• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGADAAN OBAT DALAM PROGRAM JAMINAN SOSIAL KESEHATAN ANTARA APOTEK SUKOWATI DENGAN BPJS KESEHATAN CABANG UTAMA SURAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGADAAN OBAT DALAM PROGRAM JAMINAN SOSIAL KESEHATAN ANTARA APOTEK SUKOWATI DENGAN BPJS KESEHATAN CABANG UTAMA SURAKARTA."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGADAAN OBAT DALAM PROGRAM

JAMINAN SOSIAL KESEHATAN ANTARA APOTEK SUKOWATI DENGAN BPJS

KESEHATAN CABANG UTAMA SURAKARTA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Program

Studi Ilmu Hukum

Minat Utama : Hukum Bisnis

Disusun Oleh:

NOURMA DEWI

NIM. S321308015

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGADAAN OBAT DALAM PROGRAM

JAMINAN SOSIAL KESEHATAN ANTARA APOTEK SUKOWATI DENGAN BPJS

KESEHATAN CABANG UTAMA SURAKARTA

Disusun Oleh:

NOURMA DEWI

NIM. S321308015

Telah Disetujui Oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

KetuaDr. M.Hudi Asrori S, S.H.,M.Hum ……….. ………… NIP 19601107 198911 1 001

SekretarisMoch. Najib Imanullah, S.H.,M.H. Ph.D ……… …………. NIP 19590803 198503 1 001

Anggota 1. Prof.Dr.H. Jamal Wiwoho,S.H.,M.Hum ……… .……... Penguji NIP.19611108 198702 1 001

2. Hernawan Hadi, S.H.,M.Hum .………... …………. NIP.19600520 198601 1 001

Mengetahui :

(3)

commit to user

iii

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus,M.S. Prof.Dr. Supanto, S.H., M.Hum

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama :Nourma Dewi

NIM : S321308015

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “PELAKSANAAN

PERJANJIAN PENGADAAN OBAT DALAM PROGRAM JAMINAN SOSIAL

KESEHATAN ANTARA APOTEK SUKOWATI DENGAN BPJS KESEHATAN

CABANG UTAMA SURAKARTA” adalah benar-benar karya saya sendiri.Hal- hal yang

bukan karya saya dalam tesis ini di beri tanda citasi dan ditunjukkandalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tersebut di atas tidakbenar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik, yang berupa pencabutantesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.Selanjutnya untuk menunjukkan keaslian tesis saya, dengan ini saya bersedia dipublikasi website Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Surakarta, Januari 2015

Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v MOTTO

Sesungguhnya Ilmu Pengetahuan menempatkan orang

dalam kedudukan yang lebih tinggi, terhormat dan mulia

(6)

commit to user

vi DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halaman Pengesahan Pembimbing...…... ii

Halaman Pengesahan Tesis... iii

Halaman Pernyataan ...iv

Halaman Motto ...v

Halaman Kata Pengantar...vi

Halaman Daftar Isi... vii

Halaman Daftar Bagan dan Tabel…... ix

Halaman Daftar Lampiran ...x

Halaman Abstraksi... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

1. Tujuan Obyektif ... 8

2. Tujuan Subyektif... ...8

D. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis...8

2. Manfaat Praktis...8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ………... 10

1. Tinjauan Umum Perjanjian………... 10

(7)

commit to user

vii

3. Tinjauan Umum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)... 36

4. Teori Sistem Hukum... 50

B. Penelitian Yang Relevan………...60

C. Kerangka Pemikiran... 62

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 66

B. Bentuk Penelitian ... 66

C. Sifat Penelitian …... 67

D. Lokasi Penelitian ……... 67

E. Jenis dan Sumber Data ………... 68

F. Teknik Pengumpulan Data ... 69

G. Teknik Analisis Data ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Apotek Sukowati ... 72

B.Sistem Pengadaan Obat Era BPJS Kesehatan………. 73

C.Pelaksanaan Perjanjian Pengadaan Obat Dalam Program Jaminan Sosial Kesehatan Antara Apotek Sukowati Dengan BPJS Kesehatan Cabang Utama Surakarta...………... ... 83

