• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Temuan Penelitian Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam Membina Aqidah Santri Muallaf: Konsep metode dakwah

METODE DAKWAH USTADZ SYAMSUL ARIFIN NABABAN DALAM MEMBINA AQIDAH SANTRI MUALLAF

A. Konsep Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan

Menurut ustadz Syamsul Arifin Nababan, mengurus konsep dakwah untuk muallaf tak semudah mengkonsepkan dakwah bagi kaum Islam pada umumnya.

Membina muallaf itu harus mempunyai strategi dan metode, kita akan berbeda pendekatan berceramah di luar orang- orang pada umumnya, kalau muallaf ini harus dengan cara pendekatan interpersonal, dan metode yang

digunakan harus variatif agar dakwah yang digunakan tidak bosan.62

Dalam membina, mendidik dan membimbing muallaf untuk memiliki keperibadian secara muslim itu dibutuhkan proses dan waktu yang panjang. Pendekekatan interpersonal memiliki pengaruh yang kuat dalam proses pengenalan ajaran agama Islam.

Pendekatan interpersonal ini dilaksanakan dengan cara langsung melakukan pendekatan kepada santri guna mencapai kedekatan psikologis. Dalam prakteknya pelaksanaan dilakukan secara individu, yaitu dari pribadi ke pribadi secara tatap muka, ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui secara langsung

62

situasi psikologis dan kondisi santri. Dan prosesnya pun dibutuhkan tenaga dan waktu yang cukup lama untuk memahami keadaaan santri.

Meski mereka telah menjadi seorang muslim, tidak mudah untuk mengugurkan sisa- sisa dari kepercayaan agama sebelumnya, dan di sinilah

dituntut cara berdakwah dengan jalan kearifan (Hikmah), melalui cara dan

pendekatan secara interpersonal dan berkelanjutan, selain itu pendekatan psikologis dapat membantu perkembangan keperibadian santri melalui cara tidak memaksa untuk berutinitas Islam terlebih dahulu tapi diberikannya kelonggaran waktu untuk menyesuaikan dengan ajaran agamannya yang baru.

Menurut penulis pendekatan psikologis memang mutlak diperlukan dalam

kegiatan berdakwah, pendekatan ini untuk memudahkan da’i dalam melakukan kegiatan dakwahnya. Dengan mengetahui keadaan psikologis mad’u nya maka seorang da’i akan lebih mudah dalam menentukan bagaimana metode dan materi

dakwah yang tepat unntuk diterangkan kepada para mad’u nya.

Selain itu pemberian reward salah satu cara untuk memotivasi santri untuk

menjadikan pribadinya jauh lebih baik. Memberikan reward kepada kepada para

santri yang telah sukses dalam menggugurkan sisa keyakinan terdahulunya, langkah inovatif ini untuk memotivasi para santri untuk secara berkelanjutan dan bertahap untuk mulai beristiqomah terhadap Islam dan meninggalkan terhadap

keyakinan yang lama.63

63

Proses perjalanan hidup akan dijadikan sebagai contoh untuk para muallaf lainnya. Beliau memiliki kredibilitas pembinaan dakwah yang baik karena memiliki nilai cerita yang sama dalam memperjuangkan Islam sebagai agama yang benar.

Menurut beliau pembinaan muallaf yang selama ini berjalan kurang maksimal karena secara psikologis dibina oleh sosok yang bukan muallaf. Pembinaan yang berlangsung tidak mengena pada persoalan psikologis yang dialami para muallaf lantaran pembina tidak pernah merasakan nasib yang sama. Beliau berpendapat bahwa yang tepat membina muallaf adalah orang-orang yang

dahulunya muallaf. Karena merasa senasib, mengetahui psikologis para mualaf.64

Dakwah yang efektif dikalangan mullaf itu harus berasal dari pembina yang muallaf. Mengapa Pembina mualaf lebih efektif dalam berdakwah di kalangan para muallaf? Ini dikarenakan para muallaf membutuhkan sosok yang mampu menjadi contoh dalam proses pembelajaran dalam mengenal agama Islam.

Dakwah yang beliau lakukan sudah tepat. Karena beliau pernah merasakan

menjadi seorang muallaf.65

Belajar dari seorang muallaf dan bukan muallaf itu berbeda. Meski ilmu yang disampaikan sama, tapi hasilnya terasa berbeda. Pembina yang bukan muallaf mungkin tidak memiliki pengalaman bagaimana menghadapi perlawanan keluarga, kerabat dan sahabat setelah menyatakan keislaman. Sehingga pembina

64 Republika Online, Membina muallaf perlu pahami psikologis dan berkorban waktu, diakses pada tgl 13 sept 2013 dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/04/18/lju3es-membina-mualaf-perlu-pahami-psikologis-berkorban-waktu

65

yang berasal dari muallaf jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan pembina yang bukan dari muallaf.

Proses waktu yang dibutuhkan muallaf dalam memahami ajaran Islam, dan belajar tentang Islam harus dilakukan secara berkelanjutan dengan memantau setiap perkembangan dari setiap masing- masing individu. Dan lamanya waktu sangat relative karena hal yang terpenting adalah muallaf bisa menguasai betul dasar-dasar Islam.

Dijelaskan ustadz Syamsul Arifin Nababan pembelajaran dasar-dasar keislaman yang merujuk pada Alquran dan hadist akan memberikan modal dasar yang kuat bagi muallaf modal dasar itu yang nantinya akan berperan sebagai petunjuk bagi para muallaf saat menjalani identitas barunya. Modal itu bahkan dirasa cukup untuk membentengi muallaf dari ajaran-ajaran radikal dan terorisme.66

Pembinaan awal yang dilakukan di sini dengan memberikan dasar- dasar dari pondasi keislaman seperti dengan membaca iqra, tahfidz al- quran, belajar hadis, belajar solat (wajib), bersuci dan ilmu perbandingan agama melalui pendekatan interspersonal dan psikologis secara berkelanjutan. Proses pembinaan dengan pembiasaan hidup untuk menjadi seorang muslim menjadi penggerak santri untuk berusaha mempraktekan dari teori- teori yang telah diajarkan. Karena

66Republika Online “Belajar Islam Unlimited, Kurikulum Pembinaan Mualaf Harus Tumbuhkan Rasa Cinta” di akses pada tanggal 05 September 2013 jam 11.50 dari http://id.berita.yahoo.com/belajar-islam-unlimited-kurikulum-pembinaan-mualaf-harus-tumbuhkan-094105364.html

untuk menjadi seorang muslim itu butuh waktu serta kesabaraan extra dalam membimbing, membina dan mendidik mereka.

Terdapat perbedaan cara berdakwah yang dilakukan terhadap santri muallaf dan kepada umat muslim pada umumnya, itu terletak pada aspek pengguguran keyakinan keimanan agama sebelumnya saja. Sedangkan untuk

berdakwah dikalangan umat Islam pada umumnya beliau hanya mencharger

mereka dengan ilmu- ilmu ketauhidan, hingga nantinya lebih mempertebal rasa

keimanan dan keislaman para jama’ahnya.67

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan ustadz Syamsul Arifin Nababan menerapkan konsep dasar dalam proses pembinaan santri muallaf dengan cara pendekatan secara interpersonal dan psikologis, kemudian mefokuskan untuk menggugurkan sisa keyakinan agama sebelumnya, dan setelahnya diajarkan santri tentang ibadah, akhlak dan kajian keislaman (fiqih, hadist, tafsir, dll), selain itu mereka pun diharapkan untuk menjadi juru dakwah melalui pembekalan dasar- dasar keislaman.

Di pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center ustadz Syamsul Arifin Nababan telah menstrukturkan proses pembinaan terhadap para santri muallaf. Ini beliau tuliskan melalui program kerja dan rencana strategis yang telah direncankan pihak pengelola pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center.

67

Dalam pembinaan santri muallaf, ustadz Syamsul Arifin Nababan masih menyamaratakan pada proses pengajaran tentang keislaman para santri muallaf. Meski mereka berlatar belakang kehidupan dan pengetahuan keislaman yang berbeda beliau tidak membedakan pemberian pengajaran terhadap mereka. Beliau beranggapan bahwa mereka berada dalam keadaan keislaman yang sama. Dan beliau pun tidak menggunakan tes awal pada para santri muallaf untuk kemudian di jenjangkan tingkat pengetahuannya tentang Islam.

Kita semua di sini belajarnya sama rata, tidak ada berjenjang. Dan tidak ada tingkat- tingkat seperti itu.68

Dalam kaitan ini ustadz Syamsul Arifin Nababan berbeda pandangan terhadap pola pembinaan muallaf, program pembinaan memang ada dan tertuliskan dalam program kerja pondok pesantren pembinaan muallaf Annaba Center. Di Pesantren Pembinaan Muallaf tidak ada tingkatan berjenjang yang kemudian disesuaikan dengan tingkat ilmu pengetahuan keislaman para santri. Mereka masuk Islam dalam keadaan yang sama, dalam keadaan yang kosong dan perlu diisi dengan kajian- kajian keislaman dari hal yang paling mendasar. Ini berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh penasihat dari (PITI) Muhammad Syafii Antonio.

Selain itu ustadz Syamsul Arifin Nababan menggunakan kajian ilmu perbandingan agama, untuk menambah tingkat intelektual santri terhadap pengetahuannya terhadap ajaran agama Islam dan agama yang lainnya. Tujuan

68

mempelajari kajian tersebut guna memahami secara mendalam tentang ajaran Islam dan dibandingkannya dengan ajaran agama lain, serta diharapkan mampu membentengi mereka dari pengaruh ajaran agama lain melalui kajian ilmu perbandingan agama yang rasional.

Sedangkan pada tahap pengalaman spiritual ustadz Syamsul Arifin Nababan banyak merubah perilaku santri untuk menjadi sosok manusia yang lebih baik. Dengan cara memberikan kajian keislaman secara rutin menyeimbangkan teori dan praktek.

Bentuk pengaplikasian spiritual telah ustadz Syamsul Arifin Nababan ajarkan semenjak mereka baru masuk pesantren ini. Semua kegiatan proses awal pembinaan diawali dari hal yang paling mendasar, Seperti bagaimana tata cara solat yang baik, berwudhu dan amalan ibadah lainnya.

Dalam upaya pembinaan yang dilakukan ustadz Syamsul Arifin Nababan telah menggunakan tahapan spiritual dan intelektual, ini terlihat banyak nya santri di pondok ini diajarkan tentang ilmu perbandingan agama, ilmu bagaimana mengenal Allah dan Rasulnya. Kemudian peningkatan taraf spiritual pun terbentuk dengan sendirinya melalui proses yang cukup panjang. Oleh sebab itu dalam landasan teori yang diungkapkan penasihat Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Muhammad Syafii Antonio itu sesuai dengan keadaan di lapangan.

Selain itu dalam pembinaan ini beliau memfokuskan terhadap dua hal yang mendasar. Pertama, terfokus terhadap penghapusan sisa- sisa terhadap

kepercayaan agama yang lama. Kedua, beliau memfokuskan untuk membentuk muallaf untuk menjadi kader juru dakwah melalui pembekalan dasar- dasar keislaman yang bersumber dari al-quran dan hadist. Di dalam pesantren tidak ada kurikulum yang berjenjang dalam proses kegiataan pembelajaran, santri hanya memakai kurikulum berjenjang di luar dari pesantren atau sekolah formal.

Jadi konsep metode dakwah ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam proses pembinaan muallaf di sini mencakup pada pendekatan interpersonal dan psikologis dengan jalan hikmah, dan pengalaman pribadi. Selain itu langkah metode dakwah yang beliau tawarkan disini pertama konsen pada penggururan sisa keyakinan ajaran sebelumnya, setelah itu mereka dididik dan di ajarkan tentang dasar- dasar keislaman sampai mereka mampu untuk menjadi seorang

muslim kaffah.

B. Aplikasi Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan

Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam menyampaikan dakwah islamnya,

beliau selalu menyesuaikan keadaaan psikologis mad’u nya. Dalam membahas

metode dakwah yang digunakan oleh ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam proses pembinaan aqidah santri muallaf di pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center.

Beliau ketika berdakwah amat sangat dicintai oleh jamaahnya, jadi dia bisa mengerti bagaimana psikologis jamaahnya (santri) yang dibinanya dan memang

beliau itu memang salah satu pendakwah yang luar biasa yang betul- betul

berdakwah karena Allah.69

Berkaitan dengan ini ustadz Syamsul Arifin Nababan selalu mencoba

memberikan bentuk penyajian dakwah yang simple dan mudah untuk dimengerti

oleh para santri muallaf, guna memudahkan mereka untuk mengerti akan hakikat agama islam yang sebenarnya.

Berdasarkan Al-qur’an surat An-Nahl ayat 125 yang menyebutkan bahwa

Allah SWT memerintakan umatnya untuk berdakwah, dan inilah yang menjadi dasar Syamsul Arifin Nababan dalam berdakwah, adapun metode yang dikembangkan oleh Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam berdakwah antara lain:

1. Metode dakwah bil- hikmah

Metode bil hikmah ini merujuk kepada para pendakwah untuk memiliki ketepatan dalam berkata, bertindak dan memperlakukan sesuatu secara bijaksana,

dapat menempatkan pengetahuan sesuai dengan porsi mad’u nya.

Dalam berdakwah kita disuruh untuk berdakwah dengan jalan bijaksana,

arif, harus penuh dengan pengertian tentang rasa dan sebagainnya.70

Dalam kegiatan dakwah ustadz Syamsul Arifin Nababan menggunakan metode bil- hikmah pada pondok pesantren Pembinaan Muallaf, inilah bentuk

69 Hasil wawancara pribadi dengan santri Khalifah 31 Mei 2013 70

metode dakwah bil- hikmah yang digunakan ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam berdakwah antara lain:

a. Metode Ceramah

Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam menyampaikan materi ceramah banyak berkaitan tentang keyakinan aqidah (keimanan, ketauhidan), kristologi, cara mengenal Allah Swt dan sifat- sifatnya (Asmaul Husna), mengenal Rasul,

Akhalk dan lain sebagainya.71Ini dilakukan setiap ba’da shalat (kultum/ ceramah)

atau pada acara- acara hari raya besar Islam yang biasa dilakukan di pondok pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center.

Metode ceramah ini salah satu metode yang diterapkan oleh ustadz Syamsul Arifin Nababan di pondok pesantren Pembinaan Muallaf. Beliau menggunakan metode ceramah sesuai dengan model penyampaian informasi pesan dakwah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan (tentang ajaran islam dan pengetahuan umum).

Ada pun materi dakwah yang beliau ajarkan bersumber dari Al-Quran, As- sunnah dan kitab atau buku- buku keislaman. Sedikit mengambil kutipan wawancara beliau:

71

“Materi yang saya ambil berpedoman pada Al-quran dan As-Sunnah, tapi banyak juga dari buku-buku, tapi lebih pokok nya itu dari Al-quran dan As-

sunnah atau hadis.”72

Ini dimaksud kan untuk memperkenalkan ajaran Islam yang bersumber langsung dari Al-Quran dan Hadis. Selain itu untuk lebih mempertebal rasa keyakinan mereka terhadap ajaran agama Islam. Pengajaran ini dilakukan karena para santri belum berislam secara utuh.

Dalam prakteknya beliau masih melonggarkan para santri muallaf terhadap keyakinannya terhadap Islam, dengan tanpa memaksa untuk harus

berutinitas sebagai seorang muslim secara kaffah. Karena untuk menjadi seorang

muslim yang kaffah dibutuhkan proses panjang, meski telah menjadi seorang

muallaf biasanya dalam diri mereka masih tersisa keyakinan/ tradisi agama sebelumnya. Sehingga tidak lah mungkin beliau menuntut para santri untuk berkeyakinan Islam secara utuh.

Dan hambatan dalam penyampaian materi ceramah kepada para santri menurutnya adalah hal yang wajar apabila melihat adanya suatu kendala, beliau melihat dari kesabaran dan kemauan untuk mendidik mereka, santri kini sudah bersungguh- sungguh meski lambat dalam penerimaan materi dakwah tapi kita tetap memotivasi mereka dengan kesungguhan. Kendala penerimaan materi hanya

72

karena mereka tidak mempunyai dasar saja, hingga ilmu yang disampaikan itu

tidak mudah untuk mereka cerna.73

Untuk memudahkan pesan dakwah itu sampai ke pada santrinya ustadz Syamsul Arifin Nababan menggunakan sistem komunikasi dua arah, di mana beliau langsung memberikan uraian materi dan langsung di jelaskan secara lisan. Setelah ustadz Syamsul Arifin Nababan menjelaskan tentang materinya, kemudian beliau memberikan waktu kepada para santri untuk bertanya tentang materi yang disampaikannya.

Dalam pembahasan materi dakwah yang beliau lakukan, ustadz Syamsul Arifin Nababan mempunyai karakteristik tersendiri dalam menyampaikan ceramahnya, beliau selalu menggunakan logika dalam menjelaskan materi. Selain itu beliau memiliki retorika berbicara yang baik dengan lemah lembut sehingga memberikan suasana sejuk disetiap pembicaraannya. Beliau mengaplikasikan

dengan jalan kearifan dengan pengajaran yang dilakukan dengan hikmah dengan

bentuk kegiatan rutin yang di selenggarakan pondok pesantren.

“Sudah barang tentu bila muallaf baru pindah berkeyakinan ini tidak

mungkin berutinitas Islam, sisa-sisa jahiliyahnya masih ada. Untuk mengarahkan mereka meninggalkan sisa jahiliyahnya itu, untuk bersikap Islami total itu membutuh waktu, maka itu saya tanamkan di sini mula-mula saya tanyakan

73

kepada mereka anda masuk Islam ini kira-kira berapa persen, kadar keimanan

terhadap islam dan kadar keimanan yang masih tersisa dari ajaran Kristen”74

Dalam proses pembinaan ini beliau dengan sabar mengarahkan para santri muallaf ini untuk tetap berada di jalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam. Ini dilakukan agar santri faham dan mengerti sesungguhnya untuk menjadi seorang muslim itu tiada paksaan di dalamnya, hingga tidak ada kesan memaksa untuk menjadi seorang muslim. Selain itu agar pesan dakwah yang disampaikan dapat diterima oleh santri muallaf secara baik dan bertahap tanpa adanya unsur paksaan.

Salah satu makna hikmah dalam berdakwah adalah menempatkan manusia

sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan.75 Sebagai metode dakwah al-hikmah di

artikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan.

Menurut penulis metode dakwah ini sesuai dengan teori tentang dakwah

bil hikmah. Karena dapat terlihat tujuan dari metode dakwah yang diterapkan oleh ustadz Syamul Arifin Nababan dalam kegiatan dakwahnya yaitu bagaimana

caranya membuat santri ini faham akan ajaran islam sendiri, dengan metode

bil-hikmah metode yang menjunjung tinggi akan kebijaksanaan atau kearifan dalam pelaksanaan dakwah. Di mana dakwah ini tidak memaksakan kehendak seseorang dalam mendalami agama Islam langsung secara utuh, meskipun dalam prosesnya dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memahami ajaran Islam.

74 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syamsul Arifin Nababan tanggal 31 Mei 2013 75

Oleh sebab itu ustadz Syamsul Arifin Nababan tidak memaksakan kehendak santri. Beliau tetap melonggarkan para santri untuk secara bertahap untuk menggugurkan keimanan agama/ keyakinan yang sebelumnya.

b. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab ini sebagai selingan ketika ustadz Syamsul Arifin Nababan selesai dalam menyampaikan materi dakwahnya. Metode ini memiliki fungsi untuk mendorong santri untuk mengemukakan suatu masalah yang belum dimengerti.

Kalau tidak ada yang mengerti kita pertanyakan. Dan itu sudah hal yang biasa bila kita tidak mengerti tentang penjelasan itu kita tanya balik. Dan kalau

kita di sini biasa saja karena kami di sini sudah dekat (akrab) dengan ustadz.76

Tujuan dari metode dakwah ini adalah untuk mendorong para mad’u yang

mengikuti proses pengajaran atau mereka yang mendengarkan untuk menanyakan

masalah yang belum di fahami oleh mad’u dan da’I sebagai penjawabnya.

Metode ini sangat berguna untuk mengurangi kesalah fahaman para santri muallaf, menjelaskan perbedaan pendapat, menerangkan hal-hal yang belum dimengerti. Menurut penulis ada kelebihan metode tanya jawab yang dilakukan ustadz Syamsul Arifin Nababan sebagai berikut:

a. Metode ini sebagai komunikasi dua arah (interaksi ustadz dan

santri).

76

b. Tanya jawab sebagai selingan ceramah, maka suasana pun akan hidup (menghidupkan suasana).

c. Perbedan pendapat terjawab antara santri.

d. Mendorong santri lebih aktif dan bersungguh-sungguh

memperhatikan.

Dan metode ini menurut penulis cukup memiliki peran yang baik dalam penyebaran arus informasi tentang pengajaran Islam. Seperti ketika beliau menerangkan tentang konsep ketuhanan antara agama Kristen dan Islam. Dari banyaknya santri yang berlatarbelakang agama Kristen maka semakin antusias santri untuk bertanya kepada beliau. Dari sinilah semua yang terlibat dalam forum tersebut bertindak aktif dan dakwahnya pun berjalan dengan efektif.

Jadi metode dakwah dengan bentuk tanya jawab ini sesuai dengan teori yang ada di lapangan. Di mana ustadz Syamsul Arifin Nababan sebagai sumber dari pengetahuan dan santri sebagai objek yang mencari pengetahuan.

2. Metode Dakwah dengan Dialog

Metode dakwah dengan dialog ini menekan kan pada pertukaran ide, pertemuan hati dan fikiran antara dua orang atau lebih terhadap suatu masalah yang sedang mengalami keretakan dan ketegangan untuk menjawab permasalahan yang terjadi. Hal ini sangat efektif untuk membantu seorang muallaf ataupun

orang yang belum masuk islam untuk menetukan jawaban terhadap permasalahan yang terjadi.77

Metode dakwah dengan dialog ini lebih menekankan pada jenis pendekatan interpersonal. Dengan berdialog melahirkan percakapan antar pribadi

yang dapat dikatakan sebagai percakapan bebas antara seorang da’i dengan

individu-individu sebagai sasaran dakwahnya. Dan metode ini bertujuan sebagai kesempatan yang baik di dalam percakapan dalam aktivitas dakwah untuk jauh lebih mengenal sasaran dakwahnya. Sedikit mengutip wawancara dari ustadz Samsul Arifin Nababan:

Metode dialoglah yang lebih paling efektif, karena mereka bisa melihat dan mendengar secara langsung dengan bertatap muka, dan program ini dibatasi hanya pada setiap hari kerja jam empat sore”.78

Ustadz Syamasul Arifin Nababan, membuka dialog terhadap santri yang mengeluhkan permasalahan yang berkaitan dengan masalah keimanan, tentang ilmu perbandingan agama (kritologi), dan masalah kehidupan lainnya. Semua permasalahan yang ada kemudian di tampung. Dan solusi dari permasalaan itu

dengan cara menasihati yang bersumber dari Al-qur’an dan Al-hadis.

Untuk lebih menguatkan kadar keimanan seseorang perlu di terapkannya pengkajian tentang Islam secara rutin dan mendalam. Hal yang paling mendasar

77

Saiful Anwar. “Peran Ustadz Muhammad Syarif Siangan dalam Pembinaan Muallaf pada Dewan Perwakilan Wilayah Pembinaan Iman Tauhid Islam D/H Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (DPW- PITI) DKI Jakarta”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009

78 Hasil wawancara pribadi dengan ustadz Syamsul Arifin Nababan pada tanggal 31 Mei 2013

dalam proses pembinaan aqidah santri di sini adalah dengan cara mengenalkan mereka pada Allah Swt, tentang segala sifat dan kemahaesaan-Nya.

Dan metode dakwah dengan dialog ini sesuai dengan teori yang ada,