Lampiran 1
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Jenis Suntik
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik”. Penelitian ini
merupakan salah satu kegiatan tugas akhir dalam menyelesaikan Strata 1 di
Fakultas Keperawan Universitas Sumatera Utara.
Untuk keperluan tersebut saya meminta kesediaan Ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon untuk mengisi kuesioner dengan
jujur apa adanya. Kuesioner yang akan Ibu isi terdiri dari 15 pernyataan.
Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Ibu bebas
mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi dan
semua informasi yang Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan
untuk keperluan penelitian. Apabila bersedia, silahkan menanda tangani lembar
persetujuan ini sebagai bukti kesediaan Ibu menjadi responden dalam penelitian
ini.
Atas partisipasi Ibu, saya ucapkan terima kasih.
No. Responden : Tanggal :
Lampiran 2
No. Responden :
Tanggal :
A. Kuesioner Data Demografi Responden
Petunjuk Pengisian :
Dibawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas responden
penelitian. Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai keadaan Ibu yang sebenarnya,
dengan memberi tanda checklist (√) padakotak yang telah disediakan.
1. Usia : Tahun
2. Pendidikan
( ) SD
( ) SMP
( ) SMA
4. Suku
( ) Batak
( ) Melayu
( ) Jawa
( ) Lainnya,
Sebutkan :
5. Pekerjaan
( ) Ibu rumah tangga
( ) Pegawai Negeri Sipil
( ) Wiraswasta
( ) Tani/Buruh
6. Penghasilan
( ) Dibawah UMR Rp.1.653.000,-/bulan
( ) Diatas UMRRp.1.653.000,-/bulan
B. Kuesioner Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik
Petunjuk Pengisian :
Seluruh pernyataan dibawah ini berkaitan dengan hal-hal yang melatarbelakangi Ibu dalam memilih Jenis KB suntik. Pilih jawaban yang menurut Ibu paling sesuai, kemudian berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan jawaban anda.
1. Sikap
No Pernyataan Ya Tidak
1 Informasi yang saya dapat tentang KB suntik dari
petugas kesehatan dan masyarakat membuat saya
tertarik untuk memakai alat KB suntik
2 Saya merasa cocok memakai KB suntik karena
penggunaanya sederhana, bebas lupa, praktis dan
aman
3 Kontrasepsi suntik tidakdapat mengatasi masalah
kesuburan saya untuk tidak hamil
4 Saya yakin jenis kontrasepsi suntik yang paling cocok
untuk saya karena memiliki efek samping yang
6 Pembelian KB suntik membuat keluarga saya menjadi
miskin
7 Biaya yang saya keluarkan untuk mendapatkan KB
suntik tergolong murah
8 KB suntik mengeluarkan biaya yang cukup kecil
dibandingkan dengan metode KB yang lain
9 KB suntik sangat sulit didapatkan dilingkungan saya,
saya harus pergi kekota untuk memperolehnya
10 Selain biaya murah, KB suntik juga mudah didapat
seperti di puskesmas, klinik bersalin, praktek Bidan,
Bidan desa, dll.
11 Saya memakai KB suntik saat ini karena merasa perlu
untuk membatasi kelahiran agar dapat mencurahkan
perhatian lebih untuk suami, anak dan diri saya
sendiri
12 Saya memilih KB suntik karena orang-orang disekitar
saya juga memilih KB suntik
13 Saya memakai KB suntik karena sudah mendapat
dukungan dari keluarga seperti suami, dan orang tua
saya
14 Saya berfikir bahwa KB suntik tidak dapat dipakai
untuk semua suku
15 Norma Keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS)
merupakan kebudayaan Indonesia, sehingga saya
Master Tabel
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti
No U P A S PK PG JA Sikap Total Kode
1 2 2 1 1 3 4 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 8 Positif
2 3 4 1 2 1 1 2 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 9 Positif
3 2 1 1 1 3 4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 Positif
4 3 2 1 2 3 4 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 11 Positif
5 2 4 1 2 1 2 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 7 Negatif
6 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 10 Positif
7 2 1 1 2 3 4 3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 12 Positif
8 1 3 1 2 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 Positif
9 2 2 1 2 1 3 3 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 10 Positif
10 2 1 1 2 3 4 2 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Positif
11 2 2 1 1 2 3 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 9 Positif
12 2 3 1 2 1 2 2 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 7 Negatif
13 1 2 1 2 1 2 3 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12 Positif
14 2 2 2 2 3 4 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 12 Positif
15 2 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 Positif
21 2 1 1 2 3 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 11 Positif
22 3 3 1 1 1 3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 7 Negatif
23 2 2 1 2 1 3 3 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 9 Positif
24 2 2 2 2 1 3 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 9 Positif
25 2 2 1 2 2 4 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Positif
26 2 2 1 2 1 2 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 12 Positif
27 2 4 1 2 3 4 2 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11 Positif
28 2 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 10 Positif
29 2 1 1 1 2 4 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 10 Positif
30 2 2 1 1 1 3 3 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 10 Positif
31 3 2 1 1 1 3 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 8 Positif
32 2 2 1 2 1 3 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 10 Positif
33 2 4 1 2 1 2 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 10 Positif
34 3 2 1 1 1 3 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 11 Positif
35 2 2 1 2 1 3 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 7 Nenatif
36 2 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 13 Positif
37 2 2 1 1 1 3 2 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10 Positif
38 2 1 1 1 2 4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 10 Positif
39 2 2 1 2 1 3 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 7 Negatif
40 2 2 1 1 1 3 2 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 10 Positif
41 2 1 1 2 1 4 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 7 Negatif
DAFTAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI
Nama : Ahmad Junaidi
NIM : 141121062
DosenPembimbing : Nur AfiDarti, S.Kp, M.Kep
Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian
Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas
Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan
No Tanggal Materi Bimbingan Keterangan
Tanda
Konsultasi bab 5 dan
bab 6
Perbaiki bab 5 dan
bab 6 beserta
kesimpulan.
