ABSTRAK
Nurlaila Agustiani (1000127). Pengaruh Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square Berbantuan Aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 43 Bandung pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi).
Skripsi. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Tahun 2014.
Penelitian ini menyangkut penggunaan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa dilihat dari aspek pengetahuan (C1), aspek pemahaman (C2) dan aspek penerapan (C3) pada mata pelajaran TIK.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 43 Bandung dan sampel yang diambil yaitu kelas VII-4 dengan menggunakan teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes hasil belajar dengan instrumen tes objektif (pilihan ganda).
Berdasarkan gambaran hasil pengolahan data dan analisis yang diperoleh selama penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Hal tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata posttest siswa lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata pretest siswa.
ABSTRACT
Nurlaila Agustiani (1000127). The Influence of Cooperative Learning Model Think Pair Square Type Assisted Microsoft PowerPoint Application towards the Improvement of Student’s Learning Outcome (Quasi Experimental Research in Seventh Graders in SMP Negeri 43 Bandung in Information and Communication Technology Subject)
Paper. Major of Curriculum and Education Technology, Faculty of Education, Indonesia University of Education, Year 2014.
This research relates to the use of Cooperative Learning model Think Pair Square
type assisted Microsoft PowerPoint application in Information and
Communication Technology (ICT) subject in seventh graders in SMP Negeri 43 Bandung. The aim of the study is to find out the effect of Cooperative Learning Think Pair Square type assisted Microsoft PowerPoint toward learning outcome in student’s cognitive field, it is seen from several aspects, they are knowledge aspect (C1), understanding (C2), and application (C3).
The method was used in this study was quasi experimental method with one group pretest posttest research design. The population in this study was seventh graders in SMP Negeri 43 Bandung and the sample that was chosen was class VII-4 by using selecting system cluster random sampling. In this research, the technique of collecting data that was used was the test of learning outcome with the test of objective instrument (multiple choices).
According to the result of calculating data and the analyses that was gained during doing research, it could be concluded that Cooperative Learning model Think Pair Square type assisted Microsoft PowerPoint application had the effect in ICT subject in seventh graders in SMP Negeri 43 Bandung. The matter could be seen from the student’s average of posttest score that more higher than the student’s average of pretest score.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Struktur Organisasi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Konsep Belajar dan Pembelajaran ... 10
1. Konsep Belajar ... 10
2. Konsep Pembelajaran ... 11
B. Model Pembelajaran ... 12
C. Model Cooperative Learning ... 13
1. Konsep Model Cooperative Learning ... 13
2. Karakteristik Model Cooperative Learning ... 15
3. Tujuan Model Cooperative Learning ... 16
4. Prinsip-prinsip Model Cooperative Learning ... 17
5. Prosedur Model Cooperative Learning ... 18
D. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square ... 21
1. Konsep Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square ... 21
2. Keunggulan dan Kelemahan Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square ... 22
E. Media Pembelajaran ... 23
1. Konsep Media Pembelajaran ... 23
2. Fungsi Media Pembelajaran ... 24
3. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 25
F. Multimedia Presentasi ... 26
G. Aplikasi Microsoft PowerPoint ... 27
H. Hasil Belajar ... 28
I. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 32
J. Penelitian Terdahulu ... 33
K. Kerangka Pemikiran ... 34
L. Hipotesis Penelitian ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 40
1. Lokasi Penelitian ... 40
2. Populasi Penelitian ... 41
3. Sampel Penelitian ... 41
B. Desain Penelitian ... 41
C. Metode Penelitian ... 42
D. Definisi Operasional ... 44
E. Instrumen Penelitian ... 45
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 46
1. Uji Validitas ... 46
2. Uji Reliabilitas ... 50
3. Tingkat Kesukaran Soal ... 51
4. Daya Pembeda ... 52
H. Teknik Analisis Data ... 54
1. Uji Normalitas ... 54
2. Uji Hipotesis ... 55
I. Prosedur Penelitian ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58
B. Pengujian Hipotesis ... 59
1. Uji Normalitas ... 59
2. Uji Hipotesis ... 60
a. Pengujian Hipotesis Umum ... 60
b. Pengujian Hipotesis Pertama ... 62
c. Pengujian Hipotesis Kedua ... 64
d. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 66
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68
1. Pengaruh Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square Berbantuan Aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung ... 68
2. Pengaruh Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square Berbantuan Aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Aspek Pengetahuan pada Mata Pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung ... 71
3. Pengaruh Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square Berbantuan Aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Aspek Pemahaman pada Mata Pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung ... 73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 79
A. Simpulan ... 79
B. Saran ... 80
1. Bagi Pihak Sekolah ... 80
2. Bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan ... 81
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan setiap
manusia, khususnya pada era globalisasi sekarang ini. Pendidikan yang layak
dan bermutu diharapkan akan mencetak generasi penerus yang dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kreativitasnya. Hal ini
sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB I Pasal 1 Ayat 1 bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan dasar pada hakikatnya adalah pendidikan yang lamanya
sembilan tahun dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) selama enam tahun
sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama tiga tahun. Oleh karena
itu, pendidikan minimal yang harus diikuti oleh setiap warga negara
Indonesia adalah sampai dengan tingkat SMP. SMP merupakan jenjang
pendidikan formal yang termasuk dalam kategori pendidikan dasar dengan
tujuan menyiapkan siswa dengan berbekal kemampuan dasar yang
merupakan perluasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di
tingkat SD.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru dengan
siswa diwujudkan dengan adanya proses pembelajaran. Pembelajaran bukan
hanya proses mentransfer pengetahuan dari seorang guru kepada siswanya.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa,
sehingga tujuan yang diharapkan oleh keduanya akan tercapai. Dalam hal ini
menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham, dan dari perilaku yang
kurang baik menjadi lebih baik.
