• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Disusun Oleh :

FURI KAMALIA FITRIANI NIM : 1110101000004

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

Skripsi, Oktober 2015

Furi Kamalia Fitriani, NIM : 1110101000004

Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015

xiv + 68 halaman, 6 tabel, 6 bagan, 6 lampiran ABSTRAK

Gizi kurang pada balita masih merupakan masalah kesehatan di Tangerang Selatan. Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh Puskesmas Pamulang untuk menangani permaalahan gizi salah satunya adalah meningkatkan pengetahuan ibu balita. Namun upaya yang dilakukan masih belum maksimal, sehingga para ibu masih banyak yang belum mengetahui terkait status gizi dan pola asuh anak. Oleh karna itu, peneliti ingin mengetahui pengaruh penyuluhan dengan menggunakan media lembar balik terhadap peningkatan pengetahuan ibu balita gizi kurang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2015 di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian pra eksperimen dengan rancangan one group pre test dan post test design. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pre-test, post-test, dan media. Sampel penelitian ini terdiri dari 23 ibu balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.

Hasil penelitian menunjukan karakteristik ibu dengan median umur 35 tahun, rata-rata tingkat pendidikan yang ada yakni tamat SMP, dan ibu yang tidak bekerja lebih banyak dari pada ibu yang bekerja. Hasil penelitian terkait perbedaan pengetahuan diketahui terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan pada ibu balita gizi kurang (Pvalue = 0,001) sebelum dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan dengan media lembar balik dengan menggunakan uji Wilcoxon.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada responden untuk dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupan. Bagi Puskesmas Pamulang disarankan untuk menggalakan pendidikan kesehatan dalam hal ini tentang status gizi balita dengan mengembangkan media yang sesuai sasaran. Sedangkan bagi peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode yang lain dan memiliki sampel yang lebih banyak sehingga validitasnya dapat dijamin.

Daftar bacaan : 68 (2000-2015)

(6)

v

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

SPECIALIZATION HEALTH PROMOTION Skripsi, June 2015

Furi Kamalia Fitriani, NIM : 1110101000004

The Influence of Health Promotion by Using Flipchart Through Nutrition To Increase Knowledge of Mothers about Malnutrition in Health Center of Pamulang, South Tangerang 2015

xiv + 68 pages, 6 tables, 6 charts, 6 attachments ABSTRACT

Malnutrition in children under five is still a health problem in status was health south tangerang.Various attempts have done by pamulang health centers for solving nutrition problems, such as increasing knowledge of mother. However, the efforts have been done are still not optimal, so that many mother‟s have not known about the nutrition status and child care. There fore, researchers wanted to determine the effect of health promotion by using flipchart media for improving mother‟s knowledge about malnutrition. This study conducted in july until august 2015 in the work area hospitals pamulang.This study was held in July to august 2015 in Health Center of Pamulang‟s working area.

This research is a quantitative research with pre experiment one group pre test and post test design. The instrument of this research was pre-test, post-test questionnaire,

and media. Respondents in this study are 23 mother of low nutrition in Health Center of

Pamulang.

The results showed that median age of mother is at 30 years old, the average of educational level is junior high school‟s,and there is much of mother who didn‟t work than work. Based on the research results about difference knowledge is known there is a significant difference for mother of low nutrition (Pvalue = 0,001)between before and afterhealth promotion by usingmedia flipchart with Wilcoxon test.

Based on Based on this results, it is suggeted to respondents to apply the knowledge in their daily activities. As for Health Center of Pamulang is expected to Pamulang health centers are advised to promote education especially about nutritional status of children by developing appropriate media for targets. While for other research using other method‟s and use more sample‟s so that, it‟s validity can be guaranteed.

Reading list : 68 (2000-2015)

(7)

vi

Nama Lengkap : Furi Kamalia Fitriani Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 03 April 1992

Alamat : Jalan Bhayangkara Raya I No. 75 RT 005 RW 01 Kelurahan Pakujaya, Kecamatan Serpong Utara, Tangerang Selatan, Banten 15230

Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Email :furyelkamalia@gmail.com

Telepon : 085693421563

Riwayat Pendidikan

1998 – 2004 SDN Margajaya

2004 – 2007 MTs Darut Tafsir, Bogor 2007 – 2010 SMA Darut Tafsir, Bogor 2010 – sekarang Peminatan Promosi Kesehatan

Jurusan Kesehatan Masyarakat

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan nikmat sehat, umur, serta kelapangan waktu bagi peneliti. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015”.

Tak lupa shalawat serta salam peneliti haturkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah membawa kita semua umat muslim dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan umatnya yang kelak mendapatkan syafa’at di yaumul akhir. Amin.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itulah, peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak, Dr. H. Arif Sumantri, SKM, MKes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, MKes, PhD, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat dan penanggung jawab skripsi.

3. Ibu Raihana Nadra Al-Kaff, SKM, MMA, selaku penanggung jawab Peminatan Promosi Kesehatan dan Penesehat Akademik.

4. Ibu Ir. Febrianti, M.Si dan Ibu Raihana Nadra Al-Kaff, SKM, MMA selaku Dosen Pembimbing atas waktu, konsultasi, arahan, serta bimbingannya selama peneliti mengerjakan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peneliti.

(9)

viii

7. Kak Ida Farida yang telah memberikan banyak masukan serta berbagi ilmu dan pengalaman kepada peneliti.

8. Seluruh teman-teman kelas Promkes 2010 (Saryati, Nita, Zahrita, Siva, Yuli, Ayu, Ilmi, Supriadi, Fadlur, Prima, Richo, Hervina, Dita, dan Randika) yang selalu siap mendengarkan keluh kesah peneliti selama mengerjakan skripsi. 9. Dan tak lupa kepada orang-orang yang telah membantu peneliti dalam proses

penyetakan skripsi ini.

Skripsi yang telah dibuat oleh peneliti ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Jakarta, September 2015

(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... ... iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ... v

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 12

2.1.3. Pengetahuan Gizi ... 16

2.2. Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu ... 17

2.3. Edukasi Kesehatan (Penyuluhan) ... 18

2.3.1. Pengertian Penyuluhan ... 18

2.3.2. Materi atau Pesan Penyuluhan ... 19

2.3.3. Metode Penyuluhan ... 19

2.3.4. Media Penyuluhan ... 21

2.3.5. Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan ... 24

2.3.6. Penyuluhan Gizi ... 25

2.3.6.1. Pengertian penyuluhan gizi ... 25

2.3.6.2. Tujuan penyuluhan gizi ... 25

(11)

x

2.3.6.4. Pelaku penyuluhan gizi ... 26

2.3.6.5. Pendekatan penyuluhan gizi ... 26

2.4. Kerangka Teori ... 27

2.5. Penelitian Terkait... ... 32

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep ... 34 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 44

5.2. Gambaran Karakteristik Ibu Balita Gizi Kurang ... 45

5.3. Gambaran Hasil Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Sebelum dan Setelah Diberikan Penyuluhan Dengan Media Lembar... ... 46

5.4. Perbedaan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Sebelum Dan Setelah Diberikan Penyuluhan Dengan Media Lembar Balik ... 49

BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Keterbatasan Penelitian ... 50

6.2. Gambaran Karakteristik Ibu Balita Gizi Kurang... ... 50

(12)

xi

6.4. Perbedaan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Sebelum Dan Setelah Diberikan Penyuluhan Dengan Media Lembar Balik ... 56

