• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara spiritualitas dengan kinerja karyawan PT.Heriromadiali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara spiritualitas dengan kinerja karyawan PT.Heriromadiali"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Herly Novitasari

NIM : 106070002245

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Spiritualitas Dengan Kinerja Karyawan PT. Heriromadiali” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan karya orang lain

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 21 Juni 2010

Herly Novitasari NIM : 106070002245

(2)

(B) Juni 2010

(C) Herly Novitasari

(D) Hubungan Antara Spiritualitas Dengan Kinerja Karyawan PT. Heriromadiali.

(E) xi + 62 Halaman + 8 lampiran

(F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara spiritualitas (Meaning, connected, transcendence, value, becoming) dengan kinerja karyawan PT. Heriromadiali. Dalam sebuah perusahaan, kinerja para karyawan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan. Spiritualitas dapat meningkatkan kinerja karyawan, dikarenakan dengan nilai-nilai spiritualitas, maka terjadi perubahan sikap mental karyawan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional pada karyawan PT. Heriromadiali, dimana populasi berjumlah 180 karyawan dengan jumlah sampel dalam penelitian ini melibatkan 60 karyawan yang ditentukan dengan menggunakan teknik simple random sampling, yaitu metode yang memberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.

Untuk instrumen pengumpulan data, digunakan skala spiritualitas dan skala kinerja. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik regresi berganda dengan menggunakan program SPSS versi 16,0 pada komputer.

(3)
(4)

ii Bismillahirahmanirrahiim

Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam, yang telah menghamparkan bumi tanpa batas dan mendirikan langit tanpa tiang penyangga, yang menguasai kerajaan langit dan bumi, yang memberikan begitu banyak kenikmatan iman, kenikmatan islam, dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Shalawat teriring salam kepada qudwah hasanah, Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan kita mengenai indahnya nilai-nilai islam, yang membawa risalah kebenaran kepada umat manusia, membawa cahaya kebenaran, rahmatan lil’alamin, kepada keluarga beliau, dan para sahabatnya serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Syukur Alhamdullilah dihaturkan atas terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

2. Dosen-dosen pembimbing yaitu Bapak Prof.DR.Abdul Mujib,M. Ag dan Bapak Miftahuddin M.Si yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan saran dengan kesabaran serta memberikan dukungan yang membuat penulis merasa sangat beruntung karena arahan dan bimbingan yang diberikan terasa sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Cholilludin, MA selaku Dosen pembimbing akademik.

(5)

iii

6. Direktur PT. Heriromadiali dengan seluruh jajaran staffnya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian disana.

7. Kedua orang tua penulis, papa yang penulis yakin walau tidak banyak kata yang diucapkan namun selalu mendoakan dalam setiap shalatnya. Juga untuk mama yang sangat mahir dalam memberikan dukungan kepada penulis serta meyakinkan bahwa mama memiliki kekuatan berupa doa seorang ibu kepada anaknya.

8. Aa yang dengan perhatian dan pengorbanannya selalu bersedia memberikan bantuan disaat penulis membutuhkannya. Mia dan icha, kedua adik yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dengan bertanya kapan kakak lulus kuliah. Engkong yang dengan baik selalu bersedia membantu saat penulis membutuhkannya, juga untuk bibi yang juga turut mendoakan penulis agar dimudahkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua keluarga besar yang telah mendoakan penulis.

10. Keluarga besar LDK SYAHID UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan LDK Komda Psikologi yang dengan adanya kalian, penulis mendapatkan banyak pengalaman dari arti sebuah persahabatan, perjuangan, dan pengorbanan.

11. Keluarga besar Kongres Mahasiswa Universitas (KMU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2007-2008.

12. Keluarga besar Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2008-2009.

(6)

iv

anis terima kasih untuk dukungan dan kerjasama yang terjalin dengan baik.

16. Teman-teman kelompok KKL dan keluarga besar RSKJDG, dimana kita melewatkan waktu bersama dan belajar memahami tentang makna kehidupan dan dinamika sebuah persahabatan. 17. Teman-teman fakultas psikologi angkatan 2006, khususnya kelas C dan juga sahabat-sahabat, teh Erna, Wenny, ka Indra, teh Ina, ka Hari, Mira, Tika, Diana, Nuy, dan Reta, yang turut merangkai guratan-guratan garis kenangan di kanvas hidup penulis, yang dengannya jadi lebih terasa penuh warna.

18. Teman-teman kostan ibu Zul, mba liya, mba zum, nurul, arie haura, eni, reni, kaha, ida, huda, nisa dan mayang dimana kita menghabiskan waktu bersama di kostan dalam suka dan duka. 19. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral serta pengertian

mereka penulis bisa menyelesaikan laporan ini. Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan yag berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberika manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca

Jakarta, Juni 2010

(7)

Halaman LEMBAR PENGESAHAN SIDANG …………...

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUQASYAH……… ABSTRAK ……….

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 7

1.4 Sistematika Penulisan …. ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Kinerja Karyawan ... 10

2.1.1 Pengertian Kinerja ………... 10

2.1.2 Aspek-Aspek Kinerja Karyawan... 12

2.1.3 Faktor-Faktor Kinerja Karyawan... 14

(8)

2.2.1 Pengertian Spiritualitas... 23

2.2.2 Aspek-Aspek Spiritualitas... 24

2.2.3 Faktor-faktor spiritualitas... 26

2.3 Kerangka Berpikir ... 29

2.4 Hipotesis ……….. 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 32

3.2 Variabel Penelitian ... 33

3.2.1 Definisi Konseptual ……….. 33

3.2.2 Definisi Operasional ………. 34

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

3.3.1 Populasi Penelitian ... 34

3.3.2 Sampel penelitian ... 35

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel……….... 35

3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4.1 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data... 36

3.4.2 Instrumen Penelitian ………... 37

3.4.3 Teknik Uji Instrumen Penelitian ………. 38

3.4 Teknik Analisa data ……… 40

3.5 Prosedur Penelitian ………. 41

(9)

4.2 Presentasi Data ………. 44

4.2.1 Deskripsi Statistik ……… 44

4.2.2 Kategorisasi Skor Penelitian ……… 45

4.2.3 Uji Persyaratan ……… 46

4.2.3.1 Uji Normalitas ……….. 46

4.3 Hasil Penelitian ………... 49

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ……… 56

5.1 Kesimpulan ……… 56

5.2 Diskusi ………. 56

5.3 Saran ……… 59

5.3.1 Saran Teoritis ……… 59

5.3.2 Saran Praktis ………. 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(10)

Tabel 3.1 Nilai Skor Jawaban ……….. 36

Tabel 3.2 Blue Print Spiritualitas ………. 37

Tabel 3.3 Blue Print Kinerja Karyawan………. 38

Tabel 3.4 Kaidah Reliabilitas Guilford ………. 39

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Skor Spiritualitas dan kinerja Karyawan ……….. 44 Tabel 4.2 Komposisi Respoden Berdasarkan Pengkategorisasian Skor Spiritualitas ……… 45 Tabel 4.3 Komposisi Respoden Berdasarkan Pengkategorisasian Skor Kinerja ……… 46 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skala Spiritualitas dan Skala Kinerja ….………….. 47 Tabel 4.5 Hasil pengujian Hipotesis Dengan Aspek-aspek Spiritualitas (meaning, connected, transcendence, value, becoming) dengan kinerja karyawan ………. 50 Tabel 4.6 Proporsi Spiritualitas (meaning, connected, transcendence, value, becoming) terhadap kinerja karyawan…………...……… 51 Tabel 4.7 Koefisien regresi………..…..……… 52

(11)

Nama Gambar Halaman Gambar 2.1 Dimensi Kinerja ... 12

Gambar 2.2 The Diamond of Self and Others ……….. 26

(12)

Nama Gambar Halaman Grafik 4.1 Scatterplot Skala Spiritualitas... 48 Gambar 2.2 Scatterplot Skala Kinerja... 49

(13)

xi

• Surat izin penelitian Try Out

• Surat Izin Penelitian

• Hasil Perhitungan Validitas

• Reliabilitas

• Data Mentah Try Out

• Data mentah Penelitian

• Uji Normalitas & Deskripsi statistic

(14)

yang sangat kucintai dan juga seluruh keluarga

besar.

MOTTO

(15)

KARYAWAN PT. HERIROMADIALI

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana

Disusun oleh:

Herly Novitasari

106070002245

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kualitas hasil dari

sebuah perusahaan, turut berperan dalam menentukan bertahan atau tidaknya

perusahaan dalam suatu kompetisi yang terjadi di dalam dunia bisnis. Perusahaan

merupakan wadah interaksi dari berbagai komponen, seperti sumber daya manusia,

sumber daya finansial, sumber daya fisik, dan sumber daya informasi.

Interaksi-interaksi tersebut tentunya diwujudkan guna mencapai tujuan perusahaan.

Di sebagian besar organisasi, kinerja para karyawan individual merupakan faktor

utama yang menentukan keberhasilan organisasional. Dengan kinerja yang tinggi

diharapkan dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi kinerja dan

kemajuan perusahaan. Kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja terampil di dalam berbagai

bidang sudah merupakan tuntutan dunia global yang tidak dapat ditunda. Terlebih

dimasa krisis yang melanda, maka seharusnya kesadaran bahwa adanya tuntutan

untuk membuat perencanaan pengembangan SDM yang berkualitas (Rivai, 2005).

Selain karyawan dalam organisasi dapat menjadi keunggulan bersaing, mereka

juga bisa menjadi liabilitas atau penghambat (Robert dan John, 2009). Dengan

demikian, karyawan sebagai sumber yang produktif dan terbina dapat diarahkan

(17)

Perusahaan dapat dikatakan berhasil dilihat dari sejauhmana perusahaan tersebut

mampu menghasilkan produktivitas tinggi, dimana modal utama dari keberhasilan

sebuah perusahaan dalam hal produktivitas ialah sumber daya manusianya. Hal ini

disebabkan, pertama, besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja sebagai

bagian dari biaya yang terbesar untuk pengadaan produk atau jasa: kedua, masukan

pada sumber daya manusia lebih mudah dihitung daripada masukan-masukan lain,

seperti modal. Menghitung berapa jumlah karyawan (lepas dari masalah perbedaan

keterampilan dan intensitas kerja) dan jumlah jam kerja mereka jauh lebih mudah

daripada mencari informasi mengenai faktor-faktor produksi lainnya. Disamping itu,

perlu pula diingat bahwa kemajuan teknologi yang mempermudah cara pembuatan

barang berasal dari perkembangan faktor tenaga kerja (lebih dari faktor lain

manapun), maka kedudukan tenaga kerja sebagai unsur pengukur produktivitas

nampaknya semakin sulit digoyahkan. (Rozenweig dan Fremon, 1991).

Kinerja individu adalah kesediaan seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan

dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya. (Rivai, 2005). Kinerja

adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu

tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional

perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert dalam

Rivai, 2009).

Rivai (2005) menyebutkan bahwa kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor

(18)

pembatasan, perhatian pada setiap kegiatan, usaha, ketekunan, ketaatan, kesediaan

untuk berkorban dan memiliki standar yang jelas.

Muafi (2003) dalam jurnalnya menuliskan bahwa Abraham Maslow mengakui,

untuk mencapai aktualisasi diri adalah dengan cara memuaskan empat kebutuhan

yang berada pada tingkatan yang ada di bawahnya. Orang yang mengaktualisasikan

diri lebih didorong oleh metamotivasi (metamotivation). Nampaknya ada kontribusi

yang besar tentang pentingnya spiritual seseorang yang berpengaruh pada psikis

seseorang dalam bekerja, di mana secara signifikan akan berpengaruh dengan

peningkatan kinerjanya (McCormick., Donald W, 1994; Strawbridge, William J. et al,

1997; Mitroff, Ian I., Elizabeth A Denton, 1999; Lewis, Jefrey S., Gary D. Geroy,

2000). Pada kenyataannya, secara umum karyawan terus didorong oleh

kebutuhan-kebutuhan universal yang tersusun mulai tingkat yang paling bawah sampai dengan

yang tertinggi dan biasanya cenderung mengabaikan kebutuhan spiritual dalam

hidupnya. Masalahnya adalah karyawan sebagai individu cenderung selalui ingin

melayani kepentingannya sendiri dan bila mereka tidak berbuat demikian maka

perilaku mereka dapat dikatakan tidak kondusif bagi efisiensi yang optimal dalam

penggunaan sumber daya (Chapra, 2000). Negara-negara Eropa yang demokratis,

aman dan makmur, juga Amerika serikat yang menguasai ekonomi dunia, merupakan

negara-negara yang selalu mengalami kegoncangan jiwa. Hal ini disebabkan karena

mereka lebih menekankan pada dimensi luar tingkah laku manusia dan mengabaikan

dimensi spiritualitas (Fromm, 1960 dalam Mursi, 1997; Najati, 1982; Lewis, Jefrey

(19)

Dalam konteks manusia sebagai subjek hidup, terkait dengan kinerja karyawan

dalam sebuah perusahaan, bahwa dalam proses pencapaian tujuan perusahaan,

manusia menjadi elemen pokok dalam aktivitas pencapaian tujuan tersebut.

Kecanggihan mesin-mesin teknologi mutakhir dalam sebuah perusahaan akan

menjadi sia – sia jika manusianya tidak memiliki sikap mental dalam melaksanakan

proses produksi. Manusia sebagai komponen pokok dalam aktivitas produksi tidak

pernah diberikan porsi seimbang, sehingga dalam melakukan proses kerjanya,

karyawan merasa tenang, nyaman dan aman, artinya memiliki sikap mental yang baik

dalam berproduksi, yaitu memiliki, tanggung jawab kerja, sebagai wujud sense of

belonging dan sense of responsibility terhadap perusahaan dimana dia bekerja.

Bekerja merupakan kegiatan manusia untuk mengubah keadaan tertentu dari

suatu alam lingkungan. Perubahan itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan,

mempertahankan hidup, dan memelihara hidup yang pada dasarnya semuanya untuk

memenuhi tujuan hidup. Tujuan hidup melalui bekerja meliputi tujuan yang khusus

dan pengelompokkan kerja yang menimbulkan rasa berprestasi (sense of

accomplishment) dalam diri individu pekerja tersebut sehingga melalui bekerja dan pertumbuhan pengalaman, seseorang akan memperoleh kemajuan dalam hidupnya.

Dalam proses bekerja itulah, seseorang dapat dilihat bagaimana kinerjanya (Rivai,

2005).

Dalam kaitannya dengan kepentingan perusahaan, faktor manusia (karyawan)

sebagai salah satu komponen produksi menjadi sentral dalam aktivitas produksi.

(20)

hukum (peraturan) berupaya mengolah dan mengelola manusia ini dalam rangka

meningkatkan kinerja karyawan. Sebuah organisasi (perusahaan) tidak dapat lepas

dari sistem nilai, maka perusahaan harus membangun sistem nilai ini, dalam kerangka

membangun perilaku karyawan secara mendasar, bukan sekedar reka budaya yang

terkait dengan logika dan cara pandang rasionalitas semata, dan hanya menggunakan

parameter untung rugi, tetapi diperlukan sistem nilai yang sangat terkait dengan nilai

– nilai keyakinan atas sebuah kebenaran agama dan kepercayaan. Dalam budaya

kerja, potensi keyakinan ini atau yang disebut sistem nilai ini, dapat menjadi

pendorong yang paling kuat terhadap segala aktivitas hidup, termasuk bekerja.

Sistem nilai sebuah perusahaan yang sudah baik, akan melahirkan prilaku atau

sikap mental karyawan yang baik, sikap mental ini akan nampak dalam proses

interaksi produksi karyawan yang satu dengan karyawan lainnya, misalnya, seorang

karyawan yang mampu memisahkan permasalahan pribadi dan tugas kerja,

kemampuan menghargai sesama karyawan, kemampuan bersikap respect pada atasan,

kemampuan menahan diri dari masalah yang dihadapi dalam proses produksi,

kemampuan menghargai kelebihan rekan kerja, kemampuan sadar atas kelemahan

diri sendiri dan sikap sosial lainnya yang terkait secara emosional.

Swinton and Pattison dalam Gilbert (2007) mendefinisikan bahwa Spiritualitas

diartikan sebagai aspek penting dalam eksistensi manusia yang berhubungan dengan

struktur yang memberikan makna secara signifikan dan mengarahkan hidup

seseorang dan dapat membantu seseorang menghadapi perubahan dalam hidup. Hal

(21)

bermakna, cinta dan kesadaran akan nilai-nilai suci. Ini mungkin atau tidak mungkin

berkaitan dengan sistem agama secara khusus.

Danah Zohar dan Ian Marshall (2005) mengatakan bahwa manusia, organisasi,

dan budaya yang memiliki atau menerapkan unsur spiritualitas akan lebih lestari,

karena mereka mengembangkan sifat-sifat yang mencakup visi yang lebih luas dan

berbasis nilai, kepedulian dan empati global, pemikiran jangka-panjang, spontanitas

(yang berarti juga fleksibilitas), kesanggupan untuk bertindak berdasarkan

keyakinan-keyakinan terdalam, kemampuan untuk berkembang di tengah-tengah keragaman,

dan kesanggupan untuk belajar dan mengambil segi positif dari kemalangan. Dalam

semangat yang serupa dengan spiritualitas, maka hal tersebut yang digunakan untuk

merengkuh makna, nilai, dan tujuan terdalam.

Dalam sebuah jurnal ” Journal of Management Inquiry” 2007; Driscoll and

Wiebe tentang “Technical Spirituality at Work: Jacques Ellul on Workplace

Spirituality” dituliskan bahwa dalam studi yang telah dilakukan tentang literatur spiritualitas ditemukan bahwa dari sebagian besar hasil penelitiannya dapat

ditemukan atau di ambil hipotesa tentang hubungan antara spiritualitas dengan kinerja

organisasi. (Dent & Higgins, 2005). Beberapa penelitian ini juga mempertimbangkan

bahwa spiritualitas dapat mempengaruhi profitabilitas dan nilai shareholders. (e.g.,

Milliman, Czaplewski, & Ferguson, 2003; Thompson, 2000).

Oleh karena itulah, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara

(22)

menanamkan nilai-nilai spiritualitas dalam bekerja, maka karyawan (individu)

tersebut akan memiliki kinerja yang lebih baik. Begitupun sebaliknya, jika karyawan

(individu) tidak menanamkan nilai-nilai spiritualitas dalam dirinya ketika bekerja,

maka hal tersebut mengurangi dirinya untuk menjadi pekerja dengan reputasi kinerja

yang baik.

1.2.Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1. Pembatasan Masalah

Spiritualitas adalah aspek penting berupa semangat atau energi dalam diri

seseorang yang dapat memberikan makna secara signifikan dan mengarahkan

hidup seseorang untuk mencapai eksistensi diri.

Kinerja adalah kemampuan seseorang dalam mencapai hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya.

1.2.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan

antara spiritualitas (Meaning, connected, transcendence, value, becoming) dengan kinerja karyawan PT. Heriromadiali?”.

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian

(23)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara spiritualitas

(Meaning, connected, transcendence, value, becoming)dengan kinerja karyawan PT. Heriromadiali.

1.3.2Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan ilmu

pengetahuan khazanah psikologi pada umumnya dan pada bidang kajian

psikologi industri organisasi pada khususnya.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini memberikan atau berperan sebagai salah satu

solusi yang bisa diterapkan disebuah perusahaan, sehingga perusahaan

tersebut dapat mengupayakan usaha-usaha baru untuk lebih meningkatkan

kinerja karyawan di perusahaan/ organisasi.

1.4. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi beberapa bagian bab untuk

(24)

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang penjelasan latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Pembahasan mengenai spiritualitas dan kinerja karyawan.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Meliputi pendekatan dan metode penelitian, definisi konseptual variabel

dan operasional variabel, teknik pengambilan sampel, pengumpulan data yaitu

metode dan instrument penelitian, teknik uji instrument, teknik analisis data

dan prosedur penelitian.

BAB IV: HASIL PENELITIAN,

Terdiri dari hasil penelitian, uji persyaratan dan pengujian hipotesis.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kinerja Karyawan

2.1.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil karya personal baik kuantitas maupun

kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu

maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada

personel yang memangku jabatan (fungsional maupun structural, tetapi juga

kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 2002).

Menurut Helfert dalam Rivai (2009) kinerja adalah suatu tampilan keadaan

secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau

prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam

memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki. Kinerja merupakan suatu

istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau keseluruhan tindakan atau

aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah

standar seperti biaya-biaya masa lalu yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi,

pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya. Sedangkan

menurut Mulyadi adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional

organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan

(26)

Definisi kinerja karyawan yang dikemukakan bambang Kusriyanto adalah

”perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan

waktu (lazimnya per jam). Eausino Cardosa Games mengemukakan definisi

kinerja karyawan sebagai ” ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas

sering dihubungkan dengan produktivitas”. Selanjutnya kinerja karyawan adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya (Mangkunegara, 2000).

Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A),

motivasi atau motivation (M) dan peluang atau opportunity (O), yaitu :

Kinerja = f (A x M x O)

Artinya kinerja merupakan fungsi dan kemampuan, motivasi dan peluang

(Robbins, 2001).

Berdasarkan beberapa definisi mengenai kinerja di atas, maka penulis

menyimpulkan bahwa kinerja adalah kemampuan seseorang dalam mencapai

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan tugas sesuai

(27)

2.1.2 Aspek-Aspek Kinerja Karyawan

Menurut Robbins (2001) Kinerja sebagai fungsi interaksi antara

kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M) dan peluang atau

opportunity (O), yaitu kinerja = f (A x M x O).

© 2007 Prentice Hall Inc. All rights reserved.

Performance =

f

(A x M x O)

Source: Adapted from M. Blumberg and C.D. Pringle, “The Missing Opportunity Organizational Research: Some Implications for a Theory of Work Performance,” Academy of Management Review, October 1982, p. 565.

in

E X H I B I T 6–9

Gambar 2.1 Dimensi Kinerja

Sumber: Organisational Behavior

(28)

1. Aspek kemampuan (Ability)

Menurut Gibson, Ivancevich dan Donnely (2000), ability ialah karakter yang

menyebabkan seseorang mampu melakukan sesuatu baik secara psikologis

maupun fisiologis. Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2000)

kemampuan terdiri dari knowledge + skill sehingga ability termasuk pendidikan

yang memadai untuk pekerjaan dan terampil dalam mengerjakan tugas

sehari-hari. Dengan demikian perlu juga untuk menempatkan karyawan sesuai dengan

keahliannya.

2. Aspek Motivasi (Motivation)

Robbins (1992) mengatakan salah satu dari pengertian definisi (tanpa

mengurangi makna substansinya) ialah bersemangat untuk melakukan sesuatu,

dan merupakan kondisi yang disebabkan oleh kemampuan bertindak untuk

kepuasan beberapa kebutuhan. Menurut Mangkunegara (2000) Motivasi

diartikan sebagai suatu (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja

(situation) di lingkungan organisasinya.

3. Aspek Peluang (Opportunity)

Peluang merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-rintangan yang

mengendalakan karyawan itu (Rivai, 2005). Mangkunegara (2000) memiliki

pendapat yang sama dengan teori konvergensi dari Willian Stern yang

(29)

organisasi yang dimaksud ialah kondisi fisik meliputi sistem kerja, peraturan. Dan

perlengkapan kerja meliputi sistem upah dan pelatihan.

2.1.3 Faktor-Faktor Kinerja Karyawan

Proses kinerja dalam sebuah perusahaan atau organisasi dapat dipengaruhi

oleh banyak faktor. Menurut Rivai (2005) berikut adalah faktor-faktor yang

terkait dengan kinerja, yaitu:

a. Kebutuhan yang dibuat pekerja.

Kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu

sendiri ialah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa

suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan

mampu memuaskan kebutuhannya

b. Tujuan yang khusus.

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan organisasi untuk dicapai. Setiap

organisasi, tim ataupun individu dapat menentukan tujuannya sendiri. Sesuai

dengan jenjang organisasi yang dimiliki, selanjutnya tujuan yang dirumuskan

dirinci lebih lanjut menjadi tujuan di tingkat yang lebih rendah. Apabila orang

mengetahui dan memahami apa yang diharapkan dari mereka dan mengambil

bagian dalam membentuk harapan tersebut, mereka akan memberikan usaha

(30)

c. Komitmen

Menurut Wibowo (2007) bawahan akan meningkat kinerjanya apabila

mempunyai komitmen terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya.

d. Umpan balik

Umpan balik memungkinkan pengalaman yang diperoleh dari pekerjaan

oleh individu dipergunakan untuk memodifikasi tujuan organisasi. Dengan

demikian, umpan balik juga dapat dipergunakan untuk meninjau kembali

perencanaan kinerja (Wibowo, 2007).

e. Situasi

Kinerja suatu organisasi juga dipengaruhi oleh lingkungan kerja atau

situasi kerja dimana situasinya dapat memberikan kenyamanan sehingga

mendorong kinerja karyawan. Juga termasuk bagaimana kondisi hubungan

antarmanusia di dalam organisasi, baik antara atasan dengan bawahan maupun

diantara rekan sekerja (Wibowo, 2007).

f. Pembatasan.

Sistem penilaian memerlukan standar kinerja yang mencerminkan

seberapa jauh keberhasilan sebuah pekerjaan telah berhasil dicapai. Agar

efektif, standar perlu berhubungan dengan hasil yang diinginkan dari tiap

(31)

menganalisis hubungannya dengan kinerja karyawan saat sekarang. Untuk

menjaga akuntabilitas karyawan, harus ada peraturan-peraturan tertulis dan

diberitahukan kepada karyawan (Rivai, 2009).

g. Ketekunan.

Menurut Robert dan John (2006) banyak faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan individual, usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi

yang diterimanya. Sebagian unit SDM dalam organisasi ada untuk

menganalisis dan menyampaikan bidang ini. Peran yang sebenarnya dari unit

SDM dalam organisasi ”seharusnya” tergantung pada apa yang diharapkan

oleh manajemen atas. Sehubungan dengan fungsi manajemen manapun,

aktivitas manajemen SDM harus dikembangkan, di evaluasi, dan diubah bila

perlu sehingga mereka dapat memberikan kontribusi pada kinerja kompetitif

organisasi dan individu di tempat kerja.

Menurut A. Dale Timple dalam Mangkunegara (2000), faktor-faktor kinerja

terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disporsisional)

yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, misalnya seseorang itu

tipe pekerja keras. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

seseorang yang berasal dari lingkungan seperti perilaku, sikap dan

tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.

Faktor internal dan faktor eksternal ini merupakan jenis-jenis atribusi yang

(32)

Menurut Mangkunegara (2000),Kinerja individu akan tercapai apabila

didukung oleh atribut (individu), upaya kerja (work effort) dan dukungan

organisasi.

2.1.4 Langkah-langkah peningkatan kinerja

Robert Bacal dalam Mangkunegara (2000) menerangkan 24 (dua puluh

empat) poin praktis untuk meningkatkan kinerja karyawan sebagai berikut:

1. Membuat pola pikir yang modern.

Pimpinan harus meninggalkan cara dan gagasan lama tentang cara

menyelesaikan pekerjaan, seperti mengancam, membujuk, mengintimidasi,

menyalahkan, menyerang kepribadian dan sikap karyawan. Pimpinan

menggunakan pola pikir yang modern dengan tujuan mengoptimalkan

keberhasilan karyawan atau kelompok kerja dengan memberikan panutan

dalam hal waktu dan usaha, membegi tanggung jawab dengan komunikasi dua

arah dan menemukan kebijaksanaan karyawan.

2. Kenali manfaat.

Para manajer biasanya cenderung melompati proses manajemen kinerja

karena belum mengerti akan manfaatnya. Padahal manajemen kinerja dapat

digunakan untuk memastikan bahwa setiap pekerjaan karyawan berkontribusi

bagi sasaran kelompok kerja, sehingga dapat mengurangi pengawasan,

meningkatkan produktivitas, dan tindakan mendokumentasikan masalah

(33)

3. Kelola kinerja

Yang paling penting ialah merencanakan kinerja dan

mengkomunikasikannya berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data yang

dimiliki termasuk rintangan-rintangan atau hambatan yang telah dan akan

dihadapi.

4. Bekerjalah bersama karyawan.

Karyawan merupakan kontributor sejajar dalam proses manajemen

kinerja, karena karyawan harus menjadi peserta aktif dan antusias dengan

menjalankan setiap proses kerja sesuai dengan ketentuan yang telah

diinformasikan sehingga keterlibatannya akan membangun rasa memiliki dan

tanggung jawab. Dalam hal ini, karyawan tidak merasa diperintah sehingga

konfrontasi atau konflikpun akan berkurang.

5. Rencanakan secara tepat dengan sasaran jelas.

Perencanaan kinerja yang tepat dan sasaran yang jelas sehingga dapat

diukur dalam hasil pencapaiannya sehingga karyawan mengerti tujuan mana

yang paling penting dan yang kurang penting untuk menentukan prioritas

pekerjaan yang akan dilakukan.

6. Satukan sasaran karyawan.

Keseluruhan proses manajemen kinerja akhirnya akan menjadi usaha

yang sia-sia bila sasaran dan tanggung jawab karyawan tidak langsung

dihubungkan dengan sasaran dan misi kelompok kerja. Logikanya adalah bila

tiap karyawan mencapai sasaran maka kelompok kerjanya juga mencapai

(34)

organisasi secara keseluruhan, sehingga semua karyawan akan terlibat, dan

memperoleh lebih banyak kepuasan dalam melakukan pekerjaannya.

7. Tentukan insentif kinerja.

Insentif sedikit berbeda dengan imbalan yang akan selalu diberikan bila

karyawan melakukan kinerja normal, sedangkan insentif bila melakukan

pekerjaan dengan kinerja yang luar biasa. Bentuk insentif bisa berupa bonus,

pertimbangan promosi, atau sedikit kenaikan upah.

8. Jadilah orang yang mudah ditemui.

Komunikasi yang dilakukan secara dua arah merupakan tulang punggung

manajemen kinerja yang efektif dimana komunikasi harus diarahkan pada

pengenalan dan pemecahan bukannya untuk menyalahkan. Dengan demikian,

karyawan percaya dan dengan tanggapan pada setiap masalah yang dilakukan

akan didapatkan informasi terus menerus yang berguna untuk menghilangkan

hambatan-hambatan pada proses pekerjaan untuk mencapai sasaran organisasi

yang telah ditetapkan.

9. Berfokuslah pada komunikasi.

Komunikasi merupakan bagian penting untuk membangun relasi dan

menciptakan suatu kerjasama yang harmonis.

10.Lakukan tatap muka.

Penggunaan teknologi seperti sistem informasi berbasis computer yang

dikembangkan memang bermanfaat untuk mempercepat proses pekerjaan

yang dilakukan. Tetapi, jangan sampai program computer mengurangi

(35)

karena program computer hanya berguna untuk menyimpan informasi dan

data yang relevan serta mempercepat proses kerja.

11.Hindarkan resiko pemeringkatan.

Pemeringkatan tidak selalu berhubungan dengan perilaku spesifik

sehingga akan bersifat subjektif dan kadang tidak memberikan informasi yang

spesifik. Karena itu jelaskan arti dari setiap peringkat sebelum pemerngkatan

dilakukan dan diskusikan maknanya sera tanyakan pemahamannya pada

setiap karyawan mengenai pemeringkatan tersebut.

12.Jangan lakukan penggolongan.

Penggolongan karyawan sebagai salah satu ukuran produktivitas tidaklah

lumrah, karena sistem ini dalam jangka pendek akan mendorong sebagian

karyawan untuk bekerja lebih keras, aktif dan sebagian lagi sebaliknya,

sehingga akan mengganggu kerja karyawan lain.

13.Persiapkan penilaian.

Peninjaun kinerja harus dipersiapkan secara detail mulai dari sistem

manajemen kinerja, seperti deskripsi pekerjaan, tanggung jawab kerja,

rencana kerja yang terlaksana berdasarkan dokumentasi yang ada dan terkait

satu sama lain.

14.Awali tinjauan secara benar.

Penilaian kinerja bagi karyawan merupakan pengalaman yang tidak

menyenangkan, karena menganggap penilaian tidak membantu karyawan

dalam mencapai sasaran pekerjaan. Oleh karena itu, ciptakanlah iklim dimana

(36)

15.Kenali sebab.

Analisis penyebab kenapa kinerja tidak maksimal sehingga diketahui

dengan cepat masalahnya untuk diperbaiki atau dioptimalkan secara akurat.

16.Akui keberhasilan.

Karyawan yang berhasil harus diperhatikan, diakui, dan dihargai sehingga

akan terus melakukannya, memberikan kontribusi dan rela berkorban untuk

pekerjaan yang dilakukan secara maksimal.

17.Gunakan komunikasi yang kooperatif.

Komunikasi dengan menggunakan bahasa yang kooperatif akan

mengurangi konflik dan karyawan tidak merasa bersalah sehingga dapat

bekerja dengan rasa aman, nyaman dan tenang.

18.Berfokuslah pada komunikasi dan hasil.

Sikap dan kepribadian karyawan tidak akan mempengaruhi keberhasilan

kerja, karena sikap tidak dapat diamati langsung. Oleh sebab itu, perhatian

utama harus ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja yang

merupakan hasil dan perilaku karyawan.

19.Perjelas kinerja.

Karyawan memerlukan umpan balik yang tetap dan spesifik seputar

kinerja, sehingga dapat diketahui saat mana kinerjanya sangat baik dan dapat

ditingkatkan.

20.Perlakukan konflik dengan apik.

Ketidaksetujuan dan konflik adalah hal yang normal dalam hubungan

(37)

terjadi konflik atau ketidaksetujuan. Oleh karena itu, bila hal tersebut terjadi,

jangan gunakan faktor kekuasaan tetapi identifikasi masalah lebih awal untuk

dapat mempercepat proses pemecahan masalah dan menemukan jalan keluar

yang terbaik.

21.Gunakan disiplin bertahap.

Mendisplinkan karyawan bukan berarti menghukum karyawan, tetapi

merupakan proses untuk menjaga agar karyawan tetap bertanggung jawab

terhadap tindakannya dengan menerapkan konsekuensi, seperti percobaan,

penurunan pangkat atau skorsing secara bertahap sesuai dengan jenis

pelanggaran yang dibuat.

22.Kinerja dokumen.

Dokumentasi setiap informasi tentang kinerja karyawan baik itu

mengenai kinerja, catatan-catatan permasalahan kinerja maupun tindakan

indispliner yang dapat digunakan untuk bahan kajian dan perbaikan bagi

karyawan maupun atasan.

23.Kembangkan karyawan.

Di tempat kerja yang terus mengalami perubahan, keahlian yang

dibutuhkan bagi keberhasilan karyawan pun akan berubah sepanjang waktu.

Untuk itu, kembangkanlah karyawan sesuai dengan keahliannya.

24.Tingkatkan terus sistem kerja.

Tingkatkan terus sistem manajemen kinerja sehingga tidak merusak

kredibilitas manajemen dengan memodifikasinya sesuai dengan hambatan

(38)

2.2 Spiritualitas

2.2.1 Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas diartikan sebagai aspek penting dalam eksistensi manusia yang

berhubungan dengan struktur yang memberikan makna secara signifikan dan

mengarahkan hidup seseorang dan dapat membantu seseorang menghadapi

perubahan dalam hidup. Hal ini dikaitkan dengan pencarian makna, tujuan,

pengetahuan diri, hubungan yang bermakna, cinta dan kesadaran akan nilai-nilai

suci. Ini mungkin atau tidak mungkin berkaitan dengan sistem agama secara khusus

(Swinton and Pattison dalam Gilbert, 2007).

Salah satu kajian yang paling menarik adalah dalam buku seratus tokoh yang

paling berpengaruh dalam sejarah karya Michael H.Hart dimana ia menyusun 100

anak manusia yang diyakininya menentukan arahnya sejarah. Perlu ditegaskan,

mereka-mereka itu bukanlah manusia-manusia dalam artian ”terbesar”, tetapi paling

berpengaruh dalam sejarah (satu parameter yang paling efektif). Hasil kerja Hart itu

memberikan hasil untuk 6 tokoh teratas adalah : Nabi Muhammad, Issac Newton,

Nabi Isa, Budha, Kong Hu Cu, dan St. Paul. Lima dari enam tokoh teratas itu adalah

tokoh-tokoh agama, para pemimpin spiritual. Jelaslah bahwa manusia yang

menentukan arahnya sejarah adalah manusia yang memiliki kualitas spiritual tinggi.

(Nggermanto, 2001)

Berdasarkan beberapa definisi mengenai spiritualitas di atas, maka penulis

(39)

dalam diri seseorang yang dapat memberikan makna secara signifikan dan

mengarahkan hidup seseorang untuk mencapai eksistensi diri.

2.2.2 Aspek-Aspek Spiritualitas

Swinton and Pattison dalam Gilbert (2007) menjelaskan tentang dimensi

spiritualitas, yaitu:

1. Meaning (Makna)

Signifikansi ontology dalam hidup, membuat dan merasakan situasi kehidupan

juga mencapai eksistensi diri yang berasal dari tujuan hidup (Swinton dan Pattison

dalam Gilbert, 2007). Danah zohar dan Ian Marshall (2005) mengatakan bahwa

kesadaran diri berarti mengetahui apa yang diyakini oleh seseorang dan mengetahui

hal apa yang sungguh-sungguh akan mendorong yang paling dalam dari dirinya dan

juga kesadaran akan tujuan hidup yang paling dalam dari diri seseorang.

2. Connected (Tersambung atau terhubung)

Swinton dan Pattison dalam Gilbert (2007) menjelaskannya sebagai hubungan

yang terjalin dengan diri, orang lain, dan Tuhan (kekuatan terbesar). Shilston (2003)

menuliskan bahwa jika seseorang bisa fokus, menjaga komunikasi dan mampu

merencanakan maka hal tersebut akan membantunya dalam menyeimbangkan kinerja

(40)

3. Transcendence (Transenden)

Swinton dan Pattison dalam Gilbert (2007) menjelaskannya sebagai pengalaman

dan apresiasi di luar diri, serta memperluas batas-batas diri. Danah Zohar dan Ian

Marshall (2005) menjelaskannya sebagai rasa keterpanggilan untuk melayani sesuatu

yang lebih besar dibandingkan dengan dirinya sendiri dan berterima kasih kepada

orang lain

4. Value (Nilai)

Kepercayaan dan standar yang dihargai harus berurusan dengan kebenaran,

keindahan, nilai pikir, objek atau perilaku, dan seringkali didiskusikan sebagai nilai

akhir (Swinton dan Pattison dalam Gilbert, 2007). Value didefinisikan sebagai

bagian dari kepercayaan yang mengatur tentang cara berperilaku dalam memenuhi

keinginan terdalamnya. Puncak dari sebuah nilai ialah kerjasama dan dukungan yang

dirasakan terutama dengan relasi, produktif dan kinerja inovatif yang berimplikasi

pada kegembiraan orientasi keinginan dan kebutuhan diri sendiri (Rokeach dalam

Robert, 2004).

5. Becoming (Menjadi)

Swinton dan Pattison dalam Gilbert (2007) menjelaskannya mengembangkan

tuntutan hidup atas refleksi dan pengalaman, termasuk rasa yang ada dan bagaimana

seseorang tersebut mengetahui dan mendapatkannya. Dalam Danah zohar dan Ian

(41)

membingkai ulang perkembangan internal ketika melaksanakan rekontekstualisasi

(mempelajari ulang) batas-batas dan sifat lingkungan mereka.

2.2.3 Faktor-faktor spiritualitas

Swinton dan Pattison dalam Gilbert (2007) menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi spiritualitas yaitu:

The Diamond of Self and Others

Gambar 2.2 The Diamond of Self and Others (Gilbert 2005)

Dari gambar di atas, dimana penjelasannya ialah bahwa pada dasarnya diri

(42)

1. Diri : Identitas, kesadaran, berpusat pada nilai-nilai inti, memperoleh

keseimbangan antara yang sedang dan akan terjadi.

2. Di luar dirinya : Tuhan, filosofi, dan sistem nilai

3. Orang lain : Keluarga, teman, kolega, dan jaringan dukungan

4. Dunia fisik: Pemandangan, pemandangan laut, dunia animal mineral dan bunga,

dll.

Supriyono (2007) menyebutkan bahwa kecerdasan spiritual adalah sebuah

paradigma bepikir yang menjadikan diri seseorang menjadi kecil dibandingkan

keluasan alam semesta. Buzan dalam Supriyono (2007) menyusun 10 konsep dasar

yang menjadi kunci tingginya kecerdasan spiritual, yaitu sebagai berikut:

1. Mendapatkan gambaran menyeluruh. Buzan mengawali konsep kecerdasan

spiritual dengan pemahaman bahwa setiap individu manusia adalah sebuah

keajaiban. Untuk menjadi cerdas spiritual, pemahaman akan apa dan bagaimana

dirinya sendiri sebagai individu manusia sudah cukup untuk mengantarkan

seseorang akan kesadaran kecerdasan spiritual yang mendasar.

2. Menggali nilai-nilai. Nilai adalah panduan untuk bertindak atau bersikap yang

berasal dari diri sendiri tentang menjalani hidup dan mengambil keputusan.

Kejujuran, kebenaran, keadilan, dan kehormatan adalah beberapa contoh dari

niai-nilai kehidupan seseorang.

3. Visi dan panggilan hidup. Visi adalah kemampuan berpikir atau merencanakan

masa depan dengan bijak dan imajinatif, menggunakan gambaran mental tentang

(43)

4. Belas kasih. Buzan menulis bahwa belas kasih kepada diri sendiri jauh lebih berat

daripada belas kasih kepada orang lain.. setiap orang perlu hormat kepada diri

sendiri, menolong diri sendiri, sayang kepada diri sendiri, dan bertanggung jawab

untuk menolong diri sendiri agar menjadi yang terbaik. Dengan cara inilah,

seseorang dapat mengungkapkan belas kasih terhadap orang lain.

5. Memberi dan menerima. Prinsip ini mengantarkan seseorang untuk selalu

menunjukkan sikap hangat, jujur, murah hati, dan mengalah kepada orang yang

dicintai/ disayangi. Inilah implikasi dari semangat kemurahan hati.

6. Kekuatan tawa. Selera humor merupakan salah satu kualitas utama kecerdasan

spiritual. Tawa akan menghilangkan rasa stress, meningkatkan kesejahteraan secara

umum dan menambah jumlah teman. Tawa dapat menciptakan kehidupan yang lebih

bahagia, ceria dan semangat.

7. Menjadi kanak-kanak kembali. Konsep ini bukanlah berarti tingkah laku

kekanak-kanakan, melainkan seseorang harus mempunyai pandangan polos seperti anak kecil

yang berupa : energi dan semangat tanpa batas, cinta tak bersyarat, kegembiraan,

spontanitas, dan keceriaan, semangat petualang, kejujuran, kepercayaan, kebenaran,

kemurahan hati, keingintahuan, rasa penasaran, keheranan dan kekaguman.

8. Kekuatan ritual. Ibadah rutin yang dijalankan seseorang akan menjadi pintu

pembuka bagi kepekaan hati nurani menuju kepada kebaikan .

9. Ketenteraman, dimana maksudnya ialah kondisi dimana seseorang bebas dari

(44)

10. Cinta. Cinta terhadap diri sendiri, sesama dan jagad raya dapat dianggap

sebgai tujuan hidup dan spiritual paling akhir. Hidup adalah cinta, dan cinta adalah

kehidupan.

2.3 Kerangka Berpikir

Kinerja karyawan tentunya dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti

bagi kinerja dan kemajuan perusahaan. Kinerja karyawan sebagai salah satu modal

terpenting bagi keberlangsungan sebuah perusahaan, karena kinerja karyawan pun

turut menentukan tingkat produktivitas perusahaan. Semakin produktif pekerja pada

perusahaan tempat dimana ia bekerja, maka akan semakin membantu

mempertahankan keberadaan perusahaan dalam dunia bisnis. Pun dengan persaingan

yang semakin ketat.

Perusahaan sebagai organisasi, tentunya terdiri dari beberapa komponen, dan

karyawan termasuk salah satu komponen terpentingnya. Karena karyawan/ sumber

daya manusialah yang bisa berproduktivitas dan memiliki kinerja yang tinggi. Untuk

mendapatkan produktivitas tinggi, suatu ketetapan mutlak bahwa perusahaan harus

mengupayakan karyawannya menjadi produktif dan hal tersebut dapat tercermin dari

kinerja karyawan yang ditunjukkan.

Karyawan tentunya memiliki potensi-potensi yang jika dikembangkan maka

akan menghasilkan manfaat bagi perusahaan dalam pengembangannya. Beberapa hal

(45)

kinerja yang baik pada diri karyawan. Dan peneliti berasumsi bahwa spiritualitas

termasuk salah satunya.

Spiritualitas dalam diri seseorang memberikan makna kepada setiap individu

untuk membuat hidup menjadi lebih bermakna. Dengan menerapkan unsur

spiritualitas dalam perusahaan kepada karyawannya, maka hal tersebut tentu akan

memunculkan perasaan memiliki terhadap perusahaan dimana ia bekerja. Sehingga

pekerjaan yang harus ia lakukan tidak semata-mata dinilai sebagai sebuah keharusan

yang akan dijalani dengan terpaksa, melainkan karena sudah merasa memiliki akan

perusahaan itu, maka ia akan bekerja dengan menunjukkan kinerja yang baik, sesuai

dengan visi dan misi perusahaan dimana ia bekerja. hal tersebut didukung dengan

pemahaman bahwa bekerja bagi karyawan bukan hanya sekedar menjalani

kewajiban, tetapi lebih kepada pemaknaan hidup yang lebih mendalam.

Spiritualitas dengan dimensi-dimensi yang dimiliknya yaitu: Meaning,

connectede, transcendence, value dan becoming dimana dengan menerapkan spiritualitas, berarti perusahaan telah memanusiakan manusia, yang memang modal

utama dari perusahaan itu ialah seorang manusia yang masih bisa terus

(46)

Spiritualitas:

Meaning Connected Transendence Value

Becoming

Kinerja

2.4 Hipotesis

• Ha = Ada hubungan antara spiritualitas (Meaning, connected, transcendence,

value, becoming) dengan kinerja karyawan PT. Heriromadiali.

• Ho = Tidak ada hubungan antara spiritualitas (Meaning, connected,

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai

dari pengumpulan data, penafsiran data tersebut, serta penampilan hasilnya.

(Arikunto, 2002).

3.1.2 Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Gay

dalam Sevilla (1993) mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai

kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau

menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang

berjalan dari pokok suatu penelitian. Jenis penelitian yang digunakan

menggunakan penelitian korelasi, yaitu penelitian yang dirancang untuk

menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu

populasi. Penelitian korelasi digunakan untuk menentukan besarnya arah

(48)

3.2 Variabel Penelitian

Sutrisno Hadi (Dalam Arikunto, 2000) mendefinisikan variabel sebagai

gejala yang bervariasi atau objek penelitian yang bervariasi. Jadi, variabel ialah

objek penelitian yang menjadi perhatian suatu penelitian.

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu: variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Arikunto (2002) mendefinisikan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

mengakibatkan hasil, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau hasil dari penelitian. Dalam penelitian ini variabel-variabelnya

adalah:

Dependent Variable (variable terikat) : Kinerja karyawan

Independent Variable (Variabel Bebas) : Spiritualitas

3.2.1Definisi konseptual

a. Spiritualitas diartikan sebagai aspek penting dalam eksistensi manusia

yang berhubungan dengan struktur yang memberikan makna secara signifikan

dan mengarahkan hidup seseorang dan dapat membantu seseorang menghadapi

perubahan dalam hidup. Hal ini dikaitkan dengan pencarian makna, tujuan,

pengetahuan diri, hubungan yang bermakna, cinta dan kesadaran akan

nilai-nilai suci. Ini mungkin atau tidak mungkin berkaitan dengan sistem agama

(49)

b. Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A),

motivasi atau motivation (M) dan peluang atau opportunity (O), yaitu kinerja = f

(A x M x O) (Robbins , 2001).

3.2.2 Definisi Operasional

a. Kinerja dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dengan

menggunakan skala likert dari sebanyak 60 orang karyawan PT. Heriromadiali

yang didasarkan atas teori Robbins dengan meliputi aspek fungsi interaksi

antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M) dan Peluang

atau opportunity (O).

b . Spiritualitas dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dengan

menggunakan skala likert dari sebanyak 60 orang karyawan PT. Heriromadiali

yang didasarkan atas teori Swinton dan Pattison dengan meliputi aspek

Meaning, Value, Transendence, Connected, dan Becoming.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Arikunto (2002) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan karyawan PT.

(50)

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi , misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu

(Sugiyono, 2009).

Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang karyawan PT.

Heriromadiali. Hal tersebut berdasarkan teori Gay seperti yang dikutip Sevilla

(1993) subjek dalam penelitian korelasional minimum 30 (tiga puluh) subjek.

Untuk Try Out dalam penelitian ini, dipilih subyek sebanyak 30 orang karyawan

PT. Heriromadiali yang nantinya tidak akan dilibatkan kembali dalam field test.

3.3.3 Teknik pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

simple random sampling, yaitu metode yang memberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel

(Arikunto, 2002). Teknik ini digunakan apabila anggota populasi dianggap

hmogen dan dikatakan seerhana (simple) karena pengambilan sampel anggota

poulasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di populasi

(Sugiyono, 2009).

(51)

3.4.1 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

adalah dengan metode non tes, sedangkan instrumen yang digunakan berupa

skala. Yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan mengenai pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui

(Arikunto, 2002). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah skala

model Likert, dimana variabel yang di ukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan (Sugiyono,

2009). Skala yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala kinerja

karyawan dan skala spiritualitas. Kedua skala tersebut disusun oleh peneliti

dengan menggunakan pembagian dua kategori item pernyataan, favorabel dan

unfavorabel dengan menentukan bobot nilai.

Tabel 3.1 Nilai Skor Jawaban

Kategori Pilihan Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

(52)

3.4.2 Instrumen Penelitian

Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Skala Spirtualitas dan Skala Kinerja karyawan.

Tabel 3.2

Blue Print Spiritualitas

Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jumlah

Makna ontologis terhadap kehidupan

1,2 3*,4* 4

Membuat dan merasakan situasi kehidupan

5*,6,7* 8*,9*,10* 6

Meaning

Mencapai eksistensi diri yang berasal dari tujuan hidup

11,12 13*,14* 4

Value Kepercayaan dan standar yang dihargai harus berurusan dengan kebenaran, keindahan, nilai pikir, objek atau perilaku, dan seringkali didiskusikan sebagai nilai akhir.

15*,16*,17 *

18*,19,20 6

Pengalaman dan apresiasi di luar diri

21*,22 23*,24 6

Transcend

ence Memperluas batas-batas diri 25,26*,27 28*,29*,30 6

Connected

Hubungan yang terjalin dengan diri sendiri, orang lain dan Tuhan (kekuatan terbesar)

Becoming Mengembangkan tuntutan hidup atas refleksi dan pengalaman, termasuk rasa yang ada dan bagaimana seseorang tersebut mengetahui dan mendapatkannya.

45,46*,47 48*,49,50* 6

Total 25 25 50

(53)

Tabel 3.3

Blue Print Kinerja Karyawan

Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jumlah

Wawasan yang sesuai jabatan 1,2 3,4* 4

Mendapatkan penghargaan 21,22* 23,24 4

Motivasi (Motivation)

Kebutuhan pribadi terpenuhi 25*,26* 27*,28* 4

Sistem kerja 29*,30,31 32*,33*,34 6

Peraturan organisasi 35,36,37 38*,39,40* 6

Perlengkapan kerja memadai 41,42*,43 44,45*,46 6

Peluang (Opportunity)

Pembekalan 47,48,49 50*,51*,52* 6

Total 26 26 52

*invalid item pasca try out

3.4.3 Teknik Uji Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini teknik uji instrumen penelitian yang dilakukan ialah

a. Uji Validitas

Untuk memperoleh pengukuran yang valid dilakukan pengkorelasian

skor item dengan skor total. Bila korelasi antara skor item dengan skor total

(54)

dimodifikasi, sedangkan bila korelasi yang didapat menghasilkan skor yang

tingi maka item tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat

ukur.

Untuk menguji tingkat validitas, peneliti menggunakan uji korelasi

product moment. Validitas suatu butir pernyataan dapat dilihat pada hasil

output SPSS 16,0.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah keterercayaan menunjuk kepada pengertian apakah

sebuah instrument dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari

waktu ke waktu. Jadi, kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrument

pengukur adalah konsistensi, Nurgiyantoro, (2004). Tes dikatakan reliabilitas

tinggi apabila skor tampak tes itu berkorelasi dengan skor murninya sendiri.

Tabel 3.4

Kaidah Reliabilitas Guilford

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Sangat Reliabel > 0,9

Reliabel 0,7 – 0,9

Cukup Reliabel 0,4 – 0,7

Kurang Reliabel 0,2 – 0,4

(55)

Dari hasil uji reliabilitas skala spiritualitas dengan menggunakan rumus

Alpha Cronbach diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,799. Kemudian setelah dibandingkan dengan kaidah reliabilitas dari Guildford diketahui

bahwa 0,799 berada di kategori 0,7 – 0,9 yang berarti bahwa skala

spiritualitas pada penelitian ini termasuk dalam criteria reliabel.

Sedangkan hasil uji reliabilitas skala kinerja karyawan dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh koefisien reliabilitas sebesar

0,873. Kemudian setelah dibandingkan dengan kaidah reliabilitas dari

Guildford diketahui bahwa 0,873 berada di kategori 0,7 – 0,9 yang berarti

bahwa skala spiritualitas pada penelitian ini termasuk dalam kriteria reliabel.

3.4 Teknik Analisa data

Setelah data terkumpul, data diberi kode untuk mengklasifikasikan data

sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data. Saat masih di lapangan, data

disunting untuk meneliti kembali kelengkapan data yang dikumpulkan.

Editing ini dilakukan dengan cara meneliti setiap daftar pernyataan (skala)

yang telah diisi untuk memastikan kelengkapan pengisian, konsistensi, dan

relevansi pilihan pernyataan serta keterbatasan pengisian responden.

Selanjutnya data dimasukkan ke komputer untuk dilakukan analisis lebih

lanjut dengan menggunakan SPSS untuk di analisa dengan menggunakan uji

(56)

3.5 Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimulai dengan perumusan masalah, menentukan

variable penelitian, melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan

gambaran dan landasan teoritis yang tepat, menentukan, menyusun, dan

menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala

spiritualitas dan skala kinerja yang kemudian dilakukan pengecekan

pembimbing terlebih dahulu. Setelah skala dikatakan baik, maka penulis

melakukan uji coba (try out) instrument dan langkah selanjutnya ialah

mendatangi lokasi untuk penelitian yaitu PT. Heriromadiali.

2. Pengujian alat ukur (try out)

Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan uji

instrumen kepada 30 orang karyawan PT. Heriromadiali yang kemudian tidak

diikutsertakan dalam penelitan yang sesungguhnya. Try out dilaksanakan

pada tanggal 25 mei 2010.

3. Tahap pelaksanaan penelitian

Penelitian ini melibatkan 60 responden dari jumlah populasi sebanyak

180 orang karyawan PT. Heriromadiali. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan

(57)

4. Tahap pengolahan data

Setelah data terkumpul, dilakukan pengkodean dan scoring terhadap hasil

skala yang telah diisi oleh responden. Kemudian dilakukan penghitungan dan

memasukkan data yang diperoleh pada computer. Selanjutnya dilakukan

analisis dengan menggunakan metode statistic melalui komputer dengan

bantuan program SPSS versi 16,0. Langkah terakhir adalah membuat laporan

(58)

BAB IV

PRESENTASI DAN ANALISA DATA

Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data yang diambil pada penelitian,

gambaran umum serta hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

4.1 Gambaran Umum Responden

Penelitian ini dilakukan di PT. Heriromadiali yang telah berdiri sejak tahun 2001.

PT. Heriromadiali adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbengkelan

Performance Car Care.

Penelitian dilakukan pada tanggal 29 mei 2010 sampai dengan 1 juni 2010

dengan melibatkan 60 orang karyawan yang berbeda dari try out yang telah

dilaksanakan sebelumnya pada tanggal 25 mei 2010. Kemudian dilihat dari usia,

rentang usia responden dari 18-36 tahun. Hal tersebut berarti karyawan yang bekerja

pada PT. Heriromadiali tergolong dalam usia produktif dan baik untuk bekerja.

Adapun dari lamanya bekerja, rentang waktu responden yang bekerja di PT.

Heriromadiali terhitung satu responden sejak tahun 2001, tiga responden sejak tahun

2003, dua responden sejak tahun 2004, satu orang sejak tahun 2005, Sembilan

responden sejak tahun 2007, sepuluh responden sejak tahun 2008, lima belas

responden sejak tahun 2009, dan Sembilan belas responden sejak tahun 2010. Hal

tersebut menandakan dinamisasi perusahaan terus berlangsung dikarenakan

(59)

4.2 Presentasi Data

Berikut akan dijelaskan mengenai presentasi data penelitian:

4.2.1 Deskripsi Statistik

Berikut akan di uraikan deskripsi hasil perhitungan statistik skor subjek

penelitian yang dibantu dengan penyajian dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Skor Spiritualitas dan Kinerja Karyawan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Spiritualitas 60 63.00 90.00 77.4667 5.97301

Kinerja 60 67.00 112.00 94.5333 8.14376

Valid N

(listwise) 60

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian

berjumlah 60 orang, dengan skor spiritualitas yang terendah ialah 63 dan skor

yang tertinggi ialah 90. Sedangkan skor kinerja yang terendah ialah 67 dan

skor tertinggi ialah 112. Adapun nilai mean (rata-rata) untuk spiritualitas

(60)

4.2.2 Kategorisasi Skor Penelitian

Untuk mengetahui skor spiritualitas yang diperoleh responden itu tinggi

atau rendah, maka disajikan norma skor skala spiritualitas setelah diketahui

nilai Mean = 77, 4667 dan SD = 5,97301 sebagai berikut :

Tabel 4.2

Komposisi Responden Berdasarkan Pengkategorian Skor Spiritualitas

Kategori Klasifikasi Sebaran Interval Frekuensi %

Tinggi X ≥ 1M + SD ≥ 83 12 20%

Sedang 1M – SD ≤ X <1M + SD 71 ≤ X < 83 41 68,33%

Rendah X < 1M - SD < 71 7 11,67%

Total 60 100%

Dari data diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 20% atau 12 responden

berada pada kategori spiritualitas tinggi, sedangkan responden sebanyak

68,33% atau 41 orang berada pada kategori spiritualitas sedang, dan sebanyak

11,67% atau 7 orang yang memiliki spiritualitas rendah.

Kemudian untuk mengetahui skor kinerja yang diperoleh responden itu

tinggi atau rendah, maka disajikan norma skor skala kinerja setelah diketahui

(61)

Tabel 4.3

Komposisi Responden Berdasarkan Pengkategorian Skor Kinerja

Kategori Klasifikasi Sebaran Interval Frekuensi %

Tinggi X ≥ 1M + SD ≥ 102 15 25%

Sedang 1M – SD ≤ X <1M + SD 86 ≤ X < 102 38 63,33%

Rendah X < 1M - SD < 86 7 11,67%

Total 60 100%

Dari data diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 25% atau 15 responden

berada pada kategori kinerja tinggi, sedangkan responden sebanyak 63,33%

atau 38 orang berada pada kategori kinerja sedang, dan sebanyak 11,67% atau

7 orang yang memiliki kinerja rendah.

4.2.3 Uji Persyaratan

Berikut adalah perhitungan hasil uji persyaratan dari penelitian:

4.2.3.1 Uji Normalitas

Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh apakah

mendekati distribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas

terhadap data penelitian. Adapun untuk uji normalitas dalam penelitian

(62)

Tabel 4.4

Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skala Spiritualitas dan Skala Kinerja Karyawan

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Spiritualita

s .070 60 .200

*

.989 60 .848

Kinerja .112 60 .059 .966 60 .095

a. Lilliefors Significance Correction

*This is a lower bound of the true significance.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas pada

skala spiritualitas terdapat signifikansi sebesar 0,848 pada taraf

signifikansi 5% atau 0,05. Oleh karena nilai signifikansi berada di

atas taraf signifikansi (0,848 > 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa

skala spiritualitas berdistribusi normal. Berikut adalah gambaran

(63)

Grafik 4.1

Diagram Scatterplot Skala Spiritualitas

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa sebaran data variabel

spiritualitas menyebar di sekitar garis uji dan menunjukkan gejala

dari kiri bawah mengarah ke kanan atas, sehingga dapat dikatakan

bahwa sebaran data berdistribusi normal.

Sedangkan untuk skala kinerja karyawan dapat diketahui dari

tabel di atas bahwa hasil uji normalitas terdapat signifikansi sebesar

0,095 pada taraf signifikansi 5% atau 0,05. Oleh karena nilai

signifikansi berada di atas taraf signifikansi (0,095 > 0,05), sehingga

dapat dikatakan bahwa skala kinerja karyawan berdistribusi normal.

(64)

Grafik 4.2

Diagram Scatterplot Skala Kinerja

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa sebaran data variabel

kinerja menyebar tidak jauh dari sekitar garis uji dan menunjukkan

gejala dari kanan bawah mengarah ke kanan atas, sehingga dapat

dikatakan bahwa sebaran data berdistribusi normal.

4.3 Hasil penelitian

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara

spiritualitas dengan kinerja karyawan, maka diajukan hipotesis penelitian (Ha)

yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara spiritualitas

(Meaning, connected, transcendence, value dan becoming) dengan kinerja karyawan PT. Heriromadiali. Untuk menganalisanya, maka menggunakan

teknik uji regresi berganda. Berikut adalah hasil perhitungannya dengan

Gambar

Tabel 3.3
Gambar 2.1 Dimensi  Kinerja
Gambar 2.2 The Diamond of Self and Others (Gilbert 2005)
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dede Lestari : Pengaruh Motivasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Karyawan Di P.T Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP III Cirebon Untuk mencapai tujuan perusahaan

Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham Dari hasil pengujian hipotesis secara statistik diperoleh hasil dengan thitung (0,201) &lt; ttabel (1,994), dan

Pada makalah ini dijelaskan proses pengujian metallografi, kekerasan, dan magnetic sebelum di heat treatment dan sesudah di heat treatment, proses heat treatment, serta

Permainan tebak kata dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak, karena keterampilan anak

Interaksi antara geosintetik dengan angkur terjadi pada koneksi antara keduanya, dengan diameter konektor dan kuat tarik ( tensile strength ) geosintetik sebagai

Variasi panjang lintasan yang digunakan adalah dari 0,60 m - 5,10 m, kemudian dapat diamati perubahan waktu tempuh dari sinar laser Helium Neon dengan melihat

Dari hasil penelitian tentang peristiwa Pendidikan Politik di Pondok Pesantren Al-Ishlah, dapat di simpulkan bahwa (1) UpayaPendidikan Politik di Ponpes Al-

Selain harus mengetahui bagaimana jual beli yang di perbolehkan dan sah menurut hukum islam, kita juga dituntut untuk tahu apa saja jual beli yang dilarang oleh