ANALISIS FRASE DALAM BAHASA ARAB
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
MAWADI
040704017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
MEDAN
ANALISIS FRASE DALAM BAHASA ARAB
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
MAWADI
NIM. 040704017
Pembimbing I Pembimbing II
Dra, Khairawati, M.A, Ph.D Dra,Murniati M.Hum
NIP. 131 837 559 NIP. 131 837560
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang ilmu Bahasa Arab
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
MEDAN
2008
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
Ketua, Sekretaris,
PENGESAHAN
Diterima oleh :
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Bahasa Arab pada Fakultasa Sastra Universitas Sumatera Utara Medan
Pada
Hari : Tanggal :
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Dekan
Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.D NIP. 132 098 531
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan 1.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, September 2008
MAWADI
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS FRASE DALAM BAHASA ARAB”
Salawat beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam penelitian ini penulis membahas tentang analisis yang berhubungan tentang frase dalam bahasa Arab, dimana frase merupakan satuan dari ilmu sintaksis dan bagian ilmu linguistik.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan Strata Satu pada Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan baik dalam penyajian maupun di lapangan. Namun berkat bantuan dan bimbingan yang penulis peroleh dari para pembimbing serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam tulisan ini dan penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Medan, September 2008 Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat beriring salam juga penulis hadiahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk dan ajaran yang benar kepada umat manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia dan akhirat.
Dalam kesempatan ini, sebagai ungkapan rasa bahagia penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai kepada semua pihak yang membantu hingga selesainya skripsi ini, baik bantuan moril maupun bantuan material. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yang terhormat Bapak Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan beserta Bapak Drs. Aminullah, M.A, Ph.D selaku Pembantu Dekan I, Bapak Drs. Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II, dan Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M.Hum selaku Pembantu Dekan III.
2. Yang terhormat Ibunda Dra. Khairawati, M.A, Ph.D selaku Ketua Program Studi Bahasa Arab dan Bapak Drs. Mahmud Khudri, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Bahasa Arab.
3. Yang terhormat Ibunda Dra. Khairawati, M.A, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dra. Murniati, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas segala motivasi yang telah penulis terima, sabar dan ikhlas membantu serta membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Jazakumullah khair.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara khususnya jurusan Bahasa Arab dan abang Andika selaku Tata Usaha, yang telah membantu dan ikhlas memberikan ilmu dan mencurahkan perhatian dalam membimbing sejak penulis menginjakkan kaki di almamater hingga berakhir masa perkuliahan.
6. Kakanda tercinta Dewi hartini beserta suaminya bang Warso, terima kasih atas semangat dan motivasinya serta bantuan moril dan materil selama penulis menuntut ilmu di kota Medan.
7. Kakakku tersayang Yuni harti beserta adik-adikku tercinta Dina hariani dan Agus trianto terima kasih ya atas dukungan, semangat dan cinta kasih yang kalian berikan, dan tidak lupa pula buat ponakanku 3D ( Dewa, Dedeh, dan Dega ) yang selalu membuat aku semangat ketika teringat senyum kalian.
8. Keluarga besar Paklekku beserta istrinya, terima kasih atas kasih sayangnya dan segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis tidak merasa sendiri selama penulis berada di kota Medan ini. Syukran jazilan.
9. Teman-temanku yang paling aku sayangi angkatan 04’ : Atiqah, Aminah, Q2, Haris dan Subuh.Terima kasih atas dukungan dan semangatnya, kalianlah sahabatku yang selalu ada dan menemani aku setiap saat. Sri, Vega, Ilyani, Hotma, Rahma, Eka, Risa, Atid, Devi, Sartika, Farida, Fadil, Darwin, Zulfan, Mael, Ahmad. Dan Odie (syukran ya atas bantuannya dalam menterjemahkan buku-buku bahasa Arab dan maafin kalau selama ini aku suka usil sama kamu). Terima kasih atas motivasi dan cinta kalian mmmuaaach……
10.Adik-adik yang bernaung di Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab. Teruskan perjuangan kalian semangat…..!!!!!
12.Sahabatku Jefri thank’s ya atas canda tawanya, semangat dan motivasimu, walaupun kita beda jurusan tapi kamu baek banget ma aku. Dan tidak lupa sahabatku Joni yang di rumah makasi ya atas semua doanya, semoga Allah membalasnya.
13.Serta buat semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih. Tanpa kalian dunia ini tak berwarna.
Penulis tidak dapat membalas jasa baik yang diberikan, akhirnya selaku hamba yang serba kekurangan hanya dapat memohon kepada Allah SWT, penulis serahkan semoga diberikan balasan yang lebih baik. Amin
Medan, September 2008
Penulis,
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
alif - tidak dilambangkanب
bā` B -ت
Tā` T -ث
Śā` Ś s (dengan titik di atasnya)ج
jīm J -ح
Hā` H h (dengan titik di bawahnya)خ
khā` Kh -د
dal D -ذ
al z (dengan titik di atasnya)ر
Rā` R -ز
zai Z -س
sīn S -ش
syīn Sy -ص
١ād ٠ s (dengan titik di bawahnya)ض
dād D d (dengan titik di bawahnya)ط
Ţā` T t (dengan titik di bawahnya)ظ
Zā` Z z (dengan titik di bawahnya)ع
‘ain ‘ koma terbalik (di atas)غ
gain G -ف
Fā` F -ق
qāf Q -ك
kāf K -م
mīm M -ن
nūn N -و
wāwu W -ݐ
Hā` H -hamzah `
apostrof, tetapi lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata
ء
ي
Yā` Y -II. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. Contoh:
ﺔـݚﺪـ܊أ
ditulis Ahmadiyyah
III. Tā` marbūtah di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.
Contoh:
ﺔـܲﺎـ܆
ditulis jamā‘ah 2. Bila dihidupkan ditulis t
Contoh:
ءﺎ
ݛـ݆وﻷا
ﺔ݊اﺮآ
ditulis karāmatul-`auliyā`IV. Vokal Pendek
Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u.
V. Vokal Panjang
A panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī, dan u panjang ditulis ū, masing – masing dengan tanda hubung ( - ) di atasnya.
VI. Vokal Rangkap
VII. Vokal-Vokal Pendek yang Berurutan dalam satu kata Dipisahkan dengan apostrof ( ` )
Contoh:
݉ـۿـݎأأ
ditulis a`antum
܁ـݎﺆ݊
ditulis mu`annaśVIII. Kata Sandang Alif + Lām
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- Contoh:
نﺁﺮـ݆ܿا
ditulis Al-Qur`ān2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf 1 diganti dengan huruf syamsiyah yang mengikutinya.
Contoh:
ﺔـܳݛـܟ݆ا
ditulis asy-Syī‘ah (Lihat juga angka X butir 1 dan 2)
IX. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD.
X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat 1. Ditulis kata per kata, atau
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
UCAPAN TERIMA KASIH. ... ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
DAFTAR ISI ... viii
ABSTRAKSI... x
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Metode Penelitian ... 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 7
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
3.1 Sekilas tentang frase... 19
3.2 Bentuk frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab………. 22
3.2.1 Bentuk Frase verbal ... 22
3.2.2 Bentuk Frase non verbal ... 26
3.3 Cara pembentukkan frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab……….. 34
3.3.1 Frase Verbal... 34
3.3.2 Frase Nominal………. 45
BAB IV : PENUTUP... 58
4.1 Kesimpulan ... 58
4.2 Saran... 61
ABSTRAKSI
MAWADI. 2008. Analisis Frase dalam Bahasa Arab
: Program Studi Bahasa Arab. Fakultas Sastra USU.
Frase adalah “Frase adalah gabungan dari unsur-unsur yang saling berkaitan antara satu sama lainnya karena mempunyai peran yang sama dalam kalimat atau menduduki posisi yang sama dalam ilmu nahwu, maka unsur-unsurnya tersebut bisa diganti dengan isim atau fi‘l ”.
Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana bentuk frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab dan bagaimana cara pembentukan frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab dan untuk mengetahui cara pembentukkan frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab.
Penelitian ini menggunakan teori Asrori.
Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan atau Library Research dengan metode analisis deskriptif.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa bentuk frase verbal dalam bahasa Arab adalah berupa kata kerja, sedangkan bentuk frase nominal dalam bahasa Arab berupa kata benda yang terdiri dari frase sifat atau ibaratun natiyyatun yang berbentuk sifat, frase keterangan atau ibaratun zarafiyyatun yang berbentuk keterangan, frase numerella atau ibaratun ’adady yang berebentuk bilangan, dan frase preposisi atau ibaratun zarri berbentuk jar atau kata depan. Pembentukkan frase verbal dalam bahasa Arab ada 8 ( delapan ) cara yaitu:
ABSTRAKSI
MAWADI. 2008. Analisis Frase dalam Bahasa Arab
: Program Studi Bahasa Arab. Fakultas Sastra USU.
Frase adalah “Frase adalah gabungan dari unsur-unsur yang saling berkaitan antara satu sama lainnya karena mempunyai peran yang sama dalam kalimat atau menduduki posisi yang sama dalam ilmu nahwu, maka unsur-unsurnya tersebut bisa diganti dengan isim atau fi‘l ”.
Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana bentuk frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab dan bagaimana cara pembentukan frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab dan untuk mengetahui cara pembentukkan frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab.
Penelitian ini menggunakan teori Asrori.
Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan atau Library Research dengan metode analisis deskriptif.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa bentuk frase verbal dalam bahasa Arab adalah berupa kata kerja, sedangkan bentuk frase nominal dalam bahasa Arab berupa kata benda yang terdiri dari frase sifat atau ibaratun natiyyatun yang berbentuk sifat, frase keterangan atau ibaratun zarafiyyatun yang berbentuk keterangan, frase numerella atau ibaratun ’adady yang berebentuk bilangan, dan frase preposisi atau ibaratun zarri berbentuk jar atau kata depan. Pembentukkan frase verbal dalam bahasa Arab ada 8 ( delapan ) cara yaitu:
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang sempurna yang telah dikaruniai oleh Allah SWT akal, pikiran dan perasaan. Manusia juga merupakan makhluk sosial yang berbudaya dan salah satu dari unsur kebudayaan itu adalah bahasa.
Bahasa adalah satu sistem simbol vokal yang arbiter, memungkinkan semua orang dalam satu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang telah mempelajari sistem kebudayaan tersebut, untuk berkomunikasi dan berinteraksi, Finocehiarno dalam Alwasilah ( 1992:2).
Menurut Al-Ghulayaini (2007:7), adalah:
݉هﺪܢﺎܿ݊
ݍܲ
مﻮܾ
݅آ
ﺎﻬ۸
ﺮ۹ܳݚ
ظﺎܻ݆ا
ݙه
ﺔܷ݆݇ا
/al-lugatu hiya alfāzun yu‘abbiru bihā kullu qaumin ‘an maqāsidihim/ “Bahasa adalah lafal-lafal yang digunakan oleh setiap kelompok untuk menyampaikan maksud-maksud mereka”
Fungsi bahasa merupakan suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan. Oleh karena itu, bahasa mempunyai peranan yang sangat penting. Bahasa mempunyai pengaruh yang luar biasa, karena sebagai salah satu ciri pembeda utama umat manusia dengan mahluk lainnya yang ada di dunia ini (Tarigan, 1987:4-5).
Dalam berinteraksi dengan sesamanya, bahasa yang digunakan dapat berupa bahasa tulisan dan bahasa isyarat, masing-masing bangsa atau masyarakat menyepakati sistem atau bentuk bahasa yang berada di lingkungan masyarakat penutur bahasa tersebut.
Menurut Al-khuli ( 1982:157) linguistik disebut dengan
ﺔܷ݆݇݇ا
݉݇ܲ
/ ‘
ilmu al-lugati adalah:ﺔܷ݆݇݇ا
ݙܺ
܁܋۹ݚ
݉݇ܲ
ݍ݊
ﺔݛ۾ادﺮܻ݆او
ﺔݚﻮ܋ݏ݆او
ﺔݛܺﺮܣ݆او
ﺔݛ۾ﻮܣ݆ا
ﺎﻬ۹ݎ
اﻮ܆
ܱݛ܆
ﺔݛܿݛ۹ܫۿ݆او
ﺔݛ܇݆ܳاو
ﺔݛܲﺎۿ܆ݢاو
ﺔݛܛܻݏ݆او
ﺔݛ݆ݢﺪ݆او
‘ilmun yabhasu fi al-lugati min jamī‘i jawānabihā sautiyatu wa al-sarafiyyatu wa al- nahwiyyatu al-mufradatiyyatu wa al-dalāliyyatu wa al-nafsiyyatu wa al-ijtima‘iyyatu wa al- mu‘jamiyyatu wa al-tatbīqiyyatu “ilmu yang membahas tentang bahasa dari semua sisinya, yaitu sisi fonologi, morfologi, sintaksis, kosa kata, semantik, fsikologi, masyarakat, perkamusan dan kasta-kasta.
Tarigan (1987:27) mengatakan bahwa satuan-satuan bahasa secara linguistik mempunyai urutan dari yang terbesar sampai yang terkecil, agar lebih jelas perhatikan bagan berikut:
Wacana Kalimat Klausa
Frase Kata Morfem
Fonem
Diagram 1: Hierarki satuan-satuan bahasa (Tarigan,1987:27)
Linguistik (ilmu bahasa) memiliki dua tataran yaitu tataran fonologi dan tataran gramatikal atau tata bahasa. Dalam tata bahasa terdapat subbahasan morfologi dan sintaksis.
Jadi, secara etimologi sintaksis adalah menempatkan kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Dalam pembahasan sintaksis sering membicarakan tentang satuan-satuan sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Menurut Ramlan dalam Asrori (2004: 32), frase adalah satuan gramatika yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melebihi batas fungsi.
Menurut Hassanain (1984:164-165) dalam Asrori (2004: 33), istilah frase dalam bahasa Arab
۷ݛآﺮۿ݆ا
al-tarkību/, adalah:ܷ݅ܟ۾
نﻷ
܉݇ܣ۾و
ﺎﻬܧܳ۹۸
ܩ۹۾ﺮ۾
ﺮܢﺎݏ݆ܳا
ݍ݊
ﺔܲﻮ܇݊
ݑ۸
ﺪܣܿݚ
۷ݛآﺮۿ݆ا
ﺔ݇܇݆ا
ﻰܺ
ةﺪ܊او
ﺔܻݛܮو
,
ةدﺮܻ݊
ﺔ݇آ
ﺎݚﻮ܋ݎ
يوﺎܛ۾
ﺎﻬݎأ
يأ
,
عﻮ܇۸
لﺪ۹ۿܛݛܺ
ݣܳܺ
وأ
ﺎܚا
ﺎهﺮܢﺎݏܲ
.
/al-tarkību yuqsadu bihi majmū‘atun min al-‘anāsiri turattabatu biba‘dihā wa taslihu lianna tasygila wazīfati wāhidatin fī al-jumlati, ayyi annahā tusāwī nahwiyyan kalimatan mufradatan, fayastabaddilu bi majmū‘in ‘anāsirihā isman aw fi‘lan/
“Frase adalah gabungan dari unsur-unsur yang saling berkaitan antara satu sama lainnya karena mempunyai peran yang sama dalam kalimat atau menduduki posisi yang sama dalam ilmu nahwu, maka unsur-unsurnya tersebut bisa diganti dengan isim atau fi‘l ”.
Sedangkan Badri (1986:28) dalam Asrori (2004:33) frase adalah:
݆ا
ّݙ۸ﺮ݆ܳا
يﻮ܋ݏ݆ا
ﻰܺ
ﺎﻬ۸
ﺪܣܿݚ
و
ةرﺎ۹݆ܳا
يدﺎݏܚﻹا
ﺮݛܶ
۷ݛآﺮۿ
,
ݍ݊
نﻮﻜۿ۾
ܩ۸اﺮ۾
ﺎﻬݏݛ۸
ݍݛۿ݇آ
ݍ݊
ّܹ݆ﺄۿݚ
ّيﻮܷ݆
ءﺎݏ۸
وأ
ﺔݚدﺎݏܚإ
ﺮݛܶ
ﺔܾݣܲ
ﺎﻬݏݛ۸
ݍݛۿ݇آ
ةﺪ܊او
ﺔ݇آ
ﺎﻬ۸
لّﺪ۹ۿܛݚ
نأ
ݍﻜݚ
ﻰۿ܊
ﺔﻜܚﺎۿ݊
ةﺪ܊او
ﺎﻬݏ݊
݅ܳ܇ݚ
ݙܾﺎݛܚ
.
“Frase dalam nahwu bahasa Arab adalah kalimat yang tidak disandarkan pada kata lain yang terdiri dari dua kata dan dua kata tersebut mempunyai hubungan yang tidak disandarkan, atau bentukan bahasa yang tersusun dari dua kalimat yang saling mengikat oleh bentuk, yang menjadikan keduanya satu kesatuan sehingga memungkinkan untuk menggantikan satu kata saja. ”
Contoh frase :
܉݇݊
ءﺎ݊
اﺬه
/hāżā mā`un mumallihun/ ‘Ini air garam’Pada contoh klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
ءﺎ݊
اﺬه
/ h
āżāmā`un, yang merupakan frase Isyary, karena didahului oleh ism isyarah (
اﺬه
)sebagai atribut dan diikuti oleh nominal (
ءﺎ݊
) sebagai unsur pusat.Membicarakan frase, maka kita juga membicarakan kategori. Kategori ialah golongan satuan bahasa yang anggota-anggotanya mampunyai perilaku sintaksis dan mempunyai sifat hubungan yang sama.
Berdasarkan kategorinya, frase dapat dibedakan menjadi: 1. Frase Verbal
2. Frase Nominal 3. Frase Adjektiva 4. Frase Adverbia 5. Frase Numerella 6. Frase Preposisi
Adapun frase dalam bahasa Arab menurut Asrori dapat dibentuk dengan beberapa unsur seperti frase yang berunsurkan penanda syarat sebagai Atribut diikuti verbal sebagai Unsur Pusat disebut dengan Frase syarthy.
Contoh:
ﷲاﺮܣݎ
ءﺎ܆
اذا
/izā jā`a nasru allahi/’apabila telah datang pertolongan Allah’Contoh:
ݙ݆
ءاﺬ܋݆ا
ﻚ݆ذ
/zālika al-hizāu lī/ ‘Sepatu itu milik saya’Pembentukan frase yang berunsurkan bilangan sebagai unsur pusat dan diikuti Nominal sebagai Atribut disebut dengan frase Adady.
Contoh
رﻮܢ
ثݣ܂
تﺮܧ܊أ
/ahdartu salāsa suwarin/’saya membawa tiga gambar’Berdasarkan beberapa macam pembentukan frase bahasa Arab di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang frase-frase dan pembentukannya dalam bahasa Arab. Di samping itu, menurut pengamatan penulis kajian tentang frase bahasa Arab masih sangat sedikit di Progaram Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
1.2. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok bahasan dan demi tercapainya hasil penelitian yang mendalam, maka penulis memberikan rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana bentuk frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab? 2. Bagaimana cara pembentukan frase verbal dan frase nominal dalam bahasa
Arab?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bentuk frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Agar dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang frase dalam bahasa Arab, khususnya kepada mahasiswa dan bagi peminat bahasa Arab pada umumnya.
2. Menambah referensi sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa yang ingin meneliti lebih lanjut tentang frase dalam bahasa Arab.
1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reseach). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis Deskriptif yaitu memaparkan atau menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci (KBBI, 1997: 228).
Sumber data yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah buku-buku tentang frase antara lain adalah buku “ Sintaksis Arab” karangan Imam Asrori,
“Ilmu bahasa Indonesia Sintaksis” karangan Muhammad Ramlan, Analisa
Bahasa” karangan Samsuri dan lain-lain.
Penulis menggunakan pedoman translitrasi Arab-Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI NO 0543a Th. 1987.
Adapun tahap-tahap yang ditempuh oleh penulis dalam hal ini adalah: 1. Mengumpulkan data dengan cara mencari dan memilih buku-buku yang
berkaitan dengan judul penelitian.
2. Membaca buku referensi yang berhubungan dengan batasan masalah 3. Mengklasifikasi data yang telah diperoleh dari referensi yang ada. 4. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian tentang frase sebelumnya sudah pernah diteliti oleh Rhabiatun Adhawiyah (990704013) yang berjudul “Analisis kontrastif frase nominal dalam bahasa Arab dengan bahasa Inggris”. Dalam penelitian beliau membahas tentang persamaan dan perbedaan frase nominal dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris.
Di sini penulis hanya memfokuskan tentang bagaimana bentuk dan cara pembentukan frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab. Penulis menggunakan teori Asrori sebagai rujukan primer dalam melakukan penelitian ini karena ia memaparkan secara lebih jelas tentang frase, sedangkan teori lain penulis ambil sebagai rujukan seperti pendapat Ramlan, Samsuri, Putrayasa dan lain-lain.
Menurut Cook , Elson dan Pickeet dalam Putrayasa (2007:2) frase adalah satuan linguistik yang secara potensial yang merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa.
Arifin dan Junaiyah, (2008:18), dalam bukunya Sintaksis untuk mahasiswa strata satu jurusan bahasa dan linguistik, mendefinisikan Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonfredikatif atau satu konstruksi ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih.
Sementara Ramlan dalam Nurhadi (1995:314) menjelaskan bahwa frase adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Istilah frase digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa atau satu tingkat berada di atas satuan kata. Dari definisi di atas yang namanya frase itu pasti terdiri lebih dari sebuah kata (Chaer, 2003:222).
Menurut Ramlan (1987:158) berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu:
1. Frase verbal
Frase verbal atau atau golongan verbal adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verbal ( Ramlan, 1987:168 )
Contoh
1. Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan Dua orang mahasiswa – membaca buku baru di perpustakaan 2. akan pergi
Pada contoh pertama pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
sedang membaca, yang terdiri dari kata tambah dan kata kerja, dimana yang
menjadi verbalnya adalah kata membaca sekaligus sebagai unsur pusat, sedangkan yang menjadi kata tambahnya adalah kata sedang yang berfungsi sebagai Atribut. Frase sedang membaca mempunyai distribusi yang sama dengan kata membaca, kata membaca termasuk golongan verba dan sedang membaca juga termasuk golongan verba.
Pada contoh kedua frase akan pergi terdiri dari dua unsur yaitu kata akan dan pergi. Kata akan termasuk golongan tambah sekaligus berfungsi sebagai atribut, sedangkan kata pergi termasuk golongan verba yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi, yang dinamakan frase verbal itu adalah frase yang unsur pusatnya terdiri dari kata kerja.
2. Frase Nominal
Frase nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal ( Ramlan, 1987:158) persamaan itu dapat dilihat dengan jelas melalui beberapa contoh.
Contoh:
Pada contoh klausa di atas yang menjadi frasenya adalah baju baru karena mempunyai distribusi yang sama dengan kata baju, kata baju termasuk golongan kata nominal yang berfungsi sebagai unsur pusat, sedangkan frase baju baru juga termasuk golongan frase nominal.
Menurut Ramlan (1987: 159) Secara kategorial frase nominal terdiri dari: a. Frase nominal diikuti frase nominal. Maksudnya terdiri dari kata atau frase
nominal sebagai unsur pusat, diikuti oleh kata atau frase nomina sebagai atribut. Jadi semua unsurnya berupa kata atau frase nominal (Ramlan, 1986: 159).
Contoh:
- Gedung sekolah - Perusahaan kain - Perkarangan rumah
Frase gedung sekolah dan ‘Perusahaan Kain’ serta ‘perkarangan rumah’ semuanya terdiri dari kata nominal yaitu kata gedung, perusahaan dan perkarangan sebagai unsur pusat, diikuti kata sekolah, kain rumah yaitu sebagai atribut.
b. Frase Nominal diikuti frase verbal, maksudnya terdiri dari kata atau frase nominal sebagai unsur pusat diikuti kata atau frase verbal sebagai atribut. Contoh:
- Rumah baru
Frase rumah baru pada contoh di atas terdiri dari kata nominal dan kata kerja, dimana kata rumah sebagai nominal sekaligus sebagai unsur pusat, sedangkan kata baru sebagai verbal yaitu sebagai atribut.
c. Frase nominal diikuti frase bilangan, maksudnya frase itu terdiri dari kata atau frase nominal sebagai unsur pusat, diikuti kata atau frase bilangan sebagai atribut.
Contoh:
d. Frase nominal diikuti oleh frase adverbia, maksudnya frase ini terdiri dari kata atau frase nominal sebagai unsur pusat, diikuti kata atau frase Adverbia sebagai atribut.
Contoh:
- Koran kemarin pagi
Frase koran kemarin pagi pada contoh di atas terdiri dari kata nominal yaitu koran dan merupakan sebagai unsur pusat sedangkan kata kemarin pagi sebagai keterangan yang berfungsi sebagai atribut.
e. Frase nominal diikuti frase preposisi, maksudnya terdiri dari kata atau frase nominal sebagai unsur pusat, diikuti frase Preposisi sebagai atribut.
Contoh:
- Kereta api ke Surabaya - Surat untuk ibu
3. Frase Numerella
Frase numerella atau frase bilangan adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan ( Ramlan, 1987:176)
Contoh:
1. Dua buah rumah
dua --- rumah 2. Tiga ekor ayam
Tiga ---- ayam
Pada contoh klausa di atas yang menjadi frasenya adalah dua buah dan tiga ekor yang mempunyai distibusi yang sama dengan kata dua dan tiga. Kata dua dan kata tiga termasuk golongan kata bilangan yang berfungsi sebagai unsur pusat, sedangkan kata buah dan kata ekor termasuk golongan kata penyukat yang berfungsi sebagai atribut. Jadi frase bilangan itu terdiri dari unsur kata bilangan diikuti kata penyukat.
4. Frase Adverbia
Dari pengamatan terhadap bahasa Indonesia diperoleh sejumlah kata keterangan antara lain kemarin, tadi, nanti, besok, lusa, sekarang dan lain-lain. Contoh :
Tadi malam Ahmad menghadiri pertemuan keluarga
Tadi --- Ahmad menghadiri pertemuan keluarga
Pada klausa di atas yang menjadi frase adalah tadi malam. Frase tadi
malam mempunyai persamaan distribusi dengan kata tadi. Dimana frase tadi
malam merupakan golongan keterangan, sedangkan kata tadi juga termasuk
golongan keterangan. 5. Frase Preposisi
Frase preposisi atau frase depan adalah frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase aksisnya ( Ramlan, 1987:178 ). Contoh :
1. Ayah tidak ada di rumah 2. Ibu sedang pergi ke pasar
Pada klausa dia tas yang menjadi frasenya adalah di rumah dan ke pasar, dimana kata di dan ke merupakan preposisi sedangkan rumah dan pasar merupakan golongan kata nominal.
Sedangkan Al-Khuli dalam A Dictionary of Theoritical Linguistics ( English-Arabic) mendefenisikan kategori frase sebagai berikut:
1. Verbal Pharase
ﺔݛܻ݆݇ܳا
ةرﺎ۹ܲ
:
رﺎ۹ܲ
ݑ۾ﺎܿ݇ܳۿ݊
ܥܳ۸و
ܻ݆݅ܳا
ݍ݊
نﻮﻜۿ۾
ة
/‘ibāratu al-fi‘liyyati: ‘ibāratu tatakawwanu min al-fi‘li wa ba‘di
muta‘alliqātihi/
“Frase verbal adalah ungkapan yang terdiri dari kata kerja dan sebagiannya saling berkaitan’ (1982:300)
2. Nominal Pharase
ﺔّݛܚﻹا
ةرﺎ۹ܲ
/
:
݇܆
݉ܚﻹﺎ۸
أﺪ۹۾
ﺔ
.
ܻ݆݅ܳﺎ۸
أﺪ۹۾
ﻰۿ݆ا
ﺔݛܻ݆݇ܳا
ﺔ݇܇݆ا
ﺎﻬ݇۸ﺎܿ۾
.
“Frase nominal adalah kalimat yang dimulai dengan ism dan berbeda dengan jumlah fi‘l-nya’ (1982:84)
3. Adjectival Pharase
ةرﺎ۹ܲ
݆ا
ﺔݛۿܳݏ
:
ﺎ݊
ﺔ݇܆
ݙܺ
۽ܳݏ݆ا
݅ܲ
݅ܳ۾
ةرﺎ۹ܲ
,
ܹ݇ۿ۾
ﺔݛۿܳݏ݆ا
ةرﺎ۹݆ܳاو
اﻮ݇۾
ذإ
ﺔݛۿܳݏ݆ا
ﺔ݇܇݆ا
ݍܲ
ܻ݆݅ܳا
ݍ݊
ﻰ݆وﻷا
ܺ
ﻰ݇ܲ
يﻮۿ܋۾
ﺔݛݎﺎ܃݆اا
نأ
ݍݛ܊
ݙ
݅ܳܺ
/‘ibāratu al- na‘tiyyati : ‘ibāratun ta‘malu ‘amala al-na‘ti fi jumlati mā, wa al-‘ibāratu al-na‘tiyyatu takhtalifu ‘an al-jumlati al-na‘tiyyati `iz takhallū al-ūlā min al-fi‘li fī hīna anna al-saniyyata tahtawī ‘alā fi‘lin/
“Frase sifat adalah frase yang berperan sebagai sifat dalam satu kalimat tertentu dan frase sifat tersebut berbeda dari kalimat sifat dimana frase sifat itu tidak terdapat kata kerja sedangkan kalimat sifat itu membutuhkan kata kerja’ (1982:5)
4. Adverbial Pharase
ﺔݛܺﺮܯ݆ا
ةرﺎ۹ܲ
:
فﺮܯ݆ا
݅ܲ
݅ܳ۾
ةرﺎ۹ܲ
/’ibāratu al-zarfiyyati: ‘ibāratun ta’malu ‘amala al-zarfi/
“Frase keterangan adalah frase yang berfungsi sebagai keterangan’ (1982:7).
5. Numerella Pharase
يدﺪ݆ܳا
۷آﺮ݆ا
:
رﺪܿ݊
ܹܫܲ
فﺮ܊
ﺎﻬݏݛ۸
نﺎآ
ݍݚدﺪܲ
݅آ
ﻮه
/al-murakkabu al-‘adadyiyu huwa kullu ‘adadaini kāna bainahumā harfu ‘atfin muqaddarin/
“Frase numerella adalah semua bilangan yang terdiri dari dua kata yang mana diantara kedua kata tersebut ada kata penghubung tetapi tidak disebutkan’(Al-Ghulayaini, 2007:13).
6. Prepositional Pharase
ﺮ܇݆ا
ةرﺎ۹ܲ
:
ݑܳ۸اﻮ۾و
روﺮ܇݆او
رﺎ܇݆ا
/‘ibāratu al-jarri: al-jarru wa al-majrūru wa tawābi‘uhu/
Asrori (2004:45) membagi frase dalam bahasa Arab menjadi 2 (dua) kelompok yaitu:
1. Frase Verbal
ﻠﻌﻓ
ﺐآ
ﺮﻣ
/
murakkabu fi‘li /Frase Verbal atau
ݙ݇ܳܺ
۷آﺮ݊
/
murakkabu fi‘li / adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata kerja (Asrori, 2004:46)Contoh:
نﻮ݇ܳ۾
فﻮܚ
ݣآ
/
kallā saufa ta’lamūna/’suatu saat kamu akanmengetahui’
نﻮ݇ܳ۾
–
ݣآ
/
kalla - ta’lamūna/’suatu saat kamu mengetahui’.ݑݛ۸أ
ﻰ݆ا
ﻰܷܣݚ
نﺎآ
ﺮﻜ۸
/
bakran kāna yasgā ilā abīhi/’Bakar telah mendengarkan nasehat ayahnya’
ݑݛ۸أ
ﻰ݆ا
ﻰܷܣݚ
-
ﺮﻜ۸
/
bakran - yasgā ilā abīhi/, Bakar mendengarkannasehat ayahnya’.
Satuan
نﻮ݇ܳ۾
فﻮܚ
/
saufa ta‘lamūna/ pada contoh di atas merupakankontruksi frase yang terdiri atas penanda tanfis yaitu
فﻮܚ
/
saufa/, dan yangmenjadi verbanya adalah kata
نﻮ݇ܳ۾
/
ta‘lamuna/ sebagai unsur pusat. Sebagaiunsur pusat, kata
نﻮ݇ܳ۾
/
ta‘lamūna/ dapat menempati distribusi fraseفﻮܚ
نﻮ݇ܳ۾
/
saufa ta‘lamūna/. Dengan kata lain frase tersebut mempunyai ditribusiyang sama dengan kata
نﻮ݇ܳ۾
/
ta‘lamūna/.
Kemudian pada contoh kedua satuan
ﻰܷܣݚ
نﺎآ
/
kāna yasgā/ jugaberupa konstruksi frase. Frase ini terdiri atas verba bantu yaitu
نﺎآ
/
kāna/ danverba pusat
ﻰܷܣݚ
/yasgā/.
Hubungan antar unsur pada satuan itu tidakVerba
ﻰܷܣݚ
/yasgā/ pada satuan tersebut merupakan unsur pusat dan sebagai unsur pusat ia dapat mengantikan frase seperti pada contoh di atas.2. Frase Non Verbal
ݙ݇ܳܺ
ﺮݛܶ
۷آ
ﺮ݊
/ murakkabu gairu fi‘līAdapun frase
ݙ݇ܳܺ
ﺮݛܶ
۷آﺮ݊
/
murakkabu gairu fi‘li menurut Badri(1986) dalam Asrori ( 2004:47) adalah frase yang distribusinya sama dengan kata non verba.Frase
ݙ݇ܳܺ
ﺮݛܶ
۷آ
ﺮ݊
/
murakkabu gairu fi‘li dikelompokan menjadi 5 (lima) golongan yaitu:a. Frase Nominal
ݙܚا
۷آﺮ݊
/
murakkabu ismī /ݙܚا
۷آﺮ݊
/
murakkabu ismī /sama dengan frase nominal yaitu frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata nominal( Asrori, 2004:48)اﺪ܆
ةﺪݛܻ݊
ﺔݛݎﺪ۹݆ا
ﺔܦﺎݚﺮ݆ا
/
al-riyādatu al-badaniyyatu mufīdatun jiddan/ ‘olahraga itu penting sekali’
ﺎݎذﺎۿܚأ
ﻮه
/
huwa ustāzunā/ ’dia adalah guru kita’
Pada contoh di atas kalimat
ﺔݛݎﺪ۹݆ا
ﺔܦﺎݚﺮ݆ا
/
al-riyādatu al-badaniyyatu/ merupakan frase nominal karena distribusinya sama dengan golongan kata nominal yaituﺔܦﺎݚﺮ݆ا
/a-riyādatu/. Sedangkan fraseﺎݎذﺎۿܚأ
/ustāżunā/ samadistribusinya dengan kata nominal yaitu
ذﺎۿܚݢا
/al-ustāżub. Frase Sifat
ݙܻܢو
۷آﺮ݊
/ murakkabu wasf
ī /ݙܻܢو
۷آﺮ݊
/ murakkabu wasf
ī /adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata sifat( Asrori, 2004:48)Contoh:
مﺎݚݢا
ݐﺬه
اﺪ܆
درﺎ۸
ءاﻮﻬ݆ا
/
al-hawāu bāridun jiddan hāzihi al-ayyāmi/’udara ini dingin sekali setiap hari’Frase
اﺪ܆
درﺎ۸
/bāridun jiddan/, pada contoh pertama mempunyaidistribusi yang sama dengan adjektifa yaitu
درﺎ۸
/bāridun/.Pada contoh kedua frase
ﺔݛۿݚز
ناﻮ݆ا
/
al-wānun zaitiyyatun/ yangberunsurkan nomina adalah
ناﻮ݆ا
/ al-wānun/ dan juga sebagai unsur pusat.Sedangkan yang menjadi adjektifanya adalah
ﺔݛۿݚز
/zaitiyyatun/ dan dia juga sebagai na‘at.c. Frase Adverbia
ݙܺﺮܮ
۷آﺮ݊
/
murakkab zarfīyyi /ﺮ݊
ݙܺﺮܮ
۷آ
/
murakkabu zarfīyyi / adalah frase yang mempunyaidisrtibusi yang sama dengan kata keterangan ( Asrori, 2004: 48) Contoh:
بﺮܷ݆ا
ﻰ݆ا
ﺮݛܛ۾
ܙܟ݆ا
/
al-syamsu ila tasīru al-garbi/’matahari itu terbenam ke barat’Pada contoh di atas, frase
بﺮܷ݆ا
ﻰ݆ا
/ilā al-garbi/ merupakan frase adverbia danmempunyai persamaan dengan kata
ﺎ۸ﺮܶ
/garban/ yang termasuk kategori adverbia.d. Frase Numerella
يدﺪܲ
۷آﺮ݊
/
murakkabu ‘adadīyyi /يدﺪܲ
۷آﺮ݊
/
murakkabu ‘adadīyyi / adalah frase numerella yangmempunyai persamaan distribusi dengan golongan kata bilangan ( Asrori, 2004:48).