BAB VII KESIMPULAN

7.1. Kesimpulan ... 60 7.2. Saran ... 61

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Penelitian Terkait 32

3.1 Definisi Operasional 35

5.1 Gambaran Karakteristik Ibu Balita Gizi Kurang 45 5.2 Gambaran Hasil Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang

Sebelum dan Setelah Diberikan Penyuluhan dengan Media Lembar Balik

47

5.3 Gambaran Jawaban Benar Ibu Balita Gizi Kurang Sebelum dan Setelah Diberikan Penyuluhan dengan Media Lembar Balik

48

5.4 Perbedaan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Baik Sebelum dan Setelah Diberikan Penyuluhan dengan Media Lembar Balik dengan Uji Wilcoxon

(14)

xiii

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR

Nomor Judul Bagan dan Gambar Halaman

2.1 Bagan Model Teori Precede-Proceed 28 2.2 Bagan Model Teori Komunikasi Laswell 31

2.3 Bagan Kerangka Teori Penelitian 31

3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian 34

4.1 Bentuk Rancangan Pre test dan Post test 36

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Perizinan dari Dinas Kota Tangerang Selatan Lampiran 2 Kuesioner Identitas Responden

Lampiran 3 Kuesioner Pre-test Lampiran 4 Kuesioner Post-test

Lampiran 5 Gambaran Media Lembar Balik yang Digunakan

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Dalam suatu negara, status gizi balita sangat penting dipehatikan karena merupakan indikator untuk memonitor kesehatan dan status gizi penduduk. Oleh karena itu, dalam mempersiapkan generasi masa depan yang lebih baik, maka hal utama yang diperbaiki adalah status gizi pada balita. Selain itu, usia balita merupakan usia yang rawan karena usia awal dari tumbuh kembang dan pertumbuhan seseorang (Arisman, 2010).

Dampak yang diakibatkan dari kurangnya gizi pada anak, antara lain meningkatkan resiko kematian, menghambat perkembangan kognitif, dan mempengaruhi status kesehatan pada usia remaja dan dewasa (Arisman, 2010). Dampak lain dari balita yang mengalami kurang gizi yaitu dapat menimbulkan kelainan-kelainan fisik maupun mental. Kelainan-kelainan yang terjadi pada bayi dan anak-anak tersebut biasanya sulit atau tidak dapat disembuhkan, dan menghambat dalam perkembangan selanjutnya (Suhardjo, 2010).

(17)

bahkan pada petugas kesehatan (UNICEF Indonesia, 2008).

Akibat dari masalah gizi tersebut dapat menyebabkan beberapa efek serius pada balita seperti kegagalan pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan, bahkan dapat menimbulkan kematian pada balita. Namun, kejadian masalah gizi pada balita ini dapat dihindari apabila ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara pemberian makanan dan mengatur makanan balita dengan baik. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan gizi pada balita. Sehingga pengetahuan orang tua tentang gizi merupakan kunci keberhasilan baik atau buruknya status pada balita (Notoatmodjo, 2007).

Salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan adalah dengan metode penyampaian informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan sasaran dengan menggunakan media promosi kesehatan yang tepat (Edberg, 2002). Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik (televisi, radio, komputer, dan sebagainya), dan media luar ruang, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan merubah perilaku ibu terhadap kesehatan.

(18)

visual dan konvensional dengan uji statistik lebih kecil dari 0,05 yakni sebesar 0,000.

Dalam penelitaian lain yang dilakukan oleh Suiraoka dan kawan-kawannya terkait edukasi atau penyuluhan gizi dengan media leaflet keluarga sadar gizi (KADARZI) di empat Posyandu di wilayah Puskesmas Banjarangkan, Bali, diketahui bahwa terdapat perbedaan antara hasil pre-test dan post-test yang diberikan kepada kelompok intervensi dengan media dengan uji statistik lebih kecil dari 0,05. Sedangkan pada kelompok yang diberikan intervensi tanpa menggunakan media, skor pre-test dan post-test yang didapatkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (Suiraoka, Kusumayanti, dan Juniarsana, 2010).

Selain itu, penelitian dari Rahmawati, Sudargo, dan Paramastri (2006) di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, bahwa dari tiga kelompok yang diberikan perlakuan terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan. Kelompok yang dimaksud yaitu kelompok kontrol, kelompok modul, dan kelompok audiovisual. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa perlakuan dengan audiovisual lebih baik dibandingkan dengan modul ataupun kontrol. Nilai statistik kelompok audiovisual lebih kecil dari 0,05 dan juga lebih kecil dibandingkan dengan kelompok modul.

(19)

strategi penyebarluasan pendidikan gizi yang dilakukan pemerintah yaitu dengan menyediakan materi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) terkait gizi (Direktorat Bina Gizi, 2013).

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sampai tahun 2013 sudah menjalankan beberapa program yang berkaitan dengan perbaikan gizi balita pada seluruh Puskesmas yang ada di Kota Tangerang Selatan. Program-program tersebut yaitu pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita yang berada di bawah garis merah saat penimbangan, pemberian PMT pemulihan bagi balita gizi kurang dan gizi buruk, penyuluhan di meja keempat saat kegiatan penimbangan oleh tenaga gizi atau bidan desa, serta penyuluhan ke rumah ibu balita yang tidak datang ke Posyandu saat penimbangan (Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat, 2012).

Selain menjalankan berbagai program untuk melakukan perbaikan gizi, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan juga membuat berbagai media untuk menyebarluaskan informasi yang berkaitan tentang perbaikan gizi. Media yang digunakan berupa lembar balik, leaflet dengan berbagai judul, dan juga poster. Media yang dibuat oleh Dinas Kesehatan tersebut didistribusikan ke seluruh Puskesmas (Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat, 2012).

Media lembar balik yang digunakan berjudul “Menuju Keluarga Sehat”,

(20)

serta akibat kurang gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun, informasi yang berkaitan dengan masalah gizi kurang tidak dimasukan, yang ada di dalamnya hanya informasi terkait gizi buruk pada balita. Informasi gizi buruk pada balita yang ada adalah klasifikasi gizi buruk dan cara penanggulangannya berdasarkan umur balita (Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat, 2012).

Sedangkan leaflet yang digunakan ada berbagai judul, salah satunya adalah leaflet dengan judul “Gizi Buruk”. Informasi yang ada di dalamnya adalah pengertian gizi buruk, tanda dan gejala klinis gizi buruk, dan cara pencegahannya. Leaflet ini diberikan kepada seluruh Puskesmas di Kota Tangerang Selatan dengan jumlah masing-masing 19 lembar (Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat, 2012). Berdasarkan informasi dari salah satu kader dari Puskesmas Pamulang menyatakan bahwa konten isi dari media leaflet ini kurang informasi, terutama yang berkaitan tentang penyebab gizi buruk dan dampaknya. Selain itu juga, kader lain juga menambahkan kalau diberikan leaflet banyak yang tidak membacanya dan digunakan untuk hal yang lain, contohnya dijadikan pembungkus makanan dan sebagainya, sehingga para ibu balita mempunyai pengetahuan yang sedikit terkait gizi.

(21)

edukasi kesehatan berupa penyuluhan menggunakan media yang tepat kepada para ibu balita gizi kurang. Karena dengan penggunaan media kesehatan yang tepat dan efektif akan meningkatkan pengetahuan ibu balita gizi kurang.

Pada Puskesmas Pamulang terdapat beberapa media pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita gizi kurang yang didistribusikan oleh Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Media pendidikan yang ada adalah leaflet dengan berbagai judul, poster dan lembar balik. Namun materi pada ketiga media yang digunakan masih terbatas.

Materi pada media leaflet terkait gizi balita berisikan pengertian gizi buruk, tanda dan gejala klinis gizi buruk, dan cara pencegahannya dan materi pada media poster hanya peringatan untuk mewaspadai gizi buruk pada anak. Sedangkan untuk media lembar balik yang ada di Puskesmas menjelaskan informasi gizi buruk pada balita terkait klasifikasi gizi buruk dan cara penanggulangannya berdasarkan umur balita. Oleh karena itu diperlukan media pendidikan lain untuk melengkapi sumber pengetahuan ibu balita gizi kurang di wilayah Puskesmas Pamulang.

(22)

status gizi, porsi makan anak, dan cara menangani anak yang mengalami susah makan (Al-Kaff dan Ciptaningtyas, 2012).

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan media untuk membantu penyuluhan yang akan dilakukan. Media tersebut berupa media lembar balik yang digunakan oleh peneliti sebelumnya karena materi yang ada di dalmnya dapat melengkapi materi sebelumnya serta letak wilayah yang berdekatan dan mempunyai karakteristik yang hampir sama diharapkan dapat juga meningkatkan pengetahuan ibu balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.

1.2. RUMUSAN MASALAH

(23)

Berdasarkan uraian dari latar belakang, untuk meningkatkan pengatahun, maka diperlukannya media yang tepat dan efektif sebagai sarana informasi bagi para ibu balita gizi kurang. Oleh sebab itu, maka penulis ingin mengangkat permasalahan gizi anak dari sisi ibu. Secara spesifik, penulis ingin mengetahui pengaruh penyuluhan dengan menggunakan media terhadap pengetahuan ibu balita gizi kurang. Media yang akan di pakai adalah media lembar balik yang telah digunakan oleh peneliti sebelumnya dengan sasaran yang umum. Lembar balik tersebut berjudul “Pemantauan Pertumbuhan dan Status Gizi Anak” yang

dibuat oleh laboratorium HMD (Health Media Development) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Peneliti berharap dengan menggunakan media yang sama dengan sasaran yang spesifik dapat meningkatkan pengetahuan pada ibu balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat perubahan hasil nilai pengetahuan ibu balita gizi kurang dengan menggunakan media edukasi. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas yang diketahui memiliki balita yang mengalami masalah gizi dengan jumlah yang terbanyak di Kota Tangerang Selatan, yaitu Puskesmas Ciputat Timur.

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum

(24)

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Diketahuinya gambaran karakteristik ibu balita gizi kurang seperti umur, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan.

b. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu balita gizi kurang sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan media lembar balik gizi yang dibuat oleh laboratorium HMD (Health Media Development) UIN Syarif Hidayatullah di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan tahun 2015. c. Diketahuinya perbedaan tingkat pengetahuan ibu balita gizi kurang

sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan media lembar balik gizi yang dibuat oleh laboratorium HMD (Health Media Development) UIN Syarif Hidayatullah di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan tahun 2015.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

a. Responden yang ikut serta dalam kegiatan penyuluhan mendapatkan pengetahuan terkait masalah gizi balita, sehingga di masa yang akan datang responden dapat menerapkan pengetahuan yang didapat.

(25)

c. Peneliti lainnya dapat dijadikan salah satu sumber informasi, terutama yang berkaitan dengan pengetahuan ibu balita terkait masalah gizi sebelum dan setelah diberikan penyuluhan.

1.5. RUANG LINGKUP

(26)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan Ibu 2.1.1. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan dapat terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket untuk menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan cara memperoleh pengetahuan terbagi dalam dua kelompok, yaitu cara tradisional atau non ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah. Cara tradisional terbagi menjadi empat cara, yaitu: 1. Trial dan error (coba-salah), cara ini digunakan dengan cara percobaan

sampai berhasil, jika belum berhasil maka akan terus diulang kembali.

2. Kekuasaan (otoritas), orang-orang yang memiliki kekuasaan dijadikan sebagai sumber pengalaman, seperti pemimpin agama, pemerintah, atau ahli pengetahuan.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi.

4. Jalan pikiran, yang nantinya akan menghasilkan sebuah induksi ataupun deduksi sebagai kesimpulan dari pikiran manusia.

(27)

Sedangkan cara yang modern atau cara ilmiah menggunakan cara yang lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah atau yang lebih dikenal dengan sebutan metodologi penelitian (research methodology) (Notoatmodjo, 2003).

Sumber yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokan ke dalam empat kategori, yaitu:

1. Perorangan di luar kendali pelayanan kesehatan, seperti keluarga, teman, ahli agama, tokoh masyarakat, dan lainnya.

2. Perorangan dalam kendali pelayanan kesehatan, seperti petugas kesehatan. 3. Nonperorangan di luar kendali pelayanan kesehatan, seperti media massa

dan media elektronik.

4. Nonperorangan dalam kendali pelayanan kesehatan, seperti iklan dan brosur yang dibuat oleh pelayanan kesehatan (Hartono, 2010 dalam Kanta, 2013).

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu: 1. Pendidikan

(28)

masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut (Notoadmodjo, 2007).

2. Informasi atau media massa

(29)

baru mengenai sesuatu hal dapat memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoadmodjo, 2007).

Menurut Azwar (2003), pengetahuan dapat dipengaruhi oleh adanya informasi dari sumber media sebagai sarana komunikasi yang dibaca atau dilihat, baik dari media cetak maupun elektronik seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain.

3. Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Menurut Nursalam (2001), sistem sosial budaya yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

4. Lingkungan

(30)

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Notoatmodjo, 2007).

6. Usia

(31)

- Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

- Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.

2.1.3. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan menurut Almatsier (2009), pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.

(32)

produktifitas. Peningkatan pengetahuan gizi bisa dilakukan dengan program pendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah. Program pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku anak terhadap kebiasaan makannya (Soekirman, 2000).

Secara umum, di negara berkembang, ibu memainkan peranan penting dalam memilih dan mempersiapkan pangan untuk dikonsumsi anggota keluarganya. Walaupun seringkali para ibu bekerja di luar, mereka tetap mempunyai peran besar dalam kegiatan pemilihan dan penyiapan makanan. Saat kedua orang tua memegang peranan penting dalam pemilihan pangan untuk anggota keluarganya, maka pengetahuan gizi keduanya akan mempengaruhi jenis pangan dan dan mutu gizi makanan yang dikonsumsi anggota keluarga.

Pengetahuan gizi yang dimiliki ibu akan mempengaruhi pemilihan pangan bagi keluarganya, terutama ibu yang memiliki balita. Jika balita tidak diberikan asupan makanan yang bergizi maka dapat berdampak kepada tumbuh kembang balita tersebut. Selain berdampak pada tumbuh kembang balita, pemilihan asupan makanan juga mempengaruhi status gizi balita. Jika ibu salah dalam memberikan asupan makanan dikarenakan kurangnya pengetahuan maka status gizi dari balita tersebut bisa menjadi gizi kurang bahkan gizi buruk.