D.Kendala-Kendala Pelaksanaan Perjanjian Pengadaan Obat dan Solusi yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala Tersebut... 99

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 110

B. Implikasi ... 112

C. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA

(8)

commit to user

viii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

BAGAN

Bagan I Alur Kerangka Berpikir …………... 62

Bagan III SOP Pelayanan Resep Obat Apotek Sukowati ……… 96

TABEL

[image:8.595.75.476.238.502.2]
(9)

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Keterangan Penelitian

(10)

commit to user

x ABSTRAK

NOURMA DEWI, NIM. S321308015,2014,PELAKSANAAN PERJANJIAN

PENGADAAN OBAT DALAM PROGRAM JAMINAN SOSIAL KESEHATAN ANTARA APOTEK SUKOWATI DENGAN BPJS KESEHATAN CABANG UTAMA SURAKARTA.

Tesis : Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini mengkaji seluk beluk dari perjanjian pengadaan obat program rujuk balik dalam program jaminan sosial kesehatan antara apotek sukowati dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Perjanjian pengadaan obat ini berorientasi pada kepentingan umum dan syarat-syarat dalam perjanjian yang secara ekonomis kedudukan kedua belah pihak seimbang yaitu satu sama lain membutuhkan.

Jenis Penelitian ini adalah penelitian hukum dengan empiris atau non-doktrinal dalam sifat penelitian eksplanatif dan bentuk penelitian preskriptif.Jenis data yang dipakai adalah data primer dan data sekunder.Sumber data yang dipergunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan studi kepustakaan.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan perjanjian pengadaan obat antara apotek Sukowati dengan BPJS Kesehatan pertama, tahap pra kontrak telah dilakukan dengan itikad baik para pihak.Kedua, tahap pelaksanaan kontrak belum berjalan seperti yang diharapkan. Terdapat hak dan kewajiban para pihak yang tidak dilaksanakan, antara lain Evaluasi dari BPJS Kesehatan hanya dilakukan ketika ada komplain atau keluhan peserta PRB, Apotek terlambat melaksanakan prestasi dalam hal pemenuhan kebutuhan obat peserta PRB karena kekosongan stok obat, BPJS Kesehatan beberapa kali terlambat memenuhi prestasinya untuk membayar pengajuan tagihan pembayaran dari Apotek Sukowati. Ketiga, tahap pasca kontrak perjanjian diperpanjang oleh apotek Sukowati dengan mengajukan syarat seperti yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan.Kendala-kendala dalam pelaksanaan perjanjian ini adalah Peraturan tentang jenis obat, persediaan obat, dan harga obat yang terlalu sering berganti-ganti, BPJS Kesehatan terlambat dalam memberikan informasi kebijakan baru kepada apotek terkait program rujuk balik, Masyarakat kurang memahami program rujuk balik BPJS Kesehatan, Perusahaan Besar Farmasi (PBF) yang menyediakan obat sesuai E-Catalog menyatakan stok obat yang akan dibeli oleh apotek sedang kosong dan Pembatasan jumlah pembelian obat yang ditetapkan oleh PBF,

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis memberikan saran bahwa BPJS Kesehatan seharusnya melakukan evaluasi dan pengawasan secara berkala terhadap Apotek Sukowati dan Pemerintah melalui kementerian kesehatan hendaknya melakukan pengawasan terhadap PBF yang menyediakan obat dalam Formularium Nasional (FORNAS).

(11)

commit to user

xi ABSTRACT

NOURMA DEWI, S321308015, IMPLEMENTATION OF PHARMACEUTICAL

PROCUREMENT CONTRACT IN THE SOCIAL SECURITY PROGRAM ON

HEALTH BETWEEN SUKOWATI PHARMACY AND THE SOCIAL SECURITY

ORGANIZING AGENCY ON HEALTH OF SURAKARTA MAIN BRANCH. Thesis:

The Graduate Program in Law Science, Sebelas Maret University, Surakarta

The objective of this research is to investigate the ins and outs of pharmaceutical procurement contract of the Referral System Program in the social security program on health between Sukowati pharmacy and the Social Security Organizing Agency (BPJS) on Health. The aforementioned contract is oriented to the public interest, and the terms and conditions of the contract economically put the parties in the equal position, namely: they need each other.

