• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelapisan Benih Yang Diperkaya Burkholderia Sp Untuk Meningkatkan Penyerapan Fosfat Dan Pertumbuhan Pada Bibit Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelapisan Benih Yang Diperkaya Burkholderia Sp Untuk Meningkatkan Penyerapan Fosfat Dan Pertumbuhan Pada Bibit Kelapa Sawit"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PELAPISAN BENIH YANG DIPERKAYA

Burkholderia

sp.

UNTUK MENINGKATKAN PENYERAPAN FOSFAT DAN

PERTUMBUHAN PADA BIBIT KELAPA SAWIT

SAIPULLOH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pelapisan Benih yang Diperkaya Burkholderia sp. untuk Meningkatkan Penyerapan Fosfat dan Pertumbuhan pada Bibit Kelapa Sawit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

(4)
(5)

RINGKASAN

SAIPULLOH. Pelapisan Benih yang Diperkaya Burkholderia sp. untuk Meningkatkan Penyerapan Fosfat dan Pertumbuhan pada Bibit Kelapa Sawit. Dibimbing oleh ENDAH RETNO PALUPI, ENY WIDAJATI, dan NURITA TORUAN-MATHIUS.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kahat fosfat di lahan perkebunan bermasalah adalah dengan perlakuan benih (seed treatment), yaitu pengkayaan benih (seed enrichment) dengan agens hayati yang bersimbiosis dengan tanaman. Teknik ini diharapkan dapat lebih cepat mengatasi ketersediaan fosfat untuk tanaman. Tujuan penelitian adalah mendapatkan bahan pelapis terbaik untuk benih yang diperkaya dengan Burkholderia sp. untuk meningkatkan penyerapan fosfat, daya simpan, dan pertumbuhan bibit kelapa sawit.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2014 hingga Oktober 2015 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Laboratorium Microbiome Technology dan Pre Nursery PT SMART Tbk Sentul, Bogor. Penelitian dibagi dalam tiga percobaan yang dilakukan secara berurutan. Percobaan pertama menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Faktor perlakuan adalah jenis bahan pelapis, yaitu 1: Benih utuh tanpa pengkayaan Burkholderia sp.; 2: Talk 1%; 3: CMC 1%; 4: Tapioka 5%; 5: Arabic gum 25%; 6: Natrium alginat 8.3%; 7: Arabic gum 3% + gipsum 1%; 8: CMC 1.5% + gipsum 1%; dan 9: CMC 1.5% + talk 1%. Jenis bahan pelapis 2-9 diperkaya dengan Burkholderia sp. Percobaan kedua menggunakan rancangan tersarang (nested) dengan tiga ulangan. Faktor utama adalah formula bahan pelapis, yaitu 1: Benih utuh tanpa pengkayaan Burkholderia sp.; 2: Benih utuh dengan pengkayaan Burkholderia sp.; 3: CMC 0.5%; 4: CMC 1%; 5: CMC 1.5%; 6: CMC 1% + gipsum 0.5%; 7: CMC 1.5% + gipsum 1%; 8: CMC 2% + gipsum 1.5%; 9: CMC 1% + talk 0.5%; 10: CMC 1.5% + talk 1%; dan 11: CMC 2% + talk 1.5%. Formula bahan pelapis 3-11 diperkaya dengan Burkholderia sp. Faktor tersarang adalah periode simpan, yaitu S0: tanpa penyimpanan; S3: penyimpanan 3 hari; S6: penyimpanan 6 hari; S9: penyimpanan 9 hari; dan S12: penyimpanan 12 hari. Benih dikemas dalam plastik polietilen (PE) dengan ketebalan 0.1 mm dan disimpan di ruangan dengan suhu 18 ± 2 °C dan kelembaban 60-70%. Percobaan ketiga menggunakan rancangan acak kelompok dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pelapisan benih, yaitu 1: Benih utuh tanpa pengkayaan Burkholderia sp., 2: Benih utuh dengan pengkayaan Burkholderia sp.; 3: CMC 1.5%; 4: CMC 2% + gipsum 1.5%; dan 5: CMC 1.5% + talk 1%. Bahan pelapis 3-5 diperkaya dengan Burkholderia sp.

Faktor kedua adalah pemupukan fosfat, yaitu 1: tanpa pemupukan fosfat; 2: pemupukan fosfat 50% dari dosis rekomendasi; 3: pemupukan fosfat 100% dari

dosis rekomendasi; dan 4: pemupukan fosfat 150% dari dosis rekomendasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahan pelapis terbaik untuk benih kelapa sawit yang telah diperkaya dengan Burkholderia sp. adalah CMC 2% + gipsum 1.5%. Bahan pelapis tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan dan penyerapan fosfat bibit kecambah kelapa sawit. Pelapisan dan pengkayaan benih hanya mampu mempertahankan mutu kecambah selama tiga hari penyimpanan dan belum dapat mengurangi dosis pupuk rekomendasi.

(6)

SUMMARY

SAIPULLOH. Seed Coating Enrichment with Burkholderia sp. to Improve Phosphate Absorption and Growth in Oil Palm Seedling. Supervised by ENDAH RETNO PALUPI, ENY WIDAJATI, and NURITA TORUAN-MATHIUS.

One way to overcome phosphate deficiency in oil palm plantation is seed enrichment using phosphate solvent microbes. This technique is expected to accelerate phosphate availability for plant. The aim of the research was to identify the best coating materials for seed enrichment that compatible with Burkholderia sp. in order to increase phosphate absorption, seed storability, and growth of oil palm seedlings.

The research was conducted from July 2014 until October 2015 at the Laboratory of Seed Science and Technology IPB, Laboratory of Microbiome Technology and Pre Nursery PT SMART Tbk Sentul, Bogor. The research consisted of three consecutive experiments. The first experiment was arranged in randomized block design, with nine treatments of different seed coating materials, i.e. 1: Fresh seed without enrichment; 2: Talc 1%; 3: CMC 1%; 4: Tapioca 5%; 5: Arabic gum 25%; 6: Natrium alginate 8.3%; 7: Arabic gum 3% + gypsum 1%; 8: CMC 1.5% + gypsum 1%; and 9: CMC 1.5% + talc 1%. Treatment 2-9 was enriched with Burkholderia sp. The second experiment was arranged in nested design, with main factor of 11 different seed coating materials, i.e. 1: Fresh seed without enrichment; 2: Fresh seed with enrichment; 3: CMC 0.5%; 4: CMC 1%; 5: CMC 1.5%; 6: CMC 1% + gypsum 0.5%; 7: CMC 1.5% + gypsum 1%; 8: CMC 2% + gypsum 1.5%; 9: CMC 1% + talc 0.5%; 10: CMC 1.5% + talc 1%; and 11: CMC 2% + talc 1.5%. Treatment 3-11 was enriched with Burkholderia sp. The nested factors were five storage periods, i.e. S0: without storage; S3: stored for 3 days; S6: stored for 6 days; S9: stored for 9 days; and S12: stored for 12 days. The seeds was packed in polyethylene plastic with a thickness of 0.1 mm and stored in the room with temperature of 18 ± 2 °C and RH of 60-70%. The third experiment was arranged in randomized block design with two factors. The first factor consisted of five different seed coating materials, i.e. 1: Fresh seed without enrichment; 2: Fresh seed with enrichment; 3: CMC 1.5%; 4: CMC 2% + gypsum 1.5%; and 5: CMC 1.5% + talc 1%. Treatment 3-5 was enriched with Burkholderia sp. The second factor consisted of four phosphate fertilizer dosages, i.e. 1: without

phosphate fertilizer; 2: 50% of recommended dosage of phosphate fertilizer; 3: 100% of recommended dosage of phosphate fertilizer; and 4: 150% of

recommended dosage of phosphate fertilizer.

The results showed that the best coating materials for oil palm seed enrichment with Burkholderia sp. was CMC 2% + gypsum 1.5%. The coating material enhances seedling growth and phosphate absorption. Seed coating and enrichment maintained seedling vigor for three days in the storage. However, it was not sufficient to reduce the recommended dosage of phosphate fertilizer.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

PELAPISAN BENIH YANG DIPERKAYA

Burkholderia

sp.

UNTUK MENINGKATKAN PENYERAPAN FOSFAT DAN

PERTUMBUHAN PADA BIBIT KELAPA SAWIT

SAIPULLOH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Tesis : Pelapisan benih yang diperkaya Burkholderia sp. untuk

meningkatkan penyerapan fosfat dan pertumbuhan pada bibit kelapa sawit

Nama : Saipulloh NIM : A251130201

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc Ketua

Dr Ir Eny Widajati, MS Dr Nurita Toruan-Mathius, MS Anggota Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu dan Teknologi Benih

Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc Dr Ir Dahrul Syah, MSc.Agr

(12)
(13)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan berkah-Nya sehingga penyusunan tesis dapat diselesaikan dengan baik. Tesis yang berjudul ”Pelapisan Benih yang Diperkaya Burkholderia sp. untuk

Meningkatkan Penyerapan Fosfat dan Pertumbuhan pada Bibit Kelapa Sawit

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

 Ayah Saman, Mama Ain, Kak Nur, Kak Dian, Kak Hikmah, Ubay, Saila, Kiky, Iqbal, Hizam, Bang Roni yang selalu penulis cintai, sayangi dan hormati dengan hati yang tulus. Penulis ucapkan terima kasih atas segala curahan kasih sayang, perhatian, dorongan moril dan materil, serta doa yang tiada ternilai.

 Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc, Dr Ir Eny Widajati dan Dr Nurita Toruan-Mathius, MS selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

 Prof Dr Ir Satriyas Ilyas, MS selaku penguji luar komisi dan Dr Ir Muhammad Rahmad Suhartanto, MSi selaku perwakilan dari program studi.

 Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menempuh pendidikan Pascasarjana, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan sebagai pemberi dana pendidikan berupa beasiswa, serta PT SMART Tbk yang telah menyediakan fasilitas penelitian.

 Sahabat-sahabat ITB 2013: Teh Lilih, Mbak Ika, Gani, Mbak Hepi, Kak Ani, Kak Reni, Teh Irma, Icut, Indri, Fani, Dilla, Aulia, Pitri, Keswari, Mela, Listia, Alfi, dan Widya.

 Teman-teman: Bang Erwin Mikoriza, Runi, Steffani, Awatif, Alfianti Sari, Efrilya Adriani, Mbak Atiek, Bang Pudin, Bang Manik, Kang Deden, Kang Eman, Rian, Bu Melati, Dek Ellysa, Bang Zulfikar, Bang Mulyadi, Bang Yudha, dan Ajmir.

 PT Smart Tbk: Bu Elizabeth, Bu Diesa, Bu Rika, Pak Matori, Mas Yogo, Mbak Urip, Bang Jon, Najib, Ahya, Dacun, Sky, Hilman, Esti, Anda, Hani, Indri, Ari, Gea, Teh Cici, Teh Ade, dan seluruh staf dan teknisi.

 Seluruh staf pengajar Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih serta karyawan Departemen AGH.

 Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak serta bernilai dihadapan Allah SWT, Aamiin Yaa Robbal Alamin.

Bogor, Juni 2016

(14)
(15)

DAFTAR ISI

benih yang diperkaya Burkholderia sp. terhadap

pertumbuhan bibit kelapa sawit 8

Percobaan 2: Pengaruh formula bahan pelapis yang tepat untuk benih yang diperkaya Burkholderia sp. dalam

meningkatkan daya simpan benih kelapa sawit 9 Percobaan 3: Evaluasi bahan pelapis terbaik untuk benih yang

diperkaya Burkholderia sp. dalam meningkatkan penyerapan fosfat dan pertumbuhan bibit kelapa

sawit 10

Analisis data 13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Percobaan 1: Pengaruh jenis bahan pelapis yang sesuai untuk benih yang diperkaya Burkholderia sp. terhadap

pertumbuhan bibit kelapa sawit 14

Percobaan 2: Pengaruh formula bahan pelapis yang tepat untuk benih yang diperkaya Burkholderia sp. dalam

meningkatkan daya simpan benih kelapa sawit 16 Percobaan 3: Evaluasi bahan pelapis terbaik untuk benih yang

diperkaya Burkholderia sp. dalam meningkatkan penyerapan fosfat dan pertumbuhan bibit kelapa

(16)

DAFTAR TABEL

1 Jenis bahan pelapis dari berbagai sumber 8

2 Formula bahan pelapis dan periode simpan sebagai perlakuan

pada percobaan 2 10

3 Bahan pelapis dan dosis pemupukan fosfat sebagai perlakuan

pada percobaan 3 11

4 Dosis pemupukan fosfat pada percobaan 3 12

5 Dosis pemupukan sesuai SOP PT SMART Tbk 13

6 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jenis bahan pelapis benih terhadap tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat bibit pada bibit kelapa sawit umur

12 MST 14

7 Pengaruh jenis bahan pelapis terhadap tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat

bibit pada bibit kelapa sawit umur 12 MST 15

8 Rekapitulasi sidik ragam formula bahan pelapis, periode simpan, dan interaksinya terhadap tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat bibit

pada bibit kelapa sawit umur 12 MST 16

9 Pengaruh formula bahan pelapis dan periode simpan terhadap tinggi bibit, panjang akar, dan tinggi tajuk pada bibit kelapa

sawit umur 12 MST 17

10a Pengaruh interaksi formula bahan pelapis dan periode simpan terhadap bobot kering bibit pada bibit kelapa sawit umur

12 MST 18

10b Pengaruh interaksi formula bahan pelapis dan periode simpan terhadap penyerapan fosfat bibit pada bibit kelapa sawit umur

12 MST 19

11 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh pelapisan benih, pemupukan fosfat, dan interaksinya terhadap tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan

fosfat bibit pada bibit kelapa sawit umur 12 MST 20 12 Pengaruh pelapisan benih yang diperkaya Burkholderia sp.

terhadap tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat bibit pada bibit kelapa sawit umur

12 MST 21

13 Pengaruh pemupukan fosfat terhadap tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat

bibit pada bibit kelapa sawit umur 12 MST 22

14 Pengaruh interaksi pelapisan benih dan pemupukan fosfat

(17)

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur benih kelapa sawit 2

2 Kecambah kelapa sawit 3

3 Spesifikasi alat pelapis benih prototipe AGH-14 5

4 Bagan alir penelitian 7

5 Kecambah kelapa sawit yang mengalami gejala kecokelatan

akibat pelapisan manual 15

6 Deteksi keberadaan Burkholderia sp. pada jaringan akar bibit

kelapa sawit umur 12 MST 19

7 Hasil pelapisan kecambah kelapa sawit dengan alat pelapis

benih prototipe AGH-14 23

8 Deteksi keberadaan Burkholderia sp. pada jaringan akar bibit

kelapa sawit umur 12 MST 23

DAFTAR LAMPIRAN

1 Deskripsi benih kelapa sawit varietas Dami Mas 29 2 Hasil analisis media tanam pada percobaan 3 dan kriteria

penilaian sifat kimia tanah 30

(18)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peran kelapa sawit dalam perekonomian Indonesia yang tinggi telah mendorong pemerintah dan masyarakat untuk berperan dalam pengembangan kelapa sawit. Hal tersebut ditunjukkan oleh peningkatan perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit. Kementerian Pertanian melaporkan terjadi peningkatan luas areal penanaman kelapa sawit dari 8.38 juta ha pada tahun 2010 menjadi 10.95 juta ha pada tahun 2014. Sejalan dengan perluasan areal penanaman kelapa sawit, tenaga kerja yang diserap oleh sektor ini sebanyak 3.72 juta orang. Devisa yang disumbangkan oleh sektor ini senilai US$ 9.15 milyar dengan volume ekspor sebesar 15.5 juta ton (DITJENBUN 2015).

Ketersediaan lahan subur yang semakin berkurang mendorong perluasan perkebunan kelapa sawit menggunakan lahan yang agak masam sampai masam dengan tingkat kesuburan yang rendah. Menurut Mangoensoekarjo et al. (2007) sekitar 58% sebaran luas perkebunan kelapa sawit didominasi pada kondisi lahan kelas tiga atau agak sesuai, sedang sebesar 11% pada kelas N1 atau tidak sesuai bersyarat dari total areal kelapa sawit di Indonesia. Kendala penanaman pada lahan tersebut adalah tanah bersifat masam dan unsur hara sulit tersedia khususnya unsur fosfat, sehingga menyebabkan defisiensi yang akan menghambat pertumbuhan.

Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah menggunakan pengkayaan benih (seed enrichment), yaitu benih diperkaya dengan agens hayati yang bersimbiosis dengan tanaman. Agens hayati potensial yang dapat digunakan untuk mengatasi kondisi kahat fosfat adalah mikroba pelarut fosfat (MPF). Penggunaan teknik ini diharapkan dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi kahat fosfat. Menurut Rodríguez dan Fraga (1999) bakteri Burkholderia sp. merupakan salah satu bakteri yang dapat melarutkan fosfat.

Pengkayaan benih dapat dilakukan dengan pelapisan benih (seed coating). Menurut Ilyas (2012) pelapisan benih dalam industri benih efektif untuk memperbaiki penampilan benih, meningkatkan daya simpan, mengurangi resiko tertular penyakit dari benih di sekitarnya, dan dapat digunakan sebagai pembawa zat aditif diantaranya antioksidan, mikroba antagonis, zat pengatur tumbuh, pupuk, dan lain-lain.

(19)

2

Pengkayaan benih kelapa sawit dengan Burkholderia sp. dapat menjadi nilai tambah dalam produksi benih, karena benih dilengkapi dengan mikroba yang membantu penyerapan fosfat sehingga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan. Disamping itu pengkayaan melalui pelapisan diharapkan dapat memperpanjang daya simpan benih kelapa sawit yang berupa kecambah, yang pada umumnya hanya bertahan kurang dari tiga hari. Kendala dalam pengkayaan benih kelapa sawit melalui pelapisan adalah menentukan bahan pelapis yang tidak mengganggu pertumbuhan benih serta sesuai dengan bakteri Burkholderia sp., agar bakteri tetap hidup setelah dicampur dengan bahan pelapis dan dapat meningkat populasinya setelah benih ditanam, sehingga dapat membantu meningkatkan penyerapan fosfat.

Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan

1. Jenis bahan pelapis yang sesuai untuk benih kelapa sawit yang diperkaya dengan Burkholderia sp.

2. Formula bahan pelapis yang tepat untuk benih yang diperkaya dengan Burkholderia sp. dalam meningkatkan daya simpan benih kelapa sawit.

3. Bahan pelapis terbaik untuk benih yang diperkaya dengan Burkholderia sp. dalam meningkatkan penyerapan fosfat dan pertumbuhan bibit kelapa sawit

2

TINJAUAN PUSTAKA

Benih Kelapa Sawit

Perkecambahan benih kelapa sawit memerlukan waktu yang relatif lama dan tidak serempak karena dormansi yang disebabkan oleh endokarp (cangkang) yang tebal dan keras yang membungkus embrio (Gambar 1). Oleh karena itu secara alamiah persentase perkecambahan benih kelapa sawit rendah.

Endosperma

Operculum Eksokarp

Mesokarp

Endokarp Embrio

Gambar 1 Struktur benih kelapa sawit

(20)

3 Benih kelapa sawit memiliki sifat mendekati benih rekalsitran, sehingga memiliki daya simpan yang rendah. Menurut Chin dan Robert (1984) benih kelapa sawit termasuk benih intermediet (antara sifat rekalsitran dan ortodoks) artinya benih dapat dikeringkan sampai kadar air cukup rendah sehingga mempunyai sifat seperti benih ortodoks, tetapi sensitif terhadap suhu rendah. Benih intermediet lebih toleran terhadap pengeringan daripada benih rekalsitran, tetapi kurang toleran dibandingkan dengan benih ortodoks.

Pengecambahan benih kelapa sawit yang diawali dengan perlakuan panas selama 60 hari pada suhu 39 ± 1 °C menghasilkan perkecambahan sebesar 56.03 ± 4.47% (Martine et al. 2009). Menurut Corley dan Tinker (2003) perkecambahan benih kelapa sawit yang diberi perlakuan panas suhu 40 °C selama 60 hari dapat menghasilkan viabilitas sebesar 85%. Fordom et al. (2010) melaporkan perkecambahan benih kelapa sawit jenis Dura yang telah disimpan selama 3 bulan kemudian diberi perlakuan panas selama 40 hari memiliki perkecambahan sebesar 85%. Farhana et al. (2013) menyatakan perkecambahan benih kelapa sawit yang terlebih dahulu direndam dalam ethephon 0.4% dan air suhu 80 °C selama 3x24 jam, kemudian diberi perlakuan panas 39-40 °C menghasilkan potensi tumbuh maksimum benih sebesar 52%, sedangkan kontrol sebesar 33.6%.

Perkecambahan kelapa sawit yang memerlukan waktu lama dan perlakuan khusus untuk pematahan dormansi sehingga benih kelapa sawit diperjualbelikan dalam bentuk kecambah normal untuk menjamin konsumen memperoleh bibit kelapa sawit. Corley dan Tinker (2003) mengemukakan kriteria kecambah normal kelapa sawit, yaitu (1) radikula (bakal akar) berwarna kekuning-kuningan dan plumula (bakal daun) berwarna keputih-putihan; (2) radikula lebih panjang dari plumula; dan (3) radikula dan plumula tumbuh lurus serta berlawanan arah (Gambar 2).

Bahan Pelapis

Bahan pelapis adalah materi yang digunakan sebagai media untuk melapisi benih dan dapat ditambahkan bahan-bahan lain seperti biofertilizer, agens hayati, dan fungisida. Menurut Copeland dan McDonald (2001) bahan pelapis yang digunakan untuk melapisi benih harus memiliki persyaratan antara lain dapat mempertahankan kadar air benih selama penyimpanan, menghambat laju respirasi,

Gambar 2 Kecambah kelapa sawit Plumula

(21)

4

tidak bersifat toksik terhadap benih, mudah pecah dan larut apabila terkena air sehingga tidak menghambat proses perkecambahan, terutama proses imbibisi namun tidak mudah mencair. Bahan pelapis juga harus bersifat porus, sehingga benih masih dapat memperoleh oksigen untuk respirasi, bersifat higroskopis, mudah didapat, dan murah harganya.

Bahan pelapis yang dapat digunakan dalam proses pelapisan benih, diantaranya natrium alginat, arabic gum, carboxyl methyl cellulose (CMC), gipsum, talk, dan tapioka. Keunggulan dari bahan-bahan tersebut adalah memiliki daya rekat yang tinggi, mudah diperoleh, dan murah harganya (Copeland dan McDonald 2001). Beberapa peneliti telah meneliti bahan pelapis tersebut, yaitu bahan pelapis benih kacang panjang dengan menggunakan arabic gum 0.25 g mL-1 dan natrium alginat 0.083 g mL-1 dapat menghasilkan daya berkecambah benih setelah disimpan selama 12 minggu sebesar 97 dan 92% dibandingkan tanpa pelapisan (kontrol) sebesar 90% (Sari 2009). Bahan pelapis benih buncis dengan menggunakan arabic gum 0.25 g mL-1 dapat mempertahankan daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum (PTM), berat kering kecambah normal (BKKN) setelah disimpan selama 20 minggu berturut-turut sebesar 93%, 98.74%, dan 1.67 g (Yuningsih 2009). Bahan pelapis benih kedelai dengan menggunakan tapioka 0.05 g mL-1 lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Bahan pelapis tapioka dapat menghasilkan bobot kering tajuk, persentase infeksi dan jumlah spora cendawan mikoriza arbuskula (CMA) berturut-turut sebesar 5.33 g, 63.9%, dan 68.9 spora per 50 g tanah, sedangkan kontrol berturut-turut 3.97 g, 52.6%, dan 52.2 spora per 50 g tanah (Khodijah 2009). Kombinasi bahan pelapis untuk melapisi benih padi, yaitu CMC 1.5% + talk 1%, CMC 1.5% + gipsum 1%, dan arabic gum 3% + gipsum 1% dapat mempertahankan daya berkecambah benih berturut-turut sebesar 89, 84.5, dan 83%, sedangkan kontrol sebesar 80.5% (Palupi et al. 2012).

Pelapisan Benih

Pelapisan benih merupakan salah satu metode pengkayaan benih untuk memperbaiki mutu benih melalui penambahan bahan pada lapisan luar benih yang dapat mengendalikan perkecambahan benih. Penambahan bahan tersebut diantaranya zat pengatur tumbuh (ZPT) atau hormon sintetik, unsur hara, mikroba, dan fungisida yang dapat digunakan untuk meningkatkan viabilitas benih (Copeland dan McDonald 2001).

Proporsi bahan pelapis benih dapat berkisar 0.1-25% dari berat benih, bergantung dari tipe benih yang dilapisi. Bahan perekat yang dapat digunakan dapat berupa vinyl pyrrolodine, vinyl acetate, arabic gum, dan carboxyl methtyl cellulose (CMC), sedangkan carier yang dapat digunakan, antara lain gambut atau vermikulit. Setelah proses pelapisan, pengeringan benih dapat dilakukan dengan menggunakan suhu tidak lebih dari 30 °C (Ilyas 2012).

(22)

5 53.9, 68.6, 88.2, dan 122.5 rotasi per menit (rpm), (3) Tabung penampung larutan dan selang berfungsi sebagai wadah penampung dan penyalur larutan bahan pelapis yang memiliki kapasitas maksimum sebesar 1 000 ml, dan (4) Rangka berfungsi sebagai penyangga dari ketiga komponen utama (silinder pelapis, motor penggerak, dan tabung larutan) (Widajati dan Hermawan 2014; Darissalam 2015).

Mikroba Pelarut Fosfat

Mikroba pelarut fosfat (MPF) merupakan mikroorganisme yang memiliki kemampuan melarutkan unsur fosfat dan mengubahnya menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Efek pelarutan umumnya disebabkan oleh adanya produksi asam organik seperti asam asetat, asam format, asam laktat, asam oksalat, asam malat, dan asam sitrat yang dihasilkan oleh MPF. Pada saat yang bersamaan MPF juga memproduksi asam amino, vitamin, dan zat pengatur tumbuh seperti asam indolasetat (IAA) dan asam giberelin (GA3) yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Richardson 2001).

Asam-asam organik tersebut akan bereaksi dengan bahan pengikat fosfat seperti Al3+ dan Fe3+ membentuk khelat organik yang stabil sehingga mampu membebaskan ion fosfat terikat dan dapat diserap oleh tanaman. Menurut

Rodríguez dan Fraga (1999) dan Hefdiyah dan Shovitri (2014) MPF dapat

dimanfaatkan untuk mengatasi kahat fosfat pada tanah dan telah banyak digunakan untuk meningkatkan hasil pertanian. Pupuk hayati yang mengandung MPF umumnya terdapat satu atau lebih jenis mikroba dalam suatu formula, diantaranya dari strain Azotobacter, Rhizobium, Azospirillium, dan Burkholderia.

Bakteri Burkholderia sp.

Bakteri Burkholderia sp. diklasifikasikan ke dalam filogeni Bacteria, filum Proteobacteria, subdivisi Betta, dan genus Burkholderia. Mikroba ini termasuk ke dalam jenis bakteri endofit dari golongan bakteri gram negatif, hidup di wilayah perakaran tanaman (rizosfer), dan memiliki kemampuan untuk melarutkan fosfat. Endofit diartikan sebagai keberadaan organisme hidup dalam jaringan tumbuhan tanpa menimbulkan efek negatif terhadap inang tumbuhannya. Bakteri gram negatif dicirikan dengan dinding sel tipis dan memiliki tiga lapisan, serta memiliki

Selang

Rangka Tabung penampung

Gambar 3 Spesifikasi alat pelapis benih prototipe AGH-14 Sumber : Widajati dan Hermawan (2014)

Motor penggerak

(23)

6

kandungan peptidoglikan sedikit (10% bobot kering). Wilayah perakaran (rizosfer) merupakan zona di dalam tanah yang terdapat interaksi efektif antara mikroorganisme dan akar tanaman (Pelczar dan Chan 1986; Handayanto dan Hairiah 2007; Sunatmo et al. 2009).

Bakteri Burkholderia sp. dilaporkan memiliki kemampuan untuk melarutkan fosfat menjadi bentuk tersedia sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi pemasalahan kahat fosfat pada lahan pertanian (Rodríguez dan Fraga 1999; Yafizham 2003; Lestari et al. 2011). Penggunaan MPF yang dikombinasikan dengan guano kelelawar dan kompos daun gamal dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah daun pada lada perdu berturut-turut sebesar 70.8, 153.2, dan 92.2% (Ruhnayat 2007).

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB untuk melakukan pelapisan benih dan analisis agronomis, Laboratorium Microbiome Technology dan Pre Nursery PT Smart Tbk di Sentul, Bogor untuk melakukan analisis molekuler dan penanaman bibit. Penelitian dimulai dari bulan Juli 2014 hingga Oktober 2015.

Bahan Penelitian

Benih kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT Dami Mas Sejahtera dengan varietas Dami Mas yang merupakan hasil persilangan 712 D x 742 P (Lampiran 1). Benih yang digunakan untuk percobaan 1 dan 2 berupa kecambah berumur ± 21 hari yang memiliki panjang plumula 2-8 cm dan panjang radikula 2-7.5 cm, sedangkan untuk percobaan 3 digunakan kecambah berumur 1 minggu yang memiliki panjang plumula dan radikula 1 cm. Isolat bakteri Burkholderia sp. berasal dari Kalimantan Selatan merupakan koleksi dari Sinarmas Culture Collection (SMCC).

Alat

(24)

7

Metode

Penelitian dibagi dalam tiga percobaan yang dilakukan secara berurutan (Gambar 4). Percobaan pertama bertujuan mendapatkan jenis bahan pelapis yang sesuai untuk benih kelapa sawit yang diperkaya dengan Burkholderia sp. Jenis bahan pelapis dikategorikan sesuai apabila tidak menganggu pertumbuhan bibit kelapa sawit di Pre Nursery. Percobaan kedua bertujuan mendapatkan formula bahan pelapis yang tepat untuk benih yang diperkaya dengan Burkholderia sp. dalam meningkatkan daya simpan benih kelapa sawit. Formula bahan pelapis dikategorikan sesuai untuk benih yang diperkaya dengan Burkholderia sp. apabila dapat mempertahankan daya simpan benih kelapa sawit dan daya hidup Burkholderia sp. Percobaan ketiga bertujuan mengevaluasi bahan pelapis terbaik yang sesuai untuk benih kelapa sawit yang diperkaya dengan Burkholderia sp. Bahan pelapis yang tepat adalah yang dapat meningkatkan penyerapan fosfat dan pertumbuhan bibit kelapa sawit.

Percobaan 1

Jenis bahan pelapis yang sesuai untuk benih kelapa sawit yang

diperkaya Burkholderia sp.

Output: Tiga jenis bahan pelapis yang sesuai untuk benih

Output: Bahan pelapis terbaik untuk benih yang diperkaya

(25)

8

Keterangan: * : pengkayaan Burkholderia sp., CMC : carboxyl methyl cellulose

Percobaan 1: Pengaruh jenis bahan pelapis yang sesuai untuk benih yang diperkaya Burkholderia sp. terhadap pertumbuhan bibit

kelapa sawit

Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan jenis bahan pelapis yang sesuai untuk benih kelapa sawit yang diperkaya dengan Burkholderia sp. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan satu perlakuan yaitu jenis bahan pelapis. Perlakuan terdiri atas sembilan jenis bahan pelapis (Tabel 1) dengan tiga ulangan, sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Tabel 1 Jenis bahan pelapis dari berbagai sumber

No Jenis bahan pelapis Konsentrasi (%) Sumber

1 Benih utuh tanpa Burkholderia sp. - -

Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = μ + τi + ßj + εij

Keterangan:

Yij : nilai pengamatan pada jenis bahan pelapis taraf ke-i (1,2,3,..,9) dan ulangan taraf ke-j (1,2,3)

μ : komponen aditif dari rataan

τ

i : pengaruh jenis bahan pelapis taraf ke-i

ß

j : pengaruh dari ulangan taraf ke-j

ε

ij : pengaruh galat

Pengamatan dilakukan terhadap tolok ukur berikut:

1. Tinggi bibit: dilakukan dengan mengukur tinggi bibit dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi pada bibit umur 12 MST.

2. Panjang akar: dilakukan dengan mengukur dari batas akar dengan tajuk sampai ujung akar terpanjang pada bibit umur 12 MST.

3. Tinggi tajuk: dilakukan dengan mengukur dari batas tajuk dengan akar sampai ujung daun tertinggi pada bibit umur 12 MST.

(26)

9 5. Analisis penyerapan fosfat bibit: dilakukan pada 10 sampel bibit yang telah berumur 12 MST. Sampel terlebih dahulu diukur bobot keringnya selanjutnya diabukan dengan suhu 400 °C selama 3 jam. Sampel kemudian digerus halus dan dilarutkan dalam HCl 0.4 N sebanyak 5 mL. Setelah itu dianalisis dengan ICP Optical Empressed Spectrometer untuk mendapatkan nilai kandungan fosfat jaringan. Nilai penyerapan fosfat jaringan dihitung dengan mengalikan nilai kandungan fosfat jaringan dengan bobot kering bibit (Sinarmas Agribusiness and Food 2014).

6. Analisis polymerase chain reaction (PCR). Pengujian ini bertujuan untuk mengkonfirmasi keberadaan Burkholderia sp. pada jaringan bibit. Pengujian dilakukan pada akhir pengamatan (12 MST) terhadap sampel akar pada setiap perlakuan. Sampel yang telah disterilisasi permukaan, dilakukan isolasi genom dengan kit Sigma-Aldrich™. Sampel DNA yang diperoleh kemudian dicampurkan pada mix kit Thermo Scientific™ dengan primer spesifik Burkholderia sp. Setelah itu dimasukkan ke dalam mesin PCR untuk proses amplifikasi. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan mesin elektroforesis kemudian pita yang terbentuk divisualisasi pada mesin Biorad™ (Sinarmas Agribusiness and Food 2014).

Percobaan 2: Pengaruh formula bahan pelapis yang tepat untuk benih yang diperkaya Burkholderia sp. dalam meningkatkan daya simpan

benih kelapa sawit

Percobaan ini bertujuan mendapatkan formula bahan pelapis yang tepat untuk benih yang diperkaya Burkholderia sp. dalam meningkatkan daya simpan benih kelapa sawit. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok tersarang (nested design). Faktor utama adalah bahan pelapis terdiri atas tiga bahan pelapis terbaik dari percobaan pertama disertai tiga taraf konsentrasi dan dua kontrol. Faktor kedua (tersarang) adalah periode simpan yang terdiri atas lima taraf (Tabel 2). Benih kelapa sawit yang telah dilapisi kemudian dikemas dalam plastik polietilen (PE) dengan ketebalan 0.1 mm serta disimpan dalam ruang dengan suhu 18 ± 2 °C dan kelembaban 60-70%.

Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = μ + + j i + τk +ε

Keterangan :

Yij : nilai pengamatan pada formula bahan pelapis taraf ke–i dan periode simpan taraf ke-j dan ulangan taraf ke-k

µ : komponen aditif dari rataan

αi : pengaruh formula bahan pelapis taraf ke-i βj(i) : pengaruh periode simpan taraf ke-j pada αi

τ

k : pengaruh ulangan taraf ke-k

(27)

10

Keterangan: * : pengkayaan Burkholderia sp.; CMC : carboxyl methyl cellulose

Tabel 2 Formula bahan pelapis dan periode simpan sebagai perlakuan dalam percobaan 2

Pengamatan dilakukan terhadap tolok ukur tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat bibit (seperti percobaan 1). Selain itu dalam percobaan ini dilakukan analisis PCR–DGGE (denaturing gradient gel electrophoresis). Pengujian ini bertujuan untuk mengkonfirmasi keberadaan Burkholderia sp. pada jaringan bibit. Pengujian dilakukan pada bibit umur 12 MST. Sampel digerus dengan Nitrogen cair untuk mengisolasi genom. Sampel DNA kemudian dicampurkan pada mix kit Kapa Robust™ dengan primer 63 F1/F2 dan 518 r. Sampel diproses pada mesin PCR kemudian dianalisis pada gel akrilamid dengan gradien urea 40:60%. Gel hasil elektroforesis tersebut divisualisasi pada mesin Biorad™ (Nurani 2014).

Percobaan 3: Evaluasi bahan pelapis terbaik untuk benih yang diperkaya

Burkholderia sp. dalam meningkatkan penyerapan fosfat dan

pertumbuhan bibit kelapa sawit

Percobaan ini bertujuan mengevaluasi bahan pelapis yang sesuai untuk benih kelapa sawit yang diperkaya Burkholderia sp. Rancangan pada percobaan ketiga adalah adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah tiga bahan pelapis terbaik dari percobaan 2 dan dua kontrol serta faktor

kedua adalah dosis pemupukan fosfat (Tabel 3). Percobaan terdiri dari 20 kombinasi perlakuan dengan tiga ulangan, sehingga terdapat 60 satuan

percobaan. Pengamatan dilakukan terhadap tolok ukur tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, penyerapan fosfat bibit, dan analisis PCR-DGGE dengan prosedur seperti percobaan 2.

No. Formula bahan pelapis (faktor utama) 1 Benih utuh tanpa Burkholderia sp.

(28)

11

Keterangan: *: pengkayaan Burkholderia sp.; CMC : carboxyl methyl cellulose; SOP: Standard Operational Procedur

Tabel 3 Bahan pelapis dan dosis pemupukan fosfat sebagai perlakuan pada percobaan 3

Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yijk = μ + Ci + Pj + (CP)ij + τk + εijk

Keterangan:

Yijk : nilai pengamatan pada bahan pelapis taraf ke-i (1,2,3,4,5), dosis pemupukan fosfat taraf ke-j (1,2,3,4) dan kelompok taraf ke-k (1,2,3)

μ

: komponen aditif dari rataan

Ci : pengaruh utama bahan pelapis taraf ke-i

Pj : pengaruh utama dosis pemupukan fosfat taraf ke-j

(CP)ij : komponen interaksi dari bahan pelapis taraf ke-i dan dosis pemupukan fosfat taraf ke-j

τ

k : pengaruh aditif dari kelompok taraf ke-k

ε

ijk : pengaruh galat

Perlakuan pemupukan fosfat dilakukan dengan empat taraf dosis yaitu: tanpa pemupukan fosfat atau 0% fosfat, 50% dari dosis fosfat sesuai SOP, 100% dari dosis fosfat sesuai SOP, 150% dari dosis fosfat sesuai SOP (Tabel 4).

Persiapan suspensi Burkholderia sp.

Isolat Burkholderia sp. yang ditumbuhkan pada media nutrient agar (NA), diambil sebanyak satu bulatan penuh jarum ose kemudian dimasukan ke dalam 100 mL media nutrient broth (NB) pada kondisi aseptik. Media yang telah berisi isolat tersebut dikocok pada kecepatan 150 rpm selama 24 jam.

Populasi diukur dengan alat spektrofotometer, populasi yang digunakan harus memenuhi nilai absorbansi 0.9 sampai 1.5 pada panjang gelombang 600 nm. Apabila suspensi sudah sesuai dengan populasi yang dipersyaratkan sebesar 109 cfu (colony forming unit), selanjutnya disentrifus pada kecepatan 6 000 rpm selama 15 menit pada suhu 4 °C. Kemudian pelet yang terbentuk dilarutkan pada 1 000 mL akuadestilata.

No Bahan pelapis

1 Benih utuh tanpa Burkholderia sp. 2 Benih utuh dengan Burkholderia sp. 3 CMC 1.5%*

4 CMC 2% + gipsum 1.5%* 5 CMC 1.5% + talk 1%*

Dosis pemupukan fosfat 1 Tanpa pemupukan fosfat

(29)

12

Tabel 4 Dosis pemupukan fosfat pada percobaan 3 Umur bibit

Benih kelapa sawit yang akan dilapisi sebelumnya dicuci dengan air mengalir kemudian ditiriskan dan dikeringanginkan. Setelah dilakukan seleksi kecambah rusak, abnormal, dan poliembrioni, benih yang terpilih direndam ke dalam suspensi Burkholderia sp. selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan pelapisan dengan beberapa jenis bahan pelapis yang telah dilarutkan dengan akuadestilata sesuai konsentrasi yang telah ditentukan. Untuk melapisi 150 benih kelapa sawit dibutuhkan sebanyak 100 mL larutan bahan pelapis, sehingga rasio antara bahan pelapis:benih kelapa sawit adalah 1:1.5.

Benih kelapa sawit secara bertahap dimasukkan ke dalam alat pelapis prototipe AGH-14 pada kecepatan 35 rpm. Benih yang sudah terlapisi dengan sempurna, kemudian dikeluarkan dari dalam alat pelapis, ditiriskan serta dikeringanginkan selama 3 jam.

Persiapan media tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah (top soil) yang telah diayak dan dicampurkan dengan pupuk rock phosphate sebanyak 50 g tiap polibag, sedangkan untuk percobaan 3 media tanam tanpa penambahan pupuk rock phosphate serta tanah dengan kandungan fosfat yang rendah (Lampiran 2). Media tanam tersebut kemudian dimasukkan ke dalam polibag berukuran 10x17 cm dan diletakkan di dalam rumah kasa dengan tingkat naungan sebesar 50%.

Penanaman

(30)

13

Sumber: Sinarmas Agribusiness and Food 2007

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman dua kali sehari pada pagi dan sore apabila tidak terjadi hujan, dengan volume penyiraman 50-75 mL tiap polibag. Pengendalian gulma dilakukan secara manual. Pengendalian hama dan penyakit secara kimiawi dilakukan apabila terdapat serangan.

Pemupukan

Pemupukan untuk percobaan 1 dan 2 dilaksanakan berdasarkan SOP PT Smart Tbk dengan dosis dan cara aplikasi yang terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5 Dosis pemupukan sesuai SOP PT SMART Tbk

Analisis data

Semua data pada setiap percobaan dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA). Jika data yang diperoleh menunjukkan perbedaan yang nyata maka dilakukan uji beda nyata menggunakan duncan multiple range test (DMRT) pada taraf 5%.

Umur bibit

(MST) Cara aplikasi Dosis pupuk setiap bibit

5 Siram 0.5 g NPKMg 15, 15, 6, 4 (200 g dalam 60 L air untuk 400 bibit atau 150 mL larutan tiap bibit) 6 Siram 1.0 g NPKMg 15, 15, 6, 4 (400 g dalam 60 L air

untuk 400 bibit atau 150 mL larutan tiap bibit) 7 Siram 1.5 g NPKMg 15, 15, 6, 4 (600 g dalam 60 L air

untuk 400 bibit atau 150 mL larutan tiap bibit) 8 Siram 1.5 g NPKMg 15, 15, 6, 4 (600 g dalam 60 L air

untuk 400 bibit atau 150 mL larutan tiap bibit)

9 Sebar 3.0 g NPKMg 15, 15, 6, 4

(31)

14

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 1. Pengaruh jenis bahan pelapis yang sesuai untuk benih yang diperkaya Burkholderia sp. terhadap pertumbuhan bibit

kelapa sawit

Hasil pengamatan menunjukkan jenis bahan pelapis memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat bibit. Perlakuan jenis bahan pelapis menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar pada bibit kelapa sawit umur 12 MST. Koefisien keragaman yang rendah menunjukkan data yang relatif seragam (Tabel 6).

Tabel 6 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jenis bahan pelapis terhadap tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat bibit pada bibit kelapa sawit umur 12 MST

Tolok ukur Jenis bahan pelapis KK

(%)

Tinggi bibit ** 5.35

Panjang akar * 6.35

Tinggi tajuk ** 4.16

Bobot kering bibit ** 9.55

Penyerapan fosfat bibit ** 13.69

Keterangan: * : berbeda nyata, **: berbeda sangat nyata, KK: koefisien keragaman

(32)

15

Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang

berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf α=5%. *: pelapisan dan pengkayaan

Burkholderia sp.

Tabel 7 Pengaruh jenis bahan pelapis terhadap tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat bibit pada bibit kelapa sawit umur 12 MST

Kecambah yang telah diberi perlakuan pelapisan menunjukkan gejala kecokelatan (browning), tetapi tidak terjadi pada benih utuh tanpa Burkholderia sp. Gejala kecokelatan pada kecambah yang dilapis dengan tiga bahan pelapis terbaik kurang dari 25%, terutama pada ujung radikula dan plumula. Gejala kecokelatan diduga karena gesekan yang terjadi selama proses pelapisan yang dilakukan secara manual (Gambar 5).

Analisis PCR menunjukkan bahwa Burkholderia sp. tidak terdeteksi pada jaringan akar bibit kelapa sawit umur 12 MST. Hal ini diduga konsentrasi genom Burkholderia sp. masih rendah, sehingga tidak terdeteksi dengan metode yang digunakan.

Gambar 5 Kecambah kelapa sawit yang mengalami gejala kecokelatan akibat pelapisan manual

(33)

16

Percobaan 2. Pengaruh formula bahan pelapis yang tepat untuk benih yang diperkaya Burkholderia sp. dalam meningkatkan daya simpan

benih kelapa sawit

Hasil pengamatan menunjukkan interaksi formula bahan pelapis dengan periode simpan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobot kering bibit dan penyerapan fosfat bibit. Formula bahan pelapis memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit, panjang akar, dan tinggi tajuk. Periode simpan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit dan berpengaruh nyata terhadap panjang akar dan tinggi tajuk. (Tabel 8).

Tabel 8 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh formula bahan pelapis, periode simpan, dan interaksinya terhadap tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat bibit pada bibit kelapa sawit umur

Keterangan: * : berbeda nyata, **: berbeda sangat nyata, tn: tidak berbeda nyata, KK: koefisien keragaman

Tiga formula bahan pelapis terbaik adalah CMC 1.5%, CMC 2% + gipsum 1.5%, dan CMC 1.5% + talk 1%. Tiga formula tersebut menghasilkan nilai tertinggi pada tinggi bibit, panjang akar, dan tinggi tajuk pada bibit umur 12 MST (Tabel 9). CMC yang terdapat dalam bahan pelapis diduga berperan sebagai penyedia nutrisi bagi mikroba, sehingga Burkholderia sp. yang digunakan untuk memperkaya benih dapat dipertahankan daya hidupnya di lapangan. Menurut Melisa et al. (2014)CMC merupakan turunan selulosa yang mudah larut dalam air, sehingga mudah dihidrolisis menjadi gula sederhana yang selanjutnya akan dijadikan sumber karbon yang dapat digunakan bakteri sebagai sumber energi. Bahan pelapis CMC dapat dikombinasikan dengan bahan lain karena memiliki sifat sebagai pembentuk kekentalan yang stabil, dapat mengikat senyawa lain dengan baik, dan tidak mengendap dalam waktu yang relatif lama.

(34)

17

Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang

berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf α=5%. *: pelapisan dan pengkayaan

Burkholderia sp.

Penyimpanan cenderung menurunkan pertumbuhan dan penyerapan fosfat pada bibit kelapa sawit. Benih yang tidak disimpan menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang telah disimpan selama 12 hari. Penyimpanan benih yang telah dilapis selama 12 hari menyebabkan tinggi bibit, panjang akar, dan tinggi tajuk menurun masing-masing sebesar 18.4, 6.2, dan 3.3% (Tabel 9).

Tabel 9 Pengaruh formula bahan pelapis dan periode simpan terhadap tinggi bibit, panjang akar, dan tinggi tajuk pada bibit kelapa sawit umur 12 MST Formula bahan pelapis Tinggi bibit

(cm)

Panjang akar (cm)

Tinggi tajuk (cm) Benih utuh tanpa Burkholderia sp. 19.29b 20.69ab 23.43ab Benih utuh dengan Burkholderia sp. 18.98b 19.78bc 22.17bc

CMC 0.5%* 18.27bc 19.06c 21.49c

(35)

18

Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan

hasil yang berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf α=5%. *: pelapisan dan

pengkayaan Burkholderia sp.

Pelapisan dan pengkayaan benih dengan Burkholderia sp. hanya mampu mempertahankan mutu benih selama tiga hari penyimpanan. Hal ini diduga akibat benih kelapa sawit memiliki kandungan lemak tinggi (47-52%), sehingga cenderung tidak tahan disimpan lama. Selama penyimpanan terjadi proses oksidasi yang memutuskan ikatan rangkap asam lemak tak jenuh sehingga menghasilkan radikal bebas yang dapat bereaksi dengan lipid, sehingga menyebabkan rusaknya struktur membran sel (Justice dan Bass 2002; Corley dan Tinker 2003).

Benih kelapa sawit yang dilapis dengan CMC 2% + gipsum 1.5% dan diperkaya dengan Burkholderia sp. serta langsung ditanam tanpa disimpan menghasilkan bobot kering bibit dan penyerapan fosfat bibit terbesar berturut-turut sebesar 22.79 g dan 18.42 mg/g bobot kering (Tabel 10a & 10b). Hal ini memberi indikasi adanya peran formula pelapis benih sebagai tambahan sumber energi sehingga meningkatkan pertumbuhan bibit.

Tabel 10a Pengaruh interaksi formula bahan pelapis dan periode simpan terhadap bobot kering bibit pada bibit kelapa sawit umur 12 MST

Formula bahan pelapis Periode simpan (hari)

0 3 6 9 12

Bobot kering bibit (g) Benih utuh tanpa

Burkholderia sp.

18.35ab 18.03a 16.77ab 13.61bc 15.74a Benih utuh dengan

Burkholderia sp.

(36)

19

Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan

hasil yang berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf α=5%. *: pelapisan dan

pengkayaan Burkholderia sp.

Tabel 10b Pengaruh interaksi formula bahan pelapis dan periode simpan terhadap penyerapan fosfat bibit pada bibit kelapa sawit umur 12 MST

Formula bahan pelapis Periode simpan (hari)

0 3 6 9 12

Penyerapan fosfat bibit (mg/g bobot kering) Benih utuh tanpa

Hasil deteksi keberadaan mikroba pada jaringan akar bibit dengan menggunakan analisis PCR-DGGE menunjukkan keberadaan Burkholderia sp. pada semua perlakuan, baik tanpa maupun dengan pengkayaan (Gambar 6). Hal ini memberi indikasi formula bahan pelapis dapat mempertahankan daya hidup Burkholderia sp. sampai dengan 12 MST di Pre Nursery. Selain itu, ada indikasi bahwa media yang digunakan mengandung Burkholderia sp. yang kemudian menginfeksi jaringan sehingga fragmen DNA Burkholderia sp. ditemukan pada bibit tanpa pengkayaan.

Fragmen DNA Burkholderia sp. 518 bp

Gambar 6 Deteksi keberadaan Burkholderia sp. pada jaringan akar bibit kelapa sawit

umur 12 MST. C1: Tanpa pelapisan dan tanpa Burkholderia sp.; C2: tanpa

pelapisan dan dengan Burkholderia sp.; C3: CMC 0.5%; C4: CMC 1%;

(37)

20

Data penyerapan fosfat menunjukkan bahwa bibit tanpa pelapisan dan tanpa pengkayaan Burkholderia sp. mempunyai tingkat penyerapan fosfat yang tinggi. Hal ini diduga bahwa Burkholderia sp. yang memiliki kemampuan untuk melarutkan fosfat terdapat pada media tanam dan membantu penyerapan fosfat oleh bibit sampai dengan 12 MST.

Percobaan 3. Evaluasi bahan pelapis terbaik untuk benih yang diperkaya

Burkholderia sp. dalam meningkatkan penyerapan fosfat dan

pertumbuhan bibit kelapa sawit

Hasil pengamatan menunjukkan interaksi pelapisan benih dengan pemupukan fosfat berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tajuk. Pelapisan benih dan pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap semua tolok ukur kecuali pada tinggi bibit yang berpengaruh nyata (Tabel 11). Media tanam yang digunakan pada percobaan 3 memiliki kandungan fosfat yang sangat rendah dan pH asam (Lampiran 2) untuk mengevaluasi efektivitas pengkayaan Burkholderia sp. sebagai mikroba pelarut fosfat.

Tabel 11 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh pelapisan benih, pemupukan fosfat, dan interaksinya terhadap tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat bibit pada bibit kelapa sawit umur 12 MST Tolok ukur

Keterangan: * : berbeda nyata, **: berbeda sangat nyata, tn: tidak berbeda nyata, KK: koefisien keragaman

Pelapisan benih dengan menggunakan bahan pelapis CMC 2% + gipsum 1.5% menghasilkan pertumbuhan dan penyerapan fosfat tertinggi. Perlakuan perlapisan tersebut menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan dengan benih utuh tanpa pengkayaan Burkholderia sp., sebagaimana ditunjukkan oleh tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat bibit dengan persentase peningkatan berturut-turut sebesar 3.5, 8.0, 6.4, 14.2, dan 21.2% (Tabel 12).

(38)

21

Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang

berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf α=5%. *: pelapisan dan pengkayaan

Burkholderia sp.

sempurna pada benih serta tidak menutupi barcode yang tertera pada benih. Palupi et al. (2012) melaporkan bahwa pelapisan benih padi menggunakan bahan

pelapis yang ditambah gipsum menghasilkan tinggi bibit tertinggi. Formula bahan pelapis yang paling sesuai adalah CMC 1.5% + gipsum 1%. Formula tersebut memberikan penampilan fisik yang menarik serta menunjukkan nilai viabilitas dan vigor yang tidak berbeda nyata dengan kontrol.

Tabel 12 Pengaruh pelapisan benih yang diperkaya Burkholderia sp. terhadap tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat bibit pada bibit kelapa sawit umur 12 MST

Pelapisan benih

Pemupukan fosfat sesuai dosis SOP (100%) menghasilkan nilai tertinggi pada tinggi bibit, panjang akar, tinggi tajuk, bobot kering bibit, dan penyerapan fosfat bibit pada bibit umur 12 MST (Tabel 13). Pemupukan fosfat sesuai dosis SOP (100%) dapat mendukung pertumbuhan bibit kelapa sawit yang telah dilapis dan diperkaya Burkhoderia sp. Pemberian pupuk fosfat sebanyak 50% dari dosis SOP dapat menurunkan tinggi tajuk dan penyerapan fosfat, sedangkan tanpa pemupukan fosfat (0%) dapat menurunkan pertumbuhan dan penyerapan fosfat pada bibit kelapa sawit. Hal ini memberi indikasi kebutuhan fosfat untuk bibit kelapa sawit harus terpenuhi secara tepat, sehingga fosfat dapat tersedia bagi tanaman. Menurut Hodges (2013) fosfat dapat merangsang perkembangan akar dan perpanjangan batang. Selain itu, fosfat berperan dalam mengontrol fotosintesis, respirasi, dan pembelahan sel. Fosfat berperan dalam menyediakan energi, sehingga kekurangan fosfat dapat menekan pertumbuhan tanaman.

(39)

22

Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf α=5%

Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil

yang berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf α=5%. *: pelapisan dan pengkayaan

Burkholderia sp. dosis pemupukan fosfat sesuai SOP (100%) menghasilkan nilai tertinggi pada tinggi tajuk sebesar 29.30 cm. Sementara interaksi pelapisan benih menggunakan CMC 1.5% + talk 1% dengan tanpa pemupukan fosfat (0%) menghasilkan nilai terendah pada tinggi tajuk sebesar 20.50 cm (Tabel 14).

Tabel 14 Pengaruh interaksi pelapisan dan pemupukan fosfat terhadap tinggi tajuk pada bibit kelapa sawit umur 12 MST

Pelapisan benih Pemupukan fosfat (%)

0 50 100 150

(40)

23

Hasil deteksi keberadaan mikroba pada jaringan akar bibit dengan menggunakan analisis PCR-DGGE menunjukkan keberadaan Burkholderia sp. pada semua perlakuan, baik tanpa maupun dengan pengkayaan (Gambar 8).

Hasil deteksi menunjukkan keberadaan Burkholderia sp. pada semua perlakuan diduga media tanah yang digunakan untuk penanaman bibit mengandung Burkholderia sp. yang kemudian menginfeksi jaringan sehingga fragmen DNA Burkholderia sp. ditemukan pada bibit yang tanpa pengkayaan. Oleh sebab itu hasil yang diperoleh tidak dapat mengklarifikasi pengaruh pengkayaan Burkholderia sp. pada benih kelapa sawit. Bakteri Burkholderia sp. diketahui umum terdapat pada tanah. Rodríguez dan Fraga (1999) dan Lestari et al. (2011) melaporkan Burkholderia memiliki kemampuan untuk melarutkan fosfat dan bakteri ini umum ditemukan pada lahan-lahan pertanian.

Gambar 7 Hasil pelapisan kecambah kelapa sawit dengan alat pelapis benih prototipe AGH-14

Tanpa pelapisan (kontrol) Dengan pelapisan

518 bp

Gambar 8 Deteksi keberadaan Burkholderia sp. pada jaringan akar bibit kelapa sawit umur

12 MST. C6 & C16: tanpa pelapisan dan tanpa pengkayaan; C7 & C17: tanpa pelapisan dan dengan pengkayaan; C8 & C18: CMC 1.5%; C9 & C19: CMC 2% + gipsum 1.5%; dan C10 & C20: CMC 1.5% + talk 1%. K+: Kontrol positif. C6-C10: Pemupukan fosfat 50% dari dosis SOP dan C16-C20: Pemupukan fosfat 150% dari dosis SOP

(41)

24

5

KESIMPULAN

Bahan pelapis terbaik untuk benih kelapa sawit yang telah diperkaya dengan Burkholderia sp. adalah CMC 2% + gipsum 1.5%. Bahan pelapis tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan dan penyerapan fosfat bibit kelapa sawit. Pelapisan dan pengkayaan benih hanya mampu mempertahankan mutu benih selama tiga hari penyimpanan dan belum dapat mengurangi dosis pupuk rekomendasi.

6 DAFTAR PUSTAKA

Boruvkova K, Wiener J. 2011. Water absorption carbomethyl cellulose. Autex Research J. 11(4):110-113.

Chairunnisa C, Hanum H, Mukhlis. 2013. Peran beberapa bahan silikat (Si) dan pupuk fosfat (P) dalam memperbaiki sifat kimia tanah andisol dan pertumbuhan tanaman. J Agroekoteknologi. 1(3): 732-743.

Chin HF, Roberts EH. 1984. Recalsitrants Crop Seeds. Kuala Lumpur (MY): Tropical Press.

Copeland LO, McDonald MB. 2001. Principle of Seed Science and Technology. New York (US): Chapman and Hall.

Corley RH, Tinker TB. 2003. The Oil Palm-fourth edition. Malden (US): Blackwell Science Inc.

Darissalam AS. 2015. Rancang bangun mesin pelet benih padi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia–Kelapa Sawit 2010-2014*. Jakarta (ID): Ditjenbun Pr.

Farhana B, Ilyas S, Budiman LF. 2013. Pematahan dormansi benih kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan perendaman dalam air panas dan variasi konsentrasi ethephon. Bul Agrohorti. 1(1):72-78.

Fondom NY, Etta CE, Mih AM. 2010. Breaking seed dormancy: revisiting heat-treatment duration on germination and subsequent seedling growth of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) progenies. J of Agri Sci. 2(2):101-110. Handayanto E, Hairiah K. 2007. Biologi Tanah: Landasan Pengelolaan Lahan

Sehat. Yogyakarta (ID): Pustaka Adipura.

Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Jakarta (ID): Akademika Pressindo Pr.

Hefdiyah, Shovitri M. 2014. Potensi isolat bakteri Edwardsiella dan

Corynebacterium dari Pulau Poteran Sumenep sebagai pelarut fosfat. J Teknik POMITS. 3 (2):75-79.

Hodges SC. 2013. Soil fertility basics, Soil Science Extension North Carolina State University [internet]. [diunduh 2 November 2015] Tersedia pada: http://www.forages.ncsu.edu/assets/soil-fertility-basics-for-certified-crop-advisor.pdf.

(42)

25 Justice O, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Roesli R, penerjemah. Terjemahan dari: Principles and Practices of Seed Storage. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.

Khodijah S. 2009. Evaluasi efektivitas bahan perekat dan pelapis untuk pelapisan benih kedelai (Glycine max (L.) Merr) dengan cendawan mikoriza arbuskula [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kurnila R. 2009. Pengendalian mutu produksi benih kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lestari W, Linda TM, Martina A. 2011. Kemampuan bakteri pelarut fosfat isolat asal Sei Garo dalam penyediaan fosfat terlarut dan serapannya pada tanaman kedelai. Biospecies. 4(2):1-5.

Mangoensoekarjo S, Adiwiganda R, Adiwiganda T, Wibowo ZS, Abdullah S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Yogykarta (ID): UGM Press.

Marschner H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. London (UK): Academic Press.

Martine BM, Laurent KK, Piere BJ, Eugène KK, Hilaire KT, Justin KY. 2009. Effect of storage and heat treatments on the germination of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) seed. African J of Agri Research. 4(10):931-937.

Melisa, Bahri S, Nurhaeni. 2014. Optimasi sintesis karboksimetil selulosa dari tongkol jagung manis (Zea mays L.). J of Natur Sci. 3(2):70-78.

Nurani RF. 2014. Burkholderia sp. as antifungal-producing bacteria to suppress Ganoderma boninense in oil palm. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Palupi T, Ilyas S, Machmud M, Widajati E. 2012. Pengaruh coating terhadap viabilitas dan vigor serta daya simpan benih padi (Oryza sativa L.). J Agron Indones. 40(1):21-28.

Pelczar MJ, Chan ECS. 1986. Elements of Microbiology. New York (US): McGraw-Hill Book Company.

Pikukuh P, Djajadi, Tyasmoro SY, Aini N. 2015. Pengaruh frekuensi dan konsentrasi penyemprotan pupuk nano silika (Si) terhadap pertumbuhan tanaman tebu (Saccharum officinarum L.). J Prod Tan. 3(3):249-258. Rodríguez H, Fraga R. 1999. Phosphate solubilizing bacteria and their role in plant

growth promotion. Biotechnol Advances. (17):319-339.

Richardson AE. 2001. Prospect for using soil microorganism to improve the aquisition of phosphoprus by plants. Aust J Plant Physol. 58:797-806. Ruhnayat A. 2007. Pemanfaatan pupuk bio dan pupuk alam untuk mendukung

budidaya organik pada tanaman lada dan vanili [internet]. [diunduh 2 November 2015]. Tersedia pada: http://www.ejurnal.litbang.pertanian.go.id/ index.php/2076.

Sari PE. 2009. Pengaruh kombinasi bahan pelapis dan Methylobacterium spp. terhadap daya simpan benih dan vigor bibit kacang panjang (Vigna sinensis L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(43)

26

Semarabawa GN, Fatah A. 2012. Pengaruh penggunaan pupuk NPK pelangi dan pupuk Humega Crumblers terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis gueneensis Jacq). J Agrifor. 11(2):115-124.

Simangunsong D, Wardati, Khoiri MA. 2015. Pemanfaatan endapan limbah cair pabrik kelapa sawit (ELCPKS) dan kapur dolomit pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di main nursery. J Pertanian. 2(1):1-14.

Sinarmas Agribusiness and Food. 2007. Pedoman Teknis Budidaya (Tanaman Kelapa Sawit). Jakarta (ID): Management Committee Agronomy and Research.

Sinarmas Agribusiness and Food. 2014. Intruksi Kerja. Jakarta (ID): Management Committee Agronomy and Research.

Situmorang F, Hapsoh, Manurung GM. 2014. Pengaruh mulsa serbuk gergaji dan pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada fase main nursery. J Pertanian. 1(1):1-12.

Sunatmo TI, Meryandini A, Wahyudi AT, Rusmana I, Mubarik NR. 2009. Mikrobiologi Esensial Jilid 1. Jakarta (ID): Ardy Agency.

Walworth J. 2006. Using gypsum and other calcium amendments in Southwestern soils. College of Agriculture and Life Sciences. 8:1-5.

Widajati E, Hermawan W. 2014. Teknologi seed pelleting dan mesin tanam untuk penyediaan benih padi unggul bermutu dan mengatasi kelangkaan tenaga kerja dalam rangka mendukung stabilitas produksi padi nasional. Laporan penelitian PUPT DIKTI.

Yafizham. 2003. Aplikasi mikroba pelarut fosfat dan pupuk P terhadap produksi kacang tanah pada tanah podsolik merah kuning. J Agrotrop. 8(1):18-22. Yuningsih AF. 2009. Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp. terhadap viabilitas

(44)

27

(45)
(46)

29

Sumber : Lampiran Keputusan Menteri Pertanian nomor 138/Kpts/TP.240/2/2003 tanggal 14 Pebruari 2003

Lampiran 1 Deskripsi benih kelapa sawit varietas Dami Mas

DURA 239 BM 119/31T X BM 119/20T

DURA 257 DM.742 / 743

712 D X 742 P

1. Silsilah dari Informasi Genetik

Asal : Dura Dami Fam 712 dan Pisifera Dami 742

Silsilah : Lihat Pedigree (di atas)

2. Sifat Morfologi dan Fisiologi

Tinggi tanaman : 15-16 m pada umur tanaman 25 tahun Kecepatan pertumbuhan : 65-76.8 cm per tahun

Produksi daun : 30-35 daun per tahun

Panjang pelepah : 516-584 cm pada umur 7 tahun

Warna tangkai daun : Hijau

3. Daya Hasil

Warna buah : Kemerahan (pada saat masak)

Umur mulai berbuah : 18 bulan setelah tanam Umur mulai panen : 24 bulan setelah tanam

Jumlah tandan : 21-23 tandan per pohon, rerata umur 3-7 tahun Berat tandan : 8.4-9.1 kg pada rerata umur 3-7 tahun

Produksi : 25.6-28.5 ton ha-1 pada rerata umur 3-7 tahun Kandungan minyak : 6.9-7.8 ton ha-1 pada rerata 3-7 tahun

Rasio buah per tandan : 57.3-63.8% Rasio inti per buah : 9.4-10.0% Rasio cangkang per buah : 5.8-8.3% Rasio mesokarp basah per buah : 52.8-55.6% Rasio mesokarp kering per buah : 55.0-55.8% Rasio minyak per mesokarp basah : 53.9-66.1% Rasio minyak per mesokarp kering : 81.9-83.4% Rasio minyak per tandan : 26.4-28.0% Rasio kernel per tandan : 4.8-6.3%

(47)

30

Lampiran 2 Hasil analisis media tanam pada percobaan 3 dan kriteria penilaian sifat kimia tanah

Tabel lampiran 2a Hasil analisis media tanam pada percobaan 3

Kode Lapangan pH P2O5

H2O Bray 1 (ppm)

C3 U1 4.65 1.50

C3 U2 4.64 1.55

C3 U3 4.67 1.54

Tabel lampiran 2b Kriteria penilaian sifat kimia tanah

Sifat tanah Kriteria penilaian

Kriteria kandungan fosfat tanah (ppm) Sangat

rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat tinggi P2O5

Bray 1 < 10 10-15 16-25 26-35 > 35 Kriteria kemasaman tanah

Sangat

asam Asam

Agak

asam Netral

Agak alkali

(48)

31

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Struktur benih kelapa sawit
Gambar 3 Spesifikasi alat pelapis benih prototipe AGH-14 Sumber : Widajati dan Hermawan (2014)
Gambar 4 Bagan alir penelitian
Tabel 1 Jenis bahan pelapis dari berbagai sumber
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut didasari pada perlakuan FL yang tidak mengalami penguraian protein selama fermentasi (Gambar 1), selain itu pada perlakuan FL juga terjadi peningkatan total

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, yang menjadi preferensi utama bagi nasabah dalam memilih produk pembiayaan Bank Aceh Syariah di kota Banda Aceh

Hal ini berarti 56,3 persen dari variansi manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013 dijelaskan oleh variansi

Kirjallisuuden mukaan toimeenpanon onnistumiseen ja siten myös ohjelman onnistumiseen vaikuttaa se, ovatko ohjeet ja menettelytavat selkeitä ja onko ohjelman

‘Umdat al-Muhtajîn ilâ Suluk Maslak al-Mufradîn merupakan salah satu dari karya-karya al-Râuf al-Sinkîlî yang ditulis dalam bahasa Jawa (baca: Melayu) supaya

Tesis Pondok pesantren dan perubahan ..... ADLN -

Indonesia,kita sering melihat pertumbuhan pembangunan yang lebih pesat dari pada pranata hukum yang mengiringinya. Indonesia sebagai Negara berkembang tentu tidak lepas

Tahap awal yang dilakukan adalah pemilihan salah satu tipe kurva pada Gambar 1 yang digunakan metode empiris pengurangan luas untuk mengestimasi pengurangan kapasitas waduk akibat