• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep standarisasi UMR dalam ekonomi Islam dan implementasinya di Yayasan Pondok Mulya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep standarisasi UMR dalam ekonomi Islam dan implementasinya di Yayasan Pondok Mulya"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP STANDARISASI UMR DALAM EKONOMI ISLAM DAN IMPLEMENTASINYA DI YAYASAN PONDOK MULYA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyartan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh :

TRI LESTARI 207046100380

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR











Segala puji dan syukur bagi Allah SWT penulis panjatkan atas nikmat yang

diberikan-Nya sehingga dengan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan

skripsi dengan judul “Konsep Standarisasi UMR dalam Ekonomi Islam

Implementasinya di Yayasan Pondok Mulya”. Shalawat dan salam teruntuk Nabi

Muhammad SAW yang telah diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam. Semoga kita

semua dapat petunjuk dari ajarannya selalu amin.

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi

syarat-syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa kerja keras demi

terselesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan, dorongan, serta bantuan dari

berbagai pihak. Selanjutnya, sebagai ungkapan rasa terima kasih dan dukungan yang

diberikan, penulis haturkan kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah

(6)

2. Dr. Euis Amalia, MAg. Ketua Prodi Muamalat dan Mu‟min Rauf, MA.

Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. Ahmad Yani, MA Kordinator Tekhnis Non Reguler Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. A.Chaerul Hadi, MA. Pembimbing I dan Drs. Abu Tamrin, SH, M. Hum.

Pembimbing II yang telah sabar membimbing, memberikan arahan dan

meluangkan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. AH.Azharuddin Lathif, M.Ag. Dosen Pembimbing Akademik.

6. Bapak Purwoto, SH Sekretaris Direktorat Yayasan Pondok Mulya dan

H.Rusmono, A.Ma, Pj. Bagian Personalia Yayasan Pondok Mulya.

7. Ayahanda Prawito dan Ibu Sukinem, Kakakku Nanik Sudarni dan Joko

Warsito dan Adikku Joko Purwanto beserta seluruh keluarga besar semua.

8. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mengamalkan

ilmunya kepada penulis semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dunia dan

akhirat.

9. Sahabat-sahabatku Intan, Rini, Ani, Mila, Neli, Lala, Lia, Agus, Mui, Yamani

dan yang lain-lain yang tak sempat disebutkan disini.

10.Dan yang terkahir untuk semua teman-teman penulis, yakni teman-teman

seperjuangan yang telah mewarnai sehari-hari penulis dengan hal-hal yang

(7)

memberikan kesan tersendiri bagi penulis selama menuntut ilmu di UIN syarif

Hidayatullah Jakarta.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun untuk

mencapai yang lebih baik. Kepada semua yang telah membantu menyelesaikan

skripsi ini, penulis haturkan terima kasih, semoga Allah SWT membalas semua

kebaikan yang telah kalian berikan. Amin.

Jakarta, 15 Ramadhan 1432H

15 Agustus 2011

(8)

DAFTAR ISI

COVER ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Review Studi Terdahulu ... 5

E. Objek Penelitian ... 6

F. Metode Penelitian ... 6

G. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Upah ... 11

1. Pengertian Upah ... 11

2. Landasan Hukum Upah ... 13

3. Teori-teori dalam Menentukan Upah ... 15

4. Sistem-sistem Upah ... 16

5. Komponen Upah ... 17

6. Ketentuan Pembayaran Upah ... 18

7. Upah Lembur ... 21

8. Sebab Munculnya Upah ... 23

(9)

1. Pengertian ... 24

2. Ketetapan UMP ... 25

3. Penentuan Upah Minimum ... 26

BAB III PROFIL YAYASAN PONDOK MULYA ... 32

A. Sejarah Masjid Raya Pondok Mulya ... 32

B. Visi dan Misi ... 35

C. Struktur Organisasi ... 36

D. Garis Besar Program Kegiatan Masjid Raya Pondok Indah ... 38

E. Dasar Program Kegiatan ... 39

F. Pokok- pokok Program Kegiatan ... 40

G. Program Kegiatan ... 41

H. Kerjasama Dengan Lembaga Lain ... 45

I. Sistem Keuangan ... 46

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 47

A. Penetapan Standar Upah Karyawan di Yayasan Pondok Mulya 47 1. Standar Penetapan Upah ... 47

2. Tunjangan atau Insentif ... 48

3. Prosedur Kerja ... 49

4. Penghargaan ... 50

5. Istirahat atau Cuti ... 50

6. Porsi Gaji ... 51

7. Pesangon ... 53

B. Penetapan Standar Upah di Yayasan Pondok Mulya dilihat dari Sistem Ekonomi Islam ... 54

1. Konsep Adil dan Layak ... 54

2. Hal-hal dalam Bermuamalah ... 65

3. Hubungan Kerja dalam Islam ... 67

BAB V PENUTUP ... 76

(10)

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upah merupakan faktor yang esensial atau dominan yang membawa

seseorang mau bekerja untuk kepentingan orang lain atau perusahaan. Tanpa

adanya upah, tidak akan terjalin hubungan kerja antara karyawan dan perusahaan.

Upah merupakan suatau penerimaan sebagai balas jasa atau imbalan dari pemberi

kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah ada dan

akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup dan kehidupan

yang layak bagi kemanusiaan dan suatu kegiatan produksi.1

Pemberian upah kepada para pekerja akan menciptakan dua sisi situasi

bagi perusahaan. Di satu sisi perusahaan dihadapakan untuk dapat memberikan

upah yang baik, yang seimbang, adil, tepat, layak dan dinamis agar pekerja dapat

memperoleh kepuasan.2 Dalam upaya pemberian upah, perlu pemikiran mengenai

bentuk dan besarnya upah yang disesuaikan dengan kemampuan perusahaan

dalam mengembangkan usaha guna memperoleh keuntungan.

Beberapa peraturan perundangan tentang ketenagakerjaan yang ada masih

menempatkan pekerja pada posisi yang kurang menguntungkan sehingga

dipandang tidak sesuai lagi dengan tuntutan masyarakat saat ini. Untuk itulah

1

Heidjarachman Ranupandjojo, Manajemen Personalia, Yogyakarta: BPFE-UGM, 1990, h.9 2

(12)

peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003 tentang

pengupahan dinilai aspiratif dalam menjawab persoalan upah.

Para pekerja juga perlu memperoleh upah dan jaminan sosial, serta

memperoleh keselamatan dan kesehatan kerja sehingga terwujud keadilan dan

kesejahteraan lahir dan batin. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997

tentang ketenagakerjaan menyebutkan pengaturan pengupahan yang ditetapkan

atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja tidak boleh lebih rendah atau

bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, karena itu upah yang diterima oleh para pekerja meliputi:

1. Upah minimum.

2. Upah kerja lembur.

3. Upah tidak masuk kerja karena sakit.

4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan yang lain diluar

pekerjaannya.

5. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya.

Kebijakan upah minimum adalah salah satu strategi pemerintah

menanggulangi kemiskinan, dengan menghitung kebutuhan dasar, seperti:

pangan, sandang, dan perumahan, sekaligus sebagai jaring pengaman sosial

dengan menghitung kebutuhan pendidikan dasar dan jasa transportasi.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, upah minimum

diarahkan pada pencapaian kebutuhan hidup layak dengan memperhatikan

(13)

standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk

dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik maupun sosial, untuk satu bulan,

sebagaimana diatur dalam Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2005. Berdasarkan

peraturan ini, kebutuhan hidup seorang pekerja lajang terdiri dari 46 komponen,

yang dibagi dalam tujuh kelompok kebutuhan, yaitu:

1. Makanan dan minuman (11 komponen),

2. Sandang (9 komponen),

3. Perumahan (19 komponen),

4. Pendidikan (1 komponen),

5. Kesehatan (3 komponen),

6. Transportasi (1 komponen), dan

7. Rekreasi & tabungan (2 komponen).3

Dari pemaparan tersebut maka penulis mengangkat tema yang berjudul

“Konsep Standarisasi UMR dalam Ekonomi Islam implementasinya di Yayasan

Pondok Mulya”.

B. Pembatasan dan Peumusan Masalah

Agar tidak meluas dan fokus pada permasalahan yang akan dibahas dan

mencapai hasil yang diharapkan maka penulis membatasi penelitian ini pada

3

(14)

konsep standarisasi UMR dalam ekonomi Islam dan penulis mengambil tempat

penelitian pada Yayasan Pondok Mulya.

Sedangkan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah sistem Yayasan dalam menetapakan standar upah bagi para

karyawan di Yayasan Pondok Mulya?

2. Apakah Penetapan Standar Upah di Yayasan Pondok Mulya telah sesuai

dengan ketentuan ekonomi Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis rumuskan diatas maka

ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian diantaranya:

a. Untuk mengetahui kebijakan Yayasan Pondok Mulya dalam menetapkan

gaji bagi para karyawan.

b. Untuk mengetahui di Yayasan Pondok Mulya telah mengikuti sistem

ekonomi Islam atau belum dalam penetapan gajinya.

2. Manfaat penelitian

a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang konsep upah yang sesuai dengan syariat Islam dan

implementasinya di Yayasan Pondok Mulya. Penelitian ini juga ditujukan

(15)

b. Bagi para akademisi, memberikan informasi dan wawasan kepada para

peminat dan pengkaji ilmu-ilmu ekonomi Islam.

c. Bagi pihak lain, sebagai bahan pertimbangan bagi umat Islam dan

pihak-pihak yang terkait dalam menetapkan upah berdasarkan konsep Islam.

D. Review Studi Terdahulu

1. Irfan, Skripsi Jurusan Akuntansi fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2010, “Pengaruh Kenaikan Upah Minimum Propinsi

(UMP) dan Jumlah Penduduk terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) di Jakarta Selatan” hasilnya bahwa kenaikan UMP

mempengaruhi penerimaan PBB, kenaikan penduduk tidak terlalu

berpengaruh terhadap penerimaan PBB, dan kenaikan UMP dan jumlah

penduduk berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PBB.

2. Sari narulita, Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2004, “Upah dalam Persfektif

Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Islam (Studi Perbandingan)” hasilnya

dalam ekonomi konvensional upah dijelaskan secara rinci, seperti ketentuan

upah lembur, upah berdasarkan status pekerjaan dan lain-lain, ekonomi Islam

tidak merinci seberapa upah yang diterima pekerja namun pembayaran upah

tidak menzalimi hak pekerja.

3. Ray Dwi Pranawa, Jurusan Perbandingan Hukum Fakultas Syariah dan

(16)

Karya Mengenai Upah Pekerja Kontrak PKWT Dan PKWTT; Analisis

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Tenaga Kerja” hasilnya

Pemberian upah terhadap karyawan kontrak dan karyawan tetap dirasakan

sangat berbeda. Upah yang diberikan kepada karyawan tidak sesuai dengan

upah minimum dan KHL.

4. M. SUhaeri Al-Faqih, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008, “Cara Upah dalam Perspektif Hadis”

hasilnya bahwa pembayaran upah tidak boleh menunda-nunda, segogyanya

disegerakan, dan didalam penerapan upah perlu adanya bersikap adil antara

keduanya, karena upah merupakan memberikan orang lain akan apa yang

menjadi haknya.

E. Objek Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada lembaga

berbasis syariah yaitu pada Yayasan Pondok Mulya.

F. Metodologi Penelitian

Dalam Penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian

lapangan (field research), untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mana penelitian ini,

(17)

uraian-uraian dari responden, dengan melihat objek penelitian ini berdasarkan

apa yang terangkum dari data lapangan.

Deskriptif menurut pengertiannya adalah penelitian yang bermaksud

untuk membuat pencandraan (penulisan ; gambaran) atau kejadian-kejadian.4

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan sifat sesuatau yang tengah berlangsung pada saat riset

dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu.5

Penelitian ini dibarengi dengan teori-teori yang terkait untuk

memperoleh data yang baik, dengan mengumpulkan dan mempelajari

sumber-sumber yang berkaitan dengan judul skripsi ini seperti buku-buku, dan sumber-sumber

bacaan lainnya.

2. Sumber Data

a. Data Primer : Yaitu data yang digunakan untuk penelitian barupa

data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara langsung kepada

pejabat atau pegawai bank.

b. Data Sekunder : Yaitu data-data yang digunakan untuk penelitian

barupa data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti dan

dipublikasikan oleh pihak lain berkaitan dengan permasalahan penelitian

ini.

4

Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian : Jakarta, Rajawali Press, 2002 h. 18 5

(18)

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap dan objektif, maka dalam

menyusun skripsi ini penulis melakukan riset lapangan (Field Library) yang

tujuannya untuk mendukung teori-teori yang bersumber dari literature

kepustakaan, maka penulis mengadakan penelitian lapangan secara langsung

terhadap Yayasan yang terkait dengan penelitian ini, sehingga hasil penelitian

di lapangan dengan teori yang ada dapat terbukti kebenarannya sesuai metode

yang digunakan.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah Pendekatan Kualitatif Deskriptif

Analisis, yaitu untuk memberikan pemecahan masalah dengan mengumpulkan

data lapangan, menyusun atau mengklasifikasikan, menganalisis data, dan

menjelaskan gambaran mengenai sistem penggajian di Yayasan Pondok

Mulya. Tujuan penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan dan

menganalisis secara mendalam mengenai sistem penggajian sesuai ekonomi

Islam.

5. Teknik Penulisan

Adapun tenik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah

menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN

(19)

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka sistematika

penulisan disusun sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu,

kerangka konsep dan teori, metode penelitian serta sistematika

penulisan. Bagian-bagian tersebut diuraikan terlebih dahulu untuk

mengetahui secara jelas tentang pentingnya penelitian ini dilakukan,

apa yang menjadi masalah pokok dari penelitian ini dan untuk

mengatahui perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya.

BAB II LANDASAN TEORI

Mencakup tentang upah secara umum, yang terdiri dari pengertian

upah, fungsi dan manfaat upah, teori dasar dalam menetapkan upah,

sistem-sistem upah, komponen upah, ketentuan pembayaran upah.

BAB III POFIL PERUSAHAAN

Mencakaup sejarah berdirinya, visi dan misi, program kegiatan,

struktur organisasi, struktur organisasi, dan kerjasama dengan lembaga

(20)

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan, penetapan standar gaji yang dilakukan

oleh Yayasan Pondok Mulia, penetapan standar upah di Yayasan

Pondok Mulya dalam pandangan ekonomi Islam.

BAB V PENUTUP

Pada bagian bab akhir ini terdiri dari kesimpulan dan saran dari

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Upah

1. Pengertian Upah

Menurut teori ekonomi, upah diartikan sebagai pembayaran atas

jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para

pengusaha. Dengan demikian, dalam teori ekonomi, tidak dibedakan antara

pembayaran atas jasa-jasa pekerja kasar dan tidak tetap dengan pekerja tetap.

Teori ekonomi lainnya menyatakan bahwa kedua jenis tersebut dinamakan

upah.6

Di Indonesia, pengertian upah yang secara luas digunakan adalah

pengertian upah yang sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah

pasal 1 ayat (1) Nomor 5 Tahun 2003, yaitu:

“Upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk

uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan

keluarganya.”

Upah atau ijarah diartikan sebagai pemilikan jasa dari seorang ajir

(orang yang dikontrakan tenaganya) oleh mustajir (orang yang mengontrak

6

(22)

tenaganya). Ijarah merupakan transaksi terhadapa jasa tertentu yang disertai

kompensasi.7 Kompensasi imbalan inilah yang kemudian disebut ijarah,

ajrun. Tren ini dapat kita temukan dalam surat at-Thalaq ayat 6 yakni:

...         ...

Artinya: “Apabila mereka (wanita-wanita) menyusui (anak) kalian maka berikanlah upah-upahnya.” (QS. At-Thalaq: 6).

Adapun mengenai bentuk upah tidak harus selalu uang, makanan,

pakaian, dan sejenisnya dapat pula dujadikan upah. Seorang ajir boleh

dikontrakan dengan suatu kompensasi atau upah berupa makanan dan

pakaian. Sebab praktik semacam ini diperbolahkan terhadap wanita yang

menyusui, seperti yang telah disebutkan dalm ayat diatas.8

Dalam hukum perburuhan (ketenagakerjaan) ada perbedaan antar upah dan

gaji. Perbedaan itu antara lain:9

a. Upah pada dasarnya adalah imbalan kerja yang biasa diperhitungkan untuk setiap

perbuatan atau beberapa perbuatan pelaksanaan tugas tertentu sebagai balas jasa.

Karena itu, upah pada awalnya digunakan untuk menyebut imbalan kerja dalam

suatu pelaksanaan pekerjaan yang bersifat incidental atau tidak tetap. Selain

sebagai imbalan kerja utama, upah juga berfungsi sebagai imbalan kerja

tambahan.

7

Taqyudin An-Nabahani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Persfektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1996, h.83

8

Taqyudin An-Nabahani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Persfektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1996, h. 91

9

(23)

b. Adapun gaji, merupakan imbalan kerja dalam hubungan kerja yang bersifat tetap.

Besar gaji ditentukan tidak berdasarkan pada pekerjaan, melainkan perjangka

waktu tertentu (perbulan atau perminggu) berdasarakan jenis pekerjaan, jabatan,

berat maupun ringannya tanggung jawab, senioritas kerja dan lain-lain.

Dalam upah terdapat istilah insentif, gaji, dan honor. Perbedaan

insentif, gaji dan honor adalah:

a. Insentif adalah tambahan gaji yang diberikan kepada karyawan dalam

bentuk tunjangan untuk upaya mensejahterakan karyawan.

b. Gaji adalah imbalan jasa yang diberikan kepada karyawan tetap.

c. Honor adalah imbalan gaji yang diberikan kepada karyawan non tetap.

2. Landasan Hukum Upah

a. Dalam Al-Qur‟an dijelaskan dalam QS. Al-Raad ayat 11.























































































Artinya: “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

(24)

b. “Berikanlah gaji kepada pekerja sebelum kering keringatnya, dan beritahukan ketentuan gajinya, terhadap apa yang dikerjakan”. (HR. Ibnu Majah10).

Kebijakan pengupahan dan penggajian didasarkan pada kebutuhan

hidup, pengembangan diri dan keluarga tenaga kerja dalam sistem upah

yang tidak menimbulkan kesenjangan sosial, hal ini termuat dalam TAP

MPR Nomor II/MPR/1993. Pemerintahpun melandaskan persoalan upah

pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

tentang Pengupahan. Landasan sistem pengupahan di Indonesia adalah

pasal 37 ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 bahwa tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan. Selain itu pasal 33 Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri dari tiga ayat yang

mengatakan; (1)Perekonomian disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan atas dasar kekeluargaan, (2)Cabang-cabang produksi yang

penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak diakui

oleh Negara, (3)Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat.11

Penjabaran dalam hubungan industrial pancasila, sistem

pengupahan pada prinsipnya sebagai berikut:

10 Muhammad bin Isma‟il al-Shan‟ani,

Subhul al-Salam Syarh Bulughul Maram, Hadist no. 860, Bab al Musaqah wal Ijarah, jilid 3, Darul Fikr, tt

11

(25)

1) Mampu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan

keluarganya.

2) Mencerminkan pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang

3) Membuat pemberian insentif yang mendorong peningkatan

produktifitas kerja pendapatan nasional.12

3. Teori-teori dalam Menentukan Upah

a. Teori Upah Normal, yang dikemukakan oleh David Ricardo

Menurut teori ini, upah ditetapkan dengan berpedoman kepada

biaya-biaya yang diperlukan untuk mengongkosi segala kebutuhan hidup

buruh/tenega kerja dengan sewajarnya demikian, karena memang

demikian kemampuan majikan.

b. Teori Undang-Undang Upah Besi

Menurut teori ini buruh harus berusaha menentangnya agar upah

yang ia terima dapat mencapai kesejahteraan hidup.

c. Teori Dasar Upah, oleh Stuart Mill Senior

Menurut Teori ini, upah yang diterimanya itu sebetulnya adalah

berdasarkan kepada besar kecilnya jumlah dana yang ada pada

masyarakat.

12

(26)

d. Ibnu Taimiyah

Menurut Ibnu Taimiyah sebagaimana yang dikutip oleh Islahi,

upah yang setara adalah upah yang secara bebas diserahkan kepada

kekuatan permintaan dan penawaran pasar, tanpa intervensi pemerintah.

Tetapi ketika upah berjalan dengan tidak wajar maka pemerintah berhak

menetukan untuk upah.13

e. Ibnu Khaldun

Menurut Ibnu Khaldun, kedudukan pekerja sangat tergantung

pada nilai kerjanya dan nilai kerja sangat ditentukan oleh penghasilan

(upah) atau keuntungan dari hasil kerjanya.14

4. Sistem-sistem Upah

Adapun sistem-sistem upah yang ditulis oleh Prof. Imam Soepomo

dalam “Hukum Perburuhan” terlihat lebih tersusun. Beliau membaginya

kedalam enam sistem, masing-masing berikut penjelasannya:15

a. Sistem-sistem upah jangka panjang.

Menurut sistem penghasilan ini, upah ditetapkan menurut jangka

waktu buruh melakukan pekerjaan.

b. Sistem Upah Potongan

Sistem upah potongan ini acapkali digunakan untuk mengganti

sistem upah jangka waktu, bilamana hasil pekerjaan tidak memuaskan.

13

A.A. Islahi, Konsepsi Ibnu Taimiyah, Surabaya:PT. Bina Ilmu, 1997, h.99 14

Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Jakarta: Pustaka, 1986, cet. Ke-1, h.449 15

(27)

c. Sistem Upah Permufakatan

Sistem upah ini pada dasarnya adalah upah potongan, yaitu upah

untuk hasil pekerjaan tertentu, misalnya pada pembuatan jalan, pekerjaan

memuat, membongkar dan mengangkut barang dan sebagainya, tetapi

upah itu bukanlah diberikan kepada buruh masing-masing, melainkan

kepada sekumpulan buruh yang bersama-sama melalui pekerjaan itu.

d. Sistem Skala Upah Berubah

Pada sistem ini terdapat pertalian antara upah dengan harga

penjualan dari hasil perusahaan.

e. Sistem Pembagian Keuntungan

Disamping upah yang diterima buruh pada waktu-waktu tertentu,

pada penutupan tahun buku, apabila ternyata majikan mendapatkan

keuntungan yang cukup besar, kepada buruh diberikan sebagian dari

keuntungan itu.

f. Sistem Upah Indeks

Sistem upah ini didasarkan atas indeks biaya keuntungan hidup.

5. Komponen Upah

Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal tidak

melebihi 25% dari nilai upah yang seharusnya diterima, hal ini termuat dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997. Imbalan/penghasilan yang diterima

oleh buruh tidak selamanya disebut upah, karena bisa jadi imbalan tersebut

(28)

Kerja Nomor 07/MEN/1990 tentang Pengelompokan Komponen Upah dan

Pendapatan Non Upah disebutkan bahwa:

a. Upah pokok; merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada buruh

menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besanya ditetapkan berdasarkan

perjanjian.

b. Tunjangan tetap; suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan

pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk buruh dan keluarganya yang

dibayarkan bersamaan dengan upah pokok seperti tunjangan anak,

tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan, tunjangan kehamilan.

Tunjangan makan dan tunjangan transport dapat dimasukkan dalam

tunjangan pokok asalkan tidak dikaitkan dengan kehadiran buruh, dengan

kata lain tunjangan tersebut diberikan tanpa mengindahkan kehadiran

buruh dan diberikan bersamaan dengan dibayarnya upah pokok.

c. Tunjangan tidak tetap; suatu pembayaran yang secara langsung maupun

tidak langsung berkaitan dengan buruh dan diberikan secara tidak tetap

bagi buruh dan keluarganya serta dibayarkan tidak bersamaan dengan

pembayaran upah pokok.

6. Ketentuan Pembayaran Upah

Pengusaha wajib membayar upah kepada para pekerjanya secara

teratur sejak terjadinya hubungan kerja sampai dengan berkhirnya hubungan

kerja. Upah yang diberikan oleh pengusaha tidak boleh diskriminasi antar

(29)

Nomor 80 Tahun 1975) yang merupakan ratifikasi konvensi ILO Nomor 100

Tahun 1951.

Upah tidak dibayar apabila pekerjaan/buruh tidak melakukan

pekerjaan (Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan jo. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1981 tentang

Perlindungan Upah), prinsip ini dikenal dengan asas „no work no pay‟,asas ini

tidak berlaku mutlak, maksudnya dapat disimpulkan dalam hal-hal tertentu

atau dengan kata lain pekerja tetap mendapatkan upah meskipun tidak dapat

melakukan pekerjaan. Adapun penyimpangan terhadap asas „no work no pay‟

ini adalah:16

a. Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan

b. Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa

haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.

c. Pekerja/buruh tidak masuk kerja karena pekerja/buruh menikah,

menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istrinya melahirkan

atau keguguran kandungan, suami atau istri atau anak atau menantu atau

orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal

dunia.

d. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang

menjaklankan kewajiban terhadap negara.

16

(30)

e. Pekerja/buruh tidak dapat menjalankan kewajibannya karena menjalankan

ibadah yang diperintahkan agamanya.

f. Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi

pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri

maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha.

g. Pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat.

h. Pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas

persetujuan pengusaha.

i. Pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan (pasal 93

ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003).

Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit adalah sebagai

berikut:

a. Untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus persen) dari upah.

b. Untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima persen) dari

upah.

c. Untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh persen) dari upah.

d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima persen) dari upah

sebelumnya sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan pengusaha.

Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang tidak masuk kerja

sebagaimana dimaksud dalam pasal 93 ayat (2) huruf c sebagai berikut:

a. Pekerja/buruh menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga) hari.

(31)

c. Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari.

d. Membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari.

e. Istri melahirkan/keguguran kandungan dibayar untuk selama 2 (dua) hari.

f. Suami/istri, orang tua/mertua atau anak atau menantu, meninggal dunia.

dibayar untuk selama 2 (dua) hari.

g. Anggota keluarga dalam satu tumah meninggal dunia dibayar untuk

selama 1 (satu) hari (pasal 93 ayat (3)).

Upah mempunyai kedudukan strategis, dalam hal perusahaan

dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan

utang yang didahulukan pembayarannya. Tuntutan pembayaran upah

pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja

menjadi kadaluwarsa setelah melalui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak

timbulnya hak (pasal 96).

7. Upah Lembur

Pengusaha harus mempekerjakan buruh/ pekerja sesuai dengan waktu

kerja yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Jika

(32)

Cara perhitungan upah lembur telah ditetapkan dalam keputusan

Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-72/MEN/1984 tentang dasar perhitungan

upah lembur yakni sebagai berikut:17

a. Apabila jam kerja lembur dilakukan pada hari biasa:

1) Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar sebesar 1,5 (satu

setengah) kali upah sejam.

2) Untuk tiap jam kerja berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 (dua)

kali upah sejam.

b. Apabila jam kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan atau hari

raya resmi:

1) Untuk setiap jam dalam batas 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam, apabila

hari raya tersebut pada hari raya terpendek pada salah satu hari dalam

6 (enam) hari kerja seminggu, harus dibayar upah sedikit-dikitnya 2

(dua) kali upah sejam.

2) Untuk jam kerja pertama setelah 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam

apabila hari raya tersebut jatuh pada hari raya terpendek pada salah

satu hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu, harus dibayar upah

sebesar 3 (tiga) kali upah sejam.

3) Untuk jam kerja kedua setelah 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila

hari raya tersebut jatuh pada hari raya terpendek pada salah satu hari

17

(33)

dalam 6 (enam) hari kerja seminggu, harus dibayar upah sebesar 4

(empat) kali upah sejam.

Upah sejam dihitung dengan rumus senagai berikut:

a. Upah sejam bagi pekerja bulanan 1/173 upah sebulan.

b. Upah sejam bagi pekerja harian 2/20 upah sehari.

c. Upah sejam bagi pekerja borongan atau satuan 1/7 rata-rata hasil kerja

sehari.

8. Sebab Munculnya Upah

Dalam teori produksi ditunjukkan untuk memberikan pemahaman

tentang perilaku perusahaan dalam membeli dan menggunakan masukan

(input) untuk memproduksi dan keluaran (produk). Dalam teori produksi juga

memberikan penjelasan tentang perilaku produsen dalm memaksimalkan

keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya.

Memaksimalkan keuntungan atau efisiensi produksi tidak lepas dari dua hal

yakni; struktur biaya produksi dan revenue yang didapat.18

Komponen biaya dapat dibagi menjadi tiga yaitu biaya tetap (Fixed

Cost, FC), biaya variabel (Variabel Cost, VC) dan biaya keseluruhan (Total

Cost, TC). Analisis yang paling fundamental untuk menghasilkan analisis

biaya adalah fungsi hubungan antara biaya produksi dan tingkat output yang

akan dicapai dalam satu periode. Dengan kata lain, fungsi biaya akan

18

(34)

dipengaruhi oleh beberapa besar output yang diproduksi, cost = f (output).

Sedangkan bila kita dibandingkan formula diatas dengan fungsi output, output

= f (input) maka dapat dikatakan bahwa fungsi biaya tidak lain adalah turunan

dari fungsi output produksi.

Fixed Cost besarnya tidak dipengaruhi oleh berapa banyak output atau

produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, kurva FC digambarkan sebagai garis

horizontal yang menggambarkan berapapun output yang dihasilkan, biayanya

tetap.19

Dalam teori produksi, upah dikategorikan dalam jenis biaya fixed cost

karena upah merupakan biaya tetap yang harus dibayar oleh suatu perusahaan

kepada para pekerja/buruh. Berapapun besarnya margin atau keuntungan yang

didapat oleh suatu perusahaan tidak mempengaruhi besarnya upah. Upah

harus dibayarkan tepat pada waktunya yang tujuannya membuat para

pekerja/buruh bisa bekerja dengan baik dan seperti yang diharapkan oleh

perusahaan.

B. Upah Minimum Regional

1. Pengertian

Upah minimum regional adalah suatu standar minimum yang

digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah

kepada pegawai, karyawan atau buruh didalam lingkungan Perusahaan.

19

(35)

Dengan demikian pengusaha diperbolehkan memberikan upah lebih besar dari

pada ketentuan UMP (www. Wikipedia.org).

Saat ini UMR lebih dikenal dengan istilah Upah Minimum Propinsi

(UMP) karena ruang cakupnya hanya meliputi suatu propinsi. Selain itu

setelah otonomi daerah berlaku penu, berlaku juga istilah Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK).

2. Ketetapan UMP

Penetapan upah dilaksanakan setahun sekali melalui proses yang

panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari

birokrat, akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat membentuk tim

survey dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang

dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survey disejumlah

kota dalam propinsi tersebut yang dianggap representative, diperoleh angka

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang dahulu disebut dengan Kebutuhan

Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulakan Upah

Minimum Propinsi (UMP) kepada Gubernur untuk disahkan. Komponen

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) digunakan sebagai dasar penentuan upah

minimum berdasarakan kebutuhan hidup pekerja lajang/ belum menikah

(www.wikipedia.org).

Berdasarkan penentuan UMP didasarkan pada kebituhan fisik

(36)

umumnya yang berlaku secara regional, kelangsungan perluasan, dan tingkat

perkembangan ekonomi regional maupun nasional. Dengan demikian UMP

dapat berbeda-beda untuk satu daerah dengan daerah lainnya.

