SKRIPSI
PENGARUH TINGKAT LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN EFISIENSI TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
Jungjung U M Manurung 060503208
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan
Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun
sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Desember 2012
NIM : 060503208
ABSTRAK
PENGARUH TINGKAT LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN EFISIENSI TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah melihat sejauh mana Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio dan Operation Cost Ratio berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tingkat likuiditas (Loan to Deposit Ratio), solvabilitas (Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio) dan efisiensi (Operation Cost Ratio) secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data diambil dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya Loan to Deposit Ratio yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio dan Operation Cost Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sementara secara simultan seluruh variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
berupa laporan keuangan yang telah diaudit dan dipublikasikan per 31 Desember selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda, uji T dan uji F. Uji T digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
ABSTRACT
INFLUENCE OF LIQUIDITY, SOLVENCY, AND EFFICIENCY’ RATE ON THE PROFIT GROWTH OF BANKING INDUSTRIES THAT WERE LISTING
IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
Formulation of the problem in this research was to see how far Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio and Operation Cost Ratio affect on the growth rate of earnings on banking companies listed in Indonesian Stock Exchange. The purpose of this study was to determine whether the level of liquidity (Loan to Deposit Ratio), solvency (Capital Adequacy Ratio and Debt to Equity Ratio) and efficiency (Operation Cost Ratio) partially or simultaneously affect profit growth.
The data used in this study is secondary data. Data taken from the official website of the Indonesia Stock Exchange is www.idx.co.id
The results showed that only partially Loan to Deposit Ratio has no significant effect on earnings growth, while the Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio and Operation Cost Ratio has a significant effect on profit growth. While simultaneously all variables jointly have a significant effect on profit growth.
in form of financial statements that have been audited and published December 31, during the period from 2009 to 2011. The test data is done using the statistical analysis of multiple linear regression analysis, T test and F test. T test is used to test the effect of independent variables on the dependent variable partially. F test is used to test the effect of the independent variables together on the dependent variable.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas
kelimpahan berkat dan kasih Nya yang membimbing dan memampukan penulis
dengan segala hikmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan
Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia”.
Selama proses penulisan skripsi ini penulis telah banyak menerima
bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan, yaitu kepada:
1. Almarhum Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec dan Bapak Drs. Arifin
Lubis MM, Ak selaku Dekan dan Pelaksana Tugas Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., dan Bapak Drs. Hotmal
Ja’far, M.M., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Abdillah Arif Nasution SE, MSi, Ak selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan pengarahan, saran dan bimbingan yang bermanfaat bagi
penulis selama penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Syahelmi, Msi, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang
meluangkan waktu untuk membaca dan memberikan masukan untuk
menyempurnakan skripsi ini.
6. Orangtua saya yang terkasih, T. Manurung dan N. Marbun yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, perhatian, dukungan moral, dukungan materi,
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Medan, Desember 2012
NIM : 060503208
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 8
2.1.1 Pengertian Bank ... 8
2.1.2 Laporan Keuangan Bank ... 9
2.1.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 10
2.1.4 Pengertian Rasio Keuangan ... 14
2.1.5 Likuiditas ... 16
2.1.6 Solvabilitas ... 17
2.1.7 Efisiensi ... 21
2.1.8 Pertumbuhan Laba ... 22
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26
2.3 Kerangka Konseptual ... 27
2.4 Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Klasifikasi Penelitian ... 31
3.2 Defenisi Operasional ... 31
3.3 Skala Pengukuran Variabel ... 33
3.4 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 33
3.5 Jenis Data ... 36
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 37
3.7 Teknik Analisis ... 37
3.7.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 37
3.7.2 Uji Hipotesis ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 44
4.1.1 Pengujian Normalitas Data ... 44
4.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 48
4.1.4 Uji Autokorelasi ... 49
4.2 Pengujian Hipotesis ... 51
4.2.1 Uji T (Parsial) ... 51
4.2.2 Uji F (Simultan) ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 57
5.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26
3.1 Daftar Populasi Penelitian ... 34
3.2 Daftar Sampel Penelitian ... 36
4.1 Uji Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov ... 46
4.2 Uji Multikolinieritas ... 47
4.3 Uji Durbin-Watson ... 50
4.4 Uji T ... 52
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 29
4.1 Pengujian Normalitas Data Dengan Histogram ... 44
4.2 Uji Normalitas Dengan P-Plot ... 45
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Tabel Pemilihan Sampel Berdasarkan Kriteria ... 62
2 Data Variabel Penelitian Loan to Deposit Ratio ... 63
3 Data Variabel Penelitian Capital Adequacy Ratio ... 64
4 Data Variabel Penelitian Debt to Equity Ratio ... 65
5 Data Variabel Penelitian Operating Cost Ratio ... 66
6 Data Variabel Penelitian Pertumbuhan Laba ... 67
7 Grafik Histogram ... 68
8 Grafik P-P plot ... 68
9 Tabel Uji Kolmogorov-Smirnov ... 69
10 Uji Multikolinieritas ... 69
11 Gambar Scatterplot... 70
12 Tabel Durbin-Watson ... 70
13 Tabel Uji T ... 71
ABSTRAK
PENGARUH TINGKAT LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN EFISIENSI TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah melihat sejauh mana Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio dan Operation Cost Ratio berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tingkat likuiditas (Loan to Deposit Ratio), solvabilitas (Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio) dan efisiensi (Operation Cost Ratio) secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data diambil dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya Loan to Deposit Ratio yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio dan Operation Cost Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sementara secara simultan seluruh variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
berupa laporan keuangan yang telah diaudit dan dipublikasikan per 31 Desember selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda, uji T dan uji F. Uji T digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
ABSTRACT
INFLUENCE OF LIQUIDITY, SOLVENCY, AND EFFICIENCY’ RATE ON THE PROFIT GROWTH OF BANKING INDUSTRIES THAT WERE LISTING
IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
Formulation of the problem in this research was to see how far Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio and Operation Cost Ratio affect on the growth rate of earnings on banking companies listed in Indonesian Stock Exchange. The purpose of this study was to determine whether the level of liquidity (Loan to Deposit Ratio), solvency (Capital Adequacy Ratio and Debt to Equity Ratio) and efficiency (Operation Cost Ratio) partially or simultaneously affect profit growth.