4. 2 Februari
2016
Konsultasi Bab 5dan
Bab 6 dan Abstrak.
Perbaiki abstrak,
penulisan abstrak
menyangkut latar
belakang, teori, isi,
hasil dan
rekomendasi
5. 5 Februari
2016
Konsultasi
Keseluruhan bab 1 – 6
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Exclude
d(a) 0 .0
Total 20 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha
N of Items
Suku
Frequency Percent Valid Percent
Total
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 7 6 14,3 14,3 14,3
8 2 4,8 4,8 19,0
9 5 11,9 11,9 31,0
10 11 26,2 26,2 57,1
11 6 14,3 14,3 71,4
12 7 16,7 16,7 88,1
13 4 9,5 9,5 97,6
14 1 2,4 2,4 100,0
Total 42 100,0 100,0
Koding
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Negatif 6 14,3 14,3 14,3
Positif 36 85,7 85,7 100,0
TAKSASI DANA PENELITIAN
Anggaran dana yang dikeluarkan untuk proposal dan juga penelitian
diperkirakan sebagai berikut:
No. PENGELUARAN JUMLAH
1. Penyusunan proposal penelitian: literature + internet Rp.
450.000,-
+ pengetikan + penggandaan + jilid (4 eksampler).
2. Izin Survey Awal dan Penelitian Rp.
150.000,-
3. Pengumpulan data: transportasi + foto copy Rp.
500.000,-
(Kuesioner dan Informed Consent).
4. Penyusunan laporan hasil penelitian: pengetikan + Rp.
300.000,-
Penggandaan + jilid (4 eksampler).
5. Biaya tak terduga. Rp.
1.000.000,-
6. Beli Labtop Rp.
3.700.000,-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Ahmad Junaidi Nasution
Tempat,tanggal lahir : Huraba, 20 Juni 1984
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Desa Huraba Kec. Siabu Kab. Mandailing Natal
Kewarganegaraan : Indonesia
Telepon : 0813 9674 9874
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1992 - 1997 : SD Negeri 142552 Huraba Kec. Siabu Kab. Mandailing Natal
Tahun 1997 - 2000 : SMP Negeri 1 Sumpur Kudus Kab. Sawahlunto/Sijunjung
Tahun 2000 - 2003 : SMU Negeri 5 Sijunjung Kab. Sijunjung -
Tahun 2004 - 2007 : AKPER PEMKAB Labuhanbatu
Tahun 2014-sekarang : Mengikuti Tugas Belajar S1 Keperawatan di Fakultas Keperawatan USU
53
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Sukawati. (2014), Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana dalam Tanya Jawab, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Aswar, S (2005). Sikap Manusia Teori Pengukurannya,Edisi Kedua, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Aldriana, Nana. (2013), Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian Kontrasepsi di Puskesmas Rambah Samo I. Jurnal
Arikunto, Suharsimin. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Arum dan Sujiyatini (2011). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Nuha Medica. Yogyakarta.
BKKBN. (2008). Kontrasepsi Pasca Persalinan, Jakarta
BKKBN. (2009). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta : Tridasa Printer
BKKBN. (2010). Pedoman Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB Nasional di Kecamatan dan Klinik KB. Jakarta.
BKKBN. (2011). Badan Pelayanan kontrasepsi & Pengendalian Lapangan Program KB Nasional. Jakarta.
BKKBN. (2012). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta
BKKBN. (2013). Kebijakan Program Pokok dan Kegiatan Bidang Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta.
BKKBN. (2014). Masalah kependudukan dan keluarga berencana, Jakarta : Kementerian Kesehatan
Baziad, A (2002). Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo
54
Handayani, Sri (2010) Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana, Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Herlinda. R. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi Akseptor KB tidak memilih Implant sebagai alat kontrasepsi dipuskesmas Melur Pekanbaru. Skripsi Universitas Andalas. Padang
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Jakarta : Salemba Medika
Irianto, Koes (2013). Teknik Kontrasepsi, Jakarta : CV. Alfabeta
Simamora. JY. (2014). Faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilihan metode kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS) dikelurahan Losung Selatan Kec. Padangsidempuan Selatan. Skripsi. USU. Medan
Manuaba, (2001). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta.
Mardiantari, Dwi (2011). Hubungan anatara tingkat pengetahuan ibu tentang KB suntik dengan sikap dalam memilih KB suntik di desa basole, kecamatan bayan kabupaten purworejo. Skripsi. UI
Menasari (2010). Analisis Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Mulyani, Nina Siti (2013), Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi, Yogyakarta : Nuha Medika.
Nirdayani (2008), Gambaran Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingginya
pemakaian Kontrasepsi suntik di klinik bersalin Mariani Medan. Skripsi. USU
Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta
55
Nursalam (2003). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :Pendekatan Praktis. Jakarta : Salemba Medika
Aidah, Nur (2001). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi MKET dan non MKET Pada Akseptor KB di Kelurahan Pasir Putih Dan Bunja Timur Kecamatan Muara Bunja Kabupaten Bungo Jambi. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Pinem, Saroha. (2009), Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta : CV. Trans Info Media
Prawirohardjo, Sarwono (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta
Purwostuti, Endang. (2015), Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Rauf, Sri KD. (2014), Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Penggunaan
Kontrasepsi suntik Pada akseptor KB di Puskesmas Bungoro Kabupaten Pangkep. Jurnal
Rofiq, Aunur (2014), Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan, Jakarta : Republika.
Saifuddin, Abdul Basri.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Sarwono, S. (2005). Sosiologi kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya.Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Sembiring, Aritha. (2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi pada ibu post partum di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Sundari. Medan
Siswosudarmo, dkk (2001). Teknologi Kontrasepsi. Jakarta
Sunaryo. (2013). Sosiologi Untuk Keperawatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Tambak. FD. (2013). Analis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada PUS diwilayah Puskesmas Pancurbatu.Skripsi. USU. Medan
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual
Hasil tinjauan kepustakaan yang telah diuraikan serta masalah penelitian
yang telah dirumuskan, perlu dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian.