3. Penentuan Upah Minimum

Terjadinya kesenjangan upah dari perusahaan menciptakan sebuah

ketidakadilan dan berdampak juga pada hadirnya kelas-kelas social yang

terdapat pada perusahaan. Adanya kelas sosial menimbulkan hubungan yang

tidak seimbang sesama karyawan, marx juga mengatakan timbulnya kelas

sosial membawa Marx pada pemikiran ekstrem yaitu penghapusan kelas.

Upah yang minim dan jam kerja yang melebihi target akan menimbulkan

alienasi pada kaum buruh.

Pertama, alienasi dari produk terlihat dari pola pekerja yang

memproduksi sebuah objek namun tidak berkuasa untuk menggunakan atau

memiliki objek tersebut. Kedua, alienasi dari aktivitas produksi. Menurut

Marx, pembagian kerja kapitalis yang secara tipikal telah membawa pekerja

degradasi keahlian (deskilling), setiap individu direduksi hanya pada satu

tugas yang repetitive dan tidak perlu memakai otak, mereka tidak beda dengan

mesin, deprogram untuk membuat gerakan yang sama berulang-ulang. Ketiga,

alienasi dari esensi-spesies.

Marx berpendapat bahwa dibawah kapitalisme, mayoritas pekerja

tidak dapat menikmati cirri-ciri khas manusiawinya. Mereka berproduksi

(37)

bekerja. Bagi Marx para pekerja baru merasa menjadi manusia ketika mereka

tidak bekerja. Keempat, bekerja dengan jam kerja yang panjang, para buruh

sangat susah memperoleh waktu untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan

terkadang waktu untuk keluargapun tereduksi oleh pekerjaan. Bahkan

menurut Marx, kita hanya menganggap diri kita adlah orang lain yang pergi

bekerja untuk mendapatkan uang, kemudian pergi ketoko dan menghabiskan

uangnya, pada titik ekstrem mengarahkan kita menjadi masyarakat konsumtif.

Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sesuai dengan Pasal 88 ayat (1)

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003. Untuk maksud tersebut pemerintah

menetapkan kebijakan pengupahan untuk melndungi pekerja/buruh.

Kebijakan pengupahan tersebut meliputi:20

a. Upah minimum

b. Upah kerja lembur

c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan

d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar

pekerjaannya

e. Upah karena

f. Menjalankan hak waktu istirahat kerjanya

g. Bentuk dan cara pembayaran upah

20

(38)

h. Denda dan potongan upah

i. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah

j. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional

k. Upah untuk pembayaran pasongan, dan

l. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan

Pengertian upah minimum telah diatur dalam Permenaker Nomor Per

01/MEN/1999 tentang upah minimum adalah upah bulanan terendah yang

terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah minimum tersebut

dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Upah Minimum Provinsi (UMP) adalah upah minimum yang telah berlaku

untuk seluruh kabupaten/kota di suatu Provinsi

b. Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) adalah upah minimum yang

berlaku didaerah kabupaten/kota

c. Upah Minimum Sentral Provinsi (UMSProp) adalah upah minimum yang

berlaku secara sektoral diseluruh kabupaten/kota di satu provinsi

d. Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSKab) adalah upah

minimum yang berlaku secara sektoral di daerah kabupaten/kota.

Ketentuan peraturan menteri ini kemudian dipertegas dalam Pasal 89

ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa

upah minimum tersebut harus berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

(39)

minimum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak (Pasal 89 ayat

(2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).

KHL sendiri diatur dalam Pasal 4 permenakertrans Nomor 17 Tahun

2005 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan

Hidup Layak. Yang menyatakan bahwa KHL adalah standar kebutuhan yang

harus dipenuhi oleh seluruh buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara

fisik, non fisik, sosial, untuk kebutuhan 1 (satu) bulan, dan berlaku bagi buruh

dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun.

Sebagaimana diatur dalam pasal 4 Permenakertrans Nomor 17 Tahun

2005, upah minimum ditetapkan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Kebutuhan Hidup Layak (KHL).

b. Produktivitas (jumlah produk domestic regional bruto/PDRB : jumlah

tenaga kerja pada periode yang sama).

c. Pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan nilai PDRB).

d. Usaha yang paling tidak mampu (marginal).

Dalam Pasal 1 ayat (1) Permenakertrans Nomor 01/MEN/1999

menjelaskan untuk UMP dan UMK, serta UMSProp dan UMSKab, ditetapkan

dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Kebutuhan

b. Indeks Harga Konsumen (IHK)

c. Kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan

(40)

e. Kondisi pasar kerja

f. Tingkat perkembangan perekonomian dan pendpatan perkapita

g. Khusus UMSProp dan UMSKab untuk juga mempertimbangkan

kemampuan perusahaan secara sektoral.

Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan

rekomendasi Dewan Penguapahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota, dan

berdasarkan usulan Komisi Penelitian Pengupahan dan jaminan sosial Dewan

Ketenagakerjaan daerah sesuai dengan Pasal 88 ayat (4) Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003. Upah minimum berlaku terhitung mulai Tanggal 1

Januari berjalan dan ditetapkan 60 hari sebelumnya untuk UMP dan 40 hari

sebelumnya untuk UMK. Jadwal ini sering kali terlanggar pada

kenyataanya.21 Sedangkan nilai KHL diperoleh melalui survey harga yang

dilakukan oleh tim tripartite (untuk pemerintah diwakili oleh Badan Pusat

Statistik (BPS), perwakilan pengusaha dan perwakilan serikat buruh). Survey

KHL dilakukan sesuai dengan perhitungan komponen KHL dalam lampiran II

Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2005.

Pengusaha dilarang membayar upah dari upah minimum dalam masa

percobaan kerja Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.

Selanjutnya dalam Pemernakertrans Nomor PER/01/MEN/1999 Pasal 13 ayat

(1) & (2) dinyatakan bahwa:

21

(41)

a. Perusahaan dilarang membayar upah lebih rendah dari UMP atau UMK

atau UMSProp atau UMSKab.

b. Dalam daerah suadah ada penetapan UMK perusahaan dilarang membayar

(42)

BAB III

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Masjid Raya Pondok Mulya

Masjid adalah rumah Allah SWT, tempat sujud umat Islam kepada

Khaliknya. Sejak masjid pertama (Masjid Quba) didirikan oleh Rasulullah, fungsi

masjid tidak hanya semata-mata sebagai tempat shalat, tetapi juga seagai pusat

pembinaan umat Islam, dalam rangka “Hablun minallah dan Hablun Minannas”.

Konsep perencanaan arsitektur Masij Raya Pondok Indah mengacu ada

arsitektur masjid tradisional. Salah satu ciri masjid tradisional yang tersebar

diseluruh nusantara beratap susun, dan kebanyakan bersusun tiga lapis. Bertolak

dari konsep tersebut maka perancangan Masjid Raya Pondok Indah dirancang

sedemikian rupa sehingga teripta bentuk baru, namun tetap mengekspresikan

bentuk masjid beratap susun tiga lapis. Bertolak dari konsep tersebut maka

perencanaan Masjid Raya Pondok Indah dirancang sedemikian rupa sehingga

tercipta bentuk baru namun tetap mengekspresikan bentuk masjid beratap susun

tiga, serasi dan menyatu dengan lingkungan. Menara masjid yang tingginya 50

meter, berbentuk runcing keatas yang berakhir pada bulan bintang, mencerminkan

bentuk seberkas cahaya yang menerangi bumi dari bulan bintang, yang

melambangkan behwa Islam merupakan cahaya penerang bagi bumi beserta

(43)

Lantai atas yang merupakan ruang shalat terdapat dinding kiblat, tanpa

ruang mihrab karakter ini merujuk pada Masjid Quba yang dibangun Rasulullah.

Pada dinding pertama yang merupakan kesaksian atas kebenaran Allah SWT dan

Nabi Muhammad SAW sebagai RasulNya. Untuk menambah keagungan rumah

Allah ini, disekeliling bagian atas ruang shalat dipahat kaligrafi Asmaul Husna

(nama-nama Allah SWT).

Masjid ini terdiri dari dua lantai, lantai atas digunakan untuk ruang shalat

utama sedangkan lantai bawah digunakan untuk ruang serbaguna. Secara

keseluruhan masjid ini dapat menampung sekitar 2600 jemaah di lantai atas dan

bawah.

Struktur bangunan masjid dibuat dari beton bertulang dan rangka atas

baja, semua material struktur finishingnya diusahakan menggunakan bahan alam

dengan maksud supaya umat yang meggunakan masjid ini akan lebih dekat

dengan alam dan dapat menghayati kebesaran Sang Penciptanya. Masjid ini juga

dilengkapi dengan ruang wudhu, perpustakaan, ruang kantor, gedung dan ruang

jaga. Dalam pengolahan tapak, ruang-ruang tersebut sengaja ditempatkan

dibawah permukaan tanah, dengan maksud agar bangunan masjid tidak terhalang

dengan bangunan-bangunan lain, sehingga penampilannya akan menjadi lebih

anggun.

Masjid Raya Pondok Indah dibangun atas prakarsa Pendiri Yayasan

Masjid Raya Pondok Indah yang diketuai oleh Bapak H. Sudwikatmono dan

(44)

Perencanaaan pembangunan Masjid Raya Pondok Indah dipimpin

langsung oleh Bapak Ir. H. ISMAIL SOFYAN. Pembangunan dimulai pada tahun

1990 selesai Tahun 1992 dengan biaya ± 12 Milyard (nilai bangunan tanah).

Peletakan batu pertama pembangunan Masjid Raya Pondok Indah

dilaksanakan pada Tanggal 11 januari 1991 pukul 11.00 WIB oleh Gubernur

Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Bapak WIYOGO ATMODARMINTO.

Peresmian Masjid Raya Pondok Indah dilaksanakan pada Hari Jum‟at

Tanggal 4 Desember 1992 pukul 11.00 WIB. Oleh Bapak H. SUDHARMONO,

SH (Wakil Presiden Republik Indonesia) dilanjutkan dengan kegiatan Shalat

Jum‟at pertama kali.

Pada Tanggal 2 Desember 1992 dilaksanakan serah terima tanah dan

bangunan Masjid Raya Pondok Indah dari PT. Metropolitan Kencana/Yayasan

Pondok Indah kepada Pemerintah DKI Jakarta dengan Berita Acara No:1828

Tahun 1992 dan juga serah terima Pengurus dan Pengelola Masjid Raya Pondok

Indah dan Pemerintah DKI Jakarta kepada Yayasan Masjid Raya Pondok Indah

dengan Berita Acara Nomor 1829 Tahun 1992.

Dalam perkembangannya dengan hasil Keputusan Rapat Para Badan

Pendiri Yayasan Pondok Mulya, Yayasan Masjid Raya Pondok Indah, Yayasan

Masjid Puri Indah, Yayasan Muslim Bumi Serpong Indah, tentang hubungan

Yayasan Pondok Mulya dan Yayasan Masjid Raya Pondok Indah diputuskan

bahwa Yayasan Pondok Mulya adalah Yayasan Induk yang menangani

(45)

Yayasan lokal untuk pemeliharaan asset dibawah koordinasi Yayasan Pondok

Mulya.

B. Visi dan Misi Visi:

Menjadikan masjid sebagai sebagai pusat unggulan dalam bidang

peribadatan, dakwah dan sosial keagamaan dengan sistem pengelolaan yang

modern.

Msi:

1. Melaksanakan, membina, mengembangkan, menanamkan dan menerapkan

ajaran Islam yang berwawasan luas, toleran dan penuh persaudaraan dalam

semangat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuw basyariyah.

2. Membina dan mengelola masjid dan pendidikan sebagai wahana pembinaan

watak dan kepribaian, dengan menerapkan manajemen modern yang

terencana, terarah, terpadu, professional, efektif dan efisien.

3. Membangun, membina dan mengembangkan usaha-usaha yang bersifat bisnis

yang releven yang hasilnya untuk pengembangan dan menunjang kegiatan

(46)
(47)
(48)

D. Garis Besar Program Kegiatan Masjid Raya Pondok Indah

Masjid bukan hanya sekedar tempat beribadat umat Islam, tetapi juga

tempat para jama‟ah/masyarakat Islam belajar menumbuhkan dan

mengembangkan pikiran dan rasa keagamaan, baik dalam mendekatkan diri

kepada Allah SWT melalui ibadah, maupun dalam rangka meningkatkan ilmu

pengetahuan kesejahteraan duniawi, kehidupan beragama dan kehidupan

bermasyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu pengelolaan secara

professional yang menyatu dengan kegiatan umat Islam dan masyarakat

beragama, baik dalam bidang ritual, peribadatan, pendidikan kebudayaan dan

sumber informasi.

Disadari bahwa suatu pengelolaan masjid akan mempunyai pengaruh luas

kepada jama‟ah masjid dan masyarakat Islam pada umumnya, maka dalam

pengelolaannya diperlukan sumber daya manusia profesional yang dapat

mengatur masalah peribadatan dan dakwah, pendidikan dan perpustakaan, serta

usaha pemeliharaan dan kebersihan secara baik, teratur dengan manajemen

modern terbuka.

Pengaturan administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan,

pemeliharaan, penggunaan keuangan, pengumpulan dana dari usaha dan para

dermawan perlu ditangani dengan baik.

Degan memperhatikan hal-hal tersebut diperlukan suatu program kegiatan

(49)

E. Dasar Program Kegiatan

Dasar program kegiatan Yayasan Masjid Raya Pondok Indah disebutkan:

1. Pasal 4 Maksud dan Tujuan

Memakmurkan masjid sebagai pusat ibadah dan pusat pengembangan

masyarakat serta pendidikan, dengan tujuan membentuk masyarakat beriman,

berilmu an beramal shaleh yang bertaqwa kepada Allah SWT.

2. Pasal 5 Usaha

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut Yayasan melakukan

usaha-usaha:

a. Menyelenggarakan kegiatan peribadatan dan dakwah dalam arti kata

seluas-luasnya.

b. Menyelenggarakan pendidikan dan pengkajian Islam melalui

kursus-kursus, ceramah, diskusi, forum studi, kelompok belajar, latihan-latihan

dan lokakarya.

c. Menyelanggarakan kegiatan peningkatan pengetahuan, dan kecerdasan

masyarakatan, antara lain melalui perpustakaan.

d. Mengadakan kerjasama dengan badan-badan lain, baik Pemerintah

maupun Swasta/lembaga sosial kemasyarakatan, didalam maupun di luar

negeri.

e. Mengelola dan memelihara bangunan serta sarana penunjang masjid.

f. Mengelola dan mengembangkan zakat dan lain-lain dana yang berasal dari

(50)

g. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang sah dan halal yang tidak

bertentangan dengan Peraturan Pemerintah.

F. Pokok- pokok Program Kegiatan

Pokok-pokok Program Kegiatan Masjid Raya Pondok Indah pada garis

besarnya sebagai berikut:

1. Manajemen

Pengelolaan masjid dilakukan dengan sistem manajemen yang sehat dan baik

dengan semangat musyawarah dan dilaksanakan oleh tenaga-tenaga

profesional (karyawan) yang melakukan tugas operasional harian.

2. Peribadatan dan Dakwah

Mengajak partisipasi masyarakat Islam untuk menyemarakan syiar Islam,

mengajak dan mendidik manusia-manusia muslim yang bertaqwa kepada

Allah SWT yang berkepribadian luhur serta menyadari tanggung jawabnya

terhadap Agama, Bangsa dan Negara.

3. Pendidikan dan Perpustakaan

Pendidikan dilakukan bekerja sama dengan pihak-pihak yang ahli yang telah

mempunyai proram-program pendidikan Islamiyah. Pengajian Al-Qur‟an dan

Al-Hadist dilakukan di masjid dengan bimbigan para ulama dan pakar-paar

agama Islam, untuk kelompok anak-anak, remaja, dewasa dan

(51)

4. Usaha, Pemeliharaan dan Kebersihan

Usaha di masjid bertujuan mencari dan mengumpulkan dana baik untuk

peneliharaan masjid maupun untuk memakmurkannya dari penyewaan

ruangan, dan infak para dermawan.

G. Program Kegiatan

1. Program Kegiatan dan Dakwah

a. Penyelenggaraan Shalat

o Shalat Rawatib

o Shalat Jum‟at

o Shalat Jenazah

b. Kegiatan Hari Raya

o Ramadhan, Nuzulul Qur‟an & Idul Fitri

o Idul Adha & Amalah Qurban

c. Peringatan Hari Besar

o Tahun Baru Islam 1 Muharram

o Isra Mi‟raj

o Maulid Nabi Muhammad SAW

d. Pengajian/Majlis Ta‟lim

o Ceramah Ahad Pagi Rutin

o Kajian Tafsir& Hadis ( Rabu Malam ba‟da Magrib )

(52)

e. PengIslaman ( Muallaf )

f. Kegiatan Bimbingan dan Konsultasi Agama

o Bimbingan Konsultasi Keluarga

o Bimbingan Konsultasi Calon Muallaf / Muallaf

2. Program Pendidikan dan Perpustaakaan.

a. Pengkajian Islam dari berbgai disiplin ilmu secara ilmiah dengan pengajar

/ nara sumber para cendekiawan muslim pakar dan ulama.

b. Kursus-kursus

o Kursus Membaca al-Qur‟an

o Kursus Terjemah Al-Qur‟an

o Kajian Bahasa Arab

o Kursus Bahasa Inggris

o Bimbingan Belajar

c. Pendidikan / Pelatihan Kader Muballigh & Imam

d. Pelayanan peminjaman buku-buku perpustakaan.

3. Program Usaha, Pemeliharaan dan Kebersihan

a. Penyewaan Ruangan ( Resepsi, Seminar dll )

b. Pelayanan Akad Nikah

c. Pemeliharaan dan Kebersihan

4. Program Penunjang

a. Sekertariat

(53)

o Kematian / Penyelenggaraan / Takziah

o Pembinanaan Fakir Miskin dan Yatim Piatu

o Pengelolan Zakat, Infaq, Sadaqah secara produkif

c. Remaja Masjid

d. Jaringan Kerja Masjid

5. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji & Umrah ( KBIH )

6. Badan Pengelola Zakat, Infaq & Sadaqah

a. Beasiswa Yatim Sekolah

b. Pendidikan Keterampilan Yatim Dhu‟fa

c. Bantuan Dhu‟afa

d. Bantuan Musafir

e. Bantuan Lembaga

f. Pengobatan Gratis

7. Unit Pelayanan Jenazah / Kematian

a. Member / Anggota

b. Penyelanggaraan Jenazah; Memandikan, Mengkafankan, Mensholatkan

dan Pengantaran ke pemakaman.

c. Penghantaran Jenazah Dalam Kota & Luar Kota dengan Mobil Jenazah

8. Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah BMT Usaha Mulya

a. Simpanan / Anggota

b. Pembiayaan Modal

(54)

9. Usaha Sejahtera Mulya

a. Pengelolaan Kantin / Rumah Makan

b. Pengelolaan Pedagang Kaki Lima

c. Penyewaan Tenda & Panggung Pelaminan

d. Wartel

10.Klinik Herbal Sehat Mulya

a. Pengobatan dengan Tanaman Obat dengan Dokter

b. Pijat Refleksi dan Akupuntur

c. Hijamah

d. Iridologi

e. General Chekup

f. Laboratorium

11.Indah Mulya Press

a. Penerbitan Buletin Jum‟at

b. Penerbitan Buku

c. Penjualan Buku, VCD

d. Pencetakan Undangan, Kop Surat dll.

e. Pemesanan Aneka Souvenir untuk Pernikahan

f. Penyelenggaraan Bazar

12.Pos Sehat

a. Pengobatan Cuma-Cuma (gratis) untuk para Dhu‟afa setiap Senin &

(55)

b. Pembinaan Kader Pos Sehat

c. Penyuluhan Kesehatan

d. Penyuluhan Keagamaan (Siraman Rohani)

13.Pengelolaan Parkir

14.Koperasi Karyawan

H. Kerjasama Dengan Lembaga Lain

1. PT. Bank Muamalat Idonesia

2. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhu‟afa

3. UJE Center (Ustad. Jefri Al Bukhori)

4. Salemba Prima (Bimbingan Belajar)

5. LPIQ Nasional (Masjid Istiqlal)

6. Yayasan Al-Urwatul Wutsqa

7. Pengajian Al-Ummahat

8. Pengajian Nurul Huda

9. Pengajian Riyadus Sholihin

10.Kelompok Pengajian Ibu-Ibu se-Kecamatan Kebayoran Lama

11.Forum Kajian Amal Islam (FOKALIS)

12.Perusahaan Cabang Catering

13.Perusahaan Jasa peralatan Catering, Meja dan Panggung

14.Perusahaan Jasa Peralatan Tenda

(56)

16.Perusahaan Jasa Tanaman Hias, Umbul-umbul

I. Sistem Keuangan

1. Sumber Penerimaan

- Infaq rutin

- ZIS

- Penggunaan ruang serba guna

- Kegiatan Usaha

2. Alokasi Pengeluaran

Infaq

ZIS Biaya kegiatan

Penggunaan RSG

(57)

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Sistem Yayasan Pondok Mulya dalam Menetapkan Standar Upah Bagi Para Karyawan22

1. Standar Penetapan Upah

Sistem penggajian di Yayasan Pondok Mulya menggunakan sistem

penggajian pegawai negeri dan pegawai swasta yang di kolaborasi dengan

sistem yang disesuaikan dengan ketetapan SK Yayasan Nomor 006/SK/BP

YPM/IV/1999.

Standar penetapan upah di Yayasan Pondok Mulya mengikuti ketetapan

Pemerintah tentang standar gaji pegawai yaitu UMR sebagaimana diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2003. Sedangkan untuk

karyawan non tetap mengikuti perhitungan ketepan pemerintah tentang

penetapan upah regional yang dibagi dengan 30 hari atau UMR/30 dan

dihitung berdasarkan tanggal masuk kerja. Keunggulan Yayasan Pondok

Mulya dalam menetapkan upah adalah:

a. Sudah mengikuti ketetapan Pemerintah tentang penetapan upah minimum

berupa UMR, bahkan gaji karyawannya diatas UMR.

22

(58)

b. Sistem penggolongan gaji di Yayasan Pondok Mulya berbalik dengan

pegawai negri dari D ke A sedangkan pegawai negri A sampai D.

c. Sistem penggajiannya yaitu kolaborasi dengan gaji pegawai pemerintah

dengan pegawai swasta.

d. Jamsostek dibayar oleh yayasan.23

e. Diberikan fasilitas transportasi, walaupun dalam pembayarannya menyicil.

2. Tunjangan atau Insentif

Tunjangan atau insentif diberikan Yayasan Pondok Mulya terhadap

karyawan adalah:

a. Tunjangan makan

b. Tunjangan transportasi

c. Tunjanagan kesehatan

d. Tunjangan masa kerja

e. Biaya melahirkan

f. Insentif tahunan/bonus

g. Tunjangan hari raya (THR)

h. Kepanitiaan (event pernikahan dan lain-lain)

i. Jamsostek terdiri dari 3 :

1. Jaminan kecelakaan

2. Jaminan hari tua

23

(59)

3. Jaminan kematian

j. Asuransi BUMIDA yaitu asuransi yang di peruntukkan untuk karyawan

diluar jam kerja mulai dari jam 16.00 sore sampai dengan jam 08.00 pagi.

3. Prosedur Kerja

Karyawan yang melakukan kesalahan kerja tidak mempengaruhi

dalam pembayaran gaji. Namun, apabila karyawan tidak mengikuti prosedur

kerja adalah uang makan dan uang transport tidak diberikan. Contohnya

apabila para karyawan terlambat 10 menit pada jam masuk kerja dan jika

karyawan pulang tidak sesuai dengan waktu kerja yang ditetapkan akan

mempengaruhi gaji/upah yang tujuannya agar supaya para karyawan menjadi

lebih disiplin dalam bekerja.

Begitu pula halnya jika seorang karyawan sakit dan perlu istirahat

maka untuk karyawan tetap hal ini tidak mempengaruhi besarnya gaji yang

didapat namun uang makan dan uang transport tidak diberikan. Sedangkan

karyawan non tetap yang sakit maka tidak diberikan gaji pada saat tidak

bekerja namun setelah sehat bekerja lagi baru diberikan gaji karena besarnya

upah dihitung berdasarkan daftar hadir.

Sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 93 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 bahwa karyawan yang sakit panjang dalam pemberian

gaji dihitung sebagai berikut:

(60)

b. 4 bulan kedua dibayarkan 75% (tujuh piluh lima persen) dari upah

c. 4 bulan ketiga dibayarkan 50% (lima puluh persen) dari upah

d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima persen) dari upah

sebelum dilakukan pemutusan hubungan kerjan oleh pengusaha.

Untuk karyawan yang tidak masuk kerja karena bolos dalam

pemberian gaji sama dengan karyawan yang sakit yaitu untuk karyawan tetap

tidak mempengaruhi gaji namun tidak diberikan tunjangan transport dam

tunjangan makan, namun untuk karyawan non tetap mempengaruhi upah

yaitu karena perhitungan pembayaran upah berdasarkan daftar hadir (apabila

tidak masuk upah tidak dibayar). Upah tidak dibayar apabila pekerja atau

buruh tidak melakukan pekerjaan (hal ini sesuai dengan pasal 93 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.

4. Penghargaan

Untuk karyawan teladan dan berprestasi di Yayasan Pondok Mulya

akan di promosikan dengan kenaikan jabatan dan kenaikan gaji. Sedangkan

untuk penghargaan masa kerja yang telah bekrja lebih dari 10 tahun, 15 tahun,

dan 25 tahun, akan diberikan penghargaan berupa uang dan cindera mata.

5. Istirahat atau Cuti

Untuk karyawan yang tidak mengambil cutinya tidak dapat

disubtitusikan dalm bentuk uang karena hak cuti biasanya diambil oleh para

(61)

karyawan menggunakan masa cutinya, atau mengambil libur dihari kerja yang

dianggap oleh Yayasan sebagai cuti.

Dalam masa cuti biasanya para karywan tetap digaji seperti biasa.

Karyawan dalam masa kerja akan di berikan cuti haji selama 40 hari dengan

perhitungan 4 hari sebelum keberangkatan dan 4 hari sesudah pulang haji dan

32 hari masa pelaksanaan haji dan di bayarkan seperti hari kerja.

Sesuai dengan pasal 79 ayat (2) bagian c Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 yaitu cuti tahunan dilakukan sekurang-kurangnya 12 hari kerja

setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan secara

terus-menerus.

6. Porsi Gaji

Upah karyawan di yayasan pondok mulya telah sesuai dengan UMR

DKI Jakarta. Besarnya Perbandingan persentase gaji yaitu 25% dari porsi

pendapatan Yayasan. Besarnya level gaji karyawan level terendah sampai

dengan karyawan level tertinggi yaitu Rp.1.500.000,- sampai dengan

Rp.4.000.000,- .Sedangkan untuk gaji lembur atau piket dibayar Rp.25.000,-

perhari. Uang kepanitiaan akan diberikan jika ada event PHBI (Peringatan

Hari Besar Islam) seperti bazaar, acara seminar, dll akan diberikan

berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan.

Daftar kebutuhan pokok minimum standar asumsi lajang fersi Yayasan

(62)

Rincian kebutuhan pokok:

a. Kontrakan rumah/ cicilan rumah: Rp. 500.000,-

b. Kebutuhan Rumah Tangga

1) Makan sehari-hari 1 orang Rp. 600.000,-

(Rp.20.000,- x 30 hari)

2) Rekening Listrik Rp. 100.000,-

3) Iuran RT dan Kebersihan Rp. 20.000,-

4) Perlengkapan mandi/cuci Rp. 15.000,-

5) Rekening Telepon/HP Rp. 100.000,-

c. Transportasi kerja/BBM (Sepeda Motor) Rp. 200.000,-

Rp. 10.000,- x 20 hari

d. Makan siang (Tempat kerja) Rp. 300.000,-

Rp.15.000,- x 20 hari

e. Lain-lain/ tak terduga Rp. 100.000,-

Rp.1.935.000,-

Daftar kebutuhan pokok minimum asumsi 1 anak (sekolah) fersi

Yayasan Pondok Mulya:

Rincian kebutuhan hidup (pokok):

a. Kontrakan rumah/ cicilan rumah: Rp. 500.000,-

b. Kebutuhan Rumah Tangga

(63)

(Rp.30.000,- x 30 hari)

2) Rekening Listrik Rp. 100.000,-

3) Iuran RT dan Kebersihan Rp. 20.000,-

4) Perlengkapan mandi/cuci Rp. 15.000,-

5) Rekening Telepon/HP Rp. 100.000,-

c. Dana sekolah (1 anak)

1) Transport Rp. 125.000,-

Rp.5.000,- x 25 hari

2) Catering/Makan/Jajan Rp. 125.000,-

Rp.5.000,- x 25 hari

3) SPP/Iuran sekolah Rp. 100.000,-

d. Transportasi kerja/BBM (Sepeda Motor) Rp. 200.000,-

Rp. 10.000,- x 20 hari

e. Makan siang (Tempat kerja) Rp. 300.000,-

Rp.15.000,- x 20 hari

f. Lain-lain/ tak terduga Rp. 100.000,-

Rp.2.635.000,-

7. Pesangon

Pesangon bagi karyawan yang di PHK dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Pesangon

(64)

c. Hak yang wajib diberikan karyawan besarnya penggantian hak dihitung

dari 15% dari yang dia dapat (jumlah pesangon + penghargaan).

Besarnya pesangon ini biasanya dalam bentuk uang. Namun, apabila

karyawan di PHK dengan tidak hormat karena melakukan kesalahan maka

hanya diberikan penghargaan atau uang kerohanian.

B. Penetapan Standar Upah di Yayasan Pondok Mulya dalam Pandangan Ekonomi Islam

1. Konsep Adil dan Layak24

Upah adalah imbalan yang diterima seseorang atas pekerjaannya dalam bentuk imbalan materi di dunia (Adil dan Layak) dan dalam bentuk imbalan pahala di akherat (imbalan yang lebih baik).

a. Adil

Organisasi yang menerapkan prinsip keadilan dalam pengupahan

mencerminkan organisasi yang dipimpin oleh orang-orang bertaqwa.

Konsep adil ini merupakan ciri-ciri organisasi yang bertaqwa. Al-Qur‟an

menegaskan:

24

Referensi

Dokumen terkait

Dan implementasi ar-Rifqu dalam pendidikan Islam di pondok pesantren Ibnu Abbas Sragen dalam proses pendidikan, pengajaran dan pembinaan peserta didik (santri) perlu adanya

"sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum itu sehingga mereka sendiri yang mengubah nasib mereka", adalah merupakan definisi terbaik bagi umat islam

Sesungguhnya segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah titipan atau titipan dari Allah SWT yang dimaksudkan agar manusia dapat menggunakannya dengan baik untuk

Wahyuni, 2018). Dengan maksud untuk menyucikan diri, untuk membantu orang-orang yang kekurangan, dan sebagai rasa syukur atas terselesainya puasa pada bulan Ramadhan. Sedangkan

: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)' Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu' Sebenarnya mereka

Allah berfirman: "Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:

Pencalonan diri sendiri tidak diperbolehkan sebagai ketentuan umum, akan tetapi pencalonan diri sendiri diperbolehkan jika dituntut suatu keterpaksaan (keadaan darurat)

Anak-anak anda juga digalakkan memberi ganjaran kepada diri mereka sendiri untuk meningkatkan motivasi.. Umpamanya apabila selesai sesuatu sesi belajar atau selesai menduduki