• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Mikroorganisme Pada Penderita Infeksi Nosokomial di ICU RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2014 – 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Mikroorganisme Pada Penderita Infeksi Nosokomial di ICU RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2014 – 2016"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Clarissa Nadia Gultom

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 28 Februari 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 1 bersaudara

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jl. Polonia No. 75 Medan

No Handphone : 081265248088

Email : clarissanadiaa@gmail.com

Pendidikan Formal

2001-2002 : TK Sarah School Medan

2002-2007 : SD Percobaan Negeri Medan

(2)

2010-2013 : SMA Harapan 1 Medan

2013-sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Pengabdian Masyarakat

1. Anggota Seksi Acara Pengabdian Masyarakat Standing Committee Of Public Health (SCOPH) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2016 di Kabanjahe.

Riwayat Organisasi

1. Anggota Divisi Pendidikan dan Pelatihan SCOPH FK USU Periode 2014-2015.

Riwayat Kepanitiaan

1. Anggota Seksi Acara Manajemen Mahasiswa Baru (MMB) FK USU 2014

2. Anggota Seksi Administrasi dan Kesekretariatan Try Out (TO) SBMPTN FK USU 2014

3. Anggota Seksi Acara Medical Futsal League (MFL) 2014 4. Anggota Seksi Konsumsi PORSENI FK USU 2014

5. Koordinator Seksi Administrasi dan Kesekretariatan Sirkumsisi SCOPH FK USU 2014

6. Anggota Seksi Dana Pengabdian Masyarakat (PM) Akbar FK USU 2014

7. Koordinator Seksi Konsumsi Personality Disorder SCOPH FK USU 2015

8. Anggota Seksi Administrasi dan Kesekretariatan Hari Susu SCOPH FK USU 2014

(3)
(4)
(5)
(6)

LAMPIRAN 5

No Ruang ICU Asal Spesimen Jenis INOS Mikroorganisme Gram

1. ICU Pasca Bedah Urine ISK Escherichia coli Negatif

2. ICU Pasca Bedah Sputum VAP Acinetobacter baumannii Negatif

3. ICU Pasca Bedah Urine ISK Escherichia coli Negatif

4. ICU Pasca Bedah Urine ISK Kocuria kristinae Positif

5. ICU Pasca Bedah Sputum VAP Acinetobacter baumannii Negatif

6. ICU Pasca Bedah Pus IDO Staphylococcus aureus Positif

7. ICU Pasca Bedah Urine ISK Acinetobacter baumannii, Escherichia coli Negatif, negatif

8. ICU Pasca Bedah Sputum VAP Pseudomonas aeruginosa Negatif

9. ICU Pasca Bedah Urine ISK Enterobacter faecium Positif

10. ICU Pasca Bedah Urine ISK Enterobacter cloacae Negatif

11. ICU Pasca Bedah Urine ISK Pseudomonas aeruginosa Negatif

12. ICU Pasca Bedah Urine ISK Klebsiella pneumoniae, Enterobacter cloacae Negatif, negatif

13. ICU Pasca Bedah Sputum VAP Acinetobacter baumannii Negatif

14. Poli Anak Pus IDO Pseudomonas aeruginosa Negatif

15. VIP A Pus IDO Staphylococcus aureus Positif

16. ICU Dewasa Urine ISK Klebsiella pneumoniae Negatif

17. ICU Pasca Bedah Pus IDO Escherichia coli Negatif

18. ICU Pasca Bedah Darah IADP Klebsiella pneumoniae Negatif

19. ICU Pasca Bedah Sputum VAP Pseudomonas aeruginosa Negatif

20. ICU Pasca Bedah Sputum VAP Escherichia coli, Acinetobacter baumannii Negatif

21. ICU Pasca Bedah Urine ISK Acinetobacter baumannii Negatif

22. ICU Pasca Bedah Sputum VAP Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter baumannii Negatif, negatif

23. ICU Dewasa Urine ISK Acinetobacter baumannii Negatif

(7)

25. ICU Pasca Bedah Urine ISK Klebsiella pneumoniae Negatif

26. ICU Pasca Bedah Darah IADP Staphylococcus hominis Positif

27. ICU Pasca Bedah Urine ISK Pseudomonas aeruginosa Negatif

28. ICU Pasca Bedah Sputum VAP Klebsiella pneumoniae Negatif

29. ICU Pasca Bedah Darah IADP Staphylococcus aureus Positif

30. ICU Pasca Bedah Pus IDO Staphylococcus aureus Positif

31. ICU Pasca Bedah Urine ISK Escherichia coli Negatif

32. ICU Pasca Bedah Darah IADP Acinetobacter baumannii Negatif

33. ICU Pasca Bedah Darah IADP Escherichia coli Negatif

34. ICU Pasca Bedah Urine ISK Escherichia coli Negatif

35. ICU Dewasa Urine ISK Acinetobacter baumannii Negatif

36. ICU Dewasa Sputum VAP Acinetobacter baumannii Negatif

37. PICU Sputum VAP Klebsiella pneumoniae Negatif

38. ICU Pasca Bedah Pus IDO Staphylococcus aureus Positif

39. ICU Pasca Bedah Darah IADP Klebsiella pneumoniae Negatif

40. PICU Urine ISK Escherichia coli, Acinetobacter baumannii Negatif, negatif

41. ICU Pasca Bedah Sputum VAP Klebsiella pneumoniae Negatif

42. PICU Urine ISK Enterococcus faecium Positif

43. PICU Urine ISK Pseudomonas aeruginosa Negatif

44. ICU Dewasa Urine ISK Klebsiella pneumoniae Negatif

45. ICU Dewasa Urine ISK Enterococcus faecali Positif

46. ICU Pasca Bedah Urine ISK Acinetobacter baumannii Negatif

47. ICU Dewasa Urine ISK Pseudomonas aeruginosa Negatif

48. ICU Dewasa Urine ISK Klebsiella pneumoniae Negatif

49. ICU Dewasa Urine ISK Kocuria kristinae Positif

50. ICU Dewasa Urine ISK Enterococcus faecali Positif

(8)

52. ICU Dewasa Urine ISK Acinetobacter baumannii Negatif

53. ICU Dewasa Sputum VAP Pseudomonas aeruginosa Negatif

54. ICU Dewasa Urine ISK Acinetobacter baumannii Negatif

55. ICU Dewasa Sputum VAP Acinetobacter baumannii Negatif

56. PICU Urine ISK Acinetobacter baumannii Negatif

57. PICU Sputum VAP Klebsiella pneumoniae Negatif

(9)

LAMPIRAN 6

1. Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial

Statistics

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Acinetobacter baumannii 13 22,4 22,4 22,4

(10)

2. Jenis Infeksi Nosokomial

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

3. Asal Spesimen Infeksi Nosokomial

Statistics

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

4. Hubungan Mikroorganisme dengan Klasifikasi Berdasarkan Gram Stain

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

(11)

Mikroorganisme * Gram Crosstabulation

5. Hubungan Mikroorganisme dengan Jenis Infeksi Nosokomial

Case Processing Summary

(12)

% within INOS 16,7% 0,0% 27,3% 36,8%

6. Hubungan Klasifikasi Mikroorganisme dengan Asal Spesimen

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

(13)

Gram * Asal Spesimen Crosstabulation

Asal Spesimen Total

Darah Pus Sputum Urine

Gram

negatif

Count 4 2 19 27 52

% within Asal Spesimen 66,7% 33,3% 100,0% 81,8% 81,2%

positif

Count 2 4 0 6 12

% within Asal Spesimen 33,3% 66,7% 0,0% 18,2% 18,8%

Total Count 6 6 19 33 64

(14)

DAFTAR PUSTAKA

1. Baharutan A, Rares FES, Soeliongan S. Pola bakteri penyebab infeksi nosokomial pada ruang perawatan intensif anak di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-biomedik. 2015: 2(3): 412-419.

