• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO

DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN

(SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI)

OLEH MARIA SITORUS

H14050818

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO

DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN

(SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI)

OLEH MARIA SITORUS

H14050818

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(3)

RINGKASAN

MARIA SITORUS. Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) (dibimbing oleh

SYAMSUL HIDAYAT PASARIBU).

Perdagangan internasional secara bebas yang merupakan bagian dari globalisasi perekonomian terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan non tarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair. Perdagangan bebas ini selanjutnya semakin berkembang didukung oleh integrasi ekonomi berbagai kelompok negara yang mengakibatkan adanya perbedaan perlakuan antar negara anggota dengan negara non-anggota yang melakukan perdagangan internasional. Salah satu bentuk integrasi ekonomi adalah World Trade Organization (WTO) yang bertujuan menciptakan perdagangan internasional yang lebih terbuka dan adil dengan menghasilkan aturan-aturan perdagangan yang mengikat negara anggotanya serta berfungsi juga dalam mengawasi kesepakatan-kesepakatn multilateral negara-negara anggotanya.

Liberalisasi perdagangan dalam integrasi ekonomi dalam penelitiaan ini adalah sektor pertanian yang meliputi komoditi Crude Palm Oil (CPO) dan kakao yang laju volume ekspor-impornya relatif besar yakni untuk kakao produksi nya meningkat pada tahun 2002/2003 sebesar 2.885.000 ton meningkat menjadi 3.476.000 ton pada tahun 2005/2006. Sama halnya dengan komoditi CPO yang kini banyak digunakan bukan saja untuk dikonsumsi sebagai bahan makanan, tapi juga kini digunakan sebagai biofuel sehingga pada kenyataannya produksi CPO meningkat dari 25.658.000 ton yang diproduksi pada tahun 2002 dan pada tahun 2006 menjadi 37.163.000 ton. Maka dalam penelitian ini dengan gravity model

yang cocok untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju perdagangan ekspor dalam integrasi ekonomi akan dianalisis lewat data panel untuk komoditi CPO dan kakao dari lima negara pengimpor ke satu negara pengekspor utama. Negara yang menjadi tujuan ekspor kakao adalah Amerika Serikat dengan negara pengekspor utama yakni Cote d’Ivore, Ghana, Malaysia, Indonesia, dan Belanda.Untuk kakao, negara eksportir nya adalah Malaysia, Indonesia, Singapura, Hongkong, dan Thailand dengan negara importirnya adalah Cina.

(4)

negara pengekspor dan pengimpor serta jarak. Sedangkan variabel nilai tukar tidak berpengaruh nyata.

(5)

Judul Skripsi : Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi)

Nama : Maria Sitorus

NIM : H14050818

Menyetujui :

Dosen Pembimbing,

Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M,Si.

NIP. 19761020 20050 1 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS

NIP : 19641023 198903 2 002

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI)” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

BOGOR, AGUSTUS 2009

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Maria Sitorus, lahir pada tanggal 3 Maret 1987 di Pematang Siantar. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Pardomuan Sitorus dan Rosdiana Zebua. Pendidikan penulis dimulai dari SDN 124390 Pematang Siantar, SLTPN 7 Pematangsiantar dan dilanjutkan ke SMAN 2 Pematang Siantar.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus karena atas berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah

”Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi)”. Perdagangan internasional di bawah pengaruh liberalisasi perdagangan sangat menarik untuk dibahas karena ekspor komoditi CPO dan kakao yang mendapatkan pengaruh oleh beberapa variabel yang menentukan perubahan ekspor tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, dengan menganalisis laju volume ekspor dua komoditi tersebut di lima negara pengekspor dan satu negara pengimpor. Skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(9)

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik serta saran yang membangun demi penyempurnaan hasil penelitian ini sangat diharapkan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2009

(10)

DAFTAR ISI 2.1. Teori Perdagangan Internasional ... 10

2.2.1. Teori Keunggulan Absolut ... 11

2.2.3. Liberalisasi Perdagangan ... 20

2.3. Gravity Model ... 21

2.4. Gross Domestic Product,Populasi, Jarak, Nilai Tukar, Ekspor ... 25

(11)

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO

DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN

(SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI)

OLEH MARIA SITORUS

H14050818

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO

DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN

(SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI)

OLEH MARIA SITORUS

H14050818

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(13)

RINGKASAN

MARIA SITORUS. Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) (dibimbing oleh

SYAMSUL HIDAYAT PASARIBU).

Perdagangan internasional secara bebas yang merupakan bagian dari globalisasi perekonomian terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan non tarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair. Perdagangan bebas ini selanjutnya semakin berkembang didukung oleh integrasi ekonomi berbagai kelompok negara yang mengakibatkan adanya perbedaan perlakuan antar negara anggota dengan negara non-anggota yang melakukan perdagangan internasional. Salah satu bentuk integrasi ekonomi adalah World Trade Organization (WTO) yang bertujuan menciptakan perdagangan internasional yang lebih terbuka dan adil dengan menghasilkan aturan-aturan perdagangan yang mengikat negara anggotanya serta berfungsi juga dalam mengawasi kesepakatan-kesepakatn multilateral negara-negara anggotanya.

Liberalisasi perdagangan dalam integrasi ekonomi dalam penelitiaan ini adalah sektor pertanian yang meliputi komoditi Crude Palm Oil (CPO) dan kakao yang laju volume ekspor-impornya relatif besar yakni untuk kakao produksi nya meningkat pada tahun 2002/2003 sebesar 2.885.000 ton meningkat menjadi 3.476.000 ton pada tahun 2005/2006. Sama halnya dengan komoditi CPO yang kini banyak digunakan bukan saja untuk dikonsumsi sebagai bahan makanan, tapi juga kini digunakan sebagai biofuel sehingga pada kenyataannya produksi CPO meningkat dari 25.658.000 ton yang diproduksi pada tahun 2002 dan pada tahun 2006 menjadi 37.163.000 ton. Maka dalam penelitian ini dengan gravity model

yang cocok untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju perdagangan ekspor dalam integrasi ekonomi akan dianalisis lewat data panel untuk komoditi CPO dan kakao dari lima negara pengimpor ke satu negara pengekspor utama. Negara yang menjadi tujuan ekspor kakao adalah Amerika Serikat dengan negara pengekspor utama yakni Cote d’Ivore, Ghana, Malaysia, Indonesia, dan Belanda.Untuk kakao, negara eksportir nya adalah Malaysia, Indonesia, Singapura, Hongkong, dan Thailand dengan negara importirnya adalah Cina.

(14)

negara pengekspor dan pengimpor serta jarak. Sedangkan variabel nilai tukar tidak berpengaruh nyata.

(15)

Judul Skripsi : Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi)

Nama : Maria Sitorus

NIM : H14050818

Menyetujui :

Dosen Pembimbing,

Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M,Si.

NIP. 19761020 20050 1 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS

NIP : 19641023 198903 2 002

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI)” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

BOGOR, AGUSTUS 2009

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Maria Sitorus, lahir pada tanggal 3 Maret 1987 di Pematang Siantar. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Pardomuan Sitorus dan Rosdiana Zebua. Pendidikan penulis dimulai dari SDN 124390 Pematang Siantar, SLTPN 7 Pematangsiantar dan dilanjutkan ke SMAN 2 Pematang Siantar.

