, kecuali Warga Negara Asing

(WNA) adalah 10 hari kerja sejak peristiwa kelahiran. Ketentuan hukum yang

mengatur hal ini adalah :

a. Staatsblaad 1917 Nomor 13 Jo. 1919 Nomor 81 untuk WNI keturunan, jangka waktu

pendaftaran 60 hari kerja dan WNA Cina jangka waktu pendaftaran 10 hari kerja.

b. Staatsblaad 1920 Nomor 751 Jo. 1927 Nomor 564 untuk WNI pribumi non nasrani,

jangka waktu pendaftarannya 60 hari kerja.

c. Staatsblaad 1933 Nomor 750 Jo. 1936 Nomor 607 untuk WNI pribumi nasrani,

jangka waktu pendaftarannya adalah 60 hari kerja.

d. Staatsblaad 1984 Nomr 25 untuk WNI keturunan Eropa, jangka waktu

pendaftarannya 60 hari kerja dan WNA Eropa jangka waktu pendaftarannya 10 hari

kerja.

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 tahun 2005 tentang Pedoman

(23)

2. Akta Kelahiran Istimewa yaitu akta yang diterbitkan khusus bagi orang-orang yang

memang sudah diwajibkan membuat Akta- Akta Catatan Sipil, tetapi sampai saat ini

terlambat pencatatannya (sudah melewati batas waktu yang ditentukan) yaitu bagi

WNI keturunan asing (kecuali keturunan India dan Arab) dan WNI itu sendiri.

Penerbitan Akta Kelahiran harus melalui sidang Pengadilan Negeri. Berdasarkan

penetapan pengadilan tersebut, diterbitkanlah Akta Kelahiran istimewa oleh Dinas

Catatan Sipil. Ketentuan hukum yang mengatur hal ini adalah:

a. Staatsblaad 1920 Nomor 751 Jo. 1927 Nomor 564 untuk WNI pribumi non

nasrani, jangka waktu pendaftarannya 60 hari kerja sampai dengan kelahiran 1

Januari 1986.

b. Staatsblaad 1933 Nomor 750 Jo. 1936 Nomor 607 untuk WNI pribumi nasrani,

untuk kelahiran yang didaftarkan lewat 60 hari kerja, dan seterusnya (Dasar

hukum Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 474.1-781 tanggal 14 Oktober

1989 tentang Penerbitan Akta Kelahiran bagi yang terlambat pencatatannya dan

tidak berlaku untuk Staatsblaad. 1917 dan Staatsblaad 1949)

c. Akta Kelahiran Dispensasi yaitu akta Kelahiran yang diperoleh melalui dispensasi

oleh Menteri Dalam Negeri. Yang dimaksud dengan dispensasi disini adalah

penyelesaian Akta Kelahiran yang terlambat bagi WNI asli yang lahir dan belum

(24)

yang mengatur hal ini adalah: “Staatsblaad 1920 Nomor 751 Jo. 1927 Nomor 564

untuk WNI pribumi non nasrani untuk kelahiran minimal 31 Desember 1985

(Staatsblaad lainnya tidak berlaku) dan keterangan dasar hukum Keputusan

Menteri dalam Negeri Nomor 474.1-311 tanggal 5 April 1988 tentang

Pelaksanaan Dispensasi Akta Kelahiran.

Dalam administrasi kependudukan, yang berwenang menyelenggarakan register dan

penerbitan kutipan akta- akta pencatatan sipil adalah instansi pelaksana yang dalam hal ini

adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. register pencatatan sipil ini berisikan daftar

pencatatan sipil yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, sedangkan akta

catatan (pencatatan) sipil adalah suatu surat autentik yang dibuat dan ditandatangani oleh

pegawai luar biasa catatan (pencatatan) sipil yang memuat keterangan-keterangan yang

berhubungan dengan peristiwa kelahiran, perkawinan, perceraian, pengakuan dan pengesahan

anak, serta kematian. Akta-akta pencatatan sipil ini melekat atau menjadi bagian dari register

pencatatan sipilnya, kepada yang berkepentingan biasanya diberikan kutipan atau salinan akta

catatan (pencatatan) sipil. Akta-akta yang terdapat dalam pencatatan kependudukan adalah: akta

kelahiran, akta pemberitahuan perkawinan, akta izin perkawinan, akta perkawinan dan

perceraian, akta kematian.11

11

(25)

3. Pelayanan Publik

Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara

dan penduduk atas barang, jasa dan/ atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.12

Hukum Administrasi Negara adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan

antara administrasi negara dengan warga masyarakat, dimana administrasi negara diberi

wewenang untuk melakukan tindakan hukumnya sebagai implementasi dari policy suatu

pemerintahan.

dan penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut

penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang

dibentuk berdasarkan undang- undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum yang

dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

13

12

Undang- undang nomor 25 tahun 2009, Tambahan lembaran Negara nomor 5038 tentang Pelayanan Publik.

13

Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, (Bogor, Ghalia Indonesia,) hlm. 4.

Hukum administrasi materiil terletak diantara hukum privat dan hukum pidana.

