• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Temuan Penelitian Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam Membina Aqidah Santri Muallaf: Konsep metode dakwah

TINJAUAN TEORITIS METODE DAKWAH DALAM PEMBINAAN AQIDAH MUALLAF

C. Metode Pembinaan Aqidah Muallaf

a. Pengertian Pembinaan

Pembinaan berasal dari bahasa Arab “bina” yang berarti bangun, Dalam kamus umum bahasa Indonesia pengertian “pembinaan” adalah “pembangunan” atau “pembaharuan”. Kata tersebut berasal dari kata “bina” yang artinya “bangun”, kemudian berawalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti pembinaan

yang memiliki arti pembaharuan atau pembangunan.34 Pembinaan dapat disebut

sebagai usaha/ tindakan dan kegiatan secara berdaya guna dan berhasil untuk

memperoleh hasil yang lebih baik.35

Secara istilah pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang

33

Harjani Hefni, M. Munir , dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 223 34

W.J.S. Purwadarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 427

35

menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru

untuk mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara efektif.36

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari pembinaan itu harus dilakukan secara terus-menerus agar memiliki fungsi untuk memperbaiki, meningkatkan, mengarahkan, serta mengembangkan daya kemampuan diri dalam menjalani hidup sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga serta kehidupan sosial masyarakat yang sesuai dengan ajaran Islam.

b. Pengertian Aqidah Muallaf

Menurut bahasa aqidah berakar dari kata aqada- ya’qidu- aqdan-

aqidatan, Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian atau kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah yang berarti keyakinan (Al- Munawir, 1984, h. 1023). Relevansi

dari kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di

dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.37

Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang dan tidak ada keraguan terhadap-Nya. Sedangkan menurut istilah aqidah Islam adalah sesuatu yang dipercayai dan diyakini kebenarannya oleh hati manusia, sesuai ajaran Islam

dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan Al-hadits. Menurut Hasan Albana:

Aqa’id (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini

36 Mangunhardjana,

Pembinaan Arti dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h. 11 37

kebenarannya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan

yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan”.38

Sedangkan muallaf adalah orang yang baru masuk agama Islam, convert;

Wal Muallafati Qulubuhum; dan para muallaf (supaya tentram) hatinya.39 Dalam ensiklopedi dasar Islam, muallaf adalah orang yang semula kafir dan baru

memeluk islam, artinya orang yang beserah diri, tunduk, dan pasrah.40

Menurut Kamus Kontemporer Arab- Indonesia muallaf merupakan Orang-

orang yang ditaklukan hatinya.41 Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam,

muallaf (Ar: mu’allaf qalbuhu: jamak; mu’allaf qulubuhum yang artinya orang yang hatinya dibujuk dan dijinakan) Orang yang dijinakan hatinya agar cenderung kepada Islam.42

Aqidah Islam tersebut meliputi:

a. Kepercayaan akan adanya Allah dan segala sifat – sifat Nya.

b. Kepercayaan tentang alam gaib.

c. Kepercayaan kepada kitab-kitab Allah yang di turunkan kepada

para rasul.

d. Kepercayaan kepada para Nabi dan Rasul.

e. Kepercayaan kepada hari akhir.

38

Drs. Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, h. 1 39

Moh. E. Hasim, Kamus Istilah Islam, (Bandung, Penerbit Pustaka, 1987) h. 90 40

Achmad Rosestandi, Ensklopedi Dasar Islam, (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993), h. 173

41

Atabik Ali, Ahmad Zuhdi M, Kamus Kontemporer, (Jogjakarta: Koperasi Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, 1996), h. 1586

42 Abdul Aziz Dahlan,

Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ictiar baru Van Hoeve, 1997), h. 1187

f. Kepercayaan kepada takdir (qadha dan qadar).43

Aqidah merupakan monitor dan pemandu akurat yang dapat mengatur dan mengarahkan setiap gerak dan langkah manusia. Semua yang timbul baik berupa perkataan, perbuatan, gerak, langkah hingga getaran-getaran yang berdetak dalam dinding hati seseorang sangat bergantung pada kemantapaan dan ketegaran aqidahnnya. Dengan demikian aqidah merupakan otak motor setiap gerak dan langkah manusia. Bila terjadi sedikit kesenangan dan ketidakberesan padanya maka akan menimbulkan kerusakan pada gerakan dan langkah yang diciptakannya

menyimpang sangat jauh dari jalan lurus.44

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasannya aqidah muallaf adalah mereka yang meyakini sebuah keyakinan tanpa ada rasa keraguan. Memeluk satu pemikiran dan mengakui kebenarannya serta membuang rasa kebimbangan, tunduk serta patuh dengan apa yang diyakininya. Selain itu muallaf adalah saudara baru yang memerlukan bimbingan dari pada orang yang lebih arif mengenai Islam itu sendiri. Peranan mereka dalam menyebarkan Islam adalah sama penting seperti mana orang-orang Islam yang lain.

c. Metode Dakwah Pembinaan Muallaf

Sesuai dengan pengertian metode dakwah di atas dapat dijelaskan bahwa

metode dakwah merupakan cara atau jalan yang dilakukan oleh da’i untuk

menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u nya dengan tujuan agar pesan

43

Drs. Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI, 2000), h. 6 44 Dr. Abdullah Azzam,

Aqidah Landasan Pokok Membina Umat, (Jakarta: Gemma Insani Press, 1993), cet- 4 h. 17

dakwah tersebut dapat diterima dengan baik. Begitu pun cara berdakwah dengan muallaf. Muallaf memiliki peran penting dalam syiar agama Islam.

Adapun metode dakwah dalam pembinaan muallaf menurut Muhammad Syarif Siangan (Ketua Umum Dewan Perwakilan Wilayah Pembinaan Iman Tauhid Islam D/H Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (DPW- PITI)) DKI

Jakarta.45 Metode dakwah dalam pembinaan muallaf dapat dilakukan dengan cara:

a. Pendekatan Pribadi

Pendekatan pribadi dipakai karena pribadi manusia adalah khas. Sebab itu harus juga ditemui dan dibina dalam kekhasan itu sebagai diri yang unik, sehingga pribadi tersebut berkembang sepenuhnya.

b. Diskusi

Merupakan sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat dan unsur pengalaman dengan cara membicarakan suatu masalah dengan tujuan untuk menemukan pemecahan permasalahan yang terjadi di dalam hidup kita harus dihadapi dan jangan pernah lari dari masalah terebut, ketika kita tidak berhasil menghadapinya

45

Saiful Anwar. “Peran Ustadz Muhammad Syarif Siangan dalam Pembinaan Muallaf pada Dewan Perwakilan Wilayah Pembinaan Iman Tauhid Islam D/H Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (DPW- PITI) DKI Jakarta”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta,

c. Dialog

Pertukaran ide, pertemuan hati dan fikiran antara dua orang atau lebih terhadap suatu masalah yang sedang mengalami keretakan dan ketegangan untuk menjawab permasalahan yang terjadi. Hal ini sangat efektif untuk membantu seorang muallaf ataupun orang yang belum masuk Islam untuk menetukan jawaban terhadap permasalahan yang terjadi.

d. Konsultasi

Sebuah wadah untuk terciptanya suasana yang kondusif bagi pengembangan keperibadian seorang muallaf dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi baik di lingkumgan keluarga, disekelilingnya maupun diri sendiri.

Pengalaman spiritual yang dialami oleh Muhammad Syarif Siangan menjadi motivasi tersendiri bagi para muallaf untuk dapat mendalami Islam dengan cara menjalankan ibadah-ibadah seperti:

1. Menunaikan shalat lima waktu maupun shalat sunnah.

2. Menjalankan puasa wajib dan sunnah

3. Membayar zakat fitrah maupun zakat mal, infak dan shadaqah.

4. Membaca Al-qur’an, memahami serta mengamalkannya

5. Serta melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala

larangan- Nya.

Pembinaan terhadap muallaf memiliki peran penting terhadap peningkatkan aqidahnya. Saat ini pembinaan untuk mendidik, membina para

muallaf masih belum terstruktur. Menurut penasihat Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Muhammad Syafii Antonio. Pendekatan pembinaan muallaf

belum menggunakan pendekatan spiritual ataupun intelektual.46

Menurutnya kehidupan para muallaf datang dari latar belakang intelektual dan tingkat pengetahuan keislaman yang berbeda, sehingga dibutuhkan kurikulum pembinaan yang berbeda, pembinaan muallaf masih menyamaratakan latar

belakang tingkat pengetahuannya.47

Untuk mengatasi masalah tersebut mekanisme tes awal perlu dilakukan terhadap para muallaf. Selanjutnya dapat terlihat sejauh mana muallaf tersebut memiliki pemahaman tentang Islam. Dan pembinaan dilakukan berdasarkan tingkat pemahaman yang mereka miliki. Dengan kondisi seperti inilah dapat dibuat silabus atau kurikulum sebagai panduan dalam pembinaan terhadap muallaf, semacam kurikulum berjenjang yang disesuaikan dengan tingkatan

pemahaman tentang keimanan Islam.48

Sedangkan menurut Fianne Alisja Braja (Sekjen Paguyuban mualaf Masjid Agung Sunda Kelapa) menuturkan para muallaf yang terus menjalani proses pembinaan harus melalui pendekatan personal, diakuinya bahwa pendektana secara personal merupakan cara yang paling efektif sehingga mereka yang

46

Republika Online, “Pembinaan Mualaf Belum Terstrukturdi Akses pd tgl 05 09 2013, jam 11.30 dari ”http://islamkitasemua.wordpress.com/2010/01/21/pembinaan-mualaf-belum-terstruktur/

47

Republika Online, “Pembinaan Mualaf Belum Terstrukturdi Akses pd tgl 05 09 2013, jam 11.30 dari ”http://islamkitasemua.wordpress.com/2010/01/21/pembinaan-mualaf-belum-terstruktur/

48

Republika Online, “Pembinaan Mualaf Belum Terstrukturdi Akses pd tgl 05 09 2013, jam 11.30 dari ”http://islamkitasemua.wordpress.com/2010/01/21/pembinaan-mualaf-belum-terstruktur/

mengikuti pembinaan dapat terkontrol. Selain itu harus adanya program

pembinaan dengan pertemuan rutin dan pertemuan setiap hari besar dan lainnya.49

Penulis dapat menyimpulkan bahwa metode dakwah pada proses pembinaan muallaf itu harus dilakukan melalui berbagai pendekatan metode seperti pendekatan interpersonal, diskusi, dialog dan konsultasi yang semuanya itu dilakukan secara berkelanjutan dan pola pembinaan pun harus lebih terstruktur di mana pemberian porsi pengetahuan ajaran agama Islam disesuaikan dengan latar belakang pengetahuan tentang kesilaman para muallaf, melalui tes terhadap pemahaman tentang keislaman setelah itu mereka dapat dikategorikan atau dibagi berdasarkan tingkat pengetahuannya (dijenjangkan).

Porsi mereka pun dapat dibuat dengan struktur pengembangan silabus dan kurikulum pada tahap proses pembinaan muallaf. ini diharapkan agar pembinaan terhadap muallaf dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

49Lazzuardi Birru “Konsistensi Pembinaan Para Mualaf Mutlak Diperlukan” di akses pada tanggal

13 September 2013 dari http://www.lazuardibirru.org/berita/news/konsistensi-pembinaan-para-mualaf-mutlak-diperlukan/#.UjZozn95eJE

BAB III

PROFILE USTADZ SYAMSUL ARIFIN NABABAN DAN PONDOK