KONSEP STANDARISASI UMR DALAM EKONOMI ISLAM DAN IMPLEMENTASINYA DI YAYASAN PONDOK MULYA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyartan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh :
TRI LESTARI 207046100380
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT penulis panjatkan atas nikmat yang
diberikan-Nya sehingga dengan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul “Konsep Standarisasi UMR dalam Ekonomi Islam
Implementasinya di Yayasan Pondok Mulya”. Shalawat dan salam teruntuk Nabi
Muhammad SAW yang telah diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam. Semoga kita
semua dapat petunjuk dari ajarannya selalu amin.
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi
syarat-syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa kerja keras demi
terselesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan, dorongan, serta bantuan dari
berbagai pihak. Selanjutnya, sebagai ungkapan rasa terima kasih dan dukungan yang
diberikan, penulis haturkan kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah
2. Dr. Euis Amalia, MAg. Ketua Prodi Muamalat dan Mu‟min Rauf, MA.
Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. H. Ahmad Yani, MA Kordinator Tekhnis Non Reguler Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. A.Chaerul Hadi, MA. Pembimbing I dan Drs. Abu Tamrin, SH, M. Hum.
Pembimbing II yang telah sabar membimbing, memberikan arahan dan
meluangkan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. AH.Azharuddin Lathif, M.Ag. Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak Purwoto, SH Sekretaris Direktorat Yayasan Pondok Mulya dan
H.Rusmono, A.Ma, Pj. Bagian Personalia Yayasan Pondok Mulya.
7. Ayahanda Prawito dan Ibu Sukinem, Kakakku Nanik Sudarni dan Joko
Warsito dan Adikku Joko Purwanto beserta seluruh keluarga besar semua.
8. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mengamalkan
ilmunya kepada penulis semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dunia dan
akhirat.
9. Sahabat-sahabatku Intan, Rini, Ani, Mila, Neli, Lala, Lia, Agus, Mui, Yamani
dan yang lain-lain yang tak sempat disebutkan disini.
10.Dan yang terkahir untuk semua teman-teman penulis, yakni teman-teman
seperjuangan yang telah mewarnai sehari-hari penulis dengan hal-hal yang
memberikan kesan tersendiri bagi penulis selama menuntut ilmu di UIN syarif
Hidayatullah Jakarta.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun untuk
mencapai yang lebih baik. Kepada semua yang telah membantu menyelesaikan
skripsi ini, penulis haturkan terima kasih, semoga Allah SWT membalas semua
kebaikan yang telah kalian berikan. Amin.
Jakarta, 15 Ramadhan 1432H
15 Agustus 2011
DAFTAR ISI
COVER ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Review Studi Terdahulu ... 5
E. Objek Penelitian ... 6
F. Metode Penelitian ... 6
G. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Upah ... 11
1. Pengertian Upah ... 11
2. Landasan Hukum Upah ... 13
3. Teori-teori dalam Menentukan Upah ... 15
4. Sistem-sistem Upah ... 16
5. Komponen Upah ... 17
6. Ketentuan Pembayaran Upah ... 18
7. Upah Lembur ... 21
8. Sebab Munculnya Upah ... 23
1. Pengertian ... 24
2. Ketetapan UMP ... 25
3. Penentuan Upah Minimum ... 26
BAB III PROFIL YAYASAN PONDOK MULYA ... 32
A. Sejarah Masjid Raya Pondok Mulya ... 32
B. Visi dan Misi ... 35
C. Struktur Organisasi ... 36
D. Garis Besar Program Kegiatan Masjid Raya Pondok Indah ... 38
E. Dasar Program Kegiatan ... 39
F. Pokok- pokok Program Kegiatan ... 40
G. Program Kegiatan ... 41
H. Kerjasama Dengan Lembaga Lain ... 45
I. Sistem Keuangan ... 46
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 47
A. Penetapan Standar Upah Karyawan di Yayasan Pondok Mulya 47 1. Standar Penetapan Upah ... 47
2. Tunjangan atau Insentif ... 48
3. Prosedur Kerja ... 49
4. Penghargaan ... 50
5. Istirahat atau Cuti ... 50
6. Porsi Gaji ... 51
7. Pesangon ... 53
B. Penetapan Standar Upah di Yayasan Pondok Mulya dilihat dari Sistem Ekonomi Islam ... 54
1. Konsep Adil dan Layak ... 54
2. Hal-hal dalam Bermuamalah ... 65
3. Hubungan Kerja dalam Islam ... 67
BAB V PENUTUP ... 76
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upah merupakan faktor yang esensial atau dominan yang membawa
seseorang mau bekerja untuk kepentingan orang lain atau perusahaan. Tanpa
adanya upah, tidak akan terjalin hubungan kerja antara karyawan dan perusahaan.
Upah merupakan suatau penerimaan sebagai balas jasa atau imbalan dari pemberi
kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah ada dan
akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup dan kehidupan
yang layak bagi kemanusiaan dan suatu kegiatan produksi.1
Pemberian upah kepada para pekerja akan menciptakan dua sisi situasi
bagi perusahaan. Di satu sisi perusahaan dihadapakan untuk dapat memberikan
upah yang baik, yang seimbang, adil, tepat, layak dan dinamis agar pekerja dapat
memperoleh kepuasan.2 Dalam upaya pemberian upah, perlu pemikiran mengenai
bentuk dan besarnya upah yang disesuaikan dengan kemampuan perusahaan
dalam mengembangkan usaha guna memperoleh keuntungan.
Beberapa peraturan perundangan tentang ketenagakerjaan yang ada masih
menempatkan pekerja pada posisi yang kurang menguntungkan sehingga
dipandang tidak sesuai lagi dengan tuntutan masyarakat saat ini. Untuk itulah
1
Heidjarachman Ranupandjojo, Manajemen Personalia, Yogyakarta: BPFE-UGM, 1990, h.9 2
peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003 tentang
pengupahan dinilai aspiratif dalam menjawab persoalan upah.
Para pekerja juga perlu memperoleh upah dan jaminan sosial, serta
memperoleh keselamatan dan kesehatan kerja sehingga terwujud keadilan dan
kesejahteraan lahir dan batin. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997
tentang ketenagakerjaan menyebutkan pengaturan pengupahan yang ditetapkan
atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja tidak boleh lebih rendah atau
bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, karena itu upah yang diterima oleh para pekerja meliputi:
1. Upah minimum.
2. Upah kerja lembur.
3. Upah tidak masuk kerja karena sakit.
4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan yang lain diluar
pekerjaannya.
5. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya.
Kebijakan upah minimum adalah salah satu strategi pemerintah
menanggulangi kemiskinan, dengan menghitung kebutuhan dasar, seperti:
pangan, sandang, dan perumahan, sekaligus sebagai jaring pengaman sosial
dengan menghitung kebutuhan pendidikan dasar dan jasa transportasi.
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, upah minimum
diarahkan pada pencapaian kebutuhan hidup layak dengan memperhatikan
standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk
dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik maupun sosial, untuk satu bulan,
sebagaimana diatur dalam Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2005. Berdasarkan
peraturan ini, kebutuhan hidup seorang pekerja lajang terdiri dari 46 komponen,
yang dibagi dalam tujuh kelompok kebutuhan, yaitu:
1. Makanan dan minuman (11 komponen),
2. Sandang (9 komponen),
3. Perumahan (19 komponen),
4. Pendidikan (1 komponen),
5. Kesehatan (3 komponen),
6. Transportasi (1 komponen), dan
7. Rekreasi & tabungan (2 komponen).3
Dari pemaparan tersebut maka penulis mengangkat tema yang berjudul
“Konsep Standarisasi UMR dalam Ekonomi Islam implementasinya di Yayasan
Pondok Mulya”.
B. Pembatasan dan Peumusan Masalah
Agar tidak meluas dan fokus pada permasalahan yang akan dibahas dan
mencapai hasil yang diharapkan maka penulis membatasi penelitian ini pada
3
konsep standarisasi UMR dalam ekonomi Islam dan penulis mengambil tempat
penelitian pada Yayasan Pondok Mulya.
Sedangkan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sistem Yayasan dalam menetapakan standar upah bagi para
karyawan di Yayasan Pondok Mulya?
2. Apakah Penetapan Standar Upah di Yayasan Pondok Mulya telah sesuai
dengan ketentuan ekonomi Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis rumuskan diatas maka
ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian diantaranya:
a. Untuk mengetahui kebijakan Yayasan Pondok Mulya dalam menetapkan
gaji bagi para karyawan.
b. Untuk mengetahui di Yayasan Pondok Mulya telah mengikuti sistem
ekonomi Islam atau belum dalam penetapan gajinya.
2. Manfaat penelitian
a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang konsep upah yang sesuai dengan syariat Islam dan
implementasinya di Yayasan Pondok Mulya. Penelitian ini juga ditujukan
b. Bagi para akademisi, memberikan informasi dan wawasan kepada para
peminat dan pengkaji ilmu-ilmu ekonomi Islam.
c. Bagi pihak lain, sebagai bahan pertimbangan bagi umat Islam dan
pihak-pihak yang terkait dalam menetapkan upah berdasarkan konsep Islam.
D. Review Studi Terdahulu
1. Irfan, Skripsi Jurusan Akuntansi fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2010, “Pengaruh Kenaikan Upah Minimum Propinsi
(UMP) dan Jumlah Penduduk terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) di Jakarta Selatan” hasilnya bahwa kenaikan UMP
mempengaruhi penerimaan PBB, kenaikan penduduk tidak terlalu
berpengaruh terhadap penerimaan PBB, dan kenaikan UMP dan jumlah
penduduk berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PBB.
2. Sari narulita, Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2004, “Upah dalam Persfektif
Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Islam (Studi Perbandingan)” hasilnya
dalam ekonomi konvensional upah dijelaskan secara rinci, seperti ketentuan
upah lembur, upah berdasarkan status pekerjaan dan lain-lain, ekonomi Islam
tidak merinci seberapa upah yang diterima pekerja namun pembayaran upah
tidak menzalimi hak pekerja.
3. Ray Dwi Pranawa, Jurusan Perbandingan Hukum Fakultas Syariah dan
Karya Mengenai Upah Pekerja Kontrak PKWT Dan PKWTT; Analisis
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Tenaga Kerja” hasilnya
Pemberian upah terhadap karyawan kontrak dan karyawan tetap dirasakan
sangat berbeda. Upah yang diberikan kepada karyawan tidak sesuai dengan
upah minimum dan KHL.
4. M. SUhaeri Al-Faqih, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008, “Cara Upah dalam Perspektif Hadis”
hasilnya bahwa pembayaran upah tidak boleh menunda-nunda, segogyanya
disegerakan, dan didalam penerapan upah perlu adanya bersikap adil antara
keduanya, karena upah merupakan memberikan orang lain akan apa yang
menjadi haknya.
E. Objek Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada lembaga
berbasis syariah yaitu pada Yayasan Pondok Mulya.
F. Metodologi Penelitian
Dalam Penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian
lapangan (field research), untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mana penelitian ini,
uraian-uraian dari responden, dengan melihat objek penelitian ini berdasarkan
apa yang terangkum dari data lapangan.
Deskriptif menurut pengertiannya adalah penelitian yang bermaksud
untuk membuat pencandraan (penulisan ; gambaran) atau kejadian-kejadian.4
Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan sifat sesuatau yang tengah berlangsung pada saat riset
dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu.5
Penelitian ini dibarengi dengan teori-teori yang terkait untuk
memperoleh data yang baik, dengan mengumpulkan dan mempelajari
sumber-sumber yang berkaitan dengan judul skripsi ini seperti buku-buku, dan sumber-sumber
bacaan lainnya.
2. Sumber Data
a. Data Primer : Yaitu data yang digunakan untuk penelitian barupa
data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara langsung kepada
pejabat atau pegawai bank.
b. Data Sekunder : Yaitu data-data yang digunakan untuk penelitian
barupa data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti dan
dipublikasikan oleh pihak lain berkaitan dengan permasalahan penelitian
ini.
4
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian : Jakarta, Rajawali Press, 2002 h. 18 5
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang lengkap dan objektif, maka dalam
menyusun skripsi ini penulis melakukan riset lapangan (Field Library) yang
tujuannya untuk mendukung teori-teori yang bersumber dari literature
kepustakaan, maka penulis mengadakan penelitian lapangan secara langsung
terhadap Yayasan yang terkait dengan penelitian ini, sehingga hasil penelitian
di lapangan dengan teori yang ada dapat terbukti kebenarannya sesuai metode
yang digunakan.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah Pendekatan Kualitatif Deskriptif
Analisis, yaitu untuk memberikan pemecahan masalah dengan mengumpulkan
data lapangan, menyusun atau mengklasifikasikan, menganalisis data, dan
menjelaskan gambaran mengenai sistem penggajian di Yayasan Pondok
Mulya. Tujuan penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan dan
menganalisis secara mendalam mengenai sistem penggajian sesuai ekonomi
Islam.
5. Teknik Penulisan
Adapun tenik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka sistematika
penulisan disusun sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu,
kerangka konsep dan teori, metode penelitian serta sistematika
penulisan. Bagian-bagian tersebut diuraikan terlebih dahulu untuk
mengetahui secara jelas tentang pentingnya penelitian ini dilakukan,
apa yang menjadi masalah pokok dari penelitian ini dan untuk
mengatahui perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya.
BAB II LANDASAN TEORI
Mencakup tentang upah secara umum, yang terdiri dari pengertian
upah, fungsi dan manfaat upah, teori dasar dalam menetapkan upah,
sistem-sistem upah, komponen upah, ketentuan pembayaran upah.
BAB III POFIL PERUSAHAAN
Mencakaup sejarah berdirinya, visi dan misi, program kegiatan,
struktur organisasi, struktur organisasi, dan kerjasama dengan lembaga
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan, penetapan standar gaji yang dilakukan
oleh Yayasan Pondok Mulia, penetapan standar upah di Yayasan
Pondok Mulya dalam pandangan ekonomi Islam.
BAB V PENUTUP
Pada bagian bab akhir ini terdiri dari kesimpulan dan saran dari
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Upah
1. Pengertian Upah
Menurut teori ekonomi, upah diartikan sebagai pembayaran atas
jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para
pengusaha. Dengan demikian, dalam teori ekonomi, tidak dibedakan antara
pembayaran atas jasa-jasa pekerja kasar dan tidak tetap dengan pekerja tetap.
Teori ekonomi lainnya menyatakan bahwa kedua jenis tersebut dinamakan
upah.6
Di Indonesia, pengertian upah yang secara luas digunakan adalah
pengertian upah yang sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah
pasal 1 ayat (1) Nomor 5 Tahun 2003, yaitu:
“Upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan
keluarganya.”
Upah atau ijarah diartikan sebagai pemilikan jasa dari seorang ajir
(orang yang dikontrakan tenaganya) oleh mustajir (orang yang mengontrak
6
tenaganya). Ijarah merupakan transaksi terhadapa jasa tertentu yang disertai
kompensasi.7 Kompensasi imbalan inilah yang kemudian disebut ijarah,
ajrun. Tren ini dapat kita temukan dalam surat at-Thalaq ayat 6 yakni:
... ...
Artinya: “Apabila mereka (wanita-wanita) menyusui (anak) kalian maka berikanlah upah-upahnya.” (QS. At-Thalaq: 6).
Adapun mengenai bentuk upah tidak harus selalu uang, makanan,
pakaian, dan sejenisnya dapat pula dujadikan upah. Seorang ajir boleh
dikontrakan dengan suatu kompensasi atau upah berupa makanan dan
pakaian. Sebab praktik semacam ini diperbolahkan terhadap wanita yang
menyusui, seperti yang telah disebutkan dalm ayat diatas.8
Dalam hukum perburuhan (ketenagakerjaan) ada perbedaan antar upah dan
gaji. Perbedaan itu antara lain:9
a. Upah pada dasarnya adalah imbalan kerja yang biasa diperhitungkan untuk setiap
perbuatan atau beberapa perbuatan pelaksanaan tugas tertentu sebagai balas jasa.
Karena itu, upah pada awalnya digunakan untuk menyebut imbalan kerja dalam
suatu pelaksanaan pekerjaan yang bersifat incidental atau tidak tetap. Selain
sebagai imbalan kerja utama, upah juga berfungsi sebagai imbalan kerja
tambahan.
7
Taqyudin An-Nabahani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Persfektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1996, h.83
8
Taqyudin An-Nabahani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Persfektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1996, h. 91
9
b. Adapun gaji, merupakan imbalan kerja dalam hubungan kerja yang bersifat tetap.
Besar gaji ditentukan tidak berdasarkan pada pekerjaan, melainkan perjangka
waktu tertentu (perbulan atau perminggu) berdasarakan jenis pekerjaan, jabatan,
berat maupun ringannya tanggung jawab, senioritas kerja dan lain-lain.
Dalam upah terdapat istilah insentif, gaji, dan honor. Perbedaan
insentif, gaji dan honor adalah:
a. Insentif adalah tambahan gaji yang diberikan kepada karyawan dalam
bentuk tunjangan untuk upaya mensejahterakan karyawan.
b. Gaji adalah imbalan jasa yang diberikan kepada karyawan tetap.
c. Honor adalah imbalan gaji yang diberikan kepada karyawan non tetap.
2. Landasan Hukum Upah
a. Dalam Al-Qur‟an dijelaskan dalam QS. Al-Raad ayat 11.
Artinya: “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
b. “Berikanlah gaji kepada pekerja sebelum kering keringatnya, dan beritahukan ketentuan gajinya, terhadap apa yang dikerjakan”. (HR. Ibnu Majah10).
Kebijakan pengupahan dan penggajian didasarkan pada kebutuhan
hidup, pengembangan diri dan keluarga tenaga kerja dalam sistem upah
yang tidak menimbulkan kesenjangan sosial, hal ini termuat dalam TAP
MPR Nomor II/MPR/1993. Pemerintahpun melandaskan persoalan upah
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003
tentang Pengupahan. Landasan sistem pengupahan di Indonesia adalah
pasal 37 ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 bahwa tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Selain itu pasal 33 Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri dari tiga ayat yang
mengatakan; (1)Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas dasar kekeluargaan, (2)Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak diakui
oleh Negara, (3)Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.11
Penjabaran dalam hubungan industrial pancasila, sistem
pengupahan pada prinsipnya sebagai berikut:
10 Muhammad bin Isma‟il al-Shan‟ani,
Subhul al-Salam Syarh Bulughul Maram, Hadist no. 860, Bab al Musaqah wal Ijarah, jilid 3, Darul Fikr, tt
11
1) Mampu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan
keluarganya.
2) Mencerminkan pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang
3) Membuat pemberian insentif yang mendorong peningkatan
produktifitas kerja pendapatan nasional.12
3. Teori-teori dalam Menentukan Upah
a. Teori Upah Normal, yang dikemukakan oleh David Ricardo
Menurut teori ini, upah ditetapkan dengan berpedoman kepada
biaya-biaya yang diperlukan untuk mengongkosi segala kebutuhan hidup
buruh/tenega kerja dengan sewajarnya demikian, karena memang
demikian kemampuan majikan.
b. Teori Undang-Undang Upah Besi
Menurut teori ini buruh harus berusaha menentangnya agar upah
yang ia terima dapat mencapai kesejahteraan hidup.
c. Teori Dasar Upah, oleh Stuart Mill Senior
Menurut Teori ini, upah yang diterimanya itu sebetulnya adalah
berdasarkan kepada besar kecilnya jumlah dana yang ada pada
masyarakat.
12
d. Ibnu Taimiyah
Menurut Ibnu Taimiyah sebagaimana yang dikutip oleh Islahi,
upah yang setara adalah upah yang secara bebas diserahkan kepada
kekuatan permintaan dan penawaran pasar, tanpa intervensi pemerintah.
Tetapi ketika upah berjalan dengan tidak wajar maka pemerintah berhak
menetukan untuk upah.13
e. Ibnu Khaldun
Menurut Ibnu Khaldun, kedudukan pekerja sangat tergantung
pada nilai kerjanya dan nilai kerja sangat ditentukan oleh penghasilan
(upah) atau keuntungan dari hasil kerjanya.14
4. Sistem-sistem Upah
Adapun sistem-sistem upah yang ditulis oleh Prof. Imam Soepomo
dalam “Hukum Perburuhan” terlihat lebih tersusun. Beliau membaginya
kedalam enam sistem, masing-masing berikut penjelasannya:15
a. Sistem-sistem upah jangka panjang.
Menurut sistem penghasilan ini, upah ditetapkan menurut jangka
waktu buruh melakukan pekerjaan.
b. Sistem Upah Potongan
Sistem upah potongan ini acapkali digunakan untuk mengganti
sistem upah jangka waktu, bilamana hasil pekerjaan tidak memuaskan.
13
A.A. Islahi, Konsepsi Ibnu Taimiyah, Surabaya:PT. Bina Ilmu, 1997, h.99 14
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Jakarta: Pustaka, 1986, cet. Ke-1, h.449 15
c. Sistem Upah Permufakatan
Sistem upah ini pada dasarnya adalah upah potongan, yaitu upah
untuk hasil pekerjaan tertentu, misalnya pada pembuatan jalan, pekerjaan
memuat, membongkar dan mengangkut barang dan sebagainya, tetapi
upah itu bukanlah diberikan kepada buruh masing-masing, melainkan
kepada sekumpulan buruh yang bersama-sama melalui pekerjaan itu.
d. Sistem Skala Upah Berubah
Pada sistem ini terdapat pertalian antara upah dengan harga
penjualan dari hasil perusahaan.
e. Sistem Pembagian Keuntungan
Disamping upah yang diterima buruh pada waktu-waktu tertentu,
pada penutupan tahun buku, apabila ternyata majikan mendapatkan
keuntungan yang cukup besar, kepada buruh diberikan sebagian dari
keuntungan itu.
f. Sistem Upah Indeks
Sistem upah ini didasarkan atas indeks biaya keuntungan hidup.
5. Komponen Upah
Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal tidak
melebihi 25% dari nilai upah yang seharusnya diterima, hal ini termuat dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997. Imbalan/penghasilan yang diterima
oleh buruh tidak selamanya disebut upah, karena bisa jadi imbalan tersebut
Kerja Nomor 07/MEN/1990 tentang Pengelompokan Komponen Upah dan
Pendapatan Non Upah disebutkan bahwa:
a. Upah pokok; merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada buruh
menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besanya ditetapkan berdasarkan
perjanjian.
b. Tunjangan tetap; suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan
pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk buruh dan keluarganya yang
dibayarkan bersamaan dengan upah pokok seperti tunjangan anak,
tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan, tunjangan kehamilan.