Menurut Notoatmojo, 2010 kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan
visualisasi konsep-konsep serta variabel-variabel yang akan diukur (diteliti).
Kerangka konsep ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik
diwilyah kerja Puskesmas Aek Goti. Berikut ini adalah kerangka konsep yang
digunakan dalam penelitian ini :
Faktor-faktor yang
mempengaruhi :
Sikap
Pendidikan
Ekonomi
Umur
Sosial budaya
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya
pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti
Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
4.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang masih memakai
kontrasepsi suntikan diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten
Labuhanbatu Selatan, dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan 5 Juni 2015
diketahui jumlah ibu yang memakai KB suntik sebanyak210 orang selama 6 bulan
terakhir tahun 2015.
Sampel adalah merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Menurut Arikunto (2010),
apabila sampling lebih besar dari 100 orang dapat diambil sampel sebanyak 10-
15% atau 20-25%. Peneliti mengambil sampel 20 % dari jumlah populasi,
sehingga didapat 42 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
Simple Random Sampling (acak sederhana). Random Sampling hanya boleh
31
berarti setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang masih memakai
alat kontrasepsi suntik di wilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten
Labuhanbatu Selatan, bersedia menjadi responden penelitian, dapat membaca dan
menulis dalam bahasa Indonesia.
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten
Labuhanbatu Selatan pada tanggal 2 s/d 14 november 2015. Adapun
pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah karena diwilayah kerja Puskesmas Aek
Goti ini mayoritas ibu memakai alat kontrasepsi suntik dan diwilayah tersebut
berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti belum pernah dilakukan
penelitian sebelumnya yang menyangkut tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik.
4.4 Pertimbangan Etik
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
32
memperhatikan prinsip-prinsip dan pertimbangan etik yaitu responden
mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak,
tanpa ada sangsi, dan tidak adamenimbulkan penderitaan bagi responden.
Peneliti juga memberi penjelasan dan informasi secara lengkap dan terperinci
serta tanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada responden. Responden
juga harus diperlakukan secara baik sebelum, selama, dan sesudah penelitian.
Responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk menjadi responden.
Selain itu ada prinsip-prinsip etik yang meliputi : Informed consent yaitu lembar
persetujuan yang diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi
kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek
menolak maka peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak
subjek. Anonymity kerahasiaan calon responden merupakan hal utama yang
dijamin kerahasiaannya dengan tidak menuliskan nama. Confidentiality yaitu
kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Nursalam, 2003).
4.5. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan informasi dari responden, peneliti menggunakan alat
pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan
berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 2
bagian yaitu karakteristik responden dan kuesioner faktor-faktor yang
33
Kuesioner tentang karakteristik responden meliputi: usia, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku, penghasilan dan jumlah anak yang diinginkan. Kuesioner
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi
suntik terdiri dari faktor sikap (pernyataan no. 1-15). Bentuk pernyataan dengan
jawaban ya dan tidak (dikotomi), apabila responden menjawab (Ya) = 1 dan jika
responden menjawab (Tidak) = 0 (Nursalam, 2003). Untuk pernyataan positif
terdapat pada nomor 1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, dan pernyataan negatif
terdapat pada nomor 3, 6, 9, 14.
Pengembangan kuesioner dikembangkan dalam bentuk pernyataan.
Pernyataan tersebutlah yang diberikan kepada responden. Skala pengukuran yang
digunakan adalah Nominal.
4.6 Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010). Uji validitas instrument
bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk mengukur apa yang
diukur (Notoatmojo, 2010).
Kuesioner ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (content validity
index) yang dilakukan oleh dosen ahli dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan
34
tersebut menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli
tersebut juga menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup
melalui item pernyataan dalam tes. Pernyataan yang tidak valid langsung diganti
oleh peneliti berdasarkan saran dari penguji validitas (Nursalam, 2003). Nilai
Content Validity Index (CVI) adalah 0.095, nilai ini dinyatakan sudah valid oleh
ahli maka dilanjutkan uji Reliabilitas.
4.7 Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas (keandalan) adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalakan (Notoatmodjo, 2010). Hasil
pengukuran yang relatif sama menunjukan bahwa ada toleransi terhadap
perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut.
Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran
tidak dapat dipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliabel. Data tersebut diolah
dengan menggunakan program komputerisasi. Kuesioner ini diuji reliabilitasnya
dengan menggunakan Cronbach Alfa kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika
memiliki nilai α minimal 0,7. (Arikunto, 2006).
Uji reliabilitas telah dilakukan pada 20 orang responden di Puskesmas
Ulumahuam dengan karakteristik yang sama dengan responden di Puskesmas Aek
Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang memperoleh hasil reliabilitas yaitu
nilai α 0,74. Jadi kuesioner yang digunakan peneliti dalam penelitian ini sudah dinyatakan reliabel.
35
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan
izin melakukan survey awal untuk melihat karakteristik klien (populasi) yang
dijadikan sampel penelitian, melakukan perhitungan untuk menentukan jumlah
klien yang akan dijadikan sampel dengan menggunakan metode Simple Random
Sampling, mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi
pendidikan (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara), mengirimkan permohonan izin pengambilan data yang diperoleh
dari fakultas ke tempat penelitian (Puskesmas Aek Goti).
Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas Aek Goti, peneliti
melaksanakan pengumpulan data penelitian, menjelaskan pada calon responden
tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner. Calon responden yang
bersedia kemudian diminta untuk menandatangani informed consent (surat
persetujuan). Setelah itu peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan
kuesioner terhadap responden dan responden diberi kesempatan untuk bertanya
pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selanjutnya, data yang
diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa.
