ANALISIS PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU
BERSAMA USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM
DI RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh
Sofiatun
NIM: 104051001766
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Juli 2008
ANALISIS PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU
BERSAMA USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM
DI RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh
Sofiatun
NIM: 104051001766
Pembimbing,
Dra. Hj. Roudhonah M.Ag
NIP: 150232920
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Analisis Program Dakwah Tazkia Qalbu Bersama Ustadz H.M. Arifin Ilham di Radio Music City FM Jakarta telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 19 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 19 September 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Dr. Murodi, MA NIP: 150254102
Sekretaris Merangkap Anggota,
Wati Nilamsari, Msi NIP: 150293223
Anggota
Penguji I,
Rubiyanah, MA NIP: 150286373
Penguji II,
Umi Musyarrofah, MA NIP: 150281980
Pembimbing,
ABSTRAK
Sofiatun
Analisis Program Dakwah Tazkia Qalbu Bersama Ustadz H.M. Arifin Ilham di Radio Music City FM Jakarta
Dakwah kini tidak hanya dapat dilakukan dari mimbar ke mimbar saja, dakwah di era modern dapat dilakukan melalui media elektronik seperti televisi, radio, internet, bahkan telepon genggam. Namun dakwah melalui radio kiranya memiliki lebih banyak kelebihan, karena ia dapat menjangkau khalayak dengan jumlah banyak dalam satu waktu. Sehingga hal ini dapat memudahkan seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwahnya. Salah satu program dakwah radio yang memiliki banyak pendengar adalah program Tazkia Qalbu yang disiarkan oleh radio Music City FM Jakarta.
Dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah bagaimana proses pelaksanaan dalam program Tazkia Qalbu, mulai dari proses pra produksi (perencanaan), produksi sampai pasca produksi? Kemudian bagaimana kegiatan dakwah dalam program tersebut? Setelah itu apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimiliki program Tazkia Qalbu?
Metodologi yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis yang bersifat deskriptif. Artinya peneliti melakukan wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data utama, dan studi dokumentasi serta kepustakaan sebagai teknik pengumpulan data sekunder. Setelah data-data diperoleh, barulah di analisis secara deskriptif dengan menggunakan teori-teori yang ada.
Untuk menganalisis hasil temuan lapangan, peneliti menggunakan teori radio dan dakwah. Sehingga peneliti menggunakan teori radio, yang mencakup tentang karakteristik, fungsi, serta kelebihan dan kelemahan radio. Sedangkan teori dakwah yang digunakan adalah teori pengertian dakwah dan unsur-unsur dakwah, seperti da’i, mad’u, materi dakwah, metode dakwah, media dakwah, dan tujuan dakwah.
Dalam program Tazkia Qalbu, proses perencanaannya hanya sebatas penentuan tema atau materi yang akan disampaikan. Sedangkan untuk proses produksi tidaklah rumit, karena hanya sebatas proses siaran itu sendiri. Untuk proses pasca produksi, program ini tidak memilikinya karena disiarkan secara langsung (live). Kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu terdiri dari Ustadz Arifin Ilham sebagai da’i, pendengar Music City sebagai mad’u, materi yang terdiri dari hablun minnanas dan hablun minnallah, metode dakwah mau’idzatil hasanah, menggunakan radio sebagai media dakwah, dan memiliki tujuan membersihkan hati para pendengarnya. Kelebihan program ini antara lain waktu siarnya pada hari Senin pukul 17.00 sampai menjelang adzan Maghrib. Sedangkan kelemahannya antara lain pada durasi acara yang hanya satu jam.
KATA PENGANTAR
U
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puja dan puji hanya milik Allah SWT semata, Tuhan yang
menggenggam langit dan bumi, yang Maha Besar dan Maha Pengasih. Tiada daya
dan upaya tanpa seizin-Nya, segala yang mustahil menjadi mungkin atas
kehendak-Nya. Tuhan yang memiliki raga dan ruh dari diri ini, dan karena belas
kasih-Nya lah karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam tak putus tercurahkan kepada Nabi yang agung, Rasul
yang sangat mencintai hambanya melebihi kasihnya kepada makhluk lain, serta
yang syafaatnya selalu dirindukan di hari akhir, Rasulullah yang senantiasa
menjadi idola bagi setiap muslim sampai akhir zaman, Muhammad SAW.
Alhamdulillahi Robbil ‘alamin, skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan
juga. Hasil karya dari mengenyam pendidikan selama kurang lebih 17 tahun.
Karya yang tentunya masih jauh dari kata sempurna, namun melalui karya ini
penulis kiranya dapat memberikan sesuatu yang berarti bagi orang lain. Agar
nantinya, semoga tulisan ini bisa menjadi ladang amal jariyah untuk bekal penulis
Tentunya dalam penulisan ini penulis tak dapat melakukannya seorang
diri. Banyak bantuan dari pihak lain, baik berupa doa, motivasi, materil, maupun
keikhlasan hati untuk membantu sesama. Oleh karena itu, rasanya tidak
berlebihan jika penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang begitu dalam,
kepada:
1. Kedua orang tua, Ayahanda Taip dan Ibunda Dayem. Mama, Bapak,
terimakasih yang teramat sangat Ananda ucapkan atas seluruh kasih sayang
yang telah engkau berikan kepadaku, semenjak aku masih di dalam kandungan
sampai aku sebesar ini. Subhanallah, hanya Allah yang dapat membalas
jasa-jasamu wahai Mama, Bapak. Segala yang telah engkau berikan padaku berupa
kasih sayang, doa, pengajaran, dan materi, tidak dapat aku bayar walau dengan
jiwa dan raga sekalipun. Maafkan Ananda jika baru dapat mempersembahkan
skripsi tak sempurna ini untuk kalian. Sungguh, semua ini aku lakukan hanya
untuk membuat Mama dan Bapak bangga.
2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. Murodi M.A., Pembantu
Dekan I, Bapak Drs. H. Mahmud Jalal M.A., Pembantu Dekan II, Bapak Dr.
Arief Subhan M.Ag., dan Pembantu Dekan III, Bapak Drs. Study Rizal L.K.,
M.Ag.
3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak Drs. Wahidin Saputra
M.A., Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta Pembimbing
KKS (Kuliah Kerja Sosial), Ibu Umi Musyarrofah M.A.
4. Dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, Ibu Dra. Hj. Roudhonah
dalam hal pemikiran, memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat agar
skripsi ini dapat selesai dengan baik.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah banyak menumpahkan ilmunya
serta memberikan arahan pengembangan intelektualitas kepada penulis dalam
perkuliahan di kelas maupun di luar kelas.
6. Dosen praktikum Qira’ah, Ibu Rubiyanah, M.A., terimakasih atas bimbingan
yang telah Ibu berikan kepadaku. Meskipun pertemuan yang Allah berikan
singkat, namun pesan yang Ibu berikan sangat berarti untukku.
7. Seluruh karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, baik yang berada di
bagian tata usaha, perpustakaan, sampai yang ada di pantry.
8. Mas Ari, Mba Melisa, Mas Sam, Pak Muji dan karyawan radio Music City
yang telah sudi untuk direpotkan selama beberapa bulan oleh penulis.
Khususnya Mas Adhie Taufik, terimakasih atas segala kebaikan, keluangan
waktu, dan keikhlasan yang Mas berikan agar penulis bisa mengumpulkan
data.
9. Ustadz Arifin Ilham, Ustadz Awaludin, Ustadz Saefulloh dan pihak Majelis
Az-Zikra yang dengan tulus ikhlas telah membantu penulis dalam memperoleh
data untuk penulisan skripsi ini.
