• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ragam Struktur Kalimat Tasybih Dalam Terjemahan Kitab Balaghotul Hukama (Studi Analisis: Struktur Kalimat Tasybih)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ragam Struktur Kalimat Tasybih Dalam Terjemahan Kitab Balaghotul Hukama (Studi Analisis: Struktur Kalimat Tasybih)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

RAGAM STRUKTUR KALIMAT TASYBIH DALAM TERJEMAHAN KITAB BALAGHOTUL HUKAMA

(Studi Analisis: Struktur Kalimat Tasybih)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Disusun oleh : Khildah Shulhiyyah

1111024000012

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah swt, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya. Skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Shalawat serta salam terlimpah pada junjungan kita Nabi Muhammad saw, sahabat dan semua pengikutnya hingga hari kemudian, semoga kita mendapatkan pertolongan melalui beliau atas izin Allah swt di hari tiada pertolongan dari siapapun.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana sastra di jurusan Tarjamah, Fakultas Adab dan Humabiora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari berbagai pihak. Peneliti sampaikan semoga perhatian, bantuan, dukungan dan doa yang diberikan dengan tukus ikhlas mendapatkan balassan dari Allah SWT, amin.

Selanjutnya ucapan syukur dan hormat peneliti kepada:

1. Prof. Dr. Syukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, kepada Dr. Moch Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku Ketua Jurusan Tarjamah, dan kepada Rizqi Handayani, M.A, sebagai Sekretaris Jurusan Tarjamah.

(6)

3. Segenap Dosen Jurusan Tarjamah yang tidak peneliti sebutkan namanya satu-persatu tanpa mengurangi rasa hormat saya. Terima kasih atas ketulusan dan keikhlasannya dalam memberikan ilmu dan pengalaman yang telah diajarkan, semoga menjadi amal bagi mereka semua dan senantiasa membawa berkah dan manfaat bagi masa depan peneliti.

4. Kepada Drs. Nawawi M.Ag dan Drs. Ikhwan Azizi M.A sebagai penguji sidang munaqosyah yang menyempatkan waktu dan kesempatannya dalam membimbing dalam penelitian ini.

5. Dan tidak lupa kepada orang tua yang selalu mendoakan peneliti dalam segala kegiatan.

(7)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... .... . i

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... .. iii

PRAKATA ... .. ... iv

DAFTAR ISI ... ... ..vi

ABSTRAK ... .. . ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... 5

D. Tinjauan Pustaka... ... 5

E. Metodologi Penelitian... ... 6

F. Sistematika Penulisan ... .... 7

BAB II KERANGKA TEORI A. Penerjemahan... 9

1. Definisi Terjemahan ... ... 9

2. Jenis-jenis Terjemahan ... ... 11

3. Syarat-syarat penerjemah ... 17

B. Balaghah ... 19

1. Pengertian Balaghah ... 19

2. Cabang-cabang Balaghah ... 21

(8)

a. Konsep Tasybih ... 23

b. Rukun Tasybih ... 24

c. Macam-macam Tasybih ... 24

1) BerdasarkanSudut Pandang Ada dan Tidaknya Adat ... 26

a. Mursal ... 26

b. Muakkad ... 26

2) Berdasarkan Sudut Pandang Ada dan Tidaknya dan Wajh Syibh ... 27

a. Mufashal ... ..27

b. Mujmal ... 27

3) Berdasarkan sudut pandang Ada Atau Tidak Adanya Adat dan Wajh Syabh ... 27

4) Berdasarkan Bentuk Wajh Syabh ... 28

5) Tasybih Yang Keluar Dari Kebiasaan ... 29

BAB III TENTANG PENULIS A. Sekilas tentang Kitab Balaghotul Hukama ... 33

B. Riwayat Hidup Pengarang ... 33

C. Karya-karyanya ... 36

(9)

B. Pembahasan ... 37

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ………...56

(10)

ABSTRAK

RAGAM STRUKTUR KALIMAT TASYBIH DALAM TERJEMAHAN KITAB BALAGHOTUL HUKAMA (Studi Analisis: Struktur Kalimat Tasybih).

Khildah Shulhiyyah (1111024000012)

Dalam penelitian ini peneliti menganalisis berapa jenis jumlah struktur kalimat tasybih yang terdapat pada terjemahan kitab balaghotul hukama dan bagaimana struktur kalimat tasybih.

Untuk memecahkan masalah di atas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah yang akan diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-kata bukan dengan angka-angka. Sumber data yang akan digunakan adalah terjemahan kitab balaghotul hukama karya Dr. Azhar Arsyad.

Dari 147 terjemahan mahfudzat, peneliti menemukan 15 terjemahan yang mengandung struktur kalimat tasybih. Kemudian terjemahan mahfudzat terpilih dianalisis sesuai dengan teori ilmu bayan.

Setelah diteliti peneliti menemukan beberapa kalimat tasybih yang sama pada beberapa terjemahan mahfudzat. Hasil analisis menjawab bahwa struktur kalimat tasybih yang terdapat dalam terjemahan kitab balaghotul hukama terdiri dari wajhu syabah, musyabbah, musyabbah bih dan adat tasybih.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya peran sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan bahasa arab memunculkan asimilasi dengan budaya-budaya sekitarnya serta tidak dapat dielakkan dengan kontaminasi terhadap bahasa arab murni. Kondisi inilah yang mendorong para ulama untuk mengembangkan ilmu-ilmu kebahasa araban termasuk Balaghah.

Salah satu faktor berkembangnya bahasa arab adalah perpindahan lafal-lafalnya dari satu makna ke makna lain, karena lafal dalam bahasa arab tidak selalu menetap dalam satu makna, akan tetapi bergerak dan berubah. Hal ini yang membuat bahasa arab kaya dan selalu bertambah kosakatanya.

Perpindahan lafal dari satu makna ke makna yang lain adalah tuntutan keadaan dan sesuai dengan beberapa kebahasaan. Sepanjang sejarah, orang arab telah terbiasa dengan perpindahan makna, mereka tidak hanya menggunakan kalimat dengan satu makna, akan tetapi mereka menggunakan makna-makna baru yang disesuaikan dengan kebutuhan diri dan zaman yang mereka temui dalam kehidupan mereka. 1

Mengenal Balaghah berarti mengenal kehidupan bangsa Arab serta mengetahui mutu peradaban dan kemajuan akal orang-orang arab yang kemudian dilanjutkan oleh Islam. Karena balaghah adalah seni keindahan

1 Abdul Ghaffar Hamid Hilal, Ilm Al Dilalah al-Lughawiyah (Kairo, Jami’ah al-Azhar,

(12)

bahasa Arab, sebagaimana juga bangsa lain yang mempunyai seni keindahan dalam bahasa mereka.

Ilmu Balaghoh adalah ilmu yang mempelajari kefasihan berbicara yang meliputi ilmu ma’ani, bayan dan badi’. Dalam konteks linguistik barat, ilmu balaghah biasa diterjemahkan dengan retorika. Ilmu Balaghah bertujuan untuk menyampaikan makna secara jelas dan sempurna ke dalam hati pembaca atau pendengar. Ungkapan yang indah ialah ungkapan yang mampu menceritakan kegembiraan yang dahsyat serta ketakutan yang dikemas dengan indah. Keindahan inilah yang berasal dari pembicara yang mampu mengungkapkan apa yang ada di dalam hati secara dalam dan sempurna. Seakan akan ada makna yang melayang dan belum jelas. Keindahan bahasa dapat memberikan pengaruh besar dalam penyampaian teks/kalam pada aneka bentuk/sighat kebahasaan.

Salah satu cabang ilmu balaghoh adalah ilmu bayan. Ilmu bayan adalah kaidah-kaidah untuk mengetahui cara menyampaikan suatu pesan dengan berbagai macam cara yang sebagiannya berbeda dengan sebagian yang lain, dalam menjelaskan segi penunjukan terhadap keadaan makna tersebut.2

Para ahli balaghah sepakat bahwa kajian ilmu bayan mencakup tiga hal, yaitu Tasybih, Majaz dan Kinayah.Tasybih secara leksikal adalah ‘perumpamaan’. Sedangkan secara terminologis tasybih menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain karena adanya kesamaan dalam satu atau beberapa sifat denganmenggunakan adat. Suatu tasybih harus memenuhi

2 Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah Antara Al Bayan dan Al Badi’, (Yogyakarta:

(13)

empat rukun wajib tasybih, yaitu musyabbah bih, musyabbah, wajhu syibh dan adat tasybih. Wajhu syibh dan adat tasybih merupakan rukun tidak wajib tasybih, karena bisa saja ada dan bisa saja tidak ada. Ungkapan tasybih digunakan untuk menjelaskan kemungkinan adanya suatu hal pada musyabbah, menjelaskan keadaan musyabbah menjelaskan kadar keadaan musyabbah, menegaskan keadaan musyabbah dan memperindah atau memperburuk musyabbah. 3

Tasybih merupakan langkah awal untuk menjelaskan suatu makna dan sarana untuk menjelaskan sifat. Dengan tasybih, kita dapat menambah ketinggian makna dan kejelasannya serta dapat membuat makna tampak lebih indah. Contohnya, ungkapan ulama dalam perkataannya ketika melukiskan orang yang sombong :

نﺎﺧﺷﺪ ﺎ

و

ﺲ و

ﻮ و

ﺷﻮ ﺒ

تﺎ

Artinya:

“Janganlah anda bagaikan asap membumbung tinggi dengan sendirinya Ke lapisan-lapisan udara padahal ia sendiri hina (tidak ada apa-apanya).

Tasybih lebih terlihat menarik jika keadaan musyabbah dan musyabbah bih nya tidak jelas (implisit). Kita bisa menetapkan unsur musyabbah dan musyabbah bih pada tasybih jenis ini setelah menelaah dan memahaminya secara mendalam. Contoh:

ء سلانم ل ن ء ك ين لا يحلالثممھل ضو

ي لا و ت ي ھح صأف أا نهبط تخ ف

3Mamat Zaenuddin, dan Yayan Nurbayan. Pengantar Ilmu Balaghah (Bandung: Refika

(14)

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu

menjadi kering yang di terbangkan oleh angin”

Kata-kata pada syi’ir di atas pada lahirnya tidak berbentuk tasybih. Akan tetapi jika di tela’ah secara teliti, rangkaian kata-kata tersebut mengandung pengertian tasybih. Maksudnya adalah menyerupakan keadaan dunia dalam kesuburannya dan kesegarannya sejak semula. Kemudian lenyaplah kebaikan darinya secara evolusi yang terjadi pada akhirnya. Demikian itu diserupakan dengan keadaan tumbuh-tumbuhan yang semakin baik disebabkan air, lalu kesuburannya bertambah. Namun secara berangsurangsur menjadi kering, lalu diterbangkan oleh angin. Akhirnya menjadi sesuatu yang tiada sama sekali.

(15)

kata.4 Penyair atau penulis karya sastra dalam menyampaikan ide atau

pikirannya menggunakan gaya bahasa tertentu yang dapat memberi efek bagi pembacanya maupun mendengarnya. 5

Dengan ini kita dapat menganalisis dan memahami jenis dan macam apa tasybih yang terkandung dalam kalimat pada suatu syi’ir atau perkataan

lainnya. Maka dari itu peneliti mengambil judul “Terjemahan Kitab

Balaghotul Hukama (studi analisis: Struktur Kalimat Tasybih)” karena belum ada yang meneliti.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Adapun masalah yang akan diuraikan dalam penelitian berdasarkan keterangan yang didapatakan dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada berapa jenis tasybih yang terdapat dalam kitab Balaghotul Hukama? 2. Bagaimana struktur kalimat tasybih dalam kitab Balaghotul Hukama?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menambah pemahaman tentang Tasybih:

1. Untuk mengetahui ragam jenis struktur kalimat tasybih dalam kitab Balaghotul Hukama

2. Untuk mengetahui struktur kalimat tasybih yang terdapat dalam kitab Balaghotul Hukama

4 Sugihastuti, Editor Bahasa, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar 2006), h. 28

5 Umi Rukhiyatun, Tesis Gaya Bahasa Qasasal Hayawan Fi Al-Qu’ran (Analisis

(16)

D. Tinjauan Pustaka

Sejauh ini peneliti telah menemukan beberapa penelitian tentang struktur kalimat tasybih pada puisi dan novel. Di antaranya:

يناي لابي تل " ا حأابكا م" ياو يفهي تلا وجو

Karya Ramdani Rasyid dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan objek dalam suatu riwayat. Dan

ا ل " يغص ش" حلا ع لايفهي تلا وص

ىت ي ح اوي يفىن ق

Karya Muhammad Shodiqin dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan objek syair hur dan menemukan gambaran tasybih dalam syair tersebut.

Dari pernyataan di atas, peneliti akan menganalisis Terjemahan Kitab Balaghotul Hukama karya Prof Dr. Azhar Arsyad Studi Analisis Struktur Kalimat Tasybih karena belum ada yang melakukan.

E. Metodologi Penelitian

Adapun metodologi yang peneliti gunakan dalam skripsi ini yaitu deskriptif-analisis. Dalam hal ini peneliti bermaksud memecahkan masalah melalui pencarian data-data kepustakaan. Pustaka yang dimaksud itu, yang mengulas objek permasalahan, yakni kitab balaghotul hukama dan alat analisis yaitu teori ilmu bayan serta beberapa buku lainnya yang mendorong penelitian ini hingga mencapai suatu kesimpulan.

(17)

dan sekunder. Sumber primernya berupaterjemahan kitab balaghotul hukama. Peneliti memulai penelitian ini dengan beberapa tahap. Yaitu dengan mengumpulkan bahan yang menjadi objek penelitian, serta beberapa jenis struktur tasybih yang ada dalam terjemahan kitab balaghotul hukama yang menjadi pembahasan skripsi ini. Kemuadian, peneliti memaparkan pelbgai permasalahan yang ada di objek permasalahan, dengan berdasarkan data-data kepustakaan yang peneliti peroleh.

Langkah berikutnya, membahas permasalahan tersebut dengan menggunakan teori yang dipakai dalam penelitian ini, yakni teori ilmu bayan sebagai alat analisis. Untuk mendukung penelitian ini penulis juga memaparkan biografi Azhar Arsyad. Dari pelbagai hal tersebut, penulis menarik kesimpulan berdasarkan pembahasan yang telah diutarakan sebelumnya.

Selain itu, penulis menggunakan pelbagai literatur yang membahas secara langsung tentang struktur tasybih sebagai alat analisis maupun literatur sastra yang tidak membahas secara langsung mengenai tasybih. Penulis pun memakai buku-buku yang membahas aspek-aspek terjemahan dan buku yang mengulas pelbagai problem yang ada dalam imu bayan.

Kemudian dalam penyusunan dan teknik penulisan skripsi, penulis berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

(18)

Jakarta, 2014 yang terdiri dari lima bab dan beberapa sub bab sebagai berikut:

BAB I : Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Kerangka Teori yang berisi tentang penerjemahan, definisi dan jenis-jenisnya serta syarat-syarat penerjemah, balaghah,definisi dan tasybih.

BAB III : Korpus yang membahas biografi Prof. Dr. Azhar Arsyad M.A, dan karya-karyanya.

BAB IV : Analisis kesesuaian terjemahan tasybih dalam kitab Balaghotul Hukama, Temuan dan Pembahasan.

(19)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Penerjemahan

1. Defnisi Terjemahan

Penerjemahan merupakan sebuah kegiatan kompleks yang menuntut kecermatan.6 Seorang penerjemah tidak hanya dituntut menguasai bahasa

sumber dan bahasa target dengan baik, namun juga harus menguasai isi materi yang diterjemahkan. Selain itu, seorang penerjemah juga harus peka terhadap berbagai faktor sosial, budaya, politik, dan emosi agar dapat menerjemahkan secara tepat.

Penejemahan menurut bahasa adalah penafsiran. Sedangkan menurut istilah, penerjemahan adalah proses pemindahan atau penyalinan gagasan, ide, pikiran, pesan atau informasi lainnya dalam suatu bahasa ke dalam bahasa ain.

Dalam Al-Mu’jam Al-Arabi al-Asasi li al-Natiqin bi Al-Arabiyah wa

Muta’alimiha, 7 penerjemahan adalah menerangkan, menjelaskan, dan

menafsirkan, yaitu mengalihkan ide, pesan, makna, dan maksud dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti terjemah yaitu menyalin (memindahkan) dari suatu bahasa ke bahasa lain, atau mengalih bahasakan. Sedangkan terjemahan berarti salinan bahasa ke bahasa lain. 8

6 Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik

(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 223

7 Ali al-Qasimi, Al-Mu’jam Al-Arabi al-Asasi li al-Natiqin bi Al-Arabiyah wa Muta’alimiha, (Larus: al-Munazamah al –Arabiyah li al-Tarbiyahal-Tsaqafah wa ‘Ulum, 1998), h. 196.

8 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(20)

Harimurti Kridalaksana mendefinisikan penerjemahan sebagai berikut: Menerjemahkan adalah memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan, pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya.9

Catford dan Newmark, seperti dikutip Machali, menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan penerjemahan. Catford mendefinisikan penerjemahan sebagai: “the replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL).” Mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran. Newmark juga memberikan definisi serupa, namun lebih jelas

lagi “rendering the meaning of text into another language in the way that the

author intended the text” menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang. 10

Berbeda dari Catford, Levy dalam bukunya Translation as A Decition Process (dikutip dalam Holidaja, 1993:49) mengemukakan bahwa terjemahan adalah suatu prose kreatif yang selalu memberi kebebasan atau pilihan kepada penerjemah dalam menghasilkan makna situasional. Lebih lanjut Levy mengatakan sebagai suatu proses kreatif, terjemhan memberi peluang kepada penerjemah dalam bentuk kebebasan atau otonomi untuk menemukan kesepadanan yang persis menurut konteks situasi. Dengan otonomi ini, seorang penerjemah memiliki peluang yang besar dan signifikan dalam mengembangkan keterampilan dan kebiasaannya. Dia bebas untuk berkreasi

(21)

menginterpretasikan apa yang telah dituliskan oleh penulis asli selama tidak keluar dari konteks.

Adapun Larson menjelaskan definisi yang lebih operasional bahwa

menerjemahkan berarti mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi dan konteks budaya dari bahasa sumber. Kemudian menganalisis teks tersebut untuk menemukan makna yang sama dan mengungkapkannya dengan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks tersebut. 11

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penerjemahan secara umum, adalah memindahkan gagasan, ide atau pikiran dari satu bahasa (disebut bahasa sumber atau bahasa asli atau source language atau al-Lughah al-Manqul minha atau al-Lughah al-Matn) ke dalam bahasa lain (disebut bahasa sasaran atau bahasa penerima atau target language atau Lughah al-manqul ilaiha atau al-Lughah al-syarh.

2. Jenis-jenis Penerjemahan

Ada banyak tipe jenis penerjemahan bahasa sumber ke bahasa sasaran. Adapun jenis penerjemahan tersebut adalah:

a. Penerjemahan Kata Demi Kata

Penerjemahan kata demi kata adalah suatu tipe penerjemahan yang pada dasarnya masih sangat terikat pada tataran kata (Catford,1974:25). Dengan kata lain penerjemahan kata demi kata adalah suatu penerjemahan yang hanya memindahkan secara langsung isi teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran

(22)

secara kata demi kata tanpa mengadakan perubahan susunan kata bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Hasil penerjemahan dengan menggunakan cara ini biasanya terasa kaku, dan seringkali sukar di pahami maksudnya. Karena itu, penerjemahan ini hanya bisa diterapkan dengan baik bila ada kesamaan struktur antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Apabila bhasa sumber dan bahasa sasaran tidak ada kesamaan struktur, maka hasil enerjemahan dengan menggunakan cara ini tidak akan memuaskan.

b. Penerjemahan Harfiah

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah menczrikan padanan konstruksi gramatikal teks sumber (Tsu) yang terdekat dalam Tsa. Contoh dari penerjemahan harfiah ada pada al-qur’an surah al-isra’ ayat 29 yang diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an:

ا وسحم مو م ع تفطس لالك ھطس تاوك عىل لو غم يلع تاو

Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal.12

Terjemahan tersebut menggunakan metode ini, karena penerjemahannya hanya mencari padanan konstruksi gramatikal, tetapi masih melepaskannya dengan konteks.13

12Al-Qur’an Tiga Bahasa, (Depok:Al Huda Gema Insani,2010)

(23)

c. Penerjemahan Setia

Penerjemahan setia mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber, kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan tetapi menyimpang dari struktur gramatikal bahasa sasaran, artinya diupayakan untuk benar-benar setia sesuai dengan maksud dan tujuan dari bahasa sumber sehingga kosakata kebudayaan ditransfer dan urutannya tetap dipertahankan sebaik mungkin. Contoh dari jenis penerjemahan ini terdapat dalam al-qur’an surat al-lahab ayat 4 dan 5:14

ﺶ ﺴ ﺴ ﺒ

ﺴﺔﺴ

ﺎ ﺴﲪ

ﺸ◌ُُﺴﺒﺴﺮﺸﺒﺴو

4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).

٥

ﺳﺪﺴ ﺴ

ﺸ ﺶ

ﺲ ﺸﺴ

ﺎﺴﺶﺪﺸ ﺶ

ﺸ ﺶ

.

5. Di lehernya ada tali yang disabut yang dipintal

Terjemahan tersebut menggunakan metode penerjemahan setia, karena kita dapat melihat bahwa penerjemah berusaha untuk setia pada bahasa sumber. Kesetian tersebut dapat dilihat karena berusaha mempertahankan ungkapan metaforis yang terdapat dalam teks sumber, padahal ayat tersebut dapat diterjemahkan cukup dengan:

4. Dan istrinya, penyebar fitnah 5. Di lehernya ada tali dari sabut

Dalam penerjemahan setia, penerjemah sebaiknya berusaha menjaga agar gaya yang dipakai oleh penulis tidak banyak berubah dalam terjemahannya.

(24)

d. Penerjemahan Semantik

Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih ditekankan pada unsur estetika teks sumber dan bersifat lebih fleksibel sedangkan penerjemahan setia bersifat terikat dengan bahasa sumber. Walaupun penerjemahan ini bersifat fleksibel, penerjemah harus mampu memperhatikan makna selama masih dalam batas kewajaran.

Contoh:

15

ﺶنﺎﺴﺸ ﺴﻷﺒ

ُﺮﺴ ﺸ ﺴأ

ﺴﻮُ

Jika diterjemahkan menggunakan metode semantik ini maka hasil penerjemahannya adalah dia orang kampung. Hasil terjemahan tersebut bersifat fungsional karena dapat dimengerti sekalipun tidak ada pemadanan budaya, yaitu pemadanan dengan menggunakan idiom serupa dalam bahasa sasaran. Dalam hal ini, penerjemah berusaha menghasilkan terjemahan yang relatif sesuai dengan bahasa sasaran dan sesuai yang diharapkan oleh penulis teks asli.

e. Penerjemahan Adaptasi

Penerjemahan adaptasi ini bentuk penerjemahan yang paling dekat dengan bahasa sasaran dan berusaha mengubah tetapi tetap selaras dengan budaya bahasa sumber. Biasanya penerjemahan ini digunakan untuk drama dan puisi, karena biasanya unsur intrinstik dalam drama dan puisi tetap dipertahankan. Adapun dalam bahasa karangan ilmiah, logikanya diutamakan, sedangkan

15 M.Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: rosda, 2011),

(25)

contoh-contoh yang berkaitan dikurangi atau bisa sama sekali ditiadakan hanya diberikan contoh jika sesuai dengan keperluan.

Contoh dalam bahasa inggris seperti pada klausa:

Teks Sumber : As white as snow

Teks Sasaran : Seputih kapas

Contoh dalam bahasa Arab16

ق

وط ت

ا

ثيح

يعب

تش

ع

عيب يلا

ع

أب

ھ لا

ي ع

Dia hidup jauh dari jangkauan

Di atas gemericik air sungai yang terdengar jernih

Hasil penerjemahan di atas menggunakan penerjemahan adaptasi yang mana penerjemah mengganti unsur-unsur budaya yang ada dalam Bsu dengan unsur budaya yang mirip dan ada dalam Bsa karena unsur budaya Bsa lebih akrab bagi pembaca. Karena jika tidak demikian hasil terjemahan tersebut seperti berikut:

Dia hidup jauh sehingga kaki tidak bisa menjangkaunya

Pada mata air di bagian sungai paling atas

f. Penerjemahan Bebas

Metode ini merupakan penerjemahan dengan bebas tanpa melihat bentuk aslinya sehingga hasil terjemahan menggunakan metode ini dapat lebih panjang ataupun lebih pendek dari bentuk aslinya. Bentuk alur dan bentuk kalimatnya sudah berubah sama sekali.

(26)

Adapun dalam pencarian padanan pun cenderung berada pada tataran teks, bukan kata, frasa, klausa atau kalimat. Sehingga akan tampak seperti memparafrasa bahasa sumber.

Contoh:

The old came again last week17

Jika diterjemahkan dengan metode ini dapat diartikan menjadi:

(1) Wanita tua yang baik hati tersebut datang lagi minggu yang lalu

(2) Wanita tua bawel itu nongol lagi minggu yang lalu

Disini dapat dilihat perbedaan antara terjemahan yang (1) dan (2). Hasil terjemahan (1) penerjemah menambahkan kata “yang baik hati” agar sesuai dengan nuansa aslinya. Hasil terjemahan yang (2) penerjemah memasukan kata “bawel” dan “nongol”, kedua kata tersebut agar sesuai dengan konteks aslinya dan sesuai dengan pandangan penerjemah sendiri. Dan kata-kata tersebut tidak terdapat kata atau istilah yang pasti yang dapat diterjemahkan langsung melainkan hanya terdapat kata yang berkonotasi .

Contoh dalam bahasa arab:

ﺸ ﺴﻮ ﺒ

ُ

ﺴﺶ

ُﺪﺸﺶﺪﺴ ﺒ

ﺎﺴﺶﺎﺴﺸﺴأ

ﺶﺔﺴ ﺶ

Pembaruan wilayah pemerintahan ibu kota baru (lama) Jerman-Berlin

g. Penerjemahan Idiomatik

Pada metode ini ungkapan idiomatik yang terdapat dalam bahasa sumber diterjemahkan seperti ungkapan biasa bukan pada ungkapan idiomatik itu sendiri karena mengutamakan kosakata sehari-hari dan idiom yang tidak

(27)

terdapat dalam bahasa sumber tetapi bisa digunakan dalam bahasa sasaran. Sebuah idiom tidak mungkin diterjemahkan secara harfiah (kata demi kata). Contoh:

ﺶلﺎﺴ ﺸﺮﱢـﺒ

ﺎﺴ ﺴ

ُ ﺴ ﺴ

ﺲﺪﺸﺴز

Jika diterjemahkan secara harfiah menjadi “Zaid tidak meletakkan tongkat dalam perjalanan”. Namun bukan ini makna yang dimaksud oleh orang Arab. Mereka mengatakan makna tersebut dengan makna “Zaid sering bepergian”.

h. Penerjemahan komunikatif

Pada metode ini, seorang penerjemah berusaha menghasilkan makna yang sedemikian mudah dan secara tepat, sehingga pembaca langsung mengerti dan memahami apa yang diterjemahkan. Metode ini memperhatikan pada prinsip dalam berkomunikasi yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Seperti contoh hubbu al ‘umm la: yamu:tu ‘abadan (kasih ibu sepanjang jalan).

Berdasarkan beberapa metode di atas, metode G dan H biasanya memenuhi tujuan utama penerjemahan yaitu ketepatan dan dan efisiensi suatu teks. Metode D banyak digunakan dalam penerjemahan ekspresif, adapun metode H banyak digunakan dalam teks informatif atau vokatif.18

3. Syarat-syarat Penerjemah

Untuk menghasilkan terjemahan yang berkualitas, seorang penerjemah harus memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan ini terkait dengan sejumlah kopetensi yang harus dimilikinya, sehingga proses penerjemahan sebagai

(28)

dwitindak komunikasi yang kompleks ini dapat menghadirkan terjemahan yang berterima. Kompleksitas permasalahan tidak sekedar berkenaan dengan adanya dua sistem berbeda, tetapi juga berhubungan dengan adanya perbedaan budaya yang melatari keduanya. Karena itu, seorang penerjemah tidak saja memiliki kompetensi bahasa, tetapi juga kompetensi budaya. Dua kompetensi ini saja belum cukup, penerjemah harus memiliki kompetensi transfer, sehingga dapat menghasilkan terjemahan yang berkualitas, tidak sekedar akurat, tetapi juga terjemahan dihasilkan memenuhi aspek kejelasan dan kewajaran.

Neubert (2000) menyebutkan lima kompetensi dasar yang harus dimiliki

seorang penerjemah. Pertama, kompetensi kebahasaan terkait dengan

penguasaan bahasa sumber dan bahasa target. Sebagai dwibahasawan, penerjemah harus memahami aspek-aspek linguistik dua bahasa sekaligus. Dengan begitu, penerjemah dapat melakukan analisis sintagmatik dengan mengidentifikasi relasi setiap kata dalam kalimat. Dalam bahasa Arab dikenal i’rab sebagai sarana untuk menganalisis

ﺔﺷﻮﳓ

ﺔ و

‘fungsi sintaksis’ setiap kata dalam kalimat. Kesalahan i’rab dapat menyebabkan kekeliruan dalam penerjemahan sebuah kalimat.
(29)

Ketiga, kompetensi materi. Pengetahuan penerjemah ihwal bidang ilmu yang diterjemahkan turut menentukan kualitas hasil terjemahan. Tidak perlu menjadi pakar di bidang ilmu tersebut. Tetapi paling tidak, harus bisa memahami wacana beserta istilah-istilah teknis yang berhubungan dengannya. Disinilah penerjemah perlu menjadi orang yang “tahu sedikit tentang banyak”. Kompetensi materi ini harus ditunjang dengan kemampuan mendekati karakter, penalaran dan retorika si penulis, sehingga konstruksi gagasannya bisa di pahami dengan baik. Dengan begitu tidak akan “tersesat” dalam memahami teks sumber.

Keempat, kompetensi kultural. Penciptaan sebuah teks tidak terlepas dari budaya yang melatari penulisnya. Bahasa adalah budaya dan budaya direalisasikan melalui bahasa. Kelima, kompetensi transfer. Menerjemahkan berarti mengalihkan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Tidak semua orang, sekalipun dwibahasawan atau multibahasawan memiliki kemampuan semacam ini. Penerjemah yang mumpuni sudah pasti memiliki kompetensi transfer yang baik. Kompetensi ini berkenaan dengan persoalan strategi penerjemahan, prosedur penerjemahan apa yang akan dipakai agar menghasilkan terjemahan yang berkualitas.

B. Balaghah

1. Pengertian Balaghah

(30)

balaghah berarti sampainya maksud hati atau pikiran yang ingin diungkapkan kepada lawan dialog, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa yang benar, jelas, berpengaruh terhadap rasa atau pikiran audiens lewat diksinya yang tepat, dan juga cocok dengan situasi dan kondisi audiens. Dalam ungkapan lain balaghah adalah kesesuaian ungkapan atau tulisan dengan keharusan situasi atau realitas dialog, dimana kata dan kalimat yang digunakan fasih (jelas), memuaskan, mempesona, bahkan menyihir audiens sehingga maksud hati atau fikiran yang ingin diungkapkan kepada lawan dialog sampai secara efektif. 19

Dalam kajian sastra, balaghah ini menjadi sifat dari kalam dan mutakallim,

sehingga lahirlah sebutan dan

م

. Menurut Abd al-Qadir

Husein (1984), balaghah dalam kalam adalah

لﺎ ﺒ

م ﺒ

dalam arti bahwa kalam itu sesuai dengan situasi dan kondisi para pendengar menuntut perubahan susunan kalam. Situasi dan kondisi yang menuntut kalam ithnab tentu berbeda dengan situasi dan kondisi yang menuntut kalam ijaz.

Berbicara kepada orang cerdas tentu berbeda dengan berbicra kepada orang dungu. Demikian juga dengan tuntutan fashal meninggalkan khitab washal, tuntutan taqdim tidak sesuai dengan ta’khir, dan seterusnya bahwa untuk

setiap situasi dn kondisi ada kalam yang sesuai dengannya(

لﺎ

مﺎ

).

Nilai balaghah setiap kalam bergantung kepada sejauh mana kalam itu dapat memenuhi tuntutan situasi dan kondisi, setelah memperhatikan fashahah-nya. kalam fashih adalah kalam yang secara nahwiyah tidak

dianggap menyalahi aturan yang mengakibatkan “ "

ﺄ ﺒ

(lemah

19 Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, (Depok:Raja Grafindo

(31)

susunan) dan ta’qid (rumit). Dari aspek bahasa terbebas dari gharabah (asing) dalam kata-katanya. Dan dalam aspek sharf menurut qiyas adalah “

ﻷﺒ

”. Sedangkan secara dzauq terbebas dari tanafur(berat pengucapannya) baik dalam satu kata, seperti kata “

تﺒﺴﺜﺶﺰﺸ ﺴﺸ

ُ

” atau dalam beberapa kata, sekalipun satuan kata-katanya tidak. bersifat tanafur. 20

2. Cabang-cabang Balghah

Balaghah mempunyai tiga cabang, yaitu Ilmu Ma’ani, Ilmu Bayan dan Ilmu Badi’. Ketiganya mempunyai objek kajian yang saling melengkapi. Ilmu Ma’ani adalah dasar-dasar dan kaidah yang menjelaskan pola kalimat berbahasa arab agar bisa disesuaikan dengan kondisi dan tujuan yang dikehendaki penutur. Tujuan ilmu ma’ani adalah menghindari kesalahan dalam pemaknaan yang dikehendaki penutur yang disampaikan kepada lawan tutur.21Dari terminologi ilmu ma’ani yang ingin menyelaraskan konteks dan

teks, maka objek kajiannya berkisar pada pola kalimat berbahasa arab dilihat dari pernyataan makna dasar (ashly) bukan tab’iy yang dikehendaki oleh penutur. Menurut as-Sakkaki, yang dikehendaki oleh pembaca model ma’ani bukan pada struktur kalimat itu sendiri, akan tetapi terdapat pada “makna” yang terkandung dalam sebuah tuturan. Jadi yang terpenting dalam ma’ani adalah pemahaman pendengar terhadap tuturan penutur dengan pemahaman yang benar, bukan pada tuturan itu secara otonom. Adapun objek kajian ilmu ma’ani meliputi Kalam Khabar, Kalam Insya, Qasr, washal, fashal, Ijaz,

20 Mamat Zaenudin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: Refika

Aditama), 2007, h. 6

(32)

Ithnab dan Musawah.

Ilmu Bayan secara etimologi berarti penyingkapan, penjelasan dan keterangan. Sedangkan secara terminologi, ilmu bayan berarti dasar dan kaidah-kaidah yang menjelaskan keinginan tercapainya satu makna dengan bermacam-macam metode (gaya bahasa), bertujuan menjelaskan rasionalitas semantis dari makna tersebut.22

Dari pengertian ilmu bayan yang berisi macam-macam metode untuk menyampaikan makna, objek kajiannya pun berkisar pada berbagai corak gaya bahasa yang merupakan metode penyampaian makna yang meliputi Tasybih, Majaz dan Kinayah.

Al Badi’ secara etimologi adalah kreasi yang dicipta tidak seperti ilustrasi yang telah ada. Secara terminologi, Ilmu Badi’ adalah ilmu yang mempelajari beberapa model keindahan stilistika, ornamen perhiasan kalimat yang menjadikan kalimat indah dan bagus, menyandangi kalimat dengan kesantunan dan keindahan sesuai dengan situasi dan kondisi.23

Secara garis besar ilmu badi’ mempunyai dua obyek kajian, yaitu

Muhassinat Lafhziyyah ( jinas, iqtibas dan saja’) dan Muhassinat

Ma’nawiyyah (tauriyah, tibaq, muqabalah,husn al-ta’lil, ta’kid al-madh, bima

yusybih al-dzamm dan uslub al-hakim).

(33)

3. Tasybih

a. Konsep Tasybih

Tasybih secara bahasa artinya menyerupakan.24 Dalam istilah balaghah, 25

ﺎ ﻬ

ةﺒدﺄ

ﺳﺮﺸﺴﺄﺶ

ﺳﺮﺸﺴأ

ُقﺎﺴ

ﺶﺐ

ﺴﻮُ

ُﺸﺶﺸ ﺴ ﺒ

“yaitu menyamakan suatu hal dengan hal lain dengan menggunakan pernagkat (sarana) tasybih untuk mengumpulkan keduanya.”

Secara etimologis tasybih berarti at –tamtsil (penyerupaan). Sedangkan secara terminologis adalah menyerupakan antara dua perkara atau lebih yang memiliki kesamaan sifat (satu atau lebih) dengan suatu alat karena ada tujuan yang dikehendaki oleh pembicara.26

Contoh:

ﱢ ﺒﺎﺴ

ﺶﺐ

ُءﺸﺮﺴﺸﺒﺴو

ﺶﺶءﺸﻮﺴ ﺴو

ﺶبﺎﺴﻬ

ُ ﺸﺶُ

ُﰒ

ﺶﺮﺸﻬ ﺒ

ﺴمﺎﺴﺴﲤ

ﺶﺒﺴﻮُـ

“Tiadalah seseorang itu kecuali seperti bulan dan cahayanya, Ia menempati sebulan penuh kemudian menghilang”

ﺎﺴﳕﺶﺐً ﺎﺴ ﺶ

ﺸ ُ ﺴﺶﺜﺂﺴﺒﺸﻮُ ﺸﺎﺴ

ﺶﺜﺎﺴﺸ ﺴﻷﺒ

ﺴ ﺶ

ﺲﺮﺴﺴ

ﺸ ُُﺜﺎﺴ ﺸﺴأ

“Selesaikanlah hajat-hajat kalian dengan segera

Sesunnguhnya usia kalian, (laksana) bepergian dari beberapa bepergian”

24 . 247 . ,( 1991 , لا ا : و يب) ,عي لاو ي لاوين ع لايف : غا لا ھاوج ,ي ش ھلا ح 25 .17 . ,(1987 ,عي وتلاو ل ق لا ا : ا اا) ھن فاو ھنو فو غا لا , عنسحل ف

(34)

ﺶﺶﺎﺴﺴﳏ

ﺸ ﺶ

ﺲءﺸ ﺴ

ﺶﺜﺸﺪﺴﺸﺒ

ﺶﺔﺴﺸﺴ

ﺎﺴﻬﺸـﱢـﺴـﺴـ

ﺸ ﺶ

ﺲ ﺸﺶ ﺴ

ﺶ ﺸﺶ ﺴﺸﺶﺴو

“Dalam terbitnya bulan purnama terdapat suatu dari kebaikan-kebaikannya Dan bagi sbuah batang ada bagian dari kelenturanya”

Dari contoh di atas sudah dapat dimengerti bahwa unsur penting tasybih adalah penyerupaan. Yaitu penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dengan demikian, apabila dijumpai struktur kalimat berisi penyerupaan seperti contoh di atas, maka struktur kalimat tersebut dapat dipastikan sebagai tasybih.

b. Rukun Tasybih

Rukun tasybih ada empat27, yaitu:

1. Yang diserupakan (

).

Musyabbah adalah sesuatu yang diserupakan. Dalam sebuah kalimat tasybih, musyabbah dapat ditelusuri dengan bertanya, “sesuatu apakah yang diserupakan?”. Maka jawabannya dipastikan menunjukkan sebagai musyabbah.

Contoh:

“Ilmu seperti samudera dalam segi luas”

Pertanyaannya dalam rangka menelusuri musyabbah adalah “apakah yang diserupakan dalam kalimat di atas?” jawabannya: “ilmu”.

Dengan demikian “ilmu” disebut musyabbah karena “ilmu” merupakan

(35)

sesuatu yang diserupakan.

2. Unsur yang diserupakan dengannya (

)

Musyabbah bih adalah sesuatu yang diserupakan dengannya. Contoh:

“Ilmu seperti samudera dalam segi luas”

Pertanyaannya dalam menelusuri musyabbah bih adalah “ilmu diserupakan dengan apa?” jawabannya: “samudera”.

Dengan demikian “samudera” disebut musyabbah bih karena “samudera” merupakan sesuatu yang diserupakan dengannya.

3. Kata yang mengandung arti serupa (

ةﺒدأ

)

Yaitu suatu lafaz yang menunjukkan adanya persamaan (antara dua hal atau lebih), serta mendekatkan musyabbah pada musyabbah bih dalam sifatnya. 28

Atau bisa dikatakan sarana atau perangkat untuk menyamakan. Sedangkan adat tasybih ada tiga macam. Pertama, huruf, yaitu ,

dan

ﺷنﺄ

, kedua isim, yaitu

ﺎﳑ

,

ﺔ ﺎ

, ,

ﻮﳓ

dan ketiga fi’il, yaitu ,

ﺤﺜﺎ

,

,

ﺎﳝ

dan

ﺎﳛ

.

4. Unsur sifat yang menjadi aspek kesamaan antara unsur satu (

ه م

) dengan

unsur dua.

Yaitu makna atau sifat yang dimiliki oleh musyabbah dan musyabbah bih atau bentuk kesamaan sifat yang disamakan antara musyabbah dan musyabbah

(36)

bih. Atau bisa dikatakan alasan yang disamakan.

ةءﺮ ﺒ

ﺪ ﻷ

“Ali laksana harimau dalam keberaniannya”

ي ع sebagai musyabbah, سأا menjadi musyabbah bih, huruf ف لا sebagai adat

tasybih dan ء لايف wajhu syibh.

c. Macam-macam Tasybih

Cara pengungkapan suatu ide dngan menggunakan model tasybih bisa diungkapkan melalui bermacam-macam bentuk. Bentuk-bentuk pengungkapan tersebut menunjukkan jenis dari tasybih. Pembagian tasybih bisa dilihat dari berbagai sisi, seperti adat, wajh, bentuk wajh dan urutannya.

1) Berdasarkan sudut pandang Ada Atau Tidaknya Adat Tasybih

a) Mursal

Mursal adalah kalimat tasybih yang adatnya disebut.

ا أاهيف ك موھلس لا

Apabila menjumpai sebuah kalimat tasybih dan adat tasybihnya disebut, maka tasybih tersebut dinamakan tasybih Mursal.

Contoh:

لايفبح لالثم ت لا

Buku bagaikan teman dalam segi jujur

b) Muakkad

Muakkad adalah tasybih yang adatnya tidak disebut didalamnya.

لا ا أاه مف ح موھ ك

(37)

Dengan demikian, apabila menjumpai kalimat tasybih namun tidak terdapat adat tasybih didalamnya, maka tasybih tersebut dinamakan tasybh muakkad. Contoh:

لا

يف

بح ص

تك

“Buku adalah teman dalam segi jujur”

2) Berdasarkan sudut pandang Ada Atau Tidaknya Wajh Syabh

a. Mufashal

Mufashal adalah tasybih yang wajh syabah nya disebutkan rangkaiannya.

ه لا

هجو

هيف

ك

م

Contoh:

سح

ل ك

هماكو

“Perkataannya bagaikan mutiara dalam segi kebaikannya”

b. Mujmal

Mujmal adalah tasybih yang tidak disebutkan wajhu syabah nya.

هجولا

ه م

ف ح

م

وھ

ل ما

Contoh:

ل ك

هماكو

Perkataannya bagaikan mutiara

3) Berdasarkan sudut pandang Ada Atau Tidak Adanya Adat dan Wajh

Syabh

a. Tasybih Baligh

(38)

ون

وف

تن

ب

تن

س ش

تن

“Engkau matahari, engkau bulan purnama, engkau cahaya di atas cahaya”

Al-Muraqisy menyatakan:

ﺴ ﺒ

ُﺮ

ﺴو

ﺸﺒ

ُﻮ

ُ

ﺸﻮ

ُ

ﺴد

ﺴﺎ

ﺸـ

ُﺮ

ﺴو

ﺴأ

ﺴﺮ

ُفﺒ

ﺴﻷﺒ

ُ

“ baunya yang semerbak itu bak bunga kasturi, wajah-wajah yang berkilauan bak dinar (uang logam), dan ujung-ujung telapak tangan merah bak pacar”

Artinya, bau semerbaknya seseorang diserupakan dengan minyak kasturi, menyerupakan wajah-wajah mereka dengan muka uang dinar, dan menyerupakan ruas ujung jari dengan pacar yang biasa dipakai untuk mewarnai kuku. Tasybih ini termasuk jenis tasybih baligh.karena, dibuang adat tasybih dan wajh syabhnya. Hal ini disebabkan penyair bermaksud untuk berlebihan dalam menganggap bahwa musyabbah adalah musyabbah bih itu sendiri. Oleh karena itu, ia tidak menggunakan adat tasybih yang memberi kesan bahwa musyabbah lebih lemah daripada musyabbah bih dalam wajh syabh, disamping tidak menggunakan wajh syabh yang memaksa kedua pihak dalam satu sifat atau lebih dan tidak pada sifat yang lain.

Tasybih seperti ini disebut tasybih baligh, yaitu merupakan slah satu sarana pengungkapan balaghah dan arena kompetisi yang leluasa bagi para penyair dan penulis.29

4) Berdasarkan Bentuk Wajh Syabh

a. Tasybih Tamtsil

29 Ali Al Jarim dan Mustafa Amin, Al-Balaghatul Waadhihah, (Jakarta: RP Press, 2007),

(39)

Tasybih tamtsil yaitu:

عتم

نم

ع تم

وص

ه لا

هجو

ك

م

“Tasybih yang wa jh syabh nya berupa gambaran yang diambil dari hal yang

berbilang”30

Contoh:

بيغي

مث

ھ لا

ت

يفاوي

ءوضو

ھ ل ك

ا

ء لا

مو

“Tidaklah seseorang itu, kecuali seperti bulan dan cahayanya

Ia menempati sebulan penuh, kemudian menghilang”

Pada bait di atas, wajh syabh nya adalah “cepatnya binasa” (

ء لا ع س

).

Penyair mengambilnya dari keadaan-keadaan cahaya bulan yang cukup

berbilang. Sebab kemunculan pertama bulan sabit (

ااھ

), kemudian menjadi

bulan purnama (

ا ب

), lalu berkurang, dan selanjutnya lenyap.

b. Tasybih Ghairu Tamtsil Tasybih ghairu tamtsil yaitu:

عتم

نم

ع تم

وص

هيف

ه لا

هجو

ن ي

مل

م

“Tasybih yang wajh syabh nya tidak berupa gambaran yang diambil dari hal

yang berbilang”31

Contoh:

غم

طخ

يغب

غي لا

م ق

ت

ل ب

ن طت

ا

30 Sayid Ahmad al-Hasyimi, Mutiara Ilmu Balaghah Dalam Ilmu Bayan dan Ilmu Badi’

(Surabaya: Mutiara Ilmu Surabaya,1994) cet, ke-1 h30

31 Sayid Ahmad al-Hasyimi, Mutiara Ilmu Balaghah Dalam Ilmu Bayan dan Ilmu Badi’

(40)

“Janganlah anda mencari pangkat, dengan alat (kemampuan) yang anda

miliki

Pena sastrawan tanpa tulisan, laksana alat pemintal”

Wajh syabh nya adalah “sedikitnya faedah” (

ئ لا ق

) dan macam itu tidak

diambil dari hal yang berbilang.

5) Tasybih Yang Keluar Dari Kebiasaan

a. Tasybih Dhimny

Tasybih dhimny adalah tasybih yang kedua tharafnya tidak dirangkai dalam bentuk tasybih yang sudah kita kenal atau tanpa adat tasybih, hanya saja keduanya berdampingan dalam susunan kalimat.

Contoh:

ﲎ ﺒ

ﱘﺮ ﺒ

يﺮ

ﺎ ﺒ

نﺎ

بﺮ

“Jangan kau ingkari bila orang yang dermawan tiada memiliki kekayaan,

sebab banjir itu adalah musuh bagi tempat yang tinggi.”

(41)

tempat tertinggi itu tidak dapat digenangi air banjir”.

pada contoh tadi penyair secara implisit menyamakan seorang dermawan yang tidak memiliki kekayaan bagaikan puncak gunung yang tinggi yang tidak pernah dilanda banjir, dengan tidak menyatakan penyerupaan itu melainkan dengan kalimat tersendiri yang mencakup makna tersebut dalam bentuk bukti.

Karena kita tidak akan menemukan adat tasybih, namun demikian jika kita merasakannya dengan hati maka kita akan memahami bahwa ungkapan itu mengandung perbandingan sebagaimana dimaksud dalam tasybih yang sempurna.

Lebih jauh tasybih dhimny adalah tasybih yang tersamar, dalam arti ungkapannya memang tidak secara eksplisit berbentuk perbandingan, namun bernuansa perbandingan. Dalam bahasa arab umumnya tasybih dari dua preposisi, preposisi pertama merupakan topiknya dan preposisi kedua merupakan analoginya.

b. Tasybih Maqlub

Tasybih Maqlub adalah suatu jenis tasybih yang posisi musyabbah-nya

dijadikan musyabbah bih, sehingga yang seharusnya musyabbah dijadikan

musyabbah bih, dan yang seharusnya musyabbah bih menjadi musyabbah

dengan anggapan wajh syabh pada musyabbah lebih kuat.32

Contoh:

ُ ﺸ ﺴو

ُﺸﺮُ

نﺴﺄﺴ

ُﺘﺎﺴ ﺒ

ﺒﺴﺪﺴﺴو

ﺴﺪﺴﺸُﳝ

ﺴﺸﲔ ﺶ

ﺶﺔﺴﺸـﺶﺴ ﺒ

ُﺘ

"Telah terbit fajar, cahayanya seakan-akan wajah kholifah ketika menerima

32 Mamat Zaenuddin, Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Bayan (Bandung: Zein Al

(42)

pujian"

(43)

BAB III

GAMBARAN TENTANG TERJEMAHAN

KITAB BALAGHOTUL HUKAMA

A. Sekilas Tentang Kitab Balaghotul Hukama ( Retorika Kaum Bijak )

Retorika kaum bijak adalah buku yang ditulis oleh Dr. Azhar Arsyad MA,

rektor UIN Alaudin Makassar. Buku ini berisi tentang kata-kata bijak atau

Mahfudzat yang biasa dipakai oleh para santri di pondok pesantren. Bahan

yang sebagian besarnya diambil dari pelajaran Mahfudzat di

pesantren-pesantren, dari Diwanul Imam al-Syafi’i serta dari buku susunan Lewis C.

henry dalam bukunya Best Quatitations for All Occasions.

B. Riwayat Hidup Pengarang

(44)

Desember 1985 (beasiswa Fulbright). Terakhir meraih gelar Doktor dari UIN Syahid, Ciputat 1999.

Pada Musim Gugur 1990, kembali ke Amerika mengikuti training dalam bidang Administrasi dan Manajemen Perguruan Tinggi di University of Kentucky. Pada tahun 1992-1993, mendapat kehormatan untuk mengikuti Mid-Career Profesional Training di bidang Manajemen Perguruan Tinggi selama satu tahun di Boston University, USA. Terakhir, mengikuti workshop dan penerjemah di bidang Manajemen Stratejik pejabat eselon I di McGill University, Montreal, Canada tahun 1996.

(45)

paper “Musahamatul al-Tarbiyah alDiniyah fi al-Tafahum wa ishlahi alDunyaa al-Mumazzaq, dan memotori serta menggagas dua konferensi Internasional yang diikuti oleh beberapa Negara di Makassar “ Islam and World Peace” tahun 2001 dan “ Islam, the West, and the Rest” tahun 2005. Memenuhi undangan DAAD untuk mengadakan penjajakan kerjasama dengan Beberapa Perguruan Tinggi di Bonn, Frankfurt, dan Hamburg, Jerman, Perancis, dan Belanda mulai tanggal 5 Maret s/d 15 Maret 2005, Melakukan Professional Development ke beberapa perguruan tinggi di Johansburg, Cape Town, dan Pretoria, Afrika Selatan mendampingi Wapres, mengadakan MOU antara International Peace University, South Africa dan UIN Alauddin 26-27 September 2005. Terakhir kembali diundang oleh pemerintah Jerman untuk melakukan jejaring di Berlin dan kota kota lainnya di Jerman November 2006

Di bidang profesi dan sosial kemasyarakatan, beliau berperan diantaranya sebagai dewan pakar ICMI pusat dan pengawas Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia.

Sejak awal tahun 1997 menjabat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Makassar, dan awal Juli 2002 menjabat sebagai Rektor IAIN Alauddin Makassar dan terpilih kembali menjadi Rektor UIN Alauddin 2006- 2010. Juga sebagai Koordinator Kopertais Wilayah VIII se Sulawesi, Maluku, dan Papua. Sejak Oktober 2003 Azhar Arsyad dianugrahi Professor (Guru Besar penuh) dalam Ilmu Manajemen dengan pangkat Pembina Utama (Gol. IV/e).33

(46)

C. Kaya-karyanya

Karya-karya yang pernah ditulis oleh Dr. Azhar Arsyad adalah: 1. Menguasai Kata KerJa Populer Dan Preposisi Bahasa Arab. 2. Bahasa Arab Dan Metode Pengajarannya.

3. Bacaan Bahasa Arab Kontemporer. 4. Media Pembelajaran.

5. Pokok-pokok Pengetahuan Manajemen Praktis Bagi Pimpinan Dan

Eksekutif.

(47)

BAB IV

ANALISIS KESESUAIAN TERJEMAHAN TASYBIH PADA KITAB

BALAGHOTUL HUKAMA

A. Temuan

Berdasarkan sumber data yang diteliti, peneliti menemukan 15 terjemahan kalimat yang mengandung unsur tasybih pada kitab Balaghotul Hukama.

B. Analisis Struktur Kalimat Tasybih dalam Kitab Balaghotul Hukama

(Studi Analisis: Struktur Kalimat Tasybih).

Pada bab ini, peneliti akan menganalisa kesesuaian terjemahan kalimat tasybih pada kitab Balaghotul Hukama. Tasybih yang dijumpai:

1 .

ُـ

ﺸنﺶﺐ

ﺶ ﺸﱢ ﺎﺴ

ُ ﺸـ ﺒ

ﺸﻬ

ﺴﻰ ﺴ

ﺴُﺶ

ﺶﺤﺎﺴ ﺮ ﺒ

ﱢ ُ

ﺶ ﺶ ﺴﺸـﺴـ

ُ ﺸ ﺶ ﺸﺴـ

ﺸنﺶﺐﺴو

”Nafsu bagaikan bayi bila anda biarkan terbiasa dengan kesenangan menyusu terus-terusan”

Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai dengan adat tasybih yaitu .

Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang Wajhu syabah diambil dari musyabbah dan

(48)

2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat, maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.

3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.

Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:

Musyabbah : Gambaran Nafsu

Musyabbah bih : Gambaran Bayi

Wajhu syabah : Gambaran Kesenangan

Adat : Bagaikan

Dengan demikian, bahwa struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufasssal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih.

2 .

ﱞﺮُ

ﺶﺶﱪ ﺴﺎ

ُﺮﺸـ

ﺶﺶﺴﺒﺴﺬﺴ

“kesabaran itu bagaikan jadam, pahit rasanya”

Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai dengan adat tasybih didalamnya yaitu .

Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang musyabbah dan musyabbah bih, tasybih ini disebut Tasybih Ghair Maqlub. Karena, wajhu syabah nya lebih kuat pada musyabbah bih apabila dibanding dengan wajhu syabah yang ada pada musyabbah.

(49)

maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.

3. jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah disebut atau tidak, maka struktur kalimat tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.

Berikut ini adalah rincian pembuktian sebagai tasybih ghair maqlub:

Musyabbah : Kesabaran

Musyabbah bih : Jadam

Wajhu syabah : Pahit

Adat : Bagaikan

Dengan demikian, bahwa struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih ghair maqlub, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih.

3 .

ﺶﺮﺶ ﺎﺴﺶ

ﺴﺘﺴ

ﺶ ﺸ ﺎﺴ

ﺸ ُ ﺴ

ﺸ ﺴ ﺴﺒﻮﺴ

ﺶتﺎﺴ ﺴﺴ

ﻰﺴﺴ

ﺶءﺎ

ﺴﻮُﺴو

ً ﺸﺶﺴﺜ

“Rendah hatilah laksana bintang yang kelihatan rendah bagi yang melihatnya

Pada permukaan air padahal ia sendiri tinggi di atas sana”

Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai dengan adat tasybih didalamnya yaitu .

Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:

(50)

kesamaan itu bukan merupakan gambaran dan tidak diambil dari musyabbah dan musyabbah bih yang berbilang.

b. struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat, maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.

c. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.

Berikut ini adalah rincian pembuktian sebagai tasybih ghairu tamtsil:

Musyabbah : Rendah Hati

Musyabbah bih : Bintang

Wajhu syabah : Tinggi

Adat : Laksana

Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih ghairu tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih.

4 .

ﺸﻮُﺸﺴـ

ﺶنﺎﺴﺧﺪﺎﺴ

ﺸ ُ ﺴ

ﺴ ﺴو

ﺶ ﺶ ﺸﺴـﺶ

ً ﺸﺶ ﺴو

ﺴﻮُﺴو

ﱢﻮﺴ ﺒ

ﺶتﺎﺴﺴـﺴ

ﺴﺶﺐ

“Janganlah anda bagaikan asap membumbung tinggi dengan sendirinya

Ke lapisan-lapisan udara padahal ia sendiri hina (tidak ada apa-apanya)”

(51)

dengan adat tasybih didalamnya yaitu .

Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan

musyabbah bih yang mufrod, tasybih ini disebut Tasybih Ghairu Tamtsil. Karena, wajhu syabah yang merupakan unsur kesamaan itu bukan merupakan gambaran dan tidak diambil dari musyabbah dan musyabbah bih yang berbilang.

2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat, maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.

3. . Karena tasybih mufassal adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya. Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih ghairu tamtsil:

Musyabbah : Engkau

Musyabbah bih : Asap

Wajhu Syabah : Hina

Adat : Bagaikan

Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih ghairu tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih.

5 .

ُبﺶﺮﺸُـ

ﺶبﺒﺴﺮ ﺎﺴ

ُ ﺶﺈﺴ

ﺶبﺒﺬﺴ ﺒ

ﺴﺔﺴﺴدﺎﺴ ُﺴو

ﺴكﺎ ﺶﺐﺴو

ﺴﺴ

ُﺪﺶﺸُـﺴو

ﺴﺪﺸﺶﺴ ﺒ

ﺴ ﺸﺴ

ﺴ ﺸ

ﺸﺶﺮﺴ ﺒ

“Hindarilah berteman dengan pembohong karena ia bagaikan fatamorgana
(52)

Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai dengan adat tasybih didalamnya yaitu .

Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang Wajhu syabah diambil dari musyabbah dan

Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran atau keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih

2. struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat, maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.

3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.

Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:

Musyabbah : Gambaran Pembohong

Musyabbah bih : Gambaran Fatamorgana

Wajhu syabah : Menjauh dan Mendekat

Adat : Bagaikan

Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih.

(53)

ص ق

يف

ي

لثم

ح

نع

“sesungguhnya orang yang butuh bila tidak mau bergerak keluar

Dari tempatnya, ia laksana burung dalam sangkar”

Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai

dengan adat tasybih didalamnya yaitu

لْثم

.

Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbahbdan

Musyabbah bih yang berbilang, tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran atau keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih.

2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat, maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.

3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.

Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:

Musyabbah : Gambaran orang yang butuh

Musyabbah bih : Gambaran Burung dalam sangkar

Wajhu syabah : Gambaran Bergerak

Adat : Laksana

(54)

tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih.

7 .

نﺶﺐ

ﺒﺴﺛﺶﺐ

ﺴبﺸﻮُُ ﺒ

ﺎﺴدُو

ﺴﺮﺴـﺎﺴﺴـ

ﺸ ﺴ ﺸ ﺴ

ﺎﺴُﺮﺸ ﺴ

ﺶﺔﺴ ﺎﺴﺰﺒ

ُﺸ ﺶ

“Sesungguhnya hati bila kasih sayangnya berantakan

Laksana kaca bila pecah tak dapat dipadukan”

Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai dengan adat tasybih didalamnya yaitu

ُﺸ ﺶ

.

Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang Wajhu syabah diambil dari musyabbah dan

Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran atau keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih

2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat, maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.

3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.

Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:

Musyabbah : Gambaran Hati Yang Galau

(55)

Wajhu syabah : Gambaran Sesuatu Yang Berantakan

Adat : Laksana

Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah Tasybih Tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih.

8 .

ﺶﺴ

ﺳﺮﺸﺴأ

ﺶتﺸﻮ

ُ ﺸﺴ ﺴ

ﺳﺸﲑ

ﺸﺶ ﺴ

ﺳﺮﺸﺴأ

ﺶتﺸﻮ

ﺶﺸﺴ ﺴ

ٍ◌

"Rasa kematian pada masalah sepele

Seperti rasa kematian pada masalah besar”

Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai dengan adat tasybih didalamnya yaitu .

Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan

musyabbah bih nya yang berbilang, tasybih ini merupakan tasybih tamtsil. Karena tasybih yang wajhu syabah nya meerupakan gambaran yang diambil dari musyabbah dan musyabbah bih yang berbilang.

2. struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat, maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.

(56)

adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.

Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:

Musyabbah : Gambaran Rasa kematian Pada Masalah Sepele

Musyabbah bih : Gambaran Kematian Pada Masalah Besar

Wajhu syabah : Gambaran Masalah

Adat : Seperti

Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih.

9 .

ُﺮﺸـﱢ ﺒﺴو

ﺸُ

ﺶبﺸﺮـ ﺴﺎ

ًﻰ

ﺴأ

ﺶﺶﺶ ﺎﺴ

ﺴو

ﺶ ﺴ ﺴ ﺒ

ﺴ ﺶ

ﺲﺤﺸﻮﺴـ

ﺶ ﺶ ﺸﺜﺴأ

ُدﺸﻮُ ﺒ

“Timah bagaikan tanah bila terletak di tempatnya

Kayu cendana bila menetap di tanahnya hanya semacam kayu bakar”

Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai dengan adat tasybih didalamnya yaitu .

Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang pandang musyabbah dan musyabbah bih nya, tasybih ini merupakan tasybih maqlub. Karena wajhu syabah nya lebih kuat pada musyabbah apabila dibanding dengan wajhu syabah yang ada pada musyabbah bih.

(57)

mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.

3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.

Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih maqlub:

Musyabbah : Timah

Musyabbah bih : Tanah

Wajhu syabah : Kayu Bakar

Adat : Bagaikan

Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih maqlub, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih.

10 .

ﺲﺶﺴﺒو

ﺴ ﺶ

ُ ﺴأ

ُ ﺶﺸﺴﳛ

ﺴكﺎﺴﺸﺴـ

ُبﺴﺮﺸﺴ ﺒ

ﺴﻮُﻬﺴـ

ﺴ ﺸﺴ

ىﺴﺜﺴﻮﺴـ

ﺒﺴﺛﺶﺐﺴو

“Ia temui anda seraya bersumpah setia pada anda

Bila membelakang dari anda ia bagaikan kalajengking”

Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Pada hal ini, adat tasybih nya tidak disebut.

Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang musyabbah dan musyabbah bih tasybih ini merupakan tasybih baligh. Karena, tidak disebutkan adat dan wajhu syabah nya.

Berikut rincian pembuktian sebagai tasybih baligh:

(58)

Musyabbah bih : Kalajengking

Wajhu Syabah : Tak Disebut

Adat : Tak Disebut

Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih baligh, tasybih muakkad dan tasybih mujmal.. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih.

11 .

ﺶ ﺸ ﺎﺴ

ُ ﺸﺴﻮ ﺒ

ﺴ ﺴﺴ ﺴ

ُﺸﺴ ﺸﺴـ

ﺸﺴ

ﺸنﺶﺐ

“Waktu bagaikan pedang, bila kamu tak memotongnya dia memotongmu"

Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai dengan adat tasybih didalamnya yaitu .

Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan

Musyabbah bih tasybih yang berbilang ini disebut Tasybih Tamtsil, karena musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran atau keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih.

2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat, maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.

Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:

Musyabbah : Gambaran Waktu

(59)

Wajhu syabah : Gambaran Tajam

Adat : Bagaikan

Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih tamtsil dan tasybih mursal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih. 12 .

ُ ﺸﺶ ﺒ

ﺴ ﺶ

ﺴ ﺶ

ﺶﺮﺷ ﺎﺴ

ﺳ ﺴﺴ

ﺳﺮﺴﺴﲦ

“Ilmu tiada amalan bagaikan pohon tidak berbuah”

Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai dengan adat tasybih didalamnya yaitu .

Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan

Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran atau keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih.

2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat, maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.

3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.

Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:

Musyabbah : Gambaran Ilmu

(60)

Wajhu syabah : Gambaran Buah

Adat : Bagaikan

Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih.

13 .

ﺶﺮﺴ ﺴ ﺒ

ﻰﺴﺴ

ﺶ ﺸـ ﺎﺴ

ﺶﺮﺴﱢ ﺒ

ُ ﺴﺴـ ﺒ

“Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu”

Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai dengan adat tasybih didalamnya yaitu .

Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan

Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran atau keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih.

2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat, maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.

3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.

Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:

Musyabbah : Gambaran Belajar

(61)

Wajhu syabah : Gambaran Atas Batu

Adat : Bagaikan

Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih

14 .

ﺴ ﺶ ﺎﺴ

ُءﺸﺮﺴ ﺒﺎﺴﳕ

ﺶﺐ

ُﰒ

ﺶﺮﺸﻬ ﺒ

ﺶمﺎﺴﺴﲤ

ﺸ ﺶﺒﺴﻮُـ

ﺶﺶءﺸﻮﺴ ﺴو

ﺶل

ُ ﺸﺶُ

“Sesungguhnya manusia itu bagaikan bulan tsabit beserta cahayanya, bila

genap sebulan ia tenggelam dan menghilang”

Str

Referensi

Dokumen terkait

Matriks Pemilihan Media Pembelajaran sedang rendah sedang sedang rendah sedang Sajian Lisan sedang rendah sedang sedang rendah sedang Buku Tercetak sedang sedang tinggi

Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.. Diperiksa

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara motivasi menjadi atlet profesional dengan personal goal setting dan leadership coach.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah terbuatnya suatu alat yang bisa membantu penumpang kereta api memperoleh informasi mengenai nama stasiun, berapa

Hipotesis 1 dari penelitian ini yang diduga bahwa employee empowerment memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap service behavior terbukti.... Di Hotel X ketika

Keuntungan atau kerugian dari perbedaan nilai tukar diakui dalam laporan keuangan tersendiri milik Perusahaan atas translasian item moneter jangka panjang yang

Sehubungan dengan dikembangkannya media pembelajaran berbentuk aplikasi android berbasis weblog pada materi hidrokarbon dan minyak bumi, saya memohon kesediaan

melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan judul “Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”.. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja