• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBAIKAN SISTEM USAHA TANI DAN KUALITAS LINGKUNGAN DENGAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK PADI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBAIKAN SISTEM USAHA TANI DAN KUALITAS LINGKUNGAN DENGAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK PADI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

diajukan oleh

Ir. Agus Nugroho Setiawan, MP.

kepada Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UMY

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PEBRUARI 2008

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KOMPETENSI

PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

PERBAIKAN SISTEM USAHA TANI

DAN KUALITAS LINGKUNGAN DENGAN

SISTEM PERTANIAN ORGANIK PADI

disusun oleh :

Ir. Agus Nugroho Setiawan, MP / 133012

Sri Nabawiyati Nurul Makiyah, S.Si.,M.Kes / 173005

LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN, PENELITIAN DAN MASYARAKAT (LP3M) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah swt. atas rahmat dan hidayah–Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan pengabdian masyarakat dan menyusun laporannya yang berjudul “Perbaikan Sistem Usaha Tani dan Kualitas Lingkungan Dengan Sistem Pertanian Organik Padi di Kecamatan Gamping Bantul”

Laporan pengabdian masyarakat ini disusun berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan selama 5 bulan di Kecamatan Gamping, Sleman, DIY yang dibiayai oleh LP3M UMY Tahun Anggaran 2009/2010 dengan Nomor Kontrak 452/LP3M-UMY/IV/2010.

Dalam pelaksanaan program dan penyusunan laporan pengabdian masyarakat ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat : 1. Kepala LP3M UMY beserta staf yang telah yang telah memberikan kesempatan

dan bantuan dana kegiatan sehingga pengabdian masyarakat ini dapat terselesaikan, 2. Pimpinan Fakultas dan Kepala Laboratorium Fakultas Pertanian UMY yang telah

membantu menyediakan tempat kegiatan dan peralatan untuk pelaksanaan program, 3. Pemerintah Dusun Mejing Kidul dan Kelompok Tani Norokismo yang telah

memberikan arahan dan berpartisipasi pelaksanaan program di lapangan,

4. dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu sejak perencanaan sampai evaluasi hasil pengabdian masyarakat.

Penulis menyadari bahwa program pengabdian masyarakat dan laporan ini masih banyak kekurangannya, namun Penulis berharap semoga program pengabdian masyarakat dapat bermanfaat bagi pengembangan bidang pertanian pada umumnya dan petani pada khususnya.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...ii

PRAKATA...iii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR...v

DAFTAR LAMPIRAN...vi

I. PENDAHULUAN...1

A. Analisis Situasi...1

B. Permasalahan Mitra...2

C. Solusi Yang Ditawarkan...3

D. Target Luaran...3

II. PELAKSANAAN KEGIATAN...4

A. Pertemuan Koordinasi...4

B. Penyuluhan...4

B. Pelatihan...7

C. Pendampingan...10

III. SIMPULAN DAN SARAN...11

A. Simpulan...11

B. Saran...11

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Foto kegiatan penyuluhan tentang budidaya padi secara IPAT...5

Gambar 2. Foto kegiatan penyuluhan tentang pembuatan pupuk organik...7

Gambar 3. Foto bahan baku pembuatan pupuk organik (jerami dan pupuk kandang)...8

Gambar 4 . Foto penyiapan larutan dekomposer dalam pembuatan pupuk organik ...8

Gambar 5. Foto proses pembuatan pupuk organik ...9

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Biodata Ketua Tim dan Anggota Pengusul ...12

2. Gambaran Ipteks Yang Ditransfer Kepada Mitra ...15

3. Denah Detil Lokasi Kelompok Tani Norokismo ...19

4. Surat Tugas Melaksanakan Kegiatan dari LP3M ... 20

5. Surat Keterangan Selesai Melakukan Kegiatan Pengabdian ... 21

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Kelompok Tani Norokismo merupakan kelompok tani di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Sleman yang sudah ada sejak lama. Wilayah kerja kelompok tani ini meliputi 9 blok yang ada beberapa dusun antara lain Mejing Wetan, Mejing Lor dan Mejing Kidul dengan luas lahan sekitar 25 ha dan jumlah petani 160 orang .

