Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
SKRIPSI
ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
DALAM LIRIK LAGU BABY DON’T CRY OLEH NAMIE AMURO
NAMIE AMURO NO 「BABY DON’T CRY」NO RIRIKUSU NI ARU CODE SWITCHING TO CODE MIING NO BUNSEKI
OLEH: VIKA APRILIA NIM : 050708006
Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu
Sastra Jepang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
2009 SKRIPSI
ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
DALAM LIRIK LAGU BABY DON’T CRY OLEH NAMIE AMURO
NAMIE AMURO NO 「BABY DON’T CRY」NO RIRIKUSU NI ARU CODE SWITCHING TO CODE MIING NO BUNSEKI
OLEH: VIKA APRILIA NIM : 050708006
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A
Skripsi ini diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Unversitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam
Bidang Ilmu Sastra Jepang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG MEDAN
2009 Disetujui Oleh
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Medan
Departemen Sastra Jepang Ketua Jurusan,
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Medan, Desember 2009
PENGESAHAN
Diterima Oleh :
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Pada : Jam Tanggal : Hari :
Fakultas Sastra
Panitia Ujian
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
No. Nama
Tanda Tangan
1. (………)
2. (………)
3. (………)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin.
Puji syukur penulis panjtkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, ridho dan hidayah-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Amin.
Skripsi ini berjudul “Analisis Alih Kode dan Campur Kode dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Program Studi Sastra Jepang – Sarjana (S1) Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sangat sederhana dan masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun dari uraiannya. Hal ini disebabkan keterbatasan akan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan berupa kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaannya dimasa-masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof, Drs. Syaifuddin, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Program Studi Sastra Jepang – Sarjana (S1) Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
3. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian M., M.A., selaku dosen pembimbing I, yang dengan tulus ikhlas telah membimbing, memeriksa dan memberikan pengarahan dengan telah banyak mengorbankan waktu dan tenaga dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Mhd. Pujiono, SS, M.Hum yang telah banyak memberikan referensi buku-buku kepada penulis dalam rangka penulisan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah bersusah payah memberikan ilmu yang dimiliki kepada penulis selaku mahasiswi Sastra Jepang (S1) selama masa perkuliahan.
6. Kepada Ayahanda Tumenggung, S.Pd dan Ibunda, Evi Gunawati, kakak dan kedua adikku yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi Sastra Jepang ini.
7. Kepada sahabatku Ira, Nurul, Yanti dan rekan-rekan mahasiswa/i tahun 2005 Sastra Jepang (S1) yang telah membantu dan menjalin silaturahmi serta saling membantu dalam arti yang positif selama ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jugalah penulis mengucapkan puji dan syukur, semoga kita semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini senantiasa mendapat ridhoNya. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Nusa dan bangsa terutama bagi penulis sendiri dimasa sekarang dan yang akan datang.
Semoga Bapak/Ibu, Saudara/I serta keluarga penulis senantiasa mendapat berkah dan perlindungandari dari Allah SWT. Amin.
Medan, Oktober 2009 Penulis,
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ………..……… 1
1.2 Perumusan Masalah ………..………. 7
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ……… 8
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ………. 9
1.5 Tujuan dan Manfaat ………. 12
1.6 Metode Penelitian ……….... 13
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ALIH KODE DAN CAMPUR KODE ……… 15
2.1 Pengertian Alih Kode dan Campur Kode ……….. 15
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
2.1.2 Pengertian Campur Kode ………... 17
2.2 Penyebab Terjadinya Alih Kode dan Campur Kode ……... 19
2.2.1 Penyebab Terjadinya Alih Kode ………... 19
2.2.2 Penyebab Terjadinya Campur Kode ………..……. 24
2.3 Jenis-Jenis Alih Kode dan Campur Kode ……….. 25
2.3.1 Jenis-Jenis Alih Kode ………….………. 25
2.3.1.1. Alih Kode Metaforis ………...………..…… 25
2.3.1.2 Alih Kode Situasional ……… 26
2.3.1.3. Alih Kode Internal ……….. 27
2.3.1.4 Alih Kode Ekstern ……….. 27
2.3.2 Jenis-Jenis Campur Kode ………..… 27
2.3.2.1. Campur Kode Ke Luar (Outer Code-Mixing)…………... 27
2.3.2.2 Campur Kode Ke Dalam (Inner Code-Mixing) ……….... 27
2.4 Perbedaaan Alih Kode dan Campur Kode ……….…….…. 28
BAB III ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM LIRIK LAGU BABY DON’T CRY ……… 30
3.1 Analisis Penggunaan Alih Kode dalam Lirik LaguBaby Don’t Cry Oleh Namie Amuro ... 30
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
3.2.1 Campur Kode Ke Luar (Outer Code-Mixing) ... 36
3.2.2 Campur Kode Ke Dalam (Inner Code-Mixing) ... 44
BAB IV KESIMPULAN ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 49
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semua manusia di dunia menggunakan bahasa, karena melalui bahasa
mereka bisa mengungkapkan maksud kepada lawan bicara agar lawan bicara
tersebut dapat mengerti. Namun bahasa terbagi menjadi dua, yaitu bahasa resmi
atau biasa disebut bahasa baku dan bahasa tak resmi atau bahasa nonbaku. Dalam
penggunaanya harus dibedakan cara pemakaiannya dengan memperhatikan
situasinya. Yaitu, siapa lawan bicaranya, dimana, dan kapan digunakan. Bahasa
baku cenderung digunakan pada situasi resmi, misalnya dalam situasi rapat,
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
nonbaku umumnya digunakan sebagai bahasa sehari-hari dengan catatan
situasinya lebih santai dan tidak resmi.
Bahasa nonbaku yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dapat
melahirkan bermacam-macam jenis bahasa nonbaku lain, seperti contohnya
penggunaan bahasa daerah. Di Indonesia masih terdengar banyak masyarakat
menggunakan bahasa daerah masing-masing untuk berkomunikasi dengan lawan
bicara sejenis yang dapat mengerti maksud yang ia utarakan. Hal ini dikarenakan
Indonesia yang kaya akan keragamaan suku bangsa yang masing-masing masih
saling mempertahankan bahasa aslinya. Inilah yang menciptakan keragaman logat
atau pelafalan bahasa nasionalnya, dalam hal ini bahasa Indonesia. Misalnya
bahasa Indonesia logat Batak, bahasa Indonesia logat Jawa, dan sebagainya.
Bahasa nonbaku berupa bahasa daerah sering digunakan sebagai percakapan yang
lebih santai, tidak berpatokan kepada lawan bicara yang lebih tinggi
kedudukannya seperti halnya dalam ragam bahasa resmi, namun dalam bahasa
daerah juga terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi. Seperti dalam bahasa
Jawa. Dalam bahasa ini juga terdapat aturan yang mengikat masyarakat tuturnya
agar berkomunikasi sesuai aturan karena bahasa Jawa juga terbagi berdasarkan
tingkat kehalusan dan kesopanan bahasanya.
Hal ini juga terjadi pada bahasa Jepang. Bahasa Jepang juga memiliki dua
ragam bahasa, yaitu 敬語 /keigo/ (ragam bahasa sopan) dan 普通語/futsu go/
(ragam bahasa biasa). Kedua ragam bahasa ini selalu digunakan baik dalam
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Selain itu Shibatani dalam Hiwatari (http://www.leeds.ac.uk/
linguistics/WPL/WP2008/6.pdf) mengatakan lebih dari 10% leksikon kamus
bahasa Jepang terdiri dari bahasa pinjaman dan sebuah survei mengenai kata-kata
pinjaman yang dikumpulkan dari 90 variasi majalah yang dilakukan oleh Institut
Penelitian Bahasa (National Language Research Institute) pada 1964
menunjukkan lebih dari 80% dari kata-kata yang digunakannya adalah bahasa
pinjaman yang berasal dari bahasa Inggris. Hal inilah yang menyebabkan suatu
peristiwa kebahasaan yang disebut alih kode dan campur kode.
Alih kode merupakan suatu peralihan yang terjadi akibat perubahan situasi
yaitu dengan bertambahnya lawan bicara atau pihak ketiga. Lebih lanjut
Puspitasari, dalam http://cakrabuwana.files.wordpress.com/
2008/09/emi-bab-iii1.pdf, mengatakan Alih kode yaitu beralihnya penggunaan suatu kode (entah
bahasa ataupun ragam bahasa tertentu) kedalam bahasa yang lain (bahasa atau
ragam bahasa lain) karena alasan tertentu.
Sebagai contoh, terjadi percakapan antara dua orang dengan menggunakan
bahasa daerah, kemudian ketika datang pihak ketiga, mereka segera mengubah
bahasa daerah yang sebelumya mereka gunakan menjadi bahasa nasional
(misalnya bahasa Indonesia atau bahasa Jepang ). Hal ini disebabkan karena pihak
pertama dan kedua mengetahui bahwa pihak ketiga tidak akan dapat mengerti
ucapan mereka jika tidak melakukan peralihan bahasa. Peristiwa peralihan bahasa
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Kemudian selain penggunaan bahasa baku dan nonbaku (bahasa daerah),
kemajuan teknologi dunia pun mempengaruhi perkembangan bahasa dunia.
Sebagai contoh akibat kemajuan teknologi budaya barat, maka negara yang
melakukan kerjasama dengan mereka akan terkena imbas perubahan budaya
maupun bahasa. Dalam hal ini akan dibahas perubahan bahasa tersebut, yaitu
dengan bercampurnya istilah-istilah asing yang dalam bahasa yang bersangkutan
sebelumnya tidak ada menjadi ada bahkan digunakan dan menjadi kebiasaan yang
tidak dapat dilepaskan. Inilah yang disebut dengan campur kode.
Thealander dalam Chaer (2004: 115) mengatakan apabila didalam suatu
peristiwa tutur terdapat klausa-klausa atau frase-frase yang digunakan terdiri dari
klausa dan frase campuran (hybrid clauses, hybrid phrases), dan masing-masing
klausa dan frase tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang
terjadi ini adalah campur kode
Peristiwa ini hampir terjadi pada semua bahasa, termasuk bahasa Jepang.
Pengaruh tersebut juga mempengaruhi dunia permusikan jepang seperti Pop,
J-Rock, J-Rap dan sebagainya. Oleh karena itu subjek yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah J-Pop karena musik jenis ini mulanya hanya menggunakan
bahasa asli saja (bahasa Jepang) namun seiring masuknya budaya asing, maka
bahasa dalam lirik-lirik J-Pop pun mengalami perubahan dengan berbagi
penambahan bahasa serapan.. Sebagai contoh lirik dari lagu Baby Don’t cry yang
dibawakan oleh Namie Amuro yang menggunakan bahasa Jepang dan bahasa
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Can you remember that? I remember…
信号待ち見かけた見覚えのある青いT-Shirts (I remember that) (shingo machi mikaketa mioboeno aru aoi T-Shirts)
変わらない笑顔流れた時はちょうど3 years (Time goes by) (kawaranai egao nagareta toki wa choudo 3 years)
声かけようとその隣に見知らぬ誰か (koe kakeyouto sono tonari ni mishiranu dareka)
ふと反らした目に映る空はいつもと同じで (futo sorashita me ni utsuru sora wa itsumo to onaji de)
(Baby Don’t cry.dari album Play oleh Namie Amuro, Lirik oleh Nao'ymt, Avex Trax,2007)
Dari lirik di atas terlihat dua bahasa yang digunakan, yaitu bahasa Jepang
dan bahasa Inggris. Dapat dijelaskan sebagai berikut :
Can you remember that? I remember…
Bait pada lirik ini mulanya menggunakan bahasa Inggris. Kemudian pada
bait selanjutnya beralih bahasa menjadi bahasa Jepang. Yaitu :
信吾待ち見かけた見覚えのある青いT-Shirts (I remember that)
変わらないえがお,笑顔
ふと
流れた時はちょうど3 years (Time goes by)
声かけようとその隣に見知らぬ誰か
そ
,反らした目に うつる
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Peristiwa inilah yang disebut alih kode, yaitu peristiwa peralihan bahasa
dari bahasa Inggis ke bahasa Jepang.
Selain itu, jika dilihat dari struktur penulisan bahasa Jepang, terdapat tiga
jenis huruf atau aksara yang berbeda, yaitu kanji, hiragana, katakana dan romaji
(huruf romawi). Inilah yang disebut peristiwa campur kode. Dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Lirik 信 号 待 ち 見 か け た 見 覚 え の あ る 青 い T-Shirts (I remember that)
Kanji 信号待ち見かけた見覚えのある青い
Romaji T-Shirts (I remember that)
Arti Aku teringat pertemuan denganmu yang berbaju biru ketika menunggu di penyebrangan (aku teringat itu)
Kata 「T-Shirt」 adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris yang
berarti “baju”. Kata ini digunakan sebagai penegasan lagu tersebut. Penutur
(penyanyi) menekankan pertemuan dengan seseorang yang menggunakan baju
biru tersebut dengan menggunakan kata 「T-Shirt」karena hal itulah yang paling
diingat olehnya. oleh karena itu campur kode pada lirik di atas yaitu penggunaan
kata 「T-Shirt」yang merupakan kata bahasa Inggris digunakan sebagai suatu
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
penambahan yaitu kata 「見」 /mi/ saja maka dapat berarti “melihat”, namun
karena ditambahkan kata 「I remember that」sehingga menekankan inti dari lirik
tersebut adalah sebuah pertemuan dengan seseorang yang menggunakan baju
berwarna biru. Inilah yang disebut peristiwa campur kode karena bahasa Jepang
dari lirik tersebut telah tercampur bahasa asing yaitu bahasa Inggris.
Jadi, dari contoh lirik tersebut dapat dilihat peristiwa alih kode dan campur
kode yang membuktikan bahwa bahasa Jepang pun tidak luput dari percampuran
budaya asing yang kemudian digunakan dalam hal berbahasa. Yakni berupa
percampuran serpihan-serpihan bahasa atau disebut campur kode dan peristiwa
peralihan suatu bahasa ke bahasa lain baik berupa bahasa atau ragam bahasa
tertentu atau alih kode. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahas
alih kode dan campur kode dalam bahasa Jepang dengan lebih mendalam lagi,
terutama pada penggunaan kode-kode asing dan bahasa asing yang bercampur
dalam bahasa asli.
B. Perumusan Masalah
Diantara sesama penutur yang bilingual atau multilingual, sering
dijumpai suatu gejala atau fenomena yang dapat disebut dengan kekacauan bahasa
atau interfensi bahasa. Ohoiwutun (2007:69) mengatakan, fenomena ini berbentuk
penggunaan unsur-unsur dari suatu bahasa tertentu dalam satu kalimat atau
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
penggunaan bahasa asing (sebagai contoh bahasa Inggris) ke bahasa Indonesia,
seperti peristiwa berikut ini :
A : Besok kamu harus check in jam 09.00 WIB
B : Oke. Makasih..
A : Don’t be late.
B : Yes sir!
1. Apa saja jenis alih kode dan campur kode yang terdapat dalam lirik lagu Baby Don’t cry yang dinyanyikan oleh Namie Amuro?
Dari percakapan di atas gejala campur kode dapat terlihat, yaitu pada kata
“ check in”. Kemudian terjadi peralihan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris yang
disebut alih kode pada kalimat “Yes Sir!”.
