PERANAN
RUMAH
SAKIT
DALAM
PELAKSANAAN
PROGRAM
ASI
EKLUSIF
FAKULTAS
KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS
SUMATERA
UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN ………. 1
1.1. Pengantar ……… 1
1.2. Latar belakang ………... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 6
2.1. Pengertian Air Susu Ibu ……….. 6
2.2. Kebaikan ASI dan Menyusui ……….. 6
2.3. Proporsi pemberian ASI Ekslusif ………... 7
2.4. Kebijakan-kebijakan Pemerintah RI sehubungan penggunaan ASI Eksklusif ……… 9
2.5. Manajemen Laktasi ……….. 10
2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ……….. 12
2.7. Program ASI Ekslusif di Rumah Sakit ……….. 14
2.8. Pemberian ASI Ekslusif di Rumah Sakit ……… 17
BAB III KESIMPULAN dan SARAN ………... 19
PERANAN RUMAH SAKIT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSLUSIF
RUSMALAWATY
DEPARTEMEN AKK
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 PENGANTAR
Air susu ibu merupakan anugerah yang tak ternilai harganya, hanya seorang ibu yang
dapat memberikan anugerah tersebut kepada bayinya. Menyusui secara eksklusif merupakan cara
yang aman, baik dan selalu tersedia untuk pemberian makanan bayi dalam 6 bulan pertama
kehidupannya. Dan penting untuk diteruskan lebih dari 6 bulan sebagaimana WHO dan UNICEF
merekomendasikan bahwa menyusui harus berlanjut bersama makanan pendamping ASI yang
benar sampai 2 tahun atau lebih.
Para pakar dewasa ini menyetujui bahwa ASI dapat memberikan semua yang dibutuhkan
bayi normal untuk 6 bulan pertama dan tanpa memerlukan minuman atau makanan lain selama
periode ini. Menyusui eksklusif diartikan bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibunya sendiri
Banyak ibu yang mengalami menyusui eksklusif selama 6 bulan merupakan suatu hal
yang sederhana. Mereka tidak perlu cemas apakah bayi memperoleh minuman atau makanan
yang cukup atau apakah ini benar dan tanpa kesulitan atau tanpa biaya untuk membuat makanan
lain yang tidak perlu.
Disayangkan, bahwa menyusui eksklusif tersebut masih jarang dilakukan oleh masyarakat
kita dengan berbagai alasan. Hal ini dapat ditentukan cakupan bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif baru mencapai 38% dari rencana pencapaian 59% sehingga persentase pencapaian baru
mencapai 64%.
Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) di Indonesia perlu ditingkatkan dan dilestarikan. Dalam
pelestarian penggunaan ASI, yang terutama perlu ditingkatkan adalah pemberian ASI eksklusif,
yaitu pemberian ASI segera (kurang lebih 30 menit setelah lahir) sampai bayi berumur 4 bulan
dan memberikan kolostrum pada bayi.
Bila kesehatan ibu setelah melahirkan baik, menyusui merupakan cara memberi makan
yang paling ideal untuk 4–6 bulan pertama sejak dilahirkan, karena ASI dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Setelah ASI tidak lagi cukup mengandung protein dan kalori, seorang bayi
mulai memerlukan minuman/makanan pendamping ASI.
Gambaran mengenai pemberian ASI pada bayi ditunjukkan dalam SKRT. SKRT tersebut
menunjukkan bahwa pada bayi umur 0–2 bln yang mulai diberi makanan pendamping cair
sebesar 21,2%; makanan lumat/lembik 20,1%; dan makanan padat 13,7%. Pada bayi berumur 3–
5 bln, yang mulai diberi makanan pendamping cair sebesar 60,2%; lumat/lembek 66,2% dan
Sementara itu, hasil penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa para ibu memberi makanan
pralaktal (susu formula dan madu) pada hari pertama atau hari kedua sebelum ASI diberikan,
sedangkan yang menghindari pemberian kolostrum 62,6% (Unika-Atma Jaya 1990:15). Selain
itu hasil SDKI 1991 dan 1994 menunjukkan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif di
pedesaan pada 1991 sebesar 54,9% dan menurun menjadi 48% pada 1994. Sedangkan di
perkotaan pada 1991 sebesar 46,7% dan menurun menjadi 45,7% pada 1994.