This research used the empirical or non-doctrinal law research method with the explanatory and prescriptive approach. The data of research include primary and secondary ones. They were collected through in-depth interview and library research.

The results of research on the implementation of pharmaceutical procurement contract between Sukowati pharmacy and BPJS are as follows: Firstly, in the pre-contract phase, the two parties have good will to execute it. Secondly, in the implementation phase, the contact is not executed as expected. There are rights and responsibilities of the related parties that are not implemented. The evaluation by the BPJS on Health is only done when there are any complaints filed by the members of Referral System Program, the pharmacy is late in attending the pharmaceutical supplies of the members of the Referral System Program due to the vacancy in the pharmaceutical stocks, and the BPJS on Health many times fails to pay the invoices submitted by Sukowati pharmacy. Thirdly, in the post-contract phase, the term of pharmaceutical procurement contract is extended by Sukowati pharmacy by proposing the requirements as determined by the BPJS on Health. The constraints in the implementation of the aforementioned contract include the following: regulations on pharmaceutical types, pharmaceutical supplies, and pharmaceutical prices frequently change; the BPJS on Health is late to extend information of new policies on the Referral System Program to Sukowati pharmacy, the public less understand the Referral System Program, Major Pharmaceutical Companies which supply the pharmaceuticals according to the E-Catalogstate that the pharmaceutical stocks to be purchased by the pharmacy are being empty, and the companies apply the purchasing restrictions of the pharmaceuticals.

Thus, the BPJS on Health is suggested to conduct periodical evaluation and monitoring on the performance of Sukowati pharmacy, and the government through the Ministry of Health shall conduct monitoring on the Major Pharmaceutical Companies which supply the pharmaceuticals in the National Formulary.

(12)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasca amandemen UUD 1945, tujuan negara yang termaktub dalam

Pembukaan UUD 1945, tetap tidak mengalami pengubahan dalam amandemen

I-IV yang dilakukan sejak tahun 1999-2002. Artinya, meskipun pasal-pasal atau

dulu disebut batang tubuh UUD 1945 mengalami banyak perubahan, konsepsi

tujuan negara tersebut tetap dipergunakan sebagai landasan setiap penyelenggaran

kehidupan negara dan bangsa Indonesia.Tetapi, dalam pasal-pasalnya, pengaturan

hak-hak asasi manusia yang terdapat dalam UUD 1945 pasca amandemen

mengalami banyak sekali perubahan dan tambahan, yang tampak mencolok dan

sangat berkeinginan untuk memasukkan segala hak-hak yang diakui secara

universal dalam Universal Declaration of Human Rights 1948.

Hak Asasi Manusia itu sendiri terdiri dari berbagai macam hak. Salah satunya

hak asasi manusia yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa tiap

–tiap warga negara berhak atas penghidupan yang layak. Pasal ini mewujudkan

asas keadilan sosial dan kemanusiaan dan menunjukkan suatu hak yang harus

didapat oleh setiap warga negara. Negara sendiri berperan untuk mewujudkan

penghidupan yang layak salah satunya dengan melakukan pembangunan di bidang

sosial ekonomi.

Salah satu bentuk pembangunan sosial ekonomi menjadi dinamika tersendiri

dalam pembangunan nasional bangsa Indonesia karena dalam praktiknya masih

banyak mengalami tantangan dan tuntutan yang harus dipecahkan. Salah satunya

adalah penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial sebagaimana yang diamanatkan

oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, utamanya

seperti dimaksud dalam Pasal 28H ayat (3) yang menyatakan: “Setiap orang

berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara

utuh sebagai manusia yang bermartabat” dan Pasal 34 ayat (2) yang menyatakan:

“Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan

(13)

commit to user

2

kemanusiaan”. Lebih lanjut Sistem Jaminan Sosial juga diatur dan dijamin dalam

deklarasi umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia yang

dideklarasikan pada tanggal 10 Desember 1948 1 dan juga ditegaskan dalam

konvensi ILO (International Labour Organization) Nomor 102 Tahun 1952 yang

menyatakan bahwa setiap negara wajib menyelenggarakan sembilan cabang

jaminan sosial yaitu kecelakaan kerja, sakit-rikkes, persalinan, cacat, kematian

dini, pengangguran, hari tua, cacat permanen, dan perlindungan keluarga.

Kemudian pada tahun 1976 dikeluarkan International Convenant on Economic,

Social, and Cultural Rights dan International Convenant on Civilnand Political

Rights atas persetujuan Majelis Umum PBB. Konstitusi Internasional Social

Security Association (ISSA) 1998 menyatakan bahwa setiap negara wajib

menyelenggarakan asuransi sosial, bantuan sosial dan skema proteksi lain yang

terkoordinasi untuk mencegah kemiskinan. 2 Dengan demikian baik dalam

konstitusi negara kita maupun komitmen internasional terdapat latar belakang

konstitusional yang mendorong pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial untuk melaksanakan jaminan sosial di Indonesia. Tindak lanjut amanat

konstitusi tersebut adalah Pada tanggal 19 Oktober 2004 diundangkan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(selanjutnya disebut UU SJSN), Kemudian muncullah Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut

UU BPJS) yang seharusnya berdasarkan amanat UU SJSN di Ketentuan

Peralihan di Pasal 52 ayat (2), dimana “Semua ketentuan yang mengatur

mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) disesuaikan dengan Undang-Undang ini paling lambat 5 (lima) tahun sejak

1

Rudy Hendra Pakpahan dan Eka N. A. M. Sihombing, Tanggung Jawab Negara dalamPelaksanaan Jaminan Sosial (Responbility State in the Implementation of Social Security), artikel pada Jurnal Legislasi Indonesia Vol.9 No. 2 Juli 2012, hlm. 163-164

(14)

commit to user

3

Undang-Undang ini diundangkan”. Maka jatuh tempo diundangkannya

undang-undang mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang dimaksud pada

Pasal 52 ayat (2) tersebut adalah pada tanggal 19 Oktober 2009, namun baru

diundangkan dan disahkan pada 25 November 2011. Undang-undang ini

mengamanatkan transformasi badan penyelenggara dari badan penyelenggara

yang telah ada saat ini untuk menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

BPJS Kesehatan akan mulai operasional pada 1 Januari 2014 dan BPJS

Ketenagakerjaan paling lambat 1 Juli 2015. BPJS Kesehatan akan memberikan

jaminan kesehatan sementara BPJS Ketenagakerjaan memberikan jaminan

kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan hari tua, dan jaminan kematian.

Program BPJS yang sudah mulai berjalan adalah BPJS Kesehatan.Adanya

sistem jaminan sosial tersebut bukan berarti tanpa ada permasalahan di dalamnya.

Tidak semua warga negara mendapatkan jaminan sosial seperti yang sudah

diamanatkan baik dalam UU SJSN maupun UU BPJS . D i d a l a m n y a

t e r d a p a t beberapa kelemahan antara lain ; 1. pasal 17 ayat 4 UU SJSN yang

menjelaskan bahwa negara hanya menanggung jaminan kesehatan hanya

bagi warga miskin dan tidak mampu, sedangkan orang tua, anak-anak

terlantar dan pengangguran tidak dijelaskan masuk ke golongan mana ; 2.

pada tahap pertama iuran atau premi jaminan kesehatan bagi warga miskin dan

tidak mampu dibayarkan oleh pemerintah tetapi untuk selanjutnya tidak

disebutkan siapa yang akan menanggungnya; 3. jaminan kesehatan hanya

diberikan bagi peserta yang sudah membayar iuran kepesertaan jaminan sosial,

sedangkan mereka yang tidak mampu membayar tidak mendapat jaminan

kesehatan; 4. besarnya iuran kepesertaan ditentukan berdasarkan besarnya upah

atau penghasilan para pekerja dan bagi pekerja yang mempunyai anggota keluarga

lebih dari 5 orang harus menambah iuran kepesertaan jaminan kesehatan ; 5.

(15)

commit to user

4

keprinsip asuransi sosial dimana setiap warga negara untuk menjadi peserta harus

dibenani dengan iuran.3

BPJS kesehatan juga membawa perubahan dalam sistem bekerjanya lembaga

yang ada sebelumnya. Perubahan sistem mengakibatkan kebingungan bagi

pemberi pelayanan kesehatan, industri obat, otoritas kesehatan dan koordinasi di

tingkat pusat dan daerah. Jika tidak segera diantisipasi dengan cerdas dapat

berdampak negatif bagi pelaksanaan program BPJS Kesehatan ke depan.4

Salah satunya perubahan sistem tersebut adalah dalam hal pengadaan obat.Obat

adalah sebuah komponen penting dalam manajemen rumah sakit. Pengelolaan

obat yang efisien sangat diperlukan agar selalu tersedia saat dibutuhkan, terjamin

secara mutu, tepat jenis dan waktu juga digunakan secara rasional. Manajemen

pengelolaan obat melibatkan berbagai pihak dan tahapan. Dimulai tahapan

seleksi, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan obat.5

Obat termasuk masalah klasik dalam sistem kesehatan di Indonesia. Hal

utama yang selalu menjadi masalah adalah ketersediaannya secara nasional.

Sudah sering ditingkat daerah mengeluhkan kelangkaan, tapi hingga kini tidak ada

perbaikan sistem dari pemerintah.Sebagaimana diketahui, 40-60 persen dari total

pembiayaan kesehatan digunakan untuk komponen obat. Pengaturan yang keliru

terhadap komponen ini jelas tidak hanya berdampak terhadap pengeluaran biaya,

tapi juga kesehatan masyarakat Indonesia.6

3

Kurniawan Arianto, Jaminan Kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia, Diakses melalui , http://www.academia.edu/4377519/JAMINAN_KESEHATAN/ pada 7 September 2014 pukul 09.31, hlm.9

4

bpjs-kesehatan.go.id/index.php/post/read/2014/67/Catatan-Agus-Pambagio-Kelangkaan-Obat-di-Balik-Layar-BPJS-Kesehatan/berita-umum,diakses pada 21 Oktober 2014 pukul 10.13

5

http://www.floresbangkit.com/2014/09/rsud-lewoleba-obat-tak-ada-payung-hukum-pun-tak-kunjung-tiba/#sthash.ewojrFwf.dpuf, diakses pada 21 Oktober 2014 pukul 11.12

6

(16)

commit to user

5

Implementasi pengadaan obat ini terdapat beberapa permasalahan. Salah satu

permasalahan pengadaan obat adalah sebelum BPJS kesehatan diberlakukan

pasien diberikan obat untuk jangka waktu 30 hari namun setelah BPJS kesehatan

diberlakukan pasien hanya diberikan obat dalam jangka waktu 7 hari.Bagi pasien

yang tinggal di ibukota seperti Jakarta, Bandung maupun Surabaya, masalah

pengadaan obat dalam waktu 7 hari tidak ada masalah karena transportasi cukup

mudah ketika obatnya habis mereka langsung bisa pergi ke puskemas tapi bagi

pasien yang tinggal di daerah pelosok cukup sulit bagi mereka untuk menjangkau

puskemas karena jauh, bisa saja pasien di daerah pelosok sekarat atau meninggal

karena kehabisan obat. 7 Terkait masalah ketersediaan obat tersebut, BPJS

memberikan kemudahan menyusul terbitnya surat edaran Menteri Kesehatan

bernomor HK/Menkes/32/I/2014, Sesuai ketetapan tersebut maka diharapkan tak

ada lagi pasien yang tidak mendapat obat sesuai indikasi medis untuk konsumsi

selama 30 hari.Selain itu, juga diharapkan tidak ada lagi pasien yang keluar biaya

sendiri untuk pemenuhan obat. Sementara untuk pasien yang mempunyai penyakit

kronis dalam Program Rujuk Balik (PRB) Pemenuhan kebutuhan obat tersebut

dapat diperoleh melalui depo farmasi atau apotek yang bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan.

Kementerian kesehatan juga telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Menkes

Nomor HK/Menkes/31/ I/2014 tentang Pelaksanaan Standar Tarif Pelayanan

Kesehatan dan SE Menkes Nomor HK/Menkes/32/ I / 2 0 1 4 tentang

Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta BPJS Kesehatan Pada Faskes

Tingkat Pertama dan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program JKN.

BPJS Kesehatan pun telah menerbitkan SE Direktur Pelayanan Nomor 32

Tahun 2014 dan Nomor 38 Tahun 2014 sebagai penjelasan petunjuk teknis

atas kedua SE Menkes tersebut. Sesuai SE Menkes Nomor HK/Menkes/32/I/2014

tersebut, pada masa transisi terdapat 3 jenis obat yang dapat ditagihkan diluar

paket INA CBGs, yaitu pelayanan obat kronis bagi pasien yang kondisinya

belum stabil, pelayanan obat kronis bagi pasien yang kondisinya sudah stabil

(17)

commit to user

6

dan pelayanan obat kemoterapi untuk hemophilia dan thalassemia akan

ditambahkan tarif top up.8Selain itu, juga diharapkan tidak ada lagi pasien yang

keluar biaya sendiri untuk pemenuhan obat. Sementara untuk pasien yang

mempunyai penyakit kronis dalam Program Rujuk Balik (PRB) Pemenuhan

kebutuhan obat tersebut dapat diperoleh melalui depo farmasi atau apotek yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Salah satu contoh penerapan BPJS Kesehatan ini di daerah Kabupaten

Karanganyar yang berada di bawah BPJS Surakarta. Jumlah peserta BPJS di

Karanganyar terdaftar 389.520 jiwa atau sebesar 69,21% dari seluruh

penduduk Karanganyar yang saat ini mencapai 878.588 jiwa dengan rincian,

peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) 291.433 jiwa, non PBI 89.187

jiwa, Polri 2.355 jiwa dan TNI 6.535 jiwa.9 Berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Karanganyar, pada tahun 2013 jumlah fasilitas kesehatan

yang ada terdiri dari 8 rumah sakit,21 Puskesmas, 57 Puskesmas Pembantu,25

Rumah Bersalin Swasta dan 40 Balai Pengobatan Swasta.10Dalam hal pengadaan

obat rujuk balik oleh depo farmasi atau apotek yang bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan, di Kabupaten Karanganyar sendiri berjumlah dua di luar apotek yang

berada atau milik rumah sakit, puskesmas maupun klinik kesehatan.Salah satu

apotek tersebut adalah Apotek Sukowati yang beralamat di Jl.Pancasila

Kabupaten Karanganyar.

Apotek Sukowati merupakan perusahaan milik daerah atau BUMD

Kabupaten Karanganyar dengan bentuk badan hukum Perusahaan Daerah. Apotek

Sukowati didirikan dengan Pemerintah Kabupaten Karanganyar setidaknya telah

melakukan penyertaan modal hingga senilai Rp 500 juta terhadap Apotik

8

Tata Laksana Pelayanan Obat dalam Program JKN. Buletin INFARKES Edisi I - Februari 2014

9

http://www.solopos.com/2014/06/19/30-lebih-penduduk-karanganyar-belum-terdaftar-bpjs-514162, Diakses 3 Desember 2014 pukul 08.37

(18)

commit to user

7

Sukowati, penyertaan tahap pertama pada dekade 1990-an Rp 300 juta, dan yang

kedua tahun 1998 lalu dengan nominal Rp 200 juta. Apotek Sukowati dalam

melaksanakan program rujuk balik menerima rujukan dari fasilitas kesehatan

tingkat pertama seperti Apotek Jaten, Apotek Karanganyar, dan klinik

dokter.Setiap bulan Apotek sukowati melayani kurang lebih 100 peserta program

rujuk balik per bulan atau 600 resep per bulan.