Gejala seperti ini juga terjadi pada bahasa Jepang. Oleh karena itu Penelitian
ini akan membahas alih kode dan campur kode yang terjadi dalam bahasa Jepang
dengan membuat beberapa rumusan, yaitu :
2. Bagaimana penggunaan alih kode dan campur kode dalam lirik lagu Baby Don’t cry yang dinyanyikan oleh Namie Amuro?
C. Ruang Lingkup Pembahasan
Latar belakang hidup dalam masyarakat dwibahasa (atau multibahasa)
membuat masyarakat mampu berbicara dalam setidaknya dua bahasa. Mereka
dapat menggunakan paling tidak bahasa asli (yang biasanya merupakan bahasa
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
ini disebabkan oleh pengaruh budaya asing yang masuk, dan memaksa masyarakat
untuk dapat berbicara menggunakan lebih dari satu bahasa dalam kegiatan
berkomunikasi. Penguasan terhadap bahasa tersebut juga yang mendorong
masyarakat pengguna bahasa untuk menggunakan berbagai bahasa tersebut
dengan maksud dan tujuan tetentu. Pada saat inilah peristiwa alih kode dan
campur kode terjadi.
Sikap kemultibahasaan inilah yang kemudian akan dibahas dalam makalah
ini, namun penelitian ini dibatasi oleh beberapa poin, yaitu :
1) Mendeskripsikan jenis-jenis alih kode dan campur kode yang terdapat
dalam dalam lirik lagu Baby Don’t cry yang dinyanyikan oleh Namie
Amuro.
2) Mendeskripsikan bagaimana terjadinya peristiwa alih kode dan campur
kode dalam lirik lagu Baby Don’t cry yang dinyanyikan oleh Namie
Amuro.
D. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa
sebagai objek kajiannya (Abdul Chaer, 2003:1). Linguistik terbagi ke dalam dua
jenis, yakni intraliguistik dan ekstralinguistik. Dalam intra-linguistik terdapat
morfologi, semantik, sintaksis, dan fonologi. Sedangkan dalam ekstra-linguistik
terdapat sosiolinguistik dan psikolinguistik
Kemudian sosiolinguistik yaitu cabang ilmu linguistik yang bersifat
interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antar
bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. (Chaer,
2004:2)
Alih kode dan campur kode adalah salah satu kajian dalam sosiolinguistik
lebih lanjut Apple dalam Chaer (2004:107) mengatakan, alih kode yaitu gejala
peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Kemudian Rahardi dalam
http://www.slideshare.net/ninazski/paper-sosling-nina mendefinisikan alih kode
sebagai penggunaan altenatif dari dua variasi atau lebih dari bahasa yang sama
atau dalam suatu masyarakat dwibahasa.
Sedangkan Thealander dalam Chaer (2004:115) mendefinisikan campur
kode sebagai peristiwa tutur yang terdapat frase-frase campuran dari frase bahasa
lain yang masing-masing frase tidak mendukung fungsi sendiri-sendiri. Kemudian
http://indonesiasaram.wordpress.com/2007/04/22/tentang -campur-kode-lagi/
mendefinisikan, campur kode ialah fenomena pencampuran bahasa kedua ke
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Alih kode biasanya digunakan secara sengaja atau secara sadar. Hal ini
dikarenakan alih kode sebagian besar digunakan untuk menghormati lawan bicara
dan ingin membuat percakapan tersebut menjadi lebih mendalam. Berbeda dengan
campur kode. Sebagian besar peristiwa campur kode dilakukan seseorang secara
tidak sengaja atau tidak sadar. Hal ini dikarenakan sikap kemultibahasaan orang
tersebut yang membuat ia mecampur beberapa frase bahasa asing ke bahasa asli.
Walaupun begitu, peristiwa campur kode juga dapat dilakukan dengan sengaja,
yakni karena alasan akademis, keterbatasan istilah dalam bahasa asli dan
sebagainya.
Dalam penelitian ini, peristiwa alih kode dan campur kode akan dianalisis
adalah kalimat-kalimat pada lirik lagu Baby Don’t cry yang dinyanyikan oleh
Namie Amuro
Kerangka Teori
Salah satu kajian ekstralinguistik adalah sosiolinguistik yang berasal dari
kata sosiologi dan linguistik. Chaer (2004:2) mengatakan sosiologi adalah kajian
yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan mengenai
lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada dalam masyarakat. Sedangkan
linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang
mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian dapat dikatakan
sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Kridalaksana dalam Chaer (1994:32) mengatakan pengertian bahasa
sendiri yaitu sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para
anggota kelompok sosial untuk bekerja sama berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri.
Fishman dalam Chaer (2004:36) mengatakan masyarakat tutur adalah
masyarakat yang anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal suatu variasi
bahasa beserta norma-norma yang sesuai dengan penggunaannya.
Masyarakat tutur yang tertutup yang tidak tersentuh oleh masyarakat lain,
karena lokasinya yang jauh dari masyarakat tutur lain atau bahkan tidak ingin
berhubungan sama sekali akan tetap menjadi masyarakat tutur yang statis atau
monolingual. Sebaliknya, masyarakat tutur terbuka, yakni yang mempunyai
hubungan dengan masyarakat tutur lain, tentu akan mengalami kontak bahasa
dengan segala peristiwa-peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai
akibatnya. Peristiwa kebahasaan akibat adanya kontak bahasa ini didalam istilah
sosiolinguistik disebut bilingualisme, diglosia, alih kode, campur kode, interfensi,
integrasi konvergensi, dan pergeseran bahasa.
Dalam penelitian ini peristiwa kebahasaan yang akan dibahas adalah alih
kode dan campur kode. Apple dalam Chaer (2004:107) mengatakan, alih kode
yaitu gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Ditambahkan
oleh Hymes bahwa alih kode bukan hanya terbagi antarbahasa, tetapi dapat juga
terjadi antar ragam-ragam atau gaya-gaya ysng terdapat dalam satu bahasa.
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
“Apabila didalam suatu peristiwa tutur terdapat klausa-klausa atau frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa-klausa dan frase campuran (hybrid clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa dan frase tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi ini adalah campur kode.”
Selain itu, Hudson, (1980:53) mencoba menjelaskan peristiwa campur
kode atau dapat disebut juga mixing code yaitu :
“ … where a fluent bilingual talking to another fluent bilingual changes language without any change all in the situation. This kind of alternation is called code mixing.”
( ... dimana suatu masyarakat tutur dengan masyarakat tutur lainnya
berbicara dengan mengubah bahasa tanpa mengubah keseluruhan
situasinya. Pergantian jenis ini dapat disebut campur kode.)
E. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian alih kode dana campur kode
dalam lirik lagu Baby Don’t cry ini adalah sebagai berikut,
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu sbb,
1. Untuk mendeskripsikan jenis alih kode dan campur kode dalam lirik
lagu Baby Don’t cry yang dinyanyikan oleh Namie Amuro
2. Untuk mendeskripsikan peristiwa alih kode dan campur kode dalam
dalam lirik lagu Baby Don’t cry yang dinyanyikan oleh Namie
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu sbb,
1. Dapat mengetahui jenis-jenis alih kode dan campur kode yang terdapat
lirik lagu Baby Don’t cry yang dinyanyikan oleh Namie Amuro.
2. Dapat mengetahui peristiwa alih kode dan campur kode dalam lirik lagu
Baby Don’t cry yang dinyanyikan oleh Namie Amuro.
F. Metode Penelitian
Dalam makalah ini untuk metode pengumpulan data digunakan metode
simak atau dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi. Metode
simak menurut Mahsun (2007:92) yaitu cara yang digunakan untuk memperoleh
data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak disini
tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga
penggunaan bahasa secara tertulis. Teknik yang digunakan yaitu metode
observasi tidak langsung karena menggunakan alat bantu/ instrumen berupa
kutipan-kutipan kalimat dalam lirik lagu Baby Don’t cry yang dinyanyikan oleh
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Kemudian dalam metode analisis data, digunakan metode padan karena
dalam pembahasan makalah ini alat penentunya berupa ekstralinguistik yaitu
dengan melihat gaya bahasa, intonasi, mimik dan situasional berupa kedudukan
pembicara atau lawan bicara, lokasi pembicaraan berlangung, kapan digunakan
dan sebagainya. Mahsun (2007:120) mengatakan metode padan ekstralingual ini
digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti
menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada diluar bahasa.
Untuk metode padan dalam penelitian ini digunakan teknik deskriptif
karena data yang disediakan berupa uraian pembahasan mengenai bahasa dan
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
2.1. Pengertian Alih kode dan Campur Kode
Masyarakat yang multi bahasa muncul karena masyarakat tutur tersebut
mempunyai atau menguasai lebih dari satu variasi bahasa yang berbeda-beda
sehingga mereka dapat menggunakan pilihan bahasa tersebut dalam kegiatan
berkomunikasi.
Dalam kajian sosiolinguistik, pilihan-pilihan bahasa tersebut kemudian
dibahas karena hal ini merupakan aspek terpenting yang dikaji dalam suatu ilmu
kebahasaan. Lebih lanjut Sumarsono (2004:201) mengatakan ada tiga jenis
pilihan bahasa yang dikenal dalam kajian sosiolinguistik, yaitu alih kode (code
switching), campur kode (mixing code) dan variasi dalam bahasa yang sama
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Dari ketiga jenis pilihan bahasa tersebut, dalam penelitian terbatas hanya
membahas dua jenis pilihan bahasa, yaitu alih kode (code switching) dan campur
kode (mixingcode).
2.1.1 Pengertian Alih Kode
Dapat diketahui, di banyak negara dari daerah pedesaan hingga perkotaan
terdapat orang-orang yang menggunakan bahasa-bahasa yang berlainan yang
artinya memakai lebih dari satu bahasa untuk berkomunikasi. Nababan (1991:27)
mengatakan suatu daerah atau masyarakat dimana terdapat dua bahasa disebut
daerah atau masyarakat yang berdwibahasa atau bilingual. Kemudian Mackey
dalam Chaer (2004:84) mengatakan penggunaan dua bahasa oleh seorang
masyarakat tutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian disebut
bilingualisme. Dalam keadaan seperti inilah masyarakat tutur menjadi masyarakat
yang bilingual.
Dengan keadaan kedwibahasaan (bilingulisme) ini, akan sering dijumpai
suatu gejala yang dapat dipandang sebagai suatu kekacauan bahasa atau interfensi
bahasa. Fenomena ini berbentuk penggunaan unsur-unsur dari suatu bahasa
tertentu dalam satu kalimat atau wacana bahasa lain Gejala tersebut disebut
dengan Alih kode dan Campur kode (Ohoiwutun, 2007:69).
Sebelumnya perlu dijelaskan terlebih dahulu, kode adalah istilah netral
yang dapat mengacu kepada bahasa, dialek, sosiolek, atau ragam bahasa
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Selanjutnya Ohoiwutun (2007:71) mengatakan alih kode (code
switching), yakni peralihan pemakaian dari suatu bahasa atau dialek ke bahasa
atau dialek lainnya. Alih bahasa ini sepenuhnya terjadi karena
perubahan-perubahan sosiokultural dalam situasi berbahasa. Perubahan-perubahan-perubahan yang
dimaksud meliputi faktor-faktor seperti hubungan antara pembicara dan
pendengar, variasi bahasa, tujuan berbicara, topik yang dibahas, waktu dan tempat
berbincang.
Lebih lanjut Apple dalam Chaer (2004:107) mengatakan, alih kode yaitu
gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Ditambahkan oleh
Hymes bahwa alih kode bukan hanya terbagi antar bahasa, tetapi dapat juga
terjadi antar ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa.
Sebagai contoh peristiwa peralihan yang terjadi dalam suatu kelas yang
sedang mempelajari bahasa asing (sebagai contoh bahasa Jepang). Di dalam kelas
tersebut secara otomatis menggunakan dua bahasa yaitu, bahasa Indonesia dan
bahasa Jepang.. Kemudian terjadi percakapan dalam suatu bahasa nasional
(contoh bahasa Indonesia) lalu tiba-tiba beralih ke bahasa daerah (contoh bahasa
Batak), maka kedua jenis peralihan ini juga disebut alih kode.
2.1.2. Pengertian Campur Kode
Kemudian gejala lain yaitu campur kode. Gejala alih kode biasanya diikuti
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
apabila didalam suatu peristiwa tutur terdapat klausa-klausa atau frase-frase yang
digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid clauses, hybrid phrases),
dan masing-masing klausa dan frase tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri,
maka peristiwa yang terjadi ini adalah campur kode.
Kemudian Nababan (1991:32) mengatakan campur kode yaitu suatu
keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua (artau lebih) bahasa
atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi
berbahasa yang menuntut percampuran bahasa itu. Maksudnya adalah keadaan
yang tidak memaksa atau menuntut seseorang untuk mencampur suatu bahasa ke
dalam bahasa lain saat peristiwa tutur sedang berlangsung. Jadi penutur dapat
dikatakan secara tidak sadar melakukan percampuran serpihan-serpihan bahasa
ke dalam bahasa asli.
Campur kode serupa dengan interfensi dari bahasa satu ke bahasa lain.
Dalam campur kode penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang
memakai bahasa tertentu. Unsur-unsur tersebut dapat berupa kata-kata, tetapi
dapat juga berupa frase atau kelompok kata. jika berwujud kata biasanya gejala
itu disebut peminjaman. Hal yang menyulikan timbul ketika memakai kata-kata
pinjaman tetapi kata-kata pinjaman ini sudah tidak dirasakan sebagai kata asing
melainkan dirasakan sebagai bahasa yang dipakai. Sebagai contoh si A berbahasa
Indonesia. Kemudian ia berkata “sistem operasi komputer ini sangat lambat”. dari
sini terlihat si A banyak menggunakan kata-kata asing yang dicampurkan kedalam
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
atau pun alih kode. Hal ini disebabkan penutur jelas tidak menyadari kata-kata
yang dipakai adalah kata-kata pinjaman, bahkan ia merasa semuanya merupakan
bagian dari bahasa Indonesia karena proses peminjaman tersebut sudah terjadi
sejak lama.
Lebih lanjut Sumarsono (2004:202) menjelaskan kata-kata yang sudah
mengalami proses adaptasi dalam suatu bahasa bukan lagi kata yang-kata yang
megalami gejala interfensi, bukan pula alih kode, apalagi campur kode. akan
berbeda jika penutur secara sadar atau sengaja menggunakan unsur bahasa lain
ketika sedang berbicara dalam suatu bahasa. Peristiwa inilah yang kemudian
disebut dengan capur kode. Oleh karena itu dalam bahasa tulisan, biasanya
unsur-unsur tersebut ditunjukkan dengan menggunakan garis bawah atau cetak miring
sebagai penjelasan bahwa si penulis menggunakannya secara sadar.
2.2. Penyebab Terjadinya Alih Kode dan Campur Kode
2.2.1 Penyebab Terjadinya Alih Kode
Selain sikap kemultibahasaan yang dimiliki oleh masyarakat tutur, terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa alih kode, seperti yang
dikemukakan Chaer (2004:108), yaitu:
1.Penutur
Seorang penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur
karena suatu tujuan. Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
mitra tuturnya atau dengan kata lain mengharapkan keuntungan atau manfaat dari
percakapan yang dilakukanya.
Sebagai contoh, A adalah orang jawa. B adalah orang batak. Keduanya
sedang terlibat percakapan. Mulanya si A berbicara menggunakan bahasa
Indonesia sebagai pembuka. Kemudian ditanggapi oleh B dengan menggunakan
bahasa Indonesia juga. Namun ketika si A ingin mengemukakan inti dari
pembicaraannya maka ia kemudian beralih bahasa, yaitu dari bahasa Indonesia ke
bahasa Batak. Ketika si A beralih menggunakan bahasa Batak yang merupakan
bahasa asli B, maka B pun merespon A dengan baik. Maka disinilah letak
keuntungan tersebut. A berbasa basi dengan menggunakan bahasa Indonesia,
kemudian setelah ditanggapi oleh B dan ia merasa percakapan berjalan lancar,
maka si A dengan sengaja mengalihkan ke bahasa batak. Hal ini disebabkan si A
sudah ingin memulai pembicaraan yang lebih dalam kepada si B. Selain itu inti
pembicaraan tersebut dapat tersampaikan dengan baik, karena mudah dimengerti
oleh lawan bicara yaitu B. Peristiwa inilah yang menyebakan terjadinya peristiwa
alih kode.
2.Lawan Tutur
Mitra tutur atau lawan tutur dapat menyebabkan peristiwa alih kode.
misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa lawan
tuturnya. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang
atau agak kurang karena mungkin bahasa tersebut bukan bahasa pertamanya..jika
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
beralih kode dalam wujud alih varian (baik regional maupun sosial), ragam, gaya,
atau register. Kemudian bila lawan tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda
cenderung alih kode berupa alih bahasa.
Sebagai contoh, Rani adalah seorang pramusaji disebuah restoran.
Kemudian ia kedatangan tamu asing yang berasal dari Jepang. Tamu tersebut
ingin mempraktekkan bahasa Indonesia yang telah ia pelajari. Pada awalnya
percakapan berjalan lancar, namun ketika tamu tersebut menanyakan biaya
makanya ia tidak dapat mengerti karena Rani masih menjawab denga
menggunakan bahasa Indonesia. Melihat tamunya yang kebingungan tersebut,
secara sengaja Rani beralih bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jepang
sampai tamu tersebut mengerti apa yang dikatakan Rani.
Dari contoh di atas dapat dikatakan telah terjadi peristiwa peralihan
bahasa atau disebut alih kode, yaitu bahasa Indonesia ke bahasa Jepang. Oleh
karena itu lawan tutur juga sangat mempengaruhi peristiwa alih kode.
3.Hadirnya Penutur Ketiga:
Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang
bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan lawan
tutur dapat menyebabkan peristiwa alih kode. Untuk menetralisasi situasi dan
menghormati kehadiran mitra tutur ketiga, biasanya penutur dan mitra tutur
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Sebagai contoh, Tono dan Tini bersaudara. Mereka berdua adalah orang
Jawa. Oleh karena itu, ketika berbicara, mereka menggunakan bahasa yang
digunakan sehari-hari, yaitu bahasa Jawa. Pembicaraan berjalan aman dan lancar.
Tiba-tiba datang Upik, kawan Tini yang merupakan orang padang. Untuk sesaat
Upik tidak mengerti apa yang mereka katakan. Kenudian Tini memahami hal
tersebut dan langsung beralih ke bahasa yang dapat dimengerti oleh Upik, yaitu
bahasa Indonesia. kemudian ia bercerita tentang apa yang ia bicarakan dengan
Tono dengan menggunakan bahasa Indonesia. Inilah yang disebut peristiwa alih
kode. Jadi, kehadiran orang ketiga merupakan faktor yang mempengaruhi
peristiwa alih kode.
4.Perubahan Situasi
Perubahan situasi pembicaraan juga dapat mempengaruhi terjadinya laih
kode. Situasi tersebut dapat berupa situasi formal ke informal atau sebaliknya.
Sebagai contoh, dapat dijelaskan dari kutipan ilustrasi ini :
S : Apakah bapak sudah jadi membuat lampiran surat ini ? M : O, ya, sudah. Inilah!
S : Terima kasih.
M : Surat ini berisi permintaan borongan untuk memperbaikikantor sebelah. Saya sudah kenal dia. Orangnya baik, banyak relasi, dan tidak banyak mencari untung. Lha saiki yen usahane pengin maju harus berani bertindak ngono (... Sekarang jika usahanya ingin maju harus berani bertindak demikian...)
S : Panci nganten, Pak (Memang begitu, pak)
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
S :Tegeshipun mbok modalipun kados menapa, menawi (Maksudnya, betapapun besarnya modal kalau...)
M : Menawa ora akeh hubungane lan olehe mbati kakehan, usahane ora bakal dadi. Ngono karepmu? (Kalau tidak banyak hbungan, dan terlalu banyak mengambil untung usahanya tidak akan jadi. Begitu maksudmu?)
S : Lha inggih ngaten! (Memang begitu, bukan!)
M : O, ya, apakah surat untuk Jakarta kemarin sudah jadi dikirim? S : Sudah, Pak. Bersamaan dengan surat Pak Ridwan dengan kilat
khusus.
Soewito dalam Chaer (2004:110-111)
Percakapan dimulai dengan menggunakan bahasa Indonesia karena
tempatnya di kantor dan yang dibicarakan adalah tentang surat. Situasinya
Formal. Namun ketika yang bicarakan bukan lagi mengenai surat melainkan
tentang sifat orang yang akan dikirimi surat tersebut dan situasinya berubah
menjadi tidak formal atau informal (percakapan yang ditandai dengan
menggunakan garis bawah), maka bahasa yang digunakan menjadi bahasa Jawa.
Disinilah terjadi peristiwa alih kode. Selanjutnya ketika pembicaraan berubah lagi
tidak membicarakan orang tersebut, melainkan kembali membicarakan masalah
surat, maka situasi informal beruba h menjadi formal kembali dan terjadi lagi
peristiwa alih kode.
Hal ini juga dikarenakan kedua orang tersebut memiliki latar belakang
bahasa yang sama, yaitu bahasa Jawa, maka pembicaraan berlansung lancar. Lain
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
mustahil pembicaraan akan diteruskan bahkan peristiwa alih kode pun pasti tidak
akan muncul.
Alih ragam seperti dari ragam bahasa baku ke nonbaku termasuk ke
dalam peristiwa alih kode karena pada hakikatnya merupakan pergantian
pemakaian bahasa atau dialek. Rujukannya aalah komunitas bahasa (dialek). Para
penutur yang sedang beralih kode berasal dari minimun dua komunitas dari
bahasa-bahasa (dialek) yang sedang mereka praktekkan. Sebaliknya alih ragam
bukan berarti berganti komunitas. Alih ragam terjadi dalam bahasa yang sama,
karena dorongan perubahan situasi berbicara, topik, status sosial, penutur dan
sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan alih kode (bahsa atau dialek)
dilakukan oleh dua pihak yang memiliki dua komunitas bahasa yang sama. Alih
ragam hanya terjadi dalam satu bahasa dan satu komunitas saja.
5.Topik Pembicaraan
Topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya alih
kode. Topik pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan
ragam baku, dengan gaya netral dan serius dan pokok pembicaraan yang bersifat
informal disampaikan dengan bahasa nonbaku, gaya sedikit emosional, dan serba
seenaknya.
Seperti contoh ilustrasi tadi M dan S terlibat suatu percakapan. Ketika
topik pembicaraan mereka mengenai surat, karena jabatan mereka adalah
sekretaris dan atasannya dan percakapan ini berlangsung di kantor, maka mereka
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
beralih menjadi pribadi si penerima surat, maka bahasa yang mereka gunakanpun
ikut beralih menjadi bahasa Jawa. Begitu juga ketika topik kembali berubah ke
semula, maka bahasa merekapun kembali menjadi bahasa Indonesia.
2.2.2 Latar Belakang Terjadinya Campur Kode
Sama halnya dengan alih kode, campur kodepun disebabkan oleh
masyarakat tutur yang multilingual yang artinya memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dengan menggunakan lebih dari satu bahasa. Namun, tidak seperti
alih kode, campur kode tidak mempunyai maksud dan tujuan yang jelas untuk
digunakan karena campur kode digunakan biasanya tidak disadari oleh pembicara
atau dengan kata lain reflek pembicara atas pengetahuan bahasa asing yang
diketahuinya.
Setyaningsih, dalam
http://www.slideshare.net/ninazski/paper-sosling-nina mengatakan campur kode digunakan karena apabila seseorang yang sedang
dalam kegiatan berkomunikasi tidak mendapatkan padanan kata yang cocok yang
dapat menjelaskan maksud dan tujuan yang sebenarnya, maka ia akan mencari
padanan kata yang cocok dengan jalan mengambil istilah dari berbagai bahasa
yang ia kuasai.
Kemudian latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu sikap (attitudinal type) yakni latar belakang sikap penutur, dan
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
ada alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk
menjelaskan atau menafsirkan. Dengan demikian campur kode terjadi karena
adanya hubungan timbal balik antara peranan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi
bahasa
2.3. Jenis-Jenis Alih Kode dan Campur Kode
2.3.1 Jenis-Jenis Alih Kode
Alih kode merupakan bagian dari kajian sosioligustik yang membahas
kode bahasa yang digunakan oleh masyarakat tutur dan hubungannya dengan
lingkungan masyarakat tutur tersebut. Alih kode digunakan tergantung dengan
kondisi lingkungan sekitarnya. Maksudnya pengubahan kode bahasa terjadi
tergantung pada siapa lawan bicaranya, dimana terjadinya, kapan, dengan tujuan
apa dan sebagainya.
Alih kode dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Wardaugh dan Hudson
mengatakan, alih kode terbagi menjadi dua, yaitu alih kode metaforis dan alih
kode situasional.
2.3.1.1. Alih Kode Metaforis
Alih kode metaforis yaitu alih kode yang terjadi jika ada pergantian topik.
Sebagai contoh C dan D adalah teman satu kantor, awalnya mereka menggunakan
ragam bahasa Indonesia resmi, setelah pembicaraan urusan kantor selesai, mereka
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
kenal. Ini terjadi seiring dengan pergantian bahasa yang mereka lakukan dengan
menggunakan bahasa daerah. Kebetulan C dan D tinggal di daerah yang sama dan
dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah tersebut.
Contoh ini menjelaskan bagaimana alih kode terjadi dalam satu situasi
percakapan. Alih kode jenis ini hanya terjadi jika si pembicara yang pada
awalnya hanya membicarakan urusan pekerjaan menggunakan ragam bahasa
resmi dan terkesan kaku kemudian berubah menjadi suasana yang lebih santai,
ketika topik berganti.
2.3.1.2 Alih Kode Situasional
Sedangkan alih kode situasional yaitu alih kode yang terjadi berdasarkan
situasi dimana para penutur menyadari bahwa mereka berbicara dalam bahasa
tertentu dalam suatu situasi dan bahasa lain dalam situasi yang lain. Dalam alih
kode ini tidak tejadi perubahan topik. Pergantian ini selalu bertepatan dengan
perubahan dari suatu situasi eksternal (misalnya berbicara dengan anggota
keluarga) ke situasi eksternal lainnya (misalnya berbicara dengan tetangga).
Sebagai contoh ayah sedang memarahi anaknya, ia menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti anaknya tersebut, kemudian datang tetangga dan menanyakan
apa yang terjadi. Si ayah tidak mengganti topik pembicaraan, tetapi hanya
merubah intonasi dan nada suaranya yang semula bernada marah dan kesal
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Selain alih kode metaforis dan situsional, Suwito dalam Chaer (2004:114)
juga membagi alih kode menjadi dua jenis yaitu, alih kode intern dan alih kode
ekstern.
2.3.1.3 Alih Kode Intern
Alih Kode Intern yaitu alih kode yang berlangsung antar bahasa sendiri,
seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, atau sebaliknya
2.3.1.4 Alih Kode Ekstern
Sedangkan alih kode ekstern yaitu alih kode yang terjadi antara bahasa
(salah satu bahasa atau ragam yang ada dalam verbal repertoir masyarakat
tuturnya) dengan bahasa asing. Contohnya bahasa Indonesia ke bahasa Jepang,
atau sebaliknya.
2.3.2Jenis-Jenis Campur Kode
Dalam www.adhani.wimamadiun.com/materi/sosiolinguistik/bab5.pdf, campur kode dibagi menjadi dua, yaitu campur kode ke luar (outer code-mixing)dan campur kode ke dalam (inner code-mixing).
2.3.2.1. Campur Kode Ke Luar (Outer Code-Mixing)
Yaitu campur kode yang berasal dari bahasa asing atau dapat
dijelaskan bahasa asli yang bercampur dengan bahasa asing. Contohnya
bahasa Indonesia – bahasa Inggris – bahasa Jepang, dll
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala
variasinya. Contohnya bahasa Indonesia–bahasa Jawa–bahasa Batak–
Bahasa Minang (lebih ke dialek), dll. Dalam bahasa Jepang percampuran
variasi bahasa dapat berupa penggunaan katakana sebagai bahasa serapan,
dialek (osaka ben, kansai ben), ragam bahasa keigo ke futsu go dsb.
2.4 Perbedaan Alih Kode dan Campur Kode
Alih kode dan campur kode sebenarnya sulit untuk dipisahkan. Apabila
suatu masyarakat tutur menggunakan alih kode untuk berkomunikasi dengan
lawan bicara maka sedikit banyak kosa kata yang ia dapat dari peristiwa alih kode
tersebut akan muncul dalam percakapan yang tidak memerlukan peristiwa alih
kode. Ini berarti penggunaan campur kode tidak disadari dan disengaja oleh
masyarakat tutur pengguna bahasa. Oleh karena itu Sumarlan (2005:159-160)
membedakan antara kedua peristiwa ini, yaitu sebagai berikut :
1. Dalam Alih kode, dua (atau lebih) bahasa atau variasi bahasa yang
dipakai masing-masing mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai
dengan konteks, sedangkan dalam campur kode unsur bahasa atau variasi
bahasa yang menyisip di dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi
tersendiri tetapi telah menyatu dengan bahasa yang menyisipinya.
2. Dalam alih kode, penggunaan dua bahasa atau variasi bahasa disesuaikan
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
dalam campur kode dua bahasa atau variasi digunakan tanpa adanya
faktor-faktor sosiolinguistik dalam situasi berbahasa itu yang menuntut
percampuran bahasa itu.
3. Batas terjadinya campur kode terletak pada tataran klausa, sedangkan
alih kode terjadi mulai pada tataran kalimat. Jadi, campur kode bisa
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
BAB III
ANALISIS PENGGUNAAN ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM LIRIK LAGU BABY DON’T CRY OLEH NAMIE AMURO
Peristiwa alih kode dan campur kode sangat dipengaruhi budaya atau
bahasa asing yang masuk dan bercampur ke dalam bahasa asli. Ini juga terjadi
pada bahasa Jepang. Penelitian ini akan menjabarkan kedua peristiwa tersebut
dengan menggunakan lirik lagu Baby Don’t cry yang dibawakan oleh Namie
Amuro.
3.1 Analisis Penggunaan Alih Kode dalam Lirik Lagu Baby Don’t cry Oleh Namie Amuro
Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori menurut Suwito
dalam Chaer (2004:114) yang dibagi menjadi dua, yaitu alih kode intern dan alih
kode ekstern. Hal ini disebabkan oleh dalam lirik Baby Don’t cry ini, penutur
tidak berganti topik dan tidak terjadi perubahan situasi yang dapat menyebabkan
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
teori yang membagi alih kode menjadi dua, yaitu alih kode metaforal dan alih
kode situasional.
Kemudian perihal keterkaitan jenis-jenis alih kode dengan lirik lagu
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
Dalam lirik Baby Don’t Cry ini banyak terdapat alih kode terjadi akibat
peralihat bahasa Inggris ke bahasa Jepang ataupun bahasa Jepang ke bahasa
Inggris. Ini yang disebut alih kode ekstern.
Analisis 1 : Bait 1 :
Can you remember that? I remember…
Bait 2 :
信号待ち見かけた見覚えのある青いT-Shirts (I remember that) (shingo machi mikaketa mioboeno aru aoiT-Shirts)
変わらない笑顔流れた時はちょうど3 years (Time goes by) (kawaranai egao nagareta toki wa choudo 3 years)
声かけようとその隣に見知らぬ誰か (koe kakeyouto sono tonari ni misuranu dareka)
ふと反らした目に映る空はいつもと同じで (futo sorashita me ni utsuru sora wa itsumo to onaji de)
Terjemahan : Bait 1
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Can you remember that?
I remember
Apakah kamu ingat itu ? Aku ingat
Bait 2
Baris Lirik Arti
1
信号待ち見かけた見覚えの ある青いT-Shirts (I
remember that)
Aku teringat pertemuan denganmu yang berbaju biru ketika menunggu di penyebrangan (aku teringat itu)
2
変わらない笑顔流れた時は ちょうど3 years (Time goes by)
Wajah tersenyum yang tak berubah seiring berjalannya waktu hampir tiga tahun (seiring berjalannya waktu)
3 声かけようとその隣に見知 らぬ誰か
Tetapi ketika aku ingin memanggilmu seseorang yang tidak kukenal muncul disampingmu
4 ふと反らした目に映る空は いつもと
Aku berpaling, tetapi langit terpantul di mataku sepeti biasanya
Sebagai pembukaan, lagu dinyanyikan dengan menggunakan bahasa
Inggris. Ini dilakukan karena penutur (penyanyi) ingin menegaskan suatu
peristiwa yang diingatnya kepada seseorang. Kemudian ketika masuk pada bait
kedua, lirik lagu tersebut beralih dari bahasa Inggris ke bahasa Jepang. Ada tiga
sebab mengapa peralihan bahasa ini dilakukan :
1. Karena penutur (penyanyi) tersebut adalah orang Jepang maka ia
menggunakan bahasa Jepang agar lawan tutur dan pendengar dapat
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
2. Bahasa Inggris hanya digunakan sebagai pembuka, namun ketika penutur
ingin mengungkapkan inti cerita dari lirik tersebut maka ia beralih ke
bahasa lain yaitu bahasa Jepang.
3. Pada bait ke-2 baris ke-1 penutur menggunakan percampuran bahasa yang
diawali kata 「T-Shirt」 kemudian beralih ke dalam bahasa Inggris lagu
sebagai penegasan bahwa ia benar-benar mengingat peristiwa itu dengan
menggunakan kalimat 「I remember that」 .
Dari penjabaran tadi dapat dilihat peralihan kode yang terdapat pada 2
bait tersebut adalah peralihan dari bahasa Inggris ke bahasa Jepang dan beberapa
kalimat dari bahasa Jepang ke Bahasa Inggris. Peralihan bahasa seperti ini dapat
disebut dengan alih kode Ektern. .
Analisis 2 :
さあだからBabyその手伸ばして (Saa dakara Baby sono tenobashite)
雲間に覗く陽射しを信じて
(Kumoma ni nozoku hizashi wo shinjite)
心配事なんて全部取り除くから
(shinpai koto nante zenbu torinozoku kara)
これでもう大丈夫 (koredemou daijoubu)
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
愛をなくしても(Baby Don’t cry) (ai o nakushitemo)
一人になんてしないから(Baby Don’t cry) (hitori nanteshinaikara)
Baby Don’t cry
Always stay by your side
Terjemahan :
Bait Lirik Arti
1 さあだからBabyその手伸ばして Jadi genggam tanganmu itu sayang
2 雲間に覗く陽射しを信じて Percayalah pada cahaya yang bersinar dibalik awan
3 心配事なんて全部取り除くから Aku akan menghilangkan semua kekhawatiranmu
4 これでもう大丈夫 Sekarangpun tidak apa-apa
5 遠い朝でも(Baby Don’t cry) Walaupun pagi hari yang panjang (jangan menangis sayang)
6 愛をなくしても(Baby Don’t cry) Walaupun cinta telah hilang ( jangan menangis sayang )
7 一人になんてしないから(Baby Don’t cry)
Aku tidak akan membiarkanmu sendiri (jangan menangis sayang)
8 Baby Don’t cry Jangan menangis sayang
9 Always stay by your side Aku akan selalu disampingmu
Dari lirik tersebut juga terlihat pemakaian dua bahasa, yaitu bahasa
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Alih kode dimulai pada bait 1 baris 7 yaitu 「Baby Don’t cry」 yang
kemudian diikuti oleh kalimat yang sama pada baris selanjutnya dan kalimat
bahasa Inggris「Always stay by your side」selanjutnya Kemudian sebab
terjadinya alih kode dapat dijelaskan sebagai beikut :
1. karena penutur (penyanyi) bertindak sebagai orang ketiga yang ingin
memberikan semangat pada lawan tutur yakni pendengar ataupun orang
yang ada dalam cerita tersebut, maka penutur ingin menegaskan bahwa
ia dapat memberikan semangat pada mereka yaitu pada kalimat 「Baby
Don’t cry」 dan 「Always stay by your side」.
2. Penutur (penyanyi) dalam hal ini ingin menyelaraskan bunyi nada yang
sebelumnya menggunakan bahasa Jepang, namun pada akhir kalimat
selalu terdapat kalimat berbahasa Inggris yaitu「Baby Don’t cry」 pada
setiap baris pada bait lirik tersebut.
Dilihat dari jenis-jenis alih kode, lirik Baby Don’t cry ini hanya terdapat
dua alih kode yaitu alih kode jenis ekstern. Hal ini karena banyak bahasa asing
yaitu bahasa Inggris yang terkandung dalam bahasa asli yaitu bahasa Jepang yang
bercampur sehingga menimbulkan peralihan bahasa. .
Sedangkan untuk jenis-jenis alih kode lainnya, seperti alih kode metaforal,
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
1. Alih kode dalam lirik lagu Baby Don’t cry tidak terdapat berbagai
variasi bahasa seperti bahasa Jepang formal ataupun ragam bahasa
sopan (keigo) dan dialek (osaka ben, kansai ben, dll), maka tidak dapat
dijelaskan sebagai alih kode intern.
2. Alih kode metaforal yaitu alih kode yang terjadi karena perubahan
topik pembicaraan, sedangkan alih kode yang terdapat dalam lirik
Baby Don’t cry ini tidak terjadi perubahan topik pembicaraan.
3. Alih kode situasional juga tidak terdapat dalam lirik ini. Dari awal
penutur (penyanyi) hanya bertindak sebagai orang ketiga yang
menyaksikan peristiwa tersebut dan hanya ingin memberinya
semangat.
3.2Analisis Penggunaan Campur Kode dalam Lirik Lagu Baby Don’t cry Oleh Namie Amuro
Selain alih kode, dalam penelitian ini juga akan dibahas campur kode yang
terdapat dalam lirik lagu Baby Don’t cry. Campur kode terbagi menjadi 2 yaitu
campur kode ke luar (outer code-mixng) dan campur kode ke dalam (inner
code-mixing).
3.2.1 Campur Kode Ke Luar (Outer Code-Mixing)
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
信号待ち見かけた見覚えのある青いT-Shirts (I remember that) 変わらない笑顔流れた時はちょうど3 years (Time goes by) 声かけようとその隣に見知らぬ誰か
[image:47.595.112.512.200.535.2]ふと反らした目に映る空はいつもと同じで
Tabel 1
Lirik 信号 待ち 見かけた 見覚えの ある青いT-Shirts (I remember that)
Cara baca Shingo machi mikaketa mioboe no aru aoi T-Shirt (I remember that)
Makna kata Persimpangan menunggu melihat teringat ada biru baju ( aku teringat itu)
Terjemahan Aku teringat pertemuan denganmu yang berbaju biru ketika menunggu di persimpangan (aku teringat itu)
Kata 「T-Shirt」dan kalimat 「I remember that」yang menggunakan
bahasa Inggris dalam lirik ini dapat dikatakan sebagai campur kode. Kata
T-Shirt」berarti “baju” dalam bahasa Indonesia dan 服 /fuku/ ataupun シ ャツ
/shatsu/ dalam bahasa Jepang. Kata 服 /fuku/ maupun シ ャツ /shatsu/ bisa saja
digunakan dalam lirik tersebut, tidak harus menggunakan istilah bahasa Inggris.
Akan tetapi hal ini dilakukan karena penutur (penyanyi) ingin memeberi penegasa
pada lawan tutur atau pendengarnya tersebut akan inti cerita yang diutarakannya.
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
pertemuan dengan seseorang yang berbaju biru yang diikuti kalimat「I remember
[image:48.595.112.514.194.568.2]that」sebagai penegasan bahwa ia benar-benar mengingatnya.
Tabel 2
Lirik 変わらない 笑顔 流れた時は ちょうど 3 years (Time goes by)
Cara baca Kawaranai egao nagaretatoki wa choudo 3 years (Time goes by)
Makna kata Tidak berubah senyum berjalannya waktu hampir 3 tahun (seiring berjalannya waktu)
Terjemahan Wajah tersenyum yang tak berubah seiring berjalannya waktu hampir tiga tahun (seiring berjalannya waktu)
Kata「3 years」dan「Time goes by」adalah kata dalam bahasa Inggris
yang bercampur ke dalam bahasa Jepang. Seperti halnya kata 「T-Shirt」, dalam
lirik ini kedua kata tersebut digunakan sebagai penegasan dari cerita yang
diungkapkan oleh penutur. Akan tetapi kata 「3 years」bisa saja tidak digunakan
dan kemudian diganti menjadi 「 3 年 」/san nen/. Jadi penggunaan kata
「3 years」tidak mutlak harus digunakan dalam lirik ini. Tergantung dari penutur
ingin menggunakannya atau tidak.
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
Lirik
そうだからBaby悲しまないで (soudakara Baby kanashimanaide)
考えても分かんない時もあるって (kangaetemo wakannai toki mo arutte)
散々でも前に続く道のどこかに
(sanzan mae ni suzuku michi no dokokani)
望みはあるから (Nozomi wa aru kara)
雨の朝でも(Baby Don’t cry)
(Ame no asa demo (Baby Don’t cry))
愛が消えそうでも(Baby Don’t cry) (Ai da kiesou demo (Baby Don’t cry))
一人になんてしないから(Baby Don’t cry) (Hitori ni nanteshinaikara (Baby Don’t cry))
Baby Don’t cry
[image:49.595.106.520.277.614.2]Always stay by your side
Tabel campur kode :
そうだから Baby 悲しまないで
Cara baca Soudakara Baby kanashimanaide
Makna kata Jadi sayang jangan sedih terjemahan Jadi jangan sedih sayang
Pada lirik baris pertama ini telah terjadi percampuran bahasa atau campur
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
yaitu bahasa Inggris. Penggunaan kata 「Baby」dalam lirik ini desebabkan
karena :
1. Penutur (penyanyi) hanya ingin menggunakan kata 「Baby」 tersebut
tanpa ada maksud lain dengan kata lain tidak ada unsur kesengajaan.
Dengan kata lain penutur adalah verba repertoir yang juga memiliki lebih
dari satu bahasa yang digunakan untuk kegiatan berkomunikasi.
2. Kata 「Baby」digunakan karena tidak ada padanan kata bahasa Jepang
yang sesuai dengan arti yang diinginkan oleh penutur.
Analisis 3
鏡に映る自分が(When I lose myself) まるで別人みたいな日もある け ど(When I need someone’s help)
(Kagami ni utsuru jibun ga (When I lose myself) Marude betsujin mitai na hi mo aru kedo (When I need someone's help)
諦めないでLet me see your smile (Akiramenaide let me see your smile)
ねえ良くなる方に捉えたら? (Nee yoku naru hou ni toraetara?)
いつか笑って話せる日がくるから(Don’t cry, cry…) (Itsuka waratte hanaseru hi ga kuru kara (Don’t cry, cry...)
Bait Lirik Arti
1
鏡に映る自分が(When I lose
myself) まるで別人みたいな
日もあるけど(When I need
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
someone’s help)
2 諦めないでLet me see your smile
Jangan menyerah biarkan aku melihat senyummu
3 ねえ良くなる方に捉えたら? Hei, bagaimana jika bertahan dengan cara yang lebih baik?
4 いつか笑って話せる日がく るから(Don’t cry, cry…)
Karena suatu hari akan tiba hari dimana kamu dapat berbicara dengan tersenyum (jangan menangis, menangis)
Pada bait 1,2 dan 4 terdapat kalimat bahasa Inggris yaitu 「when I lose my
self」dan 「when I need someone’s help」pada bait pertama, 「let me see your
smile」pada bait kedua dan 「Don’t cry, cry」pada bait keempat. Campur kode
ini digunakan sebagai penyelarasan nada yang hampir keseluruhan pada tiap
baitnya dia akhiri dengan kalimat dari bahasa Inggris.
Analisis 4
Baby もうDon’t cry (Baby Don’t cry yeah) It’s gon’ be alright (It’s gon’ be alright) Baby もうDon’t cry (Baby もうDon’t cry) You’ll see the sunshine (See the sunshine)
Baby もうどのくらい(Baby don’tBaby Don’t cry) 一人でyou’ve been tryin’(一人でyou’ve been tryin’) Baby もうDon’t cry (Baby もうDon’t cry)
You’ll see the sunshine (You’ll see the sunshine)
Bait Lirik Arti
1 Baby もうDon’t cry (Baby Don’t cry yeah)
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
2 It’s gon’ be alright (It’s gon’ be alright)
Ini akan baik-baik saja (Ini akan baik-baik saja)
3 Baby もうDon’t cry (Baby もう Don’t cry)
Jangan menangis lagi sayang ( jangan menangis lagi sayang)
4 You’ll see the sunshine (See the sunshine)
Kamu akan melihat cahaya (melihat cahaya)
5 Baby もうどのぐらい(Baby don’t Baby Don’t cry)
Seberapa lagi sayang ( jangan menagis sayang)
6 一人でyou’ve been tryin’(一人で you’ve been tryin’)
Kamu telah mencobanya sendiri (Kamu telah mencobanya sendiri)
7 Baby もうDon’t cry (Baby もう Don’t cry)
Jangan menangis lagi sayang ( jangan menangis lagi sayang)
8 You’ll see the sunshine (You’ll see the sunshine)
Kamu akan melihat cahaya (melihat cahaya)
Bahasa asli dari lirik di atas adalah bahasa Inggris yang kemudian
tercampur oleh bahasa Jepang. Jadi yang menjadi campur kode adalah kata-kata
bahasa Jepang yang terdapat dalam lirik tersebut. Kata tersebut ada pada baris 1, 3
dan 7 yaitu kata「も う」yang berarti ”lagi”. Kata「も う」 digunakan sebagai
penyelaras nada.
Selain itu campur kode bahasa Jepang (もう ) ini bukan berupa frase yang
bercampur dalam bahasa Inggris saja, akan tetapi jika diselidiki lebih dalam,
terdapat juga struktur atau pola kalimat yang bercampur. Yaitu pola kalimat
Vika Aprilia : Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Lirik Lagu Baby Don’t Cry Oleh Namie Amuro, 2010
「 Baby も う Don’t cry」sekilas terlihat seperti pola kalimat bahasa Inggris
yang benar yang hanya tercampur oleh frase bahasa Jepang. Akan tetapi pola
kalimat itu salah karena jika diterjemahkan ke bahasa Inggris, seharusnya menjadi
「 Baby Don’t cry again」 namun menjadi 「 Baby again Don’t cry」. Dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Baby もう don’t cry
S kata keterangan bentuk negatif P
Pada awalnya kalimat ini terdiri dari S dan P yaitu「Baby cry」.
「 Baby」 sebagai subjek dan 「cry」 sebagai predikat. Kalimat tersebut
menjadi bermakna negatif dengan penambahan kata「don’t」. Kemudian kalimat
tersebut menjadi kalimat yang memiliki campur kode dengan penyisipan kata
「もう」sebagai percampuran dari bahasa Jepang. Oleh karena itu kalimat yang
mulanya memiliki pola kalimat yang benar yaitu Baby Don’t cry (S-P bentuk
negatif) menjadi pola kalimat yang bercampur antara pola kalimat bahasa Inggris
dan bahasa Jepang. . Pola kalimat bahasa Jepang sendiri dapat dijelaskan seperti
contoh berikut :
あなたは もう 食べたいですか (apakah anda ingin makan