Usaha tani yang dilakukan oleh petani di Kelompok Tani Norokismo terutama adalah budidaya padi, yang didukung oelh ketersediaan sumber daya lahan dan air yang mencukupi. Sistem usahatani yang selama ini dilakukan oleh kelompok tani masih bersifat subsisten dengan mengandalkan sistem pertanian konvensional yang banyak mengunakan sumber daya dari luar (external input) dengan membeli dari toko sarana produksi pertanian. Prasarana usaha tani di Kelompok Tani Norokismo relatif sudah lengkap dengan peralatan mekanis seperti alat pengolah tanah traktor, sprayer, mesin perontok gabah dan sebagainya. Hasil akhir usaha tani berupa gabah, sebagian dijual dengan sistem tebasan (borongan) di sawah dan sebagian lainnya dijual dalam bentuk gabah setelah dipanen.

(7)

B. Permasalahan Mitra

Meskipun usaha tani padi di Kelompok Tani Norokismo telah dilakukan dengan intensif sejak lama, namun banyak dijumpai berbagai permasalahan di lapangan, antara lain :

a. Sebagian besar (>80%) petani menggunakan masukan dari luar pertanian seperti pupuk dan pestisida buatan yang tidak sesuai dengan kaidah penggunaannya. Penggunaan external input yang berlebihan tersebut pada akhirnya berdampak pada terjadi kerusakan/pencemaran lingkungan, timbulnya residu bahan berbahaya, mati/punahnya organisme bermanfaat, dan terbentuknya lingkungan biologi yang tidak kondusif, bahkan berbahaya bagi kesehatan dan kehidupan sehingga pada akhirnya justru merugikan petani.

b. Hampir semua petani menanam padi mulai dari pembibitan sampai menjelang panen dengan cara yang kurang sesuai dengan karakter tanaman padi sehingga mengakibatkan kondisi lingkungan menjadi tidak kondusif dan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat yang ditunjukkan dengan terbatasnya jumlah anakan, jumlah malai, bobot gabah dan hasil tanaman.

c. Penggunaan sumber daya dari luar seperti benih, air, pupuk dan pestisida buatan secara berlebihan menyebabkan biaya usaha tani menjadi tinggi, sedangkan hasil tanaman relatif rendah, pada akhirnya berdampak pada penurunan pendapatan dan penghasilan petani.

d. Setelah gabah dipanen, potensi jerami sebagai bahan organik bahan baku pembuatan pupuk organik belum dimanfaatkan dengan baik bahkan ada yang hanya dibakar saja agar lahan dapat segera diolah untuk musim tanam selanjutnya. e. Pemasaran hasil panen dengan cara tebasan di sawah lebih

menguntungkan tengkulak atau penebas karena rendahnya nilai tambah produk pertanian sehingga pendapatan yang diperoleh petani menjadi terbatas.

(8)

C. Solusi Yang Ditawarkan

Permasalahan yang dihadapi oleh petani di Kelompok Tani Norokismo dapat diperbaiki dengan perbaikan sistem usaha tani, teknis budidaya dan pola pemasaran. Perbaikan sistem usaha tani akan dilakukan dengan memperbaiki persepsi, orientasi dan wawasan petani agar usaha tani tidak bersifat subsisten. Sistem usaha tani dilakukan bukan hanya untuk kepentingan sesaat namun tentunya akan berkelanjutan, oleh karena berbagai hal yang dilakukan petani harus berorientasi jangka panjang baik dari sisi ekonomi, ekologi mauoun sosial. Untuk itu perlu adanya sosialisasi dalam bentuk penyuluhan, diskusi dan sebagainya.

Perbaikan teknis budidaya agar diperoleh sistem pertanian berkelanjutan dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi budidaya padi hasil penelitian dan kajian misalnya dengan sistem Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO). Dengan teknik budidaya daya seperti ini, bukan hanya akan meningkatkan hasil tanaman, tetapi juga memperbaiki kualitas lingkungan dan meningkatkan pendapatan petani. Untuk memberikan jaminan terhadap keberhasilan sistem ini maka dapat dilakukan dalam bentuk penyuluhan, pelatihan, pendampingan kepada petani secara berkelanjutan.

Jika semua kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik maka pengembangan kelompok tani dapat dilakukan secara komprehensif sehingga pada akhirnya akan terbentuk kelompok tani yang mandiri dan dinamis.

D. Target Luaran

Mendasarkan pada solusi yang ditawarkan, maka luaran dari kegiatan ini adalah : 1. kelompok tani mandiri dan dinamis,

(9)

II. PELAKSANAAN KEGIATAN

Secara umum kegiatan pengabdian masyarakat tentang “Perbaikan Sistem Usaha Tani dan Kualitas Lingkungan Dengan Sistem Pertanian Organik Padi” di Kecamatan Gamping, Sleman telah berlangsung dengan lancar mulai bulan Juni sampai Oktober 2010. Namun beberapa kegiatan implementasi di lapangan belum dapat diselesaikan sampai tuntas karena adanya penyesuaian atau penundaan masa tanam padi. Meskipun demikian, untuk menjamin keberlanjutan kegiatan pemberdayaan petani, pendampingan dan evaluasi tetap akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan petani.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan beberapa metode yaitu penyuluhan, pelatihan dan pendampingan, serta koordinasi dengan masyarakat sasaran.

