• Tidak ada hasil yang ditemukan

Predicting rice bran nutrients based on physical characteristics

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Predicting rice bran nutrients based on physical characteristics"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENDUGAAN KANDUNGAN NUTRIEN DEDAK PADI

BERDASARKAN KARAKTERISTIK FISIK

ANDRI HANINDYO WIBOWO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pendugaan Kandungan Nutrien Dedak Padi berdasarkan Karakteristik Fisik adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka bagian akhir tesis ini.

(3)

ABSTRAK

ANDRI HANINDYO WIBOWO. Pendugaan Kandungan Nutrien Dedak Padi berdasarkan Karakteristik Fisik. Dibimbing oleh NAHROWI dan IDAT GALIH PERMANA.

Dedak padi merupakan bahan pakan yang digunakan baik oleh ternak ruminansia maupun non ruminansia. Permasalahan pemakaian dedak padi sebagai pakan yaitu bervariasinya kualitas dedak padi, salah satu faktornya disebabkan oleh banyaknya pemalsuan yang dilakukan terutama pada saat musim kemarau. Penggunaan teknik uji cepat sangat diperlukan untuk membantu melakukan penilaian secara cepat mutu dedak padi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari teknik pendugaan bahan pakan dedak padi melalui karakteristik fisik. Sejumlah 21 sampel standar yang merupakan kombinasi campuran dedak dan sekam mulai dari 0% sekam hingga 100% sekam, diuji secara kimia (uji proksimat) dan fisik (uji kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, kelarutan total, dan fluoroglucinol). Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode regresi dan dari persamaan-persamaan yang diperoleh kemudian dilakukan validasi pada 61 sampel dedak padi untuk mengetahui nilai SEP (Standard of Prediction) dan CV (Coefficient Variable). Terdapat korelasi (P< 0.05) antara karakteristik fisik dan kandungan nutrien dedak padi. Uji kelarutan total mempunyai nilai SEP dan CV yang terkecil yaitu dengan persamaan y (abu) = 28.81-0.624x (kelarutan total), y (protein kasar) = - 5.012+ 0.657x, y (serat kasar) = 72.31-2.058x, dan y (lemak kasar) = -10.42 + 0.982x .

tumpukan, dan x3 adalah kelarutan total dengan nilai SEP dan CV sebesar 2.26%

(4)

ABSTRACT

ANDRI HANINDYO WIBOWO. Predicting Rice Bran Nutrients based on Physical Characteristics. Under supervision of NAHROWI and IDAT GALIH PERMANA.

Rice bran is a feedstuffs widely used for both ruminants and non ruminants. The main problem of using rice bran as feedstuff is adulteration that quite often exists during dry season. Therefore, application of rapid test technique is essential to assess the quality of rice bran quickly. The aim of this study was to predict nutrient content of rice bran through measuring its physical characteristics. Twenty one standard samples made from mixture combination of 0-100% husk and rice bran were analyzed their chemical composition (proximate analysis) and physical characteristics (density test, density compaction test, total solubility test and fluoroglucinol test). The data were analysed with the least square method of regression, and the equations obtained were then validated on 61 rice bran samples to know standard of prediction (SEP) and coefficient variable (CV) values. There were correlations (P< 0.05) between physical characteristics and nutrient content of rice bran. The content of ash, crude protein, crude fibre, and (prediction of rice husk), with CV and level of acceptance (0.05%) were 19.13% and 28.57%. Multiple regression model showed that crude protein could be predict with the equation y (crude protein)= -3.03 + 9.4x1 – 9.9x2 + 0.629x3, r =

0.994 with x1 was density test, x2 was density compaction test, and x3 was total

solubility test with SEP and CV value 2.26% and 20.99%. It is concluded that chemical composition of rice bran could be predict by measuring total solubility especially for ash and crude protein, while fluoroglucinol test and multiple regression of physical test was capable of predicting crude protein of rice bran. Keywords: rice bran, chemical composition, physical test, prediction, and

(5)

RINGKASAN

ANDRI HANINDYO WIBOWO. Pendugaan Kandungan Nutrien Dedak Padi Berdasarkan Karakteristik Fisik. Dibimbing oleh NAHROWI dan IDAT GALIH PERMANA.

Dedak Padi merupakan hasil samping pertanian, yaitu dari sisa proses penggilingan padi yang banyak digunakan oleh ternak ruminansia maupun non ruminansia. Permasalahan pada dedak padi yaitu bervariasinya kualitas dedak padi di pasaran, salah satu faktornya adalah banyaknya pemalsuan yang dilakukan terutama pada saat musim kemarau. Berlatar belakang hal tersebut maka penelitian ini dilakukan sebagai langkah pengembangan teknik uji cepat yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk melakukan pendugaan kandungan nutrien dedak padi sehingga dapat membantu melakukan penilaian secara cepat mutu dedak padi tersebut. Penelitian pengembangan teknik uji cepat dari sifat fisik diharapkan dapat menduga kandungan nutrien dedak padi secara cepat.

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dan dilakukan di Laboratorium Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT), Bekasi. Metode penelitian ini dilakukan dengan mencari hubungan fungsional dari persamaan matematis antara sifat fisik bahan dedak padi dengan kandungan nutrien sehingga diharapkan persamaan tersebut dapat digunakan untuk menduga kandungan nutrien dedak padi.

Penelitian ini dilakukan dengan 2 tahap percobaan. Percobaan pertama bertujuan untuk mendapatkan sampel karakteristik sifat fisik standar dan menentukan hubungan matematis antara dua faktor yaitu prosentase kandungan sekam di dalam dedak padi dan nilai nutrisi campuran dedak dan sekam. Percobaan ini menggunakan bahan dedak padi halus dan sekam yang telah digiling halus. Kedua bahan tersebut dicampur dengan prosentase perbandingan bertingkat 0% - 100% campuran sekam pada dedak halus. Dedak halus dan sekam diperoleh dari satu jenis padi dan satu lokasi penggilingan di daerah Bekasi. Dari percobaan ini diperoleh sebanyak 21 sampel. Seluruh sampel dilakukan pengujian kimia kuantitatif yaitu uji proksimat (kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar) sesuai dengan metode Standar Nasional Indonesia (SNI – 2891-1992). dan AOAC, 2005. Sampel standar juga dilakukan pengujian fisik yaitu uji kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan, Uji kelarutan total bahan, dan uji fluoroglucinol. Pada uji pemadatan kerapatan tumpukan dilakukan modifikasi metode yaitu dilakukan selama 2 menit dan 5 menit.

(6)

Percobaan tahap kedua dilakukan dengan tujuan untuk memvalidasi hubungan matematis hasil percobaan pertama. Validasi dilakukan dengan cara menggunakan hubungan matematis yang diperoleh pada percobaan I. Sampel validasi yang digunakan adalah dedak padi yang beredar di pasaran dan juga sampel dedak padi dari pelanggan yang diterima di BPMPT. Total jumlah sampel validasi yaitu sebanyak 61 sampel. Asal sampel cukup variatif yaitu dari pabrik pakan 11 sampel, pedagang sebanyak 19 sampel, produsen (penggilingan padi) sebanyak 4 sampel kiriman dari Dinas Peternakan beberapa Provinsi 24 sampel, serta dari peternak 3 sampel. Seluruh sampel validasi dilakukan pengujian kimia dan fisik seperti yang dilakukan pada sampel standar. Sesuai dengan tujuannya, hasil uji dari sampel validasi akan dijadikan sebagai nilai acuan dalam proses validasi pendugaan nilai kandungan nutrien. Parameter keberhasilan validitas hubungan matematis dilakukan dengan beberapa cara perhitungan yaitu standard of prediction (SEP) dan Coefficient Variation (CV).

Pendugaan kandungan nutrien juga dilakukan dengan menggunakan teknik uji fluoroglucinol. Teknik ini menggunakan larutan fluoroglucinol yang diteteskan ke bahan dedak padi kemudian dilakukan pengamatan dan membandingkan antara sampel dengan foto sampel standar, berdasarkan kepekatan warna pink dapat diprediksi kandungan sekam pada bahan. Hasil prediksi ini kemudian dilanjutkan dengan memprediksi kandungan nutrien dedak padi menggunakan persamaan regresi pada sampel standar.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa uji kelarutan total mempunyai nilai SEP dan CV yang terkecil yaitu dengan persamaan y (abu) = 28.81-0.624x (kelarutan total), y (protein kasar) = - 5.012+ 0.657x, y (serat kasar) = 72.31-2.058x, dan y (lemak kasar) = -10.42 + 0.982x. Nilai SEP dan CV secara berturut turut yaitu 2.52% dan 23,62% ; 2.53% dan 23.50%; 8.20% dan 56.91%; serta 3.80% dan 35.49%. Selain menggunakan model persamaan regresi sederhana, penelitian ini mencoba menggunakan model persamaan dengan regresi berganda dari beberapa uji fisik. Dalam persamaan regresi berganda dapat diketahui bahwa dari ketiga faktor peubah persamaan yaitu hasil uji kerapatan tumpukan (KT), Kerapatan Pemadatan Tumpukan (KPT), dan Kelarutan Total (KLT) mempunyai hubungan yang baik dalam menentukan kandungan nutrien namun hanya faktor KLT yang signifikan masuk ke dalam persamaan (P<0.05). Hasil pendugaan berdasarkan persamaan regresi berganda yang paling baik adalah untuk melakukan pendugaan kadar protein kasar dengan persamaan y (protein kasar)= -3.03 + 9.4x1 – 9.9x2 + 0.629x3, dimana x1 adalah kerapatan tumpukan, x2 adalah

kerapatan pemadatan tumpukan, dan x3 adalah kelarutan total dengan nilai SEP

dan CV sebesar 2.26% dan 20.99%. Uji fluoroglucinol dapat memprediksi kadar protein kasar melalui persamaan regresi y (protein kasar) = 12.86 - 0.1046x (kadar sekam) dengan nilai CV dan tingkat keberhasilan (0.5%) pendugaan adalah 19.13% dan 28.57%.

Disimpulkan bahwa komposisi kimia dedak padi terutama kadar abu dan kadar protein kasar dapat diduga dari nilai kelarutan total, selain itu kadar protein kasar juga dapat diduga dari hasil uji fluoroglucinol dan analisis regresi berganda. Kata kunci : Dedak padi, Komposisi kimia, Uji fisik, Pendugaan, dan Analisis

(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)

PENDUGAAN KANDUNGAN NUTRIEN DEDAK PADI

BERDASARKAN KARAKTERISTIK FISIK

ANDRI HANINDYO WIBOWO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judul Tesis : Pendugaan Kandungan Nutrien Dedak Padi berdasarkan Karakteristik Fisik

Nama : Andri Hanindyo Wibowo

NRP : D051050101

Program Studi : Ilmu Ternak ( PTK )

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Nahrowi,M.Sc. Dr.Ir.Idat Galih Permana,M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Dr. Ir. Idat Galih Permana.M.Sc. Prof. Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga Tesis ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2008 ialah Pendugaan Kandungan Nutrien Dedak Padi berdasarkan Karakteristik Fisik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc, selaku dosen pembimbing utama dan Dr.Ir. Idat Galih Permana,M.Sc , selaku dosen pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan arahan, bimbingan dan saran selama penulis melaksanakan penelitian dan penulisan tesis.

Terima kasih juga penulis ucapkan pada Dr. Ir. Jajat Jachja. M.Agr yang telah bersedia sebagai dosen penguji luar komisi dan banyak memberikan

masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

Terima kasih tak terhingga dan penuh hormat penulis ucapkan pada Ayah Ir. Baroto Suranto dan Ibu Nuryuswati tercinta yang selalu mengasuh, mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang serta senantiasa mendo’akan dan memberikan dorongan penuh baik moril maupun materil sampai saat ini. Istriku tercinta Hanny serta anak-anakku Nayla dan Nabil, terima kasih selalu memberi semangat, warna dalam senyum cerianya. Kakakku Ir. Nadia Fitriyani, Adikku Sari Mutiarani,Ssi,A.Pt..terima kasih atas kesabaran dan pengertian yang diberikan selama ini serta pelajaran tentang hidup dan kedewasaan.

Tak lupa penulis ucap terima kasih yang sebesar besarnya kepada Drh. Suparno,MP.MM, dan Dr. Ir. Maradoli Hutasuhut, M.Sc. M.Ec. yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di IPB. Terima kasih juga penulis ucap buat seluruh staf Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak – Bekasi, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik selama pelaksanaan penelitian maupun dalam penulisan tesis ini. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan dapat memberikan masukan bagi dunia peternakan Indonesia.

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada Tanggal 14 Juli 1976 dari ayah Ir. Baroto Suranto dan ibu Nuryuswati penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri 28 Jakarta dan pada tahun 1995 lulus seleksi masuk UGM melalui jalur UMPTN. Penulis memilih Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, lulus pada tahun 2000. Tahun 2005, penulis diterima di Program Studi Ilmu Ternak pada Program Pascasarjana IPB.

(13)

DAFTAR ISI

Pendugaan Kandungan Nutrien berdasarkan Kandungan Nutrien yang lain ……… ... 43

Evaluasi Tingkat Keberhasilan Pendugaan ………. ... 45

Implikasi Kajian ……….. ... 47

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Klasifikasi dedak padi berdasarkan komposisi peryaratan mutu ... 5

2 Proporsi bagian-bagian biji beras ... 5

3 Komposisi kimia dedak padi ... 8

4 Komposisi kimia dedak murni (perikarp + germ) ... 9

5 Nilai nutrien produk beras dari berbagai negara ... 9

6 Nilai kerapatan tumpukan beberapa bahan pakan ... 10

7 Kelarutan total beberapa bahan pakan ... 12

8 Karakteristik fisik dedak padi berdasarkan kandungan sekam ... 13

9 Asal sampel validasi ... 19

10 Komposisi kimia (bahan kering) dan uji fisik sampel standar ... 23

11 Persamaan matematis hubungan antara sekam dan hasil uji kimia dan fisik dedak padi ... 26

12 Persamaan matematis hubungan antara hasil uji fisik dan hasil uji kimia dedak padi ... 30

13 Rataan hasil uji kimia dan uji fisik sampel validasi ... 32

14 Persamaan matematis multi regresi antara kandungan nutrien dan beberapa uji fisik ... 36

15 Rataan uji kimia dan hasil pendugaan dari persamaan multiregresi ... 37

16 Persamaan matematis korelasi pengujian fisik dan kadar sekam ... 38

17 Hasil rerata pendugaan kadar sekam berdasarkan uji fisik bahan ... 38

18 Rataan uji kimia dan hasil pendugaan uji fluoroglucinol ... 42

19 Rataan uji kimia dan pendugaan berdasarkan kadar abu ... 44

20 Tingkat keberhasilan pendugaan kandungan nutrien pada tingkat toleransi pendugaan sebesar 0.5% ... 45

21 Tingkat keberhasilan pendugaan kandungan nutrien pada tingkat toleransi pendugaan sebesar 2.5% ... 46

22 Tingkat keberhasilan pendugaan kandungan nutrien pada tingkat toleransi pendugaan sebesar 5% ... 47

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Diagram Sankey ; proses penggilingan padi ... 4

2 Struktur biji beras ... 6

3 Karakteristik stereomikroskopis dedak padi (Dedak, Butiran Beras dan Sekam) ... 7

4 Karakteristik fisik mikroskopis dedak padi (40 kali) ... 7

5 Karakteristik stereomikroskopis sekam ... 8

6 Sampel standar dedak padi yang telah dicampur dengan sekam ... 18

7 Alur pikir penelitian ... 20

8 Interaksi antara prosentase sekam dan kandungan proksimat dedak padi ... 24

9 Interaksi penambahan sekam dengan kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi... 25

10 Interaksi penambahan sekam dengan kelarutan total dedak padi ... 26

11 Interaksi antara kerapatan tumpukan dengan kandungan nutrisi dedak padi ... 27

12 Interaksi antara kerapatan pemadatan tumpukan dengan kandungan nutrisi dedak padi ... 28

13 Interaksi antara kelarutan total dengan kandungan nutrisi dedak padi ... 29

14 Sebaran data hasil uji proksimat pada sampel validasi ... 31

15 Sebaran data hasil uji protein kasar dan garis linier persamaan pendugaan kadar protein kasar berdasarkan uji kelarutan total ... 34

16 Sebaran data hasil uji serat kasar dan garis linier persamaan pendugaan kadar serat kasar berdasarkan uji kelarutan total ... 34

17 Interaksi antara hasil uji kerapatan tumpukan,kerapatan pemadatan tumpukan, dan kelarutan total ... 35

18 Foto hasil uji fluoroglucinol pada sampel standar (P1-P12) ... 40

19 Foto hasil uji fluoroglucinol pada sampel standar (P13-P21) ... 41

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Persamaan regresi dan analisis ragam (ANOVA) antara

hasil uji proksimat dengan kadar sekam sampel standar ... 54 2 Persamaan regresi dan analisis ragam (ANOVA) antara

hasil uji fisik dengan kadar sekam sampel standar ... 55 3 Persamaan regresi dan analisis ragam (ANOVA) antara

hasil uji proksimat dengan uji kerapatan tumpukan ... 56 4 Persamaan regresi dan analisis ragam (ANOVA) antara hasil uji

proksimat dengan uji kerapatan pemadatan tumpukan (5 menit)

sampel standar ... 57 5 Persamaan regresi dan analisis ragam (ANOVA) antara

hasil uji proksimat dengan uji kelarutan total pada sampel standar ... 58 6 Analisis persamaan multi regresi dan analisis ragam (ANOVA) antara

hasil uji proksimat dengan uji KT, KPT, dan KLT sampel standar ... 59 7 Persamaan regresi dan Analisis Ragam (ANOVA) antara

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu bahan lokal penyusun ransum ternak sumber energi adalah dedak padi. Hampir setiap produsen pakan dari berbagai ternak menggunakan dedak padi dalam ransumnya. Dedak padi merupakan hasil ikutan proses penggilingan padi menjadi beras sehingga ketersediaannya berfluktuasi sepanjang tahun sesuai dengan musim panen padi. Pada musim panen padi jumlahnya melimpah dan harganya relatif murah, sebaliknya pada musim yang lain seperti musim hujan jumlahnya berkurang dan harganya tinggi.

Indonesia sebagai salah satu negara penghasil padi, memiliki potensi sebagai penghasil dedak terbesar ketiga di dunia. Potensi ketersediaan ini dapat menjadikan dedak padi sebagai bahan pakan lokal yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Namun saat ini dedak padi masih memiliki permasalahan dalam hal bervariasinya kualitas kandungan nutriennya yang dapat disebabkan oleh adanya kontaminan yang disebabkan oleh kesalahan pengolahan pasca panen atau karena adanya unsur pencampuran / pemalsuan dengan bahan – bahan pencampur yang mempunyai sifat anti nutritif bagi ternak. Di sisi lain bahan pakan yang digunakan dalam ransum ternak harus terjamin kualitasnya karena dapat menentukan kualitas ransum. Jika kualitas bahan pakan yang digunakan tidak baik maka kandungan nutrisi ransum tidak akan sesuai dengan yang diharapkan

(19)

Pendekatan pengembangan metode ini sebagai salah satu pendekatan rapid test masih belum banyak dilakukan, sehingga penelitian ini perlu dilakukan agar dapat diaplikasikan oleh seluruh konsumen/ pengguna bahan dedak padi.

Tujuan

Tujuan Umum

Mengetahui kandungan nutrien bahan dedak padi melalui pendekatan karakteristik fisik bahan dedak padi dengan cara mengevaluasi hubungan matematis antara sifat fisik mutu bahan dengan kandungan nutriennya.

Tujuan Khusus

1. Mendapatkan sampel karakteristik sifat fisik standar

2. Menentukan hubungan matematis antara dua faktor yaitu prosentase kandungan sekam di dalam dedak padi dan kandungan nutrisi campuran dedak padi dan sekam.

3. Memvalidasi hubungan matematis hasil sampel standar pada sampel validasi Hipotesa

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Pakan Dedak Padi

Dedak padi adalah salah satu dari tiga produk samping yang diperoleh dari hasil penggilingan padi (Juliano dan Bechtel 1985). Dedak padi adalah lapisan luar atau kulit pelapis dari beras dengan sejumlah tertentu dari potongan kecil sekam, beras patah dan kalsium karbonat yang tidak dapat dihindari dari hasil penggilingan beras konsumsi manusia, serta mempunyai kandungan serat kasar tidak lebih dari 13% (Cooley 1976).

Definisi dedak padi menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah hasil ikutan pengolahan padi (Oryza sativa) menjadi beras terutama dari lapisan kulit ari.

Proses Pembuatan

Dedak padi merupakan hasil dari penyosohan dan pembersihan gabah padi, yang dibutuhkan untuk memproduksi beras putih sebagai makanan manusia. Proses penyosohan dan pembersihan dedak padi merupakan bagian dari proses penggilingan padi untuk mengolah padi menjadi beras yang siap untuk dikonsumsi. Definisi dari penggilingan padi adalah sebuah proses ketika manusia menggunakan mesin untuk menghilangkan benda asing, sekam, kulit padi, dan biji pecah dari beras untuk dipersiapkan sebagai butir padi yang akan digunakan untuk bermacam tujuan komersial (Bond 2004).

(21)

Gambar 1 Diagram Sankey: proses penggilingan padi (Sumber : Warries 2006)

Klasifikasi

Klasifikasi jenis dedak yang sudah lazim dikenal di Indonesia menurut Lubis (1958) yaitu sebagai berikut :

1. Dedak Kasar: dedak ini diperoleh dari hasil penumbukan pertama atau dari penggilingan dengan mesin pengupas kulit, sebagian besar terdiri dari pecahan-pecahan kulit gabah yang agak kasar, dedak inilah yang paling rendah nilai gizinya.

2. Dedak halus atau (dedak) lunteh: dedak ini diperoleh dari pengayakan hasil ikutan dari penumbukan padi pada gelombang kedua dan ketiga, dedak ini terdiri atas selaput beras dan pecahan – pecahan lembaga. Biasanya masih tercampur sedikit bubuk halus yang berasal dari kulit gabah.

(22)

Standar Nasional Indonesia mengklasifikasikan dedak padi sebagai bahan pakan berdasarkan spesifikasi persyaratan mutu (Tabel 1)

Tabel 1 Klasifikasi dedak padi berdasarkan komposisi peryaratan mutu

Klasifikasi

Biji beras memiliki beberapa bagian dengan proporsi yang berbeda (Tabel 2 dan Gambar 2).

Tabel 2 Proporsi bagian-bagian biji beras

Bagian Biji Beras Proporsi (%)

Sekam 20.0

Lapisan luar + Germ 10.0

Endosperm Berpati 70.0

(23)

Gambar 2 Struktur biji beras (Sumber: Juliano 1972)

Karakteristik dedak padi di bawah mikroskop stereo menurut Khajarern et al. (1987) terbagi menjadi beberapa bagian dengan karakteristik masing-masing yang spesifik yaitu :

1. Sekam: berbentuk pecahan yang tidak beraturan, mengkilap pada bagian permukaan luar dan berwarna kuning sampai coklat.

2. Dedak: berbentuk pecahan-pecahan kecil yang berminyak, berwarna krem sampai kuning pucat dan menggumpal.

3. Bagian bijian: permukaan lembut, bentuk kecil tidak beraturan, tembus cahaya, keras, berwarna putih dan garis luar oval.

(24)

Gambar 3 Karakteristik stereomikroskopis dedak padi (Dedak, Butiran Beras dan Sekam)

Sumber: Khajarern et al. 1987

Kararakterististik fisik dedak padi secara mikroskopis seperti ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Karakteristik fisik mikroskopis dedak padi (40 kali)

Dari karakteristik fisik tersebut di atas, sekam merupakan bagian dari dedak padi bahkan dapat menentukan kualitas dedak padi. Menurut Cheeke (2005), sekam memiliki kandungan silika yang tinggi sehingga sekam bersifat abrasif dan kecernaannya rendah. Oleh karena itu, sekam yang tinggi dalam dedak padi dapat menyebabkan peradangan dan pendarahan pada mukosa saluran pencernaan sehingga akan mempengaruhi performan ternak. Hal ini didukung oleh Houston (1972b) yang menyatakan bahwa sekam bersifat abrasif, keras, berkayu, amba, kandungan nutrien rendah dan kandungan abu tinggi.

Keberadaan sekam yang halus dalam dedak padi sulit terdeteksi secara visual. Hal ini didukung oleh Bates (2005) yang menyatakan bahwa pemalsuan pakan biasanya menggunakan bahan pencampur yang halus yaitu partikel yang

DM

S

BB

(25)

melewati ayakan nomor 40 mesh agar tidak mudah terdeteksi. Partikel pakan yang melewati ayakan nomor 10 mesh disebut sebagai kontaminasi serat.

Menurut Houston (1972b), keberadaan sekam dalam jumlah yang sedikit dikarenakan proses penggilingan yang efisien dan beberapa butir beras akan muncul pada saat proses penghilangan dedak.

Gambar 5 Karakteristik stereomikroskopis sekam Sumber: Khajarern et al. 1987

Komposisi Kimia

Menurut Rukmini (1988), komposisi kimia dedak bergantung pada berbagai faktor yang erat hubungannya dengan butir padi itu sendiri maupun kondisi penggilingannya. Faktor utama yang menentukan sifat butir padi adalah varietas dan kondisi lingkungan. Faktor-faktor tersebut menentukan komposisi kimia, distribusi konstituen, ketebalan lapisan-lapisan anatomis, ukuran dan bentuk butir padi atau beras serta ketahanan butiran terhadap penggilingan ataupun penyosohan (Luh 1980).

Tabel 3 Komposisi kimia dedak padi

Zat Makanan Sumber Literatur

Houston, 1972a (%)

BPMPT , 2002-2004 (%)

Air 8.4-14.7 8.33-12.93

Protein 8-15.4 8.43-13.53

Lemak 7.7-22.4 2.88-5.96

Abu 7.1-20.6 4.66-17.96

(26)

Tabel 4 Komposisi kimia dedak padi murni (perikarp + germ)

Tabel 5 Nilai nutrien produk beras dari berbagai negara

Jenis Produk dan asalnya

Adanya variasi komposisi kimia pada dedak padi menggambarkan adanya perbedaan varietas tanaman padi, tingkat penggilingan , dan kontaminasi sekam (Orthoefer dan Eastman 2004)

Sifat Fisik Bahan

(27)

Sifat fisik pakan adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk diketahui. Nilai fisik berbeda antara jenis pakan yang satu dengan yang lainnya. Ukuran dan kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sifat fisik disamping distribusi ukuran partikel, bentuk, dan karakteristik permukaan suatu bahan (Wirakartakusumah et al. 1992).

Kerapatan Tumpukan (Bulk Density)

Kerapatan tumpukan merupakan salah satu yang dapat memberikan informasi sifat fisik bahan. Menurut Chung dan Lee (1985) kerapatan tumpukan lebih penting daripada berat jenis bahan dalam pengeringan dan penyimpanan secara praktis. Kerapatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya dengan satuan Kg/m3. Uji kerapatan tumpukan (keambaan) merupakan pengukuran sampel secara sederhana dalam analisis pangan yang dapat mencerminkan kemurnian dan tekstur dari biji-bijian sehingga menghasilkan hasil yang akurat sebanding dengan metode rapid test (Pomeranz dan Meloan 1971).

Tabel 6 Nilai kerapatan tumpukan beberapa bahan pakan

Bahan pakan Kerapatan Tumpukan (Kg/m3)

Jagung pipil (*) 0.721

Sorghum 0.641 - 0.721

Kacang tanah pipil 0.240 - 0.304

Bungkil kedelai 0.594 - 0.610

Tepung ikan 0.562

Dedak padi hasil rice milling unit 0.285

Dedak padi hasil dari Huller 0.320

Sumber : (*) Syarief dan Irawati (1988)

(28)

Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Uji kerapatan pemadatan tumpukan (KPT) merupakan perbandingan antara berat bahan terhadap volume ruang yang ditempati setelah dilakukan proses pemadatan seperti penggoyangan. Sebaiknya pengukuran kerapatan pemadatan tumpukan dilakukan dengan mesin penggoyang yang diketahui kekuatannya.

Nilai Kerapatan tumpukan yang berhubungan erat dengan nilai kerapatan pemadatan tumpukannya dapat disebabkan karena metode yang digunakan pada pengukuran kerapatan pemadatan tumpukan hampir sama dengan metode pengukuran kerapatan tumpukan bedanya hanya pada proses pemadatan yang dilakukan untuk pengukuran pada kerapatan pemadatan tumpukan. Pemadatan ini dilakukan dengan cara menggoyang-goyangkan gelas ukur untuk mendapatkan nilai kepadatan bahan (Khalil, 1999a).

Kelarutan Total

Menurut Vogel (1978) kelarutan total adalah jumlah zat yang dapat dilarutkan dalam pelarutnya, dimana kelarutan total tergantung pada suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan dan komposisi kelarutan totalnya. Selain itu kelarutan total juga tergantung pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain, terutama ion-ion dalam campuran tersebut. Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa pelarut adalah suatu substansi pada fase yang sama (padatan, cairan, dan gas) sebagai bagian yang menyusun larutan. Pelarut yang baik adalah air, karena air melarutkan atau mendispersi sebagai zat berdasarkan sifat dwi kutub yang dimilikinya. Beberapa zat yang tidak mengandung ion, tetapi termasuk senyawa polar seperti gula, alkohol, aldehida larut dalam air. Kelarutan totalnya dalam air disebabkan oleh adanya gugus hidroksil (gula dan alkohol) dan gugus O2 karbonil (aldediha dan keton) yang cenderung membentuk ikatan hydrogen

dengan air (Voet et al. 1999).

(29)

Tabel 7 Kelarutan total beberapa bahan pakan

Bahan Pakan Kelarutan total (%BK)

Dedak 8.48

Onggok 9.10

Gaplek 9.32

Bungkil Kelapa 7.77

Jerami Padi 8.79

Uji Kualitas Bahan Pakan

Penentuan kualitas bahan pakan dilakukan dengan beberapa teknik seperti uji fisik, analisis kimia dan biologis (Cheeke 2005).

Uji Fisik

Secara umum uji fisik terdiri dari dua metode yaitu uji fisik kualitatif dan uji fisik kuantitatif.

(30)

Tabel 8 Karakteristik fisik dedak padi berdasarkan prosentase kandungan sekam Parameter

karakteristik fisik

kandungan sekam dalam dedak (%)

5 20

Warna coklat muda coklat tua

Tekstur halus dan menggumpal kasar dan tidak menggumpal

Bau khas dedak kurang khas dedak

Analisis Kimia

Pengujian secara kimia memberikan dasar yang kuat untuk memulai evaluasi pakan. Terdapat dua jenis pengujian secara kimia, yaitu kualitatif dan kuantitatif.

Pengujian Kimia Kualitatif

Uji kimia kualitatif merupakan pengujian ada atau tidaknya suatu nutrien organik maupun anorganik di dalam suatu bahan seperti uji fluroglusinol untuk menguji kandungan lignin pada dedak padi.

Uji Floroglucinol

Reaksi kimiawi yang terjadi dalam uji floroglucinol menandakan adanya unsur lignin di dalam bahan. Uji floroglucinol sangat baik dilakukan untuk mengetahui adanya campuran kulit gabah di dalam dedak padi, karena kulit gabah mengandung lignin. Perubahan warna yang terjadi dari reaksi antara lignin dan larutan floroglucin adalah timbulnya warna merah.

Pengujian Kimia Kuantitatif

(31)

yang tinggi atau kandungan N yang tinggi itu belum berarti kandungan asam amino di dalamnya seimbang. Bahan makanan dengan N yang tinggi tersebut bisa saja berasal dari bahan lain seperti urea (Bates 2005). Penentuan serat melalui analisis Proksimat tidak dapat menguraikan komponen dari serat, sehingga analisis ini seharusnya dilengkapi dengan analisis van soest yang dapat menentukan komponen dari bahan berserat berdasarkan kelarutan totalnya dengan larutan detergen (Cheeke 2005).

Analisis Biologis

Pengujian secara biologis merupakan kelanjutan dari pengujian fisik dan kimia dengan tujuan untuk mengetahui toksisitas, kecernaan, konsumsi, defisiensi dan parameter lain dengan menggunakan ternak atau hewan percobaan secara in vitro atau in vivo .

Regresi Linear

Analisis regresi adalah suatu metode pendugaan dengan menggunakan suatu pola persamaan yang dibentuk guna menerangkan pola hubungan variabel-variabelnya.

Dengan membuat suatu pola persamaan, maka pendugaan ke arah peramalan akan dapat dilakukan. Dalam regresi linear, nilai-nilai Y diperoleh dari beberapa populasi, setiap populasi itu ditentukan oleh nilai X tertentu. Keacakan Y diperlukan agar teori peluang dapat diterapkan . Selain itu juga diasumsikan bahwa populasi - populasi Y itu menyebar normal dengan ragam yang sama. Peubah Y disebut dengan peubah tidak bebas, karena setiap nilai Y bergantung pada populasi yang diambil contohnya. Peubah X disebut peubah bebas atau argumen (Steel dan Torrie 1995)

(32)

dinyatakan tentang hubungan keeratan antara variabel-variabel dari analisis regresi tersebut.

(33)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan mulai dari Juni 2009 sampai November 2009 di Laboratorium Analisis Kimia Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak- Kecamatan Setu Bekasi,

Bahan Penelitian

Bahan pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah dedak padi dan sekam padi asal Provinsi Jawa Barat. Dedak padi yang digunakan sebagai sampel standar yaitu hasil pengolahan beras pecah kulit (bekatul) yang berasal dari 1 (satu) jenis varietas dan 1 (satu) lokasi penggilingan padi.

Bahan kimia yang digunakan antara lain, larutan Floroglucin dalam HCl dan Ethanol, serta bahan - bahan kimia lainnya yang digunakan untuk analisis proksimat.

Metode Penelitian

Percobaan I: Pembuatan Sampel Standar

(34)

Berikut adalah rasio antara campuran dedak dan sekam : menggunakan alat riffler divider serta menggunakan teknik quartering, yaitu dengan cara membagi 4 bagian sampel dan mengambil 2 bagian dan seterusnya hingga diperoleh berat sampel sebanyak 1 kilogram, sehingga pencampuran sampel homogen.

Seluruh sampel (Gambar 6) dilakukan pengamatan sifat fisik bahan yang meliputi uji kerapatan tumpukan, uji kerapatan pemadatan tumpukan, dan uji kelarutan total serta penentuan kualitas bahan berdasarkan analisis proksimat.

(35)

Gambar 6 Sampel standar dedak padi yang telah dicampur dengan sekam

Peubah

Peubah yang diamati dalam percobaan ini adalah 1) Kerapatan tumpukan 2) Kerapatan pemadatan tumpukan 3) Uji kelarutan total 4) Uji fluroglucinol 5) Kandungan nutrien (analisa proksimat) 6) Hubungan matematis antara sifat fisik dengan kandungan nutrien masing-masing bahan.

P1 P2 P3 P4

P5 P6 P7 P8

P9 P10 P11 P12

P13 P14 P15 P16

(36)

Percobaan II : Validasi Hubungan Matematis

Validasi dilakukan dengan cara menggunakan hubungan matematis yang diperoleh pada Percobaan I. Sampel validasi yang digunakan adalah sampel dedak padi yang diambil dari dedak padi yang beredar di pasaran dan juga dari sampel dari pelanggan yang diterima di BPMPT (Tabel 9).

Tabel 9 Asal sampel validasi

Asal sampel Jumlah sampel

Pabrik pakan 11

Pedagang dedak 19

Produsen (penggilingan) 4

Dinas peternakan provinsi 24

Peternak 3

Total 61

Seluruh sampel validasi dilakukan pengujian kimia dan fisik seperti yang dilakukan pada sampel standar. Sesuai dengan tujuannya, hasil uji dari sampel validasi akan dijadikan sebagai nilai acuan dalam proses validasi pendugaan nilai kandungan nutrien. Parameter keberhasilan validitas hubungan matematis dilakukan dengan beberapa cara perhitungan yaitu standard of prediction (SEP) (Park et al. 1999) dan Coeffisien variation (CV) (Xiccato et al. 1999).

Peubah

(37)

Gambar 7. Alur pikir penelitian

Penentuan Kualitas Bahan

Uji Kerapatan Tumpukan

Kerapatan bahan akan dihitung dengan mencurahkan bahan dengan bobot tertentu ke dalam gelas ukur 100 mL. Metode pemasukan bahan ke dalam gelas ukur sama untuk setiap pengamatan, baik cara maupun pencurahan. Pencurahan sampel dibantu corong plastik dan sendok teh, guna meminimumkan penyusutan volume curah sampel akibat pengaruh gaya berat sampel itu sendiri saat dicurahkan dan perlu dihindari terjadinya guncangan pada gelas ukur. Kerapatan bahan dinyatakan dalam satuan SI yaitu Kg/m3 dan dihitung dengan cara membagi berat dengan volume yang ditempati sampel (Khalil, 1999).

Berat Bahan M

KT = --- = --- Volume ruang yang ditempati V

Uji Kerapatan Pemadatan Tumpukan

(38)

sebanyak 5 gram ke dalam gelas ukur 100 mL, tetapi volumenya diukur setelah dilakukan pemadatan yang dilakukan dengan cara menggoyangkan gelas ukur. Pada penelitian ini penggoyangan dilakukan dengan bantuan alat vortex dan dilakukan dalam waktu 2 dan 5 menit.

Kerapatan pemadatan tumpukan dinyatakan dalam satuan Kg/m3. Perhitungan kerapatan pemadatan tumpukan diperoleh dengan persamaan ;

Berat Bahan M

KPT = --- = --- Volume ruang yang ditempati V

Uji Kelarutan Total

Uji kelarutan total dapat mencerminkan tingkat kecernaan pakan. Uji ini dilakukan dengan cara: labu erlenmeyer ditimbang dalam timbangan analitik digital lalu diisi sampel sebanyak 5 g, kemudian ditambahkan air aquades sebanyak 200 mL. Setelah itu sampel diaduk dengan menggunakan pengaduk magnetik selama ± 15 menit sampai tercampur secara merata. Lalu saring dengan menggunakan pompa vacum. Selanjutnya sampel yang tersisa di oven 1050C selama 3 jam. Sampel ditimbang lagi hingga mencapai bobot konstan sebagai data berat akhir. Hasil akhir kelarutan total merupakan hasil prosentase berdasarkan bahan kering.

Berat Awal bahan – Berat setelah di oven

Kelarutan total (%BK) = --- x 100 % Berat awal bahan

Uji Floroglucinol

(39)

pengamatan. perubahan warna pada dedak yaitu adanya serpihan partikel berwarna merah merupakan sekam.

Analisis Kimia Pakan

Analisis kimia yang digunakan adalah analisis proksimat yang dilakukan pada setiap sampel bahan pakan. Uji proksimat (kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar) sesuai dengan metode Standar Nasional Indonesia (SNI – 2891-1992) dan AOAC, 2005.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan perhitungan statistik menggunakan persamaan regresi linier kriteria kuadrat terkecil (least square method) dengan model persamaan umum y = a + bx (Steel and Torrie 1995). Untuk memastikan hubungan korelasi yang ada dapat diterima secara statistik, dilanjutkan dengan Uji - T pada nilai r.

Pengolahan data untuk mendapatkan persamaan regresi dilakukan dengan program Minitab 15.

Parameter keberhasilan validitas hubungan matematis dilakukan dengan beberapa cara perhitungan yaitu standard of prediction (SEP) (Park et al. 1999) , Coefisien variasi (CV) (Xiccato et al. 1999) , dan rasio antara SD/SEP (Fontaine et al. 2001).

Standard of Prediction (SEP) dihitung dengan formula sebagai berikut :

dimana y nilai acuan, yˆ adalah nilai prediksi dan nv adalah jumlah sampel yang digunakan untuk validasi

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Korelasi antara Komposisi Kimia dan Komposisi Fisik Sampel Standar

Hasil pengujian proksimat dan pengujian fisik pada sampel standar dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Komposisi kimia (bahan kering) dan uji fisik sampel standar (n=21) Campuran tumpukan), KPT (kerapatan pemadatan tumpukan 2 menit dan 5 menit), KLT (kelarutan total)

(41)

kadar abu dan serat kasar serta penurunan kadar lemak, kecuali pada kadar air, data hasil uji menunjukkan relatif stabil.

Rasio perbandingan antara kadar abu : protein kasar : serat kasar. Apabila pada sampel dedak murni rasio antara kadar abu : protein kasar : serat kasar yaitu sebesar 9.84 : 13.99 : 11.85 atau sebesar 1 : 1.42 : 1.20. Sedangkan rasio antara kadar abu : protein kasar : serat kasar pada sekam yaitu sebesar 21.87 : 2.48 : 48.76 atau sebesar 1 : 0.11 : 2.23.

Gambar 8 Hubungan antara prosentase sekam dan kandungan proksimat dedak padi

Apabila dari hasil pengujian proksimat pada Tabel 10 digambarkan dengan grafik linearitas, dapat dilihat bahwa kadar abu dan serat kasar mempunyai hubungan yang positif dengan kandungan sekam sedangkan kadar protein kasar dan lemak kasar mempunyai hubungan yang negatif dengan penambahan kadar sekam (Gambar 8).

(42)

Gambar 9 Hubungan penambahan sekam dengan kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi

Dari hasil uji kerapatan tumpukan menunjukkan bahwa setiap penambahan sekam ke dalam dedak padi akan meningkatkan nilai kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Khalil (1999) bahwa setiap penambahan sekam ke dalam dedak padi akan meningkatkan ukuran partikel serta mengaruhi nilai berat jenis bahan sehingga mempengaruhi nilai kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan.

Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa pola scatter pada diagram hasil uji kerapatan tumpukan hampir sama dengan pola diagram scatter uji kerapatan pemadatan tumpukan. Nilai kerapatan pemadatan tumpukan mempunyai hubungan yang erat dengan nilai kerapatan tumpukan, karena metode yang digunakan pada pengukuran kerapatan pemadatan tumpukan hampir sama dengan metode pengukuran kerapatan tumpukan yaitu dengan melakukan pemadatan pada selang waktu tertentu (Khalil, 1999).

(43)

Gambar 10 Hubungan penambahan sekam dan kelarutan total dedak padi

Dengan dilakukan penambahan sekam, berarti semakin bertambahnya unsur bahan anorganik yang mempunyai sifat tidak larut dalam air, sehingga semakin bertambahnya unsur sekam di dalam dedak padi maka nilai kelarutan total semakin berkurang.

Dari beberapa grafik linearitas pada Gambar 8 dan 9, dapat dihasilkan beberapa persamaan regresi linear dari masing-masing parameter uji (Tabel 11)

Tabel 11 Persamaan matematis hubungan antara sekam dan hasil uji kimia dan fisik (n=21)

Parameter Uji Persamaan r2 r

ABU ABU = 10.24 + 0.113x 0.994 0.996*

PK PK = 14.54 - 0.119x 0.995 0.997*

LK LK = 18.77 - 0.177x 0.987 0.993*

SK SK = 11.00 + 0.375x 0.995 0.997*

KT KT = 0.279 + 0.000x 0.793 0.890*

KPT 2 KPT2 = 0.348 + 0.001x 0.826 0.908*

KPT 5 KPT5 = 0.380 + 0.001x 0.931 0.964*

KLT KLT = 29.64 -0.179x 0.985 0.992*

1. Keterangan : PK (Protein Kasar), LK (Lemak Kasar), SK (Serat Kasar), KT (Kerapatan Tumpukan), KPT2 (Kerapatan Pemadatan Tumpukan 2 menit), KPT 5 (Kerapatan Pemadatan Tumpukan 5 menit), KLT (Kelarutan total), r (koefisien korelasi), r2(koefisien determinasi), x (kadar sekam)

(44)

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa kadar serat kasar mempunyai hubungan korelasi yang paling erat dengan penambahan sekam, kemudian secara berturut-turut diikuti abu, protein dan lemak. Uji kelarutan total mempunyai hubungan yang erat dengan penambahan sekam, kemudian secara berturut-turut uji pemadatan kerapatan tumpukan selama 5 menit dan uji pemadatan kerapatan tumpukan selama 2 menit dan terakhir adalah uji kerapatan tumpukan. Dari uji signifikansi dengan uji t, menunjukkan bahwa semua nilai r pada Tabel 11 mempunyai hubungan linear pada signifikansi 5%. Kerapatan pemadatan tumpukan 5 menit kemudian digunakan pada pengujian sampel validasi, karena secara nyata mempunyai nilai r lebih baik daripada uji pemadatan kerapatan tumpukan yang dilakukan selama 2 menit. Hal ini juga menunjukkan bahwa lama waktu pemadatan dapat mempengaruhi hasil uji kerapatan pemadatan tumpukan.

Dari persamaan Tabel 11 dapat diperoleh informasi bahwa dengan adanya setiap penambahan kadar sekam sebanyak 1 % pada dedak padi maka terdapat peningkatan kadar abu sebesar 0.113%, penurunan kadar protein kasar sebesar 0.119%, penurunan kadar lemak kasar sebesar 0.177%, dan peningkatan kadar serat kasar sebesar 0.375%.

Hubungan matematis antara hasil uji fisik dengan hasil uji proksimat dapat digambarkan pada grafik linearitas (Gambar 11).

(45)

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa kadar abu dan serat kasar mempunyai hubungan yang positif dengan kerapatan tumpukan sehingga peningkatan nilai kerapatan tumpukan akan meningkatkan kadar abu dan kadar serat kasar. Kadar protein kasar dan lemak kasar mempunyai hubungan yang negatif dengan kerapatan tumpukan bahan, sehingga adanya peningkatan nilai kerapatan tumpukan akan menurunkan nilai kadar protein kasar dan lemak kasar. Hal ini menandakan bahwa kandungan protein kasar dan lemak kasar dipengaruhi oleh kandungan abu dan serat kasar dalam suatu bahan. Salah satu hal lain yang dapat dilihat pada grafik pada Gambar 10 yaitu bahwa kandungan sekam 0-10% mempunyai kerapatan tumpukan di sekitar nilai 0.25 Kg/m3 sedangkan dedak padi dengan kandungan sekam 10%- 40% mengumpul pada nilai 0.27 - 0.28 Kg/m3 dan pada dedak padi yang mengandung sekam di atas 40% mempunyai nilai di atas 0.28 Kg/m3 dan bergerak secara linear hingga bahan mengandung 100% sekam. Hal ini menggambarkan bahwa pada dedak padi dengan 10% kandungan sekam tidak begitu berpengaruh pada hasil uji kerapatan tumpukan dan kandungan nutrien, karena pada level 10% kadar sekam, unsur dedak padi masih lebih banyak berperan daripada faktor sekamnya. Pada kandungan sekam 10%-40%, sudah terjadi tarik menarik antara partikel unsur dedak dan sekam dengan hasil kerapatan tumpukan yang masih berimbang pada nilai 0.27 - 0.28 Kg/m3 dan mulai berpengaruh pada kandungan nutrien, sedangkan pada level kadar sekam di atas 40 % faktor sekam lebih berpengaruh dan mempengaruhi kandungan nutrien secara linear.

(46)

Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa sebaran nilai kerapatan pemadatan tumpukan lebih baik dibandingkan dengan nilai kerapatan tumpukan.

\\

kelarutan total (%) \

Gambar 13 Hubungan antara kelarutan total dengan kandungan nutrisi dedak padi

Pada gambar 13 dapat dilihat bahwa kadar serat dan abu mempunyai hubungan yang negatif dengan kelarutan total dan kadar lemak kasar dan protein kasar mempunyai hubungan yang positif terhadap kelarutan total. Nilai kelarutan total terhadap kandungan nutrisi relatif menggambarkan linearitas yang lebih baik dibandingkan dengan nilai kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan hal ini terlihat dari menyebarnya data secara linear mulai dari dedak padi dengan kandungan 0% hingga 100% bahan yang mengandung sekam.

(47)

Tabel 12 Persamaan matematis hubungan antara hasil uji fisik dan hasil uji kimia (Kelarutan total), r (koefisien korelasi), r2 ( koefisien determinasi)

2. Superskrip * menunjukkan signifikansi P <0,05

Nilai koefisien korelasi pada semua persamaan pada Tabel 12 dinyatakan signifikan pada P<0,05 untuk setiap persamaan. Persamaan matematis yang paling berkorelasi adalah antara kadar abu dan kadar protein kasar dengan uji kelarutan total yaitu dengan nilai r : 0.994, sedangkan persamaan yang memiliki nilai koefisien korelasi paling rendah adalah antara kadar serat kasar dengan uji kerapatan tumpukan yaitu dengan nilai r : 0.888.

Persamaan matematis antara kandungan nutrien proksimat dengan kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan menunjukkan bahwa kadar abu dan serat kasar mempunyai hubungan yang positif, sehingga setiap kenaikan nilai kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan menaikkan nilai kadar abu dan serat kasar. Sedangkan kadar protein kasar dan lemak kasar mempunyai hubungan yang negatif, sehingga setiap kenaikan nilai kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan menurunkan kadar protein kasar dan lemak kasar. Hal ini menunjukkan bahwa setiap bahan sumber abu dan serat akan lebih banyak menempati volume dibandingkan bahan yang sumber protein dan lemak.

(48)

lemak kasar mempunyai hubungan yang positif terhadap kelarutan total, sehingga pada setiap peningkatan nilai kelarutan total total akan meningkatkan nilai protein kasar dan lemak kasar. Hal ini menunjukkan bahwa setiap bahan sumber abu dan serat, tidak mudah larut di dalam air daripada bahan sumber protein dan lemak.

Dari hasil uji t terhadap nilai r pada setiap persamaan, bahwa variabel peubah pada setiap persamaan, yaitu uji fisik, menunjukkan hubungan linear pada signifikansi 5%, sehingga semua persamaan dapat digunakan untuk menduga kandungan nutrien dedak padi.

Sampel Validasi

Dari hasil pengujian proksimat pada sejumlah 61 sampel validasi telah diperoleh nilai kandungan nutrisi untuk kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar serat kasar, dan kadar lemak kasar (Gambar 14).

Gambar 14 Sebaran data hasil uji proksimat pada sampel validasi (n=61)

(49)

standar deviasi yang cukup besar yaitu 4.5% dan 6.9%. Nilai hasil uji untuk kadar abu berkisar antara 5.7% - 35.4% , dan nilai hasil uji kadar serat kasar berkisar antara 6.47 % - 34.67%, sementara untuk hasil uji lemak kasar berkisar antara 1.82%-17.75% dan pada hasil uji protein kasar relatif lebih kecil variasinya yaitu antara 4.1%-15.97%. Variasi yang cukup besar khususnya pada hasil kadar abu dan serat kasar, disebabkan karena sampel validasi yang diperoleh berasal dari berbagai macam rantai tata niaga dedak padi mulai dari penggilingan selaku produsen, pedagang pengumpul, pedagang perantara, hingga pabrik pakan dan peternak selaku konsumen, dan tidak menutup kemungkinan adanya kontaminan dari proses pembuatan dedak atau memang dilakukan pencampuran bahan tertentu ke dalam dedak padi yang mempengaruhi nilai kadar abu dan serat kasar.

Pendugaan Kandungan Nutrien dan Tingkat Validasinya

Tabel 13. Rataan hasil uji kimia dan uji fisik sampel validasi (n=61) Kandungan fisik ditambahkan nilai standard of prediction)

(50)

perbedaan kadar sekam paling berpengaruh terhadap kadar abu, protein kasar dan serat kasar.

Secara umum nilai standard of prediction dan CV pada rata-rata hasil prediksi kandungan nutrien berdasarkan nilai KT (Tabel 13) masih sangat besar, bahkan pada pendugaan kadar serat kasar nilai CV mencapai 104,10%.

Apabila dibandingkan antara nilai SEP dan CV (Tabel 13) dapat dilihat bahwa untuk pendugaan kandungan nutrien dedak padi, hasil prediksi dari hasil uji kelarutan total memberikan nilai SEP dan CV yang terkecil daripada nilai SEP dan CV hasil rata-rata pendugaan hasil uji kerapatan pemadatan tumpukan dan kerapatan tumpukan.

Pada pendugaan kandungan nutrien hasil uji kelarutan total, dapat dilihat bahwa nilai SEP pada pendugaan kadar abu memberikan nilai yang paling baik yaitu 2.52% dan SEP pendugaan kadar protein hasil uji kelarutan total tidak berbeda jauh yaitu 2.53%. Sedangkan apabila dilihat dari nilai CV, pendugaan kadar protein kasar mempunyai nilai CV yang paling kecil yaitu sebesar 23.50% disusul oleh nilai CV kadar abu sebesar 23.62%. Walaupun nilai CV pendugaan kadar abu dan protein kasar hasil uji kelarutan total menunjukkan yang paling baik dibandingkan dengan pendugaan kadar nutrien yang lain, namun pendugaan ini masih belum langsung dapat diterima, hal ini sesuai dengan pernyataan Sastrosupadji (1995), bahwa untuk nilai CV yang dapat diterima pada sebuah percobaan adalah sebesar 15-20%.

(51)

Gambar 15 Sebaran data hasil uji protein kasar dan garis linier persamaan pendugaan kadar protein kasar berdasarkan uji kelarutan total

Pada gambar 15 dapat dilihat persamaan garis linear pendugaan kadar protein kasar yaitu Y = -5.012+ 0.657 (x), dimana Y = Protein kasar (%) dan x = kelarutan total dedak padi, serta terlihat sebaran data hasil uji yang digunakan sebagai nilai acuan pendugaan protein kasar pada sampel validasi sebanyak 61 sampel. Dengan sebaran nilai acuan dan persamaan pendugaan seperti pada gambar 15 dapat menghasilkan pendugaan yang baik pada kadar protein kasar dengan hasil SEP dan CV yang paling kecil diantara pendugaan kandungan nutrien dedak padi berdasarkan uji fisik yang lain.

(52)

Pada gambar 16 dapat dilihat persamaan garis linear pendugaan kadar protein kasar yaitu Y = 72.31-2.058(x) , dimana Y = serat kasar (%) dan x = kelarutan total dedak padi, serta terlihat sebaran data hasil uji yang digunakan sebagai nilai acuan pendugaan protein kasar pada sampel validasi sebanyak 61 sampel. Dengan sebaran nilai acuan dan persamaan pendugaan seperti pada gambar 16 tidak dapat menghasilkan pendugaan yang baik pada kadar serat kasar dengan hasil SEP dan CV yang paling besar diantara pendugaan kandungan nutrien dedak padi berdasarkan uji kelarutan total.

Pendugaan kandungan nutrien berdasarkan beberapa sifat fisik

Percobaan pembuatan model pendugaan dilanjutkan dengan melakukan penggabungan dari hasil beberapa uji fisik yaitu uji kerapatan tumpukan, uji kerapatan pemadatan tumpukan dan uji kelarutan total. Sebuah grafik 3 dimensi dapat digambarkan adanya hubungan dari tiga jenis uji fisik seperti pada Gambar 17.

(53)

Dari gambar 17 dapat dilihat bahwa titik-titik dari hasil uji fisik (KT, KPT, dan KLT) pada sampel standar dapat menghasilkan garis linear, yang selanjutnya dapat dilanjutkan dengan pembuatan model persamaan matematis untuk menduga kandungan nutrien dedak padi (Tabel 14).

Tabel 14 Persamaan matematis multi regresi antara kandungan nutrien dan beberapa uji fisik

(Kelarutan total), r (koefisien korelasi), r2(koefisien determinasi) 2. Superskrip * menunjukkan signifikansi P <0.05

Semua persamaan pada Tabel 14 menunjukkan nilai koefisien korelasi yang signifikan P <0.05, sehingga pada tingkat signifikansi 5% relatif memuaskan dapat menerangkan data dan semua hasil uji fisik berpengaruh secara signifikan terhadap masing-masing kandungan nutrien. Hasil análisis ini menunjukkan bahwa persamaan-persamaan dapat digunakan untuk memprediksi kandungan nutrien dedak padi.

Dari hasil analisis sidik ragam pada semua persamaan (Tabel 14), menunjukkan bahwa koefisien regresi pada konstanta persamaan regresi berganda tersebut yang menunjukkan signifikansi P < 0.05 hanya pada persamaan untuk pendugaan abu dan serat kasar. Apabila dilihat pada masing-masing persamaan regresi berganda, maka uji fisik yang signifikan masuk ke model persamaan regresi adalah uji kelarutan total. Dari hasil analisis di atas dapat dikatakan bahwa semua persamaan r regresi berganda pada Tabel 14 cenderung dapat memuaskan data karena mempunyai nilai r yang mendekati 1, namun hanya konstanta pada persamaan abu dan serat kasar serta koefisien kelarutan total yang signifikan masuk ke dalam model persamaan, kemungkinan ada persamaan lain yang lebih baik atau lebih memuaskan untuk kasus di atas.

(54)

pada persamaan pendugaan serat kasar dengan nilai sebesar 0.989. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kadar protein kasar mempunyai korelasi yang paling erat dengan uji fisik bahan yaitu kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan kelarutan total.

Tabel 15 Rataan uji kimia dan hasil pendugaan dari persamaan multi regresi (n=61)

Kandungan Nutrien Rataan nilai uji kimia* Rataan nilai prediksi berdasarkan persamaan regresi berganda **

* (nilai rata-rata ditambahkan nilai standar deviasi) , ** (nilai rata-rata ditambahkan nilai standard of prediction)

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa hasil pendugaan kandungan nutrien dedak padi yang paling mempunyai nilai SEP dan CV yang paling kecil adalah pada rata-rata nilai pendugaan kadar protein kasar yaitu dengan nilai SEP dan CV sebesar 2.26% dan 20.99%. Secara umum dari nilai SEP dan CV hasil pendugaan dengan menggunakan beberapa faktor nilai uji fisik ini lebih baik dibandingkan dengan nilai SEP dan CV dengan menggunakan persamaan regresi sederhana, namun demikian hal ini belum dapat memenuhi syarat untuk diterimanya sebuah percobaan yaitu dengan nilai CV 15-20%.

(55)

Pendugaan kandungan sekam dan tingkat validasinya

Percobaan lain yang dilakukan adalah dengan melakukan pendugaan kandungan nutrien dedak padi secara bertingkat, yaitu dengan membuat persamaan untuk dapat menentukan kadar sekam berdasarkan hasil pengujian fisik kemudian melakukan pendugaan kandungan nutrien berdasarkan hasil pendugaan kadar sekam. Dari data pada Tabel 10, maka dapat dicari hubungan matematis antara pengujian fisik dengan kadar sekam di dalam bahan seperti pada Tabel 16.

Tabel 16 Persamaan matematis korelasi pengujian fisik dan kadar sekam

Persamaan r2 r

sekam = - 297 + 1098 (KT) 0.828 0.909 *

sekam = - 289 + 770 (KPT) 0.944 0.971 *

sekam = 166,2 - 6.315 (KLT) 0.984 0.992 * 1. Keterangan : KT (Kerapatan Tumpukan), KPT (Kerapatan Pemadatan Tumpukan), KLT

(Kelarutan total), r (koefisien korelasi), r2(koefisien determinasi) 2. Superskrip * menunjukkan signifikansi P <0.05

Nilai r pada Tabel 16 menunjukkan bahwa faktor uji kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan kelarutan total mempunyai hubungan linear pada masing-masing persamaan dengan signifikansi 5%. Faktor kelarutan total mempunyai hubungan korelasi yang paling baik dalam pendugaan kadar sekam, karena sekam merupakan bahan anorganik yang mempunyai sifat tidak larut di dalam air, sehingga dengan adanya perubahan nilai kelarutan total dapat mempengaruhi kandungan sekam di dalam bahan dedak padi.

Berdasarkan persamaan pada Tabel 16, kandungan sekam sampel validasi dapat diprediksi dengan besaran seperti pada Tabel 17.

Tabel 17 Hasil rerata pendugaan kadar sekam berdasarkan uji fisik bahan

(56)

Pendugaan kadar sekam dengan menggunakan persamaan linear yang diperoleh dari pengukuran kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan kelarutan total masih tidak dapat menggambarkan data yang baik hal ini terlihat dari nilai SEP yang begitu besar, walaupun faktor fisik yang diukur mempunyai korelasi pada persamaan dengan signifikansi P< 0,05. Pendugaan dengan uji KLT mempunyai nilai SEP yang paling kecil yaitu sebesar 22.34%, namun tidak dapat ditentukan nilai CV pendugaan karena tidak adanya data kandungan kadar sekam pada sampel validasi.

Pendugaan kandungan sekam juga dilakukan dengan uji fluoroglucinol dan melakukan pendugaan secara fotografis. Hasil foto sampel standar kemudian dijadikan acuan dalam menduga kandungan sekam.

Hasil Uji Fluoroglucinol

Larutan fluoroglucinol merupakan larutan yang dapat mendeteksi ada tidaknya unsur lignin dalam bahan. Unsur lignin adalah unsur utama yang ada di dalam bahan sekam. Metode menggunakan larutan fluoroglucinol sebagai bahan untuk mendeteksi secara cepat ada tidaknya sekam di dalam dedak padi dengan munculnya perubahan warna pada bahan.

Penggunaan metode ini dalam penelitian kali ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara fotografis dari seluruh sampel standar setelah dilakukan pencampuran dengan larutan fluoroglucinol.

Dari uji fluoroglucinol diperoleh gambaran secara fotografis yaitu seperti pada Gambar 18 dan Gambar 19

(57)

P1 P2 P3

P4 P5 P6

P7 P8 P9

P10 P11 P12

(58)

P13 P14 P15

P16 P17 P18

P19 P20 P21

(59)

Pendugaan nutrien melalui uji fluoroglucinol

Berdasarkan hasil foto sampel standar hasil uji fluoroglucinol dapat dilakukan pendugaan kandungan nutrien dedak padi dengan cara memberikan penilaian (scoring) pada sampel dedak padi. Nilai yang diberikan yaitu antara 1 sampai 21, hal ini sesuai dengan jumlah perlakukan sampel standar. Nilai 1 diasumsikan dedak padi tanpa pencampuran sekam, nilai 2 berarti dedak padi dengan campuran 5% dan seterusnya hingga nilai 21 yang berarti 100% sekam. Dari hasil skoring pada 31 sampel validasi dapat dilakukan pendugaan kandungan kadar sekam kemudian dilakukan pendugaan kandungan nutrien berdasarkan persamaan regresi pada Tabel 11.

Tabel 18 Rataan uji kimia dan hasil pendugaan dari uji fluoroglucinol (n=31) Kandungan Nutrien Rataan nilai uji kimia* Rataan nilai FL **

Abu 11.91 ± 4.53

CV (Coefficient Variation) dan FL (Uji Fluoroglucinol)

* (nilai rata-rata ditambahkan nilai standar deviasi) , ** (nilai rata-rata ditambahkan nilai standard of prediction)

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai CV pendugaan yang paling mendekati nilai acuan secara berturut-turut yaitu untuk pendugaan kadar protein kasar selanjutnya kadar abu, lemak kasar, dan serat kasar.

(60)

Hasil pendugaan melalui uji fluoroglucinol, diharapkan dapat memprediksi unsur lignin dan memprediksi kadar sekam, karena sekam selain mengandung silika sebanyak 20% juga mengandung unsur lignin antara 9-20% (Champagne et al., 2004), sehingga diharapkan juga dapat memberikan informasi tentang kandungan kadar serat kasar, karena sekam merupakan sumber serat kasar, namun dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa besarnya nilai CV pada hasil pendugaan dengan uji fluoroglucinol pada kadar serat kasar, hal ini disebabkan karena kemungkinan adanya bahan sumber serat lain yang bukan merupakan sekam.

Teknik ini juga dirasakan mempunyai beberapa hambatan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil pendugaan diantaranya adalah kesalahan dalam memberikan penilaian prosentase kandungan sekam, karena penilaian ini sangat bergantung kepada hasil kita membandingkan antara sampel yang diamati dengan foto sampel standar yang ada.

Pendugaan Kandungan Nutrien berdasarkan Kandungan Nutrien yang lain

(61)

Gambar 20 Interaksi antara kadar abu dengan protein kasar dan serat kasar dedak padi

Dari Gambar 20 dapat diperoleh masing - masing persamaan matematis untuk serat kasar dan protein kasar yaitu serat kasar = – 22.60 + 3.292 (Abu), r = 0.989 dan untuk protein kasar = 25.22 - 1.046 (Abu), r = 0.991. Dari persamaan tersebut menggambarkan bahwa untuk setiap penambahan kadar abu sebesar 1% maka akan meningkatkan kadar serat kasar sebesar 3.292% dan akan menurunkan adar protein kasar sebesar 1.046%. Setelah dilakukan validasi persamaan pada sampel validasi (n=61) maka diperoleh data rataan hasil pendugaan kandungan serat kasar dan protein kasar berdasarkan pengujian abu (Tabel 19).

Tabel 19 Rataan uji kimia dan pendugaan berdasarkan kadar abu (n=61) Kandungan Nutrien Rataan nilai uji kimia* Rataan nilai Pendugaan ** Protein Kasar 12.06 ± 2.49

(CV = 20.65)

11.14 ± 4.22 (CV = 39.19)

Serat Kasar 16.09 ± 6.92

(CV = 43.03)

15.18 ± 13.71 (CV = 95.09)

(62)

Dari tabel 19 dapat dilihat bahwa untuk pendugaan protein kasar dan serat kasar nilai SEP dan CV masih cukup besar sehingga teknik pendugaan ini belum dapat diterima karena nilai CV diatas 20%. Besarnya nilai CV disebabkan selain karena bervariasinya kadar serat kasar sampel validasi, juga disebabkan karena nilai kadar abu sampel validasi dipengaruhi oleh unsur-unsur lain selain bahan sekam. Jenis bahan lain yang mungkin mempengaruhi nilai abu seperti batu bata halus, onggok, tepung kapur, dan serbuk gergaji.

Evaluasi Tingkat Keberhasilan Pendugaan

Untuk dapat mengetahui tingkat validitas pendugaan selanjutnya dilihat prosentase tingkat keberhasilan pendugaan dari beberapa teknik pendugaan.

Tabel 20 Tingkat keberhasilan pendugaan kandungan nutrien pada tingkat toleransi pendugaan sebesar 0.5%

Keterangan : KT (Kerapatan Tumpukan), KPT(Kerapatan Pemadatan Tumpukan), KLT (Kelarutan total), RB (Pendugaan regresi berganda), FL (Fluoroglucinol, AB (Pendugaan dari Abu)

(63)

Tabel 21 Tingkat keberhasilan pendugaan kandungan nutrien dengan tingkat toleransi pendugaan sebesar 2.5%

Kandungan Nutrien

Jenis teknik pendugaan dan prosentase keberhasilannya

KT KPT KLT RB FL AB

%

Abu 24.59 36.07 49.18 45.90 51.61 -

Protein Kasar 32.79 36.07 67.21 68.85 93.54 70.49 Serat Kasar 8.20 13.11 24.59 24.59 19.35 21.31

Lemak Kasar 18.03 29.51 63.93 65.57 54.84 -

Keterangan : KT (Kerapatan Tumpukan), KPT(Kerapatan Pemadatan Tumpukan), KLT (Kelarutan total), RB (Pendugaan regresi berganda), FL (Fluoroglucinol, AB (Pendugaan dari Abu)

Apabila batas toleransi pendugaan kandungan nutrien diperluas dari 0.5% menjadi 2.5% maka pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan prosentase keberhasilan nilai pendugaan pada semua metode. Tingkat keberhasilan pendugaan yang paling tinggi pada level 2.5% yaitu pada teknik pendugaan kadar protein kasar dengan uji fluoroglucinol sebesar 93.54% dan prosentase tingkat keberhasilan yang paling rendah yaitu pendugaan kadar serat kasar dengan teknik kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan yaitu sebesar 8.20%.

(64)

Tabel 22 Tingkat keberhasilan pendugaan kandungan nutrien dengan tingkat

Keterangan : KT (Kerapatan Tumpukan), KPT(Kerapatan Pemadatan Tumpukan), KLT (Kelarutan total), RB (Pendugaan regresi berganda), FL (Fluoroglucinol, AB (Pendugaan dari Abu)

Implikasi Kajian

Uji fisik yang dilakukan pada kajian ini, apabila dibandingkan dengan uji kimia mempunyai beberapa keuntungan teknis seperti cara kerja, waktu pengerjaan, alat, dan biaya (Tabel 23). Perbandingan antara uji fisik (uji kerapatan tumpukan, uji kerapatan pemadatan tumpukan, dan uji kelarutan total), uji kelarutan total dan uji fluoroglucinol dinilai cukup efektif dan efisien untuk menduga kandungan nutrien dedak padi dengan hasil uji yang cukup akurat.

(65)

Tabel 23 Perbandingan antara uji fisik

(66)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Kandungan abu, protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar dedak padi dapat diprediksi dengan mengetahui kelarutan total dedak padi melalui beberapa persamaan regresi sederhana yaitu :

Abu = 28.81-0.624 (KLT), r = 0.992

Protein kasar = -5.012+ 0.657 (KLT), r = 0.989, Serat Kasar = 72.31-2.058 (KLT), r = 0.994, Lemak kasar = -10.42 + 0.982 (KLT), r = 0.992

2. Kandungan protein kasar dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan regresi berganda dari beberapa faktor peubah (KT,KPT, dan KLT) dengan persamaan yaitu :

Protein Kasar = -3.03 + 9.4(KT) – 9.9 (KPT) + 0.629(KLT), r = 0.994 3. Kadar protein kasar dapat ditentukan melalui uji fluoroglucinol dan

menggunakan persamaan regresi sederhana yaitu : Protein kasar = 14.54 - 0.119 (SEKAM)

Saran

Gambar

Gambar
Gambar 1  Diagram Sankey: proses penggilingan padi  (Sumber : Warries  2006)
Tabel 2   Proporsi bagian-bagian biji beras
Gambar 2  Struktur biji beras (Sumber: Juliano  1972)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan ini dilakukan dengan menghitung jumlah energi listrik dan biaya pemakaian yang digunakan untuk menghasilkan tingkat pencahayaan yang standar pada

Karena tidak center maka terjadi tahanan pada sisi bracket dudukan equalizer bar ,hal ini menyebabkan puntiran pada equlizer bar sehingga tegangan yang terjadi

5 Halaman Beranda Melihat informasi halaman utama dari sistem Halaman Beranda belum terlihat Menuliskan alamat localhost untuk mengakses sistem di bar web browser

 &amp;yeri pada bahu memiliki banyak kategori dan peradangan merupakan salah satu dari + besar kategori permasalahan pada bahu1 Peradangan atau bursitis adalah radang pada

Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif,

Anda dapat membuat sebuah template html dan css sendiri, namun untuk Anda dapat membuat sebuah template html dan css sendiri, namun untuk mempersingkat waktu, di

Pengawas satuan pendidikan cenderung memberikan angket kepada kepala sekolah yang kemudian diberikan kepada guru senior untuk dibagikan kepada guru kelas untuk mengisi

Piagam penghargaan “ Anggota evaluasi presentasi dan program KKN “ Universitas Lampung ORGANISASI PROFESI/ILMIAH Tahun Organisasi Jabatan 2003. Himpunan Ahli Teknik Hidrolik