"TILAWAH AL-QUR'AN:
IMPLIKASINYA TERHADAP KESEHATAN MENTAL"
ZAIN UDDIN
NIM : 102070026074
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKUL TAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
"TILAWAH AL-QUR'AN:
IMPLIKASINY A TERHADAP KESEHAT AN MENTAL"
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I
Oleh:
ZAINUDDIN NIM : 102070026074
Di bawah Dosen Pembimbing
MMQセVIM
Bambang Survadi, Ph.D NIP: 150 326 891
)
Ors. Glfbliluddin.AS, M.Aq
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HID.AYATULLAH
JAKARTA
lll
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul TILAWAH AL-QUR'AN: IMPLIKASINYA TERHADAP KESEHATAN MENTAL telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 31 Januari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jaka1ta, 31 Januari 2007
Sidang Munaqasyah
I
Ketua me a· gkap anggota Sekretaris r/r: ngkap anggota
Ora. Nett artati M. Si NIP:
150
2938
Anggota
P n uji I Penguji II
Hartati M.Si
5 938
Pembimbing I
セセIM
Bambang Suryadi, Ph.D NIP: 150 326 891
Bamban Su adi Ph. D NIP: QセUP@ 326
891
MOTTO
'' Allahu Ghayatuna Rasulullah Qudwatuna
Al-Qur'an Dusturuna al-Jihad Sabiiluna
al-Mautu Fii Sabilillah asma amanina "
"Barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan ke luar. Dan m.emberinya
rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan keperluannya"
(Q.S. at-Thalaq/65 ; 2-3)
v
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Januari 2007 M/Muharram 1428 H
(C) Zainuddin
(D) Tilawah Al-Qur'an: lmplikasinya Terhadap Kesehatan Mental (E) xii+ 147
(F) Perkembangan zaman yang semakin cepat dan penuh kemajuan di berbagai aspek kehidupan menuntut manusia untuk mampu mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi secara arif dan bijak. Untuk itu, diperlukan sebuah kondisi mental dan spiritual yang serasi dan
seimbang. Kesehatan mental merupakan hal yang mutlak dimiliki setiap individu. Kesehatan mental merupakan sebuah gambaran kondisi mental, emosional dan spiritual sehingga seseorang mampu menghadapi dan menyelesaikan segala persoalan hidup yang dihadapi dengan tenang, arif dan bijaksana. Upaya untuk meraih keseimbangan kesehatan mental dengan melakukan tilawah Al-Qur'an adalah salah satu solusi yang di dalamnya melibatkan lisan, hati, perasaan, pikiran dan juga pendengaran untuk mengetahui arti, memahami, mentadabburi, dan menghayati arti dan makna dari ayat-ayat Al-Qur'an. Sehingga seseorang nantinya dapat memaknai hidup dan kehidupan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada kesehatan mental bagi pelaku yang melaksanakan aktivitas tilawah Al-Qur'an secara rutin ditinjau dari aspek simptomatis, penyesuaian diri, pengembangan diri, dan aspek religius.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitctif dengan metode wawancara dan observasi. Jumlah subyek sebanyak tiga orang, dua orang laki-laki berusia 23 tahun dan 26 tahun, dan satu orang perempuan berusia 21 tahun. Karakteristik subyek adalah mereka yang melakukan aktivitas tilawah Al-Qur'an secara kontinyu setiap hari dengan
menggunakan rnushaf. Hasil penelitian menunjukkan ada implikasi yang signifikan dari tilawah Al-Qur'an terhadap kesehatan mental yakni pada aspek simptornatis, penyesuaian diri, pengembangan diri, dan aspek religius.
Untuk perkembangan lebih lanjut maka ada beberapa saran yakni; teknik pengambilan secara random dan perlu adanya penambahan jumlah sampe!, metode pendekatan penelitian selain wawancara dan observasi, seperti eksperimen dan studi komparatif perla digunakan serta
menggunakan alat bantu seperti alat pendeteksi detak jantung, tekanan darah, kadar hormon, dan ketahanan otot.
KAT A PEN GANT AR
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas segala nikmat, izin dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada uswah dan da'i bagi seluruh umat manusia yakni Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa umatnya keluar dari kondisi kejahiliyahan kepada suatu kondisi yang penuh dengan rahmat dan cahaya yang suci yakni nilai-nilai Islam.
Perjalanan panjang penulis dalam upaya menyelesaikan kuliah dan skripsi ini dihiasi banyak kekurangan dan kelemahan penulis, serta diwarnai dengan segala hambatan dan ujian yang harus penulis hadapi. Karena itu penulis yakin bahwa skripsi ini tidak akan selesai bila tanpa izin dan kemudahan yang diberikan oleh Allah Swt dan bantuan dari berbagai pihak, meskipun penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena mungkin masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini, yaitu ;
1. lbu Dra. Hj. Netty Hartati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi, Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si beserta jajarannya yang telah memberikan perannya yang berharga bagi proses pembelajaran penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi.
2. Bapak Drs. Firdaus Kasmi, M.Ag, selaku dosen penasehat akademik, semoga arahan dan nasehatnya senantiasa dilaksanakan oleh penulis dalam kehidupan dan bermanfaat untuk orang lain.
3. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, selaku pembimbing 'I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan motivasinya selama penulis melakukan penyusunan skripsi ini, semoga Allah Swt senantiasa menerima dan membalas segala amal ibadah dengan berlipat ganda, se1ta menjadil<annya sebagai sosok Konselor yang sabar, bertanggungjawab, dan istiqamah dalam mengemban amanah sebagai Konselor Muslim.
4. Bapak Drs. Choliluddin AS, M.Ag, selaku pembimbin9 2 yang telah memberikan motivasi dan arahannya kepada penulis, semoga Allah swt senantiasa memberik;:;n kesehatan dan kesabaran dalam melaksanakan segala amal ibadah.
5. Ayahanda tercinta Suaib (aim) yang telah memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada ananda (penulis), semoga ananda tetap
ayahanda dan memberikan pengampunan atas dosa-dosa ayahanda serta menempatkan ayahanda di Surga-Nya.
Vil
6. lbunda tercinta Sopiah yang menjadi inspirator dan telah mendidik
ananda (penulis) dengan kesabarannya sejak sepeninggalnya ayahanda menghadap Allah Swt, semoga Allah senantiasa mengampuni dosa-dosa ibunda dan memberikan kasih sayang-Nya sebagaimana ibunda memberikan kasih sayang kepada ananda di waktu kecil.
7. Kakak-kakakku tersayang, Teh Nurhasanah, Aa Saprudin, Teh Syamsiah, Teh Hajar, Teh Halimah, dan Teh Nur Asiah, yang telah memberikan banyak pengorbanannya kepada penulis dalam mencapai pendidikan di perkuliahan sehingga penulis mampu rnemperoleh gelar Sarjana. Semoga Allah Swt selalu melimpahkan hidayah, taufik dan rahmat-Nya.
8. Mas Kus beserta keluarga, Mas Gudman, Kang lip, Yamani, Fillah, Ka Mayah, Teh Endah, Nia, dan Mia yang menjadi motivator bagi penulis. Jazakumullah atas segala doa dan bantuannya. Sernoga Allah Swt senantiasa memberikan lindungan-Nya dan keteguhan dalam
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. 9. Saudara-saudaraku penggerak dakwah Fakultas Psil<ologi 2002-2006,
teman-teman KKL di PSAA PU 5 Dinas BINTAL DAN KESOS Propinsi OKI Jakarta, keluarga besar LOK Komda Psikologi dan SYAHID UIN Jakarta, HR Nasyed, Creativogenic, pengurus BEMF 2005-2006.
Jazakumul/ah khairan katsiran, tetap istiqomah and keep smile on
dakwah!!!. Semoga kalian diberi katabahan dan kesabaran di jalan
dakwah serta kelak merasakan manisnya iman.
10. Khalifah M.Ali selaku direktur LPQ Al-Huriyah IPB Darmaga Bogor dan Khalid direktur FHQ Al-lstiqamah Bekasi Utara yang telah membantu proses kelancaran penulisan skripsi ini, semoga tetap istiqamah mengajarkan Al-Qur'an
Akhirnya hanya kepada Allah Swt, penulis memohon agar bimbingan, bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis dari semua pihak mendapat ba!asan dari Allah Swt dan ilrnu yang ada dalarn diri penulis dapat diamalkan dan diabadikan untuk kepentingan umat dan bangsa. Amiin.
Jakarta, 31 Januari 2007 H 12 Muharam 1428 M Penulis
DAFTAR ISi
Halaman Judul. ... .
Halaman Persetujuan... ... . . . ... .. . .. . . .. . . . .. . .. . .. . . .. ... ... ... ... ... . . .. ii
Halaman Pengesahan... ... ... ... .... .... .. .. ... ... ... ... .. ... iii
Motto... iv
Abstraksi.. ... . ... ... ... .... ... ... v
Kata Pengantar... .. ... ... ... .... vi
Daftar lsi... ... . .. . ... ... .... .. ... .. .... ... . ... .. .... .... ... .. . ... ... viii
Daftar Tabel. ... . ... ... ... ... .. .. ... .. .... ... .. ... .. .... .. x
Daftar Bagan... xi
Daftar Lampiran... xii
BAB 1 PENDAHULUAN... 'l-13
1.1. Latar Belakang Masalah. .. .. . .. . . ... .. . ... . .. ... ... . .. ... .. . . .. . .. ·11.2 ldentifikasi Masalah... 9
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah... .. .. . .. . .. . . .. . 9
1.4 Tujuan Penelitian... .. . . .. . . .. . .. . . . .. . . .. . . .. 11
1.5 Manfaat Penelitian... ... . .. .. . . .. . .. . . . .. . .. . . ... . .. . .. ... . . . .. . 11
1.6 Sistematika Penulisan.... .. .. . .. . . ... .. . . .. . .. . .. ... .. . .. . . .. .. . . .. ·12
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA...
14-57
2.1. Tilawah Al-Qur'an ... ·142.1.1 Pengertian Tilawah Al-Qur'an... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. . 14
2.1.2 Hikmah diturunkannya Al-Qur'an... .. . . .. .. . ... . .. ... . .. . .. ... . . . ... ·19
2.1.3 Adab Tilawah Al-Qur'an ... 20
2.1.4 Keutamaan Al-Qur'an dan Tilawah Al-Qur'an... .. . .. . . .. . . . .. 25
2.2 Kesehatan Mental... 34
2.2.1 Pengertian Kesehatan Mental... 32
2.2.2 Tanda-tanda Kesehatan Mental. ... 37
2.2.3 Fungsi Kesehatan Mental. ... 47
2.2.4 Aspek-aspek yang Dipengaruhi Kesehatan Mental... 48
2.2.5 Pola Pembentukan Kesehatan Mental . . . 50
2.3 Tilawah Al-Qur'an: lmplikasinya Terhadap Kesehatan Mental 52
BAB 3 METODE PENELITIAN... 58-70
3.1 Pendekatan Penelitian... .. . . .. . . 583.2 Subyek Penelitian... .. . .. . . 59
3.3 Variabel Penelitian.... .. . . . ... ... ... ... ... ... ... .. . ... ... ... . .. ... ... .. 60
3.4.1 Wawancara... .. . .. .. . .. . .. . ... . .. .. . ... ... .. . .. . .. . ... . . . .. . ... ... .. 61
3.4.2 Observasi... .. . . 63
3.5 lnstrumen Pengumpulan Data... 65
3.6 Teknik dan Analisa Data... 69
3.7 Prosedur Penelitian... 69
BAB 4 HASIL PENELITIAN... 71-141 4.1 Gambaran Umum Subyek... 71
4.2 Gambaran dan Analisa Kasus... 72
4.2.1 Kasus BZ... 72
4.2.2 Kasus BJG... 93
4.2.3 Kasus M... 112
4.3 Analisa Perbandingan Antar Kasus... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 129
IX BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 142-147 5.1 Kesimpulan... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... ... ... ... ... . . . ... ... ... .. 142
5.2 Diskusi... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. 143
5.3 Saran... 147
DAFT AR T ABEL
3. 5 Tabel Blue Print Pedoman Wawancara... ... .. . ... ... ... ... ... .. . ... .. . 68
4.1 Tabel Gambaran Umum Subyek Penelitian... 72
4.2.1 Tabel Analisa Kasus 20... 90
4.2.2 Tabel Analisa Kasus BJG... 109
4.2.3 Tabel Analisa Kasus M... 125
4.3.1 Tabel Analisa Perbandingan Antar Kasus Aspek-aspek Kesehatan Mental... 129
4.3.2 Tabel Perubahan Aspek-aspek Kesehatan Mental Tiap-tiap Subyek... .... ... ... .. .. ... ... ... .... ... ... .. .... ... . 134
[image:10.595.62.476.120.516.2]XI
DAFT AR BAGAN
DAFT AR LAMPI RAN
1. Pedoman wawancara
BAB1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang semakin cepat dan penuh kemajuan di berbagai aspek kehidupan menjadikan manusia semakin sibuk dengan aktivitas
keduniaan dan cenderung meninggalkan aktivitas untuk bekal di kehidupan akhirat yang kekal abadi. Keragaman dan persaingan di s.egala bidang menjadi bagian dalam perkembangan zaman, mulai dari bisnis, ekonomi, pendidikan, dunia kerja dan sebagainya. Selain itu manusia juga dihadapkan pada berbagai benturan di berbagai aspek, sehingga menimbulkan rasa tidak berdaya, tidak bahagia, cemas, depresi, kesepian, dan tak jarang itu semua membuat marusia r:enjadi stres dan frustasi.
Manusia dituntut untuk mampu mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi secara arif dan bijak. Di samping itu, manusia juga
Kesehatan mental merupakan hal yang mutlak dimiliki setiap individu agar dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
Zakiah Darajat (1984) mengemukakan bahwa kesehatan mental ialah terhindarnya dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose) serta terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan tercapainya penyesuaian diri antara manusia dengan diri dan lingkungannya.
Kesehatan mental merupakan sebuah gambaran kondisi mental, emosional dan spiritual sehingga seseorang mampu menghadapi dan menyelesaikan segala persoaian hidup yang dihadapi dengan tenang, arif dan bijaksana. Untuk meraih mental yang sehat, banyak cara yang dilakukan oleh setiap individu maupun berkelompok dalam rangka membersihkan diri dan jiwa dari penyakit-penyakit kejiwaan yang dapat mengganggu kesehatan mental.
kematian, ingat kepada Allah, memiliki visi hidup sehingga mampu
mengambil keputusan lebih terarah, serta optimis menghadapi kehidupan.
3
Lebih lanjut Muhammad Iqbal (2003) mengatakan bahwa dampak dzikrul maut terhadap perasaan dan implikasinya terhadap kesehatan mental ialah setelah berdzikrul maut para peserta tumbuh rasa kasih sayang, sabar, bahagia, merasa dekat dengan Allah, berempati, sadar akan kematian,
optimis dan bertawakal kepada Allah. Dampak dzikrul maut terhadap perilaku dan implikasinya terhadap kesehatan mental ialah setelah berdzikrul maut para peserta tergerak untuk lebih taat menjalankan ibadah, memiliki
kepedulian sosial, mampu menyesuaikan diri, amanah memgemban tanggung jawab, mampu memc;nfaatkan waktu seefektif mungkin, rnenyesali perbuatan dosa dan selalu berhati-hati dalam berbuat.
Menurut Hilman AIMadani (2001), dalam penelitiannya tentang implikasi muhasabah terhadap kesehatan mental terdapat kontribusi psikologis dari rnuhasabah bagi pelakunya, yakni : memunculkan ketenangan dan
Sudah lama, para pakar ilmu psikologi perkembangan meneliti dan berkeyakinan, mendengarkan musik klasik dapat mempengaruhi perkembangan otak dan kesehatan mental.
Stephanie Merrit, Direktur Pusat Musik dan Pencitraan California yang sebelumnya menjadi guru pernah mengalami hal unik berkenaan dengan perilaku anak didiknya. Pada suatu pagi, ketika pelajaran akan dimulai, ia melihat murid-muridnya loyo dan tak bersemangat serta daya tangkapnya rendah. Kemudian ia bertanya kepada mereka tentang makanan yang disantap sebelum berangkat ke sekolah. Jawabannya, sernua makanannya bergizi tinggi. Namun ketika mereka ditanya tentang musik yang didengarkan sebelum berangkat, 3ebagian besar menjawabnya musik l<eras seperti heavy
metal. Sejak itu, ia menganjurkan murid-muridnya untuk mendengarkan
musik klasik. Hasilnya mengejutkan, semangat dan hasil belajar mereka meningkat (Ade Sudaryat, 2004).
menjauhi radio, seolah-olah dia berusaha menjauhi tembok (Ade Sudaryat, 2004).
Kalaulah musik klasik yang notabene, hasil karya manusia banyak
pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa dan otak kita, lalu bagaimana dengan tilawah Al-Qur'an, adakah implikasinya seperti halnya kita
mendengarkan musik klasik?
Menurut Syaikh Ibrahim bin Ismail (dalam Ade Sudaryat, 2004)
mengemukakan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang kuat ingatan atau hafalannya. Di antaranya, menyedikitkan
5
makan, membic:sakan melaksanakan ibadah shalat malam, dan membaca Al-Qur'an sambil melihat kepada mushaf. Selanjutnya ia mengatakan bahwa tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap dayc;1 ingat dan
mernberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Al-Qur'an.
Al Qadhi mampu membuktikan melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur'an, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar. Penurunan depresi, kesedihan, memp•sroleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang
dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Al-Qur'an berpengaruh besar hingga 97% dalam molahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit (.l\hmad Muhyiddin Yusri, 2004).
Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang
7
ketika mendengarkan bacaan Al-Qur'an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur'an (Ade Sudaryat, 2004).
Al-Qur'an memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur'an dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang (Dudung Kurnia Sundana, 2004).
Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Al-Qur'an. Selain menjadi ibadah dalam membac:anya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika me;1dengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Al-Qur'an lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Al-Qur'an memengaruhi kec:erdasan spiritual (SQ).
Artinya : "Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, simaklah 、・ョセQ。ョ@ baik dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat" (Q.S. 7: 204).
"Dan Kami telah menurunkan dari Al-Quran, suatu yang menjadi penawar
(obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim se/ain kerugian" (Q.S. 17: 82).
"lngatlah, hanya dengan berddzikir kepada Allah-lah hati menjadi tentram"
(Q.S. 13: 28).
Berbagai macam kontribusi tersebut tentu saja berimbas terwujudnya
kesehatan mental bagi pelaku tilawah Al-Qur'an. Dengan kata lain, kesehatan mental seseorang memang tidak hanya ditentukan oleh sa.tu faktor, Yang dalam hal ini adalah tilawah Al-Qur'an. Akan tetapi kegiatan tilawah Al-Our' an secara individu maupun berjamaah mempunyai pengaruh positif bagi
terwujudnya kesehatan mental subyek pelaku tilawah Al-Qur'an.
Dari uraian latar belakang dan fenomena di atas, maka penulis mencoba melakukan sebuah penelitian tentang "Tilawah Al-Qur'an: lmplikasinya
9
1.2 ldentifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, diantaranya adalah :
1. Hal-hal apa saja yang menjadi motivasi seseorang untuk melakukan tilawah Al-Qur'an ?
2. Apakah setiap orang yang melakukan tilawah Al-Qur'an akan selalu merasakan manfaat dari tilawah Al-Qur'an ?
3. Bagaimana implikasi tilawah Al-Qur'an bagi orang yang melakukannya secara kontinyu ?
4. Apakah ada perbedaan kesehatan mental pada diri seseorang saat sebelum tilawah Al-Qur'an dengan ketika dan setelah melakukan tilawah Al-Qur'an?
5. Apakah ada perbedaan kesehatan mental antara orang yang melakukan dengan yang tidak melakukan tilawah Al-Qur'an ?
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti membatasi penelitiannya antara lain :
1. Tilaw:ih Al-Qur'an
melibatkan hati dan pikiran untuk mendengarkan dan mentadabburi bacaan Al-Qur'an pada mushaf. Jadi, tilawah Al-Qur'an yang dirnaksud dalam
penelitian ini ialah aktivitas membaca, memahami, mentadabburi, dan menghayati ayat-ayat dan makna serta isi kandungan dari ayat-ayat
Al-Qur'an pada mushaf dengan melibatkan lisan, pendengaran, pikiran dan hati.
2. Kesehatan Mental
Kesehatan mental yang dimaksud dalam penelitian ini aclalah kondisi
simptomatis, penyesuaian diri, pengembangan diri, dan agama (religius) dari para pelakunya.
1.3.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian yang ditulis oleh peneliti dalam penelitian ini adalah "Bagaimana implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap kesehatan mental bagi pelakunya"? yang dijabarkan seperti berikut:
1. Bagaimana implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap kesehatan mental bagi pelakunya dari aspek simptomatis?
2. Bagaimana implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap kesehatan mental bagi pelakunya dari aspek penyesuaian diri?
11
4. Bagaimana implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap kesehatan mental bagi pelakunya dari aspek religius?
1.4 Tujuan Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan ini, ada tujuan yang hendal< dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap kondisi simptomatis pelakunya.
b. Mengetahui implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap aspek penyesuaian diri pelakunya.
c. Mengetahui implikasi tilawah Al-Our'an terhadap aspek pengembangan diri pelakunya.
d. Mengetahui implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap aspek religius pelakunya.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat
membuktikan secara lebih nyata teori-teori yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan dan mengembangkan hasil dari eksperimen maupun penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisaan ini, sistematika yang penulis susun adalah sebagai berikut: BAB 1 Pendahuluan
Meliputi : Latar Belakang Masalah, ldentifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB 2 Kajian Pustaka
Meliputi : Pengertian Tilawah Qur'an, Hikmah Diturunkannya Al-Qur'an, Adab Tilawah Al-Al-Qur'an, Keutamaan Al-Qur'an dan Tilawah Al-Qur'an, Pengertian Kesehatan Mental, Tanda-tanda Kesehatan Mental, Fungsi Kesehatan Mental, Aspel<-aspek yang Dipengaruhi Kesehatan Mental, Pola Pembentukan l<esehatan Mental, dan lmplikasi Tilawah Al-Qur'an Terhadap Kesehatan Mental. BAB 3 Metode Penelitian
BAB 4 Hasil Penelitian
Meliputi : Gambaran Umum Penelitian yang terdiri dari Gambaran Jenis Kelamin dan Usia serta Hasil Penelitian yang terdiri dari Deskripsi Data. Analisa Data Penelitian dan Analisa Perbandingan antar Kasus dan Hasil Observasi yang telah dilakukan.
BAB 5 Penutup
Meliputi : Kesimpulan. Diskusi dan Saran yang dihasilkan dari penelitian tersebut.
2.1 Tilawah Al-Qur'an
BAB 2
KAJIAN PUST AKA
2.1.1 Pengertian Tilawah Al-Qur'an
Tilawah Al-Qur'an terdiri dari dua kata, yakni kata tilawah dan Al-Qur'an. Adapun kata tilawah berasal dari akar kata tala-yatlu- tilawatan, sama dengan kata qara'a-yaqra'u-qira'atan yang artinya membaca, hal membaca, bacaan. (Mahmud Yunus, 1990).
Tilawah artinya bacaan, tilawah. Tilawah Qur'an AIKarim berarti bacaan
Al-Qur'an. (Atabik Ali Ahmad Zuhdi Mahdlor, 1998)
lnteraksi membaca dalam Al-Qur'an selalu menggunakan kata tala-yatlu,
kecuali dalam hadits digunakan katci qara'a-yaqra'u. Penggunan kata
tala-yat/u dimaksudkan, adanya tuntutan membaca yang harus di-fo//ow up-i
sesuai dengan tuntutan ayatnya.
Al-15
Qur'an, maka seseorang harus paham makna ayatnya, minimal
memahaminya melalui terjemahan Al-Qur'an. Lidah akan aktif bila dilatih untuk membaca dengan fasih dan lancar, melalui program tahsin tilawah dan talaqi sehingga membaca satu juz Al-Qur'an hanya memerlukan waktu
kurang lebih 30 menit. Dan sebaliknya, jika lidah tidak terlatih dengan baik, maka tilawah satu juz satu jam bahkan lebih, suatu kondisi yang terkadang memberatkan seseorang untuk dapat bertilawah secara rutin. Adapun hati merupakan komponen yang paling vital dalam tilawah.
Tilawah dan iman saling menopang untuk membentuk manusia yang beriman dengan kokoh dan istiqamah. Tilawah adalah indikasi keimanan yang benar, sebagaimana dalam firman Allah Swt. dalam QS. a:-Baqarah: 121
Artinya : Orang-orang yang tetah Kami berikan Al Kitab kc1padanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenamya, mereka ilu beriman
kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya,
maim
mereka itulahDan keimanan yang benar hanya dapat tumbuh dengan baik, diantaranya dengan tilawah Al-Qur'an. Jika ibadah tilawah yang didasari dengan norma di atas, maka akan lahir sebuah kesadaran tilawah yang diclasari oleh
kebutuhan bukan keterpaksaan, persis seperti manusia membutuhkan makanan clan minuman (Abdul Aziz Abd Rauf, 200
Sementara Al-Qur'an berasal dari kata qara'a-yaqra'u-qira'atan-qur'an, yang artinya sesuatu yang dibaca, bacaan (Mahmud Yunus, 1H90).
"AJ-Qur'an" menu rut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Subhi Al Salih berarti "bacaan", asal kata qara'a. Kata Al-Qur'an itu berbentuk mashdar dengan arti isirT. maful yaitu maqru (yang dibaca). Di dalam Al-Qur'an sendiri ada pemakaian kata "Al-Al-Qur'an" dalam arti demikian sebagai tersebut dalam ayat 17, 18 surat (75) al-Qiyamah:
Artinya : "Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur'an (dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami.
(Karena itu), jika Kami telah membacakannya, hendak/ah kamu ikuti
17
Kemudian dipakai kata "Al-Qur'an" itu untuk Al-Qur'an yang dikenal sekarang ini. Adapun definisi Al-Qur'an ialah "Kalam Allah Swt yang merupakan
mu'jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Saw dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawattir serta
membacanya adalah ibadah". Dengan definisi ini, Kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad Saw tidak dinamakan Al-Qur'an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa As, atau lnjil yang diturunkan kepada Isa As. Demikian pula Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang membacanya tidak r:flanggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak pula dinamakan Al-Qur'an (Al-Qur'an dan Terjemahnya, 1971 ).
Shalih Al Munajjid (1995) mengemukakan bahwa Al-Qur'an telah diturunkan oleh Allah Azza wa Jal/a untuk menerangkan segala sesuatu dan sebagai cahaya yang dengannya Allah memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Dan tidak ragu lagi bahwa di dalamnya terdapat terapi yang agung dan obat yang mujarab. Allah Azza wa Jal/a berfirman :
i: ef 1 •
f , , \I セセ@
J ,
.J ,
µJ ,
!J , ,,., , J , [Lセ@ ! ,,;セセilN^@
セI@
ii·
1 'I
.LJ··
1' · • 1jjNNBセャNlャB@
セ@
·
Q[ᄋセQQZL@
;i. .. ,
' 'I I
セIGN@
j
セ@
/
)j
/
Mセ@
0
r
(}1i)jJj
/ I' ,.,, /
Artinya : Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidak/ah menambah
Al-Qur'an adalah Kitab Suci yang merupakan sumber utarna dan pertama ajaran Islam menjadi petunjuk kehidupan umat manusia diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu llahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta
mengamalkannya. Al-Qur'an adalah Kitab Suci yang terak:hir diturunkan Allah Swt, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syari'at yang terdapat dalam Kitab-kitab Suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang yang mempercayai Al-Qur'an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkanilya sampai merata rahmatnya dirasai dan dikecap oleh penghuni alam semesta.
Dari pengertian da11 penjelasan kata tilawah dan Al-Qur'an di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tilawah Al-Qur'an adalah aktivitas
membaca, rnernahami, mentadabburi, dan menghayati ayat-ayat dan makmi serta isi kandungan dari ayat-ayat yang ada dalam firman dan wahyu Allah (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan berfungsi sebagai pedoman, petunjuk dan pelajaran bagi yang meyakininya serta bernilai
19
2.1.2 Hikmah Diturunkannya Al-Qur'an
Beberapa hikmah diturunkannya Al-Qur'an, yakni sebagai berikut:
a. Al-Qur'an diturunkan untuk membenarkan kitab-kitab suci yang telah turun sebelumnya - yakni yang berkaitan dengan pokok-pokok akidah dan akhlak - sebelum kitab-kitab itu dipalsukan dan diubah oleh tangan manusia. b. Al-Qur'an mengungguli kitab-kitab suci sebelumnya dengan mengoreksi dan meluruskan tambahan-tambahan dan perubahan-perubahan yang telah disisipkan manusia dalam kitab-kitab tersebut.
Artinya : "Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an o'engan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebe/umnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelum Al-Qur'anj dan batu ujian terhadap kirab-kitab tersebut,
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan
janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang te/ah datang kepadamu, Kami berikan aturan dan jalan
yang terang. Ka/au Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
Hanya kepada Allah kamu semua kembali, /a/u diberitakan-Nya kepadamu
terhadap apa yang dahu/u kamu perselisihkan". (QS. al-Maidah : 48)
c. Al-Qur'an adalah Kitab llahi yang menjadi mukjizat. l<itab yang memberikan penjelasan dan dimudahkan untuk dipahami, juga bertujuan membersihkan jiwa manusia. Sebab jika jiwa itu bersih, niscaya baiklah seluruh masyarakat. Sebaliknya, jika jiwa itu rusak dan kotor, niscaya rusaklah seluruh masyarakat.
d. Al-Qur'an diturunkan bertujuan untuk membentuk keluarga, yang kemudian menjadi pangkal berdirinya suatu masyarakat, yang bersifat adil terhadap kalangan wanita karena mereka merupakan pokok utama dalam bangunan keluarga (Al-Qur'an dan Terjemahnya, 1971).
2.1.3 Adab Tilawah Al-Qur'an
Al-Qur'an sebagai Kitab Suci, wahyu llahi, mempunyai adab tersendiri bagi orang-orang yang ingin bertilawah atau membacanya. Adab itu sudah diatur dengan sangat baik, untuk penghormatan dan keagungan Al-Qur'an tiap-tiap orang harus berpedoman kepadanya dalam mengerjakannya.
Imam Al Ghazali (dalam Al-Qur'an dan Terjemahnya, 1971:105) menguraikan dengan sejelas-jelasnya di dalam kitab /hya Ulumuddin bagaimana
21
adab tilawah Al-Qur'an menjadi adab yang mengenai batin dan adab yang mengenai lahir. Adab yang mengenai batin itu, diperinci lagi menjadi arti memahami asal kalimat, cara hati membesarkan kalimat Allah, menghadirkan hati di kala membaca sampai ke tingkat memperluas, memperhalus
perasaan dan membersihkan jiwa.
Dengan demikian kandungan Al-Qur'an yang dibaca den!;1an perantaraan lidah, dapat bersemi dalam jiwa dan meresap ke dalam hati sanubarinya. Kesemuanya ini adalah adab yang berhubungan dengan batin, yaitu dengan hati dan jiwa. Sebagai contoh Imam Al Ghazali (dalam Al-Qur'an dan
Terjemahnya, 1971) menjelaskan, cara hati membesarkan kalimatAllah, yaitu bagi pembaca Al-Qur'an ketika dia memulainya, maka terlebih dahulu ia harus menghadirkan dalam hatinya, betapa kebesaran Allah yang
mempunyai kalimat-kalimat itu. Dia harus yakin dalam hatinya, bahwa yang dibacanya itu bukanlah kalam manusia, tapi kalam Allah azza wa Jal/a.
Adapun mengenai adab lahir dalam bertilawah atau membaca Al-Qur'an, selain didapati di dalam kitab lhya U/umuddin, juga banyak terdapat di dalam kitab-kitab lainnya. Misalnya Imam Jalaluddin As Suyuthi (dalam Al-Qur'an dan Terjemahnya, 1971:105-108) mengemukakan dalam kitab Al-ltqan
tentang adab membaca Al-Qur'an itu diperincinya sampai menjadi beberapa bagian. Di antara adab membaca Al-Qur'an yaitu :
1. Disunatkan membaca Al-Qur'an sesudah berwudhu, dalam keadaan bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah. Kemudian mengambil Al-Qur'an hendaknya dengan tangan kanan; sebaiknya memegangnya dengan kedua belah tangan.
2. Disunatkan membaca Al-Qur'an di tempat yang bersih, seperti : di rumah, di surau, di musholla dan di te;mpat-tempat lain yang dianggap bersih. Tapi yang paling utama ialah di masjid.
3. Disunatkan membaca Al-Qur'an menghadap kiblat, membacanya dengan khusyu' dan tenan9; sebaiknya dengan berpakaian yang pantas. 4. Ketika membaca Al-Qur'an, mulut hendaknya bersih, tidak berisi
makanan, sebaiknya sebelurn mernbaca Al-Qur'an mulut dan gigi dibersihkan lebih dahulu.
dari gangguan atau godaan. Biasa juga sebelum atau sesudah membaca taawudz itu, berdoa dengan maksud memohon kepada Allah supaya hatinya menjadi terang. Adapun doa tersebut yaitu :
Artinya : "Ya Allah, bukakanlah kiranya kepada kami nikmat-Mu dan
taburkanlah kepada kami rahmat dari khazanah-Mu, ya Allah Maha Pengasih
lagi Penyayang".
6. Disunatkan membaca Al-Qur'an dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan tenang, sesuai dengan firman Allah dalam surat (73) al-Muzzammil ayat 4.
Artinya : " ... .Dan bacalah Al-Qur'an dengan tarti/". (QS: al-Muzzammil : 4) Membaca dengan tartil itu lebih banyak memberi bekas dan mempengaruhi jiwa, serta lebih mendatangkan ketenangan batin dan rasa hormat kepada Al-Qur'an.
Telah berkata lbnu Abbas Ra: "Aku lebih suka membaca surat al-Baqarah dan Ali 'lmran dengan tartil, dari pada l<ubaca seluruh Al-Qur'an dengan cara terburu-buru dan cepat-cepat".
yang dikehendaki, yaitu lidahnya bergerak membaca, hatinya turut
memperhatikan dan memikirkan arti dan maksud yang terkandung dalam ayat-ayat yang dibacanya, yaitu membaca Qur'an serta mendalami isi Al-Qur'an itu.
8. Dalam membaca Al-Qur'an itu, hendaklah benar-benar diresapkan arti dan maksudnya, lebih-lebih apabila sampai pada ayat-ayat yang
menggambarkan nasib orang-orang yang berdosa, dan bagaimana hebatnya siksaan yang disediakan bagi mereka.
9. Disunatkan membaca Al-Qur'an dengan suara yang bagus lagi merdu, sebab suara yang bagus dan merdu itu menambah keindahan us/ubnya Al-Qur'an. Sabda Rasul :
Artinya : "Hendaklah kamu sekalian hiasi Al-Qur'an itu dengan suaramil yang-merdu".
10. Ketika membaca Al-Qur'an janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke batas yang telah ditentukan, barulah disudahi. Juga dilarang tertawa-tawa, bermain-main dan lain-lain yang sejenisnya ketika membaca Al-Qur'an. Sebab pekerjaan seperti itu tidak baik dilakukan sewaktu
25
2.1.4 Keutamaan Al-Qur'an dan Tilawah Al-Qur'an
Dalam Al-Qur'an dan terjemahannya (1971) dikemukakan bahwa pada suatu ketika datanglah seseorang kepada sahabat Rasulullah yang bernama lbnu Mas'ud Ra. meminta nasehat, katanya: "Wahai lbnu Mas'ud, berilah nasehat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tenteram, jiwaku gelisah dan pikiranku kusut; makan tak enak, dan tidurpun tak nyenyak". Maka lbnu Mas'ud menasehatinya, katanya: "Kalau penyakit itu yang menimpamu maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ke tempat orang yang mernbaca Al-Qur'an, engkau baca Al-Qur'an atau engkau dengar baik-baik orang yang
membacanya; atau engkau pergi ke majlis pengajian yanfJ mengingatkan hati kepada Allah; atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, di sana engkau berkhalwat menyembah Allah, umpama di waktu tengah rnalam buta, di saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam, meminta dan memohon kepada Allah ketenangan jiwa, ketenteraman pikiran dan kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum juga terobati dengan cara ini, engkau minta kepada Allah, agar diberi-Nya hati yang lain, sebab hati yang kamu pakai itu, bukan lagi hatimu".
jiwanya, menjadi jiwa yang tenang dan tenteram, pikirannya jernih, dan kegelisahannya hilang sama sekali.
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2004) mengemukakan bahwa membaca Al-Qur'an memiliki keutamaan sebagai sebuah terapi yang berfungsi untuk mencegah dan melindungi diri, yakni sebagai permohonan (doa) agar senantiasa dapat terhindar dan terlindungi dari suatu akibat hadirnya musibah, bencana atau ujian yang berat. Yang mana hal itu dapat mengganggu keutuhan dan eksistensi kejiwaan (mental). Karena dalam kehidupan sehari-hari tidak sedikit orang menjadi stres, depresi dam frustasi bahkan menjadi hilang ingatan dan kesadarannya, karena keimanan dalam dada tidak kokoh, mental sangat rapu:1 dan lingkungan sangat jauh dari perlindungan Allah. Selain itu membaca Al-Qur'an dapat memberikan
penyembuhan atau pengobatan terhadap penyakit kejiwaan (mental), bahkan dapat jug a untuk penyakit spiritual dan fisik.
27
,.. ,... "' ,,, J ,,, JJ .... J... J .,, セNNNN@ J J ,,.,., ¢i
セェ@
セj@
(451j
Lセi_@
セ[ォM
セ@
ャセjェ@
r4.)$
q j
NFiゥセ@
iセLZ@
(t;UI
Hjセᄉ@
I WJ
,•
セHj⦅LエGセセェ@
Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman yang apabila disebut
Asma Allah bergertarlah hatinya. Dan apabila dibacakan kepadanya
ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanan mereka. Dan kepada Tuhannya/ah
mereka berserah diri (bertawakal)" (Q.S al-Anfal : 2)
Artinya : "Orang-orang yang beriman dan menenangkan /Jatinya. Dan
ketahuilah hanya dengan mengingat Allah (dzikrulla/J) /Jati menjadi tenang"
(Q.S ar-Ra'du : 28)
Hal ini diperkuat dengan penjelasan Imam Nawawi (1995) yang menyatakan bahwa tilawah Al-Qur'an merupakan dzikir yang utama.
Abdul Aziz Abd Rauf (2004) mengemukakan keutamaan membaca Al-Qur'an yang dibagi menjadi dua, yakni keutamaan untuk kehidupan di dunia dan di akhirat. Adapun keutamaan tilawah Al-Qur'an untuk kehidupan di dunia yaitu: 1. Allah Swt mengangkat derajat Ahlul Al-Qur'an (orang yang senantiasa
I I' I' .
-Jy;
セᄋ[N[Z[@
j[LMセZQ@
u;Lll
セ@ Gセ|@
Jl/
"Sesungguhnya di antara manusia terdapat keluarga Allah Swt. Ditanyakan,
siapakah mereka ya Rasulullah ? 'Rasul menjawab, "Mereka adalah ahlul
Al-Qur'an, mereka keluarga Allah dan orang-orang pilihan-Nya",
2, Al-Qur'an adalah kenikmatan yang harus didamba-dambakan. Hadits Rasulullah:
Artinya : "Tidak boleh iri kecuali dalarr. dua kenikmatan; seseorang yang diberi Al-Qur'an o/eh Allah kemudian ia membacanya sepanjang ma/am dan
siang, dan orang yang diberi harta oleh Allah, lalu ia membelanjakannya di
ja/an Allah sepanjang ma/am dan siang",
3. Ahlul Al-Qur'an disejajarkan derajatnya oleh Allah Swt dengan para
malaikat atau nabi yang telah diberi wahyu, sedangkan yang kemampuan bacanya masih terbata-bata, Allah Swt memberinya dua pahala.
29
"Orang yang mahir berinteraksi dengan Al-Qur'an akan tiersama malaikat
yang mulia dan taat, sedangkan yang membaca A/-Qur'an dengan
terbata-bata, dan ia merasa sulit, ia mendapatkan dua paha/a". (HR. Muslim) 4. Ahlul Al-Qur'an orang yang paling berhak menjadi imam dalam shalat.
Rasulullah Saw bersabda,
"Yang berhak menjadi imam adalah yang paling banyak interaksinya dengan
Al-Qur'an".
5. Ahlul Al-Qur'an orang yang selalu mendapat ォ・エ・ョ。ョセQ。ョL@ rahmcit naungan malaikat dan disebut-sebut namanya oleh Allah Svvt.
HセGセGWGセ@
セQSセI@
"Tidaklah suatu kaum berkumpul di da/am satu rumah Allah, membaca kitab
Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali turun kepada mereka
ketenangan, diliputi rahmat, dikelilingi Malaikat, dan Allah Swt menyebut
nama-nama mereka di sisi makh/uk yang ada di dekat-Nya". (HR. Muslim)
6. Ahlul Al-Qur'an adalah orang yang mendapatkan kebaikan dari Allah.
/' ;
-? _, / ' Npセ@ ... / / p /
セ@ , '· |GNセi|L⦅@ lセ@ セ@ ' ".."<:" .c:,.
3
u .
..>"" \ " LY' I . ) .."Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan A/-Qur'an".
Sementara beberapa keutamaan tilawah Al-Qur'an untuk lkehidupan di akhirat yaitu:
1. Al-Qur'an menjadi syafaat bagi manusia yang menjadi sahabatnya.
p セ@ I G C / L c
(
\NN^⦅INセセ|@
-
... ,. :; ·'olj_;
/ )BM\セ@
, " r'}
セ@
f/1., IセャZ[ji@
/,..i.""
/ ,cjLャセ@
.::./;""\gセ@
/ ,.,..rL!l:?JllJJ' )I,
P ,_.:;,,,/ / / / ,,. / / _,,
..
/ /' /
"Baca/ah Al-Qur'an, sesungguhnya ia akan datang pada hari Kiamat menjadi
pemberi syafaat bagi orang-orang yang bersahabat dengannya (Al-Qur'an)".
(HR. Bukhari)
2. Al-Qur'an menjadi pembela bagi manusia saat menghadapi pengadilan Allah Swt.
I 9 .,/
セjセ@
; /
"Dari Nawwas bin Sam'an Ra. dia berkata : "Aku mendengar Rasu/u//ah Saw
b.ersabda : "Didatangkan pada Hari Kiamat Al-Qur'an dan ahlinya, yakni
orang-orang yang du/u mengama/kannya di dunia surat af·Baqarah dan Ali
lmran maju mendampinginya dan membelanya".
31
Artinya: Dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash Ra, dari Nabi Saw bahwa beliau
bersabda, "Dikatakan kepada Shahib Al-Quran, 'Baca/ah clan naiklah dan
nikmatilah seperti ha/nya kamu menikmati bacaan Al-Qur'anmu di dunia.
Sesungguhnya, kedudukanmu ada di akhir ayat yang kamu baca". (HR.
Imam Abu Dawud dan Imam Turmudzi)
4. Al-Qur'an sumber pahala bagi orang yang beriman. Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: "Dari Abi Mas'ud berkata: Rasulul/ah Saw bersabda: 'siapa saja yang m_embaca satu huruf Al-Qur'an, baginya satu kebaikan. Satu kebaikan akan
menjadi sepu/uh ka/i lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif-lam-mim itu satu
5. Al-Qur'an mengangkat derajat orang tua di akhirat bagi yang berhasil mendidik anaknya. Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: "Siapa saja yang be/ajar Al-Qur'an dan mengamalkannya, pada hari kiamat (Allah Swt) akan memberikan kepada kedua orangtuanya mahkota
yang cahayanya /ebih indah dari cahaya matahari. Kedua orangtua itu akan
berkata, "Mengapa kami diberi (mahkota) ini?" Dijawablah, "/tu karena
anakmu le/ah mempelajari Al-Qur'an." (HR. Imam Abu Dawud, Imam Ahmad,
dan Imam lbnu Hakim)
2.2 Kesehata11 Mental
2.2.1 Pengertian Kesehatan Mental
Apabila ditinjau dari etimologis, kata "mental" berasal dari kata Latin, yaitu
"mens" atau "mentis" artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu
Kartini Kartono dan Jenny Andary (1989) mengemukakan bahwa llmu Kesehatan Mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan atau penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau
menyembuhkan penyakit mental, serta mewujudkan kesehatan jiwa rakyat.
WHO pada tahun 1984 telah menyempurnakan batasan sehat dengan menambahkan satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang ini yang dimaksud dengan sehat adalah tidak adanya sehat dalam arti fisik,
psikologis dan sosial, akan tetapi juga sehat dalam arti spiritual atau agama (empat dimensi sehat: bio-psiko-sosio-spirituaD (Dadang Hawari, 1997).
Zakiah Daradjat (2001) mengemukakan tentang rumusan kesehatan jiwa yakni:
1. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa
(neorose) dan dari gejala-gejala penyakitjiwa (psychose). Definisi ini banyak
dianut di kalangan psikiatri yang memandang manusia dari sudut sehat atau sakitnya.
2. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan tempat ia hidup. Definisi ini nampaknya lebih luas dan lebih umum dari definisi yang pertama, karena dihubungkan dengan kehidupan secara menyeluruh. 3. Kesehatan mental adalah tarwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problema-problema yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik). Definisi ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap, pandan(Jan dan keyakinan harus saling rnenunjang dan bekerja sehingga menciptaka11 keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang dari sifat ragu-ragu dan bimbang, serta terhindar dari rasa gelisah dan konflik batin.
35
dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa. Definisi
keempat ini lebih menekankan pada pengembangan dan pemanfaatan
segala daya dan pembawaan yang dibawa sejak lahir, sel1ingga benar-benar
membawa manfaat dan kebaikan bagi orang lain dan dirinya sendiri.
5. Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang
sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri
antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan
dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan
bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Definisi ini memasukkan unsur
agama yang sangat penting dan harus diupayakan penerapannya dalam
kehidupan, sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental dan
pengembangan hubungan baik dengan sesama manusia.
Saparinah Sadli (1982) mengemukakan tiga orientasi dalam Kesehatan Jiwa,
yakni:
1. Orientasi Klasik : seseorang dianggap sehat bila ia tak mempunyai
keluhan tertentu, seperti : ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau
perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan "sakit" atau
"rasa tak sehat" serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari. Orientasi
2. Orietasi penyesuaian diri : seseorang dianggap sehat secara
psikologis bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitar.
3. Orientasi pengembangan diri : seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
Utsman Najati (2000) mengemukakan kesehatan jiwa dengan istilah kepribadian yang serasi dalam Islam yaitu kepribadian di mana terdapat keseimbangan antara tubuh dan jiwa dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan keduanya. Dengan demikian, ォ・ーセゥ「。、ゥ。ョ@ yang serasi ialah kepribadian yang memperhitungkan tubuh, kesehatannya, kekuatannya, dan memenuhi
yang ekstrim ini bertentangan dengan karakter manusiawi dan berlawanan dengan fitrahnya dan karenanya tidak akan bisa mengantarkan manusia kepada kepribadian dan kesempurnaan yang hakiki.
]7
Dari penjelasan tentang kesehatan mental, penulis menyirnpulkan bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi yang harmonis, serasi dan seimbang antara fungsi-fungsi jiwa seperti perasaan, pikiran, sikap, pandangan dan keyakinan hidup pada diri manusia sehingga ia terbebas dari gangguan dan gejala simptomatis, mampu menyesuaikan dan mengembangkan diri, dan mampu mengamalkan nilai-nilai agama dengan baik dan secara positif merasakan suatu kebahagiaan hidup dan kemampuan temebut.
2.2.2 Tanda-tanda Kesehatan Mental
Muhammad Mahmud Mahmud (dalam Abdul Mujib, 2002) mengemukakan tanda-tanda kesehatan mental ada sembilan macam yaitu Pertama,
individu untuk membentuk hubungan sosial yang baik yan9 dilandasi sikap saling percaya dan saling mengisi. Kedelapan, memiliki keinginan realistik, sehingga dapat diraih secara baik. Kesembilan, adanya rasa kepuasan, kegembiraan, dan kebahagiaan dalam mensikapi atau menerima nikmat yang diperoleh.
Tanda-tanda kesehatan mental yang lain adalah adanya kesediaan diri untuk menerima segala kelebihan dan kekurangan orang lain, sehingga ia mampu bergaul dan menyesuaikan segala kelebihan dan kekuran£1an orang lain, serta adanya perasaan cinta, sebab cinta menunjukkan diri positif. Cinta mendorong individu untuk hidup berdamai, rukun, saling kasih mengasihi, dan menjauhkan dari kebencian, denjam, dan pertikaian (ll.bdul Mujib, 2002).
Berkenaan dengan pribadi normal dan mental yang sehat, Maslow dan Mittlemen (dalam Kartini Kartono dan Jenny Andari, 1999) mengemukakan ciri-ciri pribadi normal dan mental yang sehat, yaitu seba(Jai berikut:
39
1. Memiliki rasa aman (sense of security) yang tepat, rnampu berhubungan dengan orang lain dalam bidang kerja, pergaulan dan dalam lingkungan keluarga.
2. Memiliki penilaian (self evaluation) dan wawasan diri yang rasional dengan harga diri yang tidak berlebihan, memiliki kesehatan secara moral, dan tidak dihinggapi rasa bersalah. Selain itu, juga dapat rnenilai perilaku orang lain yang asosial dan tidak manusiawi sebagai gejala perilaku yang menyimpang.
3. Mempunyai spontanitas dan emosional yang tepat. Dia mampu menjalin relasi yang erat, kuat dan lama, seperti persahabatan, komunikasi sosial, dan menguasai diri sendiri. Penuh tenggang msa terhadap orang lain. Dia bisa tertawa dan bergembira secara bebas dan mampu
menghayati penderitaan tanpa lupa diri.
atau mengasimilasikan diri jika lingkungan sosial atau dunia luar memang tidak bisa diubah oleh dirinya.
5. Memiliki dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat dan mampu memuaskannya dengan cara yang sehat, namun tidak diperbudak oleh nafsunya sendiri. Dia mampu menikmati kesenangan hidup (makan, minum, dan rekreasi) dan bisa cepat pulih dari kelelahan. Nafsu seksnya cukup sehat, bisa memenuhi kebutuhan seks secara wajar, tanpa
dibebani rasa takut dan berdosa, dia bergairah untuk bekerja, dan dengan tabah menghadapi segala kegagalan.
6. Mempunyai pengetahuan diri yang cukup dengan memiliki motif hidup yang sehat dan kesadaran tinggi. Dia dapat membatasi ambisi-ambisi dalam batas kenormalan. Juga patuh terhadap pantangan-pantangan pribadi dan yang bersifat sosial, dia bisa melakukan l<ompensasi yang positif, mampu menghindari mekanisme pembelaan diri yang negatif sejauh mungkin, dc.n bisa menyalurkan rasa inferiornya.
7. Memiliki tujuan hidup yang tepat, wajar, dan realitas :3ehingga bisa dicapai dengan kemampuan sendiri serta memiliki keuletan dalam
mengejar tujuan hidupnya agar bermanfaat bagi diri セ[・ョ、ゥイゥ@ maupun bagi masyarakat pada umumnya.
batas kekuatan sendiri dalam situasi yang dihadapi, untuk meraih sukses.
41
9. Memiliki kesanggupan untuk mengekang tuntutan-tu11tutan dan
kebutuhan-kebutuhan dari kelompoknya, sebab dia memiliki kesamaan kebutuhan dengan yang lain (tidak terlalu berbeda, dan tidak
menyimpang). Dia tetap teguh memperlihatkan rasa persahabatan, tanggung jawab, loyalitas dan melakukan aktivitas rekreasi yang sehat dengan anggota lainnya.
10. Memiliki sikap emansipasi yang sehat terhadap kelornpok dan
kebudayaan. Namun, dia tetap memiliki originalitas dan individualitas yang khas, sebab dia mampu membedakan sikap yang baik dan yang buruk. Dia menyadari adanya kebebasan yang terbatas dalam
kelompoknya, tanpa disadari oleh kesombongan, kemunafikan dan usaha mencari muka, dan tanpa hasrat untuk menonjolkan diri dihadapan orang lain. Selain itu, dia memiliki derajat apresiasi dan toleransi yang cukup tinggi terhadap kebudayaan bangsanya dan terhadap perubahan-perubahan sosial.
11. Memiliki integritas dalam kepribadiannya, yaitu kebulatan jasmaniah dan rohaniahnya. Dia mudah mengadakan asimilasi dan adaptasi terhadap perubahan yang serba cepat, dan memiliki minat pada berbagai
konflik-konflik serius dalam dirinya, dan dissosiasi terhadap lingkungan sosialnya.
Sementara Kartini Kartono dan Jenny Andari (1989) menjelaskan bahwa pribadi normal dengan mental yang sehat itu selalu memperhatikan reaksi-reaksi personal yang cocok, tepat terhadap stimulasi eksternal. Karena itu reaksi-reaksi kenormalan pada tingkat psikologis dan sosial biasanya diukur dengan : kelakuan individu di tengah kelompok tempat hidupnya. Reaksi tersebut disebut normal, bila tepat dan sesuai dengan ide dan pola tingkah laku kelompok, dan cocok dengan kesejahteraan umum dan kemajuan. Karena itu normalitas atau kesehatan mental ditandai oleh :
1. lntegrasi kejiwaan,
2. Kesesuaian tingkah laku sendiri dengan tingkah laku sosial,
3. Adanya kesanggupan melaksanakan tugas-tugas hidup dan tanggung jawab sosial, da11
4. Efisiensi dalam menaggapi realitas hidup.
Kriteria jiwa atau mental yang sehat menurut WHO (1959) (dalam Dadang H_awari, 1997) adalah sebagai berikut :
43
2. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya atau perjuangan
hidupnya.
3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima. 4. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
6. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk di kemudian hari.
7. Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
8. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
Abraham Maslow (dalam Budiman Arif dan Abu Bakar Bardja, 1996) menyatakan bahwa kesehatan mental akan dapat terjadi bila adanya keseimbangan (equilibrium) antara kebutuhan jasmaniah dan kebutuhan rohaninya. Lebih lanjut Maslow mengemukakan bahwa kriteria mental yang sehat adalah :
1. Mempunyai harga diri yang wajar.
dihadapi, juga selalu melemparkan kritik yang sifatnya mencela atas kekecewaannya.
2. Mempunyai rasa aman
Perasaan aman pada diri seseorang sangat penting clan mempunyai kaitan yang cukup luas yang banyak clitentukan oleh pengalaman hiclupnya, baik berupa kebahagiaan ataupun tantangan pencleritaan. 3. Mempunyai spontanitas yang baik
Muclah clan leluasa menampilkan emosinya secara rasional clan
spontan, tanpa clibuat-buat. Sikap spontan mempunyai nilai positif clalam pengembangan cliri secara optimal karena ia clapat melihat kelebihan orang lain tanpa merenclahkan clirinya.
4. Mempunyai panclangan realistis, cakrawala luas clan sikap wajar. Orang yang berpanclangan realistis ticlak akan berkhayal secara berlebihan clan ticlak wajar. la menghaclapi kenyataan sebagaimana mestinya clengan penuh keberanian clan keyakinan cliri dari sikap berpura-pura atau menutupi wajahnya clengan topen9.
5. Mampu memuaskan kebutuhan secara wajar
Memuaskan kebutuhan jasmani secara wajar, ticlak rnengganggu clan atau merugikan orang lain, clan mampu mengukur kebutuhan tanpa berlebihan.
45
Melihat diri sendiri secara cermat, lalu mengetahui baik kelebihan ataupun kekurangan yang dipunyainya, mengenal siapa dirinya yang sebenarnya tanpa berusaha menutup-nutupi dengan maksud agar orang lain hanya melihat kelebihannya saja.
7. Memiliki pribadi yang konsisten dan terintegrasi
Orang yang dinilai cukup sehat mentalnya memiliki pribadi yang konsisten, tidak cepat terombang-ambing oleh berbagai masalah, sikapnya tegas dan memenuhi segala tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik.
Rita Atkinson (1993) mengemukakan enam indikator normalitas kejiwaan seseorang yaitu :
1. Persepsi realitas yang efisien
lndividu cukup realistis dalam menilai kemarnpuannya dan dalam menginterpretasikan terhadap dunia sekitar dan tidak selalu berpikir negatif.
2. Mengenali diri sendiri
lndividu dapat menyesuaikan diri adalah individu yang mempunyai kesadaran motif dan perasaannya sendiri.
4. Harga diri dan penerimaan
Penyesuaian diri seseorang sangat ditentukan oleh penilaian terhadap harga diri dan merasa diterima oleh lingkungan sekitarnya.
5. Kemampuan untuk membentuk cinta kasih
lndividu yang normal dapat membentuk jalinan kasih sayang yang erat serta mampu memuaskan orang lain, ia pel<a terhaclap orang lain serta tidak menuntut yang berlebihan kepada orang lalin.
6. Produktifitas individu
lndividu yang baik adalah yang menyadari kemampuannya dan dapat diarahkan pada aktivitas yang produktif.
Pendapat serupa dikemukakan oleh Crow & Crow (1951), individu yang memiliki mental yang baik adalah individu yang memiliki potensi yang kuat dan menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mampu memahami dan mengatasi reaksi psikologisnya dan problem penyesuaian dirinya.
2. Memiliki sikap yang positif dan optimis dalam hidup. 3. Merasa puas dalam setiap aktivitas.
4. Memiliki tujuan yang hendak dicapai.
5. Menjag::; kehangatan dan keinginan dalam batas-batas yang saling menguntungkan.
7. Dapat menjaga keadaan emosional yang dirasakannya. 8. Mampu mengatur waktu yang baik.
9. Memiliki pola kebiasaan yang menguntungkan bagi dirinya dan orang lain.
2.2.3 Fungsi Kesehatan Mental
47
Muhammad Iqbal (2003) mengemukakan tentang fungsi dan tindakan pokok yang terkandung dalam kesehatan mental dari hasil penelitiannya adalah : 1. Pencegahan (preventive)
Adalah suatu tindakan guna mencegah terjadinya gangguan mental dengan memberikan pengertian tentang bagaimana memahami dengan tepat apa arti dan tujuan hidup, cara penyesuaian diri yang baik dan wajar, bagaimana mempertahankan kestabilan emosi. bagaimana membawakan diri dalam pergaulan, sehingga kemungkinan timbul konflik antara individu atau dalam diri bisa ditekan sekecil mungkin atau malah bebas dari konflik.
2. Pemeliharaan (preservative/constructive)
3 Penyembuhan (curative)
Penyembuhan adalah usaha untuk mengembalikan keseimbangan mental dari orang yang terganggu (penderita), dengan memberikan bantuan bagaimana cara mengatasi pertentangan atau konflik dan diri, juga bagaimana menemukan penyesuaian yang tepat, sehingga
penderita mendapatkan sikap yang konstruktif terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya.
2.2.4 Aspek-aspek yang Dipengaruhi Kesehatan Mental
Zakiah Darajat (1982) menyimpulkan bahwa kesehatan mental yang
terganggu dapat mempengaruhi kesaluruhan hidup seseorang. Pengaruh itu dibagi dalam empat kelom;:iok besar yaitu :
1. Perasaan
Seseorang yang kesehatan mentalnya terganggu dapat mengakibatkan terganggu11ya perasaannya. Seperti misalnya rasa cemas (gelisah), iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, ragu (bimbang) dan
sebagainya.
2. Pikiran atau Kecerdasan
49
proses berpikir. Misalnya, sering lupa, tidak bisa berkonsentrasi
terhadap hal-hal yang penting, kemampuan berpikir menurun, sehingga orang merasa seolah-olah tidak cerdas lagi, pikirannya tidak bisa
digunakan sebagaimana mestinya. 3. Perilaku
Kesehatan mental yang terganggu sangat mempen9aruhi perilaku dan tindakan seseorang. Misalnya, orang yang rnerasa tertekan, atau gelisah akan berusaha mengatasi perasaannya yann tidak enak itu dengan jalan mengungkapkannya keluar. Dalam mengungkapkannya bisa jadi dengan hal-hal yang merugikan orang lain juga dirinya sendiri, disebabkan mentalnya yang terganggu.
4. Kesehatan badan
Dalam psikologi ada suatu penyakit yang disebut psikosomatik. Penyakit tersebut disebabkan oleh mental yang terganggu, misalnya karena tekanan perasaan yang terjadi disebabkan tidak mampunya seseorang dalam mencapai keinginannya, atau karena terlalu banyak masalah yang tidak terselesaikan, yang akhirnya dapat menimbulkan penyakit fisik.
biologis adalah suatu kebutuhan vital bagi kehidupan manusia, jika kebutuhan itu terhambat maka menimbulkan kegoncangan jiwa bagi
manusia. Begitu pula dengan faktor psikis, setiap individu membutuhkan rasa ketenangan, rasa aman, kasih sayang ingin tahu, dan kebebasan. Dengan tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut maka akan terjadi konflik batin, lebih-lebih manusia makhluk sosial yang harus beradaptasi dengan lingkungannya, maka mereka sangat membutuhkan penghargaan dan simpati dari orang lain, berarti akan banyak menimbulkan ketegangan batin.
2.2.5 Pola Pembentukan Kesehatan Mental
Hana Djumhana (2001) mengemukakan empat pola yang dapat digunakan untuk mencapai kesehatan mental dengan masing-masing orientasinya sebagai berikut :
1. Pola wawasan yang berorientasi simptomatis menganggap bahwa
51
2. Pola wawasan yang berorientasi penyesuaian diri berpandangan bahwa
kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri merupakan unsur utama dari kondisi jiwa yang sehat. Dalam hal ini penyesuaian diri diartikan secara luas, yakni secara aktif berupaya memenuhi tuntutan lingkungan tanpa kehilangan harga diri, atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi tanpa melanggar hak-hak orang lain. Penyesuaian diri yang pasif dalam bentuk serba menarik diri atau serba menuruti tuntutan lingkungan adalah penyesuaian diri yang tidak sehat, karena biasanya akan berakhir dengan isolasi diri atau menjadi mudah terbawa-bawa situasi.
3. Pola wawasan yang berorientasi pengembangan potensi pribadi
bertolak dari pandangan bahwa manusia adalah makhluk bermartabat yang memiliki berbagai potensi dan kualitas yang khas insani (human qualities), seperti kreativitas, rasa humor, rasa tanggung jawab,
4. Pola wawasan yang berorientasi agama berpandangan bahwa agama/keruhanian memiliki daya yang dapat menunjang kesehatan jiwa. Dan kesehatan jiwa diperoleh sebagai akibat dari keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan, serta menerapkan tuntunan-tuntunan keagamaan dalam hidup.
2.3 Tilawah Al-Qur'an: lmplikasinya Terhadap Kesehatan Mental
Kesehatan mental seseorang akan sangat mempengaruhi bagaimana ia menjalani hidup. Kondisi mental akan mempengaruhi pola pikirnya, tingkah lakunya dan perasaannya. Bila kesehatan mental telah di1·aih, maka orang tersebut akan mampu menjalani hidupnya dengan harmonis, serasi dan seimbang ; mampu menghc:dapi berbagai macam tantangan yang ia hadapi, bahkan ia mampu menikmati hidupnya. Namun jika seseorang tidak memiliki mental yang sehat, maka penyakit-penyakit jiwa akan bersarang di dalam dirinya. Sulit untuk menghadapi tantangan hidup sehingga sulit pula baginya untuk menikmati hidup.
Kesehatan mental adalah terhindarnya dari gejala-gejala 1iangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose) serta terwujudnya
untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat (Zaki ah Darajat, 2001 ).
53
Dengan demikian, memiliki mental yang sehat sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Seseorang perlu meringankan beban hidupnya, walaupun tidak berarti ia harus meninggalkan tantangan hidupnya. Tetapi bagaimana caranya agar ia mampu menghadapi tantangan hidupnya dengan tegar. Upayanya adalah melakukan dzikrullah, tilawah Qur'an, tadabbur Al-Qur'an, merenungi, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur'an. Dengan melakukan ibadah tersebut, berarti seseorang menyadari bahwa segala beban hidup yang dihadapinya adalah ujian yang diberikan Tuhan kepadanya. Sehingga dalam melakukan dzikrullah, tilawah Al-Qur'an, tadabbur Qur'an, dan merenungi serta menghayati isi kandungan Al-Qur'an merupakan sebuah upaya untuk menumpahkan segala keluh kesah, kegundahan, kegelisahan, dan segala harapan akan hidupnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga segala beban hidup yang dihadapinya tidaklah menjadi sebuah beban yang semata-mata atas kemampuannya sendiri ia dapat mengatasinya. Sebuah fenomena yang sangat mungkin terjadi adalah tilawah Al-Qur'an tidak hanya dilakukan oleh mereka yanu mengalami
mempertahankan kesehatan mental mereka maupun sebagai upaya
memenuhi kebutuhan religiusnya.
lbnu Qoyyim (dalam Shalih al-Munajjid, 1995) meringkaskan apa yang
seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk mengobati hatinya yang
keras dengan Al-Qur'an. Seraya berkata : ada dua perkara yang harus
engkau lakukan ; pertama, hendaklah engkau memindahkan hatimu dari
negeri dunia, maka engkau bertempat tinggal dalam negeri akhirat.
Kemudian engkau menerima kesaluruhan alas makna Al-Clur'an dengannya
dan penjelasannya, dan engkau mentadabburinya dan pernahaman apa yang
dikehendakinya, dan apa yang diturunkan karenanya dan rnengambil
bagianmu dari setiap ayat-ayatnya dan engkau menggunakannya untuk
penyakit hatimu, maka hatirnu akan sembuh dengan izin Allah.
Tilawah dan iman saling menopang untuk membentuk manusia yang beriman
dengan kokoh dan istiqamah. Tilawah adalah indikasi keimanan yang benar.
Dan keimanan yang benar hanya dapat turnbuh dengan baik, diantaranya
dengan tilawah Al-Qur'an (Abdul Aziz Abdul Rauf, 2004)
Shai1h Al-Munajjid (1995) rnengemukakan bahwa Al-Qur'an telah diturunkan
oleh Allah Azza wa Jal/a untuk rnenerangkan segala sesuatu dan sebagai
hamba-harnba-55
Nya yang dikehendaki. Dan tidak ragu lagi bahwa di dalamnya terdapat terapi yang agung dan obat yang mujarab. Allah Azza wa Jal/a berfirman :
Artinya : "Dan Kami turunkan Al-Qur'an yang di dalamnya terdapat obat dan
rahmat bagi orang mukmin". (QS: Al-lsra: 82)
Tilawah Al-Qur'an merupakan salah satu media terapi terhadap penyakit hati yang merupakan bagian dari penyakit mental Qiwa). Tilawah Al-Qur'an juga merupakan salah satu bentuk aplikasi mengingat Allah (dzikrul/ah) yang dilakukan individu yang beriman, dalam hal ini Allah berfirman dalam
Al-Qur'an surat al-A1·1fal: 2 dan ar-Ra'du: 28.
Artinya : "Sesungguhnya orang-orang beriman yang apabila disebut Asma
Allah bergetar/ah hatinya. Dan apabi!a dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya
maka bertambah/ah keimanan mereka. Dan kepada Tuhannya/ah mereka