A. Pertemuan Koordinasi

Pertemuan koordinasi dilakukan dalam beberapa tahap antara lain koordinasi internal, dan koordinasi eksternal dengan pengurus kelompok tani dan Kepala Dusun. 1. Koordinasi internal

Koordinasi internal dilakukan setelah disetujuinya program penerapan ipteks, untuk membicarakan teknis pelaksanaan program. Dalam koordinasi ini dibicarakan tahapan teknis, tata waktu, sasaran dan peserta program, perlengkapan program dan personalia pengelolaan.

2. Koordinasi dengan pengurus kelompok tani dan Kepala Dusun

Koordinasi dengan pengurus kelompok tani dan Kepala Dusun dilakukan untuk menentukan maksud dan tujuan kegiatan, kesediaan kelompok petani serta teknis pelaksanaan. Dalam koordinasi tersebut dihadiri pengurus inti Kelompok Tani Norokismo dan Kepala Dusun Mejing Kidul . Dengan mempertimbangkan berbagai aspek, akhirnya disepakati bahwa kegiatan akan disinergikan dengan kegiatan di kelompok tani, dengan jumlah peserta 15 orang.

B. Penyuluhan

(10)

dilakukan dengan bentuk presentasi oral disertai kondisi faktual dari lapangan dan disertai gambar-gambar dan video sehingga mudah dipahami dan menarik bagi petani. Untuk memudahkan komunikasi dengan petani, presentasi dilakukan menggunakan campuran bahasa nasional (Indonesia) dan bahasa daerah (Jawa) meskipun tampilan presentasi menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, juga diberikan bahan bacaan/makalah (Lampiran 1 dan 2) agar dapat dimanfaatkan petani secara berkelanjutan.

Gambar 1. Foto kegiatan penyuluhan tentang budidaya padi secara IPAT

Kegiatan penyuluhan pertama tentang Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik diawali dengan penjelasan tentang pentingnya pengembangan budidaya padi, dan dilanjutkan dengan kelemahan budidaya padi konvensional yang selama ini dilakukan petani. Dalam presentasi ditunjukkan beberapa bentuk kelemahan dan gambar pertumbuhan serta hasil tanaman yang kurang baik dari hasil pengujian di beberapa tempat. Hasil eksplorasi awal menunjukkan bahwa sebagian petani tidak menyadari bahwa teknis budidaya padi yang dilakukannya mempunyai banyak kelemahan karena mereka menganggap apa yang dilakukannya sudah benar karena sudah dilakukan sejak lama bahkan turun temurun. Namun karena sudah terlanjur lama menggunakan, menyebabkan terjadinya ketergantungan bahkan cenderung terjadi peningkatan jumlah (dosis) pupuk buatan yang digunakan.

(11)

menunjukkan hampir semua petani belum pernah mendengar dan belum mengetahui sistem tanam padi dengan teknologi IPAT. Penjelasan tentang prinsip dasar dan teknis budidaya dengan IPAT dilengkapi dengan gambar (visualisasi) sehingga mempermudah pemahaman petani. Kebiasaan dan keyakinan petani terhadap budidaya padi yang selama ini dilakukan, pada awalnya memunculkan keraguan akan keberhasilan teknologi ini sehingga petani banyak memberikan tanggapan terutama berupa pertanyaan. Namun setelah adanya penjelasan baik secara prinsip maupun teknis, pada akhirnya petani memahami konsep teknologi ini.

Kegiatan penyuluhan kedua tentang Pembuatan Pupuk Organik diawali dengan penjelasan tentang dampak penggunaan pupuk buatan secara berlebihan seperti yang selama ini digunakan petani. Hampir semua petani menyadari bahwa penggunaan pupuk buatan berlebihan telah menyebabkan kerusakan tanah dan hasil gabah yang diperoleh tidak lagi sebaik beberapa tahun sebelumnya. Dalam penyuluhan diberikan penjelasan tentang potensi limbah pertanian untuk dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik. Eksplorasi awal menunjukkan hampir semua petani sudah mengenal pupuk organik dan namun belum mengetahui cara pembuatannya. Selanjutnya dijelaskan cara pembuatan pupuk organik baik padat maupun cair, disertai gambar-gambar dan video sehingga mudah dipahami dan menarik bagi petani. Penjelasan tersebut akhirnya membuka wawasan dan pengetahuan petani dalam memanfaatkan limbah pertanian dan limbah rumah tangga sebagai bahan baku pupuk organik. Dalam penyuluhan kedua selain nara sumber dari tim pelaksana juga menghadirkan nara sumber dari pakar dan praktisi yang sudah punya pengalaman (Gambar 2)

