Universitas Kristen Maranatha iv
ABSTRAK
INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM
DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005
Astri Maulani, 2007; Pembimbing I: Bambang Hernowo, dr.,Sp.A.,M.Kes. Pembimbing II:Penny Setyawati M., dr.,Sp.PK.,M.Kes.
Ikterus merupakan masalah kesehatan yang umum ditemukan pada bayi-bayi baru lahir. Bila tidak ditangani secara dini, kadar bilirubin serum dapat meningkat secara berlebihan, dan mengakibatkan komplikasi ensefalopati bilirubin (Kern icterus). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui insidensi dan faktor-faktor risiko ikterus neonatorum di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Penelitian retrospektif ini menggambarkan insidensi dan faktor-faktor risiko ikterus neonatorum di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari-Desember 2005. Data bayi ikterus neonatorum diambil dari data rekam medik dan dianalisis dengan tabel kontingensi 2x2.
Insidensi ikterus neonatorum adalah 63 dari 1559 kelahiran (4,04%) yang terdiri dari bayi prematur 15 (23,81%) dan bayi matur 48 (76,19%). Faktor-faktor risiko ikterus neonatorum adalah berat badan lahir rendah, 20 (31,75%); multipara, 35 (55,56%); seksio saesaria, 32 (50,79%); vakum ekstraksi, 16 (25,49%); usia ibu < 16 dan > 35 tahun, 6 (9,52%); plasenta previa, 6 (9,52%); asfiksia, 6 (9,52%); ketuban pecah dini, 4 (6,35%); kehamilan ganda, 4 (6,35%); gawat janin, 4 (6,35%); preeklampsia berat, 3 (4,76%);dan kelainan kongenital, 1 (1,59%). Angka kematian bayi ikterus neonatorum 2 (3,17%).
Insidensi ikterus neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari-Desember 2005 adalah 4,04%. Faktor-faktor risiko ikterus neonatorum adalah bayi kurang bulan, berat badan lahir rendah, persalinan patologis, usia ibu, multiparita, preeklampsia berat, ketuban pecah dini, asfiksia, kehamilan ganda, plasenta previa, gawat janin dan kelainan kongenital.
ABSTRACT
THE INCIDENCE AND RISK FACTORS OF NEONATAL JAUNDICE AT IMMANUEL BANDUNG HOSPITAL IN PERIOD JANUARY-DECEMBER 2005
Astri Maulani, 2007 ; Tutor I: Bambang Hernowo, dr., Sp.A., M.Kes. Tutor II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK., M.Kes.
Jaundice is the common health issue that occurs in most newborn infants. If it is not early managed, serum bilirubin levels may increase excessively and cause ensefalopati bilirubin (Kern icterus) complication. The objective of this study was to know the incidence and the risk factors of neonatal jaundice in Immanuel Bandung Hospital.
The retrospective study was described the incidence and risk factors of neonatal jaundice at Immanuel Bandung Hospital in the period
January-December 2005. The data was taken from jaundice newborns medical record, and analyzed by 2x2 tabel contingency.
The incidence of neonatal jaundice was 63 from 1559 newborn infants (4.04%) that consist of 15 (23.81%) premature and 48 (76.19%) mature newborn. The risk factors of neonatal jaundice were low birth weight, 20 (31.75%); multiparity, 35 (55.65%); sectio caessaria, 32 (50.78%); vaccum extracsi, 16 (25.49%); maternal age < 16 and > 35, 6 (9.52%); placenta previa, 6 (9.52%); asphyxia, 6 (9.52%); premature rupture of the membran, 4 (6.35%); twins, 4 (6.35%); foetal distress, 4 (6.35%); preeclamption, 3 (4.76%); and congenital anomali, 1(1.59%). Mortality of neonatal jaundice was 2 ( 3.17%).
The incidence of neonatal jaundice to newborn infants at Immanuel Bandung Hospital in Januari-December 2005 was 4.04%. The risk factors of neonatal jaundice were premature newborn, low birth weight, pathological delivery, maternal age, parity, premature rupture of the membran, asphyxia, twins, placenta previa, foetal distress and congenital disease.
Universitas Kristen Maranatha vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR DIAGRAM... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 2
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian... 2
1.3.1 Maksud Penelitian... 3
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.4Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1Manfaat Akademis ... 3
1.4.2Manfaat Praktis ... 3
1.5Metode Penelitian... 4
1.6Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4
1.6.1 Lokasi Penelitian... 4
1.6.2 Waktu Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metabolisme Bilirubin ... 5
2.2 Ikterus Neonatorum... 8
2.2.1 Ikterus Neonatorum Fisiologis... 9
2.3 Etiologi Ikterus Neonatorum... 10
2.3.1 Etiologi Ikterus Neonatorum Fisiologis ... 10
2.3.2 Etiologi Ikterus Neonatorum Patologis ... 11
2.3.3 Etiologi Ikterus Neonatorum Ditinjau dari Saat Terjadinya Ikterus . 12 2.4 Patofisiologi Ikterus Neonatorum ... 15
2.4.1 Produksi Bilirubin yang Berlebihan (pre-hepatik) ... 15
2.4.2 Gangguan Ambilan Bilirubin... 16
2.4.3 Gangguan Konjugasi Bilirubin ... 16
2.4.4 Ekskresi Bilirubin Menurun... 16
2.4.5 Produksi Bilirubin Meningkat disertai Ekskresi yang Menurun... 17
2.5 Faktor Risiko Ikterus Neonatorum... 17
2.6 Pemeriksaan Penunjang untuk Pendekatan Diagnosis Ikterus Neonatorum... 18
2.7 Komplikasi Ikterus Neonatorum ... 21
2.8 Penatalaksanaan Ikterus Neonatorum ... 22
2.8.1 Terapi pada Bayi Sehat Cukup Bulan ... 23
2.8.2 Terapi Ikterus Neonatorum akibat Inkompatibilitas ABO... 26
2.9 Fototerapi ... 27
2.9.1 Indikasi Fototerapi pada Ikterus Neonatorum... 27
2.9.2 Kontraindikasi Fototerapi ... 28
2.9.3 Teknik Fototerapi ... 28
2.9.4 Komplikasi Fototerapi... 29
2.10 Transfusi Ganti... 30
2.11 Pencegahan Ikterus Neonatorum... 32
2.12 Prognosis Ikterus Neonatorum... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 34
Universitas Kristen Maranatha viii
3.6 Lokasi dan Waktu ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Insidensi Ikterus Neonatorum di Rumah Sakit Immanuel Bandung... 39
4.2 Hubungan Antara Ikterus Neonatorum dengan Berat Badan Lahir Bayi... 40
4.3 Hubungan Antara Ikterus Neonatorum dengan Proses Persalinan ... 42
4.4 Hubungan Antara Ikterus Neonatorum dengan Faktor Risiko yang Mempengaruhinya... 43
4.6 Angka Kematian Bayi Ikterus Neonatorum ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 46
5.2 Saran... 46
Daftar Pustaka ... 48
Lampiran ... 50
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hubungan kadar bilirubin dengan ikterus ... 19 Tabel 2.2 Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya
dan kadar bilirubin ... 25 Tabel 2.3 Pilihan tindakan pada inkompatibilitas golongan darah
berdasarkan usia dan kadar bilirubin... 27 Tabel 2.4 Pedoman fototerapi dan transfusi ganti berdasarkan berat badan .. 28 Tabel 2.5 Komplikasi fototerapi... 29 Tabel 2.6 Pedoman transfusi ganti berdasarkan berat badan
dan kadar bilirubin ... 30 Tabel 4.1 Bayi ikterus neonatorum berdasarkan jenis kelamin
dan Maturasi Kehamilan (n=63) ... 39 Tabel 4.2 Hubungan antara ikterus neonatorum dan
berat badan lahir bayi (n=63) ... 40 Tabel 4.3 Hubungan antara ikterus neonatorum
dan proses persalinan (n=63) ... 42 Tabel 4.4 Hubungan antara insidensi ikterus neonatorum dan
Universitas Kristen Maranatha x
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR DIAGRAM
Universitas Kristen Maranatha xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Formulir Data Subjek Penelitian
Insidensi dan Faktor-faktor Risiko
Ikterus Neonatorum
di Rumah Sakit Immanuel Bandung
Periode Januari-Desember 2005
Astri Maulani
(dr. Bambang Hernowo, Sp.A.,M.Kes.;
dr.Penny Setyawati M., Sp.PK,M.Kes.)
Data Bayi Ikterus Neonatorum
No. Registrasi :
No Rekam Medis :
Nama Bayi :
Jenis Kelamin :
Berat Badan Lahir :
Anak ke :
Lamanya dirawat di R.S : Maturasi bayi lahir :
Proses persalinan : Spontan/ Forceps/ Vaccum Extraccsi/ Sectio Caessaria/
Riwayat Kehamilan Ibu :
Usia Ibu :
Faktor Resiko :
51
Universitas Kristen Maranatha Lampiran 2. Tabel Data Rekam Medik
No No.RekMed
Us-I MTR Jk Paritas BB R.K Fakt Risiko Prognosa 1 601350 36 34 L G2P1A0 2200 S S 2 568828 28 40 P G1P0A0 3100 S S
3 599710 32 36 P G1P0A0 2000 S.C
KPD+ Gawat Janin+
Asfiksi berat S-PP 4 601423 22 39 P G1P0A0 2000 S PP 5 601478 31 40 L G3P0A2 3900 S.C KPD PP 6 601312 24 40 L G1P0A0 2100 V.E
Gemelli+
PEB PP 7 602586 27 32 P G1P0A0 1560 V.E
PEB+
Gemelli S-PP 8 603383 32 40 L G3P2A0 3400 S S-PP 9 602586 27 32 P G1P0A0 1300 V.E Gemelli S-PP 10 607053 32 37 P G2P0A1 2200 S.C Gawat Janin PP 11 605903 22 35 P G1P0A0 1600 S P 12 605853 28 35 P G2P0A1 2400 S.C KPD+Asfiksi S 13 445309 25 40 P G2P1A0 3150 S.C S 14 606176 26 39 P G1P0A0 4000 S.C S 15 596781 34 40 L G3P2A0 3700 S.C S-PP 16 610371 25 40 L G1P0A0 2200 S.C Gawat Janin M-D 17 5004162 22 40 L G2P1A0 2900 S S-P 18 609728 23 38 P G2P1A0 3100 S S 19 609950 32 40 L G4P2A1 2500 S.C PP PP 20 265169 28 38 P G2P1A0 2500 S.C asfiksi Berat S 21 609956 35 39 L G3P2A0 3500 S S 22 612288 38 38 P G4P2A1 3700 S.C PP S
23 607071 33 34 L G3P1A1 2100 S.C
PP+ asfiksi
52
hidrokel testis, Gemelli
40 132811 35 39 L G2P1A0 3600 S.C S 41 341014 36 40 L G3P2A0 3200 S.C S 42 355190 24 39 L G1P0A0 3900 S.C PP 43 610235 29 30 L G1P0A0 1700 S.C
KPD+
asfiksia S 44 504076 23 40 L G1P0A0 2800 S.C PP PP 45 5004066 29 38 P G1P0A0 2700 V.E S 46 5004056 42 40 L G5P4A0 3000 S.C S 47 5004056 33 39 L G2P1A0 3200 S.C S-PP 48 5004171 24 38 L G1P0A0 2200 S.C S-PP 49 574223 31 40 L G1P0A0 4100 S.C S 50 616947 23 36 L G3P2A0 1800 S S 51 619478 26 40 P G1P0A0 4500 S.C S 52 477313 27 36 P G2P1A0 2100 S S 53 662729 30 39 L G1P0A0 3000 V.E PP 54 633246 32 40 L G3P2A0 3100 V.E PP 55 647162 45 39 L G7P6A0 2200 V.E P 56 645348 30 38 P G2P0A0 4000 S.C PP 57 6491031 30 35 L G4P3A0 2500 S.C PP 58 227066 37 38 P G3P2A0 2900 S S 59 608872 28 38 L G1P0A0 3300 S.C PEB S 60 649975 25 39 L G1P0A0 3400 S.C P 61 227928 35 40 L G2P1A0 3300 S.C S 62 634064 24 40 L G3P2A0 2300 S.C PP S-PP 63 652448 24 40 L G1P0A0 3200 S PP
Keterangan :
No. RekMed : Nomor Rekam Medik Us-I : Usia ibu
MTR : Maturasi bayi (minggu)
JK : Jenis Kelamin
L: Laki-laki P: Perempuan
BB : Berat Badan Lahir
53
Universitas Kristen Maranatha
Fakt Risiko : Faktor Risiko
KPD: Ketuban pecah dini PP: plasenta previa PEB: Preeklampsia Berat
Prognosa:
S: Sembuh
S-PP: Sembuh-Pulang Paksa P: Perbaikan
54
Lampiran 3. Tabel Data Hasil Penelitian
Tabel 1. Bayi Ikterus Neonatorum berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Maturasi
Kehamilan Laki-laki Perempuan Jumlah
Prematur 8 (12,70%) 7 (11,11%)
15 (23,81%)
Matur 30(47,62%) 18 (28,57%)
48 (76,19%) Jumlah 38 (60,32%) 25 (39,68%) 63 (100%)
Tabel 2. Hubungan antara Ikterus Neonatorum dan Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Maturasi
Kehamilan < 2500 g ≥≥≥≥ 2500 g Jumlah Prematur 12 (19,05%) 3 (4,76%) 15 (23,81%)
Matur 8 (12,70%) 40 (63,49%) 48 (76,19%)
Jumlah 20 (31,75%) 43 (68,25%) 63 (100%)
Tabel 3. Hubungan antara Ikterus Neonatorum dan Proses Persalinan
Proses Persalinan
Maturasi
Kehamilan Spontan
Seksio Saesaria
Vakum
Ekstraksi Jumlah
Prematur 4 (6,35%) 6 (9,52%) 5 (7,94%) 15 (23,81%)
Matur
11
(17,46%) 26 (41,27%) 11 (17,46%) 48 (76,19%)
Jumlah
15
55
Universitas Kristen Maranatha
Tabel 4. Hubungan antara Ikterus Neonatorum dengan Faktor Risiko yang Mempengaruhinya
Maturasi Kehamilan
Faktor Risiko Bayi Prematur Matur Jumlah
KPD 3 (4,76%) 1 (1,59%) 4
(6,35%)
Asfiksia 4 (6,35%) 2 (3,17%) 6
(9,52%)
Plasenta Previa 2 (3,17%) 4 (6,35%) 6
(9,52%)
Gemelli 2 (3,17%) 2 (3,17%) 4
(6,35%)
Gawat Janin 1 (1,59%) 3 (4,76%) 4
(6,35%)
Kelainan Kongenital - 1 (1,59%) 1
(1,59%) Usia Ibu <16 dan > 35
tahun 1 (1,59%) 5 (7,94%)
6 (9,52%)
Multipara 9 (14,29%) 26 (41,27%) 35
(55,56%)
Preeklampsia Berat 1 (1,59%) 2 (3,17%) 3
(4,76%) Jumlah 23 (36,51%) 46 (71,43%)
Tabel 5. Hasil Terapi Bayi Ikterus Neonatorum
Hasil Terapi Ikterus Neonatorum
Maturasi
Kehamilan Sembuh Perbaikan
Pulang-Paksa
Meninggal
Dunia Jumlah
Prematur
13
(20,63%) -
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ikterus neonatorum adalah ikterus yang terjadi pada neonatus pada minggu pertama kehidupannya. Ikterus neonatorum merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan di antara bayi-bayi baru lahir yang jika tidak ditangani sejak dini dapat berakibat fatal (Tb. Rudy Firmansjah B. Rifai, 2003). Ikterus adalah diskolorisasi kulit, membran mukosa dan sklera akibat peningkatan bilirubin
indirek > 2 mg/dl. Peningkatan kadar bilirubin indirek > 5 mg/dl selalu ditemukan pada hampir setiap bayi yang baru lahir dalam minggu pertama kehidupannya. Hiperbilirubinemia indirek dijumpai pada 60% bayi cukup bulan dan 80 % bayi kurang bulan (Glasgow, 2000). Ikterus neonatorum dapat bersifat fisiologis atau patologis. Insidensi ikterus neonatorum patologis merupakan sebagian kecil saja dari ikterus neonatorum.
Ikterus neonatorum fisiologis timbul akibat peningkatan dan akumulasi bilirubin indirek < 5 mg/dl/24 jam yaitu yang terjadi 24 jam pasca salin. Peningkatan kadar bilirubin indirek pada ikterus neonatorum fisiologis akan meningkat sampai dengan nilai puncak 6-8 mg/dl antara hari ke-3-5 pada bayi cukup bulan (matur) sedangkan pada bayi kurang bulan (prematur) dapat mencapai 10-12 mg/dl bahkan sampai 15 mg/dl. Ikterus neonatorum fisiologis timbul akibat metabolisme bilirubin neonatus belum sempurna yaitu masih dalam masa transisi dari masa janin ke masa dewasa (Glasgow, 2000).
Universitas Krister Maranatha 2
dkk, 2003). Ikterus neonatorum patologis dapat ditimbulkan oleh beberapa penyakit seperti anemia hemolitik, polisitemia, ekstravasasi darah (hematoma), sirkulasi enterohepatik yang berlebihan, defek konjugasi, berkurangnya uptake
bilirubin oleh hepar, gangguan transportasi bilirubin direk yang keluar dari hepatosit atau oleh karena obstruksi aliran empedu.
Faktor risiko yang dianggap sebagai pemicu timbulnya ikterus neonatorum yaitu kehamilan kurang bulan (prematur), bayi berat badan lahir rendah, persalinan patologis, asfiksia, ketuban pecah dini, ketuban keruh dan inkompatibilitas golongan darah ibu dan anak (Fx.Wikan I, Ekawaty LH, 1998). Ikterus neonatorum dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius yaitu
ensefalopati bilirubin yang dikenal dengan kern icterus (Rina Triasih, dkk., 2002; Tb.Rudy Firmansjah B. Rifai, 2003). Kern icterus timbul akibat akumulasi bilirubin indirek di susunan saraf pusat yang melebihi batas toksisitas bilirubin pada ganglia basalis dan hipocampus. Sindrom neurologik pada kern icterus
berupa kekakuan otot, gerakan irregular dan kejang sedangkan gangguan intelektual akibat kern icterus dapat timbul gejala setelah beberapa tahun kemudian (Cloherty, 2004). Kern icterus dapat dicegah dengan penanganan ikterus neonatorum dini secara adekuat yaitu dengan fototerapi bila perlu dilakukan transfusi ganti.
Ikterus neonatorum perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik sehingga menurunkan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate = IMR) yang masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui insidensi bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum, di Rumah Sakit Imanuel ( RSI ) Bandung, selain itu penulis ingin mengetahui apa faktor-faktor risiko yang menyebabkan terjadinya ikterus neonatorum di RSI.
1.2 Identifikasi Masalah
3
2. Apa faktor-faktor risiko penyebab ikterus neonatorum di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari-Desember 2005?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui insidensi dan faktor-faktor risiko ikterus neonatorum di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari-Desember 2005.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menelaah data rekam medik penderita ikterus beserta faktor-faktor risiko penyebabnya serta mencatat jumlah seluruh kelahiran bayi di Rumah Sakit Immanuel periode Januari-Desember 2005.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana dalam bidang ilmu kesehatan anak khususnya tentang ikterus neonatorum dan faktor-faktor riskonya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Universitas Krister Maranatha 4
spesialis kandungan untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan ibu hamil terhadap kemungkinan adanya faktor-faktor risiko ikterus neonatorum pada janin yang akan lahir sejak pre natal care (PNC).
1.5 Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian retrospektif bersifat deskriptif observasional dengan menggunakan data rekam medik bayi baru lahir dengan ikterus di Rumah Sakit Immanuel (RSI) Bandung periode Januari-Desember 2005.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.6.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medik dan di bagian perinatologi Rumah Sakit Immanuel Bandung.
1.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dengan penelusuran kepustakaan sehingga penyusunan karya tulis ilmiah ini sejak bulan April s/d Desember 2006.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Insidensi ikterus neonatorum di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode
Januari-Desember 2005 adalah 4,04 %
2. Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus
neonatorum di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode
Januari-Desember 2005 adalah bayi lahir kurang bulan, berat badan lahir yang
rendah, multipara, proses persalinan patologis, usia ibu kurang dari 16 dan
lebih dari 35 tahun, asfiksia, ketuban pecah dini, plasenta previa,
kehamilan ganda, preeklampsia berat, gawat janin dan kelainan
kongenital.
5.2 Saran
1. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat dilakukan dengan sampel yang
lebih banyak dengan penulisan sistem pelaporan data rekam medik yang
lebih lengkap mengikutsertakan golongan darah ibu dan bayi serta kadar
bilirubin untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat.
2. Ikterus pada bayi baru lahir merupakan penyakit yang sepertinya ringan
namun pada kenyataannya jika tidak ditangani lebih dini dapat berakibat
fatal dan menyebabkan kematian oleh karena itu penting untuk para dokter
spesialis kandungan untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan
ibu hamil terhadap kemungkinan adanya faktor-faktor risiko ikterus
neonatorum pada janin yang akan lahir sejak prenatal care (PNC) sebagai
Universitas Kristen Maranatha 47
faktor risiko pada bayi yang dapat menyebabkan ikterus, dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman Sukadi, Ali Usman, Syarief Hidayat Effendi. 2000. Diktat Kuliah
Perinatologi. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unpad.
2003. Perinatologi. Dalam: Herry G, Hada Melinda D.N.,Emelia S-Hamzah,dkk, penyunting. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 3. Bandung: FK UNPAD.
American Academy of Pediatrics. 2004. Management of Hyperbilirubinemia in
the Newborn Infant 35 or More Weeks of Gestation.
Http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/114/1/297.,January 14, 2007.
Asrining Surasmi, Siti Handayani, Heni Nur Kusuma. 2003. Perawatan Bayi Ikterus. Dalam: Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Glasgow, 2000. Jaundice and Hyperbilirubinemia. In: R.E. Behrman, R. Kliegman, H.B. Jenson, Eds. Nelson Textbook of Pediatric, 16 th edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Dewi Asih M., Natalia S., penyunting. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC.
E. M Halimun. 1997. Ikterus Pada Neonatus. Dalam: Ali Sulaiman, Nurul Akbar, Aziz Rani, dkk, penyunting. Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta: Sagung Seto. Hal 90-93.
Fx. Wikan Indarto, Ekawaty Lutfia Haksari. 1998. Faktor risiko hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Berkala Ilmu Kedokteran, Vol.30, N0.4 Desember. Hal :189-193.
Martin, Cloherty. 2004. Neonatal Hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty, Stark, eds, Manual of Neonatal Care., 5 th edition. Boston: Little Brown & Co. hal. 185-221.
Rina Triasih, Ekawaty L Haksari, Achmad Surjono. 2002. Kadar bilirubin 24 jam pertama sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan yang sehat. Berkala Ilmu Kedokteran, Vol 34, No3. Hal 141-148.
Universitas Kristen Maranatha 49
.1985. Ikterus pada Bayi Baru Lahir. Dalam: Rusepno H., Husein A., penyunting. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Stevenson D. K., Madan A. 2003. Jaundice in the Newborn. Dalam: Rudolph, Rudolph, Lister, et.al.,eds. Rudolph’s Pediatrics, 21st edition.USA: Mc-Graw Hill.
Sulaiman Sastrawinata.1984. Obstetri Patologi. Bandung: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.Hal 18,39,47,49,53,68.