Sampai saat ini, telah banyak informasi yang menggambarkan tentang besarnya
prosentase pemberian ASI eksklusif, tetapi belum banyak informasi yang menganalisis penyebab
rendahnya pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu, rendahnya pemberian ASI eksklusif oleh
para ibu masih perlu dipelajari, terutama yang berhubungan dengan latar belakang sosial
ekonomi, sosial demografi dan perawatan kesehatan waktu hamil serta melahirkan.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 mendapati baru sekitar
52 persen ibu yang memberikan ASI (air susu ibu) eksklusif kepada anak-anak mereka.
Yang dimaksud dengan pemberian ASI Eksklusif menurut Dr Utami Roesli, Ketua
Lembaga Peningkatan Penggunaan ASI Sint Carolus adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa
makanan tambahan cairan lain. Misalnya susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
bantuan bahan makanan padat seperti pisang, pepaya, nasi yang dilembutkan, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, tim, dan lain sebagainya.
Kegunaan pemberian ASI Ekslusif ini tidak hanya diperoleh bayi, ibu yang menyusuinya
pun akan mendapatkan keuntungan yaitu, si ibu akan lebih cepat kembali ke berat badan yang
I.2. Latar Belakang
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang menjadi sumber daya bangsa di masa
akan datang,untuk itu perlu mendapat perhatian yang khusus agar terjamin kelangsungan dan
perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh kembang dapat berlangsung secara
optimal untuk proses tersebut.
ASI merupakan makanan yang sempurna bagi bayi karena mengandung gizi yang sesuai
dengan kebutuhan bayi. Pemberian ASI sejak usia dini terutama ASI ekslusif yaitu pemberian
hanya ASI saja mulai bayi lahir sampai berusia enam bulan. ASI dapat menjadikan
perkembangan dan pertumbuhan otak bayi dengan sempurna. ASI dapat meningkatkan system
kekebalan tubuh dan mencegah penyakit diare, penyakit saluran pernafasan, penyakit telinga,
penyakit saluran kencing dan membangun hubungan saling percaya antara bayi dan ibu.
Program pemberian ASI merupakan prioritas karena mempunyai dampak yang sangat
luas terhadap status gizi dan kesehatan bayi, manfaat dan keunggulan ASI perlu ditunjang
dengan pemberian ASI yang benar yaitu pemberian hanya ASI sampai bayi berusia enam bulan.
Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya. Upaya peningkatan
perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama
adalah faktor sosial budaya, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya
mendukung PP-ASI, gencarnya promosi PASI.
Para ibu sering sering tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini
dari semestinya. Sangat disayangkan di Indonesia kenyataannya penggunaan ASI belum seperti
disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah adanya tantangan yang cukup besar pada
upaya pelayanan kesehatan terutama di rumah sakit (iming-iming berupa bonus atau rangsangan
produsen formula), penyuluhan terhadap perilaku masyarakat untuk meunjang pemberian ASI
masih kurang optimal dan efisien, faktor ibu sendiri, sosial budaya dan faktor-faktor lain yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Air Susu Ibu.
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu yang berguna sebagai makanan bagi
bayinya.
Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI)
saja kepada bayi sampai umur 4 (empat) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali
sirup obat.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama
dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
2.2. Kebaikan ASI dan Menyusui.
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:
- ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna
untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
pencernaan bayi.
- ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam usus
laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk:
* Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
* Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan
* Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
* Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium.
- ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan
pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus,
lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
- ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
- Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan
keuntungan bagi ibu, yaitu:
- Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya.
- Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi
perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
- Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan
pengembalian keukuran sebelum hamil.
- Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
- Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan
(menjarangkan kehamilan).
- Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
2.3. Proporsi pemberian ASI Ekslusif
Dalam upaya meningkatkan pemberian ASI eksklusif yang terutama ditingkatkan adalah
“Menyusui ASI Eksklusif”. Menurut petunjuk Bina Gizi Masyarakat, pengertian ASI eksklusif
kepada anak < 4 bulan. Untuk mengetahui anak/bayi tersebut menyusui ASI eksklusif atau tidak,
ditelusuri dari anak menyusu ASI/tidak menyusui. Dari anak yang menyusu, ditelusuri anak yang
hanya diberi ASI saja dan diberi makan/minum, kemudian anak tersebut dalam 24 jam hanya
diberi ASI.
Dari definisi ini, telah diperoleh gambaran bahwa bayi yang < 1 bulan, proporsi menyusu
ASI ekslusif justru lebih rendah dari bayi umur 1 bulan. Proporsi ini terjadi di daerah perkotaan
dan di pedesaan. Hal ini kemungkinan karena ibu-ibu dalam masa kini banyak melakukan
kegiatan untuk memperoleh tambahan pendapatan keluarga. Hal ini didasarkan pada hasil
analisis asosiasi bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif mempunyai hubungan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh ibu.
Proporsi pemberian ASI eksklusif di perkotaan dan pedesaan untuk umur bayi < 1–3
bulan cenderung tidak jauh berbeda. Hal ini kemungkinan terjadi karena para ibu di desa dan di
kota telah sama-sama terpapar oleh media, sehingga pengetahuan dan kepedulian mereka
terhadap bayi untuk menyusui cukup besar.
Jumlah anak umur 0–4 tahun dalam keluarga tampaknya mendukung pemberian ASI
eksklusif oleh para ibu. Hal ini didasarkan pada hasil uji regresi bahwa jumlah anak 1–2 dalam
keluarga mempunyai pengaruh dibandingkan dengan keluarga yang tidak mempunyai 1–2 anak.
Berdasarkan umur, proporsi pemberian ASI eksklusif tampak cukup bervariasi dari umur
< 1 bulan sampai umur 3 bulan. Hal ini yang menunjukkan bahwa bayi yang berumur 2 bulan
berumur 2 bulan, tertinggi dibandingkan dengan kemungkinan pada umur 1 bulan dan 3 tiga
bulan.
Sementara itu, proporsi pemberian ASI eksklusif berdasarkan kategori lokasi (di
perkotaan, di pedesaan, di desa tertinggal dan di desa tak tertinggal), tidak terjadi perbedaan
yang cukup tajam. Hal ini kemungkinan terjadi karena pengaruh modernisasi di desa-desa
sehingga para ibu kurang menyadari pentingnya pemberian ASI eksklusif. Di samping itu telah
terjadi peningkatan iklan susu buatan yang secara gencar memasarkan produk susunya sebagai
pengganti ASI.
Dalam pemberian ASI ekslusif walaupun ada kecenderungan bahwa yang pengeluaran
rata-rata sebulannya tinggi, rata-rata pengeluaran untuk makan tinggi dan penghasilan bersih dari
pekerjaan utama tinggi, tampaknya tidak mempunyai pengaruh langsung pada kemungkinan
pemberian ASI eksklusif. Hal ini terbukti dengan tidak adanya pengaruh yang bermakna pada
menyusui ASI ekslusif dengan variabel pertolongan pertama/kedua waktu melahirkan,
terpaparnya dari media radio, TV, serta membaca koran. Oleh karena itu tampaknya masih
diperlukan informasi dari sumber lain mengenai faktor-faktor yang menentukan ibu-ibu dalam
menyusui ASI, khususnya ASI eksklusif.
2.4. Kebijakan-kebijakan Pemerintah RI sehubungan penggunaan ASI Eksklusif
1. Inpres No.14/1975 Menko Kesra selaku koordinator pelaksana menetapkan bahwa salah
2. Permenkes No.240/1985 Melarang produsen susu formula untuk mencantumkan
kalimat-kalimat promosi produknya yang memberikan kesan bahwa produk tersebut setara atau lebih
baik mutunya daripada ASI.
3. Permenkes No.76/1975 Mengharuskan produsen susu kental manis (SKM) untuk
mencantumkan pada label produknya bahwa SKM tidak cocok untuk bayi, dengan warna tulisan
merah dan cukup mencolok.
4. Melarang promosi susu formula yang dimaksudkan sebagai ASI di semua sarana pelayanan
kesehatan.
5. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi berumur 4-6 bulan dan menganjurkan
pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun.
6. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah maupun swasta.
7. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal PP-ASI sehingga petugas tersebut
terampil dalam melaksanakan penyuluhan pada masyarakat luas.
8. Pencanangan Peningkatan Penggunaan ASI oleh Bapak Presiden secara nasional pada
peringatan Hari Ibu ke-62 (22Desember1990).
9. Upaya penerapan 10 langkah untuk berhasilnya menyusui di semua rumah sakit, rumah
bersalin dan puskesmas dengan tempat tidur.
2.5. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu
Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal)
sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal) dan pada masa menyusui
selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal). Bagaimana mengelola ketiga periode
penting ini dengan baik? Berikut langkah-langkah yang dikemukakan Spesialis Kebidanan Dr
Harini Susiana SpOG:
Periode Antenatal:
1. Meyakinkan diri sendiri akan keberhasilan menyusui dan bahwa ASI adalah amanah Ilahi.
2. Makan dengan teratur, penuh gizi dan seimbang.
3. Mengikuti bimbingan persiapan menyusui yang terdapat di setiap klinik laktasi di rumah sakit.
4. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
5. Menjaga kebersihan diri, kesehatan, dan cukup istirahat.
6. Mengikuti senam hamil.
Periode Perinatal:
1. Bersihkan puting susu sebelum anak lahir.
2. Susuilah bayi sesegera mungkin, jangan lebih dari 30 menit pertama setelah lahir (inisiasi
dini).
