• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

DINA ASTRIANA

Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar siswa. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 3 Natar, dengan sampel siswa kelas VII-A dan VII-B SMPN 3 Natar yang diambil secara cluster random sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah posttest only design. Data penelitian diperoleh melalui tes hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 3 Natar Kabupaten Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012.

(2)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

DINA ASTRIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 7

1. Makna Belajar ... . 7

2. Pembelajaran Kooperatif ... 9

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 12

4. Hasil Belajar... 15

B. Kerangka Pikir ... 18

C. Anggapan Dasar Hipotesis Penelitian ... 19

1. Anggapan Dasar... 19

2. Hipotesis ... 20

(4)

b...Hipot

esis Kerja... 20

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 21

B. Desain Penelitian... 21

C. Teknik Pengumpulan Data... 22

D. Prosedur Penelitian... 22

E. Instrumen Penelitian... 25

F. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

1...Hasil Belajar Matematika Siswa... 32

2...Peng ujian Hipotesis Penelitian... 34

B. Pembahasan ... 34

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 38

B. Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA

(5)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah-langkah Pembelajaran kooperaif... 11

2.2 Kriteria Poin Peningkatan Individu... 14

2.3 Kriteria Poin Peningkatan Kelompok ... 15

3.1 Desain Penelitian... 22

3.2... Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran Butir Tes... 27

3.3... Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 28

3.4... Data Uji Tes Hasil Belajar Siswa ... 28

4.1... Statistik Deskriptif Data Hasil Belajar Siswa ... 32

4.2... Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa ... 33

(6)

Motto

Bersyukurlah, karena setiap

tarikan nafas ini adalah nikmat

(7)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Dina Astriana

NPM : 0743021011

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, November 2012 Yang Menyatakan

Dina Astriana

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur ku ucapkan kepada Sang Pencipta ALLAh SWT

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada

Nabi Besar MUHAMMAD SAW

Kupersembahkan buah karya kecilku ini untuk,

Mamak dan Bapak tercinta yang selalu mendoakanku, yang tak pernah

habis dalam memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan dan semangat

kepadaku, yang selalu sabar dalam membesarkanku, yang

selalu ada dikalaku sedih dan senang, yang tak

pernah lelah tuk selalu memberikanku yang

terbaik dalam hidup ini

Ayuk dan adikku tesayang (Yuk dia dan adek adel)

terimakasih, atas kebersamaannya selama ini,

atas semua doa dan dukungan yang telah

diberikan kepadaku

Para pendidik yang telah mendidikku

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung pada tanggal 3 Maret 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Darmawan dan Ibu Eliyana.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Aisyiah pada tahun 1995 dan pendidikan dasar di SD Negeri 3 Tanjung Aman Kecamatan Kotabumi selatan Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2001. Pada tahun 2004, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Kotabumi pada tahun 2007.

(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap

hasil belajar siswa”.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah membimbing

dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan

pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku pembinmbing akademik sekaligus

(11)

nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan

bimbingan, saran serta arahan dalam penyusunan skripsi.

7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menyelesaikan studi.

8. Ibu Dra. Ros Lili Budiarti, selaku Kepala SMP Negeri 3 Natar Kabupaten

Lampung Selatan yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

9. Ibu Sumartini, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII SMP Negeri 3 Natar

Kabupaten Lampung Selatan yang telah membantu selama melakukan penelitian.

10.Siswa/siswi kelas VII-A, VII-B, dan VII-C SMP Negeri 3 Natar Kabupaten

Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang

telah terjalin.

11.Mamak dan Bapak tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan

selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik buat

anak-anaknya.

12.Ayuk dan adikku tersayang, yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi

kepadaku.

13.Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan

Matematika, terimakasih atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan

yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang

terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.

14.Teman-teman seperjuangan PPL di SMP Budi Karya Natar, terimakasih atas

(12)

15.Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai 2006

dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas kebersamaannya.

16.Almamater yang telah mendewasakanku.

17.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah

SWT sehingga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, November 2012

Penulis

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan,

dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Karena

pendidikan dapat mengembangkan pengetahuan serta meningkatkan mutu

kehidupan dan martabat manusia seperti yang diharapkan. Agar pelaksanaan

pendidikan dapat berlangsung sesuai yang diharapkan, maka perlu mendapatkan

perhatian yang serius baik oleh pemerintah, masyarakat, orang tua dan guru.

Sumber daya manusia yang berkualitas terbentuk dari bangsa yang cerdas.

Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

men-cerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 yang menjelaskan bahwa tujuan

pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani,

berke-pribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional dioperasionalkan menjadi tujuan pembelajaran di

sekolah dari bidang studi yang diberikan di sekolah. Salah satu bidang studi yang

(14)

2

diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang lebih

tinggi, namun demikian kegunaan matematika bukan hanya memberikan

kemampuan dalam perhitungan-perhitungan kuantitatif, tetapi juga dalam

penataan cara berpikir, terutama dalam pembentukan kemampuan menganalisis,

membuat sintesis, melakukan evaluasi hingga kemampuan memecahkan masalah.

Banyak orang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang kurang

disenangi. Hal Ini sesuai dengan pendapat Ruseffendi (dalam Fitri 2012 : 2)

bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi siswa.

Ketidaksenangan siswa pada mata pelajaran matematika disebabkan oleh

sukarnya memahami konsep yang terkandung dalam matematika yang berakibat

hasil belajar matematika siswa menjadi rendah.

Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar yaitu proses

pembelajaran di kelas, dimana hal ini ditentukan oleh kemampuan dan ketepatan

guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran pada konsep tertentu.

Pada umumnya model pembelajaran matematika di sekolah masih banyak

menggunakan model pembelajaran konvensional.

Ada beberapa macam model belajar yang dapat dipilih sebagai rujukan

pembelajaran di kelas yang dapat mengefektifkan kegiatan belajar mengajar,

diantaranya adalah model kooperatif tipe Jigsaw. Model pembelajaran tipe Jigsaw

mempunyai beberapa kelebihan, yaitu Jigsaw dirancang untuk meningkatkan rasa

tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran

orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka

(15)

3

kelompoknya yang lain, sehingga tiap siswa akan mengerti tiap-tiap subjek

pelajaran yang akan disampaikan. Siswa akan mengemukakan konsep sesuai

dengan kemampuannya dan akan melatih kerjasama antar anggota kelompok ahli.

Dalam pembelajaran Jigsaw, guru membagi satuan informasi yang besar menjadi

komponen-komponen yang lebih kecil, dimana nantinya akan dimunculkan dua

kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, kelompok ahli merupakan

pecahan dari bagian kelompok asal, dan tiap kelompok ahli akan mendapat sub

materi pokok yang berbeda, kemudian akan berkumpul kembali di kelompok asal

untuk membahas semua materi yang ada. Madden (dalam Slavin, 2008: 35)

mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan semangat belajar

siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran

matematika kelas VII di SMP Negeri 3 Natar diketahui bahwa pelajaran

matematika cukup sulit untuk dipahami oleh sebagian besar siswa. Jika dilihat

dari nilai rata-rata ujian akhir semester siswa kelas VII pada semester ganjil tahun

pelajaran 2011/2012 sebelumnya, ketuntasan belajar siswa kelas VII hanya 50%

dengan kriteria ketuntantasan minimal pada siswa kelas VII adalah 67.

Rendahnya hasil belajar siswa diduga terjadi karena model pembelajaran yang

digunakan selama proses pembelajaran kurang sesuai dan aktivitas siswa selama

proses pembelajaran masih rendah. Kurangnya aktivitas membuat siswa kurang

optimal dalam belajar, sebagaimana diungkapkan Sardiman (2000: 93) bahwa

pada prinsipnya belajar adalah melakukan kegiatan untuk mengubah tingkah laku,

(16)

4

Berdasarkan uraian di atas, diduga model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw dapat menciptakan situasi dan kondisi yang dapat meningkatkan

aktivitas siswa. Untuk itu perlu diadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa

kelas VII semester genap SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah ”Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Jigsaw berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII semester

genap SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil

belajar matematika siswa.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam

(17)

5

2. Manfaat Praktis

Bagi guru dan calon guru, penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan

sumbangan pemikiran khususnya bagi guru kelas VII SMP Negeri 3 Natar

tentang suatu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

hasil belajar matematika siswa.

Bagi kepala sekolah, diharapkan dengan penelitian ini kepala sekolah memperoleh

informasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan para guru untuk

mening-katkan kualitas pembelajaran matematika.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang akan dibahas, maka

diberikan batasan sebagai berikut:

1. Pengaruh adalah daya yang ada atau ditimbulkan dari sesuatu yang

berkuasa atau yang berkekuatan (orang, benda, dan sebagainya). Sesuatu

yang berkekuatan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw. Dalam penelitian ini, penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw dikatakan berpengaruh apabila hasil belajar matematika siswa

pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang meggunakan model

pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah strategi pembelajaran yang

dilaksanakan melalui tahap persiapan (pembentukan kelompok),

pembagian materi pada tiap siswa dalam kelompok, kegiatan kelompok

(18)

6

3. Hasil belajar matematika adalah kemampuan atau penguasaan siswa

ter-hadap matematika yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran. Hasil

belajar ini dibatasi pada aspek kognitif yang direpresentasikan dengan nilai

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Makna Belajar

Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

berhenti dan terbatas pada dinding kelas. Hal ini didasari pada asumsi bahwa di

sepanjang kehidupannya, manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-masalah,

rintangan-rintangan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan

ini. Prinsip belajar sepanjang hayat ini sejalan dengan empat pilar pendidikan

universal seperti yang dirumuskan UNESCO (dalam Herdian 2007), yaitu: (1)

learning to know, yang berarti juga learning to learn; (2) learning to do; (3)

learning to be, dan (4) learning to live together.

Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar itu

pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan

tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa

bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki

kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu.

Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar

(20)

8

untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan

dalam era persaingan global. Learning to be mengandung pengertian bahwa

belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata

lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan

kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Learning to live

together adalah belajar untuk bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai

dengan tuntunan kebutuhan dalam masyarakat global dimana manusia baik secara

individual maupun secara kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau

mengasingkan diri bersama kelompoknya.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa

seperti yang diungkapkan Munadi (2008: 35), yaitu:

1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu faktor

fisiologis (kondisi fisiologis umum dan kondisi panca indera) dan faktor

psikologis (intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, serta

kognitif dan daya nalar).

2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yaitu faktor

lingkungan (alam dan sosial) dan faktor instrumental (kurikulum, sarana dan

fasilitas, serta guru).

Dari kedua faktor tersebut satu sama lain saling berkaitan. Salah satu hal yang

dapat dilakukan sebagai seorang guru untuk membantu siswa dalam kesulitan

belajar diantaranya menerapkan model belajar yang sesuai dengan kondisi kelas.

(21)

9

yang seperti apakah yang paling efektif untuk diterapkan dalam kegiatan belajar

mengajar di dalam kelas sehingga tujuan belajar dapat tercapai.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu

proses perubahan secara sadar, bersifat kontinu dan positif baik dalam hal tingkah

laku, ataupun pengetahuan sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.

Belajar akan membawa perubahan tingkah laku sehingga orang yang sebelumnya

tidak tahu setelah belajar menjadi tahu. Proses belajar senantiasa merupakan

perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman. Dengan demikian

orang yang belajar dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau

dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya.

2. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2002:37) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

dengan siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya

berbeda. Dengan tingkat kemampuan yang berbeda tersebut mereka saling

membantu dalam memahami materi pelajaran, menyerap dan mentransfer

informasi, menyelesaikan tugas, atau kegiatan lain agar setiap siswa dalam

kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Hal ini sesuai dengan yang telah di

kemukakan oleh Lie bahwa sistem pengajaran yang memberikan kesempatan pada

siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas yang terstruktur

disebut dengan sistem pengajaran gotong royong atau cooperative learning.

Menurut Trianto (2007: 41) pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa

siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika

(22)

10

penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran

kooperatif. Selanjutnya menurut Arends (1997: 111, dalam Trianto 2007: 47),

pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

“1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam.

4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.”

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok.

Menurut Roger dan Johnson (dalam Lie, 2002: 30) ada lima unsur dasar yang

membedakannya dengan belajar kelompok yang biasa diterapkan, yaitu:

”1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan anggota kelompok dan kelompoknya sendiri sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya, sehingga ada rasa saling ketergantungan antar anggota kelompok yang sifatnya positif.

2. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.

3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu tatap muka dan berdiskusi, sehingga mereka saling mengenal dan meerima satu sama lain. 4. Komunikasi antar anggota

Keberhasilan suatu kelompok dipengaruhi oleh keterampilan berkomunikasi setiap anggotanya dalam kelompok.

5. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.”

Ibrahim, dkk (2000 : 7, dalam Trianto, 2007: 44) menyatakan bahwa tujuan-tujuan

pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim, dkk adalah sebagai

(23)

11

Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai

pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase-2

Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase-3

Mengorganisasikan siswa

ke dalam kelompok

kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar

melakukan transisi secara efisien

Fase-4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat

mereka mengerjakan tugas mereka

Fase-5

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya

Fase-6

Memberi penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu dan kelompok

Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif meliputi Student Team Achievment

(24)

12

(GI), Team Accelerated Instruction (TAI), Number Head Together (NHT) dan

Cooperative Integerated Reading Compotition (CIRC).

Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara

kolaboratif, saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi yang

diberikan guru dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dalam belajar.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menurut Lie (2002:68) Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan

Elliot Aronson dkk, sebagai metode cooperative learning. Model ini bisa

digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun

berbicara. Model ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran,seperti

ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama dan bahasa.

Model ini cocok untuk semua kelas/tingkatan. Dalam model ini guru

memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu

mengaktifkan skemata ini agar bahan ajar menjadi lebih bermakna. Selain itu,

siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasanan gotong royong dan

mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan

keterampilan berkomunikasi.

Jigsaw dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan

dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Pada

(25)

13

ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa

dengan kemampuan yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari

beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota

kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami

topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya

untuk kemudian dijelaskan kepada anggota asal. Maka pemakaian model

pembelajaran Jigsaw tersebut akan saling melengkapi antara anggota kelompok

asal.

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama

dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan

pada masing-masing anggota kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas

materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu

sama lain untuk memepelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai,

para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan

pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan

di kelompok ahli.

Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur secara

instruksional sebagai berikut (Slavin, dalam Trianto, 2007: 56):

“1.Pembagian kelompok asal: siswa di bagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok beranggotakan 4-6 orang).

2. Pembagian lembar ahli: materi pelajaran di berikan ke pada siswa dalam

bentuk teks yang telah di bagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

3. Membaca: setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

(26)

14

5. Laporan ke kelompok asal: setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya dan bertugas untuk mengajar teman-temannya.”

Hal ini sesuai dengan pendapat Panen, dkk (2001, dalam NiWayan, 2005: 9 ), ada

beberapa tahap untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu:

“1. Siswa membaca dan mengkaji bahan ajar yang sudah dibagi menjadi empat bagian, jadi setiap siswa menerima dan mengerjakan bagian mereka masing- masing.

2. Diskusi kelompok ahli (homogen)

Setelah siswa menerima bagiannya masing-masing, kemudian siswa membentuk kelompok ahli, siswa berkumpul dengan siswa dari kelompok lain yang mendapatkan bagian yang sama. Mereka bekerja sama mempelajari/mengerjakan bagian tersebut.

3. Diskusi kelompok siswa (hetrogen)

Setelah selesai dalam kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan saling berbagi dengan rekan-rekan dalam kelompoknya mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dan yang lainnya. 4. Penguatan guru

Kegiatan ini dapat diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan ajar yang dikaji hari itu. Diskusi dapat dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas dan guru memberikan penguatan.

5. Tes/kuis

Guru mengadakan tes/kuis untuk mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian bahan ajar yang telah mereka diskusikan. Dalam Jigsaw versi Slavin, skor tim menggunakan prosedur skorsing sama dengan STAD. Skor peningkatan individu ditentukan berdasarkan selisih skor tes terdahulu (skor dasar) dengan skor tes terakhir. Kriteria pemberian poin peningkatan individu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Kriteria Poin Peningkatan Individu

” Skor kuis terakhir Poin peningkatan individu > 10 poin di bawah skor dasar - 10

10-1 poin dibawah skor dasar 0 10 poin di atas skor dasar 10 > 10 poin di atas skor dasar 30

(27)

15

Setelah dilakukan perhitungan poin peningkatan individu, dilakukan pemberian

penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin

peningkatan kelompok.

Untuk menentukan poin peningkatan kelompok digunakan rumus:

Jumlah poin peningkatan individu setiap kelompok Nk =

Banyaknya anggota kelompok

Nk = poin peningkatan kelompok (Slavin, 2008: 174).

Kelompok yang memiliki poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak

memperoleh penghargaan. Berdasarkan poin peningkatan kelompok terdapat 4

tingkatan penghargaan yang diberikan seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.3 Kriteria Poin Peningkatan Kelompok.

Peningkatan Penghargaan

Pk < 15 Pk 15 - ≤ 20

Pk ≥ 25

Good Team (Tim yang bagus) Great Team (Tim yang hebat) Super Team (Tim yang super) (Ratumaman 2002, dalam Trianto 2007: 56).

4. Hasil belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa yang diperoleh setelah mengikuti

pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Sesuai dengan pendapat Dimyati

(2002:3)

“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

me-ngajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar.

Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses

(28)

16

Sedangkan menurut pendapat Hamalik (2002:155):

“Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengem-bangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.”

Salah satu upaya untuk mengukur pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar

siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang telah dilakukan dalam pembelajaran

adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes. Pengertian hasil belajar

menurut Hamalik (2002:146) sebagai berikut.

”Hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat ke

berhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau

sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes

me-ngenai sejumlah materi pelajaran tertentu.”

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa yang terjadi sebagai hasil

pengalaman pribadi atau interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu tidak

hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berupa

ke-cakapan, keterampilan, tingkah laku, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,

serta penyesuaian diri. Perubahan tersebut dapat menuju ke arah yang positif dan

juga bisa ke arah negatif, hal ini sangat tergantung dari bagaimana perubahan itu

terjadi.

Banyak sekali sifat dan jenis dari perubahan tingkah laku yang terjadi dalam

individu. Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar memiliki ciri-ciri

tertentu. Menurut Slameto (1987:3-4) ciri-ciri tersebut adalah:

(29)

17

Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi pe ruba-han, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah di pe-roleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan kearah kemajuan dan memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya

e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.”

Sedangkan ciri-ciri hasil belajar yang baik menurut Sardiman (2007:49) yaitu:

”a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa b. Hasil itu merupakan pengetahuan ”asli” atau ”otentik”

c. Hasil belajar yang dicapai itu selalu memunculkan pemahaman atau pe ngertian atau menimbulkan reaksi atau jawaban yang dapat diterima dan dipahami oleh akal

d. Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi di tempat mencapai, tetapi juga dapat digunakan dalam situasi lain.”

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu

gam-baran kemampuan yang diperoleh anak setelah mengikuti kegiatan belajar. Hasil

inilah yang akan menjadi ukuran tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai

(30)

18

B. Kerangka Pikir

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang menggunakan dua

kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.

Sebagai peubah bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Sedangkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw sebagai peubah terikat. Hubungan antara variabel tersebut di gambarkan

dalam diagram berikut ini:

Gambar 1. Kerangka fikir

Keterangan: X : Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Y : Hasil belajar siswa

Proses pembelajaran adalah proses bertujuan. Oleh sebab itu, apa yang dilakukan

oleh seorang guru harus mengarah pada pencapaian tujuan. Salah satu tujuannya

yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dari itu metode dan strategi

yang digunakan oleh guru seharusnya tidak hanya sekedar ceramah, tetapi juga

menggunakan strategi dan metode yang saat ini telah banyak berkembang. Salah

satu strategi dan metode yang dapat digunakan adalah strategi pembelajaran

kooperatif.

Kegiatan pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan diantaranya

tercipta kerjasama yang baik antar anggota kelompok, ada ketergantungan saling

(31)

19

memerlukan yang positif (menanamkan rasa kebersamaan), tanggung jawab

masing-masing anggota (setiap anggota memiliki sumbangan dan belajar),

keterampilan hubungan antar personal (komunikasi, keberhasilan, kepemimpinan,

membuat keputusan, dan penyelesaian konflik), tatap muka serta menaikkan

interaksi antar siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mempunyai beberapa kelebihan, yaitu

tiap siswa akan mengerti tiap-tiap subjek pelajaran yang akan disampaikan,

dikarenakan tiap siswa dalam kelompok ahli akan terlibat langsung di dalam

proses pembelajaran dan mempunyai tanggung jawab atas tugas yang diberikan

kepadanya. Sehingga dapat mendorong siswa untuk berperan aktif dalam

pembelajaran, belajar dari teman sendiri didalam kelompok, produktif berbicara

atau mengeluarkan pendapat dan siswa belajar membuat keputusan. Siswa akan

mengemukakan konsep sesuai dengan kemampuannya dan akan melatih

kerjasama antar anggota kelompok ahli.

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam peneletian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri

3 Natar memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan

kurikulum yang berlaku. Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa

(32)

20

2. Hipotesis

a. Hipotesis umum:

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh terhadap

hasil belajar matematika siswa.

b. Hipotesis kerja:

Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari hasil belajar matematika siswa dengan

(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP

Negeri 3 Natar tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari lima kelas, yaitu kelas

VII A, VII B, VII C, VII D, dan VII E dengan tidak ada kelas unggulan. Dari

populasi yang ada, dengan menggunakan teknik cluster random sampling diambil dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VII A dengan jumlah siswa 32 dan

VII B dengan jumlah siswa yang sama. Kelas VII A sebagai kelas eksperimen

sedangkan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen tersebut

diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu.

Eksperimen semu yang dimaksud adalah pembelajran dengan metode

(34)

22

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test Eksperimen Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Y1

Kontrol Model pembelajaran konvensional Y2

C. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui tes yang diberikan pada akhir materi. Tes ini dilakukan

untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Silabus, dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

e. Membuat kartu nama yang berbeda pada model jigsaw untuk tiap kelompok

(35)

23

Misalkan dalam 1 kelompok ada 4 orang siswa, maka dibuat: 4 kartu dengan

warna yang berbeda. Keempat kartu di atas akan dibagikan pada

masing-masing kelompok, dalam hal ini peneliti membuat 32 kartu tanda berwarna.

Pada saat diskusi kelompok ahli, siswa yang mempunyai kartu tanda

berwarna sama pada kelompok asal berkumpul untuk mendiskusikan materi

yang akan mereka bahas di dalam kelompok ahli.

Gambar berikut ini menunjukkan hubungan antara kelompok asal dan kelompok

ahli pada metode pembelajaran tipe jigsaw.

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar 3. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli

Keterangan : a = Siswa dari kelompok asal

b = Kumpulan siswa di kelompok ahli

c = Gang antara meja siswa kelompok satu dengan yang

lain

d = Meja kelompok

(Modifikasi dari Trianto, 2007: 58).

(36)

24

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

 Kegiatan Awal

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.

b) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang masing-masing

beranggotakan 4 orang berdasarkan perbedaan kecakapan kognitifnya.

 Kegiatan Inti

a) Guru membagi kartu nama berwarna berbeda dalam setiap

kelompok.

b) Guru membagi materi, materi tersebut berupa lembar kerja

siswa yang berisi ringkasan materi serta pertanyaan yang ditinjau dari

indikator dan tujuan pembelajaran dan dibagi menjadi beberapa bagian

sesuai dengan jumlah kelompok yang ada.

c) Guru menjelaskan pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang akan

dilaksanakan dalam pembelajaran bahwa bagian pertama materi diberikan

pada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian

materi yang kedua demikian seterusnya sampai siswa yang kelima.

d) Guru membagikan bahan diskusi pendalaman materi pelajaran dalam bentuk

LKS yang akan di diskusikan di dalam kelompok ahli.

e) Setiap siswa yang mendapat bagian materi yang sama dan memiliki kartu

nama yang berwarna sama (kelompok ahli) berkumpul untuk berdiskusi dan

mengerjakan bagian materi mereka.

f) Guru memantau dan membimbing siswa dalam berdiskusi di dalam

(37)

25

g) Setiap siswa kembali ke kelompok asal dan

menjelaskan kepada teman satu kelompoknya mengenai hasil diskusi

dengan kelompok ahli. Dalam kegiatan ini, siswa saling melengkapi dan

berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.

h) Guru membimbing siswa merumuskan kesimpulan

mengenai materi yang telah mereka diskusikan.

i) Guru bersama-sama siswa , menarik kesimpulan dari

pembelajaran yang telah mereka lakukan.

 Penutup

a) Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah

dipelajari.

b) Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan dibahas

pada pertemuan berikutnya.

E. Instrumen Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yaitu berupa data nilai hasil

belajar siswa. Hasil belajar siswa ini diperoleh melalui tes yang dilakukan di

akhir proses pembelajaran. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka tes yang

digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Validitas

tes yang digunakan adalah validitas isi yaitu validitas yang ditilik dari segi isi tes

itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili

secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang

(38)

26

bandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar dengan kompetensi

dasar dan indikator yang telah ditentukan untuk pelajaran matematika, apakah

hal-hal yang tercantum dalam kompetensi dasar dan indikator pembelajaran sudah

terwakili atau belum secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut.

Validitas soal tes dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru mitra. Soal tes

tersebut dikategorikan valid jika dosen pembimbing dan guru mitra menyatakan

butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan

diukur, selanjutnya diuji coba di luar sampel tapi masih dalam populasi. Uji coba

dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes, daya beda tes dan tingkat

kesukaran butir tes. Perhitungan reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat

Arikunto (2007,180) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes

dapat digunakan rumus alpha, yaitu :

keterangan:

11

r = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir soal

Tes hasil belajar dikatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi apabila r11 sama

dengan atau lebih besar dari pada 0,70. maka dalam penelitian ini tes yang

digunakan harus memiliki koefisien reliabilitas sama dengan atau lebih besar dari

(39)

27

Berdasarkan pendapat, Safari (2004:23) menyatakan tingkat kesukaran butir tes

adalah peluang untuk menjawab benar suatu butir tes pada tingkat kemampuan

tertentu. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes digunakan rumus berikut:

maks

i SS

TK 

Dengan

TKi : tingkat kesukaran butir tes ke-i

S : rataan skor siswa pada butir ke-i Smaks: skor maksimum butir ke-i

Penafsiran atas tingkat kesukaran butir tes digunakan kriteria menurut

Witherington dalam Sudijono (2003:374) berikut:

Tabel 3.2. Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Tes

Besar TKi Interpretasi

< 0,25 0,25 s.d 0,75

> 0,75

Terlalu Sukar Cukup (Sedang)

Terlalu Mudah

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat

membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan

rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari

siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai

terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut

kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut

(40)

28

IA JB JA DP  

Daya pembeda ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah

Penafsiran interpretasi nilai daya pembeda butir tes digunakan kriteria menurut

Sudijono (2003: 389) dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini digunakan butir soal

dengan daya beda lebih dari atau sama dengan 0,30.

Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut

Tabel 3.4 Data Uji Tes Hasil Belajar Matematika Siswa

No.

Soal Validitas Reliabilitas Daya Pembeda KesukaranTingkat

1 Valid 0,56 (Sedang) 0,76 (mudah)

2 Valid 0,46 (Baik) 0,64 (Sedang)

3 Valid 0,80 (Baik) 0,51 (Sedang)

4 Valid 0,38 (Sedang) 0,55 (Sedang)

Test

5 Valid

0,73

0,69 (Baik) 0,40 (Sedang)

(41)

29

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor rata-rata hasil belajar

sampel berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) :

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat

Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi harapan

k = banyaknya kelas interval

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes hasil belajar siswa yang

diperoleh memiliki varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua

varians ini digunakan uji Bartlet (dalam Sudjana, 2005: 261).

Hipotesis :

H0 : 12 22 (variansi homogen)

(42)

30

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut.

1) Menghitung S2 dari masing-masing kelas.

2) Menghitung semua varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:

3) Menghitung Harga Satuan B dengan rumus:

4) Uji Barlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:

 Keputusan uji

Tolak H0 jika x2 x2  1 k1 dan terima H0 jika x2x2  1 k1 , dimana

1  1

2 

k

x  didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 – )

dan dk = (k – 1).

3. Uji Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis kedua, jika data normal dan homogen maka uji

hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Analisis data dengan

menggunakan uji-t, uji satu pihak.

Adapun uji-t (dalam sudjana 2005: 243) sebagai berikut :

(43)

31

H1 : 1 2

(44)

40

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran

2011/ 2012 dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini

ditunjuk-kan dengan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran Jigsaw

lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai

berikut.

1. Diharapkan Guru dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa dengan

menerapkan alternatif pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Diharapkan pada peneliti yang akan melakukan penelitian yang serupa

agar tidak hanya meneliti dari aspek kognitif saja, tetapi juga meneliti dari

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Afriani, Fitri. 2012. Jurnal Pendidikan Matenatika. Jurusan P.MIPA. Unila

Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Nina Aksar. Jakarta.

Depdiknas. 2004. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Depdiknas.

Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Depdikbud dan Rineka

Cipta. Jakarta.

Hamalik, Oemar.2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Herdian.2010. Teori belajar. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com/ teori-teori

belajar piaget-bruner vygotsky/. 2010 (9 Oktober 2012)

Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000. Pembelajaran

Kooperatif. Universitas Surabaya. Surabaya.

Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.

Bandung. 312 hlm.

Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Gaung

Persada Press. Jakarta.

Safari. 2004. Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non tes. Jakarta:

Depdiknas.

Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo

(46)

Sari, A Ni Wayan. 2005. “Pengaruh Pembelajaran Sistem Reproduksi dengan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa SMA Negri 5 Bandar Lamung

Kelas XI Semester Genap TP. 2004-2005”. Skripsi. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Slameto.1987. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Bumi Aksara.

Jakarta.

Slavin, R.E. 2008. Cooperatif Learning : Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media.

Bandung.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Tim Penyusun. 2008. Undang Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003.

Asa Mandiri. Jakarta.

Titarahardja, U dan Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Prestasi Pustaka. Jakarta.

Gambar

Tabel                                                                                                       Halaman
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Tabel 2.2 Kriteria Poin Peningkatan Individu
Tabel 2.3 Kriteria Poin Peningkatan Kelompok.
+5

Referensi

Dokumen terkait

No Nama Penyedia Hasil Evaluasi Administrasi 1 KAP.. Kumalahadi,Kuncara,Sugen g Pamudji

Program aplikasi untuk pengolahan data maupun untuk kegiatan yang menyangkut transaksi penjualan barang merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan, karena informasi yang

kekuasaan, tugas serta keputusan wasit, peneliti tergugah untuk melakukan penelitian tentang “ Tingkat Kecemasan Wasit Sebelum, Selama dan Sesudah.

Sistem indoor localization yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi lokasi pengguna di dalam ruangan dengan menggunakan data kekuatan sinyal Wi-fi yang ditangkap

6 Pengadaan Drum Band SMAN 1 Sungai Raya Kepulauan Kec.Sungai Raya Kep. 2013) DAU 2014. 3 Konsultan Perencanaan Rehab Sedang/Berat Bangunan Sekolah

Pada hari ini Selasa tanggal Lima Belas bulan Mei tahun Dua Ribu Dua Belas, dimulai pukul 09.00 Wita, dengan mengambil tempat di LPSE Kabupaten Tanah Laut Pelaihari, berdasarkan

JADWAL PELAKSANAAN TES TPA (KEMAMPUAN BIDANG) KUALIFIKASI CALON DOSEN.. PADA UNIVERSITAS DIPONEGORO

O’Brien dan Marakas (2009) menjelaskan bahwa bentuk hubungan kerjasama yang terjalin pada internetworking adalah dengan menggunakan sarana teknologi informasi yaitu jaringan