Hukum pidana berisi norma-norma yang begitu penting (esensial) bagi kehidupan masyarakat

sehingga penegakan norma-norma tersebut tidak serahkan pada pihak partikiler tetapi harus

dilakukan oleh pengusaha sedangkan dalam hukum privat berisi norma-norma yang

(26)

terletaklah hukum administrasi sehingga dapat dikatakan bahwa hukum administrasi sebagai

hukum antara.14

Dalam pelayanan publik, negara memiliki begitu banyak fungsi yang harus mereka

jalankan sebagai abdi masyarakat di dalam pemerintahan. Fungsi tersebut diantaranya adalah:

Pertama, memimpin penyelenggaraan dan bertanggung jawab sepenuhnya atas jalannya

pemerintahan baik dalam bidang otonomi maupun tugas pembantuan. Kedua, mewakili daerah di

dalam dan di luar Pengadilan. Ketiga, menetapkan peraturan daerah dengan persetujuan DPRD.

15

Dalam pencatatan kelahiran pemerintah berperan untuk: Pertama, mendaftarkan peristiwa

kependudukan dan mencatatat peristiwa penting. Kedua, memberikan pelayanan yang sama dan

professional kepada setiap penduduk atas pelaporan peristiwa Kependudukan dan peristiwa

penting. Ketiga, menerbitkan dokumen kependudukan. Keempat, mendokumentasikan penduduk

dan pencatatan sipil. Kelima, menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas peristiwa

kependudukan dan peristiwa penting. Keenam, melakukan verifikasi dan validasi data dan

informasi yang disampaikan oleh penduduk dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil.

Philipus M Hadjion, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Bandung, Gajah Mada University Press, 2008) hlm. 45.

15

Ibid, hlm 114.

16

(27)

F. METODE PENELITIAN

Untuk menulis atau menyusun skripsi ini digunakan data baik primer maupun sekunder.

Guna memperoleh data tersebut perlu diadakan penelitian atau research, yaitu kegiatan mencari

atau mengumpulkan keterangan, data yang masih tersimpan dan pengetahuan baru yang lebih

mendekati kebenaran. Adapun cara penelitian yang dilakukan penulis adalah dengan berbagai

cara, yaitu:

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian berguna untuk menjadi pendoman dalam pelaksanaan penelitian,

mencakup cara pengumpulan data, alat yang digunakan dan cara analisis data. Dalam penulisan

skripsi ini, penulis menggunakan metode yuridis normatif.

Metode Yuridis Normatif yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang- undangan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan banyak peraturan perundang- undangan yang

berkaitan dengan administrasi kependudukan khususnya pencatatan kelahiran.

2. Data yang dibutuhkan

Guna kepentingan penulisan skripsi, penulis menggunakan data sebagai berikut :

(28)

Pada penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan sebahagian bahan dari

wawancara dengan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Dairi.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan cara penelusuran kepustakaan

baik yang ada di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan

Sumatera Utara dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Dairi

berupa dokumen- dokumen tertulis yang termuat dalam arsip.

3. Tehnik Pengumpulan Data

a. Library Research (Riset Kepustakaan )

Dalam hal ini, penulis melakukan suatu penelitian melalui buku-buku, Litelatur,

majalah-majalah maupun bahan-bahan yang diperoleh dari perkuliahan serta data

ilmiah yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Field Research(Riset Lapangan)

Dalam penelitian lapangan ini penulis melakukan suatu penelitian dengan cara

observasi atau peninjauan secara langsung kepada objek penelitian, disamping itu

penulis juga melakukan wawancara dengan Kepala Dinas dan staf pegawai di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kabupaten Dairi dan pihak-pihak

(29)

penelitian, penulis langsung meneliti pada objek penelitian dan berusaha

mendapatkan data yang bersifat objektif dengan cara:

1. Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan

atau pencatatan tidak tergantung kepada responden.

2. Pencatatan yaitu pengumpulan data dengan cara mengutip data dari

Kepala Dinas dan staf terkait dengan penelitian ini.

3. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara wawancara, dengan

meminta keterangan melalui pertanyaan yang telah disiapkan penulis

kepada staf yang bersangkutan.

4. Analisa Data

Dalam menganalisis data yang berkaitan dengan skripsi ini maka penulis menggunakan

metode kualitatif, yang dimana data yang diperoleh untuk melengkapi skripsi ini dalam

menjawab semua pertanyaan yang timbul adalah data berupa tulisan yang akan diuraikan secara

(30)

G.SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dimana bab-bab tersebut disesuaikan dengan isi

dan maksud dari tulisan ini, secara garis besar pembahasannya dibagi lagi dalam sub-sub bab

sesuai dengan penulisan skripsi.

Adapun kelima bab tersebut dapat dilihat dari gambaran sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan tentang materi dasar mengenai masalah dan uraian pembahasannya yang berisikan tentang penegasan dan pengertian judul, alasan pemilihan judul,

permasalahan, tujuan penelitian, metode penulisan, metode penelitian, dan gambaran isi.

BAB II berjudul Peraturan-peraturan Hukum yang terdapat di Indonesia dalam pencatatan kelahiran. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang pengertian umum tentang pendaftaran penduduk, sumber-sumber data kependudukan, tentang sejarah lahirnya pencatatan

sipil di Indonesia, pencatatan kelahiran pada masa ode lama, pencatatan kelahiran dari masa orde

baru sampai sekarang, Hak Identitas Berdasarkan Undang-Undang No. 23 /2002 Versi Komisi

Perlindungan Anak, Pencatatan kelahiran di Indonesia, Syarat pencatatan kelahiran di Indonesia,

Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu, Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 6

tahun 2012 tentang pedoman pencatatan kelahiran yang melampaui batas, keputusan Mahkamah

(31)

BAB III berjudul Gambaran Umum mengenai Keadaan pencatatan Kelahiran di Kabupaten Dairi dan Peraturan serta mekanisme pencatatan kelahiran yang terdapat di Kabupaten Dairi. Pada bab ini berisikan tentang pengertian umum, tentang otonomi daerah, tentang administrasi daerah, tentang administrasi wilayah, tentang gambaran kabupaten Dairi,

gambaran tentang Dinas kependudukan dan catatan sipil di Kabupaten Dairi, gambaran

pencatatan kelahiran di Kabupaten Dairi, membahas syarat pencatatan dan pembuatan akta

kelahiran di Kabupaten Dairi sesuai dengan Perda Nomor 8 tahun 2009 tentang Administrasi

kependudukan dan Perda Nomor 3 tahun 2010 tentang pedoman dan tata cara penyelenggaraan

pemdaftaran penduduk dan pencatatan sipil di Kabupaten Dairi , serta membahas tentang

retribusi pengurusan akta kelahiran dalam Perda Kab.Dairi N0.7 tahun 2011.

BAB IV berjudul Upaya Hukum yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya Pemerintah Lembaga kependudukan dan catatan sipil agar masyarakat mau mencatatkan peristiwa kelahiran. Pada bab ini berisikan tentang faktor-faktor penghambat masyarakat tidak mencatatkan kelahiran, Perananan Bupati, Peranan Kepala Dinas Kependudukan dan catatan

sipil dalam upaya penertiban administrasi dan upaya hukum yang dilakukan oleh Pemerintah

Kantor catatan sipil dalam upaya peningkatan pelayanan publik agar masyarakat mencatatkan

(32)

BAB V berjudul Kesimpulan dan Saran. Sebagai bab terakhir, disini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran kemudian diakhiri dengan daftar pustaka dan

(33)

BAB II

KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN

A. Pengertian Umum

Pencatatan sipil merupakan hak dari setiap Warga Negara Indonesia dalam arti hak

memperoleh akta autentik dari pejabat negara. Masih jarang penduduk menyadari betapa

pentingnya sebuah akta bagi dirinya dalam menopang perjalanannya dalam "mencari

kehidupan". Segala hal yang terjadi berkaitan dengan kependudukan ini harus dicatatkan ke

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil seperti masalah perkawinan, kematian, status

anak, kelahiran, dan lainnya. Dalam hal kelahiran, akta ini sangat diperlukan karena anak

yang lahir tanpa akta kelahiran ia akan memperoleh kesulitan pada saat ia memasuki

pendidikan.

Pengertian pendaftaran penduduk sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan

Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pendaftaran Penduduk, disebut bahwa pendaftaran penduduk adalah kegiatan pendaftaran

dan/ atau pencatatan data penduduk beserta perubahannya, Perkawinan, Perceraian,

Kematian, dan Mutasi Penduduk, Penerbitan Nomor Induk Kependudukan, Nomor Induk

Kependudukan Sementara, Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan Akta Pencatatan

(34)

B. Sejarah Pencatatan Sipil di Indonesia

Menurut sejarah, Lembaga Catatan Sipil di Indonesia merupakan peninggalan dari

Pemerintah Penjajah Belanda yang dikenal dengan nama “Burgerlijke Stana” atau yang dikenal

dengan singkatan BS yang berarti: “suatu lembaga yang ditugasi untuk memelihara daftar-daftar

atau catatan-catatan guna pembuktian status atau peristiwa penting bagi para warga Negara

sepertikelahiran, perkawinan dan kematian.33

1) Hukum Perdata dan Dagang (begitu pula Hukum Pidana serta Hukum Perdata) harus

diletakkan dalam Kitab Undang- Undang yang dikodifikasikan;

Setiap peristiwa tersebut dicatatakan sebagai bukti mengenai yang dapat digunakan baik

bagi yang berkepentingan maupun pihak ketiga. Burgerlijke Stand yang ada di Negara Belanda

sendiri sebenarnya berasal dari Perancis. Hal ini terbukti bahwa pada awal 18, Belanda pernah

menjadi Negara jajahan Perancis dan lembaga semacam ini telah ada sejak Revolusi Perancis.

Dalam pasal 131 Indische Staatsregeling, yang dalam pokoknya adalah sebagai berikut:

2) Untuk golongan bangsa Eropa dianut Perundang- Undangan yang berlaku di Negara

Belanda ( Asas Konkordansi);

3) Untuk golongan bangsa Indonesia Asli dan Timur Asing ( Tionghoa, Arab dan

sebagainya), jika ternyata” kebutuhan kemasyarakatan” mereka menghendakinya,

dapatlah peraturan- peraturan untuk Bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka baik

33

(35)

seutuhnya maupun dengan perubahan- perubahan dan juga diperbolehkan membuat

peraturan baru bersama, untuk itu harus diindahkan aturan-aturan yang berlaku di

kalangan mereka dan boleh diadakan penyimpangan jika diminta untuk kepentingan

umum atau kebutuhan masyarakat mereka ( ayat 2);

4) Orang Indonesia Asli dan orang Timur Asing sepanjang mereka belum ditentukan

dibawah suatu peraturan bersama dengan Bangsa Eropa diperbolehkan menundukkan diri

(Onderwepen) pada hukum yang berlaku untuk Bangsa Eropa. Penundukan diri ini boleh

dilakukan baik secara umum maupun dalam perbuatan tertentu saja ( ayat 4);

5) Sebelum Hukum untuk Bangsa Indonesia ditulis dalam Undang- Undang, bagi mereka itu

akan tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi mereka yaitu Hukum Adat (ayat

6).34

Selanjutnya mengenai Pembagian Penduduk dibagi kedalam tiga golongan, yaitu

Golongan Eropa, Timur Asing dan pribumi (Indonesia asli) yang diatur dalam pasal 163 Indische

Staatsregeling. Penggolongan itu menghasilkan peraturan yang membedakan penduduk.

