• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN LONCAT HARIMAU DENGAN PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS XI TKJ 5 DI SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN LONCAT HARIMAU DENGAN PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS XI TKJ 5 DI SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses hidup manusia adalah proses berkembang, manusia akan terus berkembang, berubah dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hayatnya. Perkembangan anak bersifat terpadu. Perkembangan yang satu berkaitan erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik harus merupakan kepedulian guru. Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik akan amat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif. Melalui aktivitas fisik mereka mampu menghayati konsep- konsep yang belum dikenalnya.

Sekolah merupakan salah satu wadah yang berfungsi untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi anak yang beriman, cerdas, disiplin, terampil, bertanggung jawab serta sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu sekolah dijadikan sebagi salah satu lembaga pendidikan formal yang dalam

penyelenggaraan pendidikanya dilakukan secara terorganisir, sistematis dan berkesinambungan dengan maksud agar tujuan pendidikan nasional itu sendiri dapat tercapai.

(2)

lutan (2008), pendidikan jasmani adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan

penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan atas dasar kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi dan social. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan pancasila. Jadi, dapat disimpulkan bahwa gerak atau aktifitas fisik merupakan perhatian pokok dari guru pendidikan jasmani. Guru bertugas untuk membantu peserta didik bergerak secara optimal, meningkatkan kualitas unjuk kerja (performance) dan kemampuan belajar dan kesehatannya.

Pendidikan olahraga adalah proses pendidikan yang diarahkan pada

pengenalan dan penguasaan keterampilan suatu cabang olahraga. Pendidikan olahraga adalah kegiatan yang peduli sekali dengan pengembangan lebih lanjut pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan jasmani. Tujuan utama pendidikan olahraga adalah sosialisasi ke dalam olahraga sehingga anak-anak muda mampu berpartisipasi dan

menikmati kegiatan olahraga.

(3)

otot dari seluruh bagian tubuh. Disamping itu senam juga berpotensi mengembangkan keterampilan gerak dasar, sebagai landasan penting bagi penguasaan keterampilan teknik suatu cabang olahraga. Lebih penting lagi senam lebih dapat meningkatkan kesegaran secara efektif bagi siapapun yang melakukannya.

Ada beberapa macam jenis senam seperti, senam aerobic, senam pembentukan dan senam lantai. Loncat harimau merupakan salah satu jenis senam lantai yang dilakukan ke samping untuk empat hitungan, tangan dan kaki berputar seperti baling-baling. Loncat harimau merupakan salah satu unsur gerakan senam lantai (floor exercise), dimana terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang.

Loncat harimau merupakan bagian dari gerak dasar pada senam lantai. Loncat harimau ini merupakan pengembangan dari guling depan dengan

menambahkan loncatan pada gerakan tersebut.

Berdasarkan kenyataan bahwa aspek-aspek yang menopang pencapaian keberhasilan perlu ditingkatkan secara optimal. Salah satu aspek yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan adalah sebagian besar siswa masih

mengalami kesulitan dalam gerak dasar loncat harimau, sehingga kemampuan penguasaan gerakan loncat harimau para siswa tersebut masih perlu

(4)

dan siswa masih merasakan takut pada saat akan memulai gerakan loncat harimau tersebut. Gerakan yang salah akan mengakibatkan gerakan loncat harimau menjadi tidak sempurna. Sehingga dalam melakukan teknik dasarnya juga masih kurang baik. Dan pada akhirnya tujuan pembelajaran pun tidak tercapai.

Oleh karena itu, jika guru ingin meningkatkan hasil belajar yang lebih baik pada loncat harimau, maka guru perlu mengadakan perbaikan dalam hal metode atau model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar loncat harimau. Guru hendaknya menyediakan sarana dan prasarana atau dengan menggunakan model pembelajaran

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan siswa sehingga pembelajaran akan lebih mudah, menarik dan menyenangkan dan pembelajaran semakin bervariasi dan kreatif.

PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan

keterampilannya.

(5)

thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik

keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insigt) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual atau kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Jika memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri, dan diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan serta sering dilihat atau diamati oleh siswa sendiri, umpamanya masalah kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu lintas, pembusukan makanan, wabah penyakit, kegagalan panen, pemalsuan produk, atau soal-soal dalam setiap mata pelajaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini mengambil judul ” Pembelajaran Loncat Harimau Dengan Pendekatan PAIKEM Pada Siswa Kelas XI TKJ 5 di SMK Widya Yahya Gadingrejo Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Indentifikasi Masalah

(6)

1. Masih kurangnya pemahaman kemampuan penguasaan gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas XI TKJ 5 di SMK Widya Yahya.

2. Masih kurangnya kemampuan penguasaan teknik gerakan loncat harimau pada siswa kelas XI TKJ 5 di SMK Widya Yahya.

3. Siswa masih merasakan takut melakukan gerakan loncat harimau. 4. Sarana dan prasarana yang tidak memadai.

5. Kurang bervariasinya model pembelajaran yang diberikan untuk proses pembelajaran, khususnya pada materi senam lantai.

6. Belum digunakan model pembelajaran PAIKEM di SMK Widya Yahya dalam pembelajaran penjaskes.

C. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah pembelajaran loncat harimau dapat ditingkatkan dengan

menggunakan model pembelajaran PAIKEM?

2. Apakah pembelajaran loncat harimau dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran PAIKEM dengan menggunakan media pembelajarannya berupa box yang terbuat dari kardus?

3. Apakah pembelajaran loncat harimau dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran PAIKEM dengan menggunakan media pembelajarannya berupa kardus dan tali karet?

(7)

D. Batasan Masalah

Oleh karena luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka permasalahan hanya dibatasi pada upaya meningkatkan model pembelajaran PAIKEM dengan pembelajaran loncat harimau pada siswa kelas XI TKJ 5 di SMK Widya Yahya Gadingrejo Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Ingin meningkatkan pembelajaran loncat harimau pada siswa kelas XI TKJ 5 di SMK Widya Yahya Gadingrejo sehingga tercapai keberhasilan

pembelajaran.

2. Ingin memberikan model atau pendekatan yang tepat dan bervariasi untuk meningkatkan pembelajaran loncat harimau pada siswa kelas XI TKJ 5 di SMK Widya Yahya Gadingrejo Pringsewu.

F. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini penulis berharap antara lain : 1. Peneliti

(8)

2. Siswa

Sebagai pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan gerak dasar loncat harimau pada cabang senam lantai.

3. Peneliti lainnya

Sebagai salah satu acuan dalam program dan pembelajaran dalam cabang senam lantai.

4. Bagi Sekolah

Sebagai pertimbangan dalam melakukan pembinaan lebih lanjut pada cabang olahraga senam lantai khususnya teknik dasar loncat harimau.

5. Bagi Program Studi Penjaskes

Sebagai salah satu bahan pengkajian dan analisis terhadap keterampilan gerakan loncat harimau pada senam lantai dan penggunaan model pembelajaran PAIKEM dalam perkuliahan.

G. Batasan Istilah

1. Pembelajaran Menurut Sanjaya, (2007:123). pembelajaran adalah proses kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada pengertian sumber belajar. Proses pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Menurut Agus Mokholid dalam bukunya yang berjudul Pendidikan

(9)

ke atas ke depan. Dan pada saat melayang sampai saat telapak tangan menyentuh matras usahakan sedikit demi sedikit kedua kaki, badan, dan kedua lengan segaris/ sejalur. Kemudian pada saat telapak tangan menyentuh matras, segera masukkan kepala diantara kedua tangan sehingga seluruh bidang bahu menyentuh matras, kemudian dilanjutkan dengan gerakan mengguling. Pada saat mengguling, dagu dan lutut ditarik ke depan, kemudian dilanjutkan dengan sikap posisi jongkok dan diakhiri dengan sikap berdiri tegak.

3. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Sanjaya, (2007:125). 6. PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual,

kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Depdiknas (2004:1)

Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk

meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif. Depdiknas (2004 : 2)

Menurut Eddy Suparman (2000:1), Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani,

(11)

Pendidikan jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan melalui aktivitas jasmani mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan dapat dicapai melalui aktivitas jasmani. Tujuan pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga.Aktivitas jasmani tersebut harus dikelola secara sistematis, dipilih sesuai karakteristik peserta didik, tingkat kematangan, kemampuan,

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sudirman Husein, (2008)

B. Teori Belajar Gerak

a. Pengertian Belajar Gerak atau Motorik

(12)

diperoleh melalui penerimaan dan pemilikan pengetahuan, perkembangan, kordinasi dan kondisi fisik sebagaimana halnya kepercayaan dan semangat juang. Ditambahkannya belajar gerak dalam olahraga mencerminkan suatu kegiatan yang disadari dimana aktivitas belajar diarahkan untuk mencapai

suatu tujuan yang telah ditetapkan. Schnabel dalam Lutan (1988) (2001:102), menjelaskan, karakteristik yang dominan dari belajar ialah

kreativitas ketimbang sikap hanya sekedar menerima di pihak siswa atau atlet yang belajar. Penjelasan tersebut menegaskan pentingnya psiko-fisik sebagai suatu kesatuan untuk merealisasi peningkatan keterampilan. Belajar gerak secara khusus dapat diartikan sebagai suatu proses

perubahan atau modifikasi tingkah laku individu akibat dari latihan dan kondisi lingkungan. Drowatzky, dalam Lutan (1988)

Tabel 1. Tahap perkembangan motorik

Usia Fase perkembangan

Perilaku reflektif Janin dalam kandungan 0 – 2 tahun Kemampuan rudimenter

(gerak awal, merangkak > 14 tahun Kemampuan gerak

spesialisasi

Adolesensi dan dewasa

(13)

Kemampuan gerak dasar disebut juga motor ability. Menurut Nurhasan (1986) Motor ability adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak dasar secara umum. Atau dalam pengertian yang lebih spesifik yang dikemukakan oleh Lutan (1988:96) motor ability adalah kemampuan atau kapasitas dari seseorang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragan suatu keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak. Kemampuan gerak dasar itulah yang kemudian berperan sebagai landasan bagi

perkembangan keterampilan. Terampil adalah tingkat kemahiran seseorang melaksanakan tugas gerak yang terkoordinasi, terorganisasi dan terpadu.

b. Konsep Belajar Motorik

Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri seseorang yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan dan dapat diamati melalui penampilannya.

Menurut Schmidt dalam Lutan (1988: 102), Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku gerak.

Beberapa hal penting dalam mempelajari motorik yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Kesiapan belajar

Bahwa pembelajaran harus mempertimbangkan hukum kesiapan. Anak yang lebih siap akan lebih unggul dalam menerima

(14)

2. Kesempatan belajar

Pemberian kesempatan yang cukup banyak bagi anak sejak usia dini untuk bergerak atau melakukan aktivitas jasmani dalam

mengeksporasi lingkunganya sangat penting. Bukan saja untuk perkembangan yang normal kelak setelah dewasa, tapi juga untuk perkembangan mental yang sehat. Jadi penting bagi orangtua atau guru untuk memberikan kesempatan anak belajar melalui gerak.

3. Kesempatan latihan

Anak harus diberi waktu untuk latihan sebanyak yang diperlukan untuk menguasai . Meskipun demikian, kualitas latihan jauh lebih penting ketimbang kuantitasnya.

4. Model yang baik

Dalam mempelajari motorik, meniru suatu model memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu dengan baik, anak harus dapat mencontoh yang baik.

5. Bimbingan

(15)

C. Senam

Senam dalam bahasa inggris disebut “Gymnastic” yang berasal dari kata “Gymnos” bahasa Greka (yunani) yang berarti berpakaian minim atau

telanjang. Orang Yunani kuno melakukan latihan senam di ruangan khusus yang disebut “Gymnasium” atau “Gymnasion”. Tujuannya ialah untuk

mendapatkan kekuatan dan keindahan jasmani. Cara melakukannya sambil berpakaian minim atau telanjang. Maksudnya mungkin agar dapat leluasa bergerak. Namun yang melakukan senam ini hanya kaum pria.

Senam di negeri kita sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Waktu itu namanya “Gymnastiek” sedangkan pada zaman jepang dinamakan “Taiso”.

Pemakaian istilah senam sendiri kemungkinan bersamaan dengan pemakaian kata olahraga sebagai pengganti kata sport.

Senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga lainnya.Berlainan dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur hasil aktivitasnya pada obyek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti : kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, agilitas dan ketepatan. Dengan koordinasi yang sesuai dan tata urutan gerak yang selaras akan terbentuk rangkaian gerak artistik yang menarik.

(16)

Secara umum senam memang demikian adanya, dari tahun ke tahun mengalami penyempurnaan dan semakin berkembang. Yang dulunya tidak untuk dipertandingkan, namun sejak akhir abad 19 mulai dipertandingkan. Dibentuklah wadah senam internasional, dengan nama Federation

International de Gymnastique (FIG), yang mengelola antara lain senam artistik (artistic gymnastics) dan senam ritmik (modern rhytmic).

D. Senam Lantai

Senam lantai pada umumnya disebut floor exercise, tetapi ada juga yang menamakan tumbling. Senam lantai merupakan salah satu rumpun dari senam. Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras. Unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di

udara,menumpu dengan tangan atau kakiuntuk memperthankan sikap seimbang atau pada saat meloncat kedepan atau ke belakang. Bentuk latihannya merupakan gerakan dasar dari senam perkakas (alat). Pada

dasarnya, bentuk-bentuk katihan bagi putra dan putri adalah sama, hanya unuk putri banyak unsur gerak balet. Jenis senam juga di sebut latihan bebas karena pada waktu melakukan gerakan pesenam tidak mempergunakan suatu

peralatan khusus.

1. Gerakan Dasar Senam Lantai

(17)

a. Roll depan, yang dimaksud roll depan ialah gerakan badan berguling ke arah depan melalui bagian belakang badan (tengkuk), pinggul, pinggang, dan panggul bagian belakang.

b. Teknik kayang, kayang ialah suatu bentuk sikap badan terlentang yanng membusur, bertupu pada kedua kaki dan kedua tangan siku-siku dan lutut lurus.

c. Sikap lilin

1) Posisi tidur telentang.

2) Ke 2 tangan ditekuk dekat sisi telinga,

3) Angkat ke 2 kaki (rapat) lurus ke atas dengan tangan menopang pinggang.

d. Meroda, gerakan meroda merupakan gerakan memutar badan dengan sikap menyamping arah gerakan dan tumpuan bert badan ketika

berputar menggunakan kedua tangan dan kaki.

e. Loncat Harimau, gerakan loncat harimau merupakan pengembangan dari gerakan guling depan akan tetapi gerakan loncat harimau

(18)

E. Loncat Harimau

1. Pengertian loncat harimau

Loncat harimau adalah merupakan pengembangan dari gerakan guling depan akan tetapi gerakan loncat harimau dilakukan dengan gerakan loncatan pada saat di udara jaraknya lebih jauh. Untuk dapat melakukan gerakan loncat harimau seorang siswa terlebih dahulu harus menguasai gerakan guling kedepan. Pada dasarnya gerakan loncat harimau sama dengan berguling kedepan akan tetapi gerakannya didahului dengan gerakan meloncat keatas depan. Dalam latihan ini dapat dilakukan dengan menggunakan rintangan berupa peti lompat atau pada teman yang

membungkuk. Dalam pembelajaran loncat harimau guru sangat berperan penting dalam keselamatan dan keberasilan. Guru berada disisi matras dengan cepat mendekati tempat mendarat siswa di matras dengan menempatkan tangan di tengkuk siswa dan membantunya dengan agak mengangkat atau mengungkitnya. Cara membantu seperti ini dilakuan setiap kali melakukan bantuan dalam latihan loncat harimau. Dalam Muhajir (2006:147)

2. Cara melakukan latihan

Gerakan loncat harimau dapat dilakukan dengan cara sebagi berikut: (a). berdiri dengan sikap badan tegak dan kedua lengan disamping badan, (b). Siap mengambil ancang – ancang untuk melakukan gerakan, (c).

(19)

sehingga bahu menyentuh matras untuk di teruskan mengguling dan sikap akhir jongkok, (f). Perhatikanlah serangkaian teknik gerak dasar loncat harimau pada gambar di bawah.

Gambar 1. Teknik gerakan loncat harimau. Di Adopsi dari Muhajir (2006)

F. Loncat Harimau Menurut Tinjauan Biomekanika

Biomekanika adalah ilmu pengetahuan yang menerapkan hukum-hukum mekanika terhadap struktur hidup, terutama sistem lokomotor dari tubuh. (Lokomotor = kegiatan dimana seluruh tubuh bergerak karenanya sendiri dan umumnya dibantu oleh gaya beratnya. Hidayat Imam, (1997:5)

Melalui biomekanika kita akan membiasakan diri untuk melakukan kegiatan dengan cara yang efisien, berjalan dengan efisien, berlari, melempar,

melompat, dan segala aktivitas olahraga dengan efisien pula.

(20)

Gambar 2. Teknik sikap awal loncat harimau. Adaptasi dari Imam Hidayat (1997:5)

Sikap awal dari gerakan loncat harimau adalah sikap berdiri, atau lebih tepatnya adalah sikap ancang-ancang. Biomekaniknya adalah kalau hendak bergerak dengan seketika/ cepat ke suatu arah, badan harus dalam posisi labil. Sikap atau posisi untuk dapat bergerak cepat kesuatu arah adalah: kedua kaki jaraknya selebar bahu, tidak goyah, berat badan berbagi rata pada kedua tumpuan kaki, berat pada masing-masing kaki tersebar rata antara bola kaki sampai tumit.

(21)

Berikutnya adalah melakukan loncatan. Gerakan loncatan merupakan gerakan atau aktivitas yang melelahkan, oleh karena latihan tersebut selalu mengubah keadaan diam dengan seketika. Implikasi dari gerakan loncatan menimbulkan hukum Newton I yang berbunyi kalau dari diam hendak bergerak dengan tiba-tiba, maka diperlukan tenaga yang besar untuk mengubah keadaan tersebut.

Gambar 4. Teknik gerak lanjutan dari loncatan Adaptasi dari Imam Hidayat (1997:5)

Berikutnya adalah melakukan loncatan. Gerakan loncatan merupakan gerakan atau aktivitas yang melelahkan, oleh karena latihan tersebut selalu mengubah keadaan diam dengan seketika. Implikasi dari gerakan loncatan menimbulkan hukum Newton I yang berbunyi kalau dari diam hendak bergerak dengan tiba-tiba, maka diperlukan tenaga yang besar untuk mengubah keadaan tersebut.

(22)

Sama halnya dengan gerakan di atas. Gerakan ini dititk beratkan pada kserasaian gerakan antara kedua lengan, kedua kaki dan sikap badan yang disebut dengan kordinasi gerakan. Dan setiap gerakan dari angggota tubuh bergerak berurutan sehingga semua bagian anggota tubuh berakumulasi menjadikan gerakan yang apik dan serasi.

Gambar 6. Teknik melayang di udara Adaptasi dari Imam Hidayat (1997:5)

Selanjutnya adalah posisi melayang di udara. Tinjauan biomekaniknya adalah dimana tubuh sebagai titik beratnya. Setiap anggota tubuh kita mempunyai titik tangkap dari massa yang bekerja. Titik berat adalah titik dimana gaya berat benda atau anggota tubuh itu bekerja. Dapat juga dikatakan bahwa titik berat adalah titik yang mewakili berat dari benda atau tubuh tersebut.

(23)

Sikap selanjutnya adalah sikap mendarat atau jatuh di matras. Ditinjau dari segi biomekaniknya adalah pada saat tubuh jatuh ke bawah dikarenakan adanya gerakan rotasi bumi. Sesuatu yang jatuh atau gerak jatuh yang disebabkan adanya hokum tarik menarik ke bumi dinamakan gravitasi bumi.

Gambar 8. Gerakan akhir dari loncat harimau Adaptasi dari Imam Hidayat (1997:5)

Gerakan terakhir adalah mendarat dari matras dan mempertahankan sikap tubuh secara stabil atau seimbang. Dan posisi tersebut sering disebut dengan hukum kesetimbangan yang berbunyi badan selalu dalam keadaan setimbang selama proyeksi dari titik berat badan tersebut jatuh dalam bidan tumpuannya (hukum kesetimbnagan I). seperti ganbar disamping tumpuan kaki menentukanluasnya bidang tumpuan. Luas bidang tumpuan adalah besarnya permukaan yang paling luas dari setiap titik tumpuannya. Kedua tungkai yang bertumpu pada lantai merupakan rantai kinematis tertutup.

G. Pendekatan PAIKEM 1. Konsep Dasar PAIKEM

(24)

cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan dalam pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Inovatif. Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAIKEM. Disebut dengan demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak,

mengembangkan kreativitas, sehingga efektif namun tetap menyenangkan.

Menurut Suparlan, (2009:70-71), PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.

Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru. Di antara metode-metode mengajar yang amat mungkin digunakan untuk mengimplementasikan PAIKEM, ialah: 1) metode ceramah plus, 2) metode diskusi; 3) metode demonstrasi; 4) metoderole-play; dan 5) metode simulasi. Muhibbinsyah (2009)

(25)

pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas. Membangun metode

pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya

kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan

menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.

Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang

beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak

(26)

Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.

Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis

kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan

keterampilannya. Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:

a) Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya.

b) Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap,

pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.

c) Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam.

(27)

a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan

pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.

b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam

membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,

menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’

d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.

e. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

(28)

sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian , ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu. Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam pembelajaran Paikem antara lain :

1. Faktor Internal

a. Bakat, Kecerdasan, (intelektual, emosional, dan spiritual); b. Minat, motivasi, sikap;

c. Latar belakang ekonomi, sosial budaya. 2. Faktor Eksternal

a. Tujuan pembelajaran, Materi;

b. Strategi, metode dan media pembelajaran;

c. Pengorganisasian kelas, dan iklim sosial dalam kelas; d. Waktu yg tersedia, sistem & teknik evaluasi;

e. Sikap guru dan upaya menangani kesulitan belajar siswa.

2. Karakteristik PAIKEM

a. Berpusat pada siswa(student-centered )

b. Belajar yang menyenangkan(joyful learning);

c. Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuan tertentu (competency-based learning);

d. Belajar secara tuntas(mastery learning);

(29)

f. Belajar sesuai dengan ke-kini-an dan kedisini-an(contextual learning).

Sementara itu, pembelajaran saat ini masih lebih cenderung berpusat pada guru.

3. Arti Penting PAIKEM

a) PAIKEM lebih memungkinkan perserta didik dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita lebih banyak mengenal pendekatan pembelajaran konvensional. Hanya guru yang aktif (monologis), sementara para siswanya pasif, sehingga

pembelajaran menjemukan, tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang menakutkan siswa.

b) PAIKEM lebih memungkinkan guru dan siswa berbuat kreatif bersama. Guru mengupayakan segala cara secara kreatif untuk melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu, peserta didik juga didorong agar kreatif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran dapat meningkat.

PAIKEM dilandasi oleh falsafah konstruktivisme yang menekankan agar peserta didik mampu mengintegrasikan gagasan baru dengan gagasan atau pengetahuan awal yang telah dimilikinya, sehingga mereka mampu

(30)

menjadi landasan PAIKEM, sehingga dalam pembelajaran peserta didik selalu menjadi subjek aktif sedangkan guru menjadi fasilitator dan pembimbing belajar mereka.

Menurut Budimansyah Dasim, (2009:74-76) bahwa, ada hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam implementasi pendekatan PAKIEM adalah sebagi berikut:

1. Memahami sifat yang dimiliki siswa

Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu. Semua anak terlahir dengan membawa dua potensi ini. Keduanya merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/pikiran kritis dan kreatif. Oleh

karenanya, kegiatan pembelajaran perlu dijadikan lahan yang kita olah agar menjadi tempat yang subur bagi perkembangan kedua potensi anugerah Tuhan itu. Suasana pembelajaran yang diiringi dengan pujian guru terhadap hasil karya siswa, yang disertai pertanyaan guru yang menantang dan dorongan agar siswa melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang baik untuk mengembangkan potensi siswa.

2. Memahami perkembangan kecerdasan siswa

(31)

Selama kurun waktu pendidikan dasar dan menengah, siswa mengalami tahap Concrete-operational dan Formal-operational.

Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak memeroleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.

Selanjutnya, dalam perkembangan kognitif tahap Formal-operational seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: 1) kapasitas menggunakan hipotesis; 2) kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan dasar), seorang remaja akan mampu berpikir hipotetis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak, misalnya ilmu tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan mendalam. Muhibbin Syah, (2008: 33)

3. Mengenal siswa secara perorangan

(32)

diperhatikan dan harus tecermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah dengan cara ”tutor sebaya”. Dengan mengenal kemampuan siswa, apabila ia mendapat kesulitan kita dapat membantunya sehingga belajar siswa tersebut menjadi optimal.

4. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, siswa dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, siswa akan menyelesaikan tugas dengan baik apabila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, siswa perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

5. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis,kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.

(33)

imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka dan

memungkinkan siswa berpikir mencari alasan dan membuat analisis yang kritis.

6. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Materi yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, pasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran karena dapat dijadikan

rujukan ketika membahas sebuah masalah.

7. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

(34)

sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar / diagram.

8. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Mutu hasil belajar akan meningkat apabila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik (feedback) dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih banyak mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini

dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

9. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental.

(35)

a. Pembelajaran Aktif

Secara harfiah active artinya: ”in the habit of doing things, energetic” (Hornby, 1994:12) dalam Syah (2009), artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru harus

menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong untuk bertanggung jawab terhaap proses belajarnya sendiri. Menurut Taslimuharrom dalam Syah (2009), sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung:

1) Keterlekatan pada tugas(Commitment)

Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran hendaknya bermanfaat bagi siswa (meaningful), sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant), dan bersifat/memiliki keterkaitan dengan kepentingan pribadi (personal);

2) Tanggung jawab (Responsibility)

(36)

siswa, serta memberikan pilihan dan peluang kepada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.

3) Motivasi (Motivation)

Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik (bukan ekstrinsik) karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru. Motivasi belajar siswa akan meningkat apabila ditunjang oleh pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (student centered

learning). Guru mendorong siswa untuk aktif mencari, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Ia tidak hanya menyuapi murid, juga tidak seperti orang yang menuangkan air ke dalam ember.

Alhasil, di satu sisi guru aktif: a. memberikan umpan balik;

b. mengajukan pertanyaan yang menantang; dan c. mendiskusikan gagasan siswa.

(37)

Di sisi lain, siswa aktif antara lain dalam hal: a. bertanya / meminta penjelasan;

b. mengemukakan gagasan; dan

c. mendiskusikan gagasan orang lain dan gagasannya sendiri. b. Pembelajaran Inovatif

McLeod (1989:520) dalam syah (2009), mengartikan inovasi sebagai: “something newly introduced such as method or device”. Berdasarkan takrif ini, segala aspek (metode, bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain.

Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng- integrasikan media/alat bantu

terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya

(38)

Membangun sebuah pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan cara-cara yang di antaranya menampung setiap karakteristik siswa dan

mengukur kemampuan/daya serap setiap siswa. Sebagian siswa ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dan keterampilan dengan

menggunakan daya visual (penglihatan) dan auditory (pendengaran), sedang sebagian lainnya menyerap ilmu dan keterampilan secara kinestetik (rangsangan/gerakan otot dan raga). Dalam hal ini, penggunaan

alat/perlengkapan (tools) dan metode yang relevan dan alat bantu langsung dalam proses pembelajaran merupakan kebutuhan dalam membangun proses pembelajaran inovatif.

Alhasil, di satu sisi guru bertindak inovatif dalam hal:

a. menggunakan bahan/materi baru yang bermanfaat dan bermartabat; b. menerapkan pelbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru; c. memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi

pendekatan inovatif yang sesuai dengan keadaan siswa, sekolah dan lingkungan;

d. melibatkan perangkat teknologi pembelajaran. Di sisi lain, siswa pun bertindak inovatif dalam arti:

a. merngikuti pembelajaran inoavtif dengan aturan yang berlaku; b. berupaya mencari bahan/materi sendiri dari sumber-sumber yang

relevan;

(39)

c. Pembelajaran Kreatif

Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif

mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.

Alhasil, di satu sisi guru bertindak kreatif dalam arti: a. mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam;

b. membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana; Di sisi lain, siswa pun kreatif dalam hal:

a. merancang / membuat sesuatu; b. menulis/mengarang.

d. Pembelajaran Efektif

(40)

memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.

Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekan- kan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar (Warta MBS UNICEF : 2006) dalam syah (2009) Alhasil, di satu sisi guru menjadi pengajar yang efektif, karena:

a. menguasai materi yang diajarkan;

b. mengajar dan mengarahkan dengan memberi contoh; c. menghargai siswa dan memotivasi siswa;

d. memahami tujuan pembelajaran;

e. mengajarkan keterampilan pemecahan masalah; f. menggunakan metode yang bervariasi;

g. mengembangkan pengetahuan pribadi dengan banyak membaca; h. mengajarkan cara mempelajari sesuatu;

i. melaksanakan penilian yang tepat dan benar.

Di sisi lain, siswa menjadi pembelajar yang efektif dalam arti: a. menguasai pengetahuan dan keterampilan atau kompetensi yang

diperlukan;

(41)

e. Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.

Selain itu pembelajaran perlu memberikan tantangan kepada siswa untuk berpikir, mencoba dan belajar lebih lanjut, penuh dengan percaya diri dan mandiri untuk mengembangkan potensi diri secara optimal. Dengan demikian, diharapkan kelak siswa menjadi manusia yang berkarakter penuh percaya diri, menjadi dirinya sendiri dan mempunyai kemampuan yang kompetitif (berdaya saing).

Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan, ialah:

a. adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang (stress), aman, menarik, dan tidak membuat siswa ragu melakukan sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan yang tinggi; b. terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan; c. terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan;

(42)

e. adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa belajar bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan dukungan yang enthusiast.

Jadi, dalam pembelajaran yang menyenangkan guru tidak membuat siswa:

a. takut salah dan dihukum;

b. takut ditertawakan teman-teman;

c. takut dianggap sepele oleh guru atau teman.

Di sisi lain, pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa: a. berani bertanya;

b. berani mencoba/berbuat;

c. berani mengemukakan pendapat/gagasan; d. berani mempertanyakan gagasan orang lain.

I. Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah alat yang sangat besar kegunaannya dalam penyelidikan ilmiah karena dapat menjadi penuntun kearah proses penelitian untuk

menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah :

H0 : Pembelajaran loncat harimau tidak dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran PAIKEM;

H1 : Pembelajaran loncat harimau dapat ditingkatkan denganmenggunakan

model pembelajaan PAIKEM berupa kardus;

(43)

model pembelajaran PAIKEM berupa kardus dan tali karet;

(44)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Arikunto, (2006: 58) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan professional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran. Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan.

Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencaaan

tindakan (planning), penerapan tindakan (action), observasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan, melakukan refleksi dan seterusnya sampai

perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).

(45)

Keterangan gambar di atas :  Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.  Tindakan

Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.  Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat oleh suatu tindakan.

 Refleksi

Adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

 Perbaikan rencana

Adalah memperbaiki suatu tindakan yang sudah dilaksanakan apabila tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau tindakan sesuai rencana.

Penelitian tindakan kelas ini, akan dilaksanakan dalam tiga siklus. Satu siklus meliputi beberapa tahapan yaitu: perencanaan, penerapan tindakan dan

evaluasi proses dan hasil tindakan, serta refleksi. Secara rinci langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut:

1. Setting Penelitian a. Tempat penelitian

(46)

Alamat : Jln. Raya Gadingrejo No. 14 Gadingrejo, Kab. Pringsewu, Telp. 0721-94817.

b. Pelaksanaan penelitian

Lama penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah satu bulan ( selama bulan Mei s.d Juli 2010).

2. Rencana Tindakan Siklus I (4 x pertemuan) Rencana :

a. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan pada siklus pertama, yaitu penggunaan 3 buah box dari kardus dan matras. Serta instrumen untuk pengamatan proses pembelajaran.

b. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama. Dan sebagai pendahulua siswa melakukan perluasan 3 kali putaran lapangan sekolah, peregangan, gerakan koordinasi, inti pembelajaran dan evaluasi

Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk latihan yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu melakukan gerakan loncat harimau melompati box yang terbuat dari kardus. Guna memperbaiki loncatan dan gerakan teknik loncat harimau yang dipelajari.

(47)

c. Menginstruksikan siswa untuk melakukan jenis latihan pada tatap muka hari tersebut.

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan pengamatan, mengoreksi dan mengevaluasi dari hasil siklus pertama. Kemudian terdapat tiga testor untuk mengetes pada siklus pertama.

Refleksi :

a. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan b. Merumuskan tindakan untuk siklus kedua

Siklus II (4 x pertemuan) Rencana :

a. Mempersiapkan alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran loncat harimau berupa tali karet yang dipancangkan di dua tiang setinggi 50 cm. Serta instrumen yang diperlukan dalam mengevaluasi tindakan. b. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua.

Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk latihan pada siklus kedua. Pada siklus kedua tetap meloncati box yang terbuat dari kardus tetapi kemudian melompati tali karet yang dipancangkan.

b. Siswa dibariskan kemudian siswa dibagi beberapa kelompok, agar setiap siswa mendapat giliran melakukan lebih banyak dan

(48)

c. Menginstruksikan siswa untuk melakukan jenis latihan yang dijadwalkan pada tatap muka hari tersebut.

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan pengamatan, mengoreksi dan mengevaluasi dari hasil siklus kedua. Kemudian terdapat tiga testor untuk mengetes pada siklus pertama.

Refleksi :

a. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan b. Merumuskan tindakan untuk siklus ketiga.

Siklus III (4 x pertemuan) Rencana :

a. Mempersiapkan alat bantu berupa tali karet yang dipancangkan di dua tiang dengan tinggi 60 cmdan bola masing-masing berjumlah 3 buah. Serta instrumen yang diperlukan untuk mengevaluasi tindakan. b. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus ketiga.

Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk latihan pada siklus ketiga yaitu melompati tali karet kemudian menjatuhkan diri di matras.

b. Siswa dibariskan kemudian siswa dibagi menjadi 3 kelompok dan berusaha meloncati tali karet.

(49)

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan lalu melakukan pengamatan, mengoreksi dan mengevaluasi dari hasil siklus ketiga. Kemudian terdapat tiga testor untuk mengetes pada siklus pertama.

Refleksi :

Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan.

B. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi (2000:112). Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode. Keberhasilan suatu penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji melalui instrumen tersebut. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes untuk mengetahui kemampuan subjek dalam variabel yang hendak diukur.

Tabel 2. Penilaian kualitas loncat harimau di matras adalah sebagai berikut:

No Bobot Rumus Skala Angka

(50)

C. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan disetiap siklusnya, selanjutnya data dianalisis melalui tabulasi, presentase dan normatif. Tenik penilaian dalam proses pembelajaran menggunakan penilaian kwantitatif untuk melihat kwalitas hasil tindakan disetiap siklus menggunakan rumus sebagai berikut:

P = N

f

x 100%

Keterangan :

P : Presentase keberhasilan

(51)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dibuktikan dengan hasil analisis data maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Gerakan loncat harimau dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan PAIKEM.

2. Gerakan loncat harimau dengan pendekatan PAIKEM dapat ditingkatkan dengan gerakan loncat harimau melompati box yang terbuat dari kardus tetapi tindakan belum efektif.

3. Gerakan loncat harimau dengan pendekatan PAIKEM dapat ditingkatkan dengan meloncati kardus atau box tetapi kemudian melompati tali karet yang dipancangkan, tindakan belum efektif. 4. Gerakan loncat harimau dengan pendekatan PAIKEM dapat

ditingkatkan dengan melompati tali karet kemudian menjatuhkan diri di matras, dan tindakan telah efektif.

(52)

matras yang paling efektif untuk pembelajaran keterampilan gerakan loncat harimau.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka disarankan:

1. Bagi para peneliti lainnya, khususnya mahasiswa Penjaskes dapat terus menerus memperbaiki penelitian ini dalam melakukan penelitian selanjutnya;

2. Bagi siswa, keterampilan gerakan loncat harimau dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan PAIKEM;

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharismi. 2000. Prosedur penelitian. P.T.Rineka Cipta. Jakarta.

---. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktik.P.T Rineka Cipta. Jakarta.

Budimansyah Dasim, Meirawan Danny. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan (PAKEM). P.T Genesindo. Bandung.

Depdiknas. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas. Jakarta.

---. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia No 3Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Depdiknas, Jakarta.

--- Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2000. Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih Olahragawan Pelajar. Jakarta. Dwi Priono. Perkembangan Motorik.Universitas Lampung. Bandar Lampung. Eddy Suparman. 2000. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta.

Hidayat Imam.1997. Biomekanika. Bandung.

Husin, Sudirman. 2008. Falsafah Pendidikan Jasmani. Disajikan dalam Seminar Lokakarya Pendidikan Jasmani dan Olahraga: Bandar Lampung.

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Depdikdud Direktorat Jendaral Tinggi. Jakarta.

Muhajir. 2006. Teori dan Praktik Pendidikan Jasmani Untuk SMA Kelas X. Yudistira. Jakarta.

(54)

Nurhasan. 2000. Pengantar, Kegunaan Tes dan Pengukuran. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Indonesia: Bandung.

Suparlan. 2009. PAIKEM. Jakarta.

Sanjaya Wina 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Fajar Interpratama Offset: Jakarta

Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Tarigan Herman. 2010. Praktek Olahraga Senam PLPG Rayon 7. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

--- 2011. Laporan Akhir Workshop Silabus dan RPP Angkatan VII. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tarmizi Ramadhan. 2008. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Jakarta.

(55)

SISWA KELAS XI TKJ 5 DI SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO

PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh: Fenti Kurniyati

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pembelajaran loncat harimau dengan pendekatan paikem dengan melakukan gerakan loncat harimau melompati box yang terbuat dari kardus, meloncati kardus atau box tetapi kemudian melompati tali karet yang

dipancangkan, dan melompati tali karet kemudian menjatuhkan diri di matras pada siswa kelas XI TKJ 5 SMK Widya Yahya Gadingrejo.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kaji tindak dengan menggunakan pedoman penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) CAR. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TKJ 5 SMK Widya Yahya Gadingrejo yang berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data untuk meningkatkan pembelajaran loncat harimau dengan pendekatan PAIKEM menggunakan indikator-indikator dari penilaian keterampilan gerak dasar loncat harimau, bentuk indikator-indikatornya adalah: (1) Tahap persiapan (2) Tahap gerak atau pelaksanaan (3) Akhir gerak. Analisis data hasil tes awal dan tes akhir menggunakan teknik analisis melalui tabulasi, presentase dan normatif.

Dari hasil post test terdapat peningkatan pembelajaran loncat harimau dengan pendekatan paikem. Pada siklus pertama terdapat peningkatan pembelajaran loncat harimau dengan pendekatan paikem dengan pelaksanaan gerakan loncat harimau melompati box yang terbuat dari kardus sebesar 44,50%, dengan tingkat efektivitas 14,99% yang artinya tindakan belum efektif. Pada siklus ke dua juga terdapat peningkatan pembelajaran loncat harimau dengan pendekatan paikem yang dilakukan dengan meloncati kardus atau box tetapi kemudian melompati tali karet yang dipancangkan sebesar 44,50% dengan tingkat efektivitas 37,21% yang artinya tindakan belum efektif. Kemudian pada siklus ke tiga mengalami peningkatan pembelajaran loncat harimau dengan pendekatan paikem yang dilakukan dengan melompati tali karet kemudian menjatuhkan diri di matras sebesar 44,50% dengan tingkat efektif 57,06% yang artinya tindakan telah efektif karena hasil perhitungan telah meningkat lebih dari 50%, sehingga meningkatkan prosentase ketuntasan belajar siswa.

(56)

PAIKEM PADA SISWA KELAS XI TKJ 5 DI SMK WIDYA

YAHYA GADINGREJO PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh Fenti Kurniyati

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Program studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(57)
(58)

SISWA KELAS XI TKJ 5 DI SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO

PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh

FENTI KURNIYATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(59)

(60)

