• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas dan Fungsi Camat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 (Studi Kecamatan Medan Johor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tugas dan Fungsi Camat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 (Studi Kecamatan Medan Johor)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Admosudirjo, Prajudi, Dasar-dasar Administrasi Manajemen dan Manajemen Kantor, Gunung Agung, Jakarta, 2001.

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

Dwijowijoto, Riantnugroho, Reinventing Indonesia: Menata Ulang Manajemen Pemerintahan untuk Membangun Indonesia Baru dengan keunggulan Global. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001.

---, Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003

Erwan, Agus P. dan Dyah Ratih S, Implementasi Kebijakan Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2012

Kinseng, RA. Kelembagaan dan Tata Pemerintahan Kecamatan. Project Working Paper, Bogor, 2008

Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta, 2002.

M. Hadjon, Philipus, Tentang Wewenang, Universitas Airlangga, Surabaya, 2003 Nugroho, Riant, Kebijakan Publik : Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi.

Kelompok Gramedia, Jakarta, 2003

Rudianto, Yayan, Pelayanan Publik Pada Penyelenggaraan Pemerintah Kecematan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2008

Soekanto, Soerjono dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif, Ind-Hillco, Jakarta, 2001

Suharto, Edi, Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Alfabeta. Bandung, 2007

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2003

(2)

Sutedi, Adrian, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta, 2011

Syaukani, Afan Gaffar dan Ryaas Rasyid, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar dan PUSKAP, Yogyakarta, 2003.

Wahab, Abdul, Analisis kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara, Jakarta, 2012

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.

C. Internet

http:// id.wikipedia.org/wiki/kecamatan diakses tanggal 20 November 2016 Pukul 21.00 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/kecamatan diakses tanggal 20 November 2016 Pukul 21.00 WIB.

(3)

BAB III

PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI CAMAT DI KECAMATAN MEDAN JOHOR

D. Gambaran Umum Kecamatan Medan Johor.

1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari 21 Kecamatan yang berada di wilayah Kota Medan berada pada ketinggian 12 m dari permukaan laut, yang sebelumnya termasuk Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Patumbak dan Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang. Masuknya Kecamatan Medan Johor ke wilayah Kotamadya Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1973 tanggal 10 Mei 1973 yang luas arealnya ± 3.228 Ha dan terdiri dari 10 Kelurahan. Selanjutnya berdasarkan keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat I Sumatera Utara, tanggal 19 Oktober 1987 Nomor: 140/ 4078/K/ 1978 tentang pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota Medan, yang salah satu diantaranya terdapat Kecamatan Medan Johor. Dengan demikian jumlah kelurahan yang tadinya hanya 10 maka setelah keluarnya SK tersebut jumlah Kelurahan di Kecamatan Medan Johor menjadi 11 Kelurahan.

(4)

Camat yang pernah menjabat sebagai Kepala Wilayah di Kecamatan Medan Johor yaitu:

Tabel 2

Nama-Nama Camat Yang Pernah Menjabat

No Nama Camat Masa Bakti

1 Adnan Ramlan 1974 s/d 1977 2 Drs. Gandhi Diapari Tambunan 1977 s/d 1979 3 B.S Parlaungan 1979 s/d 1985 4 Drs. Zainal Arifin Nasution,

BA 10 Pulungan Harahap, SH, M.Si 06 Desember 2006 s/d 23 Agustus

2010

11 Mhd. Azwarlin Nasution, SH 23 Agustus 2010 s/d 23 Januari 2013 12 Khoiruddin, S.Sos 23 Januari 2013 s/d saat ini

Sumber: Kantor Camat Medan Johor Tahun 2016. 2. Batas-Batas dan Luas Wilayah

Kecamatan Medan Johor merupakan daerah pemukiman penduduk, daerah pengembangan wisata dan berada di kawasan pinggiran bahagian selatan Kota Medan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas areal keseluruhan ± 1.696 Ha yang terdiri dari 6 kelurahan, memiliki 81 lingkungan dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimoon dan Medan Polonia, Medan Kota, Medan Baru, dan Medan Selayang

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe dan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang

(5)

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang dan Medan Tuntungan

Luas wilayah Kecamatan Medan Johor secara lebih rinci berikut jumlah penduduk sampai dengan 31 Januari tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk N Sumber: Kantor Camat Medan Johor Tahun 2016

(6)

paling kecil. Dari segi jumlah penduduk, diketahui bahwa Kelurahan Pangkalan Mashyur merupakan daerah dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 37.284 jiwa, diikuti dengan Kelurahan Kwala Bekala 34.241 jiwa, Kelurahan Gedung Johor 29.388 jiwa, Kelurahan Titi Kuning 25.077 jiwa, Kelurahan Suka Maju 14.338 jiwa dan Kelurahan Kedai Durian 7.424 jiwa yang merupakan daerah dengan penduduk paling sedikit di Kecamatan Medan Johor. Jumlah penduduk di Kecamatan Medan Johor meningkat dari 123.851 jiwa pada tahun 2011 menjadi 147.752 jiwa pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah penduduk sebesar 23.901 jiwa sepanjang tahun 2012 sampai tahun 2015.

3. Kependudukan

Mengetahui potensi sumber daya manusia lebih lanjut, akan kita lihat data-data kependudukan di Kecamatan Medan Johor dibagi berdasarkan suku, berdasarkan agama, berdasarkan mata pencaharian, berdasarkan kewarganegaraan dan jenis kelamin.

Tabel 4

Data Kependudukan Berdasarkan Suku

No Suku Jumlah %

1 Jawa 51.481 34,77%

2 Melayu 32.312 21,83%

3 Mandailing 20.965 14,13%

4 Batak 11.845 7,91%

5 Minang 6.096 4,11%

6 Aceh 4.295 2,90%

7 Nias 3.309 2.05%

8 India 438 0,29%

9 Cina 13.318 8,99%

(7)

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Medan Johor adalah suku jawa yaitu sebanyak 51.481 jiwa, diikuti suku Melayu sebanyak 32.312 jiwa, suku Mandailing 20.965 jiwa, Cina 13.318 jiwa, suku Batak 11.485 jiwa, suku minang 6.096 jiwa, suku Aceh 4.295 jiwa, suku Nias 3.309 jiwa, dan suku India 438 jiwa.

Tabel 5

Data Kependudukan Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah %

1 Islam 101.129 68,47%

2 Kristen Protestan 27.315 18,49%

3 Kristen Katholik 5.142 3,48%

4 Hindu 632 0,42%

5 Budha 13.494 9,14%

Total 147.732 100% Sumber: Kantor Camat Medan Johor Tahun 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Medan Johor memeluk agama Islam yaitu sebanyak 101.129 jiwa, diikuti dengan penduduk beragama Kristen 27.315 jiwa, penduduk beragama Budha 13.494 jiwa, penduduk beragama Katholik 5.142 jiwa, dan penduduk beragama Hindu 632 jiwa. Namun jika dijumlahkan seharusnya jumlah penduduk berdasarkan agama adalah 147.712 jiwa namun yang tertulis di atas adalah 147.732 jiwa.

E. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Camat.

(8)

perangkat daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat dan Camat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah.

Kecamatan menjadi koordinator diwilayah kerjanya dengan melaksanakan sebagaian pelimpahan wewenang dari Kepala Daerah (Bupati/Walikota). Hal ini berarti ada dua tugas utama Kecamatan yaitu sebagai pelayan masyarakat dan melakukan pembinaan wilayah. Tugas pembinaan wilayah dilakukan dengan melakukan koordinasi pemerintahan terhadap seluruh instansi pemerintah di wilayah kecamatan, penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban, penegakan peraturan perundang-undangan, pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan, serta pelaksanaan tugas pemerintahan lainnya yang belum dilaksanakan oleh pemerintahan desa/kelurahan dan/atau instansi pemerintah lainnya di wilayah kecamatan.

