• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Jamaah Terhadap Metode Dakwah Di Yayasan Haji Karim Oei

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Jamaah Terhadap Metode Dakwah Di Yayasan Haji Karim Oei"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

ABABIL NUR ALAM 1110051000159

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam S.Kom.I

Disusun Oleh:

Ababil Nur AIam

MM:

1110051000159

Pembimbing:

/"

Noor Bekti Negoro, SE. M. Si NIP: 19650301 199903 1001

JIIRUSAN

KOMUNIKASI

DAN

PENYIARAN

ISLAM

FAKULTAS

ILMU

DAI(WAII

DAN

ILMU KOMUNIKASI

UT{IVERSITAS

ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Yayasan Haji Karim Oei telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas IImu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah lakuta pada tanggal 9

September 2A1,5. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 9 September 2015

Sidang Munaqasah

Anggota,

Penguji I

/lw

Ade Rina Farida. M.Si. NIP: 19770513 200701 2 018

Pembimbing

/*

Noor Bekti Negoro, M.Si. NIP: 19650301 199903

I

001

I[IP:

196709A61994A3 1002

Sekretaris Merangkap Anggota,

ITIIP: 19830610 2009122 001

Penguji

II

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan keteatuan yang berlaku di IIIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakanjiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif HidayatullahJalcarta.

1.

2.

J.

(5)

SE, M.Si.

Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong umatnya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Dakwah merupakan kegiatan yang sudah dilakukan dari zaman Rasulullah SAW, semenjak diturunkannya wahyu pertama kepada Muhammad SAW beliau sudah mulai melakukan dakwah pertamanya secara sembunyi-sembunyi kepada istri dan kerabatnya. Sampai saat ini kegiatan dakwah masih dilakukan di setiap masjid, yayasan, atau perkumpulan ummat islam. Salah satu yayasan yang konsen di bidang dakwah ialah Yayasan Haji Karim Oei yang terletak di tengah kota Jakarta, tepatnya di daerah pecinaan Pasar Baru Jakarta Pusat, Salah satu kegiatan dakwahnya yaitu Tafakkuran yang diisi oleh Pak Budhi. Pada kegiatan tafakkur ini jamaah diajak untuk berpikir menggunakan akal dan kalbu yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran.

Dari bacaan di atas muncul pertanyaan, Bagaimana respon jamaah terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei? Apakah ada perbedaan respon kognitif, afektif dan konatif dari segi umur dan pendidikan?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori SOR, atau Stimulus-Organims-Respon, teori ini beranggapan bahwa perubahan sikap (respon) dapat terjadi karena adanya rangsangan atau pesan yang diterima oleh seseorang, selanjutnya rangsangan atau pesan tersebut akan diolah sehingga terjadi kesediaan atau tindakan yang diterima dari stimulus tersebut, akhirnya setelah terjadi pengertian, perhatian dan pemahaman organims terhadap stimulus yang diterimanya maka akan terbentuk sebuah respon atau tindakan akan pemahaman stimulus tersebut. Dalam dakwah seorang da’i dituntut untuk memberikan stimulus atau pesan terhadap jamaahnya, akan tetapi stimulus tersebut bisa diterima dengan baik atau ditolak, baik dari faktor eksternal maupun factor internal.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu metode yang menggunakan teknik statistik dengan memperhitungkan prosentase berdasarkan hasil kuesioner dari responden. Selanjutnya hasil dari perhitungan data yang didapat kemudian dianalisis dan di deskripsikan dalam bentuk tabel. Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan Ustad pengisi kegiatan tafakkur serta ketua Yayasan Haji Karim Oei.

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa metode dakwah fasilitator pada kegiatan tafakkuran dapat diterima dengan baik oleh jamaah yang mengikutinya, hal ini didapat dari hasil analisis yang menunjukan respon jamaah yang mengetahui maksud dan tujuan dari kegiatan tafakkur itu, dan juga didapat bahwa tidak adanya hubungan antara umur dan pendidikan responden terhadap metode dakwah fasilkitator di Yayasan Haji Karim Oei.

(6)

Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala karunia dan rahmat-Nya penulis masih diberikan nikmat iman dan Islam hingga akhir hayat nanti. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa syariat Islam yang menjadi pedoman umat manusia dalam mengarungi kehidupan ini sampai hari akhir.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah mengingatkan dan mendorang serta tidak jenuh-jenuhnya menasehati penulis agar karya ilmiyah ini dapat selasai. Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.Ag, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto,PhD, sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr.Roudhonah,MA, sebagai Wakil Dekan Bidang Adminitrasi, Dr. Suhaimi,MA, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan sekaligus ketua sidang munaqosah penulis.

2. Drs. Masran, M.Ag, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fita Fathurrahmah, M.Si,sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Ade Rina Farida, M.Si. dan Fauzun Jamal,Lc, MA selaku penguji pada sidang munaqosah penulis.

4. Noor Bekti Negoro, SE, M. Si, selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar dan tak bosan dalam membimbing penulisan skripsi ini.

(7)

Hidayatullah Jakarta.

7. Kedua orang tuaku tercinta yang setiap hari selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

8. Kedua kakakku, Derita Qurbani S.Psi dan Suci Rohanita S.Sos,i yang telah membantu dan memberikan dukungan untuk penulisan ini

9. Kepada Bapak Budhi Mar’at selaku fasilitator pada kegiatan tafakkuran di

Yayasan Haji karim Oei.

10.Staf dan pengurus Yayasan Haji Karim Oei yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

11.Para responden Jamaah Masjid Lautze, Yayan Haji Karim Oei yang telah membantu penulis untuk mengisi angket.

12.Serta teman-teman seperjuangan KPI E 2010 dan teman-teman KKN SAHABAT 2013.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan memanjatkan do’a yang tulus untuk mereka yang tersayang, yang selalu ada disamping penulis ketika sedih dan selalu mengingatkan di saat salah. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Amin ya Rabbal alamin

Jakarta, September 2015

(8)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan dan rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 10

(9)

3. Macam-Macam Media Penerima Respon ... 16

B. S-O-R Teori ... 17

C. Dakwah ... 21

1. Pengertian Dakwah ... 21

2. Unsur-Unsur Dakwah ... 22

3. Bentuk-Bentuk Dakwah ... 29

D. Dakwah dan Komunikasi ... 31

E. Kegiatan-kegiatan Dakwah ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 33

B. Waktu dan Tempat Penelian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34

D. Populasi dan Sampel ... 34

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 34

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35

G. Teknik Pengumpulan Data ... 37

H. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV WILAYAH PENELITIAN A. Profil Yayasan Haji Karim Oei / Masjid Lautze ... 45

(10)

