• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode dakwah ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam membina aqidah santri muallaf di pondok pesantren pembinaan muallaf annaba center Tangerang Selatan Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode dakwah ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam membina aqidah santri muallaf di pondok pesantren pembinaan muallaf annaba center Tangerang Selatan Banten"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

TANGERANG SELATAN BANTEN.

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh: Taufiq Halily NIM: 109051000223

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

Taufiq Halily

Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam membina Aqidah Santri Muallaf di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center Tangerang Selatan Banten.

Muallaf merupakan hamba Allah yang baru memeluk Islam. Membina muallaf membutuhkan suatu metode dan pendekatan. Di satu sisi, metode kadang tak sejalan dengan pengaplikasiannya di lapangan. Di sisi lain dengan metode memudahkan da’i dalam mendidik dan membina muallaf untuk lebih mudah mengarahkan ke jalan Allah Swt.

Berdasarkan kontek di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana konsep metode dakwah ustadz Syamsul Arifin Nababan? Dan bagaimana aplikasi metode dakwah tersebut

Metode dakwah adalah cara atau jalan dalam menyampaikan risalah Islam. metode dalam membina muallaf berpengaruh besar terhadap peningkatan aqidah. Pendekatan interpersonal dan psikologis mampu mengarahkan santri muallaf pada peningkatan keimanan melalui kajian teori dan praktek.

Teori yang digunakan dalam membina muallaf berdasarkan pendekatan pribadi, dikusi,dialog dan konsultasi. (Muhammad Syarif Siangan Ketua Umum di Dewan Perwakilan Wilayah Pembinaan Iman Tauhid Islam D/H Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (DPW- PITI) DKI Jakarta).

Konsep dakwah beliau berdasarkan pada pendekatan interpersonal dan psikologis dengan melakukan dua hal yang paling mendasar, menguggurkan sisa keyakinan agama sebelumnya dan memberikan dasar ajaran agama Islam melalui kajian- kajian keislaman yang telah terjadwalkan di pondok pesantren. Semua dilakukan untuk menjadikan santri muallaf sebagai agen of change dalam dakwah Islam dimasa yang akan datang.

Pengaplikasian metode dakwah ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam membina aqidah santri muallaf dengan cara hikmah (ceramah, Tanya jawab dan dialog), kemudian bil hal. Dan konsep metode dakwah dalam pembinaan santri di sana sesuai dengan pelaksanaanya. Meski santri berbeda latarbelakang pengetahuan keislaman, semua santri mendapat pengajaran yang sama dan tidak ada jenjang pendidikan.

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt, Tuhan seru sekalian

Alam. Dengan segala Rahman dan Rahim- Nya, tak terasa amanat menuntut ilmu

yang di sokongkan oleh orang tua kepada penulis telah sampai hingga perguruan

tinggi ditandai dengan rampungnya penulisan skripsi ini sebagai syarat mencapai

gelar sarjana strata satu.

Tiada kata yang pantas terucap selain kata syukur, penulis haturkan

kepada Sang Maha Pencipta yang senantiasa memberikan kekuatan dan

kenikmatan kepada hamba dan semua umat- Nya yang tak luput dari dosa dan

lemah ini. Oleh karena itu, wajib kiranya kami mohon ampunan dan

perlindungan- Nya. Segala kelancaran dan kemudahan penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini merupakan suatu anugrah yang diberikan oleh-

Nya. Kemudian, tak lupa untaian kata shalawat kepada Nabi Muhammad Saw,

pembimbing dan penerang kehidupan umat manusia hingga akhir zaman. Semoga

cahya- Mu menyinari kami.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula kiranya dengan skripsi ini.

Karena itu penulis akan menerima penuh dengan rasa hormat dan terima kasih

atas kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan keseluruhan isi

skripsi ini.

Dengan ini, penulis perlu mengurai rasa terima kasih kepada segenap

(6)

iii

1. Kedua orang tua Bapak Husen S. P.d. I dan Bunda Sumiyati yang selalu

ku cinta yang memiliki peran yang sangat penting dan tak terkira, yang telah memberikan do’a yang tulus dan ikhlas, motivasi, dan kasih sayang

serta dukungan moril dan materil kepada penulis untuk tetap semangat.

Serta terima kasih ku kepada kakak Tony Azharudin, Nurmala Sari, Adik

Aldi Hasbullah, Tita Kartika, serta sepupuku,Luky Ardika, Narul Al-

Ghazali, Putry Azizah, Alpagir Mubarak, Nazla serta Om Rafiq, Tante

Eni, Om Aziz dan Tante Enjen yang selalu membantu dan selalu

memberikan semangat untukku.

2. Dr. Arif Subhan, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, M. A, Pudek II Drs. H.

Mahmud Jalal, M. A, Pudek III Drs. Study Rizal, M.A

3. Drs. Jumroni, M. SI dan Umi Musyarofah, M. A selaku Ketua Jurusan dan

Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Drs. Masran M. A, Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu, kesabaran dan yang telah memberikan banyak

pengarahan serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Pembimbing Akademik Bapak Fauzun Jamal Lc, yang selalu

mempermudah anak didiknya untuk bersemangat dalam belajar, selalu

mendengar keluhan kami. Kami ucapkan banyak terima kasih.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah

(7)

iv

studi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Teman share terbaikku sahabat Bolang Lovers Aisyah Nuraeni,

Khoirunnisa, Fillayli Adisty, Isra Makiyah, Mega Nur Fitriana yang selalu

membantu dan menemani di kampus, tanpa kalian aku hampa.

8. Ustadz Syamsul Arifin Nababan dan teman- teman di Pondok Pesantren

Pembinaan Muallaf Annaba Center. Kepada ustadz Ozi Setiadi dan ustadz

Idham Chalid yang selalu bersedia membantu, mendukung dalam proses

penelitian penulis dan membantu dalam pengumpulan data- data untuk

penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat- sahabat terbaikku di PBA 2008, kemudian teman di KPI A, B

Angkatan 2009 dan khususnya KPI G terima kasih atas segala kebaikan

yang telah kalian berikan, yang selalu memberikan pelajaran yang

berharga bagiku setiap harinya. Terima kasih atas segalanya.

10.Ucapan terima kasih ku yang tak terhingga kepada Sahabat ASA dan

Keluarga besar Dersane. Dear Aa Sulaiman, Agung Taufiqurrahman Sy,

All Abilers, Soleh Setiawan, M. Reza Akbar, Syifa Rohmah, Diah Rukmana Sari, Allifiana Ramadhani, Nur Soliha, Nailis Sa’adah, Nur Asia

Jamil, Ahmad Akrom, Ade Saputra, Rizka Karenini, Rifqy FS, terima kasih atas do’a, motivasi, bantuan dan semangat yang kalian berikan untuk

(8)

v

11.Untuk Daichy Family, Dewi Yulita Anggraeni, Yayah Mardiyah, Cas

Fitriani, Ade Astuti, Abdul Rohman terima kasih atas segala nasehat, dukungan dan do’a nya.

Terima kasih atas semua yang telah meluangkan waktunya untuk

sharing dan berbagi info serta memberikan inspirasi dalam penyusunan skripsi

sehingga skripsi ini tepat pada waktunya. Semoga Allah membalas kebaikan kaliani semua. Amin…

Dan penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun

sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna

dan bermanfaat bagi semua pihak Amin.

Jakarta, 15 September 2013

(9)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI……….. vi

BAB I: PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah………. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 6

D. Metodelogi Penelitian………... 7

E. Tinjauan Pustaka……….. 12

F. Sistematika Penulisan………... 13

BAB II: TINJAUAN TEORITIS……… 15

A. Metode Dakwah…..……… 15

1. Pengertian Metode ………... 15

2. Pengertian Dakwah………... 16

3. Macam- macam Metode Dakwah………. 18

B. Metode Pembinaan Aqidah Muallaf………... 24

1. Pengertian Pembinaan………... 24

(10)

vii

3. Metode Pembinaan Muallaf……….. 27

BAB III: PROFIL USTADZ SYAMSUL ARIFIN NABABAN DAN

PONDOK PESANTREN PEMBINAAN MUALLAF ANNABA

CENTER

32

A. Profil Ustadz Syamsul Arifin Nababan……….. 32

1. Riwayat hidup Ustadz Syamusl Arifin Nababan………….. 32

2. Pendidikan Ustadz Syamsul Arifin Nababan……… 34

B. Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center……….. 34

1. Sejarah berdirinya pondok pesantren Pembinaan Muallaf

Annaba Center……… 34

2. Santri dan aktifitas pondok pesantren Pembinaan Muallaf

Annaba Center……….. 36

3. Program kerja pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba

Center……….. 38

4. Visi dan Misi pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba

Center………..……… 39

BAB IV: METODE DAKWAH USTADZ SYAMSUL ARIFIN

NABABAN DALAM MEMBINA AQIDAH SANTRI MUALLAF

41

A. Konsep metode dakwah Ustadz Syamusl Arifin Nababan di

Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center…………... 41

B. Aplikasi Metode Dakwah Ustadz Syamusl Arifin

(11)

viii

BAB V: PENUTUP……… 61

A. Kesimpulan……….... 61

B. Saran………... 62

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah

Dakwah merupakan suatu aktifitas mulia yang menjadi kewajiban bagi

muslim, memiliki tujuan untuk mengajak seluruh umat manusia ke jalan yang

benar (Islam) yang dilakukan dengan hikmah, mauidzah hasanah, dan mujadalah

bil ihsan, dengan tujuan agar manusia keluar dari jalan kegelapan (Jahiliyah)

menuju jalan yang bercahaya (Islam).

Islam adalah agama dakwah, baik dalam teori ataupun praktek hal ini telah

ada sejak ada zaman nabi Muhammad Saw dan nabi-nabi sebelummnya, nabi

Muhammad sendiri bertindak sebagai pimpinan dakwah Islam dalam kurun waktu

yang cukup lama dan telah berhasil menarik banyak penganut dari kaum kafirin.1

Dakwah tidak sekedar menyampaikan pesan agama kepada orang lain,

melainkan di dalam berdakwah harus mempunyai metode dan tatacara tersendiri

untuk diketahui dan dimengerti oleh setiap orang (lebih khusus da’i), agar dakwah

itu sendiri bisa tertata dengan rapi dan apik, sehingga apa yang disampaikan oleh

da’i dapat dimengerti dan dipahami oleh mad’u. Dan untuk selanjutnya agar

dakwah itu dapat berhasil secara maksimal.

Dakwah merupakan seruan, panggilan, atau ajakan untuk menuntun

manusia ke jalan kebaikan dan kebenaran. Sudah menjadi fitrah manusia bahwa

1

(13)

mereka akan menyambut seruan dan agama Allah Swt demi terciptanya

perdamaian kehidupan dunia dan akhirat melalui risalah nabi Muhammad Saw.

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah agama, sehingga manusia disebut

sebagai makhluk yang beragama. Agama tak lepas dari peran dakwah sebagai

petunjuk jalan hidup.

Islam adalah agama dakwah.2Agama yang di wahyukan Allah Swt dan

diyakini sebagai jalan keselamatan dan mengajarkan kepentingan akhirat. Dalam

proses perjalanan kehidupan beragama, hadir masa di mana manusia tidak merasa

tenang, tidak nyaman, dan tidak puas terhadap agama yang di anutnya sehingga

menimbulkan konflik, pertentangan batin, kekecewaan, dan kegelisahan yang

biasanya menyebabkan orang tersebut mudah putus asa.

Perubahan keyakinan pada diri seseorang bukanlah suatu hal yang terjadi

secara kebetulan, tetapi suatu kejadian yang didahului oleh berbagai proses dan

kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari. Keputusan yang diambil oleh para

muallaf adalah hal yang paling sulit dalam hidupnya, karena menyangkut nasib

mereka di dunia dan akhirat. Muallaf memilih agama Islam melalui ketekunan

dan pengorbanan. Berbagai tekanan mereka rasakan baik dari keluarga, karib-

kerabat dan kawan-kawan non muslim yang menentang keputusan mereka untuk

menjadi seorang muslim.

Konversi agama adalah hal yang amat sangat dilema, tidak mudah bagi

seseorang untuk merubah sebuah keyakinan/ aqidah baru dalam kehidupannya.

Ustadz Syamsul Arifin Nababan adalah seorang muallaf dan mantan misionaris

2

(14)

gereja yang mendapat hidayah dari Allah Swt untuk mengemban misi dakwah.

Kredibilitas beliau dibidang kristologi amat sangat mumpuni, menjadikan ustadz

Syamsul Arifin Nababan mempunyai tekad yang kuat untuk menyebarkan agama

Islam. Dedikasinya cukup besar dalam penyebaran arus informasi tentang

keislaman di lingkungan para muallaf, calon muallaf dan masyarakat luas.

Beranjak dari dakwah inilah beliau mendirikan sebuah pesantren khusus

pembinaan muallaf. Pondok pesantren pembinaan Muallaf Annaba Center sebagai

lembaga pendidikan Islam non formal yang menaungi para muallaf dan

orang-orang yang ingin mengetahui jauh lebih mendalam tentang agama Islam.

Sejarah lahirnya pondok pesantren muallaf ini bermula dari rasa empati

ustadz Syamsul Arifin Nababan ketika melihat nasib para muallaf yang terlunta-lunta

dalam memperjuangkan hidupnya. Kebanyakan mereka terusir dan putus hubungan

dengan keluarganya setelah masuk Islam.

Ini konsekuensi yang harus mereka terima. Tantangan mereka begitu berat,

tidak dianggap bagian dari keluarga, sering mengalami teror dan ancaman. Namun

mereka yakin hanya keimanan dan kebenaran Islam yang akan menyelamatkan

mereka dunia dan akhirat. Selain itu kurangnya kepedulian masyarakat terhadap

mereka masih sangat minim. Muallaf yang berjuang menjadi seorang muslim justru

terabaikan. Bahkan hak mereka sebagai mustahik jarang diberikan. Padahal mereka

salah satu dari delapan asnaf yang disebutkan dalam al-Qur’an.

Melihat fenomena yang memilukan tersebut, ustadz Syamsul Arifin Nababan

(15)

harapan keyakinan mereka agar tidak berbalik arah pada kemurtadan atau kembali ke

agama sebelumnya.

Pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center didirikan khusus

membina, mendidik, dan menyantuni muallaf sampai mampu hidup mandiri baik

secara ekonomi ataupun psikis. Dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik

untuk menjadikan ini sebagai bahan penelitian. Dan penelitian yang dilakukan

adalah “Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam Membina Aqidah Santri Muallaf di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center- Tangerang Selatan Banten

Dari penjelasan di atas dakwah dalam kegiatan pemberdayaan atau

pembinaan terhadap muallaf menjadi hal yang amat penting. Karena sebagai

orang yang menjalani keyakinan baru haruslah memahami prinsip-prinsip

ajarannya, itu merupakan pedoman hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Suatu hal yang mustahil apabila seseorang dapat memetik manfaat dari

suatu ajaran sedangkan tidak mempelajari dan memahami ajaran tersebut.3

Penulis memilih penelitian ini karena ustadz Syamsul Arifin Nababan

adalah pendakwah yang berdedikasi besar terhadap penyebaran Islam dalam

pembinaan para muallaf dan orang-orang yang ingin lebih mengetahui tentang

agama Islam.

3

Prawira, Anwar R, Petunjuk Praktis Bagi Calon Pemeluk Agama Islam,( Jakarta: YPI Al-Azhar)

(16)

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam hal ini penulis membatasi pembahasan hanya pada metode dakwah

yang dipakai Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam Membina Aqidah Santri

Muallaf di pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba - Tangerang Selatan

Banten. Untuk membatasi masalah penelitian maka penulis hanya meneliti pada

tanggal 31 Mei sampai 31 Agustus 2013.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka perumusan masalah sebagai

berikut:

a. Bagaimana konsep metode dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam

membina aqidah santri muallaf di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf

Annaba Center?

b. Bagaimana aplikasi dari metode dakwah yang dilakukan Ustadz Syamsul

Arifin Nababan terhadap santri muallaf di Pondok Pesantren Pembinaan

(17)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

a. Untuk mengetahui konsep metode dakwah Ustadz Syamsul Arifin

Nababan dalam Membina Aqidah di Pondok Pesantren Pembinaan

Muallaf Annaba

b. Untuk mengetahui aplikasi metode dakwah Ustadz Syamsul Arifin

Nababan di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Akademis

Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu dakwah, dan juga dapat

menjadi sumber refrensi bagi peneliti selanjutnya.

b. Secara Praktis

1. Adapaun manfaat praktis dari penelitian ini juga dapat dijadikan

sebagai bahan masukan bagi para da’i dalam merencanakan metode

dalam aktifitas dakwahnya.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan akan menjadi sebuah panduan

tambahan bagi para juru dakwah untuk dapat menyampaikan

(18)

D. Metodelogi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang

memberikan gambaran secara objektif suatu masalah. Metodelogi penelitian

dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan penelitian lapangan (field

research) dengan cara mendatangi langsung objek yang akan diteliti untuk

mendapatkan data- data yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

Metode yang digunakan adalah deskriftif analisis, yaitu memberikan gambaran

terhadap subjek dan objek penelitian.

Berdasarkan fakta yang ada dalam teknik pengumpulan data penulis

memeperoleh langsung dari objek penelitian berupa catatan tertulis dari hasil

wawancara, dokumentasi sebagai gambar primer sedangkan sumber skunder

penulis peroleh dari berbagai dokumen, literatur, artikel dan data yang

berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

Dalam pelaksanaannya penulis melakukan wawancara terhadap Ustadz

Syamsul Arifin Nababan serta para santri yang mengikuti pembinaan aqidah di

pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center. Jadi penelitian kualitatif

adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan dengan

angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi

kunci terhadap yang sudah diteliti.

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data

(19)

berasal dari naskah wawancara, catatan, lapangan, foto, video tape, dokumen

pribadi, catatan atau nemo, dan dokumen resmi lainnya.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah ustadz Syamsul Arifin Nababan di pondok

pesantren Muallaf Annaba Center. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah

metode dakwah yang dilakukan Ustadz Syamusl Arifin Nababan di Pondok

Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh dari penelitian ini, penulis menggunakan beberapa

teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah suatu cara penulisan untuk memperoleh data dalam

bentuk pengamatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki.4

Teknik observasi yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan

mengamati objek yang diteliti, yakni metode dakwah yang dilakukan oleh ustadz

Syamsul Arifin Nababan dalam membina aqidah santri muallaf di Pondok

Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center.

4

(20)

b. Wawancara/ interview

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan orang yang diwawancarai.5

Data yang dikumpulkan dari wawancara ini berkaitan dengan konsep

metode dakwah, bagaimana penerapan dari metode dakwah yang ustadz Syamsul

Arifin Nababan lakukan di pondok pesantren dan bagaimana upaya pembinaan

santri muallaf.

Peneliti melakuakan tanya jawab langsung dengan orang-orang yang

terlibat (Guru/ Pengasuh/ santri) di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba

Center untuk mendapatkan tujuan yang jelas berupa metode dakwah yang

digunakan ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam membina aqidah santri santri

muallaf sesuai dengan tujuan penelitian ini.

c. Dokumentasi

Dokumentasi sendiri adalah upaya peneliti dalam mengumpulkan

dokumen-dokumen/ file yang berkaitan dengan penelitian ini. Data ini berupa

gambar, artikel, majalah, dan rekaman. Dan untuk melengkapi dari teori yang

digunakan dalam skripsi ini juga dilakukan melalui buku-buku yang berkaitan

dengan penelitian ini.

5

[image:20.595.101.514.289.571.2]
(21)

d. Teknik Analisis data

Data yang diperoses oleh melalui pengamatan, observasi, dan wawancara

dijadikan sebagai bahan untuk menggambarkan objektifitas dari metode dakwah

yang dilakukan oleh ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam membina aqidah

santri muallaf di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center yang

kemudian diolah menjadi uraian pembahasan. Dokumentasi, sebagai bahan

kerangka analisis dalam membimbing dan memperkuat hasil penelitian.

Setelah data terkumpul dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi,

maka data-data tersebut kemudian diolah menjadi bentuk verbal (kata-kata)

sehingga dapat menjadi makna dan bisa dipertanggungjawabkan. Analisis data

merupakan proses mengatur urutan data mengorganisasikannya ke dalam suatu

bentuk, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerjanya.

Teknik yang digunakan peneliti adalah analisis deskriftif, dengan jalan ini

dari data yang terkumpul, peneliti menjabarkan dengan memberikan

analisa-analisa berupa paparan yang didapat dari hasil penelitian dan wawancara ke

beberapa pengasuh/ santri dengan metode dakwah yang dilakukan oleh ustadz

Syamsul Arifin Nababan dalam membina aqidah santri muallaf di Pondok

(22)

e. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Adapun teknik Analisis Keabsahan Data penulisan dalam skripsi ini,

penulis berpedoman pada buku karangan Lexi Moleong, Metodologi Penelitian

Kualitatif, yaitu tentang teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara

Triangulasi. Ini adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain.6 Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton 1987: 331).7

Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang

dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3)

membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan

perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti

rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.8

f. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah menggunakan

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang

6

Lexi Moleong, MM.A ,Metodelogi Penelitian Kualiltatif, (Bandung: Rosda Karya, 2000) h. 330

7 Lexi Moleong, MM.A

,Metodelogi Penelitian Kualiltatif, h. 330

8

(23)

diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN

Syarif Hidayatullah, 2007.9

g. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba

Center. Jalan Cendrawasih IV No. 1 RT. 02/03, kelurahan Sawah Baru, Ciputat,

Tangerang Selatan, Banten. Pada tanggal 31 Mei sampai 31 Agustus 2013.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengadakan tinjauan pustaka

terlebih dahulu. Adapun skripsi yang berkaitan dengan pembinaan muallaf yaitu:

Saiful Anwar Saiful Anwar. Peran Ustadz Muhammad Syarif Siangan

dalam Pembinaan Muallaf pada Dewan Perwakilan Wilayah Pembinaan Iman

Tauhid Islam D/H Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (DPW- PITI) DKI

Jakarta. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas

Islam Negeri Jakarta, 2009. Dalam skripsi ini hanya menjelaskan tentang peran

Ustadz Syarif Siangan dalam pembinaan para muallaf dengan menggunakan teori

peran.

Wasilatu Rahmi Bentuk Komunikasi Pembinaan Muallaf Darut Tauhid

Jakarta. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas

Islam Negeri Jakarta. 2008. Dalam skripsi ini hanya menjelaskan bentuk

komunikasi yang dilakukan Pembina dan santri saja.

9

(24)

Kasmawati Upaya Pelayanan Konsultasi Agama Bagi Calon Muallaf di

Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi 2009. Dalam skripsi ini penulis hanya menjabarkan

bagaimana upaya konsultasi bagi calon muallaf yang ingin memeluk ajaran

Islam.

Sedangkan yang membedakan penulis dengan skripsi di atas adalah

terletak pada topik pembahasan yaitu metode dakwah atau cara berdakwah yang

digunakan ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam pembinaan aqidah santri

muallaf di pondok pesantren pembinaan Muallaf Annaba Center.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai

berikut:

BAB I. Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan

pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II Tijnauan Teoritis Metode Dakwah dalam Pembinaan Aqidah Muallaf : Pengertian metode, pengertian dakwah, bentuk-bentuk metode dakwah, metode pembinaan muallaf.

BAB III Profil ustadz Syamsul Arifin Nababan: Latar belakang pendidikan, riwayat hidup, sejarah berdirinya pesantren pembinaan Muallaf Annaba Center,

(25)

pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center, program kerja, visi dan

misinya,dan struktur kepengurusan.

BAB IV Temuan Penelitian Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam Membina Aqidah Santri Muallaf: Konsep metode dakwah ustadz Syamsul Arifin Nababan, Aplikasi metode dakwah ustadz Syamsul Arifin

Nababan, dan upaya pembinaan santri muallaf.

(26)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS METODE DAKWAH DALAM PEMBINAAN AQIDAH MUALLAF

A. Metode Dakwah 1. Pengertian Metode

Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu: methode “cara” dalam arti suatu

cara untuk mencapai suatu cita-cita.10 Dari segi bahasa metode berasal dari dua

perkataan yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara).11 Sumber yang lain

menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran

tentang metode. Metode dalam bahasa Yunani berasal dari kata methodos yang

artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut dengan Thariq12. Dengan demikian

dapat di artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk

mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Abdul Kadir Mansyi, metode adalah

sebagai cara untuk menyampaikan sesuatu.13

Dari penjelasan pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

metode adalah cara atau jalan untuk meraih hasil yang sempurna dan memuaskan

untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan.

10

Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 59 11

Harjani Hefni, M. Munir , dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 6 12 Harjani Hefni, M. Munir , dkk,

Metode Dakwah, h. 6 13

(27)

2. Pengertian dakwah

Ditinjau dari segi bahasa (etimologi) dakwah berasal dari bahasa Arab,

yang berarti panggilan, ajakan atau seruan.14 Secara terminologis dakwah Islam

telah banyak di definisikan oleh para ahli.

Menurut Ahmad Ghalwashy dakwah ialah pengetahuan yang dapat

memberikan segenap usaha yang bermacam-macam yang mengacu pada upaya

penyampaian ajaran Islam kepada seluruh manusia yang mencakup akidah,

syariah, dan akhlak.15

Al-khuli mendefinisikan dakwah sebagai upaya memindahkan umat dari

satu situasi ke situasi yang lain.16 Selain itu dakwah dapat dartikan sebagai suatu

proses mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran

Islam.17

Sebagaimana Allah berfirman dalam surat: Al-imran ayat: 104

                       14

Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 17 15

Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 16 16 Wahyu Ilahi MA,

Komunikasi Dakwah, (Bandung: Rosadakarya, 2010), h. 16 17

(28)

Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat

yang nenyeru pada kebajikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah

yang mungkar mereka itulah orang-orang yang beruntung

Sedangkan menurut Wardi Bachtiar, dakwah adalah suatu proses upaya

mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai dengan ajaran

Islam. Dan proses- proses tersebut terdiri dari unsur- unsur:

a. Subjek Dakwah

b. Materi Dakwah

c. Metode Dakwah

d. Media Dakwah

e. Objek Dakwah18

Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan dakwah adalah

segenap usaha untuk mempengaruhi serta mengajak umat manusia dari suatu

keadaan ke keadaan yang lain, yang baik sesuai dengan ajaran Islam.

Sedangkan pengertian metode dakwah merupakan cara-cara yang

dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu Al-

Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan dakwah).

Cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’u untuk

mencapai suatu tujuan dalam dakwah dengan maksud mempengaruhi umat

manusia dari suatu kondisi ke kondisi yang lain, yang sesuai dengan ajaran Islam

18

(29)

B. Macam-macam Metode Dakwah Surat An-Nahl: 125

                                 

Artinya : “Seruah (manusia) kepada jalan Tuhanmu

dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka

dengan cara baik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

mengetahui siapa yang tersesat dari jalan- Nya dan Dialah yang

lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

Ayat di atas mengandung arti tentang tatacara menjalankan dakwah

terhadap umat manusia. Di Dalam ayat terebut terdapat ragam metode

dakwah.

a. Hikmah

Salah satu makna hikmah dalam berdakwah adalah menempatkan manusia

sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan.19 Sebagai metode dakwah al-hikmah di

artikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih,

menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Di samping itu al-hikmah

juga diartikan sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya.

19

(30)

Dalam bahasa komunikasi, hikmah dapat diartikan sebagai situasi yang

mempengaruhi sikap pada komunikan, ini dapat dijelaskan bahwasannya hikmah

itu metode pendekatan komunikasi yang dilakukan secara persuasif (membujuk

secara halus).20 Sedangkan menurut Ali Mustafa Ya'kub; hikmah adalah sebagai

ucapan-ucapan yang tepat dan benar atau argumen-argumen yang kuat dan

meyakinkan.21

Selanjutnya menurut Prof. Dr Toha Yahya Umar, M. A, hikmah adalah

meletakan sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan

mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman dengan tidak bertentangan

dengan larangan Tuhan.22

Dari beberapa pengertian hikmah di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

hikmah adalah kecakapan seorang da’I dalam memilih, memilah dan

menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi mad’u sesuai dengan pengetahuan

dan perkembangan zaman yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.

b. Al-mau’idzatul Hasanah

Secara bahasa kata mauidzah hasanah terbagi menjadi dua kata mau’idzah

dan hasanah. Kata mau’idzah yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan

20

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 37 21

Ali Mustafa Ya'kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997), h. 121

22

(31)

peringatan. Sementara hasanah yang memiliki arti kebaikan lawan dari

kejelekan.23

Menurut Abdul Hamid al-Bilali mauidzah hasanah adalah salah satu

metode dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah Swt dengan memberikan

nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.

Mauidzah hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur

bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan,

pesan-pesan positif atau wasiat yang bisa dijadikan sebagai pedoman hidup agar

mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.24

Mau'idzah hasanah juga merupakan nasihat-nasihat yang baik atau

memberi peringatan, kata-kata, ucapan, dan teguran yang baik.25 Dengan cara

lemah lembut melalui ucapan atau perkataan yang enak didengar dan memberi

pelajaran atau nasihat yang akan dapat membuka hati yang keras, dan

mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada dengan ancaman dan hinaan.

Dengan demikian pengertian mauidzah hasanah dapat diartikan sebagai

metode dakwah dengan nasihat- nasihat yang lemah lembut baik menggunakan

baik berupa pendidikan, pengajaran, kisah, serta kabar gembira dan peringatan

agar tujuan dari dakwah ini dapat berkesan di hati para mad’u nya.

23

Harjani Hefni, M. Munir , dkk, Metode Dakwah, h. 15 24

Harjani Hefni, M. Munir , dkk, Metode Dakwah, h. 16 25 Ghazali Darussalam,

(32)

c. Mujadallah

Secara bahasa kata mujadalah terambil dari bahasa Arab kata “jadala

bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan dengan alif pada huruf jim

yang mengikuti wajan fa ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan

mujadalah” itu perdebatan.

Dari segi terminologi terdapat pengertian al-mujadalah (al-hiwar) dari

segi istilah. Al-mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua

belah pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya

permusuhan di antara keduannya.

Menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantowi, Mujadalah ialah upaya yang

bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan

argumentasi dan bukti yang kuat.26

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mujadalah bil al lati hiya

ahsan adalah bentuk metode dakwah dengan cara bertukar pendapat (diskusi/

dialog) yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yang dilakukan dengan saling

menghormati yang bertujuan agar lawan dapat menerima pendapat yang diajukan

dengan memberikan argumen-argumen, bukti, dan fakta yang kuat.

Adapun bentuk dari metode dakwah diantaranya:

a. Metode pendekatan pribadi (personal approach)

26

(33)

Metode ini dilaksanakan dengan cara langsung melakukan pendekatan

kepada setiap individu.27 Dalam prakteknya pelaksanaan dilakukan secara

individu, yaitu dari pribadi ke pribadi secara tatap muka, meski objek dakwah

yang dihadapinya melalui satu perkembangan. Kelebihan dari metode ini adalah

untuk dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisi mad’u. Sedangkan

kekurangannya memerlukan tenaga dan waktu yang cukup lama.

b. Metode diskusi

Metode ini dilakukan dengan cara berdiskusi, khususnya dalam

penyampaian materi, sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah

laku.28 Kelebihan pada metode ini antara lain kesimpulan yang dihasilkan dalam

diskusi akan mudah dipahami. Sedangkan kekurangannya adalah sulit untuk

diramalkan arah penyelesaian diskusi, dan diskusi akan gagal bila tidak dapat

diarahkan dengan baik

c. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah proses penyampaian pesan dakwah melalui

lisan.29 Metode ceramah ini merupakan salah satu teknik dengan cara ucapan atau

27

Proyek Penerapan Bimbingan dan Dakwah/Khutbah Agama Islam Pusat, (Risalah Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana", 1997), h. 36

28

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, "Pedoman Guru Agama Lanjutan Atas", (Jakarta : 1974), h. 15

29

(34)

lisan dan merupakan cara berdakwah komunikasional yang telah di pergunakan

oleh kebanyakan para da’i.30

Metode yang paling banyak diwarnai oleh ciri (karakteristik) bicara

seorang mubalig pada suatu aktivitas dakwah.31 Kelebihan metode ini adalah

adanya karakteristik tersendiri dan peluang keberhasilannya pun berbeda dengan

metode lainnya, serta dalam waktu cepat dapat disampaikan materi yang

sebanyak-banyaknya.

Sedangkan kekurangannya, bila da’i tidak memperhatikan psikologis

jama'ahnya, maka materi ceramah yang disampaikan bisa tidak efektif dan akan

cenderung membosankan, sehingga pesan dakwah yang disampaikan tidak

mengena.

d. Metode Tanya Jawab

Tujuan dari metode dakwah ini adalah untuk mendorong para mad’u yang

mengikuti proses pengajaran atau mereka yang mendengarkan untuk menanyakan

masalah yang belum difahami oleh mad’u dan da’i sebagai penjawabnya.32

Kelebihan pada metode ini adalah dapat digunakan sebagai komunikasi

dua arah untuk menjadikan forum yang lebih hidup, dimana da’i dan mad’u sama

-sama aktif untuk menayakan tentang hal-hal yang kurang jelas di hati para mad’u.

30

Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 22 31 Asmuni Syukri,

Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 104 32

(35)

Kekurangan dari metode ini adalah hal ini membutuhkan banyak waktu untuk

menyelesaikannya.

e. Metode Bil al- Hal

Dakwah Bil al- Hal merupakan sebuah metode dakwah dengan

menggunakan kerja nyata.33 Maksud dari metode dakwah ini adalah untuk

menyeru, memanggil manusia ke jalan Tuhan untuk kebahagiaan manusia dunia

dan akhirat dengan perbuatan nyata yang sesuai dengan keadaan manusia.

C. Metode Pembinaan Aqidah Muallaf

a. Pengertian Pembinaan

Pembinaan berasal dari bahasa Arab “bina” yang berarti bangun, Dalam

kamus umum bahasa Indonesia pengertian “pembinaan” adalah “pembangunan”

atau “pembaharuan”. Kata tersebut berasal dari kata “bina” yang artinya

“bangun”, kemudian berawalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti pembinaan

yang memiliki arti pembaharuan atau pembangunan.34 Pembinaan dapat disebut

sebagai usaha/ tindakan dan kegiatan secara berdaya guna dan berhasil untuk

memperoleh hasil yang lebih baik.35

Secara istilah pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan

hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang

33

Harjani Hefni, M. Munir , dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 223 34

W.J.S. Purwadarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 427

35

(36)

menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan

kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru

untuk mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara efektif.36

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan

sehari-hari pembinaan itu harus dilakukan secara terus-menerus agar memiliki fungsi

untuk memperbaiki, meningkatkan, mengarahkan, serta mengembangkan daya

kemampuan diri dalam menjalani hidup sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi,

keluarga serta kehidupan sosial masyarakat yang sesuai dengan ajaran Islam.

b. Pengertian Aqidah Muallaf

Menurut bahasa aqidah berakar dari kata aqada- ya’qidu- aqdan-

aqidatan, Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian atau kokoh. Setelah terbentuk

menjadi aqidah yang berarti keyakinan (Al- Munawir, 1984, h. 1023). Relevansi

dari kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di

dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.37

Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang dan tidak ada keraguan

terhadap-Nya. Sedangkan menurut istilah aqidah Islam adalah sesuatu yang

dipercayai dan diyakini kebenarannya oleh hati manusia, sesuai ajaran Islam

dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan Al-hadits. Menurut Hasan Albana:

Aqa’id (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini

36 Mangunhardjana,

Pembinaan Arti dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h. 11 37

(37)

kebenarannya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan

yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan”.38

Sedangkan muallaf adalah orang yang baru masuk agama Islam, convert;

Wal Muallafati Qulubuhum; dan para muallaf (supaya tentram) hatinya.39 Dalam

ensiklopedi dasar Islam, muallaf adalah orang yang semula kafir dan baru

memeluk islam, artinya orang yang beserah diri, tunduk, dan pasrah.40

Menurut Kamus Kontemporer Arab- Indonesia muallaf merupakan Orang-

orang yang ditaklukan hatinya.41 Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam,

muallaf (Ar: mu’allaf qalbuhu: jamak; mu’allaf qulubuhum yang artinya orang

yang hatinya dibujuk dan dijinakan) Orang yang dijinakan hatinya agar cenderung

kepada Islam.42

Aqidah Islam tersebut meliputi:

a. Kepercayaan akan adanya Allah dan segala sifat – sifat Nya.

b. Kepercayaan tentang alam gaib.

c. Kepercayaan kepada kitab-kitab Allah yang di turunkan kepada

para rasul.

d. Kepercayaan kepada para Nabi dan Rasul.

e. Kepercayaan kepada hari akhir.

38

Drs. Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, h. 1 39

Moh. E. Hasim, Kamus Istilah Islam, (Bandung, Penerbit Pustaka, 1987) h. 90 40

Achmad Rosestandi, Ensklopedi Dasar Islam, (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993), h. 173

41

Atabik Ali, Ahmad Zuhdi M, Kamus Kontemporer, (Jogjakarta: Koperasi Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, 1996), h. 1586

42 Abdul Aziz Dahlan,

(38)

f. Kepercayaan kepada takdir (qadha dan qadar).43

Aqidah merupakan monitor dan pemandu akurat yang dapat mengatur dan

mengarahkan setiap gerak dan langkah manusia. Semua yang timbul baik berupa

perkataan, perbuatan, gerak, langkah hingga getaran-getaran yang berdetak dalam

dinding hati seseorang sangat bergantung pada kemantapaan dan ketegaran

aqidahnnya. Dengan demikian aqidah merupakan otak motor setiap gerak dan

langkah manusia. Bila terjadi sedikit kesenangan dan ketidakberesan padanya

maka akan menimbulkan kerusakan pada gerakan dan langkah yang diciptakannya

menyimpang sangat jauh dari jalan lurus.44

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasannya aqidah muallaf adalah

mereka yang meyakini sebuah keyakinan tanpa ada rasa keraguan. Memeluk satu

pemikiran dan mengakui kebenarannya serta membuang rasa kebimbangan,

tunduk serta patuh dengan apa yang diyakininya. Selain itu muallaf adalah

saudara baru yang memerlukan bimbingan dari pada orang yang lebih arif

mengenai Islam itu sendiri. Peranan mereka dalam menyebarkan Islam adalah

sama penting seperti mana orang-orang Islam yang lain.

c. Metode Dakwah Pembinaan Muallaf

Sesuai dengan pengertian metode dakwah di atas dapat dijelaskan bahwa

metode dakwah merupakan cara atau jalan yang dilakukan oleh da’i untuk

menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u nya dengan tujuan agar pesan

43

Drs. Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI, 2000), h. 6 44 Dr. Abdullah Azzam,

(39)

dakwah tersebut dapat diterima dengan baik. Begitu pun cara berdakwah dengan

muallaf. Muallaf memiliki peran penting dalam syiar agama Islam.

Adapun metode dakwah dalam pembinaan muallaf menurut Muhammad

Syarif Siangan (Ketua Umum Dewan Perwakilan Wilayah Pembinaan Iman

Tauhid Islam D/H Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (DPW- PITI)) DKI

Jakarta.45 Metode dakwah dalam pembinaan muallaf dapat dilakukan dengan cara:

a. Pendekatan Pribadi

Pendekatan pribadi dipakai karena pribadi manusia adalah khas. Sebab itu

harus juga ditemui dan dibina dalam kekhasan itu sebagai diri yang unik, sehingga

pribadi tersebut berkembang sepenuhnya.

b. Diskusi

Merupakan sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat dan unsur

pengalaman dengan cara membicarakan suatu masalah dengan tujuan untuk

menemukan pemecahan permasalahan yang terjadi di dalam hidup kita harus

dihadapi dan jangan pernah lari dari masalah terebut, ketika kita tidak berhasil

menghadapinya

45

(40)

c. Dialog

Pertukaran ide, pertemuan hati dan fikiran antara dua orang atau lebih

terhadap suatu masalah yang sedang mengalami keretakan dan ketegangan untuk

menjawab permasalahan yang terjadi. Hal ini sangat efektif untuk membantu

seorang muallaf ataupun orang yang belum masuk Islam untuk menetukan

jawaban terhadap permasalahan yang terjadi.

d. Konsultasi

Sebuah wadah untuk terciptanya suasana yang kondusif bagi

pengembangan keperibadian seorang muallaf dalam menyelesaikan persoalan

yang dihadapi baik di lingkumgan keluarga, disekelilingnya maupun diri sendiri.

Pengalaman spiritual yang dialami oleh Muhammad Syarif Siangan

menjadi motivasi tersendiri bagi para muallaf untuk dapat mendalami Islam

dengan cara menjalankan ibadah-ibadah seperti:

1. Menunaikan shalat lima waktu maupun shalat sunnah.

2. Menjalankan puasa wajib dan sunnah

3. Membayar zakat fitrah maupun zakat mal, infak dan shadaqah.

4. Membaca Al-qur’an, memahami serta mengamalkannya

5. Serta melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala

larangan- Nya.

Pembinaan terhadap muallaf memiliki peran penting terhadap

(41)

muallaf masih belum terstruktur. Menurut penasihat Persatuan Islam Tionghoa

Indonesia (PITI), Muhammad Syafii Antonio. Pendekatan pembinaan muallaf

belum menggunakan pendekatan spiritual ataupun intelektual.46

Menurutnya kehidupan para muallaf datang dari latar belakang intelektual

dan tingkat pengetahuan keislaman yang berbeda, sehingga dibutuhkan kurikulum

pembinaan yang berbeda, pembinaan muallaf masih menyamaratakan latar

belakang tingkat pengetahuannya.47

Untuk mengatasi masalah tersebut mekanisme tes awal perlu dilakukan

terhadap para muallaf. Selanjutnya dapat terlihat sejauh mana muallaf tersebut

memiliki pemahaman tentang Islam. Dan pembinaan dilakukan berdasarkan

tingkat pemahaman yang mereka miliki. Dengan kondisi seperti inilah dapat

dibuat silabus atau kurikulum sebagai panduan dalam pembinaan terhadap

muallaf, semacam kurikulum berjenjang yang disesuaikan dengan tingkatan

pemahaman tentang keimanan Islam.48

Sedangkan menurut Fianne Alisja Braja (Sekjen Paguyuban mualaf Masjid

Agung Sunda Kelapa) menuturkan para muallaf yang terus menjalani proses

pembinaan harus melalui pendekatan personal, diakuinya bahwa pendektana

secara personal merupakan cara yang paling efektif sehingga mereka yang

46

Republika Online, “Pembinaan Mualaf Belum Terstrukturdi Akses pd tgl 05 09 2013, jam 11.30 dari ”http://islamkitasemua.wordpress.com/2010/01/21/pembinaan-mualaf-belum-terstruktur/

47

Republika Online, “Pembinaan Mualaf Belum Terstrukturdi Akses pd tgl 05 09 2013, jam 11.30 dari ”http://islamkitasemua.wordpress.com/2010/01/21/pembinaan-mualaf-belum-terstruktur/

48

(42)

mengikuti pembinaan dapat terkontrol. Selain itu harus adanya program

pembinaan dengan pertemuan rutin dan pertemuan setiap hari besar dan lainnya.49

Penulis dapat menyimpulkan bahwa metode dakwah pada proses

pembinaan muallaf itu harus dilakukan melalui berbagai pendekatan metode

seperti pendekatan interpersonal, diskusi, dialog dan konsultasi yang semuanya itu

dilakukan secara berkelanjutan dan pola pembinaan pun harus lebih terstruktur di

mana pemberian porsi pengetahuan ajaran agama Islam disesuaikan dengan latar

belakang pengetahuan tentang kesilaman para muallaf, melalui tes terhadap

pemahaman tentang keislaman setelah itu mereka dapat dikategorikan atau dibagi

berdasarkan tingkat pengetahuannya (dijenjangkan).

Porsi mereka pun dapat dibuat dengan struktur pengembangan silabus dan

kurikulum pada tahap proses pembinaan muallaf. ini diharapkan agar pembinaan

terhadap muallaf dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

49Lazzuardi Birru “Konsistensi Pembinaan Para Mualaf

(43)

BAB III

PROFILE USTADZ SYAMSUL ARIFIN NABABAN DAN PONDOK PESANTREN PEMBINAAN MUALLAF ANNABA CENTER

A. Profile Ustadz Syamsul Arifin Nababan 1. Riwayat hidup Ustadz Syamsul Arifin Nababan

Bernard Nababan begitu orang tuanya memberikan nama, beliau adalah

putra ketiga dari tujuh bersaudara, Allah dengan kuasanya telah memberikan jalan

terbaik bagi kehidupannya.50 Pria kelahiran Tebing Tinggi Sumatra Utara 10

November 1969. Dengan mantap dengan keyakinan hati beliau mengikrarkan diri

untuk menjadi seorang muslim yang kaffah. Semua ini berkat kuasa dan rahmat

Allah Swt, hingga akhirnya Syamsul Arifin Nababan adalah sebagai nama

identitas baru sebagai muslim.

Menurut beliau ketaatan dalam beribadah merupakan perbaikan akhlak

serta kewajiban berjihad di jalan Allah. Sebagai saudara muslim yang terikat

dalam hubungan saudara seiman, muslim diwajibkan untuk selalu mengingatkan

dengan jalan dakwah mengajak ke jalan kebaikan. Ustadz Syamsul Arifin

Nababan adalah mantan missionaris gereja, hidayah Islam menghantarkan beliau

menjadi seorang muslim yang kaffah, awalnya beliau tertarik dengan Islam karena

50

(44)

banyak belajar tentang ilmu-ilmu perbandingan agama. Dari sekian banyak agama

yang beliau pelajari ia hanya tertarik dengan agama islam.51

Selain itu ustadz Syamsul Arifin Nababan juga seorang pendakwah,

Ayahnya seorang pendeta dan ibunya seorang pemandu paduan suara di gereja.

Beliau mempunyai perjalanan hidup yang menarik sejak kecil selama memeluk

agama kristen sampai akhirnya berpindah menjadi seorang muslim.

Beliau tujuh bersaudara dan dibesarkan dalam keluarga Kristiani yang taat.

Proses menjadi seorang muslim ini ketika beliau sering membaca ilmu

perbandingan agama Islam-Kristen saat masih kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu

Teologi yang rencananya beliau akan disiapkan untuk menjadi seorang pendeta.

Dari ilmu perbandingan agama inilah beliau ragu dengan kebenaran isi

alkitab namun tidak serta merta beliau memeluk Islam, sampai ia terus mendalami

dan membandingkan agama Kristen-Islam, karena penasaran sampai buku itu

dibaca berulang-ulang puluhan kali. Akhirnya hidayah memang sudah memilih

beliau, pada tahun 1991 dengan mantap ustadz Syamsul Arifin Nababan masuk

Islam.52

Pada 1997 beliau diundang oleh kerajaan Arab Saudi untuk melakukan

ibadah haji. Ketika kembali pulang ke kampung halaman, usai menunaikan rukun

islam yang kelima, ustadz Syamsul Arifin Nababan memutuskan untuk

51 Hasil wawancara pribadi dengan ustadz Syamsul Arifin Nababan pada 31 Mei 2013 52

(45)

menyiarkan agama yang ia yakini kebenarannya itu. Hingga akhirnya dua adiknya

berhasil di Islamkan.

Dari pengalaman mengislamkan adiknya, beliau memutuskan untuk terus

melakukan dakwah. Dan di Jakarta beliau memulai karirnya sebagai pendakwah,

beliau berceramah dari masjid ke masjid, kantor ke kantor. Hingga akhirnya

beliau dengan yakin mendirikan sebuah pesantren khusus menyantuni,

membimbing, dan membina muallaf agar mereka dapat mampu mandiri baik

secara mental/ psikis ataupun ekonomi.53

2. Pendidikan Ustadz Syamsul Arifin Nababan

Pendidikan yang beliau tempuh;

a. SDN di Ujung Padang, Labuan Batu. Tapanuli Utara

b. SMP di Ujung Padang, Labuan Batu. Tapanuli Utara

c. SMA di Ujung Padang, Labuan Batu. Tapanuli Utara

d. S1 di Institut Agama Islam Al- Aqidah Jakarta

e. S2 di Institut Ilmu Al- Quran Jakarta

B. Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center

Sejarah berdirinya pondok pesantren pembinaan muallaf ini bermula dari

keperihatinan ustadz Syamsul Arifin Nababan ketika beliau melihat nasib para

53

(46)

muallaf yang amat memperihatinkan. Banyak para muallaf setelah mereka

mengikrarkan untuk menjadi seorang muslim, kehidupan mereka terlunta-lunta

dalam mempertahankan hidup dan menjaga aqidahnya (Islam).54

Banyak dari mereka yang terusir dari keluarganya setelah masuk Islam,

mereka dihadapkan pada kenyataan yang pahit tidak di anggap sebagai bagian dari

keluarga dan sering mendapatkan teror dan ancaman. Selain itu ada diantara

mereka yang dipecat dari pekerjaannya, dan di jauhi oleh teman- kerabatnya.

Ditambah kepedulian masyarakat Islam amat sangat minim, hak mereka

terabaikan. Seharunya mereka mendapatkan haknya sebagai muallaf karena

mereka adalah salah satu asnaf / mustahik dari delapan asnaf yang mendapat

zakat.55

Berangkat dari kisah pilu itulah hingga akhirnya beliau ingin melakukan

perubahan untuk keberlangsungan hidup para muallaf, ustadz Syamsul Arifin

Nababan mulai merangkul mereka dan memperhatikan kehidupan para muallaf

dengan harapan agar mereka tidak merasa sendiri dan mereka pun tidak berbalik

arah kembali kepada keyakinan semuala/ kemurtadan. Dari hal inilah beliau

mendirikan sebuah pesantren khusus membina dan mendidik para muallaf, sampai

mereka mampu berdiri baik secara mental/ psikis atau ekonomi.

Pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba didirikan pada tahun 2007.

Pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center ini terletak di Jl.

Cendrawasih IV No.1 RT.02, RW.04 Kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat,

54

Annaba. Muallaf News Inspiration for Muallaf . (edisi Juli 2012), h. 4

55

(47)

Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Dahulu pondok pesantren ini hanyalah

sebuah bangunan kecil yang terdiri hanya dari beberapa kamar, hingga akhirnya

ustadz Syamsul Arifin Nababan rela untuk menjual rumahnya untuk memperluas

bangunan pesantren.

Tujuan dari pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center untuk

membina, mendidik, dan menyantuni muallaf sampai mereka mampu berdiri

sendiri, selain itu pondok pesantren ini difokuskan untuk mengefektifkan kinerja

pembinaan secara lebih baik, efektif dan efisien.

2. Santri dan Aktivitas Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf

Pondok pesantren ini memiliki visi membentuk kader-kader muslim yang

kaffah dan mampu membentengi diri dengan penguatan aqidah Islamiah. Untuk itu

kegiatan pondok pesantren ini dimulai dari bangun tidur, shalat subuh berjamaah,

kemudian dilanjutkan dengan kajian tafsir, waktu bebas dan dilanjutkan kembali

setelah shalat Ashar.

Para santri diberi kebebasan untuk mengenyam pendidikan di

sekolah-sekolah umum sesuai tingkatannya. Di sini para santri diberikan pendidikan aqidah

guna membentengi mereka yang masih belum stabil serta menanamkan fondasi

keislaman yang kokoh berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Pondok

pesantren ini mengajarkan pelajaran aqidah, hadis, tafsir, sirah nabawiyyah, dan

bahasa Arab. Selain itu para santri juga dianjurkan menghafal al-Qur’an. Setiap akhir

(48)

Semua Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di pesantren ini tidak dikenakan

biaya/ gratis. Para pengelola yang berusaha mencari rezeki agar dapat memberikan

semua fasilitas secara gratis. Pesantren ini juga membuka pintu selebar-lebarnya bagi

siapa saja yang ingin mengenal dan belajar Islam. Para santri muallaf yang tinggal di

tempat ini pun datang dari latar belakang dan usia yang berbeda-beda. Mereka berasal

dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Papua, Timor Leste, Nias, Kalimantan,

dan Jawa. Santri di sini ada yang sudah duduk di bangku kuliah, dan ada pula santri

yang baru mengenyam pendidikan Setara SMP dan SMA.

Meski usia berbeda, semua santri mendapat pendidikan yang sama. Para

pembina selalu menanamkan prinsip saling menghormati dan menyayangi satu sama

lain. Selain itu setiap bulannya pesantren ini mengadakan perlombaan hafalan

al-Qur’an dan liqa’ (pertemuan) bersama ustad-ustad dari luar pesantren. Untuk sekedar

refreshing di luar pesantren seperti outbond.56

Di sini Ustadz Syamsul Arifin Nababan menargetkan para muallaf dibekali

ilmu agama selama tiga tahun. Dengan begitu, mereka memiliki bekal untuk

berdakwah di tanah kelahirannya masing-masing dengan harapan mereka dapat

berdakwah dan membawa keluarganya ke jalan yang benar. Pesantren pembina

muallaf ini sangat bermanfaat bagi umat khususnya para muallaf. karena sudah

menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk membantu perkembangan muallaf.

56

(49)

3. Progran Kerja Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center

Program Pembinaan

1. Memberikan dasar- dasar aqidah Islamiyah melalui kajian rutin.

2. Memberikan dasar- dasar ilmu perbandingan agama.

3. Memberikan pelatihan khutbah dan atau ceramah- ceramah yang

efektif.

4. Menyelenggarakan pendidikan formal dari tingkat dasar sampai

perguruan tinggi.

5. Menyelenggarakan pendidikan pesantren dengan pola terpadu

(Islamic Boarding School System).57

Program Pengembangan

1. Menghafal Al-Quran dan tafsirnya.

2. Menghafal hadist dan sarahnya.

3. Penguasaan bahasa Arab

4. Penguasaan bahasa Inggris58

Program Vokasional

1. Pendidikan keterampilan

2. Menyelenggarakan baitul Mal wa Tamwil

3. Annaba Smart (Swalayan)

4. Pusat pelayanan ibdah haji dan umrah

57 Annaba.

Muallaf News Inspiration for Muallaf , h. 5 58

(50)

5. Pusat konsultasi perbandingan agama dan hukum Islam

6. Pusat konsultasi keluarga sakinah

7. Koperasi pesantren.59

4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center

Visi:

Membentuk kader-kader muslim yang kaffah dan mampu menjadi avant-

guard (penjaga gawang) bagi penguatan aqidah Islamiyah.60

Misi:

Sebagai sebuah institusi pendidikan non formal yang akan melahirkan

pribadi- pribadi muslim yang kaffah, berkarakter, dan berjiwa kemandirian. Maka

misi Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba di tuangkan dalam beberapa

misi berikut:

Menggurkan seluruh sisa-sisa keyakinan sebelumnya dan menggantikan

dengan iman Islam yang lurus:

1. Menanamkan pondasi keislaman yang kokoh berdasarkan al-

Quran dan Sunnah Rasulullah Saw.

2. Mencetak juru dakwah (da’i) yang militan dan berwawasan

perbandingan agama.

59

Annaba. Muallaf News Inspiration for Muallaf, h. 5 60

(51)

3. Membentuk pribadi muslim yang berakhlakul karimah, mandiri

dan terampil.

4. Menggalang kesatuan dan persatuan diantara kaum muslimin

Indonesia dalam memberikan daya dukung terhadap kekuatan iman

dan taqwa yang mantap bagi saudara kita kaum muallaf.

5. Sebagai ikhtiar kelembagaan dalam rangka mengajak masyarakat

untuk peduli melihat keterbelakangan pendidikan dan pembinaan

muallaf di Indonesia, padahal mereka merupakan salah satu potensi

dan asset umat yang dapat diandalkan keberadaanya bagi bangunan

masyarakat bangsa yang beriman dan bertaqwa.61

61

(52)

BAB IV

METODE DAKWAH USTADZ SYAMSUL ARIFIN NABABAN DALAM MEMBINA AQIDAH SANTRI MUALLAF.

A. Konsep Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan

Menurut ustadz Syamsul Arifin Nababan, mengurus konsep dakwah untuk

muallaf tak semudah mengkonsepkan dakwah bagi kaum Islam pada umumnya.

Membina muallaf itu harus mempunyai strategi dan metode, kita akan

berbeda pendekatan berceramah di luar orang- orang pada umumnya, kalau

muallaf ini harus dengan cara pendekatan interpersonal, dan metode yang

digunakan harus variatif agar dakwah yang digunakan tidak bosan.62

Dalam membina, mendidik dan membimbing muallaf untuk memiliki

keperibadian secara muslim itu dibutuhkan proses dan waktu yang panjang.

Pendekekatan interpersonal memiliki pengaruh yang kuat dalam proses

pengenalan ajaran agama Islam.

Pendekatan interpersonal ini dilaksanakan dengan cara langsung

melakukan pendekatan kepada santri guna mencapai kedekatan psikologis. Dalam

prakteknya pelaksanaan dilakukan secara individu, yaitu dari pribadi ke pribadi

secara tatap muka, ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui secara langsung

62

(53)

situasi psikologis dan kondisi santri. Dan prosesnya pun dibutuhkan tenaga dan

waktu yang cukup lama untuk memahami keadaaan santri.

Meski mereka telah menjadi seorang muslim, tidak mudah untuk

mengugurkan sisa- sisa dari kepercayaan agama sebelumnya, dan di sinilah

dituntut cara berdakwah dengan jalan kearifan (Hikmah), melalui cara dan

pendekatan secara interpersonal dan berkelanjutan, selain itu pendekatan

psikologis dapat membantu perkembangan keperibadian santri melalui cara tidak

memaksa untuk berutinitas Islam terlebih dahulu tapi diberikannya kelonggaran

waktu untuk menyesuaikan dengan ajaran agamannya yang baru.

Menurut penulis pendekatan psikologis memang mutlak diperlukan dalam

kegiatan berdakwah, pendekatan ini untuk memudahkan da’i dalam melakukan

kegiatan dakwahnya. Dengan mengetahui keadaan psikologis mad’u nya maka

seorang da’i akan lebih mudah dalam menentukan bagaimana metode dan materi

dakwah yang tepat unntuk diterangkan kepada para mad’u nya.

Selain itu pemberian reward salah satu cara untuk memotivasi santri untuk

menjadikan pribadinya jauh lebih baik. Memberikan reward kepada kepada para

santri yang telah sukses dalam menggugurkan sisa keyakinan terdahulunya,

langkah inovatif ini untuk memotivasi para santri untuk secara berkelanjutan dan

bertahap untuk mulai beristiqomah terhadap Islam dan meninggalkan terhadap

keyakinan yang lama.63

63

(54)

Proses perjalanan hidup akan dijadikan sebagai contoh untuk para muallaf

lainnya. Beliau memiliki kredibilitas pembinaan dakwah yang baik karena

memiliki nilai cerita yang sama dalam memperjuangkan Islam sebagai agama

yang benar.

Menurut beliau pembinaan muallaf yang selama ini berjalan kurang

maksimal karena secara psikologis dibina oleh sosok yang bukan muallaf.

Pembinaan yang berlangsung tidak mengena pada persoalan psikologis yang

dialami para muallaf lantaran pembina tidak pernah merasakan nasib yang sama.

Beliau berpendapat bahwa yang tepat membina muallaf adalah orang-orang yang

dahulunya muallaf. Karena merasa senasib, mengetahui psikologis para mualaf.64

Dakwah yang efektif dikalangan mullaf itu harus berasal dari pembina

yang muallaf. Mengapa Pembina mualaf lebih efektif dalam berdakwah di

kalangan para muallaf? Ini dikarenakan para muallaf membutuhkan sosok yang

mampu menjadi contoh dalam proses pembelajaran dalam mengenal agama Islam.

Dakwah yang beliau lakukan sudah tepat. Karena beliau pernah merasakan

menjadi seorang muallaf.65

Belajar dari seorang muallaf dan bukan muallaf itu berbeda. Meski ilmu

yang disampaikan sama, tapi hasilnya terasa berbeda. Pembina yang bukan

muallaf mungkin tidak memiliki pengalaman bagaimana menghadapi perlawanan

keluarga, kerabat dan sahabat setelah menyatakan keislaman. Sehingga pembina

Gambar

gambar, artikel, majalah, dan rekaman. Dan untuk melengkapi dari teori yang
Gambar ilustrasi pengambilan wudhu yang ada di lantai. 2 dekat dengan musola dan perpustakaan

Referensi

Dokumen terkait