Camat merupakan pemimpin kecamatan sebagai perangkat daerah kabupaten atau kota. Camat berkedudukan sebagai koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan, berada di bawah, dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah kabupaten atau kota. Camat diangkat oleh bupati atau wali kota atas usul sekretaris daerah kabupaten atau kota terhadap Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat.

(9)

memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan.

Camat diangkat oleh bupati/walikota atas usul sekretaris daerah kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan, dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat, mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum, mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan, mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum, mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan, membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan, dan melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.

Tugas Camat dalam membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan, meliputi:26

1. Melakukan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi pemerintahan desa dan/atau kelurahan

26

(10)

2. Memberikan bimbingan, supervisi, fasilitasi, dan konsultasi pelaksanaan administrasi desa dan/atau kelurahan

3. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kepala desa dan/atau lurah 4. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perangkat desa dan/atau

kelurahan

5. Melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan di tingkat kecamatan

6. Melaporkan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan di tingkat kecamatan kepada bupati/walikota.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa Camat mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota sesuai karakteristik wilayah, kebutuhan daerah dan tugas pemerintahan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Tugas pokok dan fungsi Camat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana Camat mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 225 kemudian diperjelas lagi pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 yaitu: 1. Mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam perencanaan

(11)

2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap seluruh unit kerja baik pemerintah maupun swasta yang mempunyai program kerja dan kegiatan pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja kecamatan.

3. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat di wilayah kecamatan baik yang dilakukan oleh unit kerja pemerintah maupun swasta.

Mengukur tingkat kemampuan Camat dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya di kecamatan Medan Johor Kota Medan antara lain: tingkat partisipasi masyarakat dalam menghadiri musrenbang, tingkat keberhasilan pembangunan dan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan program kegiatan pemberdayaan masyarakat, serta bentuk evaluasi terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat kecamatan.

Secara umum pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Camat dalam penyelenggaraan pemerintahan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mendorong partisipasi masyarakat

Musrenbang kecamatan diselenggarakan untuk mensinkronkan hasil-hasil perencanaan partisipatif dari tingkat Desa/Kelurahan dalamnsatu wilayah kecamatan dengan rencana pembangunan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten/kota di kecamatan bersangkutan sehingga dapat menjadi suatu usulan yang terpadu untuk dibahas ke musrenbang daerah kabupaten/kota. Tentunya forum ini sangat penting bagi masyarakat pada tingkat kecamatan, sebab mereka dapat menyalurkan aspirasi mereka.

(12)

Kecamatan, Pemerintah Kelurahan, Tokoh masyarakat, tokoh perempuan, tokoh pemuda, tokoh agama, dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat.

Peran Camat dalam mendorong partisipasi masyarakat ini dijelaskan oleh Camat Medan Johor Kota Medan yang mengatakan bahwa: Dalam hal kegiatan pemberdayaan masyarakat, kami telah membentuk tim musrenbang kecamatan. Tim ini tidak hanya untuk penyelenggaraan kegiatan musrenbang, diupayakan juga partisipasi yang besar dari masyarakat untuk mengikuti musrenbang. Bukan hanya agar persoalan formalitas kegiatan terlaksana, tapi bagaimana masyarakat bisa menyalurkan aspirasi mereka secara langsung.27

2. Pembinaan dan Pengawasan

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses musrenbang yang menjadi point penting yakni bagaiman mendorong partisipasi masyrakat Medan Johor agar bisa lebih menyuarakan aspirasi mereka dalam forum tersebut. Hal tersebut dikarenakan dengan begitu masyrakat akan lebih merasa ikut andil dan aktif dalam pembangunan daerah dan merasa diberdayakan oleh pemerintah kecamatan.

Camat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap unit kerja kegiatan pemberdayaan masyarakat ada beberapa hal yang perlu dilakukan Camat untuk mampu memberdayakan secara penuh setiap anggota masyarakatnya sekaligus untuk mampu mencapai tujuan bersama. Tugas dan fungsi Camat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap unit kerja kegiatan

27

(13)

pemberdayaan masyarakat ini maka ada 3 poin indikator yang ditetapkan antara lain :

a. Pengarahan.

Pengarahan yang dilakukan Camat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah salah satu hal yang sangat perlu dilakukan seorang Camat dalam kapasitasnya selaku koordinator kegiatan pemberdayaan bagi masyrarakatnya. Pengarahan yang dimaksud adalah bagaimana Camat mengarahkan masyarakatnya agar mampu melakukan program kegiatan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan apa yang direncanakan sehingga tujuan yang diharapkan mampu tercapai.

Camat dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya dalam melakukan pengarahan, Camat Medan Johor Kota Medan telah mulakukannya dengan cukup baik. Contohnya adalah ketika diadakannya musrenbang, Camat sering memberikan masukan masukannya untuk bagaimana agar pembangunan yang ada di desa dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan dapat dijadikan sebagai mata pencaharian untuk masyarakat.28

Melihat hasil wawancara yang di atas maka dapat dikatakan bahwa dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya sebagai Camat Medan Johor Kota Medan telah melakukan hubungan kerja sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2008 tentang kecamatan pada Pasal 28 (2) yang menyatakan bahwa hubungan kerja kecamatan dengan instansi vertical di wilayah kerjanya, bersifat koordinasi teknis funsional, hal tersebut di buktikan dari Camat Medan Johor Kota Medan yang memberikan arahan baik di lingkup masyarakat maupun di

(14)

lingkup pemerintahan khususnya di desa atau kelurahan setempat adapun arahan yang diberiakan ketika berlangsungnya musrebang, Camat seringmemberikan masukan tentang program pembangunan yang berguna untuk masyarakat dan bangunan tersebut dapat dijadikan sebagai mata pencahariann dalam peningkatan kesejahtraan masyarakat sekitar.

b. Pembinaan.

Pembinaan menunjukkan adanya suatu kemajuan peningkatan, atas berbagai kemungkiinan peningkatan, unsur dari pengertian pembinaan ini merupakan suatu tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan dan pembinaan menunjukkan kepada perbaikan. Begitu juga hal nya dengan suatu pemmbinaan yang terjadi disuatu daerah yang mengarah pada perbaikan atau peningkatan masyarakatnya dari berbagai bidang dan aspek.

Pemerintah kecamatan merupakan tingkat pemerintahan yang mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pelayanan terhadap masyarakat, hal ini yang kemudian menjadikan Camat sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan serta sebagian urusan otonomi yang dilimpahkan oleh Bupati/ Walikota untuk dilaksanakan dalam wilayah kecamatan. Namun, tugas tersebut tidak dengan serta merta memposisikan Camat sebagai kepala wilayah seperti pada waktu lalu. Namun dalam hal ini Camat sebagaimana mestinya memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu daerah seperti pada salah satu tugas pokoknya yakni memberikan pembinaan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

(15)

melaksanakan setiap hal yang direkomendasikan dengan baik dan terarah. Pembinaan yang dimaksud adalah sejauh mana Camat mampu melakukan dan memberikan bimbingan terhadap apa yang dikerjakan, baik itu hal-hal yang memang telah menjadi ketentuan maupun hal-hal baru yang tidak pernah didapatkan masyarakat sebelumnya.

Camat selain melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan juga melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh pemerintahan di atasnya untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek Perizinan, rekomendasi, koordinasi, pembinaan, pengawasan, fasilitasi, penetapan, penyelenggaraan, kewenangan lain yang dilimpahkan. Pelimpahan sebagian wewenang ini dilakukan berdasarkan kriteria ekternalitas dan efisiensi. Eksternalitas yang dimaksud adalah adalah kriteria pelimpahan urusan pemerintahan dengan memperhatikan dampak yang timbul sebagai akibat dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat internal kecamatan, maka urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan Camat. Sedangkan yang dimaksud dengan efisiensi adalah kriteria pelimpahan urusan pemerintahan dengan memperhatikan daya guna tertinggi yang dapat diperoleh dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan dilingkup kecamatan. Apabila urusan pemerintahan lebih berdayaguna ditangani oleh kecamatan, maka urusan tersebut menjadi kewenangan Camat.

c. Pengawasan.

