• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program peningkatan pemberdayaan keluarga melalui penumbuhan kelembagan:studi kasus participation action research di Desa Legok Kaler, Kecamatan Paseh, Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Program peningkatan pemberdayaan keluarga melalui penumbuhan kelembagan:studi kasus participation action research di Desa Legok Kaler, Kecamatan Paseh, Kabupaten"

Copied!
298
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK -

S " 3 3 5 5 , 9 0 0 s " , 3 3 0 ~

s

= = S T )

WAWAN SnIAWAN PRlHA SISWANA: A1 54050035: "PROGRAM PENINGKATAN ! % 3 = 4 PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI PENUMBUHAN KELEMBAGAAN (Stud 3 T ' S l Q

r 3 s

g g

Kasus Participatory Action Research di Desa Legok Kaler, Kecamatan Paseh,

9 3 $ $ . 7

Kabupaten Sumedang), dibawah bimbingan SARWlTlTl AGUNG

Q G r s Q

9 g a ~

5

SARWOPRASODJO dan SAID RUSLI

~ f g % ? .

Banyak program pemberdayaan belum menunjukan hasil yang memuaskan, 3

'

a

I

5

bahkan cenderung gagal, dari evaluasi menunjukan po(a penanganan bwsifat

3

E. Q s

g

z

top down, sentralistik, transparansi dan akuntabilitas masih jauh dari

p a ;

g4

s Q c D o c $ memuaskan. Program dikerjakan sepihak oleh pemerintah, kriteria sasaran Q. ditentukan sepihak dengan menapikan aspirasi, dan potensi sosiat yang dimitiki.

9:ggg

2

$3

%

g

QJ Programpun dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan (felt

8

.2

r.

ggW

2.

5

-.

needs) dan kebutuhan sebenarnya (real needs), sehingga sasaran program tidak

- , m e

9

X

merasa memilki dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan program.

% Z ~ W

S . =.Q Akibatnya program-program tenebut sering salah sasaran dan tidak

v. Q

E 7 2

=

berkelanjutan.

5 w s 3

5

9 8 Kajian ini rnenggunakan metoda pengumputan data teknotogi partisipatif

8

g $

(Technology of Participatory: TOP), pendekatan kajian penelitian tindakan

5 5

m

partisipatif (Participatory Action Research) dan paradigma pembangunan yang

-

89

L q a berpusat pada rakyat (People Centered Development). Masyaraka t di tempatkan

"7

z:

2

9 2. tidak hanya sebagai objek tapi juga subjek pembangunan; masyarakat

i.

2

mempunyai energi dan kemampuan mengolah potensi yang ada.

s

= 3

3

i s

fa

$

Tujuan kajian ini adalah : Mengkaji komunitas Desa Legok Kaler, Mengkaji

P

< s

o keluarga di komunitas Desa Legok Kaler menemukenali permasalahan yang

2

s g

"

dihadapinya, Mengkaji keluarga menemukenali potensi yang dimilikinya,

5

s s

Q

2~

Mengkaji proses pemberdayaan keluarga di komunitas Desa Legok Kaler melalui

?!

:$

kelembagaan yang dibentuk, Mengkaji upaya peningkatan kemampuan ekonomi

z

- $

3 keluarga di komunitas Desa Legok Kaler, Mengkaji hasil akhir proses partisipasi Ei 3 kelembagaan di komunitas Desa Legok Kaler.

a

2.

3 Perjalanan penumbuhan kelembagaan diawali dari dukungan sebagian anggota

2

g Yasinan Keliling Al-Hasanah yang terbangun sejak Praktek Lapangan 1,

e

3

kemudian mencoba merealisasikan komitmen-komitmen tersebut selama kajian

"

-

$

e. bertangsung.

00

Tahapan-tahapan dalam penumbuhan kelembagaan yang dilakukan adalah:

0

Penginfonnasian Kegiatan adalah tahapan penyampaian rencana proggram yang (Q akan dilaksanakan, tahapan ini dilakukan melalui radio komunitas dan

0

kelompok pengajian yasinan keliling, Peniapan Sosial adalah tahapan kegiatan pengungkapan masalah dan potensi yang dilakukan melalui dialog dan dilanjutkan dengan workshop yaitu kegiatan yang dilakukan untuk membuat keputusan agar bisa merealisasikan aksi apa yang akan dilakukan berdasarkan

2.

0 kepada permasalahan serta potensi yang mereka ada. Dahm workshop terungkap : Perumusan Nama Program, Perurnusan Tujuan Program, Perumusan

5

SasaranITarget Program, Membangun Komitmen. L

Setelah i t u kemudian kegiatan Aksi, aksi ini sebagai implementasi rencana aksi dengan metewati kegiatan: Pembentukan Tim Kerja Maryarakat (TKM) atau

c

Pengurus Lembaga, Perumusan Rincian Tugas, Perumusan Agenda Kegiatan
(2)

PROGRAM PENINGKATAN PEMBERDAYAAN KELUARGA

MELALUI PENUMBUHAN KELEMBAGAAN

(STUD1 KASUS

PARTICIPATORY ACTION RESEARCH

Dl DESA LEGOK KALER,

KECAMATAN PASEH, KABUPATEN SUMEDANG)

WAWAN 5. PRlHA SISWANA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

LEMBAR PERNYATAAN SUMBER INFORMASl

Dengan ini saya nyatakan bahwa ka jian "PROGRAM PENINGKATAN PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI PENUMBUHAN KELEMBAGAAN (Studi

Kasus

Participatory Action Research

di

Desa

Legok

Kaler, Kecarnatan Paseh, Kabupaten Sumedang), adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Dengan maksud untuk menjaga kerahasiaan atas permintaan sebagian informan nama-nama tertentu telah disamarkan, dengan nama inisial sesuai

yang dikehendaki informan.

Sumber informasi yang berasal dari sumber yang dikutip dari karya yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan datam tembar daftar pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bandung, November 2006

(4)

ABSTRAK

WAWAN SnIAWAN PRlHA SISWANA: A1 54050035: "PROGRAM PENINGKATAN PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI PENUMBUHAN KELEMBAGAAN (Studi Kasus Participatory Action Research di Desa Legok Kaler, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang), dibawah bimbingan SARWlTlTl AGUNG SARWOPRASODJO dan SAID RUSLI

Banyak program pemberdayaan belum menunjukan hasil yang memuaskan, bahkan cenderung gaga(, dari evaLuasi menunjukan po(a penanganan benifat top down, sentralistik, transparansi dan akuntabilitas masih jauh dari memuaskan. Program dikerjakan sepihak oleh pemerintah, kriteria sasaran ditentukan sepihak dengan menapikan aspirasi, dan potensi sosiat yang dimitiki.

Programpun dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan (felt needs) dan kebutuhan sebenarnya (real needs), sehingga sasaran program tidak merasa memilki dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan program. Akibatnya program-program tenebut sering salah sasaran dan tidak berketanjutan.

Kajian ini menggunakan metoda pengumputan data teknotogi partisipatif (Technology of Participatory: TOP), pendekatan kajian penelitian tindakan partisipatif (Participatory Action Research) dan paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat (People Centered Development). Masyarakat ditempatkan tidak hanya sebagai objek tapi juga subjek pembangunan; masyarakat mempunyai energi dan kemampuan mengolah potensi yang ada.

Tujuan kajian ini adalah : Mengkaji komunitas Desa Legok Kaler, Mengkaji keluarga di komunitas Desa Legok Kaler menemukenali permasalahan yang dihadapinya, Mengkaji keluarga menemukenali potensi yang dimilikinya, Mengkaji proses pemberdayaan keluarga di komunitas Desa Legok Kaler melalui kelembagaan yang dibentuk, Mengkaji upaya peningkatan kemampuan ekonomi keluarga di komunitas Desa Legok Kaler, Mengkaji hasil akhir proses partisipasi kelembagaan di komunitas Desa Legok Kaler.

Perjalanan penumbuhan kelembagaan diawali dari dukungan sebagian anggota Yasinan Keliling Al-Hasanah yang terbangun sejak Praktek Lapangan 1, kemudian mencoba merealisasikan komitmen-komitmen tersebut selama kajian bedangsung.

Tahapan-tahapan dalam penumbuhan kelembagaan yang dilakukan adalah: Penginforrnasian Kegiatan adalah tahapan penyampaian rencana proggram yang akan dilaksanakan, tahapan ini dilakukan melalui radio komunitas dan kelompok pengajian yasinan keliling, Peniapan Sosial adalah tahapan kegiatan pengungkapan masalah dan potensi yang dilakukan metalui dialog dan dilanjutkan dengan workshop yaitu kegiatan yang dilakukan untuk membuat keputusan agar bisa merealisasikan aksi apa yang akan dilakukan berdasarkan kepada permasalahan serta potensi yang mereka ada. Dahm workshop terungkap : Perurnusan Nama Program, Perumusan Tujuan Program, Perumusan Sasaran/Taqet Program, Membangun Komitmen.