2.2. Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu

(33)

atau penyuluhan gizi dengan media leaflet keluarga sadar gizi (KADARZI) di empat Posyandu di wilayah Puskesmas Banjarangkan, Bali, mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara hasil pre-test dan post-test yang diberikan kepada kelompok intervensi dengan media. Sedangkan pada kelompok yang diberikan intervensi tanpa menggunakan media, skor pre-test dan post-test yang didapatkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (Suiraoka, Kusumayanti, dan Juniarsana, 2010).

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Dyah Ambarini di Dusun Ngulu Wetan, Wonogiri, terkait pengaruh penyuluhan gizi terhadap tingkat pengetahuan ibu, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil pre-test dan post-test yang dilakukan. Hal ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan ibu (Kusumaningtyas, 2011).

2.3. Edukasi Kesehatan (Penyuluhan) 2.3.1. Pengertian Penyuluhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyuluhan berasal dari kata “suluh” atau obor, yang artinya kegiatan penerangan atau memberikan terang

bagi yang berada dalam kegelapan. Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak hanya terbatas pada memberikan penerangan, namun menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan, sehingga mereka benar-benar memahami maksud penyuluh.

(34)

merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada penyebarluasan informasi atau inovasi dan memberikan penerangan saja tetapi juga merupakan proses yang dilakukan secara terus menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadi perubahan perilaku yang ditunjukan oleh sasaran penyuluhan (Maulana, 2009).

2.3.2. Materi atau Pesan Penyuluhan

Menurut Effendi (2003) materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, sehingga menfaatnya dapat dirasakan secara langsung. Materi yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang dimengerti oleh sasaran. Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan menarik perhatian sasaran.

2.3.3. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor tercapainya hasil penyuluhan yang optimal. Berikut adalah metode yang dapat digunakan, yaitu: - Metode penyuluhan perorangan (individual)

(35)

alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini dapat berupa:

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

Dengan menggunakan cara ini petugas dan klien dapat kontak langsung yang intensif, setiap masalah klien dapat langsung digali dan dibantu penyelesaiannya. Pada akhirnya, klien tersebut dengan sukarela dan sadar, menerima perilaku baru tersebut (mengubah perilaku).

b. Wawancara (interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Cara ini digunakan untuk mencari lebih dalam lagi penyebab atau alasan klien yang tidak atau belum mau menerima perubahan perilaku, atau klien tertarik tapi belum menerima perilaku, serta untuk mengetahui dasar pengertian dan kesadaran yang akan perilaku yang diadopsi atau akan diadopsi. Jika belum maka penyuluhan yang akan diberikan lebih mendalam lagi (Notoatmodjo, 2007).

- Metode penyuluhan kelompok

(36)

i. Diskusi kelompok

Dalam diskusi kelompok semua anggota dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, sehingga formasi duduk peserta diatur sedemikian rupa agar para peserta dapat saling melihat satu sama lain. Pemimpin diskusi akan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait topik yang akan dibahas untuk menghidupkan diskusi kelompok.

ii. Curah pendapat (brain storming)

Prinsip metode ini mirip dengan diskusi kelompok. Bedanya, setiap jawaban atau tanggapan dari pertanyaan yang diajukan, ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Jika seluruh peserta sudah menyampaikan pendapatnya maka diskusi sudah bisa dimulai (Notoatmodjo, 2007).

2.3.4. Media Penyuluhan

Media kesehatan pada hakikatnya merupakan alat bantu pendidikan kesehatan yang bisa digunakan dalam bentuk Audio Visual Aids (AVA). Disebut sebagai media kesehatan karena alat-alat tersebut merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan pesan kesehatan guna mempermudah penerimaannya bagi masyarakat atau „klien‟ (Notoatmodjo, 2007). Media kesehatan dibagi menjadi 3

berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan, yaitu: 1. Media cetak

(37)

a. Booklet: media kesehatan yang berupa buku, baik tulisan maupun gambar.

b. Leaflet: media kesehatan yang berupa lembaran yang dilipat. Isi informasi dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi.

c. Flyer (selembaran): mirip dengan leaflet tapi tidak dilipat.

d. Flip chart (lembar balik): media kesehatan yang berbentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembarnya berisi gambar peraga dan dibaliknya informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut. e. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, yang berisi

suatu pembahasan masalah kesehatan ataupun hal-hal lain yang berkaitan dengan kesehatan.

f. Poster: media kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat umum, maupun di kendaraan umum.

g. Foto-foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan. 2. Media elektronik

Berikut adalah berbagai jenis media elektronik yang dapat digunakan sebagai media kesehatan, yaitu:

a. Televisi: penyampaian pesan atau informasi kesehatan dapat berbentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV, sport, kuis atau cerdas cermat, dan sebagainya.

(38)

c. Video: penyampaian pesan atau informasi kesehatan yang berupa video. d. Slide atau powerpoint: penyampaian pesan atau informasi kesehatan

yang berupa slide.

e. Film strip: penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam film strip. 3. Media papan (Bill board)

Papan (Bill board) yang dipasang di tempat umum dapat dipakai dan diisi dengan pesan atau informasi kesehatan. Media papan yang dimaksud juga mencakup pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum seperti bus dan taksi (Notoatmodjo, 2007).

Dalam penelitian ini, media yang digunakan berupa flip chart atau lembar balik dan video. Kedua media ini digunakan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan edukasi kesehatan. Berikut adalah penjabaran terkait media yang digunakan.

Lembar balik merupakan media kesehatan yang berbentuk lembar bolak-balik. Biasanya berbentuk seperti buku gambar, yang tiap lembarnya diisi oleh gambar dan dibaliknya berisi kalimat pesan atau informasi yang terkait dengan gambar tersebut. Penggunaan media ini dapat menghemat waktu penyuluh karena tidak perlu menulis di papan tulis. Bahan media lembar balik biasanya berukuran seperti kertas plano yang mudah dibolak-balik, mudah diisi, dan berwarna cerah (Sjahmenan, 2011).

(39)

direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran. Selain itu, media ini juga dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku serta efektif untuk sasaran yang jumlahnya tidak terlalu banyak dan dapat diputar atau diulang kembali (Lucie, 2005).

2.3.5. Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan

Keberhasilan suatu penyuluhan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:

- Faktor penyuluh, contohnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan dijelaskan, penampilan yang kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan kurang dimengerti sasaran, suara terlalu kecil dan tidak dapat terdengar, serta penyampaian materi yang monoton sehingga sasaran menjadi bosan.

- Faktor sasaran, contohnya tingkat pendidikan rendah, tingkat sosial ekonomi rendah dan tidak memperhatikan materi karena memikirkan hal lain yang mendesak, kepercayaan dan adat istiadat yang sulit diubah, serta kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan perubahan perilaku dapat terjadi. - Faktor proses dalam penyuluhan, contohnya waktu penyuluhan yang tidak

(40)

2.3.6. Penyuluhan Gizi

2.3.6.1.Pengertian penyuluhan gizi

Menurut Suharjo (2003), penyuluhan gizi merupakan pendekatan edukatif yang menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan atau mempertahankan gizi baik.