(16)

perencanaan. Dengan pengawasan dapat diketahui sampai dimana penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, pemborosan, penyelewengan, dan lain-lain kendala di masa yang akan datang. Jadi keseluruhan dari pengawasan adalah kegiatan membandingkan apa yang sedang atau sudah dikerjakan dengan apa yang direncanakan sebelumnya, karena itu perlu kriteria, norma, standar dan ukuran tentang hasil yang ingin dicapai.

Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh Pemerintah yang meliputi:

1) Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah

2) Pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.

Pengawasan dilakukan dalam rangka menjaga kegiatan yang dijalankan tetap berada dalam koridor yang telah ditentukan, selain itu dengan pengawasan yang efektif hal-hal yang menyimpang dapat segera diperbaiki dan dikembalikan pada tempatnya.

d. Evaluasi.

(17)

evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan, sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai.

Melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan di tingkat kecamatan. Hal ini dimaksudkan sebagai tolak ukur dari pencapaian suatu program kerja kecamatan itu sendiri baik dari segi peningkatan dalam berbagai bidag di suatu daerah. Oleh karena itu, seorang memiliki tugas untuk mengevaluasi dari apa yang sebelumnya telah diprogramkan dan dikerjakan di daerah yang menjadi tanggung jawabnya.

Kewajiban Camat untuk melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan pada tingkat kecamatan, agar dapat mengetahui sampai sejauh mana tugas-tugas pemerintahan, pelayanan dan pembangunan terhadap masyarakat yang telah dilaksanakan.

Bagian ketiga dari tugas pokok dan fungsi Camat dalam mengkoordinasikan kegiatan masyarakat pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 adalah melakukan evaluasi. Dengan melakukan evaluasi diharapkan diketahuinya tingkat pencapaian hasil dari apa yang telah direncanakan sebelumnya, hal ini juga di ungkapkan oleh Camat Medan Johor Kota Medan yang mengatakan bahwa: Sebenarnya tugas Camat juga tidak lepas dari fungsi manajemen yaitu POAC (planning, organizing, actuating dan controlling), fungsi controlling ini yang menjadi salah satu tahapan tupoksi guna melihat seberapa

(18)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa tugas pokok dan fungsi camat tidak lepas dari fungsi POAC (planning, organizing, actuating dan controlling), seorang camat memang seharusnya mengimplementasikan

fungsi POAC dan oragnisasi yang baik adalah organisasi yang selalu melakukan fungsi POACH.

Camat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat yakni:

1. Faktor yang mendukung dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Camat Kecamatan Medan Johor Kota Medan yakni:

a. Kepemimpinan Camat

Kepemimpinan Camat adalah hal yang mutlak diperlukan demi terciptanya masyarakat yang sejahtera, mandiri dan mempunyai hubungan emosional yang tinggi. Meski peran Camat tidak lagi sebagai kepala wilayah, Camat tetap harus berusaha untuk mengkoordinasikan segala daya dan upaya dalam menjalankan semua tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kepemimpinan Camat dalam perannya sebagai pemberi motivasi. Peran inilah yang sebenarnya menjadi inti dari penulisan ini yakni bagaimana gaya seorang Camat Medan Johor sebagai pemimpin di daerahnya dalam memberikan motivasi positif kepada para pegawainya dan terkhusus masyarakatnya sehingga mendorong masyarakat dalam hal peningkatan kesejahteraannya sendiri.

(19)

peningkatan mereka. Dalam perannya sebagai pemberi motivasi, camat dituntut memiliki suatu gaya dalam memberi motivasi kepada para pegawainya yang disesuaikan dengan karakter para pegawainya itu sendiri.

Kepemimpinan seorang camat sangat mempengaruhi jalannya tugas pokok dan fungsi camat, kemampuan mempengaruhi dan memberikan semangat kerja kepada bawahan dan masyarakatnya berguna sebagai pembinaan, pengawasan dan evaluasi dari setiap pekerjaan yang ada, dalam hal kepemimpinan camat Medan Johor sebagai faktor pendukung karena bu camat selalu terjun langsung ke lapangan untuk memberikan pembinaan, pengawasan dan evaluasi. b. Lingkungan kerja.

Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor pendukung kepemimpinan Camat Medan Johor dalam memberikan motivasi kepada para pegawai dan masyarakatnya. Camat yang ditetapkan Bupati sesuai dengan harapan para pegawai dan tokoh masyarakat kecamatan Pallanga sehingga terjadi hubungan yang harmonis diantara pemimpin dan masyarakatnya. Sehingga dengan adanya interaksi antara Camat dan pegawainya menyebabkan secara otomatis terjadi pemberian motivasi secara langsung dari pemimpin terhadap pegawainya dengan tujuan bekerja demi peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam hal ini pemberdayaan masyrakat terlaksana dengan baik dengan hubungan yang baik pula ke masyrakat Medan Johor.

c. Kemampuan pribadi.

(20)

kelebihan Camat dalam melakukan pendekatan terhadap pegawainya. Hal ini disebabkan karena seringnya terjadi hubungan komunikasi aktif yang dilakukan Camat dengan pegawainya sehingga camat lebih dekat dan dapat mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh para pegawai sehingga dapat memotivasi mereka untuk bekerja secara efektif dan efisien.

2. Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Camat a. Faktor sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia adalah salah satu faktor yang mampu mempengaruhi tingkat keberhasilan sebuah kegiatan. Jika dikontekskan dengan penelitian ini adalah sejauh mana sarana dan prasarana yang memadai dan tersedia mampu menunjang keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Kurangnya fasilitas-fasilitas kantor yang dapat menunjang motivasi pegawai dalam pelaksanaan kegiatan organisasi pemerintah kecamatan.

b. Sumber daya

Sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu indikator sumber daya manusia berkualitas adalah tingkat pendidikan. Sumber daya manusia yang berkualitas dengan pendidikan yang tinggi akan mampu membantu dalam menyelesaikan tugas terutama dalam pelakasanaan tugas pokok dan fungsi camat. Kualitas sumber daya manusia juga ditentukan oleh masa kerja, karena dengan masa kerja yang lebih lama, seorang camat telah berpengalaman dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah pemerintahan,

(21)

dimaksudkan disini adalah camat itu sendiri beserta masyarakat yang ada pada kecamatan pallangga. SDM merupakan masalah yang sudah tidak lazim lagi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi camat.

F. Implementasi Kewenangan Camat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan.

Menurut Abdul Wahab, implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu dan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan.29

Menurut Sabatier implementasi sebagai konsep dapat dibagi ke dalam dua bagian. Pertama, implementation= F (Intention, Output, Outcome). Sesuai definisi tersebut, implementasi merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan tujuan, hasil sebagai produk dan hasil dari akibat. Kedua, implementasi merupakan persamaan fungsi dari implementation = F (Policy, Formator, Implementor, Initiator, Time). Penekanan utama kedua fungsi ini adalah kepada program itu

sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh implementor dalam kurun waktu tertentu.

Proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran.

30

29

Abdul Wahab, Analisis kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara, Jakarta, 2012, hlm. 67

30

Agus P. Erwan dan Dyah Ratih S, Implementasi Kebijakan Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2012, hlm.21

(22)

Implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier sebagaimana dikutip oleh Wahab mengatakan bahwa implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atas kejadian-kejadian.31

Proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang penting dan mutlak, seperti dikemukakan oleh RN. Dwijowijoto yaitu:32

1. Adanya program atau program yang dilaksanakan;

2. Target groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran, dan diharapkan dapat menerima manfaat dari program tersebut, perubahan atau peningkatan.

3. Unsur pelaksana (implementor), baik organisasi atau perorangan, yang bertanggungjawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.

