• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran

KAJIAN TEORI

A. Evaluasi Input

3. Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil, menurut Pietrzak, at.al diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program terhadap penerima layanan (recipients).11

a) Indikator dampak

Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu perubahan di masyarakat.12

11

Bab II H. 23-24 12

Berikut adalah hasil dari Terapi Psikososial pada penerima manfaat :

Tabel 4.3.

Hasil dari kegiatan Terapi Psikososial

No. Nama Terapi yang diberikan (Proses)

Perubahan yang terjadi (Hasil)

1 A Terapi Kognitif dan Terapi Realita

Terjadi perubahan yang lebih baik pada A seperti pada pola pikir, emosi, perilaku, pembebasan tekanan

2 W Terapi Kognitif dan Terapi Sharing Feeling

Terjadi perubahan yang lebih baik pada W seperti pada pola pikir, emosi, perilaku, dan pembebasan tekanan

3 D Terapi Kognitif dan Terapi Sharing Feeling

Terjadi perubahan yang lebih baik pada D seperti pola pikir, emosi, perilaku, dan pembebasan tekanan

1.Hasil Terapi Psikososial Penerima manfaat A

Pada awal A masuk ke Rumah Antara pada bulan November 2013, A menjalani program di Rumah Antara selama empat bulan, yang kemudian di masukan ke dalam asrama untuk menjalani proses rehabilitasi sosial selanjutnya, hal ini disebabkan pada proses assesmen (penggalian masalah), A sulit sekali untuk mengakui perbuatannya dan A juga sulit untuk mengikuti aturan-aturan yang berlaku di Rumah Antara seperti mengikuti kegiatan bimbingan mental, bimbingan sosial, dan membersihkan halaman dan isi Rumah Antara.

1) Cognitive change, berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria mengenai pola pikir bahwa :

“pola pikir A sudah berubah menjadi lebih baik, seperti A sudah mengetahui bahwa hubungan seks yang dilakukan diluar nikah tidak boleh dilakukan atau tidak baik, dan hasrat untuk melakukan seks juga sudah berkurang, itu karena sekarang saya suruh untuk olahraga seperti bermain sepak bola atau futsal, kegiatan olahraga ini bertujuan sebagai bentuk pengalihan agar A tidak mempunyai waktu untuk memikirkan hal-hal yang dapat memicu melakukan pelecehan ...”13

Kondisi pola pikir A sudah lebih baik dari sebelumnya, hasrat untuk melakukan seksnya sudah berkurang, karena A diberikan waktu luang untuk berolahraga (sepak bola atau futsal), agar hormon yang sedang bergejolak pada diri A tersalurkan dengan positif. Akan tetapi tetap dalam pengawasan dari Pekerja Sosial. 2) Emotive change, berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria tentang

emosi A bahwa :

“.... untuk kondisi emosi A sudah cukup stabil, terlihat dari A sudah mulai bisa diatur dan mengikuti aturan-aturan yang ada di Panti, A juga mempunyai motivasi untuk merubah perilaku malasnya, selain itu juga A berjanji untuk tidak melakukan pelecehan lagi, dan mampu mengontrol hasrat seksnya itu”14

Kondisi emosi A dapat dikatakan stabil, hal ini terlihat dari A sudah bisa mengikuti kegiatan-kegiatan di Panti dengan baik, seperti mengikuti kegiatan belajar di sekolahh tanpa membolos, melakukan kegiatan bersih-bersih di asrama. Namun A terkadang terlihat murung, yang dikarenakan ingin pulang kerumah.

3) Behaviour change, berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria mengenai perubahan perilaku bahwa :

“perubahan perilaku A sudah mulai tampak dari sifat pembohongnya mulai berkurang, lalu dari segi disiplin dan mandiri seperti mengerjakan kurve/bersih-bersih halaman,

13

Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014 14

mencuci pakaiannya sendiri. Biar perubahannya tidak begitu drastis, tapi minimal ada perubahan positif dari A.”15

Perubahan perilaku pada A sudah berubah ke arah yang positif, seperti A sudah mandiri dan disiplin, selain itu juga A sudah menghilangkan kebiasaan berbohongnya sedikit demi sedikit.

4) Environmental change, salah satu penyebab A bisa melakukan pelecehan seksual yaitu faktor lingkungan (karena terpengaruh oleh teman-teman yang lebih dewasa dari A) dan kurangnya pengawasan dari Ibu A. yang diharapkan A tidak kembali untuk melakukan pelecehan seksual.

5) Relief from suffering, berdasarkan hasil wawancara dengan A, A pernah mengalami trauma pada saat proses penangkapan, menurut pengakuan A untuk pertama kalinya ia merasakan tangan dan kaki diborgol oleh polisi, terlebih lagi A harus mendekam di balik jerugi untuk beberapa waktu. Hal itu membuat A merasa tidak nyaman dan takut, walaupun A tidak mengalami kekerasan.

“Takut bang, apalagi pas dikantor polisi, tangan sama kaki saya diborgol di ruangan PAS namanya, baru ngerasain gitu rasanya diborgol, ngga mau lagi dah bang ….”16

Namun setelah A sampai di pindahkan ke PSMP Handayani untuk mendapatkan rehabilitasi sosial, trauma yang ada pada A sudah mulai hilang. “… tapi pas nyampe sini sih udah enggak takut

lagi si bang.”17

15

Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014 16

Wawancara pribadi dengan A pada tanggal 21 Mei 2014

17

2. Hasil Terapi Psikososial pada penerima manfaat W

Pada awal W masuk ke Rumah Antara pada bulan Juni 2014, dan W keluar dari Rumah Antara pada bulan Juli, W menjalani kegiatan di Rumah Antara dengan baik seperti W mengikuti kegiatan bimbingan mental, bimbingan sosial, dan bimbingan keterampilan. 1) Cognitive change, untuk perubahan pola pikir berdasarkan

wawancara dengan W :

“.... saya jadi tau si bang kalo ganja itu berbahaya, saya juga enggak mau make itu lagi, lagian saya juga takut masuk penjara

lagi, enggak enak banget bang rasanya.”18

W merasakan perubahan dalam dirinya dari segi pola pikirnya, W sudah mengetahui bahwa Narkoba itu sangat berbahaya bagi tubuh, kemudian W juga mempunyai rencana hidup kedepannya yaitu ingin menjadi orang sukses dan membanggakan orang tuanya. 2) Emotive change, untuk perubahan emosi W menurut Ibu Lentina :

“... kondisi emosi W untuk saat ini sudah cukup stabil ya, terlihat dari W sudah bisa diatur, enggak kayak pas awal masuk sini. Kalau disuruh tuh cuma iya iya aja tapi enggak dilakuin. Si W juga kalau sekarang udah ada keinginan untuk berubah, kayak dikurangin nongkrongnya, enggak mau make narkoba lagi.”19

Emosi W dapat dikatakan stabil oleh Ibu Lentina, hal ini terlihat W sudah dapat mengontrol dirinya untuk tidak memukul temannya, dan W sudah bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada seperti mengikuti kegiatan bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, dan konseling dengan Pekerja Sosial.

18

Wawancara pribadi dengan A pada tanggal 17 Juni 2014 19

3) Behaviour change, menurut Babeh sebagai pengasuh W yang kesehariannya melihat aktivitas di asrama menyatakan bahwa :

“Perilaku W semenjak di asrama sih baik-baik aja ya, enggak pernah buat ulah. Anaknya juga enggak macem-macem sih, kalau waktunya bersih-bersih langsung dikerjain, ya paling pas awal-awal masuk asrama masih suka ngompol sih kayak anak kecil. Tapi setelah beberapa minggu udah mulai ilang kebiasaan ngompolnya, soalnya selalu saya ingetin kalau mau tidur buang

air kecil dulu.”20

Menurut Ibu Lentina yang menyatakan bahwa perubahan perilaku W sudah mulai tampak seperti “jadi lebih mandiri dan disiplin, dan W juga sudah berjanji untuk tidak menggunakan narkoba lagi21

. Hal ini terlihat dari W yang sudah rajin membersihkan halaman asrama, dan mencuci pakaian sendiri, tidak seperti W pada saat awal masuk Rumah Antara.

4) Environmental change, penyebab utama kasus W yaitu dari pergaulannya, karena dari pergaulannya W jadi bisa merokok hingga pada akhirnya menggunakan ganja, yang dipengaruhi oleh teman-temannya. Tetapi ketika W berada di Panti, yang diharapkan W jauh dari pengaruh buruk teman-temannya seperti merokok dan menggunakan kembali ganja. Karena dilingkungan Panti semua penerima manfaat akan belajar bagaimana agar anak tidak kembali melakukan penyimpangan perilaku seperti menggunakan narkoba, pelecehan seksual, dan lain-lain.

5) Relief from suffering, berdasarkan wawancara dengan W, menurut pengakuan W mengenai pembebasan dari tekanan, W menyatakan :

20

Wawancara pribadi dengan Babeh pada tanggal 8 Agustus 2014 21

“Takut banget bang, saya jadi takut sama polisi bang, saya juga enggak mau masuk penjara lagi bang, enggak enak banget, tidur aja susah. Saya keingetan sama orang rumah mulu bang. Tapi pas udah sampe sini si udah ilang bang takutnya.”22

Dari pengakuan W, terlihat sudah tidak ada trauma yang melekat pada diri W, kondisi dan suasana yang ada di Panti yang membuat W merasa hilang akan traumanya, karena W tidak merasa tertekan selama berada di Panti.

3. Hasil Terapi Psikososial pada penerima manfaat D

Pada awal D masuk ke Rumah Antara pada bulan Juni 2014, dan D keluar dari Rumah Antara pada bulan Juli, D menjalani kegiatan di Rumah Antara dengan baik seperti mengikuti bimbingan mental, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, dan melakukan kegiatan bersih-bersih halaman dan isi Rumah Antara.

1) Cognitive change, untuk perubahan pola pikir D setelah diberikan Terapi Kognitif, D jadi tahu jika penggunaan Narkoba sangat berbahaya tubuh. Menurut pengakuan D menyatakan bahwa “iya

bang saya tau kok sekarang kalo ganja itu bahaya, saya enggak tau sebelumnya, abisnya enak si bang rasanya, ngefly gitu.”23

2) Emotive change, kondisi emosi D untuk saat ini sudah cukup stabil, karena D sudah bisa mengikuti aturan-aturan dengan baik seperti, mengikuti kegiatan apel pagi, kegiatan bimbingan sosial, dan bimbingan keterampilan.

22

Wawancara pribadi dengan W 17 Juni 2014 23

3) Behaviour change, perubahan perilaku D sudah ditunjukkan pada ketika D masih berada di Rumah Antara, D merupakan anak yang mandiri dan disiplin, seperti D dapat mencuci pakaiannya sendiri dan D rajin membersihkan halaman Rumah Antara tanpa disuruh oleh petugas Rumah Antara.

4) Environmental change, perubahan lingkungan ini dapat memotivasi D untuk tidak kembali sebagai pengguna narkoba jenis ganja. Karena D akan disibukkan waktunya dengan melakukan kegiatan yang cukup padat, sebagai bentuk pengalihan agar D tidak dapat memiliki waktu luang yang banyak.

5) Relief from suffering, menurut pengakuan D mengenai pembebasan tekanan : “... waktu awal-awal masuk masih kebayang-bayang waktu dipenjara si bang, tapi pas disini lama-lama ilang si bang.”24

Dari pernyataan D, terlihat bahwa D sudah terbebas dari tekanan yang pernah ia dapatkan ketika D berada di penjara. D merasa aman dan nyaman ketika sudah berada di Panti.

Berdasarkan pembahasan evaluasi hasil yang menggunakan indikator dampak, hasil menunjukkan bahwa program, sudah berdampak positif bagi penerima manfaat. Akan tetapi, terdapat kelemahan setelah penerima manfaat keluar dari Rumah Antara, yaitu pada saat penerima manfaat masuk ke dalam asrama reguler, dampak positif yang dirasakan penerima manfaat hanya bersifat sementara, contohnya pada penerima manfaat A, setelah keluar dari Rumah Antara terjadi pelanggaran yang ia lakukan seperti membolos sekolah,

24

tidak melakukan bersih-bersih ketika di asrama, dan pernah melakukan pelecehan kepada penerima manfaat lainnya. Selain itu sering terjadi kasus melarikan diri, seperti pada penerima manfaat D dan W. D melarikan diri pada bulan Juli, beberapa hari kemudian pihak Panti mendapatkan kabar dari orang tua D bahwa D sedang ada di rumah, kemudian esok harinya D kembali ditempatkan di Rumah Antara lagi dan menjalani kegiatan di Rumah Antara seperti pada awal masuk. Kemudian untuk penerima manfaat W juga melarikan pada bulan Agustus, bertepatan pada saat peneliti ingin melakukan terminasi pada penerima manfaat.

Tabel 4.4.

Hasil Evaluasi Program Terapi Psikososial

Indikator Relevan Indikator Efisien Indikator Dampak Evaluasi

Input

Indikator input terdiri dari klien, staff, dan program. Dapat dikatakan relevan :

1.Klien yang dapat diterima di Rumah Antara hanya anak berhadapan dengan hukum yang merupakan rujukan dari Lapas, Masyarakat atau titipan Kejaksaan. 2.Staff, yang memberikan pelayanan rehabilitasi sosial di Rumah Antara yaitu Pekerja Sosial yang sudah mendapatkan

-

-

pelatihan sebelumnya dan mayoritas memiliki latar belakang Kesejahteraan Sosial. 3.Program yang diberikan sudah tepat yaitu Terapi Psikososial, karena Terapi Psikososial bertujuan untuk merubah kepribadian seseorang menjadi lebih baik Evaluasi Proses -

Evaluasi proses dapat dikatakan efisien

karena pada

pelaksanaannya tidak melakukan

pemborosan sumber daya manusia, dan pada saat mau melakukan Terapi Psikososial melihat kondisi mood yang baik pada penerima manfaat agar dalam melaksanakan Terapi Psikososial tidak dalam keadaan tertekan atau terpaksa.

-

Evaluasi Hasil

- -

Hasil dari Terapi Psikososial yaitu perubahan pola pikir menjadi matang, perubahan emosi menjadi stabil, perubahan perilaku menjadi baik, perubahan lingkungan dan pembebasan dari tekanan. Dari hasil tersebut berdampak

positif bagi penerima manfaat

91

Dokumen terkait