Lampiran Halaman

1. Langkah-langkah perhitungan hasil perhitungan ... 61

2. Hasil tes awal keterampilan gerak dasar loncat harimau... 64

3. Hasil siklus pertama keterampilan gerak dasar... 66

4. Hasil siklus kedua keterampilan gerak dasar loncat harimau... 68

5. Hasil siklus ketiga keterampilan gerak dasar loncat harima u... 70

6. Peningkatan hasil pembelajaran loncat harimau pada siklus I dibanding dengan hasil tes awal... 72

7. Peningkatan hasil pembelajaran loncat harimau pada siklus II dibanding dengan hasil tes awal... 74

8. Peningkatan hasil pembelajaran loncat harimau pada siklus III dibanding dengan hasil tes awal... 76

9. Deskripsi efektivitas pembelajaran pada setiap siklus... 78

10. Alat ukur instrumen... 79

11. Foto-foto... 90

12. Kartu bimbingan skripsi... 93

13. Surat izin dari fakultas... 97

14. Surat izin dari sekolah... 98

15. Surat keterangan dari fakultas... 99

16. Paket kegiatan kualitas loncat harimau dimatras... 100

17. Pelaksanaan PAIKEM dan kemampuan Guru... 107

(61)

Gambar Halaman

1. Teknik gerakan loncat harimau ... 19

2. Teknik sikap awal loncat harimau... 20

3. Teknik loncatan... ... 20

4. Teknik gerak lanjutan dari loncatan ... 21

5. Teknik gerak lanjutan ... 21

6. Teknik melayang di udara ... 22

7. Sikap Pendaratan... 22

8. Gerakan akhir dari loncat harimau ... 23

9. Siklus tindakan kelas ... 44

(62)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap Perkembangan Motorik ... 12

2. Penilaian kualitas loncat harimau di matras ... 49

3. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Keterampilan Gerak

Dasar Loncat harimau ... 52

(63)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Herman Tarigan, M.Pd. …………

Sekretaris : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd …………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman NIP 19600315 19850310 1003

(64)

Bahwa penulis yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Fenti Kurniyati

NPM : 0613051042

Tempat Tanggal Lahir: Pardasuka, 01 Mei 1987

Alamat : Jl. Raden Saleh Pardasuka. Kecamatan Pardasuka. Kabupaten Pringsewu No.55 Gadingrejo, Kab. Pringsewu

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pembelajaran Loncat Harimau Dengan Pendekatan PAIKEM Pada Siswa Kelas XI TKJ 5 Di SMK Widya Yahya Gadingrejo Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012”, adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2010 s.d 2011. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan ataupun hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya, atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih

Bandar Lampung, 2012

(65)

i

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Bissmillahirrahmanirrahim

Kupersembahkan karya ini kepada:

Ayah dan Mamahku tercinta yang telah memberikan

segalanya untukku, membesarkanku, mendidikku dengan penuh

kesabaran dan kasih sayang serta selalu mendoakan

keberhasilanku dan sebagai tanda baktiku.

Kakak dan adikku yang kusayangi serta keluarga besarku.

Yang amat mendukung dan memberikan motivasi

untuk menyelesaikan karya terbaik ini beserta keluarga.

Almamaterku tercinta Universitas Lampung.

(66)
(67)

YAHYA GADINGREJO PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

Nama Mahasiswa :

Fenti Kurniyati

Nomor Pokok Mahasiswa : 0613051042

Program Studi : Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Herman Tarigan, M.Pd. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd NIP. 19601231 198803 1 018 NIP. 19581210 198712 1 001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(68)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan, Dan Rekreasi, FKIP Universitas Lampung. Dengan Judul “Pembelajaran Loncat Harimau Dengan Pendekatan PAIKEM Pada Siswa Kelas XI TKJ 5 Di SMK

Widya Yahya Gadingrejo Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012”. Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis benyak mendapat bimbingan, petunjuk, bantuan, saran, dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tinnginya kepada:

1. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd selaku Pembimbing I yang dengan tekun dan sabar dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

2. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd selaku Pembimbing II atas kesabarn dan pengertiannya selama penulis menyusun skripsi ini;

3. Bapak Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd selaku Pembahas, atas kritik dan sarannya yang telah memberikan banyak masukan dan pengarahan selama masa studi;

4. Bapak Dr. Hi Bujang Rahman, M.Si selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. M. Thoha B.S Jaya, M.Psi selaku Pembantu Dekan I, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

7. Bapak Drs. Usman Adam, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan;

(69)

10.Keluarga Besarku, ayahku Ziadi Zend dan mamahku Hamdiah Husin yang telah banyak mamberikan nasihat, motivasi, dan dukungan;

11.Sahabat dan teman-teman seperjuanganku angkatan 2006, terimakasih atas kebersamannya;

12.Bapak Manfaluthi A.Md selaku Kepala sekolah SMK Widya Yahya terimakasih atas waktu dan tempatnya;

13.Siswa SMK Widya Yahya Gadingrejo kelas XI TKJ 5 terima kasih atas waktunya dan data yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini;

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tulus dan ihklas, semoga diberikan yang berlimpah dari Allah SWT.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Bandar Lampung, 2012 Penulis

(70)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Fenti Kurniyati, dilahirkan di desa Pardasuka, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung pada tanggal 1 Mei 1987, dari pasangan Bapak Ziadi Zend dan Ibu Hamdiah Husin, dan merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara.

Pendidikan yang pertama ditempuh adalah, Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pardasuka diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pardasuka pada tahun 2002, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringsewu diselesaikan pada tahun 2005.

(71)

Gambar

Tabel 1. Tahap perkembangan motorik
Gambar 1. Teknik gerakan loncat harimau. Di Adopsi dari Muhajir (2006)
Gambar 9 : Siklus Tindakan Kelas
Tabel  2. Penilaian kualitas loncat harimau di matras adalah sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus I dan II, pendekatan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil pembelajaran

Penelitian ini memiliki tujuan yang akan dicapai yaitu : Penulis ingin menjelaskan bahwa dengan strategi layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar pada

Tujuan pokok yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengembangkan multimedia interaktif dengan pendekatan PAKEMATIK yang layak digunakan untuk pembelajaran

Dengan demikian, penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI AP 2 SMK Negeri 1 Surakarta dalam meningkatkan hasil belajar passing bawah sepakbola melalui pendekatan

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan humanistik pada kelas V mata

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan

Sesuai dengan rumusan masalah yang ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui penggunaan pendekatan kontekstual pada

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 mengembangkan perangkat ajar model CORE dengan pendekatan metakognitif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan