• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Program Dakwah Tazqia Qalbu Bersama Ustadz H.M.Arifin Ilham Di Radio Music City FM Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Program Dakwah Tazqia Qalbu Bersama Ustadz H.M.Arifin Ilham Di Radio Music City FM Jakarta"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU

BERSAMA USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM

DI RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh

Sofiatun

NIM: 104051001766

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Juli 2008

(3)

ANALISIS PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU

BERSAMA USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM

DI RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh

Sofiatun

NIM: 104051001766

Pembimbing,

Dra. Hj. Roudhonah M.Ag

NIP: 150232920

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Analisis Program Dakwah Tazkia Qalbu Bersama Ustadz H.M. Arifin Ilham di Radio Music City FM Jakarta telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 19 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 19 September 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

Dr. Murodi, MA NIP: 150254102

Sekretaris Merangkap Anggota,

Wati Nilamsari, Msi NIP: 150293223

Anggota

Penguji I,

Rubiyanah, MA NIP: 150286373

Penguji II,

Umi Musyarrofah, MA NIP: 150281980

Pembimbing,

(5)

ABSTRAK

Sofiatun

Analisis Program Dakwah Tazkia Qalbu Bersama Ustadz H.M. Arifin Ilham di Radio Music City FM Jakarta

Dakwah kini tidak hanya dapat dilakukan dari mimbar ke mimbar saja, dakwah di era modern dapat dilakukan melalui media elektronik seperti televisi, radio, internet, bahkan telepon genggam. Namun dakwah melalui radio kiranya memiliki lebih banyak kelebihan, karena ia dapat menjangkau khalayak dengan jumlah banyak dalam satu waktu. Sehingga hal ini dapat memudahkan seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwahnya. Salah satu program dakwah radio yang memiliki banyak pendengar adalah program Tazkia Qalbu yang disiarkan oleh radio Music City FM Jakarta.

Dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah bagaimana proses pelaksanaan dalam program Tazkia Qalbu, mulai dari proses pra produksi (perencanaan), produksi sampai pasca produksi? Kemudian bagaimana kegiatan dakwah dalam program tersebut? Setelah itu apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimiliki program Tazkia Qalbu?

Metodologi yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis yang bersifat deskriptif. Artinya peneliti melakukan wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data utama, dan studi dokumentasi serta kepustakaan sebagai teknik pengumpulan data sekunder. Setelah data-data diperoleh, barulah di analisis secara deskriptif dengan menggunakan teori-teori yang ada.

Untuk menganalisis hasil temuan lapangan, peneliti menggunakan teori radio dan dakwah. Sehingga peneliti menggunakan teori radio, yang mencakup tentang karakteristik, fungsi, serta kelebihan dan kelemahan radio. Sedangkan teori dakwah yang digunakan adalah teori pengertian dakwah dan unsur-unsur dakwah, seperti da’i, mad’u, materi dakwah, metode dakwah, media dakwah, dan tujuan dakwah.

Dalam program Tazkia Qalbu, proses perencanaannya hanya sebatas penentuan tema atau materi yang akan disampaikan. Sedangkan untuk proses produksi tidaklah rumit, karena hanya sebatas proses siaran itu sendiri. Untuk proses pasca produksi, program ini tidak memilikinya karena disiarkan secara langsung (live). Kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu terdiri dari Ustadz Arifin Ilham sebagai da’i, pendengar Music City sebagai mad’u, materi yang terdiri dari hablun minnanas dan hablun minnallah, metode dakwah mau’idzatil hasanah, menggunakan radio sebagai media dakwah, dan memiliki tujuan membersihkan hati para pendengarnya. Kelebihan program ini antara lain waktu siarnya pada hari Senin pukul 17.00 sampai menjelang adzan Maghrib. Sedangkan kelemahannya antara lain pada durasi acara yang hanya satu jam.

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

U

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puja dan puji hanya milik Allah SWT semata, Tuhan yang

menggenggam langit dan bumi, yang Maha Besar dan Maha Pengasih. Tiada daya

dan upaya tanpa seizin-Nya, segala yang mustahil menjadi mungkin atas

kehendak-Nya. Tuhan yang memiliki raga dan ruh dari diri ini, dan karena belas

kasih-Nya lah karya ilmiah ini dapat terselesaikan.

Shalawat dan salam tak putus tercurahkan kepada Nabi yang agung, Rasul

yang sangat mencintai hambanya melebihi kasihnya kepada makhluk lain, serta

yang syafaatnya selalu dirindukan di hari akhir, Rasulullah yang senantiasa

menjadi idola bagi setiap muslim sampai akhir zaman, Muhammad SAW.

Alhamdulillahi Robbil ‘alamin, skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan

juga. Hasil karya dari mengenyam pendidikan selama kurang lebih 17 tahun.

Karya yang tentunya masih jauh dari kata sempurna, namun melalui karya ini

penulis kiranya dapat memberikan sesuatu yang berarti bagi orang lain. Agar

nantinya, semoga tulisan ini bisa menjadi ladang amal jariyah untuk bekal penulis

(8)

Tentunya dalam penulisan ini penulis tak dapat melakukannya seorang

diri. Banyak bantuan dari pihak lain, baik berupa doa, motivasi, materil, maupun

keikhlasan hati untuk membantu sesama. Oleh karena itu, rasanya tidak

berlebihan jika penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang begitu dalam,

kepada:

1. Kedua orang tua, Ayahanda Taip dan Ibunda Dayem. Mama, Bapak,

terimakasih yang teramat sangat Ananda ucapkan atas seluruh kasih sayang

yang telah engkau berikan kepadaku, semenjak aku masih di dalam kandungan

sampai aku sebesar ini. Subhanallah, hanya Allah yang dapat membalas

jasa-jasamu wahai Mama, Bapak. Segala yang telah engkau berikan padaku berupa

kasih sayang, doa, pengajaran, dan materi, tidak dapat aku bayar walau dengan

jiwa dan raga sekalipun. Maafkan Ananda jika baru dapat mempersembahkan

skripsi tak sempurna ini untuk kalian. Sungguh, semua ini aku lakukan hanya

untuk membuat Mama dan Bapak bangga.

2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. Murodi M.A., Pembantu

Dekan I, Bapak Drs. H. Mahmud Jalal M.A., Pembantu Dekan II, Bapak Dr.

Arief Subhan M.Ag., dan Pembantu Dekan III, Bapak Drs. Study Rizal L.K.,

M.Ag.

3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak Drs. Wahidin Saputra

M.A., Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta Pembimbing

KKS (Kuliah Kerja Sosial), Ibu Umi Musyarrofah M.A.

4. Dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, Ibu Dra. Hj. Roudhonah

(9)

dalam hal pemikiran, memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat agar

skripsi ini dapat selesai dengan baik.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah banyak menumpahkan ilmunya

serta memberikan arahan pengembangan intelektualitas kepada penulis dalam

perkuliahan di kelas maupun di luar kelas.

6. Dosen praktikum Qira’ah, Ibu Rubiyanah, M.A., terimakasih atas bimbingan

yang telah Ibu berikan kepadaku. Meskipun pertemuan yang Allah berikan

singkat, namun pesan yang Ibu berikan sangat berarti untukku.

7. Seluruh karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, baik yang berada di

bagian tata usaha, perpustakaan, sampai yang ada di pantry.

8. Mas Ari, Mba Melisa, Mas Sam, Pak Muji dan karyawan radio Music City

yang telah sudi untuk direpotkan selama beberapa bulan oleh penulis.

Khususnya Mas Adhie Taufik, terimakasih atas segala kebaikan, keluangan

waktu, dan keikhlasan yang Mas berikan agar penulis bisa mengumpulkan

data.

9. Ustadz Arifin Ilham, Ustadz Awaludin, Ustadz Saefulloh dan pihak Majelis

Az-Zikra yang dengan tulus ikhlas telah membantu penulis dalam memperoleh

data untuk penulisan skripsi ini.

10.Seluruh keluarga besar yang ada di Tegal dan Jakarta yang tak pernah berhenti

memberikan doa dan restunya pada penulis. Terutama buat embah-embahku,

tanpa restu dari kalian penulis pasti belum tentu bisa seperti ini. Juga untuk

embah dan saudara-saudara yang telah lebih dulu berpulang, semoga kalian

(10)

11.Imron, adik penulis semata wayang dan tersayang yang kini telah beranjak

dewasa. Terimakasih atas canda, tangis, dan doa yang telah diberikan selama

ini, semoga Ade bisa melebihi prestasi dari apa yang Mba bisa capai kini.

12.Keluarga baru penulis, sahabat-sahabat KPI A angkatan 2004. Tempat di

mana aku memperoleh pendewasaan emosi, merasakan canda tawa dan tangis

haru, bahkan mengasah intelektual selama kurang lebih 3,5 tahun kita sekelas.

Terimakasih Widy, Ratri, Muin, Umi, Ukasah, Deden, Iip, Ida, Lyna, Ela,

Farah, Lia, Andi, Syadad, Ruli, Topik, Pitri, Wahyu, Taslim, Fuad, Adoy,

Ade, Idrus, Adi, Abi, Agus, Eka, khususnya untuk Bunga (terimakasih

buku-bukunya) dan Miftah (terimakasih bantuan CPU komputernya). Sahabat karib:

Pia, Ana, Upi, Desi, Aci, Evi, Zai, dan Riko (terimakasih MP4-nya). Spesial

untuk Budi, teman dekat penulis yang kesabarannya sungguh luar biasa dalam

membantu dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

13.Sahabat-sahabat penulis: Lita, Arisanti, Aci, Neni, Hana, Firman, Nila,

Noventa, Cici, terimakasih atas motivasi dan doanya, sampai kapanpun kalian

tetap sobatku.

14.Kawan-kawan seperjuangan di HMI KOMFAKDA, Paduan Suara VOC,

BEM-J KPI, Majalah Jeda, BEM FDK, radio RDK Station, UKM Bahasa

FLAT, teman-teman KPI B, C, D, dan E angakatan 2004, juga adik kelas yang

pernah aku pandu di Propesa, Wenti.

Akhirnya dengan mengharap ridho dari Allah SWT, penulis mendoakan

semoga segala bantuan, dukungan, bimbingan dan doa restu yang telah diberikan

(11)

Jakarta, 16 Juli 2008

Penulis

semuanya namun tanpa mengurangi rasa hormat, semoga Allah SWT membalas

amalan kalian dengan pahala disertai limpahan rahmat serta hidayah-Nya. Aamiin

ya Robbal ‘aalamiin.

Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif bagi pembacanya,

menambah wawasan keilmuan serta literatur perpustakaan. Karena penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis dengan

senang hati menerima kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca

(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KERANGKA TEORI ... 16

A. Pengertian Dakwah ... 16

B. Unsur-unsur Dakwah ... 18

C. Ruang Lingkup Radio ... 27

1. Pengertian Radio ... 27

2. Karakteristik dan Fungsi Radio ... 28

3. Radio Sebagai Media Komunikasi Massa ... 30

4. Radio Sebagai Media Dakwah ... 32

BAB III GAMBARAN UMUM RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA ... 34

A. Sejarah dan Perkembangan Radio Music City ... 34

B. Visi dan Misi Radio Music City ... 38

C. Struktur Organisasi Radio Music City ... 39

D. Sekilas Tentang Program Radio Music City Secara Umum .... 40

(13)

BAB IV PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU BERSAMA

USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM DI RADIO MUSIC CITY FM

JAKARTA ...50

A. Proses Pelaksanaan Program Dakwah Tazkia Qalbu ... 50

1. Proses Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi ... 50

2. Format Acara ... 56

3. Waktu Acara ... 61

B. Kegiatan Dakwah dalam Program Tazkia Qalbu ... 63

1. Da’i ... 63

2. Mad’u ... 65

3. Materi Dakwah ... 66

4. Media Dakwah ... 67

5. Metode Dakwah ... 68

6. Tujuan Dakwah ... 69

C. Kelebihan dan Kekurangan Program Tazkia Qalbu ... 70

1. Kelebihan Program Tazkia Qalbu ... 70

2. Kekurangan Program Tazkia Qalbu ... 72

BAB V PENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran-saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(14)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Kelebihan dan kelemahan radio ... 29

2. Tabel 2 Data pendengar radio Music City berdasarkan cakupan

wilayah ... 37

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

G. Latar Belakang Masalah

Dakwah awalnya hanya dapat dilakukan secara tradisional saja, yaitu

ceramah dari mimbar ke mimbar di dalam mesjid, mushalla, atau tabligh akbar

di lapangan. Namun kini, “perkembangan masyarakat yang semakin

meningkat, tuntutan yang sudah semakin beragam, membuat dakwah tidak

bisa lagi dilakukan secara tradisional.”1 Perkembangan dakwah pun semakin

maju, dakwah di era modern dapat dilakukan melalui media cetak seperti

koran dan majalah, serta media elektronik seperti televisi, radio, internet,

bahkan telepon genggam.

Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai program dakwah,

khusunya melalui ranah elektronik yang memiliki kelebihan dapat

menjangkau khalayak luas secara bersamaan. Misalnya di televisi, berapa

banyak rumah produksi yang memproduksi judul sinetron yang bertemakan

Islam. Walaupun tujuan awalnya hanya sekedar untuk mengejar rating

misalnya, namun tak dapat dipungkiri bahwa kegiatan yang mereka lakukan

adalah berdakwah. Sebab secara etimologi dakwah artinya menyampaikan,

dan mereka telah menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui sinetronnya.

Belum lagi meledaknya film Ayat-ayat Cinta yang turut

mempopulerkan kepada masyarakat tentang ajaran Islam. Dakwah yang

disampaikan melalui media film ini, tentu dapat menghipnotis jutaan pasang

1

Said Agil Husin Al Munawar, sambutan di dalam buku: Tim Penulis Rahmat Semesta, ed., MetodeDakwah (Jakarta: Kencana, 2003), h. xii.

(16)

mata yang menyaksikan film tersebut. Baik menonton melalui VCD/DVD

player di rumah, melalui internet, apalagi yang menonton di bioskop. Efek

yang di dapat setelah menyaksikan film tersebut membuat pemahaman orang

Islam tentang agamanya menjadi bertambah, sedangkan bagi yang beragama

non Islam, mereka menjadi tahu bagaimana ajaran-ajaran dalam Islam. Hal ini

tentunya merupakan salah satu dari tujuan berdakwah, seperti yang

diungkapkan oleh Said Agil Husin Al Munawar “Dakwah hendaklah dikemas

agar selalu mampu menyentuh dan menyejukkan hati umat manusia sehingga

dakwah Islam selalu up to date sepanjang masa, kapan pun dan di mana pun.”2

Perkembangan dakwah yang marak melalui media audio visual seperti

televisi dan bioskop, ternyata tidak menyurutkan perkembangan dakwah

melalui media auditif, salah satunya adalah radio. Dakwah melalui media

radio ternyata tidak langsung surut ataupun kehilangan pamornya karena

tersisih oleh media audio visual. Hal ini tentu tidak lepas dari kelebihan dan

kelemahan masing-masing media, yang turut mempengaruhi eksistensi media

tersebut.