Proses pembelajaran itu sendiri tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pada BAB 4 Pasal 19 Ayat 1 dijelaskan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Berdasarkan peraturan pemerintah diatas, proses pembelajaran yang
berkualitas tergantung juga pada guru itu sendiri. Guru sebagai ujung tombak
keberhasilan dalam pembelajaran di sekolah yang terlibat langsung dalam
proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Guru harus bisa
menciptakan pembelajaran seperti yang tertuang dalam peraturan pemerintah
diatas. Dalam proses pembelajaran guru harus melibatkan siswa untuk
berpartisipasi aktif, sehingga tidak akan terjadi pembelajaran yang berpusat
pada guru (teacher centered). Guru disini bertindak sebagai fasilitator yang
memberikan kemudahan belajar pada siswanya dan menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan serta melibatkan seluruh siswanya.
Pembelajaran tidak hanya sebatas mendengarkan penjelasan dari guru
saja, karena dengan mendengarkan akan cenderung membuat siswa lebih
cepat bosan dan lupa akan materi yang diberikan oleh guru. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu perbedaan tingkat
kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan mendengar siswa. Karena
kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar.
Kondisi pembelajaran diatas merupakan kondisi umum yang sering terjadi
di lingkungan sekolah. Melihat fakta di lapangan sekarang ini, masih banyak
guru yang menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi
pelajaran, sehingga pembelajaran hanya bersifat satu arah, tanpa melibatkan
Saat ini Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berkembang sangat
pesat dan berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan, diantaranya
sosial, ekonomi, pemerintahan, bahkan pendidikan. Menurut Rusman
(2011:89) perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia
pendidikan direspon oleh Kementrian Pendidikan Nasional dengan
memasukan kurikulum yang bernuansa pengenalan seluk beluk teknologi
informasi dan komunikasi terutama pada jenjang pendidikan menengah. Oleh
karena itu, sejak tahun 2004 pemerintah Indonesia memasukan mata pelajaran
TIK kedalam kurikulum sekolah terutama untuk jenjang SMP dan SMA.
Mata pelajaran TIK di SMP dimaksudkan agar siswa dapat memahami
dan menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi secara tepat
dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan
belajar serta dapat menguasai dasar-dasar keterampilan komputer. Mata
pelajaran TIK dipersiapkan untuk mengantisipasi dan mengatasi dampak
negatif dari perkembangan teknologi yang berkembang saat ini, sehingga
dengan adanya mata pelajaran TIK ini diharapkan siswa mempunyai bekal
untuk bisa terjun ke dunia internasional dan bersaing dengan generasi muda
dunia lainnya yang lebih melek akan teknologi, informasi, dan komunikasi.
Keberhasilan seorang siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari hasil
belajar siswa yang bersangkutan yaitu setelah mengerjakan tes yang diberikan
oleh gurunya. Hasil belajar yang baik tentu sangat diharapkan karena setiap
orang menginginkan prestasi belajar yang tinggi. Hasil belajar dapat dilihat
dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran yang
merupakan acuan dalam menentukan pencapaian hasil belajar siswa.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di SMP Negeri
43 Bandung, KKM untuk mata pelajaran TIK yaitu 75 dan dari siswa kelas
VII yang berjumlah 380 orang sebagian besar siswa memperoleh hasil belajar
dengan nilai dibawah KKM yaitu 65. Adanya perolehan hasil belajar tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam diri siswa maupun dari luar
siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa dapat berupa minat,
dari luar diri siswa yaitu kurikulum, sarana, dan model pembelajaran yang
digunakan.
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut diduga berkaitan pula dengan
model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, guru masih menggunakan model
pembelajaran konvensional dalam pembelajaran TIK, dimana seorang guru
menyampaikan materi pelajaran dan siswa hanya mendengarkan dan
menerima informasi dari guru saja. Dalam menyampaikan materi pelajaran
pun guru hanya ceramah di dalam kelas tanpa menggunakan alat bantu untuk
lebih memperjelas materi pelajaran tersebut. Karena siswa cenderung pasif,
hal tersebut membuat siswa malas dan bosan untuk mengikuti pembelajaran
TIK. Selain itu siswa mudah lupa dan kurang paham dengan materi yang
disampaikan oleh guru, sehingga mengalami kesulitan ketika menghadapi
ujian.
Berdasarkan kenyataan diatas, maka perlu dilakukan perbaikan dalam
kegiatan pembelajaran TIK dengan menggunakan model pembelajaran di
kelas yang dapat menjadikan proses pembelajaran yang tidak berpusat pada
guru dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya dengan
menggunakan model Cooperative Learning. Dalam model Cooperative
Learning siswa diajak terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa dibagi
kedalam kelompok-kelompok kecil dengan kemampuan yang beragam untuk
memecahkan permasalahan maupun mencari informasi sesuai dengan
pemahamannya, dan menciptakan suasana aktif dalam pembelajaran. Tujuan
dari model Cooperative Learning tidak hanya menuntut siswa untuk
berprestasi secara akademik saja, melainkan point utama dari pembelajaran ini
adalah bagaimana proses pembelajaran berlangsung dan siswa mampu
bekerja sama dalam memahami materi yang telah diajarkan oleh gurunya.
Pada model Cooperative Learning terdapat beberapa variasi jenis model,
salah satunya model Cooperative Learning tipe Think Pair Square. Dalam
model pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Square, guru
kegiatan awal guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah dan meminta
siswa untuk berpikir sendiri dulu tentang jawaban dari pertanyaan tersebut.