Unsur-unsur dalam frase adady atau numerella mempunyai hubungan yang padu. Artinya unsur-unsur dalam frase tersebut tidak bisa dipisahkan oleh unsur yang lain dan tidak bisa diubah urutannya. Apabila urutan bilangan dan nominal itu diubah ataupun disisipi oleh unsur yang lain maka tidak lagi termasuk frase adady (Asrori, 2004:57).
Contoh:
شوﺮܾ
ةﺮܟܳ۸
݆݉݇ܿا
/
al-qalamu bi’asyrati qurūsyin/’pena ini seharga sepuluh rupiah’.Pada contoh pertama yang menjadi frasenya adalah
رﻮܢ
ثݣ܂
salāsa suwarin/ karena didahului oleh kata bilangan sebagai unsur pusat dan diikuti oleh nominal sebagai atribut, oleh karena itu frase tersebut dinamakan dengan frase numerella.Pada contoh kedua yang menjadi frasenya adalah
شوﺮܾ
ةﺮܟܳ۸
/
bi’asyrati qurūsyin/, karena didahului oleh kata bilangan yaitu
ةﺮܟܳ۸
/
bi’asyrat/yang berfungsi sebagai Unsur pusat dan diikuti oleh katapenyukat yaitu
شوﺮܾ
/
qurūsyin/ yang berfungsi sebagai atribut.e. Frase Preposisi
ݑ݇܆
ݑ۹ܞ
۷آﺮ݊
/
murakkabu sybhu jumlahݑ݇܆
ݑ۹ܞ
۷آﺮ݊
/murakab sybhu jumlah
adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata apapun ( Asrori, 2004:49) Contoh:۷ۿﻜ݆ا
ﻰܺ
/fī al-maktabi/ ‘di atas meja’ﺔܚرﺪ݆ا
مﺎ݊ا
/amāma al-madrasati/ ‘di depan sekolah’Contoh pertama pada frase di atas terdiri dari dua kata yaitu
ﻰܺ
/fī/ dan۷ۿﻜ݆ا
/
al-maktabi/ dimana kataﻰܺ
/fī/ termasuk preposisi sekaligus sebagaiunsur pusat, sedangkan
۷ۿﻜ݆ا
/ al-maktabi/
termasuk kedalam kata nominal yangberfungsi sebagai atribut. Begitu juga pada frase
ﺔܚرﺪ݆ا
مﺎ݊ا
/amāmaal-madrasati/, terdiri dari dua unsur kata yaitu
مﺎ݊ا
/amāma/ danﺔܚرﺪ݆ا
/al-madrasati/, dimana
مﺎ݊ا
/amāma/ termasuk preposisisekaligus sebagai unsurMenurut Asrori (2004:50) frase bahasa Arab dapat dibentuk berdasarkan beberapa unsur antara lain:
a. Frase Na‘ti
Frase na‘aty dibentuk oleh nominal sebagai Unsur Pusat dikuti adjektifa sebagai na‘at atau atribut.
Contoh:
ﺔݛۿݚز
ناﻮ݆أ
اﺬه
/haża al-wānun zaitiyyatun/ ‘ini bermacam-macam warna minyak'ݙݎﺎ܃݆ا
ܹܣ݆ا
ݙܺ
ܙ݇܇ݚ
ݙا
/akhī yajlisu fi al-saffi al-sặniyyi/ ‘Abang saya duduk di kelas dua’Frase
ﺔݛۿݚز
ناﻮ݆ا
/alwanun zaitiyyatun/ pada contoh di atas terdiri dari
kata nominal dan kata sifat, dimana kata
ناﻮ݆ا
/alwanun sebagai kata nominal danjuga sebagai unsur pusat dan
ﺔݛۿݚز
zaitiyyatun/sebagai kata sifat yang berperan sebagai atribut.Pada contoh kedua frase
ݙݎﺎ܃݆ا
ܹܣ݆ا
al-saffi al-sặniyyi/ juga terdiri darikata nominal dan kata sifat, dimana kata
ܹܣ݆ا
al-saffi sebagai kata nominalsekaligus sebagai unsur pusat, sedangkan kata
ݙݎﺎ܃݆ا
al-sặniyyi/ sebagai kata sifat yang berfungsi sebagai atribut.b. Frase Isyary
Frase ini berunsurkan nominal sebagai unsur pusat didahului penunjuk sebagai Atribut.
Contoh:
ݙ݆
ءاﺬ܋݆ا
ﻚ݆ذ
/zālika al-hizā`u lī/ ‘Sepatu itu milik saya’Pada klausa di atas frasenya adalah
ءاﺬ܋݆ا
ﻚ݆ذ
/zālika al-hizā`u/, yangterdiri dari dua kata yaitu
ﻚ݆ذ
/
zālika/ danءاﺬ܋݆ا
/
al-hizā`u/. Dimanaﻚ݆ذ
/
zālika/ sebagai ism isyarah yang berfungsi sebagai atribut, sedangkanءاﺬ܋݆ا
/
dibentuk melalui ism isyarah sebagai atribut diikuti oleh nominal sebagai unsur pusat.
c. Frase Tawkidy
Frase tawkidy adalah frase yang terbentuk dari Nominal sebagai Unsur Pusat diikuti Atribut berupa tawkid (penegas). Penanda tawkid (penegas) bahasa Arab mencakup
,
ݍݛܲ
,
ܙܻݎ
,
݅آ
. /kullu, nafsun, ‘ainun/ selain itu bisa berupa kata ganti.Contoh:
ݑܛܻݎ
اﺪ܋݊
۽ݛ݆ܿ
/laqaitu muhammadan nafsahu/ ‘Saya bertemu dengan muhammad sendiri’ﺎݎأ
ݙّ݊أ
ݐﺬه
/hāzihi` ummi `anā/Pada contoh pertama yang menjadi unsur nominal adalah
اﺪ܋݊
/
muhammadan/yang berfungsi sebagai unsur pusat, sedangkan yang menjadi
penegasnya adalah
ݑܛܻݎ
/
nafsahu/ yang berfungsi sebagai atribut. Pada contohkedua yang menjadi unsur nominal adalah
ݙّ݊أ
ummi /berfungsi sebagai unsurpusat, sedangkan yang menjadi penegas adalah
ﺎݎأ
/
`anā / yang berfungsi sebagaiBAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Sekilas tentang frase
Istilah frase apapun terjemahannya dalam bahasa Arab tidak populer di kalangan pengkaji bahasa Arab di Indonesia ataupun di dunia Arab sendiri. Karena buku-buku nahwu atau sintaksis Arab pada umumnya tidak ada yang mengemukakan defenisi tetang frase. Selain itu tidak ada bab atau sub bab yang menggunakan istilah frase sebagai kepala pembahasan. Meskipun demikian bukan berarti dalam bahasa Arab tidak ada konsep tentang frase.