Televisi dan film sebagai media audio visual memiliki kelebihan antara

lain dapat dilihat dan didengar, sedangkan kelemahannya adalah harganya

relatif mahal dibanding radio. Selain itu, terkadang masyarakat dalam

menonton (baik televisi maupun film) hanya bertujuan sebagai hiburan,

sehingga selain untuk hiburan mereka tidak senang.3 Kemudian radio juga

memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri. Kelebihan radio sebagai media

auditif antara lain, siarannya mudah dijangkau oleh masyarakat dan

2

Ibid., h. ix. 3

(17)

pesawatnya mudah dibawa. Sedangkan kelemahannya adalah siarannya hanya

sekali di dengar (tidak dapat diulang).4

Kelebihan dan kelemahan dari masing-masing media tersebut

mengindikasikan bahwa meskipun media-media baru terus bermunculan,

namun hal itu tidak membuat media lama terlupakan oleh masyarakat. Dapat

dikatakan bahwa media telah mengalami mediamorphosis.5 “Ries dan Ries

mengatakan, buku tidak digantikan surat kabar, surat kabar tidak digantikan

majalah, majalah tidak digantikan radio, radio tidak digantikan televisi. Media

baru berada pada lapis atas media sebelumnya.”6

Radio telah mendapat julukan sebagai kekuasaan kelima atau “the fifth

estate,” setelah pers (baca surat kabar) dianggap sebagai kekuasaan keempat

atau “the fourth estate.”7 Sedangkan kekuatan pertama sampai ketiga

berturut-turut adalah pemerintah, rakyat, dan militer. Hal ini dikarenakan sifat radio

yang dapat menembus jarak dan rintangan, selain itu harga pesawatnya relatif

murah sehingga banyak masyarakat yang memilikinya, tidak memandang

apakah ia berasal dari lapisan orang kaya atau orang miskin. ”... Bedanya,

yang kaya mungkin memiliki seperangkat radio stereo yang canggih,

4

Ibid., h. 176-177. 5

Istilah mediamorphosis dikemukakan oleh Roger Fidler, sebagaimana dikutip oleh Sifak Masyhudi dalam diktat perkuliahannya, “Produksi Siaran Radio dan Televisi,” (Diktat Perkuliahan S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005), t.h., bahwa “Media baru memang akan senantiasa lahir bahkan mengalami mediamorphosis. Media akan mengalami transformasi sebagai konsekuensi kebutuhan dan inovasi yang lahir di masyarakat akibat dari kompetisi yang berkembang di masyarakat.

6

Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi Pendekatan Taksonomi Konseptual

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 132. 7

(18)

sedangkan yang miskin hanya memiliki sebuah radio transistor kecil.”8 Seperti

yang dikatakan oleh John Vivian, radio is everywhere.9

Masih bertahannya program dakwah melalui radio, dapat dibuktikan

dengan masih banyaknya stasiun-stasiun radio yang tetap memproduksi dan

menyiarkan program-program atau acara-acara yang bernafaskan Islam.

Bahkan kini semakin baik perkembangannya dari masa ke masa, dengan

berbagai macam format dari program dakwah yang telah ada di radio.

Contohnya adalah program Manajemen Qalbu Pagi (MQ Pagi) yang

disiarkan sejak tahun 2003 oleh Radio Republik Indonesia (RRI). Program

yang dalam proses penyiarannya bekerjasama dengan Daarut Tauhid Bandung

ini, menghadirkan K.H. Abdullah Gymnastiar sebagai narasumber.

Pendengarnya pun sampai saat ini masih cukup banyak, bahkan program ini

menjadi salah satu program unggulan di radio RRI. Akhirnya sejak tahun 2005

sampai sekarang, program MQ Pagi telah di-relay (disiarkan ulang pada waktu

yang bersamaan) oleh beberapa stasiun radio swasta di Jakarta.

Hal ini tentu membuktikan bahwa “perangkat auditif seperti radio,

pada umumnya adalah alat-alat yang dapat dioperasionalkan sebagai sarana

penunjang kegiatan dakwah.”10 Sebab “penyampaian materi dakwah melalui

media auditif ini menyebabkan dapat terjangkaunya sasaran dakwah dalam

8

Amri Jahi, ed., Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar (Jakarta: PT Gramedia, 1988), h. 127.

9

Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2004), Cet. 1, h. 17.

10

(19)

jarak jauh. Alat-alat auditif ini sangat efektif untuk kepentingan penyebaran

informasi atau penyampaian kegiatan dakwah yang cenderung persuasif.”11

Selain program MQ Pagi tadi, masih banyak program lain yang

disiarkan oleh stasiun radio di Indonesia yang bertemakan dakwah. Salah

satunya adalah program Tazkia Qalbu yang disiarkan oleh radio Music City

FM Jakarta, yang mengudara di gelombang 107,5 FM. Radio tersebut adalah

radio yang memiliki segmentasi pendengar eksekutif muda, namun kendati

segmentasinya adalah untuk eksekutif muda, radio ini tidak melupakan nilai

agama dalam program siarannya, khususnya agama Islam. Nilai-nilai tersebut

direalisasikan melalui berbagai macam program keseharian radio Music City

yang bernafaskan religi.

Program dakwah Tazkia Qalbu telah disiarkan sejak radio Music City

pertama kali mengudara, yaitu sekitar tahun 1997. Acara ini masih disiarkan

setiap hari Senin pukul lima sore sampai menjelang adzan maghrib secara live

(langsung), dengan pendengar yang cukup banyak dan mendapat sambutan

yang hangat di masyarakat hingga kini. Sambutan hangat ini dapat dilihat dari

“… banyaknya responden yang merespon positif akan materi yang

ditawarkan, waktu siar, metode ceramah, serta personality da’i”12 dari

program Tazkia Qalbu.

Sejak pertama kali siaran, program yang memiliki format dialog

interaktif ini, menghadirkan Ustadz H.M. Arifin Ilham sebagai narasumber

utama. Ustadz Arifin terkenal di masyarakat dengan metode dakwah

11

Ibid., h. 36-37. 12

(20)

dzikirnya, ia juga memiliki kekhasan tersendiri dengan suara yang serak-serak

basah serta selalu mengenakan pakaian serba putih. Di samping itu, Ustadz

Arifin juga mengasuh majelis dzikir bernama Majelis Az-Zikra, sehingga jika

Ustadz berhalangan hadir, maka ia kerap mengutus Ustadz pengganti dari

majelis Az-Zikra. Sehingga program Tazkia Qalbu masih dapat menguadara

hingga kini.

Atas dasar pemikiran di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai program dakwah yang disiarkan melalui radio terkait

dengan eksistensinya hingga kini. Selain itu program yang akan diteliti

merupakan satu-satunya program dakwah di radio, yang menghadirkan Ustadz

H.M. Arifin Ilham sebagai narasumber. Sehingga peneliti akan mengadakan

penelitian dengan judul AnalisisProgram Dakwah Tazkia Qalbu Bersama

Ustadz H.M. Arifin Ilham di Radio Music City FM Jakarta.

H. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar hasil penelitian ini lebih terfokus, maka masalah hanya akan

dibatasi pada siaran program Tazkia Qalbu selama bulan Maret sampai dengan

April 2008 saja.

Sedangkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam program

Tazkia Qalbu?

2. Bagaimana kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu?

(21)

I. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam

program Tazkia Qalbu.

2. Untuk mengetahui kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan program Tazkia Qalbu.

Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Manfaat Akademis

a. Memberikan tambahan informasi dalam ranah dakwah, khususnya

dakwah modern melalui media elektronik (radio).

b. Menambah wawasan dan referensi bagi mahasiswa Fakultas Dakwah

dan Komunikasi, tentang program keagamaan di radio yang

bersegmentasi eksekutif muda.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan tambahan informasi dan referensi bagi para praktisi

dakwah atau khalayak yang tertarik kepada ranah dakwah, khususnya

dakwah melalui radio.

b. Sebagai dokumentasi atau bahan evaluasi bagi pihak radio Music City

tentang program Tazkia Qalbu.

c. Sebagai bahan evaluasi bagi Ustadz H.M. Arifin Ilham mengenai

(22)

J. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang menurut

bahasa, “… kualitatif bermakna kualitas atau mutu konsep atau data ...”13

Sedangkan Bogdan dan Taylor mendefinisikan “metodologi kualitatif”

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.14

Sehingga penerapan metode kualitatif dalam penelitian ini sangat

mengutamakan hasil perolehan data yang didapat melalui metode

wawancara dan observasi. Kemudian temuan-temuan tersebut dikritisi

secara deskriptif, dengan maksud agar nantinya pembaca dapat memahami

tentang permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Tentunya dengan

menggunakan teori-teori yang telah didapat.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian atau

sasaran penelitian.15 Sehingga subjek dalam penelitian ini adalah pihak

radio Music City, khususnya yang terlibat dalam program Tazkia Qalbu.

Seperti Manajer Operasional, Produser Acara, Penyiar, dan Operator

Siaran. Selain itu Ustadz H.M. Arifin Ilham dan Ustadz Saefulloh sebagai

13

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), Cet. 1, h. 23.

14

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. 11, h. 3.

15

(23)

narasumber utama dan koordinator narasumber pengganti dari Majelis

Az-Zikra.

Objek penelitian (variabel) memiliki makna “apa yang akan

diteliti.”16 Sehingga yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah

program Tazkia Qalbu yang disiarkan setiap hari Senin, pukul 17.00

sampai menjelang adzan maghrib di radio Music City.

3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan (di lapangan), yakni

pada bulan Maret sampai dengan April 2008 dengan hari dan waktu

penelitian yang tidak menentu disesuaikan dengan kondisi peneliti.

Sedangkan untuk pengolahan data selepas dari lapangan, penelitian ini

kurang lebih memakan waktu dua sampai tiga bulan, yaitu pada bulan

Februari, Mei, Juni 2008.

Peneliti membagi lokasi yang digunakan dalam penelitian menjadi

dua, yaitu lokasi primer dan sekunder. Lokasi primer (utama) penelitian ini

adalah di radio Music City FM yang beralamat di jalan Puri Sakti I No.

22, Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, 12410, serta kediaman Ustadz

Arifin Ilham dan Majelis Az-Zikra yang beralamat di Komplek Pesantren

Az-Zikra, Perumahan Mampang Indah Dua, Pancoran Mas, Depok, 16435.

Sedangkan lokasi sekunder (tambahan) penelitian ini antara lain

Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Perpustakaan Utama

16

Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, dengan Pendekatan Kualitiatif

(24)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Islam Iman Jama’ Lebak

Bulus, dan Perpustakaan FISIP UI Depok.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini terdiri dari dua macam

sumber, yaitu:

a. Sumber Primer

1) Wawancara

Interviu atau wawancara adalah teknis dalam upaya

menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan

proses pemecahan masalah tertentu, yang sesuai dengan rumusan

masalah dalam penelitian. 17

Sehingga data diperoleh dengan cara tanya jawab secara

lisan dan bertatap muka secara langsung antara interviewer

(pewawancara), dalam hal ini peneliti dengan interviewee (yang

diwawancara), dalam hal ini kru radio Music City (khususnya kru

program Tazkia Qalbu) yang terdiri dari Mas Adhie Taufik sebagai

Manajer Operasional, Mas Aryadi sebagai Program

Director/Produser Acara, Mbak Melisa Razak sebagai Penyiar

Tazkia Qalbu, dan Mas Syamlani sebagai Operator Siaran Tazkia

Qalbu. Serta Ustadz H. M. Arifin Ilham dan Ustadz Saefulloh

sebagai narasumber utama dan koordinator narasumber pengganti

dari Majelis Az-Zikra.

17

(25)

2) Observasi

Sebagai metode ilmiah, observasi bisa diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena

yang diselidiki.18 Yang diamati dalam observasi adalah segala

sesuatu yang dapat dilihat oleh mata, kemudian yang dapat

didengar oleh telinga, yang dapat dikecap oleh lidah, yang dapat

dicium oleh hidung.19

Maksudnya dilakukan pengamatan langsung ke radio Music

City, yaitu dengan mengikuti secara langsung proses siaran

program Tazkia Qalbu untuk memperoleh data yang diperlukan.

Juga dilakukan pengamatan yang sifatnya tidak langsung dengan

cara mendengarkan program Tazkia Qalbu melalui pesawat radio.

b. Sumber Sekunder

1) Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah studi dokumen berupa data

tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta

pemikiran tentang fenomena yang masih aktual.20

Sehingga peneliti berusaha menerjemahkan ke dalam

bentuk tulisan dari data-data yang diperoleh dari radio Music City,

seperti profil perusahaan, struktur organisasi, dan sebagainya.

18

Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Ofset, 1989), Cet. 19, h. 136. 19

Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, h. 9. 20

(26)

2) Studi Kepustakaan

Untuk mendukung analisa dalam penelitian ini, maka perlu

kiranya dikumpulkan teori-teori yang diperoleh dari buku bacaan,

skripsi, tesis, juga tulisan dari internet yang berkaitan dengan

dakwah dan radio yang sesuai dengan penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif, karena “… metoda deskriptif digunakan untuk

menghimpun data aktual, biasanya dilakukan oleh peneliti yang

menggunakan metoda kualitatif ...”21

Maksudnya peneliti berusaha untuk mendeskripsikan hasil

wawancara, observasi, dokumen, juga temuan lainnya ke dalam tulisan

penelitian skripsi ini secara jelas dan apa adanya, sesuai dengan fakta yang

ada di lapangan. Data dilukiskan sedemikian rupa sehingga tampak

hubungan-hubungan antar variabelnya. Setelah hubungan-hubungan

kemudian dilakukan analisis berdasarkan logika.22

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian skripsi ini terdapat beberapa judul yang terkait

dengan judul peneliti. Namun dari sekian banyak judul skripsi yang terdapat

di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, belum ada yang membahas tentang

21

Ibid., h. 60-61. 22

(27)

program Tazkia Qalbu di Radio Music City ditinjau dari analisis programnya.

Yang ada hanyalah skripsi milik Ana Sabhana Azmy, berjudul “Respon

Warga Depok Terhadap Program Tazkia Kalbu di Radio 107,5 FM Music

City,” tahun 2008, Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Akan tetapi

permasalahan yang dibahas dalam skripsi tersebut hanya sebatas respon warga

Depok dan format siaran program Tazkia Qalbu saja.

Sedangkan untuk skripsi dengan judul “analisis program,” peneliti

membandingkannya dengan beberapa judul skripsi di bawah ini:

1. Dado Binagama, “Analisis Program Siaran Dakwah di Radio CBB 104,5

FM Jakarta, Pendekatan Organisasi Terhadap Program: “Ajang Membina

Iman,” tahun 2005, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Non Reguler.

Permasalahan yang dibahas mengenai proses persiapan (pra produksi),

proses produksi, dan proses pasca produksi siaran dakwah di Radio CBB,

pada program Ajang Membina Iman (AMIN).

2. Abdul Rozaq, “Radio SP FM Jakarta Sebagai Media Dakwah (Studi

Analisis Program Acara Syiar Senja),” tahun 2005, Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Non Reguler. Permasalahan yang dibahas mengenai format

acara, sisi kelebihan dan kelemahan, serta respon pendengar terhadap

nilai-nilai dakwah yang terkemas program Syiar Senja di Radio SP FM.

3. Helmy Syukriyah, “Analisis Program Siaran Keagamaan “Sentuhan

Nurani” di radio Dakta 107 FM Bekasi,” tahun 2007, Fakultas Dakwah

dan Komunikasi. Permasalahan yang dibahas mengenai bentuk

penyusunan dan pelaksanaannya serta faktor-faktor yang menghambat dan

(28)

Akan tetapi, dari beberapa skripsi yang peneliti jadikan tinjauan

pustaka di atas, belum pernah ada yang membahas permasalahan tentang

analisis proses pelaksanaan, kegiatan dakwah, serta kelebihan dan kelemahan

program dakwah Tazkia Qalbu di radio Music City FM Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN yang meliputi: Latar belakang masalah, Batasan

dan rumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metodologi

penelitian, Tinjauan putaka, serta Sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI yang terdiri dari: Pengertian program,

Pengertian dakwah, Unsur-unsur dakwah yang meliputi da’i, mad’u,

materi dakwah, media dakwah, metode dakwah, dan tujuan dakwah,

Ruang lingkup radio yang meliputi pengertian radio, karakteristik

dan fungsi radio, radio sebagai media komunikasi massa, dan radio

sebagai media dakwah.

BAB III GAMBARAN UMUM RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA yang

meliputi: Sejarah dan perkembangan radio Music City, Visi dan misi

radio Music City, Struktur organisasi radio Music City, Sekilas

tentang program di radio Music City secara umum, serta Sekilas

(29)

BAB IV ANALISIS PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU BERSAMA

USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM DI RADIO MUSIC CITY FM

JAKARTA yang terdiri dari: Proses perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi dalam program Tazkia Qalbu yang meliputi format acara

dan waktu acara, Kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu,

serta Kelebihan dan kekurangan program Tazkia Qalbu yang

meliputi kelebihan program dan kekurangan program.

(30)

BAB II

KERANGKA TEORI

D. Pengertian Program

Selain itu untuk lebih memperjelas dan menghindari kesalahan

interpretasi terhadap pembahasan dalam skripsi ini, maka perlulah kiranya

diberikan pengertian terhadap kata yang terdapat dalam judul, yaitu kata

program.

Secara etimologis, kata program berasal dari bahasa Inggris

programme yang berarti acara atau rencana.23 Sedangkan menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, pengertian program adalah rancangan mengenai asas

serta usaha yang akan dijalankan.24

Secara terminologis, Undang-undang Penyiaran Indonesia tidak

menggunakan kata program untuk acara, tetapi menggunakan istilah ‘siaran’

yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam

berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia

penyiaran di Indonesia dari pada kata “siaran” untuk mengacu kepada

pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun

penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya.25 Sedangkan menurut Omar

Abidin Gilang, program (radio) adalah rangkaian acara radio sepanjang hari.26

23

Morissan, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005), Cet. 1, h. 97.

24

Tim Penyusun Kamus Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. 2, h. 897.

25

Morissan, Media Penyiaran, h. 97. 26

Omar Abidin Gilang, “Format Siaran Radio” dalam Moeryanto Ginting Munthe, ed.,

(31)

Jadi program adalah serangkaian acara atau sesuatu yang disiarkan dalam

berbagai bentuk oleh stasiun penyiaran.

Menurut Direktorat Radio sebagai bagian dari Departemen Penerangan

No.10/Kep/Menpen/1970, yang merujuk dari UNESCO, di Indonesia terdapat

penggolongan jenis-jenis acara siaran (programme type classification)

berdasarkan atas maksud dan tujuan. Di mana siaran agama (religious

programme),yang menjadi objek dari pembahasan dalam skripsi ini termasuk

ke dalam kategori siaran pendidikan (educationalprogramme). Di samping itu

terdapat beberapa penggolongan program lain, yaitu siaran pemberitaan dan

penerangan (news and information programmes), siaran kebudayaan (culture

programmes), siaran hiburan (entertainments) dan siaran lain-lain

(miscellaneous). 27

E. Pengertian Dakwah

Kata dakwah secara semantik (bahasa) berasal dari Bahasa Arab, dari

kata kerja (fi’il) yaitu da’a, yad’u

(

)

yang artinya mengajak,

menyeru, mengundang, atau memanggil. Kemudian menjadi kata jamak yaitu

da’watan

(

)

yang artinya ajakan, seruan, undangan atau panggilan.28

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dakwah artinya penyiaran,

propaganda; penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat;

seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.29

27

Ibid., h. 116-118. 28

M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet. 1, h. 5.

29

(32)

Sehingga dapat ditarik kesimpulan secara etimologis, dakwah memiliki

arti ajakan atau seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran

suatu agama, yang dapat dilakukan melalui penyiaran atau propaganda.

Secara terminologis dakwah mengandung pengertian, sebagaimana

dikemukakan oleh H.M.S. Nasarudin Latif, adalah setiap usaha atau aktivitas

dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil

manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT sesuai dengan

garis-garis aqidah dan syari’ah serta akhlak islamiyah.30 Sedangkan menurut

Tarmizi Taher, salah satu pengertian dakwah yang lebih meluas yaitu: dakwah

itu bukanlah dari mulut ke telinga, akan tetapi dakwah itu dari hati ke hati.

Sebagai upaya memanggil kembali hati nurani (fitrah) untuk menghilangkan

sifat-sifat buruk, dan menggantinya dengan sifat-sifat mulia yang dikehendaki

oleh Islam, di mana sifat-sifat itu adalah sifat-sifat yang sesuai dengan nurani

(fitrah) manusia.31

Menurut Ibnu Taimiyah sebagaimana dikutip oleh Idris A. Shomad,

dakwah ke jalan Allah adalah dakwah untuk beriman kepada Allah dan kepada

apa yang dibawa Nabi Muhammad SAW, yang mencakup keyakinan kepada

rukun iman dan rukun Islam.32

Lain lagi pendapat yang dikemukakan oleh Muhammad Natsir, dalam

tulisannya sebagaimana dikutip oleh Abd. Rosyad Shaleh, ia menyebutkan

kata ”media” sebagai salah satu cara untuk berdakwah. Definisi dakwah

30

Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 24.

31

Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), Cet. 1, h. 97.

32

(33)

menurutnya adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada

perorangan manusia dan seluruh ummat konsepsi Islam tentang pandangan

dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi

munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak

dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan,

perikehidupan berumah tangga (usrah), perikehidupan bermasyarakat dan

perikehidupan bernegara.33

Meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam pendapat mengenai

dakwah secara terminologis, namun terdapat benang merah di antara

perbedaan tersebut. Yaitu pada dasarnya dakwah adalah segala usaha untuk

menyerukan, dan menyampaikan ajaran Allah SWT kepada seluruh umat

manusia untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. Juga untuk mengimani bahwa

Allah adalah satu-satunya Tuhan dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan

Allah, sebagimana tertuang dalam rukun iman serta rukun Islam.

Cara untuk mengingatkan manusia agar tetap berada di jalan Allah

dapat dilakukan melalui lisan maupun tulisan. Tentunya dengan cara yang

baik yang disampaikan dari hati ke hati, bukan sekedar retorika lewat lisan

atau kata-kata indah lewat tulisan. Salah satunya adalah melalui media,

khususnya radio. Dakwah dapat dihantarkan melalui radio untuk didengarkan

khalayak luas tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan daerah tempat

tinggal.

33

(34)

B. Unsur-unsur Dakwah

Oleh karena sifat dakwah yang kompleks, tentunya terdapat

unsur-unsur di dalamnya. Unsur-unsur-unsur dakwah tersebut adalah:

1. Da’i

Secara etimologis kata da’i berasal dari Bahasa Arab, bentuk isim

fail (kata menunjukkan pelaku) dari asal kata da’wah (da’awa) yang

artinya orang yang melakukan dakwah. Secara terminologis da’i ialah

orang yang berusaha merubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan

ketentuan-ketentuan Allah SWT baik secara individual maupun berbentuk

organisasi.34

Jadi kegiatan berdakwah atau menyampaikan ajaran yang sesuai

dengan al-Quran dan Sunah Nabi Muhammad SAW, tidak hanya dapat

dilakukan oleh seseorang saja. Bahkan setiap muslim yang telah dewasa,

wajib berdakwah. Dakwah dapat dilakukan baik secara individu,

kelompok atau pun berbentuk organisasi atau lembaga.

Dakwah sekarang sudah berkembang menjadi satu profesi yang

menuntut skill, planning dan manajemen yang handal. Maka dari itu

diperlukan sekelompok orang yang secara terus-menerus mengkaji,

meneliti dan meningkatkan aktivitas dakwah secara profesional.35 Hal

inilah yang ditegaskan Allah dalam al-Quran surah ali-Imran ayat 104:



!"

#$%

! &'

($ !* +&,$$

34

Hasanudin, Manajemen Dakwah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.1, h. 57. 35

(35)

./0

1

2!"

34

$%

5

.689:"

'

 *;

<= 3" > ?34

$%

1@AB

“Dan hendaklah ada di antara kamu, segolongan umat yang mengajak (manusia) kepada kebaikan, dan menyuruh mereka melakukan yang baik dan mencegah mereka dari perbuatan munkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. ali-Imran: 104)

Seorang da’i atau subjek dakwah, mempunyai peran penting dalam

proses pelaksanaan dakwah. Kepandaian atau kepiawaian seorang da’i

akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para objek dakwah. Setiap da’i

memiliki kekhasan masing-masing, tergantung kepada wacana keilmuan,

latar belakang pendidikan, dan pengalaman kehidupannya.36

Oleh karena itu, setidaknya seorang da’i harus memiliki tiga bekal

utama dalam menyampaikan dakwahnya, yaitu:

1) Pemahaman yang benar dan tepat serta mendalam (al-fahmu as-sadid

ad-daqiq), ialah pengetahuan da’i tentang hal-hal yang terkait dengan

dakwah dan konsekuensinya. Pengetahuan tersebut mencakup

pengetahuan keislaman (mencakup ilmu dakwah) dan umum.

2) Keimanan yang kokoh (al-iman al-‘amiq), ialah keyakinan da’i

tentang kebenaran Islam sebagai isu sentral dakwah. Yakni keimanan

yang melahirkan kecintaannya kepada Allah, Rasul-Nya, dan Islam,

serta mewujudkan rasa takut hanya kepada Allah dan rasa harap

kepada rahmat-Nya.

36

(36)

3) Hubungan yang kuat dengan Allah (al-ittishol al-watsiq), yaitu

keterkaitan da’i kepada Allah dan sikap tawakal hanya kepada-Nya,

serta keyakinan bahwa Allah Maha Esa dalam penciptaan alam

semesta, pemeliharaan, dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.37

2. Mad’u

Mad’u dalam bahasa Arab disebut sebagai isim maf’ul (kata

berkonotasi obyek penderita) dari kata da’aa. Secara terminologis mad’u

adalah orang yang didakwahi, ia adalah manusia pada umumnya, baik

orang terdekat (bagi da’i) atau yang jauh, muslim atau non muslim, lelaki

atau perempuan.38

Sehingga dapat dikatakan bahwa mad’u merupakan sasaran

dakwah. Mad’u ialah manusia pada umumnya yang menerima dakwah

yang dilakukan oleh da’i, tidak memandang apakah ia anak-anak atau

dewasa, kaya atau miskin, muslim atau non muslim, laki-laki atau

perempuan, berasal dari suku atau negara mana pun, semuanya dapat

disebut sebagai mad’u.

Al-Quran menggambarkan suatu masyarakat yang memiliki variasi

tingkat dan golongan, yang masing-masing mempunyai stratifikasi sosial

tertentu. Masyarakat tersebut terdiri dari al-mala’ yakni kaum elit sosial

politik, yaitu pemuka masyarakat dan penguasa, al-mutrofin yakni elit

ekonomi, kalangan menengah ke atas atau tokoh konglomerat, jumhur

37

Shomad, “Ilmu Dakwah,” h. 8. 38

(37)

yaitu masyarakat umum biasa, dan al-mustad’afin yaitu masyarakat

golongan lemah/dilemahkan.39

Bagi para da’i, biasanya kalangan al-mala’ dan al-mutrofin agak

sulit untuk menerima dakwahnya. Sebab hal tersebut berkaitan dengan

harta dan derajat yang mereka miliki di lingkungannya, sehingga mereka

merasa enggan untuk menerima dan melaksanakan seruan tersebut.

Sedangkan untuk kalangan jumhur dan al-mustad’afin agak mudah

menerima dan melaksanakan ajakan dari da’i, karena mereka tidak

memiliki harta dan pangkat di lingkungannya sehingga tidak memiliki rasa

egoisme yang tinggi seperti kalangan al-mala’ dan al-mutrofin.

Selain itu terdapat beberapa tipe dan variasi mad’u lain dalam

tubuh umat Islam, yaitu golongan istimewa yakni sabiqun bil-khoirot

(yang berlomba dengan kebaikan), zhalimun linafsihi (menzholimi diri

sendiri, yang fasiq dan berdosa), dan muqtashid (biasa-biasa saja kurang

istimewa).40

Karena terdapat bermacam-macam tipe dan variasi mad’u, maka

diperlukanlah strategi yang efektif dan efisien dalam memperlakukan

mad’u. Rasulullah SAW memberikan pesan abadi dalam hadits-haditsnya

yang terangkum sebagai berikut:

1) Berkomunikasilah dengan manusia sesuai kadar intelektualnya.

2) Berkomunikasilah dengan manusia sesuai dengan bahasa (budaya)

mereka.

39

Ibid., h. 11. 40

(38)

3) Berkomunikasilah dengan manusia sesuai dengan kondisi

sosiologisnya.

4) Tepat guna dalam komunikasi tersebut merupakan perintah Allah SWT

yang disitir dalam al-Quran sebagai “Qoulan Sadidan” (perkataan yang

benar dan tepat).41

3. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah suatu pesan yang biasa disampaikan dalam

kegiatan dakwah. Materi yang disampaikan oleh da’i sebaiknya dikemas

secara menarik agar mad’unya tertarik dan dengan senang hati

melaksanakan yang diperintahkan oleh da’i.

Penyampaian materi oleh da’i kepada mad’u tentu menggunakan

bahasa sebagai pengantarnya. “Bahasa yang digunkan dalam berdakwah

adalah bahasa manusia, hal tersebut tidak lain agar manusia memahaminya

(la’alakum ta’qilun). Selain itu al-Quran mengarahkan manusia dengan

menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh manusia” agar mudah

melaksanakan perintah dan larangan yang terdapat di dalamnya.42

Isi pesan atau materi yang disampaikan pada dasarnya bersumber

dari al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama, meliputi akidah

(keimanan), syari’ah (keislaman), dan akhlak (budi pekerti).43 Akidah

dalam Islam mencakup masalah-masalah dengan keimanan, misalnya

tentang rukun iman, perbuatan syirik, dan ketauhidan. Masalah syariah

41

Ibid., h. 12. 42

Seminar Nasional Dakwah Sebagai Ilmu, 10-11 Agustus 1992, Fakultas Dakwah, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 16.

43

(39)

berhubungan erat dengan amal nyata dalam rangka mentaati hukum Allah

guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan sesama

manusia. Sedangkan perihal akhlak merupakan penyempurna keimanan

dan keislaman seseorang.44 Artinya meskipun keimanan dan keislaman

seseorang sudah sangat baik, namun jika ia memiliki akhlak yang buruk

maka ia belum dapat dikatakan sebagai seorang hamba yang sempurna.

4. Media Dakwah

Kata media merupakan jamak dari bahasa Latin yaitu medion, yang

berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. 45 Jadi dapat

ditarik kesimpulan bahwa media dakwah adalah segala sesuatu (peralatan)

yang digunakan untuk berdakwah.

Media dakwah sangat beragam, pada zaman dulu biasanya berupa

mimbar yang ada di masjid, mushalla, atau majelis taklim. Meskipun

sudah ada yang berbentuk buletin Jumat, dan kaset rekaman namun masih

dapat dikategorikan sebagai media dakwah yang tradisional. Sedangkan

pada zaman modern seperti sekarang ini, media dakwah lebih bermacam

jenisnya, misalnya televisi, radio, internet, video rekaman, tulisan di dalam

majalah dan surat kabar, bahkan handphone.

5. Metode Dakwah

44

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60-63.

45

(40)

Dari segi bahasa, metode berasal bahasa Yunani yaitu “meta”

(melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Kemudian dalam bahasa Inggris kata

itu mengandung makna: a way of doing anything Regularity and

orderliness in action (jalan untuk melakukan sesuatu… aturan dan

ketentuan dalam berbuat).46 Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata

metode mengandung arti “cara teratur yang digunakan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang

dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.”47

Dari segi istilah, metode dakwah adalah cara-cara tertentu melalui

proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud yang dilakukan oleh

seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan

atas dasar hikmah dan kasih sayang. 48

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa metode dakwah adalah

suatu cara yang digunakan atau dipilih oleh da’i dalam usahanya

berdakwah kepada ma’u untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Yaitu

mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk (amar ma’ruf nahi

munkar) dengan berlandaskan pada human oriented, menempatkan

penghargaan yang mulia atas diri manusia.

Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang

tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual.

Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di

tengah masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual

46

Al Munawar, sambutan dalam MetodeDakwah, h. xiii-xiv. 47

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 740. 48

(41)

dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh

masyarakat.49

Terdapat tiga macam metode dakwah yang diajarkan oleh syariat

Islam, yaitu al-hikmah, al-mau’idzatil hasanah, dan al-mujadalah

bi-al-lati hiya ihsan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat

An-Nahl:

CD$%

5

BEF G.H

.6

- I

.4

#$$

-"K 

.4

$%

0LM

#$%

N

O3/

:.P

QARS

$$

-TI ;

3 LM U

5

.6V- I

*;

WO > 

.4 -

EL@

X

%F G.H

N

*;

WO > 

YZ

[ /34

$$

-1@\ B

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)

Metode hikmah mengandung pengertian cara yang bijaksana,

artinya dakwah dapat dilakukan dengan da’i dapat menjadi suri tauladan

bagi mad’unya, bersikap adil di setiap kesempatan, dan bijaksana dalam

pembicaraan dan perbuatan. Metode mau’idzatil hasanah mengandung

pengertian nasehat yang baik, artinya memberikan materi dakwah dengan

kata-kata yang baik dan mengandung ilmu, menyampaikan peringatan

dengan baik, sehingga dapat menyentuh hati mad’unya. Metode

49

M. Yunan Yusuf, dalam pengantar di dalam buku: Tim Penulis Rahmat Semesta, ed.,

(42)

mujadalah bi-al-lati hiya ihsan mengandung pengertian berdebat dengan

cara yang baik, artinya pembicaraan atau diskusi yang terjadi antara dua

orang/kelompok atau lebih yang dilandasi rasa tidak ada yang lebih

dominan antara yang satu dengan lainnya, tetapi lebih ditekankan pada

kesetaraan dengan mengutamakan kebenaran.

6. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus. “… Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia

(meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musrik) kepada jalan

yang benar yang diridhoi Allah SWT agar dapat hidup bahagia dan

sejahtera di dunia maupun di akhirat.”50

Sedangkan tujuan khusus dakwah antara lain:

a. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk

selalu meningkatkan takwanya kepada Allah SWT.

b. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih mualaf.

c. Mengajak umat manusia untuk memeluk agama Islam.

d. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari

fitrahnya.51

Oleh karena tujuan seorang da’i sangat kompleks dalam

berdakwah, tentunya peran serta secara aktif dari lingkungan sangat

50

Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 51. 51

(43)

diperlukan. Sehingga sikap terbuka dari mad’u dalam menerima apa yang

disampaikan oleh da’i turut mendukung tercapainya tujuan dakwah yang

hendak dicapai. Di samping itu, da’i pun harus memperkaya diri dengan

ilmu pengetahuan, berakhlak baik, menjunjung tinggi rasa kemanusiaan

agar dakwahnya sampai ke hati, serta memilih metode yang tepat untuk

kegiatan dakwahnya.

F. Ruang Lingkup Radio

5. Pengertian Radio

Secara etimologi, pengertian radio (siaran) adalah (pengiriman)

suara atau bunyi melalui udara.52 Sedangkan dalam kamus ilmiah populer,

radio diartikan sebagai pesawat pengirim atau penerima gelombang

siaran.53

Secara terminologi, radio artinya suatu alat yang memiliki

gelombang frekuensi yang menyampaikan pesan atau informasi atau

pernyataan yang bersifat umum ataupun khusus, kepada sejumlah orang

yang jumlahnya relatif besar, tinggalnya tersebar dan heterogen.54

Menurut Ghazali, radio merupakan media komunikasi yang

dipergunakan dalam mengirim warta jarak jauh yang dapat ditangkap oleh

sekelompok orang yang mendengarnya melalui pemancar radio yang

diinginkan.55

52

Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 919. 53

Pius A. Pratanto dan M. Dahlan Al-Barri, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 684.

54

Jundah Sulaiman, “Radio Sebagai Media Da’wah,” Da’wah; Jurnal Kajian Dakwah, Komunikasi dan Budaya, Vol. X no. 2, 2003, h. 120.

55

(44)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, radio adalah sebuah media

yang bersifat auditif (dengar) saja, yang dapat mengirim atau menerima

gelombang yang dipancarkan melalui udara. Gelombang tersebut bisa

berisi kata-kata, musik, atau efek suara yang dapat didengarkan oleh

khalayak luas, selama mereka memiliki pesawat radio untuk menerima

gelombang siaran tersebut.

6. Karakteristik dan Fungsi Radio

a. Karakteristik Radio

Media radio memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Theater of mind, artinya merangsang indera pendengaran dan

imajinasi.

2) Auditif, artinya bersifat dengar.

3) Personal, artinya bersifat lebih akrab.

4) Localize, artinya memiliki pendengar setia yang berada dalam

jangkauan siar.

5) Mobile, artinya dapat dibawa ke mana-mana.

6) Harga produksi lebih murah.

7) Cepat menjangkau khalayak, khususnya di daerah-daerah. 56

Karakter-karakter yang dimiliki oleh radio tersebut, membuat

seseorang yang mendengarkan radio mampu untuk mengembangkan

imajinasinya, karena hanya suara yang dapat didengar. Selain itu sifat

radio yang amat personal (pribadi), menjadikannya sebagai media yang

56

(45)

efektif untuk komunikasi antarpribadi yang diliputi oleh sifat

kehangatan dan keakraban. Di samping itu radio juga sangat fleksibel,

artinya sangat mudah untuk dibawa pergi dan dapat didengarkan

sambil lalu. Misalnya sambil tiduran, memasak, dan menyetir mobil.

Selain karakteristik yang dimiliki oleh radio di atas, secara

teknologis dan sosiologis ia memiliki sejumlah kelebihan sekaligus

[image:45.612.114.528.169.528.2]

kelemahan. Kelebihan dan kelemahan radio tersebut disajikan dalam

tabel di bawah ini.

Tabel 1

Kelebihan dan Kelemahan Radio

Kelebihan Kelemahan

Sarana tercepat penyebar infor-masi dan hiburan.

Hanya bunyi, tidak ada visuali-sasi yang tampak nyata.

Dapat diterima di daerah yang belum memiliki sambungan listrik. Produksi siarannya sing-kat dan biayanya murah.

Tergantung pada kondisi dan stabilitas udara di suatu lokasi. Tidak bisa mengirim pesan dan informasi secara mendetail. Merakyat. Buta huruf bukan

kendala. Harga pesawat murah, mudah dibawa ke mana saja.

Terdengar selintas, sulit diingat, dan tidak bisa diulangi. Hanya bisa didengar, tidak bisa di-dokumentasikan.57

b. Fungsi Radio

Dalam Himpunan Istilah Komunikasi, disebutkan bahwa radio

memiliki fungsi sebagai alat hiburan, penerangan, pendidikan, dan

propaganda.58

Dr. SM. Siahaan, memberikan lima macam fungsi radio, yaitu:

sebagai alat penerangan massa, sebagai alat hiburan, sebagai alat

57

Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2004), Cet. 1, h. 17.

58

(46)

pendidikan, sebagai alat mempengaruhi massa dan sebagai alat untuk

perorangan dan masyarakat.59

Radio tidak hanya dapat berfungsi sebagai media hiburan, tapi

juga sebagai media pendidikan. Sebagai media dengar, radio memang

memiliki fungsi sebagai penyampai informasi dari satu pihak ke pihak

lainnya. Selain itu ia dapat dijadikan sebagai sarana untuk

mempertemukan dua pendapat yang berbeda untuk mencari solusi

yang saling menguntungkan. Bahkan dapat dijadikan mediator antara

pemerintah dengan rakyat lewat program interaktif.

7. Radio Sebagai Media Komunikasi Massa

Kata komunikasi massa diterjemahkan dari bahasa Inggris, mass

communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi

media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau

komunikasi yang ”mass mediated.”60

Bittner mendefinisikan komunikasi massa sebagai pesan-pesan

yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.61

Menurut Tan dan Wright, komunikasi massa adalah bentuk

komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan

komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat

59

Sulaiman, “Radio Sebagai Media Da’wah,” h. 121. 60

Wiryanto, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: PT Grasindo, 2006), Cet. 3, h. 2. 61

(47)

tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek

tertentu.62

Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan

proses komunikasi yang menggunakan media massa, yang ditujukan

kepada khalayak ramai yang bersifat heterogen secara serentak, dan dapat

menimbulkan efek tertentu.

Proses komunikasi massa tidak akan dapat berlangsung jika tidak

ada media massa di dalamnya, yang mengantarkan pesan dari komunikator

kepada komunikan. ”Media massa adalah alat yang digunakan dalam

penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan

menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio

dan televisi.”63 Sehingga media radio dapat dikategorikan sebagai media

massa karena salah satu sifatnya yang dapat menyebarkan pesan kepada

khalayak luas secara bersamaan.

8. Radio Sebagai Media Dakwah

Dalam kegiatan dakwah, keberadaan radio sangat penting dalam

penyampaian materi dakwah dalam bentuk-bentuk pidato, ceramah atau

kuliah. Pesawat radio dapat menjangkau mad’unya dalam jarak jauh dan

meluas. Karena itu pesawat radio merupakan media yang efektif dalam

penyampaian dakwah untuk semua kalangan.64 Selain itu, penggunaan

62

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), Cet. 3, h. 3. 63

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. 1, h. 126.

64

(48)

radio sebagai media dakwah dimaksudkan agar pesan dakwah lebih efektif

dan cepat sampai kepada masyarakat pendengar.65

Pemanfaatan media radio sebagai media massa dalam kegiatan

dakwah ini dapat dibilang cukup penting. Apalagi di era modern seperti

sekarang ini, di mana proses komunikasi antara da’i dan mad’u akan lebih

dekat dan mudah diterima. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh A.

Abdul Muis, bahwa “media massa mempunyai fungsi yang sangat relevan

dalam upaya agama mengendalikan moral masyarakat karena media bisa

menjangkau jumlah khalayak (audience) yang relatif tak terbatas dengan

waktu yang cepat.”66

Oleh karena inti dalam tingkah laku dan ulah manusia adalah

hatinya, maka media radio yang bersifat lebih personal dibanding media

elektronik lain, akan sangat cocok untuk seorang da’i dalam

menyampaikan dakwahnya kepada mad’u.

Di samping itu, karena karakteristik radio yang hanya untuk

konsumsi dengar saja, maka kepiawaian seorang da’i akan semakin teruji

dan terasah. Sebab ”untuk seorang da’i yang profesional, ia harus mampu

mengemas pesan-pesan dakwahnya dengan baik agar tidak menimbulkan

kejenuhan dan ditinggalkan pendengarnya.”67

Jika kemampuan itu sudah dapat dikuasai oleh seorang da’i, maka

pesan yang disampaikan akan dapat diterima dengan baik oleh mad’unya.

Pesan tersebut dapat merasuk ke dalam hati pendengar dengan mudah,

65

Ibid., h. 37. 66

Andi Abdul Muis, KomunikasiIslami (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet.1, h. 191.

67

(49)

karena kelebihan dari media radio adalah dapat menimbulkan theater of

mind (merangsang imajiansi). Hal ini tentu sangat efektif bagi da’i guna

mencapai tujuan dakwahnya, mengingat mad’u yang dapat dicakup oleh

(50)

36

[image:50.612.110.514.102.623.2]

BAB III

GAMBARAN UMUM RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA

F. Sejarah dan Perkembangan Radio Music City FM Jakarta

1. Sejarah Radio Music City FM Jakarta

Ketika pertama kali mengudara sekitar tahun 1997, radio ini bukan

bernama Music City melainkan radio 5 a Sec (dibaca: Seng a Sec). Cikal

bakal pendiri radio adalah spasialisasi horizontal68 atau diversifikasi usaha

dari sebuah perusahaan laundry (binatu), yaitu PT. Grita Arta Kreamindo

yang memiliki Group Laundry 5 a Sec.

Saat itu frekuensinya pun masih berada di gelombang 105,45 FM

dengan studio yang masih terpisah dengan kantornya. Studio siaran radio 5

a Sec beralamat di Jl. Pringgondani, Cibubur, sedangkan kantor redaksinya

beralamat di Kemang Selatan. Namun kini kedua bangunan tersebut sudah

tidak dipergunakan lagi, setelah dibangunnya studio baru sekaligus kantor

radio Music City yang mulai ditempati sekitar tahun 2004, yang beralamat

di jalan Puri Sakti I No. 22, Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, 12410.

Hanya studio Cibubur yang masih digunakan menara pemancarnya untuk

menyiarkan radio Music City, karena ia memiliki pemancar yang cukup

tinggi.

68

(51)

Perubahan kepemilikan dan nama siar radio terjadi ketika

memasuki tahun 2000. Yaitu pada saat radio ini dibeli oleh Ibu Hj. Elisa

Pusparini, MBA, dari Bapak Joes Noerdin. Sehingga nama siar radio pun

berubah menjadi Radio Music City dan nama perusahaannya adalah PT.

Radio Mitra Citra. Kemudian pada tahun 2004, pemerintah menetapkan

gelombang frekuensi baru untuk masing-masing radio yang mengudara.

Akhirnya sampai saat ini radio Music City mengudara di frekuensi 107,50

FM.69

2. Profil Radio Music City FM Jakarta

Nama Perusahaan : PT. Radio Mitra Citra.

Frekuensi : 107,50 FM.

Nama Stasiun : Music City

Gambar

tabel di bawah ini.
GAMBARAN UMUM RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA
Tabel 2 Data pendengar radio Music City berdasarkan cakupan wilayah
Tabel 3 Rundown Acara Talk Show Tazkia Qalbu

Referensi

Dokumen terkait