Pembedaannya tidak terbatas pada penggolongan etnik saja, tetapi termasuk dalam bidang

kependuduk an yang mana pencatatan kelahiran dibedakan baik dari sisi administrasi maupun

agama.

34

(36)

Selanjutnya setelah Indonesia merdeka, kelembagaan Dinas Catatan Sipil tersebut berada

di bawah otoritas Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Lalu pada tahun 1966,

pemerintah mengeluarkan Instruksi Presidium Kabinet No. 31/U/IN/12/1966 ditujukan kepada

Menteri Kehakiman dan Dinas Catatan Sipil yang bersifat nasional, tidak menggunakan

Penggolongan Penduduk berdasarkan Pasal 131 dan Pasal 163 Indische Staatsregeling (IS) pada

kantor Catatan Sipil di seluruh Indonesia dan untuk selanjutnya Dinas Catatan Sipil di Indonesia

terbuka bagi seluruh Penduduk Indonesia dan hanya antara Warga Negara Indonesia dan Orang

Asing.35

Dengan terbukanya Kantor Catatan Sipil bagi seluruh penduduk Indonesia, sesuai dengan

Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kehakiman Nomor Pemdes 51/1/3 dan

nomor J.A.2/2/5 tanggal 28 Januari 1967, untuk daerah-daerah yang belum berlaku Pencatatan

Sipil bagi seluruh lapisan masyarakat dinyatakan berlaku ketentuan-ketentuan Pencatatan Sipil Berdasarkan Instruksi Presidium Kabinet Ampera Nomor 31/U/IN/12/1966 telah

ditetapkan penghapusan pembedaan Golongan Penduduk Indonesia atas Eropa, Timur Asing,

dan Bumi Putera dengan pertimbangan bahwa demi tercapainya pembinaan Kesatuan Bangsa

Indonesia yang bulat dan homogeny, serta adanya perasaan persamaan nasib di antara sesama

Bangsa Indonesia, oleh karena itu perlu segera menghapuskan praktik-praktik yang didasarkan

pada penggolongan penduduk tersebut.

35

(37)

yang terdapat dalam Peraturan Pencatatan Sipil, yang dipublikasikan dalam Staatsblad tahun

1920 Nomor 751 junto Staatsblad tahun 1927 Nomor 564 atau staatblad tahun 1933 Nomor 75

junto Staatsblaad tahun 1936 Nomor 607 dengan ketentuan perbedaan-perbedaan yang ada tidak

dipakai lagi.36

a. Menyelenggarakan Pencatatan dan Penerbitan Kutipan- Kutipan:

Selanjutnya pada tahun 1983 diadakan penataan dan peningkatan Pembinaan

penyelenggaraan catatan sipil dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat, pemberian

kepastian hukum dan keamanan serta ketertiban untuk terwujudnya keutuhan dan kesatuan

Bangsa Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 1983

tentang Penataan dan Peningkatan Pembinaan Penyelenggaraan Catatan Sipil. Berdasarkan

Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 1983, maka secara fungsional Menteri Dalam Negeri sesuai

dengan Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku, yang dalam kesehariannya ditangani oleh

Direktur Jenderal Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah.

Adapun kewenangan dan tanggung jawab di bidang Catatan Sipil dimaksud, sesuai dengan

ketentuan pasal 1 ayat 2 Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 1983, meliputi :

o Akta Kelahiran;

o Akta Kematian;

o Akta Perkawinan dan Perceraian bagi mereka yang bukan beragama Islam, dan

36

(38)

o Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak.

b. Melakukan penyuluhan dan pengemban kegiatan Catatan Sipil.

c. Penyediaan bahan dalam rangka perumusan kebijaksanaan di Bidang Kependudukan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa urusan pencatatan sipil, menjadi urusan

kewenangan dan tanggung jawab Menteri Dalam Negeri, yang dalam pelaksanaannya terbuka

untuk seluruh Warga Negara Indonesia.

Sebagai negara yang pernah mengalami masa penjajahan maka pengaturan tentang pencatatan

sipil di Indonesia sebelum UU Administrasi Kependudukan (UU Adminduk) diberlakukan pada

tahun 2006 masih menggunakan aturan kolonial Belanda. Sejak Indonesia merdeka, belum

pernah mengalami peninjauan kembali untuk diubah/disesuaikan dengan perkembangan hukum

di dalam masyarakat. Peraturan Perundang- Undangan mengenai Catatan Sipil pada Zaman

Hindia Belanda masih bersifat pluralistis sehingga membagi penduduk menjadi 3 golongan besar

yang meliputi :

a. Golongan Eropa

b. Golongan Indonesia Asli

c. Golongan Timur Asing

Sedangkan golongan Timur itu sendiri dibedakan lagi menjadi Timur Asing Cina dan bukan

Cina. Pasal 163 jo pasal 131 Indische Staatblad rejeling merupakan dasar hukum daripada aneka

(39)

Secara garis besar aturan tentang Catatan Sipil dapat dibagi kedalam dua periode yaitu masa

Sebelum Kemerdekaan dan masa Setelah Kemerdekaan.

1. Pencatatan Kelahiran Pada Masa Orde Lama

Deklarasi universal tentang Hak Asasi Manusia tahun 1948 menyatakan bahwa setiap

manusia mempunyai hak untuk diakui sebagai manusia di manapun di depan hukum. Secara

lebih tegas Konvensi Hak Anak pada tahun 1989 pasal 7 menyatakan bahwa anak akan dicatat

segera setelah kelahirannya (oleh negara) dan sejak dilahirkan ia berhak untuk memperoleh nama

dan kewarganegaraan dan sejauh dimungkinkan untuk mengetahui dan diasuh oleh orang tuanya.

Dengan demikian, pencatatan kelahiran merupakan pengakuan negara atas eksistensi dan hak

sipil seorang anak yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, asal-usul keluarga dan

kewarganegaraannya. Pencatatan kelahiran merupakan awal personalitas hukum dan status

keperdataan seseorang secara universal dan juga merupakan hal yang sangat penting untuk

melindungi identitas pribadi yang sah serta hak-hak lainnya.

Pencatatan kelahiran juga sangat berguna bagi pemerintah. Manfaat pencatatan kelahiran

bagi Pemerintah adalah: Pertama, Pemerintah mempunyai data demografi akurat untuk

perencanaan pembangunan. Kedua, Pemerintah dapat melaksanakan tertib Administrasi

Kependudukan. Ketiga, Pemerintah dapat mengalokasikan Dana dan Sumber Daya Manusia

(40)

Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak dengan tegas dalam pasal 28 menyebutkan bahwa pembuatan akta kelahiran

menjadi tanggung jawab pemerintah, agar setiap keluarga yang memerlukannya mudah

mengurus pembuatan akta, pemerintah harus memberikan pelayanan sampai ke tingkat Desa.

Pada masa sebelum Indonesia mereka berlaku aturan Kolonial Belanda, yang

membagi penduduk ke dalam 3 golongan yaitu37

Reglement Catatan Sipil bagi Bangsa Eropa dan mereka yang dipersamakan dengan

Golongan Eropa, diatur dalam Staatsblad 1849 No. 25 yang diundangkan tanggal 10

Mei 1849.

:

Reglement Catatan Sipil bagi Bangsa Tionghoa dan keturunannya diatur menurut

Staatsblad 1917 No. 130 jo Staatsblaad 1919 No. 81 dan perubahan- perubahannya

yang diundangkan tanggal 1 Mei 1919.

Reglement Catatan Sipil bagi Bangsa Indonesia, diatur menurut Staatsblad 1920

No.751 jo Staatsblad 1927 No.564 yang diundangkan tanggal 15 Oktober 1920.

Reglement Catatan Sipil bagi Bangsa Indonesia yang beragama Kristen yang tinggal

di wilayah Jawa, Madura, Minahasa, Ambon, Saparua, dan Banda kecuali Pulau

Teun, Nila dan Serupa yang diatur dalam Staatsblad 1933 No.75 jo Staatsblad 1936

No.607.

37

(41)

2. Pencatatan Kelahiran Pada Masa Orde Baru Sampai Sekarang

Pada masa setelah Indonesia Merdeka sampai dengan masa sekarang berlaku peraturan

sebagai berikut38

a. Instruksi Presidium Kabinet No.341/4/IN/12/1966;

:

b. Undang- Undang No.4 tahun 1961 tentang perubahan nama keluarga;

c. Keputusan Presidium Kabinet No. 127/4/Kep/12/1966 tentang ganti nama WNI ynag

memakai nama Cina;

d. Undang- Undang Administrasi Kependudukan.

Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, maka baru pada tahun 2006 negara

mempunyai aturan pencatatan sipil yang bersifat nasional. Dengan demikian sebelum tahun

2006, Indonesia masih memakai aturan Kolonial Belanda. Padahal sesuai dengan pertimbangan

yang terdapat instruksi Presidium Kabinet No. 314/4/IN/12/1966, sudah direncanakan

pengaturan tentang pencatatan sipil di dalam perundang- undangan.

38

(42)

C. Hak Identitas Berdasarkan Konvensi Hak Anak dan Undang- Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Akta Kelahiran merupakan hak identitas seseorang sebagai perwujudan Konvensi Hak

Anak (KHA) dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Akta

kelahiran bersifat universal, karena hal ini terkait dengan pengakuan Negara atas status

keperdataan seseorang.

Latar belakang dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak ( UUPA) adalah karena Indonesia menjamin kesejahteraan tiap- tiap warga

Negara Indonesia, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan Hak Asasi

Manusia seperti yang termuat dalam Undang- Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan

Bangsa-Bangsa tentang Hak Anak. Undang- Undang ini menegaskan bahwa

pertanggungjawaban orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan

rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi terlindunginya hak-hak anak.

Sehingga, jika seorang anak manusia yang lahir kemudian identitasnya tidak terdaftar

maka kelak akan menghadapi berbagai masalah yang akan berakibat pada Negara, Pemerintah

dan Masyarakat. Dalam perspektif Konvensi Hak Anak, Negara harus memberikan pemenuhan

hak dasar kepada setiap anak, dan terjaminnya perlindungan atas keberlangsungan, tumbuh

kembang anak.39

39

(43)

Posisi seorang anak sebagai Warga Negara Indonesia diatur dalam Konstitusi UUD 1945,

terdapat dalam pasal 28 B ayat 2 yaitu bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,

tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Selain

itu dalam Undang- Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Republik

Indonesia tepatnya dalam pasal 5 dikatakan bahwa setiap anak berhak atas suatu nama sebagai

identitas diri dan status kewarganegaraan.