4.9 Analisa Data 4.9.1 Pengolahan Data
36
Editing adalah kegiatan melakukan pemeriksaan kembali kuesioner yang
telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban
dan tulisan.
b. Coding
Coding adalah proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang
berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah
memberikan kode untuk jawaban yang diberikan responden penelitian.
c. Processing
Processing yaitu memasukkan data ke dalam komputer untuk diproses.
d. Cleaning
Cleaning yaitu melakukan pembersihan dan pengecekan kembali data yang
telah dimasukkan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui apakah ada
kesalahan ketika memasukkan data.
e. Komputerisasi
Komputerisasi digunakan untuk mengolah data dengan komputer.
4.9.2 Teknik Analisa Data
Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan
gambaran faktor-faktor yang memepengaruhi tingginya pemakaian alat
kontrasepsi suntik. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
statistic univariat atau statisktik deskriptif yaitu metode statistik yang digunakan
37
mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik. Data demografi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Selanjutnya
dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori kepustakaan yang
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja
Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang diperoleh melalui
proses pengumpulan data yang dilakukan sejak tanggal 1 s/d 5 Juni 2015 di
wilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan
jumlah responden sebanyak 42 orang. Penyajian hasil analisa data dalam
penelitian ini meliputi data karakteristik responden dan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik.
5.1.1 Karakteristik Responden
Dari 42 ibu yang berada diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti, yang menjadi
responden penelitian, maka didapatkan data demografi (tabel. 2) dengan
menunjukkan mayoritas responden berada pada rentang umur 20-35 tahun
sebanyak 34 orang (81%), pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas sebanyak
26 orang (61,9%), agama Islam sebanyak 40 orang (95,2%), suku Jawa sebanyak
30 orang (71,4%), pekerjaan Ibu Rumah Tangga sebanyak 28 orang (66,7%),
penghasilan perbulan dibawah UMR Rp.1.653.000 sebanyak 28 orang (74,8%),
38
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Ibu yang Memakai Kontrasepsi Suntik diwilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu
Selatan Bulan November 2015 (n=42)
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
39
5.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik diwilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat
kontrasepsi suntik meliputi sikap, pendidikan, ekonomi, umur dan sosial budaya.
Tabel 3.1 Faktor Sikap
No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)
Frekuensi Persentase
Pada tabel 3.1 diatas menunjukkan mayoritas responden mempunyai sikap
positif 36 orang (85.7%) dan negatif sebanya 6 orang (14.3%).
Tabel 3.2 Faktor Pendidikan
No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)
40
Pada tabel 3.2 diatas menunjukkan mayoritas pendidikan responden adalah
sedang SMA sebanyak 26 orang (61.9%) dan rendah Sarjana sebanyak 8 orang
(19%).
Tabel 3.3 Faktor Ekonomi
No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)
Frekuensi Persentase
Pada tabel 3.3 diatas menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat
penghasilan dibawah UMR Rp. 1.653.000,- sebanyak 28 orang (74.8%) dan diatas
UMR Rp.1.653.000,- sebanyak 14 orang (25.2%).
Tabel 3.4 Faktor Umur
No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)
Frekuensi Persentase
41
Tabel 3.5 Faktor Sosial Budaya
No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)
Frekuensi Persentase
Dari data tabel 3.5 diatas dapat dilihat mayoritas responden memiliki suku
Jawa sebanyak 30 orang (71%) dan suku Batak sebanyak 12 orang (29%).
5.2 Pembahasan
Dalam pembahasan ini, peneliti mencoba menjawab rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tingginya
pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti
Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan menggunakan komputer dengan bantuan
program SPSS.
1. Faktor Sikap
Faktor pertama yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi
suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan
adalah faktor sikap. Dari penelitian mayoritas akseptor mempunyai sikap positif
mendukung yaitu (76.2%), sehingga akseptor lebih mudah memilih atau
menggunakan jenis kontrasepsi suntik. Semakin tinggi sikap mendukung akan
semakin mudah menerima program Keluarga Berencana (KB). Menurut
42
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup.
Azwar (2005) menegaskan sikap juga dikatakan sebagai bentuk evaluasi
atau reaksi perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan
tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. Dan
merupakan kesiapan untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah faktor predisposisi
yang terwujud dalam sikap dimana sikap seseorang sangat berpengaruh terhadap
tindakan yang akan dilaksanakannya (Notoatmodjo, 2003). Maka semakin tinggi
sikap mendukungmaka semakin tinggi minat serta tindakan akseptor untuk mau
menggunakan KB suntik.
Dan hal ini sejalan dengan penelitian Mardiantari (2011) didapatkan
hubungan yang bermakna antara sikap positif dengan pemilihan jenis kontrasepsi.
Hasil yang sama juga dilaporkan dari penelitian Kusniah (2005) bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara sikap mendukung akseptor KB dengan
pemilihan jenis kontrasepsi suntik.
43
2. Faktor Pendidikan
Faktor kedua yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi
suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan
adalah faktor pendidikan, dari data karekteristik responden mayoritas jenjang
pendidikan akseptor adalah SMA (70%), sehingga akseptor lebih kritis dalam
memilih jenis kontrasepsi yang akan dipakai. Semakin tinggi tingkat pendidikan
akseptor akan semakin mudah berperan dalam mensukseskan program keluarga
berencana (KB), sehingga perempuan mempunyai andil dalam mengatur dan
mengendalikan angka kelahiran, karena tingkat pendidikan seseorang secara tidak
langsung dapat mengubah pandangan anggota keluarga yang ideal serta
kesanggupan menanggung biaya untuk keluarga (BKKBN, 2013).