2. Irianto K. Mikrobiologi Medis. Bandung: Alfabeta; 2013. p. 328.

3. Suharto, Utji R. Infeksi nosokomial. Buku ajar Mikrobiologi kedokteran. Edisi Revisi. Tangerang: Binarupa aksara; 1994. p. 75.

4. Warganegara E, Apriliana E, Ardiansyah R. Identifikasi bakteri penyebab infeksi luka operasi (ILO) nosokomial pada ruang rawat inap bedah dan Rindu A, Rindu B, ICU, IGD, Rawat Jalan di RSUP H. Adam Malik Medan. [dikutip 2016 Apr 29]. Diambil dari: http://www.repository.usu.ac.id.

7. Tortora GJ. Microbiology : An Introduction. 7th ed. Pearson Education, USA.

2001 [dikutip 2016 may 11].Diambil dari:

http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/ Departemen/Mikrobiologi/inp.pdf. 8. Darmadi. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta:

Salemba Medika; 2008.

9. Departemen Kesehatan (DepKes) Republik Indonesia. Cara Penularan Infeksi Nosokomial. 1995. [dikutip 28 April 2016].Diambil dari: http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/infeksi-nosokomial.html.

10. Khan HA, Ahmad A, Mehboob R. Nosocomial infections and their control strategies. Asian Pasific Journal of Tropical Biomedicine. 2015: 5(7): 509-514 11. Public Health Agency of Canada. Pathogen Safety Data Sheet – Infectious Substances. 2012 [dikutip 2016 May 22].Diambil dari: http://www.phac-aspc.gc.ca/lab-bio/res/psdsftss/staphylococcus-aureus-eng.php.

12. Bioquell. Enterobacter aerogenes. [dikutip 2016 May 22]. Diambil dari:

http://www.bioquell.com/en-uk/resources-and-support/microbiology/enterobacter-aerogenes/.

13. Pratami HA., Apriliana E, Rukmono P. Identifikasi Mikroorganisme pada Tangan Tenaga Medis dan Paramedis di Unit Perinatologi Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung. Medical Journal of Lampung University. 2013: 2(5): 85-94.

14. Elliot T, Worthington T, Osman H, Gill M. Mikrobiologi Kedokteran & Infeksi. Ed. 4. Jakarta : EGC.; 2013. p. 268

15. Brooks FG, Butel SJ, Morse AS. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta : EGC; 2008. p. 267

(15)

17. Mardeneh, Jalal, Dallal, Soltan M. . Isolation, identification and antimicrobial susceptibility of Pantoea (Enterobacter) agglomerans isolated from consumed powdered infant formula milk (PIF) in NICU ward: First report from Iran. Iranian journal of microbiology.2013, 5.3: 263. [dikutip 2016 May 22].Diambil dari: http://ijm.tums.ac.ir/index.php/ijm/article/viewFile/745/343. 18. Ngunyen QV. Hospital-acquired infections. Last updated 2009 Jan 14.

[dikutip 2016 Apr 22].Diambil dari:

www.emedicine.medscape.com/article/967022-overview.

19. Ducel G, Fabry J, Nicolle L.Epidemiology of nosocomial infections. Prevention of hospital-acquired infections, a practical guide. Edisi 2. Malta : World Health Organization. 2002. p. 4-8 [dikutip 21 May 2016].Diambil dari:

www.who.int/csr/resources/publications/drugresist/en/whocdscsreph200212.p

22. Richards MJ, Edwards JR, Culver DH, Gaynes RP. Nosocomial infections in combined medical-surgical intensive care units in the United States. Infect Control Hosp Epidemiol. 2000;21:510–5. Diambil dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10968716.

23. Rubin MI. Infection of the Urinary Tract. Dalam: Ruben MI, Barratt M. Pediatric Nephrology. Baltimore: Williams & Wilkins company. 1975; 608-41.

24. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: Erlangga; 2006.

25. Pechere JC. Pneumonia no single definition. Community acquired pneumonia in children. International Forum Series. Edisi pertama. Wellingborough: Cambridge Medical Publications; 1995.

28. Khoidrudin A, Pohan VY, Riwayati. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawat dalam menerapkan prosedur tindakan pencegahan universal di Instalasi Bedah Sentral RSUP dr. Kariadi Semarang. 1 Maret 2011: 4: 1-17. 29. Dasgupta S, Das S, Neeraj S. Nosocomial infections in the intensive care unit.

Indian J Crit Care Med. 2015 Jan; 19(1): 14-20

(16)

31. Noorhamdani. Aktivitas hemaglutinasi bakteri Acinetobacter baumannii yang berasal dari spesimen klinik dan lingkungan. Jurnal kedokteran brawijaya. 2004 Ags; 10(2): 105

32. Chelazzi C, Pettini E, Villa G. Epidemiology, associated factors and outcomes of ICU-acquired infections caused by gram-negative bacteria in critically ill patients. BMC Anesthesiol. 2015 Sep 21; 15: 125

33. Peleg AY, Hooper DC. Hospital-acquired infections due to gram-negative bacteria. N Eng J Med. 2010 May 13;362(19):1804-1813

34. Mayer KH, Opal SM, Medeiros AA. Mechanism of antibiotic resistance. Dalam: Mandell GL, Douglas RG, Bennett JE. Penyunting Principles and Practice of Infectious Disease, Ed 4. New York: Churchill Livingstone, 1995, p.218-28

35. Waterer GW, Wunderink RG. Increasing threat of Gram-negative bacteria. Crit Care Med 2001;29:N75-81.

36. Parida S, Mishra SK. Urinary tract infections in the critical unit. Indian J Crit Care Med. 2013 Nov-Des;17(6): 370-374

37. Fauziyah S. Hubungan antara penggunaan antibiotika pada terapi empiris dengan kepekaan bakteri di ruang perawatan ICU RSUP Fatmawati Jakarta.

[dikutip 2016 Nov 3]. Diambil dari:

(17)

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Teori

Kejadian Infeksi Nosokomial di ICU RSUP H. Adam Malik Medan

Faktor Risiko Spesimen dan Mikroba Patogen

Faktor Intrinsik

Faktor Keperawatan

Faktor Mikroba Patogen

Spesimen Mikroba Patogen

Darah

Pus

Urine

Sputum

Cara Penyebaran Pencegahan dan

(18)

3.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial

Jenis infeksi nosokomial

Spesimen infeksi nosokomial

Klasifikasi mikroorganisme berdasarkan pewarnaan

Gram

Kejadian Infeksi Nosokomial di

ICU RSUP H. Adam Malik

(19)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan dengan pendekatan cross sectional study untuk mengetahui gambaran mikroorganisme yang ditemukan

pada penderita infeksi nosokomial di ICU RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2016 – September 2016 . Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data PPI di RSUP H. Adam Malik Medan dari tahun 2014 - 2016.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PPI pasien rawat inap di ICU RSUP H. Adam Malik Medan. Populasi adalah pasien rawat inap yang terinfeksi infeksi nosokomial pada tahun 2014 - 2016 di ICU RSUP H. Adam Malik Medan.

Sampel penelitian diambil dengan metode consecutive sampling, dengan kriteria pasien:

Kriteria inklusi:

1. Pasien yang dirawat di ICU RSUP H. Adam Malik Medan diantara tahun 2014 - 2016.

2. Pasien yang didiagnosa menderita infeksi nosokomial. Kriteria eksklusi:

1. Pasien dengan medical record yang tidak lengkap

4.4. Teknik Pengumpulan Data

(20)

RSUP H. Adam Malik Medan. Berikutnya data tersebut diambil dari data infeksi nosokomial di PPI RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014 - 2016.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah diperoleh akan dimasukkan dan diolah dalam software pengolah data dengan menggunakan programSPSS.

