Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
ANALISIS KEBERADAAN CREDIT UNION (CU) SEBAGAI
LEMBAGA PEMBIAYAAN DI KELURAHAN SARIBUDOLOK
KECAMATAN SILIMAKUTA, KAB. SIMALUNGUN
SKRIPSI
oleh
HANNA M. ARITONANG
040304010
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
ANALISIS KEBERADAAN CREDIT UNION (CU) SEBAGAI
LEMBAGA PEMBIAYAAN DI KELURAHAN SARIBUDOLOK
KECAMATAN SILIMAKUTA, KAB. SIMALUNGUN
SKRIPSI
HANNA M. ARITONANG
040304010
Skripsi sebagai Salah Satu syarat untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Luhut Sihombing, MP) (Ir, Lily Fauzia, MSi)
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
ABSTRAK
Analisis Keberadaan Credit Union sebagai lembaga pembiayaan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui profil Credit Union (CU) di daerah penelitian, mengetahui peranan keberadaan Credit Union terhadap petani di daerah penelitian, untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih Credit Union sebagai sumber pembiayaan dibandingkan dengan lembaga keuangan sejenis di daerah penelitian dan untuk mengetahui efektivitas penggunaan kredit dari CU pada kegiatan usaha tani di daerah penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melakukan penyajian hasil informasi dari Credit Union dan petani sebagai anggota Credit Union. Data yang dikum[ulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder dari Credit Union.
Hasil dari penelitian ini adalah CU ini berperan sebagai lembaga penyimpanan uang, lembaga peminjaman modal bagi anggota, sebagai penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi anggota dan penggerak perekonomian anggota. Petani merasakan peranan Credit Union benar-benar sangat bermanfaat adalah setelah mengikuti setiap pendidikan dan konsultasi yang diadakan oleh Credit Union yaitu pendidikan dasar dan lanjutan. Faktor yang paling banyak mempengaruhi petani dalam memilih Credit Union adalah saran teman/ keluarga yaitu sebanyak 43,24 %. Penggunaan pinjaman dari CU Cinta Mulia sudah efektif digunakan untuk kebutuhan usaha tani dengan persentase 56% petani menggunakan pinjaman untuk kegiatan usaha taninya.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
RIWAYAT HIDUP
HANNA M. ARITONANG (040304010) dilahirkan di Tarutung pada tanggal 17
Oktober 1986 sebagai anak keempat dari 6 bersaudara, dari keluarga Bapak Hotma Tua
Aritonang dan Ibu Darna Lumban Tobing.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Sekolah Dasar (SD) tahun 1992 – 1998 di SD No. 030307 Tigalingga
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Tahun 1998 – 2001 di SLTP Negeri 9
Pematang Siantar.
3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2001 – 2004 di SMA Negeri 4 Pematang
Siantar.
4. Melalui jalur SPMB Tahun 2004 diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
5. Bulan Juni – Juli 2008, melaksanakan PKL di Kecamatan Pematang Bandar,
Kabupaten Simalungun.
6. Bulan Maret – April 2009, melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan
Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.
Selama perkuliahan, penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan organisasi
diantaranya:
1. Anggota Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP)
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
2. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen USU tahun
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Analisis Keberadaan Credit Union (CU)
sebagai Lembaga Pembiayaan” (Studi Kasus: Kelurahan Saribudolok, Kecamatan
Silimakuta, Kabupaten Simalungun) yang merupakan syarat untuk dapat memperoleh
gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Pembimbing yang telah banyak
membimbing, mengarahkan dan membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.
2. Ibu Ir. Lily Fauzia, MSi sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak
membimbing, mengarahkan dan membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.
3. Bapak Samsury Tamsar beserta aparat kelurahan Saribudolok atas kerelaannya
membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
4. Ibu Lina Sipayung dan pegawai CU Cinta Mulia yang telah banyak membantu
penulis dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
5. Seluruh responden petani anggota CU Cinta Mulia yang telah meluangkan waktu
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Penulis menyadari di dalam pembuatan skripsi masih banyak terdapat
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan skripsi
ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2009
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
DAFTAR ISI
Latar Belakang dan Permasalahan... 1Identifikasi Masalah ... 7
Tujuan Penelitian ... 7
Kegunaan Penelitian ... 8
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka... 9
Landasan Teori ... 16
Kerangka Pemikiran ... 23
METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Lokasi ... 25
Metode Pengambilan Sampel ... 25
Metode Pengumpulan Data ... 26
Metode Analisis Data ... 26
Defenisi dan Batasan Operasional ... 28
Defenisi ... 28
Batasan Operasional ... 29
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Deskripsi Daerah Penelitian ... 30
Keadaan Penduduk ... 31
Perekonomian Desa ... 34
Karakteristik Petani Responden ... 35
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Credit Union (CU) Cinta Mulia ... 37
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Credit Union sebagai Lembaga Pembiayaan ... 65
Efektivitas Penggunaan Kredit dari CU Cinta Mulia oleh Petani dalam kegiatan Usaha Tani ... 68
KESIMPULAN DAN SARAN
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi penggunaan lahan di Kel. Saribudolok
Tahun 2008... 31
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk menurut Usia di Kelurahan
Saribudolok... 32
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk menurut Tingkat pendidikan Formal di Kelurahan Saribudolok... 33
Tabel 4.4 Distribusi Penduduk menurut Sumber Mata Pencaharian di Kelurahan Saribudolok... 34
Tabel 4.5 Karakteristik Petani Responden... 35
Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Anggota dan Kredit yang disalurkan tahun 1999-2006 oleh CU Cinta Mulia... 39
Tabel 5.2 Perkembangan Aset CU Cinta Mulia tahun 1999-2006... 40
Tabel 5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih Credit Union sebagai lembaga pembiayaan... 65
Tabel 5.4 Penggunaan pinjaman dari CU Cinta Mulia oleh petani
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
DAFTAR GAMBAR
1. Struktur Organisasi CU ... 21
2. Skema Kerangka Pemikiran ... 24
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
PENDAHULUAN
Latar Belakang dan Permasalahan
Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian dalam tatanan
pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan
pangan bagi seluruh penduduk, pertanian juga merupakan sektor andalan penyumbang
devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang diserap dan
besarnya jumlah penduduk masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa di
masa mendatang sektor ini masih perlu ditingkatkan (Noor, 1996).
Proses pembangunan dan modernisasi pertanian seharusnya berorientasi kepada
pemberdayaan serta mengangkat kesejahteraan para petani. Tetapi selama kurun waktu
orde baru tersebut, para petani ternyata tetap berada di posisi terpinggirkan, dan bahkan
banyak yang berada dibawah garis kemiskinan. Di era reformasi dewasa ini, keberadaan
para petani yang memiliki jumlah sangat besar secara nasional, belum juga mendapatkan
perhatian yang lebih khusus, terutama program yang berorientasi untuk meningkatkan
kesejahteraan para petani itu sendiri. Dengan berbagai cara manuver politik tingkat
tinggi, kepentingan elit penguasa akhirnya mampu mengeliminir kepentingan komunitas
petani. Hal ini selaras dengan orientasi ekonomi nasional yang mengarah kepada
liberalisasi (Ginting, 2006).
Di bidang Pertanian, Para petani akan selalu membutuhkan uang tunai untuk
keperluan kehidupan sehari-hari maupun untuk memenuhi kebutuhan akan sarana
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
pendapatan petani bersifat fluktuatif maka pendirian Koperasi kredit atau adanya kegiatan
simpan pinjam akan sangat membantu pertanian. (Hudiyanto, 2002).
Modal tidak selalu tersedia pada petani, maka disini diperlukan subsistem
penunjang yang dapat memberikan modal kepada petani, baik kepada petani kecil
maupun pengusaha yang besar yang disediakan oleh lembaga. Lembaga perkreditan atau
permodalan sangat berperan dalam memberikan modal kerja kepada petani kecil di
wilayah pedesaan. Banyak lembaga-lembaga keuangan lainnya yang dapat melakukan hal
sama dalam membantu petani. modal tidak hanya diperlukan oleh petani yang melakukan
kegiatan produksi primer, namun juga diperlukan oleh pengusaha yang bergerak pada
subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem agroindustri maupun subsistem
distribusi/ pemasaran (Su’ud,2005).
Kunci suksesnya pembangunan pertanian tidak hanya terletak pada sisi produksi
maupun pemasaran. Lebih dari itu, aspek sumberdaya manusia (SDM) memegang
peranan utama sekaligus penentu keberhasilan pembangunan tersebut. Di samping
penguatan SDM di pedesaan, diperlukan pengembangan kelembagaan usaha tani yang
mendorong petani untuk berkelompok, mendirikan lembaga keuangan untukpertanian
seperti koperasi atau lembaga lain yang dapat menggerakkan kegiatan agribisnis
pedesaan (Subejo, 2005).
Pengembangan agribisnis memerlukan dukungan lembaga pelayanan penunjang
agribisnis seperti lembaga keuangan, lembaga penyedia sarana pertanian, lembaga
penyedia jasa alsintan, informasi pasar, kelembagaan pemasaran dan sebagainya. Oleh
karena itu ketersediaan skim-skim perkreditan sesuai dengan tahapan perkembangan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
lokasi, jasa alsintan, ketersediaan sarana pemasaran, informasi pasar, dan infrastruktur
pendukung merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan pembangunan
agribisnis (Hastuti, 2001).
Dalam ekspor nasional sektor agribisnis penyumbang terbesar. Kontribusi
agribisnis dalam ekspor total Indonesia mencapai 43 persen pada tahun 1990, dan
meningkat menjadi 49 persen pada tahun 1995. Dalam impor total Indonesia, pangsa
impor sektor agribisnis hanya sekitar 24 persen, dan menurun menjadi sekitar 16 persen
pada tahun 1995. Hal ini berarti sektor agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam
devisa negara, dan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Hastuti,
2001).
Subsistem pengadaan dan penyaluran saprodi mencakup kegiatan perencanaan,
pengolahan sarana produksi, teknologi dan sumber daya pertanian. Pada subsistem
saprodi, petani umumnya membeli saprodi dari pedagang saprodi. Petani membayar
dengan harga tunai dan ada juga petani yang dapat membayar secara kredit yang dibayar
setelah panen. (Hanani dkk, 2003).
Pembiayaan pertanian selama ini telah menjadi salah satu permasalahan yang
dihadapi sektor pertanian. Hal ini sangat serius manakala kemudian ternyata kredit
sebagai salah satu sumber pembiayaan pertanian lebih banyak mengalir ke sektor industri
dan sektor-sektor industri lainnya. Selama tahun 1996-2000, tidak kurang dari 50% dari
alokasi kredit, baik kredit investasi, modal kerja maupun Kredit Usaha Kecil mengalir ke
sektor-sektor tersebut. Selain itu, perbankan kita juga tidak mempunyai kemauan untuk
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
menyebabkan sebagian besar bank kita senang membiayai sektor industri yang lebih
cepat dapat dilihat hasilnya (Hanani dkk, 2003).
Berdasarkan data statistik, alokasi kredit untuk sektor pertanian relatif kecil,
kecuali untuk kredit investasi. Meskipun demikian, alokasi kredit ini secara absolut
menunjukkan kecenderungan menurun. Data alokasi kredit ini untuk sektor pertanian
telah menurun dari Rp 11.010 milyar pada tahun 1996 menjadi Rp 10.678 milyar pada
tahun 2000. Dengan jumlah penduduk yang besar di pedesaan sangatlah tidak berarti
jumlah kredit sebesar itu dibandingkan dengan sektor industri apalagi dengan sektor
perbankan yang pengeluarannya triliunan rupiah (Hanani dkk, 2003).
Kredit modal kerja meskipun ada kecenderungan meningkat, namun baik secara
absolut maupun secara relatif masih sangat kecil dalam arti masih kurang dari 10 %.
Sebaliknya, untuk kredit usaha kecil, alokasi untuk sektor pertanian dalam jumlah
maupun persentasenya mengalami peningkatan. Selama periode yang sama, alokasi
kredit usaha kecil untuk sektor pertanian meningkat dari 2.983 miliar rupiah atau sebesar
7,29 % dari total kredit yang disalurkan menjadi 8.509 miliar atau sebesar 22,19%
(Hanani dkk, 2003).
Koperasi kredit menjadi populer di Indonesia ketika sulitnya masyarakat
mengakses dana dari perbankan. Koperasi kredit atau kopdit semakin berkembang.
Tumbuhnya koperasi ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk mendapat dana
membantu memecahkan masalah keuangan dan paling tidak menggantikan peran rentenir
yang sebelumnya banyak meminjamkan uang kepada masyarakat khususnya pedesaan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Kopdit atau koperasi simpan pinjam menjadi salah satu bagian dari koperasi di
dalam negeri. Boleh dibilang kopdit masuk ke Indonesia takkala perekonomian baru
mulai tumbuh. Pada saat itu, kondisi ekonomi masyarakat terutama di pedesaan masih
sangat rendah sehingga koperasi menjadi salah satu jalan menggerakkan ekonomi rakyat.
Deputi Menteri Negara Koperasi dan UKM Noer Sutrisno mengatakan tahun 2000
koperasi Indonesia justru didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai 55 – 60 persen
dari keseluruhan aset koperasi. Bahkan, akhir-akhir ini koperasi kredit mampu
mengambil posisi di samping BRI.
Kegiatan koperasi kredit, baik secara teori maupun empiris, dikatakannya terbukti
mempunyai kemampuan untuk membangun segmentasi pasar yang kuat sebagai akibat
struktur pasar keuangan yang sangat tidak sempurna (Siagian, 2003).
Jenis koperasi kredit ini (CU) didirikan untuk memberikan kesempatan kepada
para anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan biaya bunga yang ringan.
Kopdit bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan anggota
secara terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggotanya secara
mudah, cepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Koperasi dapat memberikan
pertolongan kepada para anggotanya karena ia memiliki dana/ modal dalam jumlah yang
cukup. Untuk itu, ia perlu melakukan akumulasi modal dari para anggotanya melalui
simpanan yang diberikan oleh mereka dalam hal ini simpanan wajib, pokok dan sukarela.
Dari uang simpanan itulah, koperasi kemudian mampu menyalurkan kredit kepada para
anggotanya. Dari uang yang dipinjamkan oleh koperasi itu, kemudian para anggota dapat
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
berprofesi sebagai petani, pinjaman yang diberikan dapat digunakan untuk membeli
pupuk dan sarana produksi pertanian lainnya (Anoraga dan Widiyanti,1993).
Peranan lembaga penunjang dalam permodalan di Kelurahan Saribudolok sangat
diperlukan dan pada umumnya petani mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan
seperti CU karena sifat keanggotaan dari CU bersifat terbuka dan saling percaya.
Lembaga-lembaga perekonomian ini turut membantu petani dalam memenuhi
kebutuhannya dalam kegiatan pertanian. Namun kebanyakan masyarakat masih belum
memanfaatkan secara optimal program yang ditawarkan oleh lembaga keuangan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dianalisa mengenai peranan keberadaan
CU sebagai lembaga pembiayaan terhadap usaha tani, faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan petani dalam memilih CU sebagai lembaga pembiayaan dan bagaimana
keefektifan penggunaan kredit CU oleh petani. Hal inilah yang menjadi latar belakang
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1) Bagaimana profil Credit Union (CU) di daerah penelitian?
2) Apa peranan keberadaan Credit Union (CU) terhadap petani di daerah penelitian?
3) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih Credit
Union (CU) sebagai sumber pembiayaan dibandingkan dengan lembaga keuangan
sejenis di daerah penelitian?
4) Bagaimana efektivitas penggunaan kredit dari Credit Union (CU) pada kegiatan
usaha tani di daerah penelitian?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan Identifikasi Masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:
1) Untuk mengetahui profil Credit Union (CU) di daerah penelitian.
2) Untuk mengetahui peranan keberadaan Credit Union (CU) terhadap petani di daerah
penelitian.
3) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam
memilih Credit Union (CU) sebagai sumber pembiayaan dibandingkan dengan
lembaga keuangan sejenis di daerah penelitian.
4) Untuk mengetahui efektivitas penggunaan kredit dari Credit Union (CU) pada
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1) Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan (decision maker) dan instansi
terkait lainnya dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan kualitas Credit
Union (CU).
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Secara umum yang dimaksud dengan KOPERASI adalah suatu badan usaha
bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang
umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan
hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan para anggotanya. Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang
berwatak sosial, beranggotakan orang-orang, atau badan-badan hukum Koperasi yang
merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan,Pasal 3 UU No. 12/1967 (Kartasapoetra dkk, 2001).
Koperasi Indonesia yang merupakan perkumpulan orang-orang (warga negara
Indonesia) yang umumnya berekonomi (relatif) lemah, yang secara bergairah kerja dan
bersama-sama bergotongroyong berjuang untuk memajukan kepentingan ekonomi
mereka dan kepentingan masyarakat, dari azas dan sendi-sendi dasarnya jelas merupakan
alat pendemokrasian ekonomi nasional. Ciri-ciri seperti di atas terkandung pula dalam
koperasi, karena itu mengembangkan koperasi dengan sebaik-baiknya sama dengan
mewujudkan dan membina kelangsungan serta perkembangan Demokrasi Ekonomi
dengan sebaik-baiknya pula (Kartasapoetra dkk, 2001).
Kehadiran Koperasi di tengah-tengah masyarakat merupakan ”malaikat
penyelamat” kelangsungan hidupnya, karena Koperasi merupakan wadah yang cocok
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
meningkatkan usaha mereka sehingga terjadi peningkatan taraf hidupnya, menuju
kesejahteraan yang telah lama mereka cita-citakan (Kartasapoetra dkk, 2001).
Keberhasilan organisasi Koperasi sangat erat hubungannya dengan partisipasi
aktif setiap anggotanya, seorang anggota akan mau berpartisipasi jika mengetahui dengan
jelas tujuan dari organisasi tersebut. Manfaat terhadap dirinya dan cara organisasi dalam
mencapai tujuan oleh karena itu keputusan seseorang untuk masuk menjadi anggota
haruslah didasarkan akan pengetahuan yang memadai tentang manfaat Koperasi agar
anggota Koperasi berkualitas baik, berkemampuan tinggi, dan berwawasan luas. Maka
Pendidikan adalah hal yang mutlak melalui Pendidikan, anggota dipersiapkan dan
dibentuk untuk menjadi anggota yang memahami, menghayati nilai-nilai dan prinsip serta
praktik-praktik Koperasi ( Sitio, dan Tamba, 2001).
Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi. Hal ini berarti bahwa
dalam kegiatannya, koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya kehidupan
ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan itu
sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya. Koperasi sebagai perkumpulan untuk
kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan di bidang pemenuhan kebutuhan
bersama dari para anggotanya. Usaha ini disebut juga usaha atau kegiatan ekonomi.
Kegiatan ekonomi ini meliputi usaha di bidang produksi, konsumsi, distribusi
barang-barang dan usaha pemberian jasa, antara lain usaha simpan pinjam, angkutan, asuransi,
dan perumahan (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Koperasi yang berkembang di Indonesia semenjak tahun 1973 adalah Koperasi
Unit Desa ( KUD ) dan pada tahun 1996 berkembang pesat menjadi 9.226 unit, begitu
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
meliputi jumlah simpanan, jumlah kekayaan per CU dan per anggota, 24 tahun kemudian
atau pada tahun 1994 keadaan CU semakin membaik dan berkembang secara pesat
(Ginting, 1999).
Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam merupakan koperasi yang bergerak
dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk kemudian dipinjamkan
kembali kepada anggota-anggotanya, yang memerlukan bantuan modal, di samping
bertujuan untuk mendidik anggotany agar bersikap hemat serta gemar menabung.
Koperasi kredit biasanya bertujuan untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan
para rentenir (Baswir, 1997).
Koperasi Kredit ini muncul pada kelompok orang yang bergabung dalam pra
Koperasi, mereka mempunyai ikatan pemersatu (Comunion Bond) yang berdasarkan
pada kesamaan kebutuhan yang dirasakan bersama (felt need) melalui kesepakatan
bersama mengerahkan modal bersama terutama yang berasal dari simpanan untuk
dipinjamkan diantara sesama mereka dengan tingkatan bunga yang memadai sesuai
dengan konsensus yang bersama pula. Pinjaman yang diberikan dapat bertujuan untuk
keperluan darurat, produktif dan kesejahteraan anggota peminjam ( Mutis, 1992 ).
Dasar penjenisan koperasi Indonesia adalah kebutuhan dari dan maksud untuk
efisiensi suatu golongan dalam masyarakat yang homogen karena kesamaan aktivitas dan
kepentingan ekonominya, misalnya koperasi yang bersifat khusus, bursa kepentingan dan
perkembangan daerah kerja serta menjamin efisiensi ekonomi koperasi yang
bersangkutan juga demi ketertiban, diusahakan hanya 1 koperasi yang setingkat dan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Berbagai jenis koperasi lahir dan seirama dengan aneka jenis usaha untuk
memperbaiki kehidupan. Secara garis besar, jenis koperasi yang ada dapat kita bagi
menjadi 5 golongan, yaitu Koperasi Konsumsi, Koperasi Kredit, Koperasi Produksi,
Koperasi Jasa dan Koperasi Serba Usaha (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Koperasi Kredit didirikan untuk memberikan kesempatan kepada
anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan ongkos (bunga) yang
ringan. Itulah sebabnya Koperasi ini disebut dengan Koperasi Kredit. Fungsi pinjaman di
dalam Koperasi adalah sesuai dengan tujuan-tujuan koperasi pada umumnya, yaitu untuk
memperbaiki kehidupan para anggotanya. Misalnya: Dengan pinjaman itu seorang petani
dapat membeli pupuk, benih unggul, pacul dan alat-alat pertanian lainnya yang akan
membantu meningkatkan hasil usaha taninya. Hal ini berarti akan membantu menaikkan
pendapatannya. Pendapatan yang bertambah berarti memperbaiki kehidupannya
(Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Dalam memberikan pelayanan-pelayanan itu, pengurus Koperasi Kredit selalu
berusaha supaya ongkos (bunga) ditetapkan serendah mungkin agar dirasakan ringan oleh
para anggotanya. Selain itu, pengurus Koperasi harus memperhatikan agar pinjaman itu
betul-betul digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Koperasi Kredit ialah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan
modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus menerus untuk
kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat
untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Contohnya adalah unit-unit simpan pinjam
dalam KUD, KSU, Credit Union, Bukopin, Bank Koperasi Pasar dan lain-lain.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
1. Membantu keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan dengan
syarat-syarat yang ringan.
2. Mendidik kepada para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur sehingga
membentuk modal sendiri.
3. Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan
mereka.
4. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.
Koperasi ini bekerja hanya pada satu lapangan usaha saja. Koperasi ini hanya
menyimpan uang, menyediakan dan mengusahakan pinjaman atau kredit bagi
anggota-anggotanya saja. Jadi koperasi ini hanya bergerak di lapangan kredit dan simpan pinjam.
Koperasi ini bekerja atas dasar spesialisasi, yakni di bidang perkreditan dan simpan
pinjam. Koperasi ini memakai sistem single purpose (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Kegiatan koperasi kredit, baik secara teoritis maupun empiris, terbukti
mempunyai kemampuan untuk membangun segmentasi pasar yang kuat sebagai akibat
struktur pasar keuangan yang sangat tidak sempurna, terutama jika menyangkut masalah
informasi. Bagi koperasi kredit, keterbukaan perdagangan dan aliran modal yang keluar
masuk akan merupakan kehadiran pesaing baru terhadap pasar keuangan, namun tetap
tidak dapat menjangkau para anggota koperasi. Apabila koperasi kredit mempunyai
jaringan yang luas dan menutup usahanya hanya untuk pelayanan anggota saja, maka
segmentasi ini akan sulit ditembus pesaing baru. Bagi koperasi-koperasi kredit di negara
berkembang, adanya globalisasi ekonomi dunia akan merupakan peluang untuk
mengadakan kerjasama dengan koperasi kredit di negara maju dalam membangun sistem
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
akan menjadi pilar kekuatan sekitar koperasi yang perlu diikuti oleh dukungan lainnya
seperti sistem pengawasan dan jaminan (Harsoyo, dkk, 2005).
Melalui koperasi, akses petani terhadap fasilitas kredit dan fasilitas lainnya dapat
ditingkatkan, sehingga permodalan mereka akan semakin kuat. Beberapa komoditas
hortikultura seperti buah-buahan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
komoditas lainnya. Perbedaan tersebut dapat terkait dengan ketentuan skim yang berlaku.
Agribisnis buah-buahan adalah investasi jangka panjang, oleh karena itu, wajar apabila
skim kredit buah-buahan lebih lunak dari skim kredit komoditas lainnya (Anwar, 1999).
Credit Union di Indonesia pada waktu pendiriannya awal tahun 1970, berhasil
mendapat dukungan politik sekalipun tampil diluar kerangka kebijaksanaan pemerintah,
yang pada waktu itu mengutamakan pembentikan koperasi pedesaan dalam satuan
wilayah kecamatan mulanya bernama BUUD dan kemudian KUD. Sebagaimana
perkembangan CU yang secara pesat juga terjadi di Indonesia: jumlah simpanan, jumlah
kekayaan per CU dan per anggota adalah rendah tetapi 24 tahun kemudian keadaan telah
berubah. Pada tahun 1994 simpanan CU 41,5 miliar rupiah lebih yaitu rata-rata Rp.
192.000/ anggota dan kekayaan CU hampir 64 miliar yaitu rata-rata Rp. 294.000/anggota
(Ginting, 1999).
Sebagai masyarakat koperasi, CU diorganiser oleh sekelompok orang untuk
melayani anggotanya dengan pelayanan utama : 1). Akumulasi modal dari akumulasi
simpanan yang mudah dan menyenangkan, 2). Sumber pinjaman dengan bunga normal
dan 3). Kegiatan pendidikan dimana anggota dididik mengatur dan mengontrol uangnya.
CU sebagai masyarakat koperasi yang terorganiser diantara sekelompok orang dengan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
tertentu, meningkatkan sikap hemat dari anggotanya, menciptakan sumber kredit untuk
kegunaan usaha yang produktif dan cermat, mendidik anggotanya menggunakan uang
secara bijaksana dan melaksanakan training teknik operasi (Ginting, 1999).
Akhir-akhir ini Koperasi Kredit di Sumatera Utara mampu menjadi idola bagi
masyarakat. Dalam perkembangannya masyarakat melihat bahwa program dan
konsentrasi Kopdit terhadap masyarakat ekonomi lemah cukup berhasil. Terutama setelah
krisis moneter 1998, pertumbuhan keanggotaan dan aset Kopdit di Sumut sangat
signifikan. Data Statistik akhir Desember 2004 sebanyak 88 Kopdit binaan Puskopdit
dengan anggota 83.027 orang, aset keseluruhan Rp. 147.903.126114 (hampir Rp.148
milyar). Ini merupakan prestasi seluruh Koperasi Kredit di Sumatera Utara atas kerja
keras melalui pendidikan, pelatihan, pembinaan dan penyuluhan secara terencana dan
berkesinambungan (Prawirokusumo, 2001).
Berkat keberhasilan pendidikan Kopdit, simpanan anggota tahun demi tahun pada
Kopdit semakin banyak, bahkan beberapa Kopdit primer mempunyai anggota yang
simpanannya di atas Rp.50 juta. Demikian halnya dengan pinjaman yang sebelumnya
hanya Rp.500 ribu s/d Rp.1 juta, kini Kopdit telah mampu memberikan pinjaman di atas
Rp.50 juta hingga diatas Rp.100 juta. Pinjaman itu diberikan melalui pengamatan Kopdit
atas keberhasilan dan kemampuan anggota mengembalikan (Prawirokusumo, 2001).
Landasan Teori
Kebutuhan kolektif untuk memperbaiki ekonomi secara mandiri, masyarakat yang
sadar terhadap kebutuhan untuk memperbaiki diri, meningkatkan kesejahteraan dan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Kesadaran ini akan menjadi motivasi utama bagi pendirian koperasi dari bawah (bottom
up). Faktor kuncinya adalah kesadaran kolektif dan kemandirian. Masyarakat harus
memahami kemampuan yang ada pada diri mereka sendiri sebagai modal awal untuk
mengembangkan diri. Faktor eksternal dapat diperlakukan sebagai penunjang akan
komplemen bagi kemampuan sendiri (Harsoyo, dkk., 2005).
Faktor pembeda koperasi dengan lembaga usaha lain terletak pada nilai-nilai dan
prinsip yang tidak dikembangkan secara sadar dalam organisasi lain. Pemahaman
terhadap nilai-nilai koperasi: keterbukaan, demokrasi, partisipasi, kemandirian,
kerjasama, pendidikan dan kepedulian pada masyarakat; seharusnya merupakan pilar
utama dalam perkembangan suatu koperasi. Pada tatanan selanjutnya, nilai dan prinsip itu
menjadi faktor penentu keberhasilan koperasi (Harsoyo, dkk., 2005).
Hal ini secara khusus mengacu pada pemahaman anggota dan masyarakat akan
perbedaan hak dan kewajiban serta manfaat yang dapat diperoleh dengan menjadi
anggota atau tidak menjadi anggota. Jika terdapat kejelasan atas keanggotaan koperasi
dan manfaat yang akan diterima anggota yang tidak dapat diterima oleh non anggota
maka akan ada insentif untuk menjadi anggota koperasi. Hal ini akan menumbuhkan
kesadaran kolektif dan loyalitas anggota kepada organisasinya (Harsoyo, dkk., 2005).
Koperasi ini akan menjadi eksis jika mampu mengembangkan kegiatan usaha, yaitu :
1. Luwes (flexible) sesuai dengan kepentingan anggota;
2. Berorientasi pada pemberian pelayanan bagi anggota;
3. Berkembang sejalan dengan perkembangan usaha anggota;
4. Biaya transaksi antara koperasi dan anggota mampu ditekan lebih kecil dari biaya
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
5. Mampu mengembangkan modal yang ada di dalam kegiatan koperasi dan anggota
sendiri.
(Harsoyo, dkk., 2005)
Kegiatan usaha yang dikembangkan koperasi pada prinsipnya berkaitan dengan
kepentingan anggota. Indikator utama keberhasilan kegiatan usaha tersebut adalah
perkembangan usaha anggota yang sejalan dengan perkembangan usaha koperasi. Oleh
sebab itu, jenis usaha koperasi tidak dapat diseragamkan untuk setiap koperasi. Biaya
transaksi yang dikeluarkan anggota koperasi dalam melakukan kegiatan usaha harus
efisien. Hal ini akan menjadi penentu eksistensi koperasi dan keanggotaan koperasi
memang memberikan manfaat bisnis atau tidak. Produktivitas modal koperasi harus lebih
besar dibandingkan lembaga lain (Harsoyo, dkk., 2005).
Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan lemahnya lembaga koperasi yaitu nilai lebih dari perputaran modal dalam
”sistem” koperasi ternyata lebih banyak diterima oleh lembaga-lembaga diluar koperasi
dan anggotanya. Hal ini merupakan salah satu catatan penting yang harus diperhatikan
sebagai akibat dari sistem perbankan yang sentralistik seperti yang dianut saat ini. Salah
satu strategi dasar yang harus dikembangkan oleh koperasi adalah untuk mengembangkan
kegiatan usaha anggota dan koperasi dalam satu kesatuan pengelolaan (Harsoyo, dkk.,
2005).
Peranan koperasi dalam meningkatkan produksi mewujudkan pendapatan yang
adil dan kemakmuran yang merata. Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya
tergantung dari aktivitas para anggotanya, apakah mereka mampu melaksanakan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
yang telah ditetapkan rapat anggota. Dengan demikian, usaha meningkatkan taraf hidup
mereka tergantung dari aktivitas mereka sendiri (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Eksistensi beberapa koperasi telah dirasakan peran dan manfaatnya bagi
masyarakat Indonesia, meskipun derajat dan intensitasnya berbeda. Minimal terdapat 3
tingkat bentuk eksistensi koperasi bagi masyarakat Indonesia. Pertama, koperasi
dipandang sebagai lembaga yang menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu, dan
kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat. Kedua, koperasi telah menjadi
alternatif bagi lembaga usaha lain. Ketiga, koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh
anggotanya. Berdasarkan ketiga hal diatas, maka wujud peran yang diharapkan
sebenarnya yaitu menjadi organisasi milik anggota sekaligus menjadi alternatif yang
lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Credit Union (lazim disebut CU) merupakan salah satu tiang perekonomian dalam
rangka pengentasan kemiskinan, sebab dalam kegiatan yang terdapat dalam CU tersebut
adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan anggota sehingga model CU sangat cocok
dikembangkan. Untuk itu potensi keberadaan CU saat ini harus dikembangkan dan
pemerintah harus melihat keberadaan CU menjadi suatu model dalam pengentasan
kemiskinan (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Sumber Daya Manusia yang bermutu adalag aset pembangunan pertanian.
Peningkatan mutu SDM dapat melalui pendidikan nonformal seperti penyuluhan,
pelatihan, pembinaan dan bimbingan oleh dinas-dinas yang bersangkutan, untuk
pendidikan informal dapat diterima masyarakat dari media massa.diharapkan adanya
kegiatan pendidikan masyarakat dapat meratakan kesempatan pada masyarakat untuk
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Pada masa yang akan datang, masyarakat masih membutuhkan layanan usaha
koperasi. Kebutuhan tersebut didasari oleh beberapa alasan pokok, yaitu :
1) Koperasi dapat meningkatkan kekuatan tawar menawar (bargaining position) para
anggota karena hal ini yang menjadi dasar pemikiran ekonomi pada saat mendirikan
koperasi;
2) Koperasi dapat meningkatkan skala usaha bersama;
3) Koperasi dapat menyelenggarakan pelayanan yang selama ini tidak ada;
4) Koperasi dapat mengembangkan kegiatan lanjutan;
5) Koperasi memberikan peluang untuk mengembangkan potensi usaha tertentu (yang
tidak berkaitan dengan usaha anggota);
6) Koperasi memungkinkan para anggota memanfaatkan fasilitas yang disediakan pihak
lain.
(Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Struktur organisasi CU yang semula secara nasional adalah CUCO (Credit Union
Council Office) didampingi oleh Dewan penyantun berkembang dengan terbentuknya
Badan Koordinasi Nasional Koperasi Kredit (BKNKK) pada tahun 1980. Pada saat
terkhir ini, organisasi CU berdasarkan tingkatannya terdiri dari Badan Koordinasi
Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) di tingkat nasional yang dikembangkan menjadi induk
Koperasi Kredit (Inkopdit) dan mengkoordinir Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah
(BK3D) di daerah tingkat I (ada 26 BK3D seluruh Indonesia) yang dikembangkan
menjadi Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) pelaksana antar CU (interlending)
membawahi wilayah koordinator di daerah tingkat II yang mengkoordinir kegiatan CU
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Di tingkat unit CU,organisasi terdiri dari Dewan Pimpinan/ Pengurus: Ketua,
sekretaris dan bendahara, Badan Pemeriksa terdiri dari: Ketua, Panelis dan anggota.
Panitia-panitia (panitia kredit, panitia pendidikan dll) terdiri dari: Ketua, Sekretaris dan
Anggota dan penasehat atau pelindung, dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Gambar 2.1 Struktur Organisasi CU
(Ginting, 1999)
Sesuai dengan visi, misi, falsafah, asas dan prinsip-prinsip Credit union yang
dimiliki, CU mempunyai fungsi dan peran sebagai berikut: Rapat Umum Anggota
Dewan Penasehat
Badan Pengurus
Dewan Pimpinan
Panitia Kredit
Dewan Pendidikan
Badan Pemeriksa
Panitia Lain-lain
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
a. Membangun dan mengembangkan potensi kemampuan ekonomi anggota credit union
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosial.
b. Berperan aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian anggota dan masyarakat sebagai usaha dasar kekuatan
dan ketahanan perekonomian sosial.
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.(Tambunan, 2004)
Dasar pengambilan keputusan itu bermacam-macam tergantung dari
permasalahannya. Dalam prakteknya, pengambilan keputusan itu sangat tergantung dari
macam permasalahan yang dihadapinya, namun juga sangat tergantung pada individu
yang membuat keputusan. Dasar umum dalam pengambilan keputusan yaitu:
(1) pengambilan keputusan berdasarkan intuisi,
(2) pengambilan keputusan rasional,
(3) pengambilan keputusan berdasarkan fakta,
(4) pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman, dan
(5) pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ( Syamsi, 1989).
Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang
dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan, yaitu sistem pemberian kredit yang
menciptakan suatu sistem pemberian kredit yang sehat dan teratur sehingga benar-benar
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
suatu proses. Seringkali disebut sebagai doing the right thing (Anoraga dan Widiyanti,
1993).
Salah satu ukuran dari keberhasilan satu organisasi adalah efektivitas organisasi
tersebut yaitu sampai dimana tercapainya tujuan organisasi dan besarnya kepuasan para
anggota dalam mencapai tujuan. Semakin sempurna tujuan organisasi atau semakin puas
para anggota dalam mencapai tujuan maka dapat dikatakan organisasi itu semakin efektif.
Yang penting keberhasilan organisasi dari tinjauan efektivitas organisasi harus dilihat
dari segi produktivitas, moral dan kepuasan anggota (Ginting, 1999).
Kerangka Pemikiran
Koperasi sangat penting mengingat tujuan dan fungsinya yaitu memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun perekonomian masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. salah satu koperasi yang
menyediakan usaha simpan pinjam dalam rangka tujuan diatas adalah Credit Union atau
Koperasi Kredit.
Credit Union (CU) merupakan gerakan ekonomi rakyat berdasarkan atas azas
kekeluargaan, bukan untuk perkumpulan modal. CU mempunyai tujuan yang sama, yaitu
meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan masyarakat pada umumnya melalui
pelayanan kebutuhan mereka, memberikan pelayanan yang terbaik tetapi tidak
menambah biaya operasionalnya atau memberikan pelayanan yang terbaik dalam biaya
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Dalam kegiatan usahanya, CU juga menjalankan kegiatannya berupa simpan
pinjam dimana kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat. Maka dalam kegiatan
usahanya ada anggota CU yang berperan serta dalam penggunaan sumber-sumber secara
efektif yang diberikan oleh pemerintah dan untuk memobilisasikan sumber-sumber lokal
setempat dalam proses pembangunan.
Peran serta anggota ini secara menyeluruh dapat merumuskan kebijakan
penetapan keputusan tentang apa yang dilakukan dan keterlibatan mereka dalam
mengawasi jalannya usaha, permodalan usaha, dan menikmati keuntungan-keuntungan
usaha. Petani dalam hal ini sebagai anggota CU menggunakan kredit dan penggunaannya
secara efektif atau tidak pada usaha taninya sehingga dapat meningkatkan pendapatan
dan peningkatan kesejahteraan petani beserta keluarganya. Berdasarkan keterangan di
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: Menyatakan hubungan
CREDIT UNION
KEGIATAN CU ANGGOTA CU
EFEKTIVITAS KREDIT
EFEKTIF TIDAK
EFEKTIF Peranan CU terhadap
Usaha Tani Faktor-faktor yang
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Lokasi
Daerah penelitian di tentukan secara purposive yaitu secara sengaja di daerah
Kelurahan Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun. Dengan
pertimbangan bahwa di kelurahan ini terdapat Credit Union (CU) yang memberikan
pinjaman pada petani di kelurahan tersebut.
Metode Pengambilan Sampel
Metode penarikan sampel dilakukan dengan metode Simpel Random Sampling,
yaitu penarikan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana. Populasi dalam
penelitian ini adalah anggota CU khususnya petani dan responden yang menjadi sampel
adalah anggota CU yang terdapat di Kelurahan Saribu dolok, yaitu CU Cinta Mulia.
Jumlah petani yang menjadi anggota CU Cinta Mulia adalah 61 orang.
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla,1993)
yaitu:
N
1 + Ne2
Keterangan: n = ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Nilai kritis atau batas ketelitian (10%)
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Maka jumlah sampel dari CU Cinta Mulia tersebut yaitu:
61
1 + 61(0,1)2
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani di Desa Saribudolok
melalui survey maupun data kuisioner yang sudah disiapkan. Sedangkan data sekunder
diperoleh melalui kantor atau instansi terkait seperti Credit Union (CU) Cinta Mulia dan
kantor camat Silimakuta.
Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data-data dikumpulkan dengan lengkap. Untuk
menyelesaikan masalah 1, 2, 3, dan 4 digunakan analisis deskriptif dengan melakukan
penyajian hasil pengumpulan informasi tentang kelembagaan Credit Union dan penyajian
hasil pengumpulan informasi dari petani dengan menggunakan tabulasi sederhana.
Untuk masalah 4 digunakan skala untuk menyatakan efektivitas penggunaan kredit
atau pinjaman untuk usaha tani yaitu sebagai berikut:
n=
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Tabel 1. Skala Efektivitas penggunaan pinjaman untuk usaha tani
No Skala Bobot (%)
1 Tidak efektif 0 – 25
2 Kurang Efektif 26 – 50
3 Efektif 51 – 75
4 Sangat Efektif 76 - 100
Adapun tahapan deskriptif yang dilakukan adalah:
1. Tahap Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan pada saat pelaksanaan tahapan perencanaan adalah sebagai
berikut:
• Formulasi dari permasalahan riset. Pada tahapan ini akan dilakukan penentuan
dari research question yaitu bagaimana peranan keberadaan CU terhadap usaha
tani serta faktor-faktor pengambil keputusan untuk memilih CU dan research
objectives adalah melihat seberapa jauh penggunaan kredit dari CU secara efektif
digunakan.
• Determinasi dari desain riset. Dari langkah sebelumnya, maka bisa ditentukan tipe
dari research yang akan dilakukan yaitu descriptive research dan dapat
menentukan unit analisis yaitu individu dari anggota CU itu sendiri.
• Pemilihan metode pengumpulan data. Setelah desain riset ditentukan, langkah
selanjutnya adalah menentukan metode pengumpulan data yang akan digunakan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
faktor yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Berdasarkan semua faktor
tersebut maka pemilihan dari metode pengumpulan data dari riset adalah survey.
2. Tahap Pengambilan Data
Hal-hal yang dilakukan pada saat pelaksanaan tahap pengumpulan data adalah sebagai
berikut: Menentukan mekanisme survey yang akan dilakukan, yaitu wawancara dan
questionnaire (kombinasi). Setelah semua langkah diatas dilakukan maka proses
pelaksanaan pengumpulan data dimulai.
3. Tahap Pengolahan Data
Pada saat semua data yang dikumpulkan sudah selesai, langkah selanjutnya adalah
melaksanakan proses pengolahan data. Data kuesioner akan diolah dengan membuat
pengelompokan dari hasil pengumpulan data tersebut serta di visualisasikan dan dilihat
kesesuaiannya dengan hipotesa awal yang ada dan korelasi antara variabel yang ada. Data
hasil wawancara juga akan dilakukan hal serupa.
4. Tahap Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan akan diambil berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada
langkah sebelumnya.
Defenisi dan Batasan Operasional
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
1) Credit Union (CU) atau Koperasi Kredit adalah koperasi yang didirikan untuk
memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanyamemperoleh pinjaman
dengan mudah dan dengan ongkos yang ringan.
2) Kredit adalah sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari
pemilik kepada pemakai dengan mengharapkan memperoleh keuntungan, kredit
diberikan berdasarkan kepercayaan orang yang memberikan terhadap kecakapan
dan kejujuran si peminjam”.
3) Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang
dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan, yaitu sistem pemberian kredit yang
menciptakan suatu sistem pemberian kredit yang sehat dan teratur sehingga
benar-benar digunakan untuk kegiatan usaha.
4) Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh
yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas
utama yang harus dilaksanakan.
5) Petani adalah seseorang yang mengusahakan tanaman sebagai pekerjaan
utamanya.
6) Usaha Tani adalah suatu penataan dimana petani mengolah usaha taninya
berdasarkan tanggapan terhadap faktor lingkungan fisik, biologis dan sosial;
ekonomi sesuai dengan kemampuan.
b. Batasan Operasional
1) Daerah penelitian adalah Kelurahan Saribudolok, Kecamatan Silimakuta,
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
2) Sampel penelitian adalah CU Cinta Mulia dan petani yang menjadi anggota CU
Cinta Mulia di Kelurahan Saribudo lok, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten
Simalungun.
3) Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2009.
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian
A.Letak dan Luas Daerah Geografis
Kelurahan Saribu Dolok, Kecamatan Silimakuta terletak 64 km dari Raya,
Ibukota Kabupaten Simalungun. Kelurahan Saribudolok mempunyai luas wilayah 2060
ha (20.600.000 m2) dan berada pada ketinggian 1400 m dpl dengan topografi datar,
bergelombang dan berbukit. Secara administrasi Kelurahan Saribudolok mempunyai
batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Purba
Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Sibangun Meriah
Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Purba Tua
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan pematang Silimakuta
B. Penggunaan lahan
Kelurahan Saribudolok mempunyai luas wilayah 2060 ha (20.600.000 m2).
Penggunaan lahan di kelurahan Saribudolok menurut fungsinya terdiri dari usaha tani
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
andosol, grumusol, latosol, podsoloid merah, kuning,podsoloid coklat kemerahan dan
kekuning-kuningan, yang mmbutuhkan penambahan unsur hara untuk mendapatkan
unsur tanah yang baik.
Gambaran luas wilayah Kelurahan Saribudolok berdasarkan jenis penggunaan
lahan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Penggunaan lahan di Kelurahan Saribudolok tahun 2008
No Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Lahan Kering 2030 98,54
2 Lahan Sawah 5 0,24
3 Halaman Pekarangan 15 0,73
4 Lainnya 10 0,49
Jumlah 2060 100,00
Sumber: BPS Sumatera Utara, Kelurahan Saribu dolok dalam Angka, 2008
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebanyak 2030 ha (98,54 %) penggunaan
lahan di Kelurahan Saribudolok lebih banyak digunakan sebagai lahan kering yaitu untuk
lahan pertanian yang mengusahakan tanaman hortikultura dan tanaman keras seperti
kopi. Mata pencaharian masyarakat kelurahan Saribudolok yang dominan bekerja sebagai
petani dimana dalam satu lahan milik petani terdapat berbagai jenis tanaman hortikultura
yang ditanam.
Lahan seluas 5 ha (0,24) digunakan untuk lahan pertanian sawah (pengairan non
teknis). Lahan pertanian sawah di Kelurahan Saribudolok menggunakan sumber mata air
dari pegunungan sebagai sarana pengairan (irigasi),sehingga masyarakat Kelurahan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Lahan seluas 15 ha (0,73) dan 10 ha (0,49) berfungsi sebagai lahan non pertanian
yaitu digunakan untuk pemukiman penduduk, perkantoran, pertokoan, sekolah dan
pekarangan.
Keadaan penduduk
Penduduk Kelurahan Saribudolok berjumlah 6536 jiwa dengan jumlah kepala
keluarga 1365 KK. Jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 3280 jiwa (50,18%) dan
jumlah penduduk perempuan adalah sebanyak 3256 jiwa (49,82%).
Penduduk di Kelurahan Saribudolok memiliki kelompok umur yang bervariasi.
Secara terperinci keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk menurut Usia Kelurahan Saribudolok
No Golongan Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0-14 tahun 2363 36,16
2 15-64 tahun 3965 60,66
3 64+ 208 3,18
Jumlah 6536 100,00
Sumber: BPS Sumatera Utara, Kelurahan Saribu dolok dalam Angka, 2008
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan
Saribudolok menurut kelompok umur terdapat pada golongan umur 15-64 tahun yaitu
sebanyak 3965 jiwa (60,66%). Jumlah penduduk terkecil menurut kelompok umur di
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
jiwa (3,18%). Jumlah penduduk pada golongan umur 15-64 tahun merupakan penduduk
yang produktif dan dapat bekerja sehingga dapat menghidupi kebutuhan keluarganya.
Pendidikan merupakan hal utama bagi penduduk untuk dapat mengembangkan
pengetahuan dan Sumber Daya Manusia. Dalam proses pendidikan dapat diperoleh
terapan dari nilai-nilai moral dan etika serta pengetahuan untuk mencapai tujuan
pembangunan. Pendidikan terdiri dari 2 jenis yaitu pendidikan formal dan pendidikan
nonformal. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Kelurahan
Saribudolok dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Kelurahan Saribudolok
No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase
(%)
Sumber: BPS Sumatera Utara, Kelurahan Saribu dolok dalam Angka, 2008
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pendidikan penduduk secara formal sangat
bervariasi. Namun distribusi penduduk paling banyak yaitu penduduk pada tingkat
pendidikan SD. Penduduk yang tamat SD dengan jumlah 1381 jiwa (21,74%) dan yang
tidak tamat SD jumlahnya sebanyak 1031 jiwa (16,23 %). Sebahagian besar penduduk
sudah menamatkan pendidikan SMP dan SLTA, dapat dilihat dari jumlah penduduk yang
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Penduduk yang mengikuti pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi.
Jumlahnya masih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan.
Jumlah penduduk yang mengambil pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi adalah
sebanyak 258 jiwa (4,55%). Jumlah yang tidak/belum sekolah mencapai 1033 jiwa
(16,26%).
Perekonomian Desa
Pada umumnya sumber mata pencaharian penduduk di kelurahan Saribu dolok
adalah sektor pertanian. Komposisi penduduk Kelurahan Saribudolok menurut mata
pencaharian dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian Di Kelurahan Saribu Dolok Tahun 2008
No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani/ Nelayan 1059 48,09
2 Pedagang 254 11,53
3 Pengusaha Ternak 3 0,14
4 Buruh Tani 415 18,85
5 PNS 471 21,39
Jumlah 2202 100,00
Sumber: BPS Sumatera Utara, Kelurahan Saribu dolok dalam Angka, 2008
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Saribu dolok
mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 1059 jiwa (48,09%).
Penduduk dengan sumber mata pencaharian buruh tani juga mencapai 415 jiwa (18,85%).
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian didominasi oleh sektor pertanian.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
sebanyak 21,39%. Penduduk yang mata pencahariannya pedagang yaitu sebanyak 254
jiwa atau 11,54 %. Penduduk yang menekuni mata pencaharian sebagai peternak paling
sedikit terdapat di Kelurahan Saribudolok yaitu sebanyak 3 jiwa atau 0,14 %. Lembaga
pembiayaan cukup banyak terdapat di daerah ini. Lembaga keuangan meliputi bank dan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ada 4 buah dan lembaga bukan bank ada 4 buah seperti
Credit Union dan koperasi.
Karakteristik Petani Respoden
Karakteristik petani diperoleh dari petani yangmenjadi responden untuk penelitian
ini yaitu petani yang menjadi anggota CU Cinta Mulia sebanyak 37 responden. Adapun
karakteristik petani responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan,
lama bertani, jumlah tanggungan dan luas lahan. Karakteristik petani responden dapat
dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini:
Tabel 4.5. Karakteristik petani responden
No. Uraian Satuan Range Rata-rata
Sumber: Data diolah dari Lampiran 1
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa Luas Lahan untuk petani adalah 0,62 Ha dengan
rentang 0,08-3 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden termasuk petani yang
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Dari tabel juga diketahui bahwa rata-rata umur petani adalah 40,92 tahun dengan
range 21-71 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden masih tergolong pada
usia produktif yang masih memiliki tenaga kerja potensial untuk mengusahakan usaha
tani nya.
Rata-rata jumlah tanggungan adalah 3 jiwa dengan rentang 0-7 jiwa. Petani masih
mengandalkan tenaga kerja dalam keluarga tapi tergantung pada luas lahan yang dimiliki.
Semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani maka semakin sedikit tenaga kerja dalam
keluarga yang digunakan.
Rata-rata pengalaman bertani petani responden adalah 15,73 tahun dengan range
1-49 tahun.
Tingkat pendidikan yang dijalani oleh petani responden memiliki rata-rata 11,11
tahun dengan range 0-16 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan petani
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan terhadap petani di Kelurahan Saribudolok Kecamatan
Silimakuta Kabupaten Simalungun dengan jumlah petani responden sebanyak 37 orang.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keberadaan Credit Union sebagai lembaga
pembiayaan terhadap usaha tani.
Profil Credit Union (CU) Cinta Mulia
Koperasi kredit/ Credit Union Cinta Mulia merupakan perintis bertumbuhnya
Koperasi kredit/ CU di sumatera Utara. Pada tanggal 3 Juli 1971 dibentuklah Credit
Union di Budi Mulia oleh para guru/pegawai dan beberapa non guru/ pegawai SMA Budi
mulia yang terkumpul dalam kelompok studi bahasa Inggris dan studi pembangunan. Hal
ini disponsori oleh bapak P. M Sitanggang dan Jaminar Sitorus (kelompok guru/
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
lain yang berada dalam satu kompleks yaitu SD, SMP dan STM Cinta Rakyat, dari sejak
itu nama CU Budi Mulia diubah menjadi CU Cinta Mulia.
Pada permulaan tahun 1980-an dibuka juga untuk guru/pegawai perguruan
Katholik serta perguruan lain se-kotamadya Pematang Siantar. Dan keadaan ini
berlangsung hingga akhir tahun 2000. Kelompok inilah merupakan cikal bakal
pembentukan Badan Kordinasi Koperasi Kredit Daerah Sumatera Utara yang sekarang.
Saat ini CU Cinta Mulia memiliki kantor pusat yang bertempat di Jl. Melanton Siregar
No. IA Kodya P. Siantar.
a. Periode Pembentukan Sampai Akhir 2000
Dalam rentang waktu hampir 30 tahun, CU Cinta Mulia tidak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan. Hingga akhir tahun 2000 CU Cinta
Mulia hanya memiliki anggota sebanyak 312 orang dan mengembangkan asetnya Rp.
354.980.883. Pertumbuhan anggota sangat lambat karena alat pemersatu yang sangat
sempit. Kegiatan hanya ada pada sore hari permulaan bulan, setoran simpanan dan
angsuran pinjaman dan lain-lain dilakukan para kolektor di setiap unit sekolah/kerja. CU
Cinta Mulia pada saat itu sudah memiliki badan hukum, yaitu No.
57/BH/KDK/2.14/VIII/99.
b. Periode Tahun 2001 hingga 2002
Pengurus periode 1997/ 2001 mengalokomodir animo masyarakat umum untuk
bergabung dengan credit union. Pada RAT tahun buku 2001 yang dilaksanakan pada
akhir bulan Januari 2002 Kopdit/ CU Cinta Mulia mengembangkan sayapnya mencakup
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Sampai menjelang akhir periode kepengurusan 1997-2001, sistem masih
menganut ”Pengurus Pelaksana” dengan merekrut seorang karyawan honor untuk
memperlancar pekerjaan bendahara yang berfungsi sebagai pelaksana transaksi dan
administrasi keuangan, yang lain-lain kegiatan masih dilaksanakan oleh pengurus. Pada
RAT tahun buku 2000 juga diputuskan bahwa sistem manajemen dirintis untuk mengarah
ke profesionalisme paling lambat 1 Juni 2001. Pada RAT tahun buku 2001 yang
dilaksanakan pada akhir Januari 2002, pengurus pertama yaitu periode 2002-2003 terpilih
melalui pemilihan langsung (voting) oleh perwakilan RAT.
Adapun Visi CU Cinta Mulia yaitu:
”CU Cinta Mulia adalah lembaga pemberdayaan anggota/ masyarakat melalui
pelayanan pendidikan dan keuangan yang dikelola berpedoman pada prinsip-prinsip
koperasi dengan menerapkan azas keswadayaan, kesetiakawanan, dan kualitas anggota
berdasarkan Pancasila.”
Misi CU Cinta Mulia didasarkan pada prinsip-prinsip koperasi dimana yang
terkandung di dalamnya adalah filosofi, kerjasama dan nilai-nilai utama mengenai mutu,
keadilan dan saling menolong. Adapun perkembangan anggota dan kredit yang
disalurkan bagi masyarakat CU Cinta Mulia dari tahun 1999 – 2006 dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Anggota dan Kredit yang Disalurkan Tahun 1999 -2006
No Tahun Jumlah Anggota (Orang) Modal (Rp) Saldo Pinjaman (Rp)
1 1999 279 309.415.313 237.274.000
2 2000 312 354.369.590 321.642.000
3 2001 722 569.224.280 662.109.035
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
5 2003 3.622 3.154.341.330 4.480.202.715
6 2004 6.418 3.357.632.367 10.371.835.007
7 2005 9.285 11.618.377.257 20.326.097.128
8 2006 12.687 17.104.588.268 26.991.403.082
Sumber: CU Cinta Mulia, Buku Pedoman, Tahun 2008
Pertumbuhan anggota yang sangat pesat terjadi mulai tahun 2002 dimana
pertumbuhannya mencapai 199% atau 2 kali lipat dari dari jumlah anggota sebelumnya
yaitu dari 722 orang pada tahun 2001 meningkat menjadi 2.160 orang pada tahun 2002.
Kemudian diikuti dengan tahun-tahun selanjutnya dimana pertumbuhan anggota dapat
meningkat di atas 30 % setiap tahunnya. Perkembangan yang pesat juga terjadi pada
kredit yang disalurkan oleh CU Cinta Mulia, dimana hingga tahun 2006, kredit yang
disalurkan Credit Union Cinta Mulia mencapai Rp. 26.991.403.082.
Credit Union Cinta Mulia adalah koperasi kredit yang bergerak dalam pelayanan
simpan pinjam kepada anggotanya, maka simpanan sangat mempengaruhi kegiatan
mobilisasi modal CU Cinta Mulia. Adapun perkembangan aset CU Cinta Mulia pada
tahun 1999 hingga 2006 yaitu:
Tabel 5.2 Perkembangan Aset CU CINTA MULIA Tahun 1999 – 2006
No Tahun Aset (Rp) Simpanan Saham
3 2001 783.104.364 563.358.950 26.578.584 30.442.237
4 2002 2.023.962.897 1.515.126.549 295.604.779 10.443.237
5 2003 4.836.162.824 2.945.444.110 1.416.624.273 91.995.748
6 2004 11.918.349.137 5.983.002.690 5.302.148.185 181.395.751
7 2005 23.417.906.449 11.031.479.577 10.192.073.615 393.239.013