10.Seluruh keluarga besar yang ada di Tegal dan Jakarta yang tak pernah berhenti
memberikan doa dan restunya pada penulis. Terutama buat embah-embahku,
tanpa restu dari kalian penulis pasti belum tentu bisa seperti ini. Juga untuk
embah dan saudara-saudara yang telah lebih dulu berpulang, semoga kalian
11.Imron, adik penulis semata wayang dan tersayang yang kini telah beranjak
dewasa. Terimakasih atas canda, tangis, dan doa yang telah diberikan selama
ini, semoga Ade bisa melebihi prestasi dari apa yang Mba bisa capai kini.
12.Keluarga baru penulis, sahabat-sahabat KPI A angkatan 2004. Tempat di
mana aku memperoleh pendewasaan emosi, merasakan canda tawa dan tangis
haru, bahkan mengasah intelektual selama kurang lebih 3,5 tahun kita sekelas.
Terimakasih Widy, Ratri, Muin, Umi, Ukasah, Deden, Iip, Ida, Lyna, Ela,
Farah, Lia, Andi, Syadad, Ruli, Topik, Pitri, Wahyu, Taslim, Fuad, Adoy,
Ade, Idrus, Adi, Abi, Agus, Eka, khususnya untuk Bunga (terimakasih
buku-bukunya) dan Miftah (terimakasih bantuan CPU komputernya). Sahabat karib:
Pia, Ana, Upi, Desi, Aci, Evi, Zai, dan Riko (terimakasih MP4-nya). Spesial
untuk Budi, teman dekat penulis yang kesabarannya sungguh luar biasa dalam
membantu dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
13.Sahabat-sahabat penulis: Lita, Arisanti, Aci, Neni, Hana, Firman, Nila,
Noventa, Cici, terimakasih atas motivasi dan doanya, sampai kapanpun kalian
tetap sobatku.
14.Kawan-kawan seperjuangan di HMI KOMFAKDA, Paduan Suara VOC,
BEM-J KPI, Majalah Jeda, BEM FDK, radio RDK Station, UKM Bahasa
FLAT, teman-teman KPI B, C, D, dan E angakatan 2004, juga adik kelas yang
pernah aku pandu di Propesa, Wenti.
Akhirnya dengan mengharap ridho dari Allah SWT, penulis mendoakan
semoga segala bantuan, dukungan, bimbingan dan doa restu yang telah diberikan
Jakarta, 16 Juli 2008
Penulis
semuanya namun tanpa mengurangi rasa hormat, semoga Allah SWT membalas
amalan kalian dengan pahala disertai limpahan rahmat serta hidayah-Nya. Aamiin
ya Robbal ‘aalamiin.
Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif bagi pembacanya,
menambah wawasan keilmuan serta literatur perpustakaan. Karena penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis dengan
senang hati menerima kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ...xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8
D. Metodologi Penelitian ... 9
E. Tinjauan Pustaka ... 13
F. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II KERANGKA TEORI ... 16
A. Pengertian Dakwah ... 16
B. Unsur-unsur Dakwah ... 18
C. Ruang Lingkup Radio ... 27
1. Pengertian Radio ... 27
2. Karakteristik dan Fungsi Radio ... 28
3. Radio Sebagai Media Komunikasi Massa ... 30
4. Radio Sebagai Media Dakwah ... 32
BAB III GAMBARAN UMUM RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA ... 34
A. Sejarah dan Perkembangan Radio Music City ... 34
B. Visi dan Misi Radio Music City ... 38
C. Struktur Organisasi Radio Music City ... 39
D. Sekilas Tentang Program Radio Music City Secara Umum .... 40
BAB IV PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU BERSAMA
USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM DI RADIO MUSIC CITY FM
JAKARTA ...50
A. Proses Pelaksanaan Program Dakwah Tazkia Qalbu ... 50
1. Proses Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi ... 50
2. Format Acara ... 56
3. Waktu Acara ... 61
B. Kegiatan Dakwah dalam Program Tazkia Qalbu ... 63
1. Da’i ... 63
2. Mad’u ... 65
3. Materi Dakwah ... 66
4. Media Dakwah ... 67
5. Metode Dakwah ... 68
6. Tujuan Dakwah ... 69
C. Kelebihan dan Kekurangan Program Tazkia Qalbu ... 70
1. Kelebihan Program Tazkia Qalbu ... 70
2. Kekurangan Program Tazkia Qalbu ... 72
BAB V PENUTUP ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran-saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Kelebihan dan kelemahan radio ... 29
2. Tabel 2 Data pendengar radio Music City berdasarkan cakupan
wilayah ... 37
BAB I
PENDAHULUAN
G. Latar Belakang Masalah
Dakwah awalnya hanya dapat dilakukan secara tradisional saja, yaitu
ceramah dari mimbar ke mimbar di dalam mesjid, mushalla, atau tabligh akbar
di lapangan. Namun kini, “perkembangan masyarakat yang semakin
meningkat, tuntutan yang sudah semakin beragam, membuat dakwah tidak
bisa lagi dilakukan secara tradisional.”1 Perkembangan dakwah pun semakin
maju, dakwah di era modern dapat dilakukan melalui media cetak seperti
koran dan majalah, serta media elektronik seperti televisi, radio, internet,
bahkan telepon genggam.
Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai program dakwah,
khusunya melalui ranah elektronik yang memiliki kelebihan dapat
menjangkau khalayak luas secara bersamaan. Misalnya di televisi, berapa
banyak rumah produksi yang memproduksi judul sinetron yang bertemakan
Islam. Walaupun tujuan awalnya hanya sekedar untuk mengejar rating
misalnya, namun tak dapat dipungkiri bahwa kegiatan yang mereka lakukan
adalah berdakwah. Sebab secara etimologi dakwah artinya menyampaikan,
dan mereka telah menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui sinetronnya.
Belum lagi meledaknya film Ayat-ayat Cinta yang turut
mempopulerkan kepada masyarakat tentang ajaran Islam. Dakwah yang
disampaikan melalui media film ini, tentu dapat menghipnotis jutaan pasang
1
Said Agil Husin Al Munawar, sambutan di dalam buku: Tim Penulis Rahmat Semesta, ed., MetodeDakwah (Jakarta: Kencana, 2003), h. xii.
mata yang menyaksikan film tersebut. Baik menonton melalui VCD/DVD
player di rumah, melalui internet, apalagi yang menonton di bioskop. Efek
yang di dapat setelah menyaksikan film tersebut membuat pemahaman orang
Islam tentang agamanya menjadi bertambah, sedangkan bagi yang beragama
non Islam, mereka menjadi tahu bagaimana ajaran-ajaran dalam Islam. Hal ini
tentunya merupakan salah satu dari tujuan berdakwah, seperti yang
diungkapkan oleh Said Agil Husin Al Munawar “Dakwah hendaklah dikemas
agar selalu mampu menyentuh dan menyejukkan hati umat manusia sehingga
dakwah Islam selalu up to date sepanjang masa, kapan pun dan di mana pun.”2
Perkembangan dakwah yang marak melalui media audio visual seperti
televisi dan bioskop, ternyata tidak menyurutkan perkembangan dakwah
melalui media auditif, salah satunya adalah radio. Dakwah melalui media
radio ternyata tidak langsung surut ataupun kehilangan pamornya karena
tersisih oleh media audio visual. Hal ini tentu tidak lepas dari kelebihan dan
kelemahan masing-masing media, yang turut mempengaruhi eksistensi media
tersebut.