Tunjangan makan dan tunjangan transport dapat dimasukkan dalam
tunjangan pokok asalkan tidak dikaitkan dengan kehadiran buruh, dengan
kata lain tunjangan tersebut diberikan tanpa mengindahkan kehadiran
buruh dan diberikan bersamaan dengan dibayarnya upah pokok.
c. Tunjangan tidak tetap; suatu pembayaran yang secara langsung maupun
tidak langsung berkaitan dengan buruh dan diberikan secara tidak tetap
bagi buruh dan keluarganya serta dibayarkan tidak bersamaan dengan
pembayaran upah pokok.
6. Ketentuan Pembayaran Upah
Pengusaha wajib membayar upah kepada para pekerjanya secara
teratur sejak terjadinya hubungan kerja sampai dengan berkhirnya hubungan
kerja. Upah yang diberikan oleh pengusaha tidak boleh diskriminasi antar
Nomor 80 Tahun 1975) yang merupakan ratifikasi konvensi ILO Nomor 100
Tahun 1951.
Upah tidak dibayar apabila pekerjaan/buruh tidak melakukan
pekerjaan (Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan jo. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1981 tentang
Perlindungan Upah), prinsip ini dikenal dengan asas „no work no pay‟,asas ini
tidak berlaku mutlak, maksudnya dapat disimpulkan dalam hal-hal tertentu
atau dengan kata lain pekerja tetap mendapatkan upah meskipun tidak dapat
melakukan pekerjaan. Adapun penyimpangan terhadap asas „no work no pay‟
ini adalah:16
a. Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan
b. Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa
haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.
c. Pekerja/buruh tidak masuk kerja karena pekerja/buruh menikah,
menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istrinya melahirkan
atau keguguran kandungan, suami atau istri atau anak atau menantu atau
orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal
dunia.
d. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang
menjaklankan kewajiban terhadap negara.
16
e. Pekerja/buruh tidak dapat menjalankan kewajibannya karena menjalankan
ibadah yang diperintahkan agamanya.
f. Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi
pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri
maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha.
g. Pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat.
h. Pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas
persetujuan pengusaha.
i. Pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan (pasal 93
ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003).
Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit adalah sebagai
berikut:
a. Untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus persen) dari upah.
b. Untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima persen) dari
upah.
c. Untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh persen) dari upah.
d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima persen) dari upah
sebelumnya sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan pengusaha.
Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang tidak masuk kerja
sebagaimana dimaksud dalam pasal 93 ayat (2) huruf c sebagai berikut:
a. Pekerja/buruh menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga) hari.
c. Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari.
d. Membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari.
e. Istri melahirkan/keguguran kandungan dibayar untuk selama 2 (dua) hari.
f. Suami/istri, orang tua/mertua atau anak atau menantu, meninggal dunia.
dibayar untuk selama 2 (dua) hari.
g. Anggota keluarga dalam satu tumah meninggal dunia dibayar untuk
selama 1 (satu) hari (pasal 93 ayat (3)).
Upah mempunyai kedudukan strategis, dalam hal perusahaan
dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan
utang yang didahulukan pembayarannya. Tuntutan pembayaran upah
pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja
menjadi kadaluwarsa setelah melalui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak
timbulnya hak (pasal 96).
7. Upah Lembur
Pengusaha harus mempekerjakan buruh/ pekerja sesuai dengan waktu
kerja yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Jika
Cara perhitungan upah lembur telah ditetapkan dalam keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-72/MEN/1984 tentang dasar perhitungan
upah lembur yakni sebagai berikut:17
a. Apabila jam kerja lembur dilakukan pada hari biasa:
1) Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar sebesar 1,5 (satu
setengah) kali upah sejam.
2) Untuk tiap jam kerja berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 (dua)
kali upah sejam.
b. Apabila jam kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan atau hari
raya resmi:
1) Untuk setiap jam dalam batas 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam, apabila
hari raya tersebut pada hari raya terpendek pada salah satu hari dalam
6 (enam) hari kerja seminggu, harus dibayar upah sedikit-dikitnya 2
(dua) kali upah sejam.
2) Untuk jam kerja pertama setelah 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam
apabila hari raya tersebut jatuh pada hari raya terpendek pada salah
satu hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu, harus dibayar upah
sebesar 3 (tiga) kali upah sejam.
3) Untuk jam kerja kedua setelah 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila
hari raya tersebut jatuh pada hari raya terpendek pada salah satu hari
17
dalam 6 (enam) hari kerja seminggu, harus dibayar upah sebesar 4
(empat) kali upah sejam.
Upah sejam dihitung dengan rumus senagai berikut:
a. Upah sejam bagi pekerja bulanan 1/173 upah sebulan.
b. Upah sejam bagi pekerja harian 2/20 upah sehari.
c. Upah sejam bagi pekerja borongan atau satuan 1/7 rata-rata hasil kerja
sehari.
8. Sebab Munculnya Upah
Dalam teori produksi ditunjukkan untuk memberikan pemahaman
tentang perilaku perusahaan dalam membeli dan menggunakan masukan
(input) untuk memproduksi dan keluaran (produk). Dalam teori produksi juga
memberikan penjelasan tentang perilaku produsen dalm memaksimalkan
keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya.
Memaksimalkan keuntungan atau efisiensi produksi tidak lepas dari dua hal
yakni; struktur biaya produksi dan revenue yang didapat.18
Komponen biaya dapat dibagi menjadi tiga yaitu biaya tetap (Fixed
Cost, FC), biaya variabel (Variabel Cost, VC) dan biaya keseluruhan (Total
Cost, TC). Analisis yang paling fundamental untuk menghasilkan analisis
biaya adalah fungsi hubungan antara biaya produksi dan tingkat output yang
akan dicapai dalam satu periode. Dengan kata lain, fungsi biaya akan
18
dipengaruhi oleh beberapa besar output yang diproduksi, cost = f (output).
Sedangkan bila kita dibandingkan formula diatas dengan fungsi output, output
= f (input) maka dapat dikatakan bahwa fungsi biaya tidak lain adalah turunan
dari fungsi output produksi.
Fixed Cost besarnya tidak dipengaruhi oleh berapa banyak output atau
produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, kurva FC digambarkan sebagai garis
horizontal yang menggambarkan berapapun output yang dihasilkan, biayanya
tetap.19
Dalam teori produksi, upah dikategorikan dalam jenis biaya fixed cost
karena upah merupakan biaya tetap yang harus dibayar oleh suatu perusahaan
kepada para pekerja/buruh. Berapapun besarnya margin atau keuntungan yang
didapat oleh suatu perusahaan tidak mempengaruhi besarnya upah. Upah
harus dibayarkan tepat pada waktunya yang tujuannya membuat para
pekerja/buruh bisa bekerja dengan baik dan seperti yang diharapkan oleh
perusahaan.
B. Upah Minimum Regional
1. Pengertian
Upah minimum regional adalah suatu standar minimum yang
digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah
kepada pegawai, karyawan atau buruh didalam lingkungan Perusahaan.
19
Dengan demikian pengusaha diperbolehkan memberikan upah lebih besar dari
pada ketentuan UMP (www. Wikipedia.org).
Saat ini UMR lebih dikenal dengan istilah Upah Minimum Propinsi
(UMP) karena ruang cakupnya hanya meliputi suatu propinsi. Selain itu
setelah otonomi daerah berlaku penu, berlaku juga istilah Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK).
2. Ketetapan UMP
Penetapan upah dilaksanakan setahun sekali melalui proses yang
panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari
birokrat, akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat membentuk tim
survey dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang
dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survey disejumlah
kota dalam propinsi tersebut yang dianggap representative, diperoleh angka
Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang dahulu disebut dengan Kebutuhan
Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulakan Upah
Minimum Propinsi (UMP) kepada Gubernur untuk disahkan. Komponen
Kebutuhan Hidup Layak (KHL) digunakan sebagai dasar penentuan upah
minimum berdasarakan kebutuhan hidup pekerja lajang/ belum menikah
(www.wikipedia.org).
Berdasarkan penentuan UMP didasarkan pada kebituhan fisik
umumnya yang berlaku secara regional, kelangsungan perluasan, dan tingkat
perkembangan ekonomi regional maupun nasional. Dengan demikian UMP
dapat berbeda-beda untuk satu daerah dengan daerah lainnya.
3. Penentuan Upah Minimum
Terjadinya kesenjangan upah dari perusahaan menciptakan sebuah
ketidakadilan dan berdampak juga pada hadirnya kelas-kelas social yang
terdapat pada perusahaan. Adanya kelas sosial menimbulkan hubungan yang
tidak seimbang sesama karyawan, marx juga mengatakan timbulnya kelas
sosial membawa Marx pada pemikiran ekstrem yaitu penghapusan kelas.
Upah yang minim dan jam kerja yang melebihi target akan menimbulkan
alienasi pada kaum buruh.
Pertama, alienasi dari produk terlihat dari pola pekerja yang
memproduksi sebuah objek namun tidak berkuasa untuk menggunakan atau
memiliki objek tersebut. Kedua, alienasi dari aktivitas produksi. Menurut
Marx, pembagian kerja kapitalis yang secara tipikal telah membawa pekerja
degradasi keahlian (deskilling), setiap individu direduksi hanya pada satu
tugas yang repetitive dan tidak perlu memakai otak, mereka tidak beda dengan
mesin, deprogram untuk membuat gerakan yang sama berulang-ulang. Ketiga,
alienasi dari esensi-spesies.
Marx berpendapat bahwa dibawah kapitalisme, mayoritas pekerja
tidak dapat menikmati cirri-ciri khas manusiawinya. Mereka berproduksi
bekerja. Bagi Marx para pekerja baru merasa menjadi manusia ketika mereka
tidak bekerja. Keempat, bekerja dengan jam kerja yang panjang, para buruh
sangat susah memperoleh waktu untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan
terkadang waktu untuk keluargapun tereduksi oleh pekerjaan. Bahkan
menurut Marx, kita hanya menganggap diri kita adlah orang lain yang pergi
bekerja untuk mendapatkan uang, kemudian pergi ketoko dan menghabiskan
uangnya, pada titik ekstrem mengarahkan kita menjadi masyarakat konsumtif.
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sesuai dengan Pasal 88 ayat (1)
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003. Untuk maksud tersebut pemerintah
menetapkan kebijakan pengupahan untuk melndungi pekerja/buruh.
Kebijakan pengupahan tersebut meliputi:20
a. Upah minimum
b. Upah kerja lembur
c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan
d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar
pekerjaannya
e. Upah karena
f. Menjalankan hak waktu istirahat kerjanya
g. Bentuk dan cara pembayaran upah
20
h. Denda dan potongan upah
i. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah
j. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional
k. Upah untuk pembayaran pasongan, dan
l. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan
Pengertian upah minimum telah diatur dalam Permenaker Nomor Per
01/MEN/1999 tentang upah minimum adalah upah bulanan terendah yang
terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah minimum tersebut
dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Upah Minimum Provinsi (UMP) adalah upah minimum yang telah berlaku
untuk seluruh kabupaten/kota di suatu Provinsi
b. Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) adalah upah minimum yang
berlaku didaerah kabupaten/kota
c. Upah Minimum Sentral Provinsi (UMSProp) adalah upah minimum yang
berlaku secara sektoral diseluruh kabupaten/kota di satu provinsi
d. Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSKab) adalah upah
minimum yang berlaku secara sektoral di daerah kabupaten/kota.
Ketentuan peraturan menteri ini kemudian dipertegas dalam Pasal 89
ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa
upah minimum tersebut harus berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
minimum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak (Pasal 89 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
KHL sendiri diatur dalam Pasal 4 permenakertrans Nomor 17 Tahun
2005 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan
Hidup Layak. Yang menyatakan bahwa KHL adalah standar kebutuhan yang
harus dipenuhi oleh seluruh buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara
fisik, non fisik, sosial, untuk kebutuhan 1 (satu) bulan, dan berlaku bagi buruh
dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun.
Sebagaimana diatur dalam pasal 4 Permenakertrans Nomor 17 Tahun
2005, upah minimum ditetapkan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
b. Produktivitas (jumlah produk domestic regional bruto/PDRB : jumlah
tenaga kerja pada periode yang sama).
c. Pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan nilai PDRB).
d. Usaha yang paling tidak mampu (marginal).
Dalam Pasal 1 ayat (1) Permenakertrans Nomor 01/MEN/1999
menjelaskan untuk UMP dan UMK, serta UMSProp dan UMSKab, ditetapkan
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Kebutuhan
b. Indeks Harga Konsumen (IHK)
c. Kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan
e. Kondisi pasar kerja
f. Tingkat perkembangan perekonomian dan pendpatan perkapita
g. Khusus UMSProp dan UMSKab untuk juga mempertimbangkan
kemampuan perusahaan secara sektoral.
Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan
rekomendasi Dewan Penguapahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota, dan
berdasarkan usulan Komisi Penelitian Pengupahan dan jaminan sosial Dewan
Ketenagakerjaan daerah sesuai dengan Pasal 88 ayat (4) Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003. Upah minimum berlaku terhitung mulai Tanggal 1
Januari berjalan dan ditetapkan 60 hari sebelumnya untuk UMP dan 40 hari
sebelumnya untuk UMK. Jadwal ini sering kali terlanggar pada
kenyataanya.21 Sedangkan nilai KHL diperoleh melalui survey harga yang
dilakukan oleh tim tripartite (untuk pemerintah diwakili oleh Badan Pusat
Statistik (BPS), perwakilan pengusaha dan perwakilan serikat buruh). Survey
KHL dilakukan sesuai dengan perhitungan komponen KHL dalam lampiran II
Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2005.
Pengusaha dilarang membayar upah dari upah minimum dalam masa
percobaan kerja Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
Selanjutnya dalam Pemernakertrans Nomor PER/01/MEN/1999 Pasal 13 ayat
(1) & (2) dinyatakan bahwa:
21
a. Perusahaan dilarang membayar upah lebih rendah dari UMP atau UMK
atau UMSProp atau UMSKab.
b. Dalam daerah suadah ada penetapan UMK perusahaan dilarang membayar
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah Masjid Raya Pondok Mulya
Masjid adalah rumah Allah SWT, tempat sujud umat Islam kepada
Khaliknya. Sejak masjid pertama (Masjid Quba) didirikan oleh Rasulullah, fungsi
masjid tidak hanya semata-mata sebagai tempat shalat, tetapi juga seagai pusat
pembinaan umat Islam, dalam rangka “Hablun minallah dan Hablun Minannas”.
Konsep perencanaan arsitektur Masij Raya Pondok Indah mengacu ada
arsitektur masjid tradisional. Salah satu ciri masjid tradisional yang tersebar
diseluruh nusantara beratap susun, dan kebanyakan bersusun tiga lapis. Bertolak
dari konsep tersebut maka perancangan Masjid Raya Pondok Indah dirancang
sedemikian rupa sehingga teripta bentuk baru, namun tetap mengekspresikan
bentuk masjid beratap susun tiga lapis. Bertolak dari konsep tersebut maka
perencanaan Masjid Raya Pondok Indah dirancang sedemikian rupa sehingga
tercipta bentuk baru namun tetap mengekspresikan bentuk masjid beratap susun
tiga, serasi dan menyatu dengan lingkungan. Menara masjid yang tingginya 50
meter, berbentuk runcing keatas yang berakhir pada bulan bintang, mencerminkan
bentuk seberkas cahaya yang menerangi bumi dari bulan bintang, yang
melambangkan behwa Islam merupakan cahaya penerang bagi bumi beserta
Lantai atas yang merupakan ruang shalat terdapat dinding kiblat, tanpa
ruang mihrab karakter ini merujuk pada Masjid Quba yang dibangun Rasulullah.
Pada dinding pertama yang merupakan kesaksian atas kebenaran Allah SWT dan
Nabi Muhammad SAW sebagai RasulNya. Untuk menambah keagungan rumah
Allah ini, disekeliling bagian atas ruang shalat dipahat kaligrafi Asmaul Husna
(nama-nama Allah SWT).
Masjid ini terdiri dari dua lantai, lantai atas digunakan untuk ruang shalat
utama sedangkan lantai bawah digunakan untuk ruang serbaguna. Secara
keseluruhan masjid ini dapat menampung sekitar 2600 jemaah di lantai atas dan
bawah.
Struktur bangunan masjid dibuat dari beton bertulang dan rangka atas
baja, semua material struktur finishingnya diusahakan menggunakan bahan alam
dengan maksud supaya umat yang meggunakan masjid ini akan lebih dekat
dengan alam dan dapat menghayati kebesaran Sang Penciptanya. Masjid ini juga
dilengkapi dengan ruang wudhu, perpustakaan, ruang kantor, gedung dan ruang
jaga. Dalam pengolahan tapak, ruang-ruang tersebut sengaja ditempatkan
dibawah permukaan tanah, dengan maksud agar bangunan masjid tidak terhalang
dengan bangunan-bangunan lain, sehingga penampilannya akan menjadi lebih
anggun.
Masjid Raya Pondok Indah dibangun atas prakarsa Pendiri Yayasan
Masjid Raya Pondok Indah yang diketuai oleh Bapak H. Sudwikatmono dan
Perencanaaan pembangunan Masjid Raya Pondok Indah dipimpin
langsung oleh Bapak Ir. H. ISMAIL SOFYAN. Pembangunan dimulai pada tahun
1990 selesai Tahun 1992 dengan biaya ± 12 Milyard (nilai bangunan tanah).
Peletakan batu pertama pembangunan Masjid Raya Pondok Indah
dilaksanakan pada Tanggal 11 januari 1991 pukul 11.00 WIB oleh Gubernur
Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Bapak WIYOGO ATMODARMINTO.
Peresmian Masjid Raya Pondok Indah dilaksanakan pada Hari Jum‟at
Tanggal 4 Desember 1992 pukul 11.00 WIB. Oleh Bapak H. SUDHARMONO,
SH (Wakil Presiden Republik Indonesia) dilanjutkan dengan kegiatan Shalat
Jum‟at pertama kali.
Pada Tanggal 2 Desember 1992 dilaksanakan serah terima tanah dan
bangunan Masjid Raya Pondok Indah dari PT. Metropolitan Kencana/Yayasan
Pondok Indah kepada Pemerintah DKI Jakarta dengan Berita Acara No:1828
Tahun 1992 dan juga serah terima Pengurus dan Pengelola Masjid Raya Pondok
Indah dan Pemerintah DKI Jakarta kepada Yayasan Masjid Raya Pondok Indah
dengan Berita Acara Nomor 1829 Tahun 1992.
Dalam perkembangannya dengan hasil Keputusan Rapat Para Badan
Pendiri Yayasan Pondok Mulya, Yayasan Masjid Raya Pondok Indah, Yayasan
Masjid Puri Indah, Yayasan Muslim Bumi Serpong Indah, tentang hubungan
Yayasan Pondok Mulya dan Yayasan Masjid Raya Pondok Indah diputuskan
bahwa Yayasan Pondok Mulya adalah Yayasan Induk yang menangani
Yayasan lokal untuk pemeliharaan asset dibawah koordinasi Yayasan Pondok
Mulya.
B. Visi dan Misi Visi:
Menjadikan masjid sebagai sebagai pusat unggulan dalam bidang
peribadatan, dakwah dan sosial keagamaan dengan sistem pengelolaan yang
modern.
Msi:
1. Melaksanakan, membina, mengembangkan, menanamkan dan menerapkan
ajaran Islam yang berwawasan luas, toleran dan penuh persaudaraan dalam
semangat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuw basyariyah.
2. Membina dan mengelola masjid dan pendidikan sebagai wahana pembinaan
watak dan kepribaian, dengan menerapkan manajemen modern yang
terencana, terarah, terpadu, professional, efektif dan efisien.
3. Membangun, membina dan mengembangkan usaha-usaha yang bersifat bisnis
yang releven yang hasilnya untuk pengembangan dan menunjang kegiatan
D. Garis Besar Program Kegiatan Masjid Raya Pondok Indah
Masjid bukan hanya sekedar tempat beribadat umat Islam, tetapi juga
tempat para jama‟ah/masyarakat Islam belajar menumbuhkan dan
mengembangkan pikiran dan rasa keagamaan, baik dalam mendekatkan diri
kepada Allah SWT melalui ibadah, maupun dalam rangka meningkatkan ilmu
pengetahuan kesejahteraan duniawi, kehidupan beragama dan kehidupan
bermasyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu pengelolaan secara
professional yang menyatu dengan kegiatan umat Islam dan masyarakat
beragama, baik dalam bidang ritual, peribadatan, pendidikan kebudayaan dan
sumber informasi.
Disadari bahwa suatu pengelolaan masjid akan mempunyai pengaruh luas
kepada jama‟ah masjid dan masyarakat Islam pada umumnya, maka dalam
pengelolaannya diperlukan sumber daya manusia profesional yang dapat
mengatur masalah peribadatan dan dakwah, pendidikan dan perpustakaan, serta
usaha pemeliharaan dan kebersihan secara baik, teratur dengan manajemen
modern terbuka.
Pengaturan administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan,
pemeliharaan, penggunaan keuangan, pengumpulan dana dari usaha dan para
dermawan perlu ditangani dengan baik.
Degan memperhatikan hal-hal tersebut diperlukan suatu program kegiatan
E. Dasar Program Kegiatan
Dasar program kegiatan Yayasan Masjid Raya Pondok Indah disebutkan:
1. Pasal 4 Maksud dan Tujuan
Memakmurkan masjid sebagai pusat ibadah dan pusat pengembangan
masyarakat serta pendidikan, dengan tujuan membentuk masyarakat beriman,
berilmu an beramal shaleh yang bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Pasal 5 Usaha
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut Yayasan melakukan
usaha-usaha:
a. Menyelenggarakan kegiatan peribadatan dan dakwah dalam arti kata
seluas-luasnya.
b. Menyelenggarakan pendidikan dan pengkajian Islam melalui
kursus-kursus, ceramah, diskusi, forum studi, kelompok belajar, latihan-latihan
dan lokakarya.
c. Menyelanggarakan kegiatan peningkatan pengetahuan, dan kecerdasan
masyarakatan, antara lain melalui perpustakaan.
d. Mengadakan kerjasama dengan badan-badan lain, baik Pemerintah
maupun Swasta/lembaga sosial kemasyarakatan, didalam maupun di luar
negeri.
e. Mengelola dan memelihara bangunan serta sarana penunjang masjid.
f. Mengelola dan mengembangkan zakat dan lain-lain dana yang berasal dari
g. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang sah dan halal yang tidak
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah.
F. Pokok- pokok Program Kegiatan
Pokok-pokok Program Kegiatan Masjid Raya Pondok Indah pada garis
besarnya sebagai berikut:
1. Manajemen
Pengelolaan masjid dilakukan dengan sistem manajemen yang sehat dan baik
dengan semangat musyawarah dan dilaksanakan oleh tenaga-tenaga
profesional (karyawan) yang melakukan tugas operasional harian.
2. Peribadatan dan Dakwah
Mengajak partisipasi masyarakat Islam untuk menyemarakan syiar Islam,
mengajak dan mendidik manusia-manusia muslim yang bertaqwa kepada
Allah SWT yang berkepribadian luhur serta menyadari tanggung jawabnya
terhadap Agama, Bangsa dan Negara.
3. Pendidikan dan Perpustakaan
Pendidikan dilakukan bekerja sama dengan pihak-pihak yang ahli yang telah
mempunyai proram-program pendidikan Islamiyah. Pengajian Al-Qur‟an dan
Al-Hadist dilakukan di masjid dengan bimbigan para ulama dan pakar-paar
agama Islam, untuk kelompok anak-anak, remaja, dewasa dan
4. Usaha, Pemeliharaan dan Kebersihan
Usaha di masjid bertujuan mencari dan mengumpulkan dana baik untuk
peneliharaan masjid maupun untuk memakmurkannya dari penyewaan
ruangan, dan infak para dermawan.
G. Program Kegiatan
1. Program Kegiatan dan Dakwah
a. Penyelenggaraan Shalat
o Shalat Rawatib
o Shalat Jum‟at
o Shalat Jenazah
b. Kegiatan Hari Raya
o Ramadhan, Nuzulul Qur‟an & Idul Fitri
o Idul Adha & Amalah Qurban
c. Peringatan Hari Besar
o Tahun Baru Islam 1 Muharram
o Isra Mi‟raj
o Maulid Nabi Muhammad SAW
d. Pengajian/Majlis Ta‟lim
o Ceramah Ahad Pagi Rutin
o Kajian Tafsir& Hadis ( Rabu Malam ba‟da Magrib )
e. PengIslaman ( Muallaf )
f. Kegiatan Bimbingan dan Konsultasi Agama
o Bimbingan Konsultasi Keluarga
o Bimbingan Konsultasi Calon Muallaf / Muallaf
2. Program Pendidikan dan Perpustaakaan.
a. Pengkajian Islam dari berbgai disiplin ilmu secara ilmiah dengan pengajar
/ nara sumber para cendekiawan muslim pakar dan ulama.
b. Kursus-kursus
o Kursus Membaca al-Qur‟an
o Kursus Terjemah Al-Qur‟an
o Kajian Bahasa Arab
o Kursus Bahasa Inggris
o Bimbingan Belajar
c. Pendidikan / Pelatihan Kader Muballigh & Imam
d. Pelayanan peminjaman buku-buku perpustakaan.
3. Program Usaha, Pemeliharaan dan Kebersihan
a. Penyewaan Ruangan ( Resepsi, Seminar dll )
b. Pelayanan Akad Nikah
c. Pemeliharaan dan Kebersihan
4. Program Penunjang
a. Sekertariat
o Kematian / Penyelenggaraan / Takziah
o Pembinanaan Fakir Miskin dan Yatim Piatu
o Pengelolan Zakat, Infaq, Sadaqah secara produkif
c. Remaja Masjid
d. Jaringan Kerja Masjid
5. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji & Umrah ( KBIH )
6. Badan Pengelola Zakat, Infaq & Sadaqah
a. Beasiswa Yatim Sekolah
b. Pendidikan Keterampilan Yatim Dhu‟fa
c. Bantuan Dhu‟afa
d. Bantuan Musafir
e. Bantuan Lembaga
f. Pengobatan Gratis
7. Unit Pelayanan Jenazah / Kematian
a. Member / Anggota
b. Penyelanggaraan Jenazah; Memandikan, Mengkafankan, Mensholatkan
dan Pengantaran ke pemakaman.
c. Penghantaran Jenazah Dalam Kota & Luar Kota dengan Mobil Jenazah
8. Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah BMT Usaha Mulya
a. Simpanan / Anggota
b. Pembiayaan Modal
9. Usaha Sejahtera Mulya
a. Pengelolaan Kantin / Rumah Makan
b. Pengelolaan Pedagang Kaki Lima
c. Penyewaan Tenda & Panggung Pelaminan
d. Wartel
10.Klinik Herbal Sehat Mulya
a. Pengobatan dengan Tanaman Obat dengan Dokter
b. Pijat Refleksi dan Akupuntur
c. Hijamah
d. Iridologi
e. General Chekup
f. Laboratorium
11.Indah Mulya Press
a. Penerbitan Buletin Jum‟at
b. Penerbitan Buku
c. Penjualan Buku, VCD
d. Pencetakan Undangan, Kop Surat dll.
e. Pemesanan Aneka Souvenir untuk Pernikahan
f. Penyelenggaraan Bazar
12.Pos Sehat
a. Pengobatan Cuma-Cuma (gratis) untuk para Dhu‟afa setiap Senin &
b. Pembinaan Kader Pos Sehat
c. Penyuluhan Kesehatan
d. Penyuluhan Keagamaan (Siraman Rohani)
13.Pengelolaan Parkir
14.Koperasi Karyawan
H. Kerjasama Dengan Lembaga Lain
1. PT. Bank Muamalat Idonesia
2. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhu‟afa
3. UJE Center (Ustad. Jefri Al Bukhori)
4. Salemba Prima (Bimbingan Belajar)
5. LPIQ Nasional (Masjid Istiqlal)
6. Yayasan Al-Urwatul Wutsqa
7. Pengajian Al-Ummahat
8. Pengajian Nurul Huda
9. Pengajian Riyadus Sholihin
10.Kelompok Pengajian Ibu-Ibu se-Kecamatan Kebayoran Lama
11.Forum Kajian Amal Islam (FOKALIS)
12.Perusahaan Cabang Catering
13.Perusahaan Jasa peralatan Catering, Meja dan Panggung
14.Perusahaan Jasa Peralatan Tenda
16.Perusahaan Jasa Tanaman Hias, Umbul-umbul
I. Sistem Keuangan
1. Sumber Penerimaan
- Infaq rutin
- ZIS
- Penggunaan ruang serba guna
- Kegiatan Usaha
2. Alokasi Pengeluaran
Infaq
ZIS Biaya kegiatan
Penggunaan RSG
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Sistem Yayasan Pondok Mulya dalam Menetapkan Standar Upah Bagi Para Karyawan22
1. Standar Penetapan Upah
Sistem penggajian di Yayasan Pondok Mulya menggunakan sistem
penggajian pegawai negeri dan pegawai swasta yang di kolaborasi dengan
sistem yang disesuaikan dengan ketetapan SK Yayasan Nomor 006/SK/BP
YPM/IV/1999.
Standar penetapan upah di Yayasan Pondok Mulya mengikuti ketetapan
Pemerintah tentang standar gaji pegawai yaitu UMR sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2003. Sedangkan untuk
karyawan non tetap mengikuti perhitungan ketepan pemerintah tentang
penetapan upah regional yang dibagi dengan 30 hari atau UMR/30 dan
dihitung berdasarkan tanggal masuk kerja. Keunggulan Yayasan Pondok
Mulya dalam menetapkan upah adalah:
a. Sudah mengikuti ketetapan Pemerintah tentang penetapan upah minimum
berupa UMR, bahkan gaji karyawannya diatas UMR.
22
b. Sistem penggolongan gaji di Yayasan Pondok Mulya berbalik dengan
pegawai negri dari D ke A sedangkan pegawai negri A sampai D.
c. Sistem penggajiannya yaitu kolaborasi dengan gaji pegawai pemerintah
dengan pegawai swasta.
d. Jamsostek dibayar oleh yayasan.23
e. Diberikan fasilitas transportasi, walaupun dalam pembayarannya menyicil.
2. Tunjangan atau Insentif
Tunjangan atau insentif diberikan Yayasan Pondok Mulya terhadap
karyawan adalah:
a. Tunjangan makan
b. Tunjangan transportasi
c. Tunjanagan kesehatan
d. Tunjangan masa kerja
e. Biaya melahirkan
f. Insentif tahunan/bonus
g. Tunjangan hari raya (THR)
h. Kepanitiaan (event pernikahan dan lain-lain)
i. Jamsostek terdiri dari 3 :
1. Jaminan kecelakaan
2. Jaminan hari tua
23
3. Jaminan kematian
j. Asuransi BUMIDA yaitu asuransi yang di peruntukkan untuk karyawan
diluar jam kerja mulai dari jam 16.00 sore sampai dengan jam 08.00 pagi.
3. Prosedur Kerja
Karyawan yang melakukan kesalahan kerja tidak mempengaruhi
dalam pembayaran gaji. Namun, apabila karyawan tidak mengikuti prosedur
kerja adalah uang makan dan uang transport tidak diberikan. Contohnya
apabila para karyawan terlambat 10 menit pada jam masuk kerja dan jika
karyawan pulang tidak sesuai dengan waktu kerja yang ditetapkan akan
mempengaruhi gaji/upah yang tujuannya agar supaya para karyawan menjadi
lebih disiplin dalam bekerja.
Begitu pula halnya jika seorang karyawan sakit dan perlu istirahat
maka untuk karyawan tetap hal ini tidak mempengaruhi besarnya gaji yang
didapat namun uang makan dan uang transport tidak diberikan. Sedangkan
karyawan non tetap yang sakit maka tidak diberikan gaji pada saat tidak
bekerja namun setelah sehat bekerja lagi baru diberikan gaji karena besarnya
upah dihitung berdasarkan daftar hadir.
Sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 93 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 bahwa karyawan yang sakit panjang dalam pemberian
gaji dihitung sebagai berikut:
b. 4 bulan kedua dibayarkan 75% (tujuh piluh lima persen) dari upah
c. 4 bulan ketiga dibayarkan 50% (lima puluh persen) dari upah
d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima persen) dari upah
sebelum dilakukan pemutusan hubungan kerjan oleh pengusaha.
Untuk karyawan yang tidak masuk kerja karena bolos dalam
pemberian gaji sama dengan karyawan yang sakit yaitu untuk karyawan tetap
tidak mempengaruhi gaji namun tidak diberikan tunjangan transport dam
tunjangan makan, namun untuk karyawan non tetap mempengaruhi upah
yaitu karena perhitungan pembayaran upah berdasarkan daftar hadir (apabila
tidak masuk upah tidak dibayar). Upah tidak dibayar apabila pekerja atau
buruh tidak melakukan pekerjaan (hal ini sesuai dengan pasal 93 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
4. Penghargaan
Untuk karyawan teladan dan berprestasi di Yayasan Pondok Mulya
akan di promosikan dengan kenaikan jabatan dan kenaikan gaji. Sedangkan
untuk penghargaan masa kerja yang telah bekrja lebih dari 10 tahun, 15 tahun,
dan 25 tahun, akan diberikan penghargaan berupa uang dan cindera mata.
5. Istirahat atau Cuti
Untuk karyawan yang tidak mengambil cutinya tidak dapat
disubtitusikan dalm bentuk uang karena hak cuti biasanya diambil oleh para
karyawan menggunakan masa cutinya, atau mengambil libur dihari kerja yang
dianggap oleh Yayasan sebagai cuti.
Dalam masa cuti biasanya para karywan tetap digaji seperti biasa.
Karyawan dalam masa kerja akan di berikan cuti haji selama 40 hari dengan
perhitungan 4 hari sebelum keberangkatan dan 4 hari sesudah pulang haji dan
32 hari masa pelaksanaan haji dan di bayarkan seperti hari kerja.
Sesuai dengan pasal 79 ayat (2) bagian c Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 yaitu cuti tahunan dilakukan sekurang-kurangnya 12 hari kerja
setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan secara
terus-menerus.
6. Porsi Gaji
Upah karyawan di yayasan pondok mulya telah sesuai dengan UMR
DKI Jakarta. Besarnya Perbandingan persentase gaji yaitu 25% dari porsi
pendapatan Yayasan. Besarnya level gaji karyawan level terendah sampai
dengan karyawan level tertinggi yaitu Rp.1.500.000,- sampai dengan
Rp.4.000.000,- .Sedangkan untuk gaji lembur atau piket dibayar Rp.25.000,-
perhari. Uang kepanitiaan akan diberikan jika ada event PHBI (Peringatan
Hari Besar Islam) seperti bazaar, acara seminar, dll akan diberikan
berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan.
Daftar kebutuhan pokok minimum standar asumsi lajang fersi Yayasan
Rincian kebutuhan pokok:
a. Kontrakan rumah/ cicilan rumah: Rp. 500.000,-
b. Kebutuhan Rumah Tangga
1) Makan sehari-hari 1 orang Rp. 600.000,-
(Rp.20.000,- x 30 hari)
2) Rekening Listrik Rp. 100.000,-
3) Iuran RT dan Kebersihan Rp. 20.000,-
4) Perlengkapan mandi/cuci Rp. 15.000,-
5) Rekening Telepon/HP Rp. 100.000,-
c. Transportasi kerja/BBM (Sepeda Motor) Rp. 200.000,-
Rp. 10.000,- x 20 hari
d. Makan siang (Tempat kerja) Rp. 300.000,-
Rp.15.000,- x 20 hari
e. Lain-lain/ tak terduga Rp. 100.000,-
Rp.1.935.000,-
Daftar kebutuhan pokok minimum asumsi 1 anak (sekolah) fersi
Yayasan Pondok Mulya:
Rincian kebutuhan hidup (pokok):
a. Kontrakan rumah/ cicilan rumah: Rp. 500.000,-
b. Kebutuhan Rumah Tangga
(Rp.30.000,- x 30 hari)
2) Rekening Listrik Rp. 100.000,-
3) Iuran RT dan Kebersihan Rp. 20.000,-
4) Perlengkapan mandi/cuci Rp. 15.000,-
5) Rekening Telepon/HP Rp. 100.000,-
c. Dana sekolah (1 anak)
1) Transport Rp. 125.000,-
Rp.5.000,- x 25 hari
2) Catering/Makan/Jajan Rp. 125.000,-
Rp.5.000,- x 25 hari
3) SPP/Iuran sekolah Rp. 100.000,-
d. Transportasi kerja/BBM (Sepeda Motor) Rp. 200.000,-
Rp. 10.000,- x 20 hari
e. Makan siang (Tempat kerja) Rp. 300.000,-
Rp.15.000,- x 20 hari
f. Lain-lain/ tak terduga Rp. 100.000,-
Rp.2.635.000,-
7. Pesangon
Pesangon bagi karyawan yang di PHK dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Pesangon
c. Hak yang wajib diberikan karyawan besarnya penggantian hak dihitung
dari 15% dari yang dia dapat (jumlah pesangon + penghargaan).
Besarnya pesangon ini biasanya dalam bentuk uang. Namun, apabila
karyawan di PHK dengan tidak hormat karena melakukan kesalahan maka
hanya diberikan penghargaan atau uang kerohanian.
B. Penetapan Standar Upah di Yayasan Pondok Mulya dalam Pandangan Ekonomi Islam
1. Konsep Adil dan Layak24
Upah adalah imbalan yang diterima seseorang atas pekerjaannya dalam bentuk imbalan materi di dunia (Adil dan Layak) dan dalam bentuk imbalan pahala di akherat (imbalan yang lebih baik).
a. Adil
Organisasi yang menerapkan prinsip keadilan dalam pengupahan
mencerminkan organisasi yang dipimpin oleh orang-orang bertaqwa.
Konsep adil ini merupakan ciri-ciri organisasi yang bertaqwa. Al-Qur‟an
menegaskan:
24