(5)
(6)

ABSTRACT

WAWAN SETIAWAN PRlHA

SIS

WANA: A

15405W35:

"PROGRAM PENINGKATAN PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI PENUMBUHAN KELEMBAGAAN (Studi Kasus Participatory Action Research

di

Desa Legok Kaler, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang), under supervising SARWITITI AGUNG SARWOPRASODJO and SAID RUSLl

There were many empowering program that not shown a satisfied outcome yet, even it is tend to fail. The evaluation of the program shows that a top-down, centralistic, transparent and accountability handled pattern is s t i l l unsatisfying. The program has done on(y by government, the target criteria was decided without noticing the aspiration, and potential.

The program has not executed based on felt needs and real needs, so that the target of the program does not feel that they have to do the program and be responsible to it. The effects of those programs are usually wrong to choose the target and those programs do not have continuity.

This study used data collection method of Technotogy of Participatory (TOP), Participatory Action Research (PAR), and Peopte Centered Deveiopment (PCD) Paradigm. The community has not replaced as an object but also as the development subject; the people has energy and ability to use their potentions. This study had purpose: studing Desa Legok Kaler community, studing to famity identification problem in Desa Legok Kaler community, studing to family finding potentions in Desa Legok Kaler community, studing process to family empowering i n Desa Legok Kaier community with making institution, studing how family salary grown in Desa Legok Kaler community, studing end of process partisipation in institution in Desa Legok Kaler community.

The process of making the institution has started from the support of some members of Yasinan Ketiling (Sinling) Al Hasanah that estabUshed from the Field Practice 1, and then they tried to do the commitment during the study. Making the institution stages has done: lnformating program was stages what program plan would doing, this stage did with community radio and members of Yasinan Keliling (Sinling) A1 Hasanah, social preparations have program stage revealing problems and potentions did with dialog dan workshop, proposed for dicesion making for realizations actions what should can. In workshop be revealed : The Name of Program, Target of Program, Build of Comitment. After than Actions, There are implementation of action plan, with stage: made Community Team Work (Tim Kerja MasyarakatITKM), Formulate of Job Detail

,

and Time Schedule.
(7)

0 Hak Cipta Milik lnstitut Pertanian Bogor, Tahun 2006 Hak Cipta Dilindungi

Dilarang mengutip don memperbanyak tanpa izin tertulis dari lnstitut

Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak,

(8)

PROGRAM PENINGKATAN PEMBERDAYAAN KELUARGA

MELALUI PENUMBUHAN KELEMBAGAAN

(Studi Kasus

Participatory Action Research

di Desa Legok Kaler,

Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang)

WAWAN S. PRIHA SISWANA

TUGAS AKHIR

Sebagai Sahh Satu Syarat Memperoteh Getar Magister Profesionat pada Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANiAN BOGOR

(9)

JUDUL KAJIAN

:

PROGRAM PENINGKATAN PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI PENUMBUH AN KELEMBAGAAN

(STUD1 KASUS PARTICIPATORY ACTION RESEARCH

Dl DESA LEGOK KALER, KECAMATAN PASEH, KABUPATEN SUMEDANG)

NAMA

:

WAWAN S. PRlHA SISWANA

NOMOR POKOK :A154050035

PROGRAM STUD1

:

PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ir.

SARWVITI

, SARWOPRASODJO. M.S.

Ketua

Ir. SAID RUSLI. M.A. Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi lah Pascasarjana,

Pengembangan Masyarakat,

(10)

PRAKATA

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Athamdulillahirrabbi'alamin, puji syukur sedalam-dalam kepada Altoh Subhanahuwata'alla atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kajian ini telah rampung yang bertajuk: PROGRAM PENINGKATAN PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUl PENUMBUHAN KELGMBAGAAN (Studi Kasus Participatory Action

Research di Desa

Legok Kaler,

Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang). Kajian ini diajukan sebagai untuk memperoleh gelar Magister Profesional Pengembangan Masyarakat di Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.

Kami sampaikan terima kasih yang tak terhingga atas bantuan, dukungan dan do'a dari semua pihak yang tidak mungkin disebut satu persatu.

Dengan kerendahan hati kajian ini semoga memberi sumbangan kepada pihak-pihak lain yang berminat mengkaji lebih jauh dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya.

Bandung, November 2006

(11)

Pengkaji dilahirkan di Kabupaten Surnedang pada tanggal 8 April 1969 dari orang tua Entjeng Siswana dan Tjutju Karwati. Pada tahun 1998 rnenikah dengan Munawaruh dan t d a h dikamniai 1 orang putra Muhammad A\-Ardkika

Prihasiswana serta 1 orang putri Ryshsha Az-Zahra Prihasiswana.

Pada tahun 1976 rnasuk Sekolah Dasar Negeri II Legok, pada tahun 1 982 langsung rnelanjutkan ke Sekolah Menengah Pertarna Negeri Legok dan pada tahun 1985 rneneruskan ke Sekotah Menengah Atas Negeri 2 Sumedang.

Kernudian pada tahun 1991 melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung lulw dan berijazah pada tahun 1997. Lalu pada

tahun 1998 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Sosial.

Tugas pertama ditempatkan di Kantor Wilayah Provinsi lrian Jaya

(Papua sekarang) selarna 2 tahun, kemudian dipindahtugaskan ke Sekolah Tinggi

Kesejahteraan Sosial Bandung rnulai tahun

2000

sampai sekarang.

Pada tahun

2005

diberi kesernpatan untuk rnelanjutkan studi atas

biaya Departemen Sosial RI di lnstitut Pertanian Bogor, Program Studi

(12)

DAFTAR IS1

ABSTRAKS

LEMBAR PERNYATAAN SUMBER INFORMAS1

LEMBAR HAK ClPTA

LEMBAR TUGAS AKHlR

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PRAKATA

LEMBAR RIWAYAT HlDUP

DAFTAR IS1

...

i

...

DAFTAR AKRONIM iii

DAFTAR GAMBAR

...

iv

...

DAFTAR MATRlKS vi

...

DAF~AR TABEL vii

...

...

DAITAR LAMPIRAN viii

...

PENDAHULUAN 1

...

Latar Belakang 1

...

Masalah Kajian 7

Tujuan Kajian

...

8 Manfaat Kajian

...

8

Teori dan Konsep

...

9

...

Urgensi Pemberdayaan Keluarga 19

...

Organisdsi sebagai Media Pemberdayaan 22

...

Kerangka Pikir Kajian 25

...

Batas-batas Kajian 29

Strategi Kajian

...

29

...

Kalender Kajian 34

...

Metoda Pengumpulan Data Kajian 35

Analisis Data Kajian

...

37
(13)

...

SKETSA SOSIAL KOMUNrrAS DESA LEGOK KALER 40

...

Geografis -40

...

Kependudukan 41

Sistem Ekonomi

...

44

...

Struktur Organisasi dan Kelembagaan Komunitas 47 Potensi Ekonomi yang Menjadi Konflik Sosial

...

53

...

KERAGAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN 56

Program Raksa Desa

...

56

...

Program Kelompok Usaha Simpan Pinjam-Bina Usaha 60 Analisis Program Pemberdayaan Raksa Desa (PRD) dan

Kelompok Usaha Simpan Pinjam

.

Bina Usaha (KUSP-BU)

dalam Persfektif Partisipasi

...

62

...

PENUMBUHAN KELEMBAGMN; SEBUAH PROSES PEMBERDAYAAN 64

...

Penginformasian Kegiatan 64

Peniapan Sosial

...

66

...

Pembahasan Akhir Aksi 87

...

Profil Peserta Program 90

...

Refleksi Pengkaji 101

...

Refleksi Partisipan 104

...

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 106

...

Kesimpulan 106

...

Rekomendasi 108

...

DAFTAR PUSTAKA 111

...

(14)

BAPPEDA BPD BPMKS BPS BUMDes Dinkop

8

UKM DK

DKM Esca p GAPPSI INFlD l PPC I PM l RMA

JPS Kadarkum KK Kopas-BU KUSP-BU KTP LKM-AH LKMDIK LPM LSZLP MTI Monevarti MU I ORlD PZKP PAR

PB Remako PCD PD PDMDKE PKK PL PRD RT RW Satlak Sekar Simpay Saleka Sinling Siraru SLT SMART TKM TOP Tukcing UMRIK

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Badan Perwakilan Desa

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial Biro Pusat Statistik

Badan Usaha Milik Desa

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Dewan Kelurahan

Dewan Keluarga Mesjid

Economic and Social Commision for Asia and Pacific Gabungan Pemuda Pemudi Suhahurip

lnterational NGO Forum on Indonesian Development lkatan Pemuda Pemudi Cileuksa

lndeks Pembangunan Manusia lkatan Remaja Mesjid Al-Hikmah Jaring Pengaman Sosial

Kader Sadar Hukum Kartu Keluarga

Koperasi Pasar-Bina Usaha

Kelompok Usaha Simpan Pinjam-Bina Usahz Kartu Tanda Penduduk

Lembaga Keuangan Mikro Al-Hasanah Lembaga Ketahanan Masyarakat DesaIKota Lembaga Pemberdayaan Masyaraka t

Lembaga Studi Sosial Lingkungan dan Perkotaan Masyarakat Transparasi Indonesia

Monitoring dan Evaluasi Partisipatif Majelis Ulama Indonesia

Objektif, Reflektif, Interpreratatif, Decisional Program Pengentasaan Kemiskinan Perkotaan Participa to y Action Research

Perhimpunan Bulutangkis Remaja Kolot People Centered Development

Perusahaan Daerah

Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi Pemberdayaan dan Kesejahtraan Keluarga

