PERILAKU SISWA PENGAKSES SITUS PORNO MELALUI INTERNET TERHADAP RANGSANGAN SEKSUAL DI SMKTI SWASTA
RAKSANA MEDAN TAHUN 2008
SKRIPSI
Oleh:
HASNA FADHILA NIM. 031000039
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERILAKU SISWA PENGAKSES SITUS PORNO MELALUI INTERNET TERHADAP RANGSANGAN SEKSUAL DI SMKTI SWASTA
RAKSANA MEDAN TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
HASNA FADHILA NIM. 031000039
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :
PERILAKU SISWA PENGAKSES SITUS PORNO MELALUI INTERNET TERHADAP RANGSANGAN SEKSUAL DI SMKTI SWASTA
RAKSANA MEDAN TAHUN 2008
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
HASNA FADHILA 031000039
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapn Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 Desember 2008 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Drs. Eddy Syahrial, MS Lita Sri Andayani, SKM, Mkes 131674466 132098925
Penguji II Penguji III
Drs. Tukiman, MKM Drs. Alam Bakti Keloko, MKes
13191819 131996172
Medan, 7 Januari 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan
ABSTRAK
Indonesia sebagai suatu Negara yang menjadi bagian dari globalisasi teknologi internet, dengan perkembangannya yang sudah mulai merambah dan mulai dikenal masyarakat. Ketika jumlah pengakses situs porno di internet mengalami peningkatan dengan konsumen utamanya adalah remaja yang mempunyai kecenderungan mencoba hal-hal baru serta tingginya rasa ingintahu mereka akan seks. Tingginya minat siswa SMKTI Swasta Raksana Medan dalam mengakses situs porno, yang diperkirakan dapat mendorong terjadinya perilaku seksual menyimpang pada remaja.
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan pengakses situs porno di internet pada siswa SMKTI Swasta Raksana Medan terhadap perilaku seksual remaja tahun 2008. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuatitatif. Populasi penelitian adalah siswa laki-laki kelas I, I dan III SMKTI Swasata Raksana Medan yaitu sebanyak 938 orang. Besar sampel adalah sebanyak 121 orang dengan pemilihan sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling. Data diperoleh dari kuesioner penelitian dan data umum yang diperoleh dari SMKTI Swasta Raksana Medan. Penyajian data dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 121 siswa SMKTI Swasta Raksana Medan, umumnya berada pada kategori pengetahuan sedang yaitu sebanyak 72 orang (59,5%) dan kategori sikap baik yaitu sebanyak 110 orang (90,9%). Pada kategori tindakan, keseluruhan siswa pernah mengalami perilaku seksual, yang terbanyak adalah onani yaitu sebanyak 75 orang (62,0%), selanjutnya berciuman yaitu sebanyak 62 orang (51,2%), yang melakukan petting yaitu sebanyak 29 orang (24,0%), sedangkan yang melakukan oral seks yaitu sebanyak 17 orang (14,0%). dan yang paling sedikit adalah melakukan hubungan seksual yaitu sebanyak 12 orang (9,9%).
Dari hasil penelitian disarankan kepada pihak sekolah SMKTI Swasta Raksana Medan hendaknya lebih memberikan materi tentang pendidikan seksual kepada siswanya sehingga informasi yang didapatkannya pun lebih bertanggung jawab. Adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa dalam mengontrol perilaku remaja yang menyimpang misalnya dengan memberi perhatian dan dukungan terhadap aktivitas atau kegiatan siswa. Perlu adanya pendidikan seksual bagi remaja dalam keluarga sedini mungkin untuk mencegah remaja mencari informasi yang tidak jelas dari media massa. Pendidikan seksual juga harus disesuaikan dengan tingkat kematangan seksual sang anak.
DAFTAR RIWARYAT HIDUP
Nama : Hasna Fadhila
Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 1 Juli 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Jumlah Anggota Keluarga : 9 orang
Alamat Rumah : Perum. Bumi Paus Permai Blok D-1 Pekanbaru-Riau
Riwayat Pendidikan : 1. SD Alwasliyah Medan (1991-1997)
2. SLTP Negri 40 Medan (1997-2000)
3. SMU Kartini Batam (2000-2003)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah AWT atas berkat, rahmat
dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikna skripsi yang berjudul Perilaku
Siswa Pengakses Situs Porno Melalui Internet Terhadap Rangsangan Seksual Di
SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008.
Dalam penulisan skripsi ini tisak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU.
2. Ibu Dra. Syarifah, selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.
3. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Pembimbing I penulis yang
telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalammemberikan bimbingan,
saran, dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.
4. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II penulis
yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalammemberikan
bimbingan, saran, dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Tukiman, MKM dan Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, MKes
selaku Dosen Penguji penulis yang telah banyak memberikan bantuan,
bimbingan, pengetahuan, dan saran bagi penulis dalam penulis skripsi ini.
6. Seluruh staff pengajar Departemen Pendidikan kesehatan dan Ilmu Perilaku
FKM USU, serta Bang Hendro yang telah banyak membantu penulis.
7. Kedua orangtua penulis, Bapak Hawari dan Ibu Nurmi, yang telah banyak
memberikan perhatian, kasih sayang, serta dukungan baik moril maupun
materil dan terus mendoakan penulis selama ini, “kakak sayang mamak dan
8. Bapak Drs. B. Silitonga selaku Kepala Sekolah SMKTI Swasta Raksana
Medan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di sekolah tersebut.
9. Bapak Anton Siagian selaku Wakil Kepala Sekolah SMKTI Swasta Raksana,
seluruh staff pengajar, serta seluruh siswa sekolah tersebut yang mana telah
banyak membantu peneliti selama melakukan penelitian di sekolah tersebut.
10.Abang-abangku yang tercinta, Bang Ar, Bang Fadli, Bang Dayat dan Bang
Husni serta Adik-adikku yang tersayang Salman, Rusdi, Hani dan Halim.
Terima kasih untuk perhatian, kasih sayang, canda tawa, bantuan serta
dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
11.Seluruh keluarga besar kedua orang tuaku, terima kasih untuk dukungannya
baik moril maupun materil dan terus mendoakan penulis selama ini.
12.Sahabat-sahabatku Ani, Lince, Mustika, dan Wayan terima kasih atas canda
tawanya, dukungannya, serta doanya selama ini.
13.Anak-anak kos picauly 23 Ayu, Dina, Darma, Eli, Ida, Mira, Oja, Tika, Fina,
Siska, dan K’nana terima kasih untuk canda tawanya, pemikiran, nasehatnya,
serta kekompakkanya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
14.Teman-teman stambuk 2003 dan teman-teman peminatan Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku Endam, Bang Dika, Bang Buset, Endamora,
Bang Heri dan Sherli terima kasih buat bantuannya selama ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya kepada
kita semua. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih.