Pada prakteknya,masih terdapat beberapa permasalahan yang dialami peserta

BPJS Kesehatan, contohnya ketersediaan obat untuk peserta BPJS Kesehatan

tidak terpenuhi dikarenakan stok obat yang habis, peresepan obat oleh dokter yang

tidak tersedia di apotek dan lain sebagainya. Adanya perjanjian kerjasama antara

apotek dengan BPJS Kesehatan dalam hal pengadaan obat, maka yang terjadi

adalah adanya hubungan hukum dimana para pihak yang saling mengikatkan diri

dengan pihak lain dan begitu juga sebaliknya. Adanya hubungan hukum tersebut

para pihak tentunya memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Tulisan ini ditujukan untuk mengetahui apakah pemenuhan obat peserta

program rujuk balik dalam program jaminan sosial kesehatan telah dilaksanakan

sesuai dengan perjanjian antara para pihak yaitu apotek sukowati dengan BPJS

Kesehatan. Penulis membahas topik ini karena melihat pelaksanaan program baru

pemerintah yaitu jaminan sosial kesehatan (Selanjutnya disebut JKN) oleh BPJS

Kesehatan yang mulai dilaksanakan pada 1 Januari 2014 dengan sistem

pengadaan obat yang berbeda dengan sistem sebelumnya yang dilaksanakan oleh

PT. Askes (persero). Penulis membahas topik ini karena belum pernah penulis

temukan penulisan terkait pengadaan obat rujuk balik untuk peserta program

jaminan sosial kesehatan BPJS Kesehatan, yang penulis temukan adalah sebuah

penelitian secara spesifik mengenai dampak pengadaan barang dan jasa (obat)

program BPJS Kesehatan terhadap industri farmasi di Indonesia. Penelitian yang

dimaksud adalah sebuah tesis yang ditulis oleh Hanifa Azhari dengan judul

“Tinjauan Yuridis Terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan Terkait Pengadaan Barang dan Jasa Bagi Industri Farmasi di

(19)

commit to user

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian latar belakang masalah, penulis menggagas

rumusan masalah untuk dikaji sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian Pengadaan obat dalam program

jaminan sosialkesehatan antara Apotek Sukowati dengan BPJS Kesehatan

Cabang Utama Surakarta?

2. Kendala-kendala apa yang ditimbulkan dalam pelaksanaan perjanjian

pengadaan obat dalam program jaminan sosial kesehatan di Apotek

Sukowati dan solusi apakah yang dilakukan untuk mengatasi masalah

tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian pengadaan obat dalam

program jaminan sosialkesehatan antara Apotek Sukowati dengan

BPJS Kesehatan Cabang Utama Surakarta.

b. Untuk mengetahui kendala-kendala apa yang ditimbulkan dalam

pelaksanaan perjanjian pengadaan obat dalam program jaminan sosial

Kesehatan di apotek dan solusi apa yang dilakukan untuk mengatasi

masalah tersebut.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk memperdalam khasanah keilmuan peneliti di bidang hukum.

b. Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memperoleh

gelar Magister Ilmu Hukum pada Program Pascasarjana Magister (S2)

Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan

dibidang hukum pada umumnya dan tentang pelaksanaan perjanjian

pengadaan obat dalam program jaminan sosial kesehatan pada

(20)

commit to user

9

b. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan

pembendaharaan literatur dan menambah khasanah dunia

kepustakaan, sehingga dapat menjadi acuan untuk mengadakan kajian

dan penelitian mengenai hal sejenis yaitu mengenai perjanjian

pengadaan obat dalam program jaminan sosial kesehatan oleh BPJS

kesehatan.

2. Manfaat praktis

a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan

membentuk pola pikir ilmiah, sekaligus untuk mengetahui

kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

(21)

commit to user

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

a. Asas-Asas Perjanjian

Menurut pandangan Smits asas-asas hukum memenuhi tiga

fungsi.11Pertama, asas-asas hukumlah yang memberikan keterjalinan

dari aturan-aturan hukum yang tersebar. Kedua, asas-asas hukum

dapat difungsikan untuk mencari pemecahan atas masalah-masalah

baru yang muncul dan membuka bidang-bidang liputan masalah baru.

Asas-asas hukum juga menjustifikasikan prinsip-prinsip “etikal”, yang

merupakan substansi dari aturan-aturan hukum. Dari kedua fungsi

tersebut di atas diturunkan fungsi ketiga, bahwa asas-asas dalam

hal-hal demikian dapat dipergunakan untuk “menulis ulang” bahan-bahan

ajaran hukum yang ada sedemikian, sehingga dapat dimunculkan

solusi terhadap persoalan-persoalan baru yang berkembang”.

Asas hukum berfungsi sebagai pondasi yang memberikan arah,

tujuan serta penilaian fundamental, mengandung nilai-nilai, dan

tuntutan-tuntutan etis.12Bahkan dalam suatu mata rantai sistem, asas,

norma dan tujuan hukum berfungsi sebagai pedoman dan ukuran atau

kriteria bagi perilaku manusia.13

Kedudukan asas hukum dalam semua sistem hukum yang di

dalamya mengatur sistem norma hukum mempunyai peranan penting.

Asas hukum merupakan landasan atau pondasi yang menopang

kukuhnya suatu norma hukum. Untuk memahami apa yang dimaksud

11

Budiono, H., Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia (Hukum Perjanjian Berdasarkan Atas Asas Hukum Indonesia), Media Notariat, Jakarta. 2002. Hlm.82

12 Satjipto Rahardjo,Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung. 2000, hlm.45

(22)

commit to user

11

dengan asas hukum, beberapa ahli memberikan batasan atau

pengertian sebagai berikut:

1) Bellefroid,14mengemukakan bahwa asas hukum umum adalah

norma dasar yang dijabarka dari hukum positif da yang oleh ilmu

hukum dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Jadi

asas hukum umum merupakan kristalisasi (pengendapan hukum

positif dalam suatu masyarakat.

2) Paul Scholten,15menguraikan asas hukum adalah pikiran-pikiran

dasar, yang terdapat di dalam dan dibelakang sistem hukum

masing-masing dirumuskan dalam aturan-aturan,

perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim, yang berkenaan dengan

ketentuan-ketentuan dan keputusan-keputusan individual dapat

dipandang sebagai penjabarannya.

Posisi asas hukum sebagai meta-norma hukum pada dasarnya

memberikan arah, tujuan serta penilaian fundamental bagi keberadaan

suatu norma hukum. Bahkan bayak ahli yang menyatakan bahwa asas

hukum merupakan jantung atau hatinya norma hukum (peraturan

hukum).16Adapun asas-asas perjanjian adalah sebagai berikut:

1) Asas Itikad Baik

Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata menyebutkan: “Suatu

perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.Pasal ini

bermakna perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak harus

dilaksanakan sesuai dengan kepatutan dan keadilan.

14 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty ,Yogyakarta ,2003,hlm.34

15

J.J.H Bruggink dalam Agus Yudha Hernoko,op.cit,hlm.22 16

Gambar

TABEL

Referensi

Dokumen terkait

Computer Assisted Instruction (CAI) Fisika pada materi termodinamika dan fluida yang telah dirancang diuji coba pada guru, ahli media dan siswa sebagai user ,

Sumber air yang terdapat pada daerah ini digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari baik itu pada kegiatan domestik ataupun kegiatan pertanian,

Kloning domba Dolly merupakan hasil kloning pertama yang telah berhasil dilakukan oleh Ian Wilmut pada tahun 1996. Domba Dolly merupakan domba hasil kloning yang

Dalam apel serah terima tersebut, petugas jaga shif yang lama melaporkan kejadian-kejadian penting pada saat meriksa bertugas (apa bila ada) dan menyerahkan

Berdasarkan temuan dilapangan, usaha pemimpin dalam melibatkan semua stakeholder yang berhubungan dengan sekolah untuk mencapai jaminan mutu atau program yang

Teaching Vocabulary by Using Word Guessing Game at first grade. of SMP N 2 Kalibagor Academic Year 2016/2017

Park and Ride diharapkan dapat menyediakan tempat yang cukup luas dan baik untuk menampung kendaraan pribadi, mengurangi kendaraan yang masuk ke kota karena diharapkan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh penyimpangan seksual dalam perilaku dan pola pikir siswa terhadap prestasi belajar mereka pada mata