• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gamabaran Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dalam Mengatasi Rheumatoid Arthritis Di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gamabaran Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dalam Mengatasi Rheumatoid Arthritis Di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

ESTER ATNA BANGUN 13112112

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

Judul : Gamabaran Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dalam Mengatasi Rheumatoid Arthritis Di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan

Nama Mahasiswa : Ester Atna Br Bangun

NIM : 131121122

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

ABSTRAK

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan pengetahuan usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arthritis dan sikap usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arthritis di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan, menggunakan desain deskriptif dengan teknik total sampling melibatkan 81 orang responden yang dilaksanakan pada bulan Desember 2014. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner pengetahuan dan kuesioner sikap. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa pengetahuan usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arthritis di dalam kategorikan baik 51,3%, sikap usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arthritis dikategorokan baik 28,5%. Saran yang diberikan kepada Usia lanjut agar ikut serta dalam pencegahan dan penanganan penyakit rheumatoid arthritis melalui menjaga lingkungan sekitar, guna memperoleh hidup yang lebih baik.

(5)

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Year : 2015

ABSTRACT

Knowledge is a result of knowing got after someone do sensation to a certain object. While attitude is a view and feeling with the tendency to act, but a good knowledge without attitude would mean nothing. This research was purposed to describe the knowledge of the elderly in overcoming Arthritis Rhematoid and his attitude in Kel. Binjai Sebangan Kec. Air Joman Kab. Asahan using descriptive design with total sampling technique involved 81 respondents done in December 2014. The instrument used was questioners consisted of two parts were that knowledge questioners and attitude questioners. Based on the research result, it was known that the knowledge of the elderly in overcoming arthritis rheumatoid in good category was 51,3%. The attitude of elderly in overcoming arthritis rheumatoid in good category was 28,5%. The suggestion given to the elderly was that they have to involve actively in preventing and handling arthritis rheumatoid disease by taking care of the surroundings to get a better life.

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 27

Tabel 2 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dan Sikap

Usia Lanjut ... 28

(11)

Lampiran 3 Surat Komisi Etik ... 48

Lampiran 4 Surat Survei Awal dari Fakultas Keperawatan USU ... 49

Lamipran 5 Balasan Surat Survei Awal ... 50

Lampiran 6 Pengambilan Data ... 51

Lampiran 7 Surat Balasan Pengambilan Data ... 52

Lampiran 8 Surat Keterangan Selesai Malakukan Penelitian ... 53

Lampiran 9 Hasil Reliability tentang Pengetahuan ... 54

Lampiran 10 Hasil Reliability tentang Sikap ... 55

Lampiran 11 Hasil Uji Chi-Square Test ... 56

Lampiran 12 Master Data ... 57

Lampiran 13 Taksasi Dana ... 59

Lampiran 14 Jadwal Penelitian ... 60

Lampiran 15 Daftar Riwayat Hidup ... 61

Lampiran 16 Jadwal Penelitian ... 132

Lampiran 17 Daftar Riwayat Hidup ... 133

(12)

Judul : Gamabaran Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dalam Mengatasi Rheumatoid Arthritis Di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan

Nama Mahasiswa : Ester Atna Br Bangun

NIM : 131121122

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

ABSTRAK

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan pengetahuan usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arthritis dan sikap usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arthritis di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan, menggunakan desain deskriptif dengan teknik total sampling melibatkan 81 orang responden yang dilaksanakan pada bulan Desember 2014. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner pengetahuan dan kuesioner sikap. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa pengetahuan usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arthritis di dalam kategorikan baik 51,3%, sikap usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arthritis dikategorokan baik 28,5%. Saran yang diberikan kepada Usia lanjut agar ikut serta dalam pencegahan dan penanganan penyakit rheumatoid arthritis melalui menjaga lingkungan sekitar, guna memperoleh hidup yang lebih baik.

(13)

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Year : 2015

ABSTRACT

Knowledge is a result of knowing got after someone do sensation to a certain object. While attitude is a view and feeling with the tendency to act, but a good knowledge without attitude would mean nothing. This research was purposed to describe the knowledge of the elderly in overcoming Arthritis Rhematoid and his attitude in Kel. Binjai Sebangan Kec. Air Joman Kab. Asahan using descriptive design with total sampling technique involved 81 respondents done in December 2014. The instrument used was questioners consisted of two parts were that knowledge questioners and attitude questioners. Based on the research result, it was known that the knowledge of the elderly in overcoming arthritis rheumatoid in good category was 51,3%. The attitude of elderly in overcoming arthritis rheumatoid in good category was 28,5%. The suggestion given to the elderly was that they have to involve actively in preventing and handling arthritis rheumatoid disease by taking care of the surroundings to get a better life.

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk golongan usia lanjut. Di negara maju, pertambahan populasi atau penduduk usia lanjut telah diantisipasi sejak awal abad ke-20, tidak heran bila masyarakat di negara maju sudah siap menghadapi pertambahan populasi usia lanjut dengan aneka tantangan yang sama, fenomena ini jelas mendatangkan jumlah konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degeneratif (Nugroho, 2008).

Menurut WHO (2010) dalam Wiyono (2010) lebih dari 355 juta orang di dunia ternyata menderita penyakit rheumatoid arthritis. Itu berarti setiap enam orang di dunia, satu di antaranya adalah penyandang rheumatoid Arthritis. Namun, sayangnya pengetahuan tentang penyakit rhuematoid Arthritis belum tersebar secara luas. Hal yang perlu jadi perhatian adalah angka kejadian penyakit rheumatoid arthritis ini yang relative tinggi, yaitu 1-2 persen dari total populasi di Indonesia.

(15)

lanjut di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93 % dari tahun 2000 yang sebanyak 14.44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa pertahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia akan sekitar 34,22 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010) .

Menurut menteri kesehatan, pada tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk usia lanjut terbanyak didunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa atau 9,6 persen dari jumlah penduduk. Prevalensi nyeri rheumatoid arthritis di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat rheumatoid arthritis sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia, terutama mereka yang memiliki aktivitas sangat padat di daerah perkotaan seperti mengendarai kendaraan di tengah arus kemacetan, duduk selama berjam-jam tanpa gerakan tubuh yang berarti, tuntutan untuk tampil menarik dan prima, kurangnya porsi berolah raga, serta faktor bertambahnya usia (Kemenkes RI, 2012)

(16)

3

ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki.

Seseorang yang mengalami rheumatoid arthritis mengalami beberapa gejala berikut yakni nyeri, inflamasi, kekakuan sendi di pagi hari, hambatan gerak persendian, terbentuknya nodul-nodul pada kulit diatas sendi yang terkena, teraba lebih hangat dan bengkak (Santoso,2003). Penyakit ini juga menyebabkan kerusakan sendi, dan gangguan fungsional kadang-kadang diikuti oleh kelelahan yang sangat hebat, anoreksia dan berat badan menurun (Rubenstein, 2003). Rheumatoid arthritis menyerang persendian kecil, 90% keluhan utama penderita rheumatoid arthritis adalah nyeri sendi atau kaku sendi (Turana, 2005).

(17)

Menurut Candra (2008), menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit reumatik, siapa saja yang dapat terserang Reumatik, dan dan bagaimana cara penanggulangannya yang terbaik. Untuk itu kita perlu tahu sebenarnya sejauh manakah tingkat pengetahuan usia lanjut mengenai penyakit reumatik dalam memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan dan Dewi, 2011 dalam Notoatmodjo, 2003). Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.

(18)

5

berpengetahuan cukup karena sebagian besar lansia mengatakan bahwa sudah sedikit mengetahui tentang arti dari penyakit reumatik di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Usia Lanjut Dalam Mengatasi Rheumatoid Arthritis di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut bagaimana “Gambaran Pengetahuan dan Usia Lanjut Dalam Mengatasi Rheumatoid Arthritis di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan Tahun 2014”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

(19)

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap usia lanjut di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan.

2. Mengidentifikasi terjadinya rheumatoid arthritis pada usia lanjut di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan.

3. Menganalisis gambar pengetahuan dan sikap usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arthritis di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Agar mampu memahami tentang gambaran pengetahuan dan sikap usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arthritis di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan Tahun 2014.

1.4.2 Bagi Institusi

Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang rheumatoid arthritis, serta dapat lebih banyak menyediakan refrensi-refrensi buku tentang penyakit-penyakit serta asuhan keperawatan penyakit tesebut. 1.4.3 Bagi Lansia

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Defenisi pengetahuan menurut beberapa ahli

a. menurut Maulana (2009), Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)

b. Menurut Notoadmodjo (2012), pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan. “What” misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (Science) adalah bukan sekedar menjawab “What” melainkan akan menjawab pertanyaan “Why” dan “How” misalnya mengapa air mendidih bila di panaskan, mengapa manusia menjawab pertanyaan apa sesuatu itu, tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

(21)

a. Tahu (know)

Tahu di artikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang sefesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu “Tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang yang diketahui dan dapat mempersentasikan materi tersebut secara benar misalnya menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya.

c. Aplikasih (Application)

Aplikasih diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi sebenarnya dan dapat mengembangkan hukum-hukum rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam kontes atau situasi yang lain. Merasa dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan.

d. Analisis (Analysis)

(22)

9

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu untuk keseluruhan yang baru misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

2.1.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2012), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut dibawah ini :

a. Usia (Umur)

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin bertambah dan berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diprolehnya semakin membaik.

b. Pendidikan

(23)

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah seseorang tersebut memproleh informasi.

c. Media Masa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat diberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan. Semakin majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media masa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat.

d. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk status sosial dan ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

e. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya kedalam individu yang berada dalam lingkungan tesebut.

f. Pengalaman

(24)

11

pengetahuan yang diproleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu.

2.2 Sikap

2.2.1 Defenisi Sikap Menurut Beberapa Ahli

a. Notoatmodjo (2012) sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dan seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

b. Azwar (2007) sikap adalah mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecendrungan prilaku individu terhadap manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu. Bahkan terhadap diri individu itu sendiri disebut penomena sikap. Penomena sikap yang timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang di hadapi tetapi juga dengan kaitannya. Dengan pengalaman – pengalaman masa lalu, oleh situasi disaat sekarang, dan oleh harapan – harapan untuk masa yang akan datang.

2.2.2 Komponen Sikap

Azwar (2007) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yakni: 1. Komponen kognitif

(25)

2. Komponen Afektif

Merupakan komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

3. Komponen Prilaku

Komponen prilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukan bagaimana prilaku atau kecenderungan berprilaku ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang di hadapinya.

2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Azwar (2007) menyimpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang yang di anggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.

a. Pengalaman pribadi

Middlebrook (dalam azwar, 2007) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek pisikologi, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang di alami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang di anggap penting

(26)

13

ini antara lain di motivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting.

c. Pengaruh kebudayaan

Burrhus Frederic Skinner, seperti yang dikutip azwar sangat menekankan pengaruh lingkungan ( termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola prilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah penguat (reinforcement) yang kita alami.

d. Media massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll. Mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu.

e. Lembaga pendidikan dan agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

f. Faktor emosional

(27)

2.3 Usia Lanjut 2.3.1 Defenisi Usia Lanjut

Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu. Menurut WHO (1989), dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-pisahkan.

Konteks kebutuhan tersebut dihubungkan secara biologis, sosial, dan ekonomi dan dikatakan usia lanjut dimulai paling tidak saat masa puber dan prosesnya berlansung sampai kehidupan dewasa (Depkes RI, 1999). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), usia lanjut adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 50 tahun ke atas. Lebih rinci, batasan penduduk usia lanjut dapat dilihat dari aspek-aspek biologi, ekonomi, sosial, dan usia atau batasan usia, yaitu (Notoadmodjo, 2007):

1. Aspek biologi

(28)

15

Pikun merupakan akibat dari tidak berfungsinya beberapa organ otak, yang dikenal dengan penyakit Alzheimer.

2. Aspek ekonomi

Aspek ekonomi menjelaskan bahwa penduduk usia lanjut dipandang lebih sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga dianggap sebagai warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih muda. Bagi penduduk usia lanjut yang masih memasuki lapangan pekerjaan, produktivitasnya sudah menurun dan pendapatannya lebih rendah dibandingkan pekerja usia produktif. Akan tetapi, tidak semua penduduk yang termasuk dalam kelompok umur usia lanjut ini tidak memiliki kualitas dan produktivitas rendah.

3. Aspek sosial

Dari sudut pandang sosial, penduduk usia lanjut merupakan kelompok sosial tersendiri. Di negara Barat, penduduk lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Di masyarakat tradisional di Asia, penduduk lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh masyarakat.

4. Aspek umur

(29)

5. Kelompok pertengahan umur

Kelompok usia dalam masa verilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54 tahun).

6. Kelompok usia lanjut dini

Kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun).

7. Kelompok usia lanjut

Kelompok dalam masa senium (65 tahun ke atas). 8. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi

Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat. Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi (Notoadmodjo, 2007)

9. Usia pertengahan adalah kelompok usia 45-59 tahun. 10. Usia lanjut adalah kelompok usia antara 60-70 tahun. 11. Usia lanjut tua adalah kelompok usia antara 75-90 tahun. 12. Usia sangat tua adalah kelompok usia di atas 90 tahun. 2.3.2 Perubahan Fisiologik Tubuh Pada Usia lanjut

Tingkat perubahan organ tubuh dan fungsinya diklasifikasikan kepada beberapa bagian, yaitu (Yatim, 2004):

(30)

17

2. Perubahan yang menjelma menjadi penyakit. Contohnya, menurunnya hormon testoteron dalam darah.

3. Perubahan yang terjadi sebagai penyeimbang, seperti berkurangnya frekuensi denyut jantung, selalu diimbangi dengan peningkatan jumlah darah yang dipompakan keluar dari jantung.

4. Perubahan sekuler. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kadar kolesterol dalam darah pada usia muda akan berangsur-angsur menurun sesuai dengan pertambahan usia.

5. Perubahan intrinsik. Misalnya, pada usia lanjut terjadi penurunan ureum keratinin klearens.

2.3.3 Kebutuhan Hidup Usia Lanjut

Penduduk usia lanjut juga mempunyai kebutuhan hidup seperti orang lain agar kesejahteraan hidup dapat dipertahankan. Kebutuhan hidup seperti kebutuhan makanan yang mengandung gizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin dan sebagainya diperlukan oleh usia lanjut agar dapat mandiri. Menurut pendapat Maslow dalam Suhartini (2004), kebutuhan manusia meliputi :

1. Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.

(31)

3. Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban,organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobi dan sebagainya

4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

2.4 Rheumatoid Arthritis

2.4.1 Defenisi Rheumatoid Arthritis

Istilah rheumatoid berasal dari bahasa yunani, rhematoid, yang berarti mucus; suatu cairan yang di anggap jahat, mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga menimbulakan rasa nyeri. Beberapa penelitian menunjukkan memang ada perubahan struktur mucine sendi pada beberapa penyakit arthritis rhematoid, sehingga istilah yang sudah lama di pakai kemungkinan masih sesuai pada saat ini. Hingga kini dikenal lebih dari 100 macam penyakit sendih yang sering kali memberikan gejala yang hampir sama dan sebaliknya beberapa penyakit rheumatoid arteritis mempunyai manifestasi ekstra-artikular pada berbagai organ (Taufan, 2012).

(32)

19

menyebabkan sejumlah gejala diseluruh tubuh dengan manifestasi sistemik yang bervariasi. RA menyeranmg semua orang yang berusia 25-50 tahun, de facto ia bisa terjadi pada semua usia (Iskandar, 2013).

Rheumatoid arthritis juga dapat menghasilkan peradangan difus diparu-paru, memmbran di sekitar jantung, selaput paru-diparu-paru, putih mata dan lesi nodular yang paling umum dalam jaringan subkutan. Meskipun penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui, autoimunitas dan kemajuan, rheumatoid arthritis dianggap sebagai penyakit autoimun sistemik (Suiraoka, 2012).

2.4.2 Penyebab Terjadinya Rhematoid Arthritis

Hingga saat ini penyebab rheumatoid arthrtis belum diketahui pasti. Ada yang mengatakan bahwa rheumatoid arthritis disebabkan oleh mikroplasma, virus dan sebagainya, tetapi hal itu belum terbukti karena ada beragam faktor lain yang turut mempengaruhinya, termasuk kecenderungan genetika, yang bisa mempengaruhi reaksi autoimun (Iskandar, 2013)

Hingga kini penyebab rheumatoid arthritis (RA) tidak diketahui, tetapi berapa hipotesa menunjukan bahwa rheumatoid arthritis dipengaruhi oleh faktor-faktor:

1. Mekanisme IMUN (Antigen Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor rheumatoid arthritis.

2. Gangguan metabolisme 3. Genetik

(33)

Kecenderungan wanita untuk menderita rheumatoid arthritis dan sering dijumpai biasanya pada wanita yang sedang hamil sehingga menimbulkan dugaan terdapatnya faktor yang mempengaruhi pada penyakit rheumatoid arthritis. Karena pemberian hormonal estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit rheumatoid arthritis (Nugroho, 2012)

2.4.3 Tanda Gejala Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis biasa muncul secara mendadak, dimana pada saat bersamaan banyak sendi mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat simetris, jika suatu sendi pada sisi kiri tubuh terserang rheumatoid arthritis, maka sendi yang sama disisi kanan tubuh juga akan meradang. Dan yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil dijari tangan, jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, perelangan kaki. Biasanya sendi yang meradang menimbulkan nyeri dan menjadi kaku secara simetris, terutama ketika bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan aktifitas fisik (Iskandar, 2013)

Menurut Suiroka gejala rheumatoid arthritis umumnya ditandai dengan adanya beberapa gejala yang berlangsung selama minimal 6 (enam) minggu, yaitu:

1. Kekakuan pada sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari

(34)

21

3. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada saat sendi-sendi tangan. Sendi yang bengkak biasanya terasa hangat dan lembek bila disentu.

4. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris. 5. Penumpukan cairan dapat terakumulasi terutama dipergelanagan kaki. 2.4.4 Pengobatan Rheumatoid Arthritis

Pengobatan secara simtomatik ditujukan untuk mengatasi atau mengurangi gejala penyakit rheumatoid arthritis, tetapi tidak mempengaruhi perjalanan penyakit. Artinya, progresivitas penyakit akan tetap berlangsung, pembengkakan tidak berkurang dan kerusakan tulang tetap terjadi (Iskandar, 2012).

Menurut Iskandar (2012), obat yang termasuk dalam golongan obat simtomatik, antara lain:

1. Analgesik sederhana, seperti : parasetamol, aminoprin, asetofenetindin.

2. Obat anti-inflamasi non steroid (NSAIDs), seperti : indomentasin, fenil butason, sodium diklofenak, indoprofen, dan sebagainya.

3. Obat anti-inflamasi golongan steroid, misalnya prednison.

Meneurut Iskandar (2012), yang termasuk dalam golongan obat remitif antara lain :

1. Cytostatic agent (obat sitotatiska) 2. Alkylating agent

3. Immunosupresan (obat penekan kekebalan tubuh) 4. Anti-malaria (klorokuin)

(35)

2.4.5 Faktor Yang Mempengaruhi Rheumatoid Arthritis

Menurut Suirako (2012), faktor resiko yang akan meningkatkan resiko terkenak penyakit rheumatoid arthritis adalah

1. Jenis Kelamin

Perempuan lebih mudah terkenak rheumatoid arthritis dari pada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3 : 1

2. Umur

Rheumatoid arthritis biasanya timbul atara umur 50 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (arthritis rheumatoid juvenile).

3. Riwayat Keluarga

Apa bila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit rheumatoid arthritis maka anda kemungkinan besar akan terkenak juga.

4. Merokok

Merokok dapat meningkatkan resiko terkena rheumatoid arthritis. 2.4.6 Cara Mencegah Kambunya Rheumatoid Arthritis

1. Istirahat yang cukup 2. Hindari kerja berat

3. Minum minuman yang tinggi kalsium seperti susu 4. Olahraga ringan secara teratur

5. Hindari makanan yang dapat memicu kambunya RA

(36)

23

2.4.7 Komplikasi Rheumatoid Arthritis

Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit rheumatoid arthritis adalah penyakit sistim pencernaan misalnya gastritis dan ulkus peptic yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS dan obat pengubah perjalanan penyakit atau disease modfiyeng anti rheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyeba Morbiditas dan mortalitas utama pada rheumatoid arthritis. Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga susah dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatiker. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidak setabilan vertebral servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis. Jadi rhematoid arthritis merupakan penyakit autoimun yang dapat menyebabkan inflamasi pada sendi terutama mengenai membran synovial pada sendi dan mengarah pada destruksi kartilago sendi sehingga menyebabkan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas dan keletihan. Dapat terjadi pada semua jenjang umur (Mansjour, 2001) 1. Terganggunya aktifitas karena nyeri

2. Tulang menjadi keropos

3. Terjadinya perubahan bentuk tulang 2.4.8 Patogenesis Rheumatoid Artheritis

(37)

perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan (Nugroho, 2012) 2.4.9 Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis

Tujuan penatalaksanaan rheumatoid arthritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendih dan kemampuan mobilisasi penderita ( Burke, 2001).

Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain: 1. Pemberian terapi

Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi.

2. Pengaturan aktifitas dan istirahat

Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.

3. Kompres panas dan dingin

Untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektif dari pada kompres dingin.

4. Diet

(38)

25

5. Pembedahan

(39)

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep membahas tentang saling ketergantungan antara variable yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Hidayat, 2008)

Indikator – indikator yang digunakan dari kerangka konsep tersebut untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arteritis, yang meliputi pengertian, penyebab, manifestasi klinis, dan cara penatalaksanaan (Notoatmodjo, 2007).

Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Sekema 1. Skema Kerangka Konsep Sikap Usia Lanjut Dalam

Mengatasi Rheumatoid Arthritis

Pengetahuan Usia Lanjut Dalam Mengatasi

Rheumatoid Arthritis

 Sangat setuju  setuju

 Tidak setuju  Sangat tidak setuju

(40)

27

3.2 Defenisi Operasional

No Variabel penelitiam Defenisi Operasional Alat ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala Ukur 1 Pengetahuan lansia Segala sesuatu yang diketahui oleh usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arthritis kuesioner Dengan menghitung jawaban responden pada kuesioner (angket)

1. Kurang , jika responden memperoleh nilai 0 – 3 dari 10 pertanyaan 2. Cukup, jika

responden memperoleh nilai 4 – 7 dari 10 pertanyaan 3. Baik, jika

responden memperoleh 8 – 10 dari 10 pertanyaan

Ordinal

2 Sikap lansia Reaksi atau respon usia lanjut yang masih terutup dalam kuesioner Dengan menghitung jawaban responden pada 1. Sikap negatif, jika skor

responden 1- 4 dari total skor

(41)

mengatsi rheumatoid arthritis

kuesioner (angket)

maksimum . 2. Sikap positif,

jika skor responden 5 – 10 dari total skor

(42)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriftif yang bersetujuan untuk mengetahui “Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Usia Lanjut Dalam Mengatasi Rheumatoid Arthritis Di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan Tahun 2015”.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (wasis, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah semua usia lanjut yang ada di kelurahan Binjai Serbangan. Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan sebanyak 540 responden 4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling, pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling yaitu proses menyeleksi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada. ( Nursalam, 2008)

Menurut Arikunto jika populasi kurang dari 100 orang maka jumlah tersebut di teliti semua. Jika populasinya lebih dari 100 digunakan rumus 10 – 15% dan 20 – 25%. Maka rumus yang digunakan adalah 15 % dari populasi maka:

n = 15% x 540

(43)

n =

n = 81

Jadi jumlah sampelnya sebanyak 81 orang keterangan : N = Populasi

n = Sampel

Dalam penelitian ini besar sampel yang di ambil sebanyak 81 orang 4.2.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan. Berhubung didaerah ini belum pernah dilakukan penelitian seblumnya.

4.3 Pertimbangan Etik

(44)

31

digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasih yang di berikan dan peneliti memusnakan instrumen penelitian setelah proses analisa data selesai. Data-data yang diproleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.4 Instrumen Penelitian

Penelitian menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disebut sendiri oleh peneliti. Adapun kuesioner yang akan diberikan kepada responden disusun berdasarkan tujuan teoritas yang dilengkapi, adapun jenis kuesioner ini adalah dengan menggunakan pengukuran sekala Guttman, sekala guttman merupakan sekala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban dari pertanyaan sekala Gutmman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda.

(45)

4 soal yakni nomor : 2,6,9,dan 10. jawaban dapat dibuat skor tinggi (1) terendah (0) misalnya untuk jawaban yang salah sekor(0) benar (1).

4.5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan alat bantu yaitu kuesioner peneliti akan pelakukan pengumpulan data penelitian, peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden dan diberikan waktu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, pengolahan dan analisa data dilakukan setelah data diperlukan terkumpul.

4.6 Pengolahan Data

Pengolahan data dan analisa data bersetujuan mengubah data menjadi informasi.

1. Editing

Data perlu di edit untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengedit adalah apakah pertanyaan telah terjawab dengan lengkap, apakah catantan sudah jelas dan mudah dibaca dan apakah coretan yang sudah ada diperbaiki.

2. Coding

Analisa data Koding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori pada jawaban responden. 3. Tabulasi

(46)

33

4.7 Aspek Pengukuran

Sebelum menggunakan kategori baik, cukup, kurang baik terlebih dahulu menentukan krikteria yang akan dijadikan patokan penilaian jawaban yang salah diberi sekor nilai (0) sedangkan jawaban yang benar diberi sekor nilai (1) dalam setiap pertanyaan.

Pengukuran tingkat pengetahuan sebagai berikut. Angka 75%-100% = Baik

Angka 50%-75% = Cukup Angka 25% 50% = Kurang baik (Aziz Alimul Hidayat, 2008)

Untuk mengetahui dan menghitung total skor dari setiap penetahuan responden dalam pesentase digunakan rumus:

4.8 Analisa Data

(47)

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian menegnai “Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Usia Lanjut Dalam Mengatasi Rheumatoid Arthritis di Kelurahan Binjai Serbangan

[image:47.595.110.512.334.559.2]

Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan. Tahun 2015”

Table 5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan Tahun 2015

No Karakteristik Responden Frekuensi

(Responden) Persentase % 1 Umur

50 – 55 tahun 44 53,2%

56 – 60 tahun 37 46,8%

Jumlah 81 100

2 Pendidikan

SD 15 15,5%

SMP 24 28,7%

SMA 34 43%

D3 8 12,7%

Jumlah 81 100

3 Jenis kelamin

Laki – laki 30 38,2%

Permpuan 51 61,8%

Jumlah 81 100

(48)

35

responden berdasarkan jenis kelamin frekuensi responden yang terbanyak adalah perempuan sebanyak 51 orang (61,8%), sedangkan responden terendah adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 30 orang (38,2%).

5.1.2 Pengetahuan Usia Lanjut Dalam Mengatasi Rheumatoid Arthritis Berdasarkan hasil pengumpulan data dari responden yang di kumpulkan dengan kuesioner pengetahuan usia lanjut dalam mengatasi Rheumatoid arthritis, maka diperoleh gambaran pengetahuan usia lanjut

Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Usia Lanjut Dalam Mengatasi Rheumatoid Arthritis Di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan Tahun 2015 (n = 81)

No Pengetahuan Ferekuensi Persentase (%)

1 Baik 37 51,3%

2 Cukup 17 20,4%

3 Kurang 27 28,3%

Total 81 100

Analisis data : Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa usia lanjut yang memiliki pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan yang baik sebanyak 37 orang (51,3%), sementara penetahuan usia lanjut yang terendah adalah pengetahuan yang cukup sebanyak 17 orang (20,4%).

5.1.3 Sikap Usia Lanjut Dalam Mengatasi Rheumatoid Artritis

[image:48.595.112.505.334.465.2]
(49)

Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Usia lanjut Dalam Mengatasi Rheumatoid Arthritis Di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan

No Sikap Frekuensi Persentase %

1 Sangat Setuju 20 28,5%

2 Setuju 25 25,4%

3 Tidak Setuju 15 20,5%

4 Sangat Tidak Setuju 21 25,6%

Total 81 100

Analilis Data : Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa usia lanjut yang memiliki Sikap tertinggi adalah sikap yang baik sebanyak 20 orang (28,5%), sementara sikap usia lanjut yang terendah adalah sikap yang tidak baik sebanyak 15 orang (20,5%).

5.2 Pembahasan

[image:49.595.115.507.113.247.2]
(50)

37

Pengetahuan yang dimiliki responden selain dari pendidikan dapat juga berasal dari pengalaman. Pengalaman usia lanjut dalam merawat diri khususnya dalam mengatsi kekambuhan penyakit reumatik akan mempengaruhi tingkat pengetahuan usia lanjut tentang reumatik. Menurut Herliansyah (2007) penegetahuan dapat juga didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali, jika seseorang memiliki pengalaman yang lebih maka menghasilkan pengetahuan yang lebih. Umur akan sangat mempengaruhi responden dalam memperoleh informasi yang lebih banyak secara langsung maupun tidak langsung akan menambah pengalaman dan akan meningkatkan pengetahuan.

(51)

adanyaperasaan tertentu dan memberikan dasar kepada lansia untuk berprilaku sesui sikapnya dalam mengatasi kekambuhan reumatik (Walgito, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap yang positif menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung seperti faktor fasilitas serta faktor dukungan (support) dari keluarga. Sikap dapat berubah kapan saja. Walaupun sikap usia lanjut pada saat ini positip, tidak menutup kemungkinan kalau kesiapan bertindak usia lanjut dalam pencegahan kekambuhan penyakit reumatik.

Gambaran pengetahuan usia lanjut tentang penyakit reumatik dengan sikap usia lanjut dalam mengatasi kekambuhan penyakit reumatik tergambarkan pada model perubahan sikap yang dikembangkan oleh Niven (2002). Menurut teori perubahan sikap oleh Niven (2002) meliputi tahap pertama yaitu, ketika usia lanjut menyadari bahwa tindakannya selama ini kurang tepat, sehingga muncul kekambuhan reumatik pada dirinya. Tahap kedua yaitu perubahan setelah terjadi kekambuhan tersebut, maka terbukanya kesadaran usia lanjut tentang tindakannya selama ini kurang tepat, maka berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki akan terbentuk sikap baru tentang cara pencegahan kekambuhan reumatik, tahap ketiga yaitu usia lanjut mengevaluasi sikapnya terhadap pencegahan kekambuhan reumatik tersebut telah sesuai dengan harapannya atau tidak.

(52)

39

tahun keatas. Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang menyerang beberapa sendi.

(53)

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran pengetahuan usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arthritis dari 81 lanjut usia sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 37 orang (51,3%).

2. Gambaran sikap usia lanjut dalam mengatasi rheumatoid arthritis dari 81 lanjut usia sebagian besar memiliki sikap baik sebanyak 20 orang (28,5%). 3. Gambaran jenis kelamin usia lanjut di Kelurahan Binjai Serbangan

Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 orang, sementara jenis kelamin laki – laki sebanyak 31 orang.

4. Gambaran pendidikan usia lanjut di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan yang memiliki pendidikan SMA lebih banyak dibandingkan dengan usia lanjut yang memiliki pendidikan sekolah dasar dan menengah.

(54)

41

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Gambaran Penegetahuan Dan Sikap Usia Lanjut Dalam Mengatasih Rheumatoid Arthritis di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan Tahun 2015. Peneliti akan memberi saran kepada semua pihak yaitu.:

1. Terhadap Iansia

Di harapkan kepada usia lanjut agar ikut serta dalam pencegahan dan penanganan penyakit rheumatoid arthritis melalui menjaga lingkungan sekitar, guna memperoleh hidup yang lebih baik.

2. Bagi Instansi Pendidik

Merupakan bahan bacaan bagi mahasiswa/mahasiswi dalam kegiatan belajar mengajar dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan. Dan meningkatkan peran instansi terkait serta perawatan khususnya keperawatan medikal bedah dan keperawatan gerontik dalam pelaksanaan promosi, preventif, dan rehabilitas khususnya usia lanjut terhadap rheumatoid arthritis.

3. Bagi Instansi Kesehatan

(55)

4. Bagi Peneliti

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, S. (2008). Herbal untuk pengobatan reumatik. Jakarta: penebar swadaya.

Dharma, K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media.

Juliani (2008). Fungsi Kogonitif Masa Dewasa Lanjut. Diunduh dari htt://bbawor.blogspot.com/. Diaskes pada tanggal 14 November 2009 Junaidi. Iskandar (2012). Reumatik dan Asam Urat. Jakarta : Buana Ilmu Populer.

Natoatmodjo, Soekidjo (2007). Promosi Keshatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Asep Candra. (2008). Mitos dan Fakta Tentang Reumatik. Diunduh dari http://www.kompas.com/. Diaskes pada tanggal 5 Mei 2009

Maryam, dkk (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salembah Medika.

Maulan (2009). Promasi Kesehatan. Jakarta : EGC.

(57)
(58)

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MENGATASI RHEUMATOID ARTHRITIS DI KELURAHAN

BINJAI SERBANGAN KECAMATAN AIR JOMAN KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2014

A. Petunjuk Pengisian

 Berikan tanda cheklis (√) pada kolom jawaban pada salah satu jawaban

yang dipilih

 Semua pertanyaan harus dijawab

 Apabila ada pertanyaan yang kurang mengerti, dapat ditanya kepada

peneliti

 Setelah selesai menjawab pertanyaan, kembalikan lembar kuesioner

kepada yang membagikan kuesioner B. Identitas Responden

Nama : Umur :

Pendidikan :

1. Kuesioner Pengetahuan Usia Lanjut Dalam Mengatasi Rheumatoid Arthritis

Pengetahuan Usia Lanjut Dalam Mengatasi Rheumatoid Arthritis Jika Jawaban Benar Menurut Anda Maka Berikan Tanda (√)

No Karakteristik Pertanyaan Benar Salah

1 Reumatik adalah penyakit yang menyerang sendi. 2 Laki-laki lebih sering terkena reumatik dari pada

perempuan.

3 Gejala reumatik ditandai dengan nyeri pada tulang sendi.

(59)

5 Reumatik dilarang memakan kacang, jeroan, melinjo, durian.

6 Nyeri reumatik dapat di atasi dengan kompres air hangat.

7 Reumatik merupakan penyakit keturunan.

8 Reumatik biasanya timbul pada umur 25 – 35 tahun 9 Penyakit reumatik tidak menyebabkan nyeri.

10 Sendi yang bengkak akibat reumatik dapat dikompres dengan air dingin.

11 Penyakit reumatik membuat sulit beraktivitas. 12 Nyeri sendi dapat menyebabkan pembengkakan.

2. Kuesioner Sikap Lansia Dalam Mengatasi Rheumatoid Arteritis

Pada Bagian Ini Menjelaskan Tentang Sikap Anda Sebagai Lansia Dalam Mengatasi Rheumatoid Arteritis Berikan Tanda Cheklist (√) Pada Kotak Jawaban Yang Tersedia Dan Semua Pertanyaan Harus Dijawab.

Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No Peryataan SS S TS STS

1 Usia lanjut sebaiknya bertanya kepada orang yang lebih mengetahui penyakit reumatik untuk cara mengatasi ruematik.

2 Penyakit reumatik harus lebih di waspadai oleh wanita dari pada pria karena reumatik lebih banyak terjadi pada wanita.

(60)

47

4 Kita harus banyak memakan makanan yang mengandung kalsium agar tulang kita sehat. 5 Kita tidak perlu mengkompres sendi yang nyeri

dengan air hangat

6 Jika kita mengetahui penyakit reumatik secara dini, akan lebih mudah dalam pengobatannya.

7 Pemeriksaan penyakit nyeri sendi dilakukan hanya untuk orang yang mengalami sakit pada sendi saja 8 Sebaiknya kita harus menambah informasi tentang

(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 81 100.0 Excludeda 0 .0 Total 81 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alphaa N of Items -1.013 12

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Reumatik adalah penyakit

yang menyerang sendi

6.73 1.300 -.016 -1.107

Laki - laki lebih sering terkenak reumatik dari pada perempuan

6.89 1.425 -.198 -.849

Gejala reumatik ditandai dengan nyeri pada tulang sendi

7.05 1.298 -.111 -1.013

Reumatik lebih banyak terjadi pada usia lanjut

6.90 1.490 -.252 -.761

Reumatik dilarang memekan kacang, jeroan, melinjo, durian

7.05 1.448 -.229 -.794

Nyeri reumatik dapat di atasi dengan kompres air hangat

6.96 1.286 -.094 -1.041

Reumatik merupakan penyakit keturunan

6.96 1.461 -.235 -.785

Reumatik biasanya timbul pada usia 25 - 35 tahun

6.86 1.569 -.310 -.677

Penyakit reumatik tidak dapat menyebabkan nyeri

6.99 1.512 -.275 -.718

Sendi yang bengkak akibat reumatik dapat di kompres dengan air dingin

6.98 1.524 -.283 -.705

Penyakit Reumatik membuat sulit beraktivitas

6.95 1.273 -.080 -1.067

Nyeri sendi dapat menyebabkan pembengkakan

(68)
(69)

N Percent N Percent N Percent Pengetahuan * Sikap 4 100.0% 0 .0% 4 100.0%

Pengetahuan * Sikap Crosstabulation

Sikap

20,5% 25,4% 25,6%

Pengetahuan Count 0 0 0

% within Pengetahuan .0% .0% .0%

20,4% Count 0 1 0

% within Pengetahuan .0% 100.0% .0%

28,3% Count 1 0 0

% within Pengetahuan 100.0% .0% .0%

51,3% Count 0 0 1

% within Pengetahuan .0% .0% 100.0%

Total Count 1 1 1

% within Pengetahuan 25.0% 25.0% 25.0%

Pengetahuan * Sikap Crosstabulation

Sikap

Total 28,5%

Pengetahuan Count 1 1

% within Pengetahuan 100.0% 100.0%

20,4% Count 0 1

% within Pengetahuan .0% 100.0%

28,3% Count 0 1

% within Pengetahuan .0% 100.0%

51,3% Count 0 1

% within Pengetahuan .0% 100.0%

Total Count 1 4

% within Pengetahuan 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

(70)
(71)
(72)

Lampiran 13 TAKSASI DANA

1. Persiapan Proposal

a. Biaya mengeprint : Rp 100.000,00 b. Foto kopi sumber-sumber tinjauan pustaka : Rp 200.000,00 c. Perbanyak proposal : Rp 50.000,00 d. Biaya internet : Rp 100.000,00 e. Sidang proposal : Rp 100.000,00 f. Survei Awal : Rp 200.000,00 2. Pengumpulan Data

a. Penelitian : Rp 600.000,00 b. Transportasi : Rp 200.000,00 c. Penggandaan Kuisioner : Rp 100.000,00 3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Penelitian

a. Biaya mengeprint : Rp 200.000,00 b. Penjilidan : Rp 100.000,00

Rp2.050.000,00

(73)

1 Mengajukan judul dan ACC judul penelitian 2 Penyelesaian proposal dan kuesioner

3 Mengajukan sidang proposal

4 Sidang proposal

5 Mengajukan izin pengumpulan data

6 Uji Validitas dan Reabilitas

7 Pengumpulan data penelitian

8 Analisa data

9 Penyusunan laporan penelitian

10 Mengajukan jadwal sidang skripsi

11 Sidang skripsi

12 Revisi dan

pengumpulan laporan penelitian

(74)

Lampiran 15 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri

Nama : Ester Atna Br. Bangun Tempat/ tgl. Lahir : Kisaran 07 September1992

Agama : Kristen Protestan

Anak Ke : Dua

Nama Ayah : Tuah Bangun Nama Ibu : Asminah Br. Barus

Alamat : Jl. Kapten tandean No 19 Kisaran Barat Kabupaten Asahan

II. Riwayat Pendidikan

Tahun1998 – 2004 : SD Negri No. 103859 Mekar Baru Kisaran Barat Lulus Berijazah

Tahun 2004 – 2007 : SMP Suwasta Panti Budaya Kisaran Barat Lulus Berijazah

Tahun 2007 – 2010 : SMA Suwasta Panti Budaya Kisaran Timur Lulus Berijizah

Tahun 2010 – 2013 : D3 Keperawatan Deli Husada Delitua

Gambar

Table 5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan  Usia
Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap  Usia lanjut

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan gambaran kepada orang tua khususnya ibu, tentang hubungan persepsi dengan keterlibatan yang mereka miliki serta lebih memperhatikan pengembangan literasi

Sedangkan minat membaca pada usia prasekolah umumnya baik (di sekolah yang penulis observasi) anak-anak sangat senang, antusias apabila berkunjung/bermain

Langkah-langkah membuat gambar dari obyek datar: 1 Pilih dan klik jenis icon yang akan kita buat!. Misalnya :

Gejala-gejala tersebut dapat muncul tanpa gejala lain yang sering menyertai polineuropati, tapi gangguan pada sistem autonom tersebut sering menyertai polineuropati

dibuka/didekripsi maka Pokja Pemilihan dapat menetapkan bahwa Dokumen Penawaran tersebut tidak memenuhi syarat sebagai penawaran dan penyedia barang/jasa yang

menggunakan pendekatan penelitian kualitatif untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti subjek, persepsi, motivasi, tindakan,

Untuk mengatasi kesulitan tersebut Villardon (Jordana & Sànchez, 2010) menawarkan untuk menggunakan berbagai rangkaian aktivitas evaluasi untuk mengases kegiatan

Alasan digunakan wawancara untuk mengumpulkan data atau informasi adalah, dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak hanya apa yang diketahui dan dialami informan, tetapi