(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus karena atas berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah

”Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi)”. Perdagangan internasional di bawah pengaruh liberalisasi perdagangan sangat menarik untuk dibahas karena ekspor komoditi CPO dan kakao yang mendapatkan pengaruh oleh beberapa variabel yang menentukan perubahan ekspor tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, dengan menganalisis laju volume ekspor dua komoditi tersebut di lima negara pengekspor dan satu negara pengimpor. Skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(19)

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik serta saran yang membangun demi penyempurnaan hasil penelitian ini sangat diharapkan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2009

(20)

DAFTAR ISI 2.1. Teori Perdagangan Internasional ... 10

2.2.1. Teori Keunggulan Absolut ... 11

2.2.3. Liberalisasi Perdagangan ... 20

2.3. Gravity Model ... 21

2.4. Gross Domestic Product,Populasi, Jarak, Nilai Tukar, Ekspor ... 25

(21)

III. METODOLOGIPENELITIAN

3.2.2. Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel ... 37

3.2.2.1. Chow Test ... 37

3.2.2.2. Hausman Test ... 38

3.2.2.3. LM Test ... 39

3.3. Perumusan Model ... 39

3.4. Pengujian Model dan Hipotesis ... 40

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1. Negara Pengekspor Utama Kakao (US $)... 5 1.2. Negara Pengimpor Utama Kakao (juta US) ... 5 1.3. Negara Pengekspor Utama CPO (ribu ton) ………. 6 1.4. Negara Pengimpor Utama CPO (ribu ton) ...7 4.1. Konsumsi Kakao Dunia (ribu ton) ... 44 4.2. Produksi Kakao dunia (ribu ton) ... 45 4.3.Volume Nilai Ekspor Kakao Beberapa Negara Eksportir Utama

(23)

DAFTAR GAMBAR

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Data Penelitian ………..……… 62 2. Hasil Estimasi Panel Data Kakao Menggunakan

Model Pooled Least Square……… 74 3. Hasil Estimasi Panel Data CPO Menggunakan

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Globalisasi mengakibatkan terjadinya peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar negara, salah satunya dalam perdagangan. Perdagangan internasional berkembang pesat seiring dengan adanya globalisasi yang terjadi. Dengan adanya keunggulan komparatif setiap bangsa yang berbeda dan kebutuhan manusia yang selalu mengalami peningkatan membuat perdagangan internasional semakin penting untuk dilakukan. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional.

Proses globalisasi terutama globalisasi perekonomian yang merupakan suatu kegiatan ekonomi dan perdagangan dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi tanpa adanya rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian ini pada akhirnya mengaharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.

(26)

serta penghapusan berbagai hambatan non tarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair. Perdagangan bebas ini selanjutnya berkembang didukung juga oleh integrasi ekonomi berbagai kelompok negara yang mengakibatkan adanya perbedaan perlakuan antar negara anggota dengan negara non anggota yang melakukan perdagangan internasional.

Perdagangan bebas ini juga disepakati oleh negara-negara yang tergabung dalam salah satu integrasi ekonomi World Trade Organization (WTO) yang bertujuan menciptakan perdagangan internasional yang lebih terbuka dan adil dengan menghasilkan aturan-aturan perdagangan yang mengikat negara anggotanya serta berfungsi juga dalam mengawasi kesepakatan-kesepakatan multilateral negara-negara anggotanya. Peraturan dan komitmen yang diatur dalam perjanjian liberalisasi perdagangan WTO diantaranya mengenai akses pasar, subsidi domestik, dan persaingan ekspor. Dengan adanya perjanjian tersebut, maka segala bentuk peraturan yang melindungi dan memproteksi perdagangan internasional seperti tarif impor, subsidi harga, kuota impor, dan lainnya harus diturunkan persentasenya sesuai kesepakatan WTO.

(27)

perundingan. Dengan perkataan lain, keberhasilan Putaran Uruguay (PU) menyebabkan pemberlakuan sektor pertanian sama dengan sektor lainnya atau sektor pertanian tidak lagi diperlakukan secara eksklusif dalam kerangka GATT. Dengan demikian, distorsi perdagangan produk pertanian diharapkan akan hilang atau menurun sehingga terjadi peningkatan efisiensi dan volume perdagangan. Putaran Doha yang dimulai tahun 2001 dan diharapkan dapat ditandatangani pada tahun 2005 sebagai lanjutan Putaran Uruguay berjalan lambat, karena adanya pertikaian dalam hal liberalisasi perdagangan produk pertanian. Liberalisasi perdagangan tersebut diperkirakan akan mempunyai dampak yang signifikan terhadap perkembangan komoditas perkebunan.

Dalam negosiasi GATT komoditi pertanian marak diperbincangkan . Sejak persiapan Havana Charter (1940) yang merupakan cikal bakal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), sudah tidak ada kesepakatan mengenai bagaimana perdagangan komoditas pertanian harus diberlakukan. Pertentangan ini kemudian berkelanjutan dalam penyusunan kerangka dasar GATT pada tahun 1947. Sebagian delegasi berpendapat bahwa perdagangan produk pertanian harus bebas sesuai dengan ketentuan GATT dan sebagian lagi berpendapat bahwa masalah tersebut harus ditata dengan melibatkan negara pengekspor dan pengimpor dan antara negara berkembang dan maju. Berawal dari sini, masalah perdagangan produk pertanian terus menjadi isu sentral pada perundingan GATT selanjutnya yaitu Dillon Round (1960-1962), Kennedy Round (1963-1967), Tokyo Round

(28)

Globalisasi perekonomian komoditas pertanian dan liberalisasi perdagangan yang mengikutinya terus berkembang pesat. Dampak secara global dari liberalisasi perdagangan adalah kenaikan harga produk perkebunan dan dampak yang bervariasi untuk produksi, konsumsi, dan perdagangan. Dampak positif juga cenderung tidak terdistribusi secara merata. Beberapa negara memperoleh manfaat positif yang lebih besar. Negara produsen yang efisien cenderung memperoleh manfaat positif yang lebih besar. Di sisi lain, negara net

importir cenderung mengalami kerugian sebagai akibat liberalisasi perdagangan. Krisis ekonomi dalam proses globalisasi dan perdagangan bebas juga menyebabkan kegiatan perdagangan mengalami perubahan baik itu peningkatan maupun penurunan.

Pengaruh liberalisasi perdagangan tersebut terjadi juga pada komoditas pertanian yaitu ekspor dan impor komoditasnya. Dua komoditas utama pertanian yang merupakan konsumsi dunia yang terus meningkat sehingga menyebabkan permintaan terhadap komoditi tersebut naik adalah kelapa sawit yang diekspor dalam bentuk Crude Palm Oil (CPO) dan kakao dalam bentuk biji kakao. Perdagangan bilateral antar negara pada komoditi CPO dan kakao ini terus meningkat. Terdapat negara-negara yang menjadi eksportir utama dalam pasar perdagangan CPO atau kakao, dimana negara-negara tersebut mengekspor ke negara-negara importir utama di bawah pengaruh liberalisasi perdagangan.

(29)

sebesar 161.440.000 US $ pada tahun yang sama. Pengekspor terbesar ketiga adalah Belanda yang pada tahun 2007 mengekspor 120.838.000 US $ kakao ke AS. Selanjutnya negara pengekspor kakao ke AS yakni Malaysia dengan jumlah nilai ekspor sebesar 118.400.000 ton pada tahun 2007 dan terakhir oleh Ghana yakni sebesar 30.301.000 ton di tahun yang sama.

Tabel ini menunjukkan negara-negara pengekspor kakao dalam satuan nilai (ribu US $):

Tabel 1.1. Negara Pengekspor Utama Kakao (ribu US $)

Tahun Cote d'Ivore Belanda Ghana Indonesia Malaysia

2003 320.369 174.883 27.045 137.245 85.224

Data berikutnya adalah data negara pengimpor utama kakao dalam perdagangan internasional.

(30)

akan tetapi dari tahun-tahun sebelumnya Amerika Serikat mengimpor kakao relatif paling tinggi.

Di samping permintaan kakao di pasar internasional yang terus meningkat, ekspor kelapa sawit dalam bentuk CPO juga mengalami peningkatan. Melalui liberalisasi perdagangan, negara-negara eksportir dan importir melakukan perdagangan dengan persetujuan-persetujuan negara yang menjadi anggota WTO.

Dalam Tabel 1.3 berikut dapat diketahui negara-negara yang menjadi pengekspor utama CPO.

Tabel 1.3. Negara Pengekspor Utama CPO (ribu ton)

Sumber: Oil World, 2008

Dari Tabel 1.3 di atas dapat dilihat Malaysia sebagai pengekspor utama CPO yakni pada tahun 2007 sebesar 12.575.000 ton dan disusul Indonesia pada tahun yang sama sebesar 8.820.000 ton. Thailand dan Singapura di urutan berikutnya yakni sebesar 339.000 ton dan 237.000 ton pada tahun 2007 dan Singapura sebesar 127.000 ton pada tahun yang sama.

Tabel 1.4 menunjukkan negara-negara pengimpor utama CPO dalam satuan ribu ton:

Tahun Malaysia Indonesia Thailand Hongkong Singapura

(31)

Tabel 1.4. Negara Pengimpor Utama CPO (ribu ton)

Tahun Cina Eropa India Pakistan Mesir

2005 2.660 3.445 3.461 1.300 611 2006 3.353 3.593 3.979 1.487 678 2007 3.851 3.945 3.453 1.432 702 Sumber : World Trade Organization, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat Cina adalah negara pengimpor utama CPO terbesar yakni 3.851.000 ton pada tahun 2007 dan urutan kedua adalah negara-negara Eropa sebesar 3.945.000 ton pada tahun yang sama. Pengimpor terbesar lainnya adalah India sebesar 3.453.000 ton dan disusul Pakistan sebesar 1.432.000 ton pada tahun 2007. Pengimpor terbesar berikutnya adalah Mesir yakni 702.000 ton pada tahun yang sama.

1.2. Perumusan Masalah

Konsumsi komoditi pertanian berupa kelapa sawit dalam bentuk CPO dan kakao di pasar internasional terus meningkat. Peningkatan permintaan ini mengakibatkan permintaan atas kedua komoditi ini juga mengalami peningkatan. Negara- negara pengekspor utama kedua komoditi ini berusaha bersaing di pasar guna mendapatkan pangsa pasar yang terbesar.

(32)

Dengan adanya liberalisasi perdagangan pada komoditi pertanian yang tertuang jelas dalam perjanjian Agreement of Agriculture (AoA) membuat ekspor CPO dan kakao juga mengalami perubahan. Mulai ditiadakannya hambatan perdagangan di antara negara-negara anggota WTO mengakibatkan terjadinya perbedaan kondisi ekspor dari negara eksportir utama ke negara importir utama.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitiaan, yakni apa saja faktor yang memengaruhi volume ekspor CPO dan kakao dari negara-negara eksportir utama ke negara importir utama?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiaan ini bertujuan untuk mengestimasi faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor CPO dan kakao dari negara-negara eksportir utama ke negara importir utama.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

(1) Bagi peneliti, sebagai media untuk menerapkan ilmu ekonomi semasa kuliah dan sebagai referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian selanjutnya.

(2) Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan dalam usaha meningkatkan ekspor

(33)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional merupakan teori-teori yang menganalisis dasar-dasar terjainya perdagangan internasional dan keuntungan yang didapat dari adanya perdagangan tersebut. Pendorong terjadinya hubungan perdagangan di antara dua negara adalah karena adanya perbedaan harga relatif komoditi yang berlaku di masing-masing negara (keunggulan komparatif ).

Sebelum adanya perdagangan, harga-harg a relatif dari berbagai komoditi di masing-masing negara merupakan refleksi dari keunggulan komparatif yang dimiliknya. Setelah adanya perdagangan, harga-harga relatif tersebut akan saling menyesuaikan sehingga akan terbentuk suatu harga keseimbangan. Perdagangan internasional merupakan suatu gugusan masalah yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antar negara. Negara-negara akan melakukan perdagangan apabila mereka memperoleh keuntungan dari perdagangan tersebut.

(35)

2.1.1. Teori Keunggulan Absolut

Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara berlangsung didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Teori yang diprakarsai oleh Adam Smith ini disebut Teori Keunggulan Absolut yang menyatakan jika sebuah negara lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) dalam memproduksi komoditi A dibandingkan negara lain, namun kurang efisien (memiliki kerugian absolut) dalam memproduksi komoditi B, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing negara melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarkannya dengan komoditi yang memiliki kerugian absolut. Melalui proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara paling efisien dan output kedua komoditi meningkat. Peningkatan dalam output akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang melakukan perdagangan (Salvatore, 1997).

2.1.2. Hukum Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

(36)

Keunggulan lainnya yaitu keunggulan yang sifatnya dikembangkan adalah keunggulan kompetitif. Menurut Michael Porter, keunggulan kompetitif ini ditentukan oleh empat determinan yaitu keunggulan komparatif, permintaan di pasar domestik baik kualitatif maupun kuantitatif, struktur industri dalam negeri yang kuat dan struktur pasar dengan persaingan bebas industri sepenuhnya (Salvatore, 1997).

2.1.3. Teori Kepemilikan Faktor

Teori ini dikembangkan oleh Heckser dan Ohlin (1977) yang menyatakan bahwa setiap negara akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang banyak menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dalam jumlah yang melimpah dan harga relatif murah, serta mengimpor komoditi yang memliki faktor produksi langka dan berharga relatif mahal (Salvatore, 1997).

2.2. Integrasi Ekonomi dan World Trade Organization (WTO) 2.2.1. Integrasi Ekonomi

Integrasi ekonomi adalah penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua pembatasan-pembatasan yang dibuat terhadap bekerjanya perdagangan bebas dan dengan jalan mengintroduksi semua bentuk-bentuk kerjasama. Integrasi dapat dipakai sebagai alat untuk mengakses pasar yang lebih besar, menstimulasi pertumbuhan ekonomi sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nasional (Salvatore, 1997).

(37)

perdagangan sehingga mampu memberikan dampak kreasi dan diversi bagi negara-negara anggoata. Terdapat lima tingkatan integrasi ekonomi yang mungkin terjadi yaitu kawasan perdagangan bebas, persekutuan pabean, pasaran bersama, uni ekonomi dan uni politik.

Secara teoritis, Salvatore menguraikan integrasi ekonomi menjadi beberapa bentuk, yaitu:

(1) Pengaturan Perdagangan Preferensial (Prefential Trade Arrangements), dibentuk negara-negara yang sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung di antara mereka dan membedakannya dengan negara-negara yang bukan anggota.

(2) Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area), yakni bentuk integrasi ekonomi yang lebih tinggi dimana semua hambatan perdagangan baik tarif maupun non- tarif di antara negara-negara anggota telah dihapuskan sepenuhnya, namun negara-negara anggota berhak menentukan sendiri hambatan-hambatan perdagangan yang akan diterapkan terhadap negara-negara non-anggota.

(3) Persekutuan Pabean (Custom Union), mewajibkan semua anggota untuk tidak hanya menghilangkan hambatan perdagangan di antara negara anggota, namun juga menyeragamkan kebijakan perdagangan terhadap negara-negara bukan anggota.

(38)

(5) Uni Ekonomi (Economic Union), yaitu dengan menyeragamkan kebijakan-kebijakan moneter dan fiskal dari masing-masing negara anggota yang berada dalam satu kawasan atau bagi negara-negara yang melakukan kesepakatan.

Tujuan paling mendasar dari integrasi ekonomi ini adalah untuk meningkatkan volume perdagangan barang dan jasa, meningkatkan mobilitas kapital dan tenaga kerja, meningkatkan produksi, meningkatkan efisiensi produksi serta meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. Pembentukan integrasi ekonomi pada akhirnya akan menciptakan dampak meningkatnya kesejahteraan negara-negara anggota secara keseluruhan karena akan mengarah pada peningkatan spesialisasi produksi, yang didasarkan pada keunggulan komparatif (Lapipi, 2005).

2.2.2. World Trade Organization (WTO)

(39)

Nations (ASEAN), ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan European Union

(EU).

World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh negara-negara anggota. Persetujuan tersebut merupakan kontrak antar negara-negara-anggota yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangannya. Walaupun ditandatangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam kegiatan perdagangan (Deplu RI, 2004).

WTO secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 tetapi sistem perdagangan itu sendiri telah ada setengah abad yang lalu. Sejak tahun 1948,

General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) - Persetujuan Umum mengenai Tarif dan Perdagangan telah membuat aturan-aturan untuk sistem ini. Sejak tahun 1948-1994 sistem GATT memuat peraturan-peraturan mengenai perdagangan dunia dan menghasilkan pertumbuhan perdagangan internasional tertinggi. Pada awalnya GATT ditujukan untuk membentuk International Trade Organization

(ITO), suatu badan khusus PBB yang merupakan bagian dari sistem Bretton Woods (IMF dan bank Dunia). Meskipun Piagam ITO akhirnya disetujui dalam

(40)

Tantangan paling serius berasal dari kongres Amerika Serikat, yang walaupun sebagai pencetus, AS tidak meratifikasi Piagam Havana sehingga ITO secara efektif tidak dapat dilaksanakan. Meskipun demikian, GATT tetap merupakan instrumen multilateral yang mengatur perdagangan internasional. Masalah-masalah perdagangan diselesaikan melalui serangkaian perundingan multilateral yang dikenal dengan nama putaran perdagangan (trade round), sebagai upaya untuk mendorong liberalisasi perdagangan internasional. Pada tahun-tahun awal, Putaran Perdagangan GATT mengkonsentrasikan negosiasi pada upaya pengurangan tarif. Pada Putaran Kennedy (pertengahan tahun 1960) dibahas mengenai tarif dan Persetujuan Anti Dumping (Anti Dumping Agreement).

Putaran Tokyo (1973-1979) meneruskan upaya GATT mengurangi tarif secara progresif. Hasil yang diperoleh rata-rata mencakup sepertiga pemotongan dari bea impor ekspor terhadap sembilan negara industri utama, yang mengakibatkan tarif rata-rata atas produk industri turun menjadi 4,7 pesen. Pengurangan tarif, yang berlangsung selama delapan tahun, mencakup unsur harmonisasi yakni semakin tinggi tarif, semakin luas pemotongannya secara proporsional.

(41)

dalam permulaan pembahasan, Putaran Uruguay memberikan hasil yang nyata. Hanya dalam waktu dua tahun, para peserta telah menyetujui suatu paket pemotongan atas bea masuk terhadap produk-produk tropis dari negara berkembang, penyelesaian sengketa, dan menyepakati agar para anggota memberikan laporan reguler mengenai kebijakan perdagangan. Hal ini merupakan langkah penting bagi peningkatan transparansi aturan perdagangan di seluruh dunia.

(42)

dan produk hasil hutan serta seluruh produk olahannya tidak tercakup dalam definisi produk pertanian tersebut.

Persetujuan Bidang Pertanian menetapkan sejumlah peraturan pelaksanaan tindakan-tindakan perdagangan di bidang pertanian, terutama yang menyangkut akses pasar, subsidi domestik dan subsidi ekspor. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, para anggota WTO berkomitmen untuk meningkatkan akses pasar dan mengurangi subsidi-subsidi yang mendistorsi perdagangan melalui agenda komitmen masing-masing negara. Komitmen tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari GATT.

a. Akses Pasar

(43)

Umumnya tarif merupakan satu-satunya bentuk proteksi produk pertanian sebelum Putaran Uruguay. Pada Putaran Uruguay, yang disepakati adalah adanya tarif pada tingkat maksimum. Namun bagi sejumlah produk tertentu, pembatasan akses pasar juga melibatkan hambatan-hambatan non-tarif. Putaran Uruguay bertujuan untuk menghapuskan hambatan-hambatan tersebut. Untuk itu disepakati suatu paket tarifikasi yang diantaranya mengganti kebijakan-kebijakan non-tarif produk pertanian menjadi kebijakan tarif yang memberikan tingkat proteksi yang sama.

Negara anggota dari kelompok negara maju sepakat untuk mengurangi tarif mereka sebesar rata-rata 36 persen pada seluruh produk pertanian, dengan pengurangan minimum 15 persen untuk setiap produk, dalam periode enam tahun sejak tahun 1995. Bagi negara berkembang, pengurangannya adalah 24 persen dan minimum 10 persen untuk setiap produk. Negara terbelakang diminta untuk mengikat seluruh tarif pertaniannya namun tidak diharuskan untuk melakukan pengurangan tarif.

b. Subsidi Domestik

(44)

Berkaitan dengan kebijakan yang diatur dalam Green Box terdapat tiga jenis subsidi lainnya yang dikecualikan dari komitmen penurunan subsidi yaitu kebijakan pembangunan tertentu di negara berkembang, pembayaran langsung pada program pembatasan produksi (Blue box), dan tingkat subsidi yang minimum.

c. Subsidi Ekspor

Hak untuk memberlakukan subsidi ekspor pada saat ini dibatasi pada subsidi untuk produk-produk tertentu yang masuk dalam komitmen untuk dikurangi dan masih dalam batas yang ditentukan oleh agenda komitmen tersebut, kelebihan pengeluaran anggaran untuk subsidi ekspor ataupun volume ekspor yang telah disubsidi yang melebihi batas yang ditentukan oleh skedul komitmen tetapi diatur oleh ketentuan fleksibilitas hilir (downstream flexibility), subsidi ekspor yang sesuai dengan ketentuan S and D bagi negara-negara berkembang dan subsidi ekspor di luar agenda komitmen tetapi masih sesuai dengan ketentuan

anti-circumvention. Segala jenis subsidi ekspor di luar hal-hal di atas dilarang.

2.2.3. Liberalisasi Perdagangan

(45)

Perdagangan bebas tanpa hambatan merupakan tujuan akhir dari perundingan-perundingan antar negara karena adanya perdagangan bebas antar negara diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan negara yang ikut serta dalam perdagangan bebas dengan mengandalkan keunggulan komparatif dan kompetitif. Liberalisasi yang diupayakan WTO saat ini meliputi pembukaan akses pasar, penurunan subsidi domestik, daan mewujudkan persaingan ekspor.

2.3 Gravity Model

Gravity Model menurut Lineman (Lapipi 2005) adalah model yang digunakan untuk menganalisis efek integrasi ekonomi terhadap perdagangan dan merupakan satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengestimasi berapa besarnya nilai barang yang keluar dan masuk di suatu wilayah. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Tinberger (1962) dan Poyhonen (1963) yang menganalisis arus perdagangan di negara-negara Eropa dan terakhir diperkenalkan oleh Anderson (1979) yang menurunkan persamaan gravitasi dengan menggunakan asumsi diferensiasi produk dengan preferensi Cobb- Douglas dan CES (Constant Elasticity Substitution). Selanjutnya oleh Bergstrand (1985) melalui beberapa riset melengkapi model gravitasi dengan kerangka model Heckscher-Ohlin (H-O) dengan menggunakan asumsi kompetisi monopolistic yang menekankan adanya diferensiasi produk pada negara. Gravity Model dilandasi oleh teori Heckscher-Ohlin maupun teori imperfect substitution yang dibuktikan oleh Derdorff (1998).

(46)

tinggal migran yang datang dari berbagai kota besar di Amerika. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah migran yang masuk ke suatu kota dipengaruhi oleh besarnya jumlah penduduk kota yang didatangi, besarnya jumlah penduduk tempat asal migran, dan jarak antar kota yang dituju. Model gravitasi ada dua jenis yaitu model gravitasi dengan pembatas tunggal (single constrained gravity model) dimana variabel yang menjadi faktor pembatas yang didistribusikan ditentukan jumlahnya sedangkan daerah tujuan tidak ditentukan batas daya tampungnya dan model gravitasi dengan pembatas ganda (double constrained gravity model) dimana variabel yang menjadi faktor pembatas yang didistribusikan dan daerah tujuan ditentukan juga (Tarigan, 2005).

Model ini disebut juga gravity model karena menggunakan suatu perumusan yang sama dengan model gravitasi Newton, dimana interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing-masing. Tiga penjelasan gravity model menurut Learner yaitu pertama, berdasarkan fisika. Kedua, mengidentifikasi persamaan sebagai

reduced-form dengan variabel eksogen sisi demand (pendapatan dan populasi negara pengimpor) dan variabel sisi supply (pendapatan dan populasi negara pengekspor). Di sisi lain pihak karekteristik negara pengimpor dan pengekspor mengidentifikasi ukuran dari masing-masing negara, dengan semua aliran sebagai fungsi ukuran negara pada kedua sisi. Interpretasi ketiga didasarkan pada model probabilitas.

(47)

model lainnya yang secara teoritis seperti model Ricardian. Pada model ini negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara. Model gravitasi menyajikan sebuah analisa yang lebih empiris dari pola perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model gravitasi, pada bentuk dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran fisik diantara dua benda. Model ini telah terbukti menjadi kuat secara empiris oleh analisa ekonometri. Faktor lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan dalam versi lebih besar dari model ini.

Pada gravity model aliran perdagangan bilateral ditentukan oleh tiga kelompok variabel yaitu (Tarigan, 2005) :

1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor.

2. Variabel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor. 3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antar

(48)

Dalam bentuknya yang paling umum, konsep gravitasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Iij = k (2.1)

dimana :

Iij = Taksiran tingkat interaksi antara wilayah idengan j,

Ai, Aj = Besarnya daya tarik wilayah i dan j,

dij = Ukuran jarak antar wilayah i dan j,

k = Konstanta,

a, b, c = Parameter dugaan.

Interaksi antara i dan j (Iij) menginterpretasikan nilai dari aliran

perdagangan suatu komoditas dari wilayah i ke wilayah j yang meliputi arus perdagangan keseluruhan wilayah dalam satu negara tersebut. Di tingkat negara, penerapannya hingga pada perdagangan antar negara seperti antar negara anggota WTO, ASEAN, APEC, EROPA UNION yang pada umumnya variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur daya tarik wilayah (A) adalah jumlah penduduk, Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar, harga komoditas yang diperdagangkan dan variabel jarak (dij) yang dapat diukur melalui pendekatan biaya transportasi.

Lineman (Lapipi, 2005) memperlihatkan standar gravity model dalam bentuk logaritma adalah sebagai berikut :

Log Xij = β0 + β1logYi + β3logYj + β4logNj + β5logDij + β6logPij + uij

(2.2) dimana :

(49)

Yi, Yj : GDP negara i dan j,

Ni, Nj : Populasi negara i dan j,

Dij : Jarak antara negara i dan j,

Pij : Dummy,

uij : standar error.

Model di atas menggambar pola normal atau sistematik dari perdagangan dunia yang digambarkan oleh determinan natural dari volume perdagangan seperti Yi, Yj, Ni, Nj , Dij sedangkan variabel dummy integrasi ekonomi

diperkenalkan untuk menjelaskan deviasi dari pola perdagangan ini dari faktor prefensial perdagangan. Variabel jarak bilateral dipakai untuk setiap aliran perdagangan bilateral.

2.4. Gross Domestic Product, Populasi, Jarak, Nilai Tukar, Ekspor 2.4.1. Gross Domestic Product

(50)

perekonomian suatu negara dimana semakin besar GDP yang dihasilkan oleh suatu negraa semakin besar pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan. Bagi negara importir, semakin besar GDP maka akan meningkatkan impor komoditi negara tersebut. Peningkatan GDP merupakan peningkatan pendapatan masyarakatnya. Peningkatana pendapatan akan meningkatkan permintaan terhadap suatu komoditi yang pada akhirnya akan meningkatkan impor komoditi tersebut. Sehingga besarnya GDP yang dimiliki negara importir akan mempengaruhi besarnya volume perdagangan. GDP mewakili ukuran ekoinomi negara eksportir dan importir. Ukuran negara eksportir akan menentukan jumlah produksi komoditi ekspor (product capacity) dan ukuran negara importir menentukan jumlah produksi komoditi ekspor yang dapat dijual oleh negara eksportir (absortive capacity). Ukuran ekonomi adalah kemampuan potensial negara untuk melakukan perdaganagna luar negeri yaitu kemampuan kedua negra unutuk menjual atau membeli komoditi ekspor.semakin besar ukuran ekonomi negara eksportir maka semakin besar pula kemampuan untuk melakukan produksi komoditi ekspor. Begitu pula negara importir, semakin besar ukuran ekonomi negara importir maka semakin besar pula kemampuan untuk melakukan impor.

2.4.2. Populasi

(51)

produksi komoditas ekspor negara tersebut. Kenaikan populasi sisi penawaran akan meningkatkan penawaran ekspor negara eksportir.

Pertambahan populasi pada negara importir dapat berada pada sisi penawaran maupun permintaan. Pada sisi penawaran pertambahan populasi akan meningkatkan produksi dalam negeri dalam hal kuantitas maupun diversifikasi produk negara importir. Kondisi ini akan mengakibatkan penurunan permintaan komoditi ekspor oleh negara importir. Pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatkan permintaan komoditi ekspor dari negara importir maka jumlah komoditi yang diperdagangkan antar kedua negara semakin besar.

Populasi besar memungkinkan skala ekonomi yang dapat meningkatkan produksi komoditi ekspor sehingga diharapkan populasi dapat berpengaruh positif.

2.4.3. Jarak

(52)

2.4.4. Nilai Tukar

Nilai tukar adalah suatu harga relatif dari barang-barang yang diperdagangkan oleh dua negara yang biasa disebut terms of trade. Nilai tukar kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan harga di kedua negara. Jika nilai tukar tinggi maka harga barang luar negeri relatif murah dan barang domestik mahal. Jika nilai tukar riil rendah maka sebaliknya harga barang-barang domestik relatif lebih murah sedangkan harga barang-barang-barang-barang luar negeri mahal (Mankiw, 2000).

2.4.5. Ekspor

Ekspor adalah aliran perdagangan suatu komoditi dari dalam negeri ke luar negeri. Ekspor dapat juga diartikan suatu toatal penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara kemudian diperdagangkan kepada negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa. Keuntungan ekspor yaitu mampu meningkatkan laba perusahaan dan devisa negara, membuka pasar baru di luar negeri, memanfaatkan kelebihan kapasitas dalam negeri dan membiasakan diri dalam pasar internasional serta meningkatkan lapangan kerja (Salvatore, 1997).

2.5. Penelitiaan Terdahulu

(53)

kakao pada saat liberalisasi perdagangan meningkat dan produksi meningkat dan volume ekspor meningkat.

Penelitiaan oleh Rahardian et al (2008) dalam “ Pengaruh ASEAN Trade Facilitation terhadap Volume Perdagangan Jawa Timur” menyimpulkan bahwa setelah penerapan beberapa kebijakan terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) terjadi kenaikan arus perdagangan produk Jawa Timur ke pasar ASEAN. Hal ini menunjukkan pembukaan barrier to entry akan memperkuat arus perdagangan.

Penelitiaan oleh Lapipi (2005) dalam tesis “Analisis Efek Integrasi Ekonomi ASEAN dan Manfaatnya bagi Perdagangan Negara-negara ASEAN” menyimpulkan adanya pengaruh positif dari integrasi ekonomi tersebut dalam liberalisasi perdangan.

2.6. Kerangka Pemikiran

Dalam konteks integrasi ekonomi WTO, liberalisasi perdagangan semakin mengarah pada tujuannya yaitu pada akhirnya hambatan-hambatan perdagangan yang ada di antara negara-negara anggota berkurang. Liberalisasi perdagangan ini tertuang juga dalam komoditi pertanian di antaranya CPO dan kakao yang diekspor di pasar internassional. Permintaan negara-negara importir komoditi CPO dan kakao kepada negara-negara eksportir utama juga terus mengalami peningkatan. Hubungan dagang bilateral antar negara pengimpor dan pengekspor terjadi di pasar yang terkena dampak liberalisasi perdagangan.

(54)

ekonomi WTO memberi ruang untuk negara-negara anggotanya untuk berdagang dengan hambatan perdagangan yang sudah sangat minim dan ditetapkan. Komoditi pertanian adalah salah satu produk yang mendapat dampak liberalisasi perdagangan. Kelapa sawit dan kakao yang diekspor ke negara luar termasuk negara-negara anggota WTO turut mengalami pengaruh dari liberalisasi perdagangan tersebut.

(55)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Ekspor CPO dan Kakao dari 5 negara pengekspor

utama ke negara pengimpor utama

Importir utama Kakao (AS) Importir utama

CPO (Cina)

Integrasi Ekonmi WTO

Liberalisasi perdagangan (komoditi pertanian)

Gravity Model

(Dengan menggunakan variabel volume ekspor, GDP, jarak, populasi, nilai tukar)

Analisis Panel data

Fixed Effect Model

Hausman Test LM Test

Random Effect Model Chow Test

(56)

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series

dan cross section dari tahun 1998-2007 untuk data perdagangan CPO dan kakao dari lima negara pengekspor utama yang tergabung dalam WTO dan satu negara pengimpor utama CPO dan kakao terbesar yang juga tergabung dalam WTO. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, ICCO, COMTRADE dan instansi-instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah data volume perdagangan ekspor CPO dan kakao , data jarak antar negara, Gross Domestic Product (GDP) tiap negara, jumlah penduduk di tiap negara.

3.2. Metode Analisis

Metode penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis peningkatan ekspor CPO dan kakao di bawah pengaruh liberalisasi perdagangan adalah analisis panel data dengan menggunakan gravity model.

3.2.1. Panel Data

(57)

(1) Mampu mengukur heterogenitas individu.

(2) Memberikan lebih banyak informasi, lebih bervariasi, mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan degrees of freedom dan lebih efisien.

(3) Lebih baik untuk study of dynamic adjustment.

(4) Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diperoleh dari data cross section murni atau time series murni. (5) Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. Kelebihan fundamental panel data dibandingkan time series atau cross section adalah bahwa panel data akan membuat peneliti lebih fleksibel dalam memodelkan perbedaan sifat tiap data pengamatan.

Dalam analisa panel data dikenal tiga macam pendekatan yaitu pendektan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect model), dan pendekatan efek acak (random effect model).

3.2.1.1. Model Pooled Least Square

(58)

Dengan melakukan pooling seluruh observasi sebanyak N.T, maka dapat ditulis fungsi dari model kuadrat terkecil, misalnya yaitu :

Yit = α + Xitβj + εit (3.1)

untuk i,j = 1, 2, …, N dan t = 1, 2,…,T dimana :

Yit = variabel endogen, it = variabel eksogen,

α = intersep,

β = slope,

i = individu ke-i, t = periode tahun ke-t,

ε = error/simpangan,

N = jumlah unit cross section,

T = jumlah periode waktunya.

Pendekatan yang paling sederhana untuk mengestimasi persamaan tersebut adalah mengabaikan dimensi cross-section dan time-series dari data panel dan mengestimasi data dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS) yang diterapkan dalam data yang berbentuk pool.

Pada metode ini, model mengasumsikan bahwa nilai intersep masing-masing variabel adalah sama, kemudian model ini juga mengasumsikan bahwa

(59)

least square) menawarkan kemudahan, namun model mungkin mendistorsi gambaran yang sebenarnya dari hubungan antara Y dan X antar unit cross-section.

3.2.1.2 Model Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Model efek tetap adalah model yang didapatkan dengan mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Peubah dummy dapat ditambahkan ke dalam model untuk memungkinkan perubahan-perubahan intersep ini lalu model diduga dengan Ordinary Least Square (OLS), yaitu :

Yit = αiDi + βXit + εit (3.2)

dimana :

Yit = variabel endogen, it = variabel eksogen, α = intersep,

D = variabel dummy, β = slope,

i = individu ke-i, t = periode tahun ke-t,

ε = error/simpangan.

3.2.1.3. Model Efek Acak (Random Effect Model)

(60)

akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Maka untuk mengatasinya, dapat menggunakan model efek acak. Dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Bentuk model efek acak dapat dijelaskan dengan persamaan berikut :

Yit = α + Xitβj + εit (3.3)

εit = uit + vit + wit (3.4)

dimana :

uit ~ N(0, δu2) = komponen cross section error,

vit ~ N(0, δv2) = komponen time series error,

wit ~ N(0, δw2) = komponen combination error.

Dapat pula mengasumsikan bahwa error secara individual juga tidak saling berkorelasi begitu juga dengan error kombinasinya.

Penggunaan model efek acak dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan menjadi efisien.

Dalam pengolahan data panel, terdapat pilihan untuk menggunakan kriteria pembobotan yang berbeda-beda, yakni:

1. No Weighting : semua observasi diberi bobot yang sama.

(61)

3. SUR : GLS menggunakan estimasi residual covariance matrix cross section. Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas maupun autokorelasi antar unit cross section.

3.2.2. Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel

Pemilihan model yang akan digunakan dalam satu penelitian perlu dipertimbangkan secara statistik. Hal ini ditujukan untuk memperoleh dugaan yang efisien. Ada dua pengujian untuk menentukan model yang akan digunakan dalam pengolahan data panael yaitu Chow Test dan Hausman Test.

3.2.2.1. Chow Test

Chow Test adalah pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan adalah Pooled Least Square atau Fixed Effect. Sebagaimana diketahui, bahwa terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan setiap unit cross section

memiliki perilaku yang berbeda. Dalam pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut :

H0 : Model Pooled Least Square

H1 : Model Fixed Effect

Dasar penolakan terhadap H0 adalah dengan menggunakan F-statistik seperti yang

dirumuskan oleh Chow :

CHOW = (3.5)

dimana :

(62)

ESS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Fixed Effect, N = Jumlah data cross section,

T = Jumlah data time series, K = Jumlah variabel penjelas.

Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas jika nilai CHOW statistik (F-stat) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang

digunakan adalah model fixed effect dan begitu juga sebaliknya.

3.2.2.2. Hausman Test

Uji Hausman digunakan untuk membandingkan metode fixed effect

dengan random effect. Model fixed effect mengandung suatu unsur trade off yaitu hilangnya unsur derajat bebas dengan memasukkan variabel dummy. Namun penggunaan model random effect juga harus memperhatikan ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat.

Hipotesa Hausman Test adalah sebagai berikut :

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

Sebagai dasar panolakan H0 maka digunakan Statistik Hausman dan

(63)

m = (β – b)(M0 – M1)-1(β – b) ~ χ2(K) (3.6)

dimana :

β : vektor statistik variabel fixed effect,

b : vektor statistik variabel random effect,

M0 : matriks kovarians untuk dugaan random effect.

Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari χ2-tabel, maka cukup melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect

dan begitu pula sebaliknya.

3.2.2.3. LM Test

LM Test atau The Breusch – Pagan LM Test digunkan sebagai pertimbangan statistik dalam memilih model Random Effect Model versus Pooled Least Square. Pengujian hipotesisnya:

H0 : PLS

H1 : Random Effect Model

Dasar penolakan H0 dengan mengguanakan statistik LM yang mengikuti distribusi Chi-Square.

3.3. Perumusan Model

(64)

perdagangan antar daerah atau negara secara makroekonomik. Dalam model yang akan digunakan, beberapa variabel yang digunakan adalah variabel GDP, jarak, populasi, dan nilai tukar sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependennya adalah aliran perdagangan bilateral ekspor kelapa sawit (CPO) dan kakao. Negara yang masuk dalam model dalam meganalisis laju ekspor komoditi CPO adalah Malaysia, Indonesia, Thailand, Hongkong dan Singapura dan negara importir utamanya adalah Cina. Sedangkan untuk komoditi kakao, negara-negara eksportir utama adalah Côte d'Ivoire, Belanda, Ghana, Indonesia dan Malaysia dan negara importir utamanya adalah Amerika Serikat.

Formulasi model yang dibentuk dalam penelitiaan ini adalah sebagai berikut:

Yijt = αoGijtβ1Sijtβ2Eijβ3Lijβ4℮εt (3.7)

lnYijt = βo+β1ln Gijt + β2 ln Sijt + β3 ln Eijt + β4 ln Lij + ε (3.8)

dimana :

βo = intersep,

β1, β2, …, β4 = Parameter masing-masing variabel yang akan diuji secara statistik

dan ekonometrik,

t = (1,…,T) mulai tahun 1998-2007,

i,j = (1,…, N) perdagangan bilateral negara i dengan negara j,

Yijt = Arus perdagangan komoditi kelapa sawit (CPO) atau kakao dari

negara

i ke negara j pada tahun t,

(65)

Gijt = GDP negara i dan j pada tahun t,

Sijt = Populasi negara i dan t pada tahun t,

Eijt = nilai tukar negara i dan j pada waktu t,

Lij = jarak antar negara pengekspor dan pengimpor,

ε = Galat (pengaruh variabel lain yang tidak termasuk model).

3.4. Pengujian Model dan Hipotesis

3.4.1. Uji F-statistic

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan distribusi F dengan membandingkan antara nilai kritis F dengan nilai F-hitung yang terdapat pada hasil analisis.

Langkah-langkah analisis dalam pengujian hipotesis terhadap variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi nilai variabel independen adalah sebagai berikut :

1. Perumusan hipotesis. Ho : βi= β2 = … = βk = 0

H1 : minimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol

2. Penentuan taraf nyata (α).

3. Membandingkan F-statistic dengan F-tabel pada α atau bandingkan probabilitas F-statistic dengan α.

4. Penentuan penerimaan atau penolakan H0.

(66)

Artinya, variabel-variabel independen secara serentak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya.

3.4.2 Uji t-statistic

Pengujian hipotesis dari koefisien dari masing-masing peubah bebas dilakukan dengan uji-t untuk mengetahui apakah masing-massing variabel independen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya atau tidak.

Langkah-langkah analisis dalam pengujian t-statistic adalah: 1. Perumusan hipotesis.

H0 : βi = 0

H1 : β1≠ 0

2. Penentuan tarif nyata (α).

3. Membandingkan t-statistic dengan t-tabel pada α atau bandingkan probabilitas t-statistic dengan α.

4. Penentuan penolakan atau penerimaan H0.

Tstatistic > ttabel atau prob (t-statistic) < α: tolak H0

Artinya, variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya.

3.4.3. R-Squared (R2)

(67)

oleh variabel independen. R2 menunjukkan besarnya pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen.

(3.9) dimana :

RSS: jumlah kuadrat regresi, TSS:jumlah kuadrat total.

Selang R2 yang digunakan adalah 0 ≤ R2 ≤ 1. R2 = 1 berarti 100 persen variasi dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. Sedangkan R2 = 0 berarti tidak satupun variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya.

3.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Semakin tinggi perubahan kenaikan GDP suatu negara dan lawan dagangnya maka perdagngan bilateral di antara keduanya akan meningkat.

2. Populasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap perdagangan. 3. Jarak mempunyai pengaruh yang negative terhadap perdagangan.

(68)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Ekspor Kakao dan CPO 4.1.1. Gambaran Umum Ekspor Kakao

Kakao adalah komoditi ekspor pertanian yang selalu mengalami peningkatan konsumsi dari tahun ke tahun. Konsumsi kakao yang terbesar di dunia adalah Eropa sebanyak 1.462.000 ton dan yang terkecil adalah Afrika sebesar 507.000 ton kakao pada tahun 2005/2006 (tabel 4.1)

Tabel 4.1. Konsumsi Kakao Dunia (ribu ton)

Negara-negara 2001/2002 2002/2003 2003/2004 2004/2005 2005/2006

Eropa 1282 1320 1346 1375 1462 Afrika 421 447 446 493 507 Amerika 767 814 852 853 856 Asia dan

Ocenia 416 499 575 622 651 Total Dunia 2885 3079 3238 3343 3476 Sumber : ICCO, 2008

(69)

Tabel 4.2. Produksi Kakao dunia (ribu ton)

Negara-negara 2001/2002 2002/2003 2003/2004 2004/2005 2006/2007

Afrika 1.952 2.231 2.550 2.379 2.577 Amerika 377 428 462 443 447 Asia dan

Ocenia 538 510 525 560 568 Total Dunia 2.867 3.169 3.537 3.382 3.592 Sumber : ICCO, 2008

(70)

Tabel 4.3. Volume Nilai Ekspor Kakao Beberapa Negara Eksportir Utama Tahun 2005 – 2007 (US $)

Tahun

Cote

d'Ivore Belanda Ghana Indonesia Malaysia

2005 571.336.574 142.539.229 26.850.737 165.770.815 115.262.277 2006 432.606.479 127.096.563 703.927.96 229.561.935 113.792.581 2007 387.944.827 120.838.805 30.301.563 161.440.282 118.400.192 Sumber : UNCOMTRADE, 2009

4.1.2. Gambaran Umum Ekspor CPO

Crude Palm Oil (CPO) adalah komoditi pertanian yang konsumsinya tinggi di dunia. CPO banyak digunakan sebagai minyak nabati dan juga sebagai bahan bakar alternatif (biofuel) pengganti bahan bakar minyak bumi. Hal tersebut menyebabkan permintaan CPO dunia semakin tinggi setiap tahunnya. Peningkatan produksi CPO diusahakan oleh negara-negara produsen utama mengingat tingginya permintaan CPO dunia.

Tabel 4.4. Produksi CPO dunia (ribu ton)

Negara-negara 2002 2003 2004 2005 2006

(71)

CPO adalah China 5.501.000 ton, disusul negara-negara Uni Eropa, India, dan Rusia sebesar 545.000 ton pada tahun 2006 (Tabel 4.4 di atas).

Berikut ini gambaran perbandingan produksi dan konsumsi CPO dunia:

Tabel 4.5. Produksi dan Konsumsi CPO Dunia (ribu ton)

Sumber : Departemen Perdagangan, 2008

Dari Tabel 4.5 di atas dapat dilihat perbandingan produksi dan konsumsi CPO yang setiap tahunnya meningkat. Produksi CPO pertumbuhannya dari tahun 2001 sampai 2005 mencapai 8,79 persen dan pertumbuhan konsumsi pada rentang tahun yang sama mencapai 8,59 persen. Hal ini menunjukkan pertumbuhan produksi dan konsumsi hampir sama. Kebutuhan konsumen dunia untuk CPO cukup besar, hanya saja masih diimbangi dengan kenaikan produksi CPO.

Maka kebutuhan negara-negara tersebut dipenuhi oleh ekspor CPO dari negara-negara produsen CPO. Untuk Cina, misalnya, negara yang merupakan importir terbesar CPO menerima ekspor dari lima negara pengekspor terbesar yakni Malaysia 2.286.192.449 dollar Amerika dan terakhir Singapura 401.153 dollar Amerika (Tabel 4.6).

Tahun Produksi Konsumsi

2001 23.940 23.790

2002 25.220 25.090

2003 28.080 28.310

2004 30.890 29.990

2005 33.500 33.030

(72)

Tabel 4.6. Negara-negara Eksportir Utama CPO (US $)

Tahun Malaysia Indonesia Thailand Hongkong Singapura 2005 816.229.563 19.434.250 5.550.016 7.142.579 116.923

2006 1269.221.224 119.882.174 14.641.068 7.883.395 78.245

2007 2.286.192.449 158.247.675 19.857.290 10.574.628 401.153 Sumber : UNCOMTRADE, 2009

4.1. Hasil Estimasi dan Pembahasan

Topik utama yang menjadi fokus dalam penelitiaan ini adalah untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor Crude Palm Oil

(CPO) dan kakao dari negara-negara eksportir utama ke negara importir utama. Dalam hal ini eksportir utama kakao adalah Cote d’Ivore, Malaysia, Indonesia, Belanda, Ghana dan importir utama kakao adalah Amerika Serikat. Sedangkan untuk CPO, negara eksportir utama adalah Malaysia, Indonesia, Singapura, Hongkong, Thailand dan importir utama adalah Cina.

Estimasi terhadap model gravity fungsi laju volume ekspor kakao dan CPO dari lima negara eksportir utama ke satu negara importir utama ini dilakukan dengan menggunakan program E-Views 5.1 dan metode panel data sebagaimana yang telah diuraikan pada metode penelitiaan. Proses estimasi metode panel data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga model yaitu Pooled Least Square Model, Fixed Effect Model, Random Effect Model. Dalam menentukan model yang terbaik dilakukan beberapa pengujian. Uji Chow

(73)

dengan E-views 5.1 untuk model Fixed Effect dan model Random Effect sehingga model yang digunakan hanya berupa Pooled Least Square.

4.2.1 Model Pooled Least Square 4.2.1.1. Komoditi Kakao

(74)

terhadap variabel terikat sehingga model penduga sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi.

Sumber : Lampiran 2

Keterangan : Model 1a = model pooled tanpa pembobotan

Model 1b = model pooled dengan cross section weight

Model 1c = model pooled dengan cross section SUR

Setelah mengestimasi ketiga model pooled least square di atas, maka langkah selanjutnya adalah interpretasi terhadap persamaan regresi dari model. Hasil estimasi ketiga model tersebut menunjukkan bahwa variabel GDP negara pengimpor (GDPi) tidak berpengaruh signifikan terhadap laju ekspor kakao pada

(75)

taraf nyata 10 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa dampak GDPi sangat kecil dan hampir tidak ada pengaruhnya terhadap laju ekspor. Dalam hipotesis yang dibentuk sebelumnya seharusnya semakin tinggi perubahan GDP suatu negara dan lawan dagangnya maka perdagangan bilateralnya semakin meningkat. Dengan kata lain ekspor kakao dari negara pengekspor utama akan meningkat ke negara pengimpor dengan kenaikan GDP di masing-masing negara.

Variabel GDP negara pengekspor (GDPj) pada ketiga model pooled least square berpengaruh signifikan terhadap laju ekspor kakao dan berhubungan negatif. Hal ini tidak sesuai dengan teori. Seharusnya GDP negara pengekspor berpengaruh positif terhadap laju ekspor. Semakin tinggi kenaikan GDP maka perdagangan bilateralnya semakin meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena negara pengekspor yang GDP nya mengalami peningkatan, justru tidak menggunakan kapasitas produksinya untuk mengekspor kakao sehingga hubungannya negatif.

Variabel populasi negara pengimpor (POPi) pada ketiga model tidak signifikan dan berhubungan positif. Dalam hipotesis yang dibentuk sebelumnya, populasi mempunyai pengaruh positif terhadap perdagangan bilateral. Dengan tidak signifikannya populasi negara pengimpor mengindikasikan bahwa peningkatan populasi negara pengimpor sedikit sekali memberikan perubahan ekspor komoditi kakao.

Gambar

Tabel 1.2.  Negara Pengimpor Utama Kakao (juta US $)
Tabel 1.4 menunjukkan negara-negara pengimpor utama CPO dalam
Tabel 1.4.  Negara Pengimpor Utama CPO (ribu ton)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan gambaran hasil pengolahan data dan analisis yang diperoleh selama penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa model Cooperative Learning tipe

Berdasarkan analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 3

Hasil analisis terhadap pengaruh antar variabel diperoleh besarnya koefisien determinasi (KD) adalah 38,62% yang berarti bahwa pengaruh penggunaan model pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : (a) Model PBL berpengaruh terhadap

SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan secara umum dapat ditark kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Think-Pair Share dan model pembelajaran Two Stay – Two

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dan pembahasan yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan model