PERILAKU SEKSUAL BERISIKO REMAJA
DI SMA TRIGUNA UTAMA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
OLEH:
RENO RAMALIA
NIM: 1110104000021
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iii
The Relationship between Personality Trait and Youth Risky Sexual Behavior in SMA Triguna Utama
xix + 90 pages + 25 tables + 2 schemes + 8 attachments ABSTRACT
Risky sexual behavior is sexual behavior that causing various negative impact on the perpetrators, i.e. unwanted pregnancies, STDs, abortion, dropping out of school, as well as crime. One of the factors that influence sexual behavior is personality. The personality type that used in this research is personality trait with five dimensions (big five) namely openess to experience, conscientiousness, extroversion, agreeableness, and neuroticism. The objective of this research is to know the relation between personality trait and youth risky sexual behavior in SMA Triguna Utama. Samples used in this study are 84 people and the technique is total sampling technique. This research is quantitative study used cross sectional approach with α= 0.05. Data Collection used questionnaire. Analytical technique used Spearman correlation and supported by statistical application program in its processing. Results of the analysis found that out of five hypotheses which are proposed in this study one of them received and four others rejected. Neuroticism Personality dimensions (p = 0,079) extraversion (p = 0,783), agreeableness (p = 0,942) and conscientiousness (p = 0,108) were rejected, while for oppeness to experience personality dimensions (p = 0,026, r = -0.243) was received. Researcher suggested that school will be able to consider planning their guidelines on sexual education to prevent negative impact of risky sexual behavior.
iv
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2014
Reno Ramalia, NIM: 1110104000021
Hubungan TraitKepribadian dengan Perilaku Seksual Berisiko Remaja di
SMA Triguna Utama
xix + 90 halaman + 25 tabel + 2 bagan + 8 lampiran
ABSTRAK
Perilaku seksual berisiko merupakan perilaku seksual yang menyebabkan berbagai dampak negatif bagi para pelakunya, yaitu antara lain kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular seksual, aborsi, putus sekolah, dan meningkatnya kriminalitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seksual adalah kepribadian. Tipe kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu trait kepribadian dengan lima dimensi (big five) yaitu openess to experience, conscientiousness, extroversion, agreeableness, dan neuroticism. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara trait kepribadian dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 84 orang dan teknik yang digunakan dengan teknik total sampling. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan α=0.05. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah korelasi Spearman dengan bantuan program aplikasi statistik dalam pengolahannya. Hasil analisis didapatkan bahwa dari lima hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini satu diantaranya diterima dan empat lainnya ditolak. Kepribadian dimensi neuroticism (p=0.079), exstraversion(p=0.783), agreeableness(p=0.942)dan conscientiousness (p=0.108) ditolak, sedangkan untuk kepribadian dimensi oppeness to experience (p=0.026, r = -0.243) diterima. Peneliti menyarankan agar pihak sekolah dapat mempertimbangan untuk merencanakan bimbingan mengenai pendidikan seksual guna mencegah dampak negatif dari perilaku seksual berisiko.
Kata kunci: Trait Kepribadian, Perilaku Seksual Berisiko, Remaja
viii
Nama : Reno Ramalia
Tempat, Tanggal lahir : Padang Panjang, 04 Maret 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Adam BB No. 502, Padang Panjang,
Sumatera barat
Hp : +6287871259195
E-mail : ramaliarenoeno@gmail.com
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. TK Diniyah Putri Padang Panjang 1997-1998
2. SD Negeri 03 Balai-balai 1998-2004
3. SMP Negeri 1 Padang Panjang 2004-2007
4. SMA Negeri 1 Padang Panjang 2007-2010
ix
“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mendapat hikmah itu sesungguhnya ia telah mendapat
kebajikan yang banyak. Dan tiadalah yang menerima peringatan melainkan
orang- orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah: 269)
Alhamdulillahirobbil’alamin…Alhamdulillahirobbil’alamin…
Alhamdulillahirobbil’alamin…
Akhirnya aku sampai ketitik ini, kesuksesan yang Engkau hadiahkan padaku
Ya Rob.
Kesuksesan lebih diukur dari rintangan yang berhasil diatasi seseorang saat
berusaha untuk sukses daripada posisi yang telah diraihnya dalam kehidupan
(Booker T. Washington).
“...kaki yang akan berjalan lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak,
mata yang akan menatap lebih lama, leher yang akan lebih sering melihat ke
atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan
bekerja lebih keras, serta mulut yang akan selalu berdoa...” (5 cm.)
Semoga sebuah karya ini menjadi berkah bagiku dan kebanggaan bagi
keluargaku tercinta
.
Ku persembahkan karya ini untuk belahan jiwaku, yang
menginjeksikan segala idealisme, prinsip, edukasi dan kasih sayang berlimpah
bahkan ada perjuangan yang tidak pernah ku ketahui, namun tetap tenang
dengan penuh kesabaran dan pengertian luar biasa, Ibundaku tercnta
x
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Trait
Kepribadian dengan Perilaku Seksual Berisiko Remaja di SMA Triguna Utama”.
Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak baik moril
maupun materiil, sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Muhammad Kamil Tajuddin, Sp.And. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., M.KM. selaku Ketua Program Studi dan Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, M.Sc. selaku Sekretaris Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Ernawati, S.Kep., M.Kep., S.KMB. selaku Dosen Pembimbing 1 dan Ibu
xi pembuatan skripsi ini
4. Ibu Yenita Agus, S.Kp, M.Kep, PhD, Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep.,
Ns.Sp.Kep.Mat, dan Ibu Ernawati, S.Kep., M.Kep., S.KMB, selaku Dosen Penguji Skripsi, terima kasih sebesar-besarnya atas saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini
5. Bapak Jamaludin, S.Kp., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi
motivasi selama tahun duduk di bangku kuliah
6. Segenap Staf Pengajar dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi
7. Orang tuaku, Bapak Masril dan Ibu Darlis yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis selama proses
menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa, Kakakku, Lastrie Asrya dan Adik-adikku Asri Putralel dan Anfo Prato serta seluruh keluargaku yang selalu memberikan
semangat tanpa pamrih
8. Ketua Yayasan, Staff Guru dan Staff Karyawan SMA Triguna Utama yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
SMA Triguna Utama
9. Teman-teman FKIK 2010, PSIK 2009-2012, BEMJ-IK, Sahabat-sahabat saya,
xii
masukan selama menyelesaikan skripsi ini, serta semua pihak yang telah mendo’akan selama proses pembuatan skripsi ini.
Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya
pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis dalam melihat fakta, memecahkan masalah yang ada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.
Jakarta, Juli 2014
xiv
1. Definisi Kepribadian………. 2. Teori Kepribadian………. 3. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian……... 4. Definisi TraitKepribadian………. 5. Dimensi dalam TraitKepribadian Big Five………... 6. Facets (Aspek-aspek) TraitKepribadian Big Five……… 7. Karakteristik Nilai TraitKepribadian Big Five……….. 8. Instrumen Pengukuran TraitKepribadian……….. C. Perilaku Seksual Berisiko Remaja……….. 1. Definisi Perilaku Seksual Remaja……….. 2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja……….. 3. Bentuk Perilaku Seksual Remaja………... D. Penelitian Terkait……… E. Hubungan antara TraitKepribadian dan Perilaku Seksual Remaja
18
xv 2. Gambaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi
tentang Perilaku Seksual……….. 3. Gambaran Responden Berdasarkan TraitKepribadian……… 4. Gambaran Responden Berdasarkan Perilaku Seksual
xvi
Halaman 2.1 Facets TraitKepribadian Big Five………..………….. 2.2 Karakteristik Nilai TraitKepribadian Big Five……… 2.3 Penelitian Terkait………..……… 3.1 Definisi Operasional…..………...……… 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas X dan XI SMA Triguna Utama ………... 4.2 Kisi-kisi Instrumen TraitKepribadian………...…….. 4.3 Bobot Nilai Instrumen TraitKepribadian………... 4.4 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja………... 4.5 Hasil Uji Validitas TraitKepribadian………... 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Traitkepribadian……….... 4.7 Interpretasi Koefisien Korelasi…………...……….. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia…………..……… 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang
Perilaku Seksual……….………... 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang
Perilaku Seksual……….…………... 5.5 Kategori Responden Berdasarkan Trait Kepribadian………... 5.6 Frekuensi Responden dengan Perilaku Seksual Berisiko………. 5.7 Perilaku Seksual Berisiko Responden………... 5.8 Skor Perilaku Seksual Berisiko Responden………... 5.9 Hasil Uji Normalitas Data..………... 5.10 Hubungan antara Dimensi Extraversiondengan Perilaku Seksual
Bersisiko Remaja di SMA Triguna Utama……… 5.11 Hubungan antara Dimensi Agreeablenessdengan Perilaku Seksual
Berisiko Remaja di SMA Triguna Utama……… 5.12 Hubungan antara Dimensi Conscientiousnessdengan Perilaku
xvii Berisiko Remaja di SMA Triguna Utama
5.14 Hubungan antara DimensiOpeness to Experiencedengan Perilaku Seksual Berisiko Remaja di SMA Triguna Utama………....
66
xviii
Halaman 2.1 Kerangka Teori Penelitian………... 3.1 Kerangka Konsep Penelitian………...
xix Lampiran 1. Dokumen Perizinan
Lampiran 2.Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 5. Hasil Olahan Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6. Rekapitulasi Jawaban Responden
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan periode peralihan dari masa anak menuju dewasa
dengan melibatkan semua perkembangan yang dialaminya (Hanifah &
Kusyogo, 2012). Remaja mencakup individu dengan usia 10-19 tahun (World
Health Organization, 2014). Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukan jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya
adalah remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa dan
perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kependudukan-BKKBN, 2011).
Perkembangan remaja meliputi karakteristik fisik, psikologis dan sosial
yang berhubungan langsung dengan kepribadian, seksual dan peran sosial
remaja (Dewi, 2009). Aspek karakteristik fisik berupa perubahan bentuk tubuh,
mimpi basah bagi remaja laki-laki, menstruasi pada remaja perempuan dan
kematangan reproduksi. Aspek psikologis seperti memiliki keingintahuan yang
besar, menyukai petualangan, tantangan dan cenderung berani menanggung
risiko atas perbuatannya tanpa didahului pertimbangan yang matang. Aspek
sosial dapat dilihat dari mudahnya terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya
(Stanhope & Lancaster, 2004). Ketiga aspek tersebut dapat menempatkan
satunya masalah kesehatan reproduksi yang berhubungan dengan
perkembangan perilaku seksual remaja (Dewi, 2012).
Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh
hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Objek
seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan ataupun dirinya
sendiri (Sarwono, 2010). Penyebab utama dari perilaku tersebut pada remaja
adalah dorongan biologis (sexual drive) yang sudah tidak dapat dibendung dan
dilakukan semata-mata untuk memperkokoh komitmen berpacaran, memenuhi
keingintahuan dan sudah merasa siap melakukannya serta merasakan afeksi
dari pasangan atau partner seks (Taufik, 2013). Perilaku seksual remaja berupa
masturbasi, berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan,
memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan hubungan seksual
atau bersenggama (Hurlock, 2003).
Perubahan sosial mulai terlihat dalam persepsi masyarakat termasuk
remaja yang mulanya meyakini perilaku seksual sebagai sesuatu yang sakral
menjadi tidak sakral lagi dan ditambah dengan pengetahuan remaja yang masih
rendah sehingga membuka kesempatan untuk sikap permisif terhadap perilaku
seksual (Salisa, 2010). Hal ini menunjukkan pemberian pendidikan seksual
menjadi penting karena remaja berada dalam potensial seksual aktif yang
berkaitan dengan dorongan seksual dipengaruhi hormon, informasi yang tidak
memadai, dan dapat berdampak negatif seperti kehamilan tidak diinginkan
(KTD), penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, serta aborsi
Hasil penelitian di Belgia, Republik Ceko, Estonia dan Portugal tahun
2005 menyatakan 75% responden memiliki pacar dan 50% telah melakukan
hubungan seksual antara usia 15,2-16,4 tahun (Ines et al, 2009). Penelitian di Amerika tahun 2011 sebanyak 47,4% remaja pernah melakukan hubungan
seksual dan 15,3% melakukan hubungan seksual dengan empat atau lebih
pasangan (Central for Disease Control and Prevention, 2013). Hasil penelitian
di Indonesia tahun 2012 menyatakan bahwa sebanyak 16,9% remaja
perempuan dan 12,4% remaja laki-laki setuju terhadap hubungan seksual dan
alasan melakukan hubungan seksual pertama kali pada remaja usia 15-24 tahun
adalah karena ingin tahu (51,3%), terjadi begitu saja (38,4%) dan dipaksa oleh
pasangannya (21,2%) (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2013).
Perilaku seksual dipengaruhi oleh dua faktor yaitu eksternal dan
internal. Faktor eksternal berasal dari luar diri individu yakni berupa
lingkungan sosial, meliputi pengaruh teman sebaya, remaja yang tinggal
bersama, tontonan pornografi (Odeyemi et al, 2009), serta norma agama dan budaya (Kazembe, 2009). Faktor internal yaitu terdiri dari hormonal atau
dorongan seksual, pengetahuan seksual yang dimiliki oleh remaja, ajaran
agama yang diyakini (Puspitadesi dkk, 2010), karakteristik remaja yang
mencakup usia dan jenis kelamin (Dewi, 2012), serta kepribadian yang
berkaitan dengan tingkat kontrol diri (Hadjam & Fridya, 2000).
Remaja sudah selayaknya mempunyai kemampuan diri untuk
mengendalikan dorongan seksual dan mengontrol perilakunya, sehingga dapat
perasaan berdosa. Kemampuan remaja dalam mengontrol diri berkaitan erat
dengan kepribadian remaja itu sendiri (Hadjam & Fridya, 2000). Hal ini
menunjukkan bahwa remaja dapat positif dan negatif pada perilaku seksual
tergantung dari kepribadiannya (Widyarini & Nurul, 2010).
Kepribadian merupakan karakteristik individu dengan pola perilaku,
perasaan dan pemikiran yang konsisten (Pervin dkk, 2010). Kepribadian
bersifat unik yaitu berbeda-beda pada tiap orang (Widyarini, 2010).
Kepribadian merupakan gambaran perilaku seseorang tanpa bisa diberikan
suatu penilaian benar atau salah, terpuji atau tercela, dan positif atau negatif
(Pieter & lubis, 2010).
Observasi dan wawancara yang dilakukan pada SMA Triguna Utama
peneliti menemukan beberapa perilaku seksual remaja dengan kepribadiannya
yang berbeda-beda. Peneliti melakukan observasi dengan mendatangi secara
langsung sekolah dan lingkungan sekitarnya. Peneliti sering melihat
siswa-siswa sepulang sekolah duduk berdua di depan warung dekat sekolahnya secara
berpasangan ataupun pulang yang berboncengan. Peneliti juga mengobservasi
adanya perilaku berpegangan tangan dan merangkul pasangannya.
Melalui wawancara yang peneliti lakukan pada 12 siswa di SMA
Triguna Utama, peneliti menemukan beberapa perbedaan perilaku seksual
siswa-siswa tersebut. Siswa yang belum pernah berpacaran ada 1 orang, ia
mengatakan bahwa tidak mau berpacaran karena merasa tidak leluasa jika
memiliki hubungan yang terikat dengan orang lain, ingin berfokus pada
pacar, 7 orang diantaranya pernah berpegangan tangan, berpelukan dan telah
mencium pacarnya, mereka mengatakan bahwa hal tersebut masih tergolong
wajar dan boleh-boleh saja dilakukan oleh orang yang berpacaran sedangkan 4
orang lagi mengatakan tidak mau melakukan pelukan atau ciuman meskipun
sudah berstatus pacaran, mereka merasa tidak nyaman, takut, dan merasa
bersalah jika melakukan hal-hal tersebut, saat berpacaran mereka cukup sebatas
berpegangan tangan saja.
Gambaran perilaku siswa-siswa di atas menunjukkan adanya perbedaan
dalam kepribadian mereka. Kepribadian siswa tersebut ada yang menyetujui
perilaku seksual dan ada yang tidak menyetujui atau menolak perilaku seksual.
Melalui perbedaan ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara
kepribadian dengan perilaku seksual di SMA Triguna Utama. Banyak
pendekatan yang dikemukakan para ahli untuk memahami kepribadian, namun
pada penelitian ini peneliti tertarik untuk menggunakan pendekatan trait theory
(traitkepribadian).
Traitkepribadian adalah salah satu pendekatan yang dikemukakan oleh Gordon W. Allport (1961 dalam Friedman & Schustack, 2008) untuk
memahami kepribadian. Trait didefinisikan sebagai dimensi yang menetap dari
karakteristik kepribadian, hal tersebut yang membedakan individu dengan
individu yang lain. Pendekatan traitterhadap kepribadian dapat dilihat melalui
experience (keterbukaan terhadap hal-hal baru) (Costa dan McCrae, 1992 dalam Popkins, 2001). Setiap individu pada dasarnya terdapat semua dimensi
kepribadian, namun ada dimensi tertentu yang lebih dominan dibanding
dimensi lainnya, sehingga dapat memberikan gambaran perilaku individu
termasuk perilaku seksual remaja (Deasy, 2007).
Peneliti memiliki beberapa alasan untuk menggunakan trait kerpibadian
dalam penelitian ini. Pertama, trait kepribadian mempresentasikan kelompok kepribadian yang komprehensif dan berbasis empiris (Husnaini, 2013). Kedua,
trait kepribadian melalui dimensi big five adalah taksonomi kepribadian yang disusun berdasarkan pendekatan lexical, yaitu mengelompokkan kata-kata atau
bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan
ciri individu (Ramdhani, 2012). Ketiga, dimensi big five dapat menjelaskan karakteristik pribadi dari hasil wawancara informal peneliti dengan 12 siswa di
SMA Triguna Utama di atas, seperti siswa yang mengatakan ingin berfokus
pada sekolah dan sukses dapat dikategorikan siswa dengan kepribadian
dimensi conscientiousness(teratur) dan siswa yang merasa tidak nyaman, takut
dan merasa bersalah jika melakukan perilaku seksual berpelukan dan ciuman
dapat dikategorikan siswa dengan kepribadian dimensi neurocitism (pencemas).
Perawat merupakan bagian dari tenaga kesehatan professional yang
memiliki salah satu peran sebagai counsellor yaitu memberikan bimbingan atau konseling kepada klien (Doheny, 1982 dalam Kusnanto, 2004). Perawat
berisiko. Salah satu konseling yang dapat diberikan perawat adalah
pengembangan kepribadian remaja yang baik terhadap perilaku seksual yaitu
menanamkan pandangan dan sikap yang tepat agar terhindar dari perilaku
seksual yang berisiko. Remaja perlu digali secara intens perasaan-perasaan yang muncul seiring dengan perkembangan seksualitas mereka, sehingga dapat
mengetahui kebutuhan akan reproduksinya dan dapat memberikan bimbingan
secara tepat (Lestari, 2012). Ini menjadi salah satu hal yang patut untuk
mendapat perhatian terkait kepribadian karena kepribadian dapat memberikan
pengaruh dalam pembuatan keputusan bagaimana seseorang itu berperilaku
terhadap stimulus yang datang, seperti seksualitas (Robbin & Judge, 2008).
Penelitian yang dilakukan Widyarini & Nurul (2010) terkait
kepribadian dengan sikap terhadap seks pranikah di wilayah Jakarta
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepribadian
oppeness to experience dan agreeableness dengan sikap terhadap seks pranikah. Hal yang membedakan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan
adalah variabelnya yaitu kepribadian dengan perilaku seksual remaja. Selain
itu, peneliti juga belum menemukan penelitian terkait kepribadian dan perilaku
seksual ini dilakukan di wilayah Ciputat, khususnya di SMA Triguna Utama.
B. Perumusan Masalah
Saat remaja bertumbuh dewasa secara seksual, bukan hanya tubuhnya
yang berubah, hormon-hormon mulai bereaksi, mereka mengaktifkan emosi
seseorang berfungsi untuk melihat apa yang terjadi dalam pikirannya, sehingga
dapat membantu untuk berkomunikasi secara efektif. Berbicara dengan remaja
mengenai sesuatu apapun, apalagi seksual akan sulit jika tidak mampu
memahami bagaimana jalan pemikirannya. Perilaku seksual remaja merupakan
bagian dari perkembangan fungsi reproduksi. Remaja membutuhkan
bimbingan secara bijaksana agar terhindar dari perilaku seksual berisiko dan
dampak negatifnya. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Triguna
Utama mayoritas menunjukkan perilaku seksual yang pernah dilakukan remaja
dengan kepribadian mereka yang berbeda-beda. Kepribadian dapat dipahami
dengan lima dimensi trait kepribadian yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience.
Berdasarkan uraian singkat di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
terkait hubungan trait kepribadian dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran karakteristik remaja di SMA Triguna Utama?
2. Bagaimana sumber informasi tentang perilaku seksual remaja di SMA
Triguna Utama?
3. Bagaimana gambaran traitkepribadian remaja di SMA Triguna Utama?
4. Bagaimana gambaran perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna
5. Apakah ada hubungan antara dimensi-dimensi dalam trait kepribadian dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tiap dimensi dalam trait kepribadian dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik remaja di SMA Triguna
Utama
b. Untuk mengetahui sumber informasi tentang perilaku seksual remaja di
SMA Triguna Utama
c. Untuk mengetahui gambaran trait kepribadian remaja di SMA Triguna Utama
d. Untuk mengetahui gambaran perilaku seksual berisiko remaja di SMA
Triguna Utama
e. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi extraversion dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama
f. Untuk mengetahui ada hubungan antara dimensi agreeableness dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama
h. Untuk mengetahui hubungan antara dimensineuroticism dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama
i. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi openness to experience dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan, serta menjadi landasan dalam pengembangan evidence based
ilmu keperawatan.
2. Bagi SMA Triguna Utama
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan sekolah untuk
membimbing remaja dalam perkembangan kepribadian dan perilaku seksual
remaja dengan ikut serta melibatkan orang tuanya.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam
mengembangkan pelayanan asuhan keperawatan, yakni dapat mengkaji
secara aktif dan memberikan asuhan keperawatan terkait dengan
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
rancangan desain penelitian deskriptif korelasi dan metode pendekatan cross sectional. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Penelitian ini adalah penelitian terkait hubungan trait kepribadian dengan perilaku seksual remaja. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas X dan
XI SMA Triguna Utama Ciputat. Waktu penelitian dilaksanakan pada Mei
12
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Definisi Remaja
Remaja (adolescens) berasal dari bahasa latin, adolescere yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”, secara umum berarti proses fisiologis, sosial dan kematangan yang dimulai dengan perubahan pubertas (Wong et al, 2008). Istilah adolescens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi dapat terjadi (Potter & Perry, 2005). Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja (Santrock, 2007).
Masa remaja dibagi menjadi remaja awal dan remaja akhir. Masa remaja awal (early adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah menegah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas, berlangsung antara usia 13 tahun sampai 16-17 tahun. Masa remaja akhir (late adolescence) yaitu usia matang secara hukum berkisar antara usia 16-17 tahun hingga 18 tahun (Santrock, 2007).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan proses pencapaian menjadi dewasa dengan segala perubahan yang terjadi pada rentang usia 10-19 tahun dan belum kawin.
2. Perkembangan pada Remaja
Remaja mengalami empat perkembangan secara universal (Hurlock, 2003), yaitu :
a. Meningginya emosi. Intensitas emosional bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.
b. Perubahan tubuh, minat dan peran menimbulkan masalah baru. Remaja akan berusaha sendiri menyelesaikan masalah menurut kepuasannya. c. Perubahan nilai-nilai, remaja mulai berpikir untuk mengutamakan
kualitas dari pada kuantitas.
Menurut Zahra (2005) perkembangan remaja berlangsung secara terus-menerus dan ditandai pada beberapa aspek, yaitu: aspek biologis, kognitif, psikologis, sosial serta moral dan spiritual.
a. Perkembangan biologis
Perkembangan ini meliputi perkembangan fisiologis (bentuk tubuh), hormonal, seksualitas, dan emosional sebagai akibat dari perkembangan fisik dan kelenjar (Hurlock, 2003). Empat fokus utama perkembangan fisik remaja yaitu, peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot, dan visera; perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebar pinggul; perubahan distribusi otot dan lemak; serta perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder (Potter & Perry, 2005). Perkembangan biologis yang terjadi secara cepat sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja (Dewi, 2009). Remaja akan menujukkan perhatian yang besar terhadap pekembangan yang terjadi pada dirinya dan mengembangkan gambaran pribadi mengenai seperti apa diri mereka (Santrock, 2007).
b. Perkembangan kognitif
yang kemudian mengambil suatu kesimpulan (Hurlock, 2003). Cara berpikir remaja berkembang seperti ilmuwan, yang disebut dengan istilah hypothetico-deductive reasoning, yaitu membuat perencanaan, memecahkan masalah secara sistematis, dan melakukan pengetasan terhadap solusi yang diambil (Santrock, 2007).
c. Perkembangan psikologis
Perkembangan psikologis meliputi pengembangan identitas pribadi atau kepribadian, perubahan fungsi identitas diri, awal proses individuasi, pemahaman pengalaman baru dan penghayatan etnis (Hurlock, 2003). Perkembangan psikologis adalah perkembangan sifat-sifat kejiwaan remaja, seperti berani, bertanggung jawab, malu, penakut, dan lain-lain (Jamaluddin, 2013). Perkembangan psikologis remaja disertai dengan perkembangan pubertas remaja (Santrock, 2007). Remaja mulai mengembangkan kemampuan untuk membuat tertarik lawan jenis, berperilaku, dan bereksperimentasi terhadap seksualnya. Remaja akan berusaha untuk mencapai kepuasan hasrat seksual yang muncul (Hurlock, 2003).
d. Perkembangan sosial
isolasi sosial (Potter & Perry, 2005). Remaja mulai mengembangkan sikap menghargai hak-hak orang lain, beradab terhadap sosial, dan mampu mengendalikan emosi (Jamaluddin, 2013).
e. Perkembangan moral dan agama (kepercayaan)
Seiring dengan perkembangan moral pada remaja biasanya muncul dorongan untuk mulai berafiliasi dengan kepercayaan tertentu atau beragama (Zahra, 2005). Moral dan agama merupakan bagian yang penting dalam jiwa remaja. Pengetahuan agama sangat mempengaruhi remaja dalam melakukan perilaku seksual. Pengetahuan agama ditanamkan pada individu sejak kecil yang dapat diperoleh dari sekolah, rumah dan tempat mengaji (Adiabeta & Muhari, 2013). Agama berguna untuk mengendalikan tingkah laku remaja sehingga tidak terjerumus ke dalam kenakalan remaja (Jamaluddin, 2013).
Allah SWT memberikan naluri terkuat dalam tubuh manusia yaitu naluri seksual. Seksual merupakan titik terlemah yang memungkinkan setan untuk menyelinapkan bisikan-bisikan atau bujuk rayunya melalui celah-celah yang ada (Sunaryo et al, 2002). Allah berfirman dalam Al-Qur`an surat Al-Mu`minun ayat 5-7:
Artinya: “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang di
balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampai batas” (Al-Mu’minun: 5- 7).
B. Kepribadian
1. Definisi Kepribadian
Kepribadian merupakan cerminan seseorang dalam berperilaku (Widhiastuti, 2011). Sifat-sifat atau karakteristik tertentu dari individu yang relatif menetap, hal ini dalam psikologi disebut dengan kepribadian (Mastuti, 2005). Kepribadian (personality) berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau penampilan seseorang terhadap orang lain. Kepribadian diartikan sebagai siapakah seseorang itu, bagaimana dia merasa dan berpikir, dan keseluruhan keadaan psikologisnya terungkap dalam bentuk tingkah laku (Somantri, 2006).
Kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan (Eysenck, 1976 dalam Patmawati, 2013). Kepribadian sebagai organisasi dinamik pada individu yang tersusun dari sistem psikologis yang unik terhadap lingkungan. Dinamik berarti kepribadian itu selalu berubah dan terungkap dalam bentuk perilaku, organisasi berarti terdapat hubungan timbal balik dan sistem psikologis sebagai kebiasaan, sikap, keyakinan, keadaan emosional dan perasaan (Gordon W. Allport, 1961 dalam Hidayat, 2009).
sifat-sifat psikologis dan mekanisme dalam diri individu yang terorganisir dan relatif menetap serta memiliki interaksi terhadap adaptasi, lingkungan, fisik, dan sosial (Mayer, 2007). Kepribadian membantu individu dalam melakukan kontrol perilaku (Hadjam dkk, 2002).
Berdasarkan pada beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah segala kontribusi psikologis yang menentukan bagaimana seseorang berperilaku terhadap berbagai hal yang dipengaruhi oleh keturunan maupun lingkungannya.
2. Teori Kepribadian
Setiap teori kepribadian memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Berikut perbandingan teori-teori kepribadian (Pervin, et al, 2010): a. Psikoanalisis
Teori psikoanalisis Freud menyatakan bahwa ego harus menghadapi konflik antara id (yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan superego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum menampilkan perilaku tertentu.
b. Holistik
Teori ini menekankan pandangan bahwa manusia merupakan suatu organisme yang utuh atau padu dan bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata berdasarkan aktivitas bagian-bagiannya (Yusuf & Juntika, 2007).
c. Fenomenologis
Teori fenomenologis merupakan teori yang lebih menekankan pentingnya cara tiap pribadi manusia dalam berpersepsi dan memahami dirinya serta dunia sekelilingnya.
d. Trait
e. Behavioristik
Teori ini menekankan proses belajar, serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi langsung belajar, dalam menjelaskan tingkah laku. Semua bentuk tingkah laku manusia merupakan hasil belajar yang bersifat mekanistik lewat proses perkuatan.
3. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian
Menurut Ivancevich (2007) kepribadian merupakan serangkaian perasaan dan perilaku yang relatif stabil yang secara signifikan telah dibentuk oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.
a. Faktor genetik
Gen berperan penting menentukan kepribadian khususnya yang terkait dengan aspek unik dari individu (Pervin et al, 2010). Pengaruh gen terhadap kepribadian secara langsung berkaitan dengan kualitas sistem saraf, keseimbangan biokimia, dan struktur tubuh individu (Hidayat, 2009).
b. Faktor lingkungan
4. Definisi Trait Kepribadian
Salah satu pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli untuk memahami kepribadian adalah trait theory (teori sifat). Trait merupakan dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian, hal tersebut yang membuat berbeda-beda pada tiap individu (Fieldman, 1993 dalam Mastuti, 2005). Trait adalah respon yang sama terhadap kelompok stimulus yang mirip dan berlangsung dalam kurun waktu yang lama (Alwisol, 2004).
Trait mengintegrasikan kebiasaan, sikap, dan keterampilan kepada pola-pola berpikir, merasa, dan bertindak atau berperilaku.Trait merupakan kecenderungan-kecenderungan yang dipelajari untuk kekhasan dalam berperilaku, likeableness (sifat itu ada yang disukai dan ada yang tidak disukai), dan konsistensi, yaitu sifat diharapkan dapat menjadi perilaku atau bertindak secara ajeg.
Perkembangan trait dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu herediter (gen) dan belajar. Pengaruh herediter terhadap kepribadian secara langsung berkaitan dengan kualitas sistem saraf, keseimbangan biokimia, dan struktur tubuh individu, sedangkan bentuk belajar antara lain karena pengasuhan orang tua dan imitasi (peniruan) anak terhadap idolanya (Hurlock, 1992 dalam Hidayat, 2009).
mengelompokkan kata-kata atau bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan ciri individu (Ramdhani, 2012). Big five disusun untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang didasari oleh individu itu sendiri dalam aktivitas hariannya (Pervin et al, 2010).
5. Dimensi dalam TraitKepribadian Big Five
Dimensi dalam trait kepribadian big five disingkat dengan istilah OCEAN, yaitu Openness to experience, Conscientiousness, Extroversion, Agreeableness, dan Neuroticism (Costa dan McCrae, 1997 dalam Kasali 2007).
a. Openness to experience (culture/intellect)
Openness merupakan sifat keterbukaan terhadap pengalaman baru (Feist & Gregory, 2010). Menilai bagaimana individu menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa (Pervin et al, 2010). Dimensi ini merujuk pada minat seseorang (Mastuti, 2005). Openness senang dengan berbagai informasi baru, kebebasan, suka belajar sesuatu yang baru dan pandai menciptakan aktivitas yang di luar kebiasaan (Ramdhani, 2012).
b. Conscientiousness (will/lack of impulsivity)
berprestasi, teliti, dan suka melakukan pekerjaan hingga tuntas (Ramdhani, 2012).
c. Extroversion(surgency)
Extraversion merupakan sifat yang memiliki hasrat menjalin hubungan dengan dunia luar (Feist & Gregory, 2010). Dimensi ini memiliki keterbukaan terhadap lingkungan sosial dan fisik dengan merujuk pada kecenderungan individu untuk bersosialisasi, suka berteman dan berbicara serta aktif (Ivancevich, 2007). Extraversion menilai kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level aktivitas, dan kebutuhan dukungan (Pervin et al, 2010). Extraversion ditandai oleh adanya semangat dan antusias yang tercermin dalam emosi positif. Sikap individu tegas dan asertif, bila tidak setuju maka akan menyatakan tidak terhadap sesuatu hal tersebut (Ramdhani, 2012).
d. Agreeableness
Agreeableness merupakan sifat yang cenderung menghargai pandangan orang lain (Feist & Gregory, 2010). Bersikap hormat, memberi maaf, toleran dan berhati lunak merupakan sifat yang dihubungkan dengan agreeableness (Ivancevich, 2007). Dimensi ini menilai kualitas orientasi individu mulai dari lemah lembut sampai antagonis di dalam berpikir, perasaan dan perilaku (Pervin et al, 2010). e. Neurocitism (emotional instability)
kecenderungan individu apakah mudah mengalami stress, memiliki ide tidak realistis dan coping response maladaptif (Pervin et al, 2010). Neurocitism sering disebut juga sifat pencemas. Secara umum individu kurang memiliki toleransi terhadap kekecewaan dan konflik, mereka mudah gugup dan marah (Ramdhani, 2012).
6. Facets (Aspek-aspek) TraitKepribadian Big Five
Facet merupakan trait yang lebih spesifik yang terdapat dalam komponen big five(Mastuti, 2005).
Tabel 2.1 Facets TraitKepribadian Big Five
No Facets Definisi
Openness to experience
1 Fantasy Imajinasi dan kreatif
2 Aesthetics Apresiasi terhadap seni dan keindahan
3 Feelings Menyelami emosi dan perasaan sendiri
4 Actions Mencoba hal-hal baru
5 Ideas Berpikir terbuka dan tidak konvensional
6 Values Menguji nilai-nilai sosial, politik dan agama
Conscientiousness
1 Competency Kesanggupan, efektifitas, dan kebijaksanaan
2 Order Keteraturan
3 Dutifulness Berprinsip hidup dan tanggung jawab 4 Achievement striving Usaha dalam mencapai prestasi 5 Self-discipline Mengatur diri sendiri
6 Deliberation Berrpikir sebelum bertindak
Extraversion
1 Warmth Mudah bergaul dan membagi kasih sayang
2 Gregariousness Banyak interaksi dengan orang lain
3 Assertiveness Tegas
4 Activity Banyak kegiatan dan semangat yang tinggi
Agreeableness
1 Trust Kepercayaan terhadap orang lain
2 Straightforwardness Berterus terang
3 Altruism Murah hati dan membantu orang lain
4 Compliance Menghindari konflik
5 Modesty Sederhana dan rendah hati
6 Tender-mindedness Simpati dan peduli terhadap orang lain
Neuroticism
1 Anxiety Gelisah, ketakutan, kuatir, dan gugup
2 Angry hostility Amarah, frustasi dan kebencian
3 Depression Depresi diri sendiri
4 Self-consciousness Kesadaran diri
5 Impulsiveness Kurangnya kontrol diri
6 Vulnerability Kerapuhan
Sumber: Costa and McCrae, 1992 dalam Ghufron & Risnawati, 2010; Pervin et al, 2010.
7. Karakteristik Nilai TraitKepribadian Big Five
Karakteristik nilai tinggi dan rendahnya setiap dimensi dalam big five akan menunjukkan sifat individu (Olson & Hargenhahn, 2013), yang tampak pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Karakteristik Nilai TraitKepribadian Big Five
Lembut, alamiah, senang
Sumber: Goldberg, 1992 dalam Ivancevich, 2007; Friedman & Schustack, 2008; Olson & Hargenhahn, 2013.
8. Instrumen Pengukuran TraitKepribadian
Kepribadian merupakan aspek psikologi yang penting dalam
menentukan perilaku individu. Berbagai alat untuk mengukur kepribadian
telah banyak dikembangkan dengan bermacam-macam pendekatan. Untuk
memperoleh gambaran yang representatif tentang kepribadian individu,
maka penggunaan alat tes kepribadian yang valid dan reliabel menjadi tolak
ukur utama (Mastuti, 2005).
Pervin et al (2005) menyatakan terdapat dua instrumen untuk
mengukur trait kepribadian big five, yaitu The Neuroticism Extraversion
Openness Personality Inventory-Revised (NEO-PI-R) yang dibuat oleh
Costa & McCrae (1992) dan International Personality Item Pool (IPIP)
yang dibuat oleh Lewis Goldberg (1992).
Goldberg (1992) mempelopori adanya bank item mengenai inventori
kepribadian yang dipublikasikan dalam International Personality Item Pool
untuk mengembangkan sebuah set inventori kepribadian yang berasal dari
item-item domain publik dan skala tersebut dapat digunakan untuk tujuan
ilmiah maupun tujuan komersil (http://ipip.ori.org/).
Item-item pernyataan dalam IPIP telah dibandingkan dengan
inventori kepribadian NEO-PI-R, yaitu dari 30 facet yang ada dalam IPIP
mempunyai koefisien alpha0,64 sampai 0,88, sementara itu dari item
NEO-PI-R mempunyai koefisien alpha mulai 0,61 sampai 0,84. Hal ini
menunjukkan bahwa item-item dalam IPIP mempunyai reliabilitas yang
cukup baik. Sementara itu korelasi antara IPIP dan NEO-PI-R adalah 0,51
sampai 0,77.
Dari dua alat ukur ini, peneliti menggunakan IPIP, karena sesuai
sudah banyak digunakan serta teruji pada penelitian-penelitian terdahulu
serta item-item dalam IPIP telah dibandingkan dengan inventori kepribadian
NEO-PI-R dan mempunyai reliabilitas yang cukup baik. Alat ukur yang
digunakan terdiri dari 5 dimensi dengan masing-masing dimensi terdapat 10
item dan 6 facet. Facet ini terdiri dari item pernyatan positif dan negatif
yang mana minimal 1 facet diwakilkan oleh 1 item pernyataan karena
jumlah keseluruhan tiap dimensi adalah 10, sehingga dapat dikatakan bahwa
ada 4 facet yang dapat diwakilkan oleh 2 item pernyataan. Jumlah item
C. Perilaku Seksual Berisiko Remaja
1. Definisi Perilaku Seksual Remaja
Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014). Perilaku adalah sesuatu yang dilakukan seseorang yang dapat diamati, diukur, dan berulang-ulang (Bicard & David, 2012). Perilaku merupakan aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).
Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan ataupun dirinya sendiri (Sarwono, 2010). Perilaku seksual remaja biasanya dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta serta perasaan bergairah yang tinggi kepada pasangannya tanpa disertai komitmen yang jelas (Soetjiningsih, 2008). Perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan oleh remaja berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya (Notoatmodjo, 2007).
remaja perempuan dan laki-laki sebelum memiliki ikatan pernikahan (Puspitadesi et al, 2011).
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja
Inisiasi perilaku seksual yang dilakukan remaja umumnya dipengaruhi dua faktor (Puspitadesi et al, 2011), yaitu antara lain:
a. Faktor internal
Faktor internal terdiri dari hormonal atau dorongan seksual, persepsi, pendidikan, pemahaman agama yang diyakini (Puspitadesi et al, 2010), kepribadian yang berkaitan dengan tingkat kontrol diri (Hadjam et al, 2002), serta karakteristik remaja yang mencakup usia dan jenis kelamin (Dewi, 2012).
b. Faktor ekternal
3. Bentuk Perilaku Seksual Remaja
Bentuk-bentuk perilaku seksual (Dewi, 2012), antara lain yaitu: a. Masturbasi (onani)
Masturbasi merupakan perangsangan oleh individu terhadap dirinya hingga orgasme (Santrock, 2007). Biasanya dilakukan dengan tangan atau benda lain sebagai perkembangan psikoseksual remaja (Dewi, 2012). Menurut Sarwono (2010) apabila perbuatan ini bersifat sementara dan tidak ada gangguan psikoseksual maka masih dapat dianggap dalam batas normal.
b. Berpegangan tangan
Perbuatan ini dapat memunculkan getaran romantis atau perasaan nyaman bagi pasangan termasuk mencoba aktivitas seksual lainnya hingga kepuasaan seksual tercapai (Sarwono, 2010).
c. Berpelukan
Berpelukan merupakan suatu ungkapan kasih sayang yang dilakukan melalui dekapan terhadap pasangan, sehingga menimbulkan rasa aman, nyaman dan terlindungi (Dewi, 2012)
d. Berciuman
e. Saling meraba
Tindakan ini dilakukan pada area sensitif seperti payudara, vagina, dan penis, baik dengan berpakaian maupun tanpa pakaian (Soetjiningsih, 2008).
f. Necking
Necking merupakan sentuhan menggunakan mulut pada leher pasangan yang dapat meninggalkan bekas kemerahan atau tidak (Sarwono, 2010).
g. Petting
Petting adalah bersatunya tubuh individu dengan pasangan tanpa hubungan alat genital (Soetjiningsih, 2008)
h. Oral Sex
Oral Sex merupakan perbuatan memasukkan alat kelamin ke dalam mulut, yang mana jika dilakukan oleh laki-laki disebut dengan cunnilungus, sedangkan oleh perempuan dikenal dengan fellatio (Sarwono, 2010).
i. Hubungan seksual (sexual intercourse/senggama)
Hubungan seksual merupakan hubungan badan yang dilakukan dengan memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan (Sarwono, 2010).
oral, seks anal atau vaginal, dan penetrasi vaginal atau anal dengan alat atau jari, sedangkan perilaku seksual dengan tidak kontak meliputi ucapan atau panggilan mesum, seks maya (penawaran seks melalui internet), foto atau paparan seks, voyeurism (kepuasan seksual didapatkan dengan melihat atau mengkayalkan), dan pertanyaan atau komentar berbau seks yang intrusif (United Nations International Children's Emergency Fund, 2008).
Perilaku seksual terbagi ke dalam dua kategori yaitu ringan dan berat. Perilaku seksual ringan mencakup menaksir, berkencan, mengkhayal, berpegangan tangan, berpelukan, dan berciuman, sedangkan perilaku seksual kategori berat adalah meraba dan mencium bagian sensitif (payudara dan alat kelamin), menempelkan alat kelamin, oral sex, dan senggama (L’ Engle et al, 2006).
Perilaku seksual berisiko merupakan perilaku seksual yang menyebabkan berbagai dampak negatif bagi para pelakunya. Dampak negatif perilaku seksual remaja antara lain adalah Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Penyakit Menular Seksual (PMS), aborsi, putus sekolah, dan meningkatnya kriminalitas. Perilaku seksual berisiko juga dipandang oleh masyarakat awam sebagai perilaku seksual dengan banyak pasangan seks (Paul et al, 2000).
a. Tidak berisiko
Perilaku seksual Tidak berisiko meliputi berbicara mengenai seks, berbagi fantasi, ciuman bibir pada pipi, sentuhan, dan oral sex dengan penghalang lateks.
b. Berisiko
Perilaku seksual berisiko terdiri dari tiga bagian, yaitu agak berisiko, berisiko tinggi, dan berbahaya. Perilaku seksual agak berisiko mencakup ciuman bibir, petting, anal sex maupun berhubungan seks dengan menggunakan lateks (kondom). Perilaku seksual berisiko tinggi meliputi petting dan oral sex tanpa penghalang lateks serta masturbasi pada kulit lecet atau luka (adiktif). Perilaku seksual berbahaya yaitu melakukan anal sex maupun hubungan seksual tanpa menggunakan penghalang lateks.
D. Penelitian Terkait
Tabel 2.3 Penelitian Terkait
No Judul Metode Penelitian Hasil
E. Hubungan antara TraitKepribadian dan Perilaku Seksual Remaja
Integrasi teori antara trait kepribadian dengan perilaku seksual remaja dapat dilihat dalam bagan kerangka teori penelitian sebagai berikut:
38
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Penelitian ini mengkaji dua variabel yang terdiri dari variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel independentpenelitian
ini yaitu trait kepribadian yang mencakup dimensi openness to experience,
conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism. Variabel
dependent yakni perilaku seksual berisiko remaja. Hubungan antara variabel
independent dan dependent digambarkan dalam bentuk kerangka konsep seperti pada bagan 3.1.
Variabel Independent
Variabel Dependent
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
TraitKepribadian
1. Openness to experience 2. Conscientiousness 3. Extraversion 4. Agreeableness 5. Neuroticism
B. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Setiadi,
2007). Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis
penelitian yang muncul adalah :
Ha1. Ada hubungan antara dimensi extraversion dengan perilaku seksual
berisiko remaja di SMA Triguna Utama
Ha2. Ada hubungan antara dimensi agreeableness dengan perilaku seksual
berisiko remaja di SMA Triguna Utama
Ha3. Ada hubungan antara dimensi conscientiousness dengan perilaku seksual
berisiko remaja di SMA Triguna Utama
Ha4. Ada hubungan antara dimensi neuroticism dengan perilaku seksual
berisiko remaja di SMA Triguna Utama
Ha5. Ada hubungan antara dimensi openness to experience dengan perilaku
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Jenis
Kuesioner Pertanyaan tertulis yang
diisi responden secara
Kuesioner Pertanyaan tertulis yang
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
(Goldberg, L. R., 1992 dalam
International Personality Item Pool, 2004).
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1995 dalam Miron & Charles, 2006).
43
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan rancangan
desain penelitian deskriptif korelasi dan metode pendekatan cross sectional
(Setiadi, 2007). Penelitian kuantitatif lebih memberikan makna dalam
hubungannya dengan penafsiran angka statistik, bukan makna secara
kebahasaan dan kultural (Siregar, 2013). Desain penelitian deskriptif korelasi
digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dengan variabel lain
(Notoatmodjo, 2006). Pendekatan cross sectional adalah penelitian yang
dikumpulkan dan diukur secara simultan terhadap variabel-variabel yang
diteliti (Hidayat, 2008), dan tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali
saja, sehingga tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu
yang sama (Notoatmodjo, 2006).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMA
Triguna Utama mayoritas menunjukkan perilaku seksual yang pernah
dilakukan remaja. Bagaimana individu berperilaku termasuk terhadap seksual
salah satunya dipengaruhi oleh kepribadian tiap individu. Oleh karena itu
perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama yang beralamat di Jl.
Ir. H Juanda Km 2, Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan subjek yang memiliki kuantitas dan memenuhi
seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti untuk diukur dan dipelajari
(Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan objek
penelitian (Arikunto, 2006). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa di
SMA Triguna Utama kelas X dan XI pada tahun 2014 yang berjumlah 84
orang. Siswa kelas XII tidak dapat menjadi responden karena telah selesai
melakukan ujian nasional dan tidak ada lagi kegiatan belajar di sekolah.
Daftar jumlah siswa kelas X dan XI SMA Triguna Utama tahun
2014 tercantum dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas X dan XI SMA Triguna Utama tahun 2014
No. Kelas Jumlah siswa
1 X 45
2 XI IPA 23
3 XI IPS 16
Total 84
Sumber: SMA Triguna Utama
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti (Dharma,
2011). Sampel digunakan karena adanya kendala tenaga, waktu, dan dana,
dengan kemampuan yang ada pada dirinya (Arikunto, 2010). Pemilihan
sampel penelitian memerlukan kriteria tertentu yang meliputi kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi (Setiadi, 2007).