Televisi dan film sebagai media audio visual memiliki kelebihan antara
lain dapat dilihat dan didengar, sedangkan kelemahannya adalah harganya
relatif mahal dibanding radio. Selain itu, terkadang masyarakat dalam
menonton (baik televisi maupun film) hanya bertujuan sebagai hiburan,
sehingga selain untuk hiburan mereka tidak senang.3 Kemudian radio juga
memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri. Kelebihan radio sebagai media
auditif antara lain, siarannya mudah dijangkau oleh masyarakat dan
2
Ibid., h. ix. 3
pesawatnya mudah dibawa. Sedangkan kelemahannya adalah siarannya hanya
sekali di dengar (tidak dapat diulang).4
Kelebihan dan kelemahan dari masing-masing media tersebut
mengindikasikan bahwa meskipun media-media baru terus bermunculan,
namun hal itu tidak membuat media lama terlupakan oleh masyarakat. Dapat
dikatakan bahwa media telah mengalami mediamorphosis.5 “Ries dan Ries
mengatakan, buku tidak digantikan surat kabar, surat kabar tidak digantikan
majalah, majalah tidak digantikan radio, radio tidak digantikan televisi. Media
baru berada pada lapis atas media sebelumnya.”6
Radio telah mendapat julukan sebagai kekuasaan kelima atau “the fifth
estate,” setelah pers (baca surat kabar) dianggap sebagai kekuasaan keempat
atau “the fourth estate.”7 Sedangkan kekuatan pertama sampai ketiga
berturut-turut adalah pemerintah, rakyat, dan militer. Hal ini dikarenakan sifat radio
yang dapat menembus jarak dan rintangan, selain itu harga pesawatnya relatif
murah sehingga banyak masyarakat yang memilikinya, tidak memandang
apakah ia berasal dari lapisan orang kaya atau orang miskin. ”... Bedanya,
yang kaya mungkin memiliki seperangkat radio stereo yang canggih,
4
Ibid., h. 176-177. 5
Istilah mediamorphosis dikemukakan oleh Roger Fidler, sebagaimana dikutip oleh Sifak Masyhudi dalam diktat perkuliahannya, “Produksi Siaran Radio dan Televisi,” (Diktat Perkuliahan S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005), t.h., bahwa “Media baru memang akan senantiasa lahir bahkan mengalami mediamorphosis. Media akan mengalami transformasi sebagai konsekuensi kebutuhan dan inovasi yang lahir di masyarakat akibat dari kompetisi yang berkembang di masyarakat.
6
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi Pendekatan Taksonomi Konseptual
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 132. 7
sedangkan yang miskin hanya memiliki sebuah radio transistor kecil.”8 Seperti
yang dikatakan oleh John Vivian, radio is everywhere.9
Masih bertahannya program dakwah melalui radio, dapat dibuktikan
dengan masih banyaknya stasiun-stasiun radio yang tetap memproduksi dan
menyiarkan program-program atau acara-acara yang bernafaskan Islam.
Bahkan kini semakin baik perkembangannya dari masa ke masa, dengan
berbagai macam format dari program dakwah yang telah ada di radio.
Contohnya adalah program Manajemen Qalbu Pagi (MQ Pagi) yang
disiarkan sejak tahun 2003 oleh Radio Republik Indonesia (RRI). Program
yang dalam proses penyiarannya bekerjasama dengan Daarut Tauhid Bandung
ini, menghadirkan K.H. Abdullah Gymnastiar sebagai narasumber.
Pendengarnya pun sampai saat ini masih cukup banyak, bahkan program ini
menjadi salah satu program unggulan di radio RRI. Akhirnya sejak tahun 2005
sampai sekarang, program MQ Pagi telah di-relay (disiarkan ulang pada waktu
yang bersamaan) oleh beberapa stasiun radio swasta di Jakarta.
Hal ini tentu membuktikan bahwa “perangkat auditif seperti radio,
pada umumnya adalah alat-alat yang dapat dioperasionalkan sebagai sarana
penunjang kegiatan dakwah.”10 Sebab “penyampaian materi dakwah melalui
media auditif ini menyebabkan dapat terjangkaunya sasaran dakwah dalam
8
Amri Jahi, ed., Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar (Jakarta: PT Gramedia, 1988), h. 127.
9
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2004), Cet. 1, h. 17.
10
jarak jauh. Alat-alat auditif ini sangat efektif untuk kepentingan penyebaran
informasi atau penyampaian kegiatan dakwah yang cenderung persuasif.”11
Selain program MQ Pagi tadi, masih banyak program lain yang
disiarkan oleh stasiun radio di Indonesia yang bertemakan dakwah. Salah
satunya adalah program Tazkia Qalbu yang disiarkan oleh radio Music City
FM Jakarta, yang mengudara di gelombang 107,5 FM. Radio tersebut adalah
radio yang memiliki segmentasi pendengar eksekutif muda, namun kendati
segmentasinya adalah untuk eksekutif muda, radio ini tidak melupakan nilai
agama dalam program siarannya, khususnya agama Islam. Nilai-nilai tersebut
direalisasikan melalui berbagai macam program keseharian radio Music City
yang bernafaskan religi.
Program dakwah Tazkia Qalbu telah disiarkan sejak radio Music City
pertama kali mengudara, yaitu sekitar tahun 1997. Acara ini masih disiarkan
setiap hari Senin pukul lima sore sampai menjelang adzan maghrib secara live
(langsung), dengan pendengar yang cukup banyak dan mendapat sambutan
yang hangat di masyarakat hingga kini. Sambutan hangat ini dapat dilihat dari
“… banyaknya responden yang merespon positif akan materi yang
ditawarkan, waktu siar, metode ceramah, serta personality da’i”12 dari
program Tazkia Qalbu.
Sejak pertama kali siaran, program yang memiliki format dialog
interaktif ini, menghadirkan Ustadz H.M. Arifin Ilham sebagai narasumber
utama. Ustadz Arifin terkenal di masyarakat dengan metode dakwah
11
Ibid., h. 36-37. 12
dzikirnya, ia juga memiliki kekhasan tersendiri dengan suara yang serak-serak
basah serta selalu mengenakan pakaian serba putih. Di samping itu, Ustadz
Arifin juga mengasuh majelis dzikir bernama Majelis Az-Zikra, sehingga jika
Ustadz berhalangan hadir, maka ia kerap mengutus Ustadz pengganti dari
majelis Az-Zikra. Sehingga program Tazkia Qalbu masih dapat menguadara
hingga kini.
Atas dasar pemikiran di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai program dakwah yang disiarkan melalui radio terkait
dengan eksistensinya hingga kini. Selain itu program yang akan diteliti
merupakan satu-satunya program dakwah di radio, yang menghadirkan Ustadz
H.M. Arifin Ilham sebagai narasumber. Sehingga peneliti akan mengadakan
penelitian dengan judul AnalisisProgram Dakwah Tazkia Qalbu Bersama
Ustadz H.M. Arifin Ilham di Radio Music City FM Jakarta.
H. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar hasil penelitian ini lebih terfokus, maka masalah hanya akan
dibatasi pada siaran program Tazkia Qalbu selama bulan Maret sampai dengan
April 2008 saja.
Sedangkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam program
Tazkia Qalbu?
2. Bagaimana kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu?
I. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam
program Tazkia Qalbu.
2. Untuk mengetahui kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan program Tazkia Qalbu.
Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Manfaat Akademis
a. Memberikan tambahan informasi dalam ranah dakwah, khususnya
dakwah modern melalui media elektronik (radio).
b. Menambah wawasan dan referensi bagi mahasiswa Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, tentang program keagamaan di radio yang
bersegmentasi eksekutif muda.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan tambahan informasi dan referensi bagi para praktisi
dakwah atau khalayak yang tertarik kepada ranah dakwah, khususnya
dakwah melalui radio.
b. Sebagai dokumentasi atau bahan evaluasi bagi pihak radio Music City
tentang program Tazkia Qalbu.
c. Sebagai bahan evaluasi bagi Ustadz H.M. Arifin Ilham mengenai
J. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang menurut
bahasa, “… kualitatif bermakna kualitas atau mutu konsep atau data ...”13
Sedangkan Bogdan dan Taylor mendefinisikan “metodologi kualitatif”
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.14
Sehingga penerapan metode kualitatif dalam penelitian ini sangat
mengutamakan hasil perolehan data yang didapat melalui metode
wawancara dan observasi. Kemudian temuan-temuan tersebut dikritisi
secara deskriptif, dengan maksud agar nantinya pembaca dapat memahami
tentang permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Tentunya dengan
menggunakan teori-teori yang telah didapat.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian atau
sasaran penelitian.15 Sehingga subjek dalam penelitian ini adalah pihak
radio Music City, khususnya yang terlibat dalam program Tazkia Qalbu.
Seperti Manajer Operasional, Produser Acara, Penyiar, dan Operator
Siaran. Selain itu Ustadz H.M. Arifin Ilham dan Ustadz Saefulloh sebagai
13
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), Cet. 1, h. 23.
14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. 11, h. 3.
15
narasumber utama dan koordinator narasumber pengganti dari Majelis
Az-Zikra.
Objek penelitian (variabel) memiliki makna “apa yang akan
diteliti.”16 Sehingga yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
program Tazkia Qalbu yang disiarkan setiap hari Senin, pukul 17.00
sampai menjelang adzan maghrib di radio Music City.
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan (di lapangan), yakni
pada bulan Maret sampai dengan April 2008 dengan hari dan waktu
penelitian yang tidak menentu disesuaikan dengan kondisi peneliti.
Sedangkan untuk pengolahan data selepas dari lapangan, penelitian ini
kurang lebih memakan waktu dua sampai tiga bulan, yaitu pada bulan
Februari, Mei, Juni 2008.
Peneliti membagi lokasi yang digunakan dalam penelitian menjadi
dua, yaitu lokasi primer dan sekunder. Lokasi primer (utama) penelitian ini
adalah di radio Music City FM yang beralamat di jalan Puri Sakti I No.
22, Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, 12410, serta kediaman Ustadz
Arifin Ilham dan Majelis Az-Zikra yang beralamat di Komplek Pesantren
Az-Zikra, Perumahan Mampang Indah Dua, Pancoran Mas, Depok, 16435.
Sedangkan lokasi sekunder (tambahan) penelitian ini antara lain
Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Perpustakaan Utama
16
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, dengan Pendekatan Kualitiatif
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Islam Iman Jama’ Lebak
Bulus, dan Perpustakaan FISIP UI Depok.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini terdiri dari dua macam
sumber, yaitu:
a. Sumber Primer
1) Wawancara
Interviu atau wawancara adalah teknis dalam upaya
menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan
proses pemecahan masalah tertentu, yang sesuai dengan rumusan
masalah dalam penelitian. 17
Sehingga data diperoleh dengan cara tanya jawab secara
lisan dan bertatap muka secara langsung antara interviewer
(pewawancara), dalam hal ini peneliti dengan interviewee (yang
diwawancara), dalam hal ini kru radio Music City (khususnya kru
program Tazkia Qalbu) yang terdiri dari Mas Adhie Taufik sebagai
Manajer Operasional, Mas Aryadi sebagai Program
Director/Produser Acara, Mbak Melisa Razak sebagai Penyiar
Tazkia Qalbu, dan Mas Syamlani sebagai Operator Siaran Tazkia
Qalbu. Serta Ustadz H. M. Arifin Ilham dan Ustadz Saefulloh
sebagai narasumber utama dan koordinator narasumber pengganti
dari Majelis Az-Zikra.
17
2) Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi bisa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena
yang diselidiki.18 Yang diamati dalam observasi adalah segala
sesuatu yang dapat dilihat oleh mata, kemudian yang dapat
didengar oleh telinga, yang dapat dikecap oleh lidah, yang dapat
dicium oleh hidung.19
Maksudnya dilakukan pengamatan langsung ke radio Music
City, yaitu dengan mengikuti secara langsung proses siaran
program Tazkia Qalbu untuk memperoleh data yang diperlukan.
Juga dilakukan pengamatan yang sifatnya tidak langsung dengan
cara mendengarkan program Tazkia Qalbu melalui pesawat radio.
b. Sumber Sekunder
1) Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah studi dokumen berupa data
tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta
pemikiran tentang fenomena yang masih aktual.20
Sehingga peneliti berusaha menerjemahkan ke dalam
bentuk tulisan dari data-data yang diperoleh dari radio Music City,
seperti profil perusahaan, struktur organisasi, dan sebagainya.
18
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Ofset, 1989), Cet. 19, h. 136. 19
Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, h. 9. 20
2) Studi Kepustakaan
Untuk mendukung analisa dalam penelitian ini, maka perlu
kiranya dikumpulkan teori-teori yang diperoleh dari buku bacaan,
skripsi, tesis, juga tulisan dari internet yang berkaitan dengan
dakwah dan radio yang sesuai dengan penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif, karena “… metoda deskriptif digunakan untuk
menghimpun data aktual, biasanya dilakukan oleh peneliti yang
menggunakan metoda kualitatif ...”21
Maksudnya peneliti berusaha untuk mendeskripsikan hasil
wawancara, observasi, dokumen, juga temuan lainnya ke dalam tulisan
penelitian skripsi ini secara jelas dan apa adanya, sesuai dengan fakta yang
ada di lapangan. Data dilukiskan sedemikian rupa sehingga tampak
hubungan-hubungan antar variabelnya. Setelah hubungan-hubungan
kemudian dilakukan analisis berdasarkan logika.22
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian skripsi ini terdapat beberapa judul yang terkait
dengan judul peneliti. Namun dari sekian banyak judul skripsi yang terdapat
di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, belum ada yang membahas tentang
21
Ibid., h. 60-61. 22
program Tazkia Qalbu di Radio Music City ditinjau dari analisis programnya.
Yang ada hanyalah skripsi milik Ana Sabhana Azmy, berjudul “Respon
Warga Depok Terhadap Program Tazkia Kalbu di Radio 107,5 FM Music
City,” tahun 2008, Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Akan tetapi
permasalahan yang dibahas dalam skripsi tersebut hanya sebatas respon warga
Depok dan format siaran program Tazkia Qalbu saja.
Sedangkan untuk skripsi dengan judul “analisis program,” peneliti
membandingkannya dengan beberapa judul skripsi di bawah ini:
1. Dado Binagama, “Analisis Program Siaran Dakwah di Radio CBB 104,5
FM Jakarta, Pendekatan Organisasi Terhadap Program: “Ajang Membina
Iman,” tahun 2005, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Non Reguler.
Permasalahan yang dibahas mengenai proses persiapan (pra produksi),
proses produksi, dan proses pasca produksi siaran dakwah di Radio CBB,
pada program Ajang Membina Iman (AMIN).
2. Abdul Rozaq, “Radio SP FM Jakarta Sebagai Media Dakwah (Studi
Analisis Program Acara Syiar Senja),” tahun 2005, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Non Reguler. Permasalahan yang dibahas mengenai format
acara, sisi kelebihan dan kelemahan, serta respon pendengar terhadap
nilai-nilai dakwah yang terkemas program Syiar Senja di Radio SP FM.
3. Helmy Syukriyah, “Analisis Program Siaran Keagamaan “Sentuhan
Nurani” di radio Dakta 107 FM Bekasi,” tahun 2007, Fakultas Dakwah
dan Komunikasi. Permasalahan yang dibahas mengenai bentuk
penyusunan dan pelaksanaannya serta faktor-faktor yang menghambat dan
Akan tetapi, dari beberapa skripsi yang peneliti jadikan tinjauan
pustaka di atas, belum pernah ada yang membahas permasalahan tentang
analisis proses pelaksanaan, kegiatan dakwah, serta kelebihan dan kelemahan
program dakwah Tazkia Qalbu di radio Music City FM Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN yang meliputi: Latar belakang masalah, Batasan
dan rumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metodologi
penelitian, Tinjauan putaka, serta Sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI yang terdiri dari: Pengertian program,
Pengertian dakwah, Unsur-unsur dakwah yang meliputi da’i, mad’u,
materi dakwah, media dakwah, metode dakwah, dan tujuan dakwah,
Ruang lingkup radio yang meliputi pengertian radio, karakteristik
dan fungsi radio, radio sebagai media komunikasi massa, dan radio
sebagai media dakwah.
BAB III GAMBARAN UMUM RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA yang
meliputi: Sejarah dan perkembangan radio Music City, Visi dan misi
radio Music City, Struktur organisasi radio Music City, Sekilas
tentang program di radio Music City secara umum, serta Sekilas
BAB IV ANALISIS PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU BERSAMA
USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM DI RADIO MUSIC CITY FM
JAKARTA yang terdiri dari: Proses perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi dalam program Tazkia Qalbu yang meliputi format acara
dan waktu acara, Kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu,
serta Kelebihan dan kekurangan program Tazkia Qalbu yang
meliputi kelebihan program dan kekurangan program.
BAB II
KERANGKA TEORI
D. Pengertian Program
Selain itu untuk lebih memperjelas dan menghindari kesalahan
interpretasi terhadap pembahasan dalam skripsi ini, maka perlulah kiranya
diberikan pengertian terhadap kata yang terdapat dalam judul, yaitu kata
program.
Secara etimologis, kata program berasal dari bahasa Inggris
programme yang berarti acara atau rencana.23 Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, pengertian program adalah rancangan mengenai asas
serta usaha yang akan dijalankan.24
Secara terminologis, Undang-undang Penyiaran Indonesia tidak
menggunakan kata program untuk acara, tetapi menggunakan istilah ‘siaran’
yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam
berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia
penyiaran di Indonesia dari pada kata “siaran” untuk mengacu kepada
pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun
penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya.25 Sedangkan menurut Omar
Abidin Gilang, program (radio) adalah rangkaian acara radio sepanjang hari.26
23
Morissan, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005), Cet. 1, h. 97.
24
Tim Penyusun Kamus Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. 2, h. 897.
25
Morissan, Media Penyiaran, h. 97. 26
Omar Abidin Gilang, “Format Siaran Radio” dalam Moeryanto Ginting Munthe, ed.,
Jadi program adalah serangkaian acara atau sesuatu yang disiarkan dalam
berbagai bentuk oleh stasiun penyiaran.
Menurut Direktorat Radio sebagai bagian dari Departemen Penerangan
No.10/Kep/Menpen/1970, yang merujuk dari UNESCO, di Indonesia terdapat
penggolongan jenis-jenis acara siaran (programme type classification)
berdasarkan atas maksud dan tujuan. Di mana siaran agama (religious
programme),yang menjadi objek dari pembahasan dalam skripsi ini termasuk
ke dalam kategori siaran pendidikan (educationalprogramme). Di samping itu
terdapat beberapa penggolongan program lain, yaitu siaran pemberitaan dan
penerangan (news and information programmes), siaran kebudayaan (culture
programmes), siaran hiburan (entertainments) dan siaran lain-lain
(miscellaneous). 27
E. Pengertian Dakwah
Kata dakwah secara semantik (bahasa) berasal dari Bahasa Arab, dari
kata kerja (fi’il) yaitu da’a, yad’u
(
–
)
yang artinya mengajak,menyeru, mengundang, atau memanggil. Kemudian menjadi kata jamak yaitu
da’watan
(
)
yang artinya ajakan, seruan, undangan atau panggilan.28Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dakwah artinya penyiaran,
propaganda; penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat;
seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.29
27
Ibid., h. 116-118. 28
M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet. 1, h. 5.
29
Sehingga dapat ditarik kesimpulan secara etimologis, dakwah memiliki
arti ajakan atau seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran
suatu agama, yang dapat dilakukan melalui penyiaran atau propaganda.
Secara terminologis dakwah mengandung pengertian, sebagaimana
dikemukakan oleh H.M.S. Nasarudin Latif, adalah setiap usaha atau aktivitas
dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil
manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT sesuai dengan
garis-garis aqidah dan syari’ah serta akhlak islamiyah.30 Sedangkan menurut
Tarmizi Taher, salah satu pengertian dakwah yang lebih meluas yaitu: dakwah
itu bukanlah dari mulut ke telinga, akan tetapi dakwah itu dari hati ke hati.
Sebagai upaya memanggil kembali hati nurani (fitrah) untuk menghilangkan
sifat-sifat buruk, dan menggantinya dengan sifat-sifat mulia yang dikehendaki
oleh Islam, di mana sifat-sifat itu adalah sifat-sifat yang sesuai dengan nurani
(fitrah) manusia.31
Menurut Ibnu Taimiyah sebagaimana dikutip oleh Idris A. Shomad,
dakwah ke jalan Allah adalah dakwah untuk beriman kepada Allah dan kepada
apa yang dibawa Nabi Muhammad SAW, yang mencakup keyakinan kepada
rukun iman dan rukun Islam.32
Lain lagi pendapat yang dikemukakan oleh Muhammad Natsir, dalam
tulisannya sebagaimana dikutip oleh Abd. Rosyad Shaleh, ia menyebutkan
kata ”media” sebagai salah satu cara untuk berdakwah. Definisi dakwah
30
Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 24.
31
Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), Cet. 1, h. 97.
32
menurutnya adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada
perorangan manusia dan seluruh ummat konsepsi Islam tentang pandangan
dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi
munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak
dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan,
perikehidupan berumah tangga (usrah), perikehidupan bermasyarakat dan
perikehidupan bernegara.33
Meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam pendapat mengenai
dakwah secara terminologis, namun terdapat benang merah di antara
perbedaan tersebut. Yaitu pada dasarnya dakwah adalah segala usaha untuk
menyerukan, dan menyampaikan ajaran Allah SWT kepada seluruh umat
manusia untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. Juga untuk mengimani bahwa
Allah adalah satu-satunya Tuhan dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan
Allah, sebagimana tertuang dalam rukun iman serta rukun Islam.
Cara untuk mengingatkan manusia agar tetap berada di jalan Allah
dapat dilakukan melalui lisan maupun tulisan. Tentunya dengan cara yang
baik yang disampaikan dari hati ke hati, bukan sekedar retorika lewat lisan
atau kata-kata indah lewat tulisan. Salah satunya adalah melalui media,
khususnya radio. Dakwah dapat dihantarkan melalui radio untuk didengarkan
khalayak luas tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan daerah tempat
tinggal.
33
B. Unsur-unsur Dakwah
Oleh karena sifat dakwah yang kompleks, tentunya terdapat
unsur-unsur di dalamnya. Unsur-unsur-unsur dakwah tersebut adalah:
1. Da’i
Secara etimologis kata da’i berasal dari Bahasa Arab, bentuk isim
fail (kata menunjukkan pelaku) dari asal kata da’wah (da’awa) yang
artinya orang yang melakukan dakwah. Secara terminologis da’i ialah
orang yang berusaha merubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan Allah SWT baik secara individual maupun berbentuk
organisasi.34
Jadi kegiatan berdakwah atau menyampaikan ajaran yang sesuai
dengan al-Quran dan Sunah Nabi Muhammad SAW, tidak hanya dapat
dilakukan oleh seseorang saja. Bahkan setiap muslim yang telah dewasa,
wajib berdakwah. Dakwah dapat dilakukan baik secara individu,
kelompok atau pun berbentuk organisasi atau lembaga.
Dakwah sekarang sudah berkembang menjadi satu profesi yang
menuntut skill, planning dan manajemen yang handal. Maka dari itu
diperlukan sekelompok orang yang secara terus-menerus mengkaji,
meneliti dan meningkatkan aktivitas dakwah secara profesional.35 Hal
inilah yang ditegaskan Allah dalam al-Quran surah ali-Imran ayat 104:
!"
#$%
! &'
($ !* +&,$$
34
Hasanudin, Manajemen Dakwah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.1, h. 57. 35
./0
1
2!"
34
$%
5
.689:"
'
*;
<= 3" > ?34
$%
1@AB
“Dan hendaklah ada di antara kamu, segolongan umat yang mengajak (manusia) kepada kebaikan, dan menyuruh mereka melakukan yang baik dan mencegah mereka dari perbuatan munkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. ali-Imran: 104)
Seorang da’i atau subjek dakwah, mempunyai peran penting dalam
proses pelaksanaan dakwah. Kepandaian atau kepiawaian seorang da’i
akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para objek dakwah. Setiap da’i
memiliki kekhasan masing-masing, tergantung kepada wacana keilmuan,
latar belakang pendidikan, dan pengalaman kehidupannya.36
Oleh karena itu, setidaknya seorang da’i harus memiliki tiga bekal
utama dalam menyampaikan dakwahnya, yaitu:
1) Pemahaman yang benar dan tepat serta mendalam (al-fahmu as-sadid
ad-daqiq), ialah pengetahuan da’i tentang hal-hal yang terkait dengan
dakwah dan konsekuensinya. Pengetahuan tersebut mencakup
pengetahuan keislaman (mencakup ilmu dakwah) dan umum.
2) Keimanan yang kokoh (al-iman al-‘amiq), ialah keyakinan da’i
tentang kebenaran Islam sebagai isu sentral dakwah. Yakni keimanan
yang melahirkan kecintaannya kepada Allah, Rasul-Nya, dan Islam,
serta mewujudkan rasa takut hanya kepada Allah dan rasa harap
kepada rahmat-Nya.
36
3) Hubungan yang kuat dengan Allah (al-ittishol al-watsiq), yaitu
keterkaitan da’i kepada Allah dan sikap tawakal hanya kepada-Nya,
serta keyakinan bahwa Allah Maha Esa dalam penciptaan alam
semesta, pemeliharaan, dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.37
2. Mad’u
Mad’u dalam bahasa Arab disebut sebagai isim maf’ul (kata
berkonotasi obyek penderita) dari kata da’aa. Secara terminologis mad’u
adalah orang yang didakwahi, ia adalah manusia pada umumnya, baik
orang terdekat (bagi da’i) atau yang jauh, muslim atau non muslim, lelaki
atau perempuan.38
Sehingga dapat dikatakan bahwa mad’u merupakan sasaran
dakwah. Mad’u ialah manusia pada umumnya yang menerima dakwah
yang dilakukan oleh da’i, tidak memandang apakah ia anak-anak atau
dewasa, kaya atau miskin, muslim atau non muslim, laki-laki atau
perempuan, berasal dari suku atau negara mana pun, semuanya dapat
disebut sebagai mad’u.
Al-Quran menggambarkan suatu masyarakat yang memiliki variasi
tingkat dan golongan, yang masing-masing mempunyai stratifikasi sosial
tertentu. Masyarakat tersebut terdiri dari al-mala’ yakni kaum elit sosial
politik, yaitu pemuka masyarakat dan penguasa, al-mutrofin yakni elit
ekonomi, kalangan menengah ke atas atau tokoh konglomerat, jumhur
37
Shomad, “Ilmu Dakwah,” h. 8. 38
yaitu masyarakat umum biasa, dan al-mustad’afin yaitu masyarakat
golongan lemah/dilemahkan.39
Bagi para da’i, biasanya kalangan al-mala’ dan al-mutrofin agak
sulit untuk menerima dakwahnya. Sebab hal tersebut berkaitan dengan
harta dan derajat yang mereka miliki di lingkungannya, sehingga mereka
merasa enggan untuk menerima dan melaksanakan seruan tersebut.
Sedangkan untuk kalangan jumhur dan al-mustad’afin agak mudah
menerima dan melaksanakan ajakan dari da’i, karena mereka tidak
memiliki harta dan pangkat di lingkungannya sehingga tidak memiliki rasa
egoisme yang tinggi seperti kalangan al-mala’ dan al-mutrofin.
Selain itu terdapat beberapa tipe dan variasi mad’u lain dalam
tubuh umat Islam, yaitu golongan istimewa yakni sabiqun bil-khoirot
(yang berlomba dengan kebaikan), zhalimun linafsihi (menzholimi diri
sendiri, yang fasiq dan berdosa), dan muqtashid (biasa-biasa saja kurang
istimewa).40
Karena terdapat bermacam-macam tipe dan variasi mad’u, maka
diperlukanlah strategi yang efektif dan efisien dalam memperlakukan
mad’u. Rasulullah SAW memberikan pesan abadi dalam hadits-haditsnya
yang terangkum sebagai berikut:
1) Berkomunikasilah dengan manusia sesuai kadar intelektualnya.
2) Berkomunikasilah dengan manusia sesuai dengan bahasa (budaya)
mereka.
39
Ibid., h. 11. 40
3) Berkomunikasilah dengan manusia sesuai dengan kondisi
sosiologisnya.
4) Tepat guna dalam komunikasi tersebut merupakan perintah Allah SWT
yang disitir dalam al-Quran sebagai “Qoulan Sadidan” (perkataan yang
benar dan tepat).41
3. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah suatu pesan yang biasa disampaikan dalam
kegiatan dakwah. Materi yang disampaikan oleh da’i sebaiknya dikemas
secara menarik agar mad’unya tertarik dan dengan senang hati
melaksanakan yang diperintahkan oleh da’i.
Penyampaian materi oleh da’i kepada mad’u tentu menggunakan
bahasa sebagai pengantarnya. “Bahasa yang digunkan dalam berdakwah
adalah bahasa manusia, hal tersebut tidak lain agar manusia memahaminya
(la’alakum ta’qilun). Selain itu al-Quran mengarahkan manusia dengan
menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh manusia” agar mudah
melaksanakan perintah dan larangan yang terdapat di dalamnya.42
Isi pesan atau materi yang disampaikan pada dasarnya bersumber
dari al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama, meliputi akidah
(keimanan), syari’ah (keislaman), dan akhlak (budi pekerti).43 Akidah
dalam Islam mencakup masalah-masalah dengan keimanan, misalnya
tentang rukun iman, perbuatan syirik, dan ketauhidan. Masalah syariah
41
Ibid., h. 12. 42
Seminar Nasional Dakwah Sebagai Ilmu, 10-11 Agustus 1992, Fakultas Dakwah, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 16.
43
berhubungan erat dengan amal nyata dalam rangka mentaati hukum Allah
guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan sesama
manusia. Sedangkan perihal akhlak merupakan penyempurna keimanan
dan keislaman seseorang.44 Artinya meskipun keimanan dan keislaman
seseorang sudah sangat baik, namun jika ia memiliki akhlak yang buruk
maka ia belum dapat dikatakan sebagai seorang hamba yang sempurna.
4. Media Dakwah
Kata media merupakan jamak dari bahasa Latin yaitu medion, yang
berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. 45 Jadi dapat
ditarik kesimpulan bahwa media dakwah adalah segala sesuatu (peralatan)
yang digunakan untuk berdakwah.
Media dakwah sangat beragam, pada zaman dulu biasanya berupa
mimbar yang ada di masjid, mushalla, atau majelis taklim. Meskipun
sudah ada yang berbentuk buletin Jumat, dan kaset rekaman namun masih
dapat dikategorikan sebagai media dakwah yang tradisional. Sedangkan
pada zaman modern seperti sekarang ini, media dakwah lebih bermacam
jenisnya, misalnya televisi, radio, internet, video rekaman, tulisan di dalam
majalah dan surat kabar, bahkan handphone.
5. Metode Dakwah
44
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60-63.
45
Dari segi bahasa, metode berasal bahasa Yunani yaitu “meta”
(melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Kemudian dalam bahasa Inggris kata
itu mengandung makna: a way of doing anything… Regularity and
orderliness in action (jalan untuk melakukan sesuatu… aturan dan
ketentuan dalam berbuat).46 Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata
metode mengandung arti “cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.”47
Dari segi istilah, metode dakwah adalah cara-cara tertentu melalui
proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud yang dilakukan oleh
seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan
atas dasar hikmah dan kasih sayang. 48
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa metode dakwah adalah
suatu cara yang digunakan atau dipilih oleh da’i dalam usahanya
berdakwah kepada ma’u untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Yaitu
mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk (amar ma’ruf nahi
munkar) dengan berlandaskan pada human oriented, menempatkan
penghargaan yang mulia atas diri manusia.
Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang
tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual.
Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di
tengah masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual
46
Al Munawar, sambutan dalam MetodeDakwah, h. xiii-xiv. 47
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 740. 48
dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh
masyarakat.49
Terdapat tiga macam metode dakwah yang diajarkan oleh syariat
Islam, yaitu al-hikmah, al-mau’idzatil hasanah, dan al-mujadalah
bi-al-lati hiya ihsan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat
An-Nahl:
CD$%
5
BEF G.H
.6
- I
.4
#$$
-"K
.4
$%
0LM
#$%
N
O3/
:.P
QARS
$$
-TI ;
3 LM U
5
.6V- I
*;
WO >
.4 -
EL@
X
%F G.H
N
*;
WO >
YZ
[ /34
$$
-1@\ B
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Metode hikmah mengandung pengertian cara yang bijaksana,
artinya dakwah dapat dilakukan dengan da’i dapat menjadi suri tauladan
bagi mad’unya, bersikap adil di setiap kesempatan, dan bijaksana dalam
pembicaraan dan perbuatan. Metode mau’idzatil hasanah mengandung
pengertian nasehat yang baik, artinya memberikan materi dakwah dengan
kata-kata yang baik dan mengandung ilmu, menyampaikan peringatan
dengan baik, sehingga dapat menyentuh hati mad’unya. Metode
49
M. Yunan Yusuf, dalam pengantar di dalam buku: Tim Penulis Rahmat Semesta, ed.,
mujadalah bi-al-lati hiya ihsan mengandung pengertian berdebat dengan
cara yang baik, artinya pembicaraan atau diskusi yang terjadi antara dua
orang/kelompok atau lebih yang dilandasi rasa tidak ada yang lebih
dominan antara yang satu dengan lainnya, tetapi lebih ditekankan pada
kesetaraan dengan mengutamakan kebenaran.
6. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. “… Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia
(meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musrik) kepada jalan
yang benar yang diridhoi Allah SWT agar dapat hidup bahagia dan
sejahtera di dunia maupun di akhirat.”50
Sedangkan tujuan khusus dakwah antara lain:
a. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk
selalu meningkatkan takwanya kepada Allah SWT.
b. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih mualaf.
c. Mengajak umat manusia untuk memeluk agama Islam.
d. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari
fitrahnya.51
Oleh karena tujuan seorang da’i sangat kompleks dalam
berdakwah, tentunya peran serta secara aktif dari lingkungan sangat
50
Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 51. 51
diperlukan. Sehingga sikap terbuka dari mad’u dalam menerima apa yang
disampaikan oleh da’i turut mendukung tercapainya tujuan dakwah yang
hendak dicapai. Di samping itu, da’i pun harus memperkaya diri dengan
ilmu pengetahuan, berakhlak baik, menjunjung tinggi rasa kemanusiaan
agar dakwahnya sampai ke hati, serta memilih metode yang tepat untuk
kegiatan dakwahnya.
F. Ruang Lingkup Radio
5. Pengertian Radio
Secara etimologi, pengertian radio (siaran) adalah (pengiriman)
suara atau bunyi melalui udara.52 Sedangkan dalam kamus ilmiah populer,
radio diartikan sebagai pesawat pengirim atau penerima gelombang
siaran.53
Secara terminologi, radio artinya suatu alat yang memiliki
gelombang frekuensi yang menyampaikan pesan atau informasi atau
pernyataan yang bersifat umum ataupun khusus, kepada sejumlah orang
yang jumlahnya relatif besar, tinggalnya tersebar dan heterogen.54
Menurut Ghazali, radio merupakan media komunikasi yang
dipergunakan dalam mengirim warta jarak jauh yang dapat ditangkap oleh
sekelompok orang yang mendengarnya melalui pemancar radio yang
diinginkan.55
52
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 919. 53
Pius A. Pratanto dan M. Dahlan Al-Barri, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 684.
54
Jundah Sulaiman, “Radio Sebagai Media Da’wah,” Da’wah; Jurnal Kajian Dakwah, Komunikasi dan Budaya, Vol. X no. 2, 2003, h. 120.
55
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, radio adalah sebuah media
yang bersifat auditif (dengar) saja, yang dapat mengirim atau menerima
gelombang yang dipancarkan melalui udara. Gelombang tersebut bisa
berisi kata-kata, musik, atau efek suara yang dapat didengarkan oleh
khalayak luas, selama mereka memiliki pesawat radio untuk menerima
gelombang siaran tersebut.
6. Karakteristik dan Fungsi Radio
a. Karakteristik Radio
Media radio memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Theater of mind, artinya merangsang indera pendengaran dan
imajinasi.
2) Auditif, artinya bersifat dengar.
3) Personal, artinya bersifat lebih akrab.
4) Localize, artinya memiliki pendengar setia yang berada dalam
jangkauan siar.
5) Mobile, artinya dapat dibawa ke mana-mana.
6) Harga produksi lebih murah.
7) Cepat menjangkau khalayak, khususnya di daerah-daerah. 56
Karakter-karakter yang dimiliki oleh radio tersebut, membuat
seseorang yang mendengarkan radio mampu untuk mengembangkan
imajinasinya, karena hanya suara yang dapat didengar. Selain itu sifat
radio yang amat personal (pribadi), menjadikannya sebagai media yang
56
efektif untuk komunikasi antarpribadi yang diliputi oleh sifat
kehangatan dan keakraban. Di samping itu radio juga sangat fleksibel,
artinya sangat mudah untuk dibawa pergi dan dapat didengarkan
sambil lalu. Misalnya sambil tiduran, memasak, dan menyetir mobil.
Selain karakteristik yang dimiliki oleh radio di atas, secara
teknologis dan sosiologis ia memiliki sejumlah kelebihan sekaligus
[image:45.612.114.528.169.528.2]kelemahan. Kelebihan dan kelemahan radio tersebut disajikan dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 1
Kelebihan dan Kelemahan Radio
Kelebihan Kelemahan
Sarana tercepat penyebar infor-masi dan hiburan.
Hanya bunyi, tidak ada visuali-sasi yang tampak nyata.
Dapat diterima di daerah yang belum memiliki sambungan listrik. Produksi siarannya sing-kat dan biayanya murah.
Tergantung pada kondisi dan stabilitas udara di suatu lokasi. Tidak bisa mengirim pesan dan informasi secara mendetail. Merakyat. Buta huruf bukan
kendala. Harga pesawat murah, mudah dibawa ke mana saja.
Terdengar selintas, sulit diingat, dan tidak bisa diulangi. Hanya bisa didengar, tidak bisa di-dokumentasikan.57
b. Fungsi Radio
Dalam Himpunan Istilah Komunikasi, disebutkan bahwa radio
memiliki fungsi sebagai alat hiburan, penerangan, pendidikan, dan
propaganda.58
Dr. SM. Siahaan, memberikan lima macam fungsi radio, yaitu:
sebagai alat penerangan massa, sebagai alat hiburan, sebagai alat
57
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2004), Cet. 1, h. 17.
58
pendidikan, sebagai alat mempengaruhi massa dan sebagai alat untuk
perorangan dan masyarakat.59
Radio tidak hanya dapat berfungsi sebagai media hiburan, tapi
juga sebagai media pendidikan. Sebagai media dengar, radio memang
memiliki fungsi sebagai penyampai informasi dari satu pihak ke pihak
lainnya. Selain itu ia dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mempertemukan dua pendapat yang berbeda untuk mencari solusi
yang saling menguntungkan. Bahkan dapat dijadikan mediator antara
pemerintah dengan rakyat lewat program interaktif.
7. Radio Sebagai Media Komunikasi Massa
Kata komunikasi massa diterjemahkan dari bahasa Inggris, mass
communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi
media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau
komunikasi yang ”mass mediated.”60
Bittner mendefinisikan komunikasi massa sebagai pesan-pesan
yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.61
Menurut Tan dan Wright, komunikasi massa adalah bentuk
komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan
komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat
59
Sulaiman, “Radio Sebagai Media Da’wah,” h. 121. 60
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: PT Grasindo, 2006), Cet. 3, h. 2. 61
tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek
tertentu.62
Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan
proses komunikasi yang menggunakan media massa, yang ditujukan
kepada khalayak ramai yang bersifat heterogen secara serentak, dan dapat
menimbulkan efek tertentu.
Proses komunikasi massa tidak akan dapat berlangsung jika tidak
ada media massa di dalamnya, yang mengantarkan pesan dari komunikator
kepada komunikan. ”Media massa adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio
dan televisi.”63 Sehingga media radio dapat dikategorikan sebagai media
massa karena salah satu sifatnya yang dapat menyebarkan pesan kepada
khalayak luas secara bersamaan.
8. Radio Sebagai Media Dakwah
Dalam kegiatan dakwah, keberadaan radio sangat penting dalam
penyampaian materi dakwah dalam bentuk-bentuk pidato, ceramah atau
kuliah. Pesawat radio dapat menjangkau mad’unya dalam jarak jauh dan
meluas. Karena itu pesawat radio merupakan media yang efektif dalam
penyampaian dakwah untuk semua kalangan.64 Selain itu, penggunaan
62
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), Cet. 3, h. 3. 63
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. 1, h. 126.
64
radio sebagai media dakwah dimaksudkan agar pesan dakwah lebih efektif
dan cepat sampai kepada masyarakat pendengar.65
Pemanfaatan media radio sebagai media massa dalam kegiatan
dakwah ini dapat dibilang cukup penting. Apalagi di era modern seperti
sekarang ini, di mana proses komunikasi antara da’i dan mad’u akan lebih
dekat dan mudah diterima. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh A.
Abdul Muis, bahwa “media massa mempunyai fungsi yang sangat relevan
dalam upaya agama mengendalikan moral masyarakat karena media bisa
menjangkau jumlah khalayak (audience) yang relatif tak terbatas dengan
waktu yang cepat.”66
Oleh karena inti dalam tingkah laku dan ulah manusia adalah
hatinya, maka media radio yang bersifat lebih personal dibanding media
elektronik lain, akan sangat cocok untuk seorang da’i dalam
menyampaikan dakwahnya kepada mad’u.
Di samping itu, karena karakteristik radio yang hanya untuk
konsumsi dengar saja, maka kepiawaian seorang da’i akan semakin teruji
dan terasah. Sebab ”untuk seorang da’i yang profesional, ia harus mampu
mengemas pesan-pesan dakwahnya dengan baik agar tidak menimbulkan
kejenuhan dan ditinggalkan pendengarnya.”67
Jika kemampuan itu sudah dapat dikuasai oleh seorang da’i, maka
pesan yang disampaikan akan dapat diterima dengan baik oleh mad’unya.
Pesan tersebut dapat merasuk ke dalam hati pendengar dengan mudah,
65
Ibid., h. 37. 66
Andi Abdul Muis, KomunikasiIslami (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet.1, h. 191.
67
karena kelebihan dari media radio adalah dapat menimbulkan theater of
mind (merangsang imajiansi). Hal ini tentu sangat efektif bagi da’i guna
mencapai tujuan dakwahnya, mengingat mad’u yang dapat dicakup oleh
36
[image:50.612.110.514.102.623.2]BAB III
GAMBARAN UMUM RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA
F. Sejarah dan Perkembangan Radio Music City FM Jakarta
1. Sejarah Radio Music City FM Jakarta
Ketika pertama kali mengudara sekitar tahun 1997, radio ini bukan
bernama Music City melainkan radio 5 a Sec (dibaca: Seng a Sec). Cikal
bakal pendiri radio adalah spasialisasi horizontal68 atau diversifikasi usaha
dari sebuah perusahaan laundry (binatu), yaitu PT. Grita Arta Kreamindo
yang memiliki Group Laundry 5 a Sec.
Saat itu frekuensinya pun masih berada di gelombang 105,45 FM
dengan studio yang masih terpisah dengan kantornya. Studio siaran radio 5
a Sec beralamat di Jl. Pringgondani, Cibubur, sedangkan kantor redaksinya
beralamat di Kemang Selatan. Namun kini kedua bangunan tersebut sudah
tidak dipergunakan lagi, setelah dibangunnya studio baru sekaligus kantor
radio Music City yang mulai ditempati sekitar tahun 2004, yang beralamat
di jalan Puri Sakti I No. 22, Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, 12410.
Hanya studio Cibubur yang masih digunakan menara pemancarnya untuk
menyiarkan radio Music City, karena ia memiliki pemancar yang cukup
tinggi.
68
Perubahan kepemilikan dan nama siar radio terjadi ketika
memasuki tahun 2000. Yaitu pada saat radio ini dibeli oleh Ibu Hj. Elisa
Pusparini, MBA, dari Bapak Joes Noerdin. Sehingga nama siar radio pun
berubah menjadi Radio Music City dan nama perusahaannya adalah PT.
Radio Mitra Citra. Kemudian pada tahun 2004, pemerintah menetapkan
gelombang frekuensi baru untuk masing-masing radio yang mengudara.
Akhirnya sampai saat ini radio Music City mengudara di frekuensi 107,50
FM.69
2. Profil Radio Music City FM Jakarta
Nama Perusahaan : PT. Radio Mitra Citra.
Frekuensi : 107,50 FM.
Nama Stasiun : Music City