• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Jenis Suntik

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik”. Penelitian ini

merupakan salah satu kegiatan tugas akhir dalam menyelesaikan Strata 1 di

Fakultas Keperawan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya meminta kesediaan Ibu untuk menjadi responden

dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon untuk mengisi kuesioner dengan

jujur apa adanya. Kuesioner yang akan Ibu isi terdiri dari 15 pernyataan.

Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Ibu bebas

mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi dan

semua informasi yang Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan

untuk keperluan penelitian. Apabila bersedia, silahkan menanda tangani lembar

persetujuan ini sebagai bukti kesediaan Ibu menjadi responden dalam penelitian

ini.

Atas partisipasi Ibu, saya ucapkan terima kasih.

No. Responden : Tanggal :

(2)

Lampiran 2

No. Responden :

Tanggal :

A. Kuesioner Data Demografi Responden

Petunjuk Pengisian :

Dibawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas responden

penelitian. Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai keadaan Ibu yang sebenarnya,

dengan memberi tanda checklist (√) padakotak yang telah disediakan.

1. Usia : Tahun

2. Pendidikan

( ) SD

( ) SMP

( ) SMA

(3)

4. Suku

( ) Batak

( ) Melayu

( ) Jawa

( ) Lainnya,

Sebutkan :

5. Pekerjaan

( ) Ibu rumah tangga

( ) Pegawai Negeri Sipil

( ) Wiraswasta

( ) Tani/Buruh

6. Penghasilan

( ) Dibawah UMR Rp.1.653.000,-/bulan

( ) Diatas UMRRp.1.653.000,-/bulan

(4)

B. Kuesioner Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik

Petunjuk Pengisian :

Seluruh pernyataan dibawah ini berkaitan dengan hal-hal yang melatarbelakangi Ibu dalam memilih Jenis KB suntik. Pilih jawaban yang menurut Ibu paling sesuai, kemudian berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan jawaban anda.

1. Sikap

No Pernyataan Ya Tidak

1 Informasi yang saya dapat tentang KB suntik dari

petugas kesehatan dan masyarakat membuat saya

tertarik untuk memakai alat KB suntik

2 Saya merasa cocok memakai KB suntik karena

penggunaanya sederhana, bebas lupa, praktis dan

aman

3 Kontrasepsi suntik tidakdapat mengatasi masalah

kesuburan saya untuk tidak hamil

4 Saya yakin jenis kontrasepsi suntik yang paling cocok

untuk saya karena memiliki efek samping yang

(5)

6 Pembelian KB suntik membuat keluarga saya menjadi

miskin

7 Biaya yang saya keluarkan untuk mendapatkan KB

suntik tergolong murah

8 KB suntik mengeluarkan biaya yang cukup kecil

dibandingkan dengan metode KB yang lain

9 KB suntik sangat sulit didapatkan dilingkungan saya,

saya harus pergi kekota untuk memperolehnya

10 Selain biaya murah, KB suntik juga mudah didapat

seperti di puskesmas, klinik bersalin, praktek Bidan,

Bidan desa, dll.

11 Saya memakai KB suntik saat ini karena merasa perlu

untuk membatasi kelahiran agar dapat mencurahkan

perhatian lebih untuk suami, anak dan diri saya

sendiri

12 Saya memilih KB suntik karena orang-orang disekitar

saya juga memilih KB suntik

13 Saya memakai KB suntik karena sudah mendapat

dukungan dari keluarga seperti suami, dan orang tua

saya

14 Saya berfikir bahwa KB suntik tidak dapat dipakai

untuk semua suku

15 Norma Keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS)

merupakan kebudayaan Indonesia, sehingga saya

(6)

Master Tabel

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti

No U P A S PK PG JA Sikap Total Kode

1 2 2 1 1 3 4 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 8 Positif

2 3 4 1 2 1 1 2 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 9 Positif

3 2 1 1 1 3 4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 Positif

4 3 2 1 2 3 4 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 11 Positif

5 2 4 1 2 1 2 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 7 Negatif

6 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 10 Positif

7 2 1 1 2 3 4 3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 12 Positif

8 1 3 1 2 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 Positif

9 2 2 1 2 1 3 3 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 10 Positif

10 2 1 1 2 3 4 2 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Positif

11 2 2 1 1 2 3 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 9 Positif

12 2 3 1 2 1 2 2 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 7 Negatif

13 1 2 1 2 1 2 3 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12 Positif

14 2 2 2 2 3 4 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 12 Positif

15 2 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 Positif

(7)

21 2 1 1 2 3 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 11 Positif

22 3 3 1 1 1 3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 7 Negatif

23 2 2 1 2 1 3 3 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 9 Positif

24 2 2 2 2 1 3 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 9 Positif

25 2 2 1 2 2 4 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Positif

26 2 2 1 2 1 2 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 12 Positif

27 2 4 1 2 3 4 2 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11 Positif

28 2 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 10 Positif

29 2 1 1 1 2 4 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 10 Positif

30 2 2 1 1 1 3 3 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 10 Positif

31 3 2 1 1 1 3 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 8 Positif

32 2 2 1 2 1 3 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 10 Positif

33 2 4 1 2 1 2 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 10 Positif

34 3 2 1 1 1 3 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 11 Positif

35 2 2 1 2 1 3 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 7 Nenatif

36 2 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 13 Positif

37 2 2 1 1 1 3 2 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10 Positif

38 2 1 1 1 2 4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 10 Positif

39 2 2 1 2 1 3 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 7 Negatif

40 2 2 1 1 1 3 2 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 10 Positif

41 2 1 1 2 1 4 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 7 Negatif

(8)
(9)

DAFTAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Ahmad Junaidi

NIM : 141121062

DosenPembimbing : Nur AfiDarti, S.Kp, M.Kep

Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian

Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas

Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

No Tanggal Materi Bimbingan Keterangan

Tanda

Konsultasi bab 5 dan

bab 6

Perbaiki bab 5 dan

bab 6 beserta

kesimpulan.

(10)

4. 2 Februari

2016

Konsultasi Bab 5dan

Bab 6 dan Abstrak.

Perbaiki abstrak,

penulisan abstrak

menyangkut latar

belakang, teori, isi,

hasil dan

rekomendasi

5. 5 Februari

2016

Konsultasi

Keseluruhan bab 1 – 6

(11)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Exclude

d(a) 0 .0

Total 20 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

(12)
(13)

Suku

Frequency Percent Valid Percent

(14)
(15)
(16)
(17)

Total

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 7 6 14,3 14,3 14,3

8 2 4,8 4,8 19,0

9 5 11,9 11,9 31,0

10 11 26,2 26,2 57,1

11 6 14,3 14,3 71,4

12 7 16,7 16,7 88,1

13 4 9,5 9,5 97,6

14 1 2,4 2,4 100,0

Total 42 100,0 100,0

Koding

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Negatif 6 14,3 14,3 14,3

Positif 36 85,7 85,7 100,0

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

TAKSASI DANA PENELITIAN

Anggaran dana yang dikeluarkan untuk proposal dan juga penelitian

diperkirakan sebagai berikut:

No. PENGELUARAN JUMLAH

1. Penyusunan proposal penelitian: literature + internet Rp.

450.000,-

+ pengetikan + penggandaan + jilid (4 eksampler).

2. Izin Survey Awal dan Penelitian Rp.

150.000,-

3. Pengumpulan data: transportasi + foto copy Rp.

500.000,-

(Kuesioner dan Informed Consent).

4. Penyusunan laporan hasil penelitian: pengetikan + Rp.

300.000,-

Penggandaan + jilid (4 eksampler).

5. Biaya tak terduga. Rp.

1.000.000,-

6. Beli Labtop Rp.

3.700.000,-

(28)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ahmad Junaidi Nasution

Tempat,tanggal lahir : Huraba, 20 Juni 1984

Jenis kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Desa Huraba Kec. Siabu Kab. Mandailing Natal

Kewarganegaraan : Indonesia

Telepon : 0813 9674 9874

Email

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1992 - 1997 : SD Negeri 142552 Huraba Kec. Siabu Kab. Mandailing Natal

Tahun 1997 - 2000 : SMP Negeri 1 Sumpur Kudus Kab. Sawahlunto/Sijunjung

Tahun 2000 - 2003 : SMU Negeri 5 Sijunjung Kab. Sijunjung -

Tahun 2004 - 2007 : AKPER PEMKAB Labuhanbatu

Tahun 2014-sekarang : Mengikuti Tugas Belajar S1 Keperawatan di Fakultas Keperawatan USU

(29)

53

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, Sukawati. (2014), Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana dalam Tanya Jawab, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Aswar, S (2005). Sikap Manusia Teori Pengukurannya,Edisi Kedua, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Aldriana, Nana. (2013), Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian Kontrasepsi di Puskesmas Rambah Samo I. Jurnal

Arikunto, Suharsimin. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arum dan Sujiyatini (2011). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Nuha Medica. Yogyakarta.

BKKBN. (2008). Kontrasepsi Pasca Persalinan, Jakarta

BKKBN. (2009). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta : Tridasa Printer

BKKBN. (2010). Pedoman Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB Nasional di Kecamatan dan Klinik KB. Jakarta.

BKKBN. (2011). Badan Pelayanan kontrasepsi & Pengendalian Lapangan Program KB Nasional. Jakarta.

BKKBN. (2012). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta

BKKBN. (2013). Kebijakan Program Pokok dan Kegiatan Bidang Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta.

BKKBN. (2014). Masalah kependudukan dan keluarga berencana, Jakarta : Kementerian Kesehatan

Baziad, A (2002). Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo

(30)

54

Handayani, Sri (2010) Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana, Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Herlinda. R. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi Akseptor KB tidak memilih Implant sebagai alat kontrasepsi dipuskesmas Melur Pekanbaru. Skripsi Universitas Andalas. Padang

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Jakarta : Salemba Medika

Irianto, Koes (2013). Teknik Kontrasepsi, Jakarta : CV. Alfabeta

Simamora. JY. (2014). Faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilihan metode kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS) dikelurahan Losung Selatan Kec. Padangsidempuan Selatan. Skripsi. USU. Medan

Manuaba, (2001). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta.

Mardiantari, Dwi (2011). Hubungan anatara tingkat pengetahuan ibu tentang KB suntik dengan sikap dalam memilih KB suntik di desa basole, kecamatan bayan kabupaten purworejo. Skripsi. UI

Menasari (2010). Analisis Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mulyani, Nina Siti (2013), Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi, Yogyakarta : Nuha Medika.

Nirdayani (2008), Gambaran Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingginya

pemakaian Kontrasepsi suntik di klinik bersalin Mariani Medan. Skripsi. USU

Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta

(31)

55

Nursalam (2003). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :Pendekatan Praktis. Jakarta : Salemba Medika

Aidah, Nur (2001). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi MKET dan non MKET Pada Akseptor KB di Kelurahan Pasir Putih Dan Bunja Timur Kecamatan Muara Bunja Kabupaten Bungo Jambi. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Pinem, Saroha. (2009), Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta : CV. Trans Info Media

Prawirohardjo, Sarwono (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta

Purwostuti, Endang. (2015), Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Rauf, Sri KD. (2014), Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Penggunaan

Kontrasepsi suntik Pada akseptor KB di Puskesmas Bungoro Kabupaten Pangkep. Jurnal

Rofiq, Aunur (2014), Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan, Jakarta : Republika.

Saifuddin, Abdul Basri.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Sarwono, S. (2005). Sosiologi kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya.Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Sembiring, Aritha. (2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi pada ibu post partum di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Sundari. Medan

Siswosudarmo, dkk (2001). Teknologi Kontrasepsi. Jakarta

Sunaryo. (2013). Sosiologi Untuk Keperawatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Tambak. FD. (2013). Analis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada PUS diwilayah Puskesmas Pancurbatu.Skripsi. USU. Medan

(32)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Hasil tinjauan kepustakaan yang telah diuraikan serta masalah penelitian

yang telah dirumuskan, perlu dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian.

Menurut Notoatmojo, 2010 kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan

visualisasi konsep-konsep serta variabel-variabel yang akan diukur (diteliti).