Pengertian di atas menunjukkan bahwa implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan

31

Abdul Wahab , Op.Cit, hlm. 65 32

(23)

peradilan dan program yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Menurut Riant Nugroho, implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya. Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari undang-undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.33

Pandangan lain mengenai implementasi dikemukakan oleh Edi Suharto bahwa implementasi adalah keseluruhan dari kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program. Mempelajari masalah implementasi program berarti berusaha untuk memahami apa yang senyata-nyata terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan Pengertian di atas menunjukkan bahwa implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan program, tetapi pemerintah dalam membuat program juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah program tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu program tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

33

(24)

yang terjadi setelah proses pengesahan program negara, baik itu usaha untuk mengadministrasikannya maupun usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat ataupun peristiwa-peristiwa. Intinya implementasi program berarti pelaksanaan dari suatu program.34

Menurut Prajudi Admosudirjo, kewenangan adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis kewenangan adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh Undang-undang yang berlaku untuk Pandangan tersebut di atas menunjukkan bahwa proses implementasi tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri target group, melainkan menyangkut lingkaran kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat, dan pada akhirnya membawa konsekuensi logis terhadap dampak baik yang diharapkan maupun dampak yang tidak diharapkan. Definisi ini menyiratkan adanya upaya mentransformasikan keputusan kedalam kegiatan operasional, serta mencapai perubahan seperti yang dirumuskan oleh keputusan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka implementasi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana untuk membuat sesuatu dan memberikan hasil yang bermanfaat bagi penerimanya.

34

(25)

melakukan hubungan-hubungan hukum. Kewenangan pemerintah bersifat fakultatif, yaitu peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan bagaimana kewenangan tersebut dapat dipergunakan. Untuk mengetahui apakah kewenangan itu bersifat fakulatif atau tidak, tergantung pada peraturan dasarnya.35

Menurut Philipus M. Hadjon, kewenangan (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan. Pengorganisasian (organizing) merupakan penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya.36

Menurut Philipus M. Hadjon, terdapat tiga asas dalam pelaksanaan kewenangan, yaitu:

Pelaksanaan kewenangan secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektivitas organisasi. Dalam pelaksanaan kewenangan, terutama dalam organisasi, peranan pokok kewenangan adalah dalam fungsi pengorganisasian, dan hubungan kewenangan dengan kekuasaan sebagai metode formal, di mana pimpinan menggunakannya untuk mencapai tujuan individu dan organisasi. Kewenangan formal tersebut harus didukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal. Pimpinan perlu menggunakan lebih dari kewenangan resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka.

37

35

Prajudi Admosudirjo, Dasar-dasar Administrasi Manajemen dan Manajemen Kantor, Gunung Agung, Jakarta, 2001, hlm. 86

36

Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, Universitas Airlangga, Surabaya, 2003, hlm. 8.

37Ibid, hlm.13

(26)

1. Atribusi, adalah kewenangan yang melekat pada suatu jabatan yang berasal dari undang-undang.

2. Delegasi, adalah pemindahan/pengalihan kewenangan yang ada. Atau dengan kata lain pemindahan kewenangan atribusi kepada pejabat di bawahnya dengan dibarengi pemindahan tanggung jawab.

3. Mandat, dalam hal ini tidak ada sama sekali pengakuan kewenangan atau pengalihan kewenangan, yang ada hanya janji-janji kerja interen antara pimpinan dan bawahan.

Berkaitan dengan asas delegasi, yang merupakan asas paling penting dalam pelaksanaan kewenangan dalam organisasi, terdapat empat kegiatan delegasi kewenangn. Menurut Philipus M. Hadjon, Kegiatan ini artinya ialah proses di mana para pimpinan mengalokasikan kewenangan kepada bawah an dengan delegasi sebagai berikut:38

1. Pendelegasi menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada bawahan. 2. Pendelegasi melimpahkan kewenangan yang di perlukan untuk mencapai

tujuan atau tugas.

3. Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit, menimbulkan kewajiban atau tanggung jawab.

4. Pendelegasi menerima pertanggung jawaban bawahan untuk hasil-hasil yang dicapai.

Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan implementasi kewenangan dalam penelitian ini adalah suatu proses untuk memastikan

38Ibid,

(27)

terlaksananya pekerjaan yang menjadi kewenangan camat dalam penerbitan akta otentik, yang di dalamnya mencakup policy (kebijakan), formator (format pelaksanaan pekerjaan) implementor (langkah nyata dalam pelaksanaan pekerjaan), initiator (inisiatif dalam melaksanakan pekerjaan) dan time (waktu penyelesaian pekerjaan).

Camat dalam hal pelaksanaan tugas tugasnya, camat memperoleh pelimpahan wewenang dari bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.39

Kegiatan pemberdayaan masyarakat di kecamatan yang dilaksanakan oleh perangkat pemerintah daerah biasanya bersifat lintas sektoral dalam pengertian dalam menangani suatu masalah pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa instansi terkait, sehubungan dengan itu supaya pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan secara efektif dan tepat sasaran, maka Camat dalam hal ini sangat berperan dalam melakukakan pengkoordinasian kegiatan. Selain itu instansi

Kecamatan dan camat dengan kedudukannya sebagai SKPD (satuan kerja perangkat daerah) ialah merupakan sebagai perpanjangan tangan walikota atau bupati yang dimana setiap kendali pemerintahan, pembangungan, dan juga pelayanan kemasyarakatan atau pelayanan publik berada dibawah kekuasaan Walikota atau Bupati.

Salah satu tugas yang dijalankan oleh Camat dalam melaksanakan fungsi pemerintahan di wilayah kerjanya adalah melakukan tugas koordinasi baik dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan maupun pelayanan kepada masyarakat.

39

(28)

perangkat pemerintah daerah seperti dinas -dinas, kantor, bahkan instansi vertikal dari Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Pusat diharuskan melakukan koordinasi dengan Camat sebelum melaksanakan kegiatannya.

Peran Camat dalam pemberdayaan masyarakat cukup besar dan penting, karena pihak pemerintah pada tingkat kecamatan termasuk desa dan kelurahan yang paling mengetahui kondisi masyarakat yang ada di wilayahnya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan program-program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan menggunakan anggaran daerah maupun kegiatan pemerintah pusat yang didanai melalui anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas masyarakat sehingga lebih berdaya.

Berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di daerah seperti dalam bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan dan gizi, maupun dalam bidang sosial politik. Berbagai program kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut sebenarnya merupakan program masing-masing instansi teknis yang ada di daerah yaitu dinas-dinas daerah.

Pelaksanaan fungsi koordinasi Camat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat ini dapat terlaksana dengan baik karena dalam penyusunan program kegiatan perangkat pemerintah daerah para camat terlibat langsung dalam kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan daerah sehingga kegiatan ini dapat terlaksana baik.

(29)

penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban masyarakat. Penyelenggaraan kegiatan dalam bidang ketentraman dan ketertiban masyarakat dalam wilayah kecamatan sebenarnya merupakan tanggung jawab bersama Tripika (tiga pimpinan kecamatan) yaitu Camat, Polsek (Kepolisian Sektor) Kecamatan, dan Koramil (Komando Rayon Militer). Masing-masing Tripika tersebut memiliki peranan dan tanggung jawab yang sifatnya khusus sesuai dengan kewenangan masing-masing instansi yang telah ditentukan oleh peraturan yang ada.

Pelaksanaan kegiatan ketentraman dan ketertiban yang menjadi kewenangan Camat secara langsung hanya sifatnya ketentraman dan ketertiban sipil yang dalam pelaksanaannya merupakan tanggung jawab dari staf kecamatan atau staf lurah dan desa yaitu para Hansip. Namun dalam hal terjadinya gangguan ketentraman dan ketertiban yang mengarah kepada perbuatan kriminal maupun kegiatan yang mengancam kedaulatan negara, maka hal itu menjadi tanggung jawab pihak kepolisian (Polsek) maupun pihak militer dalam hal ini Koramil.

