ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh
DINA ASTRIANA
Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar siswa. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 3 Natar, dengan sampel siswa kelas VII-A dan VII-B SMPN 3 Natar yang diambil secara cluster random sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah posttest only design. Data penelitian diperoleh melalui tes hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 3 Natar Kabupaten Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh
DINA ASTRIANA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 7
1. Makna Belajar ... . 7
2. Pembelajaran Kooperatif ... 9
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 12
4. Hasil Belajar... 15
B. Kerangka Pikir ... 18
C. Anggapan Dasar Hipotesis Penelitian ... 19
1. Anggapan Dasar... 19
2. Hipotesis ... 20
b...Hipot
esis Kerja... 20
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 21
B. Desain Penelitian... 21
C. Teknik Pengumpulan Data... 22
D. Prosedur Penelitian... 22
E. Instrumen Penelitian... 25
F. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32
1...Hasil Belajar Matematika Siswa... 32
2...Peng ujian Hipotesis Penelitian... 34
B. Pembahasan ... 34
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 38
B. Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Langkah-langkah Pembelajaran kooperaif... 11
2.2 Kriteria Poin Peningkatan Individu... 14
2.3 Kriteria Poin Peningkatan Kelompok ... 15
3.1 Desain Penelitian... 22
3.2... Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran Butir Tes... 27
3.3... Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 28
3.4... Data Uji Tes Hasil Belajar Siswa ... 28
4.1... Statistik Deskriptif Data Hasil Belajar Siswa ... 32
4.2... Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa ... 33
Motto
Bersyukurlah, karena setiap
tarikan nafas ini adalah nikmat
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Dina Astriana
NPM : 0743021011
Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandarlampung, November 2012 Yang Menyatakan
Dina Astriana
PERSEMBAHAN
Puji syukur ku ucapkan kepada Sang Pencipta ALLAh SWT
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada
Nabi Besar MUHAMMAD SAW
Kupersembahkan buah karya kecilku ini untuk,
Mamak dan Bapak tercinta yang selalu mendoakanku, yang tak pernah
habis dalam memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan dan semangat
kepadaku, yang selalu sabar dalam membesarkanku, yang
selalu ada dikalaku sedih dan senang, yang tak
pernah lelah tuk selalu memberikanku yang
terbaik dalam hidup ini
Ayuk dan adikku tesayang (Yuk dia dan adek adel)
terimakasih, atas kebersamaannya selama ini,
atas semua doa dan dukungan yang telah
diberikan kepadaku
Para pendidik yang telah mendidikku
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung pada tanggal 3 Maret 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Darmawan dan Ibu Eliyana.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Aisyiah pada tahun 1995 dan pendidikan dasar di SD Negeri 3 Tanjung Aman Kecamatan Kotabumi selatan Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2001. Pada tahun 2004, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Kotabumi pada tahun 2007.
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap
hasil belajar siswa”.
Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah membimbing
dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan
pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku pembinmbing akademik sekaligus
nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
bimbingan, saran serta arahan dalam penyusunan skripsi.
7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
menyelesaikan studi.
8. Ibu Dra. Ros Lili Budiarti, selaku Kepala SMP Negeri 3 Natar Kabupaten
Lampung Selatan yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.
9. Ibu Sumartini, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII SMP Negeri 3 Natar
Kabupaten Lampung Selatan yang telah membantu selama melakukan penelitian.
10.Siswa/siswi kelas VII-A, VII-B, dan VII-C SMP Negeri 3 Natar Kabupaten
Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang
telah terjalin.
11.Mamak dan Bapak tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan
selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik buat
anak-anaknya.
12.Ayuk dan adikku tersayang, yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi
kepadaku.
13.Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan
Matematika, terimakasih atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan
yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang
terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.
14.Teman-teman seperjuangan PPL di SMP Budi Karya Natar, terimakasih atas
15.Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai 2006
dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas kebersamaannya.
16.Almamater yang telah mendewasakanku.
17.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah
SWT sehingga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin.
Bandarlampung, November 2012
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan,
dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Karena
pendidikan dapat mengembangkan pengetahuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia seperti yang diharapkan. Agar pelaksanaan
pendidikan dapat berlangsung sesuai yang diharapkan, maka perlu mendapatkan
perhatian yang serius baik oleh pemerintah, masyarakat, orang tua dan guru.
Sumber daya manusia yang berkualitas terbentuk dari bangsa yang cerdas.
Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk
men-cerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 yang menjelaskan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani,
berke-pribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional dioperasionalkan menjadi tujuan pembelajaran di
sekolah dari bidang studi yang diberikan di sekolah. Salah satu bidang studi yang
2
diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang lebih
tinggi, namun demikian kegunaan matematika bukan hanya memberikan
kemampuan dalam perhitungan-perhitungan kuantitatif, tetapi juga dalam
penataan cara berpikir, terutama dalam pembentukan kemampuan menganalisis,
membuat sintesis, melakukan evaluasi hingga kemampuan memecahkan masalah.
Banyak orang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang kurang
disenangi. Hal Ini sesuai dengan pendapat Ruseffendi (dalam Fitri 2012 : 2)
bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi siswa.
Ketidaksenangan siswa pada mata pelajaran matematika disebabkan oleh
sukarnya memahami konsep yang terkandung dalam matematika yang berakibat
hasil belajar matematika siswa menjadi rendah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar yaitu proses
pembelajaran di kelas, dimana hal ini ditentukan oleh kemampuan dan ketepatan
guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran pada konsep tertentu.
Pada umumnya model pembelajaran matematika di sekolah masih banyak
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Ada beberapa macam model belajar yang dapat dipilih sebagai rujukan
pembelajaran di kelas yang dapat mengefektifkan kegiatan belajar mengajar,
diantaranya adalah model kooperatif tipe Jigsaw. Model pembelajaran tipe Jigsaw
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu Jigsaw dirancang untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran
orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka
3
kelompoknya yang lain, sehingga tiap siswa akan mengerti tiap-tiap subjek
pelajaran yang akan disampaikan. Siswa akan mengemukakan konsep sesuai
dengan kemampuannya dan akan melatih kerjasama antar anggota kelompok ahli.
Dalam pembelajaran Jigsaw, guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen yang lebih kecil, dimana nantinya akan dimunculkan dua
kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, kelompok ahli merupakan
pecahan dari bagian kelompok asal, dan tiap kelompok ahli akan mendapat sub
materi pokok yang berbeda, kemudian akan berkumpul kembali di kelompok asal
untuk membahas semua materi yang ada. Madden (dalam Slavin, 2008: 35)
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan semangat belajar
siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran
matematika kelas VII di SMP Negeri 3 Natar diketahui bahwa pelajaran
matematika cukup sulit untuk dipahami oleh sebagian besar siswa. Jika dilihat
dari nilai rata-rata ujian akhir semester siswa kelas VII pada semester ganjil tahun
pelajaran 2011/2012 sebelumnya, ketuntasan belajar siswa kelas VII hanya 50%
dengan kriteria ketuntantasan minimal pada siswa kelas VII adalah 67.
Rendahnya hasil belajar siswa diduga terjadi karena model pembelajaran yang
digunakan selama proses pembelajaran kurang sesuai dan aktivitas siswa selama
proses pembelajaran masih rendah. Kurangnya aktivitas membuat siswa kurang
optimal dalam belajar, sebagaimana diungkapkan Sardiman (2000: 93) bahwa
pada prinsipnya belajar adalah melakukan kegiatan untuk mengubah tingkah laku,
4
Berdasarkan uraian di atas, diduga model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw dapat menciptakan situasi dan kondisi yang dapat meningkatkan
aktivitas siswa. Untuk itu perlu diadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa
kelas VII semester genap SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah ”Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsaw berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII semester
genap SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil
belajar matematika siswa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam
5
2. Manfaat Praktis
Bagi guru dan calon guru, penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan
sumbangan pemikiran khususnya bagi guru kelas VII SMP Negeri 3 Natar
tentang suatu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar matematika siswa.
Bagi kepala sekolah, diharapkan dengan penelitian ini kepala sekolah memperoleh
informasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan para guru untuk
mening-katkan kualitas pembelajaran matematika.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang akan dibahas, maka
diberikan batasan sebagai berikut:
1. Pengaruh adalah daya yang ada atau ditimbulkan dari sesuatu yang
berkuasa atau yang berkekuatan (orang, benda, dan sebagainya). Sesuatu
yang berkekuatan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw. Dalam penelitian ini, penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dikatakan berpengaruh apabila hasil belajar matematika siswa
pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang meggunakan model
pembelajaran konvensional.
2. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah strategi pembelajaran yang
dilaksanakan melalui tahap persiapan (pembentukan kelompok),
pembagian materi pada tiap siswa dalam kelompok, kegiatan kelompok
6
3. Hasil belajar matematika adalah kemampuan atau penguasaan siswa
ter-hadap matematika yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran. Hasil
belajar ini dibatasi pada aspek kognitif yang direpresentasikan dengan nilai
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Makna Belajar
Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang
hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah
berhenti dan terbatas pada dinding kelas. Hal ini didasari pada asumsi bahwa di
sepanjang kehidupannya, manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-masalah,
rintangan-rintangan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan
ini. Prinsip belajar sepanjang hayat ini sejalan dengan empat pilar pendidikan
universal seperti yang dirumuskan UNESCO (dalam Herdian 2007), yaitu: (1)
learning to know, yang berarti juga learning to learn; (2) learning to do; (3)
learning to be, dan (4) learning to live together.
Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar itu
pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan
tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa
bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki
kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu.
Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar
8
untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan
dalam era persaingan global. Learning to be mengandung pengertian bahwa
belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata
lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan
kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Learning to live
together adalah belajar untuk bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai
dengan tuntunan kebutuhan dalam masyarakat global dimana manusia baik secara
individual maupun secara kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau
mengasingkan diri bersama kelompoknya.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa
seperti yang diungkapkan Munadi (2008: 35), yaitu:
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu faktor
fisiologis (kondisi fisiologis umum dan kondisi panca indera) dan faktor
psikologis (intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, serta
kognitif dan daya nalar).
2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yaitu faktor
lingkungan (alam dan sosial) dan faktor instrumental (kurikulum, sarana dan
fasilitas, serta guru).
Dari kedua faktor tersebut satu sama lain saling berkaitan. Salah satu hal yang
dapat dilakukan sebagai seorang guru untuk membantu siswa dalam kesulitan
belajar diantaranya menerapkan model belajar yang sesuai dengan kondisi kelas.
9
yang seperti apakah yang paling efektif untuk diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas sehingga tujuan belajar dapat tercapai.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan secara sadar, bersifat kontinu dan positif baik dalam hal tingkah
laku, ataupun pengetahuan sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.
Belajar akan membawa perubahan tingkah laku sehingga orang yang sebelumnya
tidak tahu setelah belajar menjadi tahu. Proses belajar senantiasa merupakan
perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman. Dengan demikian
orang yang belajar dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau
dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya.
2. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lie (2002:37) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dengan tingkat kemampuan yang berbeda tersebut mereka saling
membantu dalam memahami materi pelajaran, menyerap dan mentransfer
informasi, menyelesaikan tugas, atau kegiatan lain agar setiap siswa dalam
kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Hal ini sesuai dengan yang telah di
kemukakan oleh Lie bahwa sistem pengajaran yang memberikan kesempatan pada
siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas yang terstruktur
disebut dengan sistem pengajaran gotong royong atau cooperative learning.
Menurut Trianto (2007: 41) pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa
siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika
10
penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran
kooperatif. Selanjutnya menurut Arends (1997: 111, dalam Trianto 2007: 47),
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
“1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam.
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.”
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok.
Menurut Roger dan Johnson (dalam Lie, 2002: 30) ada lima unsur dasar yang
membedakannya dengan belajar kelompok yang biasa diterapkan, yaitu:
”1. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan anggota kelompok dan kelompoknya sendiri sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya, sehingga ada rasa saling ketergantungan antar anggota kelompok yang sifatnya positif.
2. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.
3. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu tatap muka dan berdiskusi, sehingga mereka saling mengenal dan meerima satu sama lain. 4. Komunikasi antar anggota
Keberhasilan suatu kelompok dipengaruhi oleh keterampilan berkomunikasi setiap anggotanya dalam kelompok.
5. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.”
Ibrahim, dkk (2000 : 7, dalam Trianto, 2007: 44) menyatakan bahwa tujuan-tujuan
pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim, dkk adalah sebagai
11
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase-2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok
kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien
Fase-4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka
Fase-5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
Fase-6
Memberi penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok
Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif meliputi Student Team Achievment
12
(GI), Team Accelerated Instruction (TAI), Number Head Together (NHT) dan
Cooperative Integerated Reading Compotition (CIRC).
Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara
kolaboratif, saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi yang
diberikan guru dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dalam belajar.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Menurut Lie (2002:68) Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan
Elliot Aronson dkk, sebagai metode cooperative learning. Model ini bisa
digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun
berbicara. Model ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran,seperti
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama dan bahasa.
Model ini cocok untuk semua kelas/tingkatan. Dalam model ini guru
memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu
mengaktifkan skemata ini agar bahan ajar menjadi lebih bermakna. Selain itu,
siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasanan gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.
Jigsaw dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Pada
13
ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa
dengan kemampuan yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari
beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami
topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota asal. Maka pemakaian model
pembelajaran Jigsaw tersebut akan saling melengkapi antara anggota kelompok
asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama
dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan
pada masing-masing anggota kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas
materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu
sama lain untuk memepelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai,
para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan
pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan
di kelompok ahli.
Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur secara
instruksional sebagai berikut (Slavin, dalam Trianto, 2007: 56):
“1.Pembagian kelompok asal: siswa di bagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok beranggotakan 4-6 orang).
2. Pembagian lembar ahli: materi pelajaran di berikan ke pada siswa dalam
bentuk teks yang telah di bagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
3. Membaca: setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
14
5. Laporan ke kelompok asal: setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya dan bertugas untuk mengajar teman-temannya.”
Hal ini sesuai dengan pendapat Panen, dkk (2001, dalam NiWayan, 2005: 9 ), ada
beberapa tahap untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu:
“1. Siswa membaca dan mengkaji bahan ajar yang sudah dibagi menjadi empat bagian, jadi setiap siswa menerima dan mengerjakan bagian mereka masing- masing.
2. Diskusi kelompok ahli (homogen)
Setelah siswa menerima bagiannya masing-masing, kemudian siswa membentuk kelompok ahli, siswa berkumpul dengan siswa dari kelompok lain yang mendapatkan bagian yang sama. Mereka bekerja sama mempelajari/mengerjakan bagian tersebut.
3. Diskusi kelompok siswa (hetrogen)
Setelah selesai dalam kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan saling berbagi dengan rekan-rekan dalam kelompoknya mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dan yang lainnya. 4. Penguatan guru
Kegiatan ini dapat diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan ajar yang dikaji hari itu. Diskusi dapat dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas dan guru memberikan penguatan.
5. Tes/kuis
Guru mengadakan tes/kuis untuk mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian bahan ajar yang telah mereka diskusikan. Dalam Jigsaw versi Slavin, skor tim menggunakan prosedur skorsing sama dengan STAD. Skor peningkatan individu ditentukan berdasarkan selisih skor tes terdahulu (skor dasar) dengan skor tes terakhir. Kriteria pemberian poin peningkatan individu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Kriteria Poin Peningkatan Individu
” Skor kuis terakhir Poin peningkatan individu > 10 poin di bawah skor dasar - 10
10-1 poin dibawah skor dasar 0 10 poin di atas skor dasar 10 > 10 poin di atas skor dasar 30
15
Setelah dilakukan perhitungan poin peningkatan individu, dilakukan pemberian
penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin
peningkatan kelompok.
Untuk menentukan poin peningkatan kelompok digunakan rumus:
Jumlah poin peningkatan individu setiap kelompok Nk =
Banyaknya anggota kelompok
Nk = poin peningkatan kelompok (Slavin, 2008: 174).
Kelompok yang memiliki poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak
memperoleh penghargaan. Berdasarkan poin peningkatan kelompok terdapat 4
tingkatan penghargaan yang diberikan seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Kriteria Poin Peningkatan Kelompok.
Peningkatan Penghargaan
Pk < 15 Pk 15 - ≤ 20
Pk ≥ 25
Good Team (Tim yang bagus) Great Team (Tim yang hebat) Super Team (Tim yang super) (Ratumaman 2002, dalam Trianto 2007: 56).
4. Hasil belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa yang diperoleh setelah mengikuti
pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Sesuai dengan pendapat Dimyati
(2002:3)
“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
me-ngajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses
16
Sedangkan menurut pendapat Hamalik (2002:155):
“Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengem-bangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.”
Salah satu upaya untuk mengukur pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar
siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang telah dilakukan dalam pembelajaran
adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes. Pengertian hasil belajar
menurut Hamalik (2002:146) sebagai berikut.
”Hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat ke
berhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau
sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
me-ngenai sejumlah materi pelajaran tertentu.”
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa yang terjadi sebagai hasil
pengalaman pribadi atau interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu tidak
hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berupa
ke-cakapan, keterampilan, tingkah laku, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,
serta penyesuaian diri. Perubahan tersebut dapat menuju ke arah yang positif dan
juga bisa ke arah negatif, hal ini sangat tergantung dari bagaimana perubahan itu
terjadi.
Banyak sekali sifat dan jenis dari perubahan tingkah laku yang terjadi dalam
individu. Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar memiliki ciri-ciri
tertentu. Menurut Slameto (1987:3-4) ciri-ciri tersebut adalah:
17
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi pe ruba-han, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah di pe-roleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan kearah kemajuan dan memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.”
Sedangkan ciri-ciri hasil belajar yang baik menurut Sardiman (2007:49) yaitu:
”a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa b. Hasil itu merupakan pengetahuan ”asli” atau ”otentik”
c. Hasil belajar yang dicapai itu selalu memunculkan pemahaman atau pe ngertian atau menimbulkan reaksi atau jawaban yang dapat diterima dan dipahami oleh akal
d. Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi di tempat mencapai, tetapi juga dapat digunakan dalam situasi lain.”
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu
gam-baran kemampuan yang diperoleh anak setelah mengikuti kegiatan belajar. Hasil
inilah yang akan menjadi ukuran tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai
18
B. Kerangka Pikir
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang menggunakan dua
kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.
Sebagai peubah bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Sedangkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw sebagai peubah terikat. Hubungan antara variabel tersebut di gambarkan
dalam diagram berikut ini:
Gambar 1. Kerangka fikir
Keterangan: X : Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Y : Hasil belajar siswa
Proses pembelajaran adalah proses bertujuan. Oleh sebab itu, apa yang dilakukan
oleh seorang guru harus mengarah pada pencapaian tujuan. Salah satu tujuannya
yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dari itu metode dan strategi
yang digunakan oleh guru seharusnya tidak hanya sekedar ceramah, tetapi juga
menggunakan strategi dan metode yang saat ini telah banyak berkembang. Salah
satu strategi dan metode yang dapat digunakan adalah strategi pembelajaran
kooperatif.
Kegiatan pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan diantaranya
tercipta kerjasama yang baik antar anggota kelompok, ada ketergantungan saling
19
memerlukan yang positif (menanamkan rasa kebersamaan), tanggung jawab
masing-masing anggota (setiap anggota memiliki sumbangan dan belajar),
keterampilan hubungan antar personal (komunikasi, keberhasilan, kepemimpinan,
membuat keputusan, dan penyelesaian konflik), tatap muka serta menaikkan
interaksi antar siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mempunyai beberapa kelebihan, yaitu
tiap siswa akan mengerti tiap-tiap subjek pelajaran yang akan disampaikan,
dikarenakan tiap siswa dalam kelompok ahli akan terlibat langsung di dalam
proses pembelajaran dan mempunyai tanggung jawab atas tugas yang diberikan
kepadanya. Sehingga dapat mendorong siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran, belajar dari teman sendiri didalam kelompok, produktif berbicara
atau mengeluarkan pendapat dan siswa belajar membuat keputusan. Siswa akan
mengemukakan konsep sesuai dengan kemampuannya dan akan melatih
kerjasama antar anggota kelompok ahli.
C. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam peneletian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri
3 Natar memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa
20
2. Hipotesis
a. Hipotesis umum:
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh terhadap
hasil belajar matematika siswa.
b. Hipotesis kerja:
Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari hasil belajar matematika siswa dengan
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP
Negeri 3 Natar tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari lima kelas, yaitu kelas
VII A, VII B, VII C, VII D, dan VII E dengan tidak ada kelas unggulan. Dari
populasi yang ada, dengan menggunakan teknik cluster random sampling diambil dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VII A dengan jumlah siswa 32 dan
VII B dengan jumlah siswa yang sama. Kelas VII A sebagai kelas eksperimen
sedangkan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen tersebut
diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu.
Eksperimen semu yang dimaksud adalah pembelajran dengan metode
22
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post-test Eksperimen Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Y1
Kontrol Model pembelajaran konvensional Y2
C. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui tes yang diberikan pada akhir materi. Tes ini dilakukan
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Silabus, dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Membuat kartu nama yang berbeda pada model jigsaw untuk tiap kelompok
23
Misalkan dalam 1 kelompok ada 4 orang siswa, maka dibuat: 4 kartu dengan
warna yang berbeda. Keempat kartu di atas akan dibagikan pada
masing-masing kelompok, dalam hal ini peneliti membuat 32 kartu tanda berwarna.
Pada saat diskusi kelompok ahli, siswa yang mempunyai kartu tanda
berwarna sama pada kelompok asal berkumpul untuk mendiskusikan materi
yang akan mereka bahas di dalam kelompok ahli.
Gambar berikut ini menunjukkan hubungan antara kelompok asal dan kelompok
ahli pada metode pembelajaran tipe jigsaw.
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Gambar 3. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli
Keterangan : a = Siswa dari kelompok asal
b = Kumpulan siswa di kelompok ahli
c = Gang antara meja siswa kelompok satu dengan yang
lain
d = Meja kelompok
(Modifikasi dari Trianto, 2007: 58).
24
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
Kegiatan Awal
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.
b) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang masing-masing
beranggotakan 4 orang berdasarkan perbedaan kecakapan kognitifnya.
Kegiatan Inti
a) Guru membagi kartu nama berwarna berbeda dalam setiap
kelompok.
b) Guru membagi materi, materi tersebut berupa lembar kerja
siswa yang berisi ringkasan materi serta pertanyaan yang ditinjau dari
indikator dan tujuan pembelajaran dan dibagi menjadi beberapa bagian
sesuai dengan jumlah kelompok yang ada.
c) Guru menjelaskan pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran bahwa bagian pertama materi diberikan
pada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian
materi yang kedua demikian seterusnya sampai siswa yang kelima.
d) Guru membagikan bahan diskusi pendalaman materi pelajaran dalam bentuk
LKS yang akan di diskusikan di dalam kelompok ahli.
e) Setiap siswa yang mendapat bagian materi yang sama dan memiliki kartu
nama yang berwarna sama (kelompok ahli) berkumpul untuk berdiskusi dan
mengerjakan bagian materi mereka.
f) Guru memantau dan membimbing siswa dalam berdiskusi di dalam
25
g) Setiap siswa kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan kepada teman satu kelompoknya mengenai hasil diskusi
dengan kelompok ahli. Dalam kegiatan ini, siswa saling melengkapi dan
berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.
h) Guru membimbing siswa merumuskan kesimpulan
mengenai materi yang telah mereka diskusikan.
i) Guru bersama-sama siswa , menarik kesimpulan dari
pembelajaran yang telah mereka lakukan.
Penutup
a) Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah
dipelajari.
b) Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan dibahas
pada pertemuan berikutnya.
E. Instrumen Penelitian
Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yaitu berupa data nilai hasil
belajar siswa. Hasil belajar siswa ini diperoleh melalui tes yang dilakukan di
akhir proses pembelajaran. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka tes yang
digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Validitas
tes yang digunakan adalah validitas isi yaitu validitas yang ditilik dari segi isi tes
itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili
secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang
26
bandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar dengan kompetensi
dasar dan indikator yang telah ditentukan untuk pelajaran matematika, apakah
hal-hal yang tercantum dalam kompetensi dasar dan indikator pembelajaran sudah
terwakili atau belum secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut.
Validitas soal tes dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru mitra. Soal tes
tersebut dikategorikan valid jika dosen pembimbing dan guru mitra menyatakan
butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan
diukur, selanjutnya diuji coba di luar sampel tapi masih dalam populasi. Uji coba
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes, daya beda tes dan tingkat
kesukaran butir tes. Perhitungan reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat
Arikunto (2007,180) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes
dapat digunakan rumus alpha, yaitu :
keterangan:
11
r = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir soal
Tes hasil belajar dikatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi apabila r11 sama
dengan atau lebih besar dari pada 0,70. maka dalam penelitian ini tes yang
digunakan harus memiliki koefisien reliabilitas sama dengan atau lebih besar dari
27
Berdasarkan pendapat, Safari (2004:23) menyatakan tingkat kesukaran butir tes
adalah peluang untuk menjawab benar suatu butir tes pada tingkat kemampuan
tertentu. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes digunakan rumus berikut:
maks
i SS
TK
Dengan
TKi : tingkat kesukaran butir tes ke-i
S : rataan skor siswa pada butir ke-i Smaks: skor maksimum butir ke-i
Penafsiran atas tingkat kesukaran butir tes digunakan kriteria menurut
Witherington dalam Sudijono (2003:374) berikut:
Tabel 3.2. Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Tes
Besar TKi Interpretasi
< 0,25 0,25 s.d 0,75
> 0,75
Terlalu Sukar Cukup (Sedang)
Terlalu Mudah
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat
membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari
siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai
terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut
kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut
28
IA JB JA DP
Daya pembeda ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah
Penafsiran interpretasi nilai daya pembeda butir tes digunakan kriteria menurut
Sudijono (2003: 389) dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai Interpretasi
Untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini digunakan butir soal
dengan daya beda lebih dari atau sama dengan 0,30.
Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut
Tabel 3.4 Data Uji Tes Hasil Belajar Matematika Siswa
No.
Soal Validitas Reliabilitas Daya Pembeda KesukaranTingkat
1 Valid 0,56 (Sedang) 0,76 (mudah)
2 Valid 0,46 (Baik) 0,64 (Sedang)
3 Valid 0,80 (Baik) 0,51 (Sedang)
4 Valid 0,38 (Sedang) 0,55 (Sedang)
Test
5 Valid
0,73
0,69 (Baik) 0,40 (Sedang)
29
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor rata-rata hasil belajar
sampel berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) :
Keterangan:
X2 = harga Chi-kuadrat
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi harapan
k = banyaknya kelas interval
2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes hasil belajar siswa yang
diperoleh memiliki varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua
varians ini digunakan uji Bartlet (dalam Sudjana, 2005: 261).
Hipotesis :
H0 : 12 22 (variansi homogen)
30
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut.
1) Menghitung S2 dari masing-masing kelas.
2) Menghitung semua varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:
3) Menghitung Harga Satuan B dengan rumus:
4) Uji Barlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:
Keputusan uji
Tolak H0 jika x2 x2 1 k1 dan terima H0 jika x2x2 1 k1 , dimana
1 1
2
k
x didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 – )
dan dk = (k – 1).
3. Uji Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis kedua, jika data normal dan homogen maka uji
hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Analisis data dengan
menggunakan uji-t, uji satu pihak.
Adapun uji-t (dalam sudjana 2005: 243) sebagai berikut :
31
H1 : 1 2
40
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran
2011/ 2012 dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini
ditunjuk-kan dengan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran Jigsaw
lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai
berikut.
1. Diharapkan Guru dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa dengan
menerapkan alternatif pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2. Diharapkan pada peneliti yang akan melakukan penelitian yang serupa
agar tidak hanya meneliti dari aspek kognitif saja, tetapi juga meneliti dari
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, Fitri. 2012. Jurnal Pendidikan Matenatika. Jurusan P.MIPA. Unila
Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Nina Aksar. Jakarta.
Depdiknas. 2004. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Depdiknas.
Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Depdikbud dan Rineka
Cipta. Jakarta.
Hamalik, Oemar.2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Bumi Aksara. Jakarta.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Herdian.2010. Teori belajar. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com/ teori-teori
belajar piaget-bruner vygotsky/. 2010 (9 Oktober 2012)
Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Universitas Surabaya. Surabaya.
Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung. 312 hlm.
Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Gaung
Persada Press. Jakarta.
Safari. 2004. Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non tes. Jakarta:
Depdiknas.
Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo
Sari, A Ni Wayan. 2005. “Pengaruh Pembelajaran Sistem Reproduksi dengan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa SMA Negri 5 Bandar Lamung
Kelas XI Semester Genap TP. 2004-2005”. Skripsi. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Slameto.1987. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Bumi Aksara.
Jakarta.
Slavin, R.E. 2008. Cooperatif Learning : Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media.
Bandung.
Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Tim Penyusun. 2008. Undang Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003.
Asa Mandiri. Jakarta.
Titarahardja, U dan Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Prestasi Pustaka. Jakarta.