Lalu guru meminta siswa untuk berpasangan dengan salah satu dari teman
kelompoknya dan mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan. Setelah itu
guru meminta pasangan siswa untuk bergabung dengan pasangan lainnya
untuk mendiskusikan kembali pertanyaan atau permasalahan tersebut yang
nantinya hasil diskusi dapat dipresentasikan di depan kelas.
Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square menuntut siswa
untuk belajar sendiri dan belajar bekerja sama dengan orang lain. Pembelajaran
ini sangat mengoptimalkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Sehingga dapat mendorong siswa untuk aktif berdiskusi dan
memecahkan masalah secara bersama.
Penggunaan model pembelajaran Think Pair Square ini akan berdampak
positif pada peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK di SMP.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Achmad Ferdiyan Rustandi (2011) bahwa “terjadi peningkatan penguasaan konsep fisika setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square“. Begitu juga dari hasil
penelitian Ni Made Dwi Tresnayanti, I Wayan Lasmawan dan A.A.I.N Marhaeni (2013) menunjukan bahwa “motivasi berprestasi siswa yang mengikuti model Think Pair Square lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang mengikuti model konvensional pada mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMPN 3 Singaraja”.
Untuk menunjang dalam pelaksanaan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think Pair Square, maka dibantu dengan menggunakan media
pembelajaran. Media mempunyai peranan penting agar tujuan pembelajaran
dapat disampaikan dengan baik kepada siswa, karena keberhasilan dalam
pelaksanaan tujuan pembelajaran didukung oleh komponen-komponen
pembelajaran yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama
lainnya. Selain itu penggunaan media dalam pembelajaran mempunyai
bahan pelajaran yang disampaikan akan lebih jelas maknanya dan siswa lebih
banyak melakukan kegiatan belajar.
Multimedia adalah gabungan dari beberapa media dalam bentuk teks,
audio, grafis, animasi dan video untuk menyampaikan informasi. Terdapat
beberapa multimedia dalam pembelajaran, salah satunya multimedia
presentasi. Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi
pembelajaran yang bersifat teoritis. Kelebihan multimedia presentasi ini dapat
menggabungkan teks, audio, grafis, animasi dan video dalam kesatuan
penyajian. Selain itu multimedia presentasi dapat memfasilitasi siswa yang
memiliki tipe belajar yang berbeda sekaligus yaitu tipe belajar visual, auditif
dan kinestetik. Untuk menyajikan pembelajaran yang lebih interaktif dan
menarik, maka aplikasi Microsoft PowerPoint sebagai multimedia presentasi
dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Microsoft PowerPoint
merupakan salah satu aplikasi yang dikembangkan oleh Microsoft untuk
membuat presentasi.
Berdasarkan uraian dan beberapa hasil penelitian diatas, penulis tertarik
untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Model
Cooperative Learning Tipe Think Pair Square Berbantuan Aplikasi
Microsoft PowerPoint terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa“.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Penggunaan model pembelajaran di kelas pada mata pelajaran TIK masih
menggunakan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru.
2. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru tidak menggunakan alat bantu
untuk memperjelas materi pelajaran tersebut.
3. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran TIK.
4. Pembelajaran di kelas berjalan hanya satu arah tanpa melibatkan siswa
5. Siswa cenderung pasif sehingga siswa malas dan bosan untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran TIK.
Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus dan tidak meluas penulis
membatasi penelitian pada penggunaan model pembelajaran di kelas yaitu
dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square
yang dibantu dengan aplikasi Microsoft PowerPoint dalam hal
menyampaikan materi pembelajaran. Penelitian ini difokuskan pada hasil
belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran TIK.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
secara umum masalah yang diteliti adalah “ Apakah model Cooperative
Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar ranah
kognitif siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi? ”.
Adapun rumusan masalah khusus dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan
aplikasi Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek pengetahuan
(C1) pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi?
2. Apakah model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan
aplikasi Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek pemahaman
(C2) pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi?
3. Apakah model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan
aplikasi Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek penerapan
(C3) pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint
terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Sedangkan yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh model Cooperative Learning tipe Think Pair Square
berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap peningkatan hasil
belajar ranah kognitif siswa aspek pengetahuan (C1) pada mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi.
2. Mengetahui pengaruh model Cooperative Learning tipe Think Pair Square
berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap peningkatan hasil
belajar ranah kognitif siswa aspek pemahaman (C2) pada mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi.
3. Mengetahui pengaruh model Cooperative Learning tipe Think Pair Square
berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap peningkatan hasil
belajar ranah kognitif siswa aspek penerapan (C3) pada mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang pengaruh model Cooperative Learning tipe Think Pair
Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap peningkatan hasil
belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam mata pelajaran TIK.
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
b. Bagi Guru
Dapat memberikan wawasan baru bagi guru sebagai altenatif model
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran TIK.
c. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan berbagi pengetahuan
kepada temannya serta membantu siswa yang pasif dalam kegiatan
berkelompok menjadi ikut berpartisipasi aktif.
F. Struktur Organisasi
Skripsi ini terdiri dari lima bab dan dari masing-masing bab terdiri dari
beberapa subbab. Bab I yaitu pendahuluan, bab ini terdiri dari subbab latar
belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi.
Bab II yaitu kajian pustaka, bab ini terdiri dari subbab kajian pustaka
mengenai konsep belajar dan pembelajaran, model pembelajaran, model
Cooperative Learning, model Cooperative Learning tipe Think Pair Square,
media pembelajaran, multimedia presentasi, aplikasi Microsoft PowerPoint,
hasil belajar, mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu,
didalam bab II ini terdapat subbab penelitian terdahulu, kerangka pemikiran,
dan hipotesis penelitian.
Bab III yaitu metodologi penelitian, bab ini terdiri dari subbab lokasi,
populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi
operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.
Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan, bab ini terdiri dari subbab
deskripsi hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil
penelitian. Bab V yaitu simpulan dan saran, bab ini terdiri dari subbab
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian
tersebut dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis
mengambil lokasi di SMP Negeri 43 Bandung Jln. Kautamaan Istri No 31
Telp/Fax (022) 4234863 Bandung 40251.
2. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:117), “populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya“. Maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII
SMP Negeri 43 Bandung yang terdiri dari 11 kelas.
Tabel 3.1
Gambaran Populasi Penelitian SMP Negeri 43 Bandung
No Kelas Jumlah Siswa
1. VII-1 35
2. VII-2 35
3. VII-3 34
4. VII-4 35
5. VII-5 34
6. VII-6 35
7. VII-7 34
8. VII-8 34
9 VII-9 34
10. VII-10 35
11. VII-11 35
3. Sampel Penelitian
Sampel menurut Sugiyono (2013:118) adalah “bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut“. Untuk menentukan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu harus ditentukan
teknik sampling yang akan digunakan. Dalam penelitian ini cara pengambilan
sampel yang digunakan adalah probability sampling. Masih menurut
Sugiyono (2013:120) “probabililty sampling adalah merupakan teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster
random sampling. Menurut Arifin (2011:222) “Cluster sampling adalah cara
pengambilan sampel yang berdasarkan sekelompok individu dan tidak
diambil secara individu atau perseorangan”. Random yang dimaksud dalam
penelitian ini hanya digunakan untuk membantu dalam pengambilan sampel
dimana digunakan untuk mengacak kelasnya saja berdasarkan kelompok yang
sudah ada. Untuk menyesuaikan dengan desain penelitian yang digunakan
yaitu one group pretest and posttest design, maka sampel yang dibutuhkan
dalam penelitian ini hanya satu kelas saja. Langkah dalam pengambilan
sampel dilakukan dalam satu tahap, yaitu dengan melakukan undian terhadap
populasi yang ada. Maka berdasarkan hasil undian, dari 11 kelas VII yang
ada, terpilihlah kelas kelas VII-4 SMP Negeri 43 Bandung yang berjumlah 35
siswa untuk dijadikan sampel dalam penelitian.
B. Desain Penelitian
Salah satu kegiatan dalam penelitian eksperimen adalah menentukan
desain eksperimen. Dalam penelitian ini menggunakan desain One-group
pretest and posttest design, karena dalam rancangan ini hanya melibatkan
satu kelompok yaitu kelompok eksperimen yang diberikan pretest sebelum
diberikan perlakuan (treatment) kemudian diberikan posttest setelah diberikan
Tabel 3.2
One-group pretest and posttest design
( Arifin, 2011:77) X adalah perlakuan yang diberikan dan dilihat pengaruhnya dalam
eksperimen tersebut. Perlakuan yang dimaksud berupa penggunaan model
Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft
PowerPoint. O1 adalah tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan
(pretest), sedangkan O2 adalah tes yang dilakukan setelah perlakuan
diberikan (posttest). Hasil pengukuran yang dilakukan melalui posttest akan
dibandingkan dengan hasil pretest untuk mengetahui adakah pengaruh model
Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft
PowerPoint terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada
mata pelajaran TIK.
C. Metode Penelitian
Sugiyono (2013:3) mengatakan bahwa “secara umum metode penelitian
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu“. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi
experimental design. Menurut Sugiyono (2013:114) “quasi experimental
design digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok
kontrol yang digunakan untuk penelitian”. Oleh karena itu, penelitian ini
hanya akan dilaksanakan pada satu kelompok saja yang dinamakan kelompok
eksperimen tanpa adanya kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan sulitnya
menemukan kelas kontrol yang sebanding dengan kelas eksperimen
disebabkan karakteristik siswa yang menjadi subjek penelitian di setiap kelas
sangat beragam.
Variabel dalam penelitian eksperimen ini terdiri dari dua jenis yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2013:61) “variabel
merupakan variabel yang dipengaruhi”. Maka variabel dalam penelitian
eksperimen ini meliputi :
1. Variabel bebas yaitu model Cooperative Learning tipe Think Pair Square
berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint.
2. Variabel terikat yaitu hasil belajar ranah kognitif siswa pada aspek
pengetahuan, pemahaman dan penerapan.
Untuk lebih jelasnya sebagai gambaran hubungan variabel penelitian ini
dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.3
Hubungan Variabel Penelitian
Variabel Terikat
Variabel Bebas
Hasil Belajar
Ranah Kognitif
Aspek
Pengetahuan
(Y1)
Hasil Belajar
Ranah Kognitif
Aspek
Pemahaman
(Y2)
Hasil Belajar
Ranah Kognitif
Aspek
Penerapan (Y3)
Model Cooperative Learning
tipe Think Pair Square
berbantuan aplikasi Microsoft
PowerPoint. (X1)
X1Y1 X1Y2 X1Y3
Keterangan :
X1Y1 : Penggunaan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square
berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap hasil belajar
ranah kognitif aspek pengetahuan.
X1Y2 : Penggunaan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square
berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap hasil belajar
ranah kognitif aspek pemahaman.
berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap hasil belajar
ranah kognitif aspek penerapan.
D. Definisi Operasional
Variabel-variabel yang telah diidentifikasi dan diklasifikasikan perlu
didefinisikan secara operasional agar orang lain yang ingin melakukan
penelitian serupa tidak salah menafsirkan konsep variabel yang dilakukan
oleh peneliti. Dengan demikian definisi operasional dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square
Dalam penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Think
Pair Square didalam proses pembelajaran di kelas sama halnya dengan model
Cooperative Learning secara umumnya yaitu guru menyampaikan sekilas
materi terlebih dahulu,kemudian guru membagi siswa kedalam kelompok yang
terdiri dari empat orang. Sebagai kegiatan awal guru mengajukan suatu
pertanyaan atau masalah dan meminta siswa untuk berpikir sendiri dulu
tentang jawaban dari pertanyaan tersebut. Lalu guru meminta siswa untuk
berpasangan dengan salah satu dari teman kelompoknya dan mendiskusikan
apa yang telah mereka pikirkan. Setelah itu guru meminta pasangan siswa
untuk bergabung dengan pasangan lainnya untuk mendiskusikan kembali
pertanyaan atau permasalahan tersebut yang nantinya hasil diskusi dapat
dipresentasikan di depan kelas.
2. Aplikasi Microsoft PowerPoint
Microsoft PowerPoint merupakan salah satu program aplikasi komputer
yang dikembangkan oleh Microsoft untuk membuat presentasi. Dalam
penelitian ini Microsoft PowerPoint digunakan oleh guru dalam menyajikan
informasi dan sebagai alat bantu untuk menyampaikan materi pelajaran,
sedangkan bagi siswa Microsoft PowerPoint digunakan untuk menyajikan hasil
kerja kelompoknya.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar menunjukan ukuran kemampuan yang diperoleh siswa
yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini yang akan
dikaji penulis adalah pada ranah kognitif berupa aspek pengetahuan (C1),
aspek pemahaman (C2) dan aspek penerapan (C3). Hasil belajar dalam
penelitian ini berupa skor-skor yang diperoleh siswa dari hasil pretest dan
posttest pada mata pelajaran TIK.
4. Mata Pelajaran TIK
Mata pelajaran TIK merupakan salah satu mata pelajaran yang harus ada
pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang bertujuan agar siswa
memahami teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran TIK dalam
penelitian ini dikhususkan pada materi perangkat lunak (software) komputer,
dimana materi tersebut digunakan sebagai materi pembelajaran untuk kelas
VII tingkat SMP.
E. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2013:133) mengungkapkan bahwa “instrument penelitian
digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti”. Dengan demikian instrument dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa
sebelum dan setelah diberikannya perlakuan yang menggunakan model
Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft
PowerPoint dalam proses pembelajaran.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar.
Tes hasil belajar yang digunakan berupa tes tertulis dengan bentuk tes
objektif, karena jawaban dari tes objektif antara benar atau salah dan skornya
antara 1 atau 0. Menurut Arifin (2009:135) “Disebut tes objektif karena
penilaiannya objektif. Siapapun yang mengoreksi jawaban tes objektif
hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti”. Dalam tes objektif siswa dituntut untuk memilih jawaban yang benar diantara
kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat
dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna.
Bentuk tes objektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
dan indikator yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Menurut Arifin (2009:138) “soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan
untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan
aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi”. Instrumen tes ini dibatasi hanya pada aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan
aspek penerapan (C3).
F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2013:173), “ instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur “.
Untuk mengetahui validitas instrumen dalam penelitian ini maka
digunakan uji statistik yaitu teknik korelasi Product Moment dengan rumus
sebagai berikut:
rxy =
(Zainal Arifin, 2009:254) Keterangan
rxy = koefisien korelasi yang dicari
N = jumlah responden
X = jumlah jawaban item
Y = jumlah item keseluruhan
Untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi dapat
berpedoman pada tabel berikut:
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
(Sugiyono, 2013:257)
Setelah diperoleh hasil validitas kemudian diuji tingkat signifikannya
dengan menggunakan rumus:
(Sugiyono, 2013:257)
Keterangan
t = nilai t hitung
r = koefisien korelasi
n = jumlah banyak subjek
Dimana jika thitung > ttabel pada taraf signifikansi 0,05 dengan derajat
kebebasan (dk) = n-2, maka soal tersebut valid.
Untuk mengukur kelayakan instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian sebelum diberikan kepada kelas eksperimen, maka dilakukan uji
coba instrumen terlebih dahulu. Uji coba instrumen dilakukan kepada siswa
diluar sampel penelitian yaitu kelas VII-6 SMP Negeri 43 Bandung yang
berjumlah 35 orang dengan menggunakan tes objektif bentuk pilihan ganda
expert judgement instrumen penelitian kepada guru TIK atau ahli pada mata
pelajaran yang di uji cobakan. Setelah hasilnya bagus, maka penulis
memberikan instrumen kepada siswa untuk di uji coba. Berdasarkan hasil uji
coba dapat diketahui validitas butir soal :
Tabel 3.5
Validitas Butir Soal
No Soal r hitung r tabel Validitas
1 0,433 0,334 Valid
2 0,406 0,334 Valid
3 0,367 0,334 Valid
4 -0,254 0,334 Tidak Valid
5 0,566 0,334 Valid
6 0,403 0,334 Valid
7 0,471 0,334 Valid
8 0,436 0,334 Valid
9 0,115 0,334 Tidak Valid
10 0,228 0,334 Tidak Valid
11 0,459 0,334 Valid
12 0,622 0,334 Valid
13 0,385 0,334 Valid
14 0,399 0,334 Valid
15 0,517 0,334 Valid
16 0,222 0,334 Tidak Valid
17 0,384 0,334 Valid
18 0,395 0,334 Valid
19 0,430 0,334 Valid
20 0,385 0,334 Valid
21 0,342 0,334 Valid
22 0,394 0,334 Valid
23 0,402 0,334 Valid
24 0,612 0,334 Valid
25 0,438 0,334 Valid
26 -0,235 0,334 Tidak Valid
27 0,416 0,334 Valid
28 0,449 0,334 Valid
29 0,586 0,334 Valid
30 0,606 0,334 Valid
32 0,405 0,334 Valid
33 0,348 0,334 Valid
34 0,383 0,334 Valid
35 0,400 0,334 Valid
Berdasarkan hasil pengujian validitas butir soal dapat diketahui soal yang
valid yaitu soal yang memiliki r hitung > r tabel, begitupun sebaliknya soal yang
tidak valid yaitu soal yang memiliki r hitung < r tabel. Dengan demikian dari 35
butir soal yang di uji cobakan kepada siswa di luar sampel terdapat 5 butir
soal yang tidak valid yaitu soal no 4, 9, 10, 16 dan 26. Soal yang tidak valid
dianggap tidak layak untuk digunakan dalam penelitian. Jadi instrumen yang
digunakan dalam penelitian berjumlah 30 butir soal yang akan dijadikan alat
ukur hasil belajar ranah kognitif siswa pada saar pretest dan posttest.
Perhitungan validitas alat ukur instrumen dengan menggunakan teknik
korelasi Product Moment,yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor ganjil
dengan jumlah skor genap, kemudian diuji tingkat signifikansinya sehingga
diperoleh data pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.6
Validitas Alat Ukur Instrumen
rxy Kriteria t-hitung t-tabel Keterangan
0,776 Kuat 7,065 2,035 Valid
Kriteria pengujian adalah jika thitung lebih besar dari ttabel pada taraf
kepercayaan 95 % (0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = n-2 maka
instrumen dinyatakan valid atau shahih. Dari perhitungan didapatkan thitung
sebesar 7,065 lebih besar dari ttabel sebesar 2,035. Berdasarkan hasil pengujian
tersebut maka instrumen penelitian dinyatakan valid. Untuk perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.
Menurut Sugiyono (2013:173), “instrumen yang reliable adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama”.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman Brown
(Split half) sebagai berikut:
(Sugiyono, 2013:185)
Keterangan :
ri = reliabilitas internal seluruh instrument
rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Apabila nilai reliabilitas lebih besar dari nilai rtabel maka instrumen tersebut
dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil uji coba dapat diketahui reliabilitas
instrument sebagai berikut :
Tabel 3.7
Reliabilitas Instrumen
rhitung rtabel Keterangan
0,874 0,334 Reliabel
Instrumen sebagai alat pengumpul data dapat dinyatakan reliabel jika rhitung
> rtabel. Dari tabel diketahui bahwa rtabel pada n = 35 dengan taraf signifikansi
0,05 adalah 0,334. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan
Spearman Brown (Split half) diperoleh rhitung sebesar 0,874. Dapat dilihat
bahwa rhitung > rtabel ( 0,874 > 0,334 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa item
instrumen yang digunakan reliabel. Untuk perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran A.
Perhitungan tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengukur seberapa
besar derajat kesukaran soal apakah soal tersebut tergolong mudah atau sulit.
Suatu soal dikatakan baik apabila soal tersebut memiliki tingkat kesukaran
yang seimbang, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif dapat
menggunakan rumus tingkat kesukaran (TK) :
( Arifin, 2009:266)
Keterangan :
WL = jumlah siswa yang menjawab salah dari kelompok bawah
WH = jumlah siswa yang menjawab salah dari kelompok atas
nL = jumlah kelompok bawah
nH = jumlah kelompok atas
Langkah-langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum
menggunakan rumus diatas menurut Arifin (2009:266) yaitu sebagai berikut :
a. Menyusun lembar jawaban siswa dari skor tertinggi sampai dengan skor
terendah.
b. Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang selanjutnya disebut
kelompok atas dan 27% lembar jawaban dari bawah yang selanjutnya
disebut kelompok bawah. Sisa sebanyak 46% disisihkan.
c. Membuat tabel untuk mengetahui jawaban (benar atau salah) dari setiap
siswa, baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah.
Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal menurut Arifin
(2009:270) adalah :
a. Jika jumlah persentase sampai dengan 27% termasuk mudah.
b. Jika jumlah persentase 28% - 72% termasuk sedang.
c. Jika jumlah persentase 73% keatas termasuk sukar.
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran soal pada instrumen yang diuji
cobakan dapat diketahui klasifikasi soal tersebut berdasarkan tingkat
Tabel 3.8
Pengelompokkan Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat Kesukaran Soal Nomor Soal Jumlah
Mudah >27 % 9, 16, 21, 22, 23, 27, 32 7
Sedang 28 % - 72 %
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13,
14, 15, 17, 18, 20, 24, 25, 26,
28, 29, 30, 31, 33, 34, 35 26
Sukar >73 % 10, 19 2
Untuk melihat perhitungan uji tingkat kesukaran soal selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran A.
4. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu
butir soal mampu membedakan siswa yang sudah menguasai kompetensi
dasar dengan siswa yang belum menguasai kompetensi dasar.
Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat menggunakan
rumus sebagai berikut :
(Arifin, 2009:273)
Keterangan :
DP = daya pembeda
WL = jumlah siswa yang gagal dari kelompok bawah
WH = jumlah siswa yang gagal dari kelompok atas
N = 27% x N
Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda tersebut dapat
digunakan kriteria yang dikembangkan oleh Ebel sebagai berikut :
Tabel 3.9
Index of discrimination Item Evaluation
0,40 and up Very good items
0,30 – 0,39 Reasonably good
0,20 – 0,29 Marginal items
Below – 0,19 Poor items
( Arifin, 2009:274)
Berdasarkan perhitungan daya pembeda maka diperoleh data pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 3.10
Pengelompokkan Daya Pembeda
Daya Pembeda Nomor soal Jumlah
0,40 and up (very good
items)
1, 2, 3, 5, 6, 8, 11, 12, 13, 14,
15, 17, 18, 19, 20, 22, 24, 25,
28, 29, 30, 31, 34
23
0,30 – 0,39 (reasonably
good)
7, 10, 21, 27, 32, 35
6
0,20 – 0,29 (marginal
items) 16, 23, 33 3
Below – 0,19 (poor items) 4, 9, 26 3
Untuk melihat perhitungan uji daya pembeda selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran A.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
berupa tes hasil belajar dengan instrumen tes objektif. Tes objektif digunakan
untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif dalam
mengaplikasikan konsep yang telah diberikan sebelum dan setelah
pembelajaran. Tes objektif yang digunakan adalah soal tes bentuk pilihan
ganda (multiple choice). Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri dari pokok
persoalan dan pilihan jawaban.
Kelebihan dan kekurangan tes objektif dengan bentuk soal pilihan ganda
menurut Arifin (2009:143) adalah sebagai berikut :
Kebaikan soal bentuk pilihan ganda, antara lain (a) cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan objektif (b) kemungkinan peserta didik menjawab dengan terkaan dapat dikurangi (c) dapat digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam berbagai jenjang kemampuan kognitif (d) dapat digunakan berulang-ulang (e) sangat cocok untuk jumlah peserta tes yang banyak. Adapun kelemahan tes bentuk pilihan ganda, antara lain (a) tidak dapat digunakan untuk mengukur kemampuan verbal dan pemecahan masalah (b) penyusunan soal yang benar-benar baik membutuhkan waktu lama (c) sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-benar homogen, logis, dan berfungsi.
Tes dalam penelitian ini dilakukan pada saat pretest untuk mengetahui
hasil belajar awal siswa sebelum diberikan perlakuan dan posttest untuk
mengetahui hasil belajar akhir siswa setelah diberikannya perlakuan.
H. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa
keabsahan/normalitas sampel. Uji normalitas dimaksudkan untuk
memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Pada penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan
menggunakan program pengolah data SPSS versi 20.0 for Windows melalui
uji normalitas one sample Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujiannya
adalah apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0.05 maka distribusi
adalah tidak normal, sedangkan apabila nilai signifikansi atau nilai
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
uji paired sample t-test, karena dalam penelitian ini hanya terdapat satu
kelompok yaitu kelompok eksperimen. Uji paired sample t-test dilakukan
untuk membandingkan rata-rata dari suatu sampel yang berpasangan (paired).
Sampel berpasangan yang dimaksud adalah sebuah kelompok sampel dengan
subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang
berbeda. Menurut Aripin (2008:21) “kriteria pengujian yang digunakan dalam
uji paired sample t-test yaitu jika nilai prob/signifikansi/p-value < α maka H0
ditolak, jika nilai prob/signifikansi/p-value ≥ α maka H1 ditolak”.
Uji hipotesis dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan program
pengolah data SPSS versi 20.0 for Windows yaitu dengan cara memilih
paired sample t-test pada data analyze kemudian memasukkan data hasil
posttest dan pretest pada aspek pengetahuan, aspek pemahaman dan aspek
penerapan. Selanjutnya akan diperoleh hasil skor rata-rata pretest dan
posttest, nilai t hitung dan nilai signifikansi.
Selain itu penelitian ini menggunakan uji hipotesis dua pihak. Menurut
Arifin (2011:203) “terima Ho jika t hitung berada diantara – t tabel s/d + tabel
dengan taraf nyata tertentu. Jika diluar harga itu, maka Ho ditolak ”.
I. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :
1. Memilih Masalah
Memilih penelitian dengan melakukan studi pustaka yang berasal dari
beberapa literatur seperti buku bacaan, skripsi, internet dan sebagainya.
2. Studi Pendahuluan
Melakukan studi pendahuluan dengan tiga objek, yaitu paper (skripsi, buku,
dan internet), person (konsultasi dengan dosen pembimbing akademik, guru
TIK di sekolah dan siswa di sekolah), place (berkunjung ke sekolah terkait
melihat pengamatan di kelas, fasilitas belajar dan kondisi laboratorium
3. Merumuskan Masalah
Setelah melakukan studi pendahuluan kemudian merumuskan masalah
dengan melakukan perumusan judul, membuat desain penelitian sesuai
dengan masalah dan tujuan yang akan diteliti. Kegiatan ini disertai konsultasi
dengan dosen pembimbing akademik.
4. Merumuskan Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Setelah menemukan masalah peneliti kemudian merumuskan kerangka
pemikiran yang ditindaklanjuti dengan perumusan hipotesis.
5. Memilih Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif
dengan metode kuasi eksperimen yang menggunakan desain One-group
experiment dalam bentuk One-group pretest and posttest design.
6. Menentukan Variabel dan Sumber Data
Terdapat dua variabel penelitian yaitu model Cooperative Learning tipe Think
Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint dan hasil belajar.
Sumber data didapatkan dari hasil pretest dan posttest.
7. Menentukan dan Menyusun Instrumen
Penentuan dan penyusunan instrument penelitian dilakukan atas kerja sama
dengan dosen pembimbing skripsi dan guru mata pelajaran TIK.
8. Mengumpulkan Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu
dengan menggunakn instrument tes, yang mana kelas eksperimen diberikan
pretest sebelum adanya perlakuan, kemudian di kelas eksperimen diberikan
perlakuan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan
aplikasi Microsoft PowerPoint. Setelah kelas eksperimen menerima
perlakuan, maka diberikan posttest untuk mengetahui hasil belajar ranah
kognitif.
9. Analisis Data
Dalam penelitian ini dilakukan proses analisis data yang terdiri atas uji
10.Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data dari
hasil pretest dan posttest dan kesimpulan dari rumusan masalah dan hipotesis
dalam penelitian ini.
11.Membuat Laporan Penelitian
Membuat laporan penelitian dalam bentuk tertulis berdasarkan pedoman
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian hasil belajar pada mata
pelajaran TIK dengan kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai perangkat
lunak program aplikasi, secara umum dapat disimpulkan bahwa model
Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft
PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil
belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMP
Negeri 43 Bandung. Hasil tersebut dapat terlihat dari peningkatan hasil
belajar siswa setelah adanya perlakuan yang ditunjukkan dengan nilai
rata-rata posttest siswa lebih tinggi daripada nilai pretest. Secara khusus
kesimpulan yang ada pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi
Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek pengetahuan pada
mata pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Pembelajaran
yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square
berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa pada aspek pengetahuan karena terjadi interaksi yang lebih
luas antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sehingga siswa
memperoleh banyak informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan
siswa.
2. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi
Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek pemahaman pada
mata pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Siswa yang
menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square
berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint lebih memahami materi
ilmu untuk mewujudkan pemahaman bersama. Selain itu, pemahaman
siswa meningkat pada saat siswa bisa menyampaikan hasil diskusi tersebut
kepada kelompok lain dengan dibantu aplikasi Microsoft PowerPoint.
3. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi
Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek penerapan pada mata
pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Siswa yang
menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square
berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint lebih memiliki kemampuan
menerapkan materi yang sudah dipelajari, karena dengan membuat
presentasi dari aplikasi Microsoft PowerPoint, siswa diberikan kesempatan
untuk langsung menerapkan pengetahuan yang baru diperolehnya. Selain
itu siswa juga diberi kesempatan untuk mempraktikannya secara langsung
apabila terdapat materi yang butuh dipraktikkan.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dijelaskan diatas bahwa Model
Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft
PowerPoint dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dilihat dari aspek
pengetahuan, aspek pemahaman dan aspek penerapan pada mata pelajaran
TIK di SMP Negeri 43 Bandung, maka dapat diajukan saran atau
rekomendasi sebagai berikut :
1. Bagi Pihak Sekolah
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah hendaknya setiap guru
menggunakan model pembelajaran yang bisa meningkatkan hasil belajar
siswa, salah satunya yaitu model Cooperative Learning tipe Think Pair
Square yang dibantu dengan media presentasi PowerPoint dalam
menyampaikan materi pelajaran. Para guru khususnya guru mata pelajaran
TIK disarankan untuk menggunakan model Cooperative Learning tipe
Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint demi
lebih efektif dan berpusat pada siswa karena melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang
diharapkan yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat tercapai.
Akan tetapi dalam implementasinya pembelajaran yang menggunakan
model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi
Microsoft PowerPoint ini terdapat berbagai kendala, diantaranya kendala
dalam pemanfaatan waktu dan pengkondisian siswa. Diharapkan kepada
guru mata pelajaran TIK dapat mengelola waktu dan siswa semaksimal
mungkin agar pelaksanaan pembelajaran dengan model Cooperative
Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft
PowerPoint ini bisa terlaksana sesuai harapan.
2. Bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian keilmuan bagi disiplin
ilmu Kurikulum dan Teknologi Pendidikan khususnya bagi konsentrasi
Pendidikan Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
mengembangkan model pembelajaran dan media pembelajaran dalam
kegiatan pembelajaran seperti model Cooperative Learning tipe Think Pair
Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti
selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian mengenai model
Cooperative Learning tipe Think Pair Square yang dibantu dengan
aplikasi Microsoft PowerPoint dalam menyampaikan materi pelajaran.
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menindaklanjuti hasil penelitian ini
tidak hanya terbatas pada ranah kognitif aspek pengetahuan, aspek
pemahaman, dan aspek penerapan saja akan tetapi dari segala ranah dan
DAFTAR PUSTAKA
Aisah, S, H,Ashari dan R. Wakhid Akhdinirwanto. (2013). “ Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair Square Berbantuan Kartu Soal untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII B SMP Negeri 5 Purworejo”. Jurnal Radiasi, 1 (1), hlm. 16-18.
Akhmad Fanari, H. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Think Pair Square untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Rajeg. (Tesis). Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan : Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Aripin, I. (2008). Modul Pelatihan Analisis Data dengan Software Excel dan SPSS. [online]. Tersedia di : www.academia.edu/5043301/modul_spss [diakses 18 Mei 2014]
Baharudin dan Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-
ruz Media.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK. Jakarta : Depdiknas.
Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Lie, A. (2008). Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : PT Garasindo.
Made Dwi Tresnayanti, N, I Wayan Lasmawan dan A.A.I.N Marhaeni. (2013). “Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Square Terhadap Motivasi Berprestasi Dan Prestasi Belajar Ips Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3 Singaraja”. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 3, hlm. 1-9.
Pietersz, F dan Saragih, H. (2010). “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua”. Prosiding Seminar Nasional Fisika.
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Rusman.(2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.
Rusman, Kurniawan, D dan Riyana, C. (2013). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi : Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Rustandi, AF. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika dan Mengetahui Profil Keterampilan Berkomunikasi Lisan Siswa SMP. (Skripsi). Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Siswanto, J dan Rechana, S. (2011). “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht (Numbered Heads Together) Menggunakan Peta Konsep Dan
Peta Pikiran Terhadap Penalaran Formal Siswa”. JP2F, 2 (2), hlm.
Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Susilana, R dan Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran : Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.