Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
ULFA NURUL FADHILLAH
NIM: 109051000011
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PROGRAM DAKWAH HIKAYAT DI INDOSIAR
Skripsi
Diaj ukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
Ulfa Nurul Fadhillah
NIM:
109051000011Pembimbing
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
t434IJ.t20l3N4
Skripsi
yang berjudul
"RESpoN MAHAsrswA KOMUNIKASI DAN
PEI{YIARANISLAM
TERHADAP PROGRAMACARA
HIKAYAT DI
INDOSIAR." telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negerirun$
Syarif HidayatullahlaCnfa
pada hari Selasa, tanggal 01 Oktober 2013. Skripsi ini telah diierima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom,I) pada
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Ciputat, 01 Oktober 20i3
Siclang Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota
Pengufi 1 Penguji 2
LP.197208A7 2993D 1 AA3 NIP. 19730725 2AA70
Pembimbing al. LK. M.A
428 199403 1 001 t97t0816
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau
merupakan hasil dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 September 2013
i
Program acara Hikayat merupakan program acara dakwah yang hadir setiap hari Rabu, Kamis dan Jumat pada pukul 05.00-06.00 WIB di Indosiar. Perbedaan program dakwah Hikayat dengan program religi yang lainnya adalah program acara ini dikemas secara serius tetapi santai dengan mengedepankan kisah-kisah dari hadits yang dapat menginspirasi para penonton serta memberikan pelajaran yang berharga. Hikayat lebih tepat disebut acara tausiah agama yang tema berdasarkan kisah-kisah yang sangat baik jika kita dapat memetik hikmah dari setiap episodenya. Dengan narasumber yang berkualitas dan pembawa acara yang humoris, sehingga membuat program acara Hikayat tidak membosankan dan ini menjadi daya tarik agar penonton tetap jatuh cinta pada program ini. Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Jakarta terhadap program acara Hikayat di Indosiar, karena pada dasarnya mahasiswa KPI sangat dekat dengan ilmu komunikasi, media, keagamaan, dan nanti kedepannya juga akan berkecimpung di media komunikasi.
Berdasarkan konteks di atas, maka pertanyaanya adalah bagaimana respon kognitif mahasiswa terhadap program acara Hikayat di Indosiar? Dan bagaimana respon afektif mahasiswa terhadap program Hikayat di Indosiar?
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Untuk melihat respon mahasiswa KPI terhadap program Hikayat di Indosiar, peneliti menetapkan 63 responden berdasarkan hasil rumus slovin, lalu responden dituntut untuk menonton tayangan program Hikayat sebelum mengisi angket pernyataan. Kemudian data yang diperoleh diolah menggunakan rumus frekuensi relatif dan nilai rata-rata.
Penelitian ini menggunakan teori S-O-R yang merupakan sebuah prinsip belajar sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam hal ini program acara Hikayat memberikan stimulus kepada khalayak untuk mendapatkan sebuah efek (respon). Unsur penting dari model S-O-R menurut McQuail adalah pesan (stimulus), komunikan (organism), dan efek (respon). Menurut Donald K. Robert, “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”, jadi bagi orang yang tidak menonton/melihat media massa tidak akan ada efek perubahan perilaku. Ada 3 teori efek menurut Steven M. Chaffe, yaitu Kognitif, Afektif, dan Behavioral.
Berdasarkan data yang diperoleh, respon kognitif mendapatkan skor tertinggi dengan rata-rata 4,47. Dan respon tertinggi kedua terdapat pada respon afektif dengan rata-rata skor 4,12. Ini artinya responden mahasiswa KPI mendapat dan mengetahui pengetahuan dari program acara Hikayat karena menyukai sosok Komeng sebagai pembawa acara yang memiliki basic komedian dan memandu acara Hikayat ini dengan baik, sehingga memberi sentuhan humor dan tidak terkesan program acara dakwah yang monoton dan menjenuhkan.
ii
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah serta taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan
judul “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW,
keluarganya, para sahabatnya, para pengemban risalahnya dan kita selaku
umatnya hingga akhir zaman.
Pada penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan
dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu dengan hati terbuka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat
mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada
dikemudian hari.
Adapun dalam penyusunan usulan penelitian ini tidak semata-mata hasil
kerja sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak
yang telah membantu, baik secara materi maupun secara spiritual. Maka dari itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan
iii
2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi beserta pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Jumroni, M. Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
4. Umi Musyarrofah, MA, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang selalu setia
menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat membantu dan berguna untuk penulisan skripsi ini.
5. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Junaini, S.pd, dan Ibunda Siti Halimah
Yusuf, yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya. Semoga doa dan kasih sayangnya mendapatkan balasan yang tiada tara dari Allah SWT. 6. Kakanda, Imam Fathurohman S.E, serta Adinda, Adam Wildan Al-Kihfi
dan Muhammad Farhan Ash-Shubhi, yang selalu mendoakan dan memberikan support kepada penulis. Semoga kelak kita menjadi anak-anak yang sukses dan selalu membanggakan kedua orang tua dan keluarga
besar. Amin.
7. Ustadz Subki Al-Bughury, selaku Narasumber Hikayat, Bapak Danindra Nur. P, Selaku Produser dan kak Erna, selaku tim kreatif Hikayat Indosiar
iv hari-hari penulis selama kuliah.
9. Sahabat penulis, Nurlatifah, Erlita Liliyan, M. Nur Fadhilah, ka Nadiya, ka Rini dan ka Khoiriyah yang sudah meluangkan waktunya untuk tetap
memberikan motivasi serta mendoakan penulis. Penulis yakin, do‟a seorang sahabat Muslim ke sahabat yang lain adalah salah satu hal yang membuat Allah memudahkan jalan sahabatnya itu.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi rekan-rekan pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Jakarta, September 2013
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Tinjauan Pustaka ... 9
E. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Respon ... 12
1. Pengertian Respon ... 12
2. Proses Terbentuknya Stimulus – Respon ... 15
3. Faktor Terbentuknya Respon ... 19
4. Macam – Macam Respon ... 20
B. Program Televisi ... 21
1. Pengertian Program Televisi ... 21
2. Karakteristik Program Televisi ... 23
3. Macam-Macam Program Televisi ... 23
vi
3. Televisi Sebagai Media Dakwah ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 35
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 35
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
D. Populasi dan Sampling... 36
E. Teknik Pengambilan Sample ... 37
F. Variabel Penelitian ... 39
G. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian ... 40
H. Hipotesis Penelitian ... 45
I. Tahapan Penelitian ... 45
J. Analisis Data ... 48
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) ... 50
B. Profil Televisi ... 55
C. Visi dan Misi ... 55
D. Sekilas Tentang Acara Hikayat ... 60
E. Profil dan Riwayat Hidup Ustadz Subki Al-Bughury ... 65
BAB V HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN A. Data-data Hasil Penelitian Lapangan ... 70
[image:10.595.101.511.104.650.2]vii
2. Respon Kognitif ... 72 3. Respon Afektif ... 75 4. Perbandingan Rata-Rata Respon Skala Kognitif, Afektif,
Dan Konatif Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat Di Indosiar
... 86
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
viii
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir ... 66
Tabel 3 Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek
Kognitif/Pengetahuan) setelah menyaksikan program dakwah
Hikayat. ... 67
Tabel 4 Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek
Afektif/Perasaan) setelah menyaksikan program dakwah
Hikayat... ... 69
Tabel 6 Tanggapan penonton tentang waktu program dakwah Hikayat. ... 73
Tabel 7 Tanggapan penonton tentang materi program dakwah Hikayat. ... 74
Tabel 8 Tanggapan penonton tentang metode ceramah yang digunakan narasumber/Da‟i dalam program dakwah Hikayat. ... 76
Tabel 9 Tanggapan penonton terhadap personality narasumber/Da‟i dan
pembawa acara dalam program dakwah Hikayat. ... 77
Tabel 10 Tanggapan penonton terhadap program dakwah Hikayat dari segi
dakwah. ... 80
Tabel 11 Perbandingan Rata-Rata Respon Skala Kognitif, dan Afektif
Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Program
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman turut memacu tingkat kemajuan ilmu dan
teknologi, tanpa terkecuali teknologi komunikasi yang merupakan suatu
sarana yang menghubungkan masyarakat yang satu kepada masyarakat yang
lain. Kecanggihan teknologi komunikasi turut serta mempengaruhi seluruh
aspek kehidupan manusia, termasuk didalamnya kegiatan dakwah sebagai
salah satu pola penyampaian informasi dan upaya transfer ilmu pengetahuan.1
Perkembangan media informasi, khususnya televisi juga membuat
dunia semakin hari semakin dekat meskipun arus infomasi yang mengalir
tersebut mempunyai dampak positif maupun negatif. Televisi merupakan
salah satu bentuk komunikasi massa. Jika dibandingkan dengan media massa
lainnya, seperti radio, surat kabar, majalah dan sebagainya. Televisi
merupakan gabungan dari suara dan media gambar (audio visual). Penyampaian isi atau pesan juga selah-olah langsung antara komunikator
(pembawa acara dan pembaca) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang
disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan
terlihat jelas secara visual.2
Tak dapat dibantah, jika televisi punya banyak keunggulan daripada jenis media massa lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio
1
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 33
2
visual. Berbeda dengan radio misalnya, yang hanya audio dan surat kabar yang bersifat visual saja. Televisi unggul dalam membangun daya tarik, persepsi, perhatian dan imajinasi dalam mengkonstruksi realitas. Kedua, dilihat dari sisi aktualitas peristiwa, televisi bisa lebih cepat memberi informasi paling dini kepada para pemirsa daripada surat kabar, radio, dan majalah. Ketiga, dari segi khalayak, televisi menjangkau jutaan ribu penonton dalam setiap waktunya. Keempat, efek kultural televisi lebih besar daripada efek yang dihasilkan jenis-jenis media lainnya, khususnya bagi pembentukan perilaku prososional dan antisosial anak-anak.3
Menonton televisi di kalangan masyarakat umum sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Menurut Prof.Dr.R. Mar‟at dari UNPAD, acara televisi pada umumnya dapat mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan penonton. Jadi, jika hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona atau latah bukanlah hal yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dari televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton.4
Dengan demikian, adanya kesadaran dari masyarakat akan kehadiran
televisi sebagai media masyarakat yang post modern. Ternyata, televisi tampil dalam wajah yang beragam, terutama program-program siarannya. Di satu sisi
televisi memang menampilkan tayangan yang bernuansa tidak mendidik,
tetapi di sisi lain televisi juga banyak menampilkan tayangan yang mendidik
dan bernuansa agamis.
Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki televisi, dapat memanfaatkan media ini untuk sarana dakwah, karena dakwah adalah
kewajiban setiap manusia untuk saling mengingatkan dan mengajak sesama manusia dalam rangka menegakkan kebenaran, mengajak orang lain kepada amar ma‟ruf nahi munkar, sehingga kita mendapat ridho dari Allah SWT.
Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 104:
3
Dedy Djamaludin Malik, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, (Bandung: Pusdai Press, 2000), Cet. Ke-1, h. 87
4
Artinya:“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Ali „Imran: 104)
Dilihat dari sisi dakwah, tentu media televisi jauh lebih efektif
daripada jenis media-media massa lainnya. Melalui media televisi inilah,
proses komunikasi keagamaan juga mulai berkembang, diantaranya dari
teknik atau metode dakwah serta media dakwah yang sangat variatif dan
menarik perhatian masyarakat.
Berdakwah saat ini tidak hanya dapat dilakukan dengan cara khutbah
atau ceramah secara langsung di mimbar, namun dengan terciptanya media
komunikasi modern, dakwah dapat dilakukan melalui radio, televisi,
handphone, maupun internet. Dengan hadirnya televisi sebagai media dakwah, maka dapat diharapkan mampu memberikan manfaat bagi perkembangan
dakwah Islam dan media tersebut dapat dimanfaatkan kearah yang positif.
Pemanfaatan televisi untuk kegiatan dakwah merupakan sarana yang
tepat, karena televisi merupakan media elektronik yang menjangkau pemirsa
(mad’u)nya secara merata dalam satu kegiatan yang dikemas secara rapi dan mad’u tersebut akan mudah menerimanya. Beraneka ragam program acara
yang ditayangkan ditelevisi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
mendapatkan informasi, selain itu pula untuk memberikan kontribusi terhadap
Menayangkan program keagamaan agar dapat diterima dengan baik
oleh masyarakat tidaklah mudah. Ini adalah bagian terpenting dalam
menyusun program keagamaan yang akan disiarkan untuk pemirsa, bagaimana
agar program tersebut tidak monoton sehingga penonton tidak cepat bosan.
Maka hal ini membutuhkan perencanaan yang matang agar program menjadi
menarik, tampil beda, serta sangat ditunggu-tunggu oleh penontonnya.
Program religi Hikayat adalah program yang dapat disaksikan di
stasiun televisi Indosiar. Hikayat mengulas tentang kisah-kisah dengan tag line„Hikayat: Membawa Manfaat... Alhamdulillah!‟, yang diharapkan sebagai media pembelajaran kaum muslimin dan muslimat untuk memetik kisah-kisah
inspiratif yang disajikan setiap hari Rabu, Kamis, dan Jum‟at, pukul 05.00
sampai 06.00 WIB.
Sekilas acara Hikayat ini hampir sama dengan program TV lainnya,
tetapi kalau kita simak lebih dekat, ternyata ada perbedaan yang signifikan
dengan program religi yang lain. Karena program acara ini dikemas secara
serius tetapi tetap santai dengan mengedepankan kisah-kisah yang berasal dari
hadits yang dapat menginspirasi para penonton serta memberikan pelajaran
yang berharga. Hikayat lebih tepat disebut acara tausiah agama yang tema
berdasarkan kisah-kisah dari umat terdahulu yang sangat baik jika kita dapat
memetik hikmah dari setiap episodenya.
Ustadz Subki Al-Bughury akan menemani pemirsa Indosiar sebagai
narasumber dengan ditemani Komeng sebagai pembawa acara yang selalu
yang live menyaksikan tausiah Ustadz Subki di studio. Bagi pemirsa yang berada dalam acara tersebut secara live dapat bertanya di tempat itu juga, sedangkan bagi pemirsa yang ada di rumah dapat bertanya melalui akun
twitter resmi Hikayat di @HikayatID. Pembawa acara dalam hal ini diambil dari kalangan selebriti yang sudah tidak asing lagi di layar televisi, ini adalah
bagian dari strategi televisi untuk menarik perhatian pemirsa dalam sebuah
acara atau tayangan. Dengan sosok Komeng yang seorang komedian
memandu acara ini dengan baik, sehingga memberi kesan humor dan tidak
terkesan talkshow yang monoton dan menjenuhkan.
Salah satu program religi di stasiun Indosiar ini menarik untuk diteliti
karena dalam era yang penuh persaingan ini, berbagai program industri,
termasuk televisi sebagai media elektronik mempunyai keharusan untuk
mengemas sebuah acara dengan menarik. Dengan pengemasan yang menarik,
maka pemirsa akan terus mengikuti perkembangan acara tersebut, khususnya
untuk acara religi yang akan mempengaruhi kualitas prosentase pemirsa.
Sekarang ini, banyak program acara atau tayangan televisi yang memang
dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian pemirsa tanpa
mengindahkan hal-hal tertentu. Sebagai insan komunikasi yang bernafaskan
Islam, sudah seharusnya memasukan program-program religi dalam media
massa baik cetak maupun elektronik. Untuk mengetahui sebuah prosentase
acara atau menarik tidaknya acara tersebut, seringkali dapat kita ketahui dari
Program Hikayat mempunyai sesuatu yang menarik untuk diteliti.
Salah satunya adalah dari segi penyampaian narasumber. Misalnya dari segi
penyampaian materi oleh Ustadz Subki Al-Bughury yang selalu menghadirkan
bahasan yang menarik seputar kisah-kisah dari zaman Rasulullah, sahabat, para tabi‟in, dan kisah-kisah inspiratif lain yang isinya memiliki pesan yang
dapat kita petik dan aplikasikan pada kehidupan sehari-hari, seperti kisah sang pendebat yang menceritakan „bagaimana upaya kita menjawab seuatu
pertanyaan seperti yang diajarkan oleh Imam Syafi‟i sang pendebat‟, dan lain
-lain.
Dengan adanya program acara dakwah Hikayat di Indosiar ini, peneliti
sangat tertarik dalam mengambil judul ini karena media televisi tidak hanya
menyampaikan pesan-pesan yang bersifat infotaiment (hiburannya) saja, tetapi televisi pun menanyangkan program acara yang mendidik. Bukan hanya
sekedar menyajikan tontonan, namun juga tuntunan.
Dalam penelitian ini, Mahasiswa KPI dijadikan sebagai subjek
penelitian karena mahasiswa KPI adalah akademisi yang menguasai ilmu
komunikasi dan media dibandingkan program studi atau jurusan lainnya.
Mahasiswa KPI juga nanti akan diarahkan agar menjadi bagian kehidupan
dunia komunikasi yang akan terjun di dunia hiburan, perfilman, pertelevisian,
dan sebagainya, yang ruang lingkupnya tidak jauh lepas dari media cetak dan
elektronik. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui bagaimana respon
menarik agar mendapatkan perhatian yang lebih dari pemirsanya, serta
mendapatkan ratting yang tinggi pula agar acara religi tersbut dikenal dan
digemari oleh pemirsa setianya.
Mahasiswa jurusan KPI adalah calon-calon sarjana Islam yang
menyiarkan dakwah dan mengajak umat Islam lainnya ke jalan yang benar.
Sebagai mahasiswa, pastinya mereka masih dalam tahap pencarian jati diri,
dan dengan adanya program ini diharapkan agar mahasiswa dapat melihat
hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan agar terjerumus ke jalan yang salah. Selain
itu diharapkan mahasiswa jurusan KPI dapat menyelesaikan masalah apapun
yang sedang dihadapinya dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana
respon mahasiswa terhadap program dakwah Hikayat, maka peneliti tertarik
untuk membuat sebuah penelitian yang berjudul “Respon Mahasiswa
Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Program Dakwah Hikayat di
Indosiar”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka peneliti membatasi
masalahnya pada respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012-2013 terhadap program
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dilihat
dari segi efek kognitif terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar?
b. Bagaimana respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dilihat
dari segi efek afektif terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian, adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana respon efek kognitif Mahasiswa
Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap
Program Dakwah Hikayat di Indosiar.
b. Untuk mengetahui bagaimana respon efek afektif Mahasiswa
Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap
Program Dakwah Hikayat di Indosiar.
2. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat Penelitian, adalah:
a. Kegunaan Akademisi
1) Untuk memberikan kontribusi yang baik dalam bidang studi
2) Untuk memberikan informasi kepada Mahasiswa Fakultas Dakwah
dan Komunikasi akan respon dari sebuah program religi di
Televisi.
3) Untuk memberikan kontribusi kepada pemimpin Televisi Indosiar
dalam peningkatan kualitas program dakwah Hikayat.
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk
menambah wawasan bagi kalangan teoritis dan praktis, pada umumnya
terutama bagi pemiliki stasiun televisi swasta khususnya dalam
mengemas acara dengan tidak lagi membosankan dan mampu menarik
perhatian khalayak dengan menyampaikan informasi.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melihat judul yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
terdapat banyak keseragaman dalam teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian respon yaitu menggunakan statistik prosentase. Hal tersebut
terdapat dalam beberapa skripsi yang ditemukan, salah satunya adalah
penelitian oleh Heru Saputra yang berjudul “Respon Mahasiswa Komunikasi
dan Penyiaran Islam terhadap Program Acara Kick Andy di Metro TV”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon mahasiswa KPI terhadap
Program Acara Kick Andy di Metro TV. Pada penelitian ini respon yang
didapatkan bawa respon mahasiswa KPI terhadap Program Acara Kick Andy
mendapatkan respon yang positif. Dan penulis tidak memiliki keseragaman
yang berkaitan dengan judul skripsi yang penulis ajukan, yaitu “Respon
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar”.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam
lima bab. Di mana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-bab dengan
penulisan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan permasalahan masalah (latar belakang
masalah, rumusan masalah, dan batasan masalah), tujuan dan
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan yang
merupakan gambaran umum penulisan penelitian.
Bab II : Tinjauan Teoritis
Bab ini membahas pengertian televisi, televisi sebagai media
dakwah, ruang lingkup respon, macam-macam respon, faktor
terbentuknya respon.
Bab III : Metodologi Penelitian
Bab ini membahas tentang metodologi penelitian, variabel
penelitian, populasi dan sampling, teknik penarikan sampel,
waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian,
teknik pengolahan data, dan analisa penelitian.
Bab IV : Gambaran Umum Objek Peneliian
Bab ini memuat gambaran umum Stasiun Indosiar (meliputi:
sejarah berdiri, visi & misi, sekilas tentang program dakwah
di Indosiar, sekilas tentang program Hikayat di Indosiar),
Profil Jurusan Komunikasi dan Penyiaran (KPI) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (sejarah berdirinya, visi dan misi,
struktur organisasi), dan gambaran umum mahasiswa
Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2012/2013, serta
sekilas biografi Ustadz Subki Al-Bughury.
Bab V : Hasil dan Temuan Penelitian
[image:23.595.99.516.222.651.2]Analisis respon pemirsa terhadap program dakwah Hikayat,
grafik dan tabel dari analisa yang didapat serta penghitungan
statistika prosentase guna mengetahui katagoris respon.
Terdapat perbandingan rata-rata pemirsa terhadap faktor yang
mempengaruhi kesuksesan program.
Bab IV : Penutup
Kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan yang
dibahas. Selain itu, dalam penutup ini penulis juga
12 A. Respon
1. Pengertian Respon
Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan (reaction).1 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, respon berarti tanggapan, reaksi dan jawaban.2
Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan disebutkan bahwa, “Respon adalah reaksi psikologis-metabolik terhadap tibanya suatu
rangsang; ada yang bersifat otonomis seperti refleksi dan reaksi emosional langsung, adapula yang bersifat terkendali”.3
Dalam Kamus Lengkap Psikologi disebutkan bahwa, “Response
(respon) adalah sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh
suatu perangsang, atau berarti satu jawaban, khususnya jawaban dari
pertanyaan tes atau kuesioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku,
baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi atau yang samar”.4
1
Jhon. M. Echoles dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2003), cet. Ke-27, h. 481
2
Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Departemen Pendidikan, Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 952
3
Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1, h. 964
4
Sedangkan menurut Ahmad Subandi, respon dengan istilah umpan
balik yang memiliki peran atau pengaruh yang besar dalam menentukan
baik atau tidaknya suatu komunikasi.5 Dengan adanya respon, yang
disampaikan oleh objek dakwah dan subjek dakwah atau dari komunikan
kepada komunikator akan meminimalisir kesalahan dalam sebuah proses
dakwah dan komunikasi.
Respon secara pemahaman luas dapat diartikan pula ketika
seseorang memberikan reaksinya melalui pemikiran, sikap, dan perilaku.
Sikap yang ada pada diri seseorang akan memberikan warna pada perilaku
atau perbuatan seseorang.
Secara umum, respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil
atau kesan yang didapat dari sebuah pengamatan. Adapun dalam hal ini
yang dimaksud dengan tanggapan ialah pengamatan tentang subjek,
peristiwa-peristiwa yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan.
Segala sesuatu yang pernah kita alami akan selalu meninggalkan
jejak atau kesan dalam pikiran kita. Kesan atau jejak itulah yang dapat
timbul kembali dan berperan sebagai sebuah tanggapan atau bisa disebut
respon. Secara umum, tanggapan atau respon merupakan bayangan atau
kesan dari apa yang telah kita amati dan kenali. Selama
tanggapan-tanggapan itu berada dalam bawah sadar, maka disebut dengan tanggapan-tanggapan
5
laten, sedangkan tanggapan-tanggapan yang berada dalam kesadaran
disebut dengan tanggapan aktual.6
Dalam pembahasan teori tentang respon, maka berbicara pula
tentang efek media massa seperti yang dinyatakan oleh Donald K Robert
(Schram dan Roberts, 1997: 359) yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat
dalam bukunya Psikologi Komunikasi, ada yang beranggapan bahwa efek
hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa.7
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Chaffe
respon dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan
keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini
timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami oleh
khalayak.
b. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan
menilai seseorang terhadap sesuatu.
c. Behavioral, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata
yang meliputi tindakan atau kebiasaan.8
Jadi antara respon, tanggapan, jawaban dapat muncul disebabkan
oleh adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya.
6
Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu jaya, 2006), h. 60
7
Jalaludin Rakhmat, Psikologi komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2004), h. 128
8
2. Proses Terbentuknya Stimulus – Respon
Teori Stimulus – Respon atau biasa dikenal dengan S-O-R sebagai
singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari bidang
keilmuan psikologi yang muncul pada tahun 1930-an, yang kemudian
diangkat menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek material
psikologi dan komunikasi yang sama, yakni manusia yang meliputi
komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.9
Teori ini pada dasarnya merupakan sebuah prinsip belajar sederhana,
dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam teori ini
dapat menggambarkan seseorang yang mampu menjelaskan suatu hubungan
antara pesan dalam media dengan reaksi audience.10
Dalam stimulus-respon, efek yang ditimbulkan merupakan reaksi
khusus terhadap stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat memperkirakan
kesesuaian anatara pesan dan reaksi komunikan yang timbul sesuai dengan
apa yang diharapkan komunikator.
McQuail mengutarakan elemen-elemen utama dalam teori ini adalah:11
a. Pesan (Stimulus)
b. Seorang penerima (Receiver)
c. Efek (Respons)
9
Onong Uchyana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakri, 2005), h. 254
10
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 277
11
Dalam masyarakat massa, prinsip S-O-R mengasumsikan bahwa pesan
informasi dipersiapkan oleh media, yang kemudian didistribusikan secara
sistematis dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut
dapat diterima oleh sejumlah besar individu, bukan ditunjukan kepada orang
per orang. Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespon informasi
tersebut.
Prinsip teori stimulus respon ini merupakan prinsip dasar dari teori
jarum suntik hipodermik, teori yang menjelaskan proses terjadinya efek media
massa yang memiliki pengaruh kuat terhadap khalayak. Penggunaan teknologi
telematika dimaksudkan untuk mereproduksi dan mendistribusi pesan
informasi dengan memaksimalkan jumlah penerima dan respon oleh audience,
sekaligus meningkatkan respon audience.
Dalam bukunya yang berjudul “Sikap Manusia, Perubahan, serta
Pengukurannya”, Prof. Dr. Mar‟at mengutip pendapat Hovland dan Kelley
yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru terdapat tiga
variabel penting, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan.12
Gambar 1.1
12
Onong Uchjana Effendi, Ilmu,Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya, 2003), h. 254-255
STIMULUS
ORGANISME
Perhatian Pengertian Penerimaan
RESPON
[image:28.595.100.547.222.717.2]Dapat dilihat, bahwa perubahan individu tergantung pada proses pesan
informasi tersebut yang disampaikan. Gambar di atas menggambarkan bahwa
Stimulus yang diberikan kepada komunikan memiliki 2 (dua) kemungkinan,
yaitu pesan diterima atau ditolak.
Sebuah pesan informasi berlangsung ketika adanya perhatian dari
komunikan, yang kemudian komunikan akan mengerti dari isi pesan informasi
tersebut. Kemampuan komunikan dalam memberikan makna terhadap isi
pesan inilah terjadi proses menerima atau menolak yang kemudian terjadilah
kesediaan komunikan untuk merubah sikap.
Dalam teori stimulus-respon dalam prosesnya tidak ditujukan kepada komunikan yang bersifat individu, akan tetapi ditujukan dalam jumlah yang lebih besar seperti masyarakat atau komunitas. Oleh karena itu, penggunaan
teknologi merupakan keharusan dalam mendistribusikan pesan informasi, sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan pesan diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan.
Kelemahan teori ini adalah menyamaratakan individu. Bagimanapun,
pesan yang sama akan dipersepsi secara berbeda oleh individu dalam kondisi
kejiwaan yang berbeda. Karenanya, Melvin DeFleur pada tahun 1970,
melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-respon dengan teorinya yang
dikenal sebagai individual difference theory, yiatu pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik pribadi individu.13
13
Respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan
terhadap khalayak yang terlibat dalam proses komunikasi. Proses komunikasi
hanya akan berjalan secara efektif dan efisien apabila terdapat unsur-unsur
komunikasi di dalamnya.
Model komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler dalam bukunya
yang berjudul Marketing Management, mengangkat paradigma Harold D. Lasawel yaitu „Who, Say What, In Which Channel, To Whom, With What Effect‟, dimana unsur-unsur komunikasinya adalah:14
a. Sender, yakni komunikator yang menyampaikan pesan kepada khalayak. b. Encoding, yakni proses pengalihan pikiran dalam bentuk lambang atau
simbol.
c. Message, yakni pesan yang berupa serangkaian lambang bermakna yang disampaikan komunikator.
d. Media, merupakan tempat atau wadah berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.
e. Decoding, merupakan proses dimana komunikan menetapkan makna dalam lambang yang disampaikan komunikator kepadanya.
f. Reponse, adalah tanggapan atau seperangkat reaksi kepada komunikator setelah diterpa pesan.
g. Feedback, Adalah umpan balik atau tanggapan komunikan apabila tersampaikan pesan kepada komunikator.
14
h. Noise, merupakan gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi. Hal ini terjadi ketika komunikan menerima pesan lain yang
berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator.
3. Faktor Terbentuknya Respon
Semenjak manusia dilahirkan, sejak itulah manusia langsung
menerima stimulus, sekaligus dituntut untuk menjawab dan mengatasi semua
pengaruh. Manusia dalam pertumbuhan selanjutnya terus merasakan akibat
pengaruh dari dirinya. Untuk mengembangkan fungsi alat indera sesuai
fungsinya, terus memperhatikan, menggali segala sesuatu disekitarnya. Allah
SWT telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha menggunakan alat
inderanya dengan menggali lingkungan sekitar serta aspek eksternal (yang
mempengaruhi dari diri luar manusia), seperti dikatakan Bimo Walgito “Alat indera itu penghubung antara individu dengan dunia luarnya”.15
Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi
faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang
bersangkutan dapat menanggapi dengan baik, Pada proses awalnya individu
mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh
keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapat respon individu, sebab
individu melakukan terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang
menarik dirinya. Dengan demikian maka stimulus akan ditanggapi oleh
individu selain tergantung pada stimulus juga bergantung pada individu itu
sendiri.
15
Dengan kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu
akan bergantung pada dua faktor, yaitu :
a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia itu
sendiri dari dua unsur, yakni rohani dan jasmani. Maka seseorang yang
mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh
eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu saja, maka
akan melahirkan hasil tanggapan berbeda intensitasnya pada diri individu
yang melakukan tanggapan atau atau akan berbeda tanggapan antara satu
orang dengan orang lain. Unsur jasmani atau psikologis meliputi
keberadaan, perasaan, akal, fantasi, pandangan jiwa, mental pikiran
motivasi dan sebagainya.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini
intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan
faktor stimulus. Menurut Bimo Walgito, dalam bukunya, pengantar psikologi umum menyatakan bahwa “faktor fisik berhubungan dengan
objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengabaikan alat indera”.16
4. Macam – macam respon
Menurut Agus Sujanto, ada bermacam-macam tanggapan yaitu :
a. Tanggapan menurut indera yang mengamati, yaitu :
1) Tanggapan auditif, yakni tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain. 2) Tanggapan visual, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang
dilihat.
3) Tanggapan perasa, yakni tanggapan sesuatu yang dialami dirinya.
16
b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu :
1) Tanggapan ingatan, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang diingatnya.
2) Tanggapan fantasi, yakni tanggapan terhadap sesuatu yang dibayangkan.
3) Tanggapan pikiran, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang dipikirkan.
c. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu :
1) Tanggapan benda, yaitu tanggapan terhadap benda yang menghampirinya atau berada di dekatnya.
2) Tanggapan kata-kata, yaitu tanggapan terhadap kata-kata yang di dengar atau dilihatnya.17
Jadi, respon menurut penulis adalah tanggapan yang muncul dari
indera dan faktor lingkungan sehingga menimbulkan reaksi yang muncul
karena adanya suatu pertanyaan yang menimbulkan jawaban yang bersifat
positif atau negatif sehingga menimbulkan stimulus yang menarik dirinya.
B. Program Televisi
1. Pengertian Program Televisi
Program berasal dari bahasa inggris “Programme”, yang berarti
acara atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak
menggunakan kata program untuk acara, tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang
disajikan dalam bentuk. Dengan demikian, pengertian program adalah
segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan
audincenya. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang
17
membuat audience tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran radio ataupun televisi.18
Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television programing) diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam
(vertical programing) setiap harinya. Media televisi hanya mengistilahkan programming atau pemrograman (Soenarto, 2007:1).
Sedangkan menurut Rukmananda, “Programming adalah teknik penyusunan program acara televisi yang ditayangkan secara
berurutan”.19
Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat
penonton tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun
penyiaran apakah itu radio atau televisi. Program dapat disamakan atau
dianalogikan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini penonton dan pemasang iklan.
Dengan demikian program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga
mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan
dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan
pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk
tidak akan mendapat pendengar atau penonton.20
18
Edwi Arief Sosiawan, Handout Dasar-Dasar Broadcasting 19
Naratama Rukmananda, Menjadi Sutradara Televisi, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 213
20
2. Karakteristik Program Televisi
Suatu program televisi selalu mempertimbangkan agar program
acar tersebut itu digemari atau dapat diterima oleh audience. Berikut ini empat hal yang terkait dalam karakteristik suatu program televisi:
a. Product, yaitu materi program yang dipilih haruslah yang bagus dan
diharapkan akan disukai audiene yang dituju.
b. Price, yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi atau
membeli program sekaligus menentukan tarif bagi pemasang iklan
yang berminat memasang iklan pada program bersangkutan.
c. Place, yaitu kapan waktu siaran yang tepat program itu. Pemilihan
waktu siar yang tepat bagi suatu program akan sangat membantu
keberhasilan program bersangkutan.
d. Promotion, yaitu bagaimana memperkenalkan dan kemudian menjual
acara itu sehingga dapat mendatangkan iklan dan sponsor.
3. Macam-Macam Program Televisi
Berdasarkan Straubhaar dan LaRose (2000:226) dalam Handout
milik Edwi Arief Sosiawan , macam-macam program televisi antara lain :
a. Commercials dan other interruptions
Merupakan program yang diletakkan di antara regular
programs Dan regular interruption yang memiliki beberapa bentuk, yaitu :
2) Public Service Announcement : Iklan tentang layanan masyarakat, tentang acara budaya, hingga penyuluhan kesehatan dan keadaan
darurat.
3) Program Promotion : merupakan bentuk in-house advertising yang dimana stasiun televisi mengiklankan program yang
ditayangkan dalam jaringan televisinya.
b. Entertainment Programs
Program hiburan yang sebagian besar muncul secara harian,
mingguan, ataupun sesering mungkin. Dalam kategori ini termasuk
beberapa program lain, yaitu :
1) Drama : acara fiksi yang ditayangkan oleh televisi dalam bentuk
cerita drama hingga cerita detektif yang memiliki karakter dan plot
cerita yang serupa dengan cerita aslinya.
2) Action Adventure Programs : acara yang memiliki elemen aksi kuat yang mengisahkan jalan cerita antara orang baik melawan
orang jahat.
3) Situation Comedies (sitcom) : acara yang bersifat humor yang dimana memiliki jejak kelemahandan kegiatan dari karakter peran
yang dimainkan
4) Variety Show : format acara dengan berbagaimacam pertunjukkan musik, komedi, dan hiburan lainnya. Biasanya terdapat pembawa
acara yang memperkenalkan serta berinteraksi dengan bintangtamu
5) Talk Show : acara yang menyerupai variety show, namun terfokus pada sebuah pembicaraan antara bintang tamu yang berinteraksi
dengan pembawa acara.
6) Personality and Game Shows : acara yang memiliki karakteristik yang dimana pembawa acaranya bersaing dengan peserta yang
telah dipilih sebelumnya.
7) Soap Operas : jenis dari acara drama yangbermulai dari bertahun-tahun yang lalu dari program radio yang ceritanya diadaptasi
menjadi acara televisi.
8) Children’s Programs: bentuk acara mulai dari program pendidikan
hingga kartun animasi yang terdapat kekerasan di dalamnya.
9) Movies : acara dimana televisi menayangkan film layar lebar. 10)Special Program : acara singkat yang merupakan bukan bagian
dari acara program tetap.
11)Sport and special events : merupakan bentuk siaran untuk sebuah potongan besar acara dari durasi televisi.
12)Docudrama : merupakan bentuk tahunan acara yang menceritakan kisah fiksi sejarah yang tak memihak. Biasanya merupakan
hayalan nyata dari potongan cerita masa kini di masyarakat.
13)Mini series : bagian dari banyak acara yang dimana dipecah menjadi beberapa tayangan program sore dan menjadi acara
c. Other Program
Merupakan bentuk acara yang memiliki nilai informasi dan
berpengaruh, seperti :
1) News and Public Affairs : termasuk acara berita jaringan dan berita lokal, acara public yang penting dalam jangkauan khusus, acara
dokumenter dan berita khusus,acara dialog tetap yang
mewawancarai tokoh masyarakat dalam bentuk pertanyaan
jurnalistik
2) Religious Programs : mulai dari pelayanan agama secara elektronik hingga dialog agama dan pelayanan tempat ibadah lokal.
3) Cultural and Educational Programs : termasuk acara budaya dan pendidikan bagi anak secara praktis yang ditayangkan di televisi.21
C. Televisi Sebagai Media Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Kata „Dakwah‟ berasal dari bahasa Arab yang berarti ajakan,
seruan, panggilan, dan undangan.22 Bentuk perkataan tersebut dalam
bahasa Arab disebut mashdar, sedangkan bentuk kata kerjanya atau fi‟ilnya adalah da’a – yad’u yang berarti memanggil, menyeru atau
mengajak.23
Menurut Zaini Muchtarom, dakwah adalah mengajak atau menyeru
umat manusia baik perorangan atau kelompok kepada agama Islam
21
Edwi Arief Sosiawan, Handout Dasar-Dasar Broadcasting 22
Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004), h. 67
23
sebagai pedoman hidup yang diridhoi oleh Allah SWT dalam bentuk amar ma‟ruf nahi munkar dan amal soleh secara lisan maupun perbuatan guna
mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.24
Sedangkan H.M Mansur Amin mendefinisikan dakwah sebagai berikut: „Dakwah adalah suatu aktivitas yang mempunyai tujuan tertentu
yang unsur-unsurnya adalah materi dakwah, tujuannya, tata caranya,
pelaksanaannya dan sasaran atau objeknya. Dari kelima unsur tersebut
maka dakwah dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang mendorong
manusia untuk memeluk agama Islam agar mereka mendapatkan
kesejahteraan di dunia dan di akhirat.25
Definisi ilmu dakwah secra umum ialah suatu ilmu pengetahuan
yang berisi cara-cara dan tuntunan bagimana seharusnya menarik
perhatian manusia untuk menyetujui, mengikuti, dan melaksanakan suatu
ideologi pendapat-pendapat pekerjaan yang tertentu.
Dakwah juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian ajaran
agama Islam kepada umat manusia. Sebagai suatu proses, dakwah tidak
hanya merupakan usaha penyampaian saja, tetapi merupakan usaha untuk
merubah way of thinking, way of feeling, dan way of life manusia sebagai sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik.26
Menurut Abdul Rosyad Saleh, dakwah merupakan proses
penyelenggaraan suatu usaha/aktivitas yang dilakukan dengan sabar dan
24
Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), h. 14
25
Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), h. 45
26
sengaja. Usaha yang diselenggarakan itu berupa mengajak orang yang beriman dan menaati Allah SWT atau memeluk agama Islam, amar ma‟ruf
nahi munkar, dan perbaikan serta pembangunan masyarakat (ishlah). Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhoi Allah
SWT.27
Demikian banyak interpretasi dari pengertian dakwah yang
dikemukakan oleh para ahli atau pakar agama. Meskipun berbeda
rumusannya tapi makna dan tujuannya sama. Ada yang menyimpulkan
bahwa berdakwah adalah suatu kegiatan ajakan dalam bentuk lisan,
tulisan, atau yang lain, yang dilakukan secara sadar dalam usaha
mempengaruhi orang lain, baik secara individu maupun kelompok agar
timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan serta pengalaman
terhadap ajaran agama sebagai suatu pesan yang disampaikan tanpa ada
unsur paksaan.28
Dengan demikian dakwah bisa dikatakn sebagai suatu strategi
penyampaian nilai-nilai Islam kepada umat manusia demi terwujudnya tata
kehidupan yang imani dan realitas hidup yang Islami. Dapat juga
dikatakan sebagai agen mengubah manusia kearah kehidupan yang lebih
baik.
27
Abdul Rosyad Saleh, Manajamen Dakwah Islam, (Jakarta Bulan Bintang, 1997), h. 19-20
28
Beberapa pendapat ulama mengenai istilah dakwah yang dikutip oleh Farid Ma‟ruf Noor dalam bukunya “Dinamika dan Akhlaq Dakwah”,
yaitu antara lain:
a. Dakwah ialah menyeru apa yang diserukan Allah, bagi siapa yang
mengikuti Rasulullah SAW. (Muhammad Abu zaed, Hadyu Rasul, hal. 9)
b. Dakwah itu menegakkan yang benar, menyiarkan kalimah Allah dalam kehidupan manusia di persada bumi Tuhan. (Mas‟ud Annadawi,
Tarikhud Da’wah Islamiyah, hal. 14)
c. Dakwah itu adalah memindahkan situasi umat dari situasi ke situasi
yang lain yang lebih baik. (Bakhiyatul Khullie, Tadzkiratun Du’at, hal. 27)
d. Dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan yang negatif kepada yang positif, memperjuangkan yang ma‟ruf atau yang munkar,
memenangkan yang hak atas yang bathil. (Drs. Salahuddin Sanusi,
Prinsip-Prinsip Dakwah Islam, hal. 8-11).
Sedangkan kitab suci Al-Qur‟an membicarakan dakwah dalam
surat An-Nahl ayat 125 :
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
Dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia ke jalan yang Allah dengan cara hikmah (ada yang
menyebutnya bijaksana), nasihat yang baik dan berdebat dengan cara yang baik pula. Tidak boleh ada paksaan. Apalagi yang sifatnya menggunakan kekerasan. Jelas tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Ditegaskan kembali urgensi dakwah bagi umat Islam dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi :
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
2. Pengertian Televisi
Televisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah sistem
penyajian gambar yang disertai bunyi (suara) melalui kabel atau melalui
angkasa, menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bungi
(suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas
cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat di dengar.29
Kata televisi berasal dari dua suku kata, yakni Tele dalam bahasa Yunani yang berarti „Jarak‟ dan kata Visi dalam bahasa Latin yang berarti „citra atau gambar‟. Jadi, televisi berarti suatu sistem penyajian gambar
berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh.30
29
DEPDIKBUD, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1028
30
Televisi juga bisa disebut sebagai sebuah alat atau benda untuk
menyiarkan siaran-siaran yang membawakan suara gambar sekaligus, dari
siaran televisi itu maka penonton dapat mendengarkan dan melihat
gambar-gambar yang disajikan. Media televisi pada hakikatnya adalah media
komunikasi yang berfungsi untuk memberikan informasi, mendidik,
menghibur dan mempengaruhi khalayak.
3. Televisi Sebagai Media Dakwah
Dalam menghadapi era globalisasi informasi dan perkembangan
teknologi akhir-akhir ini, dunia dihadapkan kepada cepatnya perkembangan
arus informasi. Pemanfaatan alat-alat teknologi sebagai media penyampaian
informasi kepada khalayak, sepertinya tidak dapat dibendung. Tetapi
sebaliknya, keberadaan teknologi canggih di era globalisasi informasi dan
komunikasi ini harus dimanfaatkan untuk penyebaran informasi dan
pesan-pesan dakwah Islam.
Aktivitas dakwah Islam saat ini tidak cukup dengan menggunakan
media-media tradisional, seperti ceramah dan pengajian yang masih
menggunakan media komunikasi oral atau komunikasi tutur. Penggunaan
media komunikasi modern sesuai dengan taraf perkembangan daya pikir
manusia harus dimanfaatkan sedemikian rupa, agar dakwah Islam lebih
mengena sasaran dan tidak out of date.
Kata media, berasal dari bahasa Latin „Median‟ yang merupakan
bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara.31
31
[image:43.595.97.515.211.603.2]Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang
dipergunakan untuk menyampaiakan materi dakwah kepada penerima
dakwah.32 Contoh media dakwah pada zaman sekarang ini, seperti televisi,
video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar.
Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerpaan dan manfaat
hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan hasil teknologi itu
diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat mencapai sasaran yang lebih
optimal.33
Kemajuan pertelevisian di Indonesia menyebabkan terbukanya
kesempatan untuk menayangkan berbagai macam acara keagamaan secara
terus menerus dan berkualitas, mulai dari Kultum (Kuliah Tujuh Menit),
Talkshow, FTV, hingga Sinetron. Kini, Program acara keagamaan atau religi
di televisi di Indonesia tidak hanya hadir di bulan Ramadhan saja, tetapi
dibulan-bulan biasa pun acara keagamaan seakan berlomba-lomba untuk
meyajikan tayangan spiritual yang bermakna konstruktif bagi kehidupan
manusia, khususnya bagi umat Islam agar menambah keilmuan dan
mempertebal keimanan. Menurut penulis, jadi jelaslah media televisi
merupakan media dakwah dan ladang yang subur bagi pengembangan Islam,
mencerdaskan umat dan memenuhi kebutuhan umat.
Kehadiran dakwah di televisi sudah berhasil membentuk komunitas
dakwahnya sendiri. Secara hipotesis, dengan merujuk pada klasifikasi Dennis
(1987), ada tiga kategorisasi komunikasi dakwah dalam televisi. Pertama,
32
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 114
33
Ritualized viewers yaitu para pemirsa yang sepenuhnya tertarik dengan apa saja yang bercorak Islam. Dakwah di televisi merupakan bagian dari sumber
rujukan mereka dalam memahami Islam. Dakwah di televisi merupakan
bagian dari sumber rujukan mereka dalam memahami Islam. Selain diperoleh
dari pengajian-pengajian atau buku-buku keagamaan. Para pemirsa jenis ini
biasa disebut the true believer (pemeluk teguh) atau termasuk dalam kategori „santri’, hal ini meminjam istilah Clifford Geeterz. Bagi mereka, dakwah di televisi dapat memperteguh sekaligus mencerahkan visi keislaman. Dakwah di
telivisi juga bisa menjadi sumber agenda dalam wacana interpersonal dengan
keluarga atau kawan sejawat.34
Kedua, instrument viewers yaitu komunitas dakwah “cair” yang sedikit tertarik dengan apa saja yang bercorak Islam. Dakwah di televisi bagi mereka
bukanlah kebutuhan utama. Mereka tidak punya kepentingan pada upaya
penguatan nilai dan identitas kultural Islam. Menonton dakwah di televisi
hanya sekedar mengisi waktu atau paling tidak sekedar memperoleh informasi dari “dunia lain” karena mereka sendiri merasa bukan bagian dari komunitas
itu. Merujuk kategori Geertz, kelompok pemirsa ini termasuk yang dikategorikan “Islam abangan”. Ukuran mereka adalah melaksanakan rukun
Islam, betapapun kadang-kadang, sudah cukup dikatakan sebagai Islam.
Urusan di luar itu seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya, menurut mereka
tidak harus bercorak Islam, setidaknya secara simbolis.35
34
Dedy Jamaluddin malik, Dakwah Kontemporer : Pola Alternatif Dakwah melalui Televisi, (Bandung: Pusdai Press, 2000), Cet. Ke-1, h. 87
35
Ketiga, reactionary viewers yaitu komunitas dakwah yang didalamnya bukan saja Islam, tapi juga termasuk agama lain. Mereka menonton televisi, bukan lantaran panggilan „ibadah‟, tetapi lebih didasarkan pada kebutuhan
personal mereka akan pentingnya moralitas, informasi dan sajian hiburan yang
sehat. Kaum free thinkers misalnya, tidak memandang perlu „beragama‟,
karena kebenaran dan moralitas bisa dicapai tidak lewat agama. Kalaupun
mereka Islam, hanya nominal saja.36
Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki televisi, dapat
dimanfaatkan media ini untuk saran dakwah, karena dakwah adalah kewajiban
setiap manusia untuk saling mengingatkan dan mengajak sesama manusia dalam rangka menegakkan kebenaran, mengajak orang kepada amar ma‟ruf
nahi munkar, sehingga kita mendaoat keridhaan Allah SWT. Sebagaimana
firman-Nya dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi:
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
36
35 A. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam menganalisis
data, yaitu dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan
menganalisis data yang berwujud angka. Sedangkan desain penelitian ini
adalah menggunakan penelitian deskriptif analisis. Penelitian deskriptif
merupakan suatu prosedur penelitian untuk menggambarkan tentang
karakteristik ciri-ciri individu, situasi, atau kelompok tertentu.1
B. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
angkatan 2012/2013. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah respon
mahasiswa terhadap program acara religi Hikayat di Indosiar, episode Kisah
Orang Ragu-Ragu. Hal ini dikarenakan pada episode Kisah Orang ragu-ragu
memiliki tingkat share yang paling tinggi, dan biasanya sifat keragu-raguan itu sering kita hampiri pada jiwa muda seperti mahasiswa dalam mengambil
keputusan.
1
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam melakukan penelitian, setidaknya peneliti membutuhkan waktu
lima bulan agar mendapatkan data yang akurat dan jelas. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukannya mulai bulan Mei sampai bulan