Medan, Desember 2008
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ...i
Abstarak ...ii
Riwayat Hidup Penulis ...iii
Kata Pengantar ...iv
Daftar Isi ...vi
Daftar Tabel ...x
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Perumusan Masalah ...6
1.3. Tujuan Penelitian ...6
1.3.1. Tujuan Umum ...6
1.3.2. Tujuan khusus ...7
1.4. Manfaat Penelitian ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8
2.1. Perilaku ...8
2.1.1. Pengetahuan ...9
2.1.2. Sikap ...11
2.1.3. Tindakan ...12
2.1.3. Proses Adopsi Perilaku ...13
2.2. Internet ...13
2.3. Situs Porno ...16
2.4. Efek Situs Porno ...18
2.5. Pornografi ...19
2.6. Undang-undang anti Pornografi Dan Pornoaksi ...21
2.7. Masa Remaja ...22
2.8. Kesehatan Reproduksi Remaja ...23
2.9. Perilaku Seksual Remaja ...24
2.10.Pendidikan Seksual ...27
2.10.1. Tujuan Pendidikan seksual ...28
2.11.Keluarga ...28
2.12.Kelompok Sebaya ...31
2.13.Kerangka Pikir Penelitian ...33
BAB III METODE PENELITIAN ...34
3.1. Jenis Penelitian ...34
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...34
3.2.1. Lokasi ...34
3.2.2. Waktu Penelitian ...34
3.3. Populasi Dan Sampel...35
3.3.1. Populasi ...35
3.3.2. Sampel ...35
3.4. Metode Pengumpulan Data ...36
3.4.2. Data Sekunder...36
3.5. Definisi Operasional ...36
3.6. Aspek Pengukuran ...37
3.6.1. Pengetahuan ...38
3.6.2. Sikap...39
3.6.3. Tindakan ...40
3.7. Teknik Analisa Data ...40
BAB IV HASIL PENELITIAN ...41
4.1. Gambaran Umum SMKTI Swasta Raksana Medan ...41
4.1.1. Peserta Program Pendidikan ...41
4.2. Karakteristik Responden ...42
4.3. Pengetahuan Responden ...45
4.3.1. Pengetahuan Tentang Pengertian Situs Porno ...45
4.3.2. Pengetahuan Tentang Keberadaan Situs Porno...46
4.4.3. Pengetahuan Tentang Penyebab Seorang Remaja Ingin Mengakses Situs Porno ...46
4.3.4. Penetahuan Tentang Bahaya Mengakses Situs Porno Bagi Remaja Usia Sekolah ...47
4.3.5. Pengetahuan Tentang Dorongan Seksual Yang Di timbulkan Dari Situs Porno ...47
4.3.6. Pengetahuan Tentang Pencegahan Yang Dilakukan Orang tua dalam Membebaskan Keluarga Dari Pornografi ...48
4.3.7. Pengetahuan Tentang Pentingnya Pendidikan Seks Diberikan Kepada Remaja Dalam Mencegah Dampak Maraknya Pornografi ...49
4.3.8. Pengetahuan Tentang Persamaan Pendidikan Seks Dan Pornografi ...49
4.3.9. Kategori Pengetahuan ...50
4.4. Sikap Responden ...51
4.4.1. Kategori Sikap Responden ...52
4.5. Tindakan Responden ...52
4.5.1. Tindakan Tentang Kapan Waktu Mengakses Situs Porno...52
4.5.2. Tindakan Tentang Lamanya Waktu Mengakses Situs Porno ..53
4.5.3. Tindakan Tetang Besar Biaya Untuk Mengakses Situs Porno 53 4.5.4. Tindakan Tentang Tempat Mengakses Situs Porno ...54
4.5.5. Tindakan Tentang Perilaku Seksual Setelah Mengakses Situs Porno...54
4.5.6. Kategori Tindakan Responden ...55
BAB V PEMBAHASAN ...56
5.1. Karakteristik Siswa SMKTI Swasta Raksana Medan ...56
5.2. Pengetahuan ...58
5.2.1. Pengetahuan Tentang Pengertian Situs Porno ...58
5.2.2. Pengetahuan Tentang Keberadaan Situs Porno...59
5.2.4. Penetahuan Tentang Bahaya Mengakses Situs Porno Bagi
Remaja Usia Sekolah ...61
5.2.5. Pengetahuan Tentang Dorongan Seksual Yang Di timbulkan Dari Situs Porno ...61
5.2.6. Pengetahuan Tentang Pencegahan Yang Dilakukan Orang tua dalam Membebaskan Keluarga Dari Pornografi ...62
5.2.7. Pengetahuan Tentang Pentingnya Pendidikan Seks Diberikan Kepada Remaja Dalam Mencegah Dampak Maraknya Pornografi ...63
5.2.8. Pengetahuan Tentang Persamaan Pendidikan Seks Dan Pornografi ...64
5.2.9. Kategori Pengetahuan ...65
5.3. Sikap Responden ...66
5.3.1. Sikap Tentang Internet Memberikan Informasi Secara Benar Kepada Masyarakat Luas ...66
5.3.2. Sikap Tentang Situs Porno Dapat Merusak Mental Remaja ...66
5.3.3. Sikap Tentang Situs Porno Dapat Menyebabkan Keinginan Melakukan Berbagai Perilaku Seksual Menyimpang ...67
5.3.4. Sikap Tentang Anak-anak dan Remaja Rentan Terhadap Pengaruh Pornografi ...68
5.3.5. Sikap Tentang Kecnduan Pornografi Dapat Menjadi Kebebasan Dalam Seks dan Kaum Perempuan Kerap Menjadi Korban dari Perilaku Tersebut ...69
5.3.6. sikap Tentang Keluarga Merupakan Pintu Pertama Pendidikan Bagi Anak Dalam Membendung Pornografi ...69
5.3.7. Sikap Tentang Pemblokiran Situs Porno Diinternet Yang Dilakukan oleh Pemerintah ...70
5.3.8. Kategori Sikap Responden ...71
5.4. Tindakan Responden ...71
5.4.1. Tindakan Tentang Kapan Waktu Mengakses Situs Porno...71
5.4.2. Tindakan Tentang Lamanya Waktu Mengakses Situs Porno ..72
5.4.3. Tindakan Tetang Besar Biaya Untuk Mengakses Situs Porno 73 5.4.4. Tindakan Tentang Tempat Mengakses Situs Porno ...73
5.4.5. Tindakan Tentang Perilaku Seksual Setelah Mengakses Situs Porno...74
5.4.6. Kategori Tindakan Responden ...76
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...78
6.1. Kesimpulan ...78
6.1.1. Karaktersitik Responden ...78
6.1.2. Perilaku Responden ...78
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DARTAR TABEL
Hal.
Tabel 4.1 Distribusi Siswa SMKTI Swasta Raksana Medan
Tahun Ajaran 2008/2009 ... 41
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Umur Di SMKTI Swasta Raksana
Medan Tahun 2008 ... 42
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Jumlah Uang Saku Di SMKTI
Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 42
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Orangtua
Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 43
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orangtua Di SMKTI
Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 44
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan Orangtua
Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 44
Tabel 4.7 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengertian Situs
Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan 2008 ... 45
Tabel 4.8 Distribusi pengetahuan Responden Berdasarkan Keberadaan Situs
Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 46
Tabel 4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Penyebab Seorang
Remaja Ingin Mengakses Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana
Medan Tahun 2008 ... 46
Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Bahaya
Mengakses Situs Porno bagi Remaja Usia Sekolah Di SMKTI
Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 47
Tabel 4.11 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Dorongan Sekusual
Yang Ditimbulkan Dari Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana
Medan Tahun 2008 ... 47
Tabel 4.12 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pencegahan yang
Dilakukan Orangtua Dalam Membebaskan keluarga Dari Pornografi
Tabel 4.13 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pentingnya
Pendidikan Seks Diberikan Dalam Mencegah Dampak Maraknya
Pornografi Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 49
Tabel 4.14 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Persamaan
Pendidikan Seks Dengan Pornografi Di SMKTI Swasta Raksana
Medan Tahun 2008 ... 49
Tabel 4.15 Distribusi Kategori Pengetahuan Pengakses Situs Porno Melalui
Internet Terhadap Seksual Di SMKTI Swasta Raksana Medan
Tahun 2008 ... 50
Tabel 4.16 Distribusi Sikap Pengakses Situs Porno Melalui Internet
Terhadap Seksual Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun
Tahun 2008 ... 51
Tabel 4.17 Distribusi Kategori Sikap Pengakses Situs Porno Melalui Internet
Terhadap Seksual Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 52
Tabel 4.18 Distribusi Tindakan Responden Tentang Kapan Waktu Untuk
Mengakses Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan
Tahun 2008 ... 52
Tabel 4.19 Distribusi Tindakan Responden Tentang Lamanya Waktu Untuk
Mengakses Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan
Tahun 2008 ... 53
Tabel 4.20 Distribusi Tindakan Responden Tentang Besar Biaya Untuk
Mengakses Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan
Tahun 2008 ... 53
Tabel 4.21 Distribusi Tindakan Responden Tentang Tempat Untuk
Mengakses Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan
Tahun 2008 ... 54
Tabel 4.22 Distribusi Tindakan Responden Tentang Perilaku Seksual setelah
Mengakses Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan
Tabel 4.23 Distribusi Kategori Tindakan Pengakses Situs Porno Melalui
Internet Terhadap seksual Di SMKTI Swasta Raksana Medan
ABSTRAK
Indonesia sebagai suatu Negara yang menjadi bagian dari globalisasi teknologi internet, dengan perkembangannya yang sudah mulai merambah dan mulai dikenal masyarakat. Ketika jumlah pengakses situs porno di internet mengalami peningkatan dengan konsumen utamanya adalah remaja yang mempunyai kecenderungan mencoba hal-hal baru serta tingginya rasa ingintahu mereka akan seks. Tingginya minat siswa SMKTI Swasta Raksana Medan dalam mengakses situs porno, yang diperkirakan dapat mendorong terjadinya perilaku seksual menyimpang pada remaja.
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan pengakses situs porno di internet pada siswa SMKTI Swasta Raksana Medan terhadap perilaku seksual remaja tahun 2008. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuatitatif. Populasi penelitian adalah siswa laki-laki kelas I, I dan III SMKTI Swasata Raksana Medan yaitu sebanyak 938 orang. Besar sampel adalah sebanyak 121 orang dengan pemilihan sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling. Data diperoleh dari kuesioner penelitian dan data umum yang diperoleh dari SMKTI Swasta Raksana Medan. Penyajian data dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 121 siswa SMKTI Swasta Raksana Medan, umumnya berada pada kategori pengetahuan sedang yaitu sebanyak 72 orang (59,5%) dan kategori sikap baik yaitu sebanyak 110 orang (90,9%). Pada kategori tindakan, keseluruhan siswa pernah mengalami perilaku seksual, yang terbanyak adalah onani yaitu sebanyak 75 orang (62,0%), selanjutnya berciuman yaitu sebanyak 62 orang (51,2%), yang melakukan petting yaitu sebanyak 29 orang (24,0%), sedangkan yang melakukan oral seks yaitu sebanyak 17 orang (14,0%). dan yang paling sedikit adalah melakukan hubungan seksual yaitu sebanyak 12 orang (9,9%).
Dari hasil penelitian disarankan kepada pihak sekolah SMKTI Swasta Raksana Medan hendaknya lebih memberikan materi tentang pendidikan seksual kepada siswanya sehingga informasi yang didapatkannya pun lebih bertanggung jawab. Adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa dalam mengontrol perilaku remaja yang menyimpang misalnya dengan memberi perhatian dan dukungan terhadap aktivitas atau kegiatan siswa. Perlu adanya pendidikan seksual bagi remaja dalam keluarga sedini mungkin untuk mencegah remaja mencari informasi yang tidak jelas dari media massa. Pendidikan seksual juga harus disesuaikan dengan tingkat kematangan seksual sang anak.
BAB I PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Indonesia sebagai suatu negara yang menjadi bagian dari globalisasi teknologi
internet yang tentunya tidak terlepas dari berbagai akibat yang ditimbulkan oleh
maraknya arus informasi tanpa kontrol tersebut. Internet yang secara positif memiliki
muatan ilmu pengetahuan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi
(Jufri, 2007).
Saat ini perkembangan internet sudah mulai merambah dan menempatkan
posisi yang kuat dideretan media massa yang lebih dulu ada. Ketika internet sudah
mulai dikenal masyarakat, sudah dapat diramalkan media ini akan menjadi sangat
popular dikemudian hari. Jumlah pengakses situs-situs porno di internet yang
cenderung mengalami peningkatan, maka perlu diwaspadai dampak penggunaan
teknologi tersebut terhadap kesehatan mental dan hubungan interpersonal para
pengguna (Erik, 2007).
Fakta menunjukkan bahwa konsumen utama pornografi adalah para remaja
yang mana umumnya mempunyai kecenderungan untuk mencoba hal-hal baru, sangat
tingginya rasa ingin tahu mereka tentang seks, dan pengaruh informasi yang tidak
benar serta perubahan-perubahan hormonal yang terjadi pada remaja mengakibatkan
timbulnya dorongan emosi dan pemicu bagi hasrat seksual mereka. Sampai pada
banyak ditemuinya kasus remaja yang melakukan perilaku negatif dan tindakan
Hal itu terjadi kemungkinan semakin maraknya jumlah warung internet
(warnet), yang penyediaan dan penataan ruangannya cenderung tertutup, serta tidak
adanya aturan khusus dalam memasuki warung internet, sehingga semakin
memudahkan remaja dalam mengakses situs-situs porno. apalagi untuk
mengaksesnya terbilang mudah bagi remaja. Cukup hanya dengan menggunakan
fasilitas searching yahoo.com atau google.com, remaja dapat mencari apa saja disana
termasuk tentang kata kunci seks dan erotika (Bungin, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian eMarketer sebuah lembaga penelitian internet di
Amerika seperti yang dikutip oleh Kurniawati, H (2008), bahwa terdapat
peningkatan jumlah situs porno dari tahun 2000 hingga 2007. Data tahun 2000
menyebutkan terdapat sekitar 28.000 situs porno, dan pada tahun 2006 terjadi
kenaikan sebanyak 100.000 situs porno. Sedangkan pada tahun 2007 terjadi lagi
peningkatan sekitar 1,3 milliar situs porno di seluruh dunia yang terdapat di internet.
Sedangkan di Indonesia sendiri jumlah situs porno meningkat dari 22.100 situs pada
tahun 1997 menjadi 280.000 situs pada tahun 2000 atau melonjak 10 kali banyak
dalam kurun waktu tiga tahun. Diketahui setiap detiknya 28.258 orang di dunia
melihat tayangan pornografi di internet (berupa gambar dan film). Sampai saat ini
jumlah situs porno di internet telah mencapai 4,2 juta situs (Muslim, 2008).
Hasil penelitian di Amerika menunjukkan bahwa konsumen utama situs porno
adalah umumnya remaja laki-laki yang berusia 12 sampai 17 tahun (Anonim, 2007).
Menurut hasil penelitian LIPI yang dikutip oleh Erik (2007), bahwa 70% dari
pengunjung warung internet di seluruh Indonesia, yang mengakses situs porno adalah
Makasar (2005), bahwa anak-anak yang berusia 12 sampai 17 tahun adalah pengakses
situs porno terbanyak.
Berdasarkan hasil survey toptenreview.com seperti yang dikutip oleh
Soebagijo (2008), Indonesia masuk kedalam peringkat 7 dari 10 peringkat dunia
Negara pengakses pornografi. Dari hasil survey tersebut juga ditemukan pada tahun
2006 berkembang 100.000 situs yang bermaterikan pornografi anak yakni usia 18
tahun ke bawah. Data tersebut menyebutkan 89% chatting remaja bermaterikan
seksual. Rata-rata pengaksesnya berusia 11 tahun. Sedangkan 80%nya berusia 15-75
tahun telah biasa mengakses situs pornografi hardcore atau adegan hubungan intim
yang memperlihatkan alat kelamin. Lebih parah lagi data tersebut juga menyebutkan
90%pengaksesan situs pornografi dilakukan saat belajar dan melakukan tugas tugas
bersama.
Menariknya hampir 80% pengakses situs porno di Indonesia terdapat di kota
pelajar yaitu Yogyakarta, kemudian disusul kota Surabaya, Jakarta, Bandung dan
Makasar. Untuk tingkat Asean, kota Yogyakarta menduduki posisi yang lebih tinggi
dibandingkan Manila, Singapura, Bangkok, dan Kuala lumpur (Anonim, 2008).
Sedangkan di Kediri hampir 78% pelajarnya datang ke warung internet (warnet)
hanya untuk membuka situs porno (Hadley, 2006).
Menurut Elizabeth seorang ahli psikologi, yang dikutip oleh Longginus
(2007), bagi remaja dorongan untuk melakukan hubungan seksual datang dari
tekanan-tekanan sosial, terutama dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya
tentang seks. Meningkatnya minat pada seks maka remaja selalu mencari berbagai
Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Damayanti, R (2007), sebanyak
8.941 pelajar dari 119 SMA atau yang sederajat di Jakarta, sekitar 5% pelajar telah
melakukan perilaku seks pranikah, karena pengaruh teman sebaya yang negatif.
Lingkungan yang negatif ternyata berpengaruh buruk pada perilaku remaja, karena
mereka belum punya proteksi terhadap perilaku orang-orang di sekelilingnya.
Penggunaan internet untuk mengakses situs-situs porno memang sangat sulit
dihindarkan, mengingat bahwa situs semacam itu telah tersedia sangat banyak. Hal
yang paling dikhawatirkan dari kebiasaan tersebut adalah mendorong timbulnya
berbagai aktivitas seks yang menyimpang pada diri remaja yang mengakses situs
porno tersebut. Kemungkinan tersulit yang dihadapi oleh remaja adalah
mengendalikan perilaku seksualnya ketika situs porno yang dulunya adalah konsumsi
orang dewasa namun kini telah menjadi sebuah media dalam menyalurkan perilaku
seksualnya. Hal ini jelas salah dan sangat berpengaruh dengan remaja itu sendiri dan
tanpa sadar mereka akan terangsang dan kemungkinan terdorong untuk melakukan
perilaku seks dari apa yang mereka saksikan. Sehingga kontrol dari dalam diri mereka
menjadi kurang baik dan mengakibatkan mereka dengan mudah mengambil
keputusan seperti dorongan melakukan masturbasi, sampai pada tingkat dorongan
melakukan hubungan seksual ( Eriandany, R. 2006).
Ketika semakin maraknya perkembangan akses pornografi, pemerintah pun
sedang berusaha melakukan pemblokiran terhadap akses internet ke situs-situs
pornografi bahkan memberikan ancaman bagi pelanggarnya. Adapun beberapa
langkah yang disiapkan seperti antara lain undang-undang, software serta sosialisasi
mudah karena sebagian besar ditempatkan di luar negeri dimana produk pornografi
dianggap legal di negara lain. Oleh karena itu satu-satunya langkah untu meredam
penyebaran pornografi di negara ini adalah dengan membatasi akses internet ke
situs-situs pornografi serta melarang masyarakat khususnya remaja untuk mengaksesnya
(Soebagijio, 2008).
Maraknya media yang menonjolkan pornografi baik melalui vcd, tv, bacaan
porno maupun sampai pada kebebasan membuka situs pornografi di internet, sebagai
pemicu tingginya angka seks pra nikah yang dilakukan oleh remaja. Berasarkan hasil
wawancara yang dilakukan oleh Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),
Wiyogo (2006), terhadap anak-anak yang berusia 14 tahun keatas, rata-rata
mengatakan mengaku melakukan tindak pidana perkosaan atau kekerasan seksual
karena seringnya menonton VCD porno, tayangan televisi dan situs-situs porno di
internet.
Hasil penelitian Synovate International atas nama DKT Indonesia yang
dikutip oleh Lubis (2005), yang melakukan penelitian terhadap perilaku seksual
remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian tersebut dilakukan pada 450 remaja dari
Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan. Mengungkapkan 64% remaja mengakui
secara sadar bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah. Berdasarkan hasil
laporan dari pusat kajian dan perlindungan anak (PKPA) pada tahun 2000 terhadap
910 siswa-siswi SMU dan SMK di tiga kota besar, Medan, Lubuk Pakam dan Stabat.
Menyebutkan 32,4% (223 orang) responden telah melakukan hubungan seksual
dalam bentuk yang variatif; 9,4% (65 orang ) melakukan dalam bentuk hubungan
melakukan dalam bentuk ciuman; dan 10,5% (72 orang) melakukan dengan meraba
alat vital.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di
SMKTI Swasta Raksana, yang menurut penuturan dari pihak Wakil Kepala Sekolah
yang juga selaku guru BP (Bimbingan Penyuluhan) bahwa hampir keseluruhan
siswanya adalah siswa laki-laki. Sedangkan untuk kurikulum pembelajarannya,
terdapat juga mata pelajaran komputer akan tetapi pihak sekolah tidak menyediakan
fasilitas internet didalamnya, siswa SMKTI Swasta Raksana juga tidak mendapatkan
materi yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja. Setiap minggunya
pihak sekolah melakukan razia kepada siswa-siswanya, dari hasil razia ditemukan
masih banyak siswa SMKTI Swasta Raksana yang menyimpan gambar-gambar porno
di dalam ponselnya yang diperoleh dari hasil download diinternet, serta terdapatnya
kasus hubungan seksual diluar nikah yang dilakukan oleh seorang siswanya, yang
akhirnya siswa tersebut dikeluarkan oleh pihak sekolah. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian ini.
1.2. Perumusan Masalah
Untuk mengetahui bagaimana perilaku siswa pengakses situs porno melalui
internet terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan tahun 2008.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku siswa pengakses situs porno melalui internet
terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan.
1. Untuk mengetahui karakteristik responden/siswa SMKTI Swasta Raksana
Medan, yaitu umur, tempat tinggal, uang saku, pendidikan terakhir orang tua,
pekerjaan orang tua dan penghasilan orang tua.
2. Untuk mengetahui sumber informasi pengakses situs porno di internet pada
siswa SMKTI Swasta Raksana Medan terhadap perilaku seksual remaja.
3. Untuk mengetahui pengetahuan siswa pengakses situs porno melalui internet
Terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan.
4. Untuk mengetahui sikap siswa pengakses situs porno melalui internet
terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan.
5. Untuk mengetahui tindakan siswa pengakses situs porno melalui internet
terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pengajar di SMKTI Swasta Raksana agar lebih
memberikan pendidikan seksual kepada siswanya sehingga informasi yang
didapatkan lebih bertanggung jawab.
2. Sebagai bahan masukan bagi siswa SMKTI Swasta Raksana tentang bahaya
situs porno terhadap perilaku seksualnya.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan pustaka dalam
bidang pornografi khususnya bahaya situs porno bagi peneliti lain.
4. Menambah wawasan dan sumber pustaka bagi orang lain.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
Perilaku merupakan suatu aktivitas dari pada manusia baik yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua
makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia iu
berprilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masin. Menurut pendapat
Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), perilaku merupakan respons atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap oganisme, dan kemudian organisme
tersebut merespon, maka teori ini disebut teori ”S-O-R” atau Stimulus Organisme
Respons. Respon ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Respondent respons atau reflxive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut
eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.
2. Operant respons atau Instrumental respon, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemusian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena
memperkuat respons.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung ata tertutup
(covert) respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh
sebab itu, disebut covert behaviour atau unobservable behaviour.
2. Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktik (practice) yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Oleh sebab itu disebut overt behavoiur.
Menurut teori Bloom (1908) seorang ahli psikologi pednidikan dalam
Notoatmodjo (2005), perilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni
Cognitive Domain, Afektif Domain, Psycomotor Domain. Ketiga domain tersebut
diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice).
2.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman
seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
Kedalaman Pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu rangsangan
dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni :
1. Tahu (know)
Merupakan mengingat suatu materi yang telah pelajari sebelumnya, termasuk
ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling
rendah.
2. Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang
diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam
komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
6. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek
(Notoatmodjo, 2005).
2.1.2. Sikap
Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan
terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup.
Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip Notoatmodjo (2005), sikap
mempunyai tiga komponen pokok, yakni :
− Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
− Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep
− Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, anatara lain :
1. Menerima (receiving)
Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesikan tugas yang
diberikan.
3. Menghargai (valuing)
4. Bertanggung jawab (responsible)
Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan
segala resiko.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon
teerhadap suatu objek. Orang bisa berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan
bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya.
Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan
loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.
2.1.3. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.
Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.
2.1.4. Proses Adopsi Perilaku
Menurut penelitian Rogers (1947) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut telah terjadi proses yang
berurutan, yakni :
a. Awarness : Menyadari akan suatu stimulus atau objek.
b. Interest : Dimana seseorang mulai tertarik terhadap suatu stimulus atau
objek.
c. Evaluation : Membandingkan baik tidaknya suatu stimulus atau objek
terhadap dirinya sendiri.
d. Trial : Mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption : Telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap suatu stimulus.
2.2. Internet
Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang
mendunia (Word Wide Network), yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu
negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber
E. 2007). Sedangkan menurut Alwi (1998), internet adalah jaringan komputer yang
sangat besar, terdiri dari jutaan perangkat komputer yang terhubung sebagai
pertukaran informasi diantara pemakai komputer.
Komputer merupakan salah satu media elektronik yang sangat canggih, yang
mana dikomputer terdapat program yang dikenal dengan nama internet. Dengan
komputer program internet dapat dioperasikan, bahkan hampir semua orang di
seluruh dunia menggunakan komputer sebagai sarana mengoperasikan internet.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari internet, terutama dalam proses
komunikasi dan penggalian informasi, namun tidak sedikit yang menyalahgunakan
penggunaan internet tersebut.
Ketidakterbatasan ruang lingkup internet yang mampu menembus seluruh
jaringan komputer yang ada diseluruh dunia telah membawa peradaban baru manusia
yang mengarah pada suatu perkembangan pengetahuan dan teknologi yang lebih
pesat atau cepat. Layanan yang diberikan pun beraneka ragam, seperti situs
(Homepage), email, dan sebagainya. Namun realita yang ditemukan ketika maraknya
warung-warung internet, fasilitas yang lebih digemari untuk dimanfaatkan adalah
membuka berbagai jenis situs porno yang mana dapat membangkitkan syahwat
manusia. Bahkan pemakainya (user) lebih mengarah pada kalangan remaja.
Komunikasi melalui internet sering digunakan untuk mengeksploitasi yang
melibatkan anak-anak dan remaja serta alat-alat yang dipakai untuk menyamarkan
identitas seksual seseorang dengan tujuan tertentu. Tidak sedikit pula remaja yang
menghabiskan waktunya hanya untuk keperluan hura-hura melalui internet. Terlebih
situs porno. Selain itu banyak manfaat-manfaat yang dapat diambil dari internet.
Semua tergantung oleh orang-orang yang memanfaatkan media internet tersebut.
Keberadaan internet juga dapat memberi dampak positif bagi seluruh
masyarakat pengguna internet termasuk remaja. Dengan internet remaja dapat dengan
mudah mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Kebanyakan remaja
menggunakan internet untuk mencari teman, chatting, kirim e-mail dan mencari
tugas-tugas sekolah.
Adapun dampak positif lain dari penggunaan internet, yaitu:
1. Internet sebagai media komunikasi, merupakan fungsi internet yang paling
banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi
dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.
2. Media pertukaran data, dengan menggunakan email, atau jaringan situs web
lainnya sehingga para pengguna internet diseluruh dunia dapat saling bertukar
informasi dengan cepat dan mudah.
3. Kemudahan dalam memperoleh informasi yang ada di internet sehingga
manusia tahu apa saja yang terjadi.
4. Kemudahan dalam bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan
sehingga tidak perlu pergi ke tempat penawaran/penjualan.
Banyaknya dilema yang dihadapi para pengguna internet sekarang ini adalah
tanpa batas tersebut rentan terhadap dampak negatif seperti penyalahgunaan internet.
Para orang tua maupun guru di sekolah masih merasakan bahaya internet untuk anak
didik mereka. Siswa dengan leluasa dapat mengakses situs-situs pornografi maupun
disekolah adalah dengan memberikan bekal pengetahuan keagamaan berupa
keimanan dan perbuatan yang baik guna mencegah perbuatan yang tercela.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan siswa-siswi tersebut
akan berbuat di luar jalur yang baik dan benar dan karena usia mereka tergolong
remaja dimana rasa keingintahuan mereka sangat besar, oleh karena itu kondisi yang
dihadapi saat ini tidak cukup untuk memberikan rasa aman bagi orang tua dan guru di
sekolah dalam memberikan kebebasan berinternet (Zakiah, 2007).
Dampak negatif dari penggunaan internet, antara lain :
1. Mengetahui sifat sosial karena cenderung lebih suka berhubungan lewat
internet daripada bertemu secara langsung.
2. Dilihat dari sifat sosial yang berubah dapat mengakibatkan perubahan pola
masyarakat dalam berinteraksi.
3. Kejahatan seperti menipu dan mencuri juga dapat juga dilakukan di internet
4. Dapat membuat seseorang kecanduan, terutama yang menyangkut pornografi
dan dapat menghabiskan uang karena hanya untuk melayani kecanduan
tersebut.
2.3. Situs Porno
Pokok materi yang terdapat di internet yang secara spesifik menjual
gambar-gambar erotik dan informasi porno yang isinya tidak senonoh atau cabul dan sengaja
dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu seksual para pengaksesnya disebut dengan
situs porno (Anonim, 2006).
Segala sesuatu yang dinilai porno jika berada dalam situasi-situasi berikut :
Seksualitas personal hanya sebatas pada alat kelamin genital untuk merangsang
nafsu birahi. Seks dipentaskan hanya untuk hiburan saja, akan tetapi tidak
diceritakan sebagai sarana untuk ungkapan cinta dalam perkawinan dan cara
untuk melanjutkan keturunan.
2. Perangsangan nafsu birahi
Pornografi menonjolkan kelamin genital untuk merangsang nafsu birahi, tanpa
memperhitungkan kelemahan-kelemahan emosional-psikis dari seksualitas.
3. Tidak adanya hormat terhadap lingkungan intim
Manusia membutuhkan lingkungan intim, khususnya dalam perkawinan.
Hubungan seksual personal yang intim antara suami-istri disajikan secara terbuka
dalam pornografi atau pornoteks tanpa hormat sama sekali.
4. Membangkitkan dunia khayal
Pornografi yang mempertontonkan gambar telanjang dan pornoteks yang
menceritakan kisah-kisah hubungan seksual dengan tujuan tidak untuk
menjelaskan secara benar fungsi alat kelamin, melainkan lebih untuk membuat
remaja berkhayal (Tukan, 1993).
Menurut Bungin (2003), situs porno yang terdapat di internet terkandung dua
bentuk porno, yaitu:
1. Pornografi, yaitu gambar-gambar porno yang dapat diperoleh dalam bentuk foto
maupun gambar video.
2. Pornoteks, yaitu karya pencabulan yang mengangkat cerita dari berbagai versi
hubungan seksual yang disajikan dalam bentuk narasi ataupun pengalaman
sendiri, mengalami atau melakukan sendiri peristiwa hubungan-hubungan seks
tersebut.
2.4. Efek Situs Porno Terhadap Remaja
Adapun efek yang ditimbulkan dari situs porno, yaitu:
1. Dalam kegiatan belajar disekolah, situs porno membuat turunnya konsentrasi
belajar siswa, karena setelah melihat situs porno remaja jadi lebih suka
berkhayal.
2. Dari segi finansial
Remaja akan menghabiskan banyak waktu untuk mengakses situs porno
tersebut yang secara otomatis akan meningkatkan biaya akses internet.
3. Pornografi merusak perkembangan kepribadian remaja.
Jika stimulus (pendorong) awal adalah foto-foto, remaja akan terkondisikan
untuk terangsang dengan foto-foto. Jika ini terjadi beberapa kali, besar
kemungkinan akan menjadi permanen. Akibatnya, remaja tersebut akan tumbuh
menjadi orang yang susah membangun hubungan yang normal dengan lawan
jenis yang normal, tanpa pengaruh foto-foto porno.
4. Situs porno mendorong terjadinya perilaku seksual menyimpang pada remaja.
5. Pornografi di internet dapat menyebabkan tindakan kriminal
Ada teori yang mengatakan bahwa belajar dapat dilakukan melalui pengamatan
(observational learning theory) yang dikembangkan oleh Bandura (1963). Teori
ini diasumsi bahwa anak-anak maupun orang dewasa dapat belajar mengenai
perilaku tertentu dengan cara mengamati perilaku orang lain dan mencontoh
internet. Khusus anak laki-laki yang kerap membuka situs porno akan
cenderung merendahkan derajat kaum perempuan.
Beberapa faktor yang menyebabkan remaja ingin melihat situs porno, yaitu:
1. Keingintahuan tentang seks merupakan faktor utama remaja dalam melihat situs
porno.
2. Agar menjadi lebih bergairah.
3. Ingin meningkatkan kehidupan seksual mereka dengan pacar dikehidupan
sebenarnya dengan mencontohkan berbagai hal yang ada di situs porno tersebut.
4. Kurangnya pemberian informasi tentang pendidikan seksual secara benar.
2.5. Pornografi
Pornografi kini tersedia lebih beragam dan dapat dijangkau dengan sangat
mudah bahkan murah oleh siapa pun termasuk anak-anak dan remaja. Bicara masalah
pornografi, berarti kita harus menyiapkan diri untuk mengetahui mulai dari efek
kecanduan sampai efek pelampiasan hasrat seksual yang diakibatkan materi-materi
pornografis. Itu berarti, bicara pornografi tidak bisa kita lepaskan dari
masalah-masalah perilaku-perilaku seksual sampai kejahatan-kejahatan seksual (Soebagijo,
2008).
Media pornografis yang saat ini banyak berkembang telah menjadi referensi
pengetahuan dan pemahaman anak-anak dan remaja, juga telah menjadi sumber
pembelajaran utama mengenai seks dan kehidupan seksual. Pesan-pesan kehidupan
seksual, seperti gaya hidup seks bebas, yang banyak terdapat di media perlahan
Menurut Soebagijo (2008), pornografi adalah segala bentuk produk media
yang bernuansa seksual atau yang mengeksploitasikan perilaku seksual manusia.
Sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia merumuskan pornografi sebagai : (1)
gambaran tingkah laku yang secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk
membangkitkan nafsu birahi; (2) bahan bacaan yang sengaja dan semata-mata
dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi/seks. Selanjutnya kita akan melihat
wujud pornografi yang telah berkembang di masyarakat. Hal ini dikarenakan bentuk
pornografi sesungguhnya tidaklah tunggal akan tetapi bisa sangat beragam.
Jenis muatan pornografi yang terdapat di masyarakat, diantaranya:
1. Sexually violent material, yaitu materi pornografi dengan menyertakan
kekerasan.
2. Nonviolent material depiciting degradation, domination, subordinaton or humiliation. Meskipun tidak menguanakan unsur kekerasan dalam materi seks
yang disajikan akan tetapi di dalamnya terdapat unsur melecehkan
perempuan.
3. Nonviolent and nondegrading materials, dimana produk media yang memuat
adegan hubungan seksual tanpa unsur kekerasan ataupun pelecehan terhadap
perempuan.
4. Nudity, yaitu materi pornografi dalam bentuk fiksi.
5. Child Pornography adalah materi pornogarafi yang menampilkan anak-anak
dan remaja sebagai modelnya (Soebagijo, 2008).
Cara paling mudah untuk bebas dari pornografi adalah menghindari
menjerumuskan kita dan jika kita terjebak ke dalamnya akan sangat sulit untuk
melepaskan diri dari cengkramannya. Seseorang yang telah dibelit pornografi akan
terus tergoda mencari petualangan-petualangan baru. Hal kongkret yang dapat
dilakukan untuk menghindari media-media pornografi :
1. Menjauhkan mata, telinga dan hati dari poduk-produk yang berbau pornografi,
meskipun itu yang bisa diperoleh tanpa mengeluarkan biaya.
2. Menyadari akan hal bahwa produk-produk pornografi hanya akan menguras
uang.
3. Menyadari bahwa media-media pornografi hanya akan menimbulkan penyakit
dalam diri (Nusantri, 2005).
2.6. Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi
Salah satu efek negatif pengaruh globalisasi yang mengusung kebebasan
adalah wilayah “gelap” budaya, seperti masalah pornografi. Berbagai kasus tindakan
asusila dan meningkatnya masalah pornografi yang terjadi diberbagai daerah di
Indonesia belakangan ini menunjukkan adanya kegagalan dalam penanaman
norma-norma dan nilai-nilai luhur.
Konsekuensi logisnya pornografi juga bisa dikaitkan dengan peningkatan
jumlah kasus maupun ragam resiko kesehatan reproduksi/seksual, termasuk
kekerasan seksual. Tumbuh pesatnya ketersediaan serta keterjangkauan materi
pornografis diberbagai produk media komunikasi dan lebih dari itu belum ada hukum
yang menjangkau pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
seperti pada perkembangan internet dan selain internet juga maraknya jasa layanan
pornografi yang tidak hanya mudah diakses, tetapi juga mudah diproduksi
(Soebagijo, 2008).
Banyaknya kasus-kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak
dengan alasan pelaku terangsang akibat sebelum melakukan kekerasan melihat atau
menonton materi pornografi. Munculnya kebutuhan di masyarakat akan
undang-undang yang dapat mencegah meluasnya pembuatan dan penyebaran materi
pornografi. Pemerintah pun merespon kebutuhan tersebut dengan menyusun
Rancangan Undang-undang anti pornografi.
Rancangan Undang-undangan menyebutkan, pornografi adalah substansi
dalam media atau alat komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan tentang
seks dengan cara mengeksploitasi seks, kecabulan dan/atau erotika. Sedangkan
pornoaksi adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja mempertontonkan atau
mempertunjukkan eksploitasi seksualitas kecabulan, dan/atau erotika.
2.7. Masa Remaja
Berdasarkan program pelayanan, defenisi remaja yang digunakan DEPKES
adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum menikah. Sementara
menurut BKKBN, remaja adalah individu dengan batasan usia antara 10 sampai 21
tahun. Menurut WHO yang dikutip Sarwono (2005), remaja adalah masa transisi
pada diri individu dengan batasan usia antara usia 12 sampai 24 tahun, Serta akan
mengalami suatu masa dimana:
1. Individu akan berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri.
Menurut Rousseau yang dikutip oleh Sarwono (2005) bahwa terdapat empat
tahapan perkembangan yang terjadi pada setiap individu, yaitu :
1. Umur 0-4 tahun : Masa kanak-kanak.
2. Umur 5-12tahun : Masa bandel (savage stage).
3. Umur 12-15 tahun : Bangkitnya akal (ratio), nalar (reason), dan
kesadaran diri (self consciousness).
4. Umur 15-20 tahun : Masa kesempurnaan remaja (adolescence proper)
yang merupakan puncak dari perkembangan emosi. Gejala lain yang juga
timbul pada tahap ini adalah dorongan seks.
2.8. Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI (2001), adalah keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan
prosesnya. membawa remaja ke dalam masalah yang lebih kompeks lagi khususnya
remaja laki-laki. Dimana remaja laki-laki sangat rentan terinfeksi penyakit menular
seksual seperti gonorhe (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, klamidia,
seksual (PMS) akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral, maupun anal seks.
2.9. Perilaku Seksual Remaja
Menurut Sarwono (2005), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dari lawan jenisnya maupun dengan sesama
jenisnya. Seperti yang kita ketahui umumnya remaja laki-laki lebih mendominasi
dalam melakukan tindak perilaku seksual bila dibandingkan dengan remaja
perempuan. Hal ini di karenakan banyaknya faktor yang membuat remaja laki-laki
untuk menyalurkan hasrat seksualitasnya. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di beberapa Negara maju menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih
banyak melakukan hubungan seksual pada usia lebih muda bila dibandingkan dengan
remaja perempuan.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yang terjadi
pada remaja, antara lain :
1) Faktor Internal
a. Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis)
Dimana perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual
yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak
13 tahun.
Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang
kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara
yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya.
c. Motivasi
Perilaku yang pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk
memperoleh tujuan tertentu. Perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk
memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau
untuk memperoleh uang misalnya pekerja seks seksual (PSK).
2) Faktor Eksternal
a. Keluarga
Kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dapat
memperkuat munculnya perilaku menyimpang pada remaja.
b. Pergaulan
Pada masa pubertas, perilaku seksual pada remaja sangat dipengaruhi oleh
lingkungan pergaulannya dimana pengaruh dari teman sebaya sebagai pemicu
terbesar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lainnya.
c. Media massa
Kemajuan teknologi mengakibatkan maraknya timbul berbagai macam media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan yang paling dicari oleh
remaja adalah internet. Dari internet, remaja dapat dengan mudah mengakses
informasi yang tidak dibatasi umur, tempat dan waktu. Informasi yang
Banyaknya perilaku seksual yang terjadi muncul karena adanya dorongan
seksual atau kegiatan yang tujuannya hanya untuk mendapatkan kesenangan organ
seksual melalui berbagai perilaku.
Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyudi (2004), beberapa perilaku seksual
secara rinci dapat berupa:
a. Berfantasi merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan
aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.
b. Pegangan tangan dimana perilaku ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan
seksual yang begitu kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba
perilaku lain.
c. Cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir
d. Cium basah berupa sentuhan bibir ke bibir
e. Meraba merupakan kegiatan pada bagian-bagian sensitive rangsang seksual
seperti leher, dada, paha, alat kelamin dan lain-lain.
f. Berpelukan perilaku ini hanya menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman
disertai rangsangan seksual (apabila mengenai daerah sensitif)
g. Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki) merupakan perilaku merangsang
organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual dan dilakukan sendiri.
h. Oral seks merupakan perilaku seksual dengan cara memasukkan alat kelamin
ke dalam mulut lawan jenis.
i. Petting merupakan seluruh perilaku yang non intercourse (hanya sebatas pada
j. Intercourse (senggama) merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan alat
kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.
2.10. Pendidikan Seksual
Menurut Sarlito (2005), pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai
persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, meliputi proses terjadinya
pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, dan aspek-aspek
kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan
sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang
dilarang, apa yang di lazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar
aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat
menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan
seksual. Dengan demikian pendidikan sekaual ini bermaksud untuk menerangkan
segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.
Menurut Singgih (1991), pendidikan seksual seharusnya diberikan sejak dini
ketika anak sudah mulai bertanya perbedaan kelamin antara dirinya dengan orang
lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan, umur serta
daya tangkap anak. Idealnya pendidikan seksual diberikan pertama kali oleh orang
tua dirumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri.
Pendidikan seks yang benar harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat,
guna mengurangi konflik dan mitos-mitos yang salah selama ini berkembang
dimasyarakat. Tentunya setelah mengetahui kesehatan reproduksi dan resiko-resiko
yang akan membuat remaja lebih berhati-hati dan menjaga dirinya, termasuk ketika
memutuskan untuk berpacaran. Dengan adanya pendidikan seks, diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan intelektualisai remaja.
2.10.1. Tujuan Pendidikan Seksual
Tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional
yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup
dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksual. Hal ini
dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu sebagai suatu yang menjijikan
dan kotor.
Dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk
menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja,
akan tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan
akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta
kesiapan mental dan material seseorang.
2.11. Keluarga
Keluarga adalah lembaga (wadah) tempat berkumpul anggota keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat
(Nasution, 2004).
Keluarga seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan
hubungan anatar ayah dengan ibu, ayah dengan anak. Dalam keluarga ini orang tua
bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Setiap anggota keluarga saling menghormati
dan memberi tanpa diminta. Orang tua sebagai koordiantor keluarga harus
keluarga terdapat aturan-aturan dan harapan-harapan. Anak-anak merasa aman,
walaupun tidak selalu disadari. Di antara anggota keluarga saling mendengarkan jika
bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua. Setiap masalah dihadapi dan
diupayakan untuk dipecahkan bersama.
Keutuhan orang tua dalam keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak
untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Keluarga yang utuh
memberikan peluang yang besar bagi anak untuk mebangun kepercayaan terhadap
kedua orangtuanya. Kepercayaan dari orang tua yang dirasakan oleh anak akan
mengakibatkan arahan, bimbingan dan bantuan orang tua yang diberikan kepada anak
akan menyatu dan memudahkan untuk menangkap makna dari upaya yang dilakukan
(Shochib, 1998).
Menurut Hawari (2006), kondisi keluarga yang tidak baik atau disfungsi
keluarga yang dimaksud adalah :
1. Keluarga tidak utuh, misalnya salah seorang dari orang tua meninggal, kedua
orang tua bercerai atau berpisah.
2. Kesibukan orang tua, misalnya : kedua orang tua telah sibuk dengan pekerjaan
atau aktivitas lain, sehingga waktu untuk anak kurang. Keberadaan orang tua di
rumah juga mempunya pengaruh, misal : orang tua jarang dirumah menyebabkan
komunikasi atau waktu bersama dan perhatian untuk anak juga kurang bahkan
tidak ada sama sekali.
3. Hubungan interpersonal yang tidak baik, yaitu hubungan antara anak dengan
kedua orang tuanya, anak dengan sesama saudaranya (anak sesama anak) dan
masing-masing tidak saling bicara dan lain sebagainya sehingga suasana menjadi
tegang dan kurang kehangatan.
Menanggulangi bahaya pornografi harus dimulai dari institusi keluarga. Bila
keluarga kuat, dan punya sikap untuk membendung pornografi, maka akan
mempunyai pengaruh yang besar bagi masyarakat. Selain itu, keluarga juga
merupakan pintu pertama pendidikan bagi anak. Membebaskan keluarga dari media
pornografi merupakan upaya yang tidak dapat ditawar lagi.
Kenyataannya banyak orang tua yang tidak peduli terhadap nasib anak. Bila
ada remaja atau anak-anak yang terjerumus masalah, terutama seks, banyak juga yang
disebabkan oleh lingkungan keluarga yang kurang harmonis. Kondisi ini membuat
anak-anak dan remaja tidak biasa mengungkapkan masalah mereka langsung kepada
orang tuanya.
Keluarga khususnya para orang tua, hendaknya mulai melakukan tindak
pencegahan agar media pornografi tidak meneror anggota keluarganya. Adapun
langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain :
1. Pengetahuan Agama.
Agama dapat membantu untuk mengerem seseorang dari godaan-godaan
maksiat yang hadir di sekitar mereka.
2. Pendidikan Seks Sejak Dini
Orang tua juga penting untuk membekali pendidikan seks kepada anak-anak
mreka sejak dini. Dapat dilakukan mulai dari yang sederhana, seperti
dini. Dan terutama mengajarkan tentang fungsi-fungsi alat-alat reproduksi saat
mereka memasuki usia baligh.
3. Komunikasi
Menumbuhkan suasana komunikasi yang sehat, yaitu setiap anggota keluarga
merasa nyaman dan aman bila mengungkapkan perasaannya dan sikap saling
menghargai. Masing-masing anggota keluarga siap menjadi pendengar yang
baik.
4. Menumbuhkan Sikap Asertif
Kemampuan untuk bersikap tegas terhadap ancaman yang datang. Para orang
tua penting untuk membekali anak-anak mereka kemampuan ini. Hal ini
karena orang tua tidak selamanya dapat berada setiap saat disamping
anak-anaknya (Sobagijo, 2008).
2.12. Kelompok Sebaya
Ketika seorang anak akan menjauh dari orang tuanya dan lebih dekat dengan
teman sebayanya, sehingga pengaruh teman sebaya ini akan sangat lebih kuat dalam
menentukan perilaku yang akan dipilih. Masa ini juga merupakan masa pencarian
identitas diri dan membina sosialisasi dengan teman-teman sebaya dalam memperluas
lingkungan pergaulannya.
Dalam kesehariannya remaja cenderung mengikuti kata-kata teman sebayanya
daripada kata-kata orang tuanya, sehingga kontrol dirinya menjadi berkurang.
Penyebab kurangnya kontrol pada diri remaja antara lain; kurang percaya diri,
dapat bersifat tegas serta rendahnya kemampuan dalam mengambil keputusan
(Anonim, 2003).
Teman sebaya adalah orang-orang yang seumur dan mempunyai kelompok
sosial sama, seperti teman sekolah atau tetangga. Jenis-jenis tekanan pada kelompok
sebaya ada dua macam yaitu :
1. Tekanan kelompok sebaya positif yaitu desakan yang kuat dari seseorang atau
beberapa orang yang menyetujui dan berperilaku seperti mereka inginkan,
tetapi dalam kegiatan yang baik atau positif.
2. Tekanan kelompok sebaya negatif yaitu desakan kuat dari seseorang atau
beberapa orang untuk menyetujui atau berbuat seperti yang mereka inginkan
2.13. Kerangka Konsep
Keterangan :
Skema diatas menjelaskan karakteristik (umur, tempat tinggal, uang saku,
pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua) siswa
SMKTI Swasta Raksana dan sumber informasi (keluarga, kelompok sebaya dan
media massa), sumber informasi yang diperoleh dapat memberikan pengaruh positif
maupun negatif terhadap si anak misalnya orang tua, sebagai orang terdekat bagi si
anak akan menjelaskan pengaruh negatif dari situs porno dan lebih menganjurkan
untuk tidak membukanya ketika sedang mengakses internet. Kemudian karakteristik
dan sumber informasi tersebut akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap, dan
selanjutnya akan mempengaruhi tindakan pengakses situs porno melalui internet
terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan.
Karakteristik :
− Umur
− Tempat tinggal
− Uang saku
− Pendidikan terakhir orang tua
− Pekerjaan orang tua
− Penghasilan orang tua
Sumber informasi situs porno di internet : − Keluarga
− Kelompok sebaya
− Media massa
PENGETAHUAN SIKAP
TINDAKAN PENGAKSES SITUS
PORNO MELALUI INTERNET TERHADAP RANGSANGAN
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian bersifat deskriptif kuantitatif yang dilakukan untuk
mengetahui perilaku siswa pengakses situs porno melalui internet terhadap
rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMKTI Raksana Medan Jl. Gajah Mada no.20 Medan,
dengan alasan karena :
1. Terdapatnya kasus hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan oleh siswa
sekolah tersebut sehingga akhirnya siswa tersebut dikeluarkan oleh pihak
sekolah
2. Lokasi sekolah yang tidak begitu jauh dengan letak warung internet, dimana
warung internet terletak di Jl. Mataram yang dengan mudah dapat dijangkau
oleh siswa SMKTI Swasta Raksana.
3. Siswa SMKTI Swasta Raksana tidak mendapatkan materi tentang kesehatan
reproduksi remaja.
3.2.2. Waktu Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi (N) dalam penelitian ini adalah siswa kelas I, II, dan kelas III
SMKTI Swasta Raksana Medan sebanyak 938 orang. Siswa laki-laki berjumlah 935
orang dan siswa perempuan berjumlah 3 orang.
3.3.2. Sampel
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Vincent Gaspersz, yaitu
dari perhitungan rumus di atas diperoleh besar sample sebanyak = 121 orang.
Besar sampel setiap kelas di tentukan dengan menggunakan Simple Random
Sampling karena populasi memiliki tingkat kesamaan yang tinggi (homogen).
Adapun besar sampel acak sederhana, dimana setiap populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diundi.
Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel adalah sebanyak 121 orang.
N = Besar populasi (938 siswa) n = Besar sampel 121 orang
P = Proporsi populasi yang mengakses situs porno (0,1)
3.3. Metode Pengumpulan Data 3.3.1. Data Primer
Data diperoleh dari kuesioner penelitian yang telah disiapkan dan kemudian
disebarkan kepada responden yang telah dipilih.
3.3.2. Data Sekunder
Data umum sekolah yang diperoleh dari SMKTI Raksana Kota Medan, yang
meliputi peserta program pendidikan.
3.4. Defenisi Operasional
1. Karakteristik Responden :
a. Umur adalah lama hidup respoden yang dihitung melalui ulang tahun
terakhir responden dalam tahun pada saat penelitian dilakukan.
b. Tempat tinggal adalah lokasi dimana individu bermukim bersama dengan
anggota keluarganya dan bergaul dengan masyarakat.
c. Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua kepada siswa setiap
harinya yang digunakan untuk biaya transport dan jajan.
d. Pendidikan terakhir orang tua adalah tingkat pendidikan formal orang tua
yang terakhir berdasarkan ijazah yang dimiliki. Dengan kategori rendah jika
orang tua tidak sekolah atau hanya sampai tingkat SD, sedang jika orang tua
hanya sampai tingkat SMP, tinggi jika orang tua menyelesaikan SMA atau
sampai PT/Akademi.
e. Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan baik formal maupun informal
orang tua yang dilakukan di luar maupun di dalam rumah sebagai sumber
f. Penghasilan orang tua adalah penghasilan rutin orang tua setiap bulannya
yaitu < Rp 761.000 dan ≥ Rp 761.000 (UMP 2007).
2. Sumber Informasi
a. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak, yang merupakan unit terkecil dari masyarakat.
b. Kelompok sebaya adalah kelompok anak-anak atau pemuda yang berumur
sama atau berasosiasi sama dan mempunyai kepentingan umum tertutup,
seperti persoalan-persoalan anak-anak umur sekolah sampai dengan masa
remaja.
c. Media massa adalah media yang secara khusus didesain untuk mencapai
masyarakat yang sangat luas , misalnya televisi, radio, surat kabar, internet.
3. Pengetahuan adalah segala sesua