Dalam sejarah studi linguistik istilah frase banyak digunakan dengan pengertian yang berbeda-beda. Istilah frase digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingakat berada di bawah satuan klausa, atau satu tingkat berada di atas satuan kata. Frase lazim didefenisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Di sini kita dapat menyimpulkan bahwa yang namanya frase itu pasti terdiri lebih dari sebuah kata ( Chaer, 1994:222).
Berikut ini dikemukakan tentang pengertian frase dari berbagai tokoh diantaranya sebagai berikut:
1. Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melebihi batas fungsi (Ramlan, 1981) dalam ( Asrori, 2004:32).
2. Frase adalah gabungan dua kta atau lebih yang sifatnya tidak pedikatif ( Kridalaksana, 1993 ) dalam ( Asrori, 2004:32).
3. Frase adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi klausa (Ibrahim, et.al, 1996) dalam (Asrori,2004:32)
Menurut Hassanain (1984:164-165) dalam Asrori (2004: 33), istilah frase dalam bahasa Arab
۷ݛآﺮۿ݆ا
al-tarkību/, adalah:ܷ݅ܟ۾
نﻷ
܉݇ܣ۾و
ﺎﻬܧܳ۹۸
ܩ۹۾ﺮ۾
ﺮܢﺎݏ݆ܳا
ݍ݊
ﺔܲﻮ܇݊
ݑ۸
ﺪܣܿݚ
۷ݛآﺮۿ݆ا
ﺔ݇܇݆ا
ﻰܺ
ةﺪ܊او
ﺔܻݛܮو
,
ةدﺮܻ݊
ﺔ݇آ
ﺎݚﻮ܋ݎ
يوﺎܛ۾
ﺎﻬݎأ
يأ
,
عﻮ܇۸
لﺪ۹ۿܛݛܺ
ݣܳܺ
وأ
ﺎܚا
ﺎهﺮܢﺎݏܲ
.
/al-tarkību yuqsadu bihi majmū‘atun min al-‘anāsiri turattabatu biba‘dihā wa taslihu lianna tasygila wazīfati wāhidatin fī al-jumlati, ayyi annahā tusāwī nahwiyyan kalimatan mufradatan, fayastabaddilu bi majmū‘in ‘anāsirihā isman aw fi‘lan/
“Frase adalah gabungan dari unsur-unsur yang saling berkaitan antara satu sama lainnya karena mempunyai peran yang sama dalam kalimat atau menduduki posisi yang sama dalam ilmu nahwu, maka unsur-unsurnya tersebut bisa diganti dengan isim atau fi‘l ”.
Sedangkan Badri (1986:28) dalam Asrori (2004:33) frase adalah:
يدﺎݏܚﻹا
ﺮݛܶ
۷ݛآﺮۿ݆ا
ّݙ۸ﺮ݆ܳا
يﻮ܋ݏ݆ا
ﻰܺ
ﺎﻬ۸
ﺪܣܿݚ
و
ةرﺎ۹݆ܳا
,
ݍ݊
نﻮﻜۿ۾
ܩ۸اﺮ۾
ﺎﻬݏݛ۸
ݍݛۿ݇آ
ݍ݊
ّܹ݆ﺄۿݚ
ّيﻮܷ݆
ءﺎݏ۸
وأ
ﺔݚدﺎݏܚإ
ﺮݛܶ
ﺔܾݣܲ
ﺎﻬݏݛ۸
ݍݛۿ݇آ
ةﺪ܊او
ﺔ݇آ
ﺎﻬ۸
لّﺪ۹ۿܛݚ
نأ
ݍﻜݚ
ﻰۿ܊
ﺔﻜܚﺎۿ݊
ةﺪ܊او
ﺎﻬݏ݊
݅ܳ܇ݚ
ݙܾﺎݛܚ
.
/al-‘ibāratu wa yaqsudu bihā fī al-nahwiyyi al-‘arabiyyi al-tarkībi gairu al-`isnādiyyi, tatakawwanu min kalimataini bainahumā ‘alāqatun gaira isnādiyyatun aw binā`u lugawiyyu yata`allafu min kalimataini bainahumā turābitu siyāqī yaj‘alu minhā wāhidatun mutamāsikatun hattā yumkina `an yastabaddila bihā kalimatun wāhidatun/
Berdasarkan tipe strukturnya, Ramlan (1981) dan Tarigan (1986) mengelompokkan frase menjadi dua yaitu:
1. Frase Endosentis
ﺔܧ݊
ﺮݛܶ
/
gaira mahdatun/2. Frase Eksosentris
ﺔܧ݊
/
mahdatun/Frase Endosentris dalam bahasa Arab disebut dengan
ﺔܧ݊ﺮݛܶ
/
gaira mahdatun/ yaitu frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan salah
satu atau semua unsurnya. Frase endosentris sebagai frase yang mempunyai hulu, pusat, atau pokok. Artinya salah satu unsur frase tersebut merupakan hulu, pusat, atau pokok dan sebagai unsur pusat ia mempunyai persamaan distribusi dengan frase ( Asrori, 2004:37)
Frase yang kedua yaitu frase eksosentris yang dalam bahasa Arab disebut dengan
ﺔܧ݊
/ mahdatun/
yaitu frase yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan salah satu unsurnya (Asrori, 2004: 38)Contoh
۷ۿﻜ݆ا
ݙܺ
أﺮܿݚ
ذﺎۿܚﻷا
/
/al-ustāzu yaqra’u fī al-maktabi/ “ pak guru membaca di kantor”
ݙܺ
أﺮܿݚ
ذﺎۿܚﻷا
/al-ustāzu yaqra’u fī/ “pak guru membaca di”
pada contoh di atas yang menjadi frasenya adalah
۷ۿﻜ݆ا
ݙܺ
/
fī al-maktabi / karena tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsur-unsurnya.3.2. Bentuk Frase Verbal dan Frase Nominal dalam bahasa Arab
Berikut ini adalah bentuk frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab diantaranya adalah sebagai berikut:
3.2.1 Frase verbal
Menurut Al-khuli (1982:300) dalam A Dictionary of Theoritical Linguistics ( English-Arabic) frase verbal adalah
ﺔݛܻ݆݇ܳا
ةرﺎ۹ܲ
:
ݑ۾ﺎܿ݇ܳۿ݊
ܥܳ۸و
ܻ݆݅ܳا
ݍ݊
نﻮﻜۿ۾
ةرﺎ۹ܲ
/‘ibāratu al-fi‘liyyati: ‘ibāratu tatakawwanu min al-fi‘li wa ba‘di
muta‘alliqātihi/
“Frase verbal adalah ungkapan yang terdiri dari kata kerja dan sebagiannya saling berkaitan”
Frase verbal mempunyai paduan pokok kata kerja, yang mempunyai bentuk bermacam-macam, seperti datang, duduk, hilang, lari, maju, mundur dan lain sebagainya. Frase ini boleh dikatakan paling sederhana. Kategori berikutnya yaitu frase verbal yang berawalan ber- seperti berangkat, berlari, bertamasya dan lain sebagainya. Selanjutnya kategori ketiga yaitu memakai awalan me- seperti menjerit, memanjat, meninggal dan lain-lain ( Samsuri, 1994:242 ).
Dalam bahasa Arab kata kerja disebut dengan fi‘l, menurut Ghulayaini (1991: 63) fi‘l terbagi tiga bagian diantaranya fi‘l mudhari‘, fi‘l madi, fi‘l amar.
Fi‘l Mudhari‘ adalah kata yang menunjukkan arti dalam dirinya, yang
dikaitkan dengan waktu yang mengandung arti sekarang, atau yang akan datang ( Ghulayaini: 1991:64).
Fi‘l madi adalah kata yang menunjukkan arti dengan sendirinya, dikaitkan dengan waktu yang telah lampau ( Ghulayaini, 1991:63).
Fi‘l Amar adalah kata yang menunjukkan tuntutan terjadinya perbuatan
dari fi‘l yang mukhattab( Ghulayaini, 1991: 64)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frase verbal itu berbentuk kata kerja dalam bahasa Arab disebut dengan fi‘l.
3.2.2. Frase non verbal
Frase non verbal terdiri dari beberapa golongan diantaranya sebagai berikut:
1. Frase Nominal
Menurut Al-khuli (1982:84) dalam A Dictionary of Theoritical Linguistics ( English-Arabic) frase nominal adalah:
ﺔّݛܚﻹا
ةرﺎ۹ܲ
/
:
݉ܚﻹﺎ۸
أﺪ۹۾
ﺔ݇܆
.
ܻ݆݅ܳﺎ۸
أﺪ۹۾
ﻰۿ݆ا
ﺔݛܻ݆݇ܳا
ﺔ݇܇݆ا
ﺎﻬ݇۸ﺎܿ۾
.
/‘ibāratu al-`ismiyyati /: jumlatun tabda`u bi al-ismi. Tuqābiluhā al-jumlatu al-fi‘liyyatu allatī tabda`u bi al-fi‘li/
“Frase nominal adalah kalimat yang dimulai dengan ism dan berbeda dengan jumlah fi‘l-nya”
Frase nominal disebut juga dengan frase benda, untuk menganalisis frase nominal, sebuah kategori cabang yang termasuk ke dalam frase, berhubungan dengan kata ganti nama atau persona. Pada dasarnya ada tiga macam persona, baik yang bersifat tunggal maupun yang menunjukkan jamak (Samsuri, 1994: 238-239).
Persona pertama tunggal terdapat pada kata aku dan saya, kemudian kata ganti orang kedua tunggal terdapat pada engkau, anda, kamu. Kata ganti nama ketiga secara jelas ialah Ia dan dia untuk tunggal dan mereka untuk jamak. Untuk menunjukkan jamak juga sering dipakai kata para pada bagian depan (Samsuri, 1994: 239).
Kategori kedua yang terdapat pada frase nominal ialah berhubungan dengan nama-nama, baik nama-nama binatang seperti kuda, anjing, singa, burung dan lain-lain. Nama-nama orang seperti Ahmad, Siti, Ali, Minah dan lain sebagainya. Selain nama orang dan nama binatang yang terdapat pada frase benda juga terdapat nama-nama lain seperti nama kota, kantor, sekolah, kapal, dan lain-lain sebagainya (Samsuri, 1994:239 ).
Dalam bahasa Arab nominal disebut dengan ism, jadi bentuk frase nominal dalam bahasa Arab itu berupa benda ataupun ism.
2. Frase sifat
Frase sifat atau adjektiva menurut Nurhadi (1995:316) adalah frase yang mempunyai distrubusi yang sama dengan kata sifat.
ةرﺎ۹ܲ
݆ا
ﺔݛۿܳݏ
:
ﺎ݊
ﺔ݇܆
ݙܺ
۽ܳݏ݆ا
݅ܲ
݅ܳ۾
ةرﺎ۹ܲ
,
ܹ݇ۿ۾
ﺔݛۿܳݏ݆ا
ةرﺎ۹݆ܳاو
اﻮ݇۾
ذإ
ﺔݛۿܳݏ݆ا
ﺔ݇܇݆ا
ݍܲ
ܻ݆݅ܳا
ݍ݊
ﻰ݆وﻷا
ܺ
ﻰ݇ܲ
يﻮۿ܋۾
ﺔݛݎﺎ܃݆اا
نأ
ݍݛ܊
ݙ
݅ܳܺ
/‘ibāratu al- na‘tiyyati : ‘ibāratun ta‘malu ‘amala al-na‘ti fi jumlati mā, wa al-‘ibāratu al-na‘tiyyatu takhtalifu ‘an al-jumlati al-na‘tiyyati `iz takhallū al-ūlā min al-fi‘li fī hīna anna al-saniyyata tahtawī ‘alā fi‘lin/
“Frase sifat adalah frase yang berperan sebagai sifat dalam satu kalimat tertentu dan frase sifat tersebut berbeda dari kalimat sifat dimana frase sifat itu tidak terdapat kata kerja sedangkan kalimat sifat itu membutuhkan kata kerja’ (1982:5)
Frase sifat ini sangat terbatas bentuknya, yaitu suatu paduan pokok yang berbentuk kata sifat dengan atau tanpa suatu paduan keterangan, seperti amat, sekali ( Samsuri, 1995:244)
Menurut Arifin dan Junaiyah (2008:22) frase adjektiva adalah frase yang terdiri atas gabungan beberapa kata atau yang terdiri atas induk berkategori
adjektiva dan modifikator berkategori apapun, asalkan seluruhnya berperilaku
sebagai adjektiva. Contoh:
a. Amat cantik b. Sungguh rajin c. Agak nakal juga
3. Frase Adverbia
Frase adverbia adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan ( Ramlan,1986: 177)
Menurut Al-khuli (1982:7) dalam A Dictionary of Theoritical Linguistics ( English-Arabic) frase adverbia adalah:
ﺔݛܺﺮܯ݆ا
ةرﺎ۹ܲ
:
فﺮܯ݆ا
݅ܲ
݅ܳ۾
ةرﺎ۹ܲ
/’ibāratu al-zarfiyyati: ‘ibāratun ta’malu ‘amala al-zarfi/
Bentuk frase adverbia atau keterangan adalah berupa keterangan yang dalam bahasa Arab disebut dengan zharaf. Dalam bahasa Arab zharaf terbagi dua yaitu zharaf zaman dan zharaf makan.
0
4. Frase Numerella
Menurut Arifin dan Junaiyah (2008:24) frase numerella adalah frase yang terdiri atas numeralla sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan s ubordinatif dengan nomina penggolong bilangan, dan nomina ukuran. Al-ghulayaini menyebutkan frase numerella dalam bahasa Arab adalah sebagai berikut:
يدﺪ݆ܳا
۷آﺮ݆ا
:
رﺪܿ݊
ܹܫܲ
فﺮ܊
ﺎﻬݏݛ۸
نﺎآ
ݍݚدﺪܲ
݅آ
ﻮه
/al-murakkabu al-‘adadyiyu huwa kullu ‘adadaini kāna bainahumā harfu ‘atfin muqaddarin/
“Frase numerella adalah semua bilangan yang terdiri dari dua kata yang mana diantara kedua kata tersebut ada kata penghubung tetapi tidak disebutkan’(Al-Ghulayaini, 2007:13).
.
Frase numerella adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Contoh:
- Tiga ekor ayam
- Tiga puluh kilogram beras
Kata tiga
,
tiga puluh dalam frase-frase di atas termasuk golongan kata bilangan, sedangkan kata-kata ekor dan kilogram dalam frase-frase di atas termasuk golongan kata pelengkap. Jadi frase bilangan tersebut terdiri dari unsur kata bilangan.nominal itu diubah ataupun disisipi oleh unsure yang lain maka tidak lagi termasuk frase adady ( Asrori, 2004: 57).
Frase numerella atau bilangan mempunyai bentuk bilangan yang dalam bahasa Arab disebut dengan ‘adad.
5.Frase Preposisi
Frase preposisi adalah frase yang terdiri atas preposisi dan nomina seperti di rumah dan ke pasar’ (Lavoliwa, 1992:10).
Preposisi pada dasarnya terikat pada nomina. Ia berfungsi menyatakan hubungan antara nomina yang didahuluinya dengan predikat kalimat. Secara lain dapat dikatakan bahwa preposisi merupakan predikat peringkat rendah atau predikat sekunder yang disubordinasikan pada predikat utama yang dinyatakan oleh verba (Lavoliwa, 1992:6)
Alisyabana dalam Lavoliwa ( 1992:10) mendefinisikan frase preposisi adalah kata-kata yang menghubungkan kata benda dengan kata-kata yang lain serta menentukan sekali sifat perhubungan itu.
Contoh:
- Ayah tidak ada di rumah - Ibu sedang pergi ke pasar
Kata di dan ke pada contoh di atas merupakan preposisi, sedangkan kata Rumahdan Pasar termasuk nominal. Jadi jika disatukan menjadi frase preposisi.
Menurut Al-khuli (1982:225) dalam A Dictionary of Theoritical Linguistics ( English-Arabic) frase Preposisi adalah
ﺮ܇݆ا
ةرﺎ۹ܲ
:
ݑܳ۸اﻮ۾و
روﺮ܇݆او
رﺎ܇݆ا
/‘ibāratu al-jarri: al-jarru wa al-majrūru wa tawābi‘uhu/
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa frase preposisi adalah frase yang berbentuk preposisi atau dalam bahasa Arab disebut dengan harf jar diikuti oleh nominal.
3.3 Cara pembentukan frase verbal dan frase nominal dalam bahasa Arab. Jenis frase bahasa Arab berdasarkan unsur cara pembentukannya terdiri dari 25 ( dua puluh lima ) jenis frase. Cara pembentukan tersebut dapat dibentuk melalui frase verbal dan frase nominal untuk lebih jelas mari kita lihat cara pembentukannya.
1. Frase Verbal
Cara pembentukan frase verbal dapat dibentuk melalui beberapa frase diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Frase Manfy
Frase manfy adalah frase yang terdiri atas penegasi yang diikuti oleh verbal dan nominal. Beberapa penegasi yang ditemukan atau yang sering digunakan adalah
ݢ
,
ܙݛ݆
,
ﺎ݊
,
݆݉
,
ݍ݆
.
Penegasiݍ݆
, ,
݆݉
danﺎ݊
,
ditemukan hanya diikuti verbal. Adapun penegasi lainnya dapat diikuti oleh nominal ataupun verbal. Berikut ini dikemukakan contoh masing-masing ( Asrori,2004:54)باﻮ܇݆ا
فﺮܲأ
ݢ
ﺎݎأ
/
anā lā a‘rifu al-jawāba/ “ aku tidak mengetahui jawabannya”
݅ܣܻ݆ا
ݙܺ
ﺪ܊أ
ݢ
/
lā ahadun fī al-fasli / “tidak ada seorangpun di kelas”مﺎܳܫ݆ا
اﺬه
ﺪݚﺮ۾
۽ܛݛ݆
/
lasta turīdu hazā al-ta‘āmu / “apakah anda tidak menginginkan makanan ini”ذﺎۿܚݢا
ءﺎ܆
ﺎ݊
/
mā jā a al-ustāzu / “guru itu tidak datang”
ﺮܧ܋ݚ
݆݉
ﻰܧ۾
ﺮ݆ا
رﻮݎ
ﺪݛܛ݆ا
/
۽ܧ݊
ﻰۿ݆ا
مﺎݚﻷا
ܱ܆ﺮݚ
ݍ݆
/
lan yarji ‘a al-ayyāmu allatī madat/ “ hari-hari yang telah berlalu tidakakan kembali”
Contoh pertama pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
ݢ
فﺮܲأ
/
lā ‘arifu / yang terdiri dari dua unsur yaituݢ
/ lā / berfungsi sebagaipenegasi dan sebagai atribut, kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu
فﺮܲأ
/
‘arifu / yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frase Manfy itu adalah frase yang terdiri dari penegasi sebagai atribut dan diikuti oleh nominal dan verbal sebagai unsur pusat.Contoh kedua pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
ﺪ܊أ
ݢ
/
lāahadun / terdiri dari dua unsur yaitu
ݢ
/ lā/ yang berfungsi sebagai penegasi dansebagai atribut, kemudian diikuti oleh kata nominal yaitu /
ﺪ܊أ
/ahadun/ yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frase Manfy itu adalah frase yang terdiri dari penegasi sebagai atribut dan diikuti oleh nominal dan verbal sebagai unsur pusat.Contoh ketiga pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
۽ܛݛ݆
ﺪݚﺮ۾
/ lasta turīdu/ terdiri dari dua unsur yaitu۽ܛݛ݆
/
lasta / yang berfungsisebagai penegasi dan sebagai atribut, kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu
ﺪݚﺮ۾
/ turīdu / yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frase Manfy itu adalah frase yang terdiri dari penegasi sebagai atribut dan diikuti oleh nominal dan verbal sebagai unsur pusat.Contoh keempat pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
ءﺎ܆
ﺎ݊
/mā jā/ terdiri dari dua unsur yaitu
ﺎ݊
/ mā /yang berfungsi sebagai penegasi danContoh kelima pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
ﺮܧ܋ݚ
݆݉
/lam yahdur/ terdiri dari dua unsur yaitu
݆݉
/lam/ yang berfungsi sebagai penegasidan sebagai atribut, kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu
ﺮܧ܋ݚ
/
yahdur/ yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frase Manfy itu adalah frase yang terdiri dari penegasi sebagai atribut dan diikuti oleh nominal dan verbal sebagai unsur pusat.Contoh keenam pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
ݍ݆
ܱ܆ﺮݚ
/ lan yarji‘a/ terdiri dari dua unsur yaituݍ݆
/lan /
yang berfungsi sebagaipenegasi dan sebagai atribut, kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu
ܱ܆ﺮݚ
/ yarji‘a / yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frase Manfy itu adalah frase yang terdiri dari penegasi sebagai atribut dan diikuti oleh nominal dan verbal sebagai unsur pusat.b. Frase Syarthy
Frase syarty adalah frase yang berunsurkan penanda syarat sebagai atribut diikuti verbal sebagai unsur pusat. Diantara penanda syarthy itu adalah
,
ݍ݊
,
اذا
ﺎ݊ﺪݏܲ
,
ﻮ݆
,
ﺎ݆
,
نا
,
ﺎ݇آ
,
ﺎﻬݏ݊
.
Dibawah ini dikemukakan contoh frase syarthy yang terbentuk dari setiap penanda syarat tersebut ( Asori,2004:55)Contoh:
ﺎﻬݛܺ
اوﺪݛܲأ
ﺎﻬݏ݊
اﻮ܆ﺮ܋ݚ
نأ
اودارأ
ﺎ݇آ
݉ﻬ۸
ﻮܾ݇
ﷲا
غازأ
اﻮܶاز
ﺎ݆
و
ﺎﻬ݆
ﺎ܃݊أ
ﺮܟܲ
ݑ݇ܺ
ﺔݏܛ܋݆ﺎ۸
ءﺎ܆
ݍ݊
اﻮݏݛ۹ۿܺ
ءﺎ۹ݏ۸
ܽܚﺎܺ
݉آءﺎ܆
نا
اﻮݏ݊ا
ݍݚﺬ݆اﺎﻬݚأﺎݚ
ﷲاﺮܣݎ
ءﺎ܆
اذا
Contoh pertama pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
ﺎ݇آ
اودارأ
/ terdiri dari dua unsur yaitu /ﺎ݇آ
yang berfungsi sebagai syarat dansebagai unsur pusat. Jadi frase syarthy itu adalah frase yang berunsurkan penanda syarat sebagai atribut dan diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat.
Contoh kedua pada klausa di atas yang menjadi frasenya adala
اﻮܶاز
ﺎ݆
/terdiri dari dua unsur yaitu
ﺎ݆
/
yang berfungsi sebagai syarat dan sebagaiatribut, kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu
اﻮܶاز
/ yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frase syarthy itu adalah frase yang berunsurkan penanda syarat sebagai atribut dan diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat.Contoh ketiga pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
ءﺎ܆
ݍ݊
/terdiri dari dua unsur yaitu
ݍ݊
/
yang berfungsi sebagai syarat dan sebagaiatribut, kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu
ءﺎ܆
/ yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frase syarthy itu adalah frase yang berunsurkan penanda syarat sebagai atribut dan diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat.Contoh keempat pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
نا
݉آءﺎ܆
/ terdiri dari dua unsur yaituنا
/
yang berfungsi sebagai syarat dansebagai atribut, kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu
݉آءﺎ܆
/ yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frase syarthy itu adalah frase yang berunsurkan penanda syarat sebagai atribut dan diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat.Contoh kelima pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
ءﺎ܆
اذا
/izā jā a / terdiri dari dua unsur yaitu
اذا
/
izā/ yang berfungsi sebagai syarat dansebagai atribut, kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu
ءﺎ܆
/izā a/ yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frase syarthy itu adalah frase yang berunsurkan penanda syarat sebagai atribut dan diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat.c. Frase Tanfis
Frase tanfis adalah frase yang tersusun dari verbal sebagai unsur pusat dan
ini dikemukakan contoh frase tanfis yang terbentuk dari setiap penanda waktu tanfis tersebut (Asrori,2004:55)
Contoh:
مﻮݛ݆ا
اﺬه
كروزﺄܚ
/
/sa’azūruka hazā al-yauma/ “saya akan mengunjungimu hari ini ”
ﺪܺﻮ݆ا
ﺮܧ܋ݚ
فﻮܚ
/
saufa yahduru al-wafdu/ “utusan itu akan datang”
۽ܾ݇
ﺎ݊
۽آردأ
ﺪܾ
/
qad adraktu mā qulta/“telah kusadari apa yang kau katakan”
݉ﻬܻ۾
ﻰۿ܊
ݍݛ۾ﺮ݊وأ
ةﺮ݊
أﺮܾا
/
/iqra’ marratan aw marrataini hatt
ā tafhama/ “bacalah sekali atau dua kalihingga kau mengerti”
ݑܳ݊
۷ܳ݇ۿ݆
ﻚݏܲ
܁܋۹ݚ
قرﺎܪ
/
tāriqun yabhasu anka lital‘aba ma‘ahu/ “tariq mencarimu untuk bermainbersamamu”
اﺮﻜ۹݊
ﻮ܋ܢأ
ݙآ
اﺮﻜ۹݊
مﺎݎأ
/
anāmu mubakkiran kai asbahahū mubakkiran “saya tidur cepat supayabangun pagi-pagi”
Contoh pertama pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
كروزﺄܚ
/sa’az
ūruka / terdiri dari dua unsur yaituس
/sa/ yang berfungsi sebagai penanda tanfis dan sebagai atribut, kemudian diikuti oleh kata verbal yaituكروز
/
zūruka/
yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frase tanfis itu adalah frase yang berunsurkan penanda tanfis sebagai atribut dan diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat.Contoh kedua pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
فﻮܚ
berfungsi sebagai penanda tanfis dan sebagai atribut, kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu
ﺮܧ܋ݚ
/
yahduru/
yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frase tanfis itu adalah frase yang berunsurkan penanda tanfis sebagai atribut dan diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat.Contoh ketiga pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
۽آردأ
ﺪܾ
/ qad adraktu /terdiri dari dua unsur yaitu
ﺪܾ
/
qad/ yang berfungsi sebagaipenanda tanfis dan sebagai atribut, kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu
۽آردأ
/
adraktu / yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frase tanfis itu adalah fraseyang berunsurkan penanda tanfis sebagai atribut dan diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat.
Contoh keempat pada klausa di atas yang menjadi frasenya adalah
ﻰۿ܊