• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap metode dakwah Ustadz Arifin Ilham

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap metode dakwah Ustadz Arifin Ilham"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON MAHASISWA

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

TERHADAP METODE DAKWAH USTADZ ARIFIN ILHAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun oleh : FAHRIZAL NIM : 109051000193

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

i FAHRIZAL

109051000193

RESPON MAHASISWA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM TERHADAP METODE DAKWAH USTADZ ARIFIN ILHAM

Dakwah merupakan kewajiban setiap individu muslim kapan pun dan dimana pun berada. Berdakwah tidak dapat dilaksanakan dengan asal-asalan, melainkan harus dengan metode. Karena yang diseru adalah manusia yang mempunyai pikiran dan pendirian. Dakwah juga merupakan kegiatan utama dalam syiar Islam. Keberhasilan syiar Islam ditentukan pada keberhasilan dakwah.

Ustadz Arifin Ilham merupakan salah satu da’i yang populer di masyarakat. Salah satu faktor yang menarik ratusan hingga ribuan jamaah karena beliau dalam berdakwah bertutur kata baik, lembut dan banyak memberi nasehat-nasehat kepada jamaahnya. Ciri-ciri dakwah tersebut termasuk dalam bentuk metode dakwah mauidzah al hasanah. Dalam surat an-Nahl ayat 125, metode dakwah terdapat tiga bentuk, yaitu bi al hikmah, mau’idzoh hasanah, dan

mujadalah.

Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu, bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif mahasiswa KPI angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori SOR yaitu

kepanjangan dari Stimulus-Organism-Respon menerangkan bahwa efek yang

muncul tergantung diterima atau ditolak. Komunikasi sendiri berlangsung jika ada perhatian dari komunikan mengerti, mengolah dan menerimanya sehingga muncul efek dengan wujud kesediaan merubah sikap.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa metode

dakwah Mauidzah al Hasanah yang digunakan Ustadz Arifin Ilham mampu

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmaannirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memeberikan nikmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah SAW,

yang tidak pernah lelah mengajak umatnya kepada jalan kebenaran untuk

menyelamatkan umatnya di dunia dan di akhirat.

Alhamdulillah, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Terhadap Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham”. Walaupun cukup banyak

halangan dan rintangan yang dihadapi, baik itu bersifat malas, lalai dan lainnya.

Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini, walaupun penelitian ini mungkin masih banyak

kekurangan. Semua ini dapat terwujud karena banyaknya dukungan serta

motivasi kepada penulis.

Untuk itu penulis mengucakan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed selaku Pembantu Dekan I bidang akademik,

Drs. Jumroni, M.Si selaku pembantu Dekan II bidang administrasi umum dan

Dr. Sunandar, MA selaku Pembantu Dekan III bidang kemahasiswaan.

2. Pembimbing skripsi, Dr. H. Sunandar, MA yang dalam kesibukannya beliau

masih berkenan untuk membimbing penulisan skripsi ini.

(6)

iii

MA.

4. Seluruh staff Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

membantu mempermudah segala urusan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Pengurus dan staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang banyak

membantu penulis dalam mendapatkan bahan skripsi. Pengurus Perpustakaan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis

mendapatkan bahan dan memberikan tempat yang nyaman bagi penulis dalam

mengerjakan skripsi ini.

6. Orang tua tercinta, ayahanda Alm. H. Bahrudin dan ibunda Hj. Muanah. Serta

seluruh keluarga besar yang telah memberi dukungan penuh hingga selesainya

skripsi ini.

7. Kakak Aan Aulia Rahman, Dewi Pratiwi, Herdian, Alinda Jaya dan adik saya

Ahmad Bustomi yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk

menyelesaikan skipsi ini.

8. Dini Nurul Haq, Amd yang tidak lelah memberi semangat, dukungan dan

masukan saat terdapat kejenuhan dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal

sampai akhir.

9. Teman-teman KPI angkatan 2009 yang khususnya pada KPI F, Echa, Slamet,

Eron, Indra, Imam, Aryo, Amir, Rama, Abil, Ilham, Kamaludin, Anas, Ari,

Andhika, Afriza, Rizki, Ucim, Silvi, Finti, Yanti, Popi, Yunita, Tuti, kalian

sungguh luar biasa!

(7)

iv

kekeluargaan dan tanggung jawab.

11.Teman-teman Dep-Sel Matic Center, PONDSEL, dan J-RACING yang selalu

menghibur dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada

semua pihak yang telah memberi bantuan kepada penulis walaupun tidak

disebutkan satu persatu. Akhir kata, penulis berdo’a dan berharap kepada Allah

SWT, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 4 Februari 2014

(8)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodelogi Penelitian ... 7

F. Sumber Data ... 12

G. Teknik Pengumpulan Data ... 13

H. Teknik Pengolahan Data... 14

I. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN TEORI A. Ruang Lingkup Respon ... 17

1. Pengertian Respon ... 17

2. Teori S-O-R ... 18

3. Macam-Macam Respon ... 20

4. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Respon ... 20

B. Ruang Lingkup Dakwah ... 21

1. Pengertian Dakwah ... 21

(9)

vi BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sekilas Tentang Ustadz H. Muhammad Arifin Ilham ... 34

1. Riwayat Hidup ... 34

1. Sejarah berdirinya FIDIKOM ... 44

2. Visi dan Misi FIDIKOM ... 45

3. Sejarah Singkat Jurusan KPI ... 46

4. Visi dan Misi Jurusan KPI ... 47

5. Tujuan dan Sasaran jurusan KPI ... 48

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA LAPANGAN A. Identitas Responden ... 51

B. Uji Validitas... 54

C. Uji Reliabilitas ... 55

D. Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

(10)

vii

Tabel 1 Komposisi Porsi Penarikan Sampel ... 10

Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas ... 49

Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 50

Tabel 5 Uji Validitas ... 54

Tabel 6 Uji Reliabilitas... 55

Tabel 7 Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham ... 57

Tabel 8 Chi Square Test Respon Kognitif, Afektif dan Konatif ... 58

Tabel 9 Chi Square Test Terhadap Responden Perempuan ... 58

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan kewajiban setiap individu muslim kapan pun dan

diamana pun berada. Berdakwah tidak dapat dilaksanakan dengan

alasan-alasan, melainkan harus dengan metode. Karena yang diseru adalah manusia

yang mempunyai pikiran dan pendirian.1

Dakwah adalah ajaran yang ditujukan sebagai rahmat untuk semua,

yang membawa nilai-nilai positif, seperti rasa aman, dan tentram, sejuk.

Dakwah juga merupakan kegiatan utama dalam syiar Islam. Keberhasilan

syiar Islam ditentukan pada keberhasilan dakwah. Namun, bukanlah suatu hal

yang mudah untuk mencapai keberhasilan dakwah. Maka, untuk mencapai

keberhasilan dalam dakwah perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu apa yang

diserukan atau disampaikan oleh siapa, kepada siapa, dengan cara bagaimana,

melalui media apa, dan untuk apa. Hal ini sejalan dengan definisi komunikasi,

yakni “Who says what to whom in which channel with what effect.”2

Berdakwah dalam Islam merupakan kegiatan yang mempunyai cakupan

yang sangat luas. Berdakwah di dalamnya terdapat unsur-unsur penting yang

tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, yaitu da’i, mad’u,

metode, materi dan tujuan. Dan dalam pelaksanaannya dapat melalui berbagai

cara, yaitu: melalui lisan (bil lisan), tulisan (bil qalam), dan perbuatan nyata

(bil hal).3

1

Nana Rukman, Masjid dan Dakwah, (Jakarta : Almawardi, 2002), Cet. Ke-1, h. 164

2

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan

Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h.23

3 Hamzah Ya’qub,

Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung:

(12)

Menyeru manusia ke jalan Allah SWT merupakan kewajiban sekaligus

ibadah yang bisa mengantar pelakunya untuk dekat dengan Tuhannya.

Dakwah juga mengantar pelakunya bahwa kedudukannya di hadapan Allah

SWT adalah tinggi, Allah akan mengangkat kedudukannya di dunia maupun

di akhirat.4 Maka sangat beruntunglah bagi mereka yang telah mengikhlaskan

dirinya untuk meniti jalan dakwah sebagai upaya mencapai ridha-Nya dunia

dan akhirat.

Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran

dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam tataran

kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah

pribadi, keluarga, maupun sosial kemasyarakatannya. Agar terdapat kehidupan

yang penuh dengan keberkahan di dunia maupun di akhirat, serta jauh dari

siksa neraka.

Tujuan umum tersebut harus dirumuskan ke dalam tujuan yang lebih

operasional dan dapat dievaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah

dicapainya. Misalnya, tingkat keistiqomahannya didalam mengerjakan shalat,

tingkat keamanahan dan kejujuran, berkurangnya angka kemaksiatan,

ramainya zikir bersama, dan lain sebagainya.

Dalam berdakwah aspek yang bisa ditinjau adalah dari segi sarana dan

prasarana. Dalam hal ini berdakwah bisa dilakukan dengan kegiatan apa saja

yag bernilai positif. Pemilihan cara atau metode yang tepat, menjadi bagian

strategis dari kegiatan dakwah itu sendiri.5 Sehingga seorang da’i hendaknya

memiliki cara atau metode tertentu dalam penyampaian dakwah yang disukai

dan mudah dipahami oleh mad’u.

4

Muhammad Sulton, Menjawab Tantangan Zaman: Desain Ilmu Dakwah Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2003) Cet. 1, h.14

5

(13)

3

Salah satu da’i yang melakukan dakwah dan ditambahkan dengan zikir

adalah Ustadz Arifin Ilham. Beliau tidak hanya berdakwah bil lisan tetapi

juga mengajak para jamaahnya untuk berzikir bersama disaat ia sedang

berdakwah. Itulah salah satu ciri khas yang membuat ustadz kelahiran 8 juni

1969 di Banjarmasin itu bisa mempunyai banyak jamaah yang tersebar di

Indonesia.

Putra dari pasangan H. Ilham Marzuki dan Hj. Nurhayati. “Ipin”,

begitulah panggilan kecilnya. Ia tumbuh selayaknya anak-anak biasa.

Ayahnya masih keturunan ke tujuh Syeikh Al-Banjar, Ulama Kalimantan,

sementara ibunya Hj. Nurhayati kelahiran haruya, kabupaten Barabay.

Setahun setelah menikah, pasangan ini dikaruniai seorang putri pada tahun

1967, karena anak mereka perempuan betapa bahagianya ketika anak yang

kedua lahir adalah seorang bayi laki-laki.

Kalau diruntut asal usul/keturunannya, ia merupakan keturunan ketujuh

dari seorang ulama terkenal dari Banjar, Kalimantan Selatan yang bernama

Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, yang lahir pda tanggal 13 Safar 1122

H bertepatan dengan tahun 1710 M dan wafat pada tahun 1227 yang punya

silsilah sampai kepada Rasulullah.

Sejak kecil Muhammad Arifin Ilham dan saudara-saudaranya diajarkan

untuk mencintai ilmu. Beliaupun memiliki cita-cita tinggi untuk majukan

Islam. Pendidikan yang diterima dari orang tuanya menjadikan beliau orang

yang selalu prihatin pada keadaan disekelilingnya. Sejak kecil beliau terkenal

dengan jiwa sosialnya dan inilah yang menyebabkan beliau kokoh untuk

mengembangkan dakwah Islam.6

6

(14)

Dakwah yang diselingi dengan zikir bukan hanya mengingatkan tetapi

bisa lebih mendekatkan diri kita kepada Allah Swt. Karena disaat berzikir, kita

lebih merasakan penyesalan atas dosa-dosa yang pernah kita perbuat sehingga

kita memohon agar diberi ampunan Allah agar dijauhkan dari azab yang

pedih.

Maka dari itu, berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut di atas,

peneliti tertarik untuk meneliti metode dakwah Ustadz Arifin Ilham dengan

judul penelitian “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Terhadap Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas fokus, maka

permasalahannya pada respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran

Islam (KPI) angkatan tahun 2011 terhadap metode dakwah Mauidzah al

Hasanah Ustadz Arifin Ilham. Dengan melihat tingkat respon kognitif,

respon afektif, dan respon konatif setelah responden menyaksikan video

ceramah Ustadz Arifin Ilham yang di download dari situs Youtube.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif mahasiswa KPI

angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode

dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham?

2. Bagaimana respon afektif mahasiswa KPI angkatan tahun 2011 UIN

(15)

5

hasanah Ustadz Arifin Ilham?

3. Bagaimana respon konatif mahasiswa KPI angkatan tahun 2011 UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah mauidzah al

hasanah Ustadz Arifin Ilham?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Adapun Tujuan dari Penelitian ini, yaitu:

a. Untuk mengetahui respon kognitif mahasiswa Komunikasi Penyiaran

Islam angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap

metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham.

b. Untuk mengetahui respon afektif mahasiswa Komunikasi Penyiaran

Islam angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap

metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham.

c. Untuk mengetahui respon konatif mahasiswa Komunikasi Penyiaran

Islam angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap

metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi positif,

umumnya bagi para mahasiswa fakultas Dakwah dan Komunikasi

(FDK) dan khususnya bagi mahasiswa jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam (KPI) dalam mempelajari metode dakwah khususnya

(16)

b. Manfaat Praktis

Agar dapat menambah wawasan sekaligus menjadi masukan bagi

para pengaji dan peneliti sebagai pijakan para pengembang dakwah

yang siap memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang dakwah

mauidzah al hasanah.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian dan penulisan, penulis terlebih dahulu

melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi (FIDKOM) dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, sebelumnya telah ada judul skripsi berjudul :

1. “Telaah Retorika Dakwah Muhammad Arifin Ilham” yang disusun oleh

Hifzanul Hanif dengan NIM 105051001969 pada tahun 2013 Fakultas

Dakwah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Membahas tentang retorika

yang dibawakan Ustadz Arifin Ilham.

2. “Analisis Produksi Program Dakwah Cahaya Ibadah Ustad Arifin Ilham”

yang disusun oleh Muhammad Ilyas Ali dengan NIM 108051000186 pada

tahun 2013 Fakultas Dakwah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Membahas tentang analisis produksi program Dakwah Cahaya Ibadah.

3. “Respon Jamaah Majelis Dzikir As-Samawat Terhadap Metode Dakwah

KH. Sa’adih Al-Batawi di Puri Kembangan Jakarta Barat”, yang disusun

oleh Lianasari dengan NIM 1040510011908 pada tahun 2008 Fakultas

Dakwah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Membahas tentang

bagaimana respon Jamaah Majelis Dzikir As-Samawat Terhadap Metode

(17)

7

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, karena

pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah

perhitungan angka yang tepat. Pendekatan kuantitatif ini merupakan salah

satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang

dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.7

Metode kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar

respon Mahasiswa dan Mahasiswi KPI terhadap metode dakwah mauidzah

al hasanah Ustadz Arifin Ilham.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini pada bulan September 2013

hingga bulan Desember 2013 dan bertempat di Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah metode dakwah Ustadz Arifin

Ilham. Sedangkan objeknya adalah respon mahasiswa Komunikasi dan

Penyiaran Islam Angkatan 2011. Dalam menentukan objek ini penulis

menggunakan pengambilan sampel proporsional.

4. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan objek pengamatan atau fenomena

yang diteliti.8 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni variabel

bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

(18)

Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel terikat atau variabel dependent adalah variabel yang sedang

dianalisis tingkat kepengaruhannya oleh variabel independent. Dalam

hal ini variabel terikatnya adalah Respon Mahasiswa Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam angkatan tahun 2011.

Respon mahasiswa

Suatu tanggapan , sikap dan reaksi terhadap stimulus atau rangsangan

yang diterima oleh komunikan dari komunikator, dalam hal ini

tanggapan yang diberikan oleh mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran

Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan dalam bahasan kali ini

respon ada tiga bagian yang meliputi:

1. Respon kognitif

a. Definisi operasional

Adalah respon secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan

pada apa yang diketahui dan dipahami.

b. Indikator

apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci.

b. Indikator

Perasaan

(19)

9

3. Respon konatif

a. Definisi operasional

Merupakan tingkah laku atau sikap yang merujuk pada perilaku

yang nyata dapat diamati yang meliputi pola tindakan,

kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.

b. Indikator

Tindakan

Kebiasaan

b. Variabel bebas atau variabel independent adalah variabel yang sedang

dianalisis pengaruhnya terhadap variabel terikat. Dalam hal ini variabel

bebasnya adalah metode dakwah Ustadz Arifin Ilham.

Metode dakwah mauidzah al hasanah

(20)

5. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada

suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan

masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang

lingkup yang dapat diteliti.9

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah keseluruhan

mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun angkatan 2011-2012, yang mana pada setiap kelasnya

masing-masing terdiri dari, Komunikasi Penyiaran Islam kelas A

berjumlah 32 orang, kelas B berjumlah 37 orang, kelas C berjumlah 33

orang, kelas D 31 orang, kelas E berjumlah 29 orang. Jika keseluruhan

dijumlah maka menghasilkan sebanyak 162 mahasiswa jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam. Untuk mendapatkan jumlah nilai sampel

dari total populasi, maka penulis menggunakan rumus Slovin10

Keterangan

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Standar Deviasi

Berdasarkan rumus Slovin diatas, maka diperoleh jumlah sampel yang

dapat mewakili populasi dengan menggunakan standar deviasi sebesar

10% (biasa digunakan dalam penelitian) yaitu sebesar:

9

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis isi dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011) edisi revisi, h. 74

10

(21)

11

= 62 orang

Dari perhitungan rumus slovin maka diperoleh jumlah sample

penelitian yang akan digunakan yaitu berjumlah 62 mahasiswa.

Hasil perhitungan yang diperoleh jumlah sampel yang dapat mewakili

populasi yaitu sebesar 62 mahasiswa, Sampel adalah bagian dari populasi

yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.11 Peneliti

dalam menentukan sampel menggunakan teknik pengambilan random

sampling, yaitu peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi

sehingga semua subjek dianggap sama.12 Dalam memudahkan dan

pemetaan penarikan jumlah sampel dari masing-masing kelas maka

dilakukan pembangian kuota sebagai berikut:

11

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis isi dan analisis data sekunder, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2011) edisi revisi , h.74

12

(22)

Dari hasil diatas diperoleh nilai sebesar 38,27% menunjukan bahwa

setiap jurusan diambil sampel sebanyak 38,27% dari total mahasiswanya,

sehingga diperoleh sampel untuk setiap jurusan adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Komposisi Porsi Penarikan Sampel

No Jurusan dan Kelas Jumlah populasi Jumlah Sampel

1 Komunikasi Penyiaran Islam kelas A 32 12

2 Komunikasi Penyiaran Islam kelas B 37 14

3 Komunikasi Penyiaran Islam kelas C 33 13

4 Komunikasi Penyiaran Islam kelas D 31 12

5 Komunikasi Penyiaran Islam kelas E 29 11

TOTAL 62

F. Sumber Data

Adapun data-data yang penulis gunakan sebagai berikut:

1. Data Primer

Yaitu data yang langsung diterima oleh responden melalui penelitian

lapangan dengan cara menyebarkan angket.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian keperpustakaan, untuk

mencari konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah data

(23)

13

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan datanya menggunakan metode yang

bersumber pada penelitian lapangan dengan menggunakan:

1. Angket atau kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan secara tertulis kepada responden.

2. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapat, agenda

dan sebagainya.13 Dokumen ini diambil apabila data tidak bisa diperoleh

dari hasil interview.

Data-data yang telah diperoleh kemudian diproses dengan beberapa

tahapan, yaitu:

1. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti,

ditelaah dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data yang

benar-benar sempurna.

2. Tabulating, yaitu mentabulasikan atau memindah jawaban-jawaban

responden kedalam table, kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa.

3. Analis dan interpretasi, yaitu membunyikan kata kuantitatif dalam bentuk

verbal (kata-kata), sehingga presentase menjadi bermakna.

4. Kesimpulan, yaitu penulis memberiukan kesimpulan dari hasil analisa dan

interpretasi data.

Adapun teknik penulisan skripsi, penulis menggunakan buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi,

dkk, yang diterbitkan CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13

(24)

H. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan jenis atau tipe

deskriptif, untuk menggambarkan populasi yang diteliti. Yang digambarkan

adalah respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, angkatan

2011-2012 terhadap tayangan video ceramah agama Ustadz Arifin Ilham.

Analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara

mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan dengan perhitungan data

statistik. Adapun teknik analisisnya menggunakan rumus :

1. Frekuensi Relatif

Keterangan : Fr : Jumlah Frekuensi

F : Frekuensi Jawaban Responden

: Jumlah Pengamatan

2. Mean adalah nilai rata-rata dari sebuah total bilangan. Jumlah nilai seluruh

pengamatan dibagi dengan banyaknya data.

Keterangan :

X = score rata-rata mean

(25)

15

Xi = Pengamatan14

3. Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan Skala Likert ketentuan

sebagaimana berikut:

a. Untuk pertanyaan positif diberikan skor sebagai berikut:

1) Sangat Setuju (SS) diberi skor 4

2) Setuju (S) diberi skor 3

3) Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

4) Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

b. Adapun nilai negatif diberikan skor sebagai berikut:

1) Sangat Setuju (SS) diberi skor 1

2) Setuju (S) diberi skor 2

3) Tidak Setuju (TS) diberi skor 3

4) Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4

4. Chi Kuadrat

Analisis Chi kuadrat digunakan untuk menentukan apakah terdapat

hubungan dari objek peelitian yaitu antara jenis kelamin dengan kategori

skala kognitif, afektif dan konatif.

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan sikap atau pengetahuan

mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap metode dakwah

Ustadz Arifin Ilham maka peneliti menggunakan rumus chi kuadrat.

I. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan dari penelitian ini,

maka penulis membuat sistematika penulisan penelitian sebagai berikut:

14

(26)

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan permasalahan masalah (latar belakang

masalah, rumusan masalah, dan batasan masalah), tujuan dan

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan yang merupakan

gambaran umum penulisan penelitian.

BAB II : Tinjauan Teoritis

Bab ini memuat ruang lingkup respon dan ruang lingkup dakwah.

BAB III : Gambaran Umum

Bab ini memuat profil jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan profil Ustadz Arifin Ilham.

BAB IV : Temuan Data dan Hasil Penelitian

Bab ini membahas tentang deskripsi responden, metode dakwah

Ustadz Arifin Ilham, respon mahasiswa KPI angkatan 2011

terhadap metode dakwah Ustadz Arifin Ilham dan analisa metode

dakwah Ustadz Arifin Ilham.

BAB V : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang

(27)

17 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Respons

Ruang lingkup respons terbagi atas pengertian responss, teori stimulus

respons, macam-macam respons, dan faktor-faktor terbentuknya stimulus

respons.

1. Pengertian Respons

Respons menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tanggapan,

reaksi dan jawaban terhadap segala suatu gejala atau peristiwa yang

terjadi.1

Sedangkan dalam kamus lengkap psikologi, respons adalah suatu

proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang, atau

berarti suatu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau

satu kuisioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas

kelihatan atau yang tersembunyi.2

Menurut beberapa tokoh mengenai definisi respons seperti Ahmad

Subandi, respons adalah sebagai istilah umpan balik (feed back) yang

memiliki peran atau pengaruh yang besar baik atau tidaknya suatu

komunikasi.3

Dan menurut Jalaludin Rakhmat, respons adalah suatu kegiatan dari

organisme itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap

1

DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), edisi ke-3, h.838

2

J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-9,h.432

3

(28)

jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat disebut juga

respons. Secara umum respons atau tanggapan dapat diartikan sebagai

hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan tentang subjek, peristiwa,

atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

dan menafsirkan pesan-pesan.4

Jadi, dapat disimpulkan respons merupakan timbal balik dari apa yang

dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi.

Komunikasi memperlihatkan jalinan sistem yang utuh dan berkiatan satu

dengan yang lain, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan secara

efektif dan efsisien apabila unsur-unsur didalamnya sesuai dan memahami

pesan yang disampaikan.

Dalam proses dakwah, respons akan terjadi pada para mad’u. Respons

tersebut timbul dari penyerapan pesan dari materi dakwah yang

disampaikan oleh da’i. Respons tersebut bisa bersifat positif dan bisa juga

negatif tergantung dari materi dakwah yang disampaikan itu sesuai atau

tidak dengan kebutuhan mad’u-nya.

2. Teori S-O-R

Dalam penelitian mengenai respon mahasiswa Jurusan Komunikasi

dan Penyiaran Islam terhadap metode dakwah Ustadz Arifin Ilham

tentunya berkaitan dengan teori respon.

Teori S-O-R (stimulus, organism, respons) yang berasal dari psikologi

dan kemudian menjadi teori komunikasi. Karena objek material dari

psikologi dan komunikasi. Karena objek material dari psikologi dan

4

(29)

19

komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi

komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konatif.

Menurut teori S-O-R, bahwa reaksi tertentu akan timbul akibat

stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan pesan yang disampaikan terhadap reaksi komunikan.5

Model dapat terlihat pada gambar berikut :

Gambar di atas menunjukkan bahwa komunikasi dapat berlangsung

apabila komunikan menaruh perhatian, pengertian, dan penerimaan

terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Setelah itu akan

dilanjutkan ke dalam proses berikutnya yaitu perubahan sikap, ini dapat

diartikan juga suatu respons atau tanggapan pesan tersebut.

Sedangkan stimulus yang dimaksud di atas dapat berupa kata-kata

verbal atau pun non verbal dari komunikator kepada komunikan.6

5

(30)

3. Macam – macam Respon

Menurut Jalaludin Rahmat, “respons dibagi menjadi tiga bagian,

yaitu :

a. Kognitif, yaitu respons yang timbul setelah adanya pemahaman

terhadap sesuatu yang terkait dengan informasi atau pengetahuan.

Terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, atau dipersepsi

oleh khalayak.

b. Afektif, yaitu respons timbul karena adanya perubahan perasaan

terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi, sikap dan nilai. Timbul

bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci

oleh khalayak.

c. Konatif, yaitu respons yang berupa tindakan, kegiatan atau kebiasaan

yang terkait dengan perilaku nyata. Merujuk pada perilaku nyata yang

dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau

kebiasaan berperilaku.”7

Jadi, respons merupakan tanggapan yang muncul karena adanya suatu

gejala atau peristiwa yang mendahuluinya. Dengan adanya stimulus

terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan terhadap khalayak

tentu akan timbul repons atau tanggapan.

4. Faktor-faktor penyebab terjadinya respons

Menurut Bimo Walgito dalam buku Psikologi Belajar, bahwa

terdapat dua faktor yang menyebabkan individu melakukan respon, yaitu:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu. Manusia

7

(31)

21

terdiri dari dua unsur yaitu; jasmani dan rohani, maka seseorang yang

mengadakan tanggapan terhadap suatu stimulus tetap dipengaruhi oleh

eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu kedua unsur

tersebut, maka akan melahirkan respons yang berbeda intensitasnya

pada diri individu yang melakukan repons, atau akan berbeda

responsnya tersebut di antara satu orang dengan orang lain.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada linkungan. Faktor ini biasa

dikenal juga dengan faktor stimulus. Faktor ini berhubungan dengan

objek yang dimati, sehingga menimbulkan stimulus, kemudian

stimulus tersebut sampai pada indera yang menggunakannya.8

Jadi, dengan indera yang dimiliki, setiap individu dapat mengamati

segala suatu hal, atau suatu kegiatan yang ditimbulkan oleh daya stimulus,

sehingga timbullah suatu bayangan yang tertinggal dalam ingatan setelah

adanya pengamatan, dan kemudian dapat ditimbulkan kembali sebagai

jawaban atau tanggapan. Oleh karena itulah, setiap individu dapat

mengingat kembali segala sesuatu yang telah dilihat, didengar maupun

dirasakan.

B. Ruang Lingkup Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara bahasa (etimologi) kata dakwah berasal dari bahasa Arab (da’a,

yad’u, da’wah) yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.9 Dalam

8

Bimo Walgito, Psikologi Belajar, (Jakarta: Reneka Cipta, 1997), h.6

9

(32)

kamus Al-Munawwir, dakwah berasal dari kata da’wah yang berarti

menyeru, memanggil ataupun mengajak.10 Dalam Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia, dakwah adalah penyiaran, propaganda, seruan untuk memeluk,

mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.11

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dakwah secara

bahasa berarti seruan atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang sejalan

dengan ajaran agama Islam.

Sedangkan dakwah secara istilah menurut Syamsuri Siddiq adalah:

“Segala usaha dan kegiatan yang disengaja dan berencara dalam wujud

sikap, ucapan dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan, baik

langsung atau tidak langsung yang ditujukan kepada perorangan,

masyarakat atau golongan supaya tergugah jiwanya, terpanggil hatinya

kepada ajaran Islam untuk selanjutnya mempelajari dan menghayati serta

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.” 12

Dalam Ensiklopedi Islam, dakwah secara istilah adalah setiap kegiatan

yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan

taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis akidah, syariat dan akhlak

Islamiyah.13

Syaikh Ali Mahfudz yang dikutip oleh Syamsuri Siddiq, memberi

batasan mengenai dakwah sebagai membangkitkan kesadaran manusia atas

10

A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), Cet. Ke-2, h.127

11

Frista Amanda W., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media), h.232

12

Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, (Bandung: PT. Al-Ma'arif, 1981), Cet. Ke-1, h.8

13

(33)

23

kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah

dari pekerjaan yang munkar supaya mereka memperoleh kebahagiaan di

dunia dan akhirat.14

Dalam hal ini, pengertian yang diberikan oleh Quraish Shihab tentang

dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha

mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik

terhadap pribadi maupun masyarakat.15

Dari beberapa pendapat tokoh di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa dakwah adalah penyampaian ajaran agama Islam yang bertujuan

agar orang lain melaksanakan ajaran agama dengan sepenuh hati. Dakwah

Islam dapat dipandang sebagai proses dan peristiwa. Dakwah dikatakan

sebagai proses, karena dakwah merupakan usaha untuk merubah suatu

keadaan menjadi keadaan yang lebih baik dan sempurna menurut tolok

ukur Islam. Sedangkan dakwah sebagai peristiwa adalah aktualisasi iman

manusia yang dimanifestasikan ke dalam suatu kegiatan dalam bidang

kemasyarakatan sebagai usaha mewujudkan ajaran Islam pada semua segi

kehidupan manusia.

2. Unsur-unsur Dakwah

Dakwah memiliki beberapa unsur yang saling terkait satu sama lain.

Unsur-unsur tersebut akan selalu ada disetiap kegiatan dakwah. Adapun

unsur-unsur dakwah meliputi: subjek dakwah (da’i), objek dakwah

(mad’u), materi dakwah, metode dakwah, dan tujuan dakwah.

14

KHA. Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, h.8

15

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

(34)

a. Subjek Dakwah (da’i)

Orang yang melakukan dakwah disebut subjek dakwah. Istilah

yang sering digunakan untuk orang yang melakukan dakwah (subjek

dakwah) adalah da’i. Da’i (isim fail) artinya orang yang menyeru.

Tetapi karena proses memanggil atau menyeru tersebut juga

merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan

tertentu maka pelakunya dikenal juga dengan istilah muballigh.16 Di

Indonesia orang yang berdakwah selain dipanggil dengan istilah da’i

dan muballigh, juga digunakan istilah ustadz, ustadzah, kiyai, dan

lain-lain.

Da’i sebagai subjek dakwah dapat dibedakan menjadi dua bagian,

pertama da’i dalam kriteria umum dan yang kedua da’i dalam kriteria

khusus.Dalam pengertian umum, maka tiap-tiap pribadi muslim

menjadi da’i bagi dakwah islamiyah. Hal ini dapat dilihat

kesesuaiannya dengan Surat At-Taubah ayat 71:

16

(35)

25

khusus yang memiliki spesifikasi dan profesional di bidangnya.

Sebagaimana dapat dipahami dari makna Surat Al Imran yang artinya:

“Hendaklah ada dari kalanganmu sekelompok umat yang bertugas

dalam bidang dakwah, meyeru ke jalan kebaikan, menyuruh yang

makruf, melarang yang munkar.” 17

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa da’i mengandung dua

pengertian:

1) Secara umum adalah setiap muslim yang berdakwah sebagai

kewajiban yang melekat tak terpisahkan dari missinya sebagai

penganut Islam, sesuai dengan perintah “Ballighu anni walau

ayah” yang artinya sampaikanlah walau satu ayat.

2) Secara khusus adalah yang mereka yang mengambil keahlian

khusus (muthakassis) dalam bidang dakwah Islam, dengan

kesungguhan luar biasa dan niat baik.

17

(36)

Dalam berdakwah seorang da’i harus memiliki akhlaqul

karimah sebagaimana yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Al

-Sunnah, seperti jujur, ikhlas, sabar, rendah hati dan sebagainya

sebagaimana diwariskan oleh Rasulullah.

Syekh al-Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ada tiga sifat

yang diperlukan seorang da’i, pertama berilmu (mengetahui)

sebelum memerintah dan melarang, kedua besikap lembut dan

ketiga sabar.”

b. Objek Dakwah

Dalam dakwah selain terdapat subjek dakwah ada juga yang

dinamakan objek dakwah. Objek dakwah adalah orang yang menjadi

sasaran dalam berdakwah (mad’u). Dalam menyampaikan dakwahnya

seorang da’i harus memperhatikan mad’u-nya agar pesan dakwah

mudah diterima oleh mad’u yang kemudian dapat dipraktekkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Mad’u merupakan peserta dakwah, baik laki-laki atau perempuan,

baik anak-anak atau orang dewasa, perorangan atau kolektif. Mad’u

bersifat heterogen, baik dari sudut ideologi, status sosial, kesehatan,

pendidikan, dan lain-lain.18

c. Materi dakwah

Salah satu hal yang terpenting dalam dakwah adalah materi (pesan)

dakwah itu sendiri. Materi dakwah adalah isi dakwah yang akan

18

(37)

27

disampaikan oleh da’i kepada mad’u mengenai berbagai ajaran-ajaran

Islam, hukum Islam, sejarah Islam, dan lain sebagainya yang

bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah agar mereka mengetahui,

memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari kata “meta” (melalui) dan

hodos” (jalan, cara).19 Jadi metode dakwah adalah suatu cara untuk

mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien.

Bentuk-bentuk metode dakwah terdapat di Al-Qur’an yang ada

dalam surat an-Nahl ayat 125:

Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula.

Sesungguh-Nya Tuhanmu adalah yang Maha Mengetahui terhadap

orang yang sesat dari jalan-Nya, dan Dia mengetahui

19

(38)

orang yang diberi petunjuk.”

sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu

pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu

melaksanakan apa yang didakwahkan, atas kemauan sendiri, tidak

merasa adanya paksaan, konflik maupun rasa tertekan.20

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi: bi

al-hikmah ialah dakwah dengan menggunakan perkataan yang

benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan

menghilangkan keraguan.

Dakwah bi al-hikmah yng berarti dakwah bijak, mempunyai

makna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u.

Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan realistis

sebagaimana tantangan dan kebutuhan, dengan selalu

memperhatikan tingkat kemampuan pemikiran dan intelektual,

suasana psikologis dan sosial kultural mad’u.21

Dengan demikian dakwah bi al-hikmah yang merupakan

metode dakwah bijak, akan selalu memperhatikan kondisi mad’u

20Siti Muriah, “

Metodologi Dakwah Kontemporer”, (Yogyakarta: Mitra Pusaka, 2000),

Cet. Ke-1, h. 29

21

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Presfektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan

(39)

29

dalam hal:

a) Keadaan psikologis mad’u yang menjadi objek dakwah

b) Kadar pemikiran, tingkat pendidikan, dan intelektualitas mad’u

c) Suasana dan situasi sosial kultural mad’u.

2) Mauidzah al Hasanah (nasehat yang baik)

Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa mauidzah al hasanah

adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik diamana ia

dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkan, atau

argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak mad’u dapat

membenarkan apa yang disampaikan oleh da’i.”22

Siti Muri’ah berpendapat bahwa mau’idzah al hasanah adalah

tutur kata, pendidikan dan nasehat yang baik. Nasehat yang baik

maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan

cara baik, berupa petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan

bahasa yang baik, yang dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut

dapat diterima oleh mad’u.23

Penyampaian mau’idzah hasanah dapat dilakukan melalui

berbagai bentuk, antara lain:

a) Dalam bentuk menuturkan tentang kisah-kisah keadaan umat

masa lalu, baik yang taat menjalankan perintah Allah SWT,

seperti Rasul, para sahabat Nabi, orang-orang shaleh, dan

lain-lainnya.

22

Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), h. 121

23Siti Muriah, “Metodologi Dakwah Kontemporer”, (Yogyakarta: Mitra Pusaka, 2000),

(40)

b) Dalam bentuk memberi peringatan atau mengabarkan berita

gembira (ancaman atau janji).

c) Dalam bentuk melukiskan keadaan surga dan penghuninya

serta keadaan neraka dan penghuninya.

d) Dalam bentuk mengungkapkan perumpamaan-perumpamaan,

mencari kesamaan-kesamaan. Misalnya, untuk meyakinkan

bahwa bumi, langit, dan isinya merupakan ciptaan Allah SWT,

sebab tidaklah mungkin ada suatu ciptaan tanpa ada yang

menciptakannya.24

Menurut Asep Muhiddin, dakwah mau’idzah hasanah perlu

memperhatikan faktor-faktor berikut:

a) Tutur kata yang lembut.

b) Menghindari sikap sinis dan kasar.

c) Tidak menyebut-nyebut kesalahan atau bersikap menghakimi

orang yang diajak bicara.

Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dimengerti bahwa

dakwah mau’idzah hasanah adalah yang paling mudah dilakukan

dengan memberi nasehat-nasehat yang baik dengan penyampaian

menggunakan tutur kata yang lembut sehingga lebih mudah

dipahami oleh mad’u.

3) Mujadalah (berdiskusi dengan cara yang baik)

Metode dakwah yang ketiga ini juga disebutkan dalam

24

(41)

31

Qur’an surat An-Nahl ayat 125 yakni wa jadilhum bi al-lati hiya

ahsan. Metode ini merupakan upaya dakwah melalui jalan

bantahan, diskusi, atau berdebat dengan cara yang baik, sopan

santun, saling menghargai dan tidak arogan.25

Mujadalah berarti berdiskusi dengan cara yang paling baik dari

cara-cara berdiskusi yang ada. Cara ini biasanya dilakukan untuk

manghadapi mad’u yang bersifat kaku dan keras, sehingga ia

mungkin mendebat, membantah dan lain sebagainya. Mujadalah

adalah cara terakhir yang digunakan dalam berdakwah, manakala

dua cara sebelumnya tidak mampu. Biasanya cara ini digunakan

untuk orang-orang yng taraf berpikirnya maju dan kritis.26

Dakwah dengan cara mujadalah ini hendaklah dilakukan

dengan menyebutkan segi-segi persamaan antara pihak-pihak yang

berdiskusi, kemudian dibahas masalah-masalah perbedaan dari

kedua belah pihak. Dengan demikian, kedua belah pihak akan lebih

saling menghargai. Dan juga tidak saling menjelek-jelekkan atau

merendahkan pihak lawan karena tujuan berdiskusi hanya untuk

mencari kebenaran sesuai dengan ajaran Allah SWT.

e. Media Dakwah

Media berarti perantara yang berasal dari bahasa Yunani “media” jamaknya “median”. Adapun menurut istilah adalah segala sesuatu

25

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Presfektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan

Wawasan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h. 167

26

(42)

yang dapat dijadikan alat atau perantara untuk mencapai tujuan

tertentu.27

Hamzah Ya’qub mengartian media sebagai alat objektif yang

menjadi saluran yang menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen

yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah.

Antara metode dengan media dakwah sangatlah berkaitan erat,

karena apapun metode yang dilakukan pastilah di dalamnya

membutuhkan media sebagai alat perantara.

Media dakwah menjadi lima golongan besar, yaitu:

1) Lisan, seperti khutbah, pidato, ceramah, diskusi, dan lain-lain.

2) Tulisan, seperti buku, majalah, koran, dan lain-lain.

3) Lukisan, seperti gambar hasil seni lukis, foto, dan lain-lain.

4) Audio visual, seperti televisi, wayang, dan lain-lain.

5) Perilaku atau suri tauladan, berbuat baik, menjenguk orang yang

sakit, menolong sesama, dan lain-lain.28

f. Tujuan Dakwah

Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin

dicapai atau diperoleh keseluruhan tindakan dakwah. Untuk

tercapainya tujuan utama inilah, penyusunan semua rencana dan

tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.

Tujuan utama dakwah sebagaimana telah dirumuskan ketika

memberikan pengertian tentang dakwah adalah terwujudnya

kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang

27

Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), h. 163

28 Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung:

(43)

33

diridhai Allah SWT.29

Jadi, dengan tercapainya tujuan dakwah kita mempunyai

kepribadian muslim yang kuat sehingga kita bisa mendapatkan

kehidupan bahagia yang diridhai Allah SWT baik di dunia maupun di

akhirat.

29

(44)

34

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

A. Sekilas Tentang Muhammad Arifin Ilham

1. Riwayat Hidup

H. Muhammad Arifin Ilham, dilahirkan di Banjarmasin pada 8 Juni

1969. Putra dari pasangan H. Ilham Marzuki dan Hj. Nurhayati. “Ipin”,

begitulah panggilan kecilnya. Ia tumbuh selayaknya anak-anak biasa.

Ayahnya masih keturunan ke tujuh Syeikh Al-Banjar, Ulama Kalimantan,

sementara ibunya Hj. Nurhayati kelahiran Haruya, kabupaten Barabay.

Setahun setelah menikah, pasangan ini dikaruniai seorang putri pada tahun

1967, karena anak mereka perempuan betapa bahagianya ketika anak

yang kedua lahir adalah seorang bayi laki-laki.

Sejak kecil Muhammad Arifin Ilham dan saudara-saudaranya diajarkan

untuk mencintai ilmu. Beliaupun memiliki cita-cita tinggi untuk majukan

Islam. Pendidikan yang diterima dari orang tuanya menjadikan beliau

orang yang selalu prihatin pada keadaan disekelilingnya. Sejak kecil beliau

terkenal dengan jiwa sosialnya dan inilah yang menyebabkan beliau kokoh

untuk mengembangkan dakwah Islam.1

Masa kecil Arifin dihabiskan di kampung halamannya, Banjar

Banjarmasin Kalimantan. Pendidikan dasar keagamaannya ia dapatkan

langsung dari ayahnya. Saat berusia lima tahun Arifin Ilham dimasukkan

ke TK Aisiyah dan setelah itu langsung ke sekolah SD Muhammadiyah

tidak jauh dari rumahnya yang di Banjarmasin.

(45)

35

Di SD Muhammadiyah ini beliau hanya sampai kelas tiga karena

berkelahi dengan teman sekelasnya. Kemudian oleh ayahnya Arifin

dipindahkan ke SD Rajawali Banjarmasin. Meskipun nakal Arifin berhasil

lulus SD dengan baik. Nilai pendidikan agamanya biasa-biasa saja namun

pengetahuan umumnya cukup bagus sehingga ia bisa masuk SMP Negeri I

Banjarmasin, sekolah favorit di ibu kota Kalimantan Selatan itu.

Semenjak kecil Arifin sudah menjadi anak masjid. Ia menikuti jejak

ayahnya, maklum ayahnya seorang aktifis masjid Sabil Al-Muhtadin dan

masjid Al-Jihad di Banjarmasin. Sehingga menular kepada anak laki

satu-satunya dari lima bersaudara itu. Di masjid ini ada ustad yang menjadi

tauladan Arifin namanya KH. Rofi’i Hamdi, ustad ini dikenal dengan tutur

kata dan perilaku yang lembut. Kelembutan yang mengesankan Arifin

kecil hingga ia kelak ingin menjadi seorang penceramah seperti ustad

Rofi’I atau setidak-tidaknya seorang guru.2

Selepas menyelesaikan sekolah dasar (SD) Arifin sempat mengenyam

sekolah menengah pertama (SMP) selama setahun di Banjar. Karena tidak

kerasa oleh ayahnya Arifin dikirim ke salah satu pesantren di daerah

Bintaro Jakarta Selatan, tepatnya di Pesantren Darun Najah pada tahun

1983 dan dilanjutkan di Asyafi’iyah pada tahun 1988 sampai 1989.3

Setahun kemudian ia berhasil lulus Aliyah dan mendapatkan rangking

ketiga. Di pondok ini keahlian pidatonya semakin mahir dan banyak

2

M.Arifin Ilham, Menggapai Kenikmatan Zikir, (Jakarta: Mizan,2004), cet.ke-1, h.35

3

Syamsul Yakin, Menghampiri Ilahi Melalui Zikir Taubah: Ikhtiar M. arifin Ilham

Membangun Masyarakat Spiritual Humanis, (Depok: Dar al-Akhyar Semesta Ilmu (DASI),

(46)

dikenal orang. Beberapa kali ia meraih juara pidato baik di Asyafi’iyah

maupun anata pesantren se-Indonesia dan internasional. Karena

kemamapuannya berceramah meski usianya masih remaja Arifin kerap

keluar kandang mengisi pengajian di luar pesantren.

Setamat dari Aliyah, Arifin melanjutkan studi ke Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarta, Jurusan Hubungan

Internasional. Gelar S1 diraihnya pada tahun 1995. Semasa kuliah ia

sering pindah-pindah tempat kos dari Grogol, Kebon Jeruk, Cibubur

sampai Pasar Minggu. Perjuangannya untuk menyelesaikan kuliah ternyata

tidak kecil. Misalnya buku-buku pelajarannya dibeli dari uang ngamen di

terminal, bahkan ia tak malu berjualan baju bekas agar bisa membayar

uang kuliah, pernah pula ia menjadi kenek (kondektur) angkutan umum

jurusan Cililitan-Cibubur pada malam. Arifin juga pernah mencoba

peruntungan dengan berdagang mie rebus di terminal Pasar Minggu. Dari

dagang mie rebus itulah ia berhasil mengumpulkan uang untuk

menunaikan ibadah haji pada tahun 1994 setahun sebelum wisuda.

2. Aktifitas Dakwah

Setelah meraih gelar S-I, aktifitasnya mulai lancar yaitu mengajak

orang-orang untuk meninggalkan segala macam perbuatan yang

bertentangan dengan nilai-nilai atau ajaran yang terkandung dalam

Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Yang lebih terkenal dengan

sebutan dakwah Islam. Ia berdakwah bukan hanya di kota Jakarta tetapi

(47)

37

Balik Papan, Samarinda, dan Banjarmasin. Bahkan ia pernah berceramah

di Singapura. Sampai pada tahun 1996 beliau digigit ular peliharaannya,

Karena beliau adalah termasuk orang yang penyayang binatang.

Sebelum digigit ular beliau sudah bermimpi akan digigit ular dua kali

berturut-turut. Setelah digigit ular, ustadz Arifin Ilham mengalami koma

yang cukup lama hampir setengah bulan. Selama dua puluh satu hari

dalam keadaan koma yang cukup lama tersebut banyak perubahan yang

terjadi pada dirinya, seperti diceritakan oleh Ustadz Arifin Ilham, selama

kritis beliau mendapat pengalaman spiritual yang sangat luar biasa. Di

alam bawah sadarnya ia merasa berada di sebuah kampung, ditemuinya

sebuah masjid lalu ia masuk ke dalam masjid tersebut. Di dalam masjid itu

telah menunggu tiga shaf para jamaah dengan menggunakan pakaian

putih-putih. Salah satu jamaah dari mereka memintanya untuk memimpin

mereka berdzikir.

Keesokan harinya ia bermimpi kembali, hanya saja sedikit berbeda

kali ini ia merasa berada di tengah kampung yang penduduknya berlarian

ketakutan karena kedatangan beberapa orang yang dianggap sebagai

jelmaan setan. Melihat kehadiran dirinya, para penduduk meminta dirinya

menjadi penolong mereka untuk mengusir setan-setan itu.

Hari berikatnya ia bermimpi, kali ini ia diminta oleh seorang bapak

untuk mengobati istrinya yang sedang kesurupan. Mendengar permintaan

(48)

Berkat izin Allah, istri bapak tersebut tertolong dan sembuh. 4

Setelah sembuh dari koma dan berbekal pengalaman-pengalaman gaib

yang dialaminya, Ustadz Arifin Ilham memantapkan hatinya untuk

menjadi pengingat manusia agar tidak lupa berdzikir. Ternyata lewat

proses gigitan ular, Allah SWT menjadikan anak muda ini memimpin

majelis dzikir yang jamaahnya kini mencapai ribuan, dari segala status dan

segala penjuru. Walaupun kondisinya tidak jauh lebih baik, Ustadz Arifin

Ilham mengalmi perubahan suaranya, tetapi tidak ada yang mengetahui

rencana Allah, justru dengan suaranya itu Ustadz Arifin Ilham semakin

mudah dikenal para jamaah dan masyarakat luas.

Musibah (digigit ular) tersebut, kemudian dia pahami sebagai sebuah

teguran dari Allah atas kesombongannya selama menjadi da’i sebelum ia

digigit ular. Sebab selama itu ia merasa paling pintar, paling takwa, paling

beriman dan paling soleh. Kesadaran ruhani inilah oleh Ustadz Arifin

Ilham dijadikan landasan dzikir yang dilakukan sampai saat ini.

Pada awalnya kegiatan dzikir tersebut hanya dilakukan sendiri saja

karena manfaatnya yang dirasakannya besar maka ia mengajak kepada

masyarakat setempat untuk melakukan dzikir setiap hari seperti yang

beliau lakukan. Pada mulanya jamaah yang hadir berjumlah tujuh orang

saja, berkat keistiqomahan para jamaah dan kegigihan Ustadz Arifin Ilham

kegiatan dzikir ini kemudian berkembang dan mendapat respon positif dari

masyarakat dan para jamaah yang hadirpun semakin bertambah hingga

memenuhiruangan Masjid Al-Amru Bi al-Taqwa.

4

(49)

39

Masjid Al-Amru Bi al-Taqwa sebelumnya adalah sebuah taman yang

digunakan untuk sarana bermain oleh sebagian masyarakat perumahan

tersebut. Karena daerah tersebut belum memiliki sarana ibadah maka

masyarakat setempat sepakat agar taman tersebut dijadikan sebuah masjid

sebagai saran ibadah dan dakwah di daerah tersebut. Maka pada tahun

1995 didirikanlah sebuah masjid yang diberi nama Masjid Al-Amru Bi

al-Taqwa. Nama masjid tersebut diambil dari nama salah satu guru Ustadz

Arifin Ilham yang bernama Ustadz Irfan Amara Bi al-Taqwa.

Pada saat itu kegiatan dzikir hanya bertempat di Masjid Al-Amru Bi

al-Taqwa dan bentuknya hanya sebuah majelis. Pada tahun 2000 Ustadz

Arifin Ilham muli mengembangkan kegiatan dzikir tersebut. Seiring

dengan perjalanan dakwah dan sosial melalui ceramahnya beliau

memperkenalkan dan mengajak masyarakat untuk megikuti kegiatan dzikir

dan do’a yang dilakukannya.

Banyak para jamaah yang menginginkan agar kegiatan dzikir ini tidak

hanya berfokus pada satu kajian saja tetapi lebih mengembangkan kegiatan

dakwahnya. Atas usulan dari para jamaah tersebut maka Ustadz Arifin

Ilham mendirikan majelis dzikir yang bernama al-dzikra. Kata al-dzikra

itu sendiri artinya “mengingatkan”, maksudnya adalah mengingatkan

kembali kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah yang kemudian dzikir ini

dikenal dengan dzikir taubat artinya bahwa orang yang bertaubat berarti ia

telah kembali dari sesuatu yang dicela oleh agama Islam menuju sesuatu

yang disenangi oleh Islam.

(50)

kehadiran para jamaahnya, maka pada bulan Ramadhan 1422 H

diselenggarakan dzikir akbar di Masjid Agung At-Tin Taman Mini

Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur pada tanggal 18 Agustus 2001 dan

jumlah jamaah yang hadir sekitar 7000 orang. Sejak saat itulah dzikir

Ustadz Arifin Ilham dikenal oleh masyarakat banyak sehingga setiap kali

dzikir dilaksanakan selalu hadir banya jamaah.

Kegiatan dzikir yang pada awalnya hanya dilakukan di satu tempat

dan waktunya hanya satu bulan sekali, kini berkembang pesat dan

jamaahnya dari berbagai tempat. Nuansa putih pun selalu menyelimuti

majelis dzikir al-dzikra, mulai dari tempat hingga pakaian para jamaah

watak dan akhlak beliau yang ada pada dirinya adalah sebagai berikut:

Pertama, berkemauan keras. Berdasarkan pengakuan namanya, Ustadz

Arifin Ilham itu orangnya keras dalam berkemauan, sehingga dia akan

berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan kemauannya. Seperti halnya

dia berkeinginan untuk melanjutkan ke pesantren modern. 5

Kedua, pekerja keras. Ketika masa-masa berkecimpung sebagai

mahasiswa, Arifin sudah enggan menerima bantuan keuangan dari orang

tua. Untuk itu beliau bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

5

(51)

41

dengan menjadi knek angkutan umum, bahkan pernah menjadi pengamen.

Sampai saat ini, Ustadz Arifin Ilham terus melanjutkn tradisi sebagai

pekerja dengan membuka sebuah ruko di kawasan Depok dan menjadi

salah satu komisaris pada salah satu perusahaan travel dan logistik.

Menurut pengamatan penulis, penghasilan dari dakwahnya dan

ceramahnya selalu disedekahkan. Sedangkan kebutuhan sehari-hari beliau

peroleh dari berbisnis.6

Ketiga, dermawan. Sejak kecil, menurut namanya sifat dermawan

Ustadz Arifin Ilham sudah kelihatan. Sang mamah menceritakan bahwa

pada suatu kali ada temannya yang suka dan tertarik pada baju Ustadz

Arifin Ilham yang dibelikan mamanya. Setelah temannya berterus terang

pada Arifin Ilham, Ustadz Arifin Ilham memberikannya baju tersebut.

Sampai saat ini, Ustadz Arifin Ilham selalu membiasakan bersedekn setiap

hari sebagai zakat amaliah dari zikir tobatnya.7

Keempat, ikhlas. Ikhlas adalah inti dari ibadah. Tanpanya ibadah tidak

akan bernilai dihadapan Allah. Walaupun sifat ikhlas merupakan pekerjaan

hati dan sangat rahasia, akan tetapi efeknya dapat dilihat dari perilaku

seseorang. Diantara hasil pengamatan penulis terhadap cermin atau

refleksi keikhlasan Ustadz Arifin Ilham dalam berdakwah, dapat diterka

dari adanya tarif yang dikenakan pada setiap ceramah dan zikirnya.

Bahkan di satu acara halal bihalal pada salah satu jamaahnya, Ustadz

Arifin Ilham tidak meminta imbalan apapun. Informasi ini didapat dari

6

Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah, h. 32

7

(52)

jamaah yang mengadakan acara tersebut dan ketiadaan ujrah tersebut telah

disampaikan pada hari sebelum pelaksanaan acara. Ustadz Arifin Ilham

dalam beberapa kesempatan selalu menyampaikan bahwa yang beliau cari

adalah ridha Allah dan surge-Nya. Memang benar, da’i muda ini tidak

menggantungkan hidupnya dari hasil zikir dan ceramahnya. Sebagaimana

telah diungkapkan sebelmnya, dia punya usaha sendiri dalam memenuhi

kebutuhannya.8

Kelima, sederhana. Pada pagi hari seusai sholat subuh, penulis sempat

berbincang-bincang di rumahnya yang memang cukup sederhana untuk

seseorang yang punya penghasilan Ustadz Arifin Ilham. Salah satu isi

perbincangan tersebut ialah mengenai kesederhanaan dan kemewahan.

Menurut Ustadz Arifin Ilham memanfaatkan kemewahan dalam Islam

tidak dilarang. Tetapi, dia lebih memilih kesederhanaankarena itu gaya

hidup Nabi dan sahabatnya. Adapun dua rumah yang dimilikinya, salah

satunya adalah hadiah dari jamaahnya dan dipergunakan tamu yang

menginap untuk mengikuti acara zikir keesokan harinya. Begitu pula

dengan dua mobil, salah satunya merupakan hadiah dari kolega

perusahaannya dan dipergunakan untuk kepentingan dakwah, sedangkan

yang satunya lagi digunakan untuk kepentingan keluarga.9

Keenam, rendah hati. Dalam setiap kesempatan Ustadza Arifin Ilham

selalu mengatakan bahwa di majelis Al-dzikra yang dipimpinnya, beliau

tidak berkedudukan sebagai mursyid atau guru. Dia selalu menegaskan

8

Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah,

9

(53)

43

bahwa Ustadz Arifin Ilham sama seperti jamaah lai yang masih butuh

belajar. Oleh karena itu pada setiap pengajian malam Rabu, yang dia sebut

sebagai malam terbiah, Ustadz Arifin belajar bersama-sama dengan para

jamaah kepada seorang Ustadz yang mengisi pengajian yang terdiri dari

para pakar keagamaan sebagai Pembina sekaligus pengawas majelis dan

Ustdaz Arifin Ilham. Dari situlah kerendahan hatinya sebagai seorang

pemimpin majelis zikir dapat terlihat.10

Ketujuh, terbuka untuk dikritik. Hal ini sebetulnya merupakan

konsekuensi logis dari kerendahan hatinya, sebab Ustadz Arifin Ilham

sendiri betul-betul menyadari akan kebutuhan dan kekurangan ilmu yang

dimilikinya. Kendatipun, Ustadz Arifin Ilham merupakan sosok yang

gemar belajar, banyak membaca, dan dia juga menguasai bahasa Arab dan

Inggris. Jadi, sebetulnya cukup mumpuni dalam bidang keagamaan.

Namun itulah sosok da’i yang rendah hati. Beliau selalu bersikap ramah

dan senang menerima kritik setajam apapun, karena baginya kritik itu bisa

mengingatkan dan memacu untuk terus belajar.11

4. Karya-Karya Ustadz Arifin Ilham

Dalam kurun waktu yang tidak lama di tengah-tengah kesibukan

dalam memimpin majelis zikir, Ustadz Arifin Ilham dapat menerbitkan

beberapa buku diantaranya: hakikat zikir (jalan taat menuju Allah), dalam

buku ini memberikan panduan, kiat-kiat untuk mensucikan jiwa, yang

pada akhirnya bermuara pada satu titik akhir adalah bahwa naungan ridha

10

Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah, h. 44.

11

Gambar

Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas .....................................
Tabel 1 Komposisi Porsi Penarikan Sampel
gambaran umum penulisan penelitian.
Gambar  di atas menunjukkan bahwa komunikasi dapat berlangsung
+7

Referensi

Dokumen terkait

TANGGAPAN MAHASISWA JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI TERHADAP PENYEBARAN INFORMASI.. ISLAM RADIKAL

Manfaat yang bisa diambil dalam penelitian ini adalah sebagai pengembangan keilmuwan mahasiswa mengenai metode dakwah dengan menggunakan media, khususnya media

Berdasarkan kerangka teori dalam penelitian ini maka penelitian tentang Respon mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Jakarta terhadap program acara Hikayat di Indosiar, karena pada dasarnya

adalah “ Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam Membina Aqidah Santri Muallaf di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center- Tangerang Selatan

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa metode dakwah fasilitator pada kegiatan tafakkuran dapat diterima dengan baik oleh jamaah yang mengikutinya, hal

An-Nisa’ (4): 1 kesimpulan dari kajian yang dilakukan berupa rumusan metode- metode dakwah Demonstrasi metode dakwah di kelas Memahami ayat- ayat al-Qur’an yang

Poster dakwah Himaprodi KPI berubah setiap sembilan postingan, dengan mengangkat tema dibutuhkan oleh warganet pengguna (followers) instagram Himaprodi KPI, seperti ajakan