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian yang
memenuhi syarat sebagai sampel, sedangkan kriteria eksklusi adalah
karakteristik subjek penelitian yang tidak dapat mewakili syarat sebagai
sampel (Hidayat, 2008). Sampel yang akan diambil peneliti sesuai dengan
kriteria inklusi yang ditetapkan yaitu :
a. Remaja kelas X dan XI SMA Triguna Utama tahun 2014, beragama
islam dan belum menikah
b. Bersedia menjadi responden
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh
(total sampling), yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh
anggota populasi sebagai responden atau sampel (Riduwan, 2007). Peneliti
mengambil sampel seluruh siswa kelas X dan XI SMA Triguna Utama.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 84 orang.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner, yaitu mengumpulkan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
permintaan peneliti (Widoyoko, 2012). Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang disajikan dalam
bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu
jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya (Riduwan, 2007). Kuesioner
dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Kuesioner A berisi tentang data katakteristik berupa jenis kelamin dan usia,
serta sumber informasi tentang perilaku seksual
2. Kuesioner B berisi 50 pernyataan terkait traitkepribadian
Instrumen yang digunakan untuk kuesioner B adalah Possible
Qustionnaire Format for Administering The 50-Item Set of IPIP Big-Five
Factor Markers dari Goldberg, L. R. (1992, dalam International Personality
Item Pool, 2014) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh
Farikha (2011). Peneliti memodifikasi terjemahan kuesioner dengan
menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami.
Tabel 4.2 Kisi-kisi Instrumen TraitKepribadian
Variabel Dimensi Nomor Item
Favorable Unfavorable
Trait
Kepribadian
Extraversion 1, 11, 21, 31, 41 6, 16, 26, 36, 46
Agreeableness 7, 17, 27, 37, 42,
47 2, 12, 22, 32
Conscientiousness 3, 13, 23, 33, 43,
Pernyataan-pernyataan untuk memperoleh data tentang trait
kepribadian di SMA Triguna Utama dalam bentuk skala likert dengan
memberi pilihan jawaban, yaitu:
a. SS yang berarti sangat sesuai dengan diri responden
b. S yang berarti sesuai dengan diri responden
c. AS yang berarti agak sesuai dengan diri responden
d. TS yang berarti tidak sesuai dengan diri responden
e. STS yang berarti sangat tidak sesuai dengan diri responden
Perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang dipilih
sesuai dengan jenis pernyataan yaitu favorable dan unfavorable. Skor dari
pernyataan yang dipilih dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Bobot Nilai Instrumen TraitKepribadian
Kategori Respon SS S AS TS STS
Unfavorable 1 2 3 4 5
Favorable 5 4 3 2 1
Interpretasi skor yang digunakan pada skala trait kepribadian yaitu
skor tertinggi dari lima dimensi kepribadian yang menunjukkan kepribadian
subjek (Goldberg, L. R., 1992 dalam International Personality Item Pool,
2014).
3. Kuesioner C berisi 26 pernyataan terkait perilaku seksual berisiko remaja
Instrumen pada kuesioner C dikembangkan oleh peneliti melalui
indikator dari variabel perilaku seksual, kemudian berdasarkan indikator itu
penelitian variabel perilaku seksual peneliti kembangkan dari McKinley
(1995, dalam Miron & Charles, 2006). Kisi-kisi instrumen dari perilaku
seksual remaja dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja
Variabel Indikator Nomor Item
Perilaku Seksual Remaja
Hubungan seksual 1, 2, 3, 4
Masturbasi adiktif 5
Oral sex 9
Ciuman bibir 8
Sodomi 7
Petting 6
Sumber: Modifikasi dari McKinley (1995, dalam Miron & Charles, 2006)
Pernyataan-pernyataan yang dibuat untuk memperoleh data tentang
perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama dalam bentuk skala
guttman dengan memberi dua pilihan jawaban, yaitu tidak yang berarti tidak
melakukan perilaku seksual berisiko dengan bobot nilai 0 pada favorable
dan ya yang berarti melakukan perilaku seksual berisiko dengan bobot nilai
1, sedangkan sebaliknya pada unfavorable bernilai 0 pada jawaban ya dan
nilai 1 pada jawaban tidak.
Interpretasi skor yang digunakan pada skala perilaku seksual
berisiko yaitu jika skor jawaban <1 adalah perilaku seksual tidak berisiko
dan jika skor jawaban ≥1 adalah jumlah perilaku seksual berisiko yang
dilakukan subjek (Modifikasi dari McKinley 1995 dalam Miron & Charles,
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum penelitian dilakukan peneliti melakukan uji coba instrumen
penelitian yang berjumlah 59 item pernyataan dari 2 instrumen, yaitu trait
kepribadian sebanyak 50 item dan perilaku seksual berisiko 9 item. Uji
instrumen penelitian dilakukan pada 60 siswa SMA Nusantara Plus. Uji
validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan program aplikasi statistik.
1. Uji Validitas
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti
prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2009).
Validitas berkaitan dengan ketepatan dan kecermatan instrumen penelitian
(Widoyoko, 2012). Metode pengujian validitas instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan korelasi pearson product
moment untuk variabel trait kepribadian dan pengujian content validity
untuk variabel perilaku seksual berisiko remaja.
Korelasi pearson product moment merupakan pengujian validitas
dengan ukuran statistik tertentu yaitu distribusi (tabel t) untuk α=0,05 dan
derajat kebebasan (dk=n-2) dengan ketentuan kevalidan instrumen apabila
nilai t hitung>nilai t tabel atau apabila nilai r hitung>nilai r tabel yaitu 0,254 pada
N=60 dan α=0,05 (Riduwan, 2007). Lain halnya dengan pearson product
moment, content validity tidak menggunakan ukuran statistik, namun
pengujian validitas terhadap pernyataan dilakukan oleh professional
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukuran yang
sama pula (Siregar, 2013). Jenis pengujian reliabilitas instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan alpha cronbach untuk
variabel trait kepribadian dan KR-20 untuk variabel perilaku seksual
remaja.
Alpha cronbach yaitu menganalisis reliabilitas instrumen dengan
satu kali pengukuran dan digunakan untuk variabel dengan skala likert
(Riduwan, 2007). Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel jika
alpha cronbach (r)>0,6 (Siregar, 2013). KR-20 adalah pengujian reliabilitas
pada skala guttman dan pernyataan yang berjumlah ganjil. Instrumen
dikatakan reliabel pada KR-20 dengan mengkonsultasikan pada r
F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Hasil Uji Validitas
a. Hasil Uji Validitas TraitKepribadian
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas TraitKepribadian
No. Dimensi Nomor Item N valid
Favorable Unfavorable
1 Extraversion 1*, 11*, 21*, 31*,
41* 6*, 16, 26, 36, 46 6
2 Agreeableness 7*, 17*, 27*, 37*,
42*, 47* 2, 12*, 22, 32 7
3 Conscientiousness 3*, 13*, 23*, 33*,
43*, 48* 8*, 18, 28*, 38* 9
Keterangan: nomor item bertanda (*) item valid
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa item yang tidak
valid berjumlah 10 dan semua item tersebut dibuang, sehingga hanya
indikator yang memiliki item valid yang digunakan untuk mengukur
dimensi-dimensi kepribadian dan diujikan pada final test berjumlah 40
item.
b. Hasil Uji Validitas Perilaku Seksual Berisiko Remaja
Uji validitas perilaku seksual berisiko remaja dilakukan dengan
content validity. Peneliti meminta expert judgement kepada Ibu Ernawati,
S. Kep., M.Kep., S.KMB., dan Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep.,