Praktek Lapangan Program Raksa Desa Rukun Tetangga Rukun Warga Sqtuan Pelaksana Seni Karawitan

Silaturahim Paqanjang Babarayaan Pasar Desa Legok Kaler Yasinan Keli\ir\g

Siaran Rfidio Ypng Balarea Subsiqj

Lpqppn

Tunai

Speqjfjc, MeRslrlrFQble, Achievable, Realistic, Timebound Tim

Mrj3

Yq$

B

3Kat

Techno,i$ cJ,,qicipatov

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

1 Kerangka Alur Pikir Kajian Pemberdayaan Keluarga Melalui Penumbuhan Kelembagaan di Desa Legok Kaler Situasi Sosial Sebagai Fokus Kajian Pengembangan Masyarakat di Desa Legok Kaler (diadaptasi dari Sugiyono:2005)

[image:15.541.74.449.46.699.2]

Siklus Participatory Action Research di Desa Legok Kaler (diadaptasi dari Wadsworth: 1991 )

Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Legok Kaler

Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Legok Kaler

Jaringan Hubungan Struktur Formal Dan Informal di Desa Legok Kaler

Struktur Organisasi Lokal Dan Kelembagaan di Desa Legok Kaler

Struktur Organisasi Satuan Pelaksana Program Raksa di Desa Legok Kaler

Struktur Organisasi Koperasi Pasar Bina Usaha di Desa Legok Kaler

Struktur Organisasi Kelompok Usaha Simpan Pinjam Bina Usaha di Desa Legok Kaler

Struktur Oganisasi LKM Al-Hasanah

Tipe Partisipan Berdasarkan Status Dalam Keluarga di Desa Legok Kaler

Tipe Partisipan Berdasarkan Usia Dan Jenis Kelamin di Desa Legok Kaler

Tipe Partisipan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Partisipan di Desa Legok Kaler

Tipe Partisipan Berdasarkan Dimisili di Desa Legok Kaler Tipe Partisipan Berdasarkan Lokasi Kegiatan Usaha di

Desa

Legok Kaler

Tipe Partisipan Berdasarkan Sumber Berita Program di Desa Legok Kaler

Tipe Partisipan Berdasarkan Kesertaan Dalam Program Pemberdayaan Lain Yang Sejenis di Desa Legok Kaler Salah Seorang Peserta Sedang Mengungkapkan Masalah Peserta Sedang Mengikuti ldentifikasi Masalah

Peserta Sedang Menyusun Kalender Kegiatan

(16)

Salah Seorang Peserta Sedang Menyampaikan Saran Dan Pendapat

Salah Seorang Peserta Sedang Menuliskan Janji Hati Salah Seorang Peserta Sedang Menuliskan Janji Hati Peserta Sedang Menempelkan Kesanggupan Diri Menjadi Pengurus LKM Al-Hasanah

Struktur Organisasi LKM Al-Hasanah Susunan Pengurus LKM Al-Hasanah

Pengkelompokan Hasil ldentifikasi Masalah Hasil Kesepakatan Kalender Kegiatan

Janji Hati Peserta Sekaligus Menyatakan Sebagai Anggota LKM Al-Hasanah

Jumlah Modal Dana Rp 250.000,OO Yang Terkumpul Sementara Dari 15 Peserta Yang Menyatakan Diri Menjadi AnggOta LKM Al-Hasanah

Pengarahan tentang membuka peluang CSR

Pengarahan tentang membuka peluang CSR

Pengarahan tentang membuka peluang CSR

Dalam kelompok-kelompok kecil menyusun draft proposal

CSR.

Jumlah tambahan modal yang diterima dalam bentuk Dana Hibah sebesar Rp 45.000.000,00 dari donatur wujud dari CSR.

Peta besa Legok Kaler

Surat Keterangan dari Pemerintah Desa Legok Kaler, untuk legalisasi pendirian LKM At-Hasanah

Lembar Kesediaan menjadi partisipanlresponden

Dakar hadir dalam pertemuan pembuatan draft proposal

CSR

Rancangan proposal dalam tulisan tangan yang dibuat oleh Ketua LKM Al-Hasanah

Hasil transect yang dibuat oleh salah seorang partisipanlresponden

Hasil transect yang dibuat oleh salah seorang partisipant responden

Struktur organisasi LPM Desa Legok Kaler Struktur Pemerintati Desa Legok Kaler Struktur organisasi BPD Desa Legok Kaler

(17)

DAFTAR MATRIKS

Halaman Nomor

1 Jadual Kajian Pemberdayaan Keluarga di Desa Legok Kaler

Perolehan Data Kajian Pemberdayaan Keluarga di Desa Legok Kaler

Hasil Telaah Kekurangan dan Kelebihan Nama-nama Lembaga yang Diusulkan

Hasil Pengkelompokan Masing-masing Pendapat Sub-sub Kelompok

Analisis Deskripsi Aktivitas 5W+1 H

Usulan Nomenklatur Susunan Organisasi LKM Al-Hasanah Rincian Tugas LKM Al-Hasanah

Agenda Kegiatan LKM Al-Hasanah

Ragam Partisipasi Keluarga dalam Proses Proses Penumbuhan Kelembagaan LKM Al-Hasanah Lembar Kondisi Akhir

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman Nomor

1 Persentase Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Legok Kaler

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Kumulasi di Desa Legok Kaler berdasarkan Usia

Komposisi Usia Produktuf di Desa Legok Kaler

Komposisi Luas Lahan berdasarkan Penggunaan di Desa Legok Kaler

Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencanan di Desa Legok Kaler

Jenis Produksi berdasarkan Nilai Produksi pertahun di Desa Legok Kaler

Komposisi Penduduk berdasarkan Pentahapan Keluarga di Desa Legok Kaler

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Gambar-gambar Kegiatan 11 5

Gambar Buku Deposit LKM Al-Hasanah 122

Gambar Buku Deposit LKM Al-Hasanah (terakhir 03-01

-

2007) 125

Peta Desa Legok Kaler 126

Surat Keterangan LKM-AH 127

Lembar Kesediaan 128

Daftar Hadir 129

Hasil Transect 130

Struktur Organisasi Kelembagaan yang Ada di Desa Legok

(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

a. Krisis Moneter, Kemiskinan dan Kegagalan Program- program

Pemberdayaan

Krisis moneter yang mendera lndonesia sejak pertengahan 1997-an

masih belum menunjukan ke arah lebih baik yang berarti tapi malah

menimbulkan kelesuan ekonomi di semua sektor. Penanganan krisis yang

setengah hati dan tidak sungguh-sungguh dan profesional, ditambah lagi

dengan makin kuatnya perseteruan antar elit politik menyebabkan krisis

tenebut merembet dan mengguncang serta membawa perubahan sendi-

sendi dasar kehidupan sosial-politik dan perekonomian makro lndonesia

menjadi krisis multidimensi.

Masalah kerniskinan merupakan masalah sosial dan penyandang

masalah tenebut terus meningkat dan semakin kompleks. Data terakhir

tentang keluarga miskin dan keluarga yang mendekati kategori miskin di

lndonesia sampai pertengahan tahun 2006, yang digunakan pemerintah

untuk menyalurkan Subsidi Langsung Tunai (SLT) berjumlah 15,8 juta

kepaia keluarga miskin. Dengan asumsi setiap keluarga terdiri dari 4 orang maka jumlah penduduk miskin mencapai angka 63,2 juta jiwa atau sama

dengan 28,7 persen dari total penduduk Indonesia.

Jumlah ini baru yang memiliki Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda

Penduduk (KTP). Boleh jadi jumlah ini masih terus bertambah, karena

masih banyak penduduk miskin tidak terdata karena tidak mampu membuat

KK dan KTP karena biayanya mahal. Dan total jumlah tersebut, lebih dari

20 juta berada pada kondisi yang sangat miskin (Pikiran Rakyat: 2006).

Pengakuan serupa diberikan oleh Bank Dunia. Tahun 2006, lembaga

ini menyebut lebih dari 100 juta jiwa penduduk lndonesia tergolong miskin (Media Indonesia: 2006). lndikator yang digunakan adalah penghasilan

(21)

Berbagai cara dan upaya dilakukan untuk menanggulangi masalah sosial tenebut, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah tidak urung

turut mengambil peran dalam pelbagai program, di antaranya adalah

melalui Program Jaring Pengaman Sosial (JPS), Program Pengentasaan

Kemiskinan Perkotaan (PZKP), Prqram Pemberdayaan Daerah Mengatasi

Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE), Subsidi Langsung Tunai (SLT).

Pemerintah daerah juga tidak ketinggatan ikut berperan serta dengan

mendanai program pemberdayaan pada tingkat lokal dengan beberapa

programnya, seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan Program

Raksa Desa (PRD), Rereongan Saumpi.

Namun demikian pada perjalanannya program-program tenebut di

atas banyak menemui kegagalan. Ada beberapa penyebab kegagalan tersebut. Program JPS, seperti yang dilamir oleh Masyarakat Transparasi Indonesia (MTI) penyebab kegagalan adalah sebgai berikut (Jumal MTI:

1 999):

1. Kurangnya diseminasi program kepada masyarakat membuat masyarakat pada umumnya belum banyak mengetahui tentang

program-program JPS;

2. Kegunaan langsung program JPS bagi kelompok masyarakat miskin berada pada tingkat memprihatinkan. Pemerintah masih berpendapat bahwa program ini merupakan program pemerintah sehingga pendekatan dan penanganannya masih benifat dari atas ke bawah. Selain itu, pemerintah kurang mengikutsertakan

berbagai kelompok masyarakat;

3. Program ini adalah program pemerintah yang dirancang untuk membantu masyarakat miskin. Pada umumnya birokrasi pemerintah masih bersikap kurang melayani dan kurang tanggap;

(22)

Kegagalan lain seperti yang dilamir oleh International

NGO

Forum on Indonesian Development (INFID), senada dengan apa yang dikemukakan oteh MTI, bahwa Jaring Pengamanan Sosial terbukti tidak rnencapai sasaran, karena data awal yang tidak tepat, kapasitas pelaksanaan yang tidak memadai dan mekanisme pencairan dana yang tidak tepat terbukti dengan rendahnya tingkat realisasi anggaran dan kebocoran/korupsi yang merusak kualitas program (INFID: 2006)

Reaksi atas kegagalan program pemberdayaan karena penyimpangan yang dilakukan oleh Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE), dilakukan oleh kelompok Konsorsium Masyarakat Miskin Kota menggelar unjuk rasa di lbukota Jakarta. Hal itu disinyalir oleh Lembaga Studi Sosial Lingkungan dan Perkotaan (LS2LP) yang menyimpulkan bahwa indikasi adanya ketidakberesan pengelolaan JPS, yaitu :

1. Ketidaklengkapan proyek proposal atau materi proposal yang tidak rasional karena kurang didukung dengan data yanag valid dan akurat;

2. Penentuan proyek secara asal-asalan, tanpa didasarkan pada studi

kelayakan yang cermat dan teliti;

3. Ketidakjelasan dalam penentuan konsultan pendamping;

4. Perlakuan diskriminatif terhadap masyarakat sasaran;

5. Ketidakterbukaan pengurus LKMDIK dengan aparat birokrasi dalam hal penggunaan PDMDKE;

6. Terjadinya kolusi antara pengurus LKMDIK dengan aparat birokasi dalarn ha1 penggunaan PDMDKE;

7. Adanya kebijakan aparat BAPPEDA yang berbeda bahkan bertentangan dengan mekanisme prosedur baku pengelolaan dana PDMDKE

Hasil Praktek Lapangan I (Pemetaan Sosial) dan Praktek Lapangan I I

(23)

yang dilakukan di Desa Legok Kaler (kasus Program Raksa Desa dan Kelompok Usaha Simpan Pinjam-Bina Usaha) berindikasi sebagai berikut:

1. Tidak ada sosialisasi program

2. Sasaradtarget program diskriminatif pada lingkaran elit desa;

3. Sasaradtarget program tidak dilibatkan dalam proses program serta 'melunggar' prinsip-prinsip partisipasi (sentralistik);

4. Pendampingan dilakukan tidak maksimal;

5. Adanya kebijakan sepihak birokrasi yang merugikan pelaksana

program, tentang jumlah dana bantuan yang seharusnya diberikan;

6. Sangat mengutamakan pada penggemukan dan perputaran dana, sehingga sasaran/target program merasa tertekan;

7. Sarat muatan politik dan menjadi tunsgangan kepentingan birokrasi elit politik lokal (kabupaten);

Beberapa kasus yang telah dikemukakan semakin menguatkan kenyataan bahwa program yang sentralistik lebih banyak gagalnya tidak tepat sasaranltarget. Umumnya kegagatan tersebut karena keputusan pemberian program dilakukan oleh pemerintah (pusat atau daerah) dengan kriteria sasaranltarget yang telah ditentukan sendiri sebelumnya, tanpa memperhatikan aspirasi lokal, kesedian atau persiapan sosial, kemampuan, kebutuhan atau permasalahan, potensi dan sumber sosial yang dimiliki masyarakat Lokal. Selain itu, pemerintah biasanya menunjuk atau bahkan membentuk lembaga swadaya masyarakat sendiri yang kemudian ditugaskan ke lokasi program, sehingga menafikan kemampuan komunitas lokal mengelola program yang mandiri dan bertanggung jawab, serta menafikan proses partisipasi yang menjadi 'roh' sebuah program pemberdayaan.

Senada dengan yang dikemukakan oleh Sulistiati (2006)' secara umum ada beberapa kelemahan tentang program pemberdayaan yang ditujukan untuk pemberdayaan keluarga khususnya yang selama dijalankan yaitu:

(24)

perencana program lebih sering membuat perencanaan dari atas dibanding perencanaan dari bawah.

2. Program lebih banyak memberikan bantuan dalam aspek material dibanding aspek pemberdayaan.

3. Penyelenggara program kurang ada koordinasi dan komunikasi

lintas unit yang sama-sama fokus.

4. Kurang menyadari hekekat keluarga sebagai sistem yang terkait

erat dengan lingkungannya, sehingga setiap perencanaan program keluarga sebaiknya juga memperhatikan pengwtan sub-sistem yang lainnya sebagai lingkungan seperti lapangan pekerjaan, pendidikan, perumahan dan kesehatan.

5. Kurang diperhatikan aspek kesinambungan.

6. Kurang dikembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait.

b. Sejauhmana Kajian ini Penting Dilakukan dengan Pendekatan Pembangunan Berpusat pada Rakyat (People Centered Development-

PCD) ?

Pengembangan masyarakat dengan pendekatan partisipatif dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menganalisis permasalahan yang dihadapi dan merencanakan pemecahan. Dengan demikian masyarakat dengan kekuatannya sendiri mampu mengupayakan pembangunan untuk dirinya sendiri yang berkelanjutan dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan secara otonom.

(25)

objek (masyarakat pasif) dengan proses pendekatan partisipatif yang mengedepankan pola hubungan subjek-subjek (masyarakat aktif).

Pendekatan tenebut akan mengurangi terjadinya proses marjinalisasi masyarakat, sehingga masyarakat mempunyai posisi tawar yang tingqi dengan pihak luar. Dalam posisi tenebut masyarakat mempunyai kuasa dan kekuatan penentu model pengembangan masyarakat yang mereka inginkan sesuai dengan kekuatan lokal yang dimiliki atau bahkan mempunyai kekuatan untuk menolak pengembangan masyarakat jika dianggap tidak diinginkan. Berkurangnya marjinalisasi ini memben kepercayaan kepada masyarakat untuk mampu mengelola dan menentukan kehidupannya sesuai dengan kemampuan, sumber daya, dan budaya yang mereka miliki. Maka akan terjadi hubungan masyarakat dengan pihak luar (pemenntah, pengusaha) menjadi lebih sepadan dan egaliter, dan tidak lagi ada hubungan searah dan otonter.

Dalam kajian digarap bagaimana proses penumbuhan kelembagaan menggunakan kaidah-kaidah partisipasi menurut pendapat partisipan sendiri, jadi research lebih banyak dilakukan oleh partisipan. Peran pengkaji hanya memfasilitasi kajian agar kegiatan berjalan dengan yang di harapkan.

Pada awainya pengkaji mengambil peran menganalisis apa yang terjadi dalam lingkungan sosial masyarakat, kemudian setelah analisis yang dilakukan dalam skala yang besar, mencari penyebab dan akar masalah kemudian dilakukan diskusi dengan kelompok-kelompok kecil akhirnya terjadi komitmen sebagian warga untuk siap bergabung dengan pengkaji untuk membentuk sebuah kelembagaan pemberdayaan.

(26)

Masalah Kajian

Keluarga adalah unit kelompok paling kecil, juga mempunyai peran, tugas dan fungsi yang strategis. Keluarga harus dikelola sebagai potensi pemberdayaan pada tingkat yang paling kecil. Ada beberapa alasan yang menjadikan keluarga sebagai pelaksana fungsi sosial: pertoma mampu memenuhi kebutuhan dasar, kedua mampu membangun relasi sosial, ketiga

rnampu mempartisipasikan diri dalam komunitas, keempat mampu membangun investasi dan asset keluarga, dan kelima mampu ikut serta dalam pengambilan keputusan dalam komunitas (Rustanto, dkk: 2005).

Dalam konteks keluarga, pemberdayaan lebih ditujukan kearah kernandinan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, menjaga investasi dan aset keluarga dan pemahaman tentang cara mendidik anggota keluarga dengan cara memberikan motivasi, mendorong dan meningkatkan peran dan fungsi keluarga dalam upaya mencegah disfungsi sosial dan mempertahankan keberfungsian sosial keluarga.

Menjaga investasi dan aset keluarga dapat dicapai dengan ditunjang oleh kondisi ekonomi yang memadai, salah satu upayanya adalah usaha ekonomi. Kegiatan tersebut dilakukan oleh keluarga yang diwakili oleh sahh satu atau semua anggota keluarga. Usaha ekonomi yang dihkukan oleh keluarga atau perorangan dalam bentuk apapun di komunitas akan tebih efektif dan akan memiliki posisi tawar yang tinggi jika potensi dan kekuatan terhimpun bisa diorganisir melalui kelembagan atau organisasi.

Dan gambaran latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah kajian, sebagai berikut :

a. Bagaimana sketsa komunitas Desa Legok Kaler ?

b.

Bagaimana gambaran keluarga menemukenali permasalahan yang

dihadapinya?

c. Bagairnana gambaran keluarga menemukenali potensi yang dimilikinya?

(27)

e. Bagaimana gambaran upaya peningkatan kemampuan ekonomi

keluarga?

f. Bagaimana gambaran hasil akhir proses partisipasi kelembagaan?

Tujuan Kajian

a. Mengkaji komunitas Desa Legok Kaler

b. Mengkaji keluarga di komunitas Desa Legok Kaler menemukenali

permasalahan yang dihadapinya

c. Mengkaji keluarga menemukenali potensi yang dimili kinya

d. Mengkaji proses dan kendala pemberdayaan keluarga di komunitas

Desa Legok Kaler melalui kelembagaan yang dibentuk

e. Mengkaji upaya peningkatan kemampuan ekonomi keluarga di

komunitas Desa Legok Kaler

f. Mengkaji hasil akhir proses partisipasi kelembagaan di komunitas Desa Legok Kaler

Manfaat Kajian

Manfaat kajian ini dapat ditinjau dalam perspektif praktis, akademis,

dan strategis, adalah

:

a. Manfaat praktis, memberi masukan tentang alternatif program pemberdayaan yang aspiratif dan partisipatif bagi; Departemen Sosial, Bappenaslda Kabupaten Sumedang, Pemerintah Kabupaten Sumedang serta semua instansi pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat.

b. Manfaat akademis, memperkaya literatur tentang teori dan praktek pengembangan masyarakat yang partisipatif dan komprehensif yang dilakukan oleh keluarga.

c. Manfaat strategis, memberi masukan alternatif teknik dan model

pemberdayaan bagi semua elemen penggiat pengembangan masyarakat khususnya dan bagi semua elemen yang peduli terhadap pengembangan

(28)

Teori dan Konsep

a. Pembangunan Berpusat pada Rakyat (People Centered Development)

dan Organisasi Lokal (Bentukan Sendiri) Sebagai AlternatSf Prqram

Pem berdayaan

'Kegagalan-kegagalan' program yang ditujukan untuk pemberdayaan

mengindikasikan bahwa program-program pemerintah tidak sepenuhnya

berorientasi pada paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat

(People Centered Development-PCD). Paradigma pembangunan yang

berpusat pada rakyat beranggapan inisiatif, kreatif dan potensi dari rakyat

abzlah sumber daya pembangunan, dan pemerintah hanyalah pemberi daya

(empowering, enabling) dan memberi kemudahan (facilitating) kepada

rakyat (masyarakat) untuk mendapatkan akses-akses yang di perlukan dan

dibutuhkan masyarakat, seperti: ekonomi, sosial dan politik. Selain itu,

juga mensinersikan dan menyelaraskan kekuatan pemerintah dan

masyarakat, sehingga tercipta suatu kondisi masyarakat sipil (civil society),

kondisi tersebut sesuai dengan hakekat tata kelola pemerintahan yang baik

(good governance).

Proses perubahan yang begitu cepat karena tuntutan arus globalisasi

mendesak pemerintah mengembalikan perannya (reinventing government).

Pemerintah menduduki posisi yang strategis terutama dalam menjalankan

fungsi pelayanan serta pengaturan pemberdayaan masyarakat, tapi posisi

tersebut tidak dioptimalkan oleh pemerintah itu sendiri. Perhatian

pemerintah terhadap paradigma PCD tidak memadai, padahal PCD

menekankan pentingnya pengakuan kapasitas masyarakat dalam proses meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal melalui organisasi

ataupun kelembagaan swadaya yang dikontrol secara internal terhadap

sumber daya material dan non material.

Korten dan Sjahrir (1993), menjelaskan PCD sebagai alternatif,

sekaligus memaknainya lebih luas: "...people centered development

(29)

berpusat pada produksi, dan membentangkan kemungkinan-kemungkinan baru yang sangat luas guna menciptakan sebuah masyarakat dunia yang benar-benar manusiawi. Pemberian kekuasaan pada rakyat untuk rnengendalikan kehidupan dan sumber daya masyarakat sendiri, untuk menciptakan penghidupan dari sumber daya i t u dan mengarahkan serta mengembangkan din mereka sebagai manusia merupakan tujuan pembangunan yang berpusat pada rakyat dan sekaligus sebagai sarana untuk mencapainya".

Lebih lanfut Korten menegaskan sendi-sendi dad sebuah paradigma PCD, " ...p emberdayaan masyarakat dan partisipasi merupakan strategi

dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat. Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasi tas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal, melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol internal atas sumber daya material dan non material yang penting melalui redistribusi modal atau kepemilikann.

Pada akhirnya Korten (1993) menegaskan pentingnya peran pemerintah sebagai regulator kebijakan yang memberi ruang lebih luas kepada rakyat sehingga bisa tercipta keadaan yang bisa membuat rakyat bisa memenuhi kebutuhannya.

1. Memusatkan pemikiran dan tindakan kebi jakan pemerintah pada penciptaan keadaan-keadaan yang mendorong dan mendukung usaha rakyat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dan untuk memecahkan masalah-masalah mereka sendiri dan untuk memecahkan masalah-masalah mereka sendiri pada tingkat individual, keluarga dan komunitas;

2. Mengembangkan struktur-struktur dan proses organisasi-organisasi yang berfungsimenurut kaidah-kaidah sistem swaorganisasi;

3. Mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi yang diorganisasi secara teritorial yang berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan pengendaUan lokal.

(30)

keleluasaan rakyat rnengelola pemberdayaan melalui organisasi atau kelernbagaan lokal yang dibentuk sendiri. Dengan pendekatan ini rakyat atau masyarakat dipandang mempunyai inisiatif yang kreatif dan mampu melakukan kontrol internal.

Selanjutnya Exap (1 999) mengemukaan

".

.

.kajian strategis pemberdayaan masyarakat, baik ekonomi, sosial, budaya dan politik menjadi penting sebagai input untuk reformasi pembangunan yang berpusat pada rakyat, yang memberikan peluang bagi masyarakat untuk membangun secara partisf patif. Dalam pembangunan partisipaitf

,

pemberdayaan merupakan salah satu strategi yang dianggap tepat jika faktor-faktor determinan dikondisikan sedernikian rupa agar esensi pemberdayaan tidak menjadi terdistoni" (Exap: 1999).

b. Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan muncul karena kritik terhadap pembangunan yang menekankan pada ekonomi dengan menggunakan pendekatan

trickle

down

effect.

Pranarka dan Moeljarto (1996) mengungkapkan bahwa pemberdayaan adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi sernakin efektif secara struktural, baik didalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi dan tain-lain.
(31)

Sementara itu, Shardlow yang dikutip oleh Adi (2001) melihat bahwa pengertian yang ada rnengenai pemberdayaan pada intinya membahas

bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas bemaha mengontrol

kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa

depan sesuai dengan keinginan mereka 'such a definition of empowerment

is centrally about people taking account of their fives and having the

power to shape their own future'.

Di dalam literatur pembangunan, konsep pemberdayaan bahkan

memiliki perspektif yang lebih luas. Pearse dan Stiefel yang dikutip oleh

Prijono (1996) mengatakan bahwa menghormati kebhinekaan, kekhasan

lokal, dekonsentrasi kekuatan, dan peningkatan kemandirian merupakan

bentuk-bentuk pemberdayaan partisipatif. Sedangkan pendapat Borrini dan

Shanty yang dikutip oleh Prijono (1996) rnendefinisikan dalam penpektif

lingkungan, bahwa pemberdayaan mengacu pada pengamanan akses

terhadap sumber daya alami dan pengelolaannya secara berkelanjutan.

Ife (1995) menyatakan bahwa: 'empowennent aims to increase the

power of disadvantaged'. Dalam tulisan yang sama, Ife menjelaskan

pemberdayaan pada aspek tujuan, bahwa pemberdayaan manusia

dilakukan dengan meningkatkan sumber-sumber daya, kesempatan-

kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan

kemampuan mereka dalam mengatasi masa depan dan berpartisipasi dalam

aspek-aspek kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Swift dan Levfn (1987) yang dikutip Suharto (1997), pemberdayaan menunjuk pada usaha

'realocation of power' melalui pengubahan struktur sosial.

Bank Dunia mendefinisikan pemberdayaan sebagai penerapan hak-hak

untuk mengontrol yang lebih kuat atas sumber-sumber penopang

kehidupan. Tujuan dari pemberdayaan adalah agar komunitas menjadi independen terhadap pengaruh-pengaruh luar dalam menyusun urusan-

urusan domestiknya.

Dan berbagai perspektif mengenai konsep pemberdayaan seperti yang telah dikemukakan, tampak bahwa pemberdayaan tidak bisa dengan

(32)

istilah ini dalam konteks tertentu bisa memicu aksi-aksi tertentu pula. Oleh karena itu definisi pemberdayaan bervariasi mengikuti pe~bahan konteks dan waktu, berfiubungan dengan sejumlah masalah.

Pada akhirnya Adi (2001) mengingatkan bahwa betapa pun definisi pemberdayaan yang dibuat para ahli begitu ideal, yang terpenting bagi seorang pelaku perubahan (community development/ social worker), hal yang dilakukan klien (baik pada tingkat individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas) adalah upaya memberdayakan (mengembangkan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya) zuna mencapai kehidupan yang lebih baik.

Pemberdayaan juga berarti menyediakan kesernpatan kepada sasaran/target program (klien) untuk mengakui nilai-nilai personal dan untuk pencapaian tujuan dirlnya sendiri metatui upaya-upaya yang dilakukannya sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Solomon (1976) dalam Dubois dan Mitley (1992) sebagai berikut: 'Empowerment means providing clients with opportunities to recognize their personal value and to attain their goals through their own effort' (Pemberdayaan berarti menyediakan kesempatan kepada klien untuk mengakui nilai-nilai personal dan untuk pencapaian tujuan dirinya melalui upaya dirinya sendiri). Pemberdayaan bertujuan untuk menolong masyarakat sehingga mereka mendapatkan solusi bagi masalah-masalah mereka sendiri.

Jadi dapat ditarik kesimpulan dari berbagai literatur diatas bahwa pemberdayaan adalah upaya memberdayakan (mengembangkan dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya) guna mencapai kehidupan yang Lebih baik melalui suatu proses yang terencana yang dilakukan oleh anggota keluarga (ayah, ibu anak) secara partisipatif, terarah dan berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi, motivasi dan peran keluarga dalam rangka mewujudkan keberfungsian sosial keluarga.

(33)

struktur sosial (suami-istri-anak) yang dianggap sebagai bagian dari sebuah sistem keluarga sekaligus individu yang memiliki karektiristik unik, pemberdayaan ini didasarkan pada; a) kebutuhan dan kemampuan individu, b) memperkuat peran individu dalam keluarga, c) menghormati keunikan individu.

Kedua: pemberdayaan organisasi, pemberdayaan dilakukan dengan media pemberdayaan orsanisasi sesuai prinsip dengan penamaan status sosial, kelompok sebagai alat untuk memecahkan/menyelesaikan masalah ketuarga, penguatan keribadian anggota ketuarga. Hakekat pemberdayaan organisasi adalah; a) meningkatkan kemampuan kelompok sebagai sarana pemecahan masalah dan dinamika keluarga, b) memperkokoh peran kelompok untuk proses penguatan aksesibilitas keluarga, c) meningkatkan kekuatan ekonomi, asset dan investasi.

Ketiga: pemberdayaan komunitas, disini pemberdayaan melibatkan seluruh stakeholder dalam komunitas keseluruhan dan berbagai program yang tidak terpisah tapi terpadu menjadi kesatuan gerak benama. Aspek yang menjadi sasaran/ target pemberdayaan ini adalah; a) penumbuhan dan penguatan tanggung jawab sosial komunitas, b) pemuliaan nilai-nitai kearifan lokal.

c. Partisipasi

Dimulai pada dekade akhir tahun 1970-an terdapat berbagai penafsiran mengenai makna partisipasi dalam pembangunan, beberapa diantaranya yang dikutip oleh UNDP (United National Development Program) dalam "Empowering People : A ~ u i d e of participation".

(34)

partisipasi meliputi keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, dalam menerapkan program, mereka berbagi keuntunganlmanfaat program-program pembangunan dan keterlibatan mereka di dalam usaha untuk mengevaluasi program-program kegiatan. Participation is a process through which stakeholders influence and share control over development initiatives and the decisions and resources which affect them.

World Bank (1994), partispasi adalah suatu proses dimana stakeholders mempengaruhi dan berbagi kendali atas prakanalinisiatif pengembangan dan keputusan dan sumber daya yang mempengaruhi mereka.

Sedangkan Paul (1987) menjelaskan partisipasi sebagai usaha mempengaruhi kebijakan agar sesuai dengan nitai yang dianut oleh kelompoknya; Community participation [is] an active process by which beneficiary or client groups influence the direction and execution of a development project with a view of enhancing their well-being in terms of income, personal growth, self-reliance

or

other values they cherish. Partisipasi masyarakat adalah merupakan suatu proses aktif dengan mana penerima manfaat atau kelompok klien mempengaruhi arah dan pelaksanaan suatu pengembangan proyek dengan suatu pandangan terhadap peningkatan kesejahteraan mereka dalam kaitan dengan pendapatan, pertumbuhan pribadi, kepercayaan diri atau nilai-nilai b i n yang mereka anut.

Keragaman definisi tersebut menggambarkan bahwa partisipasi mempunyai spektrum sifat yang luas dalam aspek proses partisipasi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, UNDP menyebutkan bahwa No universal interpretations or models of participation applicable to all development programmes and projects, tidak ada penafsiran universal atau model partisipasi yang dapat digunakan untuk semua program dan proyek pembangunan.

(35)

1. Orang dalam masyarakat harus berpartisipasi secara aktif dalam

perubahan masyaraka t

.

2. Partisipasi haws sedapat mungkin berasal dari dalam masyarakat

3. Partisipasi harus melalui organisasi-organisasi yang demokratik.

Selain prinsip-prinsip dasar partisipasi tersebut, Bamberger dan Shams (1989) mengungkapkan whatever the factors that may influence this, its crucial to know who have participated as well as how they participated,

apapun faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, ha1 penting yang harus diketahui adatah siapa yang Mibatkan dan bagaimana mereka terlf bat.

Lebih lanjut Djohani (1996) mengungkapkan definisi partisipasi, dalam hal ini menyangkut "siapa yang ikut serta dalam kegiatannya siapa?". Kata partisipatif @articipatory) dalam pelaksanaan program pemberdayaan mengandung pengertian bahwa program bukan dirancang oleh orang luar kemudian masyarakat diminta ikut melaksanakan, tetapi program dirancang oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh orang luar.

Dengan demtktan dua hal penting yang menjadi pokok perhatian dalam proses partisipasi dalam kegiatan pemberdayaan yaitu menyangkut pengidentifikasian siapa yang dilibatkan serta bagaimana rnereka dilibatkan (dalam kegiatan pemberdayaantersebut). Berkaitan dengan 'siapa yang seharusnya dilibatkan dalam proses pemberdayaan', Mikkelsen (1999) menyebutkan "dalam ha1 ini, yang perh dicermati adalah siapa-siapa anggota masyarakat yang tedibat, bukan hanya dengan menyebutkan 'penduduk setempat' atau yang benifat umum seperti itu".

Lebih jelas Ife (1995) menyatakan siapa yang terlibat dalam pemberdayaan kedahm beberapa kategori kelompok-kelompok sasaran:

1. Kelompok lemah secara struktural; baik secara kelas, gender, maupun etnis;

2. Kelompok lemah khusus; seperti manula, anak-anak dan remaja,

(36)

3. Kelompok lemah secara personal; adalah mereka yang rnengalami masalah pribadi, keluarga.

Maka bisa diambil kesimpulan bahwa partisipasi adalah roh dari proses pemberdayaan, pemberdayaan dihasilkan dari partisipasi. Pemberdayaan tidak akan berbasil tanpa ada partisipasi. Dalam partisipasi setiap orang berhak menyatakan dalam pengambilan keputusan yang menyangkit kehidupannya. Partisipasi bisa juga tercipta dalam perspektif keluarga yang dilakukan melalui kelembagaan yang dibuat sendiri oleh partisipan pernberdayaan.

Selain itu melalui proses partisipasi tidak hanya sekedar ikut-ikutan kegiatan, tetapi tercipta pemaknaan dan kesadaran untuk merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap program pemberdayaan yang disusun dan dikelola.

d.

Keluarga

Polish yang diutarakan oleh Terawanti (1989), mendefinisikan keluarga sebagai struktur dan meringkas makna keluarga sebagai suatu kelompok sosial yang terdiri dari orang-orang yang mempunyai ikatan darah dan hubungan saudara, umumnya terbatas hingga generasi keempat. Datam kutipan yang sama dari Terawanti (1989), Belsky dkk menyatakan bahwa keluarga terdiri atas suami atau ayah, i s t r i atau ibu dan anak. Sedangkan makna keluarga yang didefinisikan oleh Direktorat Pemberdayaan Peran Keluarga Departemen Sosial RI, keluarga diartikan sebagai unit m i a l terkecil dalam masyarakat yang merupakan wahana sosialisasi yang pertama dan utama bagi tumbuh kembang anak.

(37)

Dapat diatarik watu definisi dari pemahaman di atas yaitu bahwa kelwrga adalah sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami atau ayah, ibu dan anak yang terikat pertalian darah yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, dan mempunyai fungsi sosial.

e. Kelembagaan dan Otganisasi

Kelembagaan sering diasosiasikan sebagai kelembagaan sosial mirip dengan istilah lembaga. Definisi Cohen (1977) menekankan pada aspek sistem pola sosial dan untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Cohen mengungkapkan kelembagaan sosia\ (social institutions) -yang dialihbahasakan menjadi pranata-pranata masyarakat- sebagai sistem pola- pola sosial yang tersusun rapih dan relatif bersifat permanen serta mengandung perilaku-perilaku tertentu yang kokoh dan terpadu demi pemuasan dan pemenuhan-pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat.

Menurut Horton dan Hunt (1 991 ), lembaga adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau, secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kegiatan yang berisi pada suatu kegiatan pokok manusia. Jadi konsep ini lebih menekankan pada aspek proses yang berstruktur untuk melaksanakan kegiatan tertentu.

Wanjutnya ditegaskan oleh Horton dan Hunt (1991) bahwa lembaga adalah sistem hubungan sosial yang terorganisasi yang mengejawantahkan nitai-nilai serta prosedur umum tertentu dan memenuhi kebutuhan- kebutuhan dasar rnasyarakat. Dalam definisi ini lebih ditekankan pada aspek nilai atau m a untuk memenuhi kebutuhan dasar yang terikat

dalam sistem hubungan sosial. Uphoff (1993) menjetaskan tentang makna kelembagaan, menurutnya kelembagaan, apakah organisasi atau bukan, kompleksitas dari norma dan perilaku yang bertahan lama yang melayani untuk tujuan nilai kolektif (kelompok).

(38)

pemikiran dari Gillin dan Gillin, Soekanto mengemukakan sejumlah ciri-ciri umum kelembagaan (lembaga kemasyarakatan) yang meUputi: 1) Merupakan pengorganisasian pola pemikiran dan perilaku yang temujud melalui aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya, 2) Memiliki kekekalan tertentu, 3) Mempunyai satu atau k b i h tujuan tertentu, 4) Mempunyai lambang-lambang sebagai gambaran tujuan, 5) Mempunyai alat (media) untuk mencapai tujuan tertentu, 6) Mempunyai aturan tertulis atau tidak tertulis. Kelembagaan yang disorot sebagai sebuah kegiatan yang mempunyai fungsi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Israel (1992),

sebuah lembaga menyangkut berbagai fungsi yang dijalankan, seperti produksi, perencanaan, pemasaran, perawatan dan pelatihan.

Ketembagaan yang dibahas dalam kajian ini diartikan sebagai organisasi yang dibentuk karena partisipasi, mempunyai tata aturan, berstruktur organisasi, mempunyai tujuan yang jelas, mempunyai rencana yang pasti, dan sebagai media pemberdayaan.

Partisipasi dilihat sebagai bagian dari proses pemberdayaan bagi peserta program pemberdayaan. Selain menjadi peserta dalam program pemberdayaan, juga menjadi bagian dalam proses penentuan pengambilan keputusan untuk menentukan

:

bentuk, aturan, perencanaan, tujuan, pengambilan manfaat, dan evaluasi organisasi.

Urgensi Pemberdayaan Keluarga

Pekerjaan Sosial adalah profesi pertolongan kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat agar mampu menjalankan tugas-tugasnya sesuai perannya. Menjalankan tugas sesuai peran sosialnya oleh keluarga dabm lingkungannya (komunitas) adalah makna dari konsep keberfungsian sosial keluarga. Mkemukakan oleh Siporin dalam Suharto, dkk (2003) keberfungsian sosial berhubungan dengan cara-cara berperilaku individu-indivfdu atau kolektif- kolektif (keluarga, perkumpulan, masyarakat, dsb) dalam rangka melaksanakan tugas-tugas kehidupannya dan memenuhi kebutuhannya.

(39)

(2003) keberfungsian sosial menggambarkan sebagai produk sistematik dari transaksi komplementer dan pertukaran yang seimbang, cocok, tepat dan adaptasi timbal batik kebutuhan, sumberdaya, harapan-motivasi dan kompetensi orang-orang dari demand. Keberfungsian sosial keluarga yang dikemukakan oleh Suharto, dkk (2003) tetap tejaga jika kapabet dabm tiga syarat utama; pertama, kapabel memenuhi kebutuhan dasar: ekonomi, pendidikan dasar (human capital), perlindungan dasar (security capital); kedua, kapabel melaksanakan peran sosial: aktivitas peran dalam masyarakat (komunitas);

ketiga,

kapabel menghadapi goncangan dan tekanan: karena ekonomi dan non ekonomi.

Lebih jelas dalam Pola Dasar Pembangunan Kesejahteraan Sosial (1996) yang dipopulerkan Departemen Sosial RI menyatakan bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam tatanan masyarakat merupakan unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. Posisi strategis ini hanya akan dapat diwujudkan apabila keluarga dan sebagai unsur yang aktif-partisipatif dalam usaha pembinaan lingkungan sosial yang tentram dan sejahtera. Pernyatan di atas menjelaskan bahwa keluarga yang ideal adalah jika masing-masing anggotanya bisa menjalankan fungsi dan peran sosial sesuai dengan posisi masing-masing yang disandang.

Namun pada tataran faktual karena kemajuan dan ekspansi ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat pada saat yang bersamaan umat manusia mengalami keterasingan dari nilai-nilai luhur kemanusiaan. Salah satu penyebabnya adalah karena mereka tercabut dari nilai agama. Keluarga seharusnya mempunyai fungsi-fungsi sosialisasi, ekonomi, reproduksi, biologi, religi, proteksi, kasih sayang tapi mat ini tidak bisa diatasi atau terabaikan oleh keluarga i t u sendiri karena kapasitas masing- masing anggota keluarga tidak memadai.

(40)

diseminasi kegiatan ekonomi untuk penambahan pendapatan.

PBB (1987), mengungkapkan beberapa masalah keluarga di negara berkembang adalah

:

kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan dan nutnsi, perumahan dan sanitasi yang tidak layak, anak-anak yang tidak diinginkan dan tidak terdidik, serta masatah sosial psikologis yang menyebabkan keretakan dan ketidakharmonisan keluarga. Menurut data yang dilansir oleh Direktorat Pemberdayaan Peran Keluarga (2004)

Departemen Sosial RI bahwa angka keluarga yang bermasalah sosial- psikologis mencapai jurnlah 16 juta orang dari jumlah t o t d penduduk Indonesia. Dalam data BPS (2004) jumlah keluarga miskin mencapai angka 36,17 persen dari jumlah keluarga atau 16,7 persen dari jumlah keluarga di Indonesia.

Dengan pendekatan paradigma ekonomi ketuarga, yaitu menjalankan fungsi ekonomi dari keluarga sebagai kesatuan ekonomi, maka fungsi ekonomi keluarga sangat vital bagi keberlangsungan keluarga. Lewat pemberdayaan keluarga dengan mempertahankan keluarga sebagai fungsi ekonomi, maka goncangan dan tekanan karma ekonomi dapat terhindari, dengan cara; mengoptima\kan pola pencarian nafkah atau mengekspansi pencarian nafkah tambahan, perencanaan dan pembelanjaan serta pemanfaatannya akan tetap terjaga.

Selain itu ada pengaruh eksternal dari budaya luar atau akibat dari akulturasi yang demikian cepat, telah membawa dampak disorientasi pola hubungan antar anggota keluarga yang rnengarah pada munculnya konflik antar anggota keluarga serta efek permasalahan lainnya.

Sehubungan masalah tersebut maka perlu dicari upaya pemberdayaan untuk memberfungsikan sosial, ketahanan dan keharmonisan sosia\ keluarga untuk bisa mencegah keretakan dan mengwtkan mekanisme pemecahan masalah yang dihadapi dalam wadah organisasi yang dibentuk sendiri. Dengan kokohnya ketahan sosial keluarga dalam komunitas maka bisa dihindari segala kemungkinan timbulnya masalah keluarga.

(41)

sistematik melalui organisasi dalam rangka menguatkan fungsi sosial keluarga, dan yang paling utama dari tujuan pemberdayaan ini untuk meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan sosial keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam tatanan kehidupan komunitas.

Organisasi sebagai Media Pemberdayaan

Pemberdayaan sebagai proses bisa dilakukan pada tingkat individu, keluarga atau komunitas (tertentu), selama aktivitas pemberdayaan tenebut dijalankan dengan prinsip partisipasi. Hasil dari pemberdayaan tenebut akan menghasitkan pembangunan yang berkelanjutan. Pada prinsipnya pembangunan yang berkelanjutan akan baik jika ada pengerahan energi masyarakat secara aktif atas dasar inisiatif sendin' untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi seluruh lapisan masyarakat secara berkesinambungan.

lnisiasi dan partisipasi bisa dikelola dengan menggunakan media organisasi, terlebih jika organisasi tersebut dibentuk dan dijalankan dari akar rumput berdasarkan kepentingan kelompoknya. Lebih jelas diutarakan tentang kelompok, bahwa kelompok mempunyai kelebihan antara Lain proses adopsi dapat dipercepat, karena adanya interaksi sesama anggota kelompok dalam bentuk saling mempengaruhi satu sama lain (Vitayala: 1986).

(42)

Menurut Bientedt oleh Sunarto dalam Dannajanti (2004), kelompok mempunyai tiga kriteria; ada organisasi, hubungan sosial diantara kelompok, kesadaran jenis dibagi dalam beberapa klasifikasi sebagai gambaran kehidupan berorganisasi masyarakat, merefleksikan dinamika tindakan kolektif masyarakat yaw terhimpun dalam kelembagaan untuk mengatasi masalah bersama, termasuk peningkatan pendapatan rumah tangga

(safety net)

di komunitas. Lebih umum dan sangat bermakna luas, kelompok didefinisikan oleh Horton dan Hunt, setiap kumpulan orang yang memiliki kesadaran M a m a akan keanggotaan dan saling berinteraksi

(Horton dan Hunt: 1991).

Soekanto dalam perspektif sosiologis mengkategorikan kelompok dalam beberapa tipe: kategori statistik, kategori sosial, kelompok sosial, kelompok tak teratur, dan organisasi formal {Soekanto: 2002). Dalam pembahasannya Soekanto lebih menyorot organisasi sebagai entitas kecil dari kelompok, organisasi ada dan diakui jika dalam bentuk nyata dan bisa dilihat dalam gerak aktivitas serta ada pola interaksi.

Pace dan Faules menjelaskan bahwa organisasi dicikalbakali oleh kelompok atau beberapa kelompok yang kemudian mengikatkan diri dalam suatu aturan dan hubungan-hubungan status yang disepakati. Hubungan dan kepercayaan bersama suatu kelompok biasanya disebut ~ t ~ k t u m y a dan budayanya. Hubungan-hubungan berfungsi mengorganisasikan perilaku manusia dalam suatu organisas4 (Pace dan Faules: 2001). Selanjutnya dijelaskan oleh Huraerah dan Purwanto, manusia berkelompok membutuhkan wadah yang disebut lembaga

(orgonfsusi).

Kelembagaan merupakan faktor yang sangat penting dalam mengatur hubungan antar manusia untuk penguasaan faktor produksi yang langka (Huraerah dan Purwanto: 2005).
(43)

Mengenai hal i t u Etzioni (1982) menjelaskan, peradaban modern pada hakekatnya sangat tergantung pada organisasi-organisasi sebagai bentuk pengkelompokan sosial yang paling rasional dan efesien.

Dengan cam mengkoordinaslkan sejumlah besar tindakan manusia, organisasi mampu menciptakan suatu alat sosial yang ampuh dan dapat diandalkan. Dalam masyarakat modern sekarang bisa dikatakan bahwa masyarakat sudah merupakan suatu masyarakat yang organisasional. Minya sebagian banyak interaksi tidak lepas dari keberadaan dan ketedibatan organisasi, mulai dad kelahiran, pendidikan, perkawinan hingga kematian.

Tentang organisasi dijelaskan oleh Achlis (1993), kita dilahirkan didalam organisasi-organisasi, dididik oleh dan didalam organisasi pula, dan kebanyakan diantara kfta menggunakan sebagaian besar masa hldup didalam dan untuk bekerja bagi organisasi-organisasi, kitapun menggunakan sebagaian besar waktu luang kita untuk berbelanja, bermain, dan beribadah didalam organisasi-organisasi. Kebanyakan dari kita juga meninggal didalam organisasi, dan untuk penguburan diperlukan pula ijin dari organisasi (negara)

.

(44)

Dengan kata yang lain organisasi bisa digunakan sebagai media untuk mengubah atau membantu individu, atau masyarakat yang bermasalah atau tidak bermasalah, karena dengan oqanisasi segala kebutuhan dan kemampuan manusia dapat dikembangkan melalui organisasi. Bertitik tolak dari hat tersebut, bahwa ketompok atau organisasi memiliki peran yang penting dan strategis sebagai sarana untuk pemberdayaan.

Karena peran tersebut sangat perlu untuk melakukan pemberdayaan keluarga dengan menggunakan media organisasi, bentuk dan jenis pemberdayan ditentukan sendid oieh mereka sendiri. Karena dengan organisasi segala aktivitas dapat dikelola dan terkontrol dalam aturan yang baku, dan akan terjadi timbal baUk interaksi sosial antar anggota organisasi.

Kerangka Pikir Kajian

Dari berbagai literatur, bahwa pemberdayaan adahh upaya memberdayakan (mengembangkan dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya) guna mencapai kehidupan yang lebih baik melalui suatu proses yang terencana yang dilakukan o\eh anggota keluarga (ayah, ibu anak) secara partisipatif, terarah dan berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi, motivasi dan peran keluarga dalam rangka mewujudkan keberfungsian sosial keluarga.

Ketidakberdayaan keluarga yang dikaji ini disebabkan oleh kebijakan elit lokal desa karena motif politik dan faktor ekonomi, pertama; motif politik, menyebabkan posisi tawar warga menjadi lemah sehingga kontrol terhadap penggunaan dana bantuan dan keterbukaan manajemen program sangat tertutup. Motif politik ia4n adalah menjadikan program pemberdayaan sebagat media pditik, program dijalankan oleh satuan pelaksana desa sebagai 'hadiah' dari pemerintah daerah kabupaten untuk 'mendapatkan hasil' lebih besar yang akan diberikan oleh pemerintah desa.

(45)

terjadi. Kedua; motif ekonomi, oleh sebagian oknum pemberi program (pemerintah kabupaten) dijadikan media untuk keuntungan pribadi berupa 'menyunat

'

sebagian dana bantuan yang diberikan atas narna untuk kepentingan 'administrasi'. Pelaksana program pada tingkat desa lebih mementingkan pada penggemukan dana yang digutirkan sehingga mengorbankan aspek pemberdayaan, dengan cara meninggikan jasalbunga pinjaman dan

zero

tollerance

terhadap segala keterlambatan angsuran yang telah ditentukan.

Penyebab ketidakberdayaan keluarga karena motif ekonomi adabh ketidakjelasan kriteria sasaranltarget program, hal ini menyebabkan penentuan sasaran/target program sangat diskriminatif. Maka yang dipilih berdasdrkan keputusan sepihak dari pelaksana program dan cenderung dipilih karena mempunyai hubungan kekerabatan (kolusi) serta tingkat kedekatan yang tinggi dengan penyelenggara program (pada satuan pelaksana desa).

Kebijakan elit lokal desa karena motif pditik, demi untuk mendapatkan 'hadiah' berupa Program Raksa Desa dan menjadi lokasi pusat kegiatan hari jadi Kabupaten Sumedang dari pemerintah kebupaten, menyebabkan pemerintah desa harus menyerahkan 'kedaulatan' yaitu dengan menjual tanah properti desa atau carik.

Dengan mengusung isu pembangunan jalan to1 Cisumdawu, tanah can&

-

yang mempunyai nilai deposit tinggi- haws dijual dan akibat kebijakan tersebut akhirnya harus dibayar mahal dengan terjadinya konflik sosial antara kelompok yang diuntungkan dengan 'hadiah' dengan kelompok yang tidak mendapatkan apa-apa dari 'hadiah' dan hasil penjulan tanah carik tersebut.

(46)

tenggat pembayaran yang terlalu pendek, program penuh muatan politis, kesertaan program dibatasi pada tingkat kemapanan usaha, bantuan terbabs untuk usaha ekonomi.

Selain itu saat terhimpit ketidakberdayaan ketuarga mempunyai potensi, seperti: semanqat dan kemauan yang tinggi, kerjasama dan saling percaya, lahan pemasaran produk yang terbuka, pengalaman usaha.

Selanjutnya beranjak dari ketidakberdayaan dan motivasi potensi permasalahan dan potensi yang teridentifikasi, keluarga memulai proses penumbuhan kelembagaan dan didorong beberapa komitmen yang disebabkan oleh konflik sosial, komitmen-komitmen tersebut adalah: siap berperan dalam program, siap menyisihkan waktu, bersedia menyisihkan materi, mengutamakan dan tidak menelantarkan keluarga.

Akhirnya terbentuk kelembagan yang dibutuhkan dan diinginkan yaitu Lembaga Keuangan Mikro Al-Hasanah, yang mempunyai tujuan: anggota sejahtera, gotong royong meningkat

,

terhindar jeratan ren tenir, media komunikasi dan konsultasi.

Dengan terbentuknya kelembagaan

LKM

At-Hasanah maka komunitas akan berdaya dengan demikian komunitas siap menerima kebijakan-kebijakan a

Gambar

Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Legok
Gambar 1: Kerangka Alur Pikir Kajian Pemberdayaan Keluarga Melalui
Tabel 2: Komposisi Penduduk (Usia 15-55 tahun) Menurut Jenis
Gambar 6: Jaringan Hubungan Struktur Formal dan Informal di Desa Legok
+7

Referensi

Dokumen terkait

nilai karakter ke dalam PAI, yakni pelaksanaan nilai religius dengan cara.. berdoa, salat dzuhur, ashar berjamaah,

EVALUASI KINERJA KEUANGAN BANK BRI DAN BANK MANDIRI TAHUN 2015. DISUSUN

Oleh sebab itu, pada penelitian ini menggunakan atribut COCOMO II memiliki 17 atribut dengan cakupan yang lebih luas untuk memperkirakan usaha dan waktu

Adapun nama-nama parpol tersebut adalah: Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA), Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (P-PPI),

Sesuai dengan pendapat Roesli (2007) bahwa dengan pengetahuan.. yang benar tentang menyusui, seorang ibu semakin mudah untuk memberikan ASI secara eksklusif. Hasil survey

Oleh karena tumbuh kembang pengguna dalam objek rancang (balita terlantar) berkaitan erat dengan lingkung bina sosial yang ada, maka peran lingkungan terbangun

Hasil penelitian di kabupaten Pemalang menunjukkan (1) perkembangan penerimaan retribusi pasar daerah di Kabupaten Pemalang sudah efektif, mencapai efisiensi dan mengalami

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa kepuasan konsumen memiliki pengaruh yang besar terhadap loyalitas merek serta kepuasan konsumen yang dimediasi dengan word of