3. Kegiatan Yayasan Haji Karim Oei ... 51

4. Profil Jamaah ... 52

B. Profil Singkat Pak Budhi Mar’at (Fasilitator Kegiatan Tafakkur) ... 52

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Responden ... 54

1. Responden Dari Segi Umur ... 54

2. Responden Dari Segi Pendidikan Terakhir ... 55

B. Respon Kognitif Jamaah Terhadap Metode Dakwah Di

Yayasan Haji Karim Oei ... 56

C. Respon Afektif Jamaah Terhadap Metode Dakwah Di

Yayasan Haji Karim Oei ... 59

D. Respon Konatif Jamaah Terhadap Metode Dakwah Di

Yayasan Haji Karim Oei ... 61

E. Perbandingan Jumlah Skor Respon Jamaah

Terhadap Metode Dakwah Di Yayasan Haji Karim Oei ... 65

F. Analisis Chi-Square Respon Jamaah Terhadap Metode Dakwah Di Yayasan Haji Karim Oei Dari Segi Umur Dan Pendidikan ... 68

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran-Saran ... 75

(11)

Tabel 1. Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Respon Kognitif ... 41

Tabel 2. Hasil Uji Reabilitas Respon Kognitif ... 42

Tabel 3. BluePrint Skala Respon Kognitif Sebelum Dilakukan Uji Validitas .... 43

Tabel 4. BluePrint Skala Respon Kognitif Setelah Dilakukan Uji Validitas ... 44

Tabel 5. Umur Responden ... 54

Tabel 6. Latar Belakang Pendidikan Responden ... 55

Tabel 7. Hasil Respon Kognitif ... 56

Tabel 8. Hasil Respon Afektif ... 59

Tabel 9. Hasil Respon Konatif ... 62

Tabel 10. Perbandingan Skor Rata-Rata Respon ... 65

Tabel 11. Skor Responden ... 66

Tabel 12. Perbandingan Respon Dari Segi Umur ... 68

Tabel 13. Analisis Chi-Square Hitung Berdasarkan Umur ... 69

Tabel 14. Perbandingan Respon Dari Segi Pendidikan ... 70

Tabel 15. Analisis Chi-Square Hitung Berdasarkan Pendidikan ... 71

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema Stimulus ... 15

(12)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong

umatnya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan

kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang

dilakukannya. Karena itu, Al-Quran menyebut kegiatan dakwah dengan

ahsanul qaul (ucapan dan perbuatan yang paling baik).1

                      

siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang

menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:

"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fussilat : 33)

Dakwah merupakan kegiatan yang sudah dilakukan dari zaman

Rasulullah SAW, semenjak diturunkannya wahyu pertama kepada nabi

Muhammad SAW, beliau sudah mulai melakukan dakwah pertamanya secara

sembunyi-sembunyi kepada istri dan kerabatnya. Setelah sekian lama, beliau

melakukan dakwah secara terang-terangan kepada masyarakat arab hingga

saat ini dakwah masih dilakukan oleh ummatnya.

1

(13)

                                            

Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari

Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)

kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari

(gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada

orang-orang yang kafir. ( QS Al-Maidah 67)

Dakwah merupakan proses berkesinambungan yang ditangani oleh

para pengemban dakwah dalam rangka mengubah sasaran dakwah agar

bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan

yang islami. Proses yang berkesinambungan adalah suatu proses yang bukan

insidental atau kebetulan, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan,

diorganisir, dan dievaluasi secara terus menerus oleh para pengemban

dakwah, dalam rangka mengubah prilaku sasaran dakwah sesuai dengan

tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.2

Sudah bukan waktunya lagi dakwah dilakukan asal jalan tanpa

sebuah perencanaan yang matang, baik yang menyangkut materi, tenaga

pelaksana, ataupun metode yang dipergunakannya. Memang benar, sudah

menjadi sunnatullah bahwa yang hak akan menghancurkan yang batil. Akan

2

(14)

tetapi, sunnatullah ini berkaitan dengan sunnatullah yang lain, yaitu

bahwasannya Allah SWT sangat mencintai dan meridai kebenaran yang

diperjuangkan dalam sebuah barisan yang rapih dan teratur.3

                  

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya

dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang

tersusun kokoh. (As-Saff : 4)

Sampai saat ini kegiatan dakwah masih dilakukan di setiap masjid,

yayasan, atau perkumpulan ummat islam, seruan berdakwah juga

disampaikan oleh Allah SWT yang disebutkan dalam firmannya.

                           

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (QS Ali Imran 104)

3

(15)

Jelas pada ayat di atas telah dijelaskan kepada segolongan ummat

yang bergerak di bidang dakwah untuk memberi peringatan kepada sesama

muslim untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

Peran lembaga-lembaga dakwah, baik itu berupa organisasi,

perkumpulan atau perorangan yang berkecimpung di dalam dakwah sangat

besar. Sebagai sebuah lembaga dakwah, tentu fungsinya untuk menyeru akan

kebenaran dari Islam kepada seluruh manusia, baik itu khususnya kepada

muslimin tak terkecuali juga kepada sebagian kecil kaum non muslimin.

Saat ini telah banyak lembaga atau yayasan yang selalu melakukan

kegiatan dakwah, kegiatan yang dilakukan bermacam-macam. Akan tetapi

walaupun kegiatan yayasan tersebut bermacam-macam, tetap saja tujuannya

satu, yakni berdakwah kepada seluruh umat agar berdiri tegaknya agama

Islam.

Salah satu yayasan yang fokus di bidang dakwah ialah Yayasan

Haji Karim Oei yang terletak di tengah kota Jakarta, tepatnya di daerah

pecinaan Pasar Baru Jakarta Pusat. Yayasan ini membaur dengan lingkungan

yang tergolong lingkungan para pekerja dan juga lingkungan yang mayoritas

pemukim disana keturunan Tionghoa.4

Pada Yayasan Haji Karim oei, kegiatan dakwah dituju kepada

masyarakat di sekitar masjid dan para mualaf keturunan tionghoa, Masjid

Lautze menjadi tempat untuk mensyiarkan islam kepada masyarakat disekitar

masjid untuk mengetahui ajaran islam. Tak kurang setiap tahun sekitar 30

4

(16)

orang lebih dari berbagai macam etnis menjadi mualaf di Yayasan Haji

Karim oei atau Masjid Lautze.5

“Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan

rasuulullah” dua kalimat syahadat inilah yang menandakan seseorang telah

memeluk agama islam, syahadat merupakan asas dan dasar dari lima rukun

Islam dan merupakan ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Dengan

mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini

ajaran Allah seperti yang disampaikan melalui Muhammad, sebagai contoh

meyakini hadist-hadist Muhammad.6

Seseorang yang baru memeluk agama islam disebut dengan “Mualaf”. Mualaf berasal dari bahasa Arab yang berarti tunduk, menyerah,

dan pasrah. Sedangkan, dalam pengertian Islam, mualaf digunakan untuk

menunjuk seseorang yang baru masuk agama Islam. Tidak ada perbedaan

mencolok dari dua pengertian tersebut.7

Seseorang yang menjadi mualaf tentunya mengalami

pergolakan-pergolakan batin, seperti apa yang menjadi pertanyaan mengenai agamanya

yang dianutnya dahulu, dimana ia merasa tidak terpenuhi. Tentunya seorang

mualaf sebelum memeluk Islam ia mendalami dan memahami agama Islam

dan pada akhirnya ia menemukan jawaban atas apa yang menjadi

pertanyaannya pada agama Islam.

5

Observasi Penulis di Yayasan Haji Karim Oei Jakarta Pusat (mulai dari bulan Januari 2015)

6

http://id.wikipedia.org/wiki/Syahadat (diakses tanggal 12 November 2014, 19:00 WIB)

7

(17)

Selain itu, setelah seorang memeluk Islam pastinya belum tentu

memahami betul tentang ajaran-ajaran segala yang wajib dilakukan ataupun

segala yang harus dihindarkan dalam agama Islam, oleh sebab itu mualaf

memerlukan bimbingan serta bantuan untuk mempelajari Islam dengan

sepenuhnya agar imannya semakin bertambah.

Yayasan Haji Karim Oei menjadi media dakwah kepada jama’ahnya dan juga kepada para mualaf yang ingin mendalami Islam dan

memahami Islam sepenuhnya. Berbagai kegiatan dilakukan di yayasan ini,

diantaranya kegiatan Tafakkuran yang diadakan setiap sabtu siang serta

pangajian mingguan yang diadakan setiap hari minggu sebelum dzuhur.

Fokus penulis yakni pada kegiatan Tafakkuran yang diadakan setiap hari

sabtu.

Pak Budhi yang akrab dipanggil oleh jama’ah memberikan materi

yang bersifat umum, seperti sholat, zakat, atau yang lainnya. Tetapi, cara

penyampaian beliau menyerupai motivator menggunakan tampilan slide

melalui infokus, yang sangat berbeda di sini beliau mengajak para jama’ahnya memahami hukum-hukum yang ada dalam islam tidak hanya

melalui akal melainkan juga dari kalbu (Hati).

Melalui kegiatan tafakkuran yang diisi oleh Pak Budhi di Yayasan

Haji Karim Oei jama’ah bisa mendalami islam melalui akal dan kalbu, akan

tetapi yang diajarkan oleh fasilitator lebih mengarah ke kalbu, oleh sebab itu

(18)

dalamnya para mualaf terhadap metode dakwah yang dilakukan fasilitator

(Pak Budhi) pada kegiatan tafakkur di Yayasan Haji Karim Oei.

Dari latar belakang yang sudah penulis sampaikan maka penelitian

ini akan diberi judul “RESPON JAMA’AH TERHADAP METODE

DAKWAH DI YAYASAN HAJI KARIM OEI”

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan masalah

Pada penelitian ini, penulis menggunakan respon kognitif,

afektif, dan konatif. Batasan yang peneliti lakukan hanya pada tingkat

respon jama’ah terhadap metode dakwah yang dilakukan oleh Pak

Budhi sebagai fasilitator di kegiatan tafakkuran.

Jama’ah yang dituju yakni jama’ah yang hadir pada kegiatan

tafakkuran baik yang berasal dari etnis tionghoa dan pribumi, baik

seseorang yang baru memeluk Islam ataupun yang sudah memeluk

Islam dari lahir, hal tersebut dipilih penulis karena di Yayasan Haji

Karim Oei atau Masjid Lautze ini semua kegiatan dakwah

diperuntukkan untuk semua jama’ah yang ada disekitar masjid tidak

melihat muallaf atau tidaknya.

Selanjutnya penulis ingin melihat apakah ada perbedaan respon jama’ah jika di lihat dari segi umur dan pendidikan, alasan penulis

ingin mengetahui perbedaan tersebut karena dari hasil observasi

(19)

penulis melihat latar belakang pendidikan jama’ah dan umur sangat

beragam.

2. Rumusan masalah

Dari batasan masalah diatas, peneliti merumusakan masalah

sebagai berikut:

a. Bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif jama’ah

terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei?

b. Apakah ada perbedaan respon berdasarkan umur terhadap

respon kognitif, afektif, dan konatif?

c. Apakah ada perbedaan respon berdasarkan pendidikan terhadap

respon kognitif, afektif , dan konatif?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui respon kognitif, afektif dan konatif jama’ah

terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei.

b. Untuk mengetahui perbedaan respon berdasarkan umur

terhadap respon kognitif, afektif, dan konatif.

c. Untuk mengetahui perbedaan respon berdasarkan pendidikan

(20)

2. Manfaat Penelitian

a. Segi Akademis

Diharapkan penelitian ini bisa menjadi rujukan atas

penelitian-penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat memberi sumbangan

perkembangan pengetahuan kepada pembacanya.

b. Segi Praktis

Diharapkan memberi kontribusi kepada pihak-pihak terkait dan

memberi wawasan di bidang ilmu komunikasi

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, penulis telah terlebih dahulu

melakukan tinjauan pustaka. Penulis melakukan tinjauan pustaka di

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menemukan

beberapa skripsi mengenai respon, akan tetapi dari segi objek penelitian

berbeda-beda, yang ditemukan oleh penulis antara lain.

“Respon Jama’ah terhadap Pengajian Hadist di Masjid Assalam

Bintaro Jaya 3A Tangerang” oleh Lucky Isnaeni Nim: 107051001855

jurusan KPI, UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta, pada skripsi ini

memfokuskan pada respon jama’ah terhadap pengajian yang terbagi menjadi

respon jama’ah terhadap da’I, respon jama’ah terhadap materi, dan respon jama’ah terhadap metode dalam pengajian hadist.

“Respon Siswa SMP Negeri 3 Kelapa Bangka Belitung Terhadap Film

(21)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada skripsi ini yang memfokuskan pada

respon siswa SMP terhadap film yang membawa pesan positif yang dapat

memotifasi dan menginspirasi siswa SMP yang disajikan dalam film Laskar

Pelangi.

Sedangkan penelitian yang penulis lakukan yaitu fokus pada respon jama’ah terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei Jakarta, metode

dakwah disini yakni metode dakwah yang dilakukan fasilitator (Pak Budhi)

pada kegiatan Tafakkuran yang diadakan setiap sabtu siang mulai dari pukul

13:00 sampai 15:00, dan respon yang saya teliti yaitu respon kognitif, afektif,

dan konatif.

E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Tinjauan Pustaka serta Sistematika Penulisan.

Bab II KERANGKA TEORI

Respon, S-O-R Teori, Pengertian Respon, Macam – macam Respon,

Faktor terbentuknya respon, Definisi dakwah, Unsur-unsur dakwah,

Bentuk-bentuk dakwah, dakwah dan Komunikasi, Kegiatan-kegiatan

Dakwah

BAB III Metode Penelitian

Pendekatan Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian, Subjek dan Objek

(22)

Penelitian dan Definisi Operasional, Teknik Pengumpulan Data, Teknik

Analisis Data.

Bab IV Wilayah Penelitian

Profil Yayasan Haji Karim Oei (Masjid Lautze), Tujuan dan Visi Misi

Yayasan, Struktur Yayasan, Profil Singkat Pak Budhi (Fasilitator

Tafakkur).

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Profil Responden, Respon Kognitif, Respon Afektif, Respon Konatif,

Perbandingan Jumlah Skor Responden, Square dari Segi Umur,

Chi-Square dari Segi Pendidikan.

Bab VI Penutup

Kesimpulan, Saran-Saran.

(23)

KERANGKA TEORI

A. Respon

Menurut Astrid S. Susanto mengatakan bahwa respon adalah reaksi

penolakan atau pengiyaan ataupun sikap acuh tak acuh yang terjadi dalam

diri seseorang setelah menerima pesan.8 Dalam sebuah kamus bahasa

Indonesia kontemporer disebutkan bahwa respon adalah tanggapan atau

reaksi.9

Respon adalah suatu kegiatan dari organisme itu bukanlah

semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh

suatu perangsang dapat disebut juga respon. Secara umum respon atau

tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari

pengamatan tentang subjek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan.10

1. Macam-macam Respon

a. Respon kognitif, yaitu berkaitan erat dengan pengetahuan,

kecerdasan, dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini

timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau

dipersepsikan oleh khalayak.

8

Astrid S. Susanto, komunikasi Sosial di Indonesia, (Jakarta: Bina Cipta 1980)

9

Peter salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: English Modern Perss, 19991),hal.1268

10

(24)

b. Respon afektif, yaitu berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai

seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada

perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

c. Respon konatif, yaitu berhubungan dengan prilaku nyata yang

meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku

2. Faktor Terbentuknya Respon

Individu tidak hanya dikenai satu stimulus saja, tetapi individu

dikenai oleh berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan

sekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon

individu untuk di persepsi. Stimulus mana yang akan mendapatkan

respon tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.11

Respon dapat terbentuk karena adanya faktor pendorong dalam

proses komunikasi. Tidak semua stimulus mendapatkan respon, hal ini

disebabkan karena adanya penyesuaian atau perhatian lebih terhadap

minat khalayak. Dengan demikian sebuah respon dapat terbentuk tidak

hanya pada stimulus yang diberikan akan tetapi keadaan setiap individu

juga mempengaruhi.

Stimulus akan mendapatkan respon dari individu berdasarkan

beberapa faktor , yaitu12

11

Bimo walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) (Yogyakarta :Andi, 2003),h 54

12

(25)

a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu

manusia, yang terdiri atas unsur rohani dan jasmani. Kedua unsur

tersebut sangat mempengaruhi tiap individu dalam memberi

tanggapan dari sebuah stimulus. Jika salah satu unsur tersebut

mengalami gangguan atau tidak dalam kondisi yang baik maka

tanggapan yang akan diterima oleh individu tersebut akan

berbeda.

b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan sekitar.

Faktor ini biasanya berupa benda-benda perangsang dari suatu

stimulus. Menurut Bimo Walgito dalam bukunya, menyatakan

bahwa faktor psikis berhubungan dengan objek akan

menimbulkan stimulus, dan stimulus akan mengenai alat indera.

Hal tersebut karena keadaan menunjukan bahwa individu tidak

hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai

macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan disekitarnya. Namun

demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk

dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan

respon dari individu tergantung pada perhatian individu tergantung pada

perhatian individu yang bersangkutan. Secara skematis hal tersebut

dapat dikemukakan sebagai berikut.13

13

(26)

St Fi

St Fi

St Fi

[image:26.595.160.511.78.533.2]

Respon

Gambar 1. Skema Stimulus

St= Stimulus ( faktor luar )

Fi= Faktor intern ( faktor dalam, termasuk perhatian )

Sp= Struktur pribadi individu

Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu

menerima bermacam-macam stimuus yang datang dari lingkungan.

Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberi respon.

Individu akan mengadakan seleksi terhadap stimulus yang

mengenainya, dan di sini berperannya perhatian. Sebagai akibat dari

stimulus yang dipilihnya dan diterima oleh individu, individu

menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus

tersebut.14

Stimulus dapat disadari oleh individu jika suatu stimulus cukup

kuat untuk dapat ditanggapi. stimulus mempunyai batas minimal agar

stimulus tersebut dapat ditanggapi. Batas minimal tersebut biasa disebut

ambang absolut sebelah bawah atau ambang stimulus. Jika stimulus

14

(27)

kurang dari batasan tersebut maka individu tersebut tidak akan

menyadari stimulus tersebut.

3. Macam-macam Media Penerima Respon

Respon atau yang biasa disebut dengan tanggapan menurut

Agus Sujanto, ada bermacam-macam menurut media penerimanya,

yaitu15

a. Tanggapan menurut indera yang mengamati, yaitu :

1) Tanggapan Auditif, yakni tanggapan terhadap apa-apa yang

telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan dan lain-lain.

2) Tanggapan Visual, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang

dilihat.

3) Tanggapan Perasa, yaitu tanggapan dari sesuatu yang

dialami individu.

b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu :

1) Tanggapan ingatan, yakni tanggapan terhadap sesuatu

yang diingat.

2) Tanggapan fantasi, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang

dibayangkan.

3) Tanggapan pikiran, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang

dipikirkan.

c. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu :

15

(28)

1) Tanggapan Benda, yaitu tanggapan terhadap benda yang

menghampirinya atau berada didekatnya.

2) Tanggapan kata-kata, yaitu tanggapan terhadap kata-kata

yang didengar atau dilihatnya.

B. S-O-R Theory (Teori S-O-R)16

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response

ini semula berasal dari psikologi. Kemudian menjadi juga teori komunikasi,

tidak mengherankan, karena objek material dan psikologi dan ilmu

komunikasi adalah sama, yaitu manusia dan jiwanya meliputi

komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.

Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi

khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan

dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi

unsur-unsur dalam model ini adalah:

1. Pesan (Stimulus, S)

2. Komunikan (Organism, O)

3. Efek (Response, R)

16

(29)
[image:29.595.121.514.81.576.2]

Gambar 2. Skema S-O-R

Gambar ditas menunjukan bahwa perubahan sikap bergantung pada

proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan

kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan

berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan

mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.

Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah

kesediaan untuk merubah sikap.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku

pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku

tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat

diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima

Organisme:

Perhatian

Pengertian

penerimaan Stimulus

(30)

atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi

perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus

diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan

stimulus tersebut efektif.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme

(diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada

proses berikutnya.

3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga

terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah

diterimanya (bersikap).

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari

lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan

dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya

apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus

semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus

yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan

organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah,

hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip

pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah

(31)

1. perhatian,

2. pengertian.

3. penerimaan.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin

diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada

perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti.

Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah

komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk

mengubah sikap.

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan

perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi

dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources)

misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan

keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.17

17

(32)

C. Dakwah

1. Pengertian dakwah

Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata arab da‟wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da‟a (madli), yad‟u

(mudlari), berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini

dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan. Kata dakwah juga berarti do’a (al-du’a) yakni harapan, permohonan kepada Allah SWT

atau seruan (al-nida‟).18

Dalam penggunaan secara peristilahan dilingkungan masyarakat

islam dakwah lebih dipahami sebagai usaha dan ajakan kepada jalan

kebenaran atau jalan Tuhan.19 Menurut M. Quraish Shihab, dakwah adalah

seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada

situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun

masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan

pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga

menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus

lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajuran islam secara lebih

menyeluruh dalam berbagai aspek.20

Jelas dari pengertian-pengertian tersebut bisa diambil kesimpulan

dakwah ialah mengajak, menyeru, mendorong manusia kepada kebaikan

18

A. Ilyas Ismail, Paradigma dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta: Penamadani, 2008) cet ke-2, hal-144

19

Ibid, hal-145 20

(33)

yang sesuai dengan ajaran Allah SWT serta menjauhi dari apa yang

dilarang oleh Allah SWT.

2. Unsur-unsur dakwah

a. Da’I (Subjek Dakwah)

                                                   

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian

mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.

mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang

munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada

Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah 71).

Jelas subjek dakwah adalah seorang da’I atau da’iyah yang

menyerukan kepada kebaikan dan mencegah perbuatan yang munkar,

seseorang yang selalu senantiasa mengingatkan kepada ummat untuk

(34)

Secara garis besar subjek dakwah atau da’i mengandung dua

pengertian:

1) Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat

yang berdakwah sebagai kewajiban yang melekat

dan tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut

Islam, sesuai dengan perintah “Ballighu „anni walaw ayat.”

2) Secara khusus adalah mereka yang mengambil

keahlian khusus (mutakhashshish-spesialis) dalam

bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan luar

biasa dan dengan qudwah hasanah.21

b. Mad’u (Objek Dakwah)

Objek dakwah ( Madu ) yaitu masyarakat sebagai

penerima dakwah. Masyarakat baik individu maupun kelompok,

sebagai objek dakwah, memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda. Mad’u merupakan peserta dakwah, baik perseorangan,

kolektif, laki-laki atau perempuan, anak-anak atau orang dewasa. Mad’u bersifat heterogen, baik dari sudut ideologi, misalnya atheis,

animis, musyrik, munafik, fasik dan muslim, juga dari sudut lainnya

21

(35)

seperti intelektualitas, status sosial, kesehatan, pendidikan, dan

lain-lain.22

c. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah isi pesan dakwah Islam atau segala sesuatu

yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu

keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah maupun

Sunah Rasul-Nya.23

d. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta”

(melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat

artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk

mencapai suatu tujuan.24 Beberapa pendapat para ahli mengenai

metode dakwah yaitu:

1) Dr. Abdul Karim Zaidan

Metode dakwah adalah suatu ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan cara penyampaian (tabligh) dan

berusaha melenyapkan gangguan-gangguan yang akan

terjadi

22

Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metode Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1944), h 32

23

Hafi Anshari, Pemahaman Dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), h. 140

24

(36)

2) Drs. Salahuddin Sanusi

Metode dakwah ialah cara-cara penyampaian ajaran

islam kepada individu, kelompok ataupun masyarakat

supaya ajaran itu dengan cepat dimiliki, diyakini serta

dijalankan.25

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’I (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu

tujuan atas dasar hikmah dan kasih saying. Hal ini mengandung arti

bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan

human oriented menempatkan penghargaan yang mulia pada diri

manusia.26                                           

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An-Nahl 125).

25

Alwisral Imam zaidallah, Strategi Dakwah dalam Membentuk Dai Dan Khatib Profesional, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005) h. 70-71

26

(37)

Dari ayat tersebut dapat kita ambil bahwa macam-macam

metode dakwah sebagai berikut:

1) Metode Bi Al-Hikmah27

M Abduh berpendapat bahwa, Hikmah adalah

mengetahui rahasia dan faedah di dalam tipa-tiap hal. Hikmah

juga diartikan dalam arti ucapan yang sedikit lafazh, akan

tetapi banyak makna, ataupun diartikan meletakkan sesuatu

pada tempat atau semestinya.

Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan

bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang

bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau

Tuhan. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud

An-Nasafi, arti hikmah yaitu:

“Dakwah bil-hikmah”, adalah dakwah dengan

menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil

yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.

Dari penjelasan tersebut bisa diambil kesimpulan yaitu,

Hikmah ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat

membedakan antara yang hak dengan yang bathil, guna

menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan.

27

(38)

2) Metode Al-Mau’idza Al-Hasanah28

Secara bahasa , mau‟izhah berasal dari kata wa‟adza -

ya‟idzu – wa‟dzan – „idzatan yang berarti nasihat, bimbingan,

pendidikan, dan peringatan. Sementara hasanah merupakan

kebalikan fansayyi‟ah yang artinya kebaikan lawannya

kejelekan

Adapun pengertian secara istilah ada beberapa

pendapat antara lain:

a) Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi

yang dikutip oleh H. Hasanuddin adalah sebagai

berikut:

“Al-Mau‟izhah al-Hasanah” adalah (perkataan

-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka,

bahwa engkau memberikan nasihat dan

menghendaki manfaat kepada mereka atau

dengan Al-Quran.

b) Menurut Abdul Hamid al-Bilali: al-Mau‟izhah al

-Hasanah merupakan salah satu manhaj (metode)

dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah

dengan memberikan nasihat atau membimbing

dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat

baik.

28

(39)

Mau‟izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai

ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan,

pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan,

pesan-pesan positif yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan

agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.

3) Metode Al-Mujadalah29

Dari segi istilah (terminologi) terdapat beberapa

pengertian Al-Mujadalah. Al-Mujadalah berarti upaya tukar

pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis tanpa

adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan

diantara keduanya. Sedangkan menurut Dr. Sayyid

Muhammad Thantawi ialah, suatu upaya yang bertujuan

untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan

argumentasi dan bukti yang kuat.

Dari penjelasan tersebut bisa dipahami bahwa

Al-Mujadalah ialah suatu cara atau metode dakwah dengan

bertukar pendapat secara santun yang tidak melahirkan

permusuhan, dengan mengajukan argumentasi-argumentasi

yang kuat serta saling menghargai dan menghormati diantara

kedua belah pihak.

29

(40)

e. Media Dakwah

Media dakwah ialah peralatan yang dipergunakan untuk

menyampaikan materi dakwah kepada penerima dakwah. Pada

zaman modern seperti sekarang ini, seperti televisi.30

Media dakwah yang dipakai oleh Yayasan Haji karim Oei

ialah Masjid Lautze yang menjadi media untuk memberikan

pengajian serta sarana untuk pembelajaran pengetahuan agama

kepada jama’ah.

3. Bentuk-Bentuk Dakwah

1) Dakwah Bil Lisan

Dakwah bil lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui

lisan, yang dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah,

khutbah, diskusi, nasihat, dan lain-lain. Metode ceramah ini

nampaknya sudah sering dilakukan oleh para juru dakwah, baik

ceramah di majelis taklim, khutbah jumat di masjid-masjid atau

ceramah pengajian-pengajian. Dari segi aspek jumlah barang kali

dakwah melalui lisan (ceramah dan yang lainnya) ini sudah cukup

banyak dilakukan oleh juru dakwah ditengah-tengah masyarakat.31

30

Dr. Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997) h,35

31

(41)

2) Dakwah Bil Hal

Dakwah bil hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata yang

meliputi keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata

tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkrit oleh masyarakat

sebagai objek dakwah. Dakwah bil hal dilakukan oleh Rasulullah

SAW, terbukti bahwa ketika pertama kali tiba di Madinah yang

dilakukan nabi adalah membangun Masjid Al-Quba,

mempersatukan kaum Anshar dan Muhajirin. Kedua hal ini adalah

dakwah nyata yang dilakukan oleh nabi yang dapat dikatakan

sebagai dakwah bil hal.32

3) Dakwah Bil Qolam

Dakwah bil qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang

dilakukan dengan keahlian menulis disurat kabar, majalah, buku,

maupun internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi

al-qalam ini lebih luas dari pada melalui media lisan, demikian pula

metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja mad’u atau objek

dakwah dapat menikmati sajian dakwah bil qalam ini.33

32

ibid h, 11 33

(42)

D. Dakwah dan Komunikasi

Dalam ajaran islam, komunikasi mendapat tekanan yang cukup kuat

bagi manusia sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk Tuhan.

Komunikasi tidak harus dilakukan terhadap sesama manusia atau

lingkungan hidupnya, melainkan juga komunikasi kepada Tuhan.

Dalam interaksi antara Da‟I dan Mad‟u, Da‟I dapat menyampaikan

pesan-pesan dakwah (materi dakwah) melalui alat atau sarana komunikasi

yang ada. Komunikasi dalam proses dakwah tidak hanya ditunjukan untuk

memberikan pengertian, mempengaruhi sikap, membina hubungan sosial

yang baik, tapi tujuan terpenting dalam komunikasi adalah mendorong mad‟u untuk bertindak melaksanakan ajaran-ajaran agama dengan terlebih

dahulu memberikan pengertian, mempengaruhi sikap, dan membina

hubungan baik.

Mengenai proses komunikasi (penyampaian dan penerimaan) pesan

dakwah dapat dijelaskan melalui tahapan-tahapan yaitu:

1. Penerima stimulus informasi.

2. Pengolahan informasi.

3. Penyimpanan informasi.

4. Menghasilkan kembali suatu informasi.34

Menurut Osgood, proses komunikasi ditinjau dari peranan manusia

dalam hal memberikan interpretasi (penafsiran) terhadap lambang-lambang

tertentu (massage = pesan). Pesan-pesan disampaikan (encode) kepada

34

(43)

komunikan (mad‟u) untuk kemudian ditafsirkan (interpret) dan selanjutnya

disampaikan kembali kepada pihak komunikator, dalam bentuk

pesan-pesan baik berupa feedback atau respon tertentu sebagai efek dari pesan

yang dikomunikasikan.

Dalam hal ini, dakwah ditinjau dari segi komunikasi merupakan

suatu proses penyampaian pesan-pesan berupa ajaran islam yang

disampaikan secara persuasive dengan harapan agar komunikan dapat

bersikap dan berbuat amal salah sesuai dengan ajaran yang didakwahkan.

Dapat dikatakan bahwa proses dakwah merupakan bentuk komunikasi itu

sendiri, tetapi bukan komunikasi semata. Dakwah adalah komunikasi khas,

yang membedakan dengan komunikasi secara umum adalah cara dan tujuan

yang akan dicapai.35

E. Kegiatan-kegiatan Dakwah

Kegiatan-kegiatan dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan

dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan memberi

arah, pedoman, bagi para aktivitas dakwah. Tanpa adanya tujuan dakwah

yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia atau tidak mencapai

sasaran yang diinginkan. Oleh karena itu juru dakwah harus memahami

tujuan akhir dakwah yang akan diinginkan.36

35

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Press, 2011) h, 225-231

36

(44)

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena

pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah

perhitungan angka yang tepat. Pendekatan kuantitatif ini merupakan salah satu

pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat

dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.37

Dengan pendekatan penelitian tersebut penulis juga mendeskripsikan

skripsi ini sehingga mengetahui bagaimana respon jama’ah terhadap metode

dakwah pada kegiatan tafakkuran yang difasilitatori oleh Pak Budhi di Yayasan

Haji Karim Oei.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dalaksanakan penulis mulai dari bulan Januari 2015 sampai

bulan Juli 2015, yang bertempat di Yayasan Haji Karim Oei yang beralamat di

Jl. Lautze no 87-89, Pasar Baru, Jakarta Pusat 10740.

37

(45)

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah metode dakwah fasilitator (Pak

Budhi) pada kegiatan tafakkuran. Dan objek pada penelitian ini adalah respon jama’ah tafakkuran di Yayasan Haji Karim Oei.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, populasi yang akan

diteliti adalah jama’ah Masjid Lautze atau Yayasan Haji Karim Oei. Sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut, sampel pada penelitian ini adalah jama’ah yang menghadiri kegiatan

tafakkuran yang disisi oleh Pak Budhi setiap sabtu siang di Masjid Lautze atau

Yayasan Haji Karim Oei. Dari hasil wawancara penulis dengan pengurus

Yayasan Haji Karim Oei diketahui bahwa jumlah jama’ah yang ikut pada

kegiatan tafakkuran berjumlah 40 orang.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Karena jumlah populasi 40 orang jadi penulis mengambil semua jumlah

populasi untuk dijadikan sampel pada penelitian ini. Jadi sampel yang dipakai

(46)

F. Variable Penelitian dan Definisi operasional

Variabel penelitian merupakan objek pengamatan atau fenomena yang

diteliti.38

1. Variabel dependent adalah variabel yang sedang dianalisis tingkat

kepengaruhannya oleh variabel independent. Dalam skripsi ini variabel

dependennya adalah respon jama’ah Yayasan Haji Karim Oei.

Respon jama’ah ialah suatu tanggapan arau reaksi terhadap stimulus yang

diberikan atau diterima oleh komunikan (jama’ah) dari komunikator (Pak

Budhi). Pada skripsi ini respon menjadi tiga bagian:

a. Respon kognitif

Adalah respon secara pengetahuan, respon ini timbul apabila

terjadi perubahan apa yang pada yang diketahui dan dipahami jama’ah.

Indikator:

1) Pengetahuan

2) Informasi

b. Respon Afektif

Adalah perasanaan atau emosi yang timbul jika terjadi perubahan

pada sikap atau yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak.

Indikator:

1) Perasaan

2) Emosi

38

(47)

c. Respon Konatif

Adalah perilaku yang timbul jika terjadi perubahan pada tindakan,

kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.

Indikator:

1) Tindakan

2) Kebiasaan

2. Variabel bebas atau variabel independent adalah variabel yang sedang

dianalisis pengaruhnya terhadap variabel terikat. Dalam skripsi ini variabel

independennya adalan metode dakwah Pak Budhi pada kegiatan

tafakkuran di Yayasan Haji Karim Oei.

a. Metode dakwah yang dipakai fasilitator di Yayasan Haji Karim Oei

Definisi operasional: metode Bil Lisan yang dipakai Pak Budhi di

Yayasan Haji Karim Oei dalam kegiatan dakwah.

Indikator :

1) Retorika fasilitator

2) Materi yang disampaikan

3) Cara penyampaian materi

(48)

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer

a. Angket (kuesioner) yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

memberikan pertanyaan kepada responden yang bersifat pertanyaan

tertutup. Pada skripsi ini angket disebar kepada jama’ah kegiatan

tafakkuran di Yayasan Haji Karim Oei.

2. Data Sekunder

a. Dokumentasi, mengumpulkan data-data yang bersifat tidak langsung

yakni data yang bisa didapat dari artikel, buku, dan internet.

b. Wawancara yaitu sebuah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambal bertatap, dengan

atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.39

H. Teknik analisis data

Teknik analisis data kuantitatif yaitu suatu metode analisis yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan data

berwujud angka.

1. skala likert

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan skala likert dengan

ketentuan untuk pernyataan positif diberi skor sebagaimana berikut:

a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 4

b. Setuju (S) diberi skor 3

39

(49)

c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

Adapun nilai negatif diberikan skor sebagaimana berikut:

a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 1

b. Setuju (S) diberi skor 2

c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 3

d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4

2. Mean

Kemudian penulis mencari median dari data tersebut. Adapun

rumus untuk mencari median adalah sebagai berikut:

= Mean (Rata-rata) Ʃ = Epsilon (Jumlah)

Xi = Nilai X ke i sampai ke n

Selanjutnya hasil penelitian disajikan dengan menggunakan

frekuensi kontribusi dan prosentase dengan rumus:

P = Besarnya prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah Sampel

(50)

3. Standar Deviasi

Untuk menentukan skala responden terhadap metode dakwah

di Yayasan Haji Karim Oei akan digunakan Standar Deviasi, berikut persamaannya:

Keterangan:

SD : Standar Deviasi

∑x2 : Jumlah Deviasi dari rata-rata kuadrat

N : Jumlah Individu.40

Dengan perhitungan tingkat responden terhadap 3 skala

kognitif, afektif, dan konatif, dengan persamaan:

Tinggi : X + StdDev

Sedang : X

Rendah : X StdDev

4. Chi-kuadrat

Analisis chi-kuadrat digunakan untuk menguji sebuah

hipotesis.

Keterangan:

40

(51)

= Chi-Kuadrat

= Frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam) sampel = frekuensi harapan dalam sampel sebagai pencerminan

frekuensi yang diharapkan dalam populasi.41

Hipotesis adalah kesimpulan sementara terhadap masalah

penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.

Berikut adalah hipotesis pada penelitian ini:

1. Ho, maka TIDAK ada hubungan antara umur dengan respon jama’ah terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei.

Ha, maka ADA hubungan antara umur dengan respon jama’ah terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei.

2. Ho, maka TIDAK ada hubungan antara pendidikan dengan respon jama’ah terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim

Oei. Ha maka ADA hubungan antara pendidikan dengan respon jama’ah terhada pmetode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei.

4. Uji Validitas

Menurut Sekaran (2006:248), validitas adalah bukti bahwa

instrumen, teknik, atau proses yang digunakan untuk mengukur

sebuah konsep benar-benar mengukur konsep yang dimaksudkan.

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu item

pertanyaan, sedangkan uji reabilitas bertujuan untuk mengukur

41

(52)

konsisten tidaknya jawaban seseorang terhadap item-item pertanyaan

di dalam sebuah kuesioner. 42

Berikut hasil uji validitas dan uji reabilitas instrumen angket

yang dilakukan penulis menggunakan program SPSS Statistics 17.0.

42

[image:52.595.111.540.241.557.2]

Hardi Sarjono, Winda Julianita, SPSS vs LISEREL: Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Riset, (Jakarta, Salemba Empat, 2011) hal-35

Tabel 1. Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Respon Kognitif Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 43.7500 34.654 .498 .460 .887

VAR00002 43.9500 35.485 .322 .438 .895

VAR00003 43.9250 30.789 .761 .756 .874

VAR00004 43.7500 34.038 .586 .590 .883

VAR00005 43.8750 31.651 .741 .636 .875

VAR00006 43.7250 33.076 .673 .668 .879

VAR00007 43.8000 32.574 .638 .562 .881

VAR00008 43.6750 33.610 .636 .551 .881

VAR00009 43.7250 31.948 .740 .752 .876

VAR00010 43.6750 34.635 .490 .553 .887

VAR00011 43.6000 35.785 .398 .482 .890

VAR00012 43.6250 35.266 .479 .428 .888

VAR00013 43.6250 36.804 .271 .421 .894

(53)
[image:53.595.234.441.87.226.2]

Tabel 2. Hasil Uji Reabilitas Respon Kognitif

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

.891 .886 14

Dari hasil uji validitas dari item kuesioner respon kognitif,

afektif, dan konatif dapat kita ketahui terdapat sejumlah item yang

tidak valid. Jika dilihat dari Tabel r (Korelasi Pearson) pada taraf

signifikasi 0.05,43 untuk r tabel, N=40 maka r tabelnya adalah 0.312,

jika r hitung > r tabel maka ia memiliki signifikansi tapi jika jika r

hitung < r tabel maka ia tidak memiliki signifikansi.

Dilihat dari hasil uji validitas, pada item respon kognitif

terdapat satu item yang tidak valid pada nomor 13. Kemudian, dari

hasil uji reabilitas dari setiap item pada respon kognitif, afektif, dan

konatif didapatkan pada respon kognitif tabel 2 hasil Cronbach's

Alpha .891 lebih besar dari Cronbach's Alpha Based on

Standardized Item .886.

43

(54)

Pada uji reabilitas dan validitas ini, penulis hanya menguji

pada satu dimensi saja, hal ini karena pada penelitian respon dimana

terdapat respon kognitif, afektif dan konatif, semua dimensi respon

ini saling berhubungan, oleh karenaitu jika yang diuji hanya pada

dimensi respon kognitif saja.

Jadi bisa dilihat bahwa hasil uji reabilitas dari kuesioner respon

kognitif didapatkan memiliki hasil reabilitas yang tinggi. Berikut

Blue Print skala respon kognitif sebelum dilakukan uji validitas.

Setelah dilakukan uji validitas, berikut adalah BluePrint skala

respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif setelah dilakukan

[image:54.595.126.525.277.551.2]

uji validitas.

Tabel 3. Blueprint Skala Respon Kognitif Sebelum Dilakukan Uji Validitas No Dimensi

Respon Kognitif

Item Jumlah

Favorable UnFavorable

1 Pemahaman

dengan metode yang dipakai

7,8,9,12 10 5

2 Informasi mengenai penceramah

1 - 1

3 retorika da’i (fasilitator)

2,4,5 3 4

4 Pemahaman

materi yang disampaikan

(55)
[image:55.595.149.516.130.567.2]

Tabel 4. Blueprint Skala Respon Kognitif Sesudah Dilakukan Uji Validitas

No Dimensi Respon Kognitif

Item Jumlah

Favorable UnFavorable

1 Pemahaman dengan

metode yang dipakai

7,8,9,12 10 5

2 Informasi mengenai penceramah

1 - 1

3 Retorika da’i (fasilitator)

2,4,5 3 4

4 Pemahaman materi

yang disampaikan

(56)

WILAYAH PENELITIAN

A. Profil Yayasan Haji Karim Oei / Masjid Lautze

Masjid Karim Oei atau Masjid Lautze di jalan Lautze, Pasar Baru,

Jakarta Pusat, awalnya merupakan sebuah ruko berlantai empat yang

kemudian disewa untuk untuk dijadikan masjid. Mesjid ini mungkin

satu-satunya masjid di Indonesia yang tak berbeduk dan tak bermenara.

Kebanyakan masjid di Indonesia berdiri kokoh dan megah dengan pengaruh

kebudayaan kubah Timur Tengah. Berbeda dengan masjid satu ini, yakni

Masjid Lautze yang berada di jalan Lautze no. 87-89 Jakarta Pusat. Masjid

ini tidak memiliki tampilan seperti kebanyakan tempat ibadah. Sejarah

panjang tersimpan dari masjid yang didirikan 1991 silam oleh mantan

Presiden BJ Habibie ini. Berawal dari sejumlah tokoh islam yang berasal dari

ormas islam seperti NU, Muhammdiyah, Al-wasliyah, Kahmi dan putra

muslim keturunan cina Haji Karim Oei, (Ali karim Oei) membuat yayasan

yang diberi nama Yayasan Oei Tjeng Hien. Yayasan ini kemudian dikenal

seagai Yayasan Haji Karim Oei, sebuah yayasan informasi islam bagi warga

negara indonesia (WNI) keturunan cina yang beragama islam.44

44

(57)

Yayasan Haji Karim Oei didirikan untuk mengenang jasa-jasa

almarhum Haji Karim Oei Tjeng Hien (1905-1988), seorang patriot Indonesia

sejati muslim yang taat dan pengusaha sukses. Beliau berkawan dengan Bung

Karno dan pejuang-pejuang lainnya sejak perang dunia II. Beliau makin

akrab dengan Bung Karno di tahun 1938 sewaktu presiden RI 1 kita dibuang

Belanda ke Bengkulu.45

Awalnya Pak Ali sebagai anak dari Haji Karim Oei didesak oleh

kawan-kawannya untuk mendirikan sebuah yayasan bernama bapaknya,

namun beliau menolak, setelah tiga tahun didesak dan dibujuk oleh

kawan-kawannya lalu beliau mengiyakan didirikannya yayasan tersebut. Pertama

Pak Junus Jahya, yang intinya beliau melihat bahwa Pak Haji Karim Oei ini

seorang yang unik menurut Pak Junus, kedua Pak Haji Karim Oei keturunan

cina akan tetapi turut berjuang melawan Jepang, melawan Belanda, dan ikut

merebut kemerdekaan, ketiga Haji Karim Oei beragama dengan benar-benar

mendalami dipelajari dan jalankan, keempat Haji Karim Oei ini adalah

pengusaha sukses, karena melihat dari beberapa hal seperti itu Pak Junus

Jahya dan lain-lain berinisiatif ingin mendirikan yayasan Haji Karim Oei.46

Yayasan Haji Karim Oei didirikan dengan akte notaris no.49 tanggal

9 April 1991 oleh pejabat notaris H. Azhar Alia, SH. Pendirinya ialah

45

Arsip dari Yayasan Haji Karim Oei 46

(58)

tokoh Islam dari Muhammadiyah, NU, Al Wasliyah, KAHMI, HMI, ICMI,

dan sejumlah keturunan Tionghoa yang telah memeluk agama Islam.47

Selain itu, didirikann yayasan ini untuk menciptakan Karim

Oei-Karim Oei yang baru yang beragama dengan baik, dan mempunyai landasan

nasionalisme yang tinggi kepada tanah air, berkumpul lah beberapa orang

dari ormas-ormas besar islam yang tujuannya berdakwah untuk orang-orang

keturunan tionghoa, karena selama ini tidak pernah di garap. Oleh sebab itu,

didirikannya yayasan di daerah pecinaan supaya orang cina tahu islam.48

Masjid Lautze didirikan untuk mengenang tokoh Tionghoa muslim

Haji Karim Oei Tjeng Hien (1905-1988) yang juga dikenal dengan nama Haji

Abdulkarim. Seorang tokoh yang bergabung dalam organisasi

Muhammadiyah, serta mantan anggota Parlemen RI dan juga pendiri

organisasi warga etnis Tionghoa Islam, dengan nama Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia (PITI). Tahun 1967-1974, Karim Oei menjabat sebagai

anggota Pimpinan Harian Masjid Istiqlal Jakarta yang ditunjuk langsung oleh

Presiden, beliau juga menjadi anggota Dewan Penyantun BAKOM PKAB,

dan anggota Pengurus MUI Pusat. Selain aktif dalam organisasi Islam, Haji

Karim Oei juga sukses di dunia bisnis, dia pernah menjabat sebagai

Komisaris Utama BCA, Direktur Utama Asuransi Central Asia, Direktur PT

47

Arsip dari Yayasan Haji Karim Oei 48

(59)

Mega, Direktur Utama Pabrik Kaos Aseli 777, dan Direktur Utama Sumber

Bengawan Mas.49

Masjid Lautze merupakan tempat ibadah bagi umat muslim

dikawasan perdagangan Pasar Baru. Bagai mercusuar, bangunan masjid ini

berada di tengah himpitan ratusan pertokoan dan gudang yang

mengelilinginya. Sebuah potret

Gambar

Gambar 1. Skema Stimulus
Gambar 2. Skema S-O-R
Tabel 1. Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Respon Kognitif
Tabel 2. Hasil Uji Reabilitas Respon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Tuti Trihastuti Sukardi, sebagai Kepala Subbagian Pemerintahan Daerah, Bagian Pemerintahan Daerah dan Tata

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam menyusun peraturan daerah baru maka pemerintah daerah perlu mengkaji alur penyusunan peraturan daerah yang efektif dan

pengembangan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas itu kami sudah Apakah dalam mengadopsi langsung dari cambridge guru pengintegrasian kedua hanya mengembangkan ya baru kalau

Berkat limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya serta usaha dan tekad yang sungguh-sungguh, akhhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini deng judul “Pengaruh Jam

Maka dari itu, dalam penelitian ini media komik dipilih sebagai cara dalam membantu remaja dalam membangun kesadaran budaya melalui isu-isu budaya yang rentan

Misalnya seseorang merasa dirinya sebagai orang yang modem dan merasa sukses maka tindakannya baik dalam perilaku sosial maupun penlaku membeli diusahakan dengan mencapai konsep

Dari hasil penelitian ini ditemukan tidak ada hubungan asupan energi (kalori) dan asupan protein (gram) sarapan pagi dengan status gizi anak SD, sosial budaya

Pengamatan dimaksudkan untuk melihat pertumbuhan akar dan tunas dengan membongkar bibit dalam polybag yang telah ditentukan secara acak.Hasil penelitian menunjukkan