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi
akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan dengan mereka yang
berpendidikan rendah. Keadaan ini juga terjadi pada program keluarga berencana,
masyarakat yang berpendidikan rendah relative lebih banyak memberikan respon
emosi, karena dianggap dapat mengubah apa yang mereka lakukan pada masa
lalu. Sedangkan mereka yang berpendidikan tinggi akan berfikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin mereka peroleh dari program KB, karena program KB
ini bertujuan untuk membantu masyarakat menuju tingkat kesejahteraan yang
44
Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita akan semakin mudah berperan
serta dalam menyukseskan program keluarga berencana (KB), sehingga wanita
mempunyai andil dalam mengatur dan mengendalikan angka kelahiran karena
tingkat pendidikan seseorang secara tidak langsung dapat mengubah pandangan
mengenai jumlah anggota keluarga yang ideal serta kesanggupan menanggung
biaya untuk keluarga (Notoatmojdo, 2007).Hal ini bertentangan dengan hasil
penelitia Sembiring (2003) yang menyatakan faktor pendidikan cenderung kurang
berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi.
Dan hal ini sejalan dengan penelitian Aidah (2003) didapatkan hubungan
yang bermakna antara faktor tingkat pendidikan dengan pemilihan jenis
kontrasepsi. Hasil yang sama juga dilaporkan dari penelitian Menasari (2010)
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan akseptor KB
melalui tingkat pendidikan dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik dengan hasil
uji p< α=0,05.
Dari hasil penelitian ini, peneliti berasumsibahwa tingkat pendidikan
seseorang mempengaruhi minat ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi suntik
karena akseptor yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah mengerti akan
manfaat dan efek samping yang ditimbulkan dari jenis kontrasepsi yang dipakai.
45
keluarga, penghasilan yang tinggi dan teratur membawa dampak positif bagi
keluarga karena keseluruhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan transportasi
serta kesehatan dapat terpenuhi. Namun tidak demikian dengan keluarga yang
pendapatannya rendah akan mengakibatkan keluarga mengalami kerawanan
dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya yang salah satunya adalah pemeliharaan
kesehatan (Rofiq, 2014).
Faktor ketiga yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi
suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan
adalah faktor ekonomi. Hasil penelitian dari faktor ekonomi melalui jawaban
responden tentang sikap memberikan gambaran kesesuaian antara pekerjaan dan
pengahasilan dengan pandangan responden terhadap nilai ekonomis pemakaian
jenis KB suntik. Dari data karakteristik diketahui pekerjaan dan penghasilan
responden bervariasi. Pekerjaan mayoritas adalah ibu rumah tangga (66,7%) dan
penghasilan terbanyak adalah dibawah UMR Rp.1.653.000 (74,8%), dan dapat
disimpulkan bahwa akseptor lebih tertarik memilih jenis kontrasepsi yang
membutuhkan biaya murah.
Tingkat ekonomi akseptor akan mempengaruhi terhadap pemilihan jenis
kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi
akseptor harus menyiapkan dana yang diperlukan. Harga KB suntik diwilayah
Kecamatan Silangkitang berkisar antara Rp.30.000-Rp.35.000. Dengan harga
yang relatif murah, untuk kalangan berpenghasilan menengah kebawah tentunya
akan tertarik untuk memilih dan memakai jenis KB suntik ini. Dan untuk
46
menyatakan bahwa sebahagian status ekonomi masyarakat masih rendah,
membuat mereka lebih menyukai pengobatan yang tidak membutuhkan biaya
yang terlalu tinggi.
Hal yang sama dilaporkan dari hasil penelitian Simamora (2014), bahwa
tingkat pengahasilan sangat mempengaruhi dalam pemilihan jenis kontrasepsi
yang akan digunakan. Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian
Herlinda (2008) bahwa pendapatan keluarga sangat mempengaruhi responden
untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi yang membutuhkan biaya banyak.
Penelitian berasumsi bahwa kontrasepsi suntik dipilih oleh akseptor karena
harganya terjangkau dibanding dengan alat kontrasepsi lainnya, seperti AKDR,
Implant, dan metode operatif. Karena dengan hanya mengeluarkan uang 30 ribu
saja akseptor sudah bisa memperoleh dan berkontrasepsi suntik untuk tiga bulan
kedepan.
4. Faktor Umur
Faktor keempat yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi
suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan
adalah faktor umur, dari data karakteristik responden, mayoritas akseptor ber
umur 20-35 tahun 34 orang (81,0%) dengan kategori tidak beresiko. Berdasarkan
47
Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan
hidup, nyawa (KBBI Modern, 2004). Umur merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam kehidupan seorang wanita karena ada hubungannya dengan
kehamilan dan kelahiran. Pada umur <20 tahun akseptor dianjurkan untuk
menunda kehamilannya karena pada umumnya alat reproduksinya secara fisik
belum optimal untuk menerima hasil konsepsi, secara psikis umur yang terlalu
muda belum siap secara mental dan emosional dalam mengahadapi kehamilannya
(Irianto, 2014).
Umur yang terbaik bagi seorang ibu untuk hamil antara 20-35 tahun, karena
pada masa ini alat-alat reproduksi sudah siap dan matang untuk mengandung dan
melahirkan anak. Sedangkan pada umur >35 tahun penggunaan kontrasepsi sangat
diperlukan untuk mencegah kehamilan karena elastisitas otot-otot reproduksi
sudah mengalami kemunduran dalam fungsinya (BKKBN, 2012).
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa peserta KB terbesar berumur
dibawah <35 tahun.Ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang
mengatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang
berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi
dibandingkan dengan yang muda.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tambak, F (2013) KB suntik
merupakan metode yang banyak dipilih oleh wanita <35 tahun, sedangkan
48
tahun.Hal yang sama juga dilaporkandari penelitian Rauf (2014) yang menyatakan
bahwa ada pengaruh yang bermakna antara umur dengan pemilihan kontrasepsi
suntik.
Dari pernyataan diatas penulis berasumsi bahwa usia seseorang sangat
mempengaruhi terhadap keberhasilan pemakaian kontrasepsi suntik.Pada
kelompok umur > 35 tahun kemungkinan ikut ber KB untuk mencegah kehamilan
resiko tinggi, selain itu dengan semakin meningkatnya usia, seseorang akan
mempunyai pertimbangan yang lebih banyak sebelum memutuskan sesuatu
termasuk untuk melahirkan, sedangkan pada usia <20 tahun mengikuti program
KB kemungkinan dengan alasan untuk menunda kehamilan.
5. Faktor Sosial budaya
Faktor kelima yang yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat
kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu
Selatan adalah faktor sosial budaya dengan mayoritas suku Jawa (71%) dan
jumlah anak yang diinginkan 2 orang (47.6 %). Hal ini menunjukkan norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) sudah menjadi pilihan akseptor.
Menurut BKKBN 2008, masyarakat yang memiliki suku jawa lebih bisa
menerima program keluarga berencana dibandingkan yang ber suku batak, suku
49
orang tua juga harus memikirkan bagaimana anak-anaknya kelak mempunyai
masa depan yang cerah dengan mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan
didalam satu masyarakat yang mempengaruhi sistem soaialnya termasuk
didalamnya sikap, perilaku diantara kelompok dalam masyarakat. Pelembagaan
kebudayaan diarahkan agar KB benar-benar dapat dihayati dan dijalankan oleh
individu, keluarga maupun masyarakat. Pendekatan kemasyarakatan bertujuan
menggalakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan KB, yang dilakukan melalui
jalur sosial budaya terutama melalui peranan tokoh masyarakat. Pilihan atas
pemakaian jenis kontrasepsi pada umumnya masih berdasarkan selera calon
akseptor disamping pertimbangan kondisi kesehatan dari calon akseptor yang
bersangkutan (BKKBN, 2011).Menurut BKKBN (2012) pada saat ini norma
keluarga kecil sudah menjadi kebutuhan mendasar bagi kebanyakan keluarga. Di
indonesia data nilai anak untuk menunjukkan bahwa program KB memang
dibutuhkan oleh masyarakat, disamping menunjukkan kemandirian juga harus
diupayakan peningkatan kualitas generasi mendatang.
Kemiskinan dan kemunduran sosial budaya adalah aspek-aspek yang
menjadi tantangan berat bagi pembangunan. Disisi lain program KB ditandai
semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam ber KB, sehingga KB perlu
dijadikan upaya penting untuk memiliki anak ideal, menjadi keluarga yang
sejahtera dan berkualitas. Gambaran ini secara tidak langsung memperlihatkan
bahwa program KB telah begitu membudaya disebahagian besar keluarga di
50
menggunakan alat kontrasepsi dan cara yang tidak membahayakan suami istri
seperti KB suntik.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Aldriana (2013), sosial budaya
mempengaruhi dalam pemakaian kontrasepsi suntik dimana keyakinan tersebut
muncul karena adanya informasi dan pengaruh sosial masyarakat dan dukungan
dari keluarga terdekat, dan saling merekomendasikan untuk pemakaian
kontrasepsi yang sama. Dan hasil yang sama dilaporkan dari penelitain Nirdayani
(2008) menyatakan bahwa faktor sosial budaya yang paling mempengaruhi
terhadap pemakaian kontrasepsi suntik, dikarenakan norma keluarga kecil bahagia
sejahtera (NKKBS) menjadi kebutuhan keluarga Indonesia dengan 2 anak cukup.
Peneliti berasumsi bahwa responden memakai KB suntik karena pengaruh
informasi dari masyarakat sekitar, menerima norma keluarga kecil bahagia dan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian dari pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 42 orang responden akseptor KB
diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti menggambarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja
Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah faktor Sikap dengan
mayoritas positif (mendukung) sebanyak (85.7%), faktor pendidikan dengan
mayoritas SMA sebanyak (61.9%), faktor ekonomi dengan mayoritas tingkat
penghasilan keluarga dibawah UMR Rp.1.653.000,- sebanyak (76.2%), faktor
umur dengan mayoritas tidak beresiko untuk hamil sebanyak (81%), dan faktor
sosial budaya dengan mayoritas suku Jawa sebanyak (71%).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya pemakaian kontrasepsi suntik di wilayah kerja
Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan berdasarkan urutan
persentase adalah faktor sikap dengan positif (85.7%), umur dengan kategori tidak
beresiko untuk hamil (81%), ekonomi dengan tingkat penghasilan keluarga
dibawah UMR (74.8%), sosial budaya dengan mayoritas suku jawa (71%) dan
52
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penting diberi saran kepada beberapa
pihak yaitu:
6.2.1 Praktek Keperawatan
Petugas kesehatan agar dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang
metode kontrasepsi suntik yang baik yang terdiri dari tujuan, manfaat, kesesuaian,
kenyamanan sehingga tidak memberikan efek yang buruk bagi akseptor KB, agar
wanita yang belum menggunakannya berminat untuk menggunakan sehingga
tujuan program pemerintah keluarga berencana tercapai yaitu menjadikan norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
6.2.2 Penelitian Keperawatan
Pada penelitian ini tidak diketahui seberapa kuat faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya pemakaian kontrasepsi jenis suntik. Untuk itu peneliti
selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang analisis yang
mempengaruhi wanita dalam memilih metode kontrasepsi suntik.
6.2.2 Pendidikan Keperawatan
Untuk pendidikan keperawatan semoga menjadi informasi tambahan dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keluarga Berencana
2.1.1. Defenisi Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan usia suami isteri, dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga (Hartanto, 2007).
KB menurut Undang-undang (UU) No.10 tahun 1992 dalam Arum dan
Sujiatini (2011) tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera.
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya
membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, terhadap gangguan fisik atau psikologis akibat tindakan abortus yang.
tidak aman, serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status
9
Keluarga Berencana menyajikan pilihan bagi pasangan yang ingin
membatasi kesuburan mereka dengan beberapa metode yaitu alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR/IUD), implant/susuk, tubektomi (MOW),vasektomi (MOP),
pil, suntikan, kondom. Sasaran utama dalam pelayanan KB adalah Pasangan Usia
Subur (PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh
pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan
kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah
Rumah Sakit, Puskesmas, Dokter, Praktek Swasta, Bidan Praktek swasta dan
Bidan Desa (Mulyani, 2013).
2.1.2. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurunkan tingkat/angka kematian bayi, dan anak serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil
berkualitas. Perlu diketahui bahwa tujuan-tujuan tersebut merupakan kelanjutan
dari tujuan program KB tahun 1970 yaitu tujuan demografis berupa penurunan
TFR dan tujuan filosofis berupa kelembagaan dan pembudidayaan Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Arum dan Sujiyatini, 2011).
10
dilakukan dengan mengajak pasangan usia subur (PUS) untuk ikut Keluarga
Berencana. Sementara itu penduduk yang belum memasuki usia subur (Pra-Subur)
diberikan pemahaman dan pengertian mengenai keluarga berencana (Hartanto,
2007).
2.1.3 Manfaat Keluarga Berencana
Mamfaat Keluarga Berencana adalah untuk meningkatkan dan perluasan
cakupan pelayanan kontrasepsi, penghematan biaya, baik bagi program Keluarga
Berencana maupun bagi Klien (Yuhedi & Kurniawati, 2014).
2.2. Kontrasepsi
2.2.1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata” kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti
“melawan”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur yang matang dengan
sel sperma yang menyebabkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma (Hartanto, 2007).
Menurut Siswosudarmo (2001) Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat sementara atau permanen.
Mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma, adapun cara kerja kontrasepsi adalah mengusahakan
agar tidak terjadi evolusi. Melumpuhkan sperma dan menghalangi pertemuan sel
telur dengan sperma. Secara umum menurut cara pelaksanaannya kontrasepsi
11
beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi. (2) Cara permanen, yaitu mengakhiri
kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen.
Menurut Saifuddin (2006), tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman
dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan
kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode
kontrasepsi ideal adalah: Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat
bila digunakan. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat
mencegah terjadinya kehamilan. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien
melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. Terjangkau harganya oleh
masyarakat. Bila pemakaian dihentikan, klien akan segera kembali kesuburannya.
2.2.2. Jenis-jenis Kontrasepsi
Memilih alat kontrasepsi menurut Handayani (2010), berdasarkan
pertimbangan efektifitasnya tinggi, tidak menimbulkan efek samping, daya
kerjanya dapat diatur sesuai kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu
melakukan hubungan seksual, mudah digunakan, dan harganya terjangkau.
Seperti kita tahu, ada begitu banyak alat kontrasepsi. Secara garis besar,
kontrasepsi itu dibagi dalam tiga bagian besar yaitu kontrasepsi mekanik,
hormonal, dan kontrasepsi mantap (Handayani, 2010).
12
2.3. Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi Suntikan adalah hormon yang diberikan secara injeksi untuk
mencegah terjadinya kehamilan (Mulyani, 2013). Kontrasepsi suntik adalah salah
satu metode mencegah kehamilan yang saat ini banyak digunakan di
negara-negara berkembang. Kontrasepsi suntik bekerja mengentalkan lendir rahim
sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma untuk pembuahan. Alat Kontrasepsi ini
juga mencegah sel telur menempel kedinding rahim sehingga proses kehamilan
bisa dicegah.
Kontarsepsi suntik di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang
populer. Kontrasepsi yang digunakan adalah long-action progestin, yaitu
Noretisteron enantat (NETEN) dengan nama dagang Noristrat dan Depomedroksi
progesteron acetat (DMPA) dengan nama dagang Depoprovera dan Cyclofem.
Kontrasepsi suntik telah dipakai oleh hampir semua wanita usia subur yang sehat
dan tidak ingin hamil. Jadi kontrasepsi suntik merupakan pilihan yang tepat untuk
ibu (BKKBN, 2009).
Metode suntikan telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional
serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakaian kontrasepsi
suntikan oleh karena: aman, sederhana, efektif, biaya murah, tidak menimbulkan
13
penyuntikan ialah secara intramuskular dalam, di daerah muskulus gluteus
maksimus atau deltoideus (Siswosudarmo, 2001).
Klasifikasi kontrasepsi suntik:
Terdapat 2 jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. Jenis yang beredar di Indonesia
menurut (Handayani, 2010) adalah :
1. Yang hanya mengandung hormon progestin.
a. Depo medroksiprogesteron asetat, mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan
setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular. Setelah suntikan pertama,
kadar DMPA dalam darah mencapai puncak setelah 10 hari. DMPA dapat
memberi perlindungan dengan aman selama tiga bulan.
b. Depo noretisteron enantat, mengandung 200 mg Noretdon Enantat, diberikan
setiap 2 bulan dengan suntikan intramuskular.
2. Kontrasepsi Kombinasi
Depo estrogen-progesteron yaitu jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 250
mg Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Cypionate.
Efektifitas cara kontrasepsi suntik sangat tinggi, dimana kegagalan kurang dari 1
14
yaitu: Sangat efektif, karena mudah digunakan tidak memerlukan aksi sehari hari
dalam penggunaan kontrasepsi suntik ini tidak banyak di pengaruhi kelalaian atau
faktor lupa dan sangat praktis. Meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang
menyusui, Hormon progesteron dapat meningkatkan kuantitas air susu ibu
sehingga kontrasepsi suntik sangat cocok pada ibu menyusui. Konsentrasi hormon
di dalam air susu ibu sangat kecil dan tidak di temukan adanya efek hormon pada
pertumbuhan serta perkembangan bayi. Efek samping sangat kecil yaitu tidak
mempunyai efek yang serius terhadap kesehatan. Tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri. Penggunaan jangka panjang, sangat cocok pada wanita yang
telah mempunyai cukup anak akan tetapi masih enggan atau tidak bisa untuk
dilakukan sterilisasi. Dapat digunakan oleh perempuan usia> 35 tahun.
Keuntungan yang lain menurut Pinem (2009) metode kontrasepsi suntik
adalah metode kontrasepsi hormonal efektif mencegah kehamilan hingga 99%,
memberikan kenyamana kepada pasangan suami istri, karena dengan 1 kali
suntikan anda tidak perlu memikirkan kontrasepsi selama 1 sampai 3 bulan, sesuai
dengan jenis suntik KB yang anda pilih, kehamilan bisa anda dapatkan kembali
setelah menghentikan penggunaan KB suntik.
2.3.2 Efek Samping Kontrasepsi Suntik
Menurut Arum dan Sujiyatini (2011), efek samping kontrasepsi suntik yaitu
: Terjadinya gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling
menggangu. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenore, perdarahan
15
pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter-menstrual dan
perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian
amenore bertambah tetapi sebenarnya efek ini memberikan keuntungan yakni
mengurangi terjadinya anemia. Tidak menjadi masalah karena darah tidak akan
menggumpal didalam rahim. Amenore disebabkan perubahan hormon didalam
tubuh dan kejadian amenore biasa pada peserta kontrasepsi suntikan. Insidens
yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atrofi endometrium.
Berat badan yang bertambah, umumnya pertambahan berat badan tidak
terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama.
Pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya
lemak tubuh. Hipotesa para ahli ini diakibatkan hormon merangsang pusat
pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih
banyak daripada biasanya. Keluhan- keluhan lainnya berupa mual, muntah, sakit
kepala, panas dingin, pegal-pegal, nyeri perut dan lain-lain.
Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut. Tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B
virus, atau infeksi virus HIV. Terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian bukan karena terjadinya kerusakan atau kelainan pada
organ genitalia melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari
16
Berdasarkan penelitian yang dilakukan baik di indonesia maupun di luar
negeri belum pernah dilaporkan adanya efek samping atau komplikasi yang berat
akibat pemakaian suntik KB (BKKBN, 2008). Dan ditambahkan lagi menurut
Siswosudarmo (2001) sampai saat sekarang kontrasepsi suntik tidak terdapat bukti
mempunyai resiko efek samping yang lebih besar dibanding kontrasepsi lainnya.
2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi menggunakan kontrasepsi suntikan Progestin ialah usia reproduksi,
menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi,
menyusui, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau
keguguran, tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, perokok,
Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah
atau anemia. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen. Dan
yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan Progestin adalah hamil atau
dicurigai hamil, Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, Tidak
dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea, menderita kanker
payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes melitus disertai komplikasi.
Dan yang diperbolehkan untuk menggunakan kontrasepsi suntikan
Kombinasi adalah usia reproduksi, telah memiliki anak, ataupun yang belum
17
menyusui diatas 6 minggu pasca persalinan dan tidak menyusui dan anemia. Dan
yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan Kombinasi adalah hamil atau
diduga hamil, menyusui dibawah umur 6 minggu pasca persalinan, perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya, penyakit hati akut, usia > 35 tahun,
riwayat penyakit jantung, strook atau dengan tekanan darah tinggi (180/120
mmHg), riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun,
kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain dan
keganasan pada payudara (Saifuddin, 2006).
2.3.4 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik
Mencegah ovulasi, kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan
luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar
follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan
LH (LH Surge). Menghambat perkembangan folikel dan mencegah ovulasi.
Progestin menurunkan frekuensi pelepasan (FSH) dan (LH). Lendir serviks
menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus serviks yang
mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus yang normal pada
lendir serviks. Sekret dari serviks tetap dalam keadaan di bawah pengaruh
18
sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah
di buahi.
Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi atau
memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui
tubafallopi. (Prawirohardjo, 2005). Efektifitas kontrasepsi ini sangat efektif
(0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan
(Handayani, 2010).
2.3.5 Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntikan progestin jenis DMPA di berikan setiap 3 bulan
dengan cara di suntik intramuskular dalam di daerah glutea. Apabila suntikan di
berikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak
bekerja segera dan tidak efektif. Suntikan di berikan setiap 90 hari. Pemberian
kontrasepsi suntikan Noristerat diberikan setiap 8 minggu. Sedangkan untuk
suntikan kombinasi di berikan setiap bulan dengan intramuskular dalam dan
datang kembali setiap 4 minggu. Suntikan ulang di berikan 7 hari lebih awal,
dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga di berikan setelah
7 hari dari jadwal yang telah di tentukan, asal saja di yakini ibu tersebut tidak
19
Waktu pemberian kontrasepsi suntik adalah pada pasca persalinan yaitu
segera ketika masih di rumah sakit dan jadwal suntikan berikutnya dan pasca
abortus yaitu segera setelah perawatan dan jadwal waktu diperhitungkanInterval
yaitu hari kelima menstruasi dan jadwal diperhitungkan (Siswosudarmo, 2001).
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik
Faktor penentu atau determinan prilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
prilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal
(lingkungan). Pada garis besarnya prilaku manusia dapat di lihat dari 3 aspek,
yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit
untuk dipastikan aspek mana yang paling mempengaruhi prilaku manusia. Secara
lebih terperinci prilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai
gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, pendidikan, kehendak, minat, motivasi,
persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan determinan prilaku,
khusunya prilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence
Green (1980) dalam Notoatmodjo, (2003). Prilaku manusia yang dianalisi oleh
Green menyatakan bahwa tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat