RESPON MAHASISWA
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
TERHADAP METODE DAKWAH USTADZ ARIFIN ILHAM
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun oleh : FAHRIZAL NIM : 109051000193
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i FAHRIZAL
109051000193
RESPON MAHASISWA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM TERHADAP METODE DAKWAH USTADZ ARIFIN ILHAM
Dakwah merupakan kewajiban setiap individu muslim kapan pun dan dimana pun berada. Berdakwah tidak dapat dilaksanakan dengan asal-asalan, melainkan harus dengan metode. Karena yang diseru adalah manusia yang mempunyai pikiran dan pendirian. Dakwah juga merupakan kegiatan utama dalam syiar Islam. Keberhasilan syiar Islam ditentukan pada keberhasilan dakwah.
Ustadz Arifin Ilham merupakan salah satu da’i yang populer di masyarakat. Salah satu faktor yang menarik ratusan hingga ribuan jamaah karena beliau dalam berdakwah bertutur kata baik, lembut dan banyak memberi nasehat-nasehat kepada jamaahnya. Ciri-ciri dakwah tersebut termasuk dalam bentuk metode dakwah mauidzah al hasanah. Dalam surat an-Nahl ayat 125, metode dakwah terdapat tiga bentuk, yaitu bi al hikmah, mau’idzoh hasanah, dan
mujadalah.
Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu, bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif mahasiswa KPI angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori SOR yaitu
kepanjangan dari Stimulus-Organism-Respon menerangkan bahwa efek yang
muncul tergantung diterima atau ditolak. Komunikasi sendiri berlangsung jika ada perhatian dari komunikan mengerti, mengolah dan menerimanya sehingga muncul efek dengan wujud kesediaan merubah sikap.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa metode
dakwah Mauidzah al Hasanah yang digunakan Ustadz Arifin Ilham mampu
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmaannirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memeberikan nikmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah SAW,
yang tidak pernah lelah mengajak umatnya kepada jalan kebenaran untuk
menyelamatkan umatnya di dunia dan di akhirat.
Alhamdulillah, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
Terhadap Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham”. Walaupun cukup banyak
halangan dan rintangan yang dihadapi, baik itu bersifat malas, lalai dan lainnya.
Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini, walaupun penelitian ini mungkin masih banyak
kekurangan. Semua ini dapat terwujud karena banyaknya dukungan serta
motivasi kepada penulis.
Untuk itu penulis mengucakan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed selaku Pembantu Dekan I bidang akademik,
Drs. Jumroni, M.Si selaku pembantu Dekan II bidang administrasi umum dan
Dr. Sunandar, MA selaku Pembantu Dekan III bidang kemahasiswaan.
2. Pembimbing skripsi, Dr. H. Sunandar, MA yang dalam kesibukannya beliau
masih berkenan untuk membimbing penulisan skripsi ini.
iii
MA.
4. Seluruh staff Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
membantu mempermudah segala urusan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Pengurus dan staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang banyak
membantu penulis dalam mendapatkan bahan skripsi. Pengurus Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis
mendapatkan bahan dan memberikan tempat yang nyaman bagi penulis dalam
mengerjakan skripsi ini.
6. Orang tua tercinta, ayahanda Alm. H. Bahrudin dan ibunda Hj. Muanah. Serta
seluruh keluarga besar yang telah memberi dukungan penuh hingga selesainya
skripsi ini.
7. Kakak Aan Aulia Rahman, Dewi Pratiwi, Herdian, Alinda Jaya dan adik saya
Ahmad Bustomi yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk
menyelesaikan skipsi ini.
8. Dini Nurul Haq, Amd yang tidak lelah memberi semangat, dukungan dan
masukan saat terdapat kejenuhan dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal
sampai akhir.
9. Teman-teman KPI angkatan 2009 yang khususnya pada KPI F, Echa, Slamet,
Eron, Indra, Imam, Aryo, Amir, Rama, Abil, Ilham, Kamaludin, Anas, Ari,
Andhika, Afriza, Rizki, Ucim, Silvi, Finti, Yanti, Popi, Yunita, Tuti, kalian
sungguh luar biasa!
iv
kekeluargaan dan tanggung jawab.
11.Teman-teman Dep-Sel Matic Center, PONDSEL, dan J-RACING yang selalu
menghibur dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah memberi bantuan kepada penulis walaupun tidak
disebutkan satu persatu. Akhir kata, penulis berdo’a dan berharap kepada Allah
SWT, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 4 Februari 2014
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Tinjauan Pustaka ... 6
E. Metodelogi Penelitian ... 7
F. Sumber Data ... 12
G. Teknik Pengumpulan Data ... 13
H. Teknik Pengolahan Data... 14
I. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II TINJAUAN TEORI A. Ruang Lingkup Respon ... 17
1. Pengertian Respon ... 17
2. Teori S-O-R ... 18
3. Macam-Macam Respon ... 20
4. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Respon ... 20
B. Ruang Lingkup Dakwah ... 21
1. Pengertian Dakwah ... 21
vi BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sekilas Tentang Ustadz H. Muhammad Arifin Ilham ... 34
1. Riwayat Hidup ... 34
1. Sejarah berdirinya FIDIKOM ... 44
2. Visi dan Misi FIDIKOM ... 45
3. Sejarah Singkat Jurusan KPI ... 46
4. Visi dan Misi Jurusan KPI ... 47
5. Tujuan dan Sasaran jurusan KPI ... 48
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA LAPANGAN A. Identitas Responden ... 51
B. Uji Validitas... 54
C. Uji Reliabilitas ... 55
D. Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham ... 56
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 58
vii
Tabel 1 Komposisi Porsi Penarikan Sampel ... 10
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49
Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas ... 49
Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 50
Tabel 5 Uji Validitas ... 54
Tabel 6 Uji Reliabilitas... 55
Tabel 7 Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham ... 57
Tabel 8 Chi Square Test Respon Kognitif, Afektif dan Konatif ... 58
Tabel 9 Chi Square Test Terhadap Responden Perempuan ... 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan kewajiban setiap individu muslim kapan pun dan
diamana pun berada. Berdakwah tidak dapat dilaksanakan dengan
alasan-alasan, melainkan harus dengan metode. Karena yang diseru adalah manusia
yang mempunyai pikiran dan pendirian.1
Dakwah adalah ajaran yang ditujukan sebagai rahmat untuk semua,
yang membawa nilai-nilai positif, seperti rasa aman, dan tentram, sejuk.
Dakwah juga merupakan kegiatan utama dalam syiar Islam. Keberhasilan
syiar Islam ditentukan pada keberhasilan dakwah. Namun, bukanlah suatu hal
yang mudah untuk mencapai keberhasilan dakwah. Maka, untuk mencapai
keberhasilan dalam dakwah perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu apa yang
diserukan atau disampaikan oleh siapa, kepada siapa, dengan cara bagaimana,
melalui media apa, dan untuk apa. Hal ini sejalan dengan definisi komunikasi,
yakni “Who says what to whom in which channel with what effect.”2
Berdakwah dalam Islam merupakan kegiatan yang mempunyai cakupan
yang sangat luas. Berdakwah di dalamnya terdapat unsur-unsur penting yang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, yaitu da’i, mad’u,
metode, materi dan tujuan. Dan dalam pelaksanaannya dapat melalui berbagai
cara, yaitu: melalui lisan (bil lisan), tulisan (bil qalam), dan perbuatan nyata
(bil hal).3
1
Nana Rukman, Masjid dan Dakwah, (Jakarta : Almawardi, 2002), Cet. Ke-1, h. 164
2
Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan
Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h.23
3 Hamzah Ya’qub,
Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung:
Menyeru manusia ke jalan Allah SWT merupakan kewajiban sekaligus
ibadah yang bisa mengantar pelakunya untuk dekat dengan Tuhannya.
Dakwah juga mengantar pelakunya bahwa kedudukannya di hadapan Allah
SWT adalah tinggi, Allah akan mengangkat kedudukannya di dunia maupun
di akhirat.4 Maka sangat beruntunglah bagi mereka yang telah mengikhlaskan
dirinya untuk meniti jalan dakwah sebagai upaya mencapai ridha-Nya dunia
dan akhirat.
Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran
dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam tataran
kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah
pribadi, keluarga, maupun sosial kemasyarakatannya. Agar terdapat kehidupan
yang penuh dengan keberkahan di dunia maupun di akhirat, serta jauh dari
siksa neraka.
Tujuan umum tersebut harus dirumuskan ke dalam tujuan yang lebih
operasional dan dapat dievaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah
dicapainya. Misalnya, tingkat keistiqomahannya didalam mengerjakan shalat,
tingkat keamanahan dan kejujuran, berkurangnya angka kemaksiatan,
ramainya zikir bersama, dan lain sebagainya.
Dalam berdakwah aspek yang bisa ditinjau adalah dari segi sarana dan
prasarana. Dalam hal ini berdakwah bisa dilakukan dengan kegiatan apa saja
yag bernilai positif. Pemilihan cara atau metode yang tepat, menjadi bagian
strategis dari kegiatan dakwah itu sendiri.5 Sehingga seorang da’i hendaknya
memiliki cara atau metode tertentu dalam penyampaian dakwah yang disukai
dan mudah dipahami oleh mad’u.
4
Muhammad Sulton, Menjawab Tantangan Zaman: Desain Ilmu Dakwah Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2003) Cet. 1, h.14
5
3
Salah satu da’i yang melakukan dakwah dan ditambahkan dengan zikir
adalah Ustadz Arifin Ilham. Beliau tidak hanya berdakwah bil lisan tetapi
juga mengajak para jamaahnya untuk berzikir bersama disaat ia sedang
berdakwah. Itulah salah satu ciri khas yang membuat ustadz kelahiran 8 juni
1969 di Banjarmasin itu bisa mempunyai banyak jamaah yang tersebar di
Indonesia.
Putra dari pasangan H. Ilham Marzuki dan Hj. Nurhayati. “Ipin”,
begitulah panggilan kecilnya. Ia tumbuh selayaknya anak-anak biasa.
Ayahnya masih keturunan ke tujuh Syeikh Al-Banjar, Ulama Kalimantan,
sementara ibunya Hj. Nurhayati kelahiran haruya, kabupaten Barabay.
Setahun setelah menikah, pasangan ini dikaruniai seorang putri pada tahun
1967, karena anak mereka perempuan betapa bahagianya ketika anak yang
kedua lahir adalah seorang bayi laki-laki.
Kalau diruntut asal usul/keturunannya, ia merupakan keturunan ketujuh
dari seorang ulama terkenal dari Banjar, Kalimantan Selatan yang bernama
Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, yang lahir pda tanggal 13 Safar 1122
H bertepatan dengan tahun 1710 M dan wafat pada tahun 1227 yang punya
silsilah sampai kepada Rasulullah.
Sejak kecil Muhammad Arifin Ilham dan saudara-saudaranya diajarkan
untuk mencintai ilmu. Beliaupun memiliki cita-cita tinggi untuk majukan
Islam. Pendidikan yang diterima dari orang tuanya menjadikan beliau orang
yang selalu prihatin pada keadaan disekelilingnya. Sejak kecil beliau terkenal
dengan jiwa sosialnya dan inilah yang menyebabkan beliau kokoh untuk
mengembangkan dakwah Islam.6
6
Dakwah yang diselingi dengan zikir bukan hanya mengingatkan tetapi
bisa lebih mendekatkan diri kita kepada Allah Swt. Karena disaat berzikir, kita
lebih merasakan penyesalan atas dosa-dosa yang pernah kita perbuat sehingga
kita memohon agar diberi ampunan Allah agar dijauhkan dari azab yang
pedih.
Maka dari itu, berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut di atas,
peneliti tertarik untuk meneliti metode dakwah Ustadz Arifin Ilham dengan
judul penelitian “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
Terhadap Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas fokus, maka
permasalahannya pada respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran
Islam (KPI) angkatan tahun 2011 terhadap metode dakwah Mauidzah al
Hasanah Ustadz Arifin Ilham. Dengan melihat tingkat respon kognitif,
respon afektif, dan respon konatif setelah responden menyaksikan video
ceramah Ustadz Arifin Ilham yang di download dari situs Youtube.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif mahasiswa KPI
angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode
dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham?
2. Bagaimana respon afektif mahasiswa KPI angkatan tahun 2011 UIN
5
hasanah Ustadz Arifin Ilham?
3. Bagaimana respon konatif mahasiswa KPI angkatan tahun 2011 UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah mauidzah al
hasanah Ustadz Arifin Ilham?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Adapun Tujuan dari Penelitian ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui respon kognitif mahasiswa Komunikasi Penyiaran
Islam angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap
metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham.
b. Untuk mengetahui respon afektif mahasiswa Komunikasi Penyiaran
Islam angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap
metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham.
c. Untuk mengetahui respon konatif mahasiswa Komunikasi Penyiaran
Islam angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap
metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi positif,
umumnya bagi para mahasiswa fakultas Dakwah dan Komunikasi
(FDK) dan khususnya bagi mahasiswa jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam (KPI) dalam mempelajari metode dakwah khususnya
b. Manfaat Praktis
Agar dapat menambah wawasan sekaligus menjadi masukan bagi
para pengaji dan peneliti sebagai pijakan para pengembang dakwah
yang siap memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang dakwah
mauidzah al hasanah.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian dan penulisan, penulis terlebih dahulu
melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FIDKOM) dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, sebelumnya telah ada judul skripsi berjudul :
1. “Telaah Retorika Dakwah Muhammad Arifin Ilham” yang disusun oleh
Hifzanul Hanif dengan NIM 105051001969 pada tahun 2013 Fakultas
Dakwah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Membahas tentang retorika
yang dibawakan Ustadz Arifin Ilham.
2. “Analisis Produksi Program Dakwah Cahaya Ibadah Ustad Arifin Ilham”
yang disusun oleh Muhammad Ilyas Ali dengan NIM 108051000186 pada
tahun 2013 Fakultas Dakwah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Membahas tentang analisis produksi program Dakwah Cahaya Ibadah.
3. “Respon Jamaah Majelis Dzikir As-Samawat Terhadap Metode Dakwah
KH. Sa’adih Al-Batawi di Puri Kembangan Jakarta Barat”, yang disusun
oleh Lianasari dengan NIM 1040510011908 pada tahun 2008 Fakultas
Dakwah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Membahas tentang
bagaimana respon Jamaah Majelis Dzikir As-Samawat Terhadap Metode
7
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, karena
pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah
perhitungan angka yang tepat. Pendekatan kuantitatif ini merupakan salah
satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang
dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.7
Metode kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
respon Mahasiswa dan Mahasiswi KPI terhadap metode dakwah mauidzah
al hasanah Ustadz Arifin Ilham.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini pada bulan September 2013
hingga bulan Desember 2013 dan bertempat di Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah metode dakwah Ustadz Arifin
Ilham. Sedangkan objeknya adalah respon mahasiswa Komunikasi dan
Penyiaran Islam Angkatan 2011. Dalam menentukan objek ini penulis
menggunakan pengambilan sampel proporsional.
4. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan objek pengamatan atau fenomena
yang diteliti.8 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni variabel
bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel terikat atau variabel dependent adalah variabel yang sedang
dianalisis tingkat kepengaruhannya oleh variabel independent. Dalam
hal ini variabel terikatnya adalah Respon Mahasiswa Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam angkatan tahun 2011.
Respon mahasiswa
Suatu tanggapan , sikap dan reaksi terhadap stimulus atau rangsangan
yang diterima oleh komunikan dari komunikator, dalam hal ini
tanggapan yang diberikan oleh mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan dalam bahasan kali ini
respon ada tiga bagian yang meliputi:
1. Respon kognitif
a. Definisi operasional
Adalah respon secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan
pada apa yang diketahui dan dipahami.
b. Indikator
apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci.
b. Indikator
Perasaan
9
3. Respon konatif
a. Definisi operasional
Merupakan tingkah laku atau sikap yang merujuk pada perilaku
yang nyata dapat diamati yang meliputi pola tindakan,
kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.
b. Indikator
Tindakan
Kebiasaan
b. Variabel bebas atau variabel independent adalah variabel yang sedang
dianalisis pengaruhnya terhadap variabel terikat. Dalam hal ini variabel
bebasnya adalah metode dakwah Ustadz Arifin Ilham.
Metode dakwah mauidzah al hasanah
5. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada
suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang
lingkup yang dapat diteliti.9
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah keseluruhan
mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun angkatan 2011-2012, yang mana pada setiap kelasnya
masing-masing terdiri dari, Komunikasi Penyiaran Islam kelas A
berjumlah 32 orang, kelas B berjumlah 37 orang, kelas C berjumlah 33
orang, kelas D 31 orang, kelas E berjumlah 29 orang. Jika keseluruhan
dijumlah maka menghasilkan sebanyak 162 mahasiswa jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam. Untuk mendapatkan jumlah nilai sampel
dari total populasi, maka penulis menggunakan rumus Slovin10
Keterangan
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Standar Deviasi
Berdasarkan rumus Slovin diatas, maka diperoleh jumlah sampel yang
dapat mewakili populasi dengan menggunakan standar deviasi sebesar
10% (biasa digunakan dalam penelitian) yaitu sebesar:
9
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis isi dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011) edisi revisi, h. 74
10
11
= 62 orang
Dari perhitungan rumus slovin maka diperoleh jumlah sample
penelitian yang akan digunakan yaitu berjumlah 62 mahasiswa.
Hasil perhitungan yang diperoleh jumlah sampel yang dapat mewakili
populasi yaitu sebesar 62 mahasiswa, Sampel adalah bagian dari populasi
yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.11 Peneliti
dalam menentukan sampel menggunakan teknik pengambilan random
sampling, yaitu peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi
sehingga semua subjek dianggap sama.12 Dalam memudahkan dan
pemetaan penarikan jumlah sampel dari masing-masing kelas maka
dilakukan pembangian kuota sebagai berikut:
11
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis isi dan analisis data sekunder, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2011) edisi revisi , h.74
12
Dari hasil diatas diperoleh nilai sebesar 38,27% menunjukan bahwa
setiap jurusan diambil sampel sebanyak 38,27% dari total mahasiswanya,
sehingga diperoleh sampel untuk setiap jurusan adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Komposisi Porsi Penarikan Sampel
No Jurusan dan Kelas Jumlah populasi Jumlah Sampel
1 Komunikasi Penyiaran Islam kelas A 32 12
2 Komunikasi Penyiaran Islam kelas B 37 14
3 Komunikasi Penyiaran Islam kelas C 33 13
4 Komunikasi Penyiaran Islam kelas D 31 12
5 Komunikasi Penyiaran Islam kelas E 29 11
TOTAL 62
F. Sumber Data
Adapun data-data yang penulis gunakan sebagai berikut:
1. Data Primer
Yaitu data yang langsung diterima oleh responden melalui penelitian
lapangan dengan cara menyebarkan angket.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian keperpustakaan, untuk
mencari konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah data
13
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan datanya menggunakan metode yang
bersumber pada penelitian lapangan dengan menggunakan:
1. Angket atau kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara tertulis kepada responden.
2. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapat, agenda
dan sebagainya.13 Dokumen ini diambil apabila data tidak bisa diperoleh
dari hasil interview.
Data-data yang telah diperoleh kemudian diproses dengan beberapa
tahapan, yaitu:
1. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti,
ditelaah dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data yang
benar-benar sempurna.
2. Tabulating, yaitu mentabulasikan atau memindah jawaban-jawaban
responden kedalam table, kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa.
3. Analis dan interpretasi, yaitu membunyikan kata kuantitatif dalam bentuk
verbal (kata-kata), sehingga presentase menjadi bermakna.
4. Kesimpulan, yaitu penulis memberiukan kesimpulan dari hasil analisa dan
interpretasi data.
Adapun teknik penulisan skripsi, penulis menggunakan buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi,
dkk, yang diterbitkan CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13
H. Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan jenis atau tipe
deskriptif, untuk menggambarkan populasi yang diteliti. Yang digambarkan
adalah respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, angkatan
2011-2012 terhadap tayangan video ceramah agama Ustadz Arifin Ilham.
Analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara
mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan dengan perhitungan data
statistik. Adapun teknik analisisnya menggunakan rumus :
1. Frekuensi Relatif
Keterangan : Fr : Jumlah Frekuensi
F : Frekuensi Jawaban Responden
: Jumlah Pengamatan
2. Mean adalah nilai rata-rata dari sebuah total bilangan. Jumlah nilai seluruh
pengamatan dibagi dengan banyaknya data.
Keterangan :
X = score rata-rata mean
15
Xi = Pengamatan14
3. Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan Skala Likert ketentuan
sebagaimana berikut:
a. Untuk pertanyaan positif diberikan skor sebagai berikut:
1) Sangat Setuju (SS) diberi skor 4
2) Setuju (S) diberi skor 3
3) Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
4) Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
b. Adapun nilai negatif diberikan skor sebagai berikut:
1) Sangat Setuju (SS) diberi skor 1
2) Setuju (S) diberi skor 2
3) Tidak Setuju (TS) diberi skor 3
4) Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4
4. Chi Kuadrat
Analisis Chi kuadrat digunakan untuk menentukan apakah terdapat
hubungan dari objek peelitian yaitu antara jenis kelamin dengan kategori
skala kognitif, afektif dan konatif.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan sikap atau pengetahuan
mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap metode dakwah
Ustadz Arifin Ilham maka peneliti menggunakan rumus chi kuadrat.
I. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan dari penelitian ini,
maka penulis membuat sistematika penulisan penelitian sebagai berikut:
14
BAB I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan permasalahan masalah (latar belakang
masalah, rumusan masalah, dan batasan masalah), tujuan dan
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan yang merupakan
gambaran umum penulisan penelitian.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Bab ini memuat ruang lingkup respon dan ruang lingkup dakwah.
BAB III : Gambaran Umum
Bab ini memuat profil jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan profil Ustadz Arifin Ilham.
BAB IV : Temuan Data dan Hasil Penelitian
Bab ini membahas tentang deskripsi responden, metode dakwah
Ustadz Arifin Ilham, respon mahasiswa KPI angkatan 2011
terhadap metode dakwah Ustadz Arifin Ilham dan analisa metode
dakwah Ustadz Arifin Ilham.
BAB V : Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang
17 BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Respons
Ruang lingkup respons terbagi atas pengertian responss, teori stimulus
respons, macam-macam respons, dan faktor-faktor terbentuknya stimulus
respons.
1. Pengertian Respons
Respons menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tanggapan,
reaksi dan jawaban terhadap segala suatu gejala atau peristiwa yang
terjadi.1
Sedangkan dalam kamus lengkap psikologi, respons adalah suatu
proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang, atau
berarti suatu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau
satu kuisioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas
kelihatan atau yang tersembunyi.2
Menurut beberapa tokoh mengenai definisi respons seperti Ahmad
Subandi, respons adalah sebagai istilah umpan balik (feed back) yang
memiliki peran atau pengaruh yang besar baik atau tidaknya suatu
komunikasi.3
Dan menurut Jalaludin Rakhmat, respons adalah suatu kegiatan dari
organisme itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap
1
DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), edisi ke-3, h.838
2
J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-9,h.432
3
jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat disebut juga
respons. Secara umum respons atau tanggapan dapat diartikan sebagai
hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan tentang subjek, peristiwa,
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan-pesan.4
Jadi, dapat disimpulkan respons merupakan timbal balik dari apa yang
dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi.
Komunikasi memperlihatkan jalinan sistem yang utuh dan berkiatan satu
dengan yang lain, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan secara
efektif dan efsisien apabila unsur-unsur didalamnya sesuai dan memahami
pesan yang disampaikan.
Dalam proses dakwah, respons akan terjadi pada para mad’u. Respons
tersebut timbul dari penyerapan pesan dari materi dakwah yang
disampaikan oleh da’i. Respons tersebut bisa bersifat positif dan bisa juga
negatif tergantung dari materi dakwah yang disampaikan itu sesuai atau
tidak dengan kebutuhan mad’u-nya.
2. Teori S-O-R
Dalam penelitian mengenai respon mahasiswa Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam terhadap metode dakwah Ustadz Arifin Ilham
tentunya berkaitan dengan teori respon.
Teori S-O-R (stimulus, organism, respons) yang berasal dari psikologi
dan kemudian menjadi teori komunikasi. Karena objek material dari
psikologi dan komunikasi. Karena objek material dari psikologi dan
4
19
komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konatif.
Menurut teori S-O-R, bahwa reaksi tertentu akan timbul akibat
stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan pesan yang disampaikan terhadap reaksi komunikan.5
Model dapat terlihat pada gambar berikut :
Gambar di atas menunjukkan bahwa komunikasi dapat berlangsung
apabila komunikan menaruh perhatian, pengertian, dan penerimaan
terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Setelah itu akan
dilanjutkan ke dalam proses berikutnya yaitu perubahan sikap, ini dapat
diartikan juga suatu respons atau tanggapan pesan tersebut.
Sedangkan stimulus yang dimaksud di atas dapat berupa kata-kata
verbal atau pun non verbal dari komunikator kepada komunikan.6
5
3. Macam – macam Respon
Menurut Jalaludin Rahmat, “respons dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu :
a. Kognitif, yaitu respons yang timbul setelah adanya pemahaman
terhadap sesuatu yang terkait dengan informasi atau pengetahuan.
Terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, atau dipersepsi
oleh khalayak.
b. Afektif, yaitu respons timbul karena adanya perubahan perasaan
terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi, sikap dan nilai. Timbul
bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci
oleh khalayak.
c. Konatif, yaitu respons yang berupa tindakan, kegiatan atau kebiasaan
yang terkait dengan perilaku nyata. Merujuk pada perilaku nyata yang
dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau
kebiasaan berperilaku.”7
Jadi, respons merupakan tanggapan yang muncul karena adanya suatu
gejala atau peristiwa yang mendahuluinya. Dengan adanya stimulus
terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan terhadap khalayak
tentu akan timbul repons atau tanggapan.
4. Faktor-faktor penyebab terjadinya respons
Menurut Bimo Walgito dalam buku Psikologi Belajar, bahwa
terdapat dua faktor yang menyebabkan individu melakukan respon, yaitu:
a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu. Manusia
7
21
terdiri dari dua unsur yaitu; jasmani dan rohani, maka seseorang yang
mengadakan tanggapan terhadap suatu stimulus tetap dipengaruhi oleh
eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu kedua unsur
tersebut, maka akan melahirkan respons yang berbeda intensitasnya
pada diri individu yang melakukan repons, atau akan berbeda
responsnya tersebut di antara satu orang dengan orang lain.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada linkungan. Faktor ini biasa
dikenal juga dengan faktor stimulus. Faktor ini berhubungan dengan
objek yang dimati, sehingga menimbulkan stimulus, kemudian
stimulus tersebut sampai pada indera yang menggunakannya.8
Jadi, dengan indera yang dimiliki, setiap individu dapat mengamati
segala suatu hal, atau suatu kegiatan yang ditimbulkan oleh daya stimulus,
sehingga timbullah suatu bayangan yang tertinggal dalam ingatan setelah
adanya pengamatan, dan kemudian dapat ditimbulkan kembali sebagai
jawaban atau tanggapan. Oleh karena itulah, setiap individu dapat
mengingat kembali segala sesuatu yang telah dilihat, didengar maupun
dirasakan.
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara bahasa (etimologi) kata dakwah berasal dari bahasa Arab (da’a,
yad’u, da’wah) yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.9 Dalam
8
Bimo Walgito, Psikologi Belajar, (Jakarta: Reneka Cipta, 1997), h.6
9
kamus Al-Munawwir, dakwah berasal dari kata da’wah yang berarti
menyeru, memanggil ataupun mengajak.10 Dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, dakwah adalah penyiaran, propaganda, seruan untuk memeluk,
mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.11
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dakwah secara
bahasa berarti seruan atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang sejalan
dengan ajaran agama Islam.
Sedangkan dakwah secara istilah menurut Syamsuri Siddiq adalah:
“Segala usaha dan kegiatan yang disengaja dan berencara dalam wujud
sikap, ucapan dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan, baik
langsung atau tidak langsung yang ditujukan kepada perorangan,
masyarakat atau golongan supaya tergugah jiwanya, terpanggil hatinya
kepada ajaran Islam untuk selanjutnya mempelajari dan menghayati serta
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.” 12
Dalam Ensiklopedi Islam, dakwah secara istilah adalah setiap kegiatan
yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan
taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis akidah, syariat dan akhlak
Islamiyah.13
Syaikh Ali Mahfudz yang dikutip oleh Syamsuri Siddiq, memberi
batasan mengenai dakwah sebagai membangkitkan kesadaran manusia atas
10
A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), Cet. Ke-2, h.127
11
Frista Amanda W., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media), h.232
12
Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, (Bandung: PT. Al-Ma'arif, 1981), Cet. Ke-1, h.8
13
23
kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah
dari pekerjaan yang munkar supaya mereka memperoleh kebahagiaan di
dunia dan akhirat.14
Dalam hal ini, pengertian yang diberikan oleh Quraish Shihab tentang
dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha
mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik
terhadap pribadi maupun masyarakat.15
Dari beberapa pendapat tokoh di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa dakwah adalah penyampaian ajaran agama Islam yang bertujuan
agar orang lain melaksanakan ajaran agama dengan sepenuh hati. Dakwah
Islam dapat dipandang sebagai proses dan peristiwa. Dakwah dikatakan
sebagai proses, karena dakwah merupakan usaha untuk merubah suatu
keadaan menjadi keadaan yang lebih baik dan sempurna menurut tolok
ukur Islam. Sedangkan dakwah sebagai peristiwa adalah aktualisasi iman
manusia yang dimanifestasikan ke dalam suatu kegiatan dalam bidang
kemasyarakatan sebagai usaha mewujudkan ajaran Islam pada semua segi
kehidupan manusia.
2. Unsur-unsur Dakwah
Dakwah memiliki beberapa unsur yang saling terkait satu sama lain.
Unsur-unsur tersebut akan selalu ada disetiap kegiatan dakwah. Adapun
unsur-unsur dakwah meliputi: subjek dakwah (da’i), objek dakwah
(mad’u), materi dakwah, metode dakwah, dan tujuan dakwah.
14
KHA. Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, h.8
15
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
a. Subjek Dakwah (da’i)
Orang yang melakukan dakwah disebut subjek dakwah. Istilah
yang sering digunakan untuk orang yang melakukan dakwah (subjek
dakwah) adalah da’i. Da’i (isim fail) artinya orang yang menyeru.
Tetapi karena proses memanggil atau menyeru tersebut juga
merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan
tertentu maka pelakunya dikenal juga dengan istilah muballigh.16 Di
Indonesia orang yang berdakwah selain dipanggil dengan istilah da’i
dan muballigh, juga digunakan istilah ustadz, ustadzah, kiyai, dan
lain-lain.
Da’i sebagai subjek dakwah dapat dibedakan menjadi dua bagian,
pertama da’i dalam kriteria umum dan yang kedua da’i dalam kriteria
khusus.Dalam pengertian umum, maka tiap-tiap pribadi muslim
menjadi da’i bagi dakwah islamiyah. Hal ini dapat dilihat
kesesuaiannya dengan Surat At-Taubah ayat 71:
16
25
khusus yang memiliki spesifikasi dan profesional di bidangnya.
Sebagaimana dapat dipahami dari makna Surat Al Imran yang artinya:
“Hendaklah ada dari kalanganmu sekelompok umat yang bertugas
dalam bidang dakwah, meyeru ke jalan kebaikan, menyuruh yang
makruf, melarang yang munkar.” 17
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa da’i mengandung dua
pengertian:
1) Secara umum adalah setiap muslim yang berdakwah sebagai
kewajiban yang melekat tak terpisahkan dari missinya sebagai
penganut Islam, sesuai dengan perintah “Ballighu anni walau
ayah” yang artinya sampaikanlah walau satu ayat.
2) Secara khusus adalah yang mereka yang mengambil keahlian
khusus (muthakassis) dalam bidang dakwah Islam, dengan
kesungguhan luar biasa dan niat baik.
17
Dalam berdakwah seorang da’i harus memiliki akhlaqul
karimah sebagaimana yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Al
-Sunnah, seperti jujur, ikhlas, sabar, rendah hati dan sebagainya
sebagaimana diwariskan oleh Rasulullah.
Syekh al-Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ada tiga sifat
yang diperlukan seorang da’i, pertama berilmu (mengetahui)
sebelum memerintah dan melarang, kedua besikap lembut dan
ketiga sabar.”
b. Objek Dakwah
Dalam dakwah selain terdapat subjek dakwah ada juga yang
dinamakan objek dakwah. Objek dakwah adalah orang yang menjadi
sasaran dalam berdakwah (mad’u). Dalam menyampaikan dakwahnya
seorang da’i harus memperhatikan mad’u-nya agar pesan dakwah
mudah diterima oleh mad’u yang kemudian dapat dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Mad’u merupakan peserta dakwah, baik laki-laki atau perempuan,
baik anak-anak atau orang dewasa, perorangan atau kolektif. Mad’u
bersifat heterogen, baik dari sudut ideologi, status sosial, kesehatan,
pendidikan, dan lain-lain.18
c. Materi dakwah
Salah satu hal yang terpenting dalam dakwah adalah materi (pesan)
dakwah itu sendiri. Materi dakwah adalah isi dakwah yang akan
18
27
disampaikan oleh da’i kepada mad’u mengenai berbagai ajaran-ajaran
Islam, hukum Islam, sejarah Islam, dan lain sebagainya yang
bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah agar mereka mengetahui,
memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari kata “meta” (melalui) dan
“hodos” (jalan, cara).19 Jadi metode dakwah adalah suatu cara untuk
mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien.
Bentuk-bentuk metode dakwah terdapat di Al-Qur’an yang ada
dalam surat an-Nahl ayat 125:
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula.
Sesungguh-Nya Tuhanmu adalah yang Maha Mengetahui terhadap
orang yang sesat dari jalan-Nya, dan Dia mengetahui
19
orang yang diberi petunjuk.”
sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu
pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu
melaksanakan apa yang didakwahkan, atas kemauan sendiri, tidak
merasa adanya paksaan, konflik maupun rasa tertekan.20
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi: bi
al-hikmah ialah dakwah dengan menggunakan perkataan yang
benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan
menghilangkan keraguan.
Dakwah bi al-hikmah yng berarti dakwah bijak, mempunyai
makna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u.
Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan realistis
sebagaimana tantangan dan kebutuhan, dengan selalu
memperhatikan tingkat kemampuan pemikiran dan intelektual,
suasana psikologis dan sosial kultural mad’u.21
Dengan demikian dakwah bi al-hikmah yang merupakan
metode dakwah bijak, akan selalu memperhatikan kondisi mad’u
20Siti Muriah, “
Metodologi Dakwah Kontemporer”, (Yogyakarta: Mitra Pusaka, 2000),
Cet. Ke-1, h. 29
21
Asep Muhiddin, Dakwah dalam Presfektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan
29
dalam hal:
a) Keadaan psikologis mad’u yang menjadi objek dakwah
b) Kadar pemikiran, tingkat pendidikan, dan intelektualitas mad’u
c) Suasana dan situasi sosial kultural mad’u.
2) Mauidzah al Hasanah (nasehat yang baik)
Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa mauidzah al hasanah
adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik diamana ia
dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkan, atau
argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak mad’u dapat
membenarkan apa yang disampaikan oleh da’i.”22
Siti Muri’ah berpendapat bahwa mau’idzah al hasanah adalah
tutur kata, pendidikan dan nasehat yang baik. Nasehat yang baik
maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan
cara baik, berupa petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan
bahasa yang baik, yang dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut
dapat diterima oleh mad’u.23
Penyampaian mau’idzah hasanah dapat dilakukan melalui
berbagai bentuk, antara lain:
a) Dalam bentuk menuturkan tentang kisah-kisah keadaan umat
masa lalu, baik yang taat menjalankan perintah Allah SWT,
seperti Rasul, para sahabat Nabi, orang-orang shaleh, dan
lain-lainnya.
22
Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), h. 121
23Siti Muriah, “Metodologi Dakwah Kontemporer”, (Yogyakarta: Mitra Pusaka, 2000),
b) Dalam bentuk memberi peringatan atau mengabarkan berita
gembira (ancaman atau janji).
c) Dalam bentuk melukiskan keadaan surga dan penghuninya
serta keadaan neraka dan penghuninya.
d) Dalam bentuk mengungkapkan perumpamaan-perumpamaan,
mencari kesamaan-kesamaan. Misalnya, untuk meyakinkan
bahwa bumi, langit, dan isinya merupakan ciptaan Allah SWT,
sebab tidaklah mungkin ada suatu ciptaan tanpa ada yang
menciptakannya.24
Menurut Asep Muhiddin, dakwah mau’idzah hasanah perlu
memperhatikan faktor-faktor berikut:
a) Tutur kata yang lembut.
b) Menghindari sikap sinis dan kasar.
c) Tidak menyebut-nyebut kesalahan atau bersikap menghakimi
orang yang diajak bicara.
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dimengerti bahwa
dakwah mau’idzah hasanah adalah yang paling mudah dilakukan
dengan memberi nasehat-nasehat yang baik dengan penyampaian
menggunakan tutur kata yang lembut sehingga lebih mudah
dipahami oleh mad’u.
3) Mujadalah (berdiskusi dengan cara yang baik)
Metode dakwah yang ketiga ini juga disebutkan dalam
24
31
Qur’an surat An-Nahl ayat 125 yakni wa jadilhum bi al-lati hiya
ahsan. Metode ini merupakan upaya dakwah melalui jalan
bantahan, diskusi, atau berdebat dengan cara yang baik, sopan
santun, saling menghargai dan tidak arogan.25
Mujadalah berarti berdiskusi dengan cara yang paling baik dari
cara-cara berdiskusi yang ada. Cara ini biasanya dilakukan untuk
manghadapi mad’u yang bersifat kaku dan keras, sehingga ia
mungkin mendebat, membantah dan lain sebagainya. Mujadalah
adalah cara terakhir yang digunakan dalam berdakwah, manakala
dua cara sebelumnya tidak mampu. Biasanya cara ini digunakan
untuk orang-orang yng taraf berpikirnya maju dan kritis.26
Dakwah dengan cara mujadalah ini hendaklah dilakukan
dengan menyebutkan segi-segi persamaan antara pihak-pihak yang
berdiskusi, kemudian dibahas masalah-masalah perbedaan dari
kedua belah pihak. Dengan demikian, kedua belah pihak akan lebih
saling menghargai. Dan juga tidak saling menjelek-jelekkan atau
merendahkan pihak lawan karena tujuan berdiskusi hanya untuk
mencari kebenaran sesuai dengan ajaran Allah SWT.
e. Media Dakwah
Media berarti perantara yang berasal dari bahasa Yunani “media” jamaknya “median”. Adapun menurut istilah adalah segala sesuatu
25
Asep Muhiddin, Dakwah dalam Presfektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan
Wawasan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h. 167
26
yang dapat dijadikan alat atau perantara untuk mencapai tujuan
tertentu.27
Hamzah Ya’qub mengartian media sebagai alat objektif yang
menjadi saluran yang menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen
yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah.
Antara metode dengan media dakwah sangatlah berkaitan erat,
karena apapun metode yang dilakukan pastilah di dalamnya
membutuhkan media sebagai alat perantara.
Media dakwah menjadi lima golongan besar, yaitu:
1) Lisan, seperti khutbah, pidato, ceramah, diskusi, dan lain-lain.
2) Tulisan, seperti buku, majalah, koran, dan lain-lain.
3) Lukisan, seperti gambar hasil seni lukis, foto, dan lain-lain.
4) Audio visual, seperti televisi, wayang, dan lain-lain.
5) Perilaku atau suri tauladan, berbuat baik, menjenguk orang yang
sakit, menolong sesama, dan lain-lain.28
f. Tujuan Dakwah
Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin
dicapai atau diperoleh keseluruhan tindakan dakwah. Untuk
tercapainya tujuan utama inilah, penyusunan semua rencana dan
tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.
Tujuan utama dakwah sebagaimana telah dirumuskan ketika
memberikan pengertian tentang dakwah adalah terwujudnya
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang
27
Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), h. 163
28 Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung:
33
diridhai Allah SWT.29
Jadi, dengan tercapainya tujuan dakwah kita mempunyai
kepribadian muslim yang kuat sehingga kita bisa mendapatkan
kehidupan bahagia yang diridhai Allah SWT baik di dunia maupun di
akhirat.
29
34
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
A. Sekilas Tentang Muhammad Arifin Ilham
1. Riwayat Hidup
H. Muhammad Arifin Ilham, dilahirkan di Banjarmasin pada 8 Juni
1969. Putra dari pasangan H. Ilham Marzuki dan Hj. Nurhayati. “Ipin”,
begitulah panggilan kecilnya. Ia tumbuh selayaknya anak-anak biasa.
Ayahnya masih keturunan ke tujuh Syeikh Al-Banjar, Ulama Kalimantan,
sementara ibunya Hj. Nurhayati kelahiran Haruya, kabupaten Barabay.
Setahun setelah menikah, pasangan ini dikaruniai seorang putri pada tahun
1967, karena anak mereka perempuan betapa bahagianya ketika anak
yang kedua lahir adalah seorang bayi laki-laki.
Sejak kecil Muhammad Arifin Ilham dan saudara-saudaranya diajarkan
untuk mencintai ilmu. Beliaupun memiliki cita-cita tinggi untuk majukan
Islam. Pendidikan yang diterima dari orang tuanya menjadikan beliau
orang yang selalu prihatin pada keadaan disekelilingnya. Sejak kecil beliau
terkenal dengan jiwa sosialnya dan inilah yang menyebabkan beliau kokoh
untuk mengembangkan dakwah Islam.1
Masa kecil Arifin dihabiskan di kampung halamannya, Banjar
Banjarmasin Kalimantan. Pendidikan dasar keagamaannya ia dapatkan
langsung dari ayahnya. Saat berusia lima tahun Arifin Ilham dimasukkan
ke TK Aisiyah dan setelah itu langsung ke sekolah SD Muhammadiyah
tidak jauh dari rumahnya yang di Banjarmasin.
35
Di SD Muhammadiyah ini beliau hanya sampai kelas tiga karena
berkelahi dengan teman sekelasnya. Kemudian oleh ayahnya Arifin
dipindahkan ke SD Rajawali Banjarmasin. Meskipun nakal Arifin berhasil
lulus SD dengan baik. Nilai pendidikan agamanya biasa-biasa saja namun
pengetahuan umumnya cukup bagus sehingga ia bisa masuk SMP Negeri I
Banjarmasin, sekolah favorit di ibu kota Kalimantan Selatan itu.
Semenjak kecil Arifin sudah menjadi anak masjid. Ia menikuti jejak
ayahnya, maklum ayahnya seorang aktifis masjid Sabil Al-Muhtadin dan
masjid Al-Jihad di Banjarmasin. Sehingga menular kepada anak laki
satu-satunya dari lima bersaudara itu. Di masjid ini ada ustad yang menjadi
tauladan Arifin namanya KH. Rofi’i Hamdi, ustad ini dikenal dengan tutur
kata dan perilaku yang lembut. Kelembutan yang mengesankan Arifin
kecil hingga ia kelak ingin menjadi seorang penceramah seperti ustad
Rofi’I atau setidak-tidaknya seorang guru.2
Selepas menyelesaikan sekolah dasar (SD) Arifin sempat mengenyam
sekolah menengah pertama (SMP) selama setahun di Banjar. Karena tidak
kerasa oleh ayahnya Arifin dikirim ke salah satu pesantren di daerah
Bintaro Jakarta Selatan, tepatnya di Pesantren Darun Najah pada tahun
1983 dan dilanjutkan di Asyafi’iyah pada tahun 1988 sampai 1989.3
Setahun kemudian ia berhasil lulus Aliyah dan mendapatkan rangking
ketiga. Di pondok ini keahlian pidatonya semakin mahir dan banyak
2
M.Arifin Ilham, Menggapai Kenikmatan Zikir, (Jakarta: Mizan,2004), cet.ke-1, h.35
3
Syamsul Yakin, Menghampiri Ilahi Melalui Zikir Taubah: Ikhtiar M. arifin Ilham
Membangun Masyarakat Spiritual Humanis, (Depok: Dar al-Akhyar Semesta Ilmu (DASI),
dikenal orang. Beberapa kali ia meraih juara pidato baik di Asyafi’iyah
maupun anata pesantren se-Indonesia dan internasional. Karena
kemamapuannya berceramah meski usianya masih remaja Arifin kerap
keluar kandang mengisi pengajian di luar pesantren.
Setamat dari Aliyah, Arifin melanjutkan studi ke Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarta, Jurusan Hubungan
Internasional. Gelar S1 diraihnya pada tahun 1995. Semasa kuliah ia
sering pindah-pindah tempat kos dari Grogol, Kebon Jeruk, Cibubur
sampai Pasar Minggu. Perjuangannya untuk menyelesaikan kuliah ternyata
tidak kecil. Misalnya buku-buku pelajarannya dibeli dari uang ngamen di
terminal, bahkan ia tak malu berjualan baju bekas agar bisa membayar
uang kuliah, pernah pula ia menjadi kenek (kondektur) angkutan umum
jurusan Cililitan-Cibubur pada malam. Arifin juga pernah mencoba
peruntungan dengan berdagang mie rebus di terminal Pasar Minggu. Dari
dagang mie rebus itulah ia berhasil mengumpulkan uang untuk
menunaikan ibadah haji pada tahun 1994 setahun sebelum wisuda.
2. Aktifitas Dakwah
Setelah meraih gelar S-I, aktifitasnya mulai lancar yaitu mengajak
orang-orang untuk meninggalkan segala macam perbuatan yang
bertentangan dengan nilai-nilai atau ajaran yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Yang lebih terkenal dengan
sebutan dakwah Islam. Ia berdakwah bukan hanya di kota Jakarta tetapi
37
Balik Papan, Samarinda, dan Banjarmasin. Bahkan ia pernah berceramah
di Singapura. Sampai pada tahun 1996 beliau digigit ular peliharaannya,
Karena beliau adalah termasuk orang yang penyayang binatang.
Sebelum digigit ular beliau sudah bermimpi akan digigit ular dua kali
berturut-turut. Setelah digigit ular, ustadz Arifin Ilham mengalami koma
yang cukup lama hampir setengah bulan. Selama dua puluh satu hari
dalam keadaan koma yang cukup lama tersebut banyak perubahan yang
terjadi pada dirinya, seperti diceritakan oleh Ustadz Arifin Ilham, selama
kritis beliau mendapat pengalaman spiritual yang sangat luar biasa. Di
alam bawah sadarnya ia merasa berada di sebuah kampung, ditemuinya
sebuah masjid lalu ia masuk ke dalam masjid tersebut. Di dalam masjid itu
telah menunggu tiga shaf para jamaah dengan menggunakan pakaian
putih-putih. Salah satu jamaah dari mereka memintanya untuk memimpin
mereka berdzikir.
Keesokan harinya ia bermimpi kembali, hanya saja sedikit berbeda
kali ini ia merasa berada di tengah kampung yang penduduknya berlarian
ketakutan karena kedatangan beberapa orang yang dianggap sebagai
jelmaan setan. Melihat kehadiran dirinya, para penduduk meminta dirinya
menjadi penolong mereka untuk mengusir setan-setan itu.
Hari berikatnya ia bermimpi, kali ini ia diminta oleh seorang bapak
untuk mengobati istrinya yang sedang kesurupan. Mendengar permintaan
Berkat izin Allah, istri bapak tersebut tertolong dan sembuh. 4
Setelah sembuh dari koma dan berbekal pengalaman-pengalaman gaib
yang dialaminya, Ustadz Arifin Ilham memantapkan hatinya untuk
menjadi pengingat manusia agar tidak lupa berdzikir. Ternyata lewat
proses gigitan ular, Allah SWT menjadikan anak muda ini memimpin
majelis dzikir yang jamaahnya kini mencapai ribuan, dari segala status dan
segala penjuru. Walaupun kondisinya tidak jauh lebih baik, Ustadz Arifin
Ilham mengalmi perubahan suaranya, tetapi tidak ada yang mengetahui
rencana Allah, justru dengan suaranya itu Ustadz Arifin Ilham semakin
mudah dikenal para jamaah dan masyarakat luas.
Musibah (digigit ular) tersebut, kemudian dia pahami sebagai sebuah
teguran dari Allah atas kesombongannya selama menjadi da’i sebelum ia
digigit ular. Sebab selama itu ia merasa paling pintar, paling takwa, paling
beriman dan paling soleh. Kesadaran ruhani inilah oleh Ustadz Arifin
Ilham dijadikan landasan dzikir yang dilakukan sampai saat ini.
Pada awalnya kegiatan dzikir tersebut hanya dilakukan sendiri saja
karena manfaatnya yang dirasakannya besar maka ia mengajak kepada
masyarakat setempat untuk melakukan dzikir setiap hari seperti yang
beliau lakukan. Pada mulanya jamaah yang hadir berjumlah tujuh orang
saja, berkat keistiqomahan para jamaah dan kegigihan Ustadz Arifin Ilham
kegiatan dzikir ini kemudian berkembang dan mendapat respon positif dari
masyarakat dan para jamaah yang hadirpun semakin bertambah hingga
memenuhiruangan Masjid Al-Amru Bi al-Taqwa.
4
39
Masjid Al-Amru Bi al-Taqwa sebelumnya adalah sebuah taman yang
digunakan untuk sarana bermain oleh sebagian masyarakat perumahan
tersebut. Karena daerah tersebut belum memiliki sarana ibadah maka
masyarakat setempat sepakat agar taman tersebut dijadikan sebuah masjid
sebagai saran ibadah dan dakwah di daerah tersebut. Maka pada tahun
1995 didirikanlah sebuah masjid yang diberi nama Masjid Al-Amru Bi
al-Taqwa. Nama masjid tersebut diambil dari nama salah satu guru Ustadz
Arifin Ilham yang bernama Ustadz Irfan Amara Bi al-Taqwa.
Pada saat itu kegiatan dzikir hanya bertempat di Masjid Al-Amru Bi
al-Taqwa dan bentuknya hanya sebuah majelis. Pada tahun 2000 Ustadz
Arifin Ilham muli mengembangkan kegiatan dzikir tersebut. Seiring
dengan perjalanan dakwah dan sosial melalui ceramahnya beliau
memperkenalkan dan mengajak masyarakat untuk megikuti kegiatan dzikir
dan do’a yang dilakukannya.
Banyak para jamaah yang menginginkan agar kegiatan dzikir ini tidak
hanya berfokus pada satu kajian saja tetapi lebih mengembangkan kegiatan
dakwahnya. Atas usulan dari para jamaah tersebut maka Ustadz Arifin
Ilham mendirikan majelis dzikir yang bernama al-dzikra. Kata al-dzikra
itu sendiri artinya “mengingatkan”, maksudnya adalah mengingatkan
kembali kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah yang kemudian dzikir ini
dikenal dengan dzikir taubat artinya bahwa orang yang bertaubat berarti ia
telah kembali dari sesuatu yang dicela oleh agama Islam menuju sesuatu
yang disenangi oleh Islam.
kehadiran para jamaahnya, maka pada bulan Ramadhan 1422 H
diselenggarakan dzikir akbar di Masjid Agung At-Tin Taman Mini
Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur pada tanggal 18 Agustus 2001 dan
jumlah jamaah yang hadir sekitar 7000 orang. Sejak saat itulah dzikir
Ustadz Arifin Ilham dikenal oleh masyarakat banyak sehingga setiap kali
dzikir dilaksanakan selalu hadir banya jamaah.
Kegiatan dzikir yang pada awalnya hanya dilakukan di satu tempat
dan waktunya hanya satu bulan sekali, kini berkembang pesat dan
jamaahnya dari berbagai tempat. Nuansa putih pun selalu menyelimuti
majelis dzikir al-dzikra, mulai dari tempat hingga pakaian para jamaah
watak dan akhlak beliau yang ada pada dirinya adalah sebagai berikut:
Pertama, berkemauan keras. Berdasarkan pengakuan namanya, Ustadz
Arifin Ilham itu orangnya keras dalam berkemauan, sehingga dia akan
berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan kemauannya. Seperti halnya
dia berkeinginan untuk melanjutkan ke pesantren modern. 5
Kedua, pekerja keras. Ketika masa-masa berkecimpung sebagai
mahasiswa, Arifin sudah enggan menerima bantuan keuangan dari orang
tua. Untuk itu beliau bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
5
41
dengan menjadi knek angkutan umum, bahkan pernah menjadi pengamen.
Sampai saat ini, Ustadz Arifin Ilham terus melanjutkn tradisi sebagai
pekerja dengan membuka sebuah ruko di kawasan Depok dan menjadi
salah satu komisaris pada salah satu perusahaan travel dan logistik.
Menurut pengamatan penulis, penghasilan dari dakwahnya dan
ceramahnya selalu disedekahkan. Sedangkan kebutuhan sehari-hari beliau
peroleh dari berbisnis.6
Ketiga, dermawan. Sejak kecil, menurut namanya sifat dermawan
Ustadz Arifin Ilham sudah kelihatan. Sang mamah menceritakan bahwa
pada suatu kali ada temannya yang suka dan tertarik pada baju Ustadz
Arifin Ilham yang dibelikan mamanya. Setelah temannya berterus terang
pada Arifin Ilham, Ustadz Arifin Ilham memberikannya baju tersebut.
Sampai saat ini, Ustadz Arifin Ilham selalu membiasakan bersedekn setiap
hari sebagai zakat amaliah dari zikir tobatnya.7
Keempat, ikhlas. Ikhlas adalah inti dari ibadah. Tanpanya ibadah tidak
akan bernilai dihadapan Allah. Walaupun sifat ikhlas merupakan pekerjaan
hati dan sangat rahasia, akan tetapi efeknya dapat dilihat dari perilaku
seseorang. Diantara hasil pengamatan penulis terhadap cermin atau
refleksi keikhlasan Ustadz Arifin Ilham dalam berdakwah, dapat diterka
dari adanya tarif yang dikenakan pada setiap ceramah dan zikirnya.
Bahkan di satu acara halal bihalal pada salah satu jamaahnya, Ustadz
Arifin Ilham tidak meminta imbalan apapun. Informasi ini didapat dari
6
Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah, h. 32
7
jamaah yang mengadakan acara tersebut dan ketiadaan ujrah tersebut telah
disampaikan pada hari sebelum pelaksanaan acara. Ustadz Arifin Ilham
dalam beberapa kesempatan selalu menyampaikan bahwa yang beliau cari
adalah ridha Allah dan surge-Nya. Memang benar, da’i muda ini tidak
menggantungkan hidupnya dari hasil zikir dan ceramahnya. Sebagaimana
telah diungkapkan sebelmnya, dia punya usaha sendiri dalam memenuhi
kebutuhannya.8
Kelima, sederhana. Pada pagi hari seusai sholat subuh, penulis sempat
berbincang-bincang di rumahnya yang memang cukup sederhana untuk
seseorang yang punya penghasilan Ustadz Arifin Ilham. Salah satu isi
perbincangan tersebut ialah mengenai kesederhanaan dan kemewahan.
Menurut Ustadz Arifin Ilham memanfaatkan kemewahan dalam Islam
tidak dilarang. Tetapi, dia lebih memilih kesederhanaankarena itu gaya
hidup Nabi dan sahabatnya. Adapun dua rumah yang dimilikinya, salah
satunya adalah hadiah dari jamaahnya dan dipergunakan tamu yang
menginap untuk mengikuti acara zikir keesokan harinya. Begitu pula
dengan dua mobil, salah satunya merupakan hadiah dari kolega
perusahaannya dan dipergunakan untuk kepentingan dakwah, sedangkan
yang satunya lagi digunakan untuk kepentingan keluarga.9
Keenam, rendah hati. Dalam setiap kesempatan Ustadza Arifin Ilham
selalu mengatakan bahwa di majelis Al-dzikra yang dipimpinnya, beliau
tidak berkedudukan sebagai mursyid atau guru. Dia selalu menegaskan
8
Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah,
9
43
bahwa Ustadz Arifin Ilham sama seperti jamaah lai yang masih butuh
belajar. Oleh karena itu pada setiap pengajian malam Rabu, yang dia sebut
sebagai malam terbiah, Ustadz Arifin belajar bersama-sama dengan para
jamaah kepada seorang Ustadz yang mengisi pengajian yang terdiri dari
para pakar keagamaan sebagai Pembina sekaligus pengawas majelis dan
Ustdaz Arifin Ilham. Dari situlah kerendahan hatinya sebagai seorang
pemimpin majelis zikir dapat terlihat.10
Ketujuh, terbuka untuk dikritik. Hal ini sebetulnya merupakan
konsekuensi logis dari kerendahan hatinya, sebab Ustadz Arifin Ilham
sendiri betul-betul menyadari akan kebutuhan dan kekurangan ilmu yang
dimilikinya. Kendatipun, Ustadz Arifin Ilham merupakan sosok yang
gemar belajar, banyak membaca, dan dia juga menguasai bahasa Arab dan
Inggris. Jadi, sebetulnya cukup mumpuni dalam bidang keagamaan.
Namun itulah sosok da’i yang rendah hati. Beliau selalu bersikap ramah
dan senang menerima kritik setajam apapun, karena baginya kritik itu bisa
mengingatkan dan memacu untuk terus belajar.11
4. Karya-Karya Ustadz Arifin Ilham
Dalam kurun waktu yang tidak lama di tengah-tengah kesibukan
dalam memimpin majelis zikir, Ustadz Arifin Ilham dapat menerbitkan
beberapa buku diantaranya: hakikat zikir (jalan taat menuju Allah), dalam
buku ini memberikan panduan, kiat-kiat untuk mensucikan jiwa, yang
pada akhirnya bermuara pada satu titik akhir adalah bahwa naungan ridha
10
Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah, h. 44.
11