Hak-hak Anak di berbagai Undang-Undang, antara lain UU No. 39/1999 tentang Hak

Asasi Manusia maupun UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak, jelas menyatakan akta

kelahiran menjadi hak anak dan tanggung jawab pemerintah untuk memenuhinya.

D. Pencatatan Kelahiran di Indonesia

Dalam Undang – Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

tepatnya pasal 27 dikatakan bahwa :

1. Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada instansi pelaksana di

tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari

sejak kelahiran.

2. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pejabat pencatatan

sipil mencatatkan pada register akta kelahiran dan menerbitkan kutipan akta

(44)

E. Syarat Pencatatan Kelahiran

1. Pencatatan Kelahiran yang terjadi di Indonesia

Dalam pasal 51 Undang- Undang Nomor 25 tahun 2008 tentang Persyaratan Dan

Tata Cara Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan Sipil dikatakan bahwa setiap pencatatan

kelahiran yang terjadi di Indonesia dicatatkan kepada instansi pelaksana dimana tempat

terjadinya kelahiran, pencatatan kelahiran yang dimaksud dengan memperhatikan:

a. Tempat domisili ibunya bagi penduduk Warga Negara Indonesia;

b. Diluar tempat domisili ibunya bagi penduduk Warga Negara Indonesia

c. Tempat domisili ibunya bagi Penduduk Orang Asing;

d. Diluar tempat domisili ibunya bagi Penduduk Orang Asing;

e. Orang Asing pemegang Izin Kunjungan;

f. Anak yang tidak diketahui asal- usulnya atau keberadaan orangtuanya.

2. Pencatatan Kelahiran di Luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Dalam pasal 59 Undang- Undang Nomor 25 tahun 2008 dikatakan bahwa

kelahiran warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia

dicatatkan pada instansi yang berwenang di Negara setempat. Kelahiran Warga Negara

Indonesia yang telah dicatatkan, dilaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia

dengan memenuhi syarat:

(45)

b. Fotokopi Paspor Republik Indonesia orangtua; dan

c. Kutipan Akta Perkawinan/ Buku Nikah atau bukti tertulis Perkawinan

Orangtua.

Pencatatan kelahiran dilakukan dengan cara:

a. Warga Negara Indonesia mengisi formulir pelaporan Kelahiran dengan

menyerahkan dan/ atau menunjukkan persyaratan kepada Pejabat Konsuler;

b. Pejabat konsuler mencatat laporan kelahiran Warga Negara Indonesia dalam

daftar Kelahiran Warga Negara Indonesia dan memberikan surat bukti

Pencatatan Kelahiran dari Negara setempat.

Dalam hal Negara setempat tidak menyelenggarakan Pencatatan Kelahiran bagi

orang asing, Pencatatan Kelahiran Warga Negara Indonesia dilakukan pada Perwakilan

Republik Indonesia. Pencatatan Kelahiran dilakukan dengan memenuhi syarat berupa :

a. Surat Keterangan Lahir dari penolong kelahiran;

b. Fotokopi Paspor Republik Indonesia orangtua;

c. Kutipan Akta Perkawinan/ buku nikah atau bukti tertulis perkawinan

orangtua.

(46)

a. Warga Negara Indonesia mengisi formulir Pencatatan Kelahiran dengan

menyerahkan dan/ atau menunjukkan persyaratan- persyaratan yang tertera

kepada Pejabat Konsuler;

b. Pejabat Konsuler mencatat dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan

Kutipan Akta Kelahiran.

Perwakilan Republik Indonesia berkewajiban menyampaikan data kelahiran kepada

Instansi Pelaksana melalui departemen yang bidang tugasnya meliputi urusan Pemerintahan

dalam Negeri. Instansi pelaksana yang menerima data kelahiran mencatat dan merekam ke dalam

Database Kependudukan.

Warga Negara Indonesia setelah kembali ke Indonesia melapor kepada Instansi Pelaksana

atau UTPD Instansi Pelaksana di tempat domisili dengan membawa alat bukti pelaporan/

pencatatan kelahiran dari Luar Negeri.

3. Pencatatan Kelahiran di atas Kapal Laut atau Pesawat Terbang

Dalam pasal 63 paragraf 3 Undang- Undang Nomor 25 tahun 2008 dikatakan bahwa

kelahiran anak warga Negara Indonesia diatas kapal laut atau pesawat terbang di dalam atau di

luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diberikan Surat Keterangan Kelahiran oleh

(47)

4. Pencatatan Kelahiran yang melampaui Batas Waktu

Untuk masyarakat Eropa masa tenggang waktu pencatatan kelahiran diatur dalam pasal

37 dan pasal 38 Reglemen Pencatatan Sipil dikatakan bahwa tenggang waktu pencatatan

kelahiran apabila pencatatan sipilnya terpisah oleh laut atau jaraknya lebih dari sepuluh pal dan

dalam pasal 38a Reglemen dikatakan bahwa apabila pencatatan kelahiran lewat dari tenggang

waktu yang sudah ditetapkan maka hanya dapat dilakukan setelah adanya putusan Pengadilan

Negeri dari tempat pemohon. Untuk masyarakat Tionghoa tetapi dalam waktu Pencatatan

Kelahiran yang jaraknya lebih dari sepuluh pal sama dengan peraturan yang ditetapkan untuk

golongan Eropa, namun pada peraturan untuk golongan Tionghoa diatur dalam pasal 50

Reglemen.40

Mengenai Pencatatan Kelahiran yang melampaui batas waktu diatur juga dalam Undang-

Undang Nomor 25 tahun 2008 tepatnya pasal 64 dan pasal 65.41

40

Rahmadi Usman, op.cit hlm. 207

41

Undang- Undang Nomor 25 tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

Dalam pasal 64 dikatakan bahwa Pencatatan Pelaporan Kelahiran yang melampaui batas waktu

60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (Satu) tahun sejak tanggal kelahiran, dilakukan sesuai

dengan ketentuan mengenai persyaratan pencatatan kelahiran setelah mendapatkan persetujuan

(48)

Hal ini maksudnya adalah bahwa pencatatan kelahiran yang terlambat untuk Peristiwa

Kelahiran yang terjadi tidak dapat dilakukan secara langsung tetapi harus melaporkan dulu ke

Instansi Pelaksana yang dalam hal ini adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil bahwa telah

terjadi peristiwa kelahiran beberapa tahun yang lalu.

Pelapor harus menyertakan alasan - alasan yang menyebabkan kelahiran tersebut tidak

didaftarkan dan apabila alasan tersebut dapat diterima oleh Kepala Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil barulah dapat dilaksanakan pendaftaran Peristiwa Kependudukan dan Akta dapat

dikeluarkan.

Dalam pasal 65 dikatakan bahwa pencatatan pelaporan kelahiran yang melampaui batas waktu 1

(satu) tahun sejak tanggal kelahiran, dilakukan dengan ketentuan mengenai Persyaratan

Pencatatan Kelahiran setelah mendapatkan penetapan Pengadilan Negeri.

Dalam pasal ini jelas dikatakan bahwa pencatatan kelahiran yang terjadi lewat batas waktu yang

telah ditetapkan maka penduduk tersebut harus melapor ke Pengadilan untuk mendapatkan

keputusan apakah pendaftaran peristiwa kelahiran tersebut masih dapat dilakukan atau tidak,

namun sejalan dengan dikeluarkannya Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 18/PUU-XI/2013

tentang Akta Kelahiran, maka Pasal 65 tidak lagi digunakan dan pendaftaran kependudukan bagi

yang melampaui batas waktu dapat dilakukan hanya dengan keputusan Kepala Instansi

(49)

F. Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Pendaftaran Kelahiran Yang Melampaui Batas Waktu

Awalnya pendaftaran kelahiran harus dilakukan 60 hari sejak terjadinya proses

Kelahiran, namun dengan berbagai pertimbangan maka Mahkamah Konstitusi mengeluarkan

peraturan bahwa pengurusan akta kelahiran tidak lagi harus melalui pengadilan. Masyarakat

tidak perlu lagi mengurus akta kelahiran ke pengadilan walaupun mengalami keterlambatan.

Pasalnya, Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan permohonan gugatan UU Administrasi

Kependudukan terkait pengurusan akta kelahiran apabila mengalami keterlambatan lebih dari 60

hari.42

1. Pelaporan Kelahiran sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) yang

melampaui batas waktu 60 ( enam puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana setempat.

Pasal 32 ayat 2 Undang- Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan yang berisikan:

2. Pencatatan Kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana

dimaksud pada ayat 1, dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Persyaratan dan Tata Cara Pencatatan Kelahiran

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur dalam Peraturan Presiden.

42

(50)

Dalam Amar Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 18/PUU-XI/2013 secara singkat dijelaskan

mengenai pertentangan antara Pasal 32 Undang- Undang Tahun 2006 dengan Undang- Undang

Republik Indonesia 1946 yang diantaranya adalah sebagai berikut:43

1. Pasal 32 ayat 2 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependuduk an bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat. Kata 'persetujuan' dalam pasal tersebut bertentangan dengan

Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang

tidak dimaknai sebagai 'keputusan'.”

2. Frasa “sampai dengan satu tahun” bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan

tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

3. Pasal 32 ayat (2) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak

mempunyai kekuatan hukum mengikat.

4. Frasa “ dan ayat (2)” dalam pasal 32 ayat 3 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar

1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Hal itu terjadi karena ketidaksiapan untuk menghadapi terjadinya transformasi nilai yang

berdimensi luas serta menimbulkan dampak terjadinya berbagai masalah pembangunan yang

kompleks. Dengan menimbang Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 yang

menyatakan bahwa pembuatan akta kelahiran didasarkan pada surat keterangan dari orang yang

43

(51)

menyaksikan dan / atau membantu proses kelahiran dan pasal 27 ayat 4 Undang-Undang nomor

23 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa dalam hal anak yang proses kelahirannya tidak

diketahui dan orangtuanya tidak diketahui keberadaannya, pembuatan akta kelahiran anak

tersebut dibuat berdasarkan keterangan orang yang menemukannya.”44

44

Undang- Undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal 28 ayat 1 Undang- Undang nomor 23 Tahun 2002 menyatakan bahwa pembuatan

akta kelahiran menjadi tanggung jawab pemerintah yang dalam pelaksanaannya diselenggarakan

serendah-rendahnya pada tingkat kelurahan atau desa. Berdasarkan ketentuan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa pelayanan akta kelahiran merupakan kewajiban pemerintah di bidang

Administrasi kependudukan yang diselenggarakan dengan sederhana dan terjangkau. Pada sisi

lain, setiap penduduk wajib melaporkan setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa yang

dialaminya termasuk kelahirannya

Menurut Mahkamah Konstitusi, keterlambatan melaporkan kelahiran yang lebih dari satu

tahun harus dengan penetapan pengadilan akan memberatkan masyarakat. Keberatan tersebut

bukan saja bagi mereka yang tinggal jauh didaerah pelosok tetapi juga bagi mereka yang tinggal

di daerah perkotaan.

Lagipula, sebagaimana telah dipertimbangkan diatas, proses di pengadilan bukanlah proses yang

mudah bagi masyarakat awam sehingga dapat mengakibatkan terhambatnya hak-hak

(52)

Dalam pasal 32 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan berbunyi pencatatan kelahiran yang melampaui batas

Atas berbagai pertimbangan matang, Mahkamah Konstitusi (MK) menghapus pasal itu, kini

pengurusan akta sepenuhnya ditangan pemerintah lewat petugas catatan sipil. Ketua Mahkamah

Agung (MA) menindaklanjuti kebijakan dari MK tersebut dengan mencabut Surat Edaran

Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 6 tahun 2012 terkait pedoman pencatatan akta kelahiran.

Maka itu, bagi masyarakat ataupun orangtua yang terlambat mengurus akta kelahiran (usia diatas

1 tahun), mulai tanggal 1 Mei 2013 tidak perlu lagi mengurus hingga ke Pengadilan Negeri,

tetapi cukup langsung urus saja di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

waktu 1 tahun

dilaksanakan berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri.

45

45

(53)

BAB III

GAMBARAN UMUM MENGENAI KEADAAN PENCATATAN KELAHIRAN DI KABUPATEN DAIRI DAN PERATURAN SERTA MEKANISME PENCATATAN

KELAHIRAN YANG TERDAPAT DI KABUPATEN DAIRI

A. Pengertian Umum

Maksud dari keadaan pencatatan kelahiran di Kabupaten Dairi adalah bahwa semua

kelahiran bayi di Kabupaten Dairi wajib dilaporkan agar dicatatkan di Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil untuk mendapatkan akta kelahiran. Adapun maksud dari peraturan serta

mekanisme pencatatan kelahiran yang terdapat di Kabupaten Dairi adalah bahwa untuk

mendapatkan akta kelahiran diatas berlaku peraturan dan mekanisme pencatatan kelahiran

yang tertuang dalam Peraturan Bupati Dairi Nomor 3 tahun 2010 tentang Pedoman dan Tata

Cara Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk yang merupakan penjelasan lebih lanjut dari

Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 8 tahun 2009.

B. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang- undangan. 59

Menurut Nihin, Otonomi Daerah adalah kewenangan dari daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat sesuai dengan pengaturan Perundang – Undangan.60

59

(54)

Selain Otonomi Daerah ada juga yang disebut dengan Daerah Otonom atau yang

selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas

daetah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.61

a. Kewenangan Otonomi Luas

Pelaksanaan otonomi daerah disamping harus sesuai dengan konstitusi negara

sehingga tetap menjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah

juga harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom, dan karenanya dalam daerah

kabupaten dan kota tidak ada lagi wilayah administrasi. Dengan undang- undang ini sangat

menuntut keutuhan daerah sebagai daerah otonom, sehingga kawasan- kawasan khusus yang

dibina oleh pemerintah atau pihak lain, seperti badan otorita, kawasan pelabuhan dan lainnya

berlaku ketentuan peraturan daerah otonom.

Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan

legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran

atas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada

prinsip otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.

Kewenangan Otonomi Luas adalah keleluasaan daerah untuk

menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup semua bidang pemerintahan

kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan,

60

Haji A. Dj. Nihin, Paradigma Baru Pemerintahan Daerah Menyongsong Millennium Ketiga, (Palangkaraya, PT. Mardi Mulyo, 1999), hlm. 25.

61

Referensi

Dokumen terkait

Jihan masih mengalami masalah untuk membedakan contoh pecahan pecahan dan bukan contoh pecahan serta contoh pecahan dan bukan contoh pecahan dimana pecahan sebagai bagian

Pada lahan terbuka km 35 jenis kupu-kupu yang paling banyak ditemukan yaitu Junonia hedonia, s edangkan pada riparian Sungai Ella Hulu-Botas dalam km 37

Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu yang merencanakan kehamilannya sekitar 69,6%, maka dengan perencanaan kehamilan serta mengikuti kelas ibu hamil ibu akan lebih

(2) Pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan kebutuhan biaya operasional dan biaya investasi secara keseluruhan dengan dikurangi jumlah dana BOS yang

Berdasarkan hasil perhitungan dari komponen biaya riil rumah sakit untuk setiap pelayanan pada penderita thalasemia, maka diketahui bahwa biaya yang paling banyak dikeluarkan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Pagoejoeban Moelat Sarira merupakan organisasi milik Mangkunegaran yang berjuang untuk mengembangkan budaya Jawa dan

Futurism adalah bukanlah suatu gaya tetapi suatu pendekatan terbuka ke arsitektur, dan telah ditafsirkan kembali oleh generasi arsitek yang berbeda dari beberapa

Selama praktikan melaksanakaan praktik kerja lapangan pekerjaan yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia (SDM) sangat sedikit dikarenakan PT Kimia