• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi program terapi psikososial bagi anak berhadapan dengan hukum di rumah antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi program terapi psikososial bagi anak berhadapan dengan hukum di rumah antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ANTARA PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA

HANDAYANI JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh:

PUTERA MAHESA

1110054100018

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Putera Mahesa

Evaluasi Program Terapi Psikososial Bagi Anak Berhadapan Dengan Hukum Di Rumah Antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur

Penelitian ini meneliti tentang Evaluasi Program Terapi Psikososial di Rumah Antara, karena Rumah Antara mempunyai peranan yang sangat penting di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani dalam mengembalikan keberfungsian sosial anak dimasyarakat. Dewasa ini sering terjadi penyimpangan perilaku yang melibatkan kasus hukum yang dilakukan oleh masyarakat umum. Ironisnya penyimpangan perilaku tersebut dilakukan oleh anak-anak, dan pada akhirnya hal tersebut harus membawa mereka ke dalam sel tahanan. Sedangkan berdasarkan KEPRES (Keputusan Presiden) No 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan

Convention On The Right Of The Child. Di Pasal 37 Huruf B Resolusi No 109 menyatakan bahwa penangkapan, penahanan, dan penghukuman atau pemenjaraan harus menjadi langkah terakhir yang diambil dalam penanganan anak yang berkonflik dengan hukum dan hanya untuk jangka waktu yang sesingkat-singkatnya, karena itu PSMP Handayani berusaha menjadi mitra terbaik masyarakat dalam perlindungan sosial bagi anak nakal dan anak berhadapan dengan hukum di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan teknik purposive sampling.

(5)

ii

Assamu’alaikum Wr.Wb

Bismillahirhmanirohim dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan syukur alhamdulillahi robbil alamin, puji syukur atas rahmat dan pertolongan Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kepada kita semua hingga salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda rasullullah SAW sebagai suri tauladan kita menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.

Berkat rahmat dan ridho Allah penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul “EVALUASI PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL BAGI ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM

DI RUMAH ANTARA PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA

HANDAYANI JAKARTA TIMUR.”

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata satu (SI) pada program studi Kesejahteraan Sosial, dalam penelitian penyusunan ini, peneliti menyadari banyak menemui kesulitan terutama dalam mengumpulkan data-data yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang peneliti miliki, namun dengan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penelitian skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.

(6)

iii Ilmu Komunikasi.

2. Ibu Siti Napsiah Ariefuzzaman, M.SW dan Bapak Ahmad Zaki, M.Si sebagai ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Rubiyanah, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar dan banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan perhatiannya kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini sampai selesai.

4. Seluruh Dosen Staff Pengajar Fakultas Dakwah dan iImu Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat sebagai bekal untuk meraih cita-cita di masa depan.

5. Kepada Bapak dan Ibu Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti dengan menyediakan bahan-bahan dalam mengerjakan skripsi.

6. Bapak Drs. Agus Hizbullah, M. Si selaku ketua Panti Sosial Marsudi Putra Handayani yang telah memberikan izin serta memberikan informasi peneliti dalam melakukan penelitian, Ibu Dra. Sri Musfiah selaku Koordinator Pekerja Sosial di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani atas bimbingan, arahan, serta motivasinya selama peneliti melakukan penelitian.

(7)

iv

selama peneliti melakukan penelitian sehingga peneliti mendapatkan ilmu dan data yang dicari.

9. Yang terhormat dan yang terkasih Ayahanda Mea Kusnadi dan Ibunda Yulia Yasin, serta kakakku Thalita Amelia yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya, memberikan support doa baik materil maupun imateril, bimbingan, dorongan, motivasi serta perhatiannya. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan karunia dan nikamat yang tiada henti sebagai balasan yang telah diberikan kepada peneliti.

10.Untuk sahabat-sahabatku tercinta dan terkasihi yaitu Ahmad Fadhli Rahman, Annies Noor Ismi, Ahmad Rifki Fathurohman, Gina Rainissa, Farid Almachzumi, Putri Puspitasari, Nurbani Ulfah, Lufi Arna, Pipit Febrianti, Siti Jumartina, Isnaniyah, Fifi Nurmagfirah, Shabrina Dwi Pitarini, Dysa Restiani, Bani Fauziyah Jehan, Dinda Anggreini, Vinasti Septhiani, Muhammad Hafidz Zuldi, Daeng Bangkit, Risdiyanto, Makmur Rizki, Ihsan Heryana, dan Reizky Riyadi yang telah mengizinkan peniliti untuk menggunakan laptopnya (Ahmad Fadhli, Annies Noor Ismi, dan Lufi Arna), berbagi ilmu, selalu memberikan motivasi dan mengingatkan peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi.

11.Untuk sahabatku yang sudah seperti keluarga sendiri yaitu Langgeng Aryo Visena yang senantiasa memberikan izin untuk menggunakan laptopnya, menemani peneliti, memberikan motivasi, menghibur peneliti di kala sedih maupun senang.

12.Untuk sahabatku “Cego’s family” yaitu Bos Lya Septiarini, Marisa Aprilia, Widi Septian, Levi Putra, Jessie Dea Debora, Izatun Purnami, Reynita Saraswati, dan Faizal Hermansyah yang tidak ada hentinya memberikan semangat kepada peneliti.

(8)

v

14.Spesial untuk teman yang lebih dari sahabat yakni Ika Nurjayanti, terimakasih untuk waktu, tenaga, materi, dan kasih sayang yang telah diberikan kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini sehingga dapat memacu dan menyemangati penelitian ini.

15.Terakhir kepada seluruh pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penelitian skripsi ini yang tidak dapat diebutkan satu persatu. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, peneliti mengucapkan banyak terimakasih.

Akhirnya atas kesemuanya ini, peneliti mendo’akan semoga Allah SWT membalas jasa-jasa mereka sesuai dengan amal dan perbuatan yang telah diberikan, Kritik dan saran sangat peneliti harapkan dari berbagai pihak yang mebaca skripsi ini dan harapan peneliti semoga penelitian skripsi ini ada manfaat baik untuk Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, maupun bagi masyarakat pada umunya. Amin yaa robbal alamin

Tangerang, September 2014

Peneliti

(9)

vi

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...6

C. Tujuan Penelitian...7

D. Manfaat Penelitian...7

E. Metodologi Penelitian...8

F. Tinjauan Pustaka...16

G. Sistematika Penulisan...17

BAB II KAJIAN TEORI A. Evaluasi Program………...……...19

1. Pengertian Evaluasi Program………...19

2. Desain Evaluasi………..…...21

3. Model Evaluasi………...………..21

4. Tujuan Dan Pentingnya Evaluasi Program……….23

5. Indikator Evaluasi Program………25

B. Rehabilitasi Sosial………...28

1. Pengertian Rehabilitasi Sosial……….28

C. Anak Berhadapan Dengan Hukum…...29

(10)

vii

3. Penyebab Anak Berhadapan Dengan Hukum…...31

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI A. Sejarah Berdirinya PSMP Handayani...32

B. Rumah Antara...34

C. Tujuan, Visi, Dan Misi...40

D. Falsafah Lembaga...41

E. Struktur Organisasi...43

F. Program...46

G. Jangkauan Layanan...51

H. Sumber Daya Manusia ...53

I. Sarana Dan Prasarana...57

J. Pola Pendanaan...58

K. Kemitraan Dengan Pihak Luar...59

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS EVALUASI PROGRAM RUMAH ANTARA BAGI ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI JAKARTA TIMUR A. Evaluasi Input...61

B. Evaluasi Proses...74

C. Evaluasi Hasil...78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...87

B. Saran-saran...88

DAFTAR PUSTAKA...89

(11)

viii

Tabel 3.1. Jumlah Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan...55

Tabel 3.2. Tugas Pokok dan Fungsi...56

Tabel 3.3. Sarana dan Prasarana Panti Sosial Marsudi Putra Handayani...59

Tabel 4.1. Identitas Informan...64

Tabel 4.2. Kelompok Jabatan Fungsional...66

(12)

ix

(13)

A. Latar Belakang Masalah

Dinamika kehidupan anak yang terjadi pada dekade terakhir ini cukup memprihatinkan. Kasus-kasus hukum yang melibatkan anak kian marak, mulai dari kasus kriminal, eksploitasi, pelecehan seks hingga penyalahgunaan zat adiktif dan tawuran pelajar yang senyatanya masih berada pada jenjang tumbuh kembang. Betapa rangkaian kasus itu tidaklah terjadi serta merta, melainkan karena ada faktor pemicu dan pemacunya. Mulai dari penyebab struktural klasik, seperti desakan ekonomi (kemiskinan), dekadensi moral yang dipicu dari tereduksinya kasih sayang orang tua (pengawasan dan perhatian), hingga tekanan psikologisnya yang disebabkan manusia dewasa dalam berbagai kasus yang menyertainya. Kasus-kasus hukum yang menjerat anak tidak terlepas dari persoalan besar di lingkungan keluarga, tetangga, teman sebaya (peers group), maupun lingkungan sekolahnya. Tidak ketinggalan faktor kemudahan akses teknologi informasi yang massif dengan filterisasi yang masih lemah memiliki andil besar atas terjadinya kondisi yang dialami sebagian besar anak-anak kita sekarang ini. Terpasungnya hak anak, di mana mereka kerap di posisikan sebagai subjek penyebab beragam kasus kejahatan, subjek masalah kekerasan fisik (tawuran), maupun subjek masalah Narkotika. Di sisi lain, menjadi objek eksploitasi dan pelecehan seks.

(14)

ekonomi bawah, sebanyak 11 kasus dari kalangan menengah, dan tiga kasus berasal dari kalangan atas. Kebanyakan anak yang berhadapan dengan kasus hukum adalah anak yang miskin dan putus sekolah, di mana mencapai 420 kasus. Pelibatan berbagai pihak yang kompeten, mulai dari praktisi, akademis, birokrasi, hingga seluruh komponen masyarakat untuk melakukan langkah-langkah preventif, introspektif, restorative (perbaikan) atau bahkan represif dalam penanganannya dengan mengedepankan pertimbangan atas hak-hak anak sebagai subjek akibat, bukan menjadi subjek penyebab. Perlu upaya yang lebih intens untuk meningkatkan berbagai program pemberdayaan dan perlindungan sosial melalui perbaikan taraf kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Penguatan mental spiritual di semua sendi keluarga sebagai komunitas inti masyarakat. Kontrol sosial protektif atas dampak teknologi informasi yang bisa melemahkan moralitas anak. Pengembalian peran dan fungsi keluarga sebagai benteng perlindungan utama anak, agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlakul karimah.1

Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak baik menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan (pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 3 tahun 1997 tentang pengadilan anak).2

1

Dinda Satria, ”Anak dan Problematika Bangsa” artikel diakses pada 26 Januari 2014 dari m.kompasiana.com/post/read/501440/2/anak-dan-problematika-bangsa.

2

(15)

Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa manusia harus menjauhi larangan-larangan yang telah diperintahkan oleh Allah SWT, seperti berzina, penyalahgunaan NAPZA, sebagimana dijelaskan dalam Sûrah at-Tahrim/66: 6 berikut:

سانّا اهد ق ا ان ْمكيلْهأ ْمكسفنأ ا ق ا نمآ ني ّا ا يأ اي

ْمه مأ ام هلّا ن صْعي اّ دادش ظالغ ةكئالم ا ْيلع ة اجحّْا

ن مْؤي ام ن لعْفي

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

(16)

perkembangan perkara.3 Kemudian diperkuat lagi dengan KEPRES (Keputusan Presiden) No 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Convention On The Right Of The Child. Di Pasal 37 Huruf B Resolusi No 109 menyatakan bahwa penangkapan, penahanan, dan penghukuman atau pemenjaraan harus menjadi langkah terakhir yang diambil dalam penanganan anak yang berkonflik dengan hukum dan hanya untuk jangka waktu yang sesingkat-singkatnya.4

Dari wacana di atas terdeskripsikan bahwa telah terjadi penyimpangan perilaku pada anak, yang berujung anak melakukan tindakan kriminal seperti penyalahgunaan zat adiktif, seks bebas, pembunuhan, pencurian, perjudian, kekerasan, dan lainnya. Hal diatas juga dikarenakan kesibukan orang tua, anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang, serta bimbingan, membuat anak tumbuh dan terseret dalam penyimpangan perilaku.

Untuk itu Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMP) yang menangani permasalahan anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) dan anak nakal (AN). Dalam mengemban amanat Undang-Undang Dasar 1945 untuk memajukan kesejahteraan umum, Kementerian Sosial berdiri sebagai leading sektor dalam mengembangkan usaha kesejahteraan sosial. Pengembangan tersebut diimplementasikan pada berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan sosial yang ada serta mengembangkan kapasitas sosial masyarakat.

3KPAI (Komisi Perlindungan Anak), “Undang

-Undang (UU) RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak | Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)’’, artikel diakses pada 20 Januari 2014 dari http://www.kpai.go.id/hukum/undang-undang-uu-ri-no-23-tahun-2002-tentang-perlindungan-anak/

4

(17)

PSMP Handayani adalah salah satu unit pelaksana tekhnis (UPT) di bawah naungan Kementerian Sosial Republik Indonesia yang menangani permasalahan anak nakal dan anak yang berhadapan dengan hukum (AN/ABH), berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI Nomor : 06/KEP/BRS/IV/1994 tanggal 1 April 1994 dan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 14/HUK/1994 tanggal 23 April 1994 tentang pembakuan penamaan Panti/Sasana, Panti Rehabilitasi Anak Nakal Wisma Handayani berubah menjadi Panti Sosial Marsudi Putra Handayani dengan maksud :

1. Memulihkan kondisi psikologis dan kondisi sosial serta fungsi sosial anak sehingga mereka dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar di masyarakat serta menjadi sumber daya manusia yang berguna, produktif dan berkualitas, serta berakhlak mulia.

2. Menghilangkan label dan stigma negatif masyarakat terhadap anak yang menghambat tumbuh kembang mereka untuk berpartisipasi dalam hidup dan kehidupan masyarakat.

Maksud tersebut dikembangkan lagi sesuai dengam tuntutan dan kebutuhan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat tercipta suatu pelayanan yang komperensif dan berorientasi pada kepentingan penerima manfaat pelayanan.

(18)

sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam suasana tatanan dan penghidupan sosial keluarga dan lingkungan sosialnya.5

Rumah Antara merupakan salah satu program yang penting dalam meningkatkan kualitas rehabilitasi sosial bagi penerima manfaat ABH, yang memiliki latar belakang yang sangat komplek permasalahannya. Rumah Antara adalah rumah pensterilan bagi anak yang didatangkan dari putusan pengadilan maupun rujukan. Rumah Antara dibentuk guna untuk melakukan penyembuhan fisik, observasi terhadap pola perilaku dan memberikan terapi sosial kepada penerima manfaat ABH baik yang putusan pengadilan maupun rujukan sementara guna menunggu proses hukum berjalan. Dengan adanya Rumah Antara penerima manfaat dapat berkurang traumatisnya dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial sehingga siap mengikuti proses program rehabilitasi selanjutnya. Berdasarkan masalah tersebut penulis mengangkat judul “Evaluasi Program Terapi Psikososial Bagi Anak Berhadapan Dengan Hukum di

Rumah Antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Rumah Antara mempunyai kegiatan terapi seperti Terapi Psikososial, Olahraga, Mix Farming, Role Model, dan Vokasional. Namun karena keterbatasan penulis, maka dalam hal ini penulis hanya membatasi

5

(19)

penelitiannya pada proses evaluasi hasil Terapi Psikososial yang terdapat di Rumah Antara. Hal ini bertujuan untuk menghindari perluasan materi yang akan dibahas selanjutnya.

2. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang peneliti lakukan :

a. Bagaimana input program terapi Psikososial di Rumah Antara ?

b. Bagaimana proses pelaksanaan program terapi Psikososial di Rumah Antara?

c. Bagaimana hasil dari program terapi Psikososial di Rumah Antara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a)Untuk mengetahui siapa saja yang mendapatkan rehabilitasi di Rumah Antara.

b)Untuk mengetahui proses pelaksanaan dari Terapi Psikososial di Rumah Antara dalam Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur.

c)Untuk mengetahui hasil dari kegiatan Terapi Psikososial di Rumah Antara di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur.

2. Manfaat Penelitian

a)Manfaat Akademis

(20)

Antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani serta hasil yang dirasakan oleh penerima manfaat dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk study

mengenai evaluasi-evaluasi program yang bergerak pada bidang sosial dan evaluasi program.

b)Manfaat praktis

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi yang berguna bagi pembaca, khususnya menjadi bahan untuk perbaikan bagi para Pekerja Sosial dalam menjalankan kewajiban atau tugas program Terapi Psikososial di Rumah Antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti.

Penulis buku penelitian kualitatif Sugiono mengutip dari Denzim dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan yang melibatkan berbagai metode yang ada.6 Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang

6

(21)

mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.7

Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.8

1. Macam dan Sumber Data

Menurut Lofland seperti yang dikutip oleh Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tape. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.9

Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat

7

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.3 8

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-2, h.9-10.

9

(22)

dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.10

Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian Evaluasi

program “rumah antara” di panti ini bersumber dari data primer dan sekunder:

a. Data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari sumber utama (Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Koordinator Pekerja Sosial, dan penerima manfaat di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur).

b. Data sekunder berasal dari data-data yang diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan dilaksanakan adalah melalui:

a. Observasi, yaitu kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga, mulut dan kulit. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indera.11 Ada beberapa macam observasi :

10

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-2,h. 113.

11

(23)

a)Observasi partisipatif, yaitu sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada, sesuai maknanya dengan yang diberikan atau dipahami oleh para warga yang ditelitinya.12

b)Observasi terus terang atau samar, yaitu dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada subjek penelitian sebagai sumber data, bahwa dia sebagai peneliti sedang melakukan penelitian. Jadi mereka subjek penelitian yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi, dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam melaksanakan observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, peneliti tidak akan diizinkan untuk melaksanakan penelitian. c)Observasi tak berstruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan

secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, terapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

12

(24)

d)Observasi Terkendali, yaitu di mana para pelaku yang akan diamati oleh pendiri kualitatif diseleksi dan kondisi-kondisi yang ada di lokasi penelitian, pelaku diamati dan dikembalikan oleh si peneliti.13

Peneliti menggunakan observasi tak berstruktur, observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian yang belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Pada observasi ini, peneliti tidak mempersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.

Observasi ini dilakukan di Rumah Antara untuk mendapatkan data seputar penelitian. Observasi dilakukan untuk mengetahui program di Rumah Antara sudah efektif atau belum bagi penerima manfaat. Metode ini penting untuk mendapatkan pemahaman lebih baik tentang hal yang diteliti, serta memungkinkan peneliti untuk bersifat terbuka.

b. Interview atau wawancara adalah sebuah proses memperoleh sebuah keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.14 Ada beberapa macam wawancara :

13

M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,2012), h. 173-174.

14

(25)

1) Wawancara Tak Berstruktur

Wawancara tak berstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka.15

2) Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku, yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan-pilihan jawaban yang juga sudah disediakan.16

3) Wawancara Terbuka Terstandar

Tujuan utama dari wawancara terbuka terstandar ialah untuk meminimalkan pengaruh wawancara dengan menanyakan pertanyaan yang sama kepada masing-masing informan. Terlebih-lebih, wawancara yang dilakukan peneliti harus sistematis dan perlu adanya pertimbangan wawancara juga agar juga dalam membuat analisis data lebih mudah karena hal ini memungkinkan untuk menempatkan jawaban dari masing-masing informan pada pertanyaan yang sama secara agak cepat dan sekaligus untuk mengorganisasi pertanyaan dan jawaban yang serupa.17

15

M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,2012), 176

16

Ibid., h.182 17

(26)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tak terstruktur atau sering juga disebut wawancara mendalam. Wawancara tak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara. Teknik wawancara yang dapat berlangsung secara luwes, arahnya lebih bisa terbuka, percakapan tidak membuat jenuh kedua belah pihak sehingga diperoleh informasi, keterangan, data yang lebih kaya.

Adapun yang akan peneliti wawancarai adalah:

Tabel 1.1.

2. Pekerja Sosial Bagaimana pelaksanaan dari program Rumah Antara, dan aspek kognitif, emosional, dan perilaku

3 orang

5. Pengasuh Seberapa penting fungsi dari Rumah Antara

2 orang

(27)

dengan penelitian ini. Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodelogi penelitian sosial.

3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 4 Mei 2014 sampai dengan 15 Agustus 2014. Penelitian dilakukan di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani JL. PPA Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur 13890.

4. Teknik Analisis Data

Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis mengolah dan menganalisa data dengan menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu data yang sudah terkumpul, penulis menjabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian penulis ambil kesimpulan akhir, agar penulis mengetahui bagaimana Evaluasi program Terapi Psikososial Rumah Antara dalam Panti Sosial Marsudi Putra Handayani.

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang disusun

(28)

6. Teknik Keabsahan Data

Tekhnik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memilih kriteria sebagai berikut :

Pada penelitian ini peneliti menggunakan ketekunan pengamatan, ketekunan pengamatan bermaksud menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.18

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada penulisan skripsi. Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan literatur berupa tulisan, artikel, skripsi, buku yang berkaitan dengan penelitian skripsi peneliti. Peneliti menemukan beberapa tulisan dan skripsi yang memiliki judul atau tema yang hampir sama dengan masalah yang penulis teliti, diantaranya adalah :

“Evaluasi Program Layanan Kesehatan Rumah Bersalin Gratis (RBG)

bagi Orang Miskin di Jakarta Timur” oleh Lidya Melawati. Skripsi S.I Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Skripsi ini menjelaskan tentang evaluasi program layanan kesehatan. Peneliti

18

(29)

menggunakan skripsi ini untuk mengetahui evaluasi program yang dilakukan oleh peneliti tersebut. Persamaan skripsi peneliti yaitu dari teori yang digunakannya, sama-sama menggunakan teori evaluasi menurut Pietzrak. Perbedaannya yaitu dari segi objek dan subjek penelitian.

“Problematika Anak Berhadapan Dengan Hukum dan Praktik Bimbingan

Sosial Kelompok Studi Kasus Panti Sosial Marsudi Putra Handayani” oleh Nandya Zahra Yusela. Skripsi S.I Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Skripsi ini menjelaskan tentang permasalahan yang terjadi pada anak berhadapan dengan hukum di kelas bimbingan sosial. Peneliti menggunakan skripsi ini sebagai salah satu literatur penelitian untuk mengetahui permasalahan anak berhadapan dengan hukum. Perbedaannya terletak dari objek yang ditelitinya, persamaannya yaitu dari subjek penelitiannya yang menggunakan Anak Berhadapan Dengan Hukum.

“Peran Pekerja Sosial dalam Penanganan Rehabilitasi Psikososial Korban

Trafficking (Studi Kasus pada Dua Korban Trafficking di Rumah Perlindungan

dan Trauma Centre, Bambu Apus Jakarta Timur)” oleh Hanifah Sya’adillah.

(30)

“Konsep Diri Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Studi Kualitatif

tentang Anak yang Berkonflik dengan Hukum pada Rumah Tahanan Klas I Surabaya,Medaeng – Sidoarjo” oleh Estu Putri. Skripsi S1 Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. Skripsi ini menjelaskan tentang konsep diri pada anak berhadapan dengan hukum. Perbedaannya yaitu terletak dari objek penelitian dan persamaannya yaitu terletak pada subjek penelitian.

“Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Anak Yang Berhadapan

Dengan Hukum Dengan Menggunakan Pendekatan Diversi Dan Restorative Justice” oleh Gilang Kresnanda Annas. Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum Univertas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Perbedaannya yaitu terletak pada objek yang diteliti dan persamaannya yaitu terletak pada subjek penelitiannya.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu tentang pendahuluan, kerangka teori, metode penelitian, temuan dan analisis, dan penutup. Berdasarkan sistematika penulisan, yaitu sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan

(31)

BAB II Landasan Teori, berisi tentang definisi Evaluasi Program, Desain Evaluasi, Model Evaluasi, Indikator Evaluasi, Tujuan dan Pentingnya Evaluasi, Definisi Rehabilitasi Sosial, Pengertian Anak Nakal dan Anak Berhadapan Dengan Hukum, Kriteria Anak Berhadapan Dengan Hukum, dan Penyebab Anak Berhadapan Dengan Hukum.

BAB III Gambaran Umum Lembaga, berisi tentang Latar Belakang

Sejarah Berdirinya Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMP) Jakarta Timur, Profil Rumah Antara, Visi dan Misi, Falsafah Lembaga, Struktur Organisasi, Program Pelayanan Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, Jangkauan Layanan, Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana, Pola Pendanaan, dan Kemitraan Dengan Pihak Luar.

BAB IV Temuan dan Analisis, berisi hasil wawancara tentang evaluasi program Terapi Psikososial di Rumah antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur, serta hasil yang dirasakan oleh informan atau penerima manfaat dari Program Terapi Psikososial Rumah Antara.

(32)

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada Bab ini akan menjelaskan tentang teori Evaluasi Program, Rehabilitasi sosial, dan Anak Berhadapan Dengan Hukum.

A. Evaluasi Program

1.Pengertian Evaluasi Program

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata evaluasi adalah penilaian.1 Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu evaluasi terus-menerus (on-going evaluation) dan evaluasi akhir (ex-post evaluation). Tipe evaluasi yang pertama dilaksanakan pada interval periode waktu tertentu, misalnya per tri wulan atau per semester selama proses implementasi (biasanya pada akhir phase atau tahap suatu rencana). Tipe evaluasi yang kedua dilakukan setelah implementasi suatu program atau rencana. Evaluasi biasanya lebih difokuskan pada pengidentifikasian kualitas program. Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.2

Definisi evaluasi menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Wirawan, Ralph Tyler mendefinisikan evaluasi ialah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan yang benar-benar disadari. Daniel L. Stufflebeam

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 238.

2

(33)

mengemukakan evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh, pelaporan, dan menerapkan informasi deskriptif dan menghakimi tentang beberapa obyek jasa, layak, kejujuran dan signifikansi dalam rangka untuk memandu pengambilan keputusan, mendukung akuntabilitas, menyebarkan praktek-praktek yang efektif, dan meningkatkan pemahaman tentang fenomena yang terlibat.3 Menurut Suharsimi Arikunto seperti yang dikutip Nana Mintarti, evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi yang berguna bagi decision maker untuke menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.4 Sedangkan program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas. Semua program tersebut perlu dievaluasi untuk menentukan apakah layanan atau intervensinya telah mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi program adalah metode sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program.5 Menurut Joan L. Herman & Cs, 1987, Evaluator’s Handbook, ialah segala sesuatu yang

3

Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h. 7.

4

Nana Mintarti, dkk., Zakat & Empowering, Kajian Perumusan Performance Indikator bagi Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Zakat (Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni 2009), h. 23.

5

(34)

dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh.6

2.Desain Evaluasi

Desain evaluasi adalah kerangka proses melaksanakan evaluasi dan rencana menjaring dan memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh informasi dengan presisi yang mencukupi atau hipotesis dapat diuji secara tepat dan tujuan evaluasi dapat dicapai. Menurut Rowley seperti yang dikutip oleh Wirawan, desain penelitian merupakan logika yang menghubungkan data yang akan dikumpulkan dan kesimpulan-kesimpulan yang harus ditarik ke arah pertanyaan-pertanyaan dari studi, desain penelitian memastikan terjadinya perpaduan. Cara lain memandang suatu desain penelitian adalah melihatnya sebagai rencana tindakan untuk memperoleh dari pertanyaan kesimpulan. Desain penelitian harus memastikan adanya pandangan yang jelas apa yang harus dicapai.7

3.Model Evaluasi Program

Dalam kaitan dengan kegiatan evaluasi, seperti telah disinggung terdahulu, Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan Gilbert mengemukakan tiga tipe evaluasi guna mengawasi suatu program secara lebih seksama, yaitu :

1) Evaluasi Input, memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu pelaksanaan suatu program. Tiga unsur (variabel) utama yang

6

Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008) h. 9.

7

(35)

terkait dengan evaluasi input adalah klien, staf, dan program. Pietrzak dan kawan-kawan menjelaskan bahwa variabel klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti: susunan (konstelasi) keluarga dan berapa anggota keluarga yang ditanggung. Variabel staf meliputi aspek demografi dari staf, seperti: latar belakang pendidikan staf, dan pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu, seperti: lama waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia. Dalam kaitan dengan evaluasi input program, Pietrzak, et.al mengemukakan 4 kriteria yang dapat dikaji, baik sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan. Kriteria tersebut adalah (1) tujuan dan objektif; (2) penilaian terhadap kebutuhan komunitas; (3) standar dari suatu praktek yang terbaik; dan (4) biaya per unit layanan.

2) Evaluasi Proses, menurut Pietrzak, et.al memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien

dengan staf „terdepan’ (line staff) yang merupakan pusat dari

pencapaian tujuan (objektif) program. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti: „standar praktek

terbaik’ (best practice standard), kebijakan lembaga, tujuan proses

(process goals) dan kepuasan klien.

(36)

penerima layanan (recipients). Pertanyaan utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah: Bila suatu program telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi berbeda setelah ia menerima layanan tersebut ? Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemajuan suatu program (berorientasi pada program =

programme oriented) ataupun pada terjadinya perubahan perilaku dari klien (berorientasi pada klien = client oriented).8

4.Tujuan dan Pentingnya Evaluasi Program

Tujuan utama dari suatu kegiatan evaluasi adalah untuk membuat keputusan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Tylor yang dikutip oleh Sudaryono bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “mengembangkan suatu

kebijakan yang bertanggung jawab mengenai pendidikan”. Popham

menyatakan bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “membuat keputusan yang

lebih baik”. Mehrens dan Lehmann mengemukakan pendapatnya bahwa

tujuan evaluasi ialah untuk “membantu kita membuat keputusan”. Bahkan

jauh sebelumnya, Cronbach sudah secara tegas menyebutkan bahwa tujuan

evaluasi ialah untuk “membuat keputusan”.9

8

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001) h. 128-129.

9

(37)

Feurstein menyatakan sepuluh alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan :

1)Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.

2)Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program.

3)Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik. 4)Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat

program itu sendiri.

5)Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program. 6)Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup

masuk akal.

7)Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik.

8)Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik.

(38)

10)Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.10

5.Indikator Evaluasi Program

Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang digunakan untuk suatu proses evaluasi, Feurstein seperti yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi, mengajukan beberapa indikator yang perlu untuk dipertimbangkan. Indikator dibawah ini adalah sembilan indikator yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan :11

1)Indikator Ketersediaan (Indicators of Availability). Indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benat ada. Misalnya, dalam suatu program pembangunan sosial yang menyatakan bahwa diperlukan satu tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani sepuluh rumah tangga, maka perlu di cek apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada.

2)Indikator Relevansi (Indicators of Relevance). Indikator ini menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan yang ditawarkan. Misalnya, pada suatu program pemberdayaan perempuan pedesaan di mana diperkenalkan kompor teknologi terbaru, tetapi ternyata kompor tersebut

10

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001) h. 127-128.

11

(39)

menggunakan lebih banyak minyak tanah ataupun kayu dibandingkan dengan kompor yang biasa mereka gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut maka teknologi yang lebih baru ini dapat dikatakan kurang relevan untuk diperkenalkan bila dibandingkan dengan kompor yang biasa mereka gunakan.

3)Indikator Keterjangkuan (Indicators of Accessibility). Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam

„jangkuan’ pihak-pihak yang membutuhkan. Misalnya saja, apakah

puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) yang didirikan untuk melayani suatu masyarakat desa berada pada posisi yang strategis, di mana sebagian besar warga desa dapat dengan mudah datang ke Puskesmas. Atau, apakah suatu Posko Bencana Alam berada dalam jangkauan dari korban bencana tersebut.

4)Indikator Pemanfaatan (Indicators of Utilisation). Indikator ini melihat seberapa banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh pihak pemberi layanan, dipergunakan (dimanfaatkan) oleh kelompok sasaran. Misalnya saja, seberapa banyak PUS (pasangan usia subur) yang memanfaatkan layanan jasa Puskesmas dalam upaya meningkatkan KB mandiri. Atau, berapa banyak anak jalanan yang mengikuti kegiatan belajar baca tulis dari sekian banyak anak jalanan yang belum bisa membaca dan menulis.

(40)

menerima layanan tersebut. Misalnya saja, proporsi orang yang menerima bantuan dana kemanusiaan untuk mengatasi masalah kemiskinan dari sekian banyak orang-orang miskin di suatu desa. 6)Indikator Kualitas (Indicators of Quality). Indikator ini menunjukkan

standar kualitas dari layanan yang disampaikan ke kelompok sasaran. Misalnya saja, apakah layanan yang diberikan oleh suatu Organisasi Pelayanan Masyarakat (Human Service Organization) sudah memenuhhi syarat dalam hal keramahan, keresponsifan dan sikap empati terhadap klien ataupun kualitas dari tangibles yang ada dalam proyek tersebut.

7)Indikator Upaya (Indicators of Efforts). Indikator ini menggambarkan

berapa banyak upaya yang sudah „ditanamkan’ dalam rangka

mencapai tujuan yang sudah diterapkan. Misalnya, berapa banyak sumber daya manusia dan sumber daya material yang dimanfaatkan guna membangun sarana transportasi antar desa.

(41)

untuk menghindari terjadinya pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan maka yang akan terjadi adalah underemployment

(pengangguran terselubung).

9)Indikator Dampak (Indicators of Impact). Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu perubahan di masyarakat. Misalnya saja, apakah setalah dikembangkan layanan untuk mengatasi kemiskinan selama tiga tahun di suatu desa, maka angka penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan sudah menurun.

B. Rehabilitasi Sosial

1. Pengertian Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial adalah suatu proses dan atau rangkaian kegiatan terencana untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan atau sosial dengan kriteria dan sasaran jelas dan terfokus, dilaksanakan dengan pendekatan analitik, berdasarkan suatu proses. Mencakup fungsi pencegahan, pengembangan kemampuan, penyembuhan masalah, pemulihan peran sosial, perlindungan dan keterpaduan dengan sistem layanan lainnya.12 Rehabilitasi sosial adalah proses pemberian pelayanan bimbingan dan pembinaan fisik, mental, sosial, keterampilan dan pendidikan.13

12

Alit Kurnisari dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak di Panti Sosial Marsudi Putra

(Jakarta: P3KS Press, 2009) h. 13.

13

(42)

C. Anak Berhadapan Dengan Hukum

1.Pengertian Anak Nakal dan Anak Berhadapan Dengan Hukum

Undang-undang No. 23 tahun 2002, tentang Perlindungan anak

menjelaskan bahwa “Anak adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan

belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan dan belum menikah”. Menurut pedoman penanganan anak berkonflik hukum, Yanrehsos Depsos membatasi anak berkonflik hukum adalah anak yang telah berkonflik dengan hukum dan berdasarkan hasil penyidikan/pemeriksaan membutuhkan pembinaan di panti sosial. Berdasarkan batasan tersebut artinya anak telah melakukan tindakan melanggar hukum. Dalam UU No. 3 tahun 1997 tentang peradilan anak menyebutkan bahwa anak nakal sebagai anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan definisi tersebut, pemahaman anak berkonflik hukum dapat dianalogkan dengan anak nakal.

Menurut Beijing Rules, peraturan minimum Standar PBB mengenai Administrasi Peradilan bagi Remaja dalam peraturan 2.2 adalah:

a. Seorang anak atau orang muda yang menurut sistem hukum masing-masing dapat diperlakukan atas suatu pelanggaran hukum dengan cara yang berbeda dari perlakuan terhadap orang dewasa.

(43)

c. Seorang pelanggar hukum berusia remaja adalah seorang anak atau orang muda yang diduga telah melakukan atau yang telah melakukan suatu pelanggaran hukum.

Menurut pekerjaan sosial, anak nakal adalah anak yang mengalami kesulitan penyesuaian diri yang menyebabkan melanggar hukum, sulit dididik dalamm keluarga dan dapat membahayakan orang lain.14

2. Kriteria Anak Berhadapan Dengan Hukum

a. Kenakalan dengan taraf ringan seperti kadang berbohong, malas, suka bolos sekolah, bermain melampaui batas waktu.

b. Kenakalan dengan taraf sedang seperti melawan orang tua, mencoba mencuri di lingkungan keluarga, merokok bagi siswa SLB-E, mencoba minum minuman keras, selalu berbohong, jarang pulang ke rumah (keluyuran tanpa batas waktu).

c. Kenakalan dengan taraf berat, antara lain minum-minuman keras, ganja (narkotika), malak, mencuri, sering melakukan perkelahian.

d. Kenakalan anak yang berkonflik dengan hukum:

a) Anak yang melakukan tindak pidana baik menurut Undang-undang maupun peraturan pemerintah atas putusan hakim menjalani pidana di Lapas.

b) Anak Negara berdasarkan putusan hakim diserahkan kepada negara.

14

(44)

c) Anak Sipil atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas.15

3. Penyebab Anak Berhadapan Dengan Hukum

Permasalahan anak yang timbul tidak lepas dari faktor keluarga dan lingkungan dimana klien bertempat tinggal antara lain:

1) Ketelantaran fisik (physical neglect), hal ini berkaitan sekali dengan tingkat pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan tempat tinggal.

2) Ketelantaran emosional (emotional neglect), halm ini berkaitan dengan kasih sayang, perawatan dan kepengasuhan.16

Jadi Evaluasi Program adalah suatu penilaian apakah suatu rencana kegiatan atau kegiatan yang sedang berjalan dapat dikatakan berhasil atau gagal dengan beberapa metode sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program. Model Evaluasi Program yang peneliti gunakan yaitu Model Evaluasi menurut Pietzrak yang dimana terdiri dari evaluasi input, proses dan hasil. Untuk memberikan penilaian terhadap Terapi Psikososial di Rumah Antara, peneliti menggunakan indikator relevan dalam evaluasi input, yang dimana indikator tersebut menilai apakah pelayanan yang diberikan tepat atau tidak. Indikator efisien peneliti terapkan dalam evaluasi proses, yang

15

Sarino, dkk., Petunjuk Teknis Penanganan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Di PSMP Handayani Jakarta (Jakarta : 2007), h. 17-18.

16

(45)
(46)

Pada bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang Sejarah Berdirinya Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMP) Jakarta Timur, Profil Rumah Antara, Visi dan Misi, Falsafah Lembaga, Struktur Organisasi, Program Pelayanan Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, Jangkauan Layanan, Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana, Pola Pendanaan,dan Kemitraan Dengan Pihak Luar.

A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani

Berawal pada tahun 1957, di mana semakin maraknya permasalahan cross boys dan cross girls di masyarakat, mendorong Departemen Sosial mendirikan suatu Camp bernama Pilot Proyek Karang Taruna Marga Guna dengan Surat Keputusan Kepala Jawatan Pekerja Sosial Nomor : 3/BUL-DJPS-A/62 yang diresmikan tanggal 21 Desember 1959. Selanjutnya melalui Surat Keputusan Menteri Sosial No. HUK 3-2-49/4479 tanggal 30 Oktober 1965 ditetapkan menjadi Pilot Proyek Taruna Loka Marga Guna. Pilot proyek ini terdiri dari Taman Rekreasi Sehat Anak-anak Dwikora, Observation Home untuk anak-anak mogol (drop out), serta Usaha Kesejahteraan Wanita/gadis-gadis desa/LSD.

(47)

Kursus-kursus dan Upgrading petugas Direktorat Jenderal Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Masyarakat Departemen Sosial. Melalui Rapat Dinas Staf Direktorat Kesejahteraan Anak dan Taruna dengan staf Pilot Proyek Taruna Loka Marga Guna tanggal 18 Oktober, 30 Oktober dan 5 November 1971, dihasilkan suatu keputusan bahwa mulai tanggal 1 Desember 1971 kegiatan proyek tersebut menjadi :

1. Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial Wisma Handayani sebagai kegiatan pokok

2. Pelayanan umum (community service) sebagai kegiatan suplementer

Terbitnya Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 1975 yang salah satunya melahirkan Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial di dalam Direktorat Jenderal Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial Departemen Sosial, maka nama Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial dirubah menjadi Panti Rehabilitasi Sosial Anak Nakal (PRAN) Wisma Handayani. Tahun 1983 secara resmi PRAN Wisma Handayani dialihkan statusnya dari pengolahan Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial menjadi salah satu Unit Pelaksana Teknis Kantor Wilayah Departemen Sosial DKI Jakarta.

(48)

Sejak berdiri tahun 1968 hingga tahun 2011, PSMP Handayani telah menangani lebih dari 4.000 anak yang mengalami penyimpangan perilaku, terutama penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku baik yang masuk ke dalam kategori anak nakal dan anak yang berhadapan dengan hukum (AN dan ABH).1

B. Rumah Antara

Pada awalnya PSMP Handayani dibentuk untuk menjawab permasalahan-permasalahan anak nakal yang belum berhadapan hukum dengan variasi masalah yang masih ringan, berkisar membolos, merokok ataupun mencuri di dalam keluarga. Namun dengan perkembangan zaman maka permasalahan anak semakin komplek. Melihat semakin banyak anak yang kenakalannya sampai pada proses hukum, dan penjara bukan merupakan tempat yang baik bagi anak, maka sasaran garapan tidak hanya pada anak dengan kenakalan rujukan orang tua/masyarakat namun rujukan putusan pengadilan maupun rujukan sementara menunggu proses hukum.

Rumah Antara merupakan salah satu program yang penting dalam meningkatkan kualitas rehabilitasi sosial bagi penerima manfaat ABH, yang memiliki latar belakang yang sangat komplek permasalahannya. Rumah Antara adalah rumah pensterilan bagi anak yang didatangkan dari putusan pengadilan maupun rujukan. Rumah Antara dibentuk guna untuk melakukan penyembuhan fisik, observasi terhadap pola perilaku dan memberikan terapi sosial kepada penerima manfaat ABH baik yang

1

(49)

putusan pengadilan maupun rujukan sementara guna menunggu proses hukum berjalan. Dengan adanya Rumah Antara penerima manfaat dapat berkurang traumatisnya dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial sehingga siap mengikuti proses program rehabilitasi selanjutnya. Adapun jenis-jenis terapi yang akan digunakan namun disesuaikan dengan kondisi penerima manfaat antara lain :

1) Terapi Psikososial, dalam terapi psikososial bertujuan untuk mengenal diri, memahami, mengevaluasi dan mencari solusi. Ada 5 perubahan perilaku yang dapat dilakukan antara lain :

a. Cognitive change, berkaitan dengan pola pikir, rencana hidup maupun kecerdasan ABH, karena biasanya pola pikir penerima manfaat masih belum matang, seperti tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk untuk dirinya. Selain itu juga tidak dapat memikirkan dampak selanjutnya setelah penerima manfaat sudah melakukan hal tersebut.

b. Emotive change, berkaitan dengan emosional ABH, pada umumnya ABH memiliki kondisi emosional yang kurang stabil, seperti emosi penerima manfaat suka bergejolak dan terkadang cenderung memberontak, seperti tidak dapat mengontrol dirinya, sulit untuk bekerja sama, terjadi pemberontak jika dilarang.

(50)

perilaku ini snagat dipengaruhi oleh emosi penerima manfaat yang stabil

d. Environmental change, berkaitan dengan lingkungan yang mendukung terjadinya masalah maupun yang mendukung terjadinya perubahan terhadap perilaku normatif ABH.

e. Relief from suffering, berkaitan dengan pembebasan tekanan/penderitaan pada diri ABH, karena biasanya penerima manfaat memiliki trauma pada proses penangkapan ataupun ketika penerima manfaat mendekam dibalik jeruji.

Beberapa contoh terapi psikososial :

a. Abreaction atau Chatarsis. yaitu terapi berupa lepasnya emosi yang intens yang diikuti dengan terungkapnya suatu emosi yang bersifat traumatic dengan tujuan tercapainya suatu resolusi. Pelaksanaan Terapi ini dengan cara meluapkan emosinya lewat menulis dalam bentuk naratif, dan bisa juga dengan cara face to face dengan memancing emosi negative agar keluar.

b.Terapi Realitas. terapi ini bertujuan untuk membangkitkan komitmen akan realitas dirinya, dan meningkatkan tanggung jawab melalui kesadaran penerima manfaat akan realitas dirinya. Dalam pelaksanaannya sebagai berikuti :

a) Minta anak untuk mengungkapkan keinginan, harapan, atau cita-cita secara spesifik, bergantian dengan peksos. (want) b) Minta anak untuk mengutarakan apa-apa yang telah mereka

(51)

c) Minta anak untuk mengutarakan apa-apa yang telah mereka lakukan selama ini yang mendukung ataupun merugikan pencapaian keinginan secara spesifik. (evaluation)

d) Minta anak untuk mengutarakan apa yang mereka lakukan untuk mewujudkan keinginan, harapan atau cita-cita secara spesifik. (planning)

e) Minta anak untuk berjanji pada dirinya dan pada terapis secara spesifik untuk melakukan apa yang mendukung pencapaian keinginan. (commitment)

c.Sharing Feeling, terapi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi emosi penerima manfaat pada hari ini, dengan cara menceritakan kegiatan penerima manfaat hari ini dengan diiringi dengan perasaannya setelah melakukan kegiatan-kegiatan di Rumah Antara, selain itu juga penerima manfaat diminta untuk menceritakan tentang kelebihan dan kekurangan teman-teman di Rumah Antara. Diterapi ini Pekerja sosial juga memberikan bimbingan rohani seperti ceramah agar penerima manfaat lekas bertaubat, tidak merasa terpukul dengan kesalahan yang telah diperbuatnya, dan termotivasi untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

(52)

baik, selain menonton film dengan memberikan stimulus seperti memberikan cerita yang dapat memotivasi penerima manfaat. e. Terapi EFT (Emotional Freedom Technique) yaitu suatu teknik

terapi untuk membersihkan emosi negatif melalui proses penyelarasan energi tubuh dengan penyadaran dan penerimaan emosi. Pelaksanaan dari terapi ini yaitu dengan cara melakukan taping atau ketukan pada bagian titik tubuh seperti di alis, samping mata, dan bagian atas dada dengan diiringi menentukksn

masalah atau emosi negative yang dirasakan. Contohnya “saya

sadar bahwa saya trauma dengan kekerasana yang dilakukan

dipenjara, dan saya terima trauma saya ini”. Sambil mengucap,

tangan menekan titik tubuh dengan mengetuk dua ujung jari kebagian titik tersebut.

2) Terapi Olahraga, terapi olahraga diarahkan pada kegiatan membangun kekuatan fisik ABH, pada terapi olahraga biasanya dilakukan in door

maupun out door. In door bisa berupa tenis meja, karambol maupun catur, sedangkan out door jogging.

(53)

(manusia), manusia akan tumbuh dan berkembang dengan baik maka perlu perawatan dengan baik dan juga menanamkan rasa tanggung jawab pada ABH. Dalam pelaksanaan mix farming di Rumah Antara dilaksanakan dengan menggunakan lahan sempit (pot) atau pollybag

yang berada di halaman Rumah Antara dengan tanaman hasil panen yang memerlukan waktu pendek seperti cabe, tomat, bunga atau yang dapat di tanam pada media yang mudah perawatannya.

4) Terapi Role Model, terapi ini akan menggunakan contoh dengan menggunakan penerima manfaat ABH yang telah berhasil karena mampu mengikuti proses rehabilitasi dengan baik.

5) Terapi Vokasional, terapi ini diarahkan pada keterampilan yang membutuhkan waktu yang singkat dan mudah untuk dilaksanakan oleh ABH. Selain untuk pengisian waktu luang bagi ABH juga dimaksudkan ABH memiliki keterampilan yang dapat membantu kemandirian ABH apabila kembali pada keluarga, seperti service HP, pembuatan gantungan baju dari sisa kabel listrik ataupun pemisahan karet dengan benangnya. Pada keterampilan vokasional ini selain memerlukan waktu yang singkat juga memiliki nilai ekonomis bila dipasarkan.

(54)

mentransformasikan perilaku buruk yang didapatkannya dari LAPAS, selain itu juga mencegah supaya tidak menularkan penyakit kulit.. Untuk jangka waktu penerima manfaat di Rumah Antara yaitu dari perilakunya, Pekerja Sosial akan memberikan waktu selama 2 minggu untuk berperilaku baik selama di Rumah Antara, jika penerima manfaat dapat berperilaku baik, Pekerja Sosial akan mencoba mengikutinya ke kelas bimbingan sosial, lalu jika dalam 1 minggu uji coba ke kelas bimbingan sosial menunjukkan sikap yang positif, Pekerja Sosial akan mengikutinya ke kelas salah satu keterampilan seperti las, mesin pendingin, dan otomotif. Jika penerima manfaat dapat menunjukkan sikap yang positif, penerima manfaat akan ditempatkan di asrama reguler dan melanjutkan rehabilitasi sosial yang diberikan PSMP Handayani.2

C. Tujuan, Visi dan Misi Panti

1. Tujuan

Tujuan pelayanan dan Rehabilitasi Sosial AN/ABH di PSMP Handayani secara umum adalah pulihnya kepribadian, sikap mental, dan kemampuan AN/ABH sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam suasana tatanan dan penghidupan sosial keluarga dan lingkungan sosialnya.

2. Visi

“Menjadi mitra terbaik masyarakat dalam perlindungan sosial bagi

anak nakal dan anak berhadapan dengan hukum di Indonesia”

2

(55)

3. Misi

1. Memberikan pelayanan secara profesional

2. Membangun sumber daya manusia pegawai profesional

3. Penguatan lembaga sebagai pusat kajian dan model penanganan langsung

4. Memperluas jaringan sosial dan mempertegas kemitraan strategis 5. Penguatan partisipasi keluarga, masyarakat, dan

komunitas/Orsos/LSM3

D. Falsafah Lembaga

Landasan hukum :

1) Undang-undang No. 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan –ketentuan pokok Kesejahteraan Sosial.

2) Undang-undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak. 3) Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan dan belum menikah.

4) Undang-undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.

5) Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1988 Tentang UKS bagi Anak yang bermasalah.

6) Kesepakatan bersama antara Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI dengan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI

3

(56)

tentang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anaka Didik Pemasyarakatan.4

4

(57)

E. Struktur Organisasi

Daftar gambar 3.1.

Struktur Organisasi Panti Sosial Marsudi Putra Handayani5

5

Data diambil Panti Sosial Marsudi Putra Handayani pada tanggal 12 Mei 2014. KEPALA PANTI

Drs. Agus Hizbullah M.Si

KASUB BAGIAN TATA USAHA

Sugito. S.Pd

KASI REHABILITASI SOSIAL

Dra. Dewi Kania

KOORDINATOR PEKERJA SOSIAL

Dra. Sri Musfiah

KOORDINATOR INSTALANSI PRODUKSI

Sarwiji S.An

KASI PROGRAM DAN ADVOKASI SOSIAL

(58)

1. Deskripsi Pekerjaan

Struktur organisasi PSMP Handayani terdiri dari Kepala Panti, Subbag Tata Usaha, Kasi PAS dan Kasi Rehabilitasi Sosial serta jabatan Fungsional dengan tugas-tugas :

1) Kepala panti, tugasnya melaksanakan tugas-tugas manajerial dan teknis operasional pelayanan rehabilitasi sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Sub Bagian Tata Usaha, tugasnya mencakup persiapan sarana dan prasarana pelayanan seperti sarana fisik (makan) klien, sarana dan prasarana keterampilan.

3) Seksi Program dan Advokasi Sosial (PAS), tugasnya melakukan persiapan perencanaan program dan advokasi baik program yang berkaitan dengan operasional perkantoran maupun program rehabilitasi sosial secara keseluruhan. 4) Seksi Rehabilitasi Sosial, tugasnya melakukan bimbingan

rehabilitasi sosial langsung dengan klien. Bimbingan yang dilaksanakan meliputi bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien. 5) Koordinator Pekerja Sosial, tugasnya yang mendistribusikan

(59)

6) Instalasi Produksi yang tugasnya memberikan keterampilan kepada anak-anak taruna dengan 3 bidang keterampilan (AC/pendingin,las, dan otomotif).6

2. Pola Pengambilan Keputusan

Pola kepemimpinan yang diterapkan oleh Panti Sosial Marsudi Putra Handayani yaitu bersifat top-down, Kalau secara strategisnya hanya melihat dari atas, di mana semua kebijakan keputusan berada di tangan kepala panti. Lalu untuk alur pengambilan keputusan pelayanan mengenai anak melalui sistem

non directif, karena keputusan tidak langsung diajukan ke kepala panti, tetapi terlebih dahulu keputusan diputuskan oleh kepala seksi program dan advokasi sosial dan rehabilitasi sosial.7

6

Data diambil dari File yang diberikan oleh Panti Sosial Marsudi Putra Handayani pada tanggal 12 Mei 2014.

7

(60)

F. Program (Mulai Dari Perencanaan, Merencanakan, Pelaksanaan,

Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga)

Daftar gambar 3.2.

Program Pelayanan di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani8

8

(61)

Penjelasan program pelayanan sosial yang ada di PSMP-H :

Peneriamaan :

a) Seleksi

b) Assesment sosial dan Vokasional

Bimbingan Fisik yang diberikan diprogram pelayanan sosial di

PSMP-H :

a) Pelayanan Gizi b) Pelayanan Kesehatan c) Olahraga

Bimbingan Mental yang diberikan diprogram pelayanan sosial

di PSMP-H :

a) Bimbingan Rohani a. Sholat/kebhaktian b. Ceramah Agama c. Pengajian Al-Quran d. Perayaan hari besar agama b) Outbond

c) Mental,Fisik, Disiplin (MFD)

Bimbingan Sosial yang diberikan di program pelayanan sosial di

PMP-H :

a) Morningg meeting

b) Static Group

(62)

d) Hair cut

e) Konseling

Bimbingan Keterampilan yang diberikan diprogram pelayanan

sosial di PSMP-H :

a) Taruna dan siswa sekolah b) Luar Biasa Klasifikasi-E c) Otomotif motor

d) Las e) Pendingin

f) Mengetik/ komputer g) Kesenian (Band dan Reog) h) Hasta karya

i) Pertanian (Mix farming) 1. Perencanaan

Perencanaan segala kegiatan yang akan dilakukan oleh Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMPH) semua dirancang oleh bidang Pelayanan dan Advokasi Sosial (PAS) yang bekerjasama oleh bidang Rehabilitasi Sosial (Rehsos). Segala perencanaan program kegiatan ini mengacu pada kebutuhan yang dibutuhkan oleh klien (klien). Dalam pemberian perencanaan, PSMP-Handayani melaksanakan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut:

Gambar

Tabel 3.1. Jumlah Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan......................55
Gambar 3.2. Program Pelayanan Di Panti Sosial Marsudi Putra
Tabel 1.1.
Gambaran Umum Lembaga, berisi tentang Latar Belakang
+7

Referensi

Dokumen terkait