(30)

Efektifnya pelaksanaan fungsi koordinasi dalam penerapan dan penegakan Peraturan Daerah hal itu tidak terlepas dari fungsi lain yang dilaksanakan oleh Camat dalam penyelenggaraan pemerintahan yaitu melaksanakan pelayanan publik. Untuk pengurusan seperti Izin Mendirikan Bangunan, prosedur yang harus dilalui oleh masyarakat dimulai dari tingkat pemerintahan terendah yaitu lurah atau desa kemudian ke kantor kecamatan dan selanjutnya kepada instansi teknis yang berkaitan dengan penerbitan IMB tersebut. Sesuai dengan mekanisme proses tersebut, maka pihak kecamatan dalam hal ini Camat dapat melaksanakan fungsi pengkoordinasian dalam penegakan dan penerapan peraturan khususnya Peraturan Daerah.

Sejalan dengan fungsi tersebut, karena Camat hanya sebagai pelaksana koordinasi saja, maka jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan pemerintah kecamatan dalam hal ini Camat memiliki keterbatasan untuk memberikan tindakan kepada pelanggar peraturan perundang-undangan, namun yang dapat dilaksanakan hanya sebatas memberikan teguran dan menyampaikan laporan instansi teknis yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan perundang-undangan yang ada.

(31)

Beban tugas yang diberikan kepada pemerintah kecamatan untuk melakukan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum sebab sarana dan prasarana yang ada dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat yang ada di wilayah tersebut, selain daripada itu prasarana dan fasilitas pelayanan umum yang dimiliki oleh pemerintah dan keberadaannya dalam wilayah sebuah kecamatan, maka yang paling mengetahui kondisi sarana dan prasarana yang ada adalah pemerintah kecamatan (Camat).

Berkaitan dengan fungsi Camat dalam mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum yang ada di daerah atau yang berada dalam satu wilayah kecamatan ada yang dibangun oleh Pemerintah Daerah melalui proyek-proyek pembangunan yang dianggarkan melalui dana APBD (Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah), maupun sarana dan prasarana yang dibangun melalui dana APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Selain itu berbagai prasarana dan fasilitas pelayanan umum ya ng ada di kecamatan dibangun secara swadaya oleh masyarakat di tiap-tiap desa atau kelurahan.

(32)

menjadi tanggung jawab instansi PAM daerah, begitu juga dengan fasilitas pelayanan publik lainnya.

Peran dan fungsi Camat yang paling sering dilaksanakan dalam kegiatan pemerintahan adalah mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan. Sebagaimana diketahui pada tingkat kecamatan terdapat unit-unit kerja pemerintah daerah maupun unit-unit kerja instansi vertikal yang berkedudukan di kecamatan. Sebagaimana yang terdapat di Kecamatan Medan Johor Kota Medan unit kerja pelaksana pemerintahan daerah yang terdapat di kecamatan diantaranya adalah unit kerja Dinas Pendidikan Nasional yaitu Kantor Cabang Dinas Pendidikan Nasional, unit kerja Dinas Kesehatan seperti Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu), Dinas Pertanian seperti UPT Penyuluh Pertanian, dan instansi kelurahan dan desa. Sedangkan instansi vertikal seperti institusi kepolisian yaitu Polsek, dari TNI adalah Koramil dan instansi Kementerian Agama adalah Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan.

Berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pengkoordinasian Camat terhadap kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan yang dilakukan oleh Camat terhadap instansi pemerintahan lainnya yang ada di kecamatan senantiasa berjalan secara rutin. Kegiatan ini dimulai dari proses pembuatan atau penyusunan program kegiatan yaitu pada saat Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah) tingkat kecamatan, pelaksanaan kegiatan, bahkan sampai pada kegiatan evaluasi proyek-proyek pembangunan yang ada di wilayah kecamatan.

(33)
(34)

BAB IV

HAMBATAN CAMAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MEDAN JOHOR

C. Hambatan yang Dihadapi Camat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan. Efektivitas pelaksanaan fungsi Camat dalam melaksanakan tugastugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat dalam kerangka otonomi daerah dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersifat internal yaitu kondisi yang ada pada institusi kecamatan seperti kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, ketersediaan sarana dan prasarana, maupun kemampuan dari camat itu sendiri selaku pimpinan perangkat pemerintahan di wilayah kecamatan. Sedangkan kondisi yang bersifat eksternal adalah peraturan yang berkaitan dengan pemberian kewenangan yang menjadi tugas Camat, kerjasama antarinstansi perangkat daerah, dan partisipasi masyarakat dalam mendukung program-program instansi yang dilaksanakan oleh Camat.

Faktor-faktor yang diidentifikasi dalam kajian ini menyangkut efektivitas pelaksanaan fungsi Camat dalam kerangka otonomi daerah hanya faktor yang bersifat menghambat atau yang menjadi kendala dalam pelaksanaan tugas camat.

Hambatan-hambatan yang ada dalam melaksanakan penyelenggaraan Pemerintahan di Kecamatan Medan Johor Kota Medan adalah hal-hal yang bersifat teknis diantaranya:

1. Faktor kuantitas dan kualitas aparat (SDM)

(35)

dalam hal ini aparat pemerintah. Sebagaimana diketahui peranan aparat pemerintah sebagai motivator dan dinamisator masyarakat dalam melaksanakan pembangunan khususnya di pedesaan masih sangat besar sehingga aparat pemerintah yang bekerja di wilayah ini sangat dituntut memiliki kemampuan yang lebih dalam segala bidang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ada di wilayahnya.

2. Faktor dukungan anggaran

Anggaran merupakan faktor yang sangat urgen dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan di kecamatan. Pengalokasian anggaran yang diberikan kepada kantor kecamatan disesuaikan dengan usulan anggaran yang diajukan oleh Camat dalam rangka pelaksanaan tugas -tugas operasional. Selain itu kecamatan diberikan bantuan dana operasional untuk kegiatan rutin.

3. Faktor peraturan

Efektifnya pelaksanaan fungsi Camat dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat dalam kerangka otonomi daerah sangat bergantung pada kewenangan yang diberikan Walikota kepada Camat yang dituangkan secara jelas dalam Keputusan Walikota.

4. Masih rendahnya kesadaran pegawai untuk berbuat dan bersikap disiplin. 5. Kurangnya perangkat peraturan kedisiplinan, misalnya kurang tegasnya

pimpinan dalam menjatuhkan sanksi pada setiap pelanggaran kedisiplinan. 6. Kurangnya sarana dan prasarana dengan suatu peralatan yang kurang memadai

(36)

7. Kurangnya sistem pengawasan, perangkat pengawasan dan upaya tindak lanjut yang kurang akan dapat membuka peluang pegawai untuk melakukan berbagai pelanggaran.

Beberapa hal-hal tersebut di atas yang merupakan hambatan-hambatan yang ada dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan di lingkungan pemerintah kecamatan hal ini harus mendapat perhatian lebih dari atasan pemerintahan kecamatan dan kepada petugas penyelenggara pemerintahan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab serta melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur.

D. Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Hambatan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kecamatan Medan Johor

Beberapa upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kecamatan Medan Johor Kota Medan dalam meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik bagi masyarakat, diataranya adalah:

1. Memberikan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai untuk dapat menunjang pelaksanaan yang baik terhadap masyarakat, dengan cara menyediakan peralatan-peralatan yang lengkap serta memadai untuk memberikan kelancaran terhadap pegawai kecamatan medan timur dalam melaksanakan tugasnya.

(37)

3. Menerima keluhan masyarakat terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan pegawai kecamatan dalam melaksanakan tugasnya, serta memberikan peringatan dan sanksi terhadap pegawai yang melakukan pelanggaran dalam melaksanakan tugasnya.

Strategi dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan Medan Johor adalah :

1. Peningkatan kualitas pelayanan publik.

Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah dan aparaturnya untuk dapat meningkatkan pelayanan publik dan dapat terciptanya serta terlaksananya pelayanan publik yang baik kepada masyarakat. Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan kualitas perilaku dan keprofesionalan aparatur pemerintah.

Peningkatan kualitas dan keprofesionalan aparatur pemerintah adalah salah satu strategi dalam menciptakan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat. Sebab dewasa ini, keluhan-keluhan yang dating dari masyarakat yang menilai pelayanan publik yang diberikan kepada mereka terkendala akibat masih belum tingginya sikap atau perilaku sumber daya manusia aparatur yang langsung berhadapan dengan masyarakat.

(38)

dengan bidangnya, tentunya akan memberikan dampak yang positif kepada terciptanya pelayanan publik berkualitas.

Satu hal lagi yang perlu dicermati dalam upaya peningkatan pelayanan publik melalui peningkatan pelayanan publik melalui peningkatan kualitas sumber daya aparatur dan keprofesionalan pegawai adalah masalah attitude atau perilaku. Diperlukan sikap dan mental yang baik dari setiap aparatur pemerintah yang langsung berhadapan dengan masyarakat dalam pemberian layanan. Sikap baik ini tentunya bukanlah seperti yang terjadi selama ini, dimana masyarakat dibuat susah dengan adanya pungutan-pungutan liar yang dilakukan oleh pegawai yang melayani. Hal ini perlu diperhatikan sebab, seprofesional apapun aparatur penyelenggara pelayanan publik, bila memiliki sikap yang bobrok, hanya akan menimbulkan ketidakpuasan lain kepada masyarakat.

b. Menciptakan kebijakan pelayanan publik yang tidak terlalu prosedural dan berbelit-belit

Langkah sebagai salah satu strategi peningkatan pelayanan publik adalah dengan menciptakan kebijakan-kebijakan yang mendukung terselenggaranya peningkatan pelayanan publik kepada masyarakat. Diharapkan dengan penerbitan kebijakan mengenai peningkatan pelayanan publik itu akan semakin mendorong terciptanya kualitas pelayanan yang efektif, efesien dan akuntabel.

(39)

Salah satu bentuk kebijakan itu adalah dengan menerbitkan atau membuat standard pelayanan minimal. Standard pelayanan minimal merupakan sebuah kebijakan publik yang mengatur jenis dan mutu pelayanan dasar yang berhak diperoleh setiap masyarakat secara minimal. Kebijakan ini juga seiring dengan diselenggarakannya proses desentralisasi kekuasaan di Indonesia, sehingga dengan mekanisme tersebut masyarakat di tiap daerah mampu mendapatkan pelayanan yang optimal dari pemerintah.

c. Peningkatan fasilitas yang menunjang kualitas pelayanan publik.

Selain memperhatikan kedua aspek diatas, salah satu sisi lain yang patut diperhatikan oleh pemerintah dalam upaya peningkatan pelayanan publik adalah dengan meningkatkan penyediaan fasilitas yang menunjang kualitas pelayanan publik tersebut. Sebab, tanpa didukung tersedianya fasilitas yang lengkap maka akan menghambat proses penyelenggaraan pelayanan publik kepada masyarakat.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, maka sudah sepatutnya pemerintah menerapkan kemajuan teknologi itu untuk menunjang penyelenggaraan pelayanan publik. Peningkatan fasilitas ini tentunya mencakup fasilitas fisik dan non fisik.

(40)

yang menghalangi penyelenggaraan pelayanan publik kepada masyarakat akan dapat teratasi.40

2. Optimalisasi Pelayanan Publik.

Pertanggungjawaban publik dan pelayanan publik dari aparat birokrasi sebenarnya tidak hanya ditentukan oleh pihak intern, seperti perilaku kepemimpinan birokrasi, rangsangan yang memadai, kejelasan tugas dan prosedur kerja, kejelasan peran dan perlengkapan sarana dan prasarana kerja, dan sejenisnya, tetapi juga karena faktor ekstern yang antara lain berupa norma sosial dan sistem budaya.

Masalah tanggung jawab publik dan pelayanan aparat birokrasi sebenarnya bukan semata-mata masalah aparat birokrasi, tetapi masalah semua pihak yang terlibat dalam urusan pemerintahan, sehingga butuh perhatian dari setiap komponen penyelenggara negara.41

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam program pembangunan daerahnya telah menegaskan mengenai arah kebijakan meningkatkan pelayanan yang optimal bagi masyarakat disusun dalam beberapa program aksi dan indikator kinerja sebagai berikut :42

a. Pengkajian dan penyempurnaan organisasi, prosedur kerja, dan tata laksana pelayanan kepada masyarakat (restrukturisasi organisasi) serta evaluasi secara menyeluruh dan rutin dari suatu organisasi baik dari struktur, prosedur kerja, dan tata laksananya merupakan suatu keharusan dalam suatu organisasi

40

http://Jeksonreynolcibro.wordpress.com/2011/12/03/strategi-peningkatan-pelayanan-publik/diakses tgl 04/11/2013

41

Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 28

(41)

pemerintahan. Dari penilaian ini perbaikan secara menyeluruh juga dapat dilakukan secara serentak, termasuk semangat debirokrasi dalam pelayanan publik. Indikator kinerja dari program aksi ini antara lain dapat dilihat dari meningkatnya profesionalisme aparat yang diikuti dengan semangat debirokrasi dalam pelayanan publik.

b. Perubahan dan pembaruan manajemen pemerintah sesuai dengan perkembangan zaman yang diikuti pula oleh perkembangan lainnya seperti masyarakat, tatanan sosial ekonomi, budaya dan sebagainya, maka perubahan dan pembaruan serta penyempurnaan manajemen pemerintah harus senantiasa terus dilakukan. Perubahan ini akan meningkatkan efektevitas dan efesiensi kerja menuju good govermance adalah salah satu indicator kinerja dari program aksi ini.

c. Peningkatan pelayanan melalui penyediaan informasi yang sekuasluasnya. Tersedianya informasi tentang pelayanan publik merupakan salah satu cara sosialisasi tidak langsung terhadap pelayanann publik yang diinginkan.

d. Peningkatan sistem pelayanan masyarakat dalam kaitan mempersingkat waktu untuk urusan-urusan pemerintah. Dengan berkembangnya perekonomian yang diikuti pula oleh berkembangnya informasi, jarak dan waktu akan semakin dekat. Masyarakat dan dunia usaha sangat mendambakan efesiensi waktu utamanya dalam urusan yang berhubungan dengan pelayanan pemerintahan. e. Pembersihan secara terus-menerus tubuh organisasi dari unsur KKN. Di dalam

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang dikemukakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengaturan Kecamatan dalam pelaksanaan tugas pemerintahan di Kecamatan Medan Johor diatur menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan Berdasarkan peraturan teersebut maka Camat menyelenggaraan urusan pemerintahan umum, mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat, mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum, mengoordinasikan penerapan dan penegakan Perda dan Perkada, mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan umum, mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang dilakukan oleh Perangkat Daerah di Kecamatan, membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan Desa dan/atau kelurahan, melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja Perangkat Daerah kabupaten/kota yang ada di Kecamatan.

(43)

Tahun 2008, hal itu di buktikan dari cara camat Kecamatan Medan Johor memberikan pengarahan dan pembinaan sesuai dangan garis koordinasi teknis fungsional serta melakukan pengawasan dengan tindakan peninjauan langsung agar program yang di rencanakan mencapai hasil yang maksimal serta melakukan evaluasi.

3. Hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi camat dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan Medan Johor adalah dalam penerapannya berupa kewenangan, kelembagaan, sumber daya manusia dan manajemen kecamatan yang telah diserahkan dari walikota adalah keterbatasan anggaran dana. Anggaran dana dalam pelakasanaan Peran Camat Sebagai Koordinator Pembangunan menjadi terkendala terutama dalam pemeliharaan fasilitas umum yang ada di Kecamatan Medan Johor. Saran dan prasarana untuk melakukan koordinasi yang terbatas, serta keterbatasan sumber daya masyarakat yang dibutuhkan Camat dalam pelaksanaan peranya sebagai koordinator pembangunan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan :

1. Masyarakat di Kecamatan Medan Johor sebaiknya mawas diri agar program yang ada bisa terimplementasikan dengan baik dan agar sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Medan Johor dapat dibenahi.

(44)
(45)

BAB II

PENGATURAN KECAMATAN DALAM PELAKSANAAN TUGAS PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MEDAN JOHOR

D. Dasar Hukum Pembentuan Kecamatan

Pemerintahan daerah di Indonesia mengalami perubahan seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah, Indonesia menggunakan sistem sentralisasi, dimana seluruh keputusan berada di pemerintahan pusat. Sistem ini dianggap tidak berhasil karena selain terjadi ketidakseimbangan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, juga secara umum daerah perkembangannya sangat lambat karena lebih banyak menunggu kebijaksanaan dari pemerintah.

Desentralisasi dianggap sebagai sistem yang tepat diberlakukan karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar sehingga urusan pemerintahan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintahan oleh kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI.13

Beberapa alasan yang mendasari perlunya desentralisasi adalah :

Sistem ini lebih efektif karena sistem ini lebih cepat dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di daerah tanpa menunggu putusan dari pemerintah pusat.

14

1. Mendorong terjadinya partisipasi dari bawah secara lebih luas. 2. Mengakomodasi terwujudnya prinsip demokrasi.

13

RA. Kinseng, Op.Cit, hlm.7 14Ibid

(46)

3. Mengurangi biaya akibat alur birokrasi yang panjang sehingga dapat meningkatkan efisiensi.

4. Memberi peluang untuk memanfaatkan potensi daerah secara optimal. 5. Mengakomodasi kepentingan politik.

6. Mendorong peningkatan kualitas produk yang lebih kompetitif.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dilaksanakan dengan asas otonomi daerah yang artinya ialah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat, sesuai peraturan perundang-undangan. Hal ini mengandung makna bahwa urusan pemerintahan pusat menjadi kewenangan pusat tidak mungkin dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh pemerintah pusat guna kepentingan pelayanan umum pemerintahan dan kesejahteraan rakyat di semua daerah. Apalagi kondisi geografis, sistem politik, hukum, sosial, dan budaya sangat beraneka ragam dan bercorak, di sisi lain NKRI yang meliputi daerah-daerah kepulauan dan wilayah negara yang sangat luas. Oleh sebab itu, hal-hal mengenai urusan pemerintahan yang dapat dilaksanakan oleh daerah itu sendiri, sangat tepat diberikan kebijakan otonomi sehingga setiap daerah akan lebih mampu dan mandiri untuk memberikan pelayanan dan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah.15

Pelaksanaan pemerintahan daerah di Indonesia melalui otonomi daerah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada pemerintah daerah untuk menjalankan pemerintahan daerah berdasarkan wewenangnya masing-masing

15Ibid

(47)

yang mana telah diatur dengan jelas dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas beberapa kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.

Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kabupaten atau kota. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau kelurahan-kelurahan. Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan peraturan daerah berpedoman pada peraturan pemerintah, pembentukan kecamatan dapat berupa pemekaran dengan menyatukan beberapa wilayah desa dan/atau kelurahan dari beberapa kecamatan lain. Kecamatan sebagaimana dimaksud mempunyai kedudukan, tugas pokok dan fungsi organisasinya.

Pembentukan kecamatan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan dinyatakan bahwa pembentukan kecamatan harus memenuhi syarat administratif, teknis,dan fisik kewilayahan.

Kedudukan Kecamatan dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagai berikut :16

1. Daerah kabupaten/kota membentuk Kecamatan dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat Desa/kelurahan.

16

(48)

2. Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dengan Perda Kabupaten/Kota berpedoman pada peraturan pemerintah.

3. Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang pembentukan Kecamatan yang telah mendapatkan persetujuan bersama bupati/wali kota dan DPRD kabupaten/kota, sebelum ditetapkan oleh bupati/ wali kota disampaikan kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk mendapat persetujuan.

Kecamatan dibentuk dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan artinya dengan adanya Kecamatan, Camat sebagai pimpinan tertinggi di Kecamatan harus dapat mengkoordinasikan semua urusan pemerintahan di Kecamatan, kemudian juga Camat harus memberikan pelayanan publik di Kecamatan dan juga pemberdayaan masyarakat Desa/Kelurahan.

Kecamatan dibentuk cukup dengan Peraturan Daerah, dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Namun Rancangan Perda tentang pembentukan Kecamatan tersebut sebelumnya harus mendapat persetujuan bersama antara Bupati/Walikota disampaikan kepada Menteri melalui Gubernur untuk mendapat persetujuan.

Pembentukan Kecamatan diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah:17

1. Pembentukan Kecamatan sebagaimana dimaksud Pasal 221 ayat (1) harus memenuhi persyaratan dasar, persyaratan teknis, dan persyaratan administratif.

17

(49)

2. Persyaratan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Jumlah penduduk minimal

b. Luas wilayah minimal

c. Jumlah minimal Desa/kelurahan yang menjadi cakupan. d. Usia minimal Kecamatan.

3. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Kemampuan keuangan Daerah

b. Sarana dan prasarana pemerintahan.

3. Persyaratan teknis lainnya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan.

4. Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Kesepakatan musyawarah Desa dan/atau keputusan forum komunikasi kelurahan atau nama lain di Kecamatan induk.

b. Kesepakatan musyawarah Desa dan/atau keputusan forum komunikasi kelurahan atau nama lain di wilayah Kecamatan yang akan dibentuk.

Syarat administratif pembentukan kecamatan diatur dalam PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan sebagai berikut:18

1. Syarat administratif pembentukan kecamatan meliputi:

a. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan minimal 5 (lima) tahun

b. Batas usia pemerintahan desa dan/atau kelurahan yang akan dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 (lima) tahun.

c. Keputusan badan permusyawaratan (BPD) atau nama lain untuk desa dan forum komunikasi kelurahan atau nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan

18

(50)

baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pem\bentukan kecamatan.

d. Keputusan kepala desa atau nama lain untuk desa dan keputusan lurah atau nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang akan menjadi cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan.

e. Rekomendasi dengan gubernur.

2. Syarat fisik kewilayahan diatur dalam PP No. 19 Tahun 2008 sebagai berikut:19

a. Cakupan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 untuk daerah kabupaten paling sedikit terdiriatas 10 desa/kelurahan dan untuk daerah kota paling sedikit terdiri atas 5 desa/kelurahan.

b. Lokasi calon ibukota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 memperhatikan aspek tata ruang,ketersediaan fasilitas, aksesibilitas, kondisi dan letak geografis, kependudukan, sosial ekonomi, sosialpolitik, dan sosial budaya.

c. Sarana dan prasarana pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi bangunan dan lahanuntuk kantor camat yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Selain syarat administratif, terdapat pula syarat teknis yang diatur dalam P No. 19 Tahun 2008 sebagai berikut:20

1. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi:

19

Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan 20

(51)

a. Jumlah penduduk b. Luas wilayah

c. Rentang kendali penyelenggaraan pelayanan pemerintahan d. Aktivitas perekonomian

e. Ketersediaan sarana dan prasarana.

2. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinilai berdasarkan hasil kajian yang dilakukanpemerintah kabupaten/kota sesuai indikator sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Klasifikasi Kecamatan diatur pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagai berikut :21

1. Kecamatan diklasifikasikan atas:

a. Kecamatan tipe A yang dibentuk untuk Kecamatan dengan beban kerja yang besar.

b. Kecamatan tipe B yang dibentuk untuk Kecamatan dengan beban kerja yang kecil.

c. Penentuan beban kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah Desa/kelurahan.

Perbedaan klasifikasi kecamatan kalau menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daera yang kemudian diatur di dalam PP No 19 Tahun 2008 Struktur Organisasi Kecamatan bisa berpola Maksimal dengan 5 Kepala Seksi dan bisa berpola Minimal dengan 3 Kepala Seksi. Untuk sekarang

21

(52)

ini Kecamatan diatur dengan klasifikasi Tipe A (Kecamatan yang beban kerjanya besar) dan klasifikasi Tipe B (Kecamatan dengan beban kerja yang kecil). Kecamatan Medan Johor Kota Medan termasuk Kecamatan Tipe A karena memiliki beban kerja besar.

E. Susunan dan Bagan Organisasi Kecamatan

(53)

Kebijakan otonomi daerah dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah secara eksplisit memberikan otonomi yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah. Pemerintah daerah harus mengoptimalkan pembangunan daerah yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pemerintah Daerah dan masyarakat didaerah lebih diberdayakan sekaligus diberikan tanggung jawab yang lebih besar untuk mempercepat laju pembangunan daerah. Sejalan dengan hal tersebut, maka implementasi kebijakan otonomi daerah telah mendorong terjadinya perubahan, baik secara struktural, fungsional, maupun kultural dalam tatanan penyelenggaraan pemerintah daerah. Salah satu perubahan yang sangan esensial yaitu menyangkut kedudukan, tugas pokok dan fungsi kecamatan yang sebelumnya merupakan perangkat daerah wilayah dalam kerangka asas dekonsentrasi, berubah statusnya menjadi perangkat daerah dalam kerangka asas desentralisasi. Sebagai perangkat daerah, camat dalam melaksanakan tugasnya mendapat pelimpahan kewenangan dari dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota.22

Pengaturan penyelenggaraan kecamatan baik dari sisi pembentukan, kedudukan, tugas dan fungsinya secara legislatik diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sebagai perangkat daerah, camat mendapatkan pelimpahan kewenangan yang bermakna urusan pelayanan masyarakat. Selain itu kecamatan juga akan mengemban penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan. Camat sebagai perangkat daerah juga mempunyai kekhususan dibandingkan dengan perangkat daerah lainnya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya untuk

22

(54)

mendukung pelaksanaan asas desentralisasi. Kekhususan tersebut yaitu adanya suatu kewajiban mengintegrasikan nilai-nilai sosio Kultural, menciptakan stabilitas dalam dinamika politik, ekonomi, dan budaya, mengupayakan terwujudnya ketentraman dan ketertiban wilayah sebagai perwujudan kesejahteraan rakyat serta masyarakat dalam kerangka membangun integritas kesatuan wilayah. Dalam hal ini, fungsi utama camat selain memberikan pelayanan kepada masyarakat, juga melakukan tugas-tugas pembinaan wilayah.23

Pengaturan penyelenggaraan kecamatan baik dari sisi pembentukan, kedudukan, tugas dan fungsinya secara legislatik diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sebagai perangkat daerah, camat mendapatkan pelimpahan kewenangan yang bermakna urusan pelayanan masyarakat. Selain itu kecamatan juga akan mengemban penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan. Camat sebagai perangkat daerah juga mempunyai kekhususan dibandingkan dengan perangkat daerah lainnya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya untuk mendukung pelaksanaan asas desentralisasi. Kekhususan tersebut yaitu adanya suatu kewajiban mengintegrasikan nilai-nilai sosio Kultural, menciptakan stabilitas dalam dinamika politik, ekonomi, dan budaya, mengupayakan terwujudnya ketentraman dan ketertiban wilayah sebagai perwujudan kesejahteraan rakyat serta masyarakat dalam kerangka membangun integritas kesatuan wilayah. Dalam hal ini, fungsi utama camat selain memberikan pelayanan kepada masyarakat, juga melakukan tugas-tugas pembinaan wilayah.24

23

http://id.wikipedia.org/wiki/kecamatan diakses tanggal 20 November 2016 Pukul 21.00 Wib.

(55)

Kecamatan Merupakan perangkat daerah Kabupaten/Kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan di pimpin oleh camat. Sedangkan Camat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui sekretaris daerah.

Kecamatan adalah pembagian wilayah administrative di Indonesia dibawah kabupaten atau kota. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau kelurahan-kelurahan. Pemerintah kecamatan dipimpin oleh camat dengan dibantu oleh perangkat kecamatan. Camat merupakan Pegawai Negeri Sipil dan bertanggung jawab kepada bupati atau walikota karena kecamatan adalah bawahan kabupaten atau kota.

Mengacu kepada Visi Kota Medan yaitu Kota Medan Menjadi Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera maka visi Kecamatan Medan Johor adalah “Terwujudnya Aparatur Pemerintahan Yang Kredibilitas dan Profesional dalam Pelayanan Prima Bagi Masyarakat Kecamatan Medan Johor”.

Mewujudkan visi tersebut diperlukan beberapa misi yang merupakan titik konsentrasi kegiatan yang sekaligus menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan. Adapun misi yang akan diwujudkan yaitu:

1. Menciptakan pemerintahan yang profesional dalam pelayanan publik

2. Meningkatkan kualitas kepemimpinan yang demokrasi, berkeadilan, dan transparan

(56)

Terwujudnya misi Kecamatan Medan Johor maka telah mendukung kemajuan dan kemakmuran Kota Medan Metropolitan melalui bekerja sama dan sama-sama bekerja yang merupakan Motto Kota Medan.

Adapun struktur organisasi Kecamatan Medan Johor Kota Medan adalah sebagai berikut :

Gambar 1

Struktur Organisasi Kecamatan Medan Johor

Sumber: Kantor Camat Medan Johor Tahun 2016

Penjelasan susunan Organisasi Kantor Camat Medan Johor Kota Medan adalah :

1. Camat.

Camat dalam pelaksanaan tugasnya bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan

Camat Medan Johor

(57)

pemerintah yang dilimpahkan oleh Bupati sesuai karakteristik wilayah, kebutuhan daerah dan menyeleggarakan kegiatan pemerintah lainya berdasarkan peraturan perundang undangan.

Melaksanakan tugas yang dimaksud Camat mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan kewenangan wajib Kabupaten dan kewenangan lainnya yang dilimpahkan oleh Bupati.

b. Penyelenggaraan tugas pemerintah umum, ketentaraman dan keterbiban umum, pembangunan, pertanian, sosial budaya, lingkungan hidup, dan pertanahan.

c. Pembinaan administarai pemerintah desa / kelurahan

d. Pembinaan bidang ketentraman dan ketertiban umum kesbanglinmas dan kerukunan antar umat beragama.

e. Penyelenggaraan Perencanaan program pembangunan dan perekonomian, produksi, pertanian, kesejahteraan sosial, lingkungan hidup, dan sosial budaya di lingkungan kecamatan.

f. Pengkoordinasian kegiatan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas ( UPTD ) dan Unit Pelaksanaa Teknis ( UPT ) di wilayah kerjanya

g. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi-instansi terkait di wilayah kerjanya h. Pelaksanaan tugas pembantuan

i. Penyusunan pelaksanaan program, ketata usahaan di rumah tangga Kecamatan.

Gambar

Tabel 2 Nama-Nama Camat Yang Pernah Menjabat
Tabel 3 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk
Tabel 5 Data Kependudukan Berdasarkan Agama
Gambar 1

Referensi

Dokumen terkait

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mirzaei (2011), Subanidja (2006), Sudana (2010) size bank berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank karena bank yang

Berdasarkan kenyataan, adanya kesenjangan yang sangat besar antara kebutuhan sumberdaya manusia untuk peningkatan pembangunan pertanian berbasis agribisnis di daerah dan

Graphical User Interface (GUI) adalah suatu sistem interface pada komputer yang memberikan atau memfasilitasi tampilan pilihan pada layar, yang biasanya berbentuk ikon (simbol

Berdasarkan analisis secara keseluruhan diketahui bahwa penerapan metode Computer Assisted Test (CAT) dalam seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil berbasis Kompetensi di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan angka kejadian osteoarthritis lutut primer di Rumah Sakit PHC Surabaya. Metode:

Desa Bolapapu adalah salah satu desa yang masih membudayakan pakaian yang terbuat dari kain kulit kayu atau yang biasa disebut dengan Kumpe atau Mbesa.. Kain tersebut

Sel parietal sebagai penghasil HCL (asam hidroklorida), menyisipnya sel tersebut hingga ke bagian basal area gastric glands diduga untuk menjangkau setiap sel chief

Hipotesis penelitian ini adalah jika pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pemetaan pikiran dapat dilaksanakan dengan baik, akan dapat meningkatkan kemampuan