TANGERANG SELATAN BANTEN.
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh: Taufiq Halily NIM: 109051000223
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
ABSTRAK
Taufiq Halily
Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam membina Aqidah Santri Muallaf di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center Tangerang Selatan Banten.
Muallaf merupakan hamba Allah yang baru memeluk Islam. Membina muallaf membutuhkan suatu metode dan pendekatan. Di satu sisi, metode kadang tak sejalan dengan pengaplikasiannya di lapangan. Di sisi lain dengan metode memudahkan da’i dalam mendidik dan membina muallaf untuk lebih mudah mengarahkan ke jalan Allah Swt.
Berdasarkan kontek di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana konsep metode dakwah ustadz Syamsul Arifin Nababan? Dan bagaimana aplikasi metode dakwah tersebut
Metode dakwah adalah cara atau jalan dalam menyampaikan risalah Islam. metode dalam membina muallaf berpengaruh besar terhadap peningkatan aqidah. Pendekatan interpersonal dan psikologis mampu mengarahkan santri muallaf pada peningkatan keimanan melalui kajian teori dan praktek.
Teori yang digunakan dalam membina muallaf berdasarkan pendekatan pribadi, dikusi,dialog dan konsultasi. (Muhammad Syarif Siangan Ketua Umum di Dewan Perwakilan Wilayah Pembinaan Iman Tauhid Islam D/H Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (DPW- PITI) DKI Jakarta).
Konsep dakwah beliau berdasarkan pada pendekatan interpersonal dan psikologis dengan melakukan dua hal yang paling mendasar, menguggurkan sisa keyakinan agama sebelumnya dan memberikan dasar ajaran agama Islam melalui kajian- kajian keislaman yang telah terjadwalkan di pondok pesantren. Semua dilakukan untuk menjadikan santri muallaf sebagai agen of change dalam dakwah Islam dimasa yang akan datang.
Pengaplikasian metode dakwah ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam membina aqidah santri muallaf dengan cara hikmah (ceramah, Tanya jawab dan dialog), kemudian bil hal. Dan konsep metode dakwah dalam pembinaan santri di sana sesuai dengan pelaksanaanya. Meski santri berbeda latarbelakang pengetahuan keislaman, semua santri mendapat pengajaran yang sama dan tidak ada jenjang pendidikan.
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt, Tuhan seru sekalian
Alam. Dengan segala Rahman dan Rahim- Nya, tak terasa amanat menuntut ilmu
yang di sokongkan oleh orang tua kepada penulis telah sampai hingga perguruan
tinggi ditandai dengan rampungnya penulisan skripsi ini sebagai syarat mencapai
gelar sarjana strata satu.
Tiada kata yang pantas terucap selain kata syukur, penulis haturkan
kepada Sang Maha Pencipta yang senantiasa memberikan kekuatan dan
kenikmatan kepada hamba dan semua umat- Nya yang tak luput dari dosa dan
lemah ini. Oleh karena itu, wajib kiranya kami mohon ampunan dan
perlindungan- Nya. Segala kelancaran dan kemudahan penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini merupakan suatu anugrah yang diberikan oleh-
Nya. Kemudian, tak lupa untaian kata shalawat kepada Nabi Muhammad Saw,
pembimbing dan penerang kehidupan umat manusia hingga akhir zaman. Semoga
cahya- Mu menyinari kami.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula kiranya dengan skripsi ini.
Karena itu penulis akan menerima penuh dengan rasa hormat dan terima kasih
atas kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan keseluruhan isi
skripsi ini.
Dengan ini, penulis perlu mengurai rasa terima kasih kepada segenap
iii
1. Kedua orang tua Bapak Husen S. P.d. I dan Bunda Sumiyati yang selalu
ku cinta yang memiliki peran yang sangat penting dan tak terkira, yang telah memberikan do’a yang tulus dan ikhlas, motivasi, dan kasih sayang
serta dukungan moril dan materil kepada penulis untuk tetap semangat.
Serta terima kasih ku kepada kakak Tony Azharudin, Nurmala Sari, Adik
Aldi Hasbullah, Tita Kartika, serta sepupuku,Luky Ardika, Narul Al-
Ghazali, Putry Azizah, Alpagir Mubarak, Nazla serta Om Rafiq, Tante
Eni, Om Aziz dan Tante Enjen yang selalu membantu dan selalu
memberikan semangat untukku.
2. Dr. Arif Subhan, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, M. A, Pudek II Drs. H.
Mahmud Jalal, M. A, Pudek III Drs. Study Rizal, M.A
3. Drs. Jumroni, M. SI dan Umi Musyarofah, M. A selaku Ketua Jurusan dan
Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Drs. Masran M. A, Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, kesabaran dan yang telah memberikan banyak
pengarahan serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Pembimbing Akademik Bapak Fauzun Jamal Lc, yang selalu
mempermudah anak didiknya untuk bersemangat dalam belajar, selalu
mendengar keluhan kami. Kami ucapkan banyak terima kasih.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah
iv
studi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Teman share terbaikku sahabat Bolang Lovers Aisyah Nuraeni,
Khoirunnisa, Fillayli Adisty, Isra Makiyah, Mega Nur Fitriana yang selalu
membantu dan menemani di kampus, tanpa kalian aku hampa.
8. Ustadz Syamsul Arifin Nababan dan teman- teman di Pondok Pesantren
Pembinaan Muallaf Annaba Center. Kepada ustadz Ozi Setiadi dan ustadz
Idham Chalid yang selalu bersedia membantu, mendukung dalam proses
penelitian penulis dan membantu dalam pengumpulan data- data untuk
penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat- sahabat terbaikku di PBA 2008, kemudian teman di KPI A, B
Angkatan 2009 dan khususnya KPI G terima kasih atas segala kebaikan
yang telah kalian berikan, yang selalu memberikan pelajaran yang
berharga bagiku setiap harinya. Terima kasih atas segalanya.
10.Ucapan terima kasih ku yang tak terhingga kepada Sahabat ASA dan
Keluarga besar Dersane. Dear Aa Sulaiman, Agung Taufiqurrahman Sy,
All Abilers, Soleh Setiawan, M. Reza Akbar, Syifa Rohmah, Diah Rukmana Sari, Allifiana Ramadhani, Nur Soliha, Nailis Sa’adah, Nur Asia
Jamil, Ahmad Akrom, Ade Saputra, Rizka Karenini, Rifqy FS, terima kasih atas do’a, motivasi, bantuan dan semangat yang kalian berikan untuk
v
11.Untuk Daichy Family, Dewi Yulita Anggraeni, Yayah Mardiyah, Cas
Fitriani, Ade Astuti, Abdul Rohman terima kasih atas segala nasehat, dukungan dan do’a nya.
Terima kasih atas semua yang telah meluangkan waktunya untuk
sharing dan berbagi info serta memberikan inspirasi dalam penyusunan skripsi
sehingga skripsi ini tepat pada waktunya. Semoga Allah membalas kebaikan kaliani semua. Amin…
Dan penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi semua pihak Amin.
Jakarta, 15 September 2013
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK……….. i
KATA PENGANTAR……… ii
DAFTAR ISI……….. vi
BAB I: PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang Masalah………... 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah………. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 6
D. Metodelogi Penelitian………... 7
E. Tinjauan Pustaka……….. 12
F. Sistematika Penulisan………... 13
BAB II: TINJAUAN TEORITIS……… 15
A. Metode Dakwah…..……… 15
1. Pengertian Metode ………... 15
2. Pengertian Dakwah………... 16
3. Macam- macam Metode Dakwah………. 18
B. Metode Pembinaan Aqidah Muallaf………... 24
1. Pengertian Pembinaan………... 24
vii
3. Metode Pembinaan Muallaf……….. 27
BAB III: PROFIL USTADZ SYAMSUL ARIFIN NABABAN DAN
PONDOK PESANTREN PEMBINAAN MUALLAF ANNABA
CENTER
32
A. Profil Ustadz Syamsul Arifin Nababan……….. 32
1. Riwayat hidup Ustadz Syamusl Arifin Nababan………….. 32
2. Pendidikan Ustadz Syamsul Arifin Nababan……… 34
B. Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center……….. 34
1. Sejarah berdirinya pondok pesantren Pembinaan Muallaf
Annaba Center……… 34
2. Santri dan aktifitas pondok pesantren Pembinaan Muallaf
Annaba Center……….. 36
3. Program kerja pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba
Center……….. 38
4. Visi dan Misi pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba
Center………..……… 39
BAB IV: METODE DAKWAH USTADZ SYAMSUL ARIFIN
NABABAN DALAM MEMBINA AQIDAH SANTRI MUALLAF
41
A. Konsep metode dakwah Ustadz Syamusl Arifin Nababan di
Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center…………... 41
B. Aplikasi Metode Dakwah Ustadz Syamusl Arifin
viii
BAB V: PENUTUP……… 61
A. Kesimpulan……….... 61
B. Saran………... 62
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Masalah
Dakwah merupakan suatu aktifitas mulia yang menjadi kewajiban bagi
muslim, memiliki tujuan untuk mengajak seluruh umat manusia ke jalan yang
benar (Islam) yang dilakukan dengan hikmah, mauidzah hasanah, dan mujadalah
bil ihsan, dengan tujuan agar manusia keluar dari jalan kegelapan (Jahiliyah)
menuju jalan yang bercahaya (Islam).
Islam adalah agama dakwah, baik dalam teori ataupun praktek hal ini telah
ada sejak ada zaman nabi Muhammad Saw dan nabi-nabi sebelummnya, nabi
Muhammad sendiri bertindak sebagai pimpinan dakwah Islam dalam kurun waktu
yang cukup lama dan telah berhasil menarik banyak penganut dari kaum kafirin.1
Dakwah tidak sekedar menyampaikan pesan agama kepada orang lain,
melainkan di dalam berdakwah harus mempunyai metode dan tatacara tersendiri
untuk diketahui dan dimengerti oleh setiap orang (lebih khusus da’i), agar dakwah
itu sendiri bisa tertata dengan rapi dan apik, sehingga apa yang disampaikan oleh
da’i dapat dimengerti dan dipahami oleh mad’u. Dan untuk selanjutnya agar
dakwah itu dapat berhasil secara maksimal.
Dakwah merupakan seruan, panggilan, atau ajakan untuk menuntun
manusia ke jalan kebaikan dan kebenaran. Sudah menjadi fitrah manusia bahwa
1
mereka akan menyambut seruan dan agama Allah Swt demi terciptanya
perdamaian kehidupan dunia dan akhirat melalui risalah nabi Muhammad Saw.
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah agama, sehingga manusia disebut
sebagai makhluk yang beragama. Agama tak lepas dari peran dakwah sebagai
petunjuk jalan hidup.
Islam adalah agama dakwah.2Agama yang di wahyukan Allah Swt dan
diyakini sebagai jalan keselamatan dan mengajarkan kepentingan akhirat. Dalam
proses perjalanan kehidupan beragama, hadir masa di mana manusia tidak merasa
tenang, tidak nyaman, dan tidak puas terhadap agama yang di anutnya sehingga
menimbulkan konflik, pertentangan batin, kekecewaan, dan kegelisahan yang
biasanya menyebabkan orang tersebut mudah putus asa.
Perubahan keyakinan pada diri seseorang bukanlah suatu hal yang terjadi
secara kebetulan, tetapi suatu kejadian yang didahului oleh berbagai proses dan
kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari. Keputusan yang diambil oleh para
muallaf adalah hal yang paling sulit dalam hidupnya, karena menyangkut nasib
mereka di dunia dan akhirat. Muallaf memilih agama Islam melalui ketekunan
dan pengorbanan. Berbagai tekanan mereka rasakan baik dari keluarga, karib-
kerabat dan kawan-kawan non muslim yang menentang keputusan mereka untuk
menjadi seorang muslim.
Konversi agama adalah hal yang amat sangat dilema, tidak mudah bagi
seseorang untuk merubah sebuah keyakinan/ aqidah baru dalam kehidupannya.
Ustadz Syamsul Arifin Nababan adalah seorang muallaf dan mantan misionaris
2
gereja yang mendapat hidayah dari Allah Swt untuk mengemban misi dakwah.
Kredibilitas beliau dibidang kristologi amat sangat mumpuni, menjadikan ustadz
Syamsul Arifin Nababan mempunyai tekad yang kuat untuk menyebarkan agama
Islam. Dedikasinya cukup besar dalam penyebaran arus informasi tentang
keislaman di lingkungan para muallaf, calon muallaf dan masyarakat luas.
Beranjak dari dakwah inilah beliau mendirikan sebuah pesantren khusus
pembinaan muallaf. Pondok pesantren pembinaan Muallaf Annaba Center sebagai
lembaga pendidikan Islam non formal yang menaungi para muallaf dan
orang-orang yang ingin mengetahui jauh lebih mendalam tentang agama Islam.
Sejarah lahirnya pondok pesantren muallaf ini bermula dari rasa empati
ustadz Syamsul Arifin Nababan ketika melihat nasib para muallaf yang terlunta-lunta
dalam memperjuangkan hidupnya. Kebanyakan mereka terusir dan putus hubungan
dengan keluarganya setelah masuk Islam.
Ini konsekuensi yang harus mereka terima. Tantangan mereka begitu berat,
tidak dianggap bagian dari keluarga, sering mengalami teror dan ancaman. Namun
mereka yakin hanya keimanan dan kebenaran Islam yang akan menyelamatkan
mereka dunia dan akhirat. Selain itu kurangnya kepedulian masyarakat terhadap
mereka masih sangat minim. Muallaf yang berjuang menjadi seorang muslim justru
terabaikan. Bahkan hak mereka sebagai mustahik jarang diberikan. Padahal mereka
salah satu dari delapan asnaf yang disebutkan dalam al-Qur’an.
Melihat fenomena yang memilukan tersebut, ustadz Syamsul Arifin Nababan
harapan keyakinan mereka agar tidak berbalik arah pada kemurtadan atau kembali ke
agama sebelumnya.
Pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center didirikan khusus
membina, mendidik, dan menyantuni muallaf sampai mampu hidup mandiri baik
secara ekonomi ataupun psikis. Dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik
untuk menjadikan ini sebagai bahan penelitian. Dan penelitian yang dilakukan
adalah “Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam Membina Aqidah Santri Muallaf di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center- Tangerang Selatan Banten”
Dari penjelasan di atas dakwah dalam kegiatan pemberdayaan atau
pembinaan terhadap muallaf menjadi hal yang amat penting. Karena sebagai
orang yang menjalani keyakinan baru haruslah memahami prinsip-prinsip
ajarannya, itu merupakan pedoman hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Suatu hal yang mustahil apabila seseorang dapat memetik manfaat dari
suatu ajaran sedangkan tidak mempelajari dan memahami ajaran tersebut.3
Penulis memilih penelitian ini karena ustadz Syamsul Arifin Nababan
adalah pendakwah yang berdedikasi besar terhadap penyebaran Islam dalam
pembinaan para muallaf dan orang-orang yang ingin lebih mengetahui tentang
agama Islam.
3
Prawira, Anwar R, Petunjuk Praktis Bagi Calon Pemeluk Agama Islam,( Jakarta: YPI Al-Azhar)
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam hal ini penulis membatasi pembahasan hanya pada metode dakwah
yang dipakai Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam Membina Aqidah Santri
Muallaf di pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba - Tangerang Selatan
Banten. Untuk membatasi masalah penelitian maka penulis hanya meneliti pada
tanggal 31 Mei sampai 31 Agustus 2013.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka perumusan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana konsep metode dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam
membina aqidah santri muallaf di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf
Annaba Center?
b. Bagaimana aplikasi dari metode dakwah yang dilakukan Ustadz Syamsul
Arifin Nababan terhadap santri muallaf di Pondok Pesantren Pembinaan
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
a. Untuk mengetahui konsep metode dakwah Ustadz Syamsul Arifin
Nababan dalam Membina Aqidah di Pondok Pesantren Pembinaan
Muallaf Annaba
b. Untuk mengetahui aplikasi metode dakwah Ustadz Syamsul Arifin
Nababan di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademis
Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu dakwah, dan juga dapat
menjadi sumber refrensi bagi peneliti selanjutnya.
b. Secara Praktis
1. Adapaun manfaat praktis dari penelitian ini juga dapat dijadikan
sebagai bahan masukan bagi para da’i dalam merencanakan metode
dalam aktifitas dakwahnya.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan akan menjadi sebuah panduan
tambahan bagi para juru dakwah untuk dapat menyampaikan
D. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang
memberikan gambaran secara objektif suatu masalah. Metodelogi penelitian
dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan penelitian lapangan (field
research) dengan cara mendatangi langsung objek yang akan diteliti untuk
mendapatkan data- data yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
Metode yang digunakan adalah deskriftif analisis, yaitu memberikan gambaran
terhadap subjek dan objek penelitian.
Berdasarkan fakta yang ada dalam teknik pengumpulan data penulis
memeperoleh langsung dari objek penelitian berupa catatan tertulis dari hasil
wawancara, dokumentasi sebagai gambar primer sedangkan sumber skunder
penulis peroleh dari berbagai dokumen, literatur, artikel dan data yang
berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
Dalam pelaksanaannya penulis melakukan wawancara terhadap Ustadz
Syamsul Arifin Nababan serta para santri yang mengikuti pembinaan aqidah di
pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center. Jadi penelitian kualitatif
adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan dengan
angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi
kunci terhadap yang sudah diteliti.
Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data
berasal dari naskah wawancara, catatan, lapangan, foto, video tape, dokumen
pribadi, catatan atau nemo, dan dokumen resmi lainnya.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah ustadz Syamsul Arifin Nababan di pondok
pesantren Muallaf Annaba Center. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah
metode dakwah yang dilakukan Ustadz Syamusl Arifin Nababan di Pondok
Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh dari penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
teknik sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah suatu cara penulisan untuk memperoleh data dalam
bentuk pengamatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki.4
Teknik observasi yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan
mengamati objek yang diteliti, yakni metode dakwah yang dilakukan oleh ustadz
Syamsul Arifin Nababan dalam membina aqidah santri muallaf di Pondok
Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center.
4
b. Wawancara/ interview
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan orang yang diwawancarai.5
Data yang dikumpulkan dari wawancara ini berkaitan dengan konsep
metode dakwah, bagaimana penerapan dari metode dakwah yang ustadz Syamsul
Arifin Nababan lakukan di pondok pesantren dan bagaimana upaya pembinaan
santri muallaf.
Peneliti melakuakan tanya jawab langsung dengan orang-orang yang
terlibat (Guru/ Pengasuh/ santri) di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba
Center untuk mendapatkan tujuan yang jelas berupa metode dakwah yang
digunakan ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam membina aqidah santri santri
muallaf sesuai dengan tujuan penelitian ini.
c. Dokumentasi
Dokumentasi sendiri adalah upaya peneliti dalam mengumpulkan
dokumen-dokumen/ file yang berkaitan dengan penelitian ini. Data ini berupa
gambar, artikel, majalah, dan rekaman. Dan untuk melengkapi dari teori yang
digunakan dalam skripsi ini juga dilakukan melalui buku-buku yang berkaitan
dengan penelitian ini.
5
[image:20.595.101.514.289.571.2]d. Teknik Analisis data
Data yang diperoses oleh melalui pengamatan, observasi, dan wawancara
dijadikan sebagai bahan untuk menggambarkan objektifitas dari metode dakwah
yang dilakukan oleh ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam membina aqidah
santri muallaf di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center yang
kemudian diolah menjadi uraian pembahasan. Dokumentasi, sebagai bahan
kerangka analisis dalam membimbing dan memperkuat hasil penelitian.
Setelah data terkumpul dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi,
maka data-data tersebut kemudian diolah menjadi bentuk verbal (kata-kata)
sehingga dapat menjadi makna dan bisa dipertanggungjawabkan. Analisis data
merupakan proses mengatur urutan data mengorganisasikannya ke dalam suatu
bentuk, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerjanya.
Teknik yang digunakan peneliti adalah analisis deskriftif, dengan jalan ini
dari data yang terkumpul, peneliti menjabarkan dengan memberikan
analisa-analisa berupa paparan yang didapat dari hasil penelitian dan wawancara ke
beberapa pengasuh/ santri dengan metode dakwah yang dilakukan oleh ustadz
Syamsul Arifin Nababan dalam membina aqidah santri muallaf di Pondok
e. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Adapun teknik Analisis Keabsahan Data penulisan dalam skripsi ini,
penulis berpedoman pada buku karangan Lexi Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, yaitu tentang teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara
Triangulasi. Ini adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain.6 Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton 1987: 331).7
Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3)
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti
rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.8
f. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah menggunakan
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang
6
Lexi Moleong, MM.A ,Metodelogi Penelitian Kualiltatif, (Bandung: Rosda Karya, 2000) h. 330
7 Lexi Moleong, MM.A
,Metodelogi Penelitian Kualiltatif, h. 330
8
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN
Syarif Hidayatullah, 2007.9
g. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba
Center. Jalan Cendrawasih IV No. 1 RT. 02/03, kelurahan Sawah Baru, Ciputat,
Tangerang Selatan, Banten. Pada tanggal 31 Mei sampai 31 Agustus 2013.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengadakan tinjauan pustaka
terlebih dahulu. Adapun skripsi yang berkaitan dengan pembinaan muallaf yaitu:
Saiful Anwar Saiful Anwar. Peran Ustadz Muhammad Syarif Siangan
dalam Pembinaan Muallaf pada Dewan Perwakilan Wilayah Pembinaan Iman
Tauhid Islam D/H Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (DPW- PITI) DKI
Jakarta. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Jakarta, 2009. Dalam skripsi ini hanya menjelaskan tentang peran
Ustadz Syarif Siangan dalam pembinaan para muallaf dengan menggunakan teori
peran.
Wasilatu Rahmi Bentuk Komunikasi Pembinaan Muallaf Darut Tauhid
Jakarta. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Jakarta. 2008. Dalam skripsi ini hanya menjelaskan bentuk
komunikasi yang dilakukan Pembina dan santri saja.
9
Kasmawati Upaya Pelayanan Konsultasi Agama Bagi Calon Muallaf di
Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi 2009. Dalam skripsi ini penulis hanya menjabarkan
bagaimana upaya konsultasi bagi calon muallaf yang ingin memeluk ajaran
Islam.
Sedangkan yang membedakan penulis dengan skripsi di atas adalah
terletak pada topik pembahasan yaitu metode dakwah atau cara berdakwah yang
digunakan ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam pembinaan aqidah santri
muallaf di pondok pesantren pembinaan Muallaf Annaba Center.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai
berikut:
BAB I. Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II Tijnauan Teoritis Metode Dakwah dalam Pembinaan Aqidah Muallaf : Pengertian metode, pengertian dakwah, bentuk-bentuk metode dakwah, metode pembinaan muallaf.
BAB III Profil ustadz Syamsul Arifin Nababan: Latar belakang pendidikan, riwayat hidup, sejarah berdirinya pesantren pembinaan Muallaf Annaba Center,
pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center, program kerja, visi dan
misinya,dan struktur kepengurusan.
BAB IV Temuan Penelitian Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam Membina Aqidah Santri Muallaf: Konsep metode dakwah ustadz Syamsul Arifin Nababan, Aplikasi metode dakwah ustadz Syamsul Arifin
Nababan, dan upaya pembinaan santri muallaf.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS METODE DAKWAH DALAM PEMBINAAN AQIDAH MUALLAF
A. Metode Dakwah 1. Pengertian Metode
Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu: methode “cara” dalam arti suatu
cara untuk mencapai suatu cita-cita.10 Dari segi bahasa metode berasal dari dua
perkataan yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara).11 Sumber yang lain
menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran
tentang metode. Metode dalam bahasa Yunani berasal dari kata methodos yang
artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut dengan Thariq12. Dengan demikian
dapat di artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Abdul Kadir Mansyi, metode adalah
sebagai cara untuk menyampaikan sesuatu.13
Dari penjelasan pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
metode adalah cara atau jalan untuk meraih hasil yang sempurna dan memuaskan
untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan.
10
Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 59 11
Harjani Hefni, M. Munir , dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 6 12 Harjani Hefni, M. Munir , dkk,
Metode Dakwah, h. 6 13
2. Pengertian dakwah
Ditinjau dari segi bahasa (etimologi) dakwah berasal dari bahasa Arab,
yang berarti panggilan, ajakan atau seruan.14 Secara terminologis dakwah Islam
telah banyak di definisikan oleh para ahli.
Menurut Ahmad Ghalwashy dakwah ialah pengetahuan yang dapat
memberikan segenap usaha yang bermacam-macam yang mengacu pada upaya
penyampaian ajaran Islam kepada seluruh manusia yang mencakup akidah,
syariah, dan akhlak.15
Al-khuli mendefinisikan dakwah sebagai upaya memindahkan umat dari
satu situasi ke situasi yang lain.16 Selain itu dakwah dapat dartikan sebagai suatu
proses mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran
Islam.17
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat: Al-imran ayat: 104
14
Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 17 15
Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 16 16 Wahyu Ilahi MA,
Komunikasi Dakwah, (Bandung: Rosadakarya, 2010), h. 16 17
Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat
yang nenyeru pada kebajikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah
yang mungkar mereka itulah orang-orang yang beruntung”
Sedangkan menurut Wardi Bachtiar, dakwah adalah suatu proses upaya
mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai dengan ajaran
Islam. Dan proses- proses tersebut terdiri dari unsur- unsur:
a. Subjek Dakwah
b. Materi Dakwah
c. Metode Dakwah
d. Media Dakwah
e. Objek Dakwah18
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan dakwah adalah
segenap usaha untuk mempengaruhi serta mengajak umat manusia dari suatu
keadaan ke keadaan yang lain, yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
Sedangkan pengertian metode dakwah merupakan cara-cara yang
dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu Al-
Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan dakwah).
Cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’u untuk
mencapai suatu tujuan dalam dakwah dengan maksud mempengaruhi umat
manusia dari suatu kondisi ke kondisi yang lain, yang sesuai dengan ajaran Islam
18
B. Macam-macam Metode Dakwah Surat An-Nahl: 125
Artinya : “Seruah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara baik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang tersesat dari jalan- Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
Ayat di atas mengandung arti tentang tatacara menjalankan dakwah
terhadap umat manusia. Di Dalam ayat terebut terdapat ragam metode
dakwah.
a. Hikmah
Salah satu makna hikmah dalam berdakwah adalah menempatkan manusia
sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan.19 Sebagai metode dakwah al-hikmah di
artikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih,
menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Di samping itu al-hikmah
juga diartikan sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya.
19
Dalam bahasa komunikasi, hikmah dapat diartikan sebagai situasi yang
mempengaruhi sikap pada komunikan, ini dapat dijelaskan bahwasannya hikmah
itu metode pendekatan komunikasi yang dilakukan secara persuasif (membujuk
secara halus).20 Sedangkan menurut Ali Mustafa Ya'kub; hikmah adalah sebagai
ucapan-ucapan yang tepat dan benar atau argumen-argumen yang kuat dan
meyakinkan.21
Selanjutnya menurut Prof. Dr Toha Yahya Umar, M. A, hikmah adalah
meletakan sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan
mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman dengan tidak bertentangan
dengan larangan Tuhan.22
Dari beberapa pengertian hikmah di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
hikmah adalah kecakapan seorang da’I dalam memilih, memilah dan
menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi mad’u sesuai dengan pengetahuan
dan perkembangan zaman yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.
b. Al-mau’idzatul Hasanah
Secara bahasa kata mauidzah hasanah terbagi menjadi dua kata mau’idzah
dan hasanah. Kata mau’idzah yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan
20
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 37 21
Ali Mustafa Ya'kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997), h. 121
22
peringatan. Sementara hasanah yang memiliki arti kebaikan lawan dari
kejelekan.23
Menurut Abdul Hamid al-Bilali mauidzah hasanah adalah salah satu
metode dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah Swt dengan memberikan
nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.
Mauidzah hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur
bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan,
pesan-pesan positif atau wasiat yang bisa dijadikan sebagai pedoman hidup agar
mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.24
Mau'idzah hasanah juga merupakan nasihat-nasihat yang baik atau
memberi peringatan, kata-kata, ucapan, dan teguran yang baik.25 Dengan cara
lemah lembut melalui ucapan atau perkataan yang enak didengar dan memberi
pelajaran atau nasihat yang akan dapat membuka hati yang keras, dan
mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada dengan ancaman dan hinaan.
Dengan demikian pengertian mauidzah hasanah dapat diartikan sebagai
metode dakwah dengan nasihat- nasihat yang lemah lembut baik menggunakan
baik berupa pendidikan, pengajaran, kisah, serta kabar gembira dan peringatan
agar tujuan dari dakwah ini dapat berkesan di hati para mad’u nya.
23
Harjani Hefni, M. Munir , dkk, Metode Dakwah, h. 15 24
Harjani Hefni, M. Munir , dkk, Metode Dakwah, h. 16 25 Ghazali Darussalam,
c. Mujadallah
Secara bahasa kata mujadalah terambil dari bahasa Arab kata “jadala”
bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan dengan alif pada huruf jim
yang mengikuti wajan fa ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan
“mujadalah” itu perdebatan.
Dari segi terminologi terdapat pengertian al-mujadalah (al-hiwar) dari
segi istilah. Al-mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua
belah pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya
permusuhan di antara keduannya.
Menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantowi, Mujadalah ialah upaya yang
bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan
argumentasi dan bukti yang kuat.26
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mujadalah bil al lati hiya
ahsan adalah bentuk metode dakwah dengan cara bertukar pendapat (diskusi/
dialog) yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yang dilakukan dengan saling
menghormati yang bertujuan agar lawan dapat menerima pendapat yang diajukan
dengan memberikan argumen-argumen, bukti, dan fakta yang kuat.
Adapun bentuk dari metode dakwah diantaranya:
a. Metode pendekatan pribadi (personal approach)
26
Metode ini dilaksanakan dengan cara langsung melakukan pendekatan
kepada setiap individu.27 Dalam prakteknya pelaksanaan dilakukan secara
individu, yaitu dari pribadi ke pribadi secara tatap muka, meski objek dakwah
yang dihadapinya melalui satu perkembangan. Kelebihan dari metode ini adalah
untuk dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisi mad’u. Sedangkan
kekurangannya memerlukan tenaga dan waktu yang cukup lama.
b. Metode diskusi
Metode ini dilakukan dengan cara berdiskusi, khususnya dalam
penyampaian materi, sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah
laku.28 Kelebihan pada metode ini antara lain kesimpulan yang dihasilkan dalam
diskusi akan mudah dipahami. Sedangkan kekurangannya adalah sulit untuk
diramalkan arah penyelesaian diskusi, dan diskusi akan gagal bila tidak dapat
diarahkan dengan baik
c. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah proses penyampaian pesan dakwah melalui
lisan.29 Metode ceramah ini merupakan salah satu teknik dengan cara ucapan atau
27
Proyek Penerapan Bimbingan dan Dakwah/Khutbah Agama Islam Pusat, (Risalah Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana", 1997), h. 36
28
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, "Pedoman Guru Agama Lanjutan Atas", (Jakarta : 1974), h. 15
29
lisan dan merupakan cara berdakwah komunikasional yang telah di pergunakan
oleh kebanyakan para da’i.30
Metode yang paling banyak diwarnai oleh ciri (karakteristik) bicara
seorang mubalig pada suatu aktivitas dakwah.31 Kelebihan metode ini adalah
adanya karakteristik tersendiri dan peluang keberhasilannya pun berbeda dengan
metode lainnya, serta dalam waktu cepat dapat disampaikan materi yang
sebanyak-banyaknya.
Sedangkan kekurangannya, bila da’i tidak memperhatikan psikologis
jama'ahnya, maka materi ceramah yang disampaikan bisa tidak efektif dan akan
cenderung membosankan, sehingga pesan dakwah yang disampaikan tidak
mengena.
d. Metode Tanya Jawab
Tujuan dari metode dakwah ini adalah untuk mendorong para mad’u yang
mengikuti proses pengajaran atau mereka yang mendengarkan untuk menanyakan
masalah yang belum difahami oleh mad’u dan da’i sebagai penjawabnya.32
Kelebihan pada metode ini adalah dapat digunakan sebagai komunikasi
dua arah untuk menjadikan forum yang lebih hidup, dimana da’i dan mad’u sama
-sama aktif untuk menayakan tentang hal-hal yang kurang jelas di hati para mad’u.
30
Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 22 31 Asmuni Syukri,
Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 104 32
Kekurangan dari metode ini adalah hal ini membutuhkan banyak waktu untuk
menyelesaikannya.
e. Metode Bil al- Hal
Dakwah Bil al- Hal merupakan sebuah metode dakwah dengan
menggunakan kerja nyata.33 Maksud dari metode dakwah ini adalah untuk
menyeru, memanggil manusia ke jalan Tuhan untuk kebahagiaan manusia dunia
dan akhirat dengan perbuatan nyata yang sesuai dengan keadaan manusia.
C. Metode Pembinaan Aqidah Muallaf
a. Pengertian Pembinaan
Pembinaan berasal dari bahasa Arab “bina” yang berarti bangun, Dalam
kamus umum bahasa Indonesia pengertian “pembinaan” adalah “pembangunan”
atau “pembaharuan”. Kata tersebut berasal dari kata “bina” yang artinya
“bangun”, kemudian berawalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti pembinaan
yang memiliki arti pembaharuan atau pembangunan.34 Pembinaan dapat disebut
sebagai usaha/ tindakan dan kegiatan secara berdaya guna dan berhasil untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.35
Secara istilah pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan
hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang
33
Harjani Hefni, M. Munir , dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 223 34
W.J.S. Purwadarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 427
35
menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan
kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru
untuk mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara efektif.36
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan
sehari-hari pembinaan itu harus dilakukan secara terus-menerus agar memiliki fungsi
untuk memperbaiki, meningkatkan, mengarahkan, serta mengembangkan daya
kemampuan diri dalam menjalani hidup sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga serta kehidupan sosial masyarakat yang sesuai dengan ajaran Islam.
b. Pengertian Aqidah Muallaf
Menurut bahasa aqidah berakar dari kata aqada- ya’qidu- aqdan-
aqidatan, Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian atau kokoh. Setelah terbentuk
menjadi aqidah yang berarti keyakinan (Al- Munawir, 1984, h. 1023). Relevansi
dari kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di
dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.37
Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang dan tidak ada keraguan
terhadap-Nya. Sedangkan menurut istilah aqidah Islam adalah sesuatu yang
dipercayai dan diyakini kebenarannya oleh hati manusia, sesuai ajaran Islam
dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan Al-hadits. Menurut Hasan Albana:
“Aqa’id (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
36 Mangunhardjana,
Pembinaan Arti dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h. 11 37
kebenarannya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan
yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan”.38
Sedangkan muallaf adalah orang yang baru masuk agama Islam, convert;
Wal Muallafati Qulubuhum; dan para muallaf (supaya tentram) hatinya.39 Dalam
ensiklopedi dasar Islam, muallaf adalah orang yang semula kafir dan baru
memeluk islam, artinya orang yang beserah diri, tunduk, dan pasrah.40
Menurut Kamus Kontemporer Arab- Indonesia muallaf merupakan Orang-
orang yang ditaklukan hatinya.41 Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam,
muallaf (Ar: mu’allaf qalbuhu: jamak; mu’allaf qulubuhum yang artinya orang
yang hatinya dibujuk dan dijinakan) Orang yang dijinakan hatinya agar cenderung
kepada Islam.42
Aqidah Islam tersebut meliputi:
a. Kepercayaan akan adanya Allah dan segala sifat – sifat Nya.
b. Kepercayaan tentang alam gaib.
c. Kepercayaan kepada kitab-kitab Allah yang di turunkan kepada
para rasul.
d. Kepercayaan kepada para Nabi dan Rasul.
e. Kepercayaan kepada hari akhir.
38
Drs. Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, h. 1 39
Moh. E. Hasim, Kamus Istilah Islam, (Bandung, Penerbit Pustaka, 1987) h. 90 40
Achmad Rosestandi, Ensklopedi Dasar Islam, (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993), h. 173
41
Atabik Ali, Ahmad Zuhdi M, Kamus Kontemporer, (Jogjakarta: Koperasi Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, 1996), h. 1586
42 Abdul Aziz Dahlan,
f. Kepercayaan kepada takdir (qadha dan qadar).43
Aqidah merupakan monitor dan pemandu akurat yang dapat mengatur dan
mengarahkan setiap gerak dan langkah manusia. Semua yang timbul baik berupa
perkataan, perbuatan, gerak, langkah hingga getaran-getaran yang berdetak dalam
dinding hati seseorang sangat bergantung pada kemantapaan dan ketegaran
aqidahnnya. Dengan demikian aqidah merupakan otak motor setiap gerak dan
langkah manusia. Bila terjadi sedikit kesenangan dan ketidakberesan padanya
maka akan menimbulkan kerusakan pada gerakan dan langkah yang diciptakannya
menyimpang sangat jauh dari jalan lurus.44
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasannya aqidah muallaf adalah
mereka yang meyakini sebuah keyakinan tanpa ada rasa keraguan. Memeluk satu
pemikiran dan mengakui kebenarannya serta membuang rasa kebimbangan,
tunduk serta patuh dengan apa yang diyakininya. Selain itu muallaf adalah
saudara baru yang memerlukan bimbingan dari pada orang yang lebih arif
mengenai Islam itu sendiri. Peranan mereka dalam menyebarkan Islam adalah
sama penting seperti mana orang-orang Islam yang lain.
c. Metode Dakwah Pembinaan Muallaf
Sesuai dengan pengertian metode dakwah di atas dapat dijelaskan bahwa
metode dakwah merupakan cara atau jalan yang dilakukan oleh da’i untuk
menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u nya dengan tujuan agar pesan
43
Drs. Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI, 2000), h. 6 44 Dr. Abdullah Azzam,
dakwah tersebut dapat diterima dengan baik. Begitu pun cara berdakwah dengan
muallaf. Muallaf memiliki peran penting dalam syiar agama Islam.
Adapun metode dakwah dalam pembinaan muallaf menurut Muhammad
Syarif Siangan (Ketua Umum Dewan Perwakilan Wilayah Pembinaan Iman
Tauhid Islam D/H Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (DPW- PITI)) DKI
Jakarta.45 Metode dakwah dalam pembinaan muallaf dapat dilakukan dengan cara:
a. Pendekatan Pribadi
Pendekatan pribadi dipakai karena pribadi manusia adalah khas. Sebab itu
harus juga ditemui dan dibina dalam kekhasan itu sebagai diri yang unik, sehingga
pribadi tersebut berkembang sepenuhnya.
b. Diskusi
Merupakan sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat dan unsur
pengalaman dengan cara membicarakan suatu masalah dengan tujuan untuk
menemukan pemecahan permasalahan yang terjadi di dalam hidup kita harus
dihadapi dan jangan pernah lari dari masalah terebut, ketika kita tidak berhasil
menghadapinya
45
c. Dialog
Pertukaran ide, pertemuan hati dan fikiran antara dua orang atau lebih
terhadap suatu masalah yang sedang mengalami keretakan dan ketegangan untuk
menjawab permasalahan yang terjadi. Hal ini sangat efektif untuk membantu
seorang muallaf ataupun orang yang belum masuk Islam untuk menetukan
jawaban terhadap permasalahan yang terjadi.
d. Konsultasi
Sebuah wadah untuk terciptanya suasana yang kondusif bagi
pengembangan keperibadian seorang muallaf dalam menyelesaikan persoalan
yang dihadapi baik di lingkumgan keluarga, disekelilingnya maupun diri sendiri.
Pengalaman spiritual yang dialami oleh Muhammad Syarif Siangan
menjadi motivasi tersendiri bagi para muallaf untuk dapat mendalami Islam
dengan cara menjalankan ibadah-ibadah seperti:
1. Menunaikan shalat lima waktu maupun shalat sunnah.
2. Menjalankan puasa wajib dan sunnah
3. Membayar zakat fitrah maupun zakat mal, infak dan shadaqah.
4. Membaca Al-qur’an, memahami serta mengamalkannya
5. Serta melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan- Nya.
Pembinaan terhadap muallaf memiliki peran penting terhadap
muallaf masih belum terstruktur. Menurut penasihat Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (PITI), Muhammad Syafii Antonio. Pendekatan pembinaan muallaf
belum menggunakan pendekatan spiritual ataupun intelektual.46
Menurutnya kehidupan para muallaf datang dari latar belakang intelektual
dan tingkat pengetahuan keislaman yang berbeda, sehingga dibutuhkan kurikulum
pembinaan yang berbeda, pembinaan muallaf masih menyamaratakan latar
belakang tingkat pengetahuannya.47
Untuk mengatasi masalah tersebut mekanisme tes awal perlu dilakukan
terhadap para muallaf. Selanjutnya dapat terlihat sejauh mana muallaf tersebut
memiliki pemahaman tentang Islam. Dan pembinaan dilakukan berdasarkan
tingkat pemahaman yang mereka miliki. Dengan kondisi seperti inilah dapat
dibuat silabus atau kurikulum sebagai panduan dalam pembinaan terhadap
muallaf, semacam kurikulum berjenjang yang disesuaikan dengan tingkatan
pemahaman tentang keimanan Islam.48
Sedangkan menurut Fianne Alisja Braja (Sekjen Paguyuban mualaf Masjid
Agung Sunda Kelapa) menuturkan para muallaf yang terus menjalani proses
pembinaan harus melalui pendekatan personal, diakuinya bahwa pendektana
secara personal merupakan cara yang paling efektif sehingga mereka yang
46
Republika Online, “Pembinaan Mualaf Belum Terstruktur”di Akses pd tgl 05 09 2013, jam 11.30 dari ”http://islamkitasemua.wordpress.com/2010/01/21/pembinaan-mualaf-belum-terstruktur/
47
Republika Online, “Pembinaan Mualaf Belum Terstruktur”di Akses pd tgl 05 09 2013, jam 11.30 dari ”http://islamkitasemua.wordpress.com/2010/01/21/pembinaan-mualaf-belum-terstruktur/
48
mengikuti pembinaan dapat terkontrol. Selain itu harus adanya program
pembinaan dengan pertemuan rutin dan pertemuan setiap hari besar dan lainnya.49
Penulis dapat menyimpulkan bahwa metode dakwah pada proses
pembinaan muallaf itu harus dilakukan melalui berbagai pendekatan metode
seperti pendekatan interpersonal, diskusi, dialog dan konsultasi yang semuanya itu
dilakukan secara berkelanjutan dan pola pembinaan pun harus lebih terstruktur di
mana pemberian porsi pengetahuan ajaran agama Islam disesuaikan dengan latar
belakang pengetahuan tentang kesilaman para muallaf, melalui tes terhadap
pemahaman tentang keislaman setelah itu mereka dapat dikategorikan atau dibagi
berdasarkan tingkat pengetahuannya (dijenjangkan).
Porsi mereka pun dapat dibuat dengan struktur pengembangan silabus dan
kurikulum pada tahap proses pembinaan muallaf. ini diharapkan agar pembinaan
terhadap muallaf dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
49Lazzuardi Birru “Konsistensi Pembinaan Para Mualaf
BAB III
PROFILE USTADZ SYAMSUL ARIFIN NABABAN DAN PONDOK PESANTREN PEMBINAAN MUALLAF ANNABA CENTER
A. Profile Ustadz Syamsul Arifin Nababan 1. Riwayat hidup Ustadz Syamsul Arifin Nababan
Bernard Nababan begitu orang tuanya memberikan nama, beliau adalah
putra ketiga dari tujuh bersaudara, Allah dengan kuasanya telah memberikan jalan
terbaik bagi kehidupannya.50 Pria kelahiran Tebing Tinggi Sumatra Utara 10
November 1969. Dengan mantap dengan keyakinan hati beliau mengikrarkan diri
untuk menjadi seorang muslim yang kaffah. Semua ini berkat kuasa dan rahmat
Allah Swt, hingga akhirnya Syamsul Arifin Nababan adalah sebagai nama
identitas baru sebagai muslim.
Menurut beliau ketaatan dalam beribadah merupakan perbaikan akhlak
serta kewajiban berjihad di jalan Allah. Sebagai saudara muslim yang terikat
dalam hubungan saudara seiman, muslim diwajibkan untuk selalu mengingatkan
dengan jalan dakwah mengajak ke jalan kebaikan. Ustadz Syamsul Arifin
Nababan adalah mantan missionaris gereja, hidayah Islam menghantarkan beliau
menjadi seorang muslim yang kaffah, awalnya beliau tertarik dengan Islam karena
50
banyak belajar tentang ilmu-ilmu perbandingan agama. Dari sekian banyak agama
yang beliau pelajari ia hanya tertarik dengan agama islam.51
Selain itu ustadz Syamsul Arifin Nababan juga seorang pendakwah,
Ayahnya seorang pendeta dan ibunya seorang pemandu paduan suara di gereja.
Beliau mempunyai perjalanan hidup yang menarik sejak kecil selama memeluk
agama kristen sampai akhirnya berpindah menjadi seorang muslim.
Beliau tujuh bersaudara dan dibesarkan dalam keluarga Kristiani yang taat.
Proses menjadi seorang muslim ini ketika beliau sering membaca ilmu
perbandingan agama Islam-Kristen saat masih kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu
Teologi yang rencananya beliau akan disiapkan untuk menjadi seorang pendeta.
Dari ilmu perbandingan agama inilah beliau ragu dengan kebenaran isi
alkitab namun tidak serta merta beliau memeluk Islam, sampai ia terus mendalami
dan membandingkan agama Kristen-Islam, karena penasaran sampai buku itu
dibaca berulang-ulang puluhan kali. Akhirnya hidayah memang sudah memilih
beliau, pada tahun 1991 dengan mantap ustadz Syamsul Arifin Nababan masuk
Islam.52
Pada 1997 beliau diundang oleh kerajaan Arab Saudi untuk melakukan
ibadah haji. Ketika kembali pulang ke kampung halaman, usai menunaikan rukun
islam yang kelima, ustadz Syamsul Arifin Nababan memutuskan untuk
51 Hasil wawancara pribadi dengan ustadz Syamsul Arifin Nababan pada 31 Mei 2013 52
menyiarkan agama yang ia yakini kebenarannya itu. Hingga akhirnya dua adiknya
berhasil di Islamkan.
Dari pengalaman mengislamkan adiknya, beliau memutuskan untuk terus
melakukan dakwah. Dan di Jakarta beliau memulai karirnya sebagai pendakwah,
beliau berceramah dari masjid ke masjid, kantor ke kantor. Hingga akhirnya
beliau dengan yakin mendirikan sebuah pesantren khusus menyantuni,
membimbing, dan membina muallaf agar mereka dapat mampu mandiri baik
secara mental/ psikis ataupun ekonomi.53
2. Pendidikan Ustadz Syamsul Arifin Nababan
Pendidikan yang beliau tempuh;
a. SDN di Ujung Padang, Labuan Batu. Tapanuli Utara
b. SMP di Ujung Padang, Labuan Batu. Tapanuli Utara
c. SMA di Ujung Padang, Labuan Batu. Tapanuli Utara
d. S1 di Institut Agama Islam Al- Aqidah Jakarta
e. S2 di Institut Ilmu Al- Quran Jakarta
B. Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center
Sejarah berdirinya pondok pesantren pembinaan muallaf ini bermula dari
keperihatinan ustadz Syamsul Arifin Nababan ketika beliau melihat nasib para
53
muallaf yang amat memperihatinkan. Banyak para muallaf setelah mereka
mengikrarkan untuk menjadi seorang muslim, kehidupan mereka terlunta-lunta
dalam mempertahankan hidup dan menjaga aqidahnya (Islam).54
Banyak dari mereka yang terusir dari keluarganya setelah masuk Islam,
mereka dihadapkan pada kenyataan yang pahit tidak di anggap sebagai bagian dari
keluarga dan sering mendapatkan teror dan ancaman. Selain itu ada diantara
mereka yang dipecat dari pekerjaannya, dan di jauhi oleh teman- kerabatnya.
Ditambah kepedulian masyarakat Islam amat sangat minim, hak mereka
terabaikan. Seharunya mereka mendapatkan haknya sebagai muallaf karena
mereka adalah salah satu asnaf / mustahik dari delapan asnaf yang mendapat
zakat.55
Berangkat dari kisah pilu itulah hingga akhirnya beliau ingin melakukan
perubahan untuk keberlangsungan hidup para muallaf, ustadz Syamsul Arifin
Nababan mulai merangkul mereka dan memperhatikan kehidupan para muallaf
dengan harapan agar mereka tidak merasa sendiri dan mereka pun tidak berbalik
arah kembali kepada keyakinan semuala/ kemurtadan. Dari hal inilah beliau
mendirikan sebuah pesantren khusus membina dan mendidik para muallaf, sampai
mereka mampu berdiri baik secara mental/ psikis atau ekonomi.
Pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba didirikan pada tahun 2007.
Pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center ini terletak di Jl.
Cendrawasih IV No.1 RT.02, RW.04 Kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat,
54
Annaba. Muallaf News Inspiration for Muallaf . (edisi Juli 2012), h. 4
55
Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Dahulu pondok pesantren ini hanyalah
sebuah bangunan kecil yang terdiri hanya dari beberapa kamar, hingga akhirnya
ustadz Syamsul Arifin Nababan rela untuk menjual rumahnya untuk memperluas
bangunan pesantren.
Tujuan dari pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center untuk
membina, mendidik, dan menyantuni muallaf sampai mereka mampu berdiri
sendiri, selain itu pondok pesantren ini difokuskan untuk mengefektifkan kinerja
pembinaan secara lebih baik, efektif dan efisien.
2. Santri dan Aktivitas Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf
Pondok pesantren ini memiliki visi membentuk kader-kader muslim yang
kaffah dan mampu membentengi diri dengan penguatan aqidah Islamiah. Untuk itu
kegiatan pondok pesantren ini dimulai dari bangun tidur, shalat subuh berjamaah,
kemudian dilanjutkan dengan kajian tafsir, waktu bebas dan dilanjutkan kembali
setelah shalat Ashar.
Para santri diberi kebebasan untuk mengenyam pendidikan di
sekolah-sekolah umum sesuai tingkatannya. Di sini para santri diberikan pendidikan aqidah
guna membentengi mereka yang masih belum stabil serta menanamkan fondasi
keislaman yang kokoh berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Pondok
pesantren ini mengajarkan pelajaran aqidah, hadis, tafsir, sirah nabawiyyah, dan
bahasa Arab. Selain itu para santri juga dianjurkan menghafal al-Qur’an. Setiap akhir
Semua Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di pesantren ini tidak dikenakan
biaya/ gratis. Para pengelola yang berusaha mencari rezeki agar dapat memberikan
semua fasilitas secara gratis. Pesantren ini juga membuka pintu selebar-lebarnya bagi
siapa saja yang ingin mengenal dan belajar Islam. Para santri muallaf yang tinggal di
tempat ini pun datang dari latar belakang dan usia yang berbeda-beda. Mereka berasal
dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Papua, Timor Leste, Nias, Kalimantan,
dan Jawa. Santri di sini ada yang sudah duduk di bangku kuliah, dan ada pula santri
yang baru mengenyam pendidikan Setara SMP dan SMA.
Meski usia berbeda, semua santri mendapat pendidikan yang sama. Para
pembina selalu menanamkan prinsip saling menghormati dan menyayangi satu sama
lain. Selain itu setiap bulannya pesantren ini mengadakan perlombaan hafalan
al-Qur’an dan liqa’ (pertemuan) bersama ustad-ustad dari luar pesantren. Untuk sekedar
refreshing di luar pesantren seperti outbond.56
Di sini Ustadz Syamsul Arifin Nababan menargetkan para muallaf dibekali
ilmu agama selama tiga tahun. Dengan begitu, mereka memiliki bekal untuk
berdakwah di tanah kelahirannya masing-masing dengan harapan mereka dapat
berdakwah dan membawa keluarganya ke jalan yang benar. Pesantren pembina
muallaf ini sangat bermanfaat bagi umat khususnya para muallaf. karena sudah
menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk membantu perkembangan muallaf.
56
3. Progran Kerja Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center
Program Pembinaan
1. Memberikan dasar- dasar aqidah Islamiyah melalui kajian rutin.
2. Memberikan dasar- dasar ilmu perbandingan agama.
3. Memberikan pelatihan khutbah dan atau ceramah- ceramah yang
efektif.
4. Menyelenggarakan pendidikan formal dari tingkat dasar sampai
perguruan tinggi.
5. Menyelenggarakan pendidikan pesantren dengan pola terpadu
(Islamic Boarding School System).57
Program Pengembangan
1. Menghafal Al-Quran dan tafsirnya.
2. Menghafal hadist dan sarahnya.
3. Penguasaan bahasa Arab
4. Penguasaan bahasa Inggris58
Program Vokasional
1. Pendidikan keterampilan
2. Menyelenggarakan baitul Mal wa Tamwil
3. Annaba Smart (Swalayan)
4. Pusat pelayanan ibdah haji dan umrah
57 Annaba.
Muallaf News Inspiration for Muallaf , h. 5 58
5. Pusat konsultasi perbandingan agama dan hukum Islam
6. Pusat konsultasi keluarga sakinah
7. Koperasi pesantren.59
4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center
Visi:
Membentuk kader-kader muslim yang kaffah dan mampu menjadi avant-
guard (penjaga gawang) bagi penguatan aqidah Islamiyah.60
Misi:
Sebagai sebuah institusi pendidikan non formal yang akan melahirkan
pribadi- pribadi muslim yang kaffah, berkarakter, dan berjiwa kemandirian. Maka
misi Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba di tuangkan dalam beberapa
misi berikut:
Menggurkan seluruh sisa-sisa keyakinan sebelumnya dan menggantikan
dengan iman Islam yang lurus:
1. Menanamkan pondasi keislaman yang kokoh berdasarkan al-
Quran dan Sunnah Rasulullah Saw.
2. Mencetak juru dakwah (da’i) yang militan dan berwawasan
perbandingan agama.
59
Annaba. Muallaf News Inspiration for Muallaf, h. 5 60
3. Membentuk pribadi muslim yang berakhlakul karimah, mandiri
dan terampil.
4. Menggalang kesatuan dan persatuan diantara kaum muslimin
Indonesia dalam memberikan daya dukung terhadap kekuatan iman
dan taqwa yang mantap bagi saudara kita kaum muallaf.
5. Sebagai ikhtiar kelembagaan dalam rangka mengajak masyarakat
untuk peduli melihat keterbelakangan pendidikan dan pembinaan
muallaf di Indonesia, padahal mereka merupakan salah satu potensi
dan asset umat yang dapat diandalkan keberadaanya bagi bangunan
masyarakat bangsa yang beriman dan bertaqwa.61
61
BAB IV
METODE DAKWAH USTADZ SYAMSUL ARIFIN NABABAN DALAM MEMBINA AQIDAH SANTRI MUALLAF.
A. Konsep Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan
Menurut ustadz Syamsul Arifin Nababan, mengurus konsep dakwah untuk
muallaf tak semudah mengkonsepkan dakwah bagi kaum Islam pada umumnya.
Membina muallaf itu harus mempunyai strategi dan metode, kita akan
berbeda pendekatan berceramah di luar orang- orang pada umumnya, kalau
muallaf ini harus dengan cara pendekatan interpersonal, dan metode yang
digunakan harus variatif agar dakwah yang digunakan tidak bosan.62
Dalam membina, mendidik dan membimbing muallaf untuk memiliki
keperibadian secara muslim itu dibutuhkan proses dan waktu yang panjang.
Pendekekatan interpersonal memiliki pengaruh yang kuat dalam proses
pengenalan ajaran agama Islam.
Pendekatan interpersonal ini dilaksanakan dengan cara langsung
melakukan pendekatan kepada santri guna mencapai kedekatan psikologis. Dalam
prakteknya pelaksanaan dilakukan secara individu, yaitu dari pribadi ke pribadi
secara tatap muka, ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui secara langsung
62
situasi psikologis dan kondisi santri. Dan prosesnya pun dibutuhkan tenaga dan
waktu yang cukup lama untuk memahami keadaaan santri.
Meski mereka telah menjadi seorang muslim, tidak mudah untuk
mengugurkan sisa- sisa dari kepercayaan agama sebelumnya, dan di sinilah
dituntut cara berdakwah dengan jalan kearifan (Hikmah), melalui cara dan
pendekatan secara interpersonal dan berkelanjutan, selain itu pendekatan
psikologis dapat membantu perkembangan keperibadian santri melalui cara tidak
memaksa untuk berutinitas Islam terlebih dahulu tapi diberikannya kelonggaran
waktu untuk menyesuaikan dengan ajaran agamannya yang baru.
Menurut penulis pendekatan psikologis memang mutlak diperlukan dalam
kegiatan berdakwah, pendekatan ini untuk memudahkan da’i dalam melakukan
kegiatan dakwahnya. Dengan mengetahui keadaan psikologis mad’u nya maka
seorang da’i akan lebih mudah dalam menentukan bagaimana metode dan materi
dakwah yang tepat unntuk diterangkan kepada para mad’u nya.
Selain itu pemberian reward salah satu cara untuk memotivasi santri untuk
menjadikan pribadinya jauh lebih baik. Memberikan reward kepada kepada para
santri yang telah sukses dalam menggugurkan sisa keyakinan terdahulunya,
langkah inovatif ini untuk memotivasi para santri untuk secara berkelanjutan dan
bertahap untuk mulai beristiqomah terhadap Islam dan meninggalkan terhadap
keyakinan yang lama.63
63
Proses perjalanan hidup akan dijadikan sebagai contoh untuk para muallaf
lainnya. Beliau memiliki kredibilitas pembinaan dakwah yang baik karena
memiliki nilai cerita yang sama dalam memperjuangkan Islam sebagai agama
yang benar.
Menurut beliau pembinaan muallaf yang selama ini berjalan kurang
maksimal karena secara psikologis dibina oleh sosok yang bukan muallaf.
Pembinaan yang berlangsung tidak mengena pada persoalan psikologis yang
dialami para muallaf lantaran pembina tidak pernah merasakan nasib yang sama.
Beliau berpendapat bahwa yang tepat membina muallaf adalah orang-orang yang
dahulunya muallaf. Karena merasa senasib, mengetahui psikologis para mualaf.64
Dakwah yang efektif dikalangan mullaf itu harus berasal dari pembina
yang muallaf. Mengapa Pembina mualaf lebih efektif dalam berdakwah di
kalangan para muallaf? Ini dikarenakan para muallaf membutuhkan sosok yang
mampu menjadi contoh dalam proses pembelajaran dalam mengenal agama Islam.
Dakwah yang beliau lakukan sudah tepat. Karena beliau pernah merasakan
menjadi seorang muallaf.65
Belajar dari seorang muallaf dan bukan muallaf itu berbeda. Meski ilmu
yang disampaikan sama, tapi hasilnya terasa berbeda. Pembina yang bukan
muallaf mungkin tidak memiliki pengalaman bagaimana menghadapi perlawanan
keluarga, kerabat dan sahabat setelah menyatakan keislaman. Sehingga pembina