JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM (JDIH) (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kota Bandung
Bagian Hukum dan HAM)
SKRIPSI
Ditujukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana
Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Disusun oleh:
RIO ALFANDO 41707020
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
vi
(A Study at Law and Human Rights Unit Municipality Regional Secretariat of Bandung)
Globalization is a process of spreading new elements, particularly related to complete information through printed and electronic media. Information may be useful in enriching knowledge on diverse things, one of which is legal information. The implementation of Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum in providing legal information service is still less than optimal because there are still many who even don’t know the existence of Jarigan Dokumentasi dan Informasi Hukum.
The theory used in this research was Sarundajang’s theory on Aparature Empowerment. Aparature empowerment was assessed based on procurement, career guidance, education and training, wage system, and administration management.
The research method used was a descriptive method with a qualitative approach. Data collection techniques used in this research were literature study, field study, and documentation. The informants in this research were the management of Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum of Bandung Municipality Regional Secretariat’s Law and Human Rights Unit who provides legal information. The determination of informants used a purposive technique.
Based on the findings of research it was showed that provision of legal information service by Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum in Law and Human Rights Unit Municipality Regional Secretariat of Bandung was going on properly. It could be seen from procurement aparature in terms of placement and orientation aparature Law and Human Rights Unit Municipality Regional Secretariat of Bandung haven’t been in place. Career guidance aparature Law and Human Rights Unit Municipality Regional Secretariat of Bandung in tern of position and knowledge the absence of benchmark. Education and training aparature Law and Human Rights Unit Municipality Regional Secretariat of Bandung which are given skills training and knowledge is still lacking it could be seen from lack of training provided by routine. Wage system aparature Law and Human Rights Unit Municipality Regional Secretariat of Bandung based onrules
regulations that have beendetermined in and Administration management in providing legal information to services to public has not maximum of low level of satisfaction of services provided.
vii
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur peneliti panjatkan Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat dan ilmu pengetahuan sehingga peneliti dapat menyusun dan
menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Pemberdayaan Aparatur dalam
Memberikan Pelayanan Informasi Hukum melalui Jaringan Dokumentasi dan
Informasi Hukum (JDIH) (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kota
Bandung Bagian Hukum dan HAM) ”.
Penelitian ini diperlukan dalam penyusunan skripsi sebagai salah satu
syarat mendapat gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan dan kelemahan. Maka dari itu
peneliti mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sebagai cerminan
dan introspeksi bagi peneliti.
Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pengumpulan data, penyusunan, dan penyelesaian
penelitian ini. Secara khusus peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada
:
1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu
viii
Komputer Indonesia dan juga sebagai pembimbing bagi peneliti
dalam penyusunan penelitian ini.
3. Dr. Dewi Kurniasih, S.IP., M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi Peneliti
di Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Komputer Indonesia.
4. Rino Adibowo, S.IP selaku Dosen Penguji Skripsi Peneliti di Program
Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia.
5. Tatik Rohmawati, S.IP. selaku Dosen Wali Angkatan 2007 di
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Komputer Indonesia.
6. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah
membantu kelancaran peneliti dalam melaksanakan penelitian.
7. Airinawati, A.Md. Selaku Sekretariat Jurusan, terima kasih atas
bantuannya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Staf Pegawai Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan
HAM yang telah membantu peneliti untuk mendapatkan data dan
informasi.
9. Bapak, Ibu, Kakak dan Adikku tercinta yang sudah memberikan
dorongan dengan do’a, moril maupun materil yang tidak ternilai,
ix
Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan dukungan,
dorongan dan bantuan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
12.Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Hukum angkatan 2008 Universitas
Komputer Indonesia yang telah memberikan semua do’a dan
dorongan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
13.Terima kasih kepada Dewi Oktaviani S.IP selaku teman yang telah
banyak membantu dan memberikan dorongan dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
14.Terima kasih kepada Elvha Reyza selaku teman yang telah
memberikan dorongan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
15.Semua pihak yang telah memberikan dukungan, dorongan dan
bantuan bagi peneliti dalam penyusunan penelitian ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi
peneliti dan bagi pihak Sekretariat Daerah bagian Hukum dan HAM Kota
Bandung serta pembaca pada umumnya.
Bandung, Maret 2012
xi
BAB III OBJEK PENELITIAN ... 55
3.1 Gambaran Umum Masyarakat Kota Bandung ... 55
3.2 Gambaran Umum Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian
Hukum dan HAM ... 57
3.2.1. Struktur Organisasi Sekretariat Derah Kota Bandung
Bagian Hukum dan HAM ... 58
3.2.2. Susunan Organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandun
Bagian Hukum dan HAM ... 58
3.2.3. Data Pegawai Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian
Hukum dan HAM ... 63
3.2.4. Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah
Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM ... 66
3.3 Gambaran umum Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum
Kota Bandung ... 69
3.3.1 Fungsi Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum
Kota Bandung ... 71
3.3.2. Tampilan Program Jaringan Dokumentasi dan
Informasi Hukum yang ada di Kota Bandung ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79
4.1 Pengadaan aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian
Hukum dan HAM dalam memberikan pelayanan informasi
hukum melalui JDIH ... 81
4.1.1 Penarikan Aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung
Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan
xii
4.1.3 Penempatan Aparatur Sekretariat Daerah Kota
Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan
Informasi Hukum melalui JDIH ... 97
4.1.4 Orientasi yang dilakukan oleh Aparatur Sekretariat
Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam
Memberikan Pelayanan Informasi Hukum melalui
JDIH ... 101
4.2 Pembinaan Karir Aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung
Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan Pelayanan
Informasi Hukum Melalui JDIH... 105
4.3 Diklat aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian
Hukum dan HAM dalam Memberikan Pelayanan Informasi
Hukum Melalui JDIH ... 110
4.3.1 Pengembangan Sikap Aparatur Sekretariat Daerah Kota
Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan
Pelayanan Informasi Hukum Melalui JDIH. ... 112
4.3.2 Keterampilan aparatur Sekretariat Daerah Kota
Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan
Pelayanan Informasi Hukum Melalui JDIH ... 115
4.3.3 Pengetahuan Aparatur Sekretariat Daerah Kota
Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan
Pelayanan Informasi Hukum Melalui JDIH ... 118
4.4 Sistem Penggajian Aparatur Sekretariat Daerah Kota
Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan
Pelayanan Informasi Hukum Melalui JDIH ... 122
4.4.1 Prosedur Pembayaran Gaji Sekretariat Daerah Kota
Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan
xiii
Bagian Hukum dan HAM dalam Memberikan Pelayanan
Informasi Hukum Melalui JDIH... 129
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 134
5.1 Kesimpulan ... 134
5.2 Saran ... 135
DAFTAR PUSTAKA ... 137
xiv
Halaman
Table 1.1 Jadwal Penelitian ... 28
Table 3.1 Jumlah Populasi Penduduk Kota Bandung dan Luas Wilayah ... 56
Table 3.2 Jumlah Pegawai dilihat dari tingkat Pendidikan ... 64
Table 3.3 Data Pegawai berdasarkan Pendidikan dan Golongan ... 64
Table 4.1 Rekapitulasi kepuasan pelayanan ... 132
xv
Gambar 1.1 Model Kerangka Pemikiran ... 19
Gambar 3.1 Struktur Organisasi ... 62
Gambar 3.2 Halaman Utama Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum ... 73
Gambar 3.3 Halaman Pencarian/Penelusuran Produk Hukum Daerah ... 75
Gambar 3.4 Halaman Hasil Pencarian/Penelusuran Produk Hukum Daerah ... 76
xvi
Halaman
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 142
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari UNIKOM kepada Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kota Bandung ... 145
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari UNIKOM kepada Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kota Bandung ... 146
Lampiran 4 Surat dari kepada Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kota Bandungyang ditujukan kepada Sekretariat Daerah Bagian Hukum dan HAM Kota Bandung ... 147
Lampiran 5 Surat dari kepada Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kota Bandungyang ditujukan kepada Sekretariat Daerah Bagian Hukum dan HAM Kota Bandung ... 148
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian dari Sekretariat Daerah Bagian Hukum dan HAM Kota Bandung ... 149
Lampiran 7 Daftar Informan ... 150
Lampiran 9 Dokumentasi ... 151
Lampiran 10 Riwayat Hidup ... 153
29
2.1 Pemberdayaan Aparatur
2.1.1 Pemberdayaan
Kualitas aparatur dalam melayani masyarakat dalam hal kemampuan dan
potensi yang dimiliki oleh aparatur haruslah sesuai yang diharapkan, sehingga
dapat meningkatkan produktivitas yang diberikan kepada mayarakat, sehingga
masyarakat senantiasa merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
aparatur pemerintah. Pengetahuan dan kemampuan aparatur pemerintah
merupakan modal yang baik dalam memberikan pelayanan yang dimana dapat
meningkatkan produktivitas aparatur, maka dari itu diperlukan pemberdayaan agar
kualitas aparatur yang ada dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. HAW
Widjaja dalam bukunya yang berjudul Administrasi Kepegawaian Suatu
Pengantar, mengidentifikasikan pengertian atau definisi pemberdayaan yang
dimukakannya sebagai berikut:
“Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri dibidang ekonomi, sosial, agama, dan budaya” (Widjaja, 1995:54)
Berdasarkan pengertian diatas, Pemberdayaan tidak cukup hanya dengan
upaya meningkatkan produktivitas, memberikan kesempatan yang sama untuk
menunjukkan kemampuan dan potensi yang dimiliki, namun juga harus diikuti
di pemerintahan guna untuk pencapaian yang maksimal didapat untuk membentuk jati
diri, harkat, martabat yang dapat bertahan dan mengembangkan diri untuk menjadi
yang lebih baik dalam hal pencapaian tugas dan fungsi pokok dengan secara mandiri
dibidang sosial, budaya, ekonomi, dan agama.
Pendapat lain yang mengemukakan teori pemberdayaan dikemukanan oleh
Cook (dalam Makmur, 2007:119), tentang pemberdayaan terutama bagi anggota
organisasi sebagai berikut:
“Alat untuk memperbaiki kinerja, mulai dari tingkat pimpinan tertinggi sampai kepada tingkat bawahan operasional dlam organisasi. Setiap individu yang memiliki keberdayaan akan mampu menciptakan wajah dan warna organisasi, serta akan mendapatkan kehormatan dan kepercayaan masyarakat” (Makmur, 2007:119)
Berdasarkan pendapat diatas, pemberdayaan sebagai alat untuk
mendapatkan kehormatan dan kepercayaan dalam suatu organisasi yang dimana
dapat mampu menciptakan wajah dan warna baru dalam organisasi sehingga hasil
dari kinerja yang baik akan semakin besar pula agar kinerja dapat menjadi lebih
baik dari sebelumnya karena setiap anggota organisasi, anggota masyarakat,
maupun aparatur pemerintah merasa memiliki tanggungjawab atas yang telah
dilakukannya.
Menurut Prijono dan Pranaka dalam bukunya Pemberdayaan: Konsep
kebijakan menyatakan bahwa pemberdayaan adalah :
“Suatu strategi untuk memperbaiki sumber daya manusia dengan pemberian tanggungjawab dan kewenangan terhadap mereka yang nantinya diharapkan dapat memungkinkan mereka mencapai kinerja yang lebih tinggi di era yang selalu berubah” (Pranaka, 1996:121).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, pemberdayaan
dari sebelumnya dengan harapan dapat meningkatkan motivasi aparatur yang
diberdayakan dengan ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin
berkembangan agar dapat mencapai kinerja yang lebih baik lagi. Begitu pula
halnya dengan pendapat Yudoyono (2001 : 71) lebih memperjelas bahwa :
“Dari sisi aparatur pemerintah, perbaikan kualitas harus dimulai dengan menggunakan suatu sistem yang benar-benar menjamin diperolehnya sumber daya yang memang mempunyai kualitas dasar yang baik,
pembinaan melalui penempatan/penugasan yang mendidik dan
pengembangan melalui program pendidikan dan pelatihan yang memungkinkan tersedianya tenaga-tenaga siap pakai (Yudoyono, 2001:71).
Berdasarkan pendapat diatas, pemberdayaan merupakan suatu proses atau
tujuan untuk memperbaiki kualitas tenaga aparatur menjadi yang lebih baik untuk
menjamin kinerja yang dihasilkan sehingga dapat memperoleh aparatur yang
memiliki kemampuan untuk kepentingan suatu organisasi.
Menurut Sedarmayanti dalam bukunya yang berjudul restrukturisasi dan
Pemberdayaan Organisasi Untuk Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan,
dalam konsep pemberdayaan menampakkan dua kecenderungan ;
1. Pemberdayaan menekankan kepada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat, organisasi, atau individu agar menjadi lebih berdaya. Proses ini sering disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.
2. Menekankan pada proses menstimulasi, mendorong, dan memotivasi
individu agar mempunyai kemampuan atau keberadayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya. Proses ini sering disebut sebagai kecenderungan sekunder dari makna pemberdayaan. (Sedarmayanti, 2000:75)
Berdasarkan penjelasan diatas, pemberdayaan merupakan kecenderungan
proses menuju kekuasaan, kekuatan atau kemampuan individu seseorang agar
kemampuan untuk menentukan apa yang akan menjadi pilihan hidupnya karena
dengan adanya kekuasaan yang dimiliki oleh sesorang akan dapat menduduki
jabatan yang tertinggi untuk menentukan taraf hidup yang lebih baik dari
sebelumnya melalui berbagai proses.
Komponen utama pemberdayaan yang dimaksud adalah anggota aparatur
pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Tujuan atau makna
pemberdayaan ini meliputi :
1. Menciptakan kemandirian dan kepercayaan diri anggota organisai,
pemerintah, maupun anggota masyarakat. Kepercayaan diri dan kemandirian dalam menghadapi berbagai hambatan atau tantangan
hidupdapat melahirkan kekuatan dan ketahanan diri untuk
menggantungkan harapan kepada pihak lain.
2. Memiliki kegesitan dan proaktif, pemberdayaan manusia menciptakan
kegesitan memiliki daya dorong untuk proakif mencari kegiatan yang dapat lebih menguntungkan.
3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan, pengetahuan merupakan sumber
keterampilan dalam melaksananakan suatu kegiatan yang hasilnya lebih menguntungkan.
4. Kepatuhan dan kesadaran, kehidupan manusia senantiasa diatur oleh suatu
ketentuan hidup yang perlu ditaati dan sekedar untuk menciptakan keteraturan dan keharmonisan, baik dalam melakukan kegiatan maupun dalam pergaulan. Kepatuhan dan kesadaran terhadap norma-norma sebagai fundamental kehidupan bermasyarakat, berorganisasi dan sebagainya menjadi terapi yang sangat tepat serta mosaic dalam upaya meningkatkan pemberdayaan, baik pada diri sendiri maupun orang lain.
(Makmur,2007:120-121).
Berdasarkan definisi diatas, pemberdayaan haruslah dapat menciptakan
kemandirian dan kepercayaan akan kemampuan yang dimiliki oleh setiap
aparatur. Aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM
juga dapat melakukan kegiatan dengan cepat dan proaktif dalam melaksanakan
pekerajaan yang telah diberikan. Selain itu, aparatur memiliki pengetahuan yang
dapat hasilnya dapat menjadi lebih baik dari hasil yang sebelumnya. Kepatuhan
dan kesadaran aparatur terhadap peraturan yang ada atau peraturan yang telah
ditetapkan dapat di patuhi dengan semestinya tujuannya agar dapat terciptanya
aparatur yang lebih baik dari sebelumnya dalam kehidupan bermasyarakat,
berorganisasi sehingga norma-norma yang telah ada dapat menjadi acuan dalam
pergaulan aparatur.
2.1.2 Aparatur
Aparatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu
lembaga pemerintahan disamping faktor lain seperti uang, alat-alat yang berbasis
teknologi misalnya komputer dan internet dan merupakan asset yang paling
penting yang harus dimiliki oleh suatu intansi pemerintah yang dimana untuk
menghasilkan kinerja yang lebih baik dan efisien dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Oleh karena itu, sumber
daya aparatur harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi organisasi pemerintahan untuk mewujudkan profesional pegawai dalam
melakukan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeworno Handayaningrat
bahwa:
Aparatur adalah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau Negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan nasional. Aspek organisasi itu terutama pengorganisasian atau kepegawaian (Suwatno, 2001:154).
Berdasarkan pendapat diatas, aparatur merupakan aspek-aspek
administrasi yang diperlukaan oleh pemerintah dalam penyelenggaran
mendapatkan hasil yang diharapkan terutama dalam hal pengorganisasian atau
kepegawaian demi terciptanya aparatur yang profesional dan dapat meningkatkan
produktivitas kinerja pegawai. Sejalan dengan pendapat diatas, pamudji
mendeskripsikan tentang konsep atau definisi mengenai aparatur sebagai berikut :
“sebagai alat atau sarana pemerintahan atau negara untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya yang kemudian terkelompok kedalam, fungsi-fungsi diantaranya pelayanan publik, didalam pengertian aparatur tercakup aspek manusia (personil), kelembagaan (institusi), dan tata laksana” (Pamudji, 2004:21)
Berdasarkan pendapat diatas, aparatur merupakan alat atau serana
pemerintah yang mencakup personil atau orang-orang, kelembagaan institusi dan
tata laksana menjadi satu dalam kelompok untuk memberikan pelayanan secara
baik kepada masyarakat yang dimana hasil dari pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dapat digunakan dan bermanfaat bagi masyarakat. Begitu pula yang di
lakukan oleh aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM
dalam hal meningkatkan memberikan pelayanan informasi.
Sejalan dengan definisi di atas, Dharma Setyawan Salam dalam buku yang
berjudul Manajemen Pemerintahan Indonesia menjelaskan bahwa :
”Aparat Pemerintah adalah pekerja yang digaji pemerintah melaksanakan tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku” (Salam, 2004:169).
Berdasarkan penjelasan diatas, aparatur merupakan pegawai yang digaji
oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas secara teknis berdasarkan
ketentuan yang telah ada dalam rangka melayani masyarakat sesuai dengan
kepada masyarakatan demi terciptanya pelayanan yang baik demi kepentingan
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Sejalan dengan pendapat diatas, koswara mengemukakan pendapatnya
mengenai aparatur pemerintah daerah sebagai berikut :
“Aparatur Pemerintah Daerah adalah, “ Seluruh perangkat Daerah yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah dan tugas pembantuan, termasuk PNS pusat yang diperbantukan kepada Pemerintah Daerah” (Koswara, 2000:259).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, aparatur pemerintah
daerah merupakan semua pegawai yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan
pemerintah pada unit organisasi pemerintah daerah mulai dari pemerintahan yang
tertinggi di Kabupaten/ Kota hingga tingkat terendah di Desa/ Kelurahan.
Selain itu, sejalan dengan Pasal 3 UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang
perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
yang menyatakan bahwa :
“Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur Negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas Negara, pemerintah dan pembangunan.”
Profesional sangat menetukan kemampuan aparatur dalam melakukan
tugas-tugas dan fungsi mereka sesuai dengan bidang-bidang dan tingkatan
masing-masing. Hasil dari tugas yang mereka lakukan ditinjau dari berbagai segi
sesuai dengan objek, porsi, dan bersifat terus menerus dalam kondisi dan situasi
yang telah dilakukan oleh aparatur dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi
Berdasarkan pendapat diatas, aparatur haruslah dapat melaksanakan tugas
dan fungsi penyelenggaran pemerintahan untuk pencapaian tujuan demi
mendapatkan hasil yang diharapkan dalam pengorganisasian untuk mendapatkan
aparatur yang profesional dan mendapatkan gaji dari hasil yang dikerjakan.
Aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM juga
memiliki aparatur yang dapat melaksanakan tugas dalam menyelenggarakan untuk
pencapaian tujuan. Selain itu, aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian
Hukum dan HAM dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui
Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum yang diberikan secara jujur, adil,
dan merata sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang diberikan dengan
baik.
2.1.3 Pemberdayaan Aparatur
Pemberdayaan aparatur tidak dapat terlepas dari kegiatan Manajemen
Sumber Daya Manusi (MSDM) yang di titik beratkan untuk menciptakan aparatur
pemerintah yang berkualitas. Upaya pemberdayaan sumber daya manusia,
khususnya aparatur merupakan salah satu faktor penting yang perlu mendapat
perhatian demi tercapainya tujuan oeganisasi. Pemberdayaan aparatur merupakan
cara untuk mendapatkan aparatur yang berkualitas dan dapat menciptakan
kemandirian dan kepercayaan akan kemampuan yang dimiliki.
Menurut Samodra Wibowo dalam bukunya Negeri-Negeri Nusantara (dari
Modern Hingga Reformasi Administrasi mengemukakan pemberdayaan aparatur
administrasi (birokrasi) atau reformasi kinerja aparatur pemerintah (Wibowo,
2001:200).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, pemberdayaan aparatur
merupakan suatu kinerja aparatur pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas sehingga dapat melakukan perubahan. Definisi pemberdayaan aparatur
juga dikemukakan oleh Widjaja yaitu pemberdayaan aparatur pemerintah segala
usaha untuk lebih meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas umum
pemerintah dan pembangunan (Widjaja, 1995:60).
Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas, pemberdayaan aparatur
merupakan upaya yang dilakukan aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas
pemerintahan untuk meningkatkan kemampuan lebih baik lagi demi tercapainya
pembangunan melalui berbagai usaha yang dilakukan demi terciptanya aparatur
yang memiliki kualitas dan profesional dalam melaksanakan tugas yang telah
diberikan kepada aparatur tersebut.
Menurut Tjipotono mengemukakan pendapatnya tentang pemberdayaan
aparatur sebagai berikut :
“upaya memberikan otonomi, wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat merampungkan tugasnya sebaik mungin. Untuk mewujudkan pemberdayaan yang dimaksud, maka diperlukan perubahan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepegawaian yang meliputi pengandaan, pengembangan, pembinaan, penggajian dan pengawasan (Tjipotono, 1996:108)
Berdasarkan pendapat diatas, pemberdayaan aparatur dilakukan untuk
mendorong aparatur mendapatkan kepercayaan dalam melakukan sesuatu yang
mungkin yang dimana untuk mewujudkan pemberdayaan tersebut dilakukan
melalui pengandaan, pengembangan, pembinaan, penggajian dan pengawasan
yang diperlukan perubahan peraturan perundang-undangan yang mengatur
aparatur untuk memperoleh aparatur yang diharapkan. Untuk mewujudkan
pemberdayaan aparatur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengandaan
Pengandaan diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong, dimulai dari perencanaan (tentunya rencana pengadaan), pengumuman, pelamaran, penyaringan sampai dengan pengangkatan dan penempatan (Zainun, 1996:31).
b. Pengembangan
Pengembangan sumber daya manusia ditujukan untuk mewujudkan manusia pembangunan yang berbudi luhur, tangguh, cerdas, dan terampil, mandiri dan memiliki rasa kesetiakawanan, bekerja keras, produktif, kreatif, dan inovatif, berdisiplin dan berorientasi kemasa depan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik (Tjiptoherijanto dan Abidin, 1993:41)
c. Pembinaan
Pembinaan terhadap PNS atas dasar sistem pembinaan karir dan sistem prestasi kerja dengan adanya tolak ukur yang dijadikan dasar yang terintegrasi terhadap seluruh pegawai negerti sipil (Hasibuan, 1994:134).
d. Penggajian
Penggajian adalah pemberian pembayaran finansial kepada karyawan sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang (Handoko, 1993:218).
e. Pengawasan
Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasnya, dan mengambil tindakan-tindakan koreksi bila diperlukan, untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana
(Sujamto, 1990:17)
Berdasarkan pendapat diatas maka untuk mewujudkan pemberdayaan
aparatur suatu organisasi terdiri dari pengadaan, pengembangan, pembinaan,
penggajian, dan pengawasan. Pengadaan dari suatu organisasi dapat dilihat dari
penyaringan, sampai dengan pengangkatan dan penempatan aparatur kepada
posisi kerja. Pengembanagn suatu organisasi pemerintah dilakukan untuk
mengembangkan jati diri aparatur untuk menjadikan aparatur tersebut menjadi
lebih baik dalam pencapaian tugas. Pembinaan dapat dilihat dari adanya tolak
ukur prestasi kerja yang dihasilkan oleh aparatur yang telah mendapatkan
pembinaan, kemudian adanya gaji yang diterima oleh aparatur pemerintah atas
pekerjaan yang telah dilakukan olehnya dan selanjutnya adanya pengawasan atas
pekerjaan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah apa yang telah dicapai.
Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan diatas, Menurut Sarundajang
dalam bukunya Arus Balik Kekuasaan Pusat dan Daerah mengemukakan
pemberdayaan aparatur yaitu:
Pemberdayaan aparatur adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan melalui pengadaan, pembinaan karir, diklat, sistem penggajian serta pengelolaan administrasi yang dipergunakan kepada pegawai negeri sehingga unsur aparatur Negara diserahi tugas dalam suatu jabatan (Sarundajang, 1997:214).
Berdasarkan definisi diatas, pemberdayaan aparatur pemerintah merupakan
usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan yang dilakukan dengan melalui berbagai proses
atau tahapan yang dilakukan melaui pengadaan, pembinaan karir, diklat, sistem
penggajian, serta pengelolaan administrasi guna terciptanya efektivitas dan
efisiensi aparatur yang diharapkan dan dapat meningkatkan kemajuan dari tujuan
pemerintah dan pembangunan.
Berdasarkan dari pengertian yang telah dikemukakan oleh Sarundajang
a. Pengadaan
Pengadaan aparatur adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, dan orientasi untuk mendapatkan aparatur yang efektif dan efisien untuk membantu pencapaian tujuan suatu instansi pemerintahan (Widjaja, 1995:60)
b. Pembinaan Karir
Pembinaan karir ialah konsekuensi kedudukan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang dalam kehidupan aparatur, dimulai sejak pertama kali diangkat sebagai aparat tetap sampai usia pensiun setelah
mana yang bersangkutan meninggalkan kejayaannya
(Siagian,2001:194). c. Diklat
diklat Dalam Jabatan dilaksanakan untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap PNS agar dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-baiknya (PP No.101 Thn 2000)
d. Sistem Penggajian
Sistem penggajian merupakan suatu sistem dari prosedur dan pencatatan pembayaran gaji secara menyeluruh secara efektif dan efisien yang berguna untuk mempercepat dan tepat dalam penggajian aparatur (Hasibuan, 2003:89).
e. Pengelolaan Administrasi
kegiatan sekelompok manusia melalui tahapan-tahapan yang teratur dan dipimpin secara efektif dan efisien, dengan menggunakan sarana
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
(Musanef,1996:2).
Berdasarkan pendapat diatas, untuk mewujudkan pemberdayaan aparatur
tidak jauh beda dengan yang dikemukanan oleh Tjipotono sebelumnya maka
diperlukan pengandaan, pembinaan karir, diklat, sistem penggajian, dan
pengelolaan administrasi. Pemberdayaan aparatur merupakan upaya yang
dilakukan untuk memperoleh aparatur yang dapat menjalankan tugas sesuai
dengan yang diharapkan untuk memperoleh aparatur yang berkualitas yang
dimana untuk memperoleh aparatur yang berkualitas tersebut melalui berbagai
proses yang dimana proses tersebut dilakukan secara bertahap, secara teratur dan
Tahapan yang telah ditentukan tersebut dimulai dari pengandaan yang
dimana pengandaan ini bertujuan agar formasi yang kosong dapat terisi oleh
aparatur yang baru, kemudian pembinaan karir yang dilakukan agar aparatur
tersebut dapat dibina untuk menempatkan posisi yang harus dikerjakan, kemudian
dilakukannya diklat (pendidikan dan latihan) agar aparatur dapat dikembangkan
melalui pelatihan dan pendidikan yang diberikan kepada aparatur, setelah itu
sistem penggajian yang dimana dilakukan untuk mempermudah pekerjaan
aparatur dalam mengelolah gaji yang diberikan kepada semua aparatur, kemudian
yang terakhir berhubungan dengan sistem administrasi yang dimana untuk
mempermudah pengelolaan data administrasi. Dalam hal ini, aparatur Sekretariat
Daerah Bagian Hukum dan HAM perlu melakukan pemberdayaan aparatur agar
dalam penyampaian informasi yang di berikan kepada masyarakat dapat
disampaikan dengan baik, aparatur Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian
Hukum dan HAM dapat melayani masyarakat untuk mengetahui informasi hukum
melalui Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum di Kota Bandung.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pemberdayaan menurut Siagian
dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu:
1. Membantu para pegawai membuat keputusan dengan lebih baik;
2. Meningkatkan kemampuan para pegawai menyelesaikan berbagai
masalah yang dihadapi;
3. Terjadinya internalisasi dan oprasionalisasi faktor-faktor motivasional;
4. Timbulnya dorongan dalam diri para pegawai untuk meningkatkan
kemampuan kerjanya;
5. Peningkatan kemampuan pegawai dalam mengatasi stress, frustasi, dan
konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya diri sendiri;
6. Tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat
dimanfaatkan oleh para pegawai dalam rangka pertumbuhan masing-masing secara teknikal dan intelektual;
8. Semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang;
9. Semakin besarnya tekat pegawai untuk lebih mandiri; dan
10.Mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas di masa depan.
(Siagian, 1996:184)
Berdasarkan penjelasa diatas, manfaat dari pemberdayaan untuk membuat
pegawai dapat memilih keputusan lebih baik dalam pengambilan keputusan dan
meningkatkan kemampuan aparatur dalam menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapai dan terciptanya internalisasi dan oprasionalisasi antara aparatur dan
memberikan motivasi kepada aparatur yang lainnya sehingga membuat aparatur
menjadi merasa adanya dorongan akan kemampuan yang dapat membuat
kemampuan kerjanya aparatur menimbulkan rasa percaya diri dalam diri sehingga
tekat yang kuat akan tugasnya untuk menjadi lebih baik lagi dalam kerja yang
dilakukannya sehingga meningkatkan kepuasan kerja.
Menurut Atep beberapa hal yang harus dilakukan oleh organisasi
pemerintah pusat dan daerah dalam menerapkan pemberdayaan pegawai, yaitu :
1. Para pemimpin/ manajer dan penyelia membagi tanggung jawabnya
kepada bawahannya.
2. Melatih penyelia dan bawahannya bagaimana pendelegasian dan
menerima tanggung jawab.
3. Melakukan komunikasi dan umpan balik dari pimpinan penyelia kepada
bawahannya.
4. Memberikan penghargaan dan pengakuan sebagai hasil dari evaluasi
kepada pegawai atas jasa dan kontribusinya kepada organisasi. (Atep,2003:75)
Berdasarkan pendapat diatas, dalam menerapkan pemberdayaan pegawai
para pemimpin dapat bertanggung jawab kepada bawahannya dan melatih
pegawai untuk dapat bertanggung jawab dalam tugas yang diberikan kepada
yang dilakukannya dan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik kepada
organisasi.
Menurut Suyitno, beberapa faktor yang menghambat dalam pemberda
yaan pegawai diantaranya adalah :
a. Penolakan dilevel pimpinan/ manajer , menyangkut ketidak amanan, ego,
nilai-nilai pribadi, pelatihan manajemen, karakteristik pimpinan, ketidak terlibatan pimpinan, struktur organisasi dan manajemen yang tidak sesuai.
b. Sulitnya waktu belajar. Faktor lain yang dianggap penting dalam
pengelolaan SDM agar dapat kinerja pelayanan yang optimal adalah pemberian kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai. Adapun tujuan diklat bagi pegawai dari memutakhirkan kemampuan dan keterampilan pegawai seiring dengan perkembangan teknologi dalam membantu pemecahan permasalahan dalam organisasi, pengembangan karier, dan orientasi pegawai dalam organisasi.
c. Sedangkan manfaat diklat bagi pegawai adalah meningkatkan kualitas dan
produktivitas, serta meminimalisir waktu dalam memenuhi standar kinerja, menumbuhkan loyalitas dan kerjasama, memenuhi perencaaan SDM, dan pengembangan kemampuan pribadi.
d. Visi organisasi yang tidak jelas. Visi organisasi menjadi syarat penting
dalam merencanakan pemberdayaan pegawai.
e. Keinginan yang tinggi, tindak lanjutnya lemah. Sering dijumpai keinginan
individu dan kelompok cukup tinggi, namun implementasinya sangat lemah karena berbagai faktor internal dan eksternal.
f. Takut berubah. Sering timbul pertanyaan mengapa harus menerapkan
cara-cara baru, kalau cara lama saja kita sudah aman. Individu/ kelompok sudah puas dan nyaman dengan cara kerja yang sudah berjalan. (Suyitno,2002:127)
2.2 Pelayanan
Pelayanan salah satu hal yang tidak terlepas dari kepentingan umum yang
hubungannya saling berkaitan. Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok dalam memberikan kepuasan kepada
yang menerima pelayanan. Pelayanan berlangsung secara rutin dan
berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat. Menurut
“Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum yang menjadi penduduk negara yang bersangkutan, dilihat dari prosesnya, terjadi interaksi antara yang memberi pelayanan dengan yang diberi pelayanan. Pemerintah sebagai lembaga birokrasi mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, sedangkan masyarakat sebagai pihak yang memberikan mandat kepada pemerintah mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan dari pemerintah” (Saefullah, 1995:5).
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, bahwa pelayanan
merupakan suatu interaksi yang terjadi antara yang memberi pelayanan dengan
diberi pelayanan yang bersangkutan melalui proses dan peran pemerintah
mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
masyarakat memporoleh pelayanan dari pemerintah sehingga dalam pemberi
pelayanan dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Mengenai peran dan fungsi pemerintahan dalam pelayanan dijelaskan oleh
Arief Budiman sebagai berikut:
“sebagaimana fungsi pemerintah dalam melakukan pelayanan yang berkaitan dengan kepentingan umum. Negara yang dijalankan melalui
pemerintahannya mempunyai misi tersendiri yaitu menciptakan
masyarakat yang lebih baik dari sekarang” (Budiman dalam Wiryatmi, 1996:2).
Pendapat tersebut di atas menyatakan bahwa kegiatan pelayanan oleh
pemerintah, merupakan fungsi utama sebagai upaya untuk mencapai tujuan
bersama, dengan demikian pemerintah memiliki peran dan fungsi melakukan
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat. Dalam membahas
pengertian pelayanan publik, sebaiknya terlebih dahulu dibahas mengenai
pengertian pelayanan. Sedangkan pengertian pelayanan yang dijelaskan oleh Arief
Budiman dalam Wiryatmi sebagai berikut:
pemerintahannya mempunyai misi tersendiri yaitu menciptakan masyarakat yang lebih baik dari sekarang” (dalam Wiryatmi, 1996:2).
Sejalan pendapat yang telah dikemukakan di atas menyatakan bahwa,
kegiatan pelayanan oleh pemerintah merupakan fungsi utama sebagai upaya untuk
mencapai tujuan bersama, dengan cara membantu, menyiapkan, mengurus sesuatu
yang diperlukan oleh seseorang. Dengan demikian pemerintah memiliki peran dan
fungsi melakukan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat.
Hal ini sejalan dengan pendapat Normann tentang karakteristik pelayanan,
yaitu meliputi:
1. Pelayanan merupakan suatu produksi yang mempunyai sifat yang tidak
dapat diraba, berbeda dengan barang produksi lain(barang jadi atau barang industri yang berwujud).
2. Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan
pengaruh yang sifatnya adalah tindak sosial.
3. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara
nyata, karena pada umumnya kejadian terjadi bersamaan dan terjadi di tempat yang sama.
(dalam Wiryatmi,1996:6).
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, bahwa pelayanan
adalah membantu untuk menyiapkan atau mengurus apa-apa yang diperlukan
seseorang, dan berhubungan dengan barang dan jasa. Karakteristiknya pelayanan
merupakan suatu produksi yang mempunyai sifat yang tidak dapat diraba,
pelayanan juga kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh
yang sifatnya adalah tindak sosial, serta pelayanan tidak dapat dipisahkan secara
nyata, karena pada umumnya kejadian secra bersamaan den terjadi di tempat yang
Ratminto berpendapat bahwa pelayanan yang baik hanya akan dapat
diwujudkan apabila :
“Penguatan posisi tawar pengguna jasa pelayanan (masyarakat) mendapatkan prioritas utama. Dengan demikian, pengguna jasa diletakkan di pusat yang mendapatkan dukungan dari a) Kultur organisasi pelayanan yang mengutamakan kepentingan masyarakat, khususnya pengguna jasa, b) Sistem pelayanan dalam organisasi penyelenggara pelayanan, dan c) Sumber daya manusia yang berorientasi pada kepentingan pengguna jasa” (Ratminto,2006:52-53).
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, bahwa pelayanan
yang baik hanya akan dapat diwujudkan apabila penguatan posisi tawar pengguna
jasa pelayanan atau masyarakat mendapatkan prioritas utama, maka diletakan di
pusat yang mendapatkan dukungan dari; kultur organisasi pelayanan yang
mengutamakan kepentingan masyarakat, sistem pelayanan dalam organisasi
penyelenggara pelayanan, dan sumber daya manusia yang berorientasi pada
kepentingan masyarakat.
Pemerintah dalam melayani masyarakat berdasarkan dengan karakteristik
pelayanan yang berlaku. Karakteristik pelayanan diperlukan sebagai bahan acuan
pemerintah dalam malayani masyarakat. Menurut Kotler dalam Napitupulu
menjelaskan beberapa karakteristik pelayanan meliputi:
1. Intangibility (tidak terwujud), tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didengar, dicium sebelum ada transaksi. Pembeli tidak tahu dengan baik hasil
pelayanan (sevice outcome) sebelum pelayanan dikonsumsi.
2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan), dijual lalu diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan karena tidak dapat dipisahkan. Karena itu konsumen ikut berpartisipasi dalam jasa pelayanan. Dengan adanya kehadiran konsumen, pemberi pelayanan berhati-hati interaksi yang terjadi antara penyedia dan pembeli. Keduanya mempengaruhi hasil layanan. 3. Variability (berubah-ubah dan bervariasi), jasa beragam, selalu mengalami
4. Perishability (cepat hilang, tidak tahan lama), jasa tidak dapat disimpan dan permintaannya berfluktasi. Daya tahan suatu layanan bergantung pada situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor.
(dalam Napitupulu 2007: 164)
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa karakteristik pelayanan merupakan
sesuatu yang tidak terwujud atau dirasakan sebulum adanya transaksi antara
pemberi pelayanan dengan yang menerima pelayanan atau masyarakat. Selain itu,
pelayanan tidak dapat dipisahkan antara pemberi pelayanan dengan yang
menerima pelayanan atau masyarakat dalam hal ini dibutuhkan partisipasi
masyarakat dalam proses pelayanan. Pelayanan mempunyai sifat yang
berubahubah tergantung siapa yang akan melayani karena karakter dan sifat
pemberi pelayanan berbeda-beda. Selanjutnya pelayanan juga sifatnya hanya
sementara tidak tahan lama dan cepat hilang, karena walau bagaimanapun
pelayanan hanya dapat dirasakan dan tidak dapat disimpan serta daya tahan suatu
layanan bergantung pada situasi yang diciptakan oleh beberapa faktor.
Menurut Amin Ibrahim dalam bukunya yang berjudul Teori dan Konsep
Pelayanan Publik Serta Implementasinya, menjelaskan asas-asas pelayanan
meliputi:
1. Hak dan kewajiban, baik bagi pemberi dan penerima pelayanan publik
tersebut, harus jelas dan diketahui dengan baik oleh masing – masing pihak, sehingga tidak ada keragu – raguan dalam pelaksanaannya.
2. Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan
kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar, berdasarkan ketentuan perundang – undangan yang berlaku, dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektifitasnya. (Tentunya kebijakan publik yang melahirkan aturan perundang – undangan atau peraturan daerah tersebut, harus pula menganut prinsip partisipasi masyarakat sejak masukan-proses-hingga pengambilan keputusannya, karena masyarakatlah yang menjadi obyek pelayanan tersebut).
3. Mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus
kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan (mestinya juga dengan penuh empati dalam pelayanannya).
4. Apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Instansi atau
Lembaga Pemerintah atau Pemerintahan “terpaksa harus mahal”, maka Instansi atau Lembaga Pemerintah atau Pemerintahan yang bersangkutan berkewajiban “memberi peluang” kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya, sesuai dengan peraturan perundang
– undangan yang berlaku (konsep reinventing government dan
banishing bureaucracy). (Ibrahim, 2008 : 19 - 20)
Berdasarkan penjelasan diatas, maka pelayanan harus memenuhi
asas-asas diantaranya hak dan kewajiban, pengaturan setiap bentuk pelayanan umum
harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk
memperoleh pelayanan, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku, mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus dapat
memberikan keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum dan
apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh instansi atau lembaga
pemerintah atau pemerintahan harus sesuai dengan yang sesungguhnya.
2.3 Informasi
Pelayanan yang diberikan oleh aparatur dapat berupa informasi yang
berguna bagi masyarakat. Keberadaan suatu data sangat menunjang informasi,
karena data merupakan bahan mentah yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan. Konsep atau definisi informasi yang dikemukakan oleh Azhar Susanto
sebagai :
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas bahwa, informasi
merupakan hasil pengolahan data yang memberikan makna atau arti serta berguna
atau bermanfaat bagi penerima informasi yang dapat menjadi berupa informasi.
Untuk lebih meyakinkan bahwa data tidak dapat terlepas dari dari informasi dapat
dilihat dari definisi mengenai informasi. Sedangkan definisi informasi yang
dikemukakan oleh wahyuno, yaitu
“informasi adalah hasil dari pengelolaan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan” (Wahyuno, 2004:3).
Berdasarkan definisi diatas, informasi merupakan data yang telah diproses
sehingga mempunyai arti tertentu bagi penerimanya yang menggambarkan
kejadian-kejadian nyata yang dimana dapat menjadi sebagai alat bantu untuk
melakukan pengambilan keputusan-keputusan. Sejalan dengan pendapat diatas
Siagian juga mengatakan bahwa;
Informasi yang mampu mendukung proses pengambilan keputusan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: lengkap, mutakhir, akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditelusuri untuk digunakan sebagai alat pendukung proses pengambilan keputusan apabila diperlukan (Sagian, 2006:76).
Berdasarkan pendapat diatas, informasi merupakan bagian dari hasil
pengolahan data yang lebih berguna bagi penerimanya dan mempunyai syarat
lengkap, mutakhir, akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa yang
diberikan kepada penerima masyarakat untuk kepentingan bagi suatu penerima
tersebut.
Informasi juga memiliki ciri-ciri yang dikemukanan oleh Abdul Kadir
1. Benar atau salah, dalam hal ini, informasi berhubungan dengan kebenaran terhadap kenyataan. Jika penerima informasi yang salah dipercaya, maka efeknya seperti kalau infomasi itu benar.
2. Baru, informasi dapat diperbaharui atau memberikan perubahan
terhadap informasi yang telah ada.
3. Tambahan, informasi dapat memperbaharui atau meberikan perubahan
terhaap informasi yang telah ada.
4. Korektif, informasi dapat digunakan untuk melakukan koreksi
terhadap informasi sebelumnya yang salah atau kurang benar.
5. Penegas, informasi dapat mempertegas informasi yang telah ada
sehingga keyakinan terhadap informasi semakin meningkat (Kadir, 2002:34).
Berdasarkan pendapat diatas, informasi merupakan berhubungan dengan
kebenaran data yang diberikan sesuai atau tidak dengan kenyataan yang ada,
informasi yang diberikan dapat berupa pemberharuan suatu informasi yang
diberikan ataupun mengalami tambahan mengenai informasi yang diberikan
sehingga informasi yang diberikan dapat lebih diteliti mengenai informasi tersebut
dan suatu informasi dapat di pertanggungjawabkan tentang informasi yang
diberikan.
Sejalan dengan pendapat diatas, untuk dapat menyajikan informasi yang
terpilih maka harus diketahui sifat-sifat informasi. Menurut Gans dan Gitlin dalam
Liliweri mengemukakan pendapatnya tentang sifat-sifat informasi sebagai berikut:
1) Informasi relevan dan tidak relevan, yang dimaksud dengan informasi
relevan adalah informasi yang ada hubungannya atau ada kepentingan bagi si penerima, sedangkan informasi yang tidak ada atau sedikit kepentingan bagi si penerima.
2) Informasi dapat berguna dan kurang berharga
3) Informasi dapat tepat waktunya dapat pula tidak tepat waktu. Informasi
dikatakan tepat waktu apabila dapat mencapai si penerima sebelum ia melakukan pengambilan keputusan, tetapi apabila informasi tersebut terlambat datangnya setelah keputusan diambil, maka informasi tersebut tidak tepat waktunya.
4) Informasi dapat valid atau tidak valid. Apabila informasi yang diberikan
merupakan informasi yang tidak valid, sebaliknya bila itu benar maka informasi itu valid.
(Liliweri, 2007:37).
Berdasarkan pendapat diatas, sifat informasi dapat berupa relevan atau tidak
relevan tergantung pada informasi sesuai atau tidak dengan kepentingan bagi
penerima informasi, informasi tersebut dapat berguna bagi penerima apabila penerima
merasa terkait dengan informasi tersebut, informasi dapat tepat waktu dalam
pemilihan keputusan yang mana dapat berguna dalam pengambilan keputusan yang
ada, dan informasi juga dapat valid apabila informasi yang disampaikan benar apa
adanya.
Informasi dapat diterima apabila penyampaian informasi dilakukan dengan
baik. Penyampaian informasi dilakukan dapat melalui suatu media, Fiske dalam
Liliweri membagi media dalam tiga kelompok utama yang disebut sebagai berikut:
1. Presentational media, adalah tampilan wajah, suara, atau alat komunikasi tubuh (anggota tubuh) atau dalam ketegori pesan maka media ini dimasukkan dalam pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi tatap muka.
2. Representational media, adalah media yang diciptakan oleh kreasi manusia, yang termasuk dalam kelompok ini adalah tulisan, gambar, fotografi, komposisi musik, arsitektur, dan lain-lain. Semua jenis media ini memiliki konvensi estetika baik secara teknis maupun praktis.
3. Mechanical media, adalah radio, televisi, video, film, surat kabar dan majalah, telepon yang digunakan untuk memperkuat dua media di atas. Misalnya surat kabar merekam tampilan wajah atau memuat foto seseorang, televisi merekam wajah dan suara, dan video merekam suatu komposisi musik.
(Liliweri, 2007:40).
Berdasarkan pendapat diatas, untuk penyampaian informasi dilakukan melalui
berbagai media yang dimana media tersebut dapat digunakan dalam rangka
memperkenalkan informasi yang ingin diketahui pada hakikatnya, maka perlunya
pemilihan media yang tepat dalam rangka pelaksanaannya agar dapat efektif
2.4 Hukum
Hukum merupakan salah satu hal yang terpenting dalam pelaksanaan atas
rangkaian kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam
bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak,
sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap
kriminalisasi dalam hukum Hukum pemberi perlindungan terhadap kepentingan
manusia. Oleh karena itu, maka hukum harus dilaksanakan agar kepentingan
manusia tersebut dapat terlindungi. Dalam pelaksanaannya, hukum dapat
berlangsung secara normal dan damai, akan tetapi dapat juga terjadi
pelanggaran-pelanggaran hukum dalam prakteknya. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar
itu harus ditegakkan. Definisi hukum menurut Achmad Ali dalam bukunya yang
berjudul Menguak Realitas Hukum yaitu :
Hukum adalah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa yang salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya oleh pemerintah yang dituangkan baik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yang tidak tertulis yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara keseluruhan dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan tersebut. (Ali, 2008:8)
Berdasarkan pengertian diatas, hukum adalah peraturan yang tertulis
maupun tidak tertulis yang secara mengikat yang mengandung nilai norma-norma
di dalam peraturan yang dimana terdapat sangsi apabila melakukan pelanggaran
yang telah dibuat oleh pelaku pelanggaran. Sedangkan menurut Soeroso dalam
bukunya Pengantar Ilmu Hukum tentang definisi hukum sebagai berikut:
Berdasarkan pengertian diatas, hukum merupakan sekumpulan peraturan
yang digunakan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat yang dibuat dengan
tujuan agar masyarakat dapat mematuhi peraturan yang telah dibuat dan apabila
peraturan tersebut dilanggar atau tidak dipatuhi dapat dikenakan sangsi dan
peraturan tersebut bersifat memaksa dan harus dipatuhi. Menurut Kansil dalam
bukunya Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia menjelaskan tentang
beberapa unsur hukum sebagai berikut:
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
3. Peraturan itu bersifat memaksa
4. Sangsi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas
(Kansil, 1989:39)
Berdasarkan penjelasan diatas, hukum memiliki unsur yang dimana unsur
tesebut bersifat memaksa dan apabila melakukan pelanggaran hukum akan
dikenakan sangsi yang tegas oleh aparat yang dimana peraturan tersebut dibuat
oleh badan-badan resmi yang memilki kewajiban untuk membuat peraturan
hukum tersebut dan ditujukan kepada seluruh masyarakat yang berkaitan dengan
masalah hukum. Selanjutnya, agar hukum itu dapat dikenal dengan baik, haruslah
mengetahui ciri-ciri hukum. Menurut C.S.T. Kansil, S.H., ciri-ciri hukum adalah
sebagai berikut:
1. Terdapat perintah dan/atau larangan.
2. Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi setiap orang
(Kansil, 1989:39)
Berdasarkan pendapat diatas, ciri-ciri hukum merupakan hukum itu
bersifat perintah atau larangan yang mana harus diterima oleh semua masyarakat
hukum dapat dilaksanakan dengan tertib sehingga tata tertib dalam masyarakat itu
tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, hukum meliputi
berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur perhubungan orang yang satu
dengan yang lain.
Sesuai dengan penjelasan diatas, pelayanan informasi hukum merupakan
suatu interaksi yang terjadi antara pemberi informasi hukum kepada penerima
informasi hukum yang dimana datanya berupa informasi hukum dan terdapat nilai
norma-norma yang mengatur dan mengikat didalamnya yang diterima oleh
penerima informasi hukum dan dapat berguna dan bermanfaat bagi penerima
informasi hukum. informasi hukum sangat penting untuk kelancaran, dengan
adanya informasi hukum masyarakat dapat mengetahui informasi hukum yang
sedang berlaku saat ini. Informasi hukum juga dapat memberikan kontribusi bagi
kelancaran suatu organisasi pemerintah. Adanya pelayanan informasi hukum,
masyarakat dapat lebih mudah memperoleh informasi mengenai hukum dengan
cepat dan akurat.
Pelayanan informasi hukum yang diberikan berguna untuk meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan bagi masyarakat sehingga masyarakat. Adanya
pelayanan informasi hukum yang diberikan dapat memudahkan masyarakat untuk
mengetahui berbagai peraturan yang saat ini berlaku. Pelayanan yang diberikan
mengenai hukum tidak lepas dari penerima pelayanan itu sendiri. Pelayanan yang
diberikan mengenai hukum dapat berubah-ubah sesuai dengan ada pada saat ini.
55
3.1.Gambaran Umum Masyarakat Kota Bandung
Hukum merupakan landasan penyelenggaraan pemerintahan untuk
memenuhi mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur. Hukum
memberikan perlindungan terhadap kepentingan kepada seluruh manusia tanpa
terkecuali. Oleh karena itu, hukum harus dilaksanakan agar kepentingan
masyarakat dapat tertata dengan rapi agar dengan adanya hukum kehidupan
bermasyarakat dapat berlangsung secara normal dan damai, akan tetapi dalam
prakteknya masih terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum sehingga harus di
tegakkan.
Tingkat kesadaran hukum masyarakat Kota Bandung yang masih rendah
merupakan kendala bagi masyarakat. Kurangnya pemahaman dan kesadaran
masyarakat terhadap hukum yang beraku menimbulkan persoalan dalam
menerpakan kehidupan masyarakat. Masyarakat Kota Bandung sangat
mengharapkan adanya kepastian hukum karena dengan adanya kepastian hukum,
masyarakat Kota Bandung akan lebih tertib dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat.
Kota Bandung dalam mewujudkan masyarakat yang adil haruslah hukum
ditegakkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hukum sangat penting bagi
kelangsungan kehidupan antar sesama. Dalam hal ini, masyarakat memperoleh
merata dalam kehidupan bermasyarakat tidak hanya pada satu golongan atau
orang tertentu saja dapat merasakan kebahagiaan, tetapi seluruh masyarakat Kota
Bandung dapat merasakannya. Masyarakat yang membutuhkan hukum dalam hal
ini adalah orang yang terkait langsung dengan hukum yang sedang di alaminya.
Masyarakat Kota Bandung memiliki jumlah populasi penduduk yang begitu besar,
hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jumlah Populasi Penduduk Kota Bandung dan Luas Wilayah
Penduduk Kota Bandung 2.417.584 populasi
Luas wilayah 167,67 km2
Sumber :www.bandung.go.id
Jumlah populasi yang ada di Kota Bandung terdiri dari dari 27 Kecamatan,
diantaranya Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo,
Kecamatan Andir, Kecamatan Cidadap, Kecamatan Coblong, Kecamatan
Bandung Wetan, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kecamatan Cibeunying Kaler,
Kecamatan Sumur Bandung, Kecarnatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Astana
anyar, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kecamatan
Bandung Kulon, Kecamatan Regol, Kecamatan Lengkong, Kecamatan
Batununggal, Kecamatan Kiaracondong, Kecamatan Arcamanik, Kecamatan
Bandung Kidul, Kecamatan Cicadas, Kecamatan Ujungberung, Kecamatan
Rancasari, Kecarnatan Margacinta, Kecamatan Cibiru, dan Kecamatan Antapani.
Masyarakat yang terkait dengan hukum merupakan seluruh masyarakat
yang ada di Kota Bandung. Informasi mengenai hukum sangat dibutuhkan oleh
masyarakat Kota Bandung yang berkaitan langsung dengan hukum saja, melaikan
informasi hukum sangat dibutuhkan untuk pengetahuan masyarakat guna dalam
pelaksanaannya hukum dapat ditegakkan dengan adil dan semustinya.
3.2.Gambaran Umum Sekretariat Daerah Bagian Hukum dan HAM Kota
Bandung
Sekretariat Daerah Kota Bandung bagian Hukum dan HAM merupakan
unit kerja unsur staf yang secara organisasi mempunyai tugas menyusun dan
merumuskan produk-produk hukum daerah serta menangani masalah yang
berkaitan dengan gugatan terhadap pemerintah kota Bandung. Sekretariat Daerah
Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM mempunyai visi dan misi dalam
pelaksanaannya ialah sebagai berikut:
a) Visi Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM
Adapun visi Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM
yaitu terwujudnya kerangka sistem hukum daerah yang menunjang
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Kota Bandung yang
mengedepankan terciptanya suatu keserasian antara ketertiban, ketentraman, dan
kesejahteraan.
b) Misi Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM
Adapun untuk mencapai visi diatas, maka misi yang diusulkan oleh
Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM adalah:
1. Menyusun peraturan perundang-undangan yang dapat merekayasa
2. Menciptakan kondisi kota yang tertib dengan upaya penegakan hukum.
3. Mengkaji, menyusun dan mengembangkan peraturan perundang-undangan
untuk mewujudkan good governance.
4. Meningkatkan kinerja dan produktivitas organisasi melalui pelayanan
hukum, informasi dan pengkajian hukum.
3.2.1 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan
HAM
Struktur Organisasi dalam suatu instansi atau organisasi pemerintahan
sangat dibutuhkan keberdaaannya. Struktur organisasi ini dapat dijadikan sebagai
panduan atau panduan dalam pembagian tugas didalam organisasi atau intansi
pemerintahan. Sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing, agar lebih
terarah didalam suatu pelaksanaan suatu program yang telah ditentukan
sebelumnya. Dalam struktur organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian
Hukum dan HAM memiliki susunan organisasi dan rincian tugas dan fungsi yang
dilakukan Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM sebagai
berikut:
3.2.2 Susunan organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan
HAM
Organisasi merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam
menjalankan tugasnya. Organisasi yang ada di Sekretariat Daerah Kota Bandung
kewajiban aparatur yang maksimal. Struktur organisasi diperlukan dalam
memberikan kemudahan dan memberikan kejelasan dalam bentuk kerangka
mengenai gambaran berbagai hubungan kerja antara aparatur Kantor Sekretariat
Daerah bagian Hukum dan HAM Kota Bandung serta menentukan tugas dan
tanggung jawab berdasarkan jabatan masing-masing anggota dalam suatu wadah
organisasi
Adapun susunan organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandung ialah
sebagai berikut :
1. Sekretariat Daerah
2. Asisten Pemerintahan, terdiri dari :
A. Bagian Pemerintah umum, yang membawahi :
a. Sub Bagian Bina Kecamatan dan Kelurahan
b. Sub Bagian Hubungan Antar Lembaga
c. Sub Bagian Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah
B. Bagian Hukum dan HAM , yang membawahi :
a. Sub Bagian Peraturan Perundang-undangan dan HAM
b. Sub Bagian Bantuan Hukum
c. Sub Bagian Evakuasi dan Dokumentasi Hukum
C. Bagian Organisasi dan Pemberdayaan Aparatur Daerah, yang
membawahi:
a. Sub Bagian Kelembagaan dan Analisa Formasi Jabatan
b. Sub Bagian Ketatalaksanaan
3. Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan, yang terdiri
dari :
A. Bagian Perekonomian, yang membawahi :
a. Sub Bagian Bina Produksi dan Distribusi
b. Sub Bagian Bina Potensi dan Pengembangan Daya Saing
c. Sub Bagian Pengembangan Usaha daerah
B. Bagian Pembangunan dan SDA, yang membawahi :
a. Sub Bagian Administrasi Pengandalian Program
b. Sub Bagian Bina Sarana dan Prasana
c. Sub Bagian Bina SDA
C. Bagian Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan, yang
membawahi :
a. Sub Bagian Sosial Keagamaan
b. Sub Bagian Kesejahteraan Rakyat
c. Sub Penanggulangan kemiskinan
4. Asisten Administrasi Umum, yang terdiri dari :
A. Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah, yang membawahi :
a. Sub Bagian Keuangan Sekretariat Daerah
b. Sub Bagian Kepegawaian Sekretariat Daerah
c. Sub Bagian Administrasi, Sandi dan Telekomunikasi
B. Bagian Umum dan Perlengkapan, yang membawahi :
a. Sub Bagian Rumah Tangga Pimpinan
c. Sub Bagian Perlengkapan
5. Kelompok jabatan Fungsional.
Adapun bagan struktur organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandung
Bagian Hukum dan HAM untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai
Struktur organisasi dilihat pada gambat 3.1 yang memimpin Kantor
Sekretariat Daerah Kota Bandung adalah kepala Kantor Sekretariat Daerah Kota
Bandung yang mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, menetapkan,
mengatur, serta mengendalikan pelaksanaan kegiatan di Kantor Pertanahan Kota
Bandung. Kepala Kantor Sekretariat Daerah Kota Bandung berarti yang mengatur
serta berwenang dalam pelaksanaan manajemen sumber daya manusia pada
Kantor Sekretariat Daerah Kota Bandung. Pelaksanaan manajemen sumber daya
manusia Kantor Sekretariat Daerah Kota Bandung berdasarkan struktur organisasi
dikelola juga oleh sub bagian Hukum dan HAM. Penerapan Jaringan
Dokumentasi dan Informasi Hukum di Kota Bandung dikelola oleh bagian
Hukum dan HAM di bawah seksi data dan informasi.
3.2.3 Data Kepegawaian Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan
HAM
Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian Hukum dan HAM dalam
menjalankan visi, misi serta tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan pegawai.
Jumlah aparatur yang dimiliki oleh Sekretariat Daerah Kota Bandung Bagian
Hukum dan HAM sebanyak 37 orang yang meliputi 23 orang laki-laki dan 14
orang perempuan. Adapun rincian data kepegawaian Sekretariat Daerah Kota
Bandung bagian Hukum dan HAM berdasarkan tingkat pendidikan,