3. Lakukan rawat gabung, yakni bayi selalu di samping ibu selama 24 jam penuh setiap hari.
4. Jangan berikan makanan atau minuman selain ASI.
5. Bila dalam 2 hari pertama ASI belum keluar, berikan bayi air putih masak dengan
menggunakan sendok.
6. Jangan memberikan dot maupun kempengan karena bayi akan susah menyusui, di samping
7. Susuilah bayi kapan saja dia membutuhkan, jangan dijadwal. Susuilah juga bila payudara ibu
terasa penuh. Ingatlah bahwa makin sering menyusui, makin lancar produksi dan pengeluaran
ASI.
8. Setiap kali menyusui, gunakanlah kedua payudara secara bergantian. Yakinkan bahwa
payudara telah kosong atau bayi tidak lagi mau mengisap.
9. Mintalah petunjuk kepada petugas rawat gabung, bagaimana cara menyusui yang baik dan
benar.
Periode Postnatal:
1. Berikan ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan atau penyusuan eksklusif dan teruskan
pemberian ASI sampai bayi berumur 2 tahun.
2. Berikan makanan pendamping ASI saat bayi mulai berumur 6 bulan.
2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
Menyusui merupakan proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau
menghentikan menyusui lebih dini. Berbagai alasan ibu-ibu menghentikan pemberian ASI
kepada bayi adalah: produksi ASI kurang (32%), masalah pada puting susu (28%), ibu bekerja
(16%), pengaruh iklan susu formula (16%), ingin dianggap modern (4%).
Beberapa sebab terjadinya penurunan penggunaan ASI ekslusif antara lain:
1. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga.
2. kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi pembuatan makanan
bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu buatan untuk bayi, mendorong ibu untuk
3. Iklan yang menyesatkan dari berbagai produksi makanan bayi.
4. Para ibu sering keluar rumah karena bekerja atau dengan tugas-tugas sosial.
5. Adanya anggapan dengan memberikan susu botol kepada bayi merupakan suatu simbol bagi
kehidupan tingkat sosial yang lebih tinggi, terdidik dan mengikuti perkembangan zaman.
6. Pengaruh melahirkan di klinik atau rumah sakit, dimana belum semua petugas paramedik
diberi pesan dan informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta
praktek yang keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir.
Sering juga seorang ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa misalnya karena
persalinan yang patologis juga karena faktor lain misalnya karena bendungan ASI yang
mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada puting susu dan
adanya penyakit kronis tertentu yang merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui
bayinya, demikian juga ibu yang gizinya tidak baik akan menghasilkan ASI dalam jumlah yang
relatif lebih sedikit dibanding ibu yang sehat dan gizinya lebih baik. Disamping itu juga karena
faktor dari pihak bayi yang lahir premature, bayi sakit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian PASI adalah agresifnya promosi PASI
(pendamping air susu ibu) yang mengasosiasikan perusahaan/merek produk dengan jaminan
kesehatan bayi, memperkenalkan PASI sejak lahir bahkan sejak sebelum lahir melalui ibu,
mengurangi keyakinan ibu untuk dapat menyusui dan menciptakan susu lanjutan agar ASI
berhenti, menciptakan mitos : Bayi perlu diperkenalkan makanan sedini mungkin, ibu bekerja
tidak dapat menyusui.
1. Sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah mangikuti
perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan, konsep baru tentang pemberian ASI.
2. Sikap pananggung jawab ruang bersalin dan perawatan di rumah sakit yang langsung
memberi susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar ibu
mampu memberikan ASI pada bayinya.
3. Belum diterapkannya rawat gabung disebagian besar institusi kesehatan.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, diharapkan prioritas utama dalam rangka promosi
ASI adalah meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan motivasi petugas kesehatan mengenai
pemberian ASI.
2.7. Program ASI Ekslusif di Rumah Sakit.
Dalam meningkatkan penggunaan ASI, masalah utama dan prinsipal adalah bahwa
ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi yang mendukung, sehingga menambah keyakinan
bahwa mereka akan dapat menyusui bayinya dengan sukses, ditambah lagi pada umumnya para
ibu mau patuh dan menurut nasehat petugas kesehatan sehingga nasehat yang diberikan oleh
petugas akan diikuti oleh ibu-ibu untuk menyusui sendiri bayinya.
Tugas ini hanya akan berdampak positif bila petugas kesehatan berpengetahuan cukup
mengenai cara memberikan informasi yang diperlukan serta mendidik ibu dalam mengatasi
masalah yang timbul serta didukung oleh kebijakan rumah sakit yang sesuai dengan permenkes
nomor 240 tahun 1985 tentang larangan susu formula sesuai dengan Juklak Depkes tahun 1991
dan pengetahuan petugas sangat tergantung pada pengetahuan yan diterima selama pendidikan,
Program ASI ekslusif di rumah sakit merupakan salah satu pelaksanaan program
pembangunan kesehatan yang bertujuan menurunkan angka kematian bayi dan anak di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan diadakannya gerakan nasional peningkatan penggunaan
air susu ibu (PP-ASI) yang dicanangkan oleh presiden RI pada tanggal 22 Desember 1990.
Sejalan dengan itu kampanye dan penyuluhan PP-ASI perlu dilaksanakan lebih intensif lagi agar
persentase ibu-ibu yang menyusui ekslusif dapat meningkat.
Rumah sakit harus membuat kebijakan tertentu tentang larangan promosi susu formula
sesuai dengan Juklak Depkes tahun 1991 tentang Permenkes no 240 tahun 1985. Dan pada
tanggal 3 agustus 1991 diadakan lomba rumah sakit sayang bayi serta adanya kesepakatan
produsen importer produk makanan bayi (PMB) yang antara lain bahwa isi kesepakatan tersebut
menyatakan PMB tidak memasarkan produknya ke sarana pelayanan kesehatan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Dalam pelaksanaan program ASI ekslusif di rumah sakit selalu berpedoman pada
pelaksanaan Permenkes RI no 240/men.Kes/Per/v/1995 tentang pengganti ASI, dimana tertuang
didalamnya pokok-pokok kebijaksanaan peningkatan penggunaan ASI secara ekslusif.
A. Dalam pelaksanaan kegiatan PP-ASI seluruh aparat baik pemerintah maupun swasta,
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat yang berpedoman pada
kebijaksanaan PP-ASI yang meliputi: 1.) Menyusui ekslusif, 2.) ASI diberikan sampai 2
tahun, 3.) Larangan promosi/penggunaan pengganti ASI, 4.) Melaksanakan sepuluh
langkah menuju keberhasilan menyusui (10 langkah MKM),5.) Peningkatan penyuluhan
B. Sasaran meliputi: 1.) Penentu kebijakan termasuk para pengambil keputusan dan
administrator (legislatif, eksekutif dan judikatif), 2.) Institusi pendidikan kesehatan, 3.)
Petugas kesehatan, 4.) petugas non kesehatan formal dan non formal, 5.) Masyarakat
umum.
C. Langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan PP-ASI yaitu: 1.) Memanfaatkan dan
memasyarakatkan peraturan dan perundang-undangan yang mendukung program PP-ASI,
2.) Melaksanakan orientasi kepada penentu kebijakan, pengambil keputusan dan
administrator baik disektor pemerintah, swasta dan masyarakat, 3.) melaksanakan
pelatihan bagi petugas kesehatan dan non kesehatan, 4.) Menigkatkan penyuluhan
PP-ASI, 5.) Menyediakan sarana dan memberikan pelayanan yang kegiatan PP-ASI sesuai
kebijakan PP-ASI, 6.) pemantauan dan evaluasi program PP-ASI berdasarkan indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya, 7.) Petugas kesehatan memberikan
nasihat secara khusus pada ibu-ibu yang mengalami kesulitan dalam pemberian ASI.
Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui, yaitu : 1.) Mempunyai kebijakan tertulis
tentang menyusui yang secara rutin disampaikan kepada semua staf pelayanan kesehatan untuk
diketahui, 2.) Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan yang diperlukan
untuk menerapkan dan melaksanakan kebijakan tersebut, 3.) Menjelaskan kepada semua ibu
hamil tentang manfaat dan penatalaksanaan menyusui, 4.) Membantu ibu-ibu untuk mulai
menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, 5.) Memperlihatkan kepada
ibu-ibu cara menyusui dan mempertahankannya sekalipun saat ibu-ibu berpisah dengan bayinya, 6.)
Tidak memberikan makanan ataupun minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir,
kecuali bila ada indikasi medis, 7.) Melaksanakan rawat gabung memungkinkan/mengizinkan
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan bayi (on-demand), 9.) Tidak memberikan dot atau
kempeng pada bayi yang sedang menyusui, 10.) Membentuk kelompok pendukung menyusui
dan menganjurkan ibu-ibu yang pulang dari rumah sakit atau klinik selalu berhubungan ke
kelompok tersebut.
2.8. Pemberian ASI Ekslusif di Rumah Sakit.
Pemberian ASI Eksklusif di Rumah Sakit Sering Terkendala Sekedar informasi
bermakna tentang ASI. Praktik di rumah sakit yang memberikan susu formula atau air putih pada
bayi yang baru lahir, secara signifikan menurunkan jumlah ibu yang memberikan ASI secara
eksklusif pada bayinya.
Peneliti di Amerika Serikat melakukan survei terhadap 1.573 ibu yang melahirkan anak
tunggal di rumah sakit. Hasil yang ditemukan terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah
ibu yang mengatakan ingin memberikan ASI eksklusif. Pada saat ditanya pertama kali hampir 70
persen ibu mengatakan ingin memberikan ASI eksklusif, tapi kenyataannya hanya 50 persen
yang melakukannya selama seminggu setelah melahirkan. Data tersebut menunjukkan bahwa
lebih dari 400.000 bayi yang lahir gagal mendapatkan ASI eksklusif.
Rendahnya pemberian ASI ini karena praktik di rumah sakit memberikan pengaruh yang
sangat kuat terhadap kegagalan ibu memberikan ASI eksklusif. Ibu yang tidak ditawarkan susu
formula jauh lebih mungkin untuk bisa memberikan ASI secara eksklusif, diperkirakan sekitar
4,4 kali lebih mungkin untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan dan 8,8 kali lebih mungkin
untuk ibu yang sudah pernah melahirkan.
diberi susu formula, meskipun sang ibu sudah memberitahu akan memberikan ASI eksklusif.
Sebagian besar ibu-ibu hanya menyusui selama seminggu di rumah sakit dan tindakan ini sangat
terkait dengan praktik yang dilakukan selama di rumah sakit.
Kejadian ini bukan hanya terjadi di Amerika saja, tapi juga banyak terjadi di Indonesia.
Banyak rumah sakit yang telah memberikan susu formula pada bayi baru lahir saat masih berada
di rumahsakit. Hal ini juga yang mempengaruhi banyaknya ibu yang gagal melakukan pemberian
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa peranan rumah sakit cukup besar
peranannya dalam hal melakukan promosi ASI ekslusif kepada ibu-ibu yang baru melahirkan.
Dalam hal ini manajemen rumah sakit sebaiknya memberikan motivasi yang lebih lagi kepada
petugas kesehatan agar lebih disiplin, serta kepada bidan-bidan agar diberi bimbingan secara
rutin baik pengetahuan tentang ASI ekslusif agar dapat memberikan penyuluhan tentang
pentingnya memberikan ASI kepada bayi yang baru lahir serta bagaimana cara agar ASI keluar
pada jam pertama setelah kelahiran bayi.
Para pejabat pembuat kebijakan pelayanan kesehatan seharusnya diberi informasi yang
cukup tentang manajemen laktasi, agar kebijakan tersebut searah dengan pelaksanaan di
lapangan.
Para petugas yang terlibat dalam program ASI ekslusif kiranya ikut berperan dalam
melarang promosi susu formula baik secara langsung maupun secara tak langsung yang dapat
DAFTAR PUSTAKA
1. Indonesia, Departemen Kesehatan, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Dikjen Pembinaan
Kesehatan Masyarakat (1992). Pedoman Pemberian Makanan Tambahan Pendamping
ASI (MP-ASI) Jakarta.
2. Departemen Kesehatan RI, 1992. Manajemen Laktasi.
3. Indonesia, Departemen Kesehatan, Badan Litbangkes-BPS (1992). Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT), Jakarta
4. Ratna LB (1995). Perubahan Perilaku Pemberian ASI di Indonesia. Majalah Kesehatan
Perkotaan II (I), Jakarta:84
5. Soetjiningsih,1997, ASI :Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan.Jakarta.
6. Suksmaningsih,Indah,2001.Kompetisi ASI dan Janji-janji Susu-susu Formula.
7. : http://misteradesetiawan.blogspot.com,diakses 26 Desember 2009.
8.