(12)

Gambar 2. Foto kegiatan penyuluhan pembuatan pupuk organik

B. Pelatihan

Kegiatan pelatihan merupakan tindak lanjut dari penyuluhan dan dilakukan untuk memberikan ketrampilan teknis bagi petani dalam menerapkan teknologi yang sudah diberikan dalam penyuluhan. Materi yang diberikan dalam pelatihan adalah cara pembuatan pupuk organik. Dalam pelatihan, bahan dasar disediakan oleh petani berupa jerami dan pupuk kandang, sedangkan bahan lainnya disediakan oleh Tim Pelaksana.

Dalam pelatihan pembuatan pupuk organik, ditunjukkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan pupuk organik padat. Bahan baku yang digunakan dalam pelatihan adalah jerami padi dan pupuk kandang kambing (Gambar 3). Keberadaan dua jenis bahan baku pembuatan pupuk organik ini justru menguntungkan karena petani dapat membandingkan hasil yang diperoleh jika bahannya berbeda. Jerami termasuk bahan organik yang kandungan lignin dan selulosenya cukup tinggi sehingga dekomposisinya lambat. Demikian juga pupuk kandang kambing termasuk bahan yang relatif lama terdekomposisi karena dihasilkan oleh hewan yang tidak termasuk herbivora pemamah biak.

Bahan lain yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik pada saat pelatihan adalah EM4 sebagai dekomposer, tetes tebu dan dedak padi sebagai sumber makanan

(13)

Gambar 3. Foto bahan baku pembuatan pupuk organik (jerami dan pupuk kandang)

Tahap awal pembuatan pupuk organik padat adalah penyiapan larutan dekomposer dengan cara mengambil larutan EM4 sebanyak 2-3 tutup botol dilarutkan

dalam 10 liter air. Untuk memberi pakan dekomposer berkembang lebih baik ditambahkan tetes tebu, dan kemudian semua bahan diaduk hingga merata (Gambar 4).

Gambar 4 . Foto penyiapan larutan dekomposer dalam pembuatan pupuk organik

(14)

larutan dekomposer sampai merata dan lembab. Untuk meningkatkan kinerja dekomposer juga ditaburkan dedak halus sebagai medium tumbuh dan pakan dekomposer (Gambar 5). Selanjutnya di atas bahan tersebut ditumpuki dengan jerami lagi setebal 15-20 cm serta bahan lainnya seperti pada tumpukan pertama. Dengan demikian akan diperoleh tumpukan jerami/pupuk kandang yang berlapis-lapis (Gambar 5). Secara umum semakin tipis lapisan bahan baku maka kontak antara dekomposer dengan bahan baku menjadi lebih tinggi sehingga proses dekomposisi menjadi lebih cepat.

Gambar 5. Foto proses pembuatan pupuk organik

Setelah bahan yang akan dibuat pupuk organik sudah habis, tumpukan jerami/pupuk kandang ditutup rapat menggunakan terpal plastik agar tidak kontak langsung dengan atmosfer. Hal ini dilakukan karena EM4 yang digunakan sebagai dekomposer termasuk mikroorganisme anaerob sehingga tidak banyak membutuhkan oksigen dalam hidupnya (Gambar 6).

(15)

Gambar 6. Foto bahan baku yang ditutup rapat dalam pembuatan pupuk organik

C. Pendampingan

Kegiatan pendampingan sebenarnya dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan implementasi teknologi yang dilatihkan. Dalam prakteknya banyak petani yang mencoba melakukan pembuatan pupuk organik menggunakan bahan yang tersedia, sedangkan aplikasi budidaya padi mengalami kegagalan karena matinya jaringan irigasi teknis yang tersedia. Selanjutnya implementasi budidaya padi akan dilakukan lagi jika jaringan irigasi sudah diperbaiki.

Dari analisis kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat.

1. Faktor pendukung

a. petani telah mempunyai pengalaman bertanam padi yang cukup lama b. semangat petani untuk maju dan berkembang

c. ketersediaan bahan baku pembuatan pupuk organik 2. Faktor penghambat (kendala)

a. pelaksanaan program harus menyesuaikan dengan musim tanam

b. jumlah petani terbatas dan sebagian besar petani sudah berumur lanjut dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah

c. petani sudah terbiasa menerapkan sistem budidaya padi secara konvensional d. petani mempunyai resistensi terhadap teknologi pertanian tanpa adanya

(16)

III. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari evaluasi dan analisis kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebagian besar petani menyadari akan kelemahan teknologi yang digunakan dalam budidaya padi, namun tidak mengetahui cara untuk memperbaikinya

2. Sebagian besar petani mengetahui pentingnya penggunaan pupuk organik dalam pertanian namun belum tahu cara untuk membuatnya.

3. Program pemberdayaan masyarakat dengan berbagai metode telah meningkatkan pengetahuan dan wawasan, serta ketrampilan dalam budidaya padi dan pembuatan pupuk organik padat.

B. Saran

1. Hasil kajian dan penelitian yang dilakukan oleh pelaku pertanian perlu disosialisasikan ke masyarakat (petani) sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

(17)

Lampiran 1.

Biodata Ketua Tim Pengusul

1. Nama Lengkap dan Gelar : Ir. Agus Nugroho Setiawan, MP

2. NIK : 133 012

3. Tempat dan Tanggal Lahir : Sleman, 31 Agustus 1968 4. Program Studi / Fakultas : Agroteknologi / Pertanian

5. Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 6. Alamat Kantor : Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, DIY

 Telepon/Faks : (0274) 387656 / (0274) 387646

 E-mail : fp_umy@yahoo.com

7. Alamat Rumah : Kembangarum XIV, Turi, Sleman, DIY.

Telepon/Faks : (0274) 4461512 , 08157988847

E-mail : agus_enes@yahoo.com 8. Pendidikan Terakhir : S-2

 Tempat Pendidikan : Pasca Sarjana UGM

 Tahun Lulus : 2006

9. Pengalaman (yang relevan dengan Penerapan Ipteks)

TAHUN JENIS PROGRAM TEMPAT

2007 Tenaga ahli pada SLPHT-PTT usahatani padi Kecamatan Sewon, Bantul

2007 Tenaga ahli pada SLPHT-PTT usahatani padi Kecamatan Pundong, Bantul 2008 Nara sumber dan pendampingan

pengembangan Sistem Intensifikasi Padi

Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul 2008 Pendampingan Budidaya Padi SRI Tamantirto,

Kasihan, Bantul 2009 Pemberdayaan Petani Padi Dengan Penerapan

Sistem Budidaya Padi Terpadu Gamping, Sleman,Yogyakarta 2009 Pemberdayaan Petani Padi Dengan Sistem

Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Bebasis Organik

Gamping, Sleman, Yogyakarta

2008 Pembimbing PKMM Penerapan Pertanian

(18)

2009 Pembimbing PKMP Pengaturan Jarak Tanam dan Jumlah Bibit Padi Dalam Sistem Budidaya Padi Aerob Terkendali

UMY

10. Publikasi (yang relevan dengan Penerapan Ipteks)

TAHUN JENIS PROGRAM TEMPAT

2005 Uji Toksisitas Biji dan Daun Mahoni Untuk Pengendalian Hama Gudang

Callosobruchus Analis F. Pada Kacang Kedelai

Semnas Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Penerapan Prinsip Hayati (UMY)

2006 Pengaruh Cara Pembentukan dan Tinggi Potongan Jerami Terhadap Pertumbuhan dan Singgang Padi

Penelitian Dosen Muda Dikti

2007 Pengaruh Tingkat Salinitas Terhadap Pertumbuhan dan Hasil 4 Varietas Padi Sawah

Penelitian Dosen Muda Dikti

2007 Pertumbuhan dan Hasil 5 Varietas Padi

Pada Berbagai Tingkat Salinitas Kompetisi Penelitian DosenUMY 2008 Pertumbuhan dan Hasil Padi Pada

(19)

Biodata Anggota Tim Pengusul

1. Nama Lengkap dan Gelar : Sri Nabawiyati Nurul Makiyah, S.Si.,M.Kes

2. NIP : 173 005

3. Tempat dan Tanggal Lahir : Solo, 4 Agustus 1969

4. Fakultas/ Program Studi : Kedokteran / Kedokteran Umum

5. Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 6. Alamat Kantor : Jl. Lingkar Selatan, Kasiham, Bantul, DIY

 Telepon/Faks : (0274) 387656 / (0274) 387646

 E-mail : fk_umy@yahoo.com 7. Alamat Rumah : Jl. KS Tubun No. 23 Yogyakarta 55261.

 Telepon/Faks : 08157949069

 E-mail : nurul_makiyah@yahoo.com 8. Pendidikan Terakhir : S-2

 Tempat Pendidikan : Pasca Sarjana UGM

 Tahun Lulus : 2006

9. Pengalaman (yang relevan dengan Penerapan Ipteks)

TAHUN JENIS PROGRAM TEMPAT Kesehatan dan Pemberian Susu Kedelai

Kopertis Wilayah V pelatihan pembuatan instan tanaman obat ( sirih [Piper bettle] dan Temu lawak [Curcuma xanthorriza] )

Sumber Rahayu Moyudan Sleman

(20)
(21)

Lampiran 2.

Gambaran Ipteks Yang Ditransfer Kepada Mitra

Teknis lapangan Intensifikasi Padi Aerob Terkendali (lahan seluas 1000 m2) 1. Pemilihan Benih dan Pengecambahan

a. Bahan yang diperlukan : benih padi, garam krosok, telur mentah.

b. Pilihlah varietas padi sesuai keinginan, baik dari hasil panen sebelumnya atau dari benih berlabel (sertifikat)

c. Siapkan air (sesuai kebutuhan), masukkan garam krosok ke dalam air dan aduk sampai merata.

d. Masukkan telur mentah ke dalam larutan tersebut, jika telur belum mengapung tambahkan lagi garam ke dalamnya sampai telur mengapung

e. Setelah diperoleh larutan garam yang sesuai, masukkan benih padi ke dalam larutan. Buang benih yang mengapung dan ambil benih yang tenggelam.

f. Bilaslah benih yang tenggelam dengan air sampai larutan garam yang menempel hilang (bersih)

g. Rendam benih hasil seleksi dalam air (lebih baik dalam larutan pupuk organik cair) selama 48 jam.

h. Setelah 48 jam, angkat benih dan masukkan dalam kantung/karung, letakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung sampai benih berkecambah (kira-kira 24–48 jam).

i. Catatan : lahan seluas 1000 m2 diperlukan benih terseleksi sebanyak 1 kg

2. Pembibitan

a. Alat dan bahan yang diperlukan : besek (bak kecambah), pupuk kandang/serbuk gergaji dan pasir

b. Campur pupuk kandang/serbuk gergaji dan pasir dengan perbandingan 1:1 dan masukkan dalam besek/bak kecambah dengan ketebalan 5 cm

(untuk lahan seluas 1000 m2 diperlukan bak/besek sekitar 20-25 buah)

c. Siram media perkecambahan tersebut sampai basah merata

d. Taburkan kecambah di atas media tersebut dengan kerapatan seperlunya e. Jaga kelembaban media dengan menyiramnya sampai bibit tumbuh

3. Pengolahan Tanah

a. Sebelum tanah diolah lebih baik jika diberikan pupuk organik (pupuk kandang) sebanyak 2 kuintal/1000 m2 (2 ton/ha)

b. Lakukan pengolahan tanah 2 hari sebelum penanaman dengan alat yang tersedia dan tutup saluran pembuangan agar pupuk tidak hilang

c. Setelah selesai, buatlah parit di sekeliling lahan (pinggir pematang) dan di tengah lahan dengan jarak antar parit 5 m

d. Jika tanah terlalu masam (pH < 7), berikan kapur (dolomit) sehingga pH tanah mendekati netral (pH 7).

e. Berikan pupuk dasar berupa 10 kg phonska

(22)

4. Penanaman

a. Penanaman dilakukan pada umur bibit 8–12 hari setelah sebar, dimana gabah belum terlepas dari bibit

b. Siapkan bibit ke lahan penanaman

c. Cabut bibit dengan hati–hati agar akar tidak terputus dan segera ditanam

d. Tanam bibit dengan jarak tanam lebar antara 25 cm x 25 cm dengan 1–2 bibit per lubang tanam, tanam dangkal dengan cara posisi akar diusahakan mendatar (horisontal) (seperti huruf L) dan tidak terlipat

e. Biarkan lahan tanpa diairi 1–2 hari sehingga bibit tumbuh kokoh

5. Pemeliharaan

a. Prinsip : sistem irigasi terkendali hemat air.

b. Lakukan penggenangan lahan 1-2 cm sampai dilakukannya penyiangan dan pemupukan.

c. Lakukan penyiangan menggunakan alat yang tersedia dengan prinsip jangan sampai terlambat waktunya (lebih baik jika menggunakan ”usruk/gosrok” karena dapat memperbaiki struktur tanah).

d. Lakukan pemupukan susulan (I) pada umur 3–4 minggu setelah tanam berupa 20 kg phonska dengan cara disebar merata dalam keadaan tanah macak-macak.

e. Berikan pengairan setinggi 1-2 cm selama 2 hari sekali saja

f. Pertahankan tanah dalam keadaan lembab, dengan selalu menggenangi parit pinggir dan tengah (lahan tidak tergenang terus)

g. Jika tanah sudah mulai berubah warna (retak/pecah), lakukan penggenangan selama 2 hari dan biarkan kembali lahan tanpa pengairan

h. Demikian seterusnya (kecuali setelah pemupukan susulan perlu penggenangan agar pupuk segera dapat diserap akar tanaman)

i. Lakukan pemupukan susulan (II) pada umur 7–8 minggu setelah tanam (jika diperlukan) berupa 10 kg/ha urea dengan cara disebar merata

j. Jika diperlukan dapat dilakukan pemberian pupuk organik cair dengan cara disemprotkan (jumlah dan frekuensi tergantung keadaan tanaman)

k. Ulangi penyiangan sesuai pertumbuhan gulma

6. Pengendalian Hama dan penyakit

(23)

Pembuatan Pupuk Kompos

Filosofi Composting Bahan Organik

 Bahan Organik (sisa tanaman, hewan, limbah pertanian dan sejenisnya akan terdekomposisi (terurai) secara alamiah

 Kecepatan proses dekomposisi tergantung dari sifat dan kandungan BO, lingkungan dan jumlah mikrobia pengurai

 Proses Composting (buatan) intinya adalah menambah jumlah mikrobia dan menciptakan kondisi lingkungan agar proses dekomposisi lebih cepat

Faktor penting dalam Composting

Catatan semakin tinggi kandungan bahan tersebut akan semakin sulit terdekomposisi

2. Jenis dan jumlah mikrobia

 Beberapa mikrobia ada yang memiliki kemampuan lebih dalam mendekomposisi kandungan BO

 Mikrobia Selulolitik (penghancur selulosa)

 Lipolitik (penghancur lemak)

 Lignolitik (penghancur lignin)

 Proteolitik (penghancur protein)

Catatan semakin banyak dan sesuai antara Jenis mikrobia dan kandungan bahan tersebut akan semakin cepat terdekomposisi

3. Lingkungan

 Temperatur (suhu)

 Kelembaban Udara

 Air

 Ketersediaan Nutrisi perkembangan mikrobia

Catatan semakin sesuai kondisi lingkungan bagi aktivitas mikrobia dekomposer, proses komposting akan semakin baik

Sifat2 Lain Mikrobia yg penting diperhatikan dalam proses composting

 Kebutuhan akan Oksigen (udara)

 Butuh oksigen banyak (aerob)

 Tidak butuh oksigen (anaerob)

 Bisa hidup dengan atau tanpa Oksigen (facultatif aerob)

 Jenis dan jumlah mikrobia bisa dirangsang (ditumbuh kembangkan) pada kondisi tertentu à Dikenal dgn INOKULUM

Inokulum Mikrobia

(24)

 Mikrobia dapat diperoleh secara alami atau ditambahkan (diinokulasi) pada media tertentu yg sesuai

 Pengembangan mikrobia dalam media tersebut dilengkapi dgn nutrisi pokok sebagai sumber energi dan nutrisi lain sebagai pelengkap (mineral dan vitamin)

 Inokulum mikrobia alami : misalnya kotoran hewan, sisa makanan yg telah busuk (basi)

 Inokulum buatan : mikrobia dikembangkan lebih intensif dalam media tertentu secara sengaja

 Inokulum buatan banyak dipasarkan dalam bentuk padat atau cair, contoh

dipasaran : EM4, Embio, P-bio (cair), Stardec, Tasdec, Biangkompos (padat), dll

 Inokulum mikrobia berfungsi sebagai starter dalam pengomposan

Cara Pengomposan

1. Material bahan kompos dipastikan mengandung bahan organik, jika berupa sampah harus dipisahkan dgn material non organik (plastik, kaca, logam, karet dan bahan sintetik lain)

2. BO dilembutkan dgn dicacah manual atau mesin maksimal ukuran 10 cm2, semakin lembut semakin baik

3. Siapkan tempat pengomposan yang terlindung dari sinar matahari dan hujan 4. Campurkan bahan organik dengan starter mikrobia dgn dosis yang sesuai :

a. EM4 : 1 liter u 1 ton bahan kompos

b. Stardec/Tasdec : 1 kg u 4 kw bahan kompos

c. Perhatikan cara pencampuran misalnya : EM4 perlu dicairkan dulu (2 tutup, 10 lt air, 2 sendok gula, diaduk baru disiramkan merata)

5. Bila menggunakan inokulum padat (stardec/tasdec, Biang Kompos), taburkan secara merata ke bahan kompos, kemudian disiram sampai kelembaban 60 – 70 % (bila bahan diperas air tidak menetes, bila genggaman dilepas bahan masih kempal)

6. Penambahan Bahan sumber bakteri (misalnya kotoran ternak, cacahan bonggol pisang, yeast (ragi) akan mempercepat proses dekomposisi

7. Upayakan kelembaban 60 % bertahan minimal 2 minggu (bila kelembaban tidak sesuai mikrobia akan dormansi atau mati)

8. Tumpuk bahan kompos yang sudah bercampur inokulum pada ketinggian minimal 1 meter u menghasilkan suhu optimal

9. Proses dekomposisi BO akan mengeluarkan panas sampai 70 º C (bisa mematikan patogen atau biji2an yg tidak dikehendaki)

10. Tumpukan bahan kompos harus ditutup atau dimasukan dalam kantong (karung) tertutup jika bakterinya jika anaerob, dan dibiarkan terbuka jika aerob

11. Untuk aerasi (aerob) tumpukan bahan kompos dibalik tiap seminggu sekali, bila kelembaban kurang bisa disiram air seperlunya

12. Pengomposan sistem anaerob biasanya lebih cepat (1 – 2 minggu), sedangkan sistem areob antara 3 – 4 minggu tergantung bahan kompos

(25)

Lampiran 3.

Denah Detil Lokasi Kelompok Tani Norokismo

Wirobrajan KT Norokismo

UMY Gamping

(26)

Lampiran 5.

Surat Keterangan Selesai Melakukan Kegiatan Pengabdian

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Juanda, SAg

Jabatan : Sekretaris Kelompok Tani Norokismo

Alamat : Mejingkidul, Ambarketawang, Gamping, Sleman, DIY

menerangkan bahwa :

Nama : Ir. Agus Nugroho Setiawan, MP (Ketua Tim Pengusul) Jabatan : Dosen Fakultas Pertanian UMY

Alamat : Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY

telah melakukan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat di :

Tempat : Kelompok Tani Norokismo, Ambarketawang, Gamping, Sleman

Materi : Perbaikan Sistem Usaha Tani dan Kualitas Lingkungan Dengan Sistem Pertanian Organik Padi

Waktu : Juni–Oktober 2010

Bentuk kegiatan : Koordinasi, Penyuluhan, Pelatihan dan Pendampingan

Demikian surat keterangan ini kami buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Balecatur, Oktober 2010 Sekretaris,

Gambar

Gambar 1. Foto kegiatan penyuluhan tentang budidaya padi secara IPAT
Gambar 2. Foto kegiatan penyuluhan pembuatan pupuk organik
Gambar 3. Foto bahan baku pembuatan pupuk organik (jerami dan pupuk kandang)
Gambar 5. Foto proses pembuatan pupuk organik
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dimasa mendatang diperlukan Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kesehatan Kota Serang Tahun 2016, yang

Rencana  Kerja  (Renja)  SKPD  adalah  dokumen  perencanaan  SKPD  untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran Rencana Strategis  (Renstra)  SKPD  yang 

Nyoman, 2014, Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor, Independensi, dan Pengalaman Auditor terhadap Tanggung Jawab Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan dan Kekeliruan

Kemudian yang kedua, berkenaan dengan kedudukan hukum saya ingin menyampaikan bahwa sesuai ketentuan Pasal 51 dari Undang- undang Mahkamah Konstitusi yang tadi sudah disinggung

Populasi dalam penelitian adalah seluruh lansia yang berada di Panti Wredha Darma Bakti Surakarta sejumlah 60 dengan teknik purposive sampling lansia yang

Praktikan memberikan materi Bahasa Jerman dikelas XI IIS 1 yakni mengenai keluarga (Familie) kurang lebih selama 16 Jam Pembelajaran dan materi Bahasa Jerman kelas X

Untuk mengetahui perbedaan peningkatan ditinjau dari kemampuan awal matematika (KAM) dan pembelajaran antara siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran

Selvi Warobay adalah rekan kerja Irewa di salah satu kantor di Distrik Yar yang juga mempengaruhi konstruksi gender pada tokoh Irewa. Ibu Selvi adalah camatatau kepala distrik baru.