4.6. Definisi Operasional

Sesuai dengan masalah, tujuan, dan model penelitian maka definisi operasionalnya adalah sebagai berikut:

1. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat di rumah sakit terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit paling tidak selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan gejala infeksi saat masuk rumah sakit. Infeksi nosokomial ditegakkan oleh dokter penanggung jawab pelayanan ICU RSUP H. Adam Malik Medan.

Cara pengukuran: observasi Alat pengukuran: data PPI

Hasil pengukuran: pasien infeksi nosokomial, pasien tidak infeksi nosokomial

Skala pengukuran: nominal

2. Mikroorganisme penyebab merupakan mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial dan yang akan diidentifikasi. Cara pengukuran: observasi

Alat pengukuran: data PPI Hasil pengukuran: nama kuman Skala pengukuran: nominal

3. Klasifikasi mikroorganisme adalah pembagian jenis dari mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial.

Cara pengukuran: observasi Alat pengukuran: data PPI

(21)

Skala pengukuran: nominal

4. Persentase kejadian adalah jumlah kejadian infeksi nosokomial yang ditemukan di ICU RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014 - 2016. Cara pengukuran: observasi

Alat pengukuran: data PPI

Hasil pengukuran: angka persentase kejadian infeksi nosokomial Skala pengukuran: nominal

5. Spesimen adalah asal spesimen ditemukannya mikroorganisme infeksi nosokomial.

Cara pengukuran: observasi Alat pengukuran: data PPI

(22)

4.7. Alur Kerja

Komite PPI

Infeksi Nosokomial di ICU

ICU Dewasa

ICU Anak

ICU Jantung

ICU Pasca Bedah

Jenis Infeksi Nosokomial Spesimen

Jenis Mikroorganisme Klasifikasi Mikroorganisme

berdasarkan pewarnaan Gram

(23)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5. 1. Hasil Penelitian

5. 1. 1. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km. 12 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara dan merupakan rumah sakit kelas A.

5. 1. 2. Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan yaitu data sekunder, data yang diambil dari data PPI pasien yang mengalami infeksi nosokomial di ICU RSUP H. Adam Malik sejak tahun 2014 – 2016. Data PPI yang diambil adalah mikroorganisme penyebab, klasifikasi mikroorganisme, persentase kejadian, dan asal spesimen infeksi nosokomial. Data diambil sejak Juli 2016 – September 2016.

Jumlah keseluruhan data, pasien rawat inap di ICU yang menderita infeksi nosokomial berjumlah 65 orang. Sampel penelitian adalah pasien rawat inap ICU yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi berjumlah 58 orang.

5. 1. 2. 1. Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial

(24)

Tabel 5. 1 Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial

Mikroorganisme Penyebab N %

Acinetobacter baumannii 13 22,4

Klebsiella pneumoniae 12 20,7

Pseudomonas aeruginosa 8 13,8

Escherichia coli 6 10,3

Staphylococcus aureus 5 8,6

Escherichia coli + Acinetobacter baumannii 3 5,2

Enterococcus faecalis 2 3,4

Enterococcus faecium 2 3,4

Kocuria kristinae 2 3,4

Enterobacter cloacae 1 1,7

Klebsiella pneumoniae + Acinetobacter baumannii 1 1,7 Klebsiella pneumoniae + Enterobacter cloacae 1 1,7 Klebsiella pneumoniae + Pseudomonas aeruginosa 1 1,7

Staphylococcus hominis 1 1,7

Total 58 100

(25)

5. 1. 2. 2. Jenis Infeksi Nosokomial

Jenis infeksi nosokomial yang ditemukan adalah:

Tabel 5. 2 Jenis Infeksi Nosokomial

Jenis Infeksi Nosokomial N %

Infeksi Saluran Kemih (ISK) 30 51,7

Ventilator Associated Pneumonia (VAP) 16 27,6 Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) 6 10,3

Infeksi Daerah Operasi (IDO) 6 10,3

Total 58 100

Pada penelitian, didapatkan bahwa jenis infeksi nosokomial yang paling banyak ditemukan adalah ISK dengan jumlah 30 kasus (51,7%).

5. 1. 2. 3. Asal Spesimen Infeksi Nosokomial

Asal spesimen yang digunakan pada penelitian ini adalah:

Tabel 5. 3 Asal Spesimen Infeksi Nosokomial

Asal Spesimen N %

Urine 30 51,7

Sputum 16 27,6

Darah 6 10,3

Pus 6 10,3

Total 58 100

(26)

5. 1. 2. 4. Distribusi Frekuensi Mikroorganisme dengan Klasifikasi Berdasarkan Pewarnaan Gram

Berikut adalah hubungan yang didapat pada penelitian ini:

Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Mikroorganisme dengan Klasifikasi Berdasarkan Pewarnaan Gram

Mikroorganisme Gram Positif Gram Negatif Total

N % N % N %

Gram Negatif

Acinetobacter baumannii 17 32,7 17 26,6

Klebsiella pneumoniae 15 28,8 15 23,4

Pseudomonas aeruginosa 9 17,3 9 14,1

Escherichia coli 9 17,3 9 14,1

Enterobacter cloacae 2 3,8 2 3,1

Gram Positif

Staphylococcus aureus 5 41,7 5 7,8

Enterococcus faecalis 2 16,7 2 3,1

Enterococcus faecium 2 16,7 2 3,1

Kocuria kristinae 2 16,7 2 3,1

Staphylococcus hominis 1 8,3 1 1,6

Total 12 100,0 52 100,0 64 100,0

Pada penelitian ini ditemukan bakteri gram negatif terbanyak adalah Acinetobacter baumannii dengan persentase 26,6%, sedangkan bakteri gram

(27)

5. 1. 2. 5. Distribusi Frekuensi Mikroorganisme dengan Jenis Infeksi Nosokomial

Berikut adalah hubungan yang didapat pada penelitian ini:

Tabel 5. 5 Distribusi Frekuensi Mikroorganisme dengan Jenis Infeksi Nosokomial

Mikroorganisme ISK VAP IADP IDO Total

N % N % N % N % N %

A. baumannii 9 27,3 7 36,8 1 16,7 0 0,0 17 26,6

E. cloacae 2 6,1 0 0,0 0 0,0 0 0,0 2 3,1

E. faecalis 2 6,1 0 0,0 0 0,0 0 0,0 2 3,1

E. faecium 2 6,1 0 0,0 0 0,0 0 0,0 2 3,1

E. coli 6 18,2 1 5,3 1 16,7 1 16,7 9 14,1 K. pneumoniae 6 18,2 7 36,8 2 33,3 0 0,0 15 23,4 K. kristinae 2 6,1 0 0,0 0 0,0 0 0,0 2 3,1 P. aeruginosa 4 12,1 4 21,1 0 0,0 1 16,7 9 14,1 S. aureus 0 0,0 0 0,0 1 16,7 4 66,7 5 7,8 S. hominis 0 0,0 0 0,0 1 16,7 0 0,0 1 1,6 Total 33 100,0 19 100,0 6 100,0 6 100,0 64 100,0

Pada penelitian ini jenis infeksi nosokomial terbanyak adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK). Bakteri penyebab ISK terbanyak adalah Acinetobacter baumanni dengan jumlah 9 (27,3%) diikuti dengan Escherichia coli dan

(28)

5. 1. 2. 6. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Mikroorganisme dengan Asal Spesimen

Berikut adalah hubungan yang didapat pada penelitian ini:

Tabel 5. 6 Distribusi Frekuensi Klasifikasi Mikroorganisme dengan Asal Spesimen

Klasifikasi Urine Sputum Darah Pus Total

N % N % N % N % N %

Gram (+) 6 18,2 0 0,0 2 33,3 4 66,7 12 18,8 Gram (-) 27 81,8 19 100,0 4 66,7 2 33,3 52 81,2

Total 33 100,0 19 100,0 6 100,0 6 100,0 64 100,0

Pada penelitian ini ditemukan asal spesimen terbanyak adalah urine dengan jumlah bakteri gram positif sebanyak 6 (18,2%) dan gram negatif sebanyak 27 (81,8%).

5. 2. Pembahasan

5. 2. 1. Distribusi Data Penelitian

5. 2. 1. 1. Distribusi Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial

Dari 58 sampel penelitian didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial paling banyak merupakan Acinetobacter baumannii sebesar 22,4%, diikuti dengan Klebsiella pneumonia sebesar 20,7%.

Berbeda dengan hasil penelitian Dasgupta, et al pada tahun 2015 dengan total 38 sampel ditemukan bahwa mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa sebesar 32,50% diikuti dengan Escherichia coli sebesar 17,50%.29

(29)

Eksistensi Acinetobacter baumannii terkait dengan banyaknya jumlah mikroorganisme, bersifat resisten, multi drug resistance organism, dan faktor higenitas dari pasien, petugas kesehatan maupun lingkungan sekitarnya.

Proses infeksi pada Acinetobacter baumannii diinisiasi dengan adhesi bakteri ke sel pada host, dilanjutkan dengan multiplikasi, kolonisasi dan infeksi. Adhesi sel pada host dimediasi oleh molekul adhesin sebagai faktor virulensi. Adhesin biasanya ditemukan dalam bentuk protein hemaglutinin yang terikat pada permukaan sel pada host.31

5. 2. 1. 2. Distribusi Klasifikasi Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial

Dari 64 sampel penelitian didapatkan klasifikasi mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial paling banyak merupakan gram negatif sebesar 81,3% diikuti dengan gram positif sebesar 18,3%.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Chelazzi, et al tahun 2015 dengan total sampel 46 ditemukan penyebab terbanyak infeksi nosokomial adalah bakteri gram negatif sebesar 65,2% diikuti dengan gram positif sebesar 34,8%.32

Menurut Anton, et al pada tahun 2011 ditemukan penyebab terbanyak infeksi nosokomial adalah bakteri gram negatif sebesar 70% diikuti dengan bakteri gram positif sebesar 30%.33

(30)

5. 2. 1. 3. Distribusi Jenis Infeksi Nosokomial

Dari 58 sampel penelitian didapatkan jenis infeksi nosokomial yang paling banyak adalah ISK sebesar 51,7% diikuti dengan VAP sebesar 27,6%, kemudian IADPdan IDO yang masing-masing sebesar 10,3%.

Berbeda dengan hasil penelitian Dasgupta, et al pada tahun 2015 dengan total sampel 29 orang ditemukan bahwa jenis infeksi nosokomial yang paling banyak ditemukan adalah VAP sebesar 62,07% diikuti ISK sebesar 27,59%.29

Menurut Anton, et al pada tahun 2011 didapatkan bahwa VAP memiliki persentase tertinggi sebanyak 47% diikuti dengan ISK sebanyak 45%.33

Kejadian ISK bisa didapat dari penggunaan kateter yang terlalu lama, masalah urologi, DM, malnutrisi, kadar kreatinin >2mg/dL, posisi tabung drainase yang tidak tepat, dan terapi antimikroba.36

Escherichia coli adalah salah satu bakteri penyebab ISK terbanyak.

Bakteri dapat berkoloni di usus dan melekat di mukosa usus maupun sel uroepithel. Melekatnya bakteri ini menstimulasi proses radang dengan mengaktivasi sitokin seperti Interleukin 1, 6, dan 8. Sitokin ini menstimulasi produksi intercellular adhesion molecule (ICAM) dan menarik polimorfonuklear sel ke tempatnya dan leukosit memulai reaksi radang dan menyebabkan kerusakan ginjal.8

5. 2. 1. 4. Distribusi Asal Spesimen Infeksi Nosokomial

Pada tabel 5.4 ditampilkan bahwa dari 58 sampel penelitian didapatkan asal spesimen infeksi nosokomial paling banyak merupakan urine sebesar 51,7% diikuti dengan sputum sebesar 27,6%.

Menurut Fauziyah, pada pasien infeksi nosokomial di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta tahun 2010, sputum merupakan spesimen terbanyak diantara yang lainnya.37

(31)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial terbanyak pada penelitian ini adalah Acinetobacter baumannii sebesar 22,4%.

2. Jenis infeksi nosokomial yang terbanyak pada penelitian ini adalah ISK sebesar 51,7%.

3. Asal spesimen infeksi nosokomial terbanyak pada penelitian ini adalah urine sebesar 51,7%.

4. Pada bakteri gram negatif , bakteri terbanyak adalah Acinetobacter baumannii dengan persentase 26,6%, sedangkan bakteri pada bakteri gram

positif, bakteri terbanyak adalah Staphylococcus aureus dengan persentase 7,8%.

5. Bakteri penyebab ISK terbanyak adalah Acinetobacter baumannii sebesar 27,3%

6. Pada urine ditemukan bakteri gram positif sebesar 22,4% dan gram negatif sebesar 81,8%.

6. 2. Saran

1. Diharapkan upaya pencegahan kejadian infeksi nosokomial lebih ditingkatkan lagi agar bisa menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial.

2. Pendataan data PPI di RSUP H. Adam Malik lebih dilengkapi, agar pengumpulan data untuk kepentingan penelitian selanjutnya dapat lebih maksimal.

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Infeksi Nosokomial

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan penderita maupun luar tubuh, yaitu:9

1. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada di dalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang dikenal dengan self infection atau auto infection.

2. Infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya. Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila memiliki ciri-ciri, yaitu:8

1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.

2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.

3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan.

(33)

5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

2.2. Cara Penyebaran dan Sifat Penyakit Infeksi 2.2.1. Cara Penyebaran Penyakit Infeksi

Dalam garis besarnya, mekanisme transmisi mikroba patogen ke host yang rentan melalui dua cara, yaitu:8

1. Transmisi Langsung (Direct Transmission)

Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari pejamu. Contohnya adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara atau saat transfusi darah dengan

darah yang terkontaminasi mikroba patogen. 2. Transmisi Tidak Langsung (Indirect Transmission)

Penularan mikroba patogen yang memerlukan adanya “media perantara”, baik berupa barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor. a) Vehicle-borne

Sebagai media perantara penularan adalah barang/bahan yang terkontaminasi seperti peralatan makan dan minum, instrumen bedah, peralatan laboratorium, peralatan infus/transfusi.

b) Vector-borne

Sebagai media perantara penularan adalah vektor (serangga), yang memindahkan mikroba patogen ke pejamu dengan cara berikut.

1. Cara Mekanis

(34)

2. Cara Biologis

Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus perkembangbiakan dalam tubuh vektor/serangga, selanjutnya mikroba dipindahkan ke tubuh pejamu melalui gigitan.

c) Food-borne

Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif untuk menyebarnya mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui pintu masuk (port d’entree) saluran cerna.

d) Water-borne

Tersedianya air bersih baik kuantitatif maupun kualitatif-terutama untuk kebutuhan rumah sakit adalah mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek fisik, kimiawi, dan bakteriologis, diharapkan terbebas dari mikroba patogen sehingga aman untuk dikonsumsi. Jika tidak, sebagai media perantara, air sangat mudah menyebarkan mikroba patogen ke pejamu, melalui pintu masuk (port d’entree) saluran cerna maupun pintu masuk yang lain.

e) Air-borne

Mikroba patogen dalam udara masuk ke saluran napas pejamu dalam bentuk droplet nuclei yang dikeluarkan oleh penderita (reservoir) saat batuk atau bersin, bicara atau bernapas melalui mulut atau hidung. Sedangkan dust merupakan partikel yang dapat terbang bersama debu lantai/tanah. Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang tertutup.

2.2.2. Sifat-Sifat Penyakit Infeksi

Cara menyerang/invasi ke pejamu/manusia melalui tahapan berikut:8 1. Sebelum pindah ke pejamu (calon penderita), mikroba patogen tumbuh

dan berkembang biak pada reservoir (orang/penderita, hewan, benda lain).

(35)

3. Untuk masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen memerlukan pintu masuk (port d’entree) seperti kulit/mukosa yang terluka, hidung, rongga mulut, dan sebagainya.

4. Adanya tenggang waktu saat masuknya mikroba patogen sampai timbulnya manifestasi klinis, untuk masing-masing mikroba patogen berbeda.

5. Pada prinsipnya semua organ tubuh pejamu dapat terserang untuk mikroba patogen, namun beberapa mikroba patogen secara selektif hanya menyerang organ tubuh tertentu dari pejamu (target organ). 6. Besarnya kemampuan merusak dan menimbulkan manifestasi klinis

dari mikroba patogen terhadap pejamu dapat dinilai dari beberapa faktor berikut.

a) Infeksivitas

Besarnya kemampuan mikroba patogen melakukan invasi, berkembang biak dan menyesuaikan diri, serta bertempat tinggal pada jaringan tubuh pejamu.

b) Patogenitas

Derajat respons/reaksi pejamu untuk menjadi sakit. c) Virulensi

Besarnya kemampuan merusak mikroba patogen terhadap jaringan pejamu.

d) Toksigenitas

Besarnya kemampuan mikroba patogen untuk menghasilkan toksin, dimana toksin berpengaruh terhadap perjalanan penyakit. e) Antigenitas

(36)

2.3. Faktor Penyebab Infeksi Nosokomial

Faktor penyebab infeksi nosokomial diantaranya:8

1. Faktor-faktor yang ada dari diri penderita (intrinsic factor) seperti umur, jenis kelamin, kondisi umum penderita, resiko terapi, atau adanya penyakit lain yang menyertai penyakit dasar (multipatologi) beserta komplikasinya.

2. Faktor keperawatan seperti lamanya hari perawatan (length of stay), menurunnya standar pelayanan perawatan, serta padatnya penderita dalam satu ruangan.

3. Faktor mikroba patogen seperti tingkat kemampuan merusak jaringan, lamanya pemaparan (length of exposure) antara sumber penularan (reservoir) dengan penderita.

2.3.1. Faktor Risiko

Semua jenis prosedur dan tindakan medis yang bertujuan untuk menegakkan diagnosis dan terapi serta prosedur dan tindakan keperawatan tidak akan lepas dari faktor risiko. Bentuk-bentuk risiko dari yang ringan sampai yang berat antara lain:8

a. Salah jalan (false route), sebuah prosedur dan tindakan medis yang dapat menyebabkan terjadinya perforasi jaringan

b. Perdarahan, sebagai akibat trauma pada pembuluh darah c. Laserasi atau edema jaringan

d. Infeksi

Prosedur dan tindakan medis serta keperawatan merupakan pekerjaan teknis. Pada kasus tertentu diperlukan adanya prosedur dan tindakan medis invasif terhadap jaringan dan organ dari tubuh penderita, diantaranya:8

 Pemberian suntikan IM/IV

 Pemberian terapi cairan/infus atau transfusi darah

 Kateterisasi urin

Pemasangan nasogastric tube

(37)

 Kuretase

 Kateterisasi jantung

2.4. Mikroba Patogen dan Spesimen

Infeksi nosokomial dapat disebabkan oleh banyak mikroba. Bakteri dapat menyebabkan infeksi sekitar 90%, 10% disebabkan oleh protozoa, jamur, virus, dan mikobakteri. Agen yang biasanya menyebabkan infeksi nosokomial yaitu Streptococcus spp., Acinetobacter spp., enterococci, Pseudomonas aeruginosa, koagulase-negatif staphylococci, Staphylococcus

aureus, Bacillus cereus, Legionella dan kelompok Enterobacteriaceae

termasuk Proteus mirablis, Klebsiella pneumonia, Escherichia coli, Serratia marcescens. Diantara kelompok Enterococci, P. aeruginosa, S. aureus, dan

E. coli merupakan penyebab terbesar. ISK biasanya disebabkan oleh E. coli,

sedangkan S. aureus sering menginfeksi bagian tubuh lain tetapi jarang menyebabkan ISK. Pada IADP, S. aureus koagulase-negatif adalah penyebab utama. Enterococcus spp. biasanya menyebabkan IDO. Satu per sepuluh dari semua infeksi disebabkan oleh P. aeruginosa.10

1. Staphylococcus aureus

S. aureus adalah salah satu patogen terpenting pada infeksi

nosokomial. S. aureus merupakan kokus gram-positif, non-spora, katalase dan koagulase positif, immotile, anaerob fakultatif. S. aureus juga termasuk bakteri komensal. Sebagian besar berkolonisasi pada saluran pernapasan. Penderita dengan imunitas rendah dan imunokompeten lebih mudah terinfeksi S. aureus. Bakteri ini tidak hanya menyerang jaringan superfisial tetapi juga profunda dan juga menyebabkan lesi abses lokal. Penyakit yang disebabkan toksin oleh S. aureus diantaranya keracunan makanan, ingesti enterotoksin, toxic shock syndrome dan exfoliative toxins yang menyebabkan staphylococcal scalded skin syndrome.

(38)

Bakteri ini bisa bersifat patogen karena sering menghemolisis darah, mengkoagulasi plasma dan menghasilkan beberapa enzim dan toksin yang stabil pada suhu panas. Hal ini mengakibatkan bakteri ini berada pada siklus udara ruang ICU yang terjadi pertukaran udara melalui AC menjadi tempat hidup dari bakteri.11

Transmisi dari S.aureus melalui kulit atau kontak dengan barang yang digunakan bergantian atau permukaan seperti gagang pintu, kursi, handuk.10

2. Escherichia coli

E. coli merupakan bakteri gram-negatif dan bakteri oxidase-negatif

fakultatif anaerob. Berkolonisasi di saluran gastrointestinal. E. coli dapat menyebabkan ISK, septikemia, pneumonia, neonatal meningitis, peritonitis dan gastroenteritis. Faktor virulensinya adalah endotoksin, kapsul, adhesi dan sistem sekresi tipe 3.10

Transmisi dari E. coli melalui orang ke orang, lingkungan atau air dan makanan yang terkontaminasi.10

3. Vancomycin-resistant enterococci

Enterococci merupakan urutan kedua dari penyebab infeksi

nosokomial sedunia. Enterococci adalah bakteri fakultatif anaerobik gram-positif enterik. Bakteri ini terdapat dalam saluran genital wanita dan saluran gastrointestinal. Enterococci terlibat dalam IADP, ISK dan IDO. Faktor virulensinya termasuk extracellular surface proteins, cytolysin, adhesion, hemolysins, gelatinase, extracellular superoxide dan aggregation substances.10

Barang pada pasien diare biasanya mempermudah transmisinya. Bakteri pada permukaan barang dapat bertahan beberapa hari sampai minggu dan menjadi sumber kontaminasi.10

4. Klebsiella pneumoniae

(39)

anaerob fakultatif yang merupakan flora normal mulut, kulit, dan usus. Morfologi khas dari bakteri ini dapat dievaluasi dalam pertumbuhan padat in vitro dengan morfologi yang bervariasi. Klebsiella dapat hidup sebagai saprofit pada lingkungan hidup, air, tanah, makanan, sayuran. Bakteri ini dapat menimbulkan infeksi pada saluran urin, paru, saluran pernapasan,luka, dan septikemia.12 Faktor virulensinya termasuk endotoxin, cell wall receptor dan capsular polysaccharide.10

Transmisinya melalui kontak orang ke orang, terutama bila petugas kesehatan tidak mencuci tangan setelah memeriksa pasien yang terkontaminasi. Alat bantu napas, kateter atau luka yang terpapar dapat menjadi sumber transmisi. K. pneumoniae dilaporkan ditransmisikan melalui tempat duduk (77%), tangan pasien (42%), dan faring (19%).10 5. Pseudomonas aeruginosa

P. aeruginosa menyebabkan 11% dari infeksi nosokomial, yang

menimbulkan tingkat mortalitas dan morbiditas tinggi. P. aeruginosa termasuk bakteri non-fermenter, gram-negatif yang menyebabkan penyakit terutama pada pasien immunocompromised. Bakteri ini berkolonisasi pada ginjal, saluran kemih, dan saluran pernapasan atas. Bakteri ini disebabkan oleh IDO, ISK, pneumonia, fibrosis kistik dan bakteremia. Faktor virulensinya termasuk adhesion, hemolysins, eksotoksin, protease, dan siderophores.10

Bakteri ini biasanya hidup di tanah dan air. Pada tabung dan selang O2ditemukan. Ini terjadi karena air dalam tabung O2jarang diganti

mengakibatkan perpindahan bakteri melalui selang O2.13

Kontaminasi P. aeruginosa melalui breast pump, inkubator, tempat cuci tangan, dan tangan dari petugas kesehatan.10

6. Clostridium difficile

C. difficile adalah patogen infeksi nosokomial yang merupakan

(40)

kapsul dan enzim hidrolitik. Spora pada C. difficile dapat bertahan selama beberapa bulan dan menjadi masalah untuk disinfektan.10

7. Streptococcus sp.

Streptococcus sp. merupakan gram positif dengan bentuk bulat

berderet membentuk rantai selama pertumbuhannya. Tidak motil dan tidak membentuk spora, kadang berkapsul. Tumbuh optimal pada suhu 37°C bersifat anaerob fakultatif. Spesies yang menyebabkan penyakit pada manusia yaitu S. pyogenes, S. agalactiae, dan Enterococcus.14,15 8. Bacillus subtilis

Bacilus subtilis merupakan flora normal di tanah, udara, air dan kompos tanah. Bakteri bisa ditemukan di permukaan lantai, dinding, meja, tempat tidur dan nirbeken. Hal ini disebabkan karena bakteri ini dapat beradaptasi pada perubahan suhu lingkungan ekstrim dengan membentuk endospora. Bakteri ini bersifat mesofilik tidak patogenik, tapi bisa mencemari makanan namun jarang menyebabkan keracunan makanan.16,17

Tabel 2.1 Jenis Spesimen dengan Biakan Positif dari Penderita dengan Dugaan Infeksi Nosokomial8

Spesimen Jumlah Persentase

(41)

Tabel 2.2 Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial18

Lokasi Jenis Mikroorganisme Persentase

Saluran Kemih Gram-negative enteric Jamur

Enterococci

50% 25% 10%

Luka Operasi Staphylococcus aureus Pseudomonas

Coagulase-negative Staphylococci Enterococci, jamur, Enterobacter,

Escherichia coli

Beberapa jamur, misalnya Candida albicans, Aspergillus sp., Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium yang merupakan organisme

oportunistik dapat menyebabkan infeksi selama pasien mendapat pengobatan dengan antibiotika spektrum luas dan dalam keadaan imunosupresif berat.19,20

2.5. Persentase Infeksi Nosokomial

Tabel 2.3 Persentase Asal Infeksi Nosokomial21

(42)

Berdasarkan penelitian diantara semua infeksi nosokomial didapatkan pneumonia (31%) dan infeksi sirkulasi darah (15%).22

2.6. Diagnosis Infeksi Nosokomial 1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Sekitar 50% ISK disebabkan oleh Escherichia coli, penyebab lain adalah Klebsiella sp., Staphylococcus aureus, coagulase-negative staphylococci, Proteussp. dan Pseudomonas sp. dan bakteri gram

negatif lainnya.23

Gambaran klinisnya ISK bagian atas adalah demam, menggigil, nyeri pinggang, malaise, anoreksia dan nyeri tekan pada sudut kostovertebra dan abdomen. Sedangkan pada ISK bagian bawah adalah disuria, frekuensi dan urgensi, nyeri suprapubik dan hematuria.24

Memperhatikan besarnya kemungkinan terjadi infeksi nosokomial setelah tindakan kateterisasi, maka perlu adanya upaya pencegahan infeksi dengan memperhatikan hal-hal berikut:8

a. Pemasangan kateter dengan memperhatikan syarat dasar aseptik b. Kateter menetap sedapat mungkin tidak dipakai dan hanya

digunakan atas dasar indikasi yang tegas

c. Aliran urine dalam kateter harus bersifat bebas hambatan dan turun d. Bila kateter harus terpasang lama, maka diupayakan penggantian

kateter setiap 2-3 hari

e. Setiap akan melakukan tindakan kateterisasi, urine harus dibiakkan (identifikasi) terlebih dahulu

f. Berikan antibiotik sebelum kateter dicabut untuk kasus asimptomatik yang disertai bakteri dalam urine yang menunjukkan kolonisasi

2. Infeksi Saluran Napas Bawah

(43)

a. Tindakan anastesi umum yang harus menggunakan pipa endotrakeal, pipa orofaringeal, atau pipa nasofaringeal

b. Tindakan laringoskopi atau bronkoskopi

c. Tindakan invasif yang lebih jauh seperti trakeostomi, krikotirotomi d. Pemasangan ventilator

Pada rongga mulut dan orofaring, dapat ditemukan adanya mikroba sebagai flora normal yang bersifat komensial, bukan parasitik. Pada daerah ini, terdapat sistem limponoduli yang mengelilinginya sebagai pengendali mikroba patogen. Selanjutnya untuk trakea, bronkus, dan paru merupakan organ-organ yang terjaga sterilitasnya karena adanya mekanisme pembersih oleh epitel yang bersilia, fagositosis sel polimorfonukleus dan makrofag, serta adanya lisozim dan IgA.8

Sistem pertahanan dan keseimbangan tubuh serta kondisi setempat yang tergambar diatas akan berubah jika terjadi trauma mekanik pada mukosa saluran pernapasan. Terjadilah edema dan laserasi jaringan setempat yang diserai infeksi oportunistik sehingga terjadi peristiwa peradangan yang akan menyebar ke jaringan parenkim paru, sehingga paru dapat mengalami pneumonia bakterial.8 Penyebab pneumonia bakterial antara lain Pseudomonas aeroginusa, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Streptococcus group A, flora

mulut, dan Staphylococcus aureus.25

Masa inkubasi pneumonia bakterial ini sangat singkat, yaitu satu hingga tiga hari kemudian akan muncul manifestasi klinis pasca-tindakan instrumentasi dalam bentuk demam disertai keluhan pernapasan seperti batuk dengan atau disertai dahak, sesak, dan sianosis. Setelah gejala awal, bisa timbul gejala napas cuping hidung, takipnu, dispnu, dan timbul apnu. Otot bantu interkostal dan abdominal mungkin digunakan.26

3. Bakteremia dan Septikemia

(44)

ada kecenderungan mengarah ke keadaan syok (syok septik), dengan angka kematian yang tinggi (50-90%).27

Manifestasi klinisnya berupa reaksi inflamasi sistemik, yaitu demam yang tinggi, serta nadi dan frekuensi pernapasan meningkat. Demam yang ada akan bertahan selama minimal 24 jam dengan/tanpa pemberian antipiretik. Pada anak, secara umum tampak letargi, tidak mau makan/minum, muntah, atau diare. Pada daerah kateter vena terpasang, kulit tampak merah, edema disertai nyeri, dan kadang-kadang ditemukan eksudat, dengan penyebab:8

a. Pemasangan kateter intravaskular sering kali gagal dan harus diulang misalnya karena vena yang kecil dan dalam

b. Kateter intravaskular yang terpasang digunakan beberapa hari

2.7. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial

Prinsip dasar tindakan pencegahan adalah cuci tangan secara benar, penerapan aseptic antiseptic, dan penggunaan alat pelindung pribadi dalam upaya mencegah transmisi mikroorganisme. Adapun upaya pengendalian infeksi adalah memantau dan meningkatkan perilaku petugas dalam menerapkan prosedur tindakan pencegahan universal. 28

Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial dilakukan dengan metode “memotong rantai penularan” agar invasi mikroba patogen tidak terjadi. Sasaran yang perlu diwaspadai dalam upaya ini ada tiga, yaitu:8

1. Sumber Penularan

a) Lingkungan sebagai sumber penularan

Kebersihan dan sanitasi lingkungan b) Petugas sebagai sumber penularan

Kondisi kesehatan fisik petugas

Cuci tangan setiap saat akan dan sesudah melakukan prosedur dan tindakan medis serta perawatan

c) Makanan/minuman sebagai sumber penularan

(45)

d) Peralatan medis sebagai sumber penularan

Proses disinfeksi dan sterilisasi yang baik e) Penderita lain sebagai sumber infeksi

Melakukan source isolation 2. Objek Penularan

Penderita yang berada dalam ruangan harus dilindungi dengan: a) Melakukan isolasi protektif

b) Menggunakan alat pelindung diri bagi petugas

c) Membatasi keluar-masuknya petugas dalam ruangan, sedangkan bagi keluarga/pengunjung harus ada izin khusus

3. Cara Perpindahan Mikroba Patogen

Upaya mencegah perpindahan mikroba patogen dari sumber penularan ke penderita dengan:

a) Penggunaan alat pelindung diri bagi petugas

b) Setiap melakukan prosedur dan tindakan medis harus dengan indikasi tepat, serta dikerjakan dalam keadaan benar-benar aman.

c) Membatasi tindakan-tindakan medis invasif yang berlebihan

2.8. Peranan Laboratorium Mikrobiologi dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial

Kegiatan laboratorium mikrobiologi meliputi:8

a. Identifikasi secara tepat mikroba patogen penyebab infeksi nosokomial

b. Mengerjakan tes kepekaan/tes resistensi

c. Melacak jenis mikroba patogen pencemar yang ada di setiap unit kerja/lingkungan rumah sakit

d. Pemeriksaan mikrobiologi terhadap petugas

(46)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sebagai Health care Associated Infection adalah infeksi yang didapat di rumah sakit terjadi pada

pasien yang dirawat di rumah sakit paling tidak selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan gejala infeksi saat masuk rumah sakit.1,2 Infeksi lingkungan disebabkan oleh bakteri dari benda atau bahan yang tidak bersenyawa yang berada di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah karena adanya agen penyakit berupa bakteri.3 Bakteri penyebab infeksi nosokomial didapat dari dalam tubuh penderita sendiri (endogen) maupun dari luar penderita (eksogen). Pada umumnya, bakteri eksogen didapatkan dari lingkungan rumah sakit, yaitu pada peralatan kesehatan, bahan cairan, tangan tenaga medis, udara di ruang perawatan, perabotan ruang perawatan, dan ruang perawatan inap pasien itu sendiri.4

(47)

IADP mewakili 19% (18,2% terbukti secara laboratoris dan 0,8% sepsis secara klinis). Di Indonesia, infeksi nosokomial mencapai 15,74 % jauh di atas negara maju yang berkisar 4,8-15,5%. Di rumah sakit Yogyakarta insidensi infeksi nosokomial secara umum sebesar 5,9%. Di rumah sakit DKI Jakarta tahun 2004 menunjukkan bahwa 9,8 % pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat.5 Persentase angka kejadian infeksi nosokomial di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2007 di ruang rawat inap 2,6%, angka kejadian dekubitus 0,68%, di ICU angka kejadian pneumonia 9,6%, di CVCU terdapat kejadian infeksi nosokomial phlebitis 4,48%.6

Jenis mikroorganisme yang sering berpotensi terjadinya infeksi nosokomial yaitu: Proteus sp., Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Candida albicans, dan Pseudomonas aeruginosa.Berdasarkan penelitian didapatkan

persentase Staphylococcus aureus, Staphylococci koagulase negatif, Enterococci (34%), Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter sp., Klebsiella pneumonia (32%), Clostridium difficile (17%), fungi (kebanyakan Candida

albicans) (10%), dan bakteri gram negatif lain (Acinetobacter sp., Citrobacter sp.,

Haemophilus sp.) (7%).7

Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat disimpulkan infeksi nosokomial menjadi masalah yang sering ditemukan di rumah sakit karena pengaruh lingkungan sekitar yang terkontaminasi. Maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang gambaran mikroorganisme yang ditemukan pada penderita infeksi nosokomial di ICU RSUP H. Adam Malik Medan.

2.1. Rumusan Masalah

(48)

3.1. Tujuan Penelitian 3.1.1. Tujuan Umum

1. Mendapatkan gambaran mikroorganisme yang ditemukan pada penderita infeksi nosokomial di ICU RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014 - 2016.

3.1.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial 2. Mengetahui jenis infeksi nosokomial

3. Mengetahui spesimen infeksi nosokomial

4. Mengetahui klasifikasi mikroorganisme berdasarkan pewarnaan Gram

4.1. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

a. Memberi informasi tentang mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial di ICU RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Manfaat Pelayanan

a. Memberi informasi pada RSUP H. Adam Malik Medan tentang persentase angka kejadian infeksi nosokomial dan mendorong agar dilakukan pencegahan infeksi nosokomial guna menurunkan angka kejadian.

3. Manfaat Penelitian Selanjutnya

(49)

ABSTRAK

Pendahuluan: Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit yang terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit paling tidak selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan gejala infeksi saat masuk rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mikroorganisme pada penderita infeksi nosokomial yang ditemukan di ICU RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014 – 2016.

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan metode cross sectional study. Pengambilan data dilakukan dengan observasi data PPI pasien infeksi nosokomial. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2016 – September 2016 dengan sampel penelitian diambil dengan cara consecutive sampling.

Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh angka kejadian infeksi nosokomial sebanyak 58 kasus. Mikroorganisme yang paling sering dijumpai adalah Acinetobacter baumannii dengan jumlah 13 orang (22,4%). Dari semua mikroorganisme, klasifikasi pewarnaan Gram yang paling banyak ditemukan adalah mikroorganisme gram negatif dengan jumlah 52 mikroorganisme (81,3%). Jenis infeksi nosokomial yang paling banyak ditemukan adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan jumlah 30 kasus (51,7%). Asal spesimen yang paling banyak digunakan adalah urine dengan jumlah 30 spesimen (51,7%).

Kesimpulan: Dari penelitian ini disimpulkan mikroorganisme yang paling banyak ditemukan adalah Acinetobacter baumannii dan bakteri gram negatif. Jenis infeksi nosokomial terbanyak adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan asal spesimen urine.

(50)

ABSTRACT

Introduction: Nosocomial infections are infections acquired in the hospital for at

least 72 hours and the patient showed no symptoms of infection while coming to the hospital. This research was conducted to describe the microorganisms found on nosocomial infections’s patients in ICU RSUP H. Adam Malik in 2014 – 2016.

Methods: This research is a descriptive observational in cross sectional design.

The datas were obtained from the PPI data using consecutive samping method; held from Juli to September 2016.

Results: The result describes the incidence of nosocomial infection is 58 cases.

The most frequently encountered microorganism is Acinetobacter baumannii (22,4%). From all the microorganisms, the most founded Gram stain classification is gram-negative microorganism (81,3%). The most common nosocomial infections type is Urinary Tract Infection (UTI) with (51,7%). The most common specimen is urine (51,7%).

Conclusion: Overall, the most frequently encountered microorganism is

Acinetobacter baumannii and gram-negative microorganism. The most common type is Urinary Tract Infection (UTI) with urine specimen.

(51)

SKRIPSI

GAMBARAN MIKROORGANISME PADA PENDERITA INFEKSI NOSOKOMIAL DI ICU RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PADA TAHUN 2014 – 2016

Oleh :

CLARISSA NADIA GULTOM

130100143

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(52)

SKRIPSI

GAMBARAN MIKROORGANISME PADA PENDERITA INFEKSI NOSOKOMIAL DI ICU RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PADA TAHUN 2014 – 2016

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh:

CLARISSA NADIA GULTOM

130100143

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(53)
(54)

ABSTRAK

Pendahuluan: Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit yang terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit paling tidak selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan gejala infeksi saat masuk rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mikroorganisme pada penderita infeksi nosokomial yang ditemukan di ICU RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014 – 2016.

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan metode cross sectional study. Pengambilan data dilakukan dengan observasi data PPI pasien infeksi nosokomial. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2016 – September 2016 dengan sampel penelitian diambil dengan cara consecutive sampling.

Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh angka kejadian infeksi nosokomial sebanyak 58 kasus. Mikroorganisme yang paling sering dijumpai adalah Acinetobacter baumannii dengan jumlah 13 orang (22,4%). Dari semua mikroorganisme, klasifikasi pewarnaan Gram yang paling banyak ditemukan adalah mikroorganisme gram negatif dengan jumlah 52 mikroorganisme (81,3%). Jenis infeksi nosokomial yang paling banyak ditemukan adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan jumlah 30 kasus (51,7%). Asal spesimen yang paling banyak digunakan adalah urine dengan jumlah 30 spesimen (51,7%).

Kesimpulan: Dari penelitian ini disimpulkan mikroorganisme yang paling banyak ditemukan adalah Acinetobacter baumannii dan bakteri gram negatif. Jenis infeksi nosokomial terbanyak adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan asal spesimen urine.

(55)

ABSTRACT

Introduction: Nosocomial infections are infections acquired in the hospital for at

least 72 hours and the patient showed no symptoms of infection while coming to the hospital. This research was conducted to describe the microorganisms found on nosocomial infections’s patients in ICU RSUP H. Adam Malik in 2014 – 2016.

Methods: This research is a descriptive observational in cross sectional design.

The datas were obtained from the PPI data using consecutive samping method; held from Juli to September 2016.

Results: The result describes the incidence of nosocomial infection is 58 cases.

The most frequently encountered microorganism is Acinetobacter baumannii (22,4%). From all the microorganisms, the most founded Gram stain classification is gram-negative microorganism (81,3%). The most common nosocomial infections type is Urinary Tract Infection (UTI) with (51,7%). The most common specimen is urine (51,7%).

Conclusion: Overall, the most frequently encountered microorganism is

Acinetobacter baumannii and gram-negative microorganism. The most common type is Urinary Tract Infection (UTI) with urine specimen.

(56)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Gambaran Mikroorganisme Pada Penderita Infeksi Nosokomial di ICU RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2014 – 2016”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini saya banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. DR. Dr. Aldy Syafruddin Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Tetty Aman Nst, M.Med, Sc, sebagai Dosen Pembimbing 1 dan dr. Hasanul Arifin, Sp. An, KAP, KIC, sebagai Dosen Pembimbing 2 saya yang telah banyak memberi arahan dan masukan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Dra. Merina Panggabean, M.Med, Sc dan dr. Adelina Haryani Sinambela, MKT, sebagai Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Managemen dan staf RSUP H. Adam Malik Medan terutama komisi PPI yang telah membantu menyediakan data untuk penelitian ini.

5. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan doa, moral dan materil, teruntuk yang tercinta Ayahanda Parasian Hamonangan Gultom dan Ibunda Rina Dewi Arryani.

(57)

Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saya mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun, demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2016

(58)

DAFTAR ISI

2.2. Cara Penyebaran dan Sifat Penyakit Infeksi ... 5

2.2.1. Cara Penyebaran Infeksi ... 5

2.2.2. Sifat - Sifat Penyakit Infeksi ... 6

2.3. Faktor Penyebab Infeksi Nosokomial ... 8

2.3.1. Faktor Risiko... 8

2.4. Mikroba Patogen dan Spesimen... 9

2.5. Persentase Infeksi Nosokomial... 13

2.6. Diagnosis Infeksi Nosokomial... 14

2.7. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial... 16

2.8. Peranan Laboratorium Mikrobiologi Dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial... 17

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Teori………... 18

3.3. Kerangka Konsep………... 19

(59)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian ... 24

5.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 24

5.1.2. Deskripsi Data Penelitian ... 24

5.1.2.1. Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial ... 24

5.1.2.2. Jenis Infeksi Nosokomial ... 26

5.1.2.3. Asal Spesimen Asal Spesimen ... 26

5.1.2.4. Hubungan Mikroorganisme dengan Klasifikasi Berdasarkan Gram Stain ... 27

5.1.2.5. Distribusi Frekuensi Mikroorganisme dengan Jenis Infeksi Nosokomial ... 28

5.1.2.6. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Mikroorganisme dengan Asal Spesimen ... 29

5.2. Pembahasan ... 29

5.2.1. Distribusi Data Penelitian ... 29

5.2.1.1. Distribusi Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial .... 29

5.2.1.2. Distribusi Klasifikasi Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial ... 30

5.2.1.3. Distribusi Jenis Infeksi Nosokomial ... 31

5.1.2.4. Distribusi Asal Spesimen Infeksi Nosokomial ... 31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 33

6.2. Saran ... 33

(60)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Jenis Spesimen dengan Biakan Positif dari Penderita dengan

Dugaan Infeksi Nosokomial... 13

Tabel 2.2 Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial ... 14

Tabel 2.3 Persentase Asal Infeksi Nosokomial ... 14

Tabel 5.1 Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial ... 27

Tabel 5.2 Jenis Infeksi Nosokomial ... 28

Tabel 5.3 Asal Spesimen Infeksi Nosokomial ... 28

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Mikroorganisme dengan Klasifikasi Berdasarkan Pewarnaan Gram ... 29

Tabel 5.5 Distrubusi Frekuensi Mikroorganisme dengan Jenis Infeksi Nosokomial... 30

(61)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup 37

Lampiran 2 Lampiran 3

Persetujuan Komite Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Izin Studi Pendahuluan

39 40

Lampiran 4 Data Induk 41

(62)

DAFTAR SINGKATAN

CVCU IADP

Cardiovascular Care Unit Infeksi Aliran Darah Primer ICU Intensive Care Unit

IDO Infeksi Daerah Operasi ISK Infeksi Saluran Kemih

Gambar

Tabel  5. 1 Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial
Tabel 5. 2 Jenis Infeksi Nosokomial
Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Mikroorganisme dengan Klasifikasi
Tabel 5. 5 Distribusi Frekuensi Mikroorganisme dengan Jenis Infeksi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diperoleh pada prestasi kerja karyawan (variabel Y), skor sangat tinggi 1 orang dengan persentase 2,5%, jawaban responden untuk kategori tinggi 5 orang

Menentukan aspek yang memiliki dampak signifikan terhadap

Riset Sumber Daya Manusia Cara Praktis Mendeteksi Dimensi- Dimensi Kerja Karyawan.. Jakarta: PT Gramedia

Menganalisis peta (RBI) merupakan tingkatan tersulit dalam menggunakan peta, karena kegiatan itu biasanya memerlukan informasi lain yang ada di luar peta. Jadi

Ekstrak Teh (Camellia Sinensis) Hijau Memperbaiki Profil Lipid Lebih Baik Daripada Ekstrak Teh (Camellia Sinensis) Putih Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Jantan

Calls upon all parties to fully cooperate with the independent international commission of inquiry put in place by the Human Rights Council on 25 March 2011 to investigate the facts

Untuk mengaktualisasikan nilai-nilai multikultural menjadi praktik dalam kehidupan masyarakat, maka diperlukan suatu upaya pengkondisian yang mengarah pada situasi

Hasil titer antibodi pada perlakuan C yaitu vaksin dengan penambahan gliserol 0,25% dan perlakuan E yaitu vaksin dengan penambahan gliserol 0,75% meningkat tinggi