The data used in this study is secondary data. Data taken from the official website of the Indonesia Stock Exchange is www.idx.co.id
The results showed that only partially Loan to Deposit Ratio has no significant effect on earnings growth, while the Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio and Operation Cost Ratio has a significant effect on profit growth. While simultaneously all variables jointly have a significant effect on profit growth.
in form of financial statements that have been audited and published December 31, during the period from 2009 to 2011. The test data is done using the statistical analysis of multiple linear regression analysis, T test and F test. T test is used to test the effect of independent variables on the dependent variable partially. F test is used to test the effect of the independent variables together on the dependent variable.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan
demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama
perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat
serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang
kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian
stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan
dan dapat dipertanggungjawabkan (Sumber : Booklet Perbankan Indonesia 2012).
Adapun pengertian bank menurut Undang-undang Perbankan No.10
Tahun 1998 adalah sebagai berikut : “Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Industri perbankan di Indonesia dalam perkembangannya telah mengalami
pasang surut. Salah satu hambatan yang terjadi pada dunia perbankan Indonesia
perbankan Indonesia menghadapi sejumlah permasalahan mendasar. Masalah
tersebut meliputi lemahnya corporate governance, buruknya manajemen risiko,
besarnya eksposur pinjaman valuta asing, tingginya kredit bermasalah (
non-performing loans) yang timbul akibat pemberian pinjaman yang tidak berhati-hati
khususnya kepada kelompok bisnis terkait dan sektor properti, serta adanya
pinjaman luar negeri sektor swasta dalam jumlah besar.
Pertengahan tahun 2008, Indonesia kembali mengalami krisis ekonomi
yang berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan
(subprime mortgage default) di Amerika Serikat (AS), krisis kemudian
menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di AS namun meluas
hingga ke Eropa lalu ke Asia. Secara beruntun menyebabkan effect domino
terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara negara
tersebut, yang antara lain menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan
sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi. Krisis kemudian merambat ke
belahan Asia terutama negara-negara Asia seperti Jepang, Korea, China,
Singapura, Hongkong, Malaysia, Thailand termasuk Indonesia yang kebetulan
sudah lama memiliki surat-surat beharga perusahaan-perusahaan tersebut.
Adapun krisis tersebut membuat kehancuran pada sektor perusahaan
perbankan di Indonesia, baik bank milik pemerintah maupun bank milik swasta
nasional. Pada saat krisis terjadi banyak sekali bank yang tidak mampu bertahan
akibat mengalami negative spread yang parah hingga meminuskan modal bank.
Melihat keadaan krisis ekonomi yang terjadi saat itu, kepercayaan masyarakat
masyarakat secara besar – besaran (bank rush). Implikasi yang muncul adalah
menurunnya minat calon investor terhadap saham perbankan.
Menelaah pada pengalaman tersebut, industri perbankan maupun juga
pemerintah Indonesia harus memperbaiki kinerjanya masing-masing agar bank
yang merupakan urat nadi bagi perekonomian suatu negara dapat memperbaiki
citra dan kepercayaan masyarakat dan calon investor. Dengan demikian
masyarakat akan kembali menaruh kepercayaan dengan menabungkan kembali
uang mereka pada bank dan investor juga mau menanamkan modal mereka
kepada industri perbankan di Indonesia. Untuk memperbaiki serta mengontrol
kinerja bank di Indonesia. Pemerintah melalui Bank Indonesia mengeluarkan
peraturan mengenai tingkat kesehatan yang harus dipenuhi oleh industri
perbankan. Hal ini penting untuk diperhatikan karena salah satu faktor penting
yang mendukung sistem perbankan yang kuat, berkualitas, tetap berlandaskan
pada prinsip terpercaya, dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking
regulation dengan baik adalah terwujudnya bank yang sehat. Peraturan yang
dikeluarkan tersebut adalah Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004
tanggal 12 April 2004 tentang Sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
menetapkan bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara
triwulanan. Adapun yang menjadi tolok ukur dasar penilaian kesehatan bank
umum adalah penilaian faktor CAMELS yaitu permodalan (capital), kualitas aset
(asset quality), manajemen (management), rentabilitas (Earnings), likuiditas
Pada faktor permodalan, industri perbankan di Indonesia tidak semuanya
dapat dikatakan memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Faktor permodalan dihitung tingkat kesehatannya menggunakan
tingkat solvabilitas. Pada penelitian ini tingkat solvabilitas industri perbankan
diwakili oleh Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio. Bank Indonesia
telah menaikkan bobot CAR yang pada awalnya hanya 4% menjadi 8% yang
berlaku sejak tahun 2001. Kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan lancar
apabila bank tersebut memiliki modal yang cukup sehingga pada saat-saat kritis,
bank tetap dalam posisi aman karena memiliki cadangan modal di Bank
Indonesia. Pada akhir tahun 2010 Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban
penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar Rp.100 Milyar.
Faktor likuiditas juga merupakan faktor yang penting guna mewujudkan
industri perbankan yang sehat. Menurut Munawir (2002:31), “likuiditas adalah
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”. Pada penelitian ini untuk
mengukur likuiditas bank digunakan rasio keuangan Loan to Deposit Ratio. Pada
tahun 2004, kinerja sektor perbankan di Indonesia menunjukkan trend yang
membaik, tercermin dari meningkatnya loan to deposite ratio. Peningkatan LDR
ini memicu minat investor menanamkan modalnya pada perbankan di indonesia.
Tingkat efisiensi dan efektivitas operasional suatu bank juga penting untuk
menilai tingkat kesehatan bank. Dimana melalui tingkat efisiensi dapat dilihat
dikeluarkannya guna memperoleh pendapatan yang lebih maksimal. Pada
penelitian ini untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas operasional bank
digunakan rasio keuangan Operation Cost Ratio. Operation Cost Ratio (OCR)
adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional.
Artinya, semakin rendah OCR berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam
mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka
keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
Dengan menggunakan rasio–rasio tersebut di dalam melakukan penilaian
kesehatan perbankan maka akan dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang
dimiliki masing-masing perusahaan perbankan, sehingga akan menjadi suatu
informasi yang sangat berharga bagi pihak–pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan pertimbangan perumusan masalah di atas, penulis merasa tertarik
untuk membuat suatu penelitian tentang tentang “Pengaruh Tingkat Likuiditas,
Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini merupakan
penelitian empiris yang dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dan mengeluarkan laporan keuangan sejak tahun 2009
sampai dengan tahun 2011.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
tingkat likuiditas (Loan to Deposit Ratio), solvabilitas (Capital Adequacy Ratio
maupun simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tingkat
likuiditas (Loan to Deposit Ratio), solvabilitas (Capital Adequacy Ratio dan Debt
to Equity Ratio) dan efisiensi (Operation Cost Ratio) secara parsial maupun
simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila suatu saat dimintai pendapat
atau diminta masukan mengenai Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi
Terhadap Pertumbuhan Laba,
2. bagi perusahaan, sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak
perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya,
3. bagi peneliti lainnya, sebagai bahan masukan dan sumber informasi dalam
melakukan penelitian selanjutnya sehingga hasilnya dapat lebih baik dari
penelitian terdahulu,
4. bagi manajemen bank, untuk memberikan masukan dan sumbangan pemikiran
dalam menjaga tingkat kesehatan bank dengan memperhatikan likuiditas,
5. bagi investor, sebagai tambahan masukan guna membantu investor dalam
pengambilan keputusan apabila investor ingin menanamkan modalnya pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Bank
Bank merupakan mitra dalam rangka memenuhi semua kebutuhan
masyarakat. Bank dijadikan tempat untuk melakukan transaksi yang berhubungan
dengan keuangan seperti tempat mengamankan uang, melakukan investasi
pengiriman uang, melakukan pembayaran atau melakukan penagihan. Bank secara
sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke
masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. (Kasmir 2004: 11)
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud
dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.”.
Sementara itu, menurut PSAK No.31 (2004;31.1), bank didefinisikan
sebagai :
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bank
merupakan lembaga keuangan yang tugas utamanya adalah menghimpun dan
menyalurkan dana. Sedangkan kegiatan bank lainnya seperti memberikan jasa
bank hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas.
Perbankan adalah segala yang menyangkut tentang bank, yang mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan
usahanya. Perusahaan perbankan adalah salah satu industri yang ikut berperan
serta dalam perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, di samping industri
lainnya seperti industri manufaktur, pertanian, pertambangan, properti, dan
lain-lain.
2.1.2 Laporan Keuangan Bank
Dalam suatu kegiatan usaha, si pelaku usaha baik perorangan maupun
badan usaha haruslah memiliki laporan dari kegiatan usahanya. Laporan dari
kegiatan usaha tersebut adalah laporan keuangan. Begitu pula dengan bank, bank
memiliki laporan keuangan bank. Laporan keuangan ini bertujuan untuk
memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen,
maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan.
Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari Neraca dan Perhitungan
Laba Rugi serta Laporan Perubahan Modal. Tetapi dalam prakteknya sering
keterangan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas
serta daftar lainnya.
Laporan keuangan bank dapat menunjukkan kondisi keuangan bank secara
keseluruhan. Dari laporan ini akan diketahui bagaimana kondisi bank yang
sesungguhnya, kondisi yang dimaksud dapat berupa kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama
periode tertentu, sehingga pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang
ada serta mempertahankan kekuatan yang dimiliki. Laporan keuangan bank
memuat informasi jumlah kekayaan dan jenis-jenis kekayaan oleh bank. Didalam
laporan keuangan juga tergambar kewajiban jangkan pendek maupun jangka
panjang serta ekuitas yang dimilikinya, informasi ini dimuat dalam laporan
keuangan yang disebut neraca. Laporan keuangan juga memberikan informasi
tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan
biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut.
Informasi ini akan termuat dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga
memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan
arus kas (Kasmir, 2004:239).
2.1.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui
Penilaian Kuantitatif dan atau Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor
permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas
merupakan hal yang paling penting di dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat
akan meningkatkan kemampuan kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula
dengan perbankan harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam
melayani para nasabahnya. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank
tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat,
sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat
memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau
bahkan dihentikan kegiatan operasinya.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun
2004 mengenai tingkat kesehatan perbankan adalah hasil penilai kuantitatif dan
atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset,
manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar
(CAMELS). Sementara untuk Kantor Cabang Bank Asing penilaian hanya
dilakukan pada faktor Kualitas aset dan manajemen. Menurut Siamat (2005:208)
Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan
proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Sedangkan penilaian kualitatif berkaitan
dengan penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penelitian
kuantitatif, penerapan manajemen resiko, dan kepatuhan bank.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/10/PBI/2004 pasal 3,
Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor
1. Permodalan (capital)
Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan
serta kemampuan permodalan bank dalam mengcover aset bermasalah
b. kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.
2. Kualitas aset (asset quality)
Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut :
a. kualitas aset produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit, perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
b. kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
3. Manajemen (management)
Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen resiko
b. kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
4. Rentabilitas (earning)
Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. pencapaian Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE),
Net Interest Margin (NIM), dan tingkat efisiensi bank
b. perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba operasional.
5. Likuiditas (liquidity)
Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan
to Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi pendanaan
b. kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities Management/ALMA), akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan.
6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk)
Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut :
a. kemampuan modal bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar
Hasil dari perhitungan faktor-faktor CAMELS tersebut ditetapkan dalam
takaran peringkat komposit. Peringkat komposit adalah peringkat akhir hasil
penilaian tingkat kesehatan bank.peringkat komposit tingkat kesehatan bank
ditetapkan berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap
peringkat setiap faktor dengan memperhatikan materialitas dan signifikansi
masing-masing faktor. Menurut Siamat (2005:217), “peringkat komposit adalah
peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank. Penentuan peringkat
komposit ini dilakukan dengan menetapkan peringkat setiap komponen
berdasarkan perhitungan dan analisis”.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/Pbi/2011 Tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum pasal 9, peringkat komposit di bagi ke
dalam lima kategori:
1. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
2. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. 3. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
4. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
2.1.4 Pengertian Rasio Keuangan
Laporan keuangan yang dilaporkan oleh perusahaan memuat seluruh
aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas
yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut dituangkan dalam angka-angka,
baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing.
Angka-angka dalam laporan keuangan ini akan memberikan lebih apabila kita
bandingkan dengan angka yang lainnya, antara satu komponen dengan komponen
yang lainnya. Perbandingan inilah yang disebut analisis rasio keuangan.
Pengertian rasio keuangan menurut Horne merupakan indeks yang
menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka
dengan angka yang lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi
kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka yang lainnya. Perbandingan dapat dilakukan
antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau
antarkomponen yang ada diantara laporan keuangan. Kemudian angka yang
diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa
periode. Analisi rasio keuangan dapat digolongkan dalam tiga rasio yaitu rasio
neraca, rasio laporan laba rugi dan rasio antarlaporan.
Mengadakan analisis terhadap hubungan dari berbagai pos dalam suatu
laporan keuangan merupakan dasar untuk bisa menginterpretasikan kondisi
interpretasi tersebut tentunya seorang analisis memerlukan suatu ukuran. Ukuran
yang umum digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan dibidang keuangan
adalah analisis keuangan. Rasio merupakan alat yang digunakan dalam artian
relative maupun absolute untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang
satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan (Alwi, 1994:107).
Pengertian lain tentang rasio keuangan menurut Riyanto (2001:329) adalah rasio
merupakan alat yang dinyatakan dalam arithmaticalterm yang dapat dipergunakan
untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial.
Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada
laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan
dapat diinterpretasikan. Menurut Simamora (2000 : 822) “rasio merupakan
pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan
perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil – hasil dari tahun – tahun
sebelumnya atau perusahaan lain”.
Menurut Riyadi (2004:137), “rasio keuangan adalah hasil perhitungan
antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan
secara numerik, baik dalam persentase atau kali”. Hasil perhitungan rasio ini dapat
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan
dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode
2.1.5 Likuiditas
Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Artinya apabila bank ditagih, bank akan mampu untuk memenuhi utang tersebut
terutama utang yang telah jatuh tempo. Dengan kata lain, bank dapat membayar
kembali pencairan dana para deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi
permintaan kredit yang telah diajukan.
Menurut Munawir (2002:31), “likuiditas adalah menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih”. Pada penelitian ini untuk mengukur likuiditas bank
digunakan rasio keuangan Loan to Deposit Ratio (LDR)
- Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan
modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan dari
masyarakat. Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas dari suatu bank.
Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin rendah likuiditas bank yang
bersangkutan. Namun, bank tersebut cukup aktif dalam menyalurkan dana kepada
masyarakat, sehingga dananya produktif dalam menambah pendapatan dan
menghasilkan laba.
Menurut Dendawijaya (2005:116) Loan to Deposit Ratio (LDR)
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang
dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait resiko apabila
sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat
mengembalikan dana yang dipinjamnya. Sebaliknya, apabila bank tidak
menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena resiko karena hilangnya
kesempatan untuk memperoleh keuntungan, batas minimum pinjaman yang
diberikan bank adalah 80% dan maksimum 110%.
Loan to deposit ratio merupakan perbandingan antara besarnya kredit
yang diberikan oleh bank terhadap besarnya jumlah simpanan atau dana pihak
ketiga yang diperoleh suatu bank.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
x
100%
Equity
Deposit
Total
Loans
Total
LDR
+
=
2.1.6 Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan kewajiban. Artinya seberapa besar
beban kewajiban yang dapat ditangggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Dalam arti luas dapat dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya,
baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan.
Dengan melakukan analisis rasio solvabilitas perusahaan akan mengetahui rasio
solvabilitas, manajer keuangan dapat mengambil tindakan atau kebijakan yang
dianggap perlu guna menyeimbangkan penggunaan modal. Dari rasio solvabilitas
ini, kinerja manajemen selama ini akan terlihat apakah sesuai dengan tujuan
perusahaan atau tidak. Kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka
panjang sebuah perusahaan yang dilikuidasi dapat ditutupi dengan penumpukan
laba ditahan yang diperoleh perusahaan tersebut dari laba setiap tahunnya. Tingkat
solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio
dan Debt to Equity Ratio.
- Capital Adequacy Ratio (CAR)
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia menetapkan
CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu
dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari aktiva
tertimbang menurut resiko (ATMR). ATMR adalah nilai total masing-masing
aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot resiko aktiva tersebut.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No 10/15/PBI/2008, kewajiban penyediaan
modal minimum ini adalah sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
(ATMR). Angka rasio CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal
8%, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah 8% berarti bank tersebut tidak
mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank,
kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut semakin
solvable. Dengan semakin meningkatnya tingkat solvabilitas bank, maka secara
kerugian-kerugian yang ditanggung bank dapat diserap oleh modal yang dimiliki
bank tersebut.
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu rasio perbankan
yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan suatu bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan menghadapi kemungkinan resiko
yang terjadi di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.
Modal bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan
dana bank, tetapi juga posisi modal akan mempengaruhi keputusan-keputusan
manajemen dalam pencapaian laba dan kemungkinan timbulnya resiko.
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka
pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian. Semakin tinggi nilai CAR
suatu bank maka semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi aset-aset
bank yang bermasalah. Secara sistematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut :
x100%
ATMR
Pelengkap Modal
Inti Modal
CAR = +
Komponen modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.
Modal inti yang harus dipertahankan oleh bank terdiri dari modal disetor, agio
saham, modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, saldo laba, laba
tahun lalu, dan laba tahun berjalan. Sedangkan modal pelengkap yang dimaksud
terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva
produktif, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi. Fungsi dari modal
1. sebagai ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian
yang tidak dapat terhindarkan
2. sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan-kegiatan
usahanya sampai batas-batas tertentu, karena sumber-sumber dana tertentu
dapat juga berasal dari penjualan aset-aset yang tidak terpakai, dan lain-lain
3. sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan
yang dimiliki oleh pemegang sahamnya
4. dengan modal yang mencukupi memungkinkan bagi manajemen bank yang
bersangkutan untuk bekerja dengan tingkat efisiensi yang tinggi seperti yang
dikehendaki oleh pemilik modal pada bank tersebut.
- Debt to Equity Ratio (DER)
“Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva
perusahaan dibiayai dari kewajiban”. (Kasmir 2008:157). Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan.
Dengan kata lain, rasio Debt to Equity Rasio berfungsi untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Bagi bank, semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan
karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin
terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan
semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat
pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi
Equity Ratio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko
keuangan perusahaan.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
100%
x
Ekuitas
Total
Kewajiban
Total
DER
=
Debt to Equity Ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda,
tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan
arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang
kurang stabil.
2.1.7 Efisiensi
Pada penelitian ini untuk mengukur efisiensi bank digunakan rasio
keuangan Operation Cost Ratio.
- Operation Cost Ratio (OCR)
Menurut Dendawijaya (2005) Operation Cost Ratio digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Operation Cost Ratio atau rasio efisiensi digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan.
Operation Cost Ratio (OCR) adalah perbandingan antara biaya
operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah OCR berarti
semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya,
dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
% 100 l Operasiona Pendapatan
l Operasiona Biaya
OCR = ×
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban
bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah
penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional
lainnya.
2.1.8 Pertumbuhan Laba
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas
biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai
suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan dividen, pedoman investasi serta
pengambilan keputusan dan unsur prediksi. Laba merupakan elemen yang paling
menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk
merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi
perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar
saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan
biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat
diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba
operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih. Pengukuran laba bukan saja
penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai
informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena
pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya.
Hal ini menyebabkan adanya berbagai definisi untuk laba.
Menurut Harahap (2005:263) laba merupakan angka yang penting dalam
laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam
perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan
pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi
perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan
penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam
penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Chariri dan Ghozali (2003:214) menyebutkan bahwa laba memiliki
beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
a. laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,
b. laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi
perusahaan pada periode tertentu,
c. laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman
khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan,
d. laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang
dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan
e. laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan
biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Berdasarkan kajian diatas sangat penting untuk dilakukan analisis terhadap
laba. Analisis terhadap laba dapat dilakukan dengan cara melihat seberapa besar
laba maka akan diketahui apakah laba tersebut bertumbuh atau berkurang.
Pertumbuhan laba adalah salah satu hal yang diharapkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Pertumbuhan laba menandakan bahwa kinerja perusahaan
membaik dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pertumbuhan laba
menandakan bahwa manajemen perusahaan mampu memaksimalkan lebih sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan atau manajemen perusahaan mampu
meminimalkan biaya yang dikeluarkan dalam mengoperasikan sumber daya yang
ada. Dengan mengindikasikan ’X’ sebagai laba satu tahun, dan ’n’ sebagai
periode dari suatu tahun, maka tingkat pertumbuhan laba dapat dihitung dengan
rumus:
100
%
1
x
X
X
X
n n n+
−
Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Besarnya perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
2. Umur perusahaan. Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
3. Tingkat leverage. Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
4. Tingkat penjualan. Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.
5. Perubahan laba masa lalu. Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
Menurut Angkoso (2006) ada dua macam analisis untuk menentukan
fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan
perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan
mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik
investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan
sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang
akan diperoleh dari investasi dan risiko yang harus ditanggung. Analisis
fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu
perusahaan yang sering disebut dengan company analysis. Data yang digunakan
adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan
keuangan yang sebenarnya pada saat dianalisis. Dalam company analysis para
analis akan menganalisis laporan keuangan perusahaan, salah satunya dengan
rasio keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan
laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor fundamental yang
mempengaruhi pertumbuhan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan
kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan.
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau
catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk
memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati
perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan rasio-rasio penilaian
[image:39.595.107.519.210.754.2]tingkat kesehatan bank dan pertumbuhan laba terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel
penelitian Metode Analisis Hasil penelitian Jefry C. Pasaribu Pengaruh Tingkat Solvabilitas, Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BursaEfek
Indonesia
Independen: • Capital
Adequacy Ratio (CAR) • Debt to
Equity Ratio
(DER) • Operation
Cost Ratio
(OCR) • Loan to
Deposit Ratio (LDR)
Dependen: • Pertumbuha n Laba. Analisis Regresi Berganda, Uji t, dan Korelasi Parsial Sederhana. Capital Adequacy Ratio (CAR),
Debt to Equity Ratio (DER),
Operation Cost Ratio (OCR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat Pertumbuhan Laba. Rikky Gusmanto Turnip 2009 Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) Dan Capital
Adequacy Ratio (CAR)
Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
Independen:
• Loan to
Deposit Ratio (LDR) • Capital
Adequacy Ratio (CAR)
Dependen: • Pertumbuha n Laba. Analisis Regresi Berganda, Uji t, dan Uji f
Loan To Deposit Ratio (LDR),
Reynaldo Hamonangan Simanjuntak 2009 Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non
Performing Loan, Operating
Ratio, dan
Loan to Deposit Ratio
Terhadap
Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Independen: • Capital
Adequacy Ratio (CAR) • Debt to
Equity Ratio
(DER) • Non
Performing Loan (NPL) • Operating
Ratio
• Loan to Deposit Ratio (LDR)
Dependen: • Return On
Equity
(ROE)
Analisis Regresi
Berganda, Uji t, dan Uji f
Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non
Performing Loan,
Operating Ratio, dan
Loan to Deposit Ratio berpengaruh negatif terhadap Return on Equity
2.3 Kerangka Konseptual
Dalam melihat hubungan antara berbagai variabel, kerangka konseptual
akan membantu menggambarkan hubungan yang dimiliki dari variabel yang ingin
diketahui. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel–variabel
penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Erlina (2008:28)
pengertian dari kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor–faktor yang penting yang telah
diketahui dalam suatu masalah tertentu.
Dalam hal penilaian kesehatan, bank yang sehat adalah bank yang tingkat
LDR-nya tinggi. Ini berarti bank cukup aktif dalam menyalurkan kredit kepada
Faktor permodalan juga sangat penting dalam menjalankan kegiatan
operasional bank untuk menunjang kebutuhannya. Begitu pula dengan kualitas
yang baik dari pihak manajemen dalam pengelolaan kegiatan perbankan sehingga
dapat menghasilkan pendapatan yang akan berpengaruh pada tingkat laba. Dengan
pengelolaan yang baik, suatu bank akan terus meningkatkan modalnya disertai
dengan memperhatikan indikator kesehatan permodalan, yaitu CAR. Apabila
CAR tinggi, maka bank pun akan leluasa memberikan kredit kepada masyarakat,
dimana dengan pemberian kredit tersebut, bank akan memperoleh pendapatan
bunga yang akan menyebabkan laba ikut meningkat.
Kasmir (2008:157) mengatakan bahwa Debt to Equity Ratio berguna
untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik
perusahaan. Dengan kata lain, rasio Debt to Equity Rasio berfungsi untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang”.
Semakin tinggi DER maka modal yang digunakan untuk menutupi hutang
perusahaan akan semakin besar dan secara tidak langsung akan mengurangi
jumlah modal yang akan digunakan untuk kredit yang nantinya akan mengurangi
laba.
Operation Cost Ratio atau rasio efisiensi digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Artinya, semakin rendah
mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka
keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
Mengacu kepada dasar dan landasan teori, serta penelitian terdahulu yang
telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual
sebagai berikut:
H1
H2
H3
H4
[image:42.595.141.478.242.560.2]H5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008:41) hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris. Hipotesis merupakan dugaan atau
jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui
analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan
LDR
CAR
DER
OCR
Pertumbuhan Laba
penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual di atas, maka
hipotesis penelitian ini adalah:
H1 : Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara parsial terhadap
pertumbuhan laba.
H2 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara parsial terhadap
pertumbuhan laba.
H3 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara parsial terhadap
pertumbuhan laba.
H4 : Operation Cost Ratio (OCR) berpengaruh secara parsial terhadap
pertumbuhan laba.
H5 : Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt
to Equity Ratio (DER), dan Operation Cost Ratio (OCR)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Klasifikasi Penelitian
Dikarenakan keberagaman penelitian yang sangat luas, peneliti akan
sangat terbantu jika dilakukan pengklasifikasian penelitian yang dibedakan
berdasarkan tujuan dan fungsinya. Pengklasifikasian penelitian ini akan
membantu pemahaman terhadap karakter permasalahan, yang akan
mempermudah peneliti menganalisis serta memilih metode penelitian yang sesuai
untuk masalah penelitian yang sedang dihadapi.
“Penelitian ini diklasifikasikan sebagai penelitian sebab akibat (causal
research). Penelitian sebab akibat ini bertujuan menguji hipotesis dan merupakan
penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel.
Dengan kata lain, tujuan utama penelitian ini adalah mengidentifikasikan
hubungan sebab akibat antara berbagai variabel.” (Erlina, 2008; 21)
3.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional dapat dikatakan sebagai pendefenisian konsep secara
operasional dimana defenisi operasional menjelaskan karakteristik dari objek ke
dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat
diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian. Didalam defenisi operasional,
setiap konsep variabel yang digunakan dalam penelitian harus memiliki defenisi
Definisi operasional pada penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas (independen =X)
1) Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to deposit ratio dihitung dengan perbandingan antara jumlah kredit
yang diberikan dengan jumlah simpanan atau dana pihak ketiga yang
diterima, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
x100%
Equity
Deposit
Total
Loans
Total
LDR
+
=
2) Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital adequacy ratio dihitung dengan membandingkan total kewajiban
penyediaan modal minimum dengan aktiva tertimbang menurut risiko,
yangdapat dihitung dengan menggunakan formula:
100%
x
ATMR
Pelengkap
Modal
Inti
Modal
CAR
=
+
3) Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio dihitung dengan perbandingan antara jumlah hutang
dengan jumlah equity, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
100%
x
Ekuitas
Total
Kewajiban
Total
DER
=
4) Operation Cost Ratio (OCR)
Operation cost ratio dihitung dengan membandingkan total biaya
operasional dengan pendapatan operasional, yang dapat dihitung dengan
% 100 l Operasiona Pendapatan
l Operasiona Biaya
OCR = ×
b. Variabel Terikat (Dependent =Y)
Dalam penelitian ini, yang menjadi variable terikat adalah pertumbuhan
laba. Pertumbuhan laba merupakan selisih antara laba satu tahun dengan
laba tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini dinyatakan dalam persen.
Tingkat pertumbuhan laba dapat dihitung dengan rumus:
100
%
1
x
X
X
X
n n n+
−
dimana ’X’ diindikasikan sebagai laba satu tahun, dan ’n’ diindikasikan
sebagai periode dari suatu tahun.
3.3 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel pada penelitian ini adalah skala rasio. Menurut
Erlina (2008; 59), skala rasio adalah skala pengukuran yang menunjukkan
kategori, peringkat, jarak, dan perbandingan variabel yang diukur. Skala rasio
menggunakan nilai absolut sehingga memperbaiki skala interval yang
menggunakan nilai relatif.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa
orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu. (Erlina, 2008;
Menurut Sugiyono (2004: 72) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.
Didalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah industri perbankan
yang terdaftar atau listing di Bursa Efek Indonesia. Jumlah perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 ada sebanyak 32
[image:47.595.146.484.303.747.2]perusahaan.
Tabel 3.1
Daftar Populasi Penelitian
No Kode Nama Emiten
1 AGRO Bank Agroniaga Tbk.
2 BABP Bank ICB Bumiputera Tbk Tbk. 3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 4 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk. 5 BBCA Bank Central Asia Tbk. 6 BBKP Bank Bukopin Tbk.
7 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 8 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 9 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 11 BCIC Bank Mutiara Tbk
12 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 13 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk
14 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
15 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk 16 BKSW Bank QNB Kesawan Tbk Tbk
17 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 18 BNBA Bank Bumi Arta Tbk
19 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk Tbk 20 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 21 BNLI Bank Permata Tbk
22 BSIM Bank Sinarmas Tbk
23 BSWD Bank of India Indonesia Tbk
24 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 25 BVIC Bank Victoria International Tbk
28 MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk Tbk 29 MEGA Bank Mega Tbk
30 NISP Bank OCBC NISP Tbk Tbk 31 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
32 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi. (Erlina, 2008; 75). Dari keterangan populasi diatas dapat
dikatakan bahwa sampel yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah
bagian dari perusahaan-perusahan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia. Bagian dari populasi yang digunakan dalam penelitian ini dipilih
berdasarkan purposive sampling (sampling bertujuan). Purposive sampling adalah
pengambilan sampel yang didasarkan suatu kriteria tertentu yang ditentukan oleh
sang peneliti untuk mendapatkan sampling yang memadai dan valid.
Adapun kriteria sampel yang dijadikan peneliti sebagai pertimbangan
dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan industri perbankan yang masih terdaftar di BEI pada tahun
2009 sampai dengan akhir tahun 2011,
2. Perusahaan tersebut memberikan laporan keuangan yang lengkap dan
audited kepada BEI selama tahun 2009 sampai dengan akhir tahun 2011,
Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh banyaknya sampel yaitu 26
perusahaan perbankan yang diperlihatkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
No Kode Nama Emiten Tanggal Listing
1 AGRO Bank Agroniaga Tbk. 08 Agustus 2003
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 04 Oktober 2007 3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk. 08 Januari 2008
4 BBCA Bank Central Asia Tbk. 31 Mei 2000
5 BBKP Bank Bukopin Tbk. 10 Juli 2006
6 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 25 November 1996 7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 10 Januari 2001 8 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 November 2003 9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17 Desember 2009
10 BCIC Bank Mutiara Tbk 25 Juni 1997
11 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan 08 Juli 2009
12 BKSW Bank QNB Kesawan Tbk Tbk 21 November 2002 13 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14 Juli 2003
14 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 31 Desember 2009
15 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk Tbk 29 November 1989
16 BNLI Bank Permata Tbk 15 Januari 1990
17 BSWD Bank of India Indonesia Tbk 01 Mei 2002 18 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 12 Maret 2008 19 BVIC Bank Victoria International Tbk 30 Juni 1999 20 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 29 Agustus 1990 21 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk 29 Agustus 1997 22 MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk 03 Juli 2007
23 MEGA Bank Mega Tbk 17 April 2000
24 NISP Bank OCBC NISP Tbk Tbk 20 Oktober 1994 25 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 29 Desember 1982 26 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 15 Desember 2006
3.5 Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Menurut
Indriantoro dan Supomo (2002:147), “Data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Penelitian ini menggunakan kombinasi antara data time series dan cross
section atau sering disebut dengan pooling data. Data time series atau disebut juga
data deret waktu merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang
didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan,
bulanan, atau tahunan.Sementara itu, data cross section atau sering disebut data
satu waktu merupakan sekumpulan data suatu fenomena tertentu dalam satu kurun
waktu saja.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari data–data yang ada
dalam objek penelitian. Data penelitian ini diperoleh dari internet melalui situs
Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id berupa laporan keuangan yang telah
diaudit dan dipublikasikan per 31 Desember selama periode tahun 2009 sampai
dengan tahun 2011.
3.7 Teknik Analisis
3.7.1 Pengujian Asumsi Klasik
Peneliti menggunakan uji asumsi klasik terlebih dahulu untuk menentukan
apakah distribusi data normal, sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian
a. Pengujian Normalitas Data
Menurut Ghozali (2005:110), “uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal”. Jika nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Menurut Ghozali
(2005:110), ”cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Normalitas dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik
dengan melihat histogram dari residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya
adalah :
1) jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas,
2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah
uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali
(2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis :
Ho : data residual berdistribusi normal
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
Signifikansi >0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan Ho
dan Ha dit