• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Aparatur Dalam Memberikan Pelayanan Informasi Hukum Melalui Jaringan Dokumentasi Dan Informasi Hukum (JDIH) (Suatu Studi Pada Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum Dan HAM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan Aparatur Dalam Memberikan Pelayanan Informasi Hukum Melalui Jaringan Dokumentasi Dan Informasi Hukum (JDIH) (Suatu Studi Pada Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum Dan HAM)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM (JDIH) (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kota Bandung

Bagian Hukum dan HAM)

SKRIPSI

Ditujukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun oleh:

RIO ALFANDO 41707020

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(3)

vi

(A Study at Law and Human Rights Unit Municipality Regional Secretariat of Bandung)

Globalization is a process of spreading new elements, particularly related to complete information through printed and electronic media. Information may be useful in enriching knowledge on diverse things, one of which is legal information. The implementation of Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum in providing legal information service is still less than optimal because there are still many who even don’t know the existence of Jarigan Dokumentasi dan Informasi Hukum.

The theory used in this research was Sarundajang’s theory on Aparature Empowerment. Aparature empowerment was assessed based on procurement, career guidance, education and training, wage system, and administration management.

The research method used was a descriptive method with a qualitative approach. Data collection techniques used in this research were literature study, field study, and documentation. The informants in this research were the management of Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum of Bandung Municipality Regional Secretariat’s Law and Human Rights Unit who provides legal information. The determination of informants used a purposive technique.

Based on the findings of research it was showed that provision of legal information service by Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum in Law and Human Rights Unit Municipality Regional Secretariat of Bandung was going on properly. It could be seen from procurement aparature in terms of placement and orientation aparature Law and Human Rights Unit Municipality Regional Secretariat of Bandung haven’t been in place. Career guidance aparature Law and Human Rights Unit Municipality Regional Secretariat of Bandung in tern of position and knowledge the absence of benchmark. Education and training aparature Law and Human Rights Unit Municipality Regional Secretariat of Bandung which are given skills training and knowledge is still lacking it could be seen from lack of training provided by routine. Wage system aparature Law and Human Rights Unit Municipality Regional Secretariat of Bandung based onrules

regulations that have beendetermined in and Administration management in providing legal information to services to public has not maximum of low level of satisfaction of services provided.

(4)
(5)

vii

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur peneliti panjatkan Allah SWT yang telah memberikan

segala nikmat dan ilmu pengetahuan sehingga peneliti dapat menyusun dan

menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Pemberdayaan Aparatur dalam

Memberikan Pelayanan Informasi Hukum melalui Jaringan Dokumentasi dan

Informasi Hukum (JDIH) (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kota

Bandung Bagian Hukum dan HAM) ”.

Penelitian ini diperlukan dalam penyusunan skripsi sebagai salah satu

syarat mendapat gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih banyak kekurangan dan kelemahan. Maka dari itu

peneliti mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sebagai cerminan

dan introspeksi bagi peneliti.

Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam pengumpulan data, penyusunan, dan penyelesaian

penelitian ini. Secara khusus peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada

:

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu

(6)

viii

Komputer Indonesia dan juga sebagai pembimbing bagi peneliti

dalam penyusunan penelitian ini.

3. Dr. Dewi Kurniasih, S.IP., M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi Peneliti

di Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Komputer Indonesia.

4. Rino Adibowo, S.IP selaku Dosen Penguji Skripsi Peneliti di Program

Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia.

5. Tatik Rohmawati, S.IP. selaku Dosen Wali Angkatan 2007 di

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Komputer Indonesia.

6. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah

membantu kelancaran peneliti dalam melaksanakan penelitian.

7. Airinawati, A.Md. Selaku Sekretariat Jurusan, terima kasih atas

bantuannya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Staf Pegawai Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan

HAM yang telah membantu peneliti untuk mendapatkan data dan

informasi.

9. Bapak, Ibu, Kakak dan Adikku tercinta yang sudah memberikan

dorongan dengan do’a, moril maupun materil yang tidak ternilai,

(7)

ix

Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan dukungan,

dorongan dan bantuan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

12.Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Hukum angkatan 2008 Universitas

Komputer Indonesia yang telah memberikan semua do’a dan

dorongan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

13.Terima kasih kepada Dewi Oktaviani S.IP selaku teman yang telah

banyak membantu dan memberikan dorongan dalam menyelesaikan

Skripsi ini.

14.Terima kasih kepada Elvha Reyza selaku teman yang telah

memberikan dorongan dalam menyelesaikan Skripsi ini.

15.Semua pihak yang telah memberikan dukungan, dorongan dan

bantuan bagi peneliti dalam penyusunan penelitian ini.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi

peneliti dan bagi pihak Sekretariat Daerah bagian Hukum dan HAM Kota

Bandung serta pembaca pada umumnya.

Bandung, Maret 2012

(8)
(9)

xi

BAB III OBJEK PENELITIAN ... 55

3.1 Gambaran Umum Masyarakat Kota Bandung ... 55

3.2 Gambaran Umum Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian

Hukum dan HAM ... 57

3.2.1. Struktur Organisasi Sekretariat Derah Kota Bandung

Bagian Hukum dan HAM ... 58

3.2.2. Susunan Organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandun

Bagian Hukum dan HAM ... 58

3.2.3. Data Pegawai Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian

Hukum dan HAM ... 63

3.2.4. Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah

Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM ... 66

3.3 Gambaran umum Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum

Kota Bandung ... 69

3.3.1 Fungsi Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum

Kota Bandung ... 71

3.3.2. Tampilan Program Jaringan Dokumentasi dan

Informasi Hukum yang ada di Kota Bandung ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

4.1 Pengadaan aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian

Hukum dan HAM dalam memberikan pelayanan informasi

hukum melalui JDIH ... 81

4.1.1 Penarikan Aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung

Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan

(10)

xii

4.1.3 Penempatan Aparatur Sekretariat Daerah Kota

Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan

Informasi Hukum melalui JDIH ... 97

4.1.4 Orientasi yang dilakukan oleh Aparatur Sekretariat

Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam

Memberikan Pelayanan Informasi Hukum melalui

JDIH ... 101

4.2 Pembinaan Karir Aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung

Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan Pelayanan

Informasi Hukum Melalui JDIH... 105

4.3 Diklat aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian

Hukum dan HAM dalam Memberikan Pelayanan Informasi

Hukum Melalui JDIH ... 110

4.3.1 Pengembangan Sikap Aparatur Sekretariat Daerah Kota

Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan

Pelayanan Informasi Hukum Melalui JDIH. ... 112

4.3.2 Keterampilan aparatur Sekretariat Daerah Kota

Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan

Pelayanan Informasi Hukum Melalui JDIH ... 115

4.3.3 Pengetahuan Aparatur Sekretariat Daerah Kota

Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan

Pelayanan Informasi Hukum Melalui JDIH ... 118

4.4 Sistem Penggajian Aparatur Sekretariat Daerah Kota

Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan

Pelayanan Informasi Hukum Melalui JDIH ... 122

4.4.1 Prosedur Pembayaran Gaji Sekretariat Daerah Kota

Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan

(11)

xiii

Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan Pelayanan

Informasi Hukum Melalui JDIH... 129

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 134

5.1 Kesimpulan ... 134

5.2 Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 137

(12)

xiv

Halaman

Table 1.1 Jadwal Penelitian ... 28

Table 3.1 Jumlah Populasi Penduduk Kota Bandung dan Luas Wilayah ... 56

Table 3.2 Jumlah Pegawai dilihat dari tingkat Pendidikan ... 64

Table 3.3 Data Pegawai berdasarkan Pendidikan dan Golongan ... 64

Table 4.1 Rekapitulasi kepuasan pelayanan ... 132

(13)

xv

Gambar 1.1 Model Kerangka Pemikiran ... 19

Gambar 3.1 Struktur Organisasi ... 62

Gambar 3.2 Halaman Utama Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum ... 73

Gambar 3.3 Halaman Pencarian/Penelusuran Produk Hukum Daerah ... 75

Gambar 3.4 Halaman Hasil Pencarian/Penelusuran Produk Hukum Daerah ... 76

(14)

xvi

Halaman

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 142

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari UNIKOM kepada Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kota Bandung ... 145

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari UNIKOM kepada Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kota Bandung ... 146

Lampiran 4 Surat dari kepada Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kota Bandungyang ditujukan kepada Sekretariat Daerah Bagian Hukum dan HAM Kota Bandung ... 147

Lampiran 5 Surat dari kepada Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kota Bandungyang ditujukan kepada Sekretariat Daerah Bagian Hukum dan HAM Kota Bandung ... 148

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian dari Sekretariat Daerah Bagian Hukum dan HAM Kota Bandung ... 149

Lampiran 7 Daftar Informan ... 150

Lampiran 9 Dokumentasi ... 151

Lampiran 10 Riwayat Hidup ... 153

(15)

29

2.1 Pemberdayaan Aparatur

2.1.1 Pemberdayaan

Kualitas aparatur dalam melayani masyarakat dalam hal kemampuan dan

potensi yang dimiliki oleh aparatur haruslah sesuai yang diharapkan, sehingga

dapat meningkatkan produktivitas yang diberikan kepada mayarakat, sehingga

masyarakat senantiasa merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh

aparatur pemerintah. Pengetahuan dan kemampuan aparatur pemerintah

merupakan modal yang baik dalam memberikan pelayanan yang dimana dapat

meningkatkan produktivitas aparatur, maka dari itu diperlukan pemberdayaan agar

kualitas aparatur yang ada dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. HAW

Widjaja dalam bukunya yang berjudul Administrasi Kepegawaian Suatu

Pengantar, mengidentifikasikan pengertian atau definisi pemberdayaan yang

dimukakannya sebagai berikut:

“Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri dibidang ekonomi, sosial, agama, dan budaya” (Widjaja, 1995:54)

Berdasarkan pengertian diatas, Pemberdayaan tidak cukup hanya dengan

upaya meningkatkan produktivitas, memberikan kesempatan yang sama untuk

menunjukkan kemampuan dan potensi yang dimiliki, namun juga harus diikuti

(16)

di pemerintahan guna untuk pencapaian yang maksimal didapat untuk membentuk jati

diri, harkat, martabat yang dapat bertahan dan mengembangkan diri untuk menjadi

yang lebih baik dalam hal pencapaian tugas dan fungsi pokok dengan secara mandiri

dibidang sosial, budaya, ekonomi, dan agama.

Pendapat lain yang mengemukakan teori pemberdayaan dikemukanan oleh

Cook (dalam Makmur, 2007:119), tentang pemberdayaan terutama bagi anggota

organisasi sebagai berikut:

“Alat untuk memperbaiki kinerja, mulai dari tingkat pimpinan tertinggi sampai kepada tingkat bawahan operasional dlam organisasi. Setiap individu yang memiliki keberdayaan akan mampu menciptakan wajah dan warna organisasi, serta akan mendapatkan kehormatan dan kepercayaan masyarakat” (Makmur, 2007:119)

Berdasarkan pendapat diatas, pemberdayaan sebagai alat untuk

mendapatkan kehormatan dan kepercayaan dalam suatu organisasi yang dimana

dapat mampu menciptakan wajah dan warna baru dalam organisasi sehingga hasil

dari kinerja yang baik akan semakin besar pula agar kinerja dapat menjadi lebih

baik dari sebelumnya karena setiap anggota organisasi, anggota masyarakat,

maupun aparatur pemerintah merasa memiliki tanggungjawab atas yang telah

dilakukannya.

Menurut Prijono dan Pranaka dalam bukunya Pemberdayaan: Konsep

kebijakan menyatakan bahwa pemberdayaan adalah :

“Suatu strategi untuk memperbaiki sumber daya manusia dengan pemberian tanggungjawab dan kewenangan terhadap mereka yang nantinya diharapkan dapat memungkinkan mereka mencapai kinerja yang lebih tinggi di era yang selalu berubah” (Pranaka, 1996:121).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, pemberdayaan

(17)

dari sebelumnya dengan harapan dapat meningkatkan motivasi aparatur yang

diberdayakan dengan ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin

berkembangan agar dapat mencapai kinerja yang lebih baik lagi. Begitu pula

halnya dengan pendapat Yudoyono (2001 : 71) lebih memperjelas bahwa :

“Dari sisi aparatur pemerintah, perbaikan kualitas harus dimulai dengan menggunakan suatu sistem yang benar-benar menjamin diperolehnya sumber daya yang memang mempunyai kualitas dasar yang baik,

pembinaan melalui penempatan/penugasan yang mendidik dan

pengembangan melalui program pendidikan dan pelatihan yang memungkinkan tersedianya tenaga-tenaga siap pakai (Yudoyono, 2001:71).

Berdasarkan pendapat diatas, pemberdayaan merupakan suatu proses atau

tujuan untuk memperbaiki kualitas tenaga aparatur menjadi yang lebih baik untuk

menjamin kinerja yang dihasilkan sehingga dapat memperoleh aparatur yang

memiliki kemampuan untuk kepentingan suatu organisasi.

Menurut Sedarmayanti dalam bukunya yang berjudul restrukturisasi dan

Pemberdayaan Organisasi Untuk Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan,

dalam konsep pemberdayaan menampakkan dua kecenderungan ;

1. Pemberdayaan menekankan kepada proses memberikan atau

mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat, organisasi, atau individu agar menjadi lebih berdaya. Proses ini sering disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.

2. Menekankan pada proses menstimulasi, mendorong, dan memotivasi

individu agar mempunyai kemampuan atau keberadayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya. Proses ini sering disebut sebagai kecenderungan sekunder dari makna pemberdayaan. (Sedarmayanti, 2000:75)

Berdasarkan penjelasan diatas, pemberdayaan merupakan kecenderungan

proses menuju kekuasaan, kekuatan atau kemampuan individu seseorang agar

(18)

kemampuan untuk menentukan apa yang akan menjadi pilihan hidupnya karena

dengan adanya kekuasaan yang dimiliki oleh sesorang akan dapat menduduki

jabatan yang tertinggi untuk menentukan taraf hidup yang lebih baik dari

sebelumnya melalui berbagai proses.

Komponen utama pemberdayaan yang dimaksud adalah anggota aparatur

pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Tujuan atau makna

pemberdayaan ini meliputi :

1. Menciptakan kemandirian dan kepercayaan diri anggota organisai,

pemerintah, maupun anggota masyarakat. Kepercayaan diri dan kemandirian dalam menghadapi berbagai hambatan atau tantangan

hidupdapat melahirkan kekuatan dan ketahanan diri untuk

menggantungkan harapan kepada pihak lain.

2. Memiliki kegesitan dan proaktif, pemberdayaan manusia menciptakan

kegesitan memiliki daya dorong untuk proakif mencari kegiatan yang dapat lebih menguntungkan.

3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan, pengetahuan merupakan sumber

keterampilan dalam melaksananakan suatu kegiatan yang hasilnya lebih menguntungkan.

4. Kepatuhan dan kesadaran, kehidupan manusia senantiasa diatur oleh suatu

ketentuan hidup yang perlu ditaati dan sekedar untuk menciptakan keteraturan dan keharmonisan, baik dalam melakukan kegiatan maupun dalam pergaulan. Kepatuhan dan kesadaran terhadap norma-norma sebagai fundamental kehidupan bermasyarakat, berorganisasi dan sebagainya menjadi terapi yang sangat tepat serta mosaic dalam upaya meningkatkan pemberdayaan, baik pada diri sendiri maupun orang lain.

(Makmur,2007:120-121).

Berdasarkan definisi diatas, pemberdayaan haruslah dapat menciptakan

kemandirian dan kepercayaan akan kemampuan yang dimiliki oleh setiap

aparatur. Aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM

juga dapat melakukan kegiatan dengan cepat dan proaktif dalam melaksanakan

pekerajaan yang telah diberikan. Selain itu, aparatur memiliki pengetahuan yang

(19)

dapat hasilnya dapat menjadi lebih baik dari hasil yang sebelumnya. Kepatuhan

dan kesadaran aparatur terhadap peraturan yang ada atau peraturan yang telah

ditetapkan dapat di patuhi dengan semestinya tujuannya agar dapat terciptanya

aparatur yang lebih baik dari sebelumnya dalam kehidupan bermasyarakat,

berorganisasi sehingga norma-norma yang telah ada dapat menjadi acuan dalam

pergaulan aparatur.

2.1.2 Aparatur

Aparatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

lembaga pemerintahan disamping faktor lain seperti uang, alat-alat yang berbasis

teknologi misalnya komputer dan internet dan merupakan asset yang paling

penting yang harus dimiliki oleh suatu intansi pemerintah yang dimana untuk

menghasilkan kinerja yang lebih baik dan efisien dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Oleh karena itu, sumber

daya aparatur harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi organisasi pemerintahan untuk mewujudkan profesional pegawai dalam

melakukan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeworno Handayaningrat

bahwa:

Aparatur adalah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau Negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan nasional. Aspek organisasi itu terutama pengorganisasian atau kepegawaian (Suwatno, 2001:154).

Berdasarkan pendapat diatas, aparatur merupakan aspek-aspek

administrasi yang diperlukaan oleh pemerintah dalam penyelenggaran

(20)

mendapatkan hasil yang diharapkan terutama dalam hal pengorganisasian atau

kepegawaian demi terciptanya aparatur yang profesional dan dapat meningkatkan

produktivitas kinerja pegawai. Sejalan dengan pendapat diatas, pamudji

mendeskripsikan tentang konsep atau definisi mengenai aparatur sebagai berikut :

“sebagai alat atau sarana pemerintahan atau negara untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya yang kemudian terkelompok kedalam, fungsi-fungsi diantaranya pelayanan publik, didalam pengertian aparatur tercakup aspek manusia (personil), kelembagaan (institusi), dan tata laksana” (Pamudji, 2004:21)

Berdasarkan pendapat diatas, aparatur merupakan alat atau serana

pemerintah yang mencakup personil atau orang-orang, kelembagaan institusi dan

tata laksana menjadi satu dalam kelompok untuk memberikan pelayanan secara

baik kepada masyarakat yang dimana hasil dari pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat dapat digunakan dan bermanfaat bagi masyarakat. Begitu pula yang di

lakukan oleh aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM

dalam hal meningkatkan memberikan pelayanan informasi.

Sejalan dengan definisi di atas, Dharma Setyawan Salam dalam buku yang

berjudul Manajemen Pemerintahan Indonesia menjelaskan bahwa :

”Aparat Pemerintah adalah pekerja yang digaji pemerintah melaksanakan tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku” (Salam, 2004:169).

Berdasarkan penjelasan diatas, aparatur merupakan pegawai yang digaji

oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas secara teknis berdasarkan

ketentuan yang telah ada dalam rangka melayani masyarakat sesuai dengan

(21)

kepada masyarakatan demi terciptanya pelayanan yang baik demi kepentingan

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Sejalan dengan pendapat diatas, koswara mengemukakan pendapatnya

mengenai aparatur pemerintah daerah sebagai berikut :

“Aparatur Pemerintah Daerah adalah, “ Seluruh perangkat Daerah yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah dan tugas pembantuan, termasuk PNS pusat yang diperbantukan kepada Pemerintah Daerah” (Koswara, 2000:259).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, aparatur pemerintah

daerah merupakan semua pegawai yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan

pemerintah pada unit organisasi pemerintah daerah mulai dari pemerintahan yang

tertinggi di Kabupaten/ Kota hingga tingkat terendah di Desa/ Kelurahan.

Selain itu, sejalan dengan Pasal 3 UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang

perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

yang menyatakan bahwa :

“Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur Negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas Negara, pemerintah dan pembangunan.”

Profesional sangat menetukan kemampuan aparatur dalam melakukan

tugas-tugas dan fungsi mereka sesuai dengan bidang-bidang dan tingkatan

masing-masing. Hasil dari tugas yang mereka lakukan ditinjau dari berbagai segi

sesuai dengan objek, porsi, dan bersifat terus menerus dalam kondisi dan situasi

yang telah dilakukan oleh aparatur dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi

(22)

Berdasarkan pendapat diatas, aparatur haruslah dapat melaksanakan tugas

dan fungsi penyelenggaran pemerintahan untuk pencapaian tujuan demi

mendapatkan hasil yang diharapkan dalam pengorganisasian untuk mendapatkan

aparatur yang profesional dan mendapatkan gaji dari hasil yang dikerjakan.

Aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM juga

memiliki aparatur yang dapat melaksanakan tugas dalam menyelenggarakan untuk

pencapaian tujuan. Selain itu, aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian

Hukum dan HAM dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui

Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum yang diberikan secara jujur, adil,

dan merata sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang diberikan dengan

baik.

2.1.3 Pemberdayaan Aparatur

Pemberdayaan aparatur tidak dapat terlepas dari kegiatan Manajemen

Sumber Daya Manusi (MSDM) yang di titik beratkan untuk menciptakan aparatur

pemerintah yang berkualitas. Upaya pemberdayaan sumber daya manusia,

khususnya aparatur merupakan salah satu faktor penting yang perlu mendapat

perhatian demi tercapainya tujuan oeganisasi. Pemberdayaan aparatur merupakan

cara untuk mendapatkan aparatur yang berkualitas dan dapat menciptakan

kemandirian dan kepercayaan akan kemampuan yang dimiliki.

Menurut Samodra Wibowo dalam bukunya Negeri-Negeri Nusantara (dari

Modern Hingga Reformasi Administrasi mengemukakan pemberdayaan aparatur

(23)

administrasi (birokrasi) atau reformasi kinerja aparatur pemerintah (Wibowo,

2001:200).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, pemberdayaan aparatur

merupakan suatu kinerja aparatur pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan

efektifitas sehingga dapat melakukan perubahan. Definisi pemberdayaan aparatur

juga dikemukakan oleh Widjaja yaitu pemberdayaan aparatur pemerintah segala

usaha untuk lebih meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas umum

pemerintah dan pembangunan (Widjaja, 1995:60).

Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas, pemberdayaan aparatur

merupakan upaya yang dilakukan aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas

pemerintahan untuk meningkatkan kemampuan lebih baik lagi demi tercapainya

pembangunan melalui berbagai usaha yang dilakukan demi terciptanya aparatur

yang memiliki kualitas dan profesional dalam melaksanakan tugas yang telah

diberikan kepada aparatur tersebut.

Menurut Tjipotono mengemukakan pendapatnya tentang pemberdayaan

aparatur sebagai berikut :

“upaya memberikan otonomi, wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat merampungkan tugasnya sebaik mungin. Untuk mewujudkan pemberdayaan yang dimaksud, maka diperlukan perubahan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepegawaian yang meliputi pengandaan, pengembangan, pembinaan, penggajian dan pengawasan (Tjipotono, 1996:108)

Berdasarkan pendapat diatas, pemberdayaan aparatur dilakukan untuk

mendorong aparatur mendapatkan kepercayaan dalam melakukan sesuatu yang

(24)

mungkin yang dimana untuk mewujudkan pemberdayaan tersebut dilakukan

melalui pengandaan, pengembangan, pembinaan, penggajian dan pengawasan

yang diperlukan perubahan peraturan perundang-undangan yang mengatur

aparatur untuk memperoleh aparatur yang diharapkan. Untuk mewujudkan

pemberdayaan aparatur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengandaan

Pengandaan diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong, dimulai dari perencanaan (tentunya rencana pengadaan), pengumuman, pelamaran, penyaringan sampai dengan pengangkatan dan penempatan (Zainun, 1996:31).

b. Pengembangan

Pengembangan sumber daya manusia ditujukan untuk mewujudkan manusia pembangunan yang berbudi luhur, tangguh, cerdas, dan terampil, mandiri dan memiliki rasa kesetiakawanan, bekerja keras, produktif, kreatif, dan inovatif, berdisiplin dan berorientasi kemasa depan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik (Tjiptoherijanto dan Abidin, 1993:41)

c. Pembinaan

Pembinaan terhadap PNS atas dasar sistem pembinaan karir dan sistem prestasi kerja dengan adanya tolak ukur yang dijadikan dasar yang terintegrasi terhadap seluruh pegawai negerti sipil (Hasibuan, 1994:134).

d. Penggajian

Penggajian adalah pemberian pembayaran finansial kepada karyawan sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang (Handoko, 1993:218).

e. Pengawasan

Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasnya, dan mengambil tindakan-tindakan koreksi bila diperlukan, untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana

(Sujamto, 1990:17)

Berdasarkan pendapat diatas maka untuk mewujudkan pemberdayaan

aparatur suatu organisasi terdiri dari pengadaan, pengembangan, pembinaan,

penggajian, dan pengawasan. Pengadaan dari suatu organisasi dapat dilihat dari

(25)

penyaringan, sampai dengan pengangkatan dan penempatan aparatur kepada

posisi kerja. Pengembanagn suatu organisasi pemerintah dilakukan untuk

mengembangkan jati diri aparatur untuk menjadikan aparatur tersebut menjadi

lebih baik dalam pencapaian tugas. Pembinaan dapat dilihat dari adanya tolak

ukur prestasi kerja yang dihasilkan oleh aparatur yang telah mendapatkan

pembinaan, kemudian adanya gaji yang diterima oleh aparatur pemerintah atas

pekerjaan yang telah dilakukan olehnya dan selanjutnya adanya pengawasan atas

pekerjaan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah apa yang telah dicapai.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan diatas, Menurut Sarundajang

dalam bukunya Arus Balik Kekuasaan Pusat dan Daerah mengemukakan

pemberdayaan aparatur yaitu:

Pemberdayaan aparatur adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan melalui pengadaan, pembinaan karir, diklat, sistem penggajian serta pengelolaan administrasi yang dipergunakan kepada pegawai negeri sehingga unsur aparatur Negara diserahi tugas dalam suatu jabatan (Sarundajang, 1997:214).

Berdasarkan definisi diatas, pemberdayaan aparatur pemerintah merupakan

usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas umum

pemerintahan dan pembangunan yang dilakukan dengan melalui berbagai proses

atau tahapan yang dilakukan melaui pengadaan, pembinaan karir, diklat, sistem

penggajian, serta pengelolaan administrasi guna terciptanya efektivitas dan

efisiensi aparatur yang diharapkan dan dapat meningkatkan kemajuan dari tujuan

pemerintah dan pembangunan.

Berdasarkan dari pengertian yang telah dikemukakan oleh Sarundajang

(26)

a. Pengadaan

Pengadaan aparatur adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, dan orientasi untuk mendapatkan aparatur yang efektif dan efisien untuk membantu pencapaian tujuan suatu instansi pemerintahan (Widjaja, 1995:60)

b. Pembinaan Karir

Pembinaan karir ialah konsekuensi kedudukan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang dalam kehidupan aparatur, dimulai sejak pertama kali diangkat sebagai aparat tetap sampai usia pensiun setelah

mana yang bersangkutan meninggalkan kejayaannya

(Siagian,2001:194). c. Diklat

diklat Dalam Jabatan dilaksanakan untuk mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap PNS agar dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-baiknya (PP No.101 Thn 2000)

d. Sistem Penggajian

Sistem penggajian merupakan suatu sistem dari prosedur dan pencatatan pembayaran gaji secara menyeluruh secara efektif dan efisien yang berguna untuk mempercepat dan tepat dalam penggajian aparatur (Hasibuan, 2003:89).

e. Pengelolaan Administrasi

kegiatan sekelompok manusia melalui tahapan-tahapan yang teratur dan dipimpin secara efektif dan efisien, dengan menggunakan sarana

yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan

(Musanef,1996:2).

Berdasarkan pendapat diatas, untuk mewujudkan pemberdayaan aparatur

tidak jauh beda dengan yang dikemukanan oleh Tjipotono sebelumnya maka

diperlukan pengandaan, pembinaan karir, diklat, sistem penggajian, dan

pengelolaan administrasi. Pemberdayaan aparatur merupakan upaya yang

dilakukan untuk memperoleh aparatur yang dapat menjalankan tugas sesuai

dengan yang diharapkan untuk memperoleh aparatur yang berkualitas yang

dimana untuk memperoleh aparatur yang berkualitas tersebut melalui berbagai

proses yang dimana proses tersebut dilakukan secara bertahap, secara teratur dan

(27)

Tahapan yang telah ditentukan tersebut dimulai dari pengandaan yang

dimana pengandaan ini bertujuan agar formasi yang kosong dapat terisi oleh

aparatur yang baru, kemudian pembinaan karir yang dilakukan agar aparatur

tersebut dapat dibina untuk menempatkan posisi yang harus dikerjakan, kemudian

dilakukannya diklat (pendidikan dan latihan) agar aparatur dapat dikembangkan

melalui pelatihan dan pendidikan yang diberikan kepada aparatur, setelah itu

sistem penggajian yang dimana dilakukan untuk mempermudah pekerjaan

aparatur dalam mengelolah gaji yang diberikan kepada semua aparatur, kemudian

yang terakhir berhubungan dengan sistem administrasi yang dimana untuk

mempermudah pengelolaan data administrasi. Dalam hal ini, aparatur Sekretariat

Daerah Bagian Hukum dan HAM perlu melakukan pemberdayaan aparatur agar

dalam penyampaian informasi yang di berikan kepada masyarakat dapat

disampaikan dengan baik, aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian

Hukum dan HAM dapat melayani masyarakat untuk mengetahui informasi hukum

melalui Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum di Kota Bandung.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pemberdayaan menurut Siagian

dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu:

1. Membantu para pegawai membuat keputusan dengan lebih baik;

2. Meningkatkan kemampuan para pegawai menyelesaikan berbagai

masalah yang dihadapi;

3. Terjadinya internalisasi dan oprasionalisasi faktor-faktor motivasional;

4. Timbulnya dorongan dalam diri para pegawai untuk meningkatkan

kemampuan kerjanya;

5. Peningkatan kemampuan pegawai dalam mengatasi stress, frustasi, dan

konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya diri sendiri;

6. Tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat

dimanfaatkan oleh para pegawai dalam rangka pertumbuhan masing-masing secara teknikal dan intelektual;

(28)

8. Semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang;

9. Semakin besarnya tekat pegawai untuk lebih mandiri; dan

10.Mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas di masa depan.

(Siagian, 1996:184)

Berdasarkan penjelasa diatas, manfaat dari pemberdayaan untuk membuat

pegawai dapat memilih keputusan lebih baik dalam pengambilan keputusan dan

meningkatkan kemampuan aparatur dalam menyelesaikan masalah yang sedang

dihadapai dan terciptanya internalisasi dan oprasionalisasi antara aparatur dan

memberikan motivasi kepada aparatur yang lainnya sehingga membuat aparatur

menjadi merasa adanya dorongan akan kemampuan yang dapat membuat

kemampuan kerjanya aparatur menimbulkan rasa percaya diri dalam diri sehingga

tekat yang kuat akan tugasnya untuk menjadi lebih baik lagi dalam kerja yang

dilakukannya sehingga meningkatkan kepuasan kerja.

Menurut Atep beberapa hal yang harus dilakukan oleh organisasi

pemerintah pusat dan daerah dalam menerapkan pemberdayaan pegawai, yaitu :

1. Para pemimpin/ manajer dan penyelia membagi tanggung jawabnya

kepada bawahannya.

2. Melatih penyelia dan bawahannya bagaimana pendelegasian dan

menerima tanggung jawab.

3. Melakukan komunikasi dan umpan balik dari pimpinan penyelia kepada

bawahannya.

4. Memberikan penghargaan dan pengakuan sebagai hasil dari evaluasi

kepada pegawai atas jasa dan kontribusinya kepada organisasi. (Atep,2003:75)

Berdasarkan pendapat diatas, dalam menerapkan pemberdayaan pegawai

para pemimpin dapat bertanggung jawab kepada bawahannya dan melatih

pegawai untuk dapat bertanggung jawab dalam tugas yang diberikan kepada

(29)

yang dilakukannya dan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik kepada

organisasi.

Menurut Suyitno, beberapa faktor yang menghambat dalam pemberda

yaan pegawai diantaranya adalah :

a. Penolakan dilevel pimpinan/ manajer , menyangkut ketidak amanan, ego,

nilai-nilai pribadi, pelatihan manajemen, karakteristik pimpinan, ketidak terlibatan pimpinan, struktur organisasi dan manajemen yang tidak sesuai.

b. Sulitnya waktu belajar. Faktor lain yang dianggap penting dalam

pengelolaan SDM agar dapat kinerja pelayanan yang optimal adalah pemberian kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai. Adapun tujuan diklat bagi pegawai dari memutakhirkan kemampuan dan keterampilan pegawai seiring dengan perkembangan teknologi dalam membantu pemecahan permasalahan dalam organisasi, pengembangan karier, dan orientasi pegawai dalam organisasi.

c. Sedangkan manfaat diklat bagi pegawai adalah meningkatkan kualitas dan

produktivitas, serta meminimalisir waktu dalam memenuhi standar kinerja, menumbuhkan loyalitas dan kerjasama, memenuhi perencaaan SDM, dan pengembangan kemampuan pribadi.

d. Visi organisasi yang tidak jelas. Visi organisasi menjadi syarat penting

dalam merencanakan pemberdayaan pegawai.

e. Keinginan yang tinggi, tindak lanjutnya lemah. Sering dijumpai keinginan

individu dan kelompok cukup tinggi, namun implementasinya sangat lemah karena berbagai faktor internal dan eksternal.

f. Takut berubah. Sering timbul pertanyaan mengapa harus menerapkan

cara-cara baru, kalau cara lama saja kita sudah aman. Individu/ kelompok sudah puas dan nyaman dengan cara kerja yang sudah berjalan. (Suyitno,2002:127)

2.2 Pelayanan

Pelayanan salah satu hal yang tidak terlepas dari kepentingan umum yang

hubungannya saling berkaitan. Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang atau kelompok dalam memberikan kepuasan kepada

yang menerima pelayanan. Pelayanan berlangsung secara rutin dan

berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat. Menurut

(30)

“Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum yang menjadi penduduk negara yang bersangkutan, dilihat dari prosesnya, terjadi interaksi antara yang memberi pelayanan dengan yang diberi pelayanan. Pemerintah sebagai lembaga birokrasi mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, sedangkan masyarakat sebagai pihak yang memberikan mandat kepada pemerintah mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan dari pemerintah” (Saefullah, 1995:5).

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, bahwa pelayanan

merupakan suatu interaksi yang terjadi antara yang memberi pelayanan dengan

diberi pelayanan yang bersangkutan melalui proses dan peran pemerintah

mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dan

masyarakat memporoleh pelayanan dari pemerintah sehingga dalam pemberi

pelayanan dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Mengenai peran dan fungsi pemerintahan dalam pelayanan dijelaskan oleh

Arief Budiman sebagai berikut:

“sebagaimana fungsi pemerintah dalam melakukan pelayanan yang berkaitan dengan kepentingan umum. Negara yang dijalankan melalui

pemerintahannya mempunyai misi tersendiri yaitu menciptakan

masyarakat yang lebih baik dari sekarang” (Budiman dalam Wiryatmi, 1996:2).

Pendapat tersebut di atas menyatakan bahwa kegiatan pelayanan oleh

pemerintah, merupakan fungsi utama sebagai upaya untuk mencapai tujuan

bersama, dengan demikian pemerintah memiliki peran dan fungsi melakukan

pelayanan untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat. Dalam membahas

pengertian pelayanan publik, sebaiknya terlebih dahulu dibahas mengenai

pengertian pelayanan. Sedangkan pengertian pelayanan yang dijelaskan oleh Arief

Budiman dalam Wiryatmi sebagai berikut:

(31)

pemerintahannya mempunyai misi tersendiri yaitu menciptakan masyarakat yang lebih baik dari sekarang” (dalam Wiryatmi, 1996:2).

Sejalan pendapat yang telah dikemukakan di atas menyatakan bahwa,

kegiatan pelayanan oleh pemerintah merupakan fungsi utama sebagai upaya untuk

mencapai tujuan bersama, dengan cara membantu, menyiapkan, mengurus sesuatu

yang diperlukan oleh seseorang. Dengan demikian pemerintah memiliki peran dan

fungsi melakukan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat.

Hal ini sejalan dengan pendapat Normann tentang karakteristik pelayanan,

yaitu meliputi:

1. Pelayanan merupakan suatu produksi yang mempunyai sifat yang tidak

dapat diraba, berbeda dengan barang produksi lain(barang jadi atau barang industri yang berwujud).

2. Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan

pengaruh yang sifatnya adalah tindak sosial.

3. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara

nyata, karena pada umumnya kejadian terjadi bersamaan dan terjadi di tempat yang sama.

(dalam Wiryatmi,1996:6).

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, bahwa pelayanan

adalah membantu untuk menyiapkan atau mengurus apa-apa yang diperlukan

seseorang, dan berhubungan dengan barang dan jasa. Karakteristiknya pelayanan

merupakan suatu produksi yang mempunyai sifat yang tidak dapat diraba,

pelayanan juga kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh

yang sifatnya adalah tindak sosial, serta pelayanan tidak dapat dipisahkan secara

nyata, karena pada umumnya kejadian secra bersamaan den terjadi di tempat yang

(32)

Ratminto berpendapat bahwa pelayanan yang baik hanya akan dapat

diwujudkan apabila :

“Penguatan posisi tawar pengguna jasa pelayanan (masyarakat) mendapatkan prioritas utama. Dengan demikian, pengguna jasa diletakkan di pusat yang mendapatkan dukungan dari a) Kultur organisasi pelayanan yang mengutamakan kepentingan masyarakat, khususnya pengguna jasa, b) Sistem pelayanan dalam organisasi penyelenggara pelayanan, dan c) Sumber daya manusia yang berorientasi pada kepentingan pengguna jasa” (Ratminto,2006:52-53).

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, bahwa pelayanan

yang baik hanya akan dapat diwujudkan apabila penguatan posisi tawar pengguna

jasa pelayanan atau masyarakat mendapatkan prioritas utama, maka diletakan di

pusat yang mendapatkan dukungan dari; kultur organisasi pelayanan yang

mengutamakan kepentingan masyarakat, sistem pelayanan dalam organisasi

penyelenggara pelayanan, dan sumber daya manusia yang berorientasi pada

kepentingan masyarakat.

Pemerintah dalam melayani masyarakat berdasarkan dengan karakteristik

pelayanan yang berlaku. Karakteristik pelayanan diperlukan sebagai bahan acuan

pemerintah dalam malayani masyarakat. Menurut Kotler dalam Napitupulu

menjelaskan beberapa karakteristik pelayanan meliputi:

1. Intangibility (tidak terwujud), tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didengar, dicium sebelum ada transaksi. Pembeli tidak tahu dengan baik hasil

pelayanan (sevice outcome) sebelum pelayanan dikonsumsi.

2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan), dijual lalu diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan karena tidak dapat dipisahkan. Karena itu konsumen ikut berpartisipasi dalam jasa pelayanan. Dengan adanya kehadiran konsumen, pemberi pelayanan berhati-hati interaksi yang terjadi antara penyedia dan pembeli. Keduanya mempengaruhi hasil layanan. 3. Variability (berubah-ubah dan bervariasi), jasa beragam, selalu mengalami

(33)

4. Perishability (cepat hilang, tidak tahan lama), jasa tidak dapat disimpan dan permintaannya berfluktasi. Daya tahan suatu layanan bergantung pada situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor.

(dalam Napitupulu 2007: 164)

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa karakteristik pelayanan merupakan

sesuatu yang tidak terwujud atau dirasakan sebulum adanya transaksi antara

pemberi pelayanan dengan yang menerima pelayanan atau masyarakat. Selain itu,

pelayanan tidak dapat dipisahkan antara pemberi pelayanan dengan yang

menerima pelayanan atau masyarakat dalam hal ini dibutuhkan partisipasi

masyarakat dalam proses pelayanan. Pelayanan mempunyai sifat yang

berubahubah tergantung siapa yang akan melayani karena karakter dan sifat

pemberi pelayanan berbeda-beda. Selanjutnya pelayanan juga sifatnya hanya

sementara tidak tahan lama dan cepat hilang, karena walau bagaimanapun

pelayanan hanya dapat dirasakan dan tidak dapat disimpan serta daya tahan suatu

layanan bergantung pada situasi yang diciptakan oleh beberapa faktor.

Menurut Amin Ibrahim dalam bukunya yang berjudul Teori dan Konsep

Pelayanan Publik Serta Implementasinya, menjelaskan asas-asas pelayanan

meliputi:

1. Hak dan kewajiban, baik bagi pemberi dan penerima pelayanan publik

tersebut, harus jelas dan diketahui dengan baik oleh masing – masing pihak, sehingga tidak ada keragu – raguan dalam pelaksanaannya.

2. Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan

kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar, berdasarkan ketentuan perundang – undangan yang berlaku, dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektifitasnya. (Tentunya kebijakan publik yang melahirkan aturan perundang – undangan atau peraturan daerah tersebut, harus pula menganut prinsip partisipasi masyarakat sejak masukan-proses-hingga pengambilan keputusannya, karena masyarakatlah yang menjadi obyek pelayanan tersebut).

3. Mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus

(34)

kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan (mestinya juga dengan penuh empati dalam pelayanannya).

4. Apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Instansi atau

Lembaga Pemerintah atau Pemerintahan “terpaksa harus mahal”, maka Instansi atau Lembaga Pemerintah atau Pemerintahan yang bersangkutan berkewajiban “memberi peluang” kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya, sesuai dengan peraturan perundang

– undangan yang berlaku (konsep reinventing government dan

banishing bureaucracy). (Ibrahim, 2008 : 19 - 20)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka pelayanan harus memenuhi

asas-asas diantaranya hak dan kewajiban, pengaturan setiap bentuk pelayanan umum

harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk

memperoleh pelayanan, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku, mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus dapat

memberikan keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum dan

apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh instansi atau lembaga

pemerintah atau pemerintahan harus sesuai dengan yang sesungguhnya.

2.3 Informasi

Pelayanan yang diberikan oleh aparatur dapat berupa informasi yang

berguna bagi masyarakat. Keberadaan suatu data sangat menunjang informasi,

karena data merupakan bahan mentah yang diperlukan untuk pengambilan

keputusan. Konsep atau definisi informasi yang dikemukakan oleh Azhar Susanto

sebagai :

(35)

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas bahwa, informasi

merupakan hasil pengolahan data yang memberikan makna atau arti serta berguna

atau bermanfaat bagi penerima informasi yang dapat menjadi berupa informasi.

Untuk lebih meyakinkan bahwa data tidak dapat terlepas dari dari informasi dapat

dilihat dari definisi mengenai informasi. Sedangkan definisi informasi yang

dikemukakan oleh wahyuno, yaitu

“informasi adalah hasil dari pengelolaan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan” (Wahyuno, 2004:3).

Berdasarkan definisi diatas, informasi merupakan data yang telah diproses

sehingga mempunyai arti tertentu bagi penerimanya yang menggambarkan

kejadian-kejadian nyata yang dimana dapat menjadi sebagai alat bantu untuk

melakukan pengambilan keputusan-keputusan. Sejalan dengan pendapat diatas

Siagian juga mengatakan bahwa;

Informasi yang mampu mendukung proses pengambilan keputusan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: lengkap, mutakhir, akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditelusuri untuk digunakan sebagai alat pendukung proses pengambilan keputusan apabila diperlukan (Sagian, 2006:76).

Berdasarkan pendapat diatas, informasi merupakan bagian dari hasil

pengolahan data yang lebih berguna bagi penerimanya dan mempunyai syarat

lengkap, mutakhir, akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa yang

diberikan kepada penerima masyarakat untuk kepentingan bagi suatu penerima

tersebut.

Informasi juga memiliki ciri-ciri yang dikemukanan oleh Abdul Kadir

(36)

1. Benar atau salah, dalam hal ini, informasi berhubungan dengan kebenaran terhadap kenyataan. Jika penerima informasi yang salah dipercaya, maka efeknya seperti kalau infomasi itu benar.

2. Baru, informasi dapat diperbaharui atau memberikan perubahan

terhadap informasi yang telah ada.

3. Tambahan, informasi dapat memperbaharui atau meberikan perubahan

terhaap informasi yang telah ada.

4. Korektif, informasi dapat digunakan untuk melakukan koreksi

terhadap informasi sebelumnya yang salah atau kurang benar.

5. Penegas, informasi dapat mempertegas informasi yang telah ada

sehingga keyakinan terhadap informasi semakin meningkat (Kadir, 2002:34).

Berdasarkan pendapat diatas, informasi merupakan berhubungan dengan

kebenaran data yang diberikan sesuai atau tidak dengan kenyataan yang ada,

informasi yang diberikan dapat berupa pemberharuan suatu informasi yang

diberikan ataupun mengalami tambahan mengenai informasi yang diberikan

sehingga informasi yang diberikan dapat lebih diteliti mengenai informasi tersebut

dan suatu informasi dapat di pertanggungjawabkan tentang informasi yang

diberikan.

Sejalan dengan pendapat diatas, untuk dapat menyajikan informasi yang

terpilih maka harus diketahui sifat-sifat informasi. Menurut Gans dan Gitlin dalam

Liliweri mengemukakan pendapatnya tentang sifat-sifat informasi sebagai berikut:

1) Informasi relevan dan tidak relevan, yang dimaksud dengan informasi

relevan adalah informasi yang ada hubungannya atau ada kepentingan bagi si penerima, sedangkan informasi yang tidak ada atau sedikit kepentingan bagi si penerima.

2) Informasi dapat berguna dan kurang berharga

3) Informasi dapat tepat waktunya dapat pula tidak tepat waktu. Informasi

dikatakan tepat waktu apabila dapat mencapai si penerima sebelum ia melakukan pengambilan keputusan, tetapi apabila informasi tersebut terlambat datangnya setelah keputusan diambil, maka informasi tersebut tidak tepat waktunya.

4) Informasi dapat valid atau tidak valid. Apabila informasi yang diberikan

(37)

merupakan informasi yang tidak valid, sebaliknya bila itu benar maka informasi itu valid.

(Liliweri, 2007:37).

Berdasarkan pendapat diatas, sifat informasi dapat berupa relevan atau tidak

relevan tergantung pada informasi sesuai atau tidak dengan kepentingan bagi

penerima informasi, informasi tersebut dapat berguna bagi penerima apabila penerima

merasa terkait dengan informasi tersebut, informasi dapat tepat waktu dalam

pemilihan keputusan yang mana dapat berguna dalam pengambilan keputusan yang

ada, dan informasi juga dapat valid apabila informasi yang disampaikan benar apa

adanya.

Informasi dapat diterima apabila penyampaian informasi dilakukan dengan

baik. Penyampaian informasi dilakukan dapat melalui suatu media, Fiske dalam

Liliweri membagi media dalam tiga kelompok utama yang disebut sebagai berikut:

1. Presentational media, adalah tampilan wajah, suara, atau alat komunikasi tubuh (anggota tubuh) atau dalam ketegori pesan maka media ini dimasukkan dalam pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi tatap muka.

2. Representational media, adalah media yang diciptakan oleh kreasi manusia, yang termasuk dalam kelompok ini adalah tulisan, gambar, fotografi, komposisi musik, arsitektur, dan lain-lain. Semua jenis media ini memiliki konvensi estetika baik secara teknis maupun praktis.

3. Mechanical media, adalah radio, televisi, video, film, surat kabar dan majalah, telepon yang digunakan untuk memperkuat dua media di atas. Misalnya surat kabar merekam tampilan wajah atau memuat foto seseorang, televisi merekam wajah dan suara, dan video merekam suatu komposisi musik.

(Liliweri, 2007:40).

Berdasarkan pendapat diatas, untuk penyampaian informasi dilakukan melalui

berbagai media yang dimana media tersebut dapat digunakan dalam rangka

memperkenalkan informasi yang ingin diketahui pada hakikatnya, maka perlunya

pemilihan media yang tepat dalam rangka pelaksanaannya agar dapat efektif

(38)

2.4 Hukum

Hukum merupakan salah satu hal yang terpenting dalam pelaksanaan atas

rangkaian kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam

bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak,

sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap

kriminalisasi dalam hukum Hukum pemberi perlindungan terhadap kepentingan

manusia. Oleh karena itu, maka hukum harus dilaksanakan agar kepentingan

manusia tersebut dapat terlindungi. Dalam pelaksanaannya, hukum dapat

berlangsung secara normal dan damai, akan tetapi dapat juga terjadi

pelanggaran-pelanggaran hukum dalam prakteknya. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar

itu harus ditegakkan. Definisi hukum menurut Achmad Ali dalam bukunya yang

berjudul Menguak Realitas Hukum yaitu :

Hukum adalah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa yang salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya oleh pemerintah yang dituangkan baik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yang tidak tertulis yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara keseluruhan dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan tersebut. (Ali, 2008:8)

Berdasarkan pengertian diatas, hukum adalah peraturan yang tertulis

maupun tidak tertulis yang secara mengikat yang mengandung nilai norma-norma

di dalam peraturan yang dimana terdapat sangsi apabila melakukan pelanggaran

yang telah dibuat oleh pelaku pelanggaran. Sedangkan menurut Soeroso dalam

bukunya Pengantar Ilmu Hukum tentang definisi hukum sebagai berikut:

(39)

Berdasarkan pengertian diatas, hukum merupakan sekumpulan peraturan

yang digunakan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat yang dibuat dengan

tujuan agar masyarakat dapat mematuhi peraturan yang telah dibuat dan apabila

peraturan tersebut dilanggar atau tidak dipatuhi dapat dikenakan sangsi dan

peraturan tersebut bersifat memaksa dan harus dipatuhi. Menurut Kansil dalam

bukunya Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia menjelaskan tentang

beberapa unsur hukum sebagai berikut:

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

3. Peraturan itu bersifat memaksa

4. Sangsi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas

(Kansil, 1989:39)

Berdasarkan penjelasan diatas, hukum memiliki unsur yang dimana unsur

tesebut bersifat memaksa dan apabila melakukan pelanggaran hukum akan

dikenakan sangsi yang tegas oleh aparat yang dimana peraturan tersebut dibuat

oleh badan-badan resmi yang memilki kewajiban untuk membuat peraturan

hukum tersebut dan ditujukan kepada seluruh masyarakat yang berkaitan dengan

masalah hukum. Selanjutnya, agar hukum itu dapat dikenal dengan baik, haruslah

mengetahui ciri-ciri hukum. Menurut C.S.T. Kansil, S.H., ciri-ciri hukum adalah

sebagai berikut:

1. Terdapat perintah dan/atau larangan.

2. Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi setiap orang

(Kansil, 1989:39)

Berdasarkan pendapat diatas, ciri-ciri hukum merupakan hukum itu

bersifat perintah atau larangan yang mana harus diterima oleh semua masyarakat

(40)

hukum dapat dilaksanakan dengan tertib sehingga tata tertib dalam masyarakat itu

tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, hukum meliputi

berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur perhubungan orang yang satu

dengan yang lain.

Sesuai dengan penjelasan diatas, pelayanan informasi hukum merupakan

suatu interaksi yang terjadi antara pemberi informasi hukum kepada penerima

informasi hukum yang dimana datanya berupa informasi hukum dan terdapat nilai

norma-norma yang mengatur dan mengikat didalamnya yang diterima oleh

penerima informasi hukum dan dapat berguna dan bermanfaat bagi penerima

informasi hukum. informasi hukum sangat penting untuk kelancaran, dengan

adanya informasi hukum masyarakat dapat mengetahui informasi hukum yang

sedang berlaku saat ini. Informasi hukum juga dapat memberikan kontribusi bagi

kelancaran suatu organisasi pemerintah. Adanya pelayanan informasi hukum,

masyarakat dapat lebih mudah memperoleh informasi mengenai hukum dengan

cepat dan akurat.

Pelayanan informasi hukum yang diberikan berguna untuk meningkatkan

pemahaman dan pengetahuan bagi masyarakat sehingga masyarakat. Adanya

pelayanan informasi hukum yang diberikan dapat memudahkan masyarakat untuk

mengetahui berbagai peraturan yang saat ini berlaku. Pelayanan yang diberikan

mengenai hukum tidak lepas dari penerima pelayanan itu sendiri. Pelayanan yang

diberikan mengenai hukum dapat berubah-ubah sesuai dengan ada pada saat ini.

(41)

55

3.1.Gambaran Umum Masyarakat Kota Bandung

Hukum merupakan landasan penyelenggaraan pemerintahan untuk

memenuhi mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur. Hukum

memberikan perlindungan terhadap kepentingan kepada seluruh manusia tanpa

terkecuali. Oleh karena itu, hukum harus dilaksanakan agar kepentingan

masyarakat dapat tertata dengan rapi agar dengan adanya hukum kehidupan

bermasyarakat dapat berlangsung secara normal dan damai, akan tetapi dalam

prakteknya masih terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum sehingga harus di

tegakkan.

Tingkat kesadaran hukum masyarakat Kota Bandung yang masih rendah

merupakan kendala bagi masyarakat. Kurangnya pemahaman dan kesadaran

masyarakat terhadap hukum yang beraku menimbulkan persoalan dalam

menerpakan kehidupan masyarakat. Masyarakat Kota Bandung sangat

mengharapkan adanya kepastian hukum karena dengan adanya kepastian hukum,

masyarakat Kota Bandung akan lebih tertib dalam menjalani kehidupan

bermasyarakat.

Kota Bandung dalam mewujudkan masyarakat yang adil haruslah hukum

ditegakkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hukum sangat penting bagi

kelangsungan kehidupan antar sesama. Dalam hal ini, masyarakat memperoleh

(42)

merata dalam kehidupan bermasyarakat tidak hanya pada satu golongan atau

orang tertentu saja dapat merasakan kebahagiaan, tetapi seluruh masyarakat Kota

Bandung dapat merasakannya. Masyarakat yang membutuhkan hukum dalam hal

ini adalah orang yang terkait langsung dengan hukum yang sedang di alaminya.

Masyarakat Kota Bandung memiliki jumlah populasi penduduk yang begitu besar,

hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Populasi Penduduk Kota Bandung dan Luas Wilayah

Penduduk Kota Bandung 2.417.584 populasi

Luas wilayah 167,67 km2

Sumber :www.bandung.go.id

Jumlah populasi yang ada di Kota Bandung terdiri dari dari 27 Kecamatan,

diantaranya Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo,

Kecamatan Andir, Kecamatan Cidadap, Kecamatan Coblong, Kecamatan

Bandung Wetan, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kecamatan Cibeunying Kaler,

Kecamatan Sumur Bandung, Kecarnatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Astana

anyar, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kecamatan

Bandung Kulon, Kecamatan Regol, Kecamatan Lengkong, Kecamatan

Batununggal, Kecamatan Kiaracondong, Kecamatan Arcamanik, Kecamatan

Bandung Kidul, Kecamatan Cicadas, Kecamatan Ujungberung, Kecamatan

Rancasari, Kecarnatan Margacinta, Kecamatan Cibiru, dan Kecamatan Antapani.

Masyarakat yang terkait dengan hukum merupakan seluruh masyarakat

yang ada di Kota Bandung. Informasi mengenai hukum sangat dibutuhkan oleh

(43)

masyarakat Kota Bandung yang berkaitan langsung dengan hukum saja, melaikan

informasi hukum sangat dibutuhkan untuk pengetahuan masyarakat guna dalam

pelaksanaannya hukum dapat ditegakkan dengan adil dan semustinya.

3.2.Gambaran Umum Sekretariat Daerah Bagian Hukum dan HAM Kota

Bandung

Sekretariat Daerah Kota Bandung bagian Hukum dan HAM merupakan

unit kerja unsur staf yang secara organisasi mempunyai tugas menyusun dan

merumuskan produk-produk hukum daerah serta menangani masalah yang

berkaitan dengan gugatan terhadap pemerintah kota Bandung. Sekretariat Daerah

Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM mempunyai visi dan misi dalam

pelaksanaannya ialah sebagai berikut:

a) Visi Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM

Adapun visi Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM

yaitu terwujudnya kerangka sistem hukum daerah yang menunjang

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Kota Bandung yang

mengedepankan terciptanya suatu keserasian antara ketertiban, ketentraman, dan

kesejahteraan.

b) Misi Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM

Adapun untuk mencapai visi diatas, maka misi yang diusulkan oleh

Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM adalah:

1. Menyusun peraturan perundang-undangan yang dapat merekayasa

(44)

2. Menciptakan kondisi kota yang tertib dengan upaya penegakan hukum.

3. Mengkaji, menyusun dan mengembangkan peraturan perundang-undangan

untuk mewujudkan good governance.

4. Meningkatkan kinerja dan produktivitas organisasi melalui pelayanan

hukum, informasi dan pengkajian hukum.

3.2.1 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan

HAM

Struktur Organisasi dalam suatu instansi atau organisasi pemerintahan

sangat dibutuhkan keberdaaannya. Struktur organisasi ini dapat dijadikan sebagai

panduan atau panduan dalam pembagian tugas didalam organisasi atau intansi

pemerintahan. Sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing, agar lebih

terarah didalam suatu pelaksanaan suatu program yang telah ditentukan

sebelumnya. Dalam struktur organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian

Hukum dan HAM memiliki susunan organisasi dan rincian tugas dan fungsi yang

dilakukan Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM sebagai

berikut:

3.2.2 Susunan organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan

HAM

Organisasi merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam

menjalankan tugasnya. Organisasi yang ada di Sekretariat Daerah Kota Bandung

(45)

kewajiban aparatur yang maksimal. Struktur organisasi diperlukan dalam

memberikan kemudahan dan memberikan kejelasan dalam bentuk kerangka

mengenai gambaran berbagai hubungan kerja antara aparatur Kantor Sekretariat

Daerah bagian Hukum dan HAM Kota Bandung serta menentukan tugas dan

tanggung jawab berdasarkan jabatan masing-masing anggota dalam suatu wadah

organisasi

Adapun susunan organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandung ialah

sebagai berikut :

1. Sekretariat Daerah

2. Asisten Pemerintahan, terdiri dari :

A. Bagian Pemerintah umum, yang membawahi :

a. Sub Bagian Bina Kecamatan dan Kelurahan

b. Sub Bagian Hubungan Antar Lembaga

c. Sub Bagian Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah

B. Bagian Hukum dan HAM , yang membawahi :

a. Sub Bagian Peraturan Perundang-undangan dan HAM

b. Sub Bagian Bantuan Hukum

c. Sub Bagian Evakuasi dan Dokumentasi Hukum

C. Bagian Organisasi dan Pemberdayaan Aparatur Daerah, yang

membawahi:

a. Sub Bagian Kelembagaan dan Analisa Formasi Jabatan

b. Sub Bagian Ketatalaksanaan

(46)

3. Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan, yang terdiri

dari :

A. Bagian Perekonomian, yang membawahi :

a. Sub Bagian Bina Produksi dan Distribusi

b. Sub Bagian Bina Potensi dan Pengembangan Daya Saing

c. Sub Bagian Pengembangan Usaha daerah

B. Bagian Pembangunan dan SDA, yang membawahi :

a. Sub Bagian Administrasi Pengandalian Program

b. Sub Bagian Bina Sarana dan Prasana

c. Sub Bagian Bina SDA

C. Bagian Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan, yang

membawahi :

a. Sub Bagian Sosial Keagamaan

b. Sub Bagian Kesejahteraan Rakyat

c. Sub Penanggulangan kemiskinan

4. Asisten Administrasi Umum, yang terdiri dari :

A. Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah, yang membawahi :

a. Sub Bagian Keuangan Sekretariat Daerah

b. Sub Bagian Kepegawaian Sekretariat Daerah

c. Sub Bagian Administrasi, Sandi dan Telekomunikasi

B. Bagian Umum dan Perlengkapan, yang membawahi :

a. Sub Bagian Rumah Tangga Pimpinan

(47)

c. Sub Bagian Perlengkapan

5. Kelompok jabatan Fungsional.

Adapun bagan struktur organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandung

Bagian Hukum dan HAM untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai

(48)
(49)

Struktur organisasi dilihat pada gambat 3.1 yang memimpin Kantor

Sekretariat Daerah Kota Bandung adalah kepala Kantor Sekretariat Daerah Kota

Bandung yang mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, menetapkan,

mengatur, serta mengendalikan pelaksanaan kegiatan di Kantor Pertanahan Kota

Bandung. Kepala Kantor Sekretariat Daerah Kota Bandung berarti yang mengatur

serta berwenang dalam pelaksanaan manajemen sumber daya manusia pada

Kantor Sekretariat Daerah Kota Bandung. Pelaksanaan manajemen sumber daya

manusia Kantor Sekretariat Daerah Kota Bandung berdasarkan struktur organisasi

dikelola juga oleh sub bagian Hukum dan HAM. Penerapan Jaringan

Dokumentasi dan Informasi Hukum di Kota Bandung dikelola oleh bagian

Hukum dan HAM di bawah seksi data dan informasi.

3.2.3 Data Kepegawaian Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan

HAM

Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam

menjalankan visi, misi serta tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan pegawai.

Jumlah aparatur yang dimiliki oleh Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian

Hukum dan HAM sebanyak 37 orang yang meliputi 23 orang laki-laki dan 14

orang perempuan. Adapun rincian data kepegawaian Sekretariat Daerah Kota

Bandung bagian Hukum dan HAM berdasarkan tingkat pendidikan,

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3
Gambar 3.2 Halaman Utama Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum
Gambar 3.3 Halaman Pencarian/Penelusuran Produk Hukum Daerah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang selama 18 hari efektif pada bulan Agustus sampai dengan bulan November

Hasil-hasil analisis kontribusi antara ketiga variable bebas terhadap variabel terikat dalam pengujian hipotesis perlu dikaji lebih lanjut dengan memberikan

Di mana, kesimpulan tersebut berdasar pada hasil Global Corruption Barrometer 2013 yang menyatakan bahwa partai politik, polisi, parlemen, peradilan, dan

Madu Lestari kemasan memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan penjualan serta membuat konsumen lebih percaya bahwa madu Sumbawa benar – benar asli

Penelitian ini mempunyai tujuan mengetahui pengaruh, dan menguji secara empiris pengaruh kepemilikan manajemen, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas

Tadlis (penipuan) dalam kualitas termasuk juga menyembunyikan cacat atau kualitas barang yang buruk yang tidak sesuai dengan yang disepakati oleh penjual dan

Nilai Angka Partisipasi Kasar dilihat dari tingkat Sekolah Menengah Pertama yang mempunyai nilai tertinggi terdapat di Kecamatan Slogohimo sbesar 159% yang

pada tanggal 10 Februari 2020 dengan durasi 100 menit dan dihadiri. oleh 20