2.3.6.2.Tujuan penyuluhan gizi

Tujuan dari penyuluhan gizi adalah sebagai berikut: a. Terciptanya sikap positif terhadap gizi.

b. Terbentuknya pengetahuan dan kecakapan dalam memilih dan menggunakan sumber pangan.

c. Timbul kebiasaan makan yang baik.

d. Adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut terkait hal-hal yang berhubungan dengan gizi (Suharjo, 2003).

2.3.6.3.Ciri-ciri penyuluhan gizi

Ciri-ciri dari penyuluhan gizi yaitu:

a. Penyuluhan kesehatan harus terencana, mulai dari penemuan data, penetapan tujuan, sampai evaluasi dan pengembangan.

b. Penyuluhan adalah proses dari suatu rangkaian kegiatan.

c. Penyuluhan menggunakan kombinasi pengalaman belajar, yang artinya tidak hanya satu metode saja yang digunakan.

(41)

e. Tujuan perubahan perilaku hidup sehat. Perubahan perilaku yang artinya pengetahuan, sikap, dan keterampilan, sedangkan perilaku hidup sehat meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Suharjo, 2003).

2.3.6.4.Pelaku penyuluhan gizi

Orang yang dapat melakukan penyuluhan gizi, yaitu:

- Perorangan sebagai anggota masyarakat (ahli gizi) ataupun petugas suatu lembaga (Puskesmas, rumah sakit, lembaga swasta/LSM).

- Seluruh petugas kesehatan atau gizi, baik dari institusi formal ataupun lembaga swadaya masyarakat yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan penyuluhan kesehatan atau gizi baik secari individu, kelompok, ataupun massa (Snetselaar, 2009).

2.3.6.5.Pendekatan penyuluhan gizi

Pendekatan penyuluhan gizi dapat dilakukan dengan cara: a. Individu dengan metode konsultasi (wawancara).

b. Kelompok dengan metode demonstrasi, diskusi kelompok, dan ceramah c. Massa dengan metode ceramah ataupun menggunakan media kesehatan

(42)

2.4. KERANGKA TEORI

Teori Model Precede-Proceed adalah merupakan teori pengembangan dari teori yang dikembangkan oleh Lawrence W. Green dan Marshall Krueter. Model yang dikembangkan oleh Green dan Krueter (1991) pada tahun 1980, merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE ( Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation ).

Pada tahun 1991, model ini disempurnakan menjadi model PRECEDE-PROCEEDE. Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEEDE dilakukan bersama-sama dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE digunakan dalam fase diagnosis masalah, penetapan prioritas, dan tujuan program, sedangkan PROCEEDE digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi.

(43)
(44)

Peneliti menggunakan kerangka teori yang dibuat oleh Marshall Krueter yang didalamnya terdapat edukasi kesehatan pada fase kelima yang merupakan bagian dari kebijakan administratif dan fase keenam yaitu implementasi. Edukasi kesehatan yang dimaksud yaitu pemberian informasi kepada masyarakat luas terkait suatu masalah dalam upaya perbaikan masalah tersebut. Kebijakan administratif tersebut telah dibuat dan ditetapkan dalan Undang-Undang Kesehatan. Sedangkan implementasinya dilakukan oleh instansi yang bergerak di bidang kesehatan seluruh Indonesia.

Peneliti memilih menggunakan kerangka teori ini, karena didalamnya terdapat edukasi kesehatan pada fase kelima yang merupakan bagian dari kebijakan administratif dan fase keenam yaitu implementasi. Edukasi kesehatan yang dimaksud yaitu pemberian informasi kepada masyarakat luas terkait suatu masalah dalam upaya perbaikan masalah tersebut. Kebijakan administratif tersebut telah dibuat dan ditetapkan dalan Undang-Undang Kesehatan. Sedangkan implementasinya dilakukan oleh instansi yang bergerak di bidang kesehatan seluruh Indonesia.

(45)

Peneliti memiliki beberapa alasan untuk pembatasan penelitian yang dilakukan. Pertama, peneliti hanya melihat pada peningkatan pengetahuan ibu terhadap edukasi yang dilakukan. Hal ini dikarenakan peneliti mengasumsikan pengalaman muncul setelah pengetahuan didapatkan. Pada bagian pendidikan, peneliti mengukur pendidikan ibu sebagai pendidikan formal. Pada bagian edukasi lanjutan dan pencarian informasi, peneliti tidak mengukur edukasi lanjutan karena penelitian yang dilakukan berupa point time atau dilakukan pada satu waktu.

(46)

mengalami peningkatan pengetahuan yang akhirnya dapat merubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan balitanya.

Dalam hal ini, peneliti selanjutnya menggunakan model komunikasi dari Harold Dwight Laswell (1948) yang mengatakan bahwa “siapa yang mengatakan apa kepada siapa menggunakan saluran apa dengan dampak apa”. Berikut adalah gambaran model komunikasi Laswell yang telah dimodifikasi sesuai dengan penelitian.

Bagan 2.2 Model Komunikasi Laswell

Who

Berdasarkan dari kedua teori tersebut peneliti kemudian membuat sebuah kerangka teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah gambaran kerangka teori gabungan dari teori komunikasi dari Laswell dan teori Precede-Proceed dari Green dan Krueter.

(47)
(48)
(49)

34 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dibuat, peneliti kemudian membuat kerangka konsep agar penelitian yang akan dilakukan jelas dan tidak keluar dari tema penelitian. Variabel yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah perbedaan pengetahuan ibu balita gizi kurang sebelum dan setelah diberikan penyuluhan dengan media lembar balik gizi yang dibuat oleh laboratorium HMD (Health Media Development) terkait pemantauan pertumbuhan dan status gizi anak. Berikut adalah kerangka konsep penelitian yang akan dilakukan:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Ibu Balita Gizi Kurang

Sebelum: Pengetahuan ibu balita

gizi kurang

Setelah: Pengetahuan ibu balita

gizi kurang Penyuluhan dengan

menggunakan media lembar balik Karakteristik yang

mempengaruhi pengetahuan: 1. Umur Ibu

2. Tingkat pendidikan ibu

(50)

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Umur ibu Masa hidup

responden dalam tahun sampai pada saat wawancara dilakukan

Wawancara Kuesioner a. < dari median b. ≥ dari median

Wawancara Kuesioner a. < tamat SMP b. ≥ tamat SMP

Wawancara Kuesioner a. Tidak bekerja b. Bekerja

Wawancara Kuesioner c. Tidak bekerja d. Bekerja

Wawancara Kuesioner Hasil skor pengetahuan

(0-Wawancara Kuesioner a. ≤ 70 b. > 70

(51)

36 BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pra Eksperimental dengan rancangan one group pre test and post test design. Penulis memilih desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu baliti gizi kurang sebelum dan setelah dilakukannya intervensi.

Desaim ini merupakan perkembangan dari desain one short case study (meneliti dengan satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan dan pengukurang dilakukan satu kali). Pada desain ini pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, pengukuran pertama dilakukan di awal (pre test) sebelum adanya perlakuan (treatment) dan pengukuran yang kedua (post test) dilakukan setelah diberikan perlakuan(Suryabrata, 2010).

Design penelitian ini digunakan hanya untuk satu kelompok subjek. Kelompok subjek merupakan kelompok yang dites (diteliti keadaan sebelum dan setelah) dan yang diberikan perlakuan berupa penyuluhan. Kelebihan dari jenis penelitian ini adalah hasil pretest dapat menjadi landasan untuk membuat komparasi prestasi terhadap subjek yang sama. Bentuk rancangan dapat dilihat pada gambar 4.1.

Pretest Perlakuan Posttest

01 Hasil Pre-test

X

Intervensi Penyuluhan

02 Hasil Post –test

(52)

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penelitian dilakukan adalah di Puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pamulang yang terletak di ruang tunggu poli gizi yang terletak di lantai 1.

4.2.2. Waktu Penelitian.

Penelitian ini dimulai dari bulan Juli sampai Agustus 2015 dengan pengumpulan data dan pendekatan kepada responden dimulai pada tanggal 15 Juli 2015. Sedangkan untuk pelaksanaan penyuluhan dilakukan pada tanggal 24 Juli 2015.

4.3. POPULASI DAN SAMPEL 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita gizi kurang, yang merupakan hasil informasi terbaru dari data puskesmas yang ada diwilayah kerja Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan tahun 2015.

4.3.2. Sampel

(53)

wilayah kerja Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan tahun 2015, yakni sebanyak 26 orang.

4.4. Cara Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner tentang karakteristik responden yang terdiri dari karakteristik responden dan pengetahuan responden yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test.

4.4.2. Data Skunder

Data skunder diperoleh dari data Puskesmas Pamulang terkait daftar status balita yang mengalami gizi kurang.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait dengan pengetahuan status balita gizi buruk. Instrumen penelitian yang digunakan terdapat tiga jenis, yaitu lembar data responden, lembar pre-test dan lembar post-test, yang di dalamnya terdapat pertanyaan yang sama dengan pre-test.

(54)

diolah (Arikunto, 2006). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Kuesioner

2. Media Lembar Balik 3. Buku Catatan

4. Alat Tulis

Dalam penelitian ini instrumen penelitian berupa kuesioner yang digunakan untuk melakukan pre-test dan post-test tingkat pengetahuan ibu balita gizi kurang terkait pemantauan pertumbuhan dan status gizi anak. Koesioner dalam penelitian ini merupakan gabungan kuesioner yang dibuat oleh Fajriyah (2013) dan peneliti. Kuesioner ini telah diujicobakan kepada responden yang mempunyai karakteristik sama pada wilayah penelitian yang berada di Tangerang Selatan. Hal ini untuk mengetahui kekurangan kuesioner yang akan digunakan pada penelitian. selain itu, juga agar peneliti dapat mengukur keefesienan waktu dalm pengisian kuesioner saat penelitian berlangsung.

Instrumen penelitian kedua adalah media lembar balik gizi, buku catatan dan alat tulis. Lembar balik dalam penelitian ini dibuat oleh laboratorium HMD (Health Media Development) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang berjudul “Pemantauan Pertumbuhan dan Status Gizi Anak”.

(55)

dapat meningkatkan pengetahuan para ibu balita gizi kurang sesuai dengan penelitian sebelumnya dalam kondisi responden secara umum. Instrumen lainnya adalah buku catatan dan alat tulis yang digunakan oleh responden untuk mencatat materi pada saat penyuluhan berlangsung.

4.6. PENGUKURAN 4.6.1. Pengetahuan

(56)

4.7. ALUR PENELITIAN

Penelitian ini memiliki alur yang digambarkan pada bagan berikut.

Bagan 4.2 Alur Penelitian

Berikut adalah penjabaran dari tahapan-tahapan alur penelitian.

1. Mengumpulkan data dan informasi terkait status gizi balita, mengumpulkan media yang digunakan dalam pendidikan kesehatan terhadap perbaikan gizi balita, mengklasifikasi informasi yang ada dalam media tersebut, dan wawancara dengan petugas petugas gizi di Puskesmas Pamulang, kader posyandu, dam para ibu balita gizi kurang.

2. Merumuskan masalah berdasarkan informasi yang telah didapat, kemudian menyimpulkann untuk memberikan informasi kepada para ibu balita gizi

Tahap 1 – analisis situasi dan kebutuhan

Tahap 2 – Membuat rumusan masalah terkait media penyuluhan, status gizi balita, dan pengetahuan ibu

Tahap 3 – Memilih media penyuluhan

Tahap 4 – Melakukan penelitian

Tahap 5 – Membuat hasil laporan penelitian

Tahap analisis

situasi

Tahap pengembangan

media

(57)

kurang dengan menggunakan media kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan.

3. Proses memilih media kesehatan. Mulai dari pengumpulan media-media yang sudah ada dan dipilih sesuai dengan kebutuhan responden. Kemudia dipilih media lembar balik gizi yang di buat oleh laboratorium HMD (Health Media Development) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai alat bantu media penyuluhan kesehatan.

4. Tahap ini adalah proses pelaksanaan penelitian yakni melakukan penyuluhan dengan media lembar balik gizi terkait pemantauan penrtumbuhan dan status gizi anak. Dalam hal ini peneliti di bantu oleh tenaga ahli untu melakukan penyuluhan kepada ibu balita gizi kurang. 5. Tahap akhir adalah proses penulisan hasil penelitian.

4.8. MANAJEMEN DATA

(58)

4.9. ANALISIS DATA

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui hasil pengujuran pengetahuan ibu sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan. Proses pengolahan data dilakukan dengan:

a. Analisis univariat

Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik responden dan masing-masing variabel yang diteliti secara deskriptif. Karakteristik tersebut mencakup umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan pengetahuan ibu balita gizi kurang.

b. Analisis bivariat

Pada penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk menguji perbedaan pengetahuan ibu balita gizi kurang sebelum dan setelah diberikan intervensi penyuluhan melalui media lembar balik gizi. Uji statistik yang digunakan untuk analisis adalah non parametetik dengan menggunakan uji Wilcoxon. Dimana subjek diukur sebanyak dua kali yaitu sebelum dan setelah dilakukan intervensi penyuluhan. Hal ini dimaksudkan untuk melihat adanya perubahan atau perbedaan, jika hasil nilai perhitungan dengan tingkat kemaknaan 5% dan derajat kepercayaan 95% maka dapat dijelaskan jika P value < 0,05 berarti menolak hipotesis (H0) dan menyimpulkan secara statistik “ada perbedaan yang bermakna atau signifikan antara tingkat

(59)

44

BAB V HASIL

5.1. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Puskesmas Pamulang terletak di sebelah timur Kota Tangerang Selatan, berada di wilayah Kecamatan Pamulang dan mempunyai luas wilayah 16,38 km2, dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Setu, sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Timur dan Kota Depok. Puskesmas Pamulang menempati tanah seluas ± 2400 m2 di Jalan Surya Kencana No.1 RT/RW 01/022 Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. Puskesmas Pamulang terletak di tepi jalan raya, sehingga untuk mencapainya relatif lebih mudah karena dilalui oleh kendaraan umum dan dapat pula berjalan kaki.

(60)

5.2. Gambaran Karakteristik Ibu Balita Gizi Kurang

Jumlah sampel pada penelitian berjumlah 23 orang ibu balita gizi kurang. Berikut ini gambaran karakteristik responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan status pekerjaan yang dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Ibu Balita Gizi Kurang Berdasarkan Usia, Tingkat Pendidikan, Dan Status Pekerjaan di Puskesmas Pamulang

Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

Karakteristik Ibu Balita Gizi Kurang

N %

Umur

Di Bawah sama dengan 35 tahun Di Atas dari 35 tahun

Berdasarkan tabel diatas, distribusi karakteristik ibu balita gizi kurang berdasarkan umur dapat disimpulkan yakni, sebagian besar ibu berumur ≤ 35

(61)

nilai median atau nilai tengah dari 23 orang ibu yang menjadi responden penelitian.

Berdasarkan status pendidikan dapat disimpulkan antara lain : ibu yang berpendidikan rendah (≤SMP) sebanyak 4 orang (17,4%) dan ibu yang berpendidikan tinggi (>SMP) sebanyak 19 orang (82,6%), berarti kebanyakan responden berpendidikan tinggi (≥ tamat SMP). Pembagian tamat dan tidak

tamat SMP berdasarkan ketentuan dari Kementerian Pendidikan Nasional terkait “wajib belajar 9 tahun”, terhitung dari tahun pertama Sekolah Dasar (SD).

Berdasarkan status pekerjaan dapat disimpulkan antara lain : ibu yang tidak memiliki pekerjaan sebanyak 22 orang (95,7%) dan ibu bekerja sebnyak 1 orang (4,3%), berarti kebanyakan responden tidak memiliki pekerjaan atau sebagai ibu rumah tangga. Status pekerjaan ibu dilihat dari jenis pekerjaan yang paling banyak meghabiskan waktu ibu dalam sehari.

5.3. Gambaran Hasil Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Sebelum Dan Setelah Diberikan Penyuluhan Dengan Media Lembar Balik

Penelitian ini melihat pengetahuan ibu balita gizi kurang sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan menggunakan media lembar balik gizi. Kategori penilaian tingkat pengetahuan ibu balita gizi kurang dibagi menjadi 2 kategori menurut Ari Hadi, Sulistyowati,dan Mifbakhudin (2005), yaitu pengetahuan kurang apabila nilai ≤70% dari total skor, dan pengetahuan baik yaitu >70%.

(62)

Tabel 5.2 Gambaran Hasil Nilai Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Baik Sebelum dan Setelah Diberikan Penyuluhan dengan Media Lembar Balik

No. Sekor Nilai Pengetahuan Ibu Balita

Gizi Kurang

Pre-Test Post-Test

N % N %

1. Dibawah sama dengan nilai 70 ( ≤ 70 )

17 70.8 4 16.7

2. Di atas nilai 70 7 29.2 20 83.3

Total 23 100 23 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa hasil pengetahuan ibu dari 23 orang responden sebelum diberikan penyuluhan (pre-test) di dapatkan responden yang pengetahuannya kurang sebanyak 17 orang (70,8%) dan responden yang pengetahuannya baik sebanyak 7 orang (29,2%). Sedangkan setelah diberikan penyuluhan ( post-test) didapatkan responden yang pengetahuannya baik sebanyak 20 orang (83,3%) dan 7 orang (29,2%) responden lainnyaberpengetahuan kurang. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu mengalami peningkatan menjadi lebih baik sebesar 66,9% dari 16,4% menjadi 83,3%.

(63)

Tabel 5.3 Gambaran Jawaban Benar Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Baik Sebelum dan Setelah Diberikan Penyuluhan dengan Media Lembar Balik Variabel Pengetahuan dalam

Pengertian Status Gizi 69,5 82,6 meningkat

Jenis Status gizi 26,1 78,2 meningkat

pemantauan status gizi 82,6 82,6 tetap manfaat pemantauan status gizi 60,8 91,3 meningkat dampak anak terlalu kurus 52,1 69,5 meningkat penimbangan berat badan 91,3 86,9 menurun tujuan penimbangan berat badan 52,1 86,9 meningkat Cara Menilai Status Gizi 69,5 73,9 meningkat Jika BB Anak Berada Di Garis

Kuning 73,9 86,9 meningkat

Contoh Kasus 1 52,1 52,1 tetap

Contoh Kasus 2 43,4 91,3 meningkat

Makanan Terbaik Bagi Bayi 95,6 100 meningkat Apa Yang Di Maksud Dengan

ASI Eksklusif 47,8 65,2 meningkat

Apa Yang Di Peroleh Dari

Pemberian ASI 95,6 100 meningkat

Penngertian Kolestrum 82,6 86,9 meningkat Pengertian MP – ASI 65,2 60,8 menurun Pilihan Menu Makanan 86,9 91,3 meningkat Pengaturan Menu Makanan 78,2 82,6 meningkat Pemenuhan Gizi Anak Baik 73,9 82,6 meningkat Cara Mengatasi Anak Susah

Makan 91,3 95,6 meningkat

TOTAL 69,5 82.4 meningkat

(64)

post-test. Pertanyaan yang tidak mengalami peningkatan adalah pertanyaan nomor 3 dan 10 tentang pemantauan status gizi dan contoh kasus 1. Sedangkan yang mengalami penurunan jawaban benar adalah soal nomor 6 dan 16 tentang penimbangan berat badan dan pengertian makanan pendamping ASI (MP-ASI).

5.4. Perbedaan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Sebelum Dan Setelah Diberikan Penyuluhan Dengan Media Lembar Balik

Berikut ini dapat dilihat perbedaan skor pengetahuan ibu balita gizi kurang sebelum dan setelah diberikan penyuluhan dengan media kesehatan dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 5.4 Perbedaan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Sebelum dan Setelah Diberikan Penyuluhan dengan Media Lembar Balik dengan Uji Wilcoxon Pengetahuan Ibu Balita Median SD P value N

Sebelum 70,00 11,246

0,001 23

Setelah 80,00 9,980

(65)

50 BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan adalah waktu dan lokasi penelitian. Waktu penelitian yang dilakukan pada siang hari di bulan puasa sehingga menyebabkan konsentrasi responden menjadi tidak fokus dalam menerima informasi yang diberikan karena biasanya siang hari waktu untuk istirahat bagi anak sehingga para responden terganggu dengan anak-anaknya dan tidak adanya tempat yang kondusif untuk melakukan pelaksanaan penyuluhan. Tempat pelaksanaan penyuluhan adalah di ruang terbuka yakni di depan ruang tunggu poli gizi.

6.2. Gambaran Karakteristik Ibu Balita Gizi Kurang Dan Gizi Baik

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dari karakteristik ibu balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan tahun 2015. Karekteristik yang diteliti berupa umur, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan ibu. Ketiga karakteristik tersebut dianggap memiliki pengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh ibu, terutama yang berkaitan dengan gizi pada balita.

(66)

hal pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi terhadap masalah kesehatan dan penyakit. Usia merupakan salah satu karakteristik demografi penting yang biasanya selalu diukur dalam penelitian kesehatan. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukan hubungan dengan usia.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa ibu yang memiliki balita gizi kurang berada pada kisaran umur kurang dari sama dengan 35 tahun (≤ 35

tahun). Hasil penelitian menunjukan bahwa usia ibu tersebut masih termasuk ke dalam wanita usia subur menurut pembagian yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), yaitu antara 15 – 49 tahun. Menurut Wintarti (2014), umur ibu tersebut termasuk dalam kategori dewasa. Hal ini dapat menunjukkan bahwa ibu yang memiliki balita gizi kurang sudah memiliki pengalaman dalam pemberian makan anggota keluarganya.

Oleh karena itu, usia ibu juga dapat mempengaruhi kemampuan ibu dalam pemberian makan bagi keluarganya. Hal ini diperoleh melalui pengalaman sehari-hari di luar faktor pendidikannya. Dapat dikatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu hal.

(67)

juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang selain factor umur, seperti media massa dan juga informasi.

Kemudian variabel karakteristik yang juga penting adalah pendidikan. Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang akan memperkaya pengetahuannya. Oleh karena itu seseorang diharapkan dapat berprilaku sehat seperti mencegah dirinya dari suatu penyakit jika ia berpendidikan tinggi. Namun hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan ibu tinggi yakni >SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang berpedoman pada ketentuan dari Kementrian Pendidikan Nasional terkait “wajib belajar 9 tahun”, hal ini dapat mempengaruhi

sikap dan prilaku ibu khususnya dalam memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan status gizi anak. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin tinggi pengetahuan gizi dan kesehatannya yang dapat berpengaruh terhadap pemilihan bahan makan yang akan dikonsumsi (Berg, 1986 dalam Al-kaff dan Ciptaningtiyas, 2012).

(68)

Variabel terakhir adalah pekerjaan. Pekerjaan merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang setiap hari dalam kehidupannya dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dunia pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa status responden mayoritas ibu tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga mengindikasikan kecendrungan ibu bisa beraktifitas lebih banyak terkait perawatan anak dan pemantauan kesehatan anak secara langsung. Hali ini, diharapkan dapat sejalan dengan pengetahuan ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan status gizi anak. Namun, kenyataannya balita mereka masih mengalami gizi kurang. Ada kemungkinan hal tersebut dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi balita atau karna salahnya pola asuh ibu.

6.3. Gambaran Hasil Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Sebelum Dan Setelah Diberikan Penyuluhan Dengan Media Lembar Balik

(69)

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui pengetahuan ibu balita gizi kurang mengalami peningkatan sebesar 66,9 % atau meningkat 16,4% menjadi 83,3%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata skor ibu balita gizi kurang sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media lembar balik gizi sebesar 66,9 %.

Menurut Notoadmodjo (2007), seseorang yang terpapar informasi mengenai suatu topik tertentu akan memiliki pengetahuan yang lebih banyak dari pada yang tidak terapar informasi. Penyuluhan dengan media lembar balik merupakan salah satu metode untuk meningkatkan pengetahuan dengan melalui tulisan-tulisan dan gambar mengenai suatu materi. Sehingga dapat disimpulkan, seseorang yang terpapar suatu materi akan mengalami peningkatan pengetahuan yang lebih besar dari pada seseorang yang tidak terpapar informasi.

Dalam tabel penjabaran jawaban benar ibu balita gizi kurang dapat diketahui bahwa terdapat beberapa pertanyaan yang awalnya hanya dapat dijawab oleh beberapa responden saja bertambah beberapa responden lagi. Namun, terdapat pula beberapa responden yang awalnya dapat menjawab dengan benar pertanyaan tetapi tidak mengalami peningkatan dan terdapat pula yang mengalami penurunan jawaban benar dari beberapa responden.

(70)

(52,1% menjadi 69,5%), 7. Tujuan penimbangan berat badan (52,1% menjadi 86,9%), 8. Cara menilai status gizi (69,5% menjadi 73,9), 9. Jika BB anak derada di garis kuning (73,9 menjadi 86,9), 11. Contoh kasus 2 (43,4% menjadi 91,3), 12. Makanan terbaik bagi bayi (95,6% menjadi 100%), 13. Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif (47,8 menjadi 65,2%), 14. Apa yang diperoleh dari pemberian ASI (95,6% menjadi 100%), 15. Pengertian kolostrum (82,6% menjadi 86,9%), 17. Pilihan menu makanan (86,9% menjadi 91,3%), 18. Pengaturan menu makanan (78,2% menjadi 82,6%), 19. Pemenuhan gizi anak baik (73,9% menjadi 82,6%), dan 20. Cara mengatasi anak susah makan (91,3% menjadi 95,6%).

Diantara materi-materi diatas terdapat empat materi yang tidak mengalami peningkatan dan penurunan jawaban pada pertanyaan kuesioner penelitian. Pertanyaan yang tidak mengalami peningkatan adalah pertanyaan nomor 3. Pemantauan status gizi sebesar 82,6%, dan 10. Contoh kasus 1 terkait pemahaman responden tentang pemantauan pertumbuhan anak pada Kartu Menuju Sehat (KMS), responden yang menjawab dengan benar sebesar 52.1% pada pengukuran sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Sedangkan pada pertanyaan yang mengalami penurunan jawaban pada nomor 6. Penimbangan berat badan (91,3% menjadi 86,9%) dan 16. Pengertian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (65,2% menjadi 60,8%).

(71)

mengisi soal pada waktu post-test dilakukan, atau kemungkinan dikarenakan perbedaan persepsi pengertian yang dimiliki ibu balita gizi kurang dengan yang dimaksud oleh peneliti.

Walaupun terdapar empat pertanyaan yang mengalami penurunan hal ini tidak sebanding dengan peningkatan pengetahuan pada materi pertanyaan yang lain, sebagai mana yang telah disampaikan diatas. Dimana dalam penelitian ini peningkatan materi per item pertanyaan tersebut dilakukan sesaat mendapatkan perlakuan media apalagi jika media lembar balik tersebut secara lebih lama dan sering, maka peningkatan pengetahuan ibu balita gizi kurang tidak diragukan lagi akan meningkat dengan lebih baik.

6.4. Perbedaan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Sebelum Dan Setelah Diberikan Penyuluhan Dengan Media Lembar Balik

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui paca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk sikap dan tindakan seseorang (Nasution, 2010).

Gambar

Gambaran Karakteristik Ibu Balita Gizi Kurang
Gambaran Media Lembar Balik yang Digunakan
gambar.
gambar dan dibaliknya berisi kalimat pesan atau informasi yang terkait dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

ketiga simpang ini merupakan simpang tak bersinyal dan memiliki volume lalu lintas tinggi karena merupakan salah satu akses menuju kawasan pendidikan dan kawasan

Pembelajaran STM jauh lebih efektif karena dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas sehingga hasil belajar siswa meningkat, yang meliputi kemampuan kognitif,

Hasil analisis yang telah dilakukan (Tabel 1), model pertumbuhan diameter yang terbaik berdasarkan kriteria uji, diantaranya hubungan antara variabel bebas umur dengan

Setelah diadakan evaluasi, klarifikasi dan pembuktian kualifikasi oleh Panitia Pengadaan Pekerjaan Konstruksi, menurut ketentuan yang berlaku dan dituangkan dalam Berita Acara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara Persepsi Citra Merek dengan Keputusan Pembeliandeterjen Daia pada Warga RW 004, Jakarta

 Anggota kelompok merasa memiliki kemampuan baru untuk mengekspresikan kritik yang konstruktif, bertindak lebih ramah dan saling percaya satu sama lain, dan

Mengembangkan budaya 5S (senyum, sapa, salam, sungkem, dan sopan) untuk Membentuk Karakter Cinta Damai. Penerapan budaya 5S dimaksudkan untuk membentuk

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis: (1) karakteristik pengelolaan tanah pada sistem pertanian tanaman pala di Maluku Utara; (2) potensi