Kerangka konsep ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik

diwilyah kerja Puskesmas Aek Goti. Berikut ini adalah kerangka konsep yang

digunakan dalam penelitian ini :

Faktor-faktor yang

mempengaruhi :

Sikap

Pendidikan

Ekonomi

Umur

Sosial budaya

(33)
(34)
(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang

bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya

pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti

Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

4.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang masih memakai

kontrasepsi suntikan diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten

Labuhanbatu Selatan, dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan 5 Juni 2015

diketahui jumlah ibu yang memakai KB suntik sebanyak210 orang selama 6 bulan

terakhir tahun 2015.

Sampel adalah merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Menurut Arikunto (2010),

apabila sampling lebih besar dari 100 orang dapat diambil sampel sebanyak 10-

15% atau 20-25%. Peneliti mengambil sampel 20 % dari jumlah populasi,

sehingga didapat 42 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan

Simple Random Sampling (acak sederhana). Random Sampling hanya boleh

(36)

31

berarti setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil

sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005).

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang masih memakai

alat kontrasepsi suntik di wilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten

Labuhanbatu Selatan, bersedia menjadi responden penelitian, dapat membaca dan

menulis dalam bahasa Indonesia.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten

Labuhanbatu Selatan pada tanggal 2 s/d 14 november 2015. Adapun

pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah karena diwilayah kerja Puskesmas Aek

Goti ini mayoritas ibu memakai alat kontrasepsi suntik dan diwilayah tersebut

berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti belum pernah dilakukan

penelitian sebelumnya yang menyangkut tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik.

4.4 Pertimbangan Etik

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

(37)

32

memperhatikan prinsip-prinsip dan pertimbangan etik yaitu responden

mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak,

tanpa ada sangsi, dan tidak adamenimbulkan penderitaan bagi responden.

Peneliti juga memberi penjelasan dan informasi secara lengkap dan terperinci

serta tanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada responden. Responden

juga harus diperlakukan secara baik sebelum, selama, dan sesudah penelitian.

Responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk menjadi responden.

Selain itu ada prinsip-prinsip etik yang meliputi : Informed consent yaitu lembar

persetujuan yang diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi

kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek

menolak maka peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak

subjek. Anonymity kerahasiaan calon responden merupakan hal utama yang

dijamin kerahasiaannya dengan tidak menuliskan nama. Confidentiality yaitu

kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Nursalam, 2003).

4.5. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan

berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 2

bagian yaitu karakteristik responden dan kuesioner faktor-faktor yang

(38)

33

Kuesioner tentang karakteristik responden meliputi: usia, pendidikan,

pekerjaan, agama, suku, penghasilan dan jumlah anak yang diinginkan. Kuesioner

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi

suntik terdiri dari faktor sikap (pernyataan no. 1-15). Bentuk pernyataan dengan

jawaban ya dan tidak (dikotomi), apabila responden menjawab (Ya) = 1 dan jika

responden menjawab (Tidak) = 0 (Nursalam, 2003). Untuk pernyataan positif

terdapat pada nomor 1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, dan pernyataan negatif

terdapat pada nomor 3, 6, 9, 14.

Pengembangan kuesioner dikembangkan dalam bentuk pernyataan.

Pernyataan tersebutlah yang diberikan kepada responden. Skala pengukuran yang

digunakan adalah Nominal.

4.6 Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010). Uji validitas instrument

bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk mengukur apa yang

diukur (Notoatmojo, 2010).

Kuesioner ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (content validity

index) yang dilakukan oleh dosen ahli dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan

(39)

34

tersebut menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli

tersebut juga menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup

melalui item pernyataan dalam tes. Pernyataan yang tidak valid langsung diganti

oleh peneliti berdasarkan saran dari penguji validitas (Nursalam, 2003). Nilai

Content Validity Index (CVI) adalah 0.095, nilai ini dinyatakan sudah valid oleh

ahli maka dilanjutkan uji Reliabilitas.

4.7 Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas (keandalan) adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu

alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalakan (Notoatmodjo, 2010). Hasil

pengukuran yang relatif sama menunjukan bahwa ada toleransi terhadap

perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut.

Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran

tidak dapat dipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliabel. Data tersebut diolah

dengan menggunakan program komputerisasi. Kuesioner ini diuji reliabilitasnya

dengan menggunakan Cronbach Alfa kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika

memiliki nilai α minimal 0,7. (Arikunto, 2006).

Uji reliabilitas telah dilakukan pada 20 orang responden di Puskesmas

Ulumahuam dengan karakteristik yang sama dengan responden di Puskesmas Aek

Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang memperoleh hasil reliabilitas yaitu

nilai α 0,74. Jadi kuesioner yang digunakan peneliti dalam penelitian ini sudah dinyatakan reliabel.

(40)

35

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan

izin melakukan survey awal untuk melihat karakteristik klien (populasi) yang

dijadikan sampel penelitian, melakukan perhitungan untuk menentukan jumlah

klien yang akan dijadikan sampel dengan menggunakan metode Simple Random

Sampling, mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi

pendidikan (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara), mengirimkan permohonan izin pengambilan data yang diperoleh

dari fakultas ke tempat penelitian (Puskesmas Aek Goti).

Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas Aek Goti, peneliti

melaksanakan pengumpulan data penelitian, menjelaskan pada calon responden

tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner. Calon responden yang

bersedia kemudian diminta untuk menandatangani informed consent (surat

persetujuan). Setelah itu peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan

kuesioner terhadap responden dan responden diberi kesempatan untuk bertanya

pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selanjutnya, data yang

diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa.

4.9 Analisa Data 4.9.1 Pengolahan Data

(41)

36

Editing adalah kegiatan melakukan pemeriksaan kembali kuesioner yang

telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban

dan tulisan.

b. Coding

Coding adalah proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang

berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah

memberikan kode untuk jawaban yang diberikan responden penelitian.

c. Processing

Processing yaitu memasukkan data ke dalam komputer untuk diproses.

d. Cleaning

Cleaning yaitu melakukan pembersihan dan pengecekan kembali data yang

telah dimasukkan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui apakah ada

kesalahan ketika memasukkan data.

e. Komputerisasi

Komputerisasi digunakan untuk mengolah data dengan komputer.

4.9.2 Teknik Analisa Data

Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan

gambaran faktor-faktor yang memepengaruhi tingginya pemakaian alat

kontrasepsi suntik. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

statistic univariat atau statisktik deskriptif yaitu metode statistik yang digunakan

(42)

37

mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik. Data demografi dan

faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Selanjutnya

dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori kepustakaan yang

(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja

Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang diperoleh melalui

proses pengumpulan data yang dilakukan sejak tanggal 1 s/d 5 Juni 2015 di

wilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan

jumlah responden sebanyak 42 orang. Penyajian hasil analisa data dalam

penelitian ini meliputi data karakteristik responden dan faktor-faktor yang

mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik.

5.1.1 Karakteristik Responden

Dari 42 ibu yang berada diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti, yang menjadi

responden penelitian, maka didapatkan data demografi (tabel. 2) dengan

menunjukkan mayoritas responden berada pada rentang umur 20-35 tahun

sebanyak 34 orang (81%), pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas sebanyak

26 orang (61,9%), agama Islam sebanyak 40 orang (95,2%), suku Jawa sebanyak

30 orang (71,4%), pekerjaan Ibu Rumah Tangga sebanyak 28 orang (66,7%),

penghasilan perbulan dibawah UMR Rp.1.653.000 sebanyak 28 orang (74,8%),

(44)

38

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Ibu yang Memakai Kontrasepsi Suntik diwilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu

Selatan Bulan November 2015 (n=42)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

(45)

39

5.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik diwilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat

kontrasepsi suntik meliputi sikap, pendidikan, ekonomi, umur dan sosial budaya.

Tabel 3.1 Faktor Sikap

No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)

Frekuensi Persentase

Pada tabel 3.1 diatas menunjukkan mayoritas responden mempunyai sikap

positif 36 orang (85.7%) dan negatif sebanya 6 orang (14.3%).

Tabel 3.2 Faktor Pendidikan

No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)

(46)

40

Pada tabel 3.2 diatas menunjukkan mayoritas pendidikan responden adalah

sedang SMA sebanyak 26 orang (61.9%) dan rendah Sarjana sebanyak 8 orang

(19%).

Tabel 3.3 Faktor Ekonomi

No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)

Frekuensi Persentase

Pada tabel 3.3 diatas menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat

penghasilan dibawah UMR Rp. 1.653.000,- sebanyak 28 orang (74.8%) dan diatas

UMR Rp.1.653.000,- sebanyak 14 orang (25.2%).

Tabel 3.4 Faktor Umur

No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)

Frekuensi Persentase

(47)

41

Tabel 3.5 Faktor Sosial Budaya

No Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi suntik (n=42)

Frekuensi Persentase

Dari data tabel 3.5 diatas dapat dilihat mayoritas responden memiliki suku

Jawa sebanyak 30 orang (71%) dan suku Batak sebanyak 12 orang (29%).

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini, peneliti mencoba menjawab rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tingginya

pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti

Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan menggunakan komputer dengan bantuan

program SPSS.

1. Faktor Sikap

Faktor pertama yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi

suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

adalah faktor sikap. Dari penelitian mayoritas akseptor mempunyai sikap positif

mendukung yaitu (76.2%), sehingga akseptor lebih mudah memilih atau

menggunakan jenis kontrasepsi suntik. Semakin tinggi sikap mendukung akan

semakin mudah menerima program Keluarga Berencana (KB). Menurut

(48)

42

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak

dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

yang tertutup.

Azwar (2005) menegaskan sikap juga dikatakan sebagai bentuk evaluasi

atau reaksi perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan

tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. Dan

merupakan kesiapan untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu

dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Bahwa salah

satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah faktor predisposisi

yang terwujud dalam sikap dimana sikap seseorang sangat berpengaruh terhadap

tindakan yang akan dilaksanakannya (Notoatmodjo, 2003). Maka semakin tinggi

sikap mendukungmaka semakin tinggi minat serta tindakan akseptor untuk mau

menggunakan KB suntik.

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Mardiantari (2011) didapatkan

hubungan yang bermakna antara sikap positif dengan pemilihan jenis kontrasepsi.

Hasil yang sama juga dilaporkan dari penelitian Kusniah (2005) bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara sikap mendukung akseptor KB dengan

pemilihan jenis kontrasepsi suntik.

(49)

43

2. Faktor Pendidikan

Faktor kedua yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi

suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

adalah faktor pendidikan, dari data karekteristik responden mayoritas jenjang

pendidikan akseptor adalah SMA (70%), sehingga akseptor lebih kritis dalam

memilih jenis kontrasepsi yang akan dipakai. Semakin tinggi tingkat pendidikan

akseptor akan semakin mudah berperan dalam mensukseskan program keluarga

berencana (KB), sehingga perempuan mempunyai andil dalam mengatur dan

mengendalikan angka kelahiran, karena tingkat pendidikan seseorang secara tidak

langsung dapat mengubah pandangan anggota keluarga yang ideal serta

kesanggupan menanggung biaya untuk keluarga (BKKBN, 2013).

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon

terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi

akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan dengan mereka yang

berpendidikan rendah. Keadaan ini juga terjadi pada program keluarga berencana,

masyarakat yang berpendidikan rendah relative lebih banyak memberikan respon

emosi, karena dianggap dapat mengubah apa yang mereka lakukan pada masa

lalu. Sedangkan mereka yang berpendidikan tinggi akan berfikir sejauh mana

keuntungan yang mungkin mereka peroleh dari program KB, karena program KB

ini bertujuan untuk membantu masyarakat menuju tingkat kesejahteraan yang

(50)

44

Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita akan semakin mudah berperan

serta dalam menyukseskan program keluarga berencana (KB), sehingga wanita

mempunyai andil dalam mengatur dan mengendalikan angka kelahiran karena

tingkat pendidikan seseorang secara tidak langsung dapat mengubah pandangan

mengenai jumlah anggota keluarga yang ideal serta kesanggupan menanggung

biaya untuk keluarga (Notoatmojdo, 2007).Hal ini bertentangan dengan hasil

penelitia Sembiring (2003) yang menyatakan faktor pendidikan cenderung kurang

berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi.

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Aidah (2003) didapatkan hubungan

yang bermakna antara faktor tingkat pendidikan dengan pemilihan jenis

kontrasepsi. Hasil yang sama juga dilaporkan dari penelitian Menasari (2010)

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan akseptor KB

melalui tingkat pendidikan dengan pemilihan jenis kontrasepsi suntik dengan hasil

uji p< α=0,05.

Dari hasil penelitian ini, peneliti berasumsibahwa tingkat pendidikan

seseorang mempengaruhi minat ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi suntik

karena akseptor yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah mengerti akan

manfaat dan efek samping yang ditimbulkan dari jenis kontrasepsi yang dipakai.

(51)

45

keluarga, penghasilan yang tinggi dan teratur membawa dampak positif bagi

keluarga karena keseluruhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan transportasi

serta kesehatan dapat terpenuhi. Namun tidak demikian dengan keluarga yang

pendapatannya rendah akan mengakibatkan keluarga mengalami kerawanan

dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya yang salah satunya adalah pemeliharaan

kesehatan (Rofiq, 2014).

Faktor ketiga yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi

suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

adalah faktor ekonomi. Hasil penelitian dari faktor ekonomi melalui jawaban

responden tentang sikap memberikan gambaran kesesuaian antara pekerjaan dan

pengahasilan dengan pandangan responden terhadap nilai ekonomis pemakaian

jenis KB suntik. Dari data karakteristik diketahui pekerjaan dan penghasilan

responden bervariasi. Pekerjaan mayoritas adalah ibu rumah tangga (66,7%) dan

penghasilan terbanyak adalah dibawah UMR Rp.1.653.000 (74,8%), dan dapat

disimpulkan bahwa akseptor lebih tertarik memilih jenis kontrasepsi yang

membutuhkan biaya murah.

Tingkat ekonomi akseptor akan mempengaruhi terhadap pemilihan jenis

kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi

akseptor harus menyiapkan dana yang diperlukan. Harga KB suntik diwilayah

Kecamatan Silangkitang berkisar antara Rp.30.000-Rp.35.000. Dengan harga

yang relatif murah, untuk kalangan berpenghasilan menengah kebawah tentunya

akan tertarik untuk memilih dan memakai jenis KB suntik ini. Dan untuk

(52)

46

menyatakan bahwa sebahagian status ekonomi masyarakat masih rendah,

membuat mereka lebih menyukai pengobatan yang tidak membutuhkan biaya

yang terlalu tinggi.

Hal yang sama dilaporkan dari hasil penelitian Simamora (2014), bahwa

tingkat pengahasilan sangat mempengaruhi dalam pemilihan jenis kontrasepsi

yang akan digunakan. Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian

Herlinda (2008) bahwa pendapatan keluarga sangat mempengaruhi responden

untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi yang membutuhkan biaya banyak.

Penelitian berasumsi bahwa kontrasepsi suntik dipilih oleh akseptor karena

harganya terjangkau dibanding dengan alat kontrasepsi lainnya, seperti AKDR,

Implant, dan metode operatif. Karena dengan hanya mengeluarkan uang 30 ribu

saja akseptor sudah bisa memperoleh dan berkontrasepsi suntik untuk tiga bulan

kedepan.

4. Faktor Umur

Faktor keempat yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi

suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

adalah faktor umur, dari data karakteristik responden, mayoritas akseptor ber

umur 20-35 tahun 34 orang (81,0%) dengan kategori tidak beresiko. Berdasarkan

(53)

47

Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan

hidup, nyawa (KBBI Modern, 2004). Umur merupakan hal yang perlu

diperhatikan dalam kehidupan seorang wanita karena ada hubungannya dengan

kehamilan dan kelahiran. Pada umur <20 tahun akseptor dianjurkan untuk

menunda kehamilannya karena pada umumnya alat reproduksinya secara fisik

belum optimal untuk menerima hasil konsepsi, secara psikis umur yang terlalu

muda belum siap secara mental dan emosional dalam mengahadapi kehamilannya

(Irianto, 2014).

Umur yang terbaik bagi seorang ibu untuk hamil antara 20-35 tahun, karena

pada masa ini alat-alat reproduksi sudah siap dan matang untuk mengandung dan

melahirkan anak. Sedangkan pada umur >35 tahun penggunaan kontrasepsi sangat

diperlukan untuk mencegah kehamilan karena elastisitas otot-otot reproduksi

sudah mengalami kemunduran dalam fungsinya (BKKBN, 2012).

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa peserta KB terbesar berumur

dibawah <35 tahun.Ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang

mengatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang

berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi

dibandingkan dengan yang muda.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tambak, F (2013) KB suntik

merupakan metode yang banyak dipilih oleh wanita <35 tahun, sedangkan

(54)

48

tahun.Hal yang sama juga dilaporkandari penelitian Rauf (2014) yang menyatakan

bahwa ada pengaruh yang bermakna antara umur dengan pemilihan kontrasepsi

suntik.

Dari pernyataan diatas penulis berasumsi bahwa usia seseorang sangat

mempengaruhi terhadap keberhasilan pemakaian kontrasepsi suntik.Pada

kelompok umur > 35 tahun kemungkinan ikut ber KB untuk mencegah kehamilan

resiko tinggi, selain itu dengan semakin meningkatnya usia, seseorang akan

mempunyai pertimbangan yang lebih banyak sebelum memutuskan sesuatu

termasuk untuk melahirkan, sedangkan pada usia <20 tahun mengikuti program

KB kemungkinan dengan alasan untuk menunda kehamilan.

5. Faktor Sosial budaya

Faktor kelima yang yang mempengaruhi tingginya pemakaian alat

kontrasepsi suntik diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu

Selatan adalah faktor sosial budaya dengan mayoritas suku Jawa (71%) dan

jumlah anak yang diinginkan 2 orang (47.6 %). Hal ini menunjukkan norma

keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) sudah menjadi pilihan akseptor.

Menurut BKKBN 2008, masyarakat yang memiliki suku jawa lebih bisa

menerima program keluarga berencana dibandingkan yang ber suku batak, suku

(55)

49

orang tua juga harus memikirkan bagaimana anak-anaknya kelak mempunyai

masa depan yang cerah dengan mendapatkan pendidikan yang terbaik.

Sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan

didalam satu masyarakat yang mempengaruhi sistem soaialnya termasuk

didalamnya sikap, perilaku diantara kelompok dalam masyarakat. Pelembagaan

kebudayaan diarahkan agar KB benar-benar dapat dihayati dan dijalankan oleh

individu, keluarga maupun masyarakat. Pendekatan kemasyarakatan bertujuan

menggalakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan KB, yang dilakukan melalui

jalur sosial budaya terutama melalui peranan tokoh masyarakat. Pilihan atas

pemakaian jenis kontrasepsi pada umumnya masih berdasarkan selera calon

akseptor disamping pertimbangan kondisi kesehatan dari calon akseptor yang

bersangkutan (BKKBN, 2011).Menurut BKKBN (2012) pada saat ini norma

keluarga kecil sudah menjadi kebutuhan mendasar bagi kebanyakan keluarga. Di

indonesia data nilai anak untuk menunjukkan bahwa program KB memang

dibutuhkan oleh masyarakat, disamping menunjukkan kemandirian juga harus

diupayakan peningkatan kualitas generasi mendatang.

Kemiskinan dan kemunduran sosial budaya adalah aspek-aspek yang

menjadi tantangan berat bagi pembangunan. Disisi lain program KB ditandai

semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam ber KB, sehingga KB perlu

dijadikan upaya penting untuk memiliki anak ideal, menjadi keluarga yang

sejahtera dan berkualitas. Gambaran ini secara tidak langsung memperlihatkan

bahwa program KB telah begitu membudaya disebahagian besar keluarga di

(56)

50

menggunakan alat kontrasepsi dan cara yang tidak membahayakan suami istri

seperti KB suntik.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Aldriana (2013), sosial budaya

mempengaruhi dalam pemakaian kontrasepsi suntik dimana keyakinan tersebut

muncul karena adanya informasi dan pengaruh sosial masyarakat dan dukungan

dari keluarga terdekat, dan saling merekomendasikan untuk pemakaian

kontrasepsi yang sama. Dan hasil yang sama dilaporkan dari penelitain Nirdayani

(2008) menyatakan bahwa faktor sosial budaya yang paling mempengaruhi

terhadap pemakaian kontrasepsi suntik, dikarenakan norma keluarga kecil bahagia

sejahtera (NKKBS) menjadi kebutuhan keluarga Indonesia dengan 2 anak cukup.

Peneliti berasumsi bahwa responden memakai KB suntik karena pengaruh

informasi dari masyarakat sekitar, menerima norma keluarga kecil bahagia dan

(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian dari pembahasan, dapat disimpulkan

bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 42 orang responden akseptor KB

diwilayah kerja Puskesmas Aek Goti menggambarkan faktor-faktor yang

mempengaruhi tingginya pemakaian alat kontrasepsi suntik diwilayah kerja

Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah faktor Sikap dengan

mayoritas positif (mendukung) sebanyak (85.7%), faktor pendidikan dengan

mayoritas SMA sebanyak (61.9%), faktor ekonomi dengan mayoritas tingkat

penghasilan keluarga dibawah UMR Rp.1.653.000,- sebanyak (76.2%), faktor

umur dengan mayoritas tidak beresiko untuk hamil sebanyak (81%), dan faktor

sosial budaya dengan mayoritas suku Jawa sebanyak (71%).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi tingginya pemakaian kontrasepsi suntik di wilayah kerja

Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan berdasarkan urutan

persentase adalah faktor sikap dengan positif (85.7%), umur dengan kategori tidak

beresiko untuk hamil (81%), ekonomi dengan tingkat penghasilan keluarga

dibawah UMR (74.8%), sosial budaya dengan mayoritas suku jawa (71%) dan

(58)

52

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka penting diberi saran kepada beberapa

pihak yaitu:

6.2.1 Praktek Keperawatan

Petugas kesehatan agar dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang

metode kontrasepsi suntik yang baik yang terdiri dari tujuan, manfaat, kesesuaian,

kenyamanan sehingga tidak memberikan efek yang buruk bagi akseptor KB, agar

wanita yang belum menggunakannya berminat untuk menggunakan sehingga

tujuan program pemerintah keluarga berencana tercapai yaitu menjadikan norma

keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).

6.2.2 Penelitian Keperawatan

Pada penelitian ini tidak diketahui seberapa kuat faktor-faktor yang

mempengaruhi tingginya pemakaian kontrasepsi jenis suntik. Untuk itu peneliti

selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang analisis yang

mempengaruhi wanita dalam memilih metode kontrasepsi suntik.

6.2.2 Pendidikan Keperawatan

Untuk pendidikan keperawatan semoga menjadi informasi tambahan dan

(59)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga Berencana

2.1.1. Defenisi Keluarga Berencana (KB)

Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau

pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang

diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat

kelahiran dalam hubungan dengan usia suami isteri, dan menentukan jumlah anak

dalam keluarga (Hartanto, 2007).

KB menurut Undang-undang (UU) No.10 tahun 1992 dalam Arum dan

Sujiatini (2011) tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga

sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat

melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan

sejahtera.

Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama

diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya

membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak

diinginkan, terhadap gangguan fisik atau psikologis akibat tindakan abortus yang.

tidak aman, serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status

(60)

9

Keluarga Berencana menyajikan pilihan bagi pasangan yang ingin

membatasi kesuburan mereka dengan beberapa metode yaitu alat kontrasepsi

dalam rahim (AKDR/IUD), implant/susuk, tubektomi (MOW),vasektomi (MOP),

pil, suntikan, kondom. Sasaran utama dalam pelayanan KB adalah Pasangan Usia

Subur (PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh

pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan

kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah

Rumah Sakit, Puskesmas, Dokter, Praktek Swasta, Bidan Praktek swasta dan

Bidan Desa (Mulyani, 2013).

2.1.2. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah

masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,

menurunkan tingkat/angka kematian bayi, dan anak serta penanggulangan

masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil

berkualitas. Perlu diketahui bahwa tujuan-tujuan tersebut merupakan kelanjutan

dari tujuan program KB tahun 1970 yaitu tujuan demografis berupa penurunan

TFR dan tujuan filosofis berupa kelembagaan dan pembudidayaan Norma

Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Arum dan Sujiyatini, 2011).

(61)

10

dilakukan dengan mengajak pasangan usia subur (PUS) untuk ikut Keluarga

Berencana. Sementara itu penduduk yang belum memasuki usia subur (Pra-Subur)

diberikan pemahaman dan pengertian mengenai keluarga berencana (Hartanto,

2007).

2.1.3 Manfaat Keluarga Berencana

Mamfaat Keluarga Berencana adalah untuk meningkatkan dan perluasan

cakupan pelayanan kontrasepsi, penghematan biaya, baik bagi program Keluarga

Berencana maupun bagi Klien (Yuhedi & Kurniawati, 2014).

2.2. Kontrasepsi

2.2.1. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata” kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti

“melawan”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur yang matang dengan

sel sperma yang menyebabkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel

telur yang matang dengan sperma (Hartanto, 2007).

Menurut Siswosudarmo (2001) Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk

mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat sementara atau permanen.

Mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang

matang dengan sel sperma, adapun cara kerja kontrasepsi adalah mengusahakan

agar tidak terjadi evolusi. Melumpuhkan sperma dan menghalangi pertemuan sel

telur dengan sperma. Secara umum menurut cara pelaksanaannya kontrasepsi

(62)

11

beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi. (2) Cara permanen, yaitu mengakhiri

kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen.

Menurut Saifuddin (2006), tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman

dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan

kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode

kontrasepsi ideal adalah: Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat

bila digunakan. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat

mencegah terjadinya kehamilan. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien

melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. Terjangkau harganya oleh

masyarakat. Bila pemakaian dihentikan, klien akan segera kembali kesuburannya.

2.2.2. Jenis-jenis Kontrasepsi

Memilih alat kontrasepsi menurut Handayani (2010), berdasarkan

pertimbangan efektifitasnya tinggi, tidak menimbulkan efek samping, daya

kerjanya dapat diatur sesuai kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu

melakukan hubungan seksual, mudah digunakan, dan harganya terjangkau.

Seperti kita tahu, ada begitu banyak alat kontrasepsi. Secara garis besar,

kontrasepsi itu dibagi dalam tiga bagian besar yaitu kontrasepsi mekanik,

hormonal, dan kontrasepsi mantap (Handayani, 2010).

(63)

12

2.3. Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi Suntikan adalah hormon yang diberikan secara injeksi untuk

mencegah terjadinya kehamilan (Mulyani, 2013). Kontrasepsi suntik adalah salah

satu metode mencegah kehamilan yang saat ini banyak digunakan di

negara-negara berkembang. Kontrasepsi suntik bekerja mengentalkan lendir rahim

sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma untuk pembuahan. Alat Kontrasepsi ini

juga mencegah sel telur menempel kedinding rahim sehingga proses kehamilan

bisa dicegah.

Kontarsepsi suntik di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang

populer. Kontrasepsi yang digunakan adalah long-action progestin, yaitu

Noretisteron enantat (NETEN) dengan nama dagang Noristrat dan Depomedroksi

progesteron acetat (DMPA) dengan nama dagang Depoprovera dan Cyclofem.

Kontrasepsi suntik telah dipakai oleh hampir semua wanita usia subur yang sehat

dan tidak ingin hamil. Jadi kontrasepsi suntik merupakan pilihan yang tepat untuk

ibu (BKKBN, 2009).

Metode suntikan telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional

serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakaian kontrasepsi

suntikan oleh karena: aman, sederhana, efektif, biaya murah, tidak menimbulkan

(64)

13

penyuntikan ialah secara intramuskular dalam, di daerah muskulus gluteus

maksimus atau deltoideus (Siswosudarmo, 2001).

Klasifikasi kontrasepsi suntik:

Terdapat 2 jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. Jenis yang beredar di Indonesia

menurut (Handayani, 2010) adalah :

1. Yang hanya mengandung hormon progestin.

a. Depo medroksiprogesteron asetat, mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan

setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular. Setelah suntikan pertama,

kadar DMPA dalam darah mencapai puncak setelah 10 hari. DMPA dapat

memberi perlindungan dengan aman selama tiga bulan.

b. Depo noretisteron enantat, mengandung 200 mg Noretdon Enantat, diberikan

setiap 2 bulan dengan suntikan intramuskular.

2. Kontrasepsi Kombinasi

Depo estrogen-progesteron yaitu jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 250

mg Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Cypionate.

Efektifitas cara kontrasepsi suntik sangat tinggi, dimana kegagalan kurang dari 1

(65)

14

yaitu: Sangat efektif, karena mudah digunakan tidak memerlukan aksi sehari hari

dalam penggunaan kontrasepsi suntik ini tidak banyak di pengaruhi kelalaian atau

faktor lupa dan sangat praktis. Meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang

menyusui, Hormon progesteron dapat meningkatkan kuantitas air susu ibu

sehingga kontrasepsi suntik sangat cocok pada ibu menyusui. Konsentrasi hormon

di dalam air susu ibu sangat kecil dan tidak di temukan adanya efek hormon pada

pertumbuhan serta perkembangan bayi. Efek samping sangat kecil yaitu tidak

mempunyai efek yang serius terhadap kesehatan. Tidak berpengaruh pada

hubungan suami istri. Penggunaan jangka panjang, sangat cocok pada wanita yang

telah mempunyai cukup anak akan tetapi masih enggan atau tidak bisa untuk

dilakukan sterilisasi. Dapat digunakan oleh perempuan usia> 35 tahun.

Keuntungan yang lain menurut Pinem (2009) metode kontrasepsi suntik

adalah metode kontrasepsi hormonal efektif mencegah kehamilan hingga 99%,

memberikan kenyamana kepada pasangan suami istri, karena dengan 1 kali

suntikan anda tidak perlu memikirkan kontrasepsi selama 1 sampai 3 bulan, sesuai

dengan jenis suntik KB yang anda pilih, kehamilan bisa anda dapatkan kembali

setelah menghentikan penggunaan KB suntik.

2.3.2 Efek Samping Kontrasepsi Suntik

Menurut Arum dan Sujiyatini (2011), efek samping kontrasepsi suntik yaitu

: Terjadinya gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling

menggangu. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenore, perdarahan

(66)

15

pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter-menstrual dan

perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian

amenore bertambah tetapi sebenarnya efek ini memberikan keuntungan yakni

mengurangi terjadinya anemia. Tidak menjadi masalah karena darah tidak akan

menggumpal didalam rahim. Amenore disebabkan perubahan hormon didalam

tubuh dan kejadian amenore biasa pada peserta kontrasepsi suntikan. Insidens

yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atrofi endometrium.

Berat badan yang bertambah, umumnya pertambahan berat badan tidak

terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama.

Pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya

lemak tubuh. Hipotesa para ahli ini diakibatkan hormon merangsang pusat

pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih

banyak daripada biasanya. Keluhan- keluhan lainnya berupa mual, muntah, sakit

kepala, panas dingin, pegal-pegal, nyeri perut dan lain-lain.

Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut. Tidak

menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B

virus, atau infeksi virus HIV. Terlambatnya kembali kesuburan setelah

penghentian pemakaian bukan karena terjadinya kerusakan atau kelainan pada

organ genitalia melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari

(67)

16

Berdasarkan penelitian yang dilakukan baik di indonesia maupun di luar

negeri belum pernah dilaporkan adanya efek samping atau komplikasi yang berat

akibat pemakaian suntik KB (BKKBN, 2008). Dan ditambahkan lagi menurut

Siswosudarmo (2001) sampai saat sekarang kontrasepsi suntik tidak terdapat bukti

mempunyai resiko efek samping yang lebih besar dibanding kontrasepsi lainnya.

2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi menggunakan kontrasepsi suntikan Progestin ialah usia reproduksi,

menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi,

menyusui, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau

keguguran, tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, perokok,

Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah

atau anemia. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen. Dan

yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan Progestin adalah hamil atau

dicurigai hamil, Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, Tidak

dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea, menderita kanker

payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes melitus disertai komplikasi.

Dan yang diperbolehkan untuk menggunakan kontrasepsi suntikan

Kombinasi adalah usia reproduksi, telah memiliki anak, ataupun yang belum

(68)

17

menyusui diatas 6 minggu pasca persalinan dan tidak menyusui dan anemia. Dan

yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan Kombinasi adalah hamil atau

diduga hamil, menyusui dibawah umur 6 minggu pasca persalinan, perdarahan

pervaginam yang belum jelas penyebabnya, penyakit hati akut, usia > 35 tahun,

riwayat penyakit jantung, strook atau dengan tekanan darah tinggi (180/120

mmHg), riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun,

kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain dan

keganasan pada payudara (Saifuddin, 2006).

2.3.4 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik

Mencegah ovulasi, kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan

luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar

follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan

LH (LH Surge). Menghambat perkembangan folikel dan mencegah ovulasi.

Progestin menurunkan frekuensi pelepasan (FSH) dan (LH). Lendir serviks

menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus serviks yang

mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus yang normal pada

lendir serviks. Sekret dari serviks tetap dalam keadaan di bawah pengaruh

(69)

18

sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah

di buahi.

Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi atau

memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui

tubafallopi. (Prawirohardjo, 2005). Efektifitas kontrasepsi ini sangat efektif

(0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan

(Handayani, 2010).

2.3.5 Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntikan progestin jenis DMPA di berikan setiap 3 bulan

dengan cara di suntik intramuskular dalam di daerah glutea. Apabila suntikan di

berikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak

bekerja segera dan tidak efektif. Suntikan di berikan setiap 90 hari. Pemberian

kontrasepsi suntikan Noristerat diberikan setiap 8 minggu. Sedangkan untuk

suntikan kombinasi di berikan setiap bulan dengan intramuskular dalam dan

datang kembali setiap 4 minggu. Suntikan ulang di berikan 7 hari lebih awal,

dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga di berikan setelah

7 hari dari jadwal yang telah di tentukan, asal saja di yakini ibu tersebut tidak

(70)

19

Waktu pemberian kontrasepsi suntik adalah pada pasca persalinan yaitu

segera ketika masih di rumah sakit dan jadwal suntikan berikutnya dan pasca

abortus yaitu segera setelah perawatan dan jadwal waktu diperhitungkanInterval

yaitu hari kelima menstruasi dan jadwal diperhitungkan (Siswosudarmo, 2001).

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik

Faktor penentu atau determinan prilaku manusia sulit untuk dibatasi karena

prilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal

(lingkungan). Pada garis besarnya prilaku manusia dapat di lihat dari 3 aspek,

yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit

untuk dipastikan aspek mana yang paling mempengaruhi prilaku manusia. Secara

lebih terperinci prilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai

gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, pendidikan, kehendak, minat, motivasi,

persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan determinan prilaku,

khusunya prilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence

Green (1980) dalam Notoatmodjo, (2003). Prilaku manusia yang dianalisi oleh

Green menyatakan bahwa tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat

Gambar

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Ibu yang Memakai
Tabel 3.1 Faktor Sikap
Tabel 3.3 Faktor Ekonomi
Tabel 3.5 Faktor Sosial Budaya

Referensi

Dokumen terkait

HASIL OBSERVASI LANJUT USIA DI PTSW (PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA) SENJARAWI BANDUNG HASIL OBSERVASI LANJUT USIA DI.. PTSW (PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA)

Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010 Tentang Perubahan Kedua atas SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan

Ha: There are differences in the disclosure of carbon emissions before and after the enactment of Indonesia Act No. 17 of 2004 concerning the ratification of Kyoto Protocol To

Tujuan utama dari laporan ini adalah merancang mesin atau alat pemindah drum untuk memindahkan drum dan mendapatkan hasil berupa gambar kerja serta menentukan komponen alat

Dinas Pendidikan Kota Semarang mengatakan bahwa berkaitan dengan penggunaan dana BOS untuk pengembangan guru dan fasilitas sekolah tidak memberikan saran dan juga tidak boleh

Data yang dikumpulkan meliputi : (1) intensitas serangan penyakit busuk buah kering pada setiap strata, (2) intensitas dan luas serangan penyakit busuk buah kering pada

Daerah Kota Solok Nomor 5) tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Perusahaan. Daerah Air Minum Kota Solok dicabut dan dinyatakan

Pemesanan sepeda motor secara on-line dibuat dengan tujuan agar setiap orang yang menggunakan internet yang ingin memesan